pendidikan kewarganegaraan

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan undang-undang dasar 1945 (UUD ‘45) Indonesia merupakan negara hukum. Oleh karena itu seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara diatur oleh seluruh sistem dan tata peraturan yang bertumpu pada UUD ’45. Aspek kehidupan berbangsa dan bernegara tersebut perlu dipahami secara benar agar dalam pelaksanaan dan implementasinya dapat selaras dengan peraturan hukum yang berlaku. Pada aspek kehidupan berbangsa dan bernegara tentu saja hal tersebut sangat terkait dengan hak dan kewajiban warga negara. Oleh karena itu seluruh hal yang berkaitan hak serta kewajiban warga negara telah diatur dengan pada UUD ’45 pasal 27, 28, 30, dam 31. Pasal-pasal tersebut menjelaskan tentang hak-hak warga negara serta kewajiban yang melekat pada dirinya. Selain itu, pasal-pasal tersebut menjadi tumpuan dalam pembuatan dan pelaksanaan pertaturan terkait hak dan kewajiban yang tingkatannya berada di bawah UUD ’45. Melalui makalah ini diharapkan terbentuk pemahaman yang benar terkait dengan hak dan kewajiban berwarga negara. Selain itu makalah ini 1

description

pendidikan kewarganegaraan - hak dan kewajiban warga negara- UNY - Dinda, Nevi, Annisa Nur F, Hasby - 2014

Transcript of pendidikan kewarganegaraan

Page 1: pendidikan kewarganegaraan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan undang-undang dasar 1945 (UUD ‘45) Indonesia

merupakan negara hukum. Oleh karena itu seluruh aspek kehidupan

berbangsa dan bernegara diatur oleh seluruh sistem dan tata peraturan yang

bertumpu pada UUD ’45. Aspek kehidupan berbangsa dan bernegara tersebut

perlu dipahami secara benar agar dalam pelaksanaan dan implementasinya

dapat selaras dengan peraturan hukum yang berlaku.

Pada aspek kehidupan berbangsa dan bernegara tentu saja hal tersebut

sangat terkait dengan hak dan kewajiban warga negara. Oleh karena itu

seluruh hal yang berkaitan hak serta kewajiban warga negara telah diatur

dengan pada UUD ’45 pasal 27, 28, 30, dam 31. Pasal-pasal tersebut

menjelaskan tentang hak-hak warga negara serta kewajiban yang melekat

pada dirinya. Selain itu, pasal-pasal tersebut menjadi tumpuan dalam

pembuatan dan pelaksanaan pertaturan terkait hak dan kewajiban yang

tingkatannya berada di bawah UUD ’45.

Melalui makalah ini diharapkan terbentuk pemahaman yang benar

terkait dengan hak dan kewajiban berwarga negara. Selain itu makalah ini

fokus pada pelaksanaan hak dan kewajiban Anak Berkebutuhan Khusus

(ABK), sehingga diharapkan akan diperoleh pemahaman bahwa

sesungguhnya hak dan kewajiban ABK sama dengan orang pada umumnya.

Hanya saja harus dipahami keterbatasan ABK tersebut agar disesuaikan

terhadap implementasi hak dan kewajiban yang ada di lapangan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam penyusunan makalah ini,

antara lain :

1. Apa pengertian pengertian warga negara?

2. Apa pengertian hak dan kewajiban sebagai warga negara?

1

Page 2: pendidikan kewarganegaraan

3. Apa sajakah hak dan kewajiban sebagi warga negara?

4. Apakah hak dan kewajiban warga negara khususnya Anak Berkebutuhan

Khusus sudah terealisasi seperti yang tercantum pada UUD 1945?

2

Page 3: pendidikan kewarganegaraan

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Warga Negara

Menurut UUU 1945 Pasal 26 (Ayat 1), warga negara adalah orang-orang

bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

undang-undang sebagai warga negara. Penduduk, sebagaimana diatur dalam

Pasal 26 (Ayat 2), ialah warga negara indonesia dan orang asing yang

bertempat tinggal di Indonesia. Hal-hal mengenai warga negara dan

penduduk di atur dengan undang-undang (UUD 1945 Pasal 26 (Ayat 3)).

Menurut Sunarso, dkk (2013:29) Status kewarganegaraan dalam suatu

negara biasanya terkait dengan dua asas, yaitu :

1) Ius Soli

Ius Soli adalah asas tempat kelahiran. Di dalam asas ini, seseorang

memperoleh kewarganeraannya berdasarkan negara tempat di mana dia

dilahirkan, meskipun orang tuanya bukan warga negara dari negara

tersebut. Pada awalnya asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran ini

hanya satu, yakni ius soli saja. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa

karena sesorang lahir di suatu wilayah negara, maka otomatis dan logis ia

menjadi warga negara tersebut. Akan tetapi dengan semakin tingginya

tingkat mobilitas manusia, diperlukan suatu asas lain yang tidak hanya

berpatokan pada tempat kelahiran saja. Selain itu, kebutuhan terhadap

asas lain ini juga berdasarkan realitas empirik bahwa ada orang tua yang

memiliki status kewarganegaraan yang berbeda. Hal ini akan bermasalah

jika kemudian orang tua tersebut melahirkan anak di tempat salah satu

orang tuanya (misalnya, di tempat ibunya). Jika tetap menganut asas ius

soli, maka si anak hanya akan mendapatkan status kewarganegaraan

ibunya saja, sementara ia tidak berhak atas status kewarganegaraan

bapaknya. Atas dasar itulah,  maka asas ius sanguinis dimunculkan,

sehingga si anak dapat memiliki status kewarganegaraan bapaknya.

2) Ius Sanguinis

3

Page 4: pendidikan kewarganegaraan

Ius sanguinis adalah asas keibubapaan. Di dalam asas ini, seseorang

memperoleh kewarganegaraan suatu negara berdasarkan asas

kewarganegaraan orang tuanya, di manapun ia dilahirkan. Jika suatu

negara menganut asas ius sanguinis, seseorang yang lahir dari orang tua

yang memiliki kewarganegaraan suatu negara, seperti Indonesia, maka

anak tersebut berhak mendapat status kewarganegaraan orang tuanya,

yaitu warga negara Indonesia.

Kedua prinsip kewarganegaraan ini digunakan secara bersama dengan

mengutamakan salah satu, tetapi tanpa meniadakan yang satu. Konflik antara

Ius Soli dan Ius Sanguinis akan menyebabkan terjadinya kewarganegaraan

rangkap (bi-patride) atau tidak mempunya kewarganegaraan sama sekali (a-

patride). Berhubungan dengan itu, maka untuk menentukan kewarga negaraan

seseorang digunakan 2 stelsel kewarganegaraan (di samping kedua asas di

atas), yaitu stelsel aktif dan stelsel pasif. Pelaksanaan kedua stelsel ini kita

bedakan dalam hak opsi dan hak reputasi. Hak opsi ialah hak untuk memiliki

kewarganegaraan (pelaksanaan stelsel aktif) dan hak reputasi ialah hak untuk

menolak kewarganegaraan (pelaksana stelsel pasif).

Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU No. 12 Tahun

2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang

yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah:

1) Setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI.

2) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI.

3) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan

ibu warga negara asing (WNA), atau sebaliknya.

4) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan

ayah yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang

ayah tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.

5) Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya

meninggal dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang

WNI.

4

Page 5: pendidikan kewarganegaraan

6) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI.

7) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui

oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan

sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin.

8) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu

lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.

9) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik

Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui.

10) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan

ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui

keberadaannya.

11) Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan

ibu WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut

dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang

bersangkutan.

12) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia

sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi:

1) Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18

tahun dan belum kawin, diakui secara sah oleh ayahnya yang

berkewarganegaraan asing.

2) Anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah

sebagai anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan.

3) Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan

bertempat tinggal di wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh

kewarganegaraan Indonesia.

4) Anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara

sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI.

5

Page 6: pendidikan kewarganegaraan

Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang

termasuk dalam situasi sebagai berikut:

1) Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan

bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya

memperoleh kewarganegaraan Indonesia.

2) Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat

anak secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga

negara Indonesia.

Sudah selayaknya keturunan warga negara RI adalah WNI. Sebagaimana

telah diterangkan di atas yang menentukan status anak ialah ayahnya. Apabila

tidak ada hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya atau apabila

ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan ataupun (selama) tidak diketahui

kewarganegaraannya, maka barulah ibunya yang menentukan status anak itu.

Hubungan hukum kekeluargaan antara ibu dan anak selalu mengadakan

hukum secara yuridis. Anak baru turut kewarganegaraan ayahnya, setelah

ayah itu mengadakan hubungan hukum kekeluargaan dan apabila hubungan

hukum itu baru diadakan setelah anak itu menjadi dewasa, maka ia tidak turut

kewarganegaraan ayahnya.

B. Pengertian Hak dan Kewajiban

1. Hak

Dari segi etimologi kata Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, hak

adalah mempunyai, kekuasaan berbuat sesuatu, atau kekuasaan yang

benar akan sesuatu.

Notonagoro dalam buku Kaelani dan Achmad Zubaidi

mendefinisikan hak sebagai berikut: “Hak adalah kuasa untuk menerima

atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan melalui

oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan oleh pihak lain manapun

juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.”

6

Page 7: pendidikan kewarganegaraan

Menurut Kaelan (2002:234) Hak adalah kuasa untuk menerima atau

melakukan suatu yang seharusnya diterima atau dilakukan, yang pada

prinsipnya hanya dilakukan oleh pihak (individu) tertentu dan tidak dapat

dilakukan oleh pihak lain siapapun juga, yang dalam prinsipnya dapat

dilakukan oleh pihak lain siapapun juga, yang dalam prinsipnya dapat

dituntut dengan paksaan olehnya.

Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik individu dan

penggunaannya tergantung kepada individu itu sendiri. Pada umumnya

hak didapat dengan cara diperjuangkan melalui pertanggungjawaban atas

kewajiban.

2. Kewajiban

Notonagoro dalam buku Kaelani dan Achmad Zubaidi

mengungkapkan bahwa ewajiban merupakan kata yang berdasar dari

“wajib”. Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya

dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh

pihak lain manapun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa

oleh yang berkepentingan. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang

harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab atau pembatasan atau

beban yang timbul karena hubungan dengan sesama atau dengan negara.

Disini kewajiban berarti suatu keharusan maka apapun itu jika

merupakan kewajiban kita harus melaksaakannya tanpa ada alasan

apapun itu.

Menurut Kaelan (2002:234) Kewajiban adalah beban untuk

memberikan atau membiarkan barang yang sesuatu yang semestinya

diberikan atau dibiarkan, yang hanya di lakukan oleh pihak tertentu dan

tidak dapat dilakukan oleh siapa pun, dan yang pada prinsipnya dapat

dituntut dengan paksaan dari padanya.

Kewajiban mengarah pada suatu keharusan/ kewajiban bagi individu

dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat

pengakuan akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut.

7

Page 8: pendidikan kewarganegaraan

3. Keterkaitan Hak dan Kewajiban

Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan,

akan tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak

seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk

mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak

warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani

kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat

tinggi lebih banyak mendahulukan hak dari pada kewajiban. Padahal

menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan

tetapi mereka berkewajiban untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri

tetapi juga memikirkan kehidupan rakyatnya khususnya rakyat yang

belum merasakan kesejahteraan. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak

ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak

ada maka tidak akan terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan.

Agar terhindarnya dari ketimpangan akan hak dan kewajiban tersebut

diperlukan kesadaran secara mendasar pada individu akan kewajiban

yang harus dipenuhi guna mendapatkan hak yang pantas dan sesuai atas

pelaksanaan kewajiban tersebut.

C. Hak dan Kewajiban Warga Negara

Adapun hak sebagai warga negara yang tercantum dalam Undang-

Undang Dasar 1945, antara lain :

1) Pasal 27 Ayat (2): “Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”

2) Pasal 28 : “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan

pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan

undang-undang”

3) Pasal 28 A: “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak

mempertahankan hidup dan kehidupannya.”

4) Pasal 28 B Ayat (1): “Setiap orang berhak membentuk keluarga dan

melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.”

8

Page 9: pendidikan kewarganegaraan

5) Pasal 28 B Ayat (2): “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,

tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan

dan diskriminasi.”

6) Pasal 28 C Ayat (1): “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui

pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan

memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan

budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan

umat manusia.”

7) Pasal 28 C Ayat (2): “Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya

dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun

masyarakat, bangsa dan negaranya.”

8) Pasal 28 D Ayat (1): “Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan

kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.”

9) Pasal 28 D Ayat (2) : “Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat

imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.”

10) Pasal 28 D Ayat (3) : “ Setiap warga negara berhak memperoleh

kesempatan yang sama dalam pemerintahan.”

11) Pasal 28 D Ayat (4) : “Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.”

12) Pasal 28 E Ayat (1) : “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat

menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih

pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah

negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.”

13) Pasal 28 E Ayat (2) : “Setiap orang atas kebebasan meyakini

kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati

nuraninya.”

14) Pasal 28 E Ayat (3) : “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,

berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.”

15) Pasal 28F: “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh

informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta

berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,

9

Page 10: pendidikan kewarganegaraan

dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran

yang tersedia.”

16) Pasal 28 G Ayat (1) : “Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi,

keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah

kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari

ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang

merupakan hak asasi.”

17) Pasal 28 G Ayat (2) : “Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan

dan perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak

memperoleh suaka politik dari negara lain.”

18) Pasal 28 H Ayat (1-5) : mengatur beberapa hak asasi manusia yang tidak

dapat dikurangi dalam keadaan apapun, termasuk didalamnya hak untuk

tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.

19) Pasal 28 I (1 dan 2) : memberikan pembatasan yang ditetapkan dengan

undang-undang dan untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas

hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil

sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan

ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

20) Pasal 30 : “ tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam

usaha pertahanan dan keamanan negara.”

21) Pasal 31 (ayat 1) : “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”

Adapun kewajiban sebagai warga negara yang tercantum dalam Undang-

Undang Dasar 1945, antara lain :

1) Wajib menaati hukum dan pemerintahan

Pasal 27 Ayat (1) UUD 1945: “Segala warga negara bersamaan

kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung

hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”

2) Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara

Pasal 27 Ayat (3) UUD 1945: “Setiap warga negara berhak dan wajib

ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”

10

Page 11: pendidikan kewarganegaraan

Memperteguh konsep yang dianut bangsa dan negara Indonesia di bidang

pembelaan negara, yakni upaya pembelaan negara bukan monopoli TNI,

tetapi merupakan hak sekaligus kewajiban setiap warga negara.

3) Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain

Pasal 28 J Ayat (1) UUD 1945: “Setiap orang wajib menghormati hak

asai manusia orang lain.”

4) Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-

undang

Pasal 28J Ayat (2) UUD 1945 : “Dalam menjalankan hak dan

kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang

ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin

pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk

memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-

nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat

demokratis.”

5) Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara

Pasal 30 Ayat (1) UUD 1945 : “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib

ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”

6) Wajib ikut dalam pendidikan

Pasal 31 ayat (2) UUD 1945 : “Setiap warga negara wajib mengikuti

pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.”

11

Page 12: pendidikan kewarganegaraan

BAB III

ANALISIS MASALAH

A. Masalah

Anak dengan Disabilitas Masih Menghadapi Diskriminasi

Pendidikan

JAKARTA, KOMPAS.com (Rabu, 10 Desember 2014 | 13:00 WIB -

Anak-anak penyandang disabilitas seharusnya memiliki hak yang sama

dengan anak-anak lain dalam pendidikan. Tapi, diskriminasi dalam

bidang pendidikan masih mereka hadapi. Selain kesulitan mengakses

pendidikan, masih sedikit pula jumlah guru yang memiliki kapasitas

menangani anak-anak tersebut.

Hak anak dengan disabilitas (AdD) untuk mendapat pendidikan yang

sama sebenarnya sudah ditegaskan dalam Undang-undang Perlindungan

Anak no. 23 tahun 2002. Tetapi, nyatanya masih banyak sekolah yang

belum mau menerima AdD.

"Ada seorang guru yang mengatakan semenjak sekolahnya menjadi

sekolah inklusi, banyak orang tua yang menarik anaknya keluar dari

sekolah. Katanya takut tertular dan memindahkannya ke sekolah lain.

Padahal sekolah luar biasa juga jarang ada di pedesaan," kata Wiwied

Trisnadi, Project Manager Save the Children dalam acara talkshow Save

the Children: Equal Rights Equal Opportunities di Menteng, Jakarta

Pusat, Selasa (09/12/14).

Selain itu, menurut Wiwied, kendala lainnya adalah kapasitas guru.

Masih banyak guru yang tidak tahu bagaimana cara menangani AdD ini. 

Para guru di sekolah inklusi ini seharusnya diberikan informasi

mengenai AdD karena mereka sedikit unik dibandingkan anak umum

lainnya. Sayangnya, tak ada komunikasi yang terjadi antara orangtua dan

guru, sehingga banyak AdD yang dikeluarkan akibat kebiasaan-

kebiasaan yang tidak diketahui guru tersebut. 

12

Page 13: pendidikan kewarganegaraan

Anak AdD juga rawan mengalami kekerasan, berupa perundungan

(bullying), baik secara verbal atau nonverbal. Tak sedikit anak yang

mengejek atau bahkan melakukan perbuatan fisik pada AdD sehingga

orangtua mereka tidak jadi menyekolahkan AdD ini. 

Jumlah sekolah inklusi saat ini menurut Wiwied masih jauh dari

harapan. "Sekolah inklusi tersebut menentukan kuota untuk para AdD ini

agar mereka bisa bersekolah dan bergabung dengan anak lainnya.

Namun, kuota tersebut jarang yang penuh, mengapa ? karena orangtua

mereka takut anaknya akan mengalami kekerasan. Apalagi siswa-siswa

itu kan tidak dipantau sepanjang waktu oleh guru," ujarnya. 

Saat ini telah disediakan dana alokasi untuk anak-anak dengan

disabilitas di daerah pedesaan. Harapannya, anak-anak dengan disabilitas

tidak kesulitan lagi mendapatkan pendidikan. "Yang paling penting

sekolah yang siap menjadi sekolah inklusi adalah komitmen moralnya.

Karena sekolah inklusi ini dicampur dan tidak dieklusifkan maka metode

belajar, kurikulum, penilaian serta evaluasi semuanya harus disesuaikan

dengan kondisi anak," katanya.

Ia menambahkan, meski AdD berbeda, namun hal tersebut tidak

perlu diributkan, karena pada dasarnya semua anak unik. "Yang

seharusnya kita lakukan adalah menghargai perbedaan tersebut dan

memberikan waktu, kesempatan serta hak-hak mereka," jelasnya.(Eva

Erviana)

B. Analisis

Bertumpu pada UUD 1945 (pasal 31 ayat 1 dan 2) bahwa pendidikan

dasar wajib dan akan ada sanksi bagi siapa pun yang tidak melaksanakan

kewajiban itu. Dengan demikian setiap warga negara mempunyai

pendidikan minimum yang memungkinkannya untuk dapat berpartisipasi

dalam proses pencerdasan kehidupan bangsa. Di pihak lain, UUD

mewajibkan pemerintah untuk membiayayi pelaksanaan tersebut.

Ditegaskan UU No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional pasal 5

13

Page 14: pendidikan kewarganegaraan

dalam buku Bidiyanto,dkk (2014:8) bahwa segala kebutuhan khusus

setiap warga negara memiliki hak untuk memperoleh pendidikan yang

bermutu guna mengembangkan potensi yang ada. Dan meninjau kembali

Permendiknas No. 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusi bagi peserta

didik yang mengalami kelainan dan memiliki potensi kecerdasan/bakat

istemewa. Telah jelas bahwa anak berkebutuhan khusus memiliki hak

yang sama tentang memperoleh pendidikan seperti warga negara lainnya

Namun kondisi lapangan masih jauh dari harapan yang ada dalam

setiap peraturan perundangan-undangan di Indonesia. Merujuk pada

berita dari Kompas.com tentang “Anak Dengan Disabilitas Menghadapi

Banyak Diskriminasi dalam Pendidikan”. Dapat ditarik sebuah

keterkaiatan penyediaan pelayanan pendidikan untuk anak berkebutuhan

khusus di sekolah inklusi, dari segi Guru, Orang tua anak berkebutuhan

khusus (ABK), orang tua anak non anak berkebutuhan khusus dan teman

sebaya.

Dari segi guru, dapat terlihat bahwa kapasitas guru sebagai

pembimbing dan pemberi pelayanan kepada anak berkebutuhan masih

kurang. Hal ini disebabkan karena belum terbentuknya kesiapan guru

yang maksimal, perlu ditekankan menghadapi anak berkebutuhan khusus

dengan berbagai sifat dan karakter yang unik bukanlah seperti

membalikkan telapak tangan. Seorang guru anak berkebutuhan khusus

haruslah memahami metode, kurikulum, cara mengajar, dan segala

informasi tentang anak tersebut secara lebih mendalam. Kapasitas guru

yang meng”handel” pengajaran ABK pada sekolah inklusi, selain itu

guru juga kurang dalam berkomunikasi dengan orang tua dari pihak anak

berkebutuhan khusus. Sehingga terjadi hal-hal yang kurang diinginkan

kedua belah pihak.

Dari segi orang tua anak berkebutuhan khusus, memiliki beberapa

pandangan bahwa anak mereka masih kurang mendapat akses pendidikan

yang sesuai dengan kebutuhan anak mereka. Bahkan memilih untuk tidak

menyekolahkan anak mereka. Hal ini dipengaruhi oleh asumsi-asumsi

14

Page 15: pendidikan kewarganegaraan

sulitnya mendapat akses pendidikan yang sesuai dari harapan, kurangnya

komunikasi antara guru dan orang tua, dan ketakutan orang tua akan

kekerasan yang terjadi pada anak mereka selama disekolah saat guru

tidak mengawasi. Padahal telah jelas dalam UUD 1945 Pasal 28 B Ayat

(2): “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan

berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi.” Namun, pasal ini tidak cukup mengayomi orang tua anak

berkebutuhan khusus dilapangan.

Dari segi orang tua murid non anak berkebutuhan khusus, mereka

memiliki kecenderungan lebih memilih mengeluarkan anak mereka dari

sekolah inklusi atau sekolah yang memiliki anak dengan kebutuhan

khusus. Faktor yang berkembang lebih condong pada asumsi apabila

menyekolahkan anaknya pada satu sekolah dengan anak yang memiliki

kebutuhan khusus, maka anak tersebut akan tertular kebutuhan khusus

anak tersebut.

Dari segi teman sebaya, anak berkebutuhan khusus lebih sering

mengalami perundungan (bullying, baik secara verbal maupun non

verbal. Hal ini terjadi karena anak lain menganggap mereka lemah dan

tak berdaya, sehingga rawan pula terjadi kekerasan fisik pada anak

berkebutuhan khusus.

C. Solusi

Adapun solusi berdasarkan analisis tersebut, antara lain :

1. Pemerintah seharusnya lebih memberikan ketegasan hukum untuk

kekerasan dan pendiskriminasian anak berkebutuhan khusus.

2. Seluruh pihak yang terkait dalam bidang penegakkan hukum seharusnya

mempertimbangkan karakteristik masing-masing anak berkebutuhan

khusus.

3. Guru seharusnya memahami karakter setiap siswa dalam kelasnya,

sehingga terbentuk keselarasan dalam kegiatan belajar mengajar. Selain

itu harus terjalin komunikasi yang baik dengan orang tua/wali agar

15

Page 16: pendidikan kewarganegaraan

pemahaman tentang kelas inklusi dapat diterima positif dan terjalin

kolaborasi yang saling mendukung.

4. Orang tua seharusnya memberikan informasi tentang kondisi anak secara

lengkap, agar dapat diberikan pelayanan yang sesuai dengan anak

berkebutuhan khusus tersebut.

16

Page 17: pendidikan kewarganegaraan

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Dari pembahasan tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan sebagai

berikut :

Warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang

bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.

Penduduk, sebagaimana diatur dalam pasal 26 ayat 2, ialah warga negara

indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Status

kewarganegaraan dalam suatu negara biasanya dikaitkan dengan asas ius

sanguinis dan ius soli. Hak merupakan sesuatu yang dimiliki oleh seorang

indvidu dan kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh seorang

individu. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan,

akan tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang.

Hak dan kewajiban kita sebagai warga negara Indonesia telah diatur dalam

UUD 1945, khususnya ada dalam pasal 27, 28, 30 dan 31. Pemenuhan hak

dan kewajiban anak berkebutuhan khusus belum terealisasikan seperti yang

ada dalam UUD 1945. Hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor yang harus

dikaji lebih mendalam.

B. Saran

Meninjau dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa

saran. Antara lain :

1. Untuk pemerintah

Lebih mensosialisasikan tentang peraturan-peraturan yang ada

Memberikan pelayananan yang lebih optimal dalam pemperolehan

hak dan pelaksanaan kewajiban terhadap warga negara, khususnya

anak berkebutuhan khusus yang sekarang masih banyak terjadi

diskriminasi

Memberikan rasa aman dan damai dalam hidup bernegara

17

Page 18: pendidikan kewarganegaraan

2. Untuk warga negara Indonesia

Membantu kelancaran terlaksananya pelaksanaan hak dan kewajiban

bernegara

Memperjuangkan hak yang harusnya diperoleh dan kewajiban yang

harusnya dilaksanakan dengan baik

Bersifat peduli tehadap hak dan kewajiban orang lain

3. Untuk mahasiswa

Memperjuangkan hak-haknya sebagai penerus bangsa dan

melaksanakan kewajibannya untuk memajukkan Indonesia

Sesuai dengan bidang pendidikan sebagai mahasiswa Pendidikan

Luar Biasa, ikud serta memajukan terlaksananya pelayanan terhadap

anak berkebutuhan khusus dalam pendidikan, pekerjaan, dan segala

hak-hak yang harus didapatkan serta kewajibannya.

18

Page 19: pendidikan kewarganegaraan

Daftar Pustaka

Budiyanto, dkk. 2014. Modul Pelatihan Pendiidkan Inklusif. Jakarta :

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar Dorektorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus

Pendidikan Dasar.

Eva Erviana. 2014. Anak dengan Disabilitas Masih Menghadapi Diskriminasi

Pendidikan. Diakses melalui http://health.kompas.com/read/2014/12/10/

130000423/Anak.dengan.Disabilitas.Masih.Menghadapi.Diskriminasi.Pendi

dikan. Pada 6 Maret 2015, pukul 20.09.

Kaelan. 2002. Filsafat Pancasila. Yogyakarta : PARADIGMA

Kaelani dan Achmad Zubaidi. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk

Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.

MPR Republik Indonesia. 2011. Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dan Ketettapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Jakarta : Sekretariat Jendral

MPR RI.

Sunarso, dkk. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta : UNY PRESS

19