PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

26
UniversitasJenderalSoedirma nFakultasBiologiPSDPKPendid ikanKewarganegaraanUniversi tasJenderalSoedirmanFakulta sBiologiPSDPKPendidikanKewa rganegaraanUniversitasJende ralSoedirmanFakultasBiologi PSDPKPendidikanKewarganegar aanUniversitasJenderalSoedi rmanFakultasBiologiPSDPKPen didikanKewarganegaraanUnive rsitasJenderalSoedirmanFaku ltasBiologiPSDPKPendidikanK ewarganegaraanUniversitasJe i PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PRO KONTRA PROGRAM BALSEM/BLSM BLSM : BANTUAN LANGSUNG SENGSARAKAN MASYARAKAT DISUSUN OLEH NAMA : DWI RETNO SETIA NINGRUM NIM : B0A013009 KELOMPOK : IV B UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

description

makalah mengenai BLSM

Transcript of PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UniversitasJenderalSoedirmanFakultasBiologiPSDPKPendidikanKewarganegaraanUniversitasJenderalSoedirmanFakultasBiologiPSDPKPendidikanKewarganegaraanUniversitasJenderalSoedirmanFakultasBiologiPSDPKPendidikanKewarganegaraanUniversitasJenderalSoedirmanFakultasBiologiPSDPKPendidikanKewarganegaraanUniversitasJenderalSoedirmanFakultasBiologiPSDPKPendidikanKewarganegaraanUniversitasJenderalSoedirmanFakultasBiologiPSDPKPendidikanKewarganegaraanUniversitasJenderalSoedirmanFakultasBiologiPSDPKPendidikanKewarganegaraanUniversitasJenderalSoedirmanFakultasBiologiPSDPKPendidikanKewarganegaraanUniversitasJenderalSoedi

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PRO KONTRA PROGRAM BALSEM/BLSM

BLSM : BANTUAN LANGSUNG SENGSARAKAN MASYARAKAT

DISUSUN OLEH

NAMA : DWI RETNO SETIA NINGRUM

NIM : B0A013009

KELOMPOK : IV B

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Dalam makalah ini, penulis mengangkat tema “Pro Kontra BALSEM/BLSM”

serta berjudul ‘BLSM : Bantuan Langsung Sengsarakan Masyarakat’

Disusun Oleh

Nama : Dwi Retno Setia Ningrum

NIM : B0A013009

Telah disahkan pada

Hari:

Tanggal :

Dosen Pengampu

Slamet Santoso SP, Drs., M.S.

NIP : 195805261984101001

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmatnya sehingga tugas terstruktur (membuat makalah) dengan judul “BLSM:

Bantuan Langsung Sengsarakan Masyarakat” dapat selesai tepat waktu. Didalam

makalah ini terdiri dari beberapa bab yang diharapkan dapat memberikan

informasi kepada pembaca.

Melalui makalah ini diharapkan pembaca dapat lebih memahami maksud

dari kebijakan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Salah satu kebijakannya

untuk warga miskin adalah Bantuan Langsung Sementara Masyarakat yang akan

dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

Tiada gading yang tak retak, begitulah bunyi salah satu pepatah bijak. Maka

dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca,

agar kedepannya bisa diperbaiki.

Purwokerto, 2013

Penulis

iv

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Halaman Pengesahan ii

Kata Pengantar iii

Daftar Isi iv

Daftar Gambar v

Ringkasan vi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Perumusan Masalah 2

C. Tujuan . 2

D. Manfaat 2

E. Ruang Lingkup 2

BAB II METODOLOGI PENULISAN 3

A. Objek Penulisan 3

B. Dasar Pemilihan Objek 3

C. Metode Pengumpulan Data 3

D. Metode Analisis 3

BAB III ANALISIS PERMASALAHAN 4

A. Pembahasan 4

B. Kesimpulan dan Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 13

v

DAFTAR GAMBAR

Gb. I Masyarakat antri pembagian BLSM 5

Gb. II Survei BLSM di Masyarakat 6

Gb. III Alur Penerimaan Data 9

Gb. IV Alur Pengolahan Data 9

Gb. V Mekanisme Penyaluran Dana 10

vi

RINGKASAN/ABSTRAK

Bantuan Langsung Sementara untuk Masyarakat, yang selanjutnya disebut BALSEM/BLSM adalah program pemberian bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang ditetapkan Pemerintah dalam rangka kompensasi atas kenaikan harga BBM.

Tujuan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) adalah untuk mencegah penurunan daya beli masyarakat dan kompensasi menyusul pengurangan subsidi BBM. Pengurangan subsidi menyebabkan kenaikan harga BBM yang diikuti dengan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sehingga daya beli masyarakat menurun terutama masyarakat miskin. Untuk itulah BLSM disalurkan.

Pada pelaksanaannya BLSM ini menuai pro kontra pada setiap kalangan.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Di Indonesia pemerintah kerap memberikan kebijakan kepada rakyat yang

dikategorikan sebagai rakyat miskin. Pada masa kepemimpiman Bapak Soesilo

Bambang Yudhoyono, beliau telah memberikan beberapa kebijakan kepada rakyat

miskin, diantaranya: Beras untuk Rakyat Miskin (Raskin), Bantuan Siswa Miskin

(BSM), Program Keluarga Harapan (PKH).

Baru-baru ini Pemerintah telah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Premium naik Rp2.000 menjadi Rp6.500 per liter dan harga solar naik Rp1.000 menjadi Rp5.500 per liter.

Kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut akan dilakukan setelah pembahasan RAPBNP 2013 selesai atau sekitar pekan ketiga Juni 2013. Isu kenaikan harga BBM ini sudah berulang diwacanakan Menteri ESDM Jerro Wacik, namun selalu berujung kebingungan dan tanpa keputusan. Sepertinya pemerintah gamang mengambil kebijakan yang tidak populis ini.

Seiring kenaikan ini pemerintah akan menyiapkan 15,5 juta kartu untuk dibagikan kepada masyarakat miskin penerima Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Seperti yang dilansir media massa, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Armida Alisjahbana akan membagikan 15,5 juta kartu tersebut ke rumah tangga yang mendapatkan dana kompensasi BBM. Adapun yang menjadi koordinator keseluruhan dalam pembagian dana kompensasi ini menteri koordinator bidang kesejahteraan rakyat (menko kesra). Program bantuan sosial ini akan terus berlanjut hingga 2014, kecuali program khusus seperti BLSM yang rencananya cukup dilaksanakan empat sampai lima bulan pascakenaikan harga BBM. Terkait dana kompensasi harga BBM, pemerintah mengusulkan dana kompensasi kenaikan harga BBM bersubsidi tahun ini sebesar Rp30,1 triliun. Jumlah tersebut melonjak dari perkiraan semula yang hanya Rp20 triliun.

Tentu timbul pertanyaan di benak kita akan ke mana dana Rp30 triliun itu

dibagikan? Apa kriteria yang digunakan untuk memberikan kartu BLSM ini?

Kemudian kenapa mesti dibagikan? Alih-alih dialokasikan untuk pembangunan

infrastruktur, apakah tidak cukup program Kemensos atau Men-kokesra

2

membantu rakyat miskin? Apakah sedemikian besar jumlah masyarakat miskin

sehingga harus dibagi sampai Rp30 triliun?

Bantuan Langsung Sementara untuk Masyarakat atau yang selanjutnya

disebut sebagai BLSM memberi berbagai dampak baik untuk penerima, atau

pemberi bahkan yang tidak mendapatkannya.

Melalui makalah ini, penulis bermaksud untuk mengetahui pihak-pihak

yang pro serta kontra terhadap adanya Bantuan Langsung Sementara Masyarakat.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengangkat judul “BLSM:

Bantuan Langsung Sengsarakan Masyarakat ”

B. PERUMUSAN MASALAH

1. Apa penyebab munculnya BLSM?

2. Apa yang dimaksud dengan BLSM?

3. Siapa saja yang pro dan kontra BLSM?

4. Bagaimana menyikapi kebijakan BLSM?

C. TUJUAN

1. Mengetahui penyebab munculnya kebijakan BLSM di Indonesia.

2. Memahami arti BLSM.

3. Mengetahui pihak-pihak yang mendukung dan menolak adanya BLSM.

4. Menyadarkan penerima salah sasaran.

D. MANFAAT

Manfaat yang bisa diambil dari penulisan makalah ini antaralain: bagi

Perangkat Pemerintah diharapkan dapat menjalankan tugas-tugas yang telah

diberikan dengan optimal. Bagi masyarakat agar lebih bijaksana dalam menerima

kebijakan Pemerintah dalam berbagai bentuk. Bagi peneliti, khususnya

Mahasiswa menjadi lebih peka terhadap lingkungan sekitar yang menyangkut

masyarakat, diharapkan Mahasiswa dapat menjembatani antara Masyarakat dan

Pemerintah.

E. RUANG LINGKUP

Cakupan ruang lingkup pada pokok bahasan ini adalah mencakup kebijakan

pemerintah, pelaksana kebijakan, penerima kebijakan, serta pandangan petinggi

Negara mengenai kebijakan dari pemerintah.

3

BAB II

METODOLOGI PENULISAN

A. OBJEK PENULISAN

Objek penulisan dalam makalah bertema pro kontra BALSEM/BLSM

menggunakan metode pengumpulan data, dari artikel, internet, maupun referensi.

B. DASAR PEMILIHAN OBJEK

Dasar pemilihan objek makalah ini adalah membahas masalah yang saat ini

sedang actual di Indonesia dengan mengangkat, membahas, menganalisis,

permasalahan tersebut.

C. METODE PENGUMPULAN DATA

KAJI PUSTAKA

DISKUSI

OBSERVASI

D. METODE ANALISIS

Menggunakan Metode Deskriptif Analitis : Mengidentifikasi permasalahan

berdasarkan fakta dan data yang ada; Menganalisis permasalahan berdasarkan

pustaka dan data pendukung; Mencari alternatif pemecahan masalah.

4

BAB III

ANALISIS PERMASALAHAN

A. PEMBAHASAN

Kebijakan pemerintah untuk menaikan Harga BBM akhirnya disahkan juga. Dengan dalih penghematan APBN, pemerintah tega menjadikan rakyat sebagai korban. Bagaimana tidak, karena sebelum kebijakan itu disahkan, harga-harga kebutuhan pokok sudah terlebih dahulu naik.

Sebagai ‘pelipur lara’, pemerintah mengucurkan dana BLSM (Bantuan Langsung Sementrara Masyarakat) sebesar Rp150.000 per kepala keluarga. Pemerintah berharap, dampak naiknya harga BBM bisa diredam dengan BLSM, Raskin, Bantuan Siswa Miskin, Program Keluarga Harapan dan program infrastruktur dasar khususnya di pedesaan.

Ketika ada rakyat miskin ditanya, “Apakah cukup uang Rp 300.000,- Rp 150.000,- untuk sebulan?” Dengan berkobar-kobar mereka pasti menjawab tidak cukup. Tapi, yang perlu digaris bawahi di sini adalah, BLSM hanya sekedar bantuan. Menurut saya, besar kecilnya itu tidak dapat diukur dengan kebutuhan masing-masing keluarga karena kebutuhan setiap orang itu berbeda. Ketika kita bertanya kepada orang yang memiliki 8 anak, jelas uang Rp 300.000,- Rp 150.000,- setiap bulannya tidak banyak berdampak bagi pemenuhan keluarganya. Tapi mungkin ketika kita bertanya kepada keluarga yang hanya memiliki 1 anak, mungkin Rp 300.000,- Rp 150.000,- bisa cukup untuk membiayai uang sekolah anaknya untuk sebulan. Akan tetapi, dengan ada pemikiran bahwa pemerintah bukanlah tempat rakyat miskin untuk menggantungkan seluruh “nasib” hidupnya, bukan berarti bahwa pemerintah pun lepas tangan untuk memfasilitasi rakyat miskin dengan subsidi-subsidi lainnya.

Ternyata, BLSM bukannya memberikan solusi, malah menimbulkan permasalahan yang baru. Pertama, Penyalurannya dinilai tidak tepat sasaran. Tidak tepat sasaran diduga karena sistem data yang kurang akurat. Banyak penerima yang ternyata sudah meninggal, atau bahkan tidak terkategori miskin. Sehingga tidak tepat sasaran kepada keluarga yang membutuhkan yang benar-benar miskin.

Kedua, Kebijakan BLSM bernuansa politis. Kebijakan mengucurkandana langsung kepada masyarakat sanagt rentan ditunggangi kepentingan politik tertentu. Bahkan bisa jadi sebagai bentuk ‘suap’

5

kepada rakyat untuk mendapatkan citra yang positif. Apalagi dalam menghadapi pemliu 2014.

Ketiga, BLSM tak memberikan solusi, tidak bisa mencegah inflasi. Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, menjelaskan pemberian kompensasi Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) atas kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi tidak akan meredam dampak inflasi, yang bisa muncul dari kenaikan harga BBM.

Keempat, berpotensi menimbulkan konflik di masyarakat meski skalanya terbatas. Salah satunya seperti yang terjadi di Purewkerto, Anggota DPRD Banyumas Yoga Sugama mengungkapkan konflik sosial mulai terjadi dalam pelaksanaan penyaluran BLSM. Kondisi desa yang tadinya adem ayem, sekarang mulai menghangat, karena banyaknya protes warga yang tidak memperoleh BLSM.

Pemerintah seharusnya belajar dari kegagalan program BLT yang pernah dikocorkan beberapa tahun lalu. Banyak pihak menilai bahwa sistem bantuan langsung sangat tidak efektif dan tidak mendidik dalam memecahkan masalah kemiskinan. BLSM dengan sistem yang sama, akan mendulang hasil yang sama.

Gb. I Masyarakat Antri Pembagian BLSM

Lihat saja, besaran BLSM pun minim dibandingkan naiknya biaya yang harus ditanggung. Begitu harga BBM naik rata-rata 33,3 % (premium naik 44,4 % dan solar naik 22,3 %), ongkos transportasi pun naik rata-rata 20 – 35 persen. Naiknya ongkos transportasi dibarengi oleh lonjakan harga-harga kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari. BLSM kiranya lebih pantas disebut sebagai Bantuan Langsung Sengsarakan Masyarakat.

6

Lebih dari itu, meski harga BBM dinaikkan namun subsidi tetap saja dalam angka Rp 120 triliun- akibat konsumsi meningkat. Lalu ditambah BLSM menjadi sekitar Rp 180 triliun-. Rupanya kebijakan member subsidi hanya akal-akalan. Kenaikan harga BBM tidak menghapus subsidi. Peluang pencurian dan korupsi serta penyelundupan BBM menjadi hal yang dapat dilestarikan dan dilanjutkan.

Kita harus mempertanyakan, sebenarnya ada apa dibalik kebijakan ini? Benarkah kebijakan BLSM ini adalah kebijakan yang pro rakyat? Ataukah kebijakan yang sebenarnya tidak pro rakyat, bahkan mengandung kebohongan publik?

Dengan riuhnya kontraversi BBM dan BLSM, kebanyakan orang lupa bahwa pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan rakyat merupakan kewajiban Pemerintah sesuai dengan Undang-undang nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. BLSM adalah hak masyarakat, bukan kebaikan hati atau sogokan politik, tapi tanggung-jawab Pemerintah (pasal 4). Kewajiban pemerintah untuk melakukan Catur Program Kesejahteraan Sosial, yakni rehabilitasi, pemberdayaan, perlindungan dan jaminan sosial (pasal 6). Jadi, kebijakan semacam ini seharusnya bukan kebijakan pelipur lara, tapi merupakan kebijakan yang wajib dilakukan oleh pemerintah kepada rakyatnya.

Gb. II Survei BLSM di Masyarakat

7

Berdasarkan survey tersebut, Respon masyarakat terhadap BLSM yang setuju sejumlah 58.92% tidak setuju 29.12% response tidak tahu sebanyak 11.96%. survey tepat-tidaknya bantuan yakin tepat sasaran hanya 24.27%, factor lain 3.4% sedangkan menyakini tak tepat sasaran 72.33%.

Selama ini, pemerintah selalu mengklaim bahwa kebijakannya disetujui oleh rakyat, karena para wakil rakyat di DPR MPR mnyetujuinya. Padahal kebijakan kenaikan harga BBM itu bertentangan dengan aspirasi mayoritas masyarakat yang tidak ingin harga BBM dinaikkan. Hal itu terungkap dalam hasil survey Lingkaran Survei Indonesia (LSI) terhadap 1200 responden yang dilakukan pada 18 Juni, selepas rapat paripurna pengesahan RAPBN-P 2013 di DPR. Hasil survey itu menunjukkan, 79,21 persen tak setuju kenaikan harga BBM. Sebanyak 19,1 persen tidak tahu dan hanya 1,69 persen yang setuju kenaikan harga BBM (Republika, 24/6). Tapi tetap saja, pemerintah mengklaim bahwa kenaikan harga BBM itu adalah demi rakyat, sebab disetujui oleh para wakil rakyat.

Pemerintah pun lebih sayang kepada para kapitalis asing daripada kepada rakyat. Pemerintah lebih senang membayar hutang kepada asing daripada memberikan kesejahteraaan kepada rakyatnya. Ternyata hal ini memang sesuai dengan skenario Memorandum of Economic dan Financial Policies atau LoI dengan IMF tahun 2000. Juga untuk memenuhi apa yang disyaratkan bagi pemberian utang Bank Dunia seperti tercantum dalam Indonesia Country Assistance Strategy tahun 2001.

Semua itu agar sempurna liberalisasi migas untuk kepentingan bisnis asing. Hal itu ditegaskan oleh Purnomo Yusgiantoro, menteri ESDM kala itu, “Liberalisasi sektor hilir migas membuka kesempatan bagi pemain asing untuk berpartisipasi dalam bisnis eceran migas. Namun, liberalisasi ini berdampak mendongkrak harga BBM yang disubsidi pemerintah. Sebab kalau harga BBM masih rendah karena disubsidi, pemain asing enggan masuk.” (Kompas, 14 Mei 2003).

Jelaslah bahwa bahwa keputusan kenaikan harga BBM berikut kebijakan BLSM tak sesuai aspirasi rakkyat, tapi sesuai dengan aspirasi para politisi partai pengusungnya. hal ini akibat sistem demokrasi dan kapitalisme yang melahirkan kebijakan penguasa dan politisi tidak demi rakyat dan mengabaikan aspirasi rakyat. Kebijakan lebih demi kepentingan elit, pemilik modal, dan kapitalis asing.

Pada dasarnya, BLSM hanyalah diberi sebagai ‘bantuan’ bagi kebutuhan, bukan ‘pemenuhan’ bagi seluruh kebutuhan rakyat. Ini yang

8

perlu dicatat baik-baik bagi sebagian orang dan mungkin mahasiswa yang membakar ban didepan gedung DPR, menuntut BLSM yang kurang dari cukup. Saya disini bukan sebagai pro pemerintah, tapi hanya ingin membuka mindset orang-orang.

Seperti yang kita ketahui, harga BBM dan harga barang lain seperti sembako berbanding lurus. Ketika harga BBM melonjak lain, harga sembako pun ikut naik. Tidak hanya itu, harga-harga lainnya pun akan turut melonjak lain, seperti jasa transportasi, sekolah dan kesehatan. Ini jelas mengkhawatirkan warga, bukan hanya 15,5 juta keluarga miskin yang menerima BLSM, tetapi juga jutaan keluarga kelas menengah ke bawah lainnya yang tidak ter-cover oleh BLSM.

Penulis rasa, disinilah celah rakyat untuk mencela pemerintah. Jika pemerintah berdalih bahwa subsidi BBM tidak tepat sasaran karena 92% dinikmati oleh kaum menengah ke atas, maka pemerintah bisa mencari “jalan” lain untuk menyalurkan subsidinya. Misalnya menyubsidi uang sekolah dengan menjalankan Bantuan Operasional Sekolah dengan pengawasan lebih ketat lagi. Perketat jalur distribusinya, jangan hanya manis di depan tetapi pahit di tengah sampai akhir. Maksudnya, subsidi yang diberikan harus sesuai dengan janjinya. Jika telah dijanjikan bahwa biaya sekolah akan di-gratis-kan mulai dari biaya penerimaan masuk tahun ajaran baru sampai 1 tahun mendatang, maka pemerintah harus merealisasikannya demikian. Jangan sampai ada kebocoran di tengah jalan. Toh subsidi ini tidak perlu diadakan di seluruh sekolah, cukup di sekolah-sekolah Negeri karena itu sudah kewajiban pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan warganegaranya. Kenapa? Karena pemerintah lah yang mewajibkan rakyatnya untuk wajib sekolah 9 tahun, jadi pemerintah harus “beraksi” untuk merealisasikan harapannya itu.

Selain itu, pemerintah harus memikirkan pula efek domino dari kenaikan BBM. Memang, yang paling mendominasi dampak kenaikan BBM adalah protes dan demontrasi yang dilakukan oleh warga di Pulau Jawa. Akan tetapi, akan lebih bijaksana apabila pemerintah juga memikirkan nasib rakyat miskin yang tinggal di luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan dan Papua. Ironis sekali, harga BBM di Kalimantan telah mencapai Rp 10.000,-. Padahal, Kalimantan adalah salah satu pulau penghasil minyak terbesar di Indonesia. Demikian pula Papua. Harga BBM di Papua telah mencapai Rp 25.000,- sebelum keputusan kenaikan BBM malam tadi. Terbayang kan, berapa harga BBM kira-kira di kedua pulau penghasil minyak terbesar di Indonesia? Pertanyaannya adalah, apakah rakyat miskin di daerah yang notabennya tidak menggunakan banyak BBM dalam kehidupan sehari-harinya, patut pula merasakan

9

pahitnya kenaikan BBM yang berdampak pada kenaikan sembako? Dan apakah mereka turut menerima BLSM yang serupa dengan rakyat miskin di Pulau Jawa?

Jadi, penulis rasa pemberian BLSM ini memang masih mengapung, antara harus dilakukan, atau tidak. Jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama, jelas akan menyulitkan pemerintah yang notabennya belum “jago” dalam mengatur anggaran negaranya. Selain itu BLSM justru bisa “memanjakan” rakyatnya, ini jelas sangat tidak mendidik rakyatanya untuk mau bekerja lebih giat lagi demi mendapatkan penghidupan yang lebih layak secara mandiri, tanpa bergantung kepada pemerintah. Akan tetapi, jika rakyat miskin di Indonesia dibiarkan hidup tanpa BLSM, mau ada berapa banyak gelandangan yang menumpuk di jembatan-jembatan layang ibu kota? Akan ada berapa kawasan kumuh yang akan mengotori sungai-sungai di Indonesia?

Berikut mekanisme penyaluran dana BLSM

Gb. III alur penerimaan data

10

Gb. IV alur pengolahan data

Gb. V Mekanisme Penyaluran Dana

BLSM diberikan kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) yaitu Rumah Tangga Miskin (RTM) yang ditandai dengan Kartu Perlindungan Sosial.

SUMBER DATA KARTU PERLINDUNGAN SOSIAL adalah Data Rumah Tangga Sasaran (RTS) bersumber dari Basis Data Terpadu (BDT) yang dikelola oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Pendataan RTS telah dilakukan sebanyak tiga kali oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yaitu: Pendataan Sosial Ekonomi (PSE) pada tahun

11

2005, Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) pada tahun 2008, dan yang terakhir PPLS pada tahun 2011.

Dalam rangka meningkatkan keakuratan data RTS, metodologi pendataan RTS disempurnakan, yang mana penyempurnaan metodologi tersebut dikoordinasikan oleh TNP2K. Pendataan di lapangan untuk mencacah seluruh karakteristik Rumah Tangga sasaran dilakukan oleh BPS. Hasil pencacahan tersebut disampaikan kepada TNP2K untuk diolah sehingga menghasilkan 40% data Rumah Tangga dengan status sosial ekonomi terendah. Data tersebut kemudian dikelola sebagai Basis Data Terpadu (BDT).

Berdasarkan Basis Data Terpadu (BDT), diputuskan bahwa KPS diberikan kepada 25% Rumah Tangga dengan status sosial ekonomi terendah. Sebagaimana diketahui, bahwa jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan pada bulan September 2012 adalah 11,66%. Maka, pemberian KPS tidak hanya mencakup mereka yang miskin namun juga mencakup mereka yang rentan.

12

B. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik sebagai berikut:

a. Bantuan Langsung Sementara Masyarakat adalah program pemberian

bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang ditetapkan

Pemerintah dalam rangka kompensasi atas kenaikan harga BBM.

b. Kebijakan pemerintah muncul berupa Bantuan Langsung Sementara

Masyarakat dikarenakan adanya kenaikan harga BBM bersubsidi pada

premium sebesar 44,4% sehingga harga perliternya menjadi Rp. 6.500 ,-

sedangkan untuk solar sebesar 22.3 % sehingga harga perliternya

menjadi Rp. 5.500,-.

c. Lebih sedikit orang yang kontra terhadap adanya BLSM, dibandingkan

yang pro terhadap BLSM. Orang-orang yang kontra terhadap adanya

BLSM mereka berharap dana untuk BLSM dibuat Usaha Kecil

Menengah (UKM) agar kedepannya masyarakat tidak hanya berpangku

tangan kepada pemerintah. Sehingga masyarakat mempunyai

keterampilan, dan yang paling penting masyarakat memiliki penghasilan.

d. Untuk menyikapi kebijakan pemerintah, ada baiknya masyarakat bisa

berfikir kritis dalam menyambutnya, bukan justru mengandalkannya

sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

2. Saran

Menurut penulis, pemerintah harus membuat konsep matang lainnya selain BLSM, agar tidak terus mengapung antara pro dan kontra. Mungkin bisa dengan menyalurkan dana BOS (atau yang sekarang dikenal dengan Bantuan Siswa Miskin) dengan baik dan benar, membuka lapangan pekerjaan baru bagi para pengangguran seperti mengembangkan unit Usaha Kecil Menengah (UKM), atau dengan memberikan fasilitas transportasi umum yang “ramah kantong” supaya dapat turut dirasakan oleh semua kalangan, bukan hanya rayat miskin tetapi juga bagi kaum menengah. Memang, tidak mungkin beratus-ratus juta jiwa di Indonesia bisa 100% bersuara bulat terhadap keputusan pemerintah. Tapi setidaknya tidak hanya menguntungkan segelintir orang saja

13

Bagi masyarakat, dengan adanya kebijakan dari pemerintah bukan berarti kita harus selalu berpangku tangan, menggantungkan kehidupan terhadap kebijakan pemerintah dan menunggu kebijakan selanjutnya.

Bagi mahasiswa, alangkah lebih baik apabila dapat menjembatani antara masyarakat dan pemerintah. Tetapi juga bukan sebagai pembuat onar dimana-mana. Dalam menghadapi permasalahannya perlu berfikir kritis.

14

DAFTAR PUSTAKA

Lamadi, Ardi, 2013, Pengertian dan Informasi Umum Tentang BLSM, [online].

Tersedia: http://ardilamadi.blogspot.com/2013/07/pengertian-dan-informasi-

umum-tentang.html [ 21 September 2013]

Subroto, W,K 2013, BLSM, Membantu atau Justru Menjerat? [online]. Tersedia :

http://economy.okezone.com/read/2013/06/13/279/821244/redirect [21

September 2013 ]

Suciati, Idea, 2013, BLSM : Bantuan Langsung Sengsarakan Masyarakat [online].

Tersedia: http://www3.eramuslim.com/suara-kita/suara-pembaca/blsm-

bantuan-langsung-sengsarakan-masyarakat.htm#.UjQeH5JWDnc [21

September 2013 ]

Mengapung Antara Pro dan Kontra BLSM [online] Tersedia:

http://politik.kompasiana.com/2013/06/22/mengapung-antara-pro-dan-

kontra-567441.html [21 September 2013]