PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

20
DARUL ULUM Jurnal Ilmiah Keagamaan, Pendidikan dan Kemasyarakatan Volume 10, Nomor 2, 2019 E-ISSN: 2621-2404, P-ISSN: 1907-3003 DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019 151 PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis) Sillakhudin [email protected] Abstrak Al-Quran dan hadis secara pasti mengandung berbagai isu-isu keimanan yang perlu dielaborasi lagi dalam sudut pandang pendidikan. Pendidikan iman menjadi mutlak dilakukan untuk menghasilkan anak-anak dan peserta didik yang memiliki kemantapan akidah dan keimanan. Konsep iman merupakan suatu keyakinan mendasar pembenarannya melalui hati, diiqrarkan dengan lisan dan diamalkan dengan dengan anggota badan. Ini berarti bahwa iman merupakan satu kesatuan yang integral antara hati, ucapan dan tindakan nyata. Keberimanan seseorang sangat memerlukan aksi nyata dalam bentuk tindakan yang disebut dengan “amalun sāleh”. Secara garis besar, tujuan pendidikan keimanan yaitu kebahagiaan hidup dunia akhirat, beribadah kepada Allah, pengembangan potensi, memperkuat iman/keyakinan, menghindarkan diri dari kerusakan iman, menghadapi ujian Allah, meninggikan status/derajat sebagai orang yang beriman. Materi pendidikan keimanan secara garis besar yaitu 1. Allah sebagai Khālik (pengakuan terhadap eksistensi ketuhanan), 2. Allah sebagai Rabb (penghayatan terhadap pemeliharaan Tuhan), dan 3. Allah sebagai Ilāh (Pengabdian hanya kepada Tuhan). Materi tersebut diajarkan melalui proses pendidikan dengan pendekatan dan metode yang digali dari Al-Quran seperti metode Hiwār, Ibrah Mau’izhah, Amtsāl, Qishshah, Tajribah, Targhīb Tarhīb dan Uswah Hasanah. Kata kunci: pendidikan, iman, Alqur’an, Hadits

Transcript of PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Page 1: PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

DARUL ULUM Jurnal Ilmiah Keagamaan, Pendidikan dan Kemasyarakatan

Volume 10, Nomor 2, 2019 E-ISSN: 2621-2404, P-ISSN: 1907-3003

DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019 151

PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Sillakhudin

[email protected]

Abstrak

Al-Quran dan hadis secara pasti mengandung berbagai isu-isu keimanan yang perlu dielaborasi lagi dalam sudut pandang pendidikan. Pendidikan iman menjadi mutlak dilakukan untuk menghasilkan anak-anak dan peserta didik yang memiliki kemantapan akidah dan keimanan. Konsep iman merupakan suatu keyakinan mendasar pembenarannya melalui hati, diiqrarkan dengan lisan dan diamalkan dengan dengan anggota badan. Ini berarti bahwa iman merupakan satu kesatuan yang integral antara hati, ucapan dan tindakan nyata. Keberimanan seseorang sangat memerlukan aksi nyata dalam bentuk tindakan yang disebut dengan “amalun sāleh”. Secara garis besar, tujuan pendidikan keimanan yaitu kebahagiaan hidup dunia akhirat, beribadah kepada Allah, pengembangan potensi, memperkuat iman/keyakinan, menghindarkan diri dari kerusakan iman, menghadapi ujian Allah, meninggikan status/derajat sebagai orang yang beriman. Materi pendidikan keimanan secara garis besar yaitu 1. Allah sebagai Khālik (pengakuan terhadap eksistensi ketuhanan), 2. Allah sebagai Rabb (penghayatan terhadap pemeliharaan Tuhan), dan 3. Allah sebagai Ilāh (Pengabdian hanya kepada Tuhan). Materi tersebut diajarkan melalui proses pendidikan dengan pendekatan dan metode yang digali dari Al-Quran seperti metode Hiwār, Ibrah Mau’izhah, Amtsāl, Qishshah, Tajribah, Targhīb Tarhīb dan Uswah Hasanah. Kata kunci: pendidikan, iman, Alqur’an, Hadits

Page 2: PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Silakhudin

152 DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019

A. Pendahuluan

Al-Quran merupakan kitab suci bagi umat Islam yang diturunkan untuk

menjadi pedoman dan petunjuk ke jalan yang benar. Ia menjadi hudan (petunjuk),

bayyināt (penjelas) dan furqān (pembeda yang baik dan benar) bagi bagi seluruh

manusia, sebagaimana tercantum dalam surah Al-Baqarah (2:185). Secara khusus, Al-

Quran juga merupakan pegangan hidup bagi muttaqīn (orang yang bertaqwa), menurut

surah Al-Baqarah (2:2). Sebagai petunjuk dan pedoman, maka Al-Quran berisi berbagai

ajaran dan norma tertulis sebagaimana yang difirmankan oleh Allah kepada Nabi

Muhammad SAW melalui perantaraan malakikat Jibril.

Al-Quran mengandung berbagai aspek ajaran yang berkenaan dengan dimensi

kemanusiaan. Semua aspek yang berkenaan dengan manusia menjadi pembahasan

secara tekstual redaksional yang tercantum dalam Al-Quran. Kandungan Al-Quran

secara pasti bersentuhan dengan objek manusia baik sebagai individu, keluarga maupun

masyarakat dalam hubungannya dengan Allah SWT.

Al-Quran menjadi sumber kajian dalam rangka menggali berbagai pengetahuan

agama maupun sumber inspiratif dalam mengembangkan pengetahuan kauniyyah.

Berbagai kajian keagamaan Islam telah lahir atas telaah mendalam terhadap ayat demi

ayat dalam Al-Quran. Semakin al-Quran dibaca, maka akan lahir berbagai inspirasi-

inspirasi untuk menyelami secara mendalam ‘mutiara-mutiara” yang terpendam dalam

kitab suci Al-Quran.

Saat Al-Quran diturunkan pertama kali di Mekah, Nabi Muhammad yang

membawa risalah Islam dengan kitab suci Al-Quran telah berhadapan dengan

masyarakat yang hidup dengan tradisi “berhala”. Sembahan mereka adalah patung-

patung yang dipuja-puja serta dianggap memberi manfaat dan mudharat. Nilai tauhid

dan keimanan tercampakkan dari kehidupan masyarakat Quraisy. Realitas ini pula yang

menjadi alur tema ayat-ayat yang diturunkan oleh Allah yang senantiasa menegaskan

keimanan dan ketauhidan. Ayat-ayat yang pendek dan tegas menyangkut keimanan

tersebut menjadi ciri-ciri ayat Makkiyah, periode di mana Nabi Muhammad SAW

memulai dakwah Islam.

Page 3: PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Pendidikan Keimanan (Perspektif Al-Qur’an dan Hadits)

DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019 153

Nilai keimanan merupakan unsur pokok dalam agama Islam dan Al-Quran

mengandung banyak ayat yang berbicara tentang keimanan. Keimanan merupakan nilai

mendasar yang harus dimiliki setiap keluarga muslim. Iman merupakan syarat utama

yang harus dimiliki oleh setiap orang yang mengaku beragama Islam (muslim).

Untuk memantapkan keimanan tersebut, diperlukan proses pendidikan

keimanan yang telaahnya berdasar Al-Quran dan hadis. Al-Quran dan hadis secara pasti

mengandung berbagai isu-isu keimanan yang perlu dielaborasi lagi dalam sudut

pandang pendidikan. Pendidikan iman menjadi mutlak dilakukan untuk menghasilkan

anak-anak dan peserta didik yang memiliki kemantapan akidah dan keimanan.

B. Konsep Imam dalam Islam

1. Pengertian Iman

Kata īmān berasal dari bahasa Arab ( ايمان) artinya percaya, kata ini berasal dari

kata ايمانا –يؤمن - Kata ini dalam berbagai bentuknya ditemukan sebanyak 718 .امن -

kali dalam al-Quran. Pengertian īmān terdiri dari 3 hal yaitu membenarkan dengan

hati, menngkrarkan dengan lidah dan mengamalkan dengan anggota.1

Iman dari segi bahasa diartikan sebagai pembenaran hati. Iman terambil dari

kata امن atau yang berarti “keamanan” atau “ketenteraman”, sebagai antonim dari

“khawatir/takut”. 2 Lebih lanjut dikatakan bahwa iman merupakan bawaan (al-

munazzalah/given) dan merupakan potensi ruhani manusia. Sebagai bawaan, iman baru

merupakan ilmu (pengertian/pengetahuan) tentang Allah pada tingkat awam.3

Dalam buku “Klasifikasi Kandungan Al-Quran” diuraikan pengertian iman

yaitu tashdīq al-qalbi (pengakuan dalam hati), iqrāru bil lisān (pengikraran dengan lisan),

dan amalun bi al-jawārih (pengamalan dengan anggota badan).4

1 Burhanuddin Abdullah, Pendidikan Keimanan Kontemporer ( Sebuah Pendekatan quraniy),

(Banjarmasin, Antasari Press, 2008), hal. 44 2 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2006), hal.

150 3 Muhaimin,Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, hal. 150 4 Choiruddin Hadhiri, SP, Klasifikasi Kandungan Al-Quran ( Jakarta:Gema Insani Press, 2005),

hal. 140

Page 4: PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Silakhudin

154 DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019

Secara terminologi, pengertian iman merujuk pada 3 dimensi yaitu aspek

tashdīq, taqrīr dan amal sebagai satu kesatuan konsep iman tersebut.

Iman adalah tashdīqul qalbi (pengakuan dalam hati). Ayat yang terkait dengan

ini adalah5 ;

a. QS. Al-Hujurat (94:14)

راب ٱ۞قالت عأ ل لأ خ ا يدأ نا ولم لمأ كن ق ول وا أسأمن وا ول ن ٱءامنا ق ل لمأ ت ؤأ يم وإن لأ في ق ل وبك مأ

ٱت طيع وا لك مأ شيأ ۥورس وله لل م نأ أعأ ك م م ٱا إن ل يلتأ حيم لل غف ور ر

Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu

belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke

dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan

mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang."

b. QS. Al-Maidah (5:041)

أيها سول ٱ۞ي رعون في لذين ٱل يحزنك لر ههم ولم لذين ٱمن لكفر ٱيس ا ءامنا بأفو قالو تؤمن قلوبهم

Wahai rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang

bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, Yaitu diantara orang-orang yang

mengatakan dengan mulut mereka:"Kami telah beriman", Padahal hati mereka belum

beriman;

Iman dalam pengertian iqrārun bil lisān (ikrar dengan ucapan) dapat dijumpai

dalam ayat sebagai berikut ;6

a. QS. Al-Baqarah (02:136)

ا ءامنا ب ٱقولو ه لل إبر ق ويعقوب و وما أنزل إلينا وما أنزل إلى عيل وإسح لسباط ٱم وإسم ن لنبيون ٱوما أوتي موسى وعيسى وما أوتي ق بين أحد م ب هم ل نفر ۥونحن له هم من ر

مسلمون Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa

yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il,

Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa

5 Choiruddin Hadhiri, SP, Klasifikasi, hal. 140 6 Choiruddin Hadhiri, SP, Klasifikasi hal. 141

Page 5: PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Pendidikan Keimanan (Perspektif Al-Qur’an dan Hadits)

DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019 155

yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan

seorangpun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".

b. QS. Al-Ankabut (29:46)

ا أهل دلو ا ءامنا ب لذين ٱهي أحسن إل لتيٱإل ب لكت ب ٱ۞ول تج لذي ٱ ظلموا منهم وقولوحد ونحن له هكم و هنا وإل

مسلمون ۥأنزل إلينا وأنزل إليكم وإل Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang

paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim 7 di antara mereka, dan Katakanlah:

"Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada Kami dan yang

diturunkan kepadamu; Tuhan Kami dan Tuhanmu adalah satu; dan Kami hanya

kepada-Nya berserah diri".

Iman dalam dimensi ‘amalun bil jawārih (pengamalan dengan anggota badan)

dapat dilihat dalam ayat ;QS.Al-Hujurat (49:15)8

من ون ٱإنما ؤأ م ٱءامن وا ب لذين ٱ لأ لهمأ وأنف سهمأ في سبيل ۦورس وله لل و هد وا بأمأ تاب وا وج ث م لمأ يرأ

ٱ ئك ه م لل دق ون ٱأ ول لص

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya

(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka

berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.

2. Hakikat Iman

Iman merupakan ajaran mendasar dalam Islam. Iman merupakan pondasi

keberagamaan yang mesti dimiliki oleh setiap muslim. Keislaman seseorang pada

mulanya berangkat dari iman (kepercayaan/keyakinan) yang dimiliki seseorang.

merujuk pada suatu hadis sebagai berikut;

اعيل بمن ث نا إسم ث نا مسدد، قال: حد ، عنم أب زرمعة، عنم أب هري مرة، حد بن أبو حيان الت يممي إب مراهيم، أخميل ف قال: ما للناس، فأته جبم »الإيمان أنم ما الإيمان؟ قال: قال: كان النب صلى الله عليمه وسلم برزا ي وم

من بلمب عمث من بلل وملائكته، وكتبه، وبلقائه، ورسله وت ؤم 9ت ؤمMusaddad berkata kepada kami, Ismail bin Ibrahim berkata kepada kami, Abu

Hayyan at-Taimiyyu memberitahu kami, dari Abi Zur’ah dari Abi Hurairah berkata :

7 Yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim ialah orang-orang yang setelah diberikan

kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan cara yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap menyatakan permusuhan.

8 Choiruddin Hadhiri, SP, Klasifikasi, hal. 141 9 Maktabah as-syamilah, Sahih Bukhari, Ada’ul Khumusi min al-Iman, Hadis 52

Page 6: PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Silakhudin

156 DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019

Nabi SAW suatu hari di tengah-tengah para sahabatnya, maka dia didatangi oleh Jibril

dan berkata “ apakah Iman itu. Rasulullah menjawab ‘ iman adalah engkau percaya

kepada Allah, malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, percaya (hari) perjumpaan dengan-Nya,

Rasul-Rasul-Nya dan engkau percaya adanya kebangkitan.

Hadis ini memberikan informasi bahwa iman itu adalah percaya (iman) kepada

Allah10, malaikat 11, kitab12, rasul 13, dan kebangkitan di akhirat14 di mana pengertian

10 Makna beriman kepada Allah ialah pertama, meyakini adanya Allah sebagai wajibul wujud.

Artinya, meyakini bahwa Allah itu ada dengan sendirinya, Kedua adalah meyakini bahwa Allah mempunyai sifat-sifat kesempurnaan tanpa sedikitpun ada cacat atau cela-Nya. Ketiga, meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa, tidak mempunyai sekutu, tidak beranak dan tidak diperanakan. Keempat, meyakini bahwa Allah adalah Pencipta, Pemelihara, Pengatur, dan Penguasa Tertinggi atas manusia dan makhluk-Nya. Kelima, meyakini bahwa Allah berbeda dengan makhluk-Nya. Keenam, meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Ketujuh, senang menghambakan diri kepada Allah dan patuh terhadap segala ketentuan-Nya. Lihat Suaib H. Muhammad, Lima Pesan Al-Quran, (Malang:UIN Maliki Press,2010), hal. 2-32

11 Beriman kepada Malaikat bermakna pertama, meyakini bahwa Malaikat itu benar-benar ada. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang mulia yang senantiasa memahasucikan Allah siang dan malam dan mereka bukanlah anak-anak Allah seperti yang dituduhkan orang-orang Yahudi dan Nasrani (QS. 2:116, QS 4:171, QS. 10:68, QS. 17:111, QS. 25;2, QS 39:4, QS. 43:81) Kedua, meyakini bahwa malaikat itu adalah hamba Allah yang ghaib, tidak dapat diindera dengan atau tanpa alat bantu sekalipun, dan mereka sewaktu-waktu dapat menjelma dalam bentuk manusia atau dalam bentuk lainnya sesuai dengan izin Allah. Ketiga, meyakini bahwa malaikat-malaikat itu adalah hamba-hamba Allah yang sengaja diciptakan dari cahaya dan diberi sayap dua-dua, tiga-tiga, atau empat-empat untuk mengurus berbagai urusan yang diperintahkan Allah baik yang terkait dengan alam manusia maupun alam semesta.(QS. 35:1). Lihat, Suaib, Lima Pesan Al-Quran, hal. 54

12 Beriman kepada kitab-Nya bermakna pertama, meyakini dan membenarkan bahwa Al-Quran selain membawa syariat baru juga membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Kedua, meyakini dan membenarkan bahwa sebelum Al-Quran, Allah pernah menurunkan kitab-kitab lain seperti Taurat, Zabur dan Injil. Ketiga, memiliki kesadaran dan kesediaan yang tinggi untuk melaksanakan semua pesan Al-Quran. Keempat, membenarkan keterangan Al-Quran bahwa kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya sudah mengalami perubahan dan sekarang ini tidak ada lagi wujudnya yang asli (orisinil).(Q.S. 2:75,79, QS.3:78, QS. 5:13,15,17, 72-75. Lihat Suaib, Lima Pesan Al-Quran, hal 66

13 Beriman kepada Rasul Allah bermakna pertama, semua Rasul Allah membawa pokok ajaran yang sama. Karena itu satu sama lainnya tidak boleh dibedakan (QS. 4:150-151). Kedua, bahwa semua Rasul Allah diutus kepada manusia untuk menyampaikan kabar gembira dan peringatan agar manusia tidak membantah Allah ketika mereka dimintai tanggungjawab di akhirat kelak (QS. 4:164-165). Ketiga, bahwa semua Rasul Allah adalah manusia pilihan, berbudi luhur, taat kepada Allah dan terpelihara dari perbuatan maksiat baik kecil maupun besar (QS. 19:58). Keempat bahwa semua Rasul Allah adalah manusia kerena mereka juga makan, minum, tidur, berdiri, duduk, berjalan-jalan, menikah, punya anak, bercucu, juga sakit akhirnya wafat. (QS. 21:7, QS. 13:38). Kelima, bahwa semua Rasul tidak memiliki kemampuan lebih kalau saja Allah tidak melebihkan keampuan mereka (QS. 7:188). Keenam, bahwa Rasul Allah tidaklah menyampaikan sesuatu kalau bukan dari Tuhannya. (QS. 53:3-4). Ketujuh, bahwa semua Rasul Allah diutus untuk ditaati, bukan untuk didurhakai. (QS. 4:64). Lihat Suaib, Lima Pesan Al-Quran, hal. 85-96

14 Makna beriman kepada hari akhirat adalah meyakini bahwa kehidupan dunia ini adalah bersifat sementara dan kehidupan sesungguhnya adalah di akhirat kelak (QS. 29:64). Kehidupan akhirat adalah kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang kekal dan lebih baik. Suaib, Lima Pesan Al-Quran, hal. 158

Page 7: PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Pendidikan Keimanan (Perspektif Al-Qur’an dan Hadits)

DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019 157

iman dalam redaksi hadis ini menunjukkan makna yang sangat terbatas jika merujuk

pada pengertian yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu. Pada sub bagian

pengertian iman, disebutkan bahwa iman adalah pembenaran dalam hati, diucapkan

dengan lisan dan dilakukan dengan anggota tubuh. Pengertian ini mengisyaratkan

bahwa iman tersebut mencakup dimensi yang lebih luas daripada sekedar percaya,

justru yang dituntut adalah manisfestasi iman yang terukur melalui pembenaran

dengan hati, diikrarkan melalui lisan dan direfleksikan melalui amalan anggota badan.

Menurut Nanang Gojali, iman adalah kondisi jiwa yang timbul atas dasar

pengetahuan dan kecenderungan. Iman menuntut setiap orang yang beriman agar

bertekad dan berkehendak untuk menerima segala konsekuenasinya, juga menuntut

agar ia melakukan perbuatan yang sesuai dengan imannya. 15 Seseorang yang telah

mengetahui dan mempercayai sesuatu tetapi tidak melakukan sesuatu atas dasar

keyakinan tersebut maka sebenarnya ia belum beriman, termasuk di dalam hatinya

masih terdapat keraguan untuk melakukan perbuatan sebagai refeleksi dari

keimanannya.

Diperlukan konsistensi antara apa yang menjadi keyakinan dengan perbuatan

yang dilakukan. Iman hendaknya direfleksikan dengan perbuatan-perbuatan sebagai

bentuk ketundukan dan kepasrahan kepada Allah. Demikian pula sebaliknya, segala

perbuatan-perbuatan yang dilakukan, jika tidak berangkat dari keyakinan kepada Allah,

maka bukan menunjukan refleksi keimanan.

Atas dasar itu, maka iman tidak sekedar percaya kepada Allah, tetapi mencakup

pula pengertian yang benar tentang siapa Allah yang kita percayai itu dan bagaimana

kita bersikap kepada-Nya serta kepada objek-objek selain Dia.16

Sayyid Husain al-Thabathabai, dalam tafsir Mizan menjelaskan bahwa iman

terhadap sesuatu berarti pengertian/pengetahuan yang benar tentang sesuatu disertai

dengan kewajiban untuk mengamalkannya. Kalau belum mewajibakan dirinya untuk

mengamalkannya, berarti dia belum beriman walaupun disitu ada pengertian dan

15 Nanang Gojali, Tafsir Hadis tentang Pendidikan, (Bandung:Pustaka Setia, 2013), hal. 197 16Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina,1992),

hal. 75

Page 8: PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Silakhudin

158 DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019

pengetahuan. 17 Dalam menafsirkan “iman” terkait QS.Al Mukminūn 23:1, Ath-

thabathaba’I menafsirkan sebagai berikut ;

الايمان هو الادعان و التصديق بشيء بالتزام بلوازمه, فلايمان بالله في عرف القران التصديق 18 بما جاءت به رسله مع الاتباع فى الجملة و بوحدانيته و رسله واليوم الاخر

Artinya :

Iman adalah pembenaran sesuatu dengan membiasakan, Iman kepada Allah

dalam pengertian al-Quran adalah membenarkan keesaan Allah, Rasul-Nya dan hari

kemudian serta segala yang di bawa oleh rasul-rasul Allah dengan mengikutinya.

Dengan demikian, hal ditekankan dalam iman itu adalah amal saleh yang

berarti bahwa iman kepada Allah harus dibarengi dengan tindakan-tindakan nyata yang

dilakukan dalam bentuk amal saleh.

Dalam Al-Quran, iman yang terkait dengan amal saleh disebutkan dalam 71

satu ayat yang tersebar dalam berbagai surah. 19 Ciri-ciri orang beriman disebutkan

sebanyak 169 ayat,20 pengaruh iman atas akhlak sebanyak 29 ayat. 21

Meskipun iman bersifat abstrak, namun ia merupakan suatu energi positif –

meminjam istilah Ustad Nashrullah Atha’-22 yang dapat menggerakkan semua dimensi

lahiriyah manusia. Iman bukan hanya merupakan masalah hati nurani atau pikiran

tetapi juga berhubungan dengan masalah tindakan dan perbuatan. Antara iman dan

tindakan selalu bergandengan sebagaimana ayat-ayat al-Quran selalu menggandengkan

antara iman dan amal saleh. Hal tersebut dapat dilihat misalnya pada QS. Al-Baqarah

(2):25, an Nisa (4):56, Luqman (31):8 dan al-‘Ashr (103);3. Amal saleh harus

17Sebagaimana dikutip oleh Muhaimin dari Muhammad Husain al-Thbabathabai, Al-Mizan fii

Tafsir al-Quran, Lihat Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, hal. 151 18 Muhammad Husain al-Thabathba’I, Al-Mizan fii Tafsir al-Quran, Juz 15 (Beirut : al-Muassasah

al-a’lamiy li Al-Mathbuah, 1991), hal. 6 19 Lihat Afzalurrahman, Indeks Al-Quran, Jakarta: Amzah, 2009, hal. 120-121 20 Afzalurahman, Indeks Al-Quran, hal. 123-124 21 Afzalurahman, Indeks Al-Quran, hal. 124-125 22 Iman merupakan suatu yang abstrak, tetapi jika telah terpatri dalam jiwa maka maka iman

merupakan energi positif yang sangat luar biasa ketika menjelma dalam alam nyata. Lihat Nashrullah Muhammad Atha, The Power of Al-Quran, sistesis Linguistik Klasik dan Sains Modern, Pembacaan Narasi Wahyu dalam Konteks Kekinian dengan Energi Lama yang telah lama dilupakan (Amuntai:CV. Hemat,2014), hal. 36

Page 9: PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Pendidikan Keimanan (Perspektif Al-Qur’an dan Hadits)

DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019 159

berlandaskan pada iman, jika tidak maka amal tersebut merupakan perbuatan yang sia-

sia, demikian pula sebaliknya.23

C. Pendidikan Iman Telaah Al-Qur’an dan Hadits

Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen

terkait. Komponen-komponen tersebut merupakan bagian-bagian penting yang

menyokong adanya kesatuan konsep yang bergerak bersama secara simultan.

1. Tujuan Pendidikan keimanan

Tujuan pendidikan Islam secara umum telah telah mencakup berbagai dimensi

kemanusiaan termasuk masalah keimanan (Ilahiyah/tauhid), akidah dan keyakinan.

Dimensi kemanusiaan terutama sekali dimensi ruhani dan akal sangat terkait dengan

dimensi keimanan.

Secara garis besar, tujuan pendidikan keimanan yaitu kebahagiaan hidup dunia

akhirat, beribadah kepada Allah, pengembangan potensi, 24 memperkuat

iman/keyakinan, menghindarkan diri dari kerusakan iman, menghadapi ujian Allah,

meninggikan status/derajat sebagai orang yang beriman.25

Kebahagiaan dunia akhirat merupakan tujuan akhir dari pendidikan keimanan,

mengingat keimanan menyangkut hari akhir, hari kebangkitan dan hari pembalasan.

a. Kebahagiaan dunia dan akhirat

Islam membawa ajaran keyakinan akan adanya hidup setelah mati dan setiap

manusia akan mengalami kebahagiaan dan kesengsaraan. Dengan iman, seseorang akan

mendapatkan buah iman dunia dan akhirat. Terkait buah iman dunia, terdapat 11 ayat

dalam berbagai surah yang menjelaskan perihal tersebut, seperti Allah berfirman QS.

Maryam (19;96)

ت ٱ ءامنوا وعملوا لذين ٱإن لح ن ٱسيجعل لهم لص حم ا لر ود

23Sebagaimana dikutip oleh Burhanuddin Abdullah dari Fazlur Rahman, Pendidikan Keimanan

Kontemporer, hal. 48 24 Nanang Gojali, Tafsir Hadis tentang Pendidikan, hal. 176-181 25 Chairuddin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan Al-Quran, hal. 145-150

Page 10: PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Silakhudin

160 DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang

Maha Pemurah26 akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.

Dalam QS. An Nisa (04:173) disebutkan ;

ا ت ٱءامنوا وعملوا لذين ٱفأم لح ن فضله لص ا ۦفيوف يهم أجورهم ويزيدهم م لذين ٱوأم

ن دون ستكبروا ٱو ستنكفوا ٱ ا ول يجدون لهم م بهم عذابا أليم ٱفيعذ ا ول نص لل ا ولي ير

Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, Maka Allah akan

menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-

Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, Maka Allah akan

menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi

diri mereka, pelindung dan penolong selain dari pada Allah.

Selain kebahagiaan dunia, pendidikan keimanan juga dalam rangka

kebahagiaan akhirat dan inilah adalah kebahagiaan yang hakiki.

Dalam QS. Ar Radu (13:029) disebutkan ;

ت ٱءامنوا وعملوا لذين ٱ لح اب طوبى لهم وحسن م لص

Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat

kembali yang baik.

b. Pendidikan Keimanan untuk Ibadah kepada Allah

Tujuan pendidikan keimanan adalah agar peserta didik dapat melakukan

pengabdian (ibadah) dengan baik dan benar. Hakikat ibadah adalah bentuk ekspresi

dari keimanan seorang hamba kepada Allah.27 Ibadah bermakna ketundukan atau

kepatuhan.28 Dalam QS. Adz-Dzariyyat (51;56) disebutkan ;

نس ٱو لجن ٱخلقت وما إل ليعبدون ل

dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku.

Terkait ibadah ini, dalam hadis disebutkan ;

26 Dalam surat Maryam ini nama Allah Ar Rahmaan banyak disebut, untuk memberi pengertian

bahwa, Allah memberi ampun tanpa perantara. 27 Nanang Gojali, Tafsir Hadis tentang Pendidikan, hal. 179 28 Chairuddin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan Al-Quran, hal. 44

Page 11: PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Pendidikan Keimanan (Perspektif Al-Qur’an dan Hadits)

DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019 161

العباد ؟ قال : الله ورسوله قال النبي صلي الله عليه وسلم : يا معاد أتدري ما حق الله علي

أعلم قال : ان يعبدوه ول يشركوا به شيئا

Artinya ;

Nabi SAW bersabda ; wahai Muadz. Apakah engkau tahun apa hak Allah atas

hamba-Nya. Mu’az menjawab : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Lalu, belaiu

bersabda, hendaklah mereka beribadah kepada Allah dan jangan sekali-kali

menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.

c. Pengembangan potensi kemanusiaan

Manusia adalah makhluk yang dibekali potensi untuk beriman kepada Allah

SWT. Potensi tersebut dalam terminologi Islam disebut dengan fithrah. Muhaimin

menulis bahwa makna fitrah terdiri dari beberapa pemaknaan yaitu ;

1. Fitrah berarti suci (thuhr)

2. Fitrah berarti Islam (dienul Islam)

3. Fitrah berarti mengikuti keesaan Allah (at-tauhid)

4. Fitrah berarti murni (al-ikhlas)

5. Fitrah berarti kondisi penciptaan manusia yang mempunyai kecenderungan untuk

menerima kebenaran

6. Fitrah berarti potensi dasar manusia sebagai alat untuk mengabdi dan ma’rifatullah

7. Fitrah berarti ketetapan atau kejadian asal manusia mengenai kebahagiaan dan

kesesatannya.

8. Fitrah berarti tabiat alami yang dimiliki oleh manusia (human nature).

9. Fitrah berarti gharizah (insting) dan al-munazzalah (wahyu dari Allah)29

Fitrah inilah yang diaktualisasikan dalam diri anak agar berkembang ke arah

yang baik dan sempurna. Fitrah ini merupakan potensi dasar anak yang memiliki sifat

kebaikan dan kesucian yang menerima ransangan yang dapat dikembangkan menuju

kesempurnaan dan kebenaran.

29 Muhaimin dan Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofik dan Kerangka Dasar

Operasionalisasinya, (Bandung:Trigenda karya, 1993), hal.12-21

Page 12: PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Silakhudin

162 DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019

Nabi Muhammad SAW bersabda ;

لود إل يولد على الفطمرة، فأب واه ي هو دانه أوم ي نص رانه، أوم يمج سانه قال النب صلى الله عليمه وسلم: »ما منم موم

Artinya :

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orangtuanya yang

membuat dia yahudi, nashrani dan Majusi….”

Fitrah dalam hadis ini adalah fitrah diniyyah yaitu kecenderungan beragama

Islam. Pendapat ini diperkuat oleh dua alasan yaitu ;

1. Kata fithrah dalam QS. Ar-Rum ayat 30 dalam konteks penjelasan agama yang

hanif.

2. Pada hadis di atas, disebutkan bahwa kedua orangtua sebagai lingkungan terdekat

dengan anak yang akan menjadi faktor perubahan keyakinan anak. Merekalah yang

menjadikan anak itu menjadi Yahudi dan Nasrani.30

d. Memperkuat iman/keyakinan

Ayat terkait dengan iman dalam kaitannya dengan penguatan keimanan

tersebar dalam berbagai surah dalam Al-Quran. Dalam QS. Al-Hasyr (59;24) Allah

berfirman ;

ٱهو لق ٱ لل ر ٱ لبارئ ٱ لخ ت ٱما في ۥيسب ح له لحسنى ٱ لسماء ٱله لمصو و لرض ٱو لسم

لحكيم ٱ لعزيز ٱوهو

Artinya :

Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa,

yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi.

dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

e. Menghindarkan diri dari kerusakan iman (kufur)31

Tujuan pendidikan keimanan yang lain adalah menghindarkan diri dari

kerusakan iman. Kerusakan iman mengarahkan pada berbagai bentuk kekufuran yaitu

30 Nanang Rojali, Tafsir Hadis tentang Pendidikan, hal. 181 31 Kufur bermakna menutupi atau menyelimutinya dengan yang lain. Orang yang menutupi

kebenaran dan menyelimuti dengan kebatilan disebut kafir. Lihat Chairuddin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan Al-Quran, hal 147

Page 13: PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Pendidikan Keimanan (Perspektif Al-Qur’an dan Hadits)

DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019 163

kufur takzīb, kufur iba wa iktibār, kufur i’radh, kufur syak, kufur juhūd, dan kufur ni’mah. 32 Mengenai hal ini terdapat berbagai ayat seperti QS. Ibrahim (14: 7) ;

وإذ تأذن ربكم لئن شكرتم لزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي لشديد

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika

kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu

mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

f. Menghadapi ujian Allah

Tujuan pendidikan keimanan dalam kaitan ini adalah agar seseorang dapat

menjalani ujian dari Allah SWT. Dengan iman yang dimilikinya, maka seorang muslim

pasti dapat menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan yang dihadapinya. Iman

kaitannya dengan ujian dari Allah terdapat dalam berbagai berbagai surah dalam Al-

Quran seperti dalam QS. Al Anbiya (21:35)

وإلينا ترجعون لخير ٱو لشر ٱونبلوكم ب لموت ٱ نفس ذائقة كل فتنة

Artinya ;

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan

keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada

kamilah kamu dikembalikan.

Orang yang beriman akan diuji dengan berbagai macam ujian baik melalui hal-

hal yang baik maupun yang buruk, melalui pemberian Allah, melalui jabatan, keluarga,

harta benda, perintah Allah dan larangan-Nya, musibah, ketakutan, kelaparan,

kekuarangan harta, jiwa dan buah-buahan. Jika iman dimiliki dalam hati, maka ujian

apapun akan dapat dijalani dan dihadapi oleh orang yang beriman dengan sabar, tegar,

kuat dan konsisten dengan perintah Allah SWT.

32 Kufur Takdzīb adalah mendustakan Rasul dan apa yang dibawanya, mereka betul-betul

mendustakan kebenaran. Kufur iba wa iktibār adalah seperti kekufuran Iblis yang tidak menolak dan tidak mengingkarinya, tetapi enggan dan takabbur. Kufur i’radh yaitu berpaling dari apa yang yang dibawa oleh Rasul, ia tidak membenarkan dan tidak mendustakan. Kufur syak yaitu ragu-ragu terhadap apa yang dibawa oleh Rasul, tidak yakin kebenarannya dan tidak mendustakannya. Kufur juhūd yaitu menolak semua yang diturunkan oleh Allah dan menolak sebagian dari dasar Islam, dan kufur ni’mah adalah tidak mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepadanya. Chairuddin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan Al-Quran, hal. 147

Page 14: PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Silakhudin

164 DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019

g. Meninggikan status/derajat sebagai orang yang beriman

Pendidikan iman bertujuan untuk meningkatkan status dan derajat orang-

orang yang beriman, kemuliaan, sebaik-baik umat, sebaik-baik makhluk, penguasa di

bumi. Dalam QS. Ali Imran (3;139) ;

ؤمنين لعلون ٱول تهنوا ول تحزنوا وأنتم إن كنتم م

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,

Padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang

yang beriman.

Dalam QS. Al BAyyinah (98:7) sebagai berikut ;

ن ت ٱ ءامنوا وعملوا لذين ٱ لح ئك هم خير لص لبرية ٱ أول

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka

itu adalah Sebaik-baik makhluk.

Dua ayat di atas cukuplah menjadi satu rujukan bahwa orang yang beriman

akan mendapatkan derajat tinggi di sisi Allah SWT. Kata “a’la” menunjukan derajat

tinggi yang dimiliki oleh orang yang beriman. Kata “Khair al-Bariyyah “ menunjukkan

status orang yang beriman sebagai manusia yang terbaik dengan iman yang dimilikinya.

Pendidikan iman akan membawa pada orang mukmin menggapai posisi

tertinggi dan status makhluk yang terbaik. Tujuan ini amat ideal sekali sebagai tujuan

paripurna keimanan yang diperoleh dalam proses pendidikan keimanan.

2. Materi Pendidikan Keimanan

Salah satu materi pendidikan keimanan, tergambar dalam Al-Quran QS.

Luqman (31: 12 - 19) sebagai berikut ;

ن ومن يشكر فإنما يشكر لنفسه شكر ٱأن لحكمة ٱولقد ءاتينا لقم ٱومن كفر فإن ۦلل غني لل

حميد

Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:

"Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka

Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak

bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

Page 15: PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Pendidikan Keimanan (Perspektif Al-Qur’an dan Hadits)

DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019 165

ن ل بني ل تشرك ب ۥوهو يعظه ۦبنه وإذ قال لقم ٱي رك ٱإن لل لظلم عظيم لش

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi

pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,

Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

ينا ن ٱووص نس لد ل ه بو له ۥيه حملته أم لديك شكر ٱفي عامين أن ۥوهنا على وهن وفص لي ولو

لمصير ٱإلي

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-

bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah,

dan menyapihnya dalam dua tahun.33 bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang

ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

أن تشرك بي ما ليس لك به هداك على علم فل تطعهما وصاحبهما في ۦوإن ج

نيا ٱ ا و لد سبيل من أناب إلي ثم إلي مرجعكم فأنب ئكم بما كنتم تعملون تبع ٱ معروف

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu

yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya,

dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali

kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu

apa yang telah kamu kerjakan.

ن خردل فتكن في صخرة أو في بني إنها إن تك مثقال حبة م ت ٱي و لرض ٱأو في لسم

ٱيأت بها ٱإن لل لطيف خبير لل

(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)

seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah

akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus34 lagi Maha

mengetahui.

33Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun. 34 Yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu

bagaimana kecilnya.

Page 16: PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Silakhudin

166 DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019

بني أقم ة ٱي لو لك من صبر ٱو لمنكر ٱعن نه ٱو لمعروف ٱوأمر ب لص على ما أصابك إن ذ

لمور ٱعزم

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik

dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang

menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan

(oleh Allah).

ر خدك للناس ول تمش في ٱمرحا إن لرض ٱول تصع ل يحب كل مختال فخور لل

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)

dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan 35 dan lunakkanlah suaramu.

Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Dalam ayat-ayat surah Luqman di atas, materi pendidikan keimanan tergambar

pada 4 hal yaitu pendidikan tauhid, pendidikan akhlak kepada orangtua, pengajaran

salat dan pendidikan akhlak karimah kepada sesama manusia. Perintah untuk

bersyukur dan tidak kufur nikmat merupakan hal mendasar dalam pendidikan Iman,

termasuk tidak mempersekutukan Allah karena Syirk merupakan dosa yang terbesar

(dzulm adzīm).

Dalam ayat ini juga telah terjadi iltifat (pengalihan subjek pembicara) dari

Luqman kepada Allah dengan menggunakan kata ganti “na” yang menunjukkan makna

pengagungan atas diri-Nya.36 Nilai tauhid (uluhiyyah) sangat ditekankan dalam ayat ini

melalui ajaran syukur nikmat, larangan kufur, dan syirik, perintah Allah berbakti ke

orangtua, tempat kembali kepada Allah, pemberi balasan, maha mengetahui dan

rendahnya makhluk atas keagungan Allah.

Burhanuddin Abdullah menklasifikasi materi pendidikan keimanan secara

garis besar yaitu 1. Allah sebagai Khālik (pengakuan terhadap eksistensi ketuhanan), 2.

35Maksudnya: ketika kamu berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat. 36 Nanang Gojali, Tafsir Hadis tentang Pendidikan, hal. 186

Page 17: PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Pendidikan Keimanan (Perspektif Al-Qur’an dan Hadits)

DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019 167

Allah sebagai Rabb (penghayatan terhadap pemeliharaan Tuhan), dan 3. Allah sebagai

Ilāh (Pengabdian hanya kepada Tuhan).37

Khalik artinya yang Maha pencipta sebagai salah salah satu nama Tuhan.

Eksistensi Tuhan sungguh bersifat fungsional yaitu menciptakan dan memelihara alam

semesta. Sebagai pencipta, Allah menyatakan dalam berbagai ayat bahwa diri-Nya

pencipta langit, bumi dan alam semesta dan semua yang berwujud.

Sebagai Rabb, Allah menampakkan dirinya sebagai pemelihara melalui

sunnatullah yang dibuat-Nya, memberi ganjaran dan balasan di akhirat dan

memanifestasikan diri-Nya dalam asma’ al-Husnā sebagai lambing kemahasempurnaan-

Nya. Sebagai ilāh (pengabdian hanya kepada Allah), maka Dialah satu-satu-Nya yang

harus disembah.

2. Metode Pendidikan Keimanan

Materi pendidikan Quraniy untuk pendidikan keimanan adalah suatu cara

atau tindakan-tindakan dalam lingkup peristiwa pendidikan dalam al-Quran dan

sunnah. 38 Karakteristik metode pendidikan quraniy ini adalah penyajiannya dapat

menyentuh berbagai aspek kepribadian murid, di mana pesan nilai disajikan melalui

beberapa bentuk penyajian yang dapat menyentuh berbagai ranah (domain) peserta

didik.

Menurutnya, beberapa contoh jenis metode yang digali dari Al-Quran adalah

metode Hiwār, Ibrah Mau’izhah, Amtsāl, Qishshah, Tajribah, Targhib Tarhīb dan

Uswah Hasanah.39

Agak berbeda dengan pendapat di atas, Burhanuddin Abdullah

mengemukakan metode yang diterapkan dalam pendidikan keimanan yaitu membaca

ayat-ayat qauliyah dan kauniyah, mempelajari kisah-kisah dalam Al-Quran untuk teladan

dan I’tibar, janji dan ancaman (Basyīr wa Nadzīr), beribadah dan berzikir kepada Allah,

pembiasaan disiplin dalam beramal, indoktrinasi.40 Menurut Nanang Gojali, metode

pendidikan dalam al-Quran adalah metode tabligh, metode al-Hikmah, al-Mau’idzah al-

37 Burhanuddin Abdullah, Pendidikan Keimanan Kontemporer, hal. 107-154 38 Syahidin, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Quran, (Bandung :Alfabeta, 2009), hal. 44 39 Syahidin , Menelusuri Metode, hal. 45 40 Burhanuddin Abdullah, Pendidikan Keimanan Kontemporer, hal. 163-175

Page 18: PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Silakhudin

168 DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019

Hasanah, cerita atau hikayat, pahala dan ganjaran. Metode ini dapat digunakan untuk

pendidikan keimanan.

Sedangkan terkait dengan hadis, untuk pendidikan keimanan ada beberapa

metode yang dapat ditempuh yaitu metode ceramah (khutbah), metode diskusi, metode

Tanya jawab, metode demonstrasi, metode keteladaan, metode hikmah pepatah dan

berdebat, metode kisah, dan metode perumpamaan.41

D. Kesimpulan

Untuk memantapkan keimanan tersebut, diperlukan proses pendidikan

keimanan yang telaahnya berdasar Al-Quran dan hadis. Al-Quran dan hadis secara pasti

mengandung berbagai isu-isu keimanan yang perlu dielaborasi lagi dalam sudut

pandang pendidikan. Pendidikan iman menjadi mutlak dilakukan untuk menghasilkan

anak-anak dan peserta didik yang memiliki kemantapan akidah dan keimanan.

Konsep iman merupakan suatu keyakinan mendasar pembenarannya melalui

hati, diiqrarkan dengan lisan dan diamalkan dengan dengan anggota badan. Ini berarti

bahwa iman merupakan satu kesatuan yang integral antara hati, ucapan dan tindakan

nyata. Keberimanan seseorang sangat memerlukan aksi nyata dalam bentuk tindakan

yang disebut dengan “amalun sāleh”.

Iman adalah pembenaran dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dilakukan

dengan anggota tubuh. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa iman tersebut mencakup

dimensi yang lebih luas daripada sekedar percaya, justru yang dituntut adalah

manisfestasi iman yang terukur melalui pembenaran dengan hati, diikrarkan melalui

lisan dan direfleksikan melalui amalan anggota badan.

Secara garis besar, tujuan pendidikan keimanan yaitu kebahagiaan hidup dunia

akhirat, beribadah kepada Allah, pengembangan potensi, memperkuat

iman/keyakinan, menghindarkan diri dari kerusakan iman, menghadapi ujian Allah,

meninggikan status/derajat sebagai orang yang beriman.

41 Nanang Gojali, Tafsir Hadis tentang Pendidikan, hal. 233-245

Page 19: PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Pendidikan Keimanan (Perspektif Al-Qur’an dan Hadits)

DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019 169

Materi pendidikan keimanan secara garis besar yaitu 1. Allah sebagai Khālik

(pengakuan terhadap eksistensi ketuhanan), 2. Allah sebagai Rabb (penghayatan

terhadap pemeliharaan Tuhan), dan 3. Allah sebagai Ilāh (Pengabdian hanya kepada

Tuhan). Materi tersebut diajarkan melalui proses pendidikan dengan pendekatan dan

metode yang digali dari Al-Quran seperti metode Hiwār, Ibrah Mau’izhah, Amtsāl,

Qishshah, Tajribah, Targhīb Tarhīb dan Uswah Hasanah.

Page 20: PENDIDIKAN KEIMANAN (Perspektif al-Quran dan Hadis)

Silakhudin

170 DARUL ULUM, Volume 10, Nomor 2, 2019

DAFTAR PUSTAKA

Afzalurrahman, Indeks Al-Quran, Jakarta: Amzah, 2009 Burhanuddin Abdullah, Pendidikan Keimanan Kontemporer ( Sebuah Pendekatan

Quraniy), Banjarmasin, Antasari Press, 2008 Choiruddin Hadhiri, SP, Klasifikasi Kandungan Al-Quran, Jakarta:Gema Insani

Press, 2005 Maktabah as-syamilah, Sahih Bukhari, Ada’ul Khumusi min al-Iman, Hadis 52 Muhaimin dan Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofik dan Kerangka

Dasar Operasionalisasinya, Bandung:Trigenda karya, 1993 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

2006 Muhammad Husain al-Thabathba’I, Al-Mizan fii Tafsir al-Quran, Juz 15, Beirut : al-

Muassasah al-a’lamiy li Al-Mathbuah, 1991 Nanang Gojali, Tafsir Hadis tentang Pendidikan, Bandung:Pustaka Setia, 2013 Nashrullah Muhammad Atha, The Power of Al-Quran, sistesis Linguistik Klasik dan

Sains Modern, Pembacaan Narasi Wahyu dalam Konteks Kekinian dengan Energi Lama yang telah lama dilupakan, Amuntai:CV. Hemat,2014

Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina,1992

Suaib H. Muhammad, Lima Pesan Al-Quran, Malang:UIN Maliki Press,2010 Syahidin, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Quran, Bandung :Alfabeta, 2009