Pendidikan Anti-Korupsi - Afid Burhanuddin · PDF filePendidikan Anti-Korupsi ... Latar...

28
3/8/2013 1 Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 1 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang DELIK KORUPSI DALAM RUMUSAN UNDANG-UNDANG Bab 07 “Never let corruptors unpunished“ PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 2 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Transcript of Pendidikan Anti-Korupsi - Afid Burhanuddin · PDF filePendidikan Anti-Korupsi ... Latar...

3/8/2013

1

1 1

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

1 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

2

DELIK KORUPSI

DALAM RUMUSAN

UNDANG-UNDANG

Bab

07

“Never let corruptors

unpunished“

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 2 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

3/8/2013

2

1. Mahasiswa memahami sejarah

pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi;

2. Mahasiswa memahami alasan

dan latar belakang perubahan

peraturan perundang-undangan

Tindak Pidana Korupsi dan

peraturan perundang-undangan

lain yang terkait;

3. Mahasiswa mengetahui Tindak

Pidana Korupsi dalam peraturan

perundang-undangan;

4. Mahasiswa mampu

menjelaskan bentuk-bentuk

perbuatan korupsi yang

dilarang.

Kompetensi Dasar POKOK BAHASAN

Tindak Pidana Korupsi dalam

Peraturan Perundang-undangan di

Indonesia

SUB POKOK BAHASAN 1. Sejarah Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi;

2. Latar Belakang Lahirnya Delik

Korupsi dalam Perundang-undangan

Korupsi;

3. Delik Korupsi menurut Undang-

undang Nomor 31 tahun 1999 juncto

Undang-undang Nomor 20 tahun

2001 tentang Perubahan atas

Undang-undang Nomor 31 tahun

1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi;

4. Gratifikasi.

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

3

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 3 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

4

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 4 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

3/8/2013

3

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

5

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 5 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Sejarah Perundang-undangan Korupsi

di Indonesia

Sejarah Perundang-undangan Korupsi:

1. Delik korupsi dalam KUHP

2. Peraturan Pemberantasan Korupsi Penguasa Perang Pusat Nomor Prt/ Peperpu/013/1950

3. Undang-Undang No.24 (PRP) tahun 1960 tentang Tindak Pidana Korupsi

4. Undang-Undang No.3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

5. TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

6

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 6 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

6. Undang-Undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

7. Undang-Undang No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

8. Undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

9. Undang-undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

3/8/2013

4

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

7

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 7 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

10. Undang-undang No. 7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nation Convention Against Corruption (UNCAC) 2003

11. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000 tentang Peranserta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

12. Instruksi Presiden No. 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

8

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 8 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

3/8/2013

5

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

9

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 9 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

“Setiap Orang” (Pasal 1 angka 3)

a. Orang perseorangan: siapa saja, setiap orang, pribadi kodrati;

b. Korporasi (Pasal 1 angka 1): kumpulan orang atau kekayaan yang berorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum;

c. Pegawai Negeri:

- pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam UU tentang kepegawaian

- pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam KUHP,

- orang yang menerima gaji/upah dari keuangan negara/daerah,

- orang yang menerima gaji/upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan dari keuangan negara/daerah

- orang yang mempergunakan modal atau fasilitas dari negara/masyarakat

B. UU No. 31 tahun 1999

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Undang-undang No. 43 tahun 1999

tentang Kepegawaian

Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

10

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 10 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

3/8/2013

6

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

11

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 11 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Pengertian Pegawai Negeri menurut

KUHP

Pasal 92 ayat (1)

Yang disebut pejabat, termasuk juga orang-orang yang dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-aturan umum, begitu juga orang-orang yang, bukan karena pemilihan, menjadi anggota badan pembentuk undang-undang badan pemerintahan, atau badan perwakilan rakyat, yang dibentuk oleh Pemerintah atau atas nama Pemerintah; begitu juga semua anggota dewan waterschap, dan semua kepala rakyat Indonesia asli dan kepala golongan Timur Asing yang menjalankan kekuasaan yang sah.

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

12

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 12 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Pengertian Pegawai Negeri menurut

KUHP

Pasal 92 ayat (2)

Yang disebut pejabat dan Hakim termasuk juga Hakim wasit; yang disebut Hakim termasuk juga orang-orang yang menjalankan peradilan administratif, serta ketua-ketua dan anggota-anggota pengadilan agama.

Pasal 92 ayat (3)

Semua anggota angkatan perang juga dianggap sebagai pejabat

3/8/2013

7

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

13

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 13 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Delik Korupsi dalam Rumusan

Undang-undang

1. Rumusan delik yang berasal dari pembuat undang-undang

2. Rumusan delik yang berasal dari KUHP; a) Delik korupsi yang ditarik secara

mutlak dari KUHP, yaitu menyangkut delik korupsi dalam arti materil dan keuangan. Contoh: Pasal 209, 210, dan 387 KUHP.

b) Delik korupsi yang ditarik tidak secara mutlak dari KUHP, yaitu yang menjadi delik korupsi dalam kaitan dengan pemeriksaan tindak pidana korupsi. Contoh: Pasal 220, 231, dan 421 KUHP.

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

14

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 14 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Delik Korupsi yang Dirumuskan oleh

Pembuat Undang-undang

1. Pasal 2

2. Pasal 3

3. Pasal 13

4. Pasal 15

UU No. 31 tahun 1999

3/8/2013

8

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

15

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 15 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Delik Korupsi dalam Rumusan

Undang-undang

Pasal 2 ayat (1):

• Setiap orang

• secara melawan hukum

• memperkaya diri sendiri/orang lain/suatu korporasi

• dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

Ayat (2):

Dilakukan dalam keadaan tertentu

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

16

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 16 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Delik Korupsi dalam Rumusan

Undang-undang

UU No. 20/2001

Pasal 1 angka 1:

“Pasal 2 ayat (2) substansi tetap, penjelasan pasal diubah sehingga…”

Penjelasan Pasal 1 angka 1:

“Pasal 2 ayat (2)

… adalah keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana bagi pelaku tindak pidana korupsi yaitu apabila tindak pidana tersebut dilakukan,

• terhadap dana-dana yang diperuntukkan bagi penanggulangan: keadaan bahaya, bencana alam nasional, akibat kerusuhan sosial yang meluas, krisis ekonomi/moneter; dan

• pengulangan tindak pidana korupsi

3/8/2013

9

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

17

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 17 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Delik Korupsi dalam Rumusan

Undang-undang

Pasal 3:

• Setiap orang

• dengan tujuan menguntungkan diri sendiri/orang lain/korporasi

• menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan.kedudukan

• Dapat merugikan keuangan/ perekonomian negara

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

18

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 18 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Delik Korupsi dalam Rumusan

Undang-undang

Pasal 13:

• Setiap orang

• Memberi hadiah/janji

• Kepada pegawai negeri

• Dengan mengingat kekuasaan/ wewenang yang melekat pada jabatan/kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah/janji dianggap melekat pada jabatan/kedudukan tersebut

3/8/2013

10

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

19

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 19 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Delik Korupsi dalam Rumusan

Undang-undang

Pasal 15:

• Setiap orang

• Yang mencoba/ membantu/

bermufakat jahat untuk

melakukan tindak pidana

korupsi

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

20

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 20 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

3/8/2013

11

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

21

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 21 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

Ditarik secara mutlak:

UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001

Ps. 209 (1) ke-1 = Ps. 5 (1) a

Ps. 209 (1) ke-2 = Ps. 5 (1) b

Ps. 210 (1) ke-1 = Ps. 6 (1) a

Ps. 210 (1) ke-2 = Ps. 6 (1) b

Ps. 387 (1) = Ps. 7 (1) a

Ps. 387 (2) = Ps. 7 (1) b

Ps. 388 (1) = Ps. 7 (1) c

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

22

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 22 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Ps. 388 (2) = Ps. 7 (1) d

Ps. 415 = Ps. 8

Ps. 416 = Ps. 9

Ps. 417 = Ps. 10

Ps. 418 = Ps. 11

Ps. 419 ke-1 = Ps. 12 a

Ps. 419 ke-2 = Ps. 12 b

Ps. 420 (1) ke-1 = Ps. 12 c

Ps. 420 (1) ke-2 = Ps. 12 d

Ps. 423 = Ps. 12 e

Ps. 425 ke-1 = Ps. 12 f

Ps. 425 ke-2 = Ps. 12 g

Ps. 425 ke-3 = Ps. 12 h

Ps. 435 = Ps. 12 i

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

3/8/2013

12

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

23

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 23 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Ditarik tidak secara mutlak:

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

UU No. 31/1999

jo

UU. No. 20/2001

Ditarik melalui Pasal 23, yaitu:

Pasal 220, 231, 421, 422, 429, dan 430 KUHP

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

24

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 24 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

Ps. 5 UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Ps. 209 KUHP)

ayat (1) huruf a

“Barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang pejabat dengan maksud supaya digerakkan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya”

ayat (1) huruf b

“Barangsiapa memberi sesuatu kepada seorang pejabat karena atau berhubung dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya”

3/8/2013

13

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

25

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 25 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

Yurisprudensi yang berkaitan dengan Pasal 209 KUHP:

1. H.R. 24 Nov. 1890, W.5969

Pasal ini dapat juga diperlakukan seandainya hadiah itu tidak diterima

2. H.R. 25 April 1916. N.J. 1916, 300, W. 9896.

“memberi hadiah” di sini mempunyai arti yang lain daripada menghadiahkan sesuatu semata-mata karena kemurahan hati. Ia meliputi setiap penyerahan dari sesuatu yang bagi orang lain mempunyai nilai.

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

26

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 26 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

3. M.A. 22 Juni 1955 No. 145 K/Kr/1955.

Pasal 209 KUHP tidak mensyaratkan bahwa

pemberian itu diterima dan maksud daripada Pasal

209 KUHP ialah untuk menetapkan sebagai suatu

kejahatan tersendiri, suatu percobaan yang dapat

dihukum menyuap.

3/8/2013

14

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

27

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 27 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

Pasal 5 ayat (2)

Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

28

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 28 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

Ps. 6 UU No. 31/1999 jo UU. No. 20/2001 (Ps. 210 KUHP)

ayat (1) huruf a

“Barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim, dengan maksud untuk mempengaruhi putusan tentang perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili”

ayat (1) huruf b

“Barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang, yang menurut ketentuan undang-undang ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri suatu sidang pengadilan, dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili”

3/8/2013

15

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

29

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 29 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

Pasal 8 UU No. 31/1999 jo 20/2001 (Ps. 415 KUHP)

... pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

30

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 30 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

1. H.R. 27 Juli 1938, 1939 No. 123

Bagi seorang pegawai kantor pos, benda-benda pos seperti perangko, materai, kartu pos dan sebagainya itu merupakan surat-surat berharga. Berdasarkan undang-undang Pos, benda-benda tersebut diperuntukkan guna membayar beberapa hak dan kewajiban tertentu, sehingga di dalam peredarannya benda-benda tersebut mempunyai suatu fungsi, yang disebut sebagai kertas berharga.

2. M.A. 23 Maret 1957 No. 73 K/Kr/1956

Dipergunakannya sejumlah uang oleh pegawai negeri untuk pos lain daripada yang telah ditentukan, merupakan kejahatan penggelapan termaksud Pasal 415 KUHP.

3/8/2013

16

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

31

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 31 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

Ps. 11 UU. No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Ps.

418 KUHP)

“Pegawai negeri atau penyelenggara negara

yang menerima hadiah atau janji padahal

diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau

janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau

kewenangan yang berhubungan dengan

jabatannya, atau yang menurut pikiran orang

yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada

hubungan dengan jabatannya”

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

32

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 32 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

Yurisprudensi yang berkaitan dengan Pasal 418 KUHP:

1. H.R. 10 April 1893, W. 6333.

Adalah tidak perlu bahwa pemberian itu diterima oleh si pegawai negeri di dalam sifatnya sebagai pegawai negeri.

2. M.A. 13 Desember 1960 No. 50 K/Kr/1960.

Undang-undang atau hukum tidak mengenal ketentuan, bahwa apabila seorang pegawai negeri dituduh melakukan kejahatan yang dimaksud oleh Pasal 418 KUHP, maka orang yang memberi kepada pegawai negeri itu harus dituntut lebih dahulu atas kejahatan tersebut di dalam Pasal 209 KUHP

3/8/2013

17

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

33

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 33 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

3. M.A. 19 November 1974 No. 77 K/Kr/1973

Terdakwa dipersalahkan melakukan korupsi c.q. menerima hadiah, walaupun menurut anggapannya uang yang diterima itu dalam hubungannya dengan kematian keluarganya, lagipula penerima barang-barang itu bukan terdakwa melainkan istri/atau anak-anak terdakwa.

4. M.A. 23 Desember 1955 No. 1/1955/M.A.Pid.

Seorang menteri adalah “pegawai negeri” dalam arti yang dimaksudkan di dalam pasal-pasal 418 dan 419 KUHP. Dalam hal dua orang atau lebih dituduh bersama-sama dan bersekutu melakukan kejahatan menurut pasal-pasal 418 dan 419 KUHP, tidaklah perlu masing-masing dari mereka, memenuhi segala unsur yang oleh pasal itu dirumuskan untuk tindak pidana tersebut. In casu tidak perlu mereka semua melakukan tindakan menerima uang.

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

34

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 34 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

Ps. 12 a UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Ps. 419 ke-1

KUHP)

“Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima

hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa

hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar

melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya,

yang bertentangan dengan kewajibannya”

Ps. 12 b UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Ps. 419 ke-2

KUHP)

“Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima

hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah

tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah

melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang

bertentangan dengan kewajibannya”

3/8/2013

18

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

35

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 35 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

H.R. 4 Februari 1947, 1947 No. 170

Untuk “pengetahuan” seperti yang dimaksudkan

dalam angka 1 hanyalah apakah pegawai negeri

itu menyadari bahwa pemberian itu dimaksudkan

untuk menggerakkan dirinya untuk melakukan

sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya

di dalam pelaksanaan tugasnya; tidak menjadi

soal apakah yang memberikan itu mempunyai

maksud bahwa perbuatan itu akan dilakukan atau

tidak.

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

36

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 36 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

Pasal 12 huruf c UU No. 31/1999 jo UU No.

20/2001 (Pasal 420 ayat (1) ke-1 KUHP)

“Hakim yang menerima hadiah atau janji,

padahal diketahui atau patut diduga bahwa

hadiah atau janji tersebut diberikan untuk

mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan

kepadanya untuk diadili”

3/8/2013

19

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

37

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 37 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

Pasal 12 huruf d UU No. 31/1999 jo UU No.

20/2001 (Pasal 420 ayat (1) ke-2 KUHP)

“seseorang yang menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan ditentukan menjadi advokat

untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima

hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut

diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk

mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan

diberikan, berhubung dengan perkara yang

diserahkan kepada pengadilan untuk diadili”

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

38

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 38 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

Pasal 12 huruf e UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Pasal 423 KUHP)

“pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri”

3/8/2013

20

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

39

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 39 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

Pasal 12 huruf f UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Pasal 425 ke-1 KUHP)

“pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas meminta, menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang”

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

40

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 40 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

Pasal 220 KUHP

“Barangsiapa memberitahukan atau

mengadukan bahwa dilakukan suatu

perbuatan pidana, padahal mengetahui

bahwa tidak dilakukan itu…”

3/8/2013

21

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

41

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 41 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

Pasal 421 KUHP

“seorang pejabat yang dengan

menyalahgunakan kekuasaan

memaksa seseorang untuk melakukan,

tidak melakukan, atau membiarkan

sesuatu, …”

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

42

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 42 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Perumusan Delik yang Berasal dari

KUHP

Pasal 422 KUHP

“seorang pejabat yang dalam suatu

perkara pidana, menggunakan sarana

paksaan baik untuk memeras

pengakuan, maupun untuk

mendapatkan keterangan, …”

3/8/2013

22

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

43

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 43 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

44

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 44 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Gratifikasi

Dasar Pemikiran:

“Tidak sepantasnya pegawai negeri/pejabat publik menerima pemberian atas pelayanan yang mereka berikan”

“Seseorang tidak berhak meminta dan mendapat sesuatu melebihi haknya sekedar ia melaksanakan tugas sesuai tanggungjawab dan kewajibannya”

3/8/2013

23

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

45

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 45 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Gratifikasi

Gagasan Plato (427 SM – 347 SM)

“Para pelayan bangsa harus

memberikan pelayanan mereka tanpa

menerima hadiah-hadiah. Mereka yang

membangkang, kalau terbukti bersalah,

harus dibunuh tanpa upacara”

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

46

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 46 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Gratifikasi

Dasar hukum: Pasal 12 B UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. Pengertian: adalah pemberian dalam arti luas, meliputi pemberian uang, rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. (Penjelasan Pasal 12B)

3/8/2013

24

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

47

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 47 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Gratifikasi

Gratifikasi merupakan setiap penerimaan

seseorang dari orang lain yang bukan

tergolong ke dalam tindak pidana suap.

Gratifikasi kepada pegawai

negeri/penyelenggara negara yang

berhubungan dengan jabatan atau

kedudukannya dianggap suap.

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

48

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 48 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Gratifikasi

Rumus:

Suap = Gratifikasi + Jabatan

3/8/2013

25

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

49

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 49 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Gratifikasi

Pembuktian Gratifikasi

1. oleh penerima gratifikasi, apabila nilainya

Rp. 10,000,000,00 (sepuluh juta rupiah)

atau lebih.

2. oleh penuntut umum, apabila nilainya

kurang dari Rp. 10,000,000,00 (sepuluh juta

rupiah)

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

50

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 50 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Gratifikasi

Gratifikasi tidak dianggap sebagai

suap apabila penerima

menyampaikan laporan kepada

Komisi Pemberantasan Korupsi,

selambat-lambatnya 30 hari

sejak menerima gratifikasi tersebut

3/8/2013

26

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

51

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 51 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Tatacara Pelaporan dan Penentuan Status Gratifikasi (Pasal 16 UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001

1. Laporan ditujukan kepada KPK, dibuat

secara tertulis dengan mengisi formulir

dan melampirkan dokumen terkait (bila

ada).

2. Laporan setidaknya memuat nama serta

alamat pemberi dan penerima gratifikasi,

jabatan, tempat/waktu/nilai gratifikasi.

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

52

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 52 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Tatacara Pelaporan dan Penentuan Status Gratifikasi (Pasal 16 UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001

3. Dalam kurun waktu 30 hari sejak laporan diterima, KPK akan menetapkan status gratifikasi tersebut menjadi milik penerima atau milik negara.

Gratifikasi yang menjadi milik negara wajib diserahkan kepada Menteri Keuangan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan.

3/8/2013

27

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

53

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 53 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

mari kita simak film ini

54

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 54 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang

Selamat datang generasi muda anti-korupsi

Indonesia akan lebih baik jika tanpa korupsi

Lomba poster KPK, Karya : Christian Tumpak

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

3/8/2013

28

Terimakasih kepada:

Institut Teknologi Bandung, Universitas Paramadina,

Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran,

Universitas Negeri Semarang, UNIKA Soegijapranata,

dan KPK, TIRI, ICW

Produksi:

Bagian Hukum dan Kepegawaian

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI

copyrights © dikti 2012