PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

160
Oleh : Machmud Al Rasyid 2011

Transcript of PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Page 1: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Oleh :Machmud Al Rasyid

2011

Page 2: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

REFERENSI : Yudi Latif, 2011, Negara Paripurna,

Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila, Jakarta : Gramedia

Endang Saifuddin Anshari, 1981, Piagam Jakarta 22 Juni 1945, & Sejarah Konsensus Nasional antara Nasionalis Islami dan Nasionalis “Sekul;er” tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1959, Bandung : Pusataka Salman

Page 3: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Kholid O. Santosa, 2004, Paradigma Baru Memahami Pancasila & UUD 1945, Sebuah Rekonstruksi Sejarah atas Gagasan Dasar Negara RI, Kkonsensus Nasional, dan Demokrasi Indonesia, Bandung :Sega Arsy

Mohammad Amien Rais, 2008, Agenda Mendesak Bangsa, Selamatkan Indonesia, Yogyakarta : PPSK Press.

As’ad Said Ali, 2009, Negara Pancasila, Jalan Kemaslahatan Berbangsa, Jakarta : LP3ES

Page 4: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Awan Santosa, 2010, Ekonomi Kerakyatan, Urgensi, Konsep, & Aplikasi Sebuah Mimpi & Peta Jalan Bagi Kemandirian Bangsa, Yogyakarta : Sekra

Rama Pratama, 2010, Utang Negara Dihapus atau Dikelola, Analisis Politik Kebijakan Utang Negara Masa Pemerintahan SBY, Jakarta : Bening

Haryatmoko, 2010, Dominasi Penuh Muslihat Akar Kekerasan & Diskriminasi, Jakarta : Gramedia

Page 5: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Kuskridho Ambardi, 2009, Mengungkap Politik Kartel, Studi tentang Sistem Kepartaian di Indonesia Era Reformasi, Jakarta: Gramedia

M. Kholid Syeirazi, 2009, Di Bawah Bendera Asing, Liberalisasi Industri Migas di Indonesia, Jakarta : LP3ES

Hanta Yuda AR, 2010, Presidensialisme Setengah Hati, Dari Dilema ke Kompromi, Jakarta : Gramedia.

Page 6: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KOMPETENSI DASAR : Kemampuan menganalisis : Filsafat Pancasila; Identitas Nasional; Hak & Kewajiban Warganegara; Negara & Konstitusi; Demokrasi Indonesia; Hak Asasi Manusia & Rule of Law; Geopolitik Indonesia; Geostrategi Indonesia.

Page 7: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

A. FILSAFAT PANCASILA

Page 8: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

1. FILSAFAT PANCASILA

Mampu memahami dan melakukan analisis terhadap Filsafat Pancasila dan aplikasinya dalam fenomena riil di dalam negara dan masyarakat.

Page 9: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDEKATAN PERKULIAHAN Pendekatan dalam Mata Kuliah ini adalah

PENDEKATAN TEORI KRITIS dan bukan Dogmatik, Positivistik, maupun Tradisional.

Teori Kritis itu bersifat Eklektif atau Inter disipliner, yaitu penggunaan sistematis semua disiplin riset keilmuan demi mengembangkan teori yang komprehensif tentang masyarakat. Prakteknya adalah menggabungkan ekonomi- politik, psikologi sosial, dan teori budaya sekaligus memadukan studi kualitatif & kuantitatif sehingga penjelasannya kontekstual.

Page 10: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEBAGAI CONTOH : Dalam konsepsi hukum dikenal istilah

RIGHT dan TRUTH. Right adalah benar menurut peraturan, sedangkan Truth adalah benar menurut substansi dan kontekstual.

Misalnya : Mbah Minah yang mengambil Kakao yang jatuh di lahan perkebunan disebut mencuri, karena memenuhi 362 KUHP. Tetapi dalam konteks sosial, orang mengambil buah yang jatuh adalah hal yang sah dan normal.

Page 11: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Contoh lain, yaitu Penghilangan salah satu pasal yang menyebutkan bahwa tembakau termasuk dalam golongan Zat Aditif, dalam pengundangan suatu UU walaupun hal itu berarti menyalahi atau mengingkari keputusan kuorum DPR, adalah sah. Karena fakta bunyi hukum nya menyatakan sebagaimana tersebut. Padahal menurut rasa keadilan yang lebih luas, jelas-jelas hal tersebut merupakan penyimpangan prosedur pembuatan UU.

Page 12: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FILSAFAT PANCASILA :KEDUDUKAN PANCASILA :1. Sebagai IDEOLOGI NEGARA2. Sebagai DASAR NEGARA

IDEOLOGI NEGARA :Ideologi adalah Ajaran, doktrin, teori yang

diyakini kebenarannya (BP 7) ;Kumpulan nilai yang disepakati bersama untuk

menjadi landasan atau pedoman dalam mencapai tujuan bersama (Maswadi Rauf) dalam ber NEGARA;

Page 13: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MAKNA IDEOLOGI NEGARA : 1. Kumpulan Nilai 2. Hasil Kesepakatan sbg “cara hidup

bersama dlm bernegara” (INGAT bukan Penyamaan tujuan hidup warganegara)

3. Sebagai Pedoman dalam menuju Tujuan Bernegara ((INGAT bukan tujuan hidup Warganegara)

Page 14: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IDEOLOGI (Jack Plano & Roy Olton) : Artikulasi basis politik, ekonomi, dan nilai-nilai sosial dalam sebuah wahana idea yang berfungsi sebagai landasan bagi sebuah sistem sosial panutan atau “way of life”.

Ideologi itu hirau thd sifat sistem politik, pelaksanaan kekuasaan, peran individu, sifat sistem ekonomi dan sistem sosial, serta tujuan masyarakat.

Ideologi merupakan sistem keyakinan yang mendasar sehingga tidak hanya menggabungkan nilai-nilai dasar masyarakat tetapi juga menjadi nilai utama yg harus dipertahankan serta disebarluaskan.

Page 15: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

INTEPRETASI LAIN IDEOLOGI : terwujud dalam

1. Sistem Politik; 2. Pelaksanaan Kekuasaan; 3. Peran Individu; 4. Sistem Ekonomi; 5. Sistem Sosial; 6. Tujuan Masyarakat. SBG GABUNGAN NILAI-NILAI DASAR

MASYARAKAT YG HARUS DIPERTAHANKAN & DISOSIALISASIKAN

Page 16: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PERTANYAAN KRITIS :

Apakah Pancasila sebagai ideologi itu merupakan hal yang substansi realitas dan kebutuhan masyarakat atau merupakan gagasan yang palsu dan mengaburkan, karena hanya dihasilkan oleh kelas yang berkuasa ?.

Sesuai kebutuhan itu adalah kebutuhan pada waktu itu saja, sekarang, atau bahkan masa depan?

Page 17: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

CONTOH RIIL : Istilah dalam Pasal 34 UUD : Fakir miskin

dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Apa arti dan makna “DIPELIHARA” ? Apakah maksudnya sama dengan istilah

kita sehari-hari, yaitu sebagaimana “kita memelihara ayam, sehingga tetap menjadi ayam, tetapi dapat berkembang biak” ?.

Ataukah dipelihara itu berarti “SUBLIMASI”, dari ayam berubah ke ITIK?

Page 18: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MACAM-MACAM RUMUSAN PANCASILA :

A. M.YAMIN (29 Mei 1945) :

1. Peri Kebangsaan

2.Peri Kemanusiaan

3. Peri Ketuhanan

4. Peri Kerakyatan

5. Peri Kesejahteraan Sosial (Keadilan Sosial)

Page 19: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

B. SOEPOMOC. SOEKARNO PANCASILAD. SOEKARNO TRISILAE. SOEKARNO EKASILAF. PIAGAM DJAKARTAG. PEMBUKAAN (Preambule) UUD 18 AGUSTUS

1945H. MUKADIMAH KRIS 1949I. MUKADIMAH UUDS 1950

Keseluruhan rumusan dasar negara, hanya Rumusan Soekarno itulah yang diberi nama PANCASILA. Lainnya TIDAK MEMPUNYAI NAMA

Page 20: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

CARI RUMUSAN-RUMUSAN LAIN PANCASILA TERSEBUT

?

Page 21: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PIAGAM JAKARTA (UUD PEMBUKAAN)Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah

hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagian dengan selamat sentausa menghantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.

Page 22: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Atas berkat rahmat Alloh Yang Maha Kuasa, dan dengan di dorong oleh keinginan yang luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya.

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang …….

Page 23: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu hukum (undang undang) dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasar kepada ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-pemeluknya, (Yang Maha Esa) menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Page 24: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PROKLAMASI (mengumumkan, mengumandangkan, memproklamirkan Kami bangsa Indonesia dengan ini

menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan

kekuasaan dll, diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang se singkat-singkatnya

Jakarta, 17 -8-05 Atas nama bangsa Indonesia Soekarno - Hatta

Page 25: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MAKNA PROKLAMASI Soelaeman B. Adiwidjaya (Jazim Hamidi,

2006:97-112) ada 4 tingkatan dalam penggunaan bahasa hukum :

1. Deklaratif - Mendeklarasikan 2. Assertif - Menuntut 3. Directif - Mengatur 4. Commissif - Menjanjikan

Proklamasi itu bersifat Deklaratif sehingga bukan sekedar memproklamasikan , mengumumkan, atau mengumandangkan.

Page 26: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Lanjutan : Ini berarti Indonesia berhak “berdiri sendiri”

sebagai bangsa dan negara yang merdeka. Implikasi berikutnya, adalah Pemerintah (yang direpresentasikan Sukarno-Hatta) dpt mengadakan perjanjian dengan negara lain (unsur Commissif-nya)

ALENIA Pertama : mengandung unsur Deklaratif dan Assertif.

Alenia Kedua : mengandung unsur Directife dan Commissif.

Page 27: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKTA SOSIAL :…..suatu susunan Negara RI …..dengan

berdasar kepada KETUHANAN YANG MAHA ESA, KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB, PERSATUAN INDONESIA, dan KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN, serta dengan mewujudkan suatu KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA.

BENARKAH RUMUSAN ITU MENYEBUT TENTANG PANCASILA ATAU LIMA DASAR ?

APAKAH kalimat terakhir bukan tentang TUJUAN ?

Page 28: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAGAIMANA REALITAS SOSIAL : Ketuhanan Yang Maha Esa, apakah realitas kita sudah bertuhan kepada yang ESA itu?. Bagaimana dengan fakta membaca HOROSCOP, Ramalan Nasib – Bintang, fakta Gunung Kemukus, Gunung Kawi?.

Kemanusiaan yang adil dan beradab, apakah realitas manusiawi kita seperti itu?. Bagaimana dengan fakta seorang “teroris” ditolak pemakamannya dibeberapa tempat ?. Bandingkan dengan Mantan Mentri yg di TMP padahal bisa jadi Korupsi, Kolusi, Nepotisme.

Page 29: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Persatuan Indonesia. Apakah saat itu Indonesia sudah jadi ?. Apakah Indonesia itu cita-cita atau realitas?. Bagaimana dengan Papua atau Irian Barat yang baru masuk menjadi Indonesia tahun 1964?. Bagaimana dengan kampanye Presiden Sukarno dengan slogannya “Ganyang Malaysia”, Kasus Timor Timur yang masuk dan berpisah ?. Apakah itu bisa dimaknai “kekayaan propinsi atau wilayah luar Jawa itu menjadi bagian milik Jawa. Dan bagaimana dengan Kekayaan Jawa, kenapa tidak untuk Orang Luar Jawa?

Page 30: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan. Apakah realitas dari kerakyatan itu ?. Apakah yang dimaksud itu partai pemenang pemilu ?. Apakah yang dimaksud itu Partai Koalisi? Atau yang bagaimana. Dan bagaimana yang dimaksud dengan “dipimpin” oleh “hikmat kebijaksanaan” itu. Apakah setiap yang memimpin itu dianggap sudah hikmat?. Sudah Bijaksana?. Bagaimana mengukur hal itu ?. Misalnya Usulan Marzuki Ali untuk memaafkan koruptor ?.

Page 31: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Atau ucapan salah satu Ketua DPP Partai Demokrat Sutan Batughena atau jangan-2 “Setan Kena Batu” bahwa ‘saya ketemu Nazar di Singapura yang sakit dan beratnya turun 15 Kg?. Apakah dengan kedatangan Nazarudin dari Kolumbia kemarin menunjukkan penurunan berat badan ?. Apakah ucapan yg seperti itu adalah “hikmat dari perwakilan?’.

Apakah yg dimaksud Permusyawaratan/ Perwakilan ?. Apakah itu tidak mencerminkan kelembagaan ?.

Page 32: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, bagaimana realitasnya?. Dan apakah yang dimaksud “keadilan sosial” itu ?. Apakah yang dimaksud “seluruh rakyat” ?. Apakah yang dimaksud adalah orang jawa?. Orang Jakarta,?. Orang Kaya?. Orang Miskin atau yang mana?.

INILAH PERTANYAAN-2 KRITIS UNTUK MEMAHAMI SUBSTANSI PANCASILA

Page 33: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DISKUSIKAN :Sebagai IDEOLOGI NEGARA ( Ajaran/doktrin

yang diyakini KEBENARANNYA) : BAGAIMANAKAH REALITAS KEYAKINANNYA ITU ?

Sebagai IDEOLOGI NEGARA ( Kumpulan nilai yang disepakati bersama ) : Kapankah kesepakatan bersama itu dicapai ?.

Sebagai SISTEM KEYAKINAN MENDASAR YANG MERUPAKAN NILAI DASAR MASYARAKAT SEKALIGUS SEBAGAI SESUATU YANG HARUS DIPERTAHANKAN & DISEBARLUASKAN serta sbg ARTIKULASI BASIS Politik, Ekonomi, & Nilai-Nilai Sosial suatu SISTEM SOSIAL. Apakah hal tersebut nampak di dalam fenomena politik, hukum, sosial dan ekonomi ?

Page 34: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DASAR NEGARA :Sebagai sesuatu yang mendasari bangunan

dan eksistensi negara.Adakah sesuatu yang lain yang juga mendasari

negara itu ?. Misalnya CITA HUKUM (Rechtsidee). Staatsidee (CITA NEGARA), atau yang lain lagi.

Apakah semua aturan perundang-undangan di dasarkan pada Dasar Negara itu ? Bagaimana dengan UU tetang Sumber Daya Air, UU tentang Pertambangan, UU tentang Pemilu dan sebagainya.

Apakah praktek Ketatanegaraan : Misalnya Open Haouse Istana Negara yang dengan membagikan 100 ribuan merupakan Perwujudan dari Dasar Negara ?

Page 35: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KONFIGURASI :

Page 36: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Bgmn EKSISTENSI NEGARA :

Page 37: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IDEOLOGI a. Unsur Ideologi (Riberu, 1986) : 1. Pandangan komprefensif ttg manusia,

dunia, dan alam semesta; 2. Rencana Penataan Sosial-politik 3. Kesadaran dan pencanangan melakukan

perubahan ke arah rencana ideologi tsb; 4. Usaha mengarahkan masyarakat untuk

menerima ideologi tersebut, menuntut loyalitas, dan keterlibatan pengikutnya;

5. Usaha mobilisasi membentuk kader & massa pendukung ideologi tsb.

Page 38: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FUNGSI IDEOLOGI : a. Memberi Legitimasi dan rasionalitas

terhadap perilaku & hubungan sosial dalam masyarakat;

b. Sebagai dasar atau acuan pokok bagi solidaritas sosial dalam kehidupan kelompok atau masyarakat;

c. Memberikan motivasi tentang pola tindakan yang harus dilakukan

DIMENSI IDEOLOGI : a. Realitas b. Idealitas c. Fleksibelitas

Page 39: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MACAM-2 IDEOLOGI

Page 40: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IDEOLOGI ALTERNATIF :

KOMBINASI BEBERAPA IDEOLOGI SEBAGAI SEBUAH PERSPEKTIF :

1. Feminisme-Marxist 2. Sosialisme-Relegius 3. Sosialisme Islam, dll IDEOLOGI BERDASAR AGAMA : Islam IDEOLOGI PANCASILA

Page 41: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

1. Marxisme-Komunisme-Sosialisme : Berakar pada perjuangan kaum buruh kepada kaum kapitalis (pemilik modal atau borjuis) dengan cara PENGHAPUSAN HAK MILIK PRIBADI ATAS ALAT PRODUKSI MENJADI HAK KOLEKTIF.

A. Marxisme : Ajaran Karl Marx B. Komunisme : Ajaran Lenin melalui Partai

Komunis C. Sosialisme : Orientasinya adalah Keadilan Sosial

2.Liberalisme : kebebasan bagi individu 3.Kapitalisme : Liberalisme dalam bidang ekonomi

Page 42: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

4. NASIONALISME : Gerakan ini muncul di negara-2 dunia ketiga sebagai penolakan atas imperalisme dan kolonialisme dalam bentuk perang kemerdekaan atas dasar bahasa, budaya, etnis, agama, wilayah dan sebagainya.

DENYS LOMBARD : Kebangsaan bukanlah suatu kenyataan, melainkan suatu cita-2, aspirasi, dan tuntutan yang khas Indonesia.

Page 43: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

5. FEMINISME : Paham dan gerakan yang menuntut hak yang sepenuhnya sama antara kaum perempuan dan laki-laki, dengan 3 varian:

A. Theories of Difference yang memandang kedudu kan perempuan dlm banyak hal berbeda dari laki-2.

B. Theories of Inequality, bukan hanya berbeda dr pria, tetapi juga kehilangan hak istimewa atau mengalami ketidak adilan bila dibandingkan pria

C. Theories of Opression, bukan hanya perbedaan dan keadilan, tetapi secara aktif dikendalikan, disubordina sikan, dibentuk, dimanfaatkan, dan ditindas oleh pria.

Page 44: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

6. PLURALISME, yaitu perspektif pemikiran dan gerakan yang ingin menghapuskan sekat-sekat primordialisme dalam pola dan proses interaksi sosial manusia dalam kehidupan. Ada yang menyebut sbg paham KEMAJEMUKAN MASYARAKAT (plural society) atau MULTIKULTURALISME. Tetapi ada pula yang melebihkan sampai SEMUA AGAMA BENAR.

MOCHTAR PABOTTINGI : Dalam konstruksi teoritis, pluralitas adalah kondisi yang niscaya pada setiap masyarakat atau kolektivitas yang paling homogen sekalipun. Pluralitas, Masyarakat, dan kolektivitas, dengan demikian, bisa dipandang searti.

Page 45: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

7. POSTMODERNISME ialah kritik-2 filosofis atas gambaran dunia (world-views) atas modernisme. Jika modernisme melahirkan eksplosi (ledakan keluar), komodifikasi, mekanisasi, teknologi, dan pasar, maka postmodernisme ditandai oleh implosi (ledakan ke dalam) yang meleburkan segala macam batas-2, wilayah, dan perbedaan kebudayaan. Atau suatu pemikiran yang menentang segala hal yang berbau kemutlakan dan baku, menolak dan menghindari sistematikauraian atau pemecahan masalah yg sederhana dan skematis, dan memanfaatkan nilai dr berbagai sumber. Artinya memakai pemikiran dekonstruksi, relativisme, dan pluralisme.

Page 46: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

B. IDENTITAS NASIONAL

Page 47: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

1. Identitas Pribadi Kewarganegaraan : Sebagai Pribadi yang khas dan beda

dengan Pribadi yang lain dan mempunyai Kapasitas Akal Budi, Kesadaran, dan Tindakan;

Sebagai Pribadi yang hidup dalam Tradisi & Struktur yang ketat (Subyek yang terbentuk dalam hubungan dengan kebermaknaan lain) ditempat ia tinggal.

Tradisi dan Struktur itu berupa Agama, Ras, Etnik, Bahasa, Budaya, kebangsaan, maupun Negara atau Kekuasaan , dll.

Page 48: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

2. Identitas Nasional KN A. Teori Munculnya Identitas Nasional oleh

Robert de Ventos (Djoko Suryo,2002) :

Page 49: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

B. FAKTOR PENDUKUNG LAHIRNYA IDENTITAS NASIONAL :

1. Faktor Obyektif :

a. Geografis-Ekologis

b. Demografis

2. Faktor Subyektif :

a. Historis

b. Politik

c. Sosial

d. Kebudayaan

Page 50: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KEMBALI IDENTITAS NASIONAL

Page 51: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

3. KEMAJEMUKAN & INTEGRASI NASIONAL a. Struktur Masyarakat Indonesia (Nasikun,1989): 1. Pembelahan Horisontal : Perbedaan Suku,

Agama, Adat Istiadat, dan Kedaerahan. 2. Pembelahan Vertikal : Perbedaan Lapisan Elit

dan Bawahan. b. Faktor Konflik Antar Etnis (Stephen Ryan) : 1. Berakhirnya Perang Dingin, memunculkan

Kesadaran Etnis; 2. Pembangunan Ekonomi yang tidak merata

antar etnis; 3. Pembentukan Identitas Nasional yang Lambat.

Page 52: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

AKIBATNYA DI INDONESIA MUNCUL : 1. Munculnya konflik horisontal (antar

agama, antar etnis, dll); 2.Tuntutan Merdeka dari berbagai daerah

(Papua, Aceh, Riau); 3.Kondisi ekonomi yang memburuk. AKIBAT PALING PARAH ADALAH

MUNCULNYA SEPARATISME PADA SAAT SITUASI EKONOMI YANG BURUK

Page 53: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

HAMBATAN INTEGRASI NASIONAL INDONESIA : William Liddle : 1. PEMBELAHAN HORIZONTAL

MASYARAKAT : Suku, Ras, Agama, dan Geografi 2. PEMBELAHAN VERTIKAL : a. Perbedaan antara elit dan massa; b. Latar belakang pendidikan

masyarakat Perkotaan dan Pedesaan ;

Page 54: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

CATATAN SAMUEL P.HUNTINGTON Konsep bangsa dan konsep negara

adalah 2 hal yang berbeda. Bangsa adalah masyarakat etnis atau budaya, sumber jati diri untuk masyarakat. Jika suatu bangsa sedang mencari jatidirinya, sementara negara yang menghimpun mereka tak mampu memberikan jawabannya, maka bisa dibayangkan, bahwa negara kebangsaan itu akan kolaps.

Page 55: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IDENTITAS & KEWARGANEGARAAN

Konsep Identitas Nasional ini secara tersirat bermakna NASIONALISME INDONESIA, yaitu asosiasi warga atau CIVIC NATIONALISM, yaitu suatu konsep inklusif dimana ‘nasionalis’ dijadikan payung yang melindungi segenap warga dalam wilayah Indonesia tanpa melihat etnis, agama, kelompok maupun yang lain. Berarti untuk menjadi warganegara tdk di dasarkan IUS SOLI atau IUS SANGUANIS saja. Tetapi siapapun dia. Deklarasi HAM pasal 15 ayat 1: “Everyone has the right to nationality” . Artinya bisa dg Naturalisasi

Page 56: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SISTEM SOSIAL, INTEGRASI SOSIAL & INDIVIDU Orde sosial mengasumsikan adanya sistem

integrasi, dan Integrasi Sosial sebagai bagian dari Sistem Sosial.

Sistem Integrasi berkaitan dg Posisi, Peran, Peraturan, dan Institusi Sosial.

Integrasi Sosial menyangkut hubungan sosial antar aktor sosial, yaitu : Kerjasama, Persaingan, dan Konflik antar aktor (Menurut Sibeon, 2004 dlm Freddy K.K. 2007:24).

Page 57: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Lanjutan : Integrasi individu dlm Sistem Sosial

diupayakan melalui Konsolidasi Sistem Nilai yg ada, Mobilisasi dg mengidentifikasi sistem peran, dan Konformitas (yakni bgmn Individu diminta untuk mematuhi sistem yg dianggap legitimet.

Komitmen kepada Nilai Kultural, Simbol Kelompok, dan Negara yg Sakral sbg Refleksi Identitas Nasional yg merupakan SUMBER Loyalitas kpd Sistem yg sifatnya SENTIMENTAL.

Page 58: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Lanjutan : Sdg kan KOMITMEN kpd institusi melalui peran-2

sosial sbg promosi kebutuhan dan kepentingan khalayak dimana keberterimaan berdasarkan kepatuhan kpd hukum merupakan LOYALITAS kpd sistem yang bersifat INSTRUMENTAL (Keiman, 1969 dlm Freddy KK, 2007:24).

Ada 2 model Kecenderungan Integrasi Individu ke dlm Sistem Nasional :

1. Di negara Demokratis , Penekanan pd Integrasi Sosial (fungsi Sosial Mikro) maka Sifat Instrumental besar.

2. Di negara Otoriter, perhatian pd integrasi (pers pektif makro atau IDEOLOGI negara) yg bersifat sentimental lebih besar.

Page 59: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TEORI INTEGRASI : 1. Teori Struktural Fungsional : Semua itu

merupakan kesatuan, sehingga saling membenahi apbila ada kesalahan pada satu pihak. Termasuk dalam teori ini adalah teori integralistik negara oleh Soepomo.

2. Teori Konflik : teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. [

Page 60: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

INTEGRASI : Claude Ake(dlm Nazaruddin Syamsuddin, Integrasi

dan Ketehanan Nasional di Indonesia (Lemhanas, Jakarta1994,hal3)integrasi nasional pada dasarnya mencakup dua masalah pokok Yaitu :

1.Bagaimana membuat rakyat tunduk dan patuh kepada tuntutan-tuntutan negara, yang mencakup perkara pengakuan rakyat terhadap hak-hak yang dimiliki negara.

2. Bagaimana meningkatkan consensus normatif yang mengatur prilaku politik setiap anggota masyarakat, consensus ini tumbuh dan berkembang diatas nilai-nilai dasar yang dimiliki bangsa secara keseluruhan.

Page 61: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Lanjutan : Manrice Duverger : “Integrasi didefinisikan sebagai “dibangunnya

interdependensi yang lebih rapat antara bagian-bagian antara organisme hidup atau antar anggota-anggota dalam masarakat” sehingga integrasi adalah proses mempersatukan masyarakat,yang cenderung membuatnya menjadi suatu kata yang harmonis yang didasarkan pada tatanan yang oleh angota-anggotanya dianggap sama harminisnya.

Page 62: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Lanjutan : Nazarudin Sjamsudin : integrasi nasional

merujuk kepada perpaduan seluruh unsur dalam rangka melaksanakan kehidupan bangsa, meliputi social,budaya, ekononi, maka pengertian integrasi nasional adalah menekan kan pada persatuan persepsi dan prilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Integrasi mempunyai dua dimensi, antara lain: integrasi horizontal dan integrasi vertikal.

Page 63: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Dimensi vertical dalam integrasi nasional bertujuan mengintegrasikan persepsi dan prilaku elite dan masa dengan cara menghilangkan, mengurangi perbedaan kesenjangan antara kelompok yang berpengaruh dengan yang dipengaruhi. Sedangkan dimensi horizontal mengintegrasikan antara kelompok-kelompok dalam masyarakat, dengan cara menjembatani perbedaan –perbedaan yang ditimbulkan oleh factor-faktor teritorial/ kultur dengan mengurangi kesenjangan yang ditimbulkan oleh factor-faktor tersebut.

Page 64: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“Integrasi lazim dikonsepsikan sebagai suatu proses ketika kelompok social tertentu dalam masyarakat saling menjaga keseimbangan untuk mewujudkan kedekatan hubungan-hubungan social,ekonomi ,politik. Kelompok-kelompok sosial tersebut bisa terwujud atas dasar agama dan kepercayaan, suku, ras dan kelas. Konsepsi tersebut mengisyaratkan bahwa integrasi tercipta melalui proses interaksi dan komunikasi yang intensif (dengan tetap mengakui adanya perbedaan. Kemudian jalan menuju proses intagrasi tidak selalu lancer atau mulus seringkali menemukan hambatan-hambatan , itu jelas ada seperti adanya primordialisme, suku, ras, agama dan bahasa.

Page 65: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SYARAT INTEGRASI : 1. Terciptanya kesepakatan dari sebagian

besar anggotanya terhadap nilai-nilai social tertentu yang bersifat fundamental dan krusial

2. Sebagian besar anggotanya terhimpun dalam berbagai unit social yang saling mengawasi dalam aspek-aspek sosia yang potensial.

3. Terjadinya saling ketergantungan diantara kelompok-kelompok social yang terhimpun didalam pemenuhan kebutuhan ekonomi secara menyeluruh.

Page 66: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKTOR-FAKTOR KONFLIK : Perbedaan individu (etnis, agama, ras

sbg kelompok), yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.

Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

Page 67: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

AKIBAT KONFLIK : meningkatkan solidaritas sesama anggota

kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.

keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.

perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.

kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.

dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.

Page 68: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

RESPON TERHADAP KONFLIK Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak

akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.

Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk "memenangkan" konflik.

Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.

Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik.

Page 69: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

CONTOH KONFLIK Konflik Vietnam berubah menjadi perang. Konflik Timur Tengah merupakan contoh konflik

yang tidak terkontrol, sehingga timbul kekerasan. hal ini dapat dilihat dalam konflik Israel dan Palestina.

Konflik Katolik-Protestan di Irlandia Utara memberikan contoh konflik bersejarah lainnya.

Banyak konflik yang terjadi karena perbedaan ras dan etnis. Ini termasuk konflik Bosnia-Kroasia (lihat Kosovo), konflik di Rwanda, dan konflik di Kazakhstan.

Page 70: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

C. HAK DAN KEWAJIBAN

Page 71: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TH. MARSHALL (1950) : HAK

Page 72: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Doktrin Hak Kewarganegaraan

Page 73: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BRYAN S. TUNER (1999) : Kewarganegaraan & HaK PERIODE

PERSONA

HAK

Negara Kota Warga (denizen) Hak Legal

Negara Bangsa Warganegara (Citizen)

Hak Politik

Negara Kesejahteraan

Wargasosial (social citizen)

Hak Sosial

Kapitalisme Global

Manusia (human being)

Hak Asasi

Page 74: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

ISAIAH BERLIN (1969) : Mengemukakan konsep baru

dengan istilah Libertas yg dibagi dlm Libertas Positif & Libertas Negatif. Libertas negative atau kebebasan individu dari campur tangan Negara dan masyarakat (social). Konsep libertas ini merujuk pada penentuan diri sendiri sebagai kebebasan dari kekangan-kekangan. Atas dasar dua libertas tersebut Berlin menambahkan pengakuan oleh kelompok-kelompok social. Hal ini terjadi karena masih kurangnya kebebasan manusia-manusia dan kelompok-kelompok dalam mengekspresikan kebebasan mereka karena kurangnya pengakuan. Libertas ketiga ini mengimplikasikan kebebasan negatifuntuk seluruh kelompok dalam bentuk solidaritas dan kesalingmengertian guna berasosiasi dengan hak-hak yang setara.

Page 75: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

ISAIAH BERLIN (1969) : LIBERTAS (diri sendiri sbg Kebebasan)

Page 76: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Otto Gierke (1990) juga mengajukan hak-hak kelompok dalam penelusurannya secara historis atas identitas social dan kultur kewarganegaraan modern. Selama ini hanya dipersoalkan dikotomi Negara dan individu. Analisis dikotomi tersebut adalah akibat dari kapitalisme modern. Padahal kedaulatan kelompok – individu – dan Negara perlu juga dianalisis. Argumentasi Gierke, bahwa modernitas dibangun atas hak-hak kelompok yang merupakan tonggak konfigurasi kekuasaan abad pertengahan sampai sekarang (kelompok pejuang, konfederasi, kota-kota, liga-liga,komun-komun, dll), sehingga kelompok-kelompok itu memainkan pernan penting dalam formasi identitas individu.

Page 77: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Otto Gierke (1990)

Page 78: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Pierre Bordeu (1991) melalui pendekatan habitus ( serangkaian kecenderungan yang secara tidak sadar kita lakukan) dan modal mengajukan pandangan bahwa secara simbolik eksistensi kelompok-kelompok merepresentasikan ‘perjuangan-perjuangan klasifikasi’. Perjuangan klasifikasi ini berupa perjuangan kelompok yang saling bersaing dan berkerjasama guna eksistensinya dalam masyarakat, dan perjuangan kelas dimana perjuangan individu dan kelompok berjuang untuk kepentingan materi dan cita-citanya, saling memperkuat, dan mengkondisikan satu dengan lainnya.

 

Page 79: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Pierre Bordeu (1991) : Eksistensi Kelompok

Page 80: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

HAK & KEWAJIBAN = RELASI

Page 81: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KEWARGANEGARAAN : Adalah 1. STATUS dari adanya Hak dan Kewajiban

sebagai bagian dari Negara. 2. JATI DIRI atau IDENTITAS, yaitu

pengejawantahan keanggotaan seseorang dalam sebuah komunitas politik berupa NEGARA. Artinya, warganegara atau seseorang sebagai bagian dari negara itu harus mengakui “perbedaan” mereka dari “kebudayaan bersama” (common culture) yang semestinya menjadi “milik dan warisan bersama”.

PERTANYAAN NYA : Kebudayaan mereka itu harus tetap dipelihara atau harus dihilangkan dan diganti dengan kebuadayaan bersama itu ?.

Page 82: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TEORI & PENDAPAT FREDDY K. KALIDJERNIH (2007) :

Disamping berkaitan dg STATUS (relasi warganegara dan negara yang berupa Hak dan Kewajiban) juga EKSPRESI kapasitas atau kompetensi sbg Anggota Masyarakat.

RELASI itu meliputi RELASI HORIZONTAL dan RELASI VERTIKAL.

RELASI VERTIKAL : adalah hubungan antara WARGA (citizen) dan NEGARA (state) yang disandingkan secara paralel dgn dan dilegitimasi oleh pengertian HAK & KEWAJIBAN

Page 83: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

RELASI HORIZONTAL merujuk hubungan antar warga atau kewargaan, yang idealnya tidak ada campur tangan negara (civil society). Sehingga menyangkut hubungan sosial sesama warga atau CIVIC ENGAGEMENT. Partisipasi dalam hubungan sosial ini disebut KETERLIBATAN POLITIK WARGA atau POLITICAL ENGAGEMENT.

ISU-ISU RELASI VERTIKAL : Patriotisme, Nasionalisme, anti-kolonialisme & imperialisme, persatuan & kesatuan, dll.

ISU-ISU RELASI HORIZONTAL : Kolektivitas, Integritas, Stabilitas (seperti kerapian, kasih sayang, ketertiban, tolong menolong, tenggang rasa, dll sebagaimana Kurikulum PMPKN 1984 dan 1994)

Page 84: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TEORI-2 KEWARGANEGARAAN

Page 85: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Liberal : Warganegara sebagai pemegang otoritas untuk menentukan pilihan dan hak. Sistem & kelembagaan politik hanya diakui apabila dapat memberikan keuntungan pribadi.

Komunitarian : Individu itu dibentuk oleh masyarakat, yg di dalamnya ada norma yang disepakati sebagai code of conduct.

Republik : Ingin menciptakan satu masyarakat tunggal yg absolut & kurang memperhatikan pluralisme (komunitas publik sebagai pusat kehidupan politik)

Page 86: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Neo Republik : meliputi bidang Publik, Pluralitas, dan Tindakan.

1. PUBLIK : Kewarganegaraan adalah suatu jabatan atau lembaga dlm republik. Sehingga setiap warganegara memiliki hak untuk menjalankan jabatan, tetapi kewenangannya tidak boleh dibedakan dr warganegara lainnya.

2.PLURALITAS : Mengelola pluralitas 3. TINDAKAN : Memusatkan pelkaksanaan

kewarganegaraan yg nyata & aktual

Page 87: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Aspek Kewarganegaraan : 1. Hak-hak Demokratis (penilaian prosedur). 2. Klaim atas Keadilan (menilai hasil akhir). 3. Peran Independen dan Normatif (pengga

lakan peran yang bertanggungjawab).

KEUTAMAAN-2 KEWARGANEGARAAN :

1. Sivilitas (Kebaikan sipil)

2. Partisipasi Politik

3. Semagat politik (Patriotisme)

Page 88: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

ASPEK KEWARGANEGARAAN

Page 89: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KEUTAMAAN KEWARGANEGARAAN

Page 90: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

JOHN RAWLS (2009) : Pribadi Pribadi adalah orang yang bisa menjadi warga

negara, artinya anggota masyarakat biasa dan mampu bekerjasama secara penuh selama seluruh hidupnya (John Rawls)

WARGA NEGARA sekaligus sbg PRIBADI yg merdeka dan setara, dengan gagasan dasar berupa 2 daya moral (kemampuan mencitrakan keadilan & memahami kebaikan) serta daya nalar (membuat penilaian, berpikir, dan mengambil kesimpulan yg berkaitan dengan daya tersebut)

Page 91: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PRIBADI WARGANEGARA(John Rawl)

Page 92: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Warganegara yg Bebas : 1. Menganggap dirinya sendiri dan satu

sama lain sebagai pribai yg punya daya moral untuk menggapai suatu paham ttg kebaikan (misal agama, ideologi, filosofis & moral ttt, dll) dg memeriksa ulang, mengubah, dsb sesuai alasan yg wajar dan rasional..

2. Memandang dirinya sebagai sumber mandiri dan orisinil dr klaim-klaim yg sah.berdasarkan paham kebaikan & ajaran moral yg dianut bersepadanan dengan paham keadilan publik.

Page 93: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

3. Mampu mempertanggungjawabkan tujuan mereka.

Page 94: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UNSUR DASAR WARGANEGARA SBG PRIBADI YG ARIF & RASIONAL (John Rawls) : a. Ada 2 daya moral (Mencitrakan

Keadilan & Memahami Keadilan) b. Daya Intelektual (Menilai, Berpikir,

Menyimpulkan) c. Memiliki Paham ttg Kebaikan sbg

ajaran yg menyeluruh dan bijaksana (Agama, ideologi, dll)

d. Kecakapan & Kemampuan yg dibutuhkan untuk menjadi anggota masyarakat (bekerjasama)

Page 95: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UNSUR DASAR WARGANEGARA

Page 96: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

D. NEGARA & KONSTITUSI

Page 97: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

NEGARA Negara adalah ”…..komunitas manusia

yang (secara berhasil) mengklaim monopoli penggunaan kekuasaan fisik yang sah dalam suatu wilayah tertentu

Unsur-unsur negara adalah Rakyat/penduduk yang menetap; Wilayah tertentu; Pemerintahan yang berdaulat; dan Kemampuan mengadakan hubungan dengan negara lain (Konvensi Montevideo 1933)

Page 98: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

NEGARA & BANGSA adalah 2 HAL YANG BERBEDA.

APAKAH PERBEDAAN diantara KEDUANYA ?

.

Page 99: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UNSUR NEGARA(Unsur berarti HARUS ADA)

Page 100: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAGAIMANA DENGAN PENGAKUAN ?

Page 101: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENGAKUAN TERHADAP INDONESIA 10 Juni 1947 oleh MESIR 3 Juli 1947 oleh SURIAH 9 Juli 1947 oleh LIBANON 27 Desember 1949 BELANDA

Kalau Pengakuan menjadi Syarat berdirinya Negara, maka Negara RI lahir pada tanggal 10 Juni 1947, bukan 17 Agustus 1945

Page 102: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TEORI PENGAKUAN :

A. TEORI DECLARATORY/EVIDENTIARY (Deklaratoir) : apabila semua unsur kenegaraan itu dimiliki oleh suatu masyarakat politik, maka dg sendirinya telah merupakan sebuah negara dan harus diperlakukan secara demikian oleh negara-negara lainnya, Pengakuan hanya bersifat pernyataan dari negara lain bahwa suatu negara baru telah mengambil tempatdi samping negara yang telah ada.

Page 103: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

B. TEORI CONSTITUTIVE (Konstitutif) : Unsur-unsur negara yang telah dimiliki oleh suatu masyarakat politik, maka tidak secara langsung dapat diterima sebagai negara di tengah masyarakat internasional, sebelum ada Pernyataan dari negara-negara lainnya , bahwa masyarakat politik tersebut telah memenuhi syarat sebagai negara. Apabila sudah ada pernyataan dari negara-negara lain yg telah ada, maka telah diterima sebagai anggota baru sehingga dapat menikmati haknya sebagai negara baru.

Page 104: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

C. TEORI JALAN TENGAH /PEMISAH : yaitu pemisahan antara Kepribadian Internasional yang dimiliki oleh suatu negara dengan penggunaan hak-hak internasional yang melekat pada kepribadian itu, sehingga negara di satu pihak dapat menjadi Pribadi Internasional tanpa melalui pengakuan (teori deklaratif), akan tetapi untuk menggunakan hak-hak sebagai Pribadi Internasional, negara tersebut memerlukan pengakuan dari negara-negara lainnya (teori konstitutif)

Page 105: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TEORI PENGAKUAN :

Page 106: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KONSEKUENSI TEORITIK : A. TEORI KONSTITUTIF : Untuk disebut

Negara harus ada Rakyat, Wilayah, Pemerintah, dan Pengakuan dari negara lain

B. TEORI DEKLARATOIR : Untuk disebut Negara Cukup ada Rakyat, Wilayah, dan Pemerintah. Karena Pengakuan hanyalah PERNYATAAN yg harus dikeluarkan oleh negara lain

C. TEORI JALAN TENGAH : Untuk disebut NEGARA cukup ada Rakyat, Wilayah, dan Pemerintah. TETAPI untuk melakukan hubungan internasional perlu PENGAKUAN

Page 107: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MACAM PENGAKUAN : ? A. PENGAKUAN DE JURE B/ PENGAKUAN DE FACTO

DALAM TEORI HUKUM INTERNASIONAL ;

A. PENGAKUAN NEGARA B. PENGAKUAN PEMERINTAH C. PENGAKUAN WILAYAH BARU D. PENGAKUAN BELIGRENT, DLL

Page 108: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

REFLEKSI: TENTANG NEGARA 1. FUNGSI & FAKTA bgmn ? 2. TUJUAN & FAKTA bgmn ? 3. PROSES & FAKTA bgmn ? 4. STAATS IDE & FAKTA bgmn ?

BACA KEMBALI LITERATURE ILMU NEGARA DAN BANDINGKAN DENGAN FAKTA DI LAPANGAN

Page 109: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FUNGSI & TUJUAN NEGARA : Franz Magnis Suseno (1988:303)

menegakkan nilai-nilai :

1. Kesetaraan 3. Solidaritas

2. Kebebasan 4. Manfaato Eman Hermawan (2001:15)

1. Ketertiban 3. Pertahanan

2. Kesejahteraan 4. Keadilano Pembukaan UUD 1945 :

1. Melindungi 3. Mencerdaskan

2. Kesejahteraan :. 4. Ketertiban Dunia

Page 110: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PROSES BERNEGARA :

TEORI THOMAS HOBBES TEORI JOHN LOCKE TEORI JEAN JEACQUES ROUSSEAU TEORI HEGEL TEORI ANTONIO GRAMSCI TEORI HABERMAS DLL

BAGAIAMANA FAKTA PROSES BERNEGARA DI INDONESIA INI ?

Page 111: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

STAATSIDEE :

Supomo dlm pidato di BPUPKI menurut Yamin : syarat formil negara adalah daerah, rakyat, dan pemerntah yg berdaulat. Berkaitan dengan pemerintah ini, maka “dasar pemerintahan apa yg hendak dipakai?”. Dasar pemerintahan itu tergantung pada “staatsidee”, kepada “begrip staat” (negara) yg hendak kita pakai untuk pembangunan Negara Indonesia.

Page 112: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TEORI NEGARA yg dijelaskan Soepomo an: 1. Teori Perorangan/Individualistis oleh

Thomas Hobbes, John Locke, Jean Jkacques Rousseau, Herbert Spencer, Laski bahwa negara ialah Masyarakat hukum yg disusun atas kontrak antara seluruh orang dlm masyarakat itu (contract social)

2. Teori Golongan oleh Marx, Engels & Lenin bahwa negara dianggap sebagai alat dari suatu golongan untuk menindas golongan lain.Sehingga kaum buruh perlu merebut kekuas norjuisaan negara agar bisa menindas

Page 113: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

3. Teori Integralistik oleh Spinoza, Adam Muller, Hegel, dll bahwa Negara tidak untuk menjamin kepentingan seseorang atau golongan akan tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai persatuan. Negara ialah suatu susunan masyarakat yg integral, segala golongan, segala bagian, segala anggotanya berhubungan erat satu sama lain dan merupakan persatuan masyarakat yang “organis”.

Menurut Soepomo, teori negara ada 3, teori Individualistik, Teori Kelas, dan Teori Integralistik.

Page 114: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PROBLEM TENTANG NEGARA : 1. Persoalan Kedaulatan Negara :

A. Baca Buku “Dibawah Bendera Asing, Liberalisasi Iindustri Migas di Indonesia”. M.Kholid Syeirazi, Jakarta : LP3ES TAHUN209

2.Persoalan Kewarganegaraan & Pluralisme /Multikulturalisme (Kewarganegaraan, Kebangsaan, & Etnisitas) – Baca Kompas Minggu 24 Oktober 2010, “Dilema Multikulturalisme Eropa”, “Nasionalisme Tanda Kebangkitan Jerman””

Baca :”Kewarganegaraan, Kebangsaan, & Etnisitas, Mendamaikan Persaingan Identitas”, TK.Oommen, Jakrata : Kreasi Wacana

Page 115: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

AMERIKA SERIKAT : Siapa saja bisa menjadi orang (berbangsa) Amerika selama mereka bersedia menerima bahasa dan budaya dominan bangsa tersebut, yang disepakati bersama sebagai budaya inti. Sehingga masih tersedia ruang bagi setiap imigran untuk mempraktekkan keunikan budaya asal masing-masing, tetapi mereka juga berbagi satu nilai inti yang sama. INI TERJADI KARENA AMERIKA SENDIRI DIDIRIKAN OLEH IMIGRAN.

Page 116: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

ARTINYA : Di AS kewarganegaraan kemudian menjadi konsep legal, yang membutuhkan proses jelas, janji setia, dan nilai-nilai bersama. Kebangsaan bisa di usahakan, ada “harga”” yang harus “dibayar”.

Di EROPA : Multikulturalisme hanya sekedar basa-basi, sekedar sebuah tindakan untuk menghadapi realitas membanjirnya imigran ke negara mereka. Sehingga Multikulturalisme di Eropa justru menciptakan ALIENASI permanen bagi Imigran.

Page 117: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

EROPA : Untuk menjadi orang (Bangsa) Perancis, Polandia, atau Yunani, seseorang tidak cukup hanya dengan mempelajari bahasa atau nilai-nilai budaya setempat, tetapi dia harus menjadi orang Perancis, Polandia, atau Yunani tulen secara keturunan. “Mereka harus berbagi sejarah penderitaan & kejayaan yang sama”.

Di JERMAN : seorang Imigran dibebaskan mempertahankan identitas Asli. Akibatnya mereka merasa tidak perlu peduli terhadap nasib JERMAN. Karena imigran tertarik pada konsep Welfare State, dimana PENGANGGURAN & FAKIR MISKIN bisa hidup dengan jaminan sosial dari negara. Inilah yg jadi daya tarik IMIGRAN.

Page 118: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Inilah tanda-tanda KEGAGALAN model “negara” baru di Eropa sebagai kebangkitan “kawasan” yang berupa UNI EROPA, sebagai bentuk persaingan dengan AMERIKA. Karena ada kecenderungan untuk pecah, sbg bentuk munculnya semangat NASIONALISME baru, dengan istilah MERKEL “masa-masa DIAM Jerman telah usai dari ‘tiarap” nya dalam melebur kepada UE dan NATO. Jerman sebagai satu kekuatan ekonomi Eropa untuk apa harus menanggung biaya Militer Eropa dan kebangkrutan Yunani dan resesi di Eropa pada umumnya.

Page 119: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Problem ini muncul menurut David Frum mantan Asisten Khusus George Bush adalah akibat munculnya Masalah Sosial Imigran di Eropa berupa pengangguran, kecemburuan sosial, dan kriminalitas, yg kebetulan berasal dari yg berlatar belakang Islam, lalu diikuti Islamfobia akibat Propaganda Perang Terorisme yang dilancarkan AS, serta serangan teror di Madrid (2004), London (2005) dll.

Hal ini dipolitisasi oleh Golongan Ultra Kanan di Eropa :

1. Menguatnya Partai Kemerdekaan Geert Wildders di Belanda;

2.Kenaikan Jumlah Pemilih Front Nasional Jean-Marie Le Pen di Perancis, Liga Utara di Italia, dll

Page 120: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KONSTITUSI NEGARA

Page 121: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MAKSUD KONSTITUSI Masa peralihan negara FEODAL MONARKHI atau

Oligarkhi ke Negara Nasional Demokrasi, Konstitusi dimaksudkan sebagai “benteng pemisah antara penguasa dan rakyat” beralih menjadi “alat rakyat dalam perjuangan kekuasan melawan golongan penguasa”.

Pada masa Demokrasi Konstitusional, konstitusi dimaksudkan untuk membatasi kekuasaan pemerintah sehingga tidak sewenang-wenang, dan hak warganegara terlindungi atau biasa disebut KONSTITUSIONALISME

Page 122: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

ISI KONSTITUSI : Ann Stuart Diamond (1980) :Hendak

mewujud kan nilai-nilai dan prinsip-2 demokrasi; Stephen Breyer (2002): suatu kerangka

kerja yg mengatur ;

1. Swa-pemerintahan yg demokratis;

2. Pembagian kekuasaan;

3. Harkat dan martabat individu;

4. Kesetaraan dihadapan hukum;

5. The Rule of Law.

Page 123: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Denny Indrayana (2007);

1. Pemisahan Kekuasaan;

2. Perlindungan terhadap HAM. Jan Erick Lane (1996):

1. HAM;

2. Pemisahan Lembaga Kekuasaan

Page 124: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

JIMLY ASSHIDDIQIE (1994) :

Page 125: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KONSTITUSI (HUKUM) : Maksudnya adalah bahwa konstitusi merupakan hukum tertinggi dan berisi prinsip-prinsip rancangan dan dasar pelaksanakan kegiatan dalam bernegara.

KONSTITUSI POLITIK : Konstitusi merupakan kesepakatan tentang prinsip-prinsip dasar dalam bidang politik.

KONSTITUSI SOSIAL : …. Bidang Sosial KONSTITUSI EKONOMI : Kebijakan-2

dasar dalam bidang Ekonomi

Page 126: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SISTEM KONSTITUSI INDONESIA : PEMBUKAAN UNDANG UNDANG DASAR 1. Bentuk dan Kedaulatan 2. Majlis Permusyawaratan 3. Kekuasaan Pemerintahan Negara 4. DPA (dihapus) 5. Kementrian Negara 6. Pemerintahan Daerah

Page 127: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

7. DPR 7A. DPD 7B. Pemilihan Umum 8. Keuangan 8A. BPK 9. Kekuasaan Kehakiman 9A. Wilayah Negara 10. Warga Negara dan Penduduk 10A. Hak Asasi Manusia 11. Agama

Page 128: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

12. Pertahanan dan Keamanan Negara 13. Pendidikan dan Kebudayaan 14. Perekonomian Nasional dan

Kesejahteraan Sosial 15. Bendera, Bahasa, dan Lambang

Negara, serta Lagu Kebangsaan 16. Perubahan UUD ATURAN PERALIHAN ATURAN TAMBAHAN

Page 129: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

ATURAN PERALIHAN : Pasal 1 : Segala Peraturan perundang-

undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini.

Pasal 2 : Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan UUD dan belum di adakan yang baru menurut UUD ini.

Pasal 3 : Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangan nya dilakukan oleh MA

Page 130: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

ATURAN TAMBAHAN :

Pasal 1 : MPR ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum Ketetapan MPRS dan MPR untuk diambil putusan pada sidang MPR tahun 2005

Pasal 2 : Dengan ditetapkannya perubahan UUD ini, UUD Negara RI Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal.

Page 131: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Kekuasaan Pemerintahan Negara : Presiden memegang kekuasaan

pemerintahan menurut UUD (4 ayat 1) yang dibantu oleh 1 wakil prasiden (4 ayat 2) dan mentri mentri negara yang membidangi urusan tertentu di bidang pemerintahan (17 ayat 1-3 & diatur lebih lanjut dengan UU)

Presiden dan Wakil Presiden dipilih dlm satu pasangan secara langsung oleh rakyat yg diusulkan oleh Partai Politik atau gabungan partai politik (6A).

Page 132: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, dan DPRD (22 E)

Peserta Pemilu DPR dan DPRD adalah Partai Politik

Peserta Pemilu DPD adalah perseorangan BGMN dengan PEMILU PRESIDEN & WAKIL

PRESIDEN ???? Kapan Pengajuan Calon Presiden & Wakil

Presiden itu ?. Sebelum Pemilu DPR, DPD dan DPRD atau sesudah Pemilu DPR, DPD, dan DPRD tetapi sebelum Pemilu Presiden?

Page 133: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KEUANGAN NEGARA : APBN sebagai wujud dari pengelolaan keuangan

negara ditetapkan setiap tahun dengan UU dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

Belanja Modal 168, 2 Trilliun = 14,74 % dari belanja Pemerintah Pusat.

Belanja Pegawai 215,7 Trilliun = 22,36 % Belanja Barang 142, 24Trilliun = 17,44 % TOTAL BELANJA Rp. 965 Trilliun Belanja rutin (pegawai & barang) lebih dominan.

Page 134: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

CADANGAN FISKAL Rp.15,8 T pada hal tahun lalu hanya dialokasikan 4,7 T

Cadangan itu diambilkan dari pengurangan Subsidi BBM

Pasal 40, jika terjadi krisis pasar surat berharga negara (SBN) domestik, pemerintah dengan persetujuan DPR diberikan kewenangan menggunakan sisa anggaran lebih (SAL) dalam rangka stabilitas pasar SBN.

Page 135: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Nilai APBN 2012 Rp.1.435 Trilliun dari Nilai APBN 2011 Rp. 1.418,5 Trilliun Rinciannya kenaikan karena : 1. Belanja Pem.Pusat Rp.964,997 T 2. Transfer ke Daerah Rp.470,4 T 3. Belanja Pegawai Rp. 215,72 T 4. Belanja Barang Rp. 142, 24 T 5. Belanja Modal 168, 26 T 6. Belanja Kementrian /Lembaga 508,36 T 7. Subsidi BBM 168, 56 T dari 95,9 T (2011)

Page 136: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PROBLEM TENTANG KONSTITUSI DI INDONESIA 1. Secara Populer di Indonesia dipahami

bahwa apapun Konstitusi yang berlaku di Indonesia, Dasar Negara nya adalah Pancasila. PERTANYAANNYA :

Bagaimana bisa Pancasila yang disebut sebagai dasar negara bisa membentuk Konstitusi dan Negara yang berbeda.

2. Apakah Konstitusi sudah dibentuk berdasarkan Partaisipasi, sehingga mempunyai LEGITIMASI HULU, PROSES, & HILIR ?

Page 137: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

3. Rumusan Pasal dalam konstitusi apakah relevan dengan perkembangan teori hukum dan politik ?.

4. Konsistensi antara Substansi maksud Pasal dengan Pelaksanaan dalam Praktek Politik.

5. Praktek Politik dan Tujuan Negara, apakah terealisir dan dinikmati oleh rakyat ?.

6. Apakah konstitusi mampu mengikuti perkembangan keilmuan dan perubahan sosial-politik masyarakatnya ?.

7. Dll.

Page 138: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

E. DEMOKRASI INDONESIA

Page 139: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DEMOKRASI (David Beetham, 1999, 2002)

Demokrasi diartikan sebagai Pengendalian masyarakat atas urusan publik berlandaskan kesetaraan politik

Page 140: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

HASIL PENELITIAN DEMOS 2003-2005 TTG DEMOKRASI DI INDONESIA

1. Kebebasan dgn Defisit Instrumen Demokrasi

Page 141: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

2. Pemilu Tanpa Representasi Kepentingan Vital Masyarakat :

Page 142: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

3. Demokrasi Oligarkhis Akibat Dominasi Elit :

Page 143: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Page 144: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KEDAULATAN RAKYAT

Page 145: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KEDAULATAN RAKYAT :

Page 146: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TEORI PERWAKILAN :

1. Teori Mandat

2. Teori Organ

3. Teori Sosiologi

4. Teori Hukum Obyektif

5. Teori Abcarian, dll

Page 147: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TEORI MANDAT

Page 148: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PERWAKILAN MODEL HOOGERWERF :

Page 149: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Page 150: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PERWAKILAN DI INDONESIA

Page 151: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

HASIL PENELITIAN TTG LEMBAGA PERWAKILAN :1. M. KHOLID SYEIRAZI :Di Bawah Bendera Asing, Liberalisasi Industri Migas di Indonesia, Tesis di Universitas Indonesia (2009):

a. UU Migas 22 th 2001 adalah produk politik hukum liberal yang dilakukan DPR yg menisbikan kedaulatan nasional dan merelatifkan makna penguasaan negara terhadap cabang-cabang produksi yg penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak.

b.UU ini lahir karena adanya TEKANAN POLITIK KEKUATAN EKONOMI ASING untuk MELINDU NGI JARINGAN MODAL & BISNIS nya.

Page 152: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

2. KUSKRIDHO AMBARDI : Mengungkap Politik Kartel, Studi Tentang Sistem Kepartaian di Indonesia Era Reformasi (2009), Disertasi di Ohio University USA :

a. Memudarnya Persaingan, munculnya KARTEL

b. Secara teoritik akan muncul koalisi ideologi atau koalisi kemenangan minimal, tetapi yang terjadi adalah KOALISI TURAH, yaitu melibatkan semua partai yang berbeda ideologi. Jadi pemilu bukan menghasilkan partai pemenang, tetapi SEMUA MENANG

c. Adanya MIGRASI IDEOLOGIS

d. Partai bersedia membentuk KOALISI TURAH, karena mengamankan SUMBER KEUANGAN PARTAI

Page 153: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

3. MUHAMMAD YASIN : Suap Dalam Proses Legislasi, Penelusuran Awal (2005).yaitu adanya indikasi suap dalam proses legislasi :

a. Perpu No. 1 tahun 2004 ttg Pertambangan di Hutan Lindung

b. UU Jabatan Notaris No 3 Th 2004

c. UU Mineral dan Batu Bara

KETUA MK : JUAL BELI PASAL

4. ARTIDJO ALKOSTAR : Korupsi Politik di Negara Modern (2008), Disertasi di UNDIP Semarang:

a. Korupsi Politik di Indonesia pemberantasannya setengah hati, tidak sungguh-2, & tidak memiliki Strategi yang jelas

Page 154: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

b. Korupsi Politik sebagai Kejahatan yg dilakukan oleh pihak yg memiliki posisi politik menimbulkan implikasi yg luas, dalam berbagai kehidupan bernegara.

c. Korupsi politik muncul pada habitat kekuasaan yg memiliki hak dan DISKRESI POLITIK yg luas dan memiliki kesempatan dan sarana untuk menyalahgunakan kekuasaan

d. Korupsi politik merupakan tindakan merampas kehidupan rakyat, sehingga rakyat kehilangan hak strategisnya untuk hidup layak dan mematikan masa depannya.

e. Korupsi politik merupakan kejahatan luar biasa.

Page 155: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

5. BUSYRO MUQODAS (2011) : Dalam pidato kebudayaan di Taman Ismail Marzuki :

Anggota Dewan sangat HEDONISTIK, yang ditampilkan dalam bentuk pamer mobil mewah

Page 156: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

RENUNGAN : NEGARA BERPIHAK KEPADA SIAPA : 1. Marxis : Negara alat dari klas yang

dominan 2. Pluralis : Negara alat dari semua

kelompok 3. Hegel : Negara alat atau Lembaga diatas

masyarakat 4. Elit : Meskipun masyarakat itu pluralis,

tetapi penguasa itu hanya muncul dari kelompok tertentu

Page 157: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

RENUNGAN : MENGAPA NEGARA SELALU DI DOMINASI

DARI KELAS YANG BERKUASA : 1. Karena negara merupakan alat dari kelas

yang berkuasa. Sebagai alat, tentu saja negara melayani kepentingan tuannya, yakni kelas yang berkuasa.

2. Klas yang dominan mempengaruhi negara melalui hubungan pribadi antara kelas yang dominan dengan para pejabat negara. Disini pejabat negara bukan lagi alat dari kaum borjuis, melainkan hanya sekedar kawan yang dekat. Negara dan Elit setara posisinya

Page 158: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

3. Negara merupakan lembaga yang mandiri, tetapi berada dalam sebuah struktur atau sistem, sehinga harus melayani klas yang dominan. Bila tidak, struktur tersebut akan terganggu, sehingga tidak bisa berfungsi dengan semestinya. Jadi walaupun negara mempunyai otonomi sendiri, tetapi dalam masyarakat kapitalis, negara tidak ada pilihan lain kecuali melayani kepentingan kaum kapitalis. Contoh sekarang ini tentang PEMBATASAN BBM BERSUBSIDI

Page 159: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MASALAH : Apabila negara secara politis mendapatkan

kekuasaan dari seluruh rakyat, tetapi mengapa negara hanya melayani kepentingan salah satu kelompok masyarakat saja ? Apakah rakyat tidak dapat menarik kembali pendelegasian kekuasaan tersebut ?.

DI SINILAH DIBUTUHKAN IDEOLOGI SEHINGGA KELAS YANG DOMINAN ITU DIUNTUNGKAN OLEH NEGARA, tetapi KELOMPOK YANG DIRUGIKAN BISA MENERIMANYA.

Page 160: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAHAN RENUNGAN : Apabila melihat beberapa rumusan tersebut

di atas maka pelaksanaan demokrasi di Indonesia belum bisa mencapai pada tataran yang standar. Hal ini tampak pada proses pemilu legislatif dan eksekutif, pengambilan keputusan oleh eksekutif maupun legislatif, dan tingkat kemanfaatan pelaksanaan putusan itu terhadap warganegara, maupun kesempatan warganegara untuk melakukan evaluasi terhadap keseluruhan proses demokrasi tersebut.