Pendidikan Dan Promosi Kesehatan_ringkas1

15
PERILAKU KESEHATAN Dr. M. Zulkarnain, MMedSc, PKK I. Pendidikan Kesehatan 1.1 Pengertian Pendidikan Pendidikan secara umum adalah “segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan pelaku pendidikan”. Dari batasan ini tersirat unsur- unsur pendidikan: a. Input adalah sasaran pendidikan ( individu, kelompok, masyarakat), dan pendidik (pelaku pendidkan) b. proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) c. output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku). 1.2 Pengertian Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah “aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang kesehatan”. Hasil atau output yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan disini adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif. Perubahan perilaku yang belum atau belum kondusif ke perilaku kondusif mengandung hal- hal berikut ini: 1. perubahan perilaku

description

ikm

Transcript of Pendidikan Dan Promosi Kesehatan_ringkas1

PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN

PERILAKU KESEHATAN

Dr. M. Zulkarnain, MMedSc, PKK

I. Pendidikan Kesehatan

1.1 Pengertian Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan:a. Input adalah sasaran pendidikan ( individu, kelompok, masyarakat), dan pendidik (pelaku pendidkan)b. proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) c. output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku).

1.2 Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang kesehatan. Hasil atau output yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan disini adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif. Perubahan perilaku yang belum atau belum kondusif ke perilaku kondusif mengandung hal-hal berikut ini:1. perubahan perilakuPerubahan perilaku-perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan menjadi perilaku yang sesuai dengan perilaku kesehatan, atau dari perilaku negatif menjadi perilaku yang positif.2. pembinaan perilaku. Pembinaan disini terutama ditujukan kepada perilaku masyarakat yang sudah sehat agar dipertahankan.3. Pengembangan perilaku. Pengembangan perilaku sehat ini terutama ditujukan untuk membiasakan hidup sehat bagi anak-anak. Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara konsep, pendidikan kesehatan adalah upaya yang mempengaruhi, dan atau mengajak orang lain, baik individu,kelompok masyarakat, agar melaksanakan perilaku hidup sehat. Sedangkan secara operasional, pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.

1.3 Proses Belajar Dalam Pendidikan Kesehatan

Kegiatan belajar mengandung cirri-ciri:1. Menghasilkan perubahan pada diri individu yang sedang belajar, baik actual maupun potensial;2. Perubahan tersebut pada pokoknya didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relative lama3. Perubahan-perubahan itu terjadi karena usaha, bukan karena proses kematangan.

Alat-alat bantuProses BelajarMetoda

Input(Subjek Belajar)Out Put(Hasil Belajar)

Fasilitasi BelajarBahan Belajar

Gambar 1. Proses Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya

1.4 Metode dan Alat Bantu Pendidikan Kesehatan

1. Metode pendidikan individual (perorangan)a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and councelling)b. Interview2. Metode pendidikan kelompoka. Kelompok besar: Ceramah, Seminarb. Kelompok kecil: Diskusi kelompok, Curah pendapat (brain storming), Bola salju (snow bolling), Kelompok-kelompok kecil (buzz group), Memainkan peran (role play), Permainan simulasi (simulation game)3. Metode pendidikan massa: Ceramah umum (public speaking), Sinetron, dll

Sedangkan alat Bantu/peraga/media pendidikan kesehatan yang dapat digunakan yaitu:1. Alat Bantu visual (visual aids). Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip dan sebagainya. Alat-alat yang tidak diproyeksikan, bisa dua dimensi (gambar peta, bagan, dan sebaginya) ataupun tiga dimensi (bola dunia, boneka, dan sebaginya).2. Alat Bantu dengar (audio aids), misalnya pring hitam, radio, pita suara, dan sebagainya3. Alat bantu lihat-dengar, seperti televisi, dan video cassete. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan audio visual aids.

II. Dasar-Dasar Tentang Perilaku

2.1 Pengertian Perilaku dan Perilaku Kesehatan

Skiner (1938), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus--------> Organisme -------------> Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori S-O-R (stimulus-organisme-respons). Selanjutnya teori Skiner menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu: a. Respondent respons atau refleksif, yaitu respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Misalnya: makanan lezat akan menimbulkan nafsu untuk makan. b. operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respons. Misalnya, apabila seseorang petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik adalah sebagai respons terhadap gaji yang cukup, misalnya (stimulus). Kemudian karena kerja baik tersebut, menjadi stimulus untuk memperoleh promosi pekerjaan. Jadi, kerja baik tersebut sebagai reinforcer untuk memperoleh promosi pekerjaan.

Berdasarkan teori S-O-R tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :a. Perilaku tertutup (Covert behavior)Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas.b. Perilaku terbuka (Overt behavior)Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktek.

Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua aktifitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.

2.2 Macam Perilaku Kesehatan

Becker (1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan dan membedakannya menjadi tiga, yaitu :1. Perilaku sehat (healthy behavior)Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, antara lain :a. makan dengan menu seimbang (appropriate diet). b. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup. c. Tidak merokok dan meminum minuman keras serta menggunakan narkoba. 2. Perilaku sakit (illness behavior)Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan/atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah kesehatan yang lainnya. Pada saat orang sakit atau anaknya sakit, ada beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, antara lain : a. Didiamkan saja (no action), artinya sakit tersebut diabaikan dan tetap menjalankan kegiatan sehari-harib. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment atau self medication). c. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior)Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai peran (roles), yang mencakup hak-haknya (rights) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Menurut Becker, hak dan kewajiban orang yang sedang sakit adalah merupakan perilaku peran orang sakit (the sick role behavior). Perilaku peran orang sakit ini antara lain :i. tindakan untuk memperoleh kesembuhanii. tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat untuk memperoleh kesembuhaniii. melakukan kewajibannya sebagai pasien antara lain mematuhi nasihat-nasihat dokter atau perawat untuk mempercepat kesembuhannya.iv. Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses penyembuhannya.v. Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya, dan sebagainya.

2.3 Domain / Ranah (Aspek) Perilaku

Perilaku seseorang adalah sangat kompleks dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah atau domain perilaku ini, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut:

1. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu: Tahu (know), Memahami (comprehension), Aplikasi (application), Analisis (analysis), Sintesis (synthesis), Evaluasi (evaluation)2. Sikap (Attitude) Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Newcomb, salah seorang ahli psikologisosial menyatakan, bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut : Menerima (receiving), Menanggapi (responding), Menghargai (valuing), Bertanggung jawab (responsible). Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.

3. Tindakan atau Praktek (practice) Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktek). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya suatu tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Seorang ibu hamil sudah tahu bahwa periksa hamil itu penting untuk kesehatannya dan janinnya, dan sudah ada niat (sikap) untuk periksa hamil. Agar sikap ini meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan bidan, Posyandu atau Puskesmas yang dekat dari rumahnya atau fasilitas tersebut mudah dicapainya. Apabila tidak, kemungkinan ibu tersebut tidak akan memeriksakan kehamilannya. Praktek atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu:a. Praktek terpimpin (guided response)Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.b. Praktek secara mekanisme (mechanism)Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktekkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktek atau tindakan mekanis. Misalnya seorang ibu selalu membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang tanpa harus menunggu perintah dari kader atau petugas kesehatan. c. Adopsi (adoption)Adopsi adalah suatu tindakan atau praktek yang sudah berkembang. Artinya, pa yang telah dilakukan tidak sekadar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

III. Determinan Perubahan Perilaku

3.1 Macam Teori Determinan Perilaku

Banyak teori tentang determinan perilaku ini, masing-masing mendasarkan pada asumsi-asumsi yang dibangun. Dalam bidang perilaku kesehatan, ada 3 teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian-penelitian kesehatan masyarakat. Ketiga teori tersebut adalah:a. Teori Lawrence GreenBerangkat dan analisis penyebab masalah kesehatan, Green membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut, yakni behavioral factors (faktor perilaku), dan non behavioral factors atau faktor non-perilaku. Selanjutnya Green menganalisis, bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:1) Faktor-faktor predisposisi (disposing faktors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-niali, tradisi, dan sebagainya. Seorang ibu mau membawa anaknya ke Posyandu, karena tahu bahwa di Posyandu akan dilakukan penimbangan anak untuk mengetahui pertumbuhannya. Anaknya akan memperoleh imunisasi untuk pencegahan penyakit, dan sebagainya. Tanpa adanya pengetahuan-pengetahuan ini, ibu tersebut mungkin tidak akan membawa anaknya ke Posyandu.2) Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya Puskesmas, Posyandu, rumah sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, tempat olah raga, makanan bergizi, uang, dan sebagainya.Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Seorang ibu hamil tahu manfaat periksa hamil, dan di dekat rumahnya ada Polindes, dekat dengan bidan, tetapi ia tidak mau melakukan periksa hamil, karena ibu lurah dan ibu-ibu tokoh lain tidak pernah periksa hamil, namun anaknya tetap sehat. Hal ini berarti, bahwa untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh masyarakat.

b. Teori Snehandu B. KarrKarr seorang staf pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Universitas Kalifornia di Los Angeles, mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu:1) Adanya niat (intention).2) Adanya dukungan dan masyarakat sekitarnya (social support).3) Terjangkaunya informasi (accessibility of information).4) Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personnal autonomy) untuk mengambil keputusan. Di Indonesia, terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya masih terbatas, terutama lagi di pedesaan. Seorang istri, dalam pengambilan keputusan masih sangat tergantung kepada suami.Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation).

c. Teori WHOTim kerja pendidikan kesehatan dan WHO merumuskan determinan perilaku ini sangat sederhana. Mereka mengatakan, bahwa mengapa seseorang berperilaku, karena adanya 4 alasan pokok (determinan), yaitu:1) Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling).2) Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai (personnal references).3) Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. 4) Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang.

3.2 Aspek Sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan

1. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan, antara lain adalah: 1) umur, 2) jenis kelamin, 3) pekerjaan, 4) sosial ekonomi. Menurut H. Ray Elling, (1970), ada beberapa faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku kesehatan, antara lain: 1) self concept, dan 2) image kelompok. Di samping itu, G.M Foster (1973) menambahkan, bahwa identifikasi individu kepada kelompoknya juga berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.a. Pengaruh Self Concept terhadap Perilaku Kesehatan Self concept kita ditentukan oleh tingkatan kepuasaan atau ketidakpuasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada orang lain. Apabila orang lain melihat kita positif dan menerima apa yang kita lakukan, kita akan meneruskan perilaku kita. Tetapi apabila orang lain berpandangan negatif terhadap perilaku kita dalam jangka waktu yang lama, kita akan merasa suatu keharusan untuk melakukan perubahan perilaku. Oleh karena itu, secara tidak langsung self concept kita cenderung menentukan, apakah kita akan menerima keadaan diri kita seperti adanya atau berusaha untuk mengubahnya. b. Pengaruh Image Kelompok terhadap Perilaku KesehatanImage seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelomok. Sebagai contoh, anak seorang dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan tinggi, sedangkan anak buruh atau petani tidak terpapar dengan Lingkungan medis dan besar kemungkinan juga tidak bercita-cita untuk menjadi dokter. Dengan demikian, kedua anak tersebut mempunyai perbedaan konsep tentang peranan dokter. Atau dengan kata lain, perilaku dari masing-masing individu cenderung merefleksikan kelompoknya.

c. Pengaruh Identifikasi Individu kepada Kelompok Sosialnya terhadap Perilaku Kesehatan. 2. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Menurut G.M. Foster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan seseorang antara lain adalah : 1) tradisi, 2) sikap fatalism, 3) nilai, 4) ethnocentrism, 5) unsur budaya.