Pendidikan konservasi

23
IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 1 PENDIDIKAN KONSERVASI 1 Oleh : Drs. Djoko Setiono 2 ABSTRAK Pendidikan konservasi adalah pendidikan yang mengharapkan adanya perubahan tingkah laku, sikap dan cara berfikir, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam dan ekosistemnya. Didalam mencari bentuk, model dan metode pendidikan konservasi, pengumpulan pendapat, diskusi dan pengalaman dari berbagai lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan konservasi merupakan salah satu cara untuk mencari masukan. Hasil dari berbagai diskusi dan seminar, disimpulkan bahwa pendidikan konservasi yang paling efektif adalah pendidikan konservasi dengan metode LEARNING BY GAME” atau belajar sambil bermain. Melalui metode ini siswa sekolah/pra sekolah diajak bermain; dimana dalam permainan itu disisipkan prinsip- prinsip pendidikan konservasi sehingga secara tidak sadar anak-anak didik menyadari/memahami prinsip-prinsip konservasi secara sederhana tetapi mendalam dan akan terbawa sepanjang hidupnya. Kata kunci : Pendidikan konservasi, ”LEARNING BY GAME” dan perubahan pola pikir serta tingkah laku. I. PENDAHULUAN Negara-negara berkembang mulai menyadari akibat kerusakan sumberdaya alam dan ekosistemnya, berupa tanah longsor, banjir, dan pemanasan global. Di beberapa Negara maju (Amerika serikat dan Eropa) kesadaran masyarakat tentang konservasi sudah berjalan dengan baik hal ini dapat terjadi karena pendidikan dan pelatihan konservasi alam sudah berjalan lama dan dimulai sejak usia dini, sehingga pada usia dewasa, masyarakat di Negara maju umumnya sudah memiliki kesadaran konservasi alam secara mendalam. Walau demikian kegiatan pendidikan tentang konservasi alam masih terus berjalan. Pada waktu liburan sekolah umumnya anak-anak dan remaja memanfaatkan waktu untuk mengikuti pelatihan konservasi alam, dengan menempuh perjalanan yang cukup jauh dan biaya tingi. Bahkan harus booking dalam waktu yang cukup lama. Di Jerman tepatnya di Bavarian National Park (± 70 km dari Munchen) merupakan salah satu tempat pendidikan konservasi alam yang paling favorit di Jerman, untuk 1 Makalah disajikan dalam Pelatihan “Pendidikan Konservasi Alam”, Angkatan 26. Diselenggarakan oleh The Indonesian Wildlife Conservation Foundation (IWF) dan Balai Taman Nasional Alas Purwo. Banyuwangi, Jawa Timur, 18-19 Juli 2011. 2 Sekretaris The Indonesian Wildlife Conservation Foundation (IWF)

Transcript of Pendidikan konservasi

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 1

PENDIDIKAN KONSERVASI1

Oleh :

Drs. Djoko Setiono2

ABSTRAK

Pendidikan konservasi adalah pendidikan yang mengharapkan adanya perubahan tingkah laku, sikap dan cara berfikir, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam dan ekosistemnya. Didalam mencari bentuk, model dan metode pendidikan konservasi, pengumpulan pendapat, diskusi dan pengalaman dari berbagai lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan konservasi merupakan salah satu cara untuk mencari masukan. Hasil dari berbagai diskusi dan seminar, disimpulkan bahwa pendidikan konservasi yang paling efektif adalah pendidikan konservasi dengan metode ”LEARNING BY GAME” atau belajar sambil bermain. Melalui metode ini siswa sekolah/pra sekolah diajak bermain; dimana dalam permainan itu disisipkan prinsip-prinsip pendidikan konservasi sehingga secara tidak sadar anak-anak didik menyadari/memahami prinsip-prinsip konservasi secara sederhana tetapi mendalam dan akan terbawa sepanjang hidupnya.

Kata kunci : Pendidikan konservasi, ”LEARNING BY GAME” dan perubahan pola pikir

serta tingkah laku.

I. PENDAHULUAN

Negara-negara berkembang mulai menyadari akibat kerusakan sumberdaya alam dan

ekosistemnya, berupa tanah longsor, banjir, dan pemanasan global. Di beberapa Negara

maju (Amerika serikat dan Eropa) kesadaran masyarakat tentang konservasi sudah

berjalan dengan baik hal ini dapat terjadi karena pendidikan dan pelatihan konservasi

alam sudah berjalan lama dan dimulai sejak usia dini, sehingga pada usia dewasa,

masyarakat di Negara maju umumnya sudah memiliki kesadaran konservasi alam secara

mendalam. Walau demikian kegiatan pendidikan tentang konservasi alam masih terus

berjalan. Pada waktu liburan sekolah umumnya anak-anak dan remaja memanfaatkan

waktu untuk mengikuti pelatihan konservasi alam, dengan menempuh perjalanan yang

cukup jauh dan biaya tingi. Bahkan harus booking dalam waktu yang cukup lama.

Di Jerman tepatnya di Bavarian National Park (± 70 km dari Munchen) merupakan

salah satu tempat pendidikan konservasi alam yang paling favorit di Jerman, untuk 1 Makalah disajikan dalam Pelatihan “Pendidikan Konservasi Alam”, Angkatan 26. Diselenggarakan

oleh The Indonesian Wildlife Conservation Foundation (IWF) dan Balai Taman Nasional Alas Purwo. Banyuwangi, Jawa Timur, 18-19 Juli 2011.

2 Sekretaris The Indonesian Wildlife Conservation Foundation (IWF)

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 2

mengikuti pelatihan konservasi alam, perlu waktu untuk booking ± 1 tahun dengan

biaya sekitar 14 juta rupiah selama 5 hari. Di beberapa Taman Nasional Indonesia

kegiatan diklat konservasi alam sudah mulai berkembang, masyarakat juga mulai

menyadari arti penting konservasi alam.

Tumbuhnya gerakan sosial tentang lingkungan di abad 21 ini merupakan respon positif

terhadap keberlanjutan krisis lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan dan

pelestarian alam, merupakan masalah yang sangat komplek dan merupakan tanggung

jawab kita bersama. Oleh karena itu pemberian informasi sedini mungkin kepada siswa,

sesuatu hal yang sangat baik dan kemungkinan besar akan selalu diingat sepanjang masa

dan tertanam di dalam hati sanubari mereka.

Untuk penyebaran informasi tentang pelestarian alam, jalur pendidikan merupakan salah

satu cara penyampaian yang dilakukan. Untuk itu sangat perlu dicari sebuah cara agar

informasi yang disampaikan kepada siswa sekolah atau pra sekolah dapat diterima,

mudah diingat dan berguna bagi mereka.

Oleh karena itu Yayasan Pelestarian Alam dan Kehidupan Liar Indonesia (The

Indonesian Wildlife Conservation Foundation/IWF) sebagai salah satu Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM) yang membantu pemerintah di bidang konservasi tergerak

melaksanakan pendidikan konservasi bagi guru-guru sekolah dasar (SD).

Melalui guru-guru yang dilatih diharapkan penyebaran informasi tentang konservasi

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dapat disebarluaskan kepada siswa,

diharapkan dimasa depan akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa yang berwawasan

konservasi.

II. PENGERTIAN

A. Pendidikan

Ada beberapa batasan mengenai arti kata pendidikan diantaranya mengatakan

a. Pendidikan adalah suatu usaha dengan sadar untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan seseorang didalam atau diluar sekolah sepanjang umur

hidupnya.

b. Pendidikan adalah usaha untuk merubah perilaku atau sikap manusia yang

dididik sesuai apa yang diharapkan oleh pendidik.

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 3

Dari kedua batasan tersebut diatas, dapat dikemukakan beberapa pokok pengertian

antara lain :

1. Kegiatan pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan dengan sadar

dalam arti direncanakan dan dilaksanakan dengan cara, harapan dan

tujuan tertentu, sehingga yang dididik dapat menjadi seperti apa yang

diharapkan.

2. Kegiatan pendidikan tidak hanya dapat dilakukan atau berlangsung di sekolah

saja tetapi juga diluar sekolah.

3. Dalam kegiatan pendidikan ini diharapkan terjadi perubahan (perkembangan)

kepribadian, sikap, tingkah laku dan kemampuan (pengetahuan, keterampilan),

dalam arti positif sehingga yang didik dapat menjadi seperti yang diharapkan

pendidiknya.

4. Pendidikan tidak mengenal batas umur dalam arti bahwa seseorang dapat

mendapatkan pendidikan atau dapat belajar sejak dia dilahirkan sampai dia

meninggal dunia.

B. Konservasi

Istilah konservasi diambil dari bahasa Inggris yaitu Conservation yang searti dengan

kata Preservation yang keduanya mempunyai arti yang sama dalam bahasa

Indonesia yaitu pengawetan dan pelestarian.

Pengertian konservasi dalam tulisan ini adalah konservasi sumber daya alam.

Konservasi sumber daya alam adalah upaya pengelolaan sumber daya alam yang

menjamin pemanfaatan secara bijaksana dan menjamin kesinambungan

persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan

keragamannya (Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya

alam hayati dan ekosistemnya).

C. Pendidikan Konservasi

Pendidikan konservasi tidak mesti diartikan sesuatu cabang dari ilmu pendidikan.

Tujuan utamanya adalah pendekatan dan penginterpretasian “alam lingkungan

hidup”.

Akan tetapi pendidikan konservasi bukan hanya sekedar memberi pengetahuan

kepada masyarakat tentang lingkungan hidupnya, tetapi lebih dari itu menunjukkan

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 4

pada mereka “tempat sebenarnya” dimana mereka tinggal dan hubungan dengan

sekelilingnya sehingga mereka tahu cara berperilaku yang benar / baik.

Dengan demikian yang dimaksud dengan pendidikan konservasi adalah pendidikan

yang mengharapkan adanya perubahan tingkah laku, sikap dan cara berpikir,

terutama yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dan ekosistemnya.

Maksud diselenggarakannya pendidikan konservasi adalah :

1. Menyebarluaskan pengetahuan tentang sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya, fungsinya untuk kehidupan manusia, akibat bagi manusia apabila

sumber daya alam dan ekosistemnya ini rusak.

2. Memberi pengertian mengapa upaya konservasi sumber daya alam dan

ekosistemnya sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup manusia.

3. Memberi pengertian bahwa tugas konservasi sumber daya alam tidak semata-

mata tugas pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat dibidang konservasi

seperti Yayasan Pelestarian Alam dan Kehidupanliar Indonesia (IWF) tetapi

tanggung jawab seluruh masyarakat.

Pendidikan konservasi ini bertujuan untuk menumbuhkan sikap dan cara berpikir yang

positif terhadap sumberdaya alam dan ekosistem beserta upaya konservasinya. Dengan

demikian orang akan semakin bijaksana dalam mengelola (termasuk memanfaatkan)

sumber daya alam, dalam melakukan kegiatan akan selalu berwawasan lingkungan.

III. METODA DAN MODEL PENDIDIKAN KONSERVASI

Beberapa waktu yang lalu sebelum tahun 1990-an, pendidikan konservasi dilakukan di

sekolah-sekolah dengan mendatangkan penceramah konservasi. Pendidikan konservasi

biasanya dilakukan pada waktu setelah evaluasi hasil belajar dan sebelum terima raport,

setiap sekolah memanfaatkan waktu ini untuk pertandingan-pertandingan olahraga

(class meeting). Pada waktu itulah petugas / penceramah konservasi dari Balai

Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Taman Nasional atau Direktorat Jenderal

Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam datang mengisi waktu untuk ceramah, siswa

sekolah yang sudah jenuh dengan belajar dikelas dan sebetulnya sedang bersenang-

senang bermain / ber-olah raga dipaksa untuk mendengarkan ceramah konservasi yang

kurang menarik.

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 5

Dari hasil evaluasi manfaat informasi konservasi dengan metoda ini manfaatnya sangat

minim. Untuk itu sangat perlu mencari sebuah cara / model agar informasi yang

disampaikan kepada anak sekolah atau pra sekolah dapat diterima, mudah diingat dan

berguna bagi mereka.

Didalam mencari bentuk, model dan metoda pendidikan konservasi, pengumpulan

pendapat, diskusi dan pengalaman dari berbagai lembaga yang bergerak dalam bidang

pendidikan konservasi merupakan salah satu cara untuk mencari masukan.

Melalui berbagai diskusi dan seminar akhirnya disepakati pendidikan konservasi yang

paling efektif adalah pendidikan konservasi dengan metoda “LEARNING BY GAME”

belajar sambil bermain. Dengan metoda ini siswa sekolah / pra sekolah diajak bermain;

dalam permainan itu disisipkan prinsip-prinsip pendidikan konservasi sehingga secara

tidak sadar anak-anak didik menyadari / memahami prinsip-prinsip konservasi secara

sederhana tetapi mendalam dan akan terbawa sepanjang hidupnya.

Secara tidak dipaksakan siswa sekolah mulai TAHU, MENGERTI, SADAR,

MENGHARGAI, MELAKUKAN, MENGAJAK.

Dengan keahlian seorang guru menjelaskan kepada siswa didik, maka siswa betul-betul

akan terkesan.

1. TAHU

Dengan menyampaikan informasi kepada siswa didik, paling tidak siswa didik

akan TAHU potensi alam yang ada dikawasan yang dikunjungi.

2. MENGERTI

Diharapkan dengan ‘Ketahuannya’, siswa didik akan mengerti potensi alam dan

permasalahannya baik manfaat dan ancamannya bagi kehidupan manusia, mereka

akan MENGERTI posisi dirinya didalam satu sistem kehidupan.

3. SADAR

Membuat siswa didik SADAR akan suatu hal yang selama ini tidak dimengerti

terutama permasalahan lingkungan yang ada.

4. MENGHARGAI

Oleh karena itu, langsung atau tidak langsung, siswa didik akan MENGHARGAI

arti pentingnya suatu pelestarian alam untuk kehidupan bersama, kini dan dimasa

yang akan datang.

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 6

5. MELAKUKAN

Diharapkan kesadaran itu dapat dilakukan dan berperan aktif dalam upaya

konservasi alam, baik melalui penyebaran inforamsi maupun MELAKUKAN upaya

konservasi.

6. MENGAJAK

Jika telah dapat berperan aktif, mereka dengan pengetahuan dan pengalaman yang

ada, diharapkan dapat menularkan pengetahuannya pada siswa lain serta

MENGAJAK untuk melakukan upaya konservasi alam.

Dengan demikian, melalui peran guru, siswa didik selain dapat menikmati potensi flora

/ fauna, keindahan alam dan keunikan fenomena alam, siswa didik juga secara tidak

langsung mendapatkan pendidikan konservasi yang dapat mendorong meningkatkan

kesadaran dan kepedulian akan arti penting konservasi alam.

IV. BEBERAPA CONTOH MODUL PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM Sebelum kita memberikan contoh-contoh pendidkan konservasi alam kepada anak didik

terlebih dahulu perlu kita fahami hal-hal yang berkaitan dengan konservasi sumber daya

alam hayati dan ekosistem.

Sampai saat ini pengertian konservasi selalu sebatas yang tertuang dalam undang-

undang nomor 5 tahun 1990 Tenteng Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya.

a. Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati

yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan

persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas

keanekaragaman dan

b. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur di alam yang terdiri dari

sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani

(satwa), yang bersama dengan unsur-unsur non hayati disekitarnya

secara keseluruhan membentuk ekosistem.

c. Ekosistem adalah sistem hubungan timbal balik antara unsur dialam, baik hayati

maupun non hayati yang saling tergantung dan saling mempengaruhi.

Bila kita melihat istilah dan pengertian-pengertian tersebut diatas, sulit bagi anak didik

untuk memahami oleh karena itu akan lebih mudah apabila kita dapat menjelaskan

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 7

dengan beberapa contoh kejadian kehidupan sehari-hari dan juga melalui permainan-

permainan.

Kita saling mengatakan kata-kata “TAK KENAL MAKA TAK SAYANG”. Kita dapat

memanfaatkan kata-kata tersebut apabila kita ingin melaksanakan konservasi sumber

daya alam. Dimulai dari sumber daya alam yang kita gunakan sehari-hari; misalnya :

1. AIR

Air sangat kita perlukan untuk hidup, tanpa air manusia akan sangat merasakan

sekali betapa sengsaranya hidup ini. Mulai dari bangun tidur, mandi perlu air,

minum, masak, mencuci, membersihkan segala macam barang kita menggunakan

air. Tanpa air tidak ada kehidupan dimuka bumi ini.

2. HUTAN

Sejak masih TK kita diajari nyanyian, NAIK-NAIK KEPUNCAK GUNUNG,

TINGGI-TINGGI SEKALI, KIRI-KANAN KULIHAT SAJA BANYAK POHON

CEMARA. Pohon cemara dikanan kiri berarti hutan. Puncak tidak akan dingin /

sejuk lagi kalau hutannya gundul.

Pohon-pohon dihutan berfungsi menyerap karbonmonoksida yang keluar dari

kendaraan bermotor yang menimbulkan panas. Misalnya kota Bogor tahun1970-an

masih dingin, sekarang dimana kendaraan bermotor makin banyak dan hutan /

taman sudah jadi rumah maka udara di Bogor sudah tidak sejuk lagi tetapi panas.

Dua hal tersebut diatas dapat menjadi pengantar sebelum kita mengajak anak didik

memahami arti penting konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Berikut beberapa paket permainan dan diskusi sebagai lahan untuk pendidikan

konservasi bagi anak-anak.

PERSIAPAN

Lakukan diskusi kecil dengan para peserta dengn mengajukan pertanyaan-pertanyaan

seperti berikut ini :

Adakah ada diantara adik-adik yang pernah ke hutan ?

Apakah yang menurut adik-adik akan kita temukan di hutan ?

Apakah yang adik-adik pikirkan / bayangkan tentang hutan ?

Lakukan diskusi dengan santai, tak perlu memaksa mereka untuk menjawab. Ikutilah

dinamika peserta. Bila mereka bersemangat untuk menjawab, manfaatkan itu dan

biarkanlah mereka mengungkapkan segala hal yang ada dipikirannya tanpa perlu

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 8

dikoreksi. Namun, bila mereka tidak bersemangat menjawab, sebenarnya pertanyaan-

pertanyaan ini bersifat setengah retoris, sehingga bila tidak dijawab pun sebenarnya

fungsinya sudah tercapai (hati-hati untuk tidak terjebak pada penyakit twenty question).

Lalu katakanlah satu kalimat berikut ini :

Hari ini kita akan bersama-sama akan mencoba berkenalan lebih jauh dengan hutan.

Dan ajaklah mereka untuk menuju tepi hutan dan mulailah memperkenalkan kegiatan

Ular-ularan.

A. PENGENALAN INDERA

1. Ular-ularan

Kegiatan ini bertujuan untuk membangkitkan kekaguman akan hutan,

munculkan keajaiban suasana hutan serta memicu kepekaan indera. Ini adalah

tahap yang sangat kritis! Bila digunakan dengan tepat, kegiatan ini akan memicu

perubahan persepsi secara berarti dan momen perubahan hubungan setiap

peserta dengan hutan dalam masa hidupnya yang akan datang.

Peserta akan memasuki hutan dengan mata tertutup, mulai dari daerah yang

terbuka agak jauh dari hutan. Selama perjalanan mereka akan mengalami

perubahan suasana, dari daerah terbuka kehutan. Mereka dipandu untuk meraba

berbagai benda-benda yang ada disekitarnya. Karena semuanya terjadi dengan

mata yang tertutup, perasaan penuh misteri (dan mungkin takut) akan

menyelimuti hati mereka, apalagi untuk mereka yang belum pernah memasuki

hutan. Perasaan terkejut yang diharapkan dapat membangkitkan rasa kagum

akan terjadi saat tutup mata mereka dibuka di dalam hutan.

Hal penting yang harus diingat :

1. Karena kritisnya peran kegiatan ini, mentor menanggung tanggung jawab

yang sangat besar pada relasi anak dan dalam kehidupannya selanjutnya.

Oleh karena itu, lakukan semuanya dengan konsentrasi penuh, beri

perhatian kepada setiap peserta, lakukan dengan perlahan untuk memberi

kesempatan kepada mereka untuk menyerap sebanyak mungkin

pengalaman dan lakukan semuanya dengan penuh kehati-hatian.

2. Perasaan takut biasanya muncul pada sebagian peserta, apalagi kegiatan ini

adalah kegiatan yang sangat awal, tidak saja dalam konteks kegiatan ini

tetapi pada pengalaman mereka berinteraksi dengan hutan. Mentor

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 9

berperan penting dalam menimbulkan rasa aman. Beberapa saran untuk ini

dapat dilihat di bawah.

Briefing

Ungkapan yang santai dan memancarkan antusiasme dari mentor sangat penting

untuk membuat peserta tertarik dengan kegiatan ini. Nama permainan “Ular-

ularan” digunakan untuk membuat peserta merasa tidak asing dengan kegiatan

sehingga meminimalkan rasa tidak aman. Maka, setelah mencapai tepi hutan,

mentor dapat berkata seperti contoh berikut :

Sekarang kita akan bermain ular-ularan dengan mata tertutup!

Kegiatan

Mintalah peserta untuk membuat satu barisan, semuanya menghadap ke satu

arah. Mintalah peserta meletakkan kedua tangannya di pundak teman di

depannya. Kemudian katakan :

Nah, kali ini kita akan bermain ular-ularan dengan mata yang tertutup!

Tutuplah mata peserta. Mungkin ada peserta yang menunjukkan penolakan pada

tahap ini. Tekankanlah padanya bahwa ia akan aman dijaga oleh kakak mentor,

kita akan mendapatkan pengalaman yang menarik dari permainan ini dan

bagaimana rekan-rekan lainnya tidak takut. Bila perlu salah satu mentor ikut

ditutup matanya untuk lebih membangkitkan rasa aman para peserta. Lalu

katakanlah hal-hal berikut :

Sekarang kita akan berjalan perlahan-lahan. Kakak akan memimpin dari depan,

berjalanlah perlahan-lahan saja agar rekan dibelakang tidak tertinggal. Jangan

sampai ada yang tangannya terlepas. Perhatikan aba-aba kakak, kakak akan

memberitahu kalau ada batu, belokan, dll.

Untuk menenangkan peserta, sebelum perjalanan dimulai, lakukan relaksasi

pendahuluan dengan kata-kata berikut :

Santai saja, lemaskan otot-otot kalian (jangan tegang). (perjalanan ini dijamin

aman), pusatkan perhatian pada keadaan disekitar. Cobalah tajamkan indera-

inderamu, apa yang anda dengar? Hiruplah udara, apa yang kalian rasakan?

Nah marilah kita mulai berjalan, perlahan-lahan sekali…

Mulailah berjalan perlahan-lahan, benar-benar perlahan-lahan. Usahakan anda

merasakan menjadi peserta walaupun tidak ditutup matanya, agar dapat

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 10

mengukur kecepatan gerak anda. Untuk setiap perubahan gerakan atau bila ada

halangan (batu, kayu, dll) beritahukan kepada peserta secara jelas tanpa perlu

bersuara keras. Mentor asisten akan bergerak diseluruh barisan untuk menjamin

keamanan peserta.

Berhentilah pada objek-objek tertentu (yang telah ditetapkan sebelumnya),

bantulah peserta untuk menggunakan inderanya (penciuman dan peraba dalam

hal ini) dalam mengeksplorasi dengan tenang, misalnya :

- Lumut dibatu atau batang pohon : kadang-kadang ada peserta yang terkejut

dan takut memegang ini, karena ia mengira itu binatang. Cobalah

menangkan dengan mengatakan ini aman, bahwa yang lain juga sudah

mencoba dan memintanya untuk meraba lagi tanpa perlu memberitahukan

itu apa. Bila ia masih tidak berani jangan dipaksa.

- Daun-daunan : peserta dapat diminta untuk meraba berbagai macam daun-

daunan. Untuk peserta yang ketakutan memegang lumut dapat diminta untuk

memegang daun-daunan. Untuk yang ini kita dapat memberitahukan bahwa

ini daun, cobalah pegang untuk membuktikan. (lumut tetap dipertahankan

sebagai misteri) kalau perlu ambil satu daun dan usapkan pada tangannya,

dan bimbinglah tangannya ke daun. Dengan mengatakan ini daun, perasaan

aman biasanya muncul dan ada keberanian untuk mencoba. Mintalah dia

untuk meraba beberapa daun. Setelah itu biasanya ada lebih banyak

keberanian untuk meraba berbagai benda termasuk lumut yang ditakutinya

tadi.

- Batang pohon, dll.

Setelah berjalan beberapa puluh meter, sekitar 10 menit (sudah dipersiapkan

sebelumnya!) bawalah peserta agak masuk ke hutan bila mungkin, atau di tepi

jalur, hadapkan mereka ke arah hutan dan bukalah tutup mata mereka. Biasanya

berbagai komentar akan muncul, mengapa kita disini, dsb. Walaupun dibelakang

mereka sebenarnya adalah jalur, dengan menghadapkan mereka ke arah hutan

sudah cukup untuk membangkitkan perasaan di tengah hutan (walaupun hanya

untuk beberapa saat, cukup sebagai kejutan).

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 11

Sharing

Berilah kesempatan pada peserta yang ingin mengungkapkan kesan-kesannya.

Pancinglah dengan pertanyaan : Bagaimana kesan kalian ?, Ada yang merasa

takut tadi ? Bagaimana perasaannya sekarang ?

Diskusinya tidak perlu terlalu lama. Katakan bahwa dalam kehidupan sehari-

hari kita sering terlalu terbiasa menggunakan mata kita, dengan menutup mata

kita membuat indera yang lain menjadi lebih peka, kita menjadi lebih awas dan

memperhatikan keadaan sekitar. Kepekaan kita sangat penting untuk mengenali

hutan secara mendalam lalu katakan mari kita coba menggali lebih banyak lagi

tentang hutan untuk mengawali kegiatan berikutnya.

Catatan

1. Mentor harus selalu diingat untuk tidak terlalu terburu-buru. Ingatlah bahwa peran

kita adalah memandu peserta dalam memperoleh berbagai/ pertamanya tentang

hutan.

2. Persiapan sangat penting, lakukanlah ini walaupun anda sudah berkali-kali

melakukan hal ini di tempat yang sama :

- Rencanakanlah dahulu obyek-obyek yang akan kita dieksplorasikan ?

- Amati jalur, apakah ada hal yang dapat membahayakan peserta ?

- Berapa jarak yang akan ditempuh ? bagaimana mengaturnya dengan kelompok

lainnya ?

3. Prosedur pengamanan selama memimpin kelompok dengan mata tertutup :

- Pandulah peserta baik dengan tangan maupun dengan suara anda. Misalnya :

Ada undakan kecil di sini… kita akan berjalan menanjak…

- Peserta yang ditutup matanya bergantung sepenuhnya kepada mentor. Terimalah

tanggung jawab ini dengan menjalankan peran anda secara sungguh-sungguh.

- Tidak ada gunanya untuk memberikan perintah seperti “Hati-hati dengan cabang

pohon itu”. Peserta yang ditutup matanya tidak dapat melihat cabang yang anda

sebutkan. Ungkapkan perintah dengan jelas.

- Jangan menyeret peserta karena berjalan terlalu cepat. Peserta biasanya ingin

bergerak dengan sangat hati-hati. Sedikit demi sedikit peserta akan terbiasa dan

akan berjalan dengan lebih cepat.

- Bersabarlah.

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 12

2. Palet Warna Hutan

Kegiatan ini bertujuan untuk mengajak peserta mengeksplorasi kekayaan hutan lebih

dalam dengan menggunakan matanya. Dalam hal ini mereka akan mengenali berbagai

macam warna didalam hutan.

Briefing

Sebelum beranjak dari lokasi dibukanya tutup mata, tunjukkan sebuah palet kertas dan

tanyakan Ada yang tahu benda apa ini ? kemudian jelaskan bahwa itu adalah sebuah

tiruan palet, alat yang digunakan seorang pelukis untuk meletakkan cat berbagai

warna.

Mintalah peserta untuk melihat keadaan di sekelilingnya, “Warna apa saja yang

kalian lihat?” setelah peserta menyebut beberapa warna, mentor bertanya Apa benar

hanya warna ini ? Mari kita lihat bersama.

Jelaskan pada peserta bagaimana cara menggunakan alat ini. Misalnya Bila bagian ini

di buka di sini kita bisa menempelkan berbagai benda alam (tunjukkan contohnya).

Kita akan menjadi pelukis tetapi hanya dengan menggunakan warna-warna hutan.

Karena kita belum tahu warna apa yang ada, kita akan mencoba mengumpulkan

warna-warna itu sendiri. Ada warna apa saja sih di hutan ? Kumpulkanlah berbagai

warna dari benda-benda yang ada di sekitar kita dan tempelkan disini. Usahakan

untuk mengambil dari berbagai benda yang sudah jatuh ke tanah dan ambil sedikit

saja supaya kita bisa menaruh sebanyak mungkin warna. Kalian bisa mengambil

warna dari bagian tumbuhan yang masih hidup tetapi ambil bagian yang kecil saja.

Dan ingat, jangan buang kertas stiker disembarang tempat, masukkan ke kantung

kalian.

Kegiatan

Persilahkan mereka untuk mengumpulkan warna-warna yang mereka temui, sambil

berjalan terus maju perlahan-lahan. Panggil peserta untuk berkumpul kambali dengan

menggunakan cara yang anda sukai, panggilan biasa, siulan atau dengan peluit suara

burung.

Bila diperlukan kita dapat membantu pesrta mencari tempat menemukan sumber-

sumber warna. Biasanya peserta cenderung mencari warna-warna yang kontras dari

berbagai bunga-bungaan. Tunjukkanlah bahwa ada berbagai macam gradasi warna

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 13

hijau, dari daun-daun kering dapat ditemukan berbagai warna (kuning, merah, coklat),

lumut, jamur dan tanah juga merupakan sumber dari berbagai warna si hutan.

Sharing

Mintalah peserta untuk saling memperlihatkan paletnya. Berilah perhatian pada setiap

palet yang mereka hasilkan. Sekali-kali minta mereka menunjukkan darimana mereka

memperoleh suatu warna. Ini akan membangun rasa bangga di hati mereka.

Bagaimanakah kesan yang muncul di hati mereka ?

Ceritakan bahwa warna hutan tidak seperti warna yang kita temukan di kota, warna-

warna hutan sangat beragam tetapi tidak berupa warna-warna kontras seperti di kota.

Kita terbiasa dengan warna-warna kota, sehingga sukar memahami kekayaan warna

alami hutan. Bila mungkin tunjukkan bbagaimana contoh-contoh lukisan dengan

warna-warna alam.

3. Ekspedisi Tekstur

Kegiatan ini bertujuan agar peserta berlatih menggunakan indera perabanya.

Rancangan harus mengumpulkan terlalu banyak benda.

Briefing

Sekarang kakak akan mengirim kalian berdua-dua ke dalam suatu ekspedisi dengan

tugas rahasia. Tugas ini jangan sampai diketahui teman-teman kalian.

Berilah contoh bagaimana menjalankan tugas rahasia ekspedisi.

Setiap kelompok kecil mendapatkan sebuah kontak sentuh (tempat telur dari kardus

yang dipotong sehingga terdiri dari dua baris masing-masing tiga kotak). Tugas

rahasia ekspedisi ini berupa dua tekstur yang berlawanan (misalnya : kasar dan halus)

setiap kelompok diminta untuk mengumpulkan tiga benda untuk kata pertama dan tiga

benda untuk kata kedua, yang masing-masing ditempatkan pada deretan terpisah

(benda yang bertekstur sama ditempatkan pada jajaran yang sama).

Lalu katakanlah bahwa ekspedisi dilakukan sambil berjalan perlahan di jalur ini.

Kegiatan

Peserta mengumpulkan benda-benda sambil berjalan perlahan di sepanjang jalur.

Mentor harap mengawasi apakah mereka benar-benar sudah memahami instruksi yang

diberikan.

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 14

Sharing

Setelah peserta selesai mengumpulkan keenam benda tersebut, mintalah setiap

kelompok untuk memberikan kotak seutuhnya kepada kelompok lainnya dan mintalah

setiap kelompok untuk menebak tugas rahasia kelompok lainnya dengan hanya

menggunakan indera peraba. Ini adalah cara agar peserta dapat mengenal keragaman

berbagai tekstur tanpa harus mengumpulkan terlalu banyak benda.

Seperti biasa buat sharing singkat dengan menanyakan kesan-kesan mereka dan

ungkapkan bahwa selain memiliki berbagai warna hutan juga menjadi semakin

beragam lagi dengan bermacam-macam teksturnya.

4. Koktail (Rujak) Bau-Bauan

Kegiatan ini bertujuan agar peserta menggunakan indera penciumannya dan mengenal

bau-bauan dari alam.

Briefing

Apakah adik-adik sudah pernah makan rujak ? kali ini kita akan membuat rujak,

bukan rujak biasa tetapi rujak bau-bauan. Cara membuat rujak ini adalah dengan

mencampur berbagai bahan dari alam yang kalian pikir memiliki bau yang menarik.

Ambillah daun-daunan dan remaslah sehingga bau-bauannya keluar. Kita juga dapat

memasukkan berbagai benda alam lainnya seperti kayu lapuk, tanah dan lain-lain.

Daun-daunan ini dicampurkan di dalam sebuah wadah (biasanya botol bekas aqua).

Mintalah peserta untuk mengumpulkan daun-daunan sambil berjalan di trail.

Bila dilakukan di kota dapat digunakan nama koktail. Kita juga dapat

menganologikan apa yang di buat dalam kegiatan ini dengan apa saja. Periksalah

pengetahuan peserta sebelumnya.

Kegiatan

Ambillah beberapa kesempatan untuk menunjukkan contoh daun-daunan yang baunya

unik. Hal ini akan menginspirasi dan meningkatkan semangat peserta.

Sharing

Mintalah peserta untuk saling menukarkan rujak bau-bauannya diantara teman-

temannya. Setelah itu buatlah sharing singkat seperti biasa. Lalu ungkapkan bahwa

bau-bauan itu berasal dari berbagai zat yang dikandung oleh tanaman, banyak

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 15

diantara zat-zat tersebut yang memiliki nilai penting bagi kehidupan manusia,

misalnya dalam bidang obat-obatan.

5. Pita Suara

Permainan ini bertujuan untuk meningkatkan kepekaan indera pendengaran peserta

terhadap berbagai suara yang ada di dalam hutan. Permainan ini juga bertujuan untuk

menjembatani kegiatan-kegiatan sebelumnya yang penuh dengan gerakan dengan

kegiatan Temu Pohon yang merupakan proses pengalaman yang lebih mendalam.

Briefing

Sekarang kita akan menguji kemampuan indera pendengaran kita untuk mengenal

berbagai jenis suara yang ada di dalam hutan.

Setiap peserta diberikan selembar kertas berbentuk bujursangkar dengan tanda X

ditengahnya. Mintalah peserta untuk mendengarkan suara dan menentukan darimana

arah dan jauhnya suara tersebut dari posisi berdiri. Kemudian buatlah lambang untuk

setiap suara dan tempatkan di peta tersebut, sesuai dengan posisi dan jaraknya dari

tempat kita berdiri.

Mintalah peserta untuk menyebar di jalur dengan jarak sekitar tiga meter di antara

setiap peserta. Jarak ini cukup memberi rasa aman pada peserta karena masih dapat

saling melihat, namun mintalah peserta untuk tidak saling berbicara satu sama lain,

tetapi tidak berkonsentrasi penuh pada suara-suara yang ada di sekitar.

Beri waktu sekitar 5-10 menit setelah itu panggil peserta untuk berkumpul kembali.

Sharing

Setelah peserta berkumpul kembali mintalah mereka untuk saling menukar peta

suaranya dan menceritakan apa yang mereka dengar kepada teman-temannya.

6. Blind Walk

Tujuan : Menimbulkan saling percaya diantara sesama peserta. Memberi

pengalaman memasuki hutan tanpa menggunakan indra mata

mengaktifkan indra pendengaran, perasaan/perabaan,

penciuman).

Metoda : Permainan / Team work

Rincian kegiatan :

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 16

- Peserta dibariskan seorang-seorang kebelakang

- Pasang penutup mata untuk semua peserta;

- Seluruh peserta berjalan dengan bantuan / bimbingan mentor;

- Sampai jarak tertentu satu persatu dipisah dan disuruh diam beberapa saat,

kemudian tutup mata dibuka;

- Diskusi / berbagai pengalaman

Alat bantu : Alat penutup mata

7. Valet Warna

Tujuan : Memperkenalkan kekayaan potensi hutan melalui pengamatan

keanekaragaman warna;

Metoda : Permainan, Diskusi

Rincian Kegiatan :

- Ajak peserta jalan-jalan dihutan, setiap peserta diberi sepotong kertas karton

(yang berfungsi sebagai palet tempat menempel) dan solatip bolak balik;

- Kumpulkan dan tempel benda-benda dari berbagai warna pada valet yang

telah dibagikan selama waktu tertentu;

- Amati dan coba analisis dalam diskusi mengapa ada perbedaan warna

(mengapa daun puring berwarna warni, pucuk daun berwarna cerah, daun tua

berwarna kuning / merah atau kadang-kadang ada yang berwarna putih,

mengapa ada daun yang lebar, warna hijau tua, licin, mengapa warna bunga

mencolok, dll)

Alat Bantu : Kertas karton, gunting, solatip bolak-balik, gunting, kertas koran,

spidol.

8. Kotak Sentuh

Tujuan : Memperkenalkan kekayaan potensi hutan melalui pengamatan

keanekaragaman dengan menggunakan indra peraba / tangan.

Metoda : Permainan

Rincian Kegiatan :

- Peserta dibagi wadah yang terdiri dari beberapa kolom / kotak;

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 17

- Isilah kotak tersebut dengan benda-benda yang mempunyai karakteristik berbeda,

misalnya basah dan kering atau berduru dan berbulu atau lainnya;

- Masing-masing anggota kelompok harus menebak karakteristik benda yang

dikumpulkan oleh temannya dengan cara meraba benda yang bersangkutan;

- Suruh mereka bergantian menebak benda dari teman-temannya;

- Diskudi / berbagai pengalaman

Alat Bantu : bekas wadah telor

9. Injakan Kaki

Tujuan : Memperkenalkan kekayaan potensi hutan melalui pengamatan

keanekaragaman dengan menggunakan indra peraba telapak

kaki.

Metoda : Permainan

Rincian Kegiatan :

- Siapkan tempat untuk berjalan yang ditutup dengan berbagai jenis benda yang

berlainan, seperti serasah, kayu busuk, batang / ranting kayu, pasir, kerikil, batu-

batu ukuran sedang, tanah, lumur, lumpur dan air.

- Peserta dibariskan, alas kakinya dibuka dan ditutup matanya;

- Bawalah mereka ketempat yang telah disiapkan tadi dan suruh berjalan diatas

benda-benda yang berlainan tersebut;

- Masing-masing anggota kelompok bercerita tentang pengalaman yang

dirasakannya kepada temannya;

- Diskusi/berbagai pengalaman di kelompok besar

Alat Bantu : Material dari alam spt. : batu, pasir, tanah, kayu busuk. Serasah,

lumpur, air, dll.

10. Peta Suara

Tujuan : Memperkenalkan kekayaan potensi hutan melalui pengamatan

keanekaragaman suara.

Metoda : Permainan

Rincian Kegiatan :

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 18

- Peserta ditempatkan pada lokasi yang agak berjauhan, suruh mereka duduk

dengan enak;

- Mereka disuruh mendengarkan suara-suara yang mereka dengan selama

beberapa menit ditempat pengamatannya;

- Diskusi/berbagai peengalaman;

Alat bantu : kertas manila dan pensil serta penghapus

11. Temu Pohon

Tujuan : Memperkenalkan kekayaan potensi hutan melalui pengamatan

keanekaragaman bentuk, bau sifat benda serta untuk

meningkatkan kepekaan.

Metoda : Permainan

Rincian Kegiatan :

- Peserta disuruh berpasang-pasangan;

- Salah satu dari pasangan tersebut ditutup matanya,kemudian dibimbing ke arah

suatu benda / pohon dengan cara berputar-putar (supaya tidak mudah ditebak);

- Mintalah dia supaya meraba pohon untuk mengetahui bentuk, ukuran serta

karakteristik lainnya dari pohon tersebut (misal benda yang menempel pada

pohon tersebut, keadaannya basah atau kering, dll);

- Bawa peserta ke tempat semula, buka tutup matanya dan suruh menebak pohon

yang dia amati tadi;

- Suruh mereka bergantian untuk meraba pohon;

- Diskudi / berbagai pengalaman.

Alat Bantu : Kain penutup mata.

12. Kamera Hidup

Tujuan : Menimbulkan dan menanamkan rasa cinta pada alam.

Metoda : Permainan

Rincian Kegiatan :

- Peserta disuruh berpasang-pasangan;

- Salah satu dari pasangan tersebut menjadi kamera_(ditutup matanya), kemudian

dibimbing ke arah suatu benda / pohon;

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 19

- Setelah sampai disuatu benda mintalah supaya anak yang ditutup matanya

membuka mata;

- Apa yang dia lihat kemudian digambar;

- Suruh mereka bergantian untuk menjadi kamera;

- Diskudi / berbagai pengalaman.

Alat Bantu : Kertas gambar, pensil dan pensil gambar.

13. Berbagi Pengalaman

Tujuan : - Memperkaya pengalaman peserta menambah kegembiraan dan

kesan bagi peserta

- Mendorong peserta untuk berani tampil di forum

Metoda : Diskusi

Rincian Kegiatan :

- Peserta berkumpul pada suatu tempat yang cukup luas;

- Masing-masing kelompok maju kedepan dan salah seorang diantaranya menjadi

juru bicara untuk menceritakan pengalaman atau kesannya selama mengikuti

kegiatan;

- Peserta dari kelompok lainnya boleh bertanya (diskusi)

Alat Bantu : alas duduk

Kelompok Penunjang

14. Pindah Tempat

Tujuan : Penyegaran dan pengakraban

Metoda : Permainan

Rincian Kegiatan :

- Semua peserta dan mentor berkumpul membentuk lingkaran yang cukup besar;

- Tempat masing-masing peserta permainan diberi tanda (misalnya dengan tas /

ransel)

- Seorang mentor berdiri ditengah lingkaran, menjelaskan permainan;

- Suruh beberapa peserta (dengan kriteria tertentu) pindah tempat, misalnya yang

pakai topi pindah, pesrta yang ada ditengah cepat cari posisi dipinggir lingkaran;

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 20

- Yang tidak kebagian tempat berdiri ditengah untuk memberi perintah dengan

kriteria tertentu;

- Demikian seterusnya sampai semua peserta dan mentor bergembira dan timbul

semangat untuk melaksanakan kegiatan.

Alat Bantu : benda untuk menandai tempat misalnya tas atau alas duduk.

15. Benang Kusut

Tujuan : Memberikan pengertian bahwa setiap persoalan dapat

diselesaikan dengan baik bila adanya kerjasama dengan

sesamanya.

Metoda : Permainan

Rincian kegiatan :

- Sekelompok peserta disuruh membuat lingkaran kecil (berdekatan);

- Suruh mereka berpegangan tangan silang menyilang, usahakan berpegangan

dengan dua orang dari temannya;

- Usahakan supaya mereka membuat lingkaran, masing-masing orang

bergandengan tangan (tidak ada yng menyilang lagi) dengan cara bergerak

sedemikian rupa;

- Diskusi atau penjelasan esensi dari permainan

Alat Bantu : -

16. Pohon Tumbang

Tujuan : Menanamkan rasa saling percaya diantara sesama teman

Metoda : Permainan

Rincian Kegiatan :

- Peserta berbaris dalam dua syaf;

- Barisan yang depan menjatuhkan diri ke arah belakang, dengan posisi badan

lurus;

- Barisan belakang bertugas menahan temannya yang menjatuhkan diri supaya

tidak jatuh ketanah;

- Peserta yang ragu-ragu atau kakinya bergerak itu tandanya masih kurang

percaya sama temannya;

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 21

- Diskusi dan informasi esensi permainan.

Alat Bantu : -

Permainan Alternatif Bila Hujan / Mendung

17. Duplikasi

Tujuan : Memerkenalkan keanekaragaman / kekayaan hutan (yang berada

dilantai hutan) Melatih konsentrasi dan daya ingat.

Metoda : Permainan

Rincian Kegiatan :

- Kumpulkan sepuluh jenis benda yang berada di lantai hutan, simpan pada suatu

tempat;

- Tutuplah kumpulan benda itu dengan selembar kain;

- Kumpulkan peserta dan suruh melihat kumpulan benda tersebut selama beberapa

detik, kemudian tutup kembali;

- Peserta disuruh mencari benda-benda yang sama dengan yang telah dilihatnya

tadi;

- Bila benda yang didapatnya sesuai dengan yang diharapkan, coba berbagi cerita

tentang benda tersebut.

Alat Bantu : Nyiru dan kain penutup

18. Permainan Jaringan Makanan

Tujuan : Memberikan gambaran tentang interaksi yang terjadi dalam suatu

ekosistem.

Metoda : Permainan

Rincian Kegiatan :

- Peserta berkumpul dalam bentuk lingkaran;

- Mentor bertanya kepada setiap peserta benda apa yang ada disekitarnya;

- Peserta yang sudah menyebutkan nama benda disuruh memegang tali dan

sekaligus berperan sebagai benda yang disebutnya tadi;

- Tali dihubung-hubungkan ke peserta lainnya sesuai dengan peran dan

interaksinya;

IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tuhun 1968 | 22

- Tali ditarik oleh semua peserta dengan agak kuat, untuk menggambarkan betapa

kuatnya interaksi yang terjadi;

- Mentor yang juga memegang salah satu peran dari unsur ekosistem, melepaskan

tali yang dipegangnya, hingga semua peserta jatuh, hal ini untuk

menggambarkan bahwa bila salah satu mata rantai rusak atau terputus akan

mengakibatkan ambruknya suatu ekosistem;

- Ulasan dan berbagi pengalaman.

Alat Bantu : Tali, kertas koran dan spidol kecil, bila ada matras / bagor.

19. Bisikan Daun

Tujuan : Melatih indera pendengaran dan konsentrasi

Metoda : Permainan

Rincian : Susun kalimat, dibaca dan diingat oleh peserta dan disampaikan /

dibisikan pada rekan disampingkan terus sampai yang terakhir,

peserta terakhir harus mengucapkannya keras atau mengambil

benda yang diperintahkan atau memeragakan pelaksanaan dari

dari perintah, bandingkan dengan kalimat aslinya, adanya

perbedaan ?

20. Animal Scramble

Tujuan : Memperkenalkan keanekaragaman ciri dari suatu benda (satwa

atau tumbuhan)

Metoda : Permainan

Rincian Kegiatan :

- Peserta dibagi dalam kelompok kecil 5 s/d 6 orang;

- Salah seorang diantaranya diberi gambar binatang atau tumbuhan;

- Peserta yang lainnya suruh menebak gambar yang dipunyai temannya dengan

cara menyebutkan ciri-ciri;

- Bila sudah ketebak gantian;

- Diskusi mengapa mempunyai ciri demikian.

Alat Bantu : gambar binatang atau tumbuhan

MATERI PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BAGI GURU SEKOLAH DASAR

DI SEKITAR BALAI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO ANGKATAN 26

BANYUWANGI, 18-19 JULI 2011 JAWA TIMUR

Drs. DJOKO SETIONO

YAYASAN PELESTARIAN ALAM DAN KEHIDUPAN LIAR INDONESIA

THE INDONESIAN WILDLIFE CONSERVATION FOUNDATION (IWF)

Jl. H. Batong Raya No.3 Cilandak Barat Jakarta Selatan 12430 Telp : (021) 7695658 Fax : (021) 75909559

Email : [email protected] Website : www.iwf.or.id