Pendidikan Agama Kristen Dan Dampaknya Bagi Peserta Didik ...€¦ · , Tuhan Yesus yang menjadi...

32
1 PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN DAMPAKNYA BAGI PESERTA DIDIK BERAGAMA SUKU MARAPU ANDRIARTO KAPU ENDA 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi setiap warga negara karena “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” (Pasal 3, UU Sisdiknas No 20/2003). Di Indonesia, ada tiga lembaga yang melaksanakan pendidikan agama Kristen (PAK), yaitu lembaga keluarga, gereja dan sekolah. Penulisan ini akan difokuskan pada PAK di sekolah. Pertama-tama perlu dijelaskan sejarah singkat PAK, PAK dalam Perjanjian Lama dimulai ketika Abraham, Ishak dan Yakub menjadi guru/pendidik bagi seluruh keluarganya 1 . PAK yang dimulai dari ruang lingkup keluarga, kemudian berkembang ke Bait Allah yang diselenggarakan oleh imam-imam dalam Bait Suci, merekalah yang menerangkan serta memelihara undang-undang mengenai kebaktian, mereka juga yang mengajarkan hukum tentang kebersihan dan kesehatan, makanan pantangan dan perhubungan kelamin, dan banyak hukum lagi yang harus diketahui dan dituruti oleh umat Israel 2 . PAK dalam Perjanjian Baru diteladankan oleh :Pertama, Tuhan Yesus yang menjadi seorang guru yang agung. Orang- orang menyebut Yesus dengan sebutan “rabbi”.Kedua, Rasul Paulus juga seorang guru yang ulung. Paulus sendiri dididik untuk menjadi seorang rabbi bagi bangsanya, ia mahir dalam pengetahuan akan Taurat, dan ia dilatih untuk mengajar orang lain tentang agama kaum Yahudi. Selain itu, sejak mulai berdirinya jemaat mula-mula, jemaat Kristen menjujung pengajaran agama, dan di dalam perkumpulan-perkumpulan yang dilakukan, jemaat Kristen berdoa, belajar dan mengajar tentang perbuatan-perbuatan Tuhan Yesus Kristus, makan bersama dan merayakan perjamuan kudus 3 . Di Indonesia PAK tidak saja menjadi tugas gereja, tetapi juga menjadi tanggungjawab dari sekolah formal, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. PAK di sekolah mempunyai 1 E.G. Homrighausen, I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984), 13 2 Ibid.,14-15 3 Ibid., 16-19

Transcript of Pendidikan Agama Kristen Dan Dampaknya Bagi Peserta Didik ...€¦ · , Tuhan Yesus yang menjadi...

  • 1

    PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN DAMPAKNYA BAGI PESERTA DIDIK

    BERAGAMA SUKU MARAPU

    ANDRIARTO KAPU ENDA

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Pendidikan sangat penting bagi setiap warga negara karena “pendidikan nasional

    berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

    bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” (Pasal 3, UU Sisdiknas No

    20/2003).

    Di Indonesia, ada tiga lembaga yang melaksanakan pendidikan agama Kristen (PAK),

    yaitu lembaga keluarga, gereja dan sekolah. Penulisan ini akan difokuskan pada PAK di

    sekolah. Pertama-tama perlu dijelaskan sejarah singkat PAK, PAK dalam Perjanjian Lama

    dimulai ketika Abraham, Ishak dan Yakub menjadi guru/pendidik bagi seluruh keluarganya1.

    PAK yang dimulai dari ruang lingkup keluarga, kemudian berkembang ke Bait Allah yang

    diselenggarakan oleh imam-imam dalam Bait Suci, merekalah yang menerangkan serta

    memelihara undang-undang mengenai kebaktian, mereka juga yang mengajarkan hukum

    tentang kebersihan dan kesehatan, makanan pantangan dan perhubungan kelamin, dan banyak

    hukum lagi yang harus diketahui dan dituruti oleh umat Israel2. PAK dalam Perjanjian Baru

    diteladankan oleh :Pertama, Tuhan Yesus yang menjadi seorang guru yang agung. Orang-

    orang menyebut Yesus dengan sebutan “rabbi”.Kedua, Rasul Paulus juga seorang guru yang

    ulung. Paulus sendiri dididik untuk menjadi seorang rabbi bagi bangsanya, ia mahir dalam

    pengetahuan akan Taurat, dan ia dilatih untuk mengajar orang lain tentang agama kaum

    Yahudi. Selain itu, sejak mulai berdirinya jemaat mula-mula, jemaat Kristen menjujung

    pengajaran agama, dan di dalam perkumpulan-perkumpulan yang dilakukan, jemaat Kristen

    berdoa, belajar dan mengajar tentang perbuatan-perbuatan Tuhan Yesus Kristus, makan

    bersama dan merayakan perjamuan kudus3.

    Di Indonesia PAK tidak saja menjadi tugas gereja, tetapi juga menjadi tanggungjawab

    dari sekolah formal, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. PAK di sekolah mempunyai

    1E.G. Homrighausen, I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984),

    13 2Ibid.,14-15

    3Ibid., 16-19

  • 2

    peranan yang khas karena proses belajar mengajar dalam arti formal terjadi secara sistematis

    dan dalam waktu yang cukup lama (berkesinambungan) dengan kurikulum yang jelas dan ini

    sangat membantu perkembangan pengertian, pemahaman dan pengetahuan mengenai

    religiusitas dan iman Kristen4.

    Pemberian mata pelajaran PAK bagi peserta didik di sekolah disesuaikan dengan

    latar belakang sekolah negeri dan sekolah swasta. Bagi sekolah negeri PAK diberikan hanya

    bagi peserta didik yang beragama Kristen Protestan, sedangkan yang beragama lain

    menyesuaikan dengan agama yang dianutnya. Hal ini berbeda dengan sekolah swasta Kristen,

    PAK wajib diikuti oleh setiap peserta didik tanpa memandang peserta didik menganut agama

    lain. Visi dari pendirian sekolah swasta Kristen adalah sebagai sarana kesaksian dan

    pelayanan agar peserta didik diberi kesempatan untuk mendengarkan kabar baik dan terbuka

    untuk menerima nilai-nilai Kristiani.Dalam kenyataannya, seringkali terjadi kesenjangan

    dalam pencapaian visi ini karena kurangnya pembinaan bagi pendidik PAK dalam merancang

    kurikulum, membuat rencana pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta

    metode pengajaran yang relevan bagi peserta didik. Selama ini pengajaran PAK hanya

    direduksi sebatas pemahaman kognitif saja, kurang mengembangkan aspek afektif dan

    psikomotorik.

    PAK di sekolah seharusnya memiliki peran yang sangat penting. Pertumbuhan iman

    peserta didik kepada Tuhan merupakan dambaan dari setiap proses penyelenggaraan belajar

    mengajar. Pendidik memiliki peranan yang sangat besar untuk membantu peserta didik

    mencapai iman yang bertumbuh, karena itu pendidik harus menggunakan berbagai metode

    dan media dalam pengajaran iman dan bertanggungjawab menyesuaikan rencana pengajaran.

    Selain itu, pendidik perlu mengajar PAK sesuai dengan taksonomi Bloom yang menekankan

    aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, sehingga hasil pengajarannya akan lebih optimal.

    Bloom (dalam Degeng)5telah mengklasifikasikan hasil dari proses belajar-mengajar

    menjadi tiga, yaitu :Pertama, kognitif adalah ranah yang menaruh perhatian pada

    pengembangan kapabilitias dan keterampilan intelektual. Kedua, afektif adalah ranah yang

    berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai, dan emosi.Ketiga, psikomotorik

    adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manipulatif atau keterampilan

    motorik.

    4Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK, (Bandung : Jurnal Info Media, 2007), 105

    5I Nyoman Sudana Degeng, Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variable, (Jakarta: Departemen Pendidikan

    dan Kebudayaan, 1989), 176

  • 3

    Taksonomi Bloom sudah tercantum di dalam kurikulum pendidikan nasional yang

    berlaku di sekolah-sekolah termasuk di Sekolah Dasar Masehi (SDM) Mbatakapidu.SDM

    Mbatakapidu merupakan sekolah swasta Kristen dibawah Yayasan Persekolahan Masehi

    Sumba (YAPMAS).SDM Mbatakapidu berdiri pada tahun 1967 dan diselenggarakan

    berdasarkan azas agama Kristen. Salah satu cara yang dilakukan dalam menerapkan nilai dan

    dasar Kekristenan di sekolah ialah dengan pemberian mata pelajaran PAK yang wajib diikuti

    oleh seluruh peserta didik, baik yang beragama Kristen Protestan maupun yang tidak

    beragama Kristen Protestan dalam hal ini agama suku Marapu.

    Agama suku Marapu merupakan kepercayaan kepada arwah para leluhur yang

    terdapat dalam masyarakat asli suku Sumba 6 .Permohonan atas pertolongan Marapu

    disampaikan melalui ritual atau hamayangu yang dilaksanakan diberbagai tempat, sesuai

    dengan maksud dan tujuan dari ritual7.Dalam realita, ternyata dijumpai peserta didik kelas 4-6

    yang berasal dari latar belakang agama suku Marapu, menghafal cerita-cerita Alkitab, rajin ke

    sekolah minggu, membaca Alkitab, rajin berdoa karena mengikuti proses belajar mengajar

    PAK di sekolah tersebut. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti mengenai

    cara pengajaran PAK dan dampaknya bagi peserta didik beragama suku Marapu. Penulisan

    ini diberi judul :

    Pendidikan Agama Kristen dan Dampaknya bagi Peserta Didik Beragama Suku

    Marapu

    1.2 Rumusan Masalah

    Bagaimana cara pendidik PAK mengajarkan PAK ditinjau dari perspektif taksonomi

    Bloom di SDM Mbatakapidu ?

    Bagaimana dampak pengajaran PAK bagi peserta didik beragama suku Marapu ?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Mendeskripsikan cara Pendidik PAK mengajarkan PAK ditinjau dari perspektif

    taksonomi Bloom di SDM Mbatakapidu.

    Mendeskripsikan dampak pengajaran PAK bagi peserta didik beragama suku Marapu.

    6 F.D.Wellem, Injil dan Marapu, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 41-45

    7 Dharmaputra Palekahelu, Marapu, Kekuatan di Balik Kekeringan, (Salatiga: FTI UKSW, 2010), 113-

    116

  • 4

    1.4 Metode Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan jenis penelitian

    kualitatif.Metode deskriptif yaitu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu

    obyek, suatu kondisi, suatu sistim pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa

    sekarang8.Jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang mengembangkan perspektif yang

    digunakan untuk memahami dan mengggambarkan realitas, yang bertujuan untuk

    menampilkan data bukan dalam bentuk hitungan angka-angka melainkan dalam bentuk

    kalimat-kalimat untuk memperjelas maksud 9 . Dalam penelitian ini penulis akan

    mendeskripsikan bagaimana cara pendidik PAK mengajarkan PAK dan mendeskripsikan

    bagaimana dampak pengajaran PAK bagi peserta didik beragama suku Marapu. Data

    penelitian dikumpulkan melalui beberapa teknik dan sumber data sebagai berikut :

    a. Wawancara

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui

    wawancara mendalam kepada informan kunci dan responden.Teknik ini digunakan

    untuk mendapatkan keterangan – keterangan secara lisan dan tertulis dari informan10.

    Yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah pendidik PAK, kepala sekolah

    dan pengurus yayasan.

    b. Focus Group Discusion/ FGD

    FGD merupakan suatu metode pengumpulan data dengan memusatkan teknik

    pengambilan data melalui diskusi kelompok dan terarah 11 . Dalam diskusi FGD,

    penulis akan dibantu satu orang teman sebagai pecatat proses dan pengatur logistik,

    sedangkan penulis sendiri sebagai penghubung dengan peserta merangkap blocker.

    Yang akan diwawancarai dalam FGD ini terdiri dari peserta didik dan orang tua

    peserta didik beragama suku Marapu

    c. Observasi

    Observasi partisipan merupakan suatu bentuk observasi khusus dimana

    peneliti tidak hanya menjadi pengamat yang pasif, melainkan juga mengambil

    8 Mo. Natsir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988),63

    9 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Karya,1989),2

    10 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia,1991), 130

    11 Richard A. Krueger, Focus Groups : A Practical Guide For Applied Research, (Newburg Park, Calif

    : Sage Publications, 1998)

  • 5

    perenan penuh (aktif) dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa-

    peristiwa yang akan diteliti sehingga mempermudah peneliti untuk menghasilkan

    gambaran yang akurat dari penelitian tersebut. Yang akan diobservasi dalam

    penelitian ini adalah pendidik yang mengajar PAK di sekolah.

    d. Kepustakaan

    Studi kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan bahan atau data dari

    berbagai buku dan dokumen lainnya yang sebagai tolak ukur dalam menganalisa

    data penelitian lapangan.

    1.5 Signifikansi penelitian

    Akademis, penulisan ini dapat menjadi masukan bagi Fakultas Teologi UKSW untuk

    memahami secara khusus mengenai mendidik anak berdasarkan nilai-nilai Kristiani.

    Praktis, penulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pendidik PAK di

    Sumba yang mendidik peserta didik bergama suku Marapu, dalam mengevaluasi

    maupun upaya pendidikan iman/rohani secara optimal.

    II. TEORI RUJUKAN

    Pada bagian ini akan dirujuk teori yang berkaitan dengan PAK di sekolah yaitu : PAK,

    PAK di sekolah swasta Kristen, metode dan media pembelajaran PAK serta taksonomi

    Bloom.

    2.1. Pendidkan Agama Kristen

    Istilah Pendidikan merupakan terjemahan dari “education” dalam bahasa Inggris. Kata

    “education” berasal dari bahasa latinducere yang berarti membimbing (to lead). Tambahan

    awalan “e” berarti keluar (out).Jadi arti dasar dari pendidikan adalah suatu tindakan untuk

    membimbing keluar12. Pendidikan merupakan sebuah proses yang membantu menumbuhkan,

    mengembangkan mendewasakan, membuat yang tidak tertata dan liar menjadi semakin

    tertata. Selain itu pendidikan juga berarti proses pengembangan berbagai macam potensi yang

    ada dalam diri manusia, seperti kemampuan akademis, spiritualitas, relasional, bakat-bakat,

    kemampuan fisik, daya-daya seni13.

    12

    Daniel Nuhamara. Pembimbing PAK , (Bandung : Jurnal Info Media, 2007),8 13

    Doni Koesoema A. Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT Grasindo, 2007 ), 53

  • 6

    Pendidikan Agama Kristen adalah Pendidikan agamawi yang dilakukan oleh

    persekutuan iman Krtisten (orang Kristen) dari perspektif agama Kristen 14 . Nuhamara

    menguraikan elemen-elemen inti yang bisa menjelaskan hakikat Pendidikan Agama Kristen

    sebagai berikut15:Pertama, PAK itu adalah suatu usaha pendidikan. Oleh karena itu, PAK

    merupakan usaha yang sadar, sistematis, dan berkesinambungan, apapun bentuknya.Ini tak

    berarti bahwa pendidikan hanya terbatas pada pendidikan yang formal baik di sekolah atau di

    dalam gereja, melainkan juga pendidikan yang dilakukan dengan pendekatan sosialisasi

    asalkan sosialisasi tersebut sengaja.Kedua, PAK juga merupakan pendidikan yang khusus

    yakni dalam dimensi religius manusia. Ini berarti usaha tersebut dikhususkan pada bagaimana

    pencarian akan yang transenden serta pemberian ekspresi dari seseorang terhadap yang

    transenden tadi dikembangkan, serta dimungkinkan tetap terjadi pada manusia masa kini.

    Ketiga, secara khusus PAK menunjuk kepada persekutuan iman yang melakukan tugas

    pendidikan agamawi, yakni persekutuan iman Kristen. Karenanya pencarian manusia

    terhadap yang transenden serta ekspresi dari hubungan itu diwarnai oleh ajaran Kristen

    sebagaimana dinyatakan kepada kita dalam Alkitab sebagai warisan usaha ini, tidak hanya

    untuk transmisi warisan Kristen tetapi bagaimana membentuk masa depan sesuai dengan visi

    Allah berdasarkan warisan masa lampau dan tindakan kreatif masa kini. Keempat, PAK

    sebagai usaha pendidikan bagaimana pun juga mempunyai hakikat politis.Karena itu, PAK

    juga turut berpartisipasi dalam hakikat politis secara umum. Artinya dalam PAK tidak hanya

    ada intervensi dalam dalam kehidupan individual seseorang di bidang kerohanian saja, tetapi

    juga mempengaruhi cara dan sikap mererka ketika menjalani kehidupan dalam konteks

    masyarakat.

    Tujuan Pendidikan Agama Kristen di Indonesia, komisi PAK dari Dewan Gereja di

    Indonesia pernah merumuskan tujuan akhir dari PAK dengan kata-kata sebagai berikut:

    “Mengajak, membantu, menghantar seseorang untuk mengenal kasih Allah yang nyata dalam

    Yesus Kristus, sehingga dengan pimpinan Roh Kudus ia datang kedalam suatu persekutuan

    yang hidup dengan Tuhan.

    Sekolah adalah salah satu partner dalam pendidikan disamping keluarga dan

    masyarakat.PAK di sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan

    14

    Daniel Nuhamara. Pembimbing PAK , (Bandung : Jurnal Info Media, 2007), 23 15

    Ibid.,25-26

  • 7

    Nasional16.Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem

    Pendidikan Nasional, bab 1 pasal 1 disebutkan:

    “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

    proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

    untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

    kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

    bangsa dan negara”17.

    Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem

    Pendidikan Nasional, bab 1 pasal 1, dimensi spiritual manusia mendapat tempat yang

    penting. Pentingnya peranan pendidikan dalam pembangunan nasional seperti yang

    dirumuskan oleh wakil-wakil rakyat bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap

    Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,

    tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terampil, sehat jasmani dan rohani, cinta pada

    tanah air dan tebal semangat kebangsaan, dan tebal rasa kesetiakawanan sosialnya18.

    2.2 Pendidikan Agama Kristen di Sekolah Swasta Kristen

    Landasan pendirian sekolah-sekolah Kristen berbeda dari satu zaman ke zaman, dari

    satu tempat ke tempat lain, bahkan dari satu lembaga ke lembaga lain. Banyak pakar dalam

    bidang ini berpendapat bahwa pendirian sekolah Kristen dilandasi oleh suatu filsafat

    pendidikan Kristen yang hendak menyelenggarakan suatu pendidikan umum dengan dasar

    atau perspektfi Kristen.Ada juga yang mendirikan sekolah Kristen sebagai sarana penginjilan

    atau kesaksian.Artinya, sekolah-sekolah Kristen didirikan agar melalui sekolah itu anak-anak

    diberi kesempatan untuk mendengarkan injil lalu menjadi Kristen. Kemungkinan lain adalah

    bahwa sekolah sekolah Kristen didirikan demi pelayanan terhadap sesama manusia. Dalam

    hal ini, pendidikan di anggap sebagai kebutuhan manusia untuk bisa hidup lebih manusiawi,

    dibebaskan dari kebodohan, keterbelakangan, dan lain-lain. Dengan pendidikan yang

    ditawarkan ini, maka pelayanan Kristen dilakukan tanpa perlu menobatkan para pelajar19.

    Secara historis sekolah-sekolah Kristen di Indonesia telah hadir sebelum

    kemerdekaan.Para utusan zending pada waktu itu dalam usaha penginjilannya menggunakan

    pendekatan sekolah.Ini tidak berarti bahwa didalamnya tidak ada motivasi dan unsur

    16

    B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen (Yogyakarta: ANDI, 1994) 49 17

    Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20

    tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional (Jakarta, 2003) 5 18

    B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen (Yogyakarta: ANDI, 1994) 52-53 19

    Nuhamara.Pembimbing PAK , (Bandung : Jurnal Info Media, 2007), 106

  • 8

    pelayanan, sudah pasti dengan hadirnya sekolah-sekolah Kristen tersebut banyak orang-orang

    muda yang dibebaskan dari kebodohan dan keterbelakangan.Sebagai badan penginjilan,

    logislah kalau tekanan yang utama adalah kesaksian dan penginjilan, oleh karena itu

    pendidikan agama mendapat tempat yang sangat penting, ini membuktikan bahwa tujuan

    kesaksian dan penginjilan sangatlah dominan.Setelah kemerdekaan, sekolah Kristen dilihat

    sebagai alat pelayanan kepada masyarakat dan juga sebagai alat komunikasi antara gereja dan

    masyarakat20.

    Pada tahun 1970 konferensi Nasional Pendidikan Kristen merumuskan fungsi-fungsi

    sekolah Kristen sebagai berikut 21 : Pertama, sebagai alat kesaksian Tuhan dan alat yang

    mendemonstrasikan Injil pemasyuran Kerajaan Allah. Kedua, sebagai alat pelayanan yang

    terpanggil untuk berpartisipasi dalam meningkatkan pendidikan rakyat baik secara kualitatif

    maupun kuantitatif.Ketiga, sebagai alat komunikasi antara gereja dan masyarakat, yakni

    menumbuhkan pengertian tentang keberadaan, sifat dan maksud gereja dan umat Kristen

    dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat.

    Ada beberapa hal tertentu yang membedakan setting sekolah negeri dan sekolah Kristen

    dalam kaitannya dengan pendidikan agama pada umumnya atau PAK pada khususnya

    sebagai berikut22: Pertama, sekolah Kristen diselenggarakan berdasarkan pandangan filsafat

    yang Kristen, maka dasar ini sejalan dengan PAK, dalam arti keduanya harus saling

    menunjang. Kedua, karena sekolah Kristen diharapkan dapat mempraktikkan nilai-nilai

    Kristiani baik itu dalam suasana kerja serta hubungan antar pendidik maupun dalam

    hubungan antar pendidik dan peserta didik.Ketiga, dalam setting sekolah-sekolah Kristen

    tersedia kemungkinan-kemungkinan untuk kegiatan-kegiatan religius seperti kebaktian

    bersama, perayaan hari raya gerejani.Keempat, menyangkut guru, dalam semua pendidikan,

    guru atau pendidik memiliki peran yang sangat penting. Pada umumnya dalam sekolah

    Kristen tidak ada kontradiksi dalam setiap mata pelajaran karena diberikan dari perspektif

    yang kurang lebih sama yakni perspektif Kristen.

    2.3 Metode dan Media Pengajaran PAK di Sekolah

    Dalam PAK, metode adalah suatu pelayanan, suatu pekerjaan yang aktif yang

    dilakukan bagi Firman Tuhan dan bagi sesama manusia supaya kedua pihak itu bertemu satu

    20

    Ibid. 21

    N.K. Atmadja Hadinoto, Dialog dan Edukasi,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 158 22

    Nuhamara.Pembimbing PAK , (Bandung : Jurnal Info Media, 2007), 108-109

  • 9

    sama lain. Metode senantiasa hanya jalan dan alat saja bukan tujuan.Ada dua teori mengenai

    metode ini.Pertama, metode otoriter yaitu metode yang memakai kuasa (otoritas) dari pihak

    yang di atas (pendidik sendiri).Kedua, metode kreatif ialah metode yang hendak menciptakan

    sesuatu23.

    Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi

    pembelajaran. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik

    dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengalaman belajar di sekolah harus fleksibel dan

    tidak kaku, serta perlu menekankan pada kreativitas, rasa ingin tahu, bimbingan dan

    pengarahan kearah kedewasaan. Metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk

    meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik24, seperti Tuhan Yesus sewaktu berada di

    dunia Ia di sebut sebagai seorang rabbi, di dalam pengajaranNya selalu menggunakan

    berbagai cara atau metode agar pengajaranNya dapat dipahami 25 . Pendidik sebaiknya

    memperhatikan hal-hal berikut 26 : mengurangi metode ceramah, memberikan tugas yang

    berbeda-beda atau beberapa alternatif tugas bagi peserta didik, selalu menyiapkan proses

    pembelajaran dan mengikuti perkembangan pengetahuan muktahir, memodifikasi dan

    memperkaya bahan pengajaran atau buku ajar, tidak ragu-ragu untuk berkonsultasi dengan

    tenaga ahli apabila menjumpai peserta didik yang bermasalah atau mempunyai kelainan,

    memakai prosedur yang bervariasi saat membuat penilaian atau laporan, mengingat bahwa

    tingkat atau kecepatan perkembangan peserta didik tidak sama, mengupayakan adanya

    pengembangan situasi belajar secara berkala agar peserta didik dapat bekerja sesuai dengan

    kemampuannya dan mendorong mereka memperoleh hasil yang baik.

    Kata Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium

    yang secara harafiah berarti dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar27. Briggs (dalam

    Sanjaya) 28 mengatakan media adalah alat untuk memberi perangsang bagi peserta didik

    23

    E.G Homrighausen dan I.H Enklaar, Pendidikan Agama Kristen,( Jakarta: BPK Gunung Mulia,

    1985), 90-91 24

    E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),107 25

    Paulus Daun, Pengantar Ke dalam Sekolah Minggu anak-anak, (Manado: Yayasan Daun Family,

    1989), 64 26

    Dien Sumiyatingsih, Mengajar dengan kreatif dan menarik, (Yogyakarta: Andi, 2006),24 27

    Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media

    Group, 2008), 204 28

    Ibid.

  • 10

    supaya terjadi proses belajar. Media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-

    hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan29.

    Berbagai metode dan media pengajaran yang juga dapat dipaparkan dalam pengajaran

    PAK adalah : bercerita/mendongeng, diskusi, proyek, lakon/sandiwara, audovisual, inquiry,

    synectic, demosntrasi, pemecahan masalah, karyawisata.

    2.4 Taksonomi Bloom

    Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya berpendapat bahwa taksonomi atau

    pengelompokan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain

    yang melekat pada diri peserta didik, yaitu ranah proses berpikir (cognitive domain), ranah

    nilai atau sikap (affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotor domain)30.

    Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata

    ajar selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanannya selalu berbeda.Mata ajar

    praktek lebih menekankan pada ranah psikomotorik, sedangkan mata ajar pemahaman konsep

    lebih menekankan pada ranah kognitif.Namun kedua ranah tersebut mengandung ranah

    afektif31.

    Ranah Kognitif

    Ranah kognitif adalah proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan

    perkembangannya dari persepsi, intropeksi, atau memori peserta didik atau ranah yang

    menekankan aspek intelektual 32 . Dalam ranah kognitif ini terdapat enam jenjang proses

    berpikir, mulai dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yakni 33 :pertama,

    pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut peserta didik untuk mampu mengingat

    berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya. Kedua, pemahaman (comprehension),

    pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan

    pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.Ketiga, penerapan

    (application), merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang

    telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul

    29

    http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/pengertian-pendekatan-metode-teknik.html, diunduh pada

    tanggal 05 Juni 2013, Pukul 10.06 30

    Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), 48 31

    Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Gaung

    Persada Press, 2007), 22 32

    H.M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasional, (Jakarta: PT Bumi Aksara), 75 33

    Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Gaung

    Persada Press, 2007), 23-24

    http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/pengertian-pendekatan-metode-teknik.html

  • 11

    dalam kehidupan sehari-hari.Keempat, analisis (analisys), merupakan kemampuan

    mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu

    fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan dan memeriksa setiap komponen

    tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi.Kelima, sintesis (synthesis), merupakan

    kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur

    pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Keenam,

    penilaian (evaluation), merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu

    membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda

    dengan menggunakan kriteria tertentu.

    Ranah Afektif

    Ranah afektif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan pada

    pengembangan aspek-aspek perasaan dan emosi. Namun dalam pengembangannya telah

    berkembang menjadi luas, yaitu juga menyangkut moral, nilai-nila, budaya dan

    keagamaan34.Ranah ini dikelompokan ke dalam lima jenjang, yakni35: pertama, receiving atau

    attending (menerima atau memperhatikan), peserta didik memiliki keinginan, kesediaan atau

    kemauan untuk memperhatikan suatu fenomena atau stimulus. Misalnya, kegiatan kelas,

    kegiatan musik, ekstrakurikuler, baca buku dan sebagainya.Kedua, responding (menanggapi),

    merupakan partisipasi aktif peserta didik.Pada tingkatan ini peserta didik tidak hanya

    memperhatikan fenomena khusus tetapi juga beraksi terhadap fenomena yang ada.Misalnya,

    senang bertanya, senang membaca buku, senang membantu sesama, senang dengan

    kebersihan, dan lain sebagainya.Ketiga, valuing (menilai), tingkat ini berhubungan dengan

    niai yang dikenakan peserta didik terhadap suatu objek, fenomena atau tingkah laku

    tertentu.Keempat,organization(mengatur), menyatukan nilai-nilai yang berbeda,

    menyelesaikan atau memecahkan konflik diantara nilai-nilai itu, dan mulai membentuk suatu

    sistem nilai yang konsisten secara internal. Kelima, Characterization by Value or Value

    Complex (Karakterisasi atas dasar nilai kompleks), peserta didik memiliki sistem nilai yang

    mengontrol tingkah lakunya sampai pada suatu waktu tertentu sehingga membentuk

    karakteristik “pola hidup”.

    34

    H.M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasional, (Jakarta: PT Bumi Aksara), 75 35

    Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Gaung

    Persada Press, 2007), 23-24

  • 12

    Ranah Psikomotor

    Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau

    kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.Hasil belajar

    psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu, dan

    merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif serta hasil belajar afektif. Hasil belajar

    kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor bila peserta didik telah

    menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam

    ranah kognitif dan ranah afektifnya. Hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk

    keterampilan dan kemampuan individu, dan merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif

    serta hasil belajar afektif. Hasil belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar

    psikomotor bila peserta didik telah menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai

    dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya 36 . Ranah

    Psikomotorik dikelompokkan dalam tujuh jenjang yakni37 : pertama, perception (persepsi),

    berkenaan dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan. Misalnya, membedakan,

    mengidentifikasi, memilih.Kedua, kesiapan, berkenaan dengan kegiatan melakukan suatu

    kegiatan (set). Ketiga,guided response (reaksi atas dasar arahan), respon terbimbing seperti

    meniru (imitasi) atau mengikuti, mengulangi perbuatan yang diperintahkan atau ditunjukkan

    oleh orang lain. Keempat,mechanism (mekanisme), berkenaan dengan penampilan respon

    yang sudah dipelajari dan menjadi kebiasaan, sehingga gerakan yang ditampilkan

    menunjukkan kepada suatu kemahiran.Kelima,complex overt response (reaksi terbuka dengan

    kesulitan kompleks), merupakan penampilan gerakan motorik dengan keterampilan

    penuh.Yang dipertunjukkan biasanya cepat, dengan hasil yang baik, namun menggunakan

    sedikit tenaga.Keenam, adaptation (adaptasi), berkenaan dengan keterampilan yang sudah

    berkembang pada diri individu sehingga yang bersangkutan mampu memodifikasi (membuat

    perubahan) pada pola gerakan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Ketujuh, origination

    (asli), menunjukkan kepada penciptaan pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi

    atau masalah tertentu.Biasanya hal ini dapat dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai

    keterampilan tinggi seperti menciptakan mode pakaian, komposisi musik, atau menicptakan

    tarian.

    36

    Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), 57-58 37

    Hamzah B. Uno, Perencanaan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2008), 38-39

  • 13

    III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

    Pada bagian ini, penulis akan menguraikan tentang gambaran umum wilayah

    penelitian, hasil penelitian dan analisa dari rumusan masalah yang pertama, serta hasil

    penelitian dan analisa dari rumusan masalah yang kedua.

    3.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

    Desa Mbatakapidu terletak di pulau Sumba, kecamatan kota Waingapu, kabupaten

    Sumba Timur, provinsi Nusa Tenggara Timur. Luas desa Mbatakapidu 28,2 atau 2820

    hektar dengan letak yang umumya berbukit dan curah hujan yang sangat rendah dan tidak

    merata setiap tahunnya, dimana musim hujan relatif pendek bila di bandingkan musim

    kemarau. Desa Mbatakapidu terdiri dari lima dusun yakni : dusun Kambata Maunjara,

    Kambata Waingapu, Kambata Wundut, Kambata Laimborak, Kambata Tanalingu38.

    Penduduk desa Mbatakapidu dikatakan memiliki tingkat pendidikan yang sangat

    rendah. Hal ini dilihat dari data tingkat pendidikan penduduk desa Mbatakapidu yang

    menyatakan bahwa sekitar 50% dari jumlah penduduk desa Mbatakapidu yang tidak

    bersekolah dan tidak menyelesaikan pendidikan sekolah dasar (SD), 45 % penduduk desa

    Mbatakapidu menyelesaikan pendidikan hingga ke tingkat SD dan lainnya adalah 3 % untuk

    tingkat sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA), 2 % untuk

    tingkat perguruan tinggi, baik S1, D3 dan lain sebagainya. Berdasarkan tingkat pendidikan

    penduduk desa Mbatakapidu yang sangat rendah, membawa pengaruh terhadap mata

    pencaharian penduduk.Sebagian besar penduduk desa Mbatakapidu memiliki mata

    pencaharian sebagai petani, peternak, pengangguran (kebanyakan pemuda). Dari segi

    kepercayaan dan keagamaan, sebagian besar penduduk desa Mbatakapidu 61 % menganut

    agama Kristen Protestan, yang terdiri dari Gereja Kristen Sumba (GKS) dan Gereja Bethel

    Indonesia (GBI). Selain itu masyarakat desa Mbatakapidu masih tetap menganut kepercayaan

    asli suku Sumba yaitu Marapu.

    Sekolah Dasar Masehi (SDM) Mbatakpidu merupakan satu-satunya sekolah dasar

    dalam wilayah desa Mbatakapidu.Berdirinya SDM Mbatakapidu tidak terlepas dari usaha

    para Zending.Para Zending di dalam melaksanakan misi Pekabaran Injil tidak saja kepada

    38

    Data didapat dari hasil wawancara bersama sekretaris desa Mbatakapidu pada hari Selasa 20 Agustus

    2013, pukul 10.00 WITA

  • 14

    orang dewasa tetapi juga bagi anak-anak.Untuk usaha mencerdaskan masyarakat dan

    mencapai tujuan dari Pekabaran Injil, para Zending mendirikan sekolah-sekolah formal. Agar

    sekolah-sekolah yang didirikan oleh Zending dapat berkembang, berkualitas dan dapat

    menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki iman yang kuat terhadap Tuhan sesuai

    misi Pekabaran Injil, maka dibentuklah Yayasan Persekolahan Masehi Sumba (YAPMAS)

    pada tanggal 1 Maret 195139. Tugas dari YAPMAS bukan untuk mendirikan sekolah tetapi

    hanya meneruskan atau mengawasi sekolah-sekolah yang di bangun oleh para Zending dan

    mengadakan kerja sama dengan pemerintah daerah Sumba, sehingga sekolah-sekolah tersebut

    tetap berkembang sampai sekarang40.

    Masyarakat desa Mbatakapidu sudah lama mendambakan kehadiran sebuah sekolah

    dasar, sehingga pada tanggal 25 Juni 1966 beberapa tokoh masyarakat Desa Mbatakapidu

    mengadakan musyawarah untuk membahas rencana mendirikan sekolah dasar. Adapun yang

    menjadi dasar pertimbangan dari para tokoh masyarakat pada saat itu adalah jarak yang

    sangat jauh untuk bersekolah di Waingapu, dimana anak-anak harus berjalan sejauh kurang

    lebih 20 km41.Melihat hal itu, pemerintah daerah Sumba yang bekerjasama dengan YAPMAS

    merespon keinginan dari para penduduk desa Mbatakapidu.Tujuannya agar anak-anak

    Mbatakapidu bisa mengenyam pendidikan dan juga melaksanakan misi yaitu mewartakan

    Injil lewat anak-anak seperti misi para Zending. Pada tanggal 1 Januari 1967 para tokoh

    masyarakat Mbatakapidu bekerjasama dengan pemerintah daerah Sumba dan YAPMAS

    merealisasikan hasil musyawarah, yaitu mendirikan sebuah sekolah dasar yang diberi nama

    Sekolah Dasar Masehi (SDM) Mbatakapidu42.

    Foto : Sekolah Dasar Masehi (SDM) Mbatakapidu

    39

    Hasil wawancara dengan pengurus YAPMAS pada hari Senin tanggal 12 Agustus 2013, pukul 10.00

    WITA 40

    Ibid 41

    Hasil wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat desa Mbatakapidu pada hari Senin tanggal 12

    Agustus 2013, pukul 16.00 WITA 42

    Hasil wawancara dengan kepala sekolah SDM Mbatakapidu pada hari Selasa tanggal 13 Agustus

    2013, pukul 10.00 WITA

  • 15

    Profil SDM Mbatakapidu43

    Nama Sekolah : SDM Mbatakapidu

    Nomor Statistik : 102.241.201.034

    Provinsi : Nusa Tenggara Timur

    Otonomi Daerah : Kabupaten Sumba Timur

    Kecamatan : Kota Waingapu

    Desa : Mbatakapidu

    Jalan Dan Nomor : Jl. Aquamor, Mbatakapidu

    Kode Pos : 87112

    Telephone / HP : 085253227558

    Daerah : Pedesaan

    Sertifikat Sekolah : Swasta

    Akreditasi : B

    Penerbit SK : Sekum YAPMAS

    Tahun Berdiri : 01 – 01 – 1967

    Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi

    Lokasi Sekolah : Mbatakapidu / Kalihi

    Jarak Sekolah Ke Pusat Kec. : 20 Km

    Jarak ke pusat Otoda : 20 Km

    Organisasi Penyelenggara : Yayasan

    Visi SDM Mbatakapidu :

    Meletakkan dasar keyakinan yang kokoh terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berprestasi

    dalam bidang akademik dan non akademik serta berwawasan luas yang dilandasi

    kearifan budaya lokal.

    Misi SDM Mbatakapidu :

    Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa melalui ajaran agama

    Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan yang bernuansa PAIKEM

    (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan)

    Membangun Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang cerdas dan terampil serta

    berdisiplin

    43

    Data didapat dari hasil wawancara bersama kepala sekolah SDM Mbatakapidu, pada hari Selasa tanggal 13

    Agustus 2013, pukul 10.00 WITA

  • 16

    Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan masyarakat, demi

    terciptanya lingkungan yang aman dan kondusif

    Membangun kerjasama dengan semua stakeholder (penentu kebijakan ) demi

    terciptanya sekolah ramah anak.

    3.2 Cara Pengajaran PAK di SDM Mbatakapidu Ditinjau Dari Perspektif

    Taksonomi Bloom

    Laporan hasil penelitian ini dilakukan selama 27 hari, mulai tanggal 5-31 Agustus

    2013.Dalam realita, pelajaran PAK di SDM Mbatakapidu merupakan mata pelajaran yang

    wajib diikuti oleh setiap peserta didik baik yang beragama Kristen maupun non Kristen

    dalam hal ini beragama suku Marapu.Menurut wawancara dengan kepala sekolah ditemukan

    bahwa tujuan PAK dilaksanakan di SDM Mbatakapidu agar peserta didik baik yang

    beragama Kristen maupun non Kristen dapat bertumbuh lewat nilai-nilai Kristiani, dan dapat

    memahami bahwa keselamatan yang sejati hanya terdapat dalam pribadi Yesus Kristus44.

    Menurut wawancara dengan pendidik PAK, PAK di SDM Mbatakapidu dilaksanakan 1 kali

    pertemuan dalam seminggu pada setiap kelas, dari kelas I-VI, setiap pertemuan berdurasi 120

    menit. Materi pembelajaran PAK ditetapkan dan dikembangkan berdasarkan kurikulum yang

    telah ada seperti penciptaan, dosa, kasih Allah, keselamatan, doa, ibadah. Sumber

    pembelajaran yang dipakai untuk membantu peserta didik memahami materi pembelajaran

    adalah buku aku laskar Kristus yang diterbitkan oleh CV. Karya Putra Indonesia, Solo tahun

    201045.

    Adapun proses belajar mengajar PAK di SDM Mbtakapidu, dapat dirinci sebagai

    berikut46: (1) Kegiatan awal yaitu kelas dimulai dengan doa yang dipimpin oleh salah seorang

    peserta didik kemudian menyanyikan sebuah lagu, membaca Alkitab dan membuat

    permainan yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. (2) Kegiatan inti

    yaitu melakukan tanya jawab mengenai bahan Alkitab dan pendidik menyampaikan uraian

    materi dengan metode ceramah dan mendongeng. Sesudah itu, peserta didik menjawab

    pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh pendidik. (3) Kegiatan penutup yaitu pendidik

    memberikan tugas diskusi, pekerjaan rumah dan ayat hafalan Alkitab. Kemudian kelas

    diakhiri dengan nyanyian dan doa bersama. Pembelajaran PAK di SDM Mbatakapidu

    44

    Hasil Wawancara dengan kepala sekolah SDM Mbatakapidu pada hari Selasa tanggal 13 Agustus

    2013, pukul 10.00 WITA 45

    Hasil wawancara dengan pendidik PAK SDM Mbatakapidu pada hari Rabu tanggal 14 Agustus 2013,

    pukul 10.00 WITA 46

    Ibid.

  • 17

    dikembangkan oleh pendidik berdasarkan Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar yang dapat

    dilihat dari beberapa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mencakup taksonomi

    Bloom yaitu : ranah kognitif, afektif, psikomotorik.

    a. Ranah Kognitif

    Lawrence Cremin (dalam Groome) 47 mendefenisikan pendidikan sebagai usaha

    sengaja, sistematis, dan terus-menerus untuk menyampaikan, menimbulkan, atau memperoleh

    pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keahlian-keahlian, atau kepekaan-kepekaan, juga setiap

    akibat dari usaha itu.Pembelajaran PAK berkaitan dengan ranah kognitif diharapkan dapat

    membantu peserta didik memiliki wawasan keagamaan secara khusus mengenai agama

    Kristen.

    Melalui teknik observasi yang dilakukan oleh penulis, pada tanggal 12 Agustus 2013

    di kelas dapat dilihat proses belajar mengajar PAK di SDM Mbatakapidu sesuai dengan ranah

    kognitif. Dalam proses belajar mengajar yang dilakukan, pendidik menggunakan metode

    ceramah, kemudian pendidik memberikan kesempatan bagi peserta didik baik secara

    perorangan maupun kelompok, untuk menceritakan atau menjelaskan kembali pelajaran yang

    telah disampaikan, dan pendidik juga memberikan kuis bagi peserta didik, seperti kuis

    cerdas-cermat Alkitab, tanya-jawab, diskusi kelompok, test tertulis dan ayat hafalan. Cara

    mengajar seperti ini sering dilakukan oleh pendidik PAK.

    Selanjutnya, penulis melakukan wawancara kepada pendidik PAK mengenai RPP

    yang akan dilaksanakan selama 1 semester. Dimana dalam RPP yang dibuat oleh pendidik

    dapat diidentifikasi tujuan pembelajaran yang diarahkan pada ranah kognitif, misalnya tujuan

    pembelajaran kelas IV semester 1 “peserta didik dapat menjelaskan peristiwa yang terjadi

    pada pesta perkawinan di Kana”; tujuan pembelajaran kelas V semester 1 “peserta didik

    dapat menjelaskan pengertian mengampuni”; tujuan pembelajaran kelas VI semester 1

    “peserta didik dapat menjelaskan cara manusia memuji Tuhan dan berdoa kepada Tuhan”.

    Dari ketiga tujuan pembelajaran ini menggunakan kata menjelaskan yang termasuk pada

    ranah kognitif tingkatan kedua yaitu pemahaman. Menurut pendidik yang mengajar,

    pembelajaran PAK pada ranah kognitif membawa peserta didik semakin memiliki wawasan

    yang luas mengenai agama Kristen Protestan.

    47

    Thomas H.Groome, Pendidikan Agama Kristen: Berbagi cerita dan visi kita, (Jakarta: BPK Gunung

    Mulia, 2010), 29

  • 18

    Penulis juga melakukan diskusi dengan beberapa orang peserta didik.Hasil diskusi

    bersama dengan peserta didik ini merupakan validasi dari teknik wawancara dan observasi,

    dijelaskan oleh peserta didik bahwa pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran

    menggunakan metode ceramah. Menurut beberapa orang peserta didik, metode ceramah yang

    dilakukan oleh pendidik PAK selama ini hanya beruapa komunikasi satu arah yaitu pendidik

    PAK berdiri di depan kelas sambil mejelaskan atau menceritakan materi pembelajaran dan

    peserta didik hanya duduk dan mendengarkan saja, peserta didik kurang dilibatkan dalam

    metode ceramah ini. Bagi peserta didik, metode ceramah ini kurang disukai karena metode

    ini terlalu monoton dan cenderung membosankan.Para peserta didik lebih menyukai metode

    dimana mereka dapat terlibat secara langsung dan metode berbasis audiovisual, misalnya

    mendengarkan lagu rohani, menonton film rohani dan permainan.

    Berdasarkan data yang ditemukan di atas dapat dianalisa bahwa pembelajaran PAK

    selama ini menurut Sumiyatiningsih48 telah diidentifikasikan sarat dengan muatan kognitif, ia

    berpedapat bahwa pembelajaran PAK pada ranah kognitif selama ini menggunakan

    pendekatan pada biblical approach atau pendekatan alkitabiah yang mengutamakan

    pengetahuan Alkitab, dimana peserta didik banyak menghafal ayat Alkitab, perikop tertentu,

    peserta didik mengetahui banyak fakta, kutipan, cerita dan sejarah Alkitab. Menurut penulis

    agar peserta didik memiliki wawasan serta pengetahuan mengenai Kekristenan seharusnya

    pendidik mengusahakan setiap materi pembelajaran dibawakan dengan berbagai metode yang

    berbeda sehingga peserta didik tidak merasa bosan dengan kegiatan belajar mengajar.

    Menurut Mulyasa49 penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan

    efisiensi pembelajaran. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta

    didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penulis setuju dengan pendapat Mulyasa, karena

    penulis melihat metode ceramah tidaklah efektif sehingga peserta didik kurang dilibatkan

    didalamnya dan media yang digunakan tidak ada, hal ini mengakibatkan kurangnya minat

    serta perhatian dari peserta didik. Untuk itu pendidik sebaiknya mengurangi metode ceramah,

    namun disisi lain pendidik harus meningkatkan pemberian tugas-tugas yang variatif, serta

    selalu menyiapkan proses pembelajaran yang kreatif, contohnya pendidik membawa alat

    peraga ketika mengajar, seperti boneka tangan, gambar-gambar berwarna, memodifikasi dan

    memperkaya bahan pengajaran atau buku ajar (jangan terpaku pada satu buku ajar saja),

    memakai prosedur yang bervariasi saat membuat penilaian atau laporan, mengingat bahwa

    48

    Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik (Yogyakarta:Andi,2009), 17 49

    E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),107

  • 19

    tingkat atau kecepatan perkembangan peserta didik tidak sama, mengupayakan adanya

    pengembangan situasi belajar secara berkala agar peserta didik dapat belajar dengan baik.

    b. Ranah Afektif

    Dalam lampiran Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dikatakan

    bahwa 70% lebih kompetensi dasar (KD) mata pelajaran PAK, pada tingkat satuan

    pendidikan dasar dan menengah ditetapkan untuk mengembangkan sikap peserta didik50.

    Melalui teknik observasi yang dilakukan penulis, pada tanggal 15 Agustus 2013 di

    kelas, dapat dilihat proses belajar-mengajar PAK di SDM Mbatakapidu berdasarkan dengan

    ranah afektif. Dalam proses belajar mengajar selain menyampaikan materi pembelajaran

    melalui metode ceramah, pendidik juga sering mengajak peserta didik untuk belajar berdoa

    pada saat sebelum memulai kelas dan sesudah kelas berakhir dengan membuat jadwal doa

    bagi peserta didik, jadwal doa ini tidak hanya berlaku di kelas PAK saja tetapi juga berlaku

    untuk semua mata pelajaran. Pendidik juga mengajarkan peserta didik untuk bernyanyi lagu-

    lagu kidung jemaat, membaca Alkitab dan pendidik membimbing serta mengarahkan peserta

    didik untuk membuat puisi yang berhubungan dengan materi pembelajaran51.

    Penulis juga melakukan wawancara kepada pendidik PAK, mengenai RPP yang akan

    dilaksanakan selama 1 semester. Di dalam RPP yang dibuat oleh pendidik dapat

    diidentifikasi tujuan pembelajaran yang diarahkan pada ranah afektif, misalnya tujuan

    pebelajaran kelas IV semester 1“peserta didik dapat menunjukkan sikap baik ketika

    menghadapi kesulitan dalam kehidupan sehari-hari”; tujuan pebelajaran kelas V semester 1“

    peserta didik dapat menunjukkan sikap mengampuni sesama”; tujuan pembelajaran kelas VI

    semester 1 “ peserta didik dapar menunjukkan sikap sebagai orang yang sudah melakukan

    Firman Tuhan melalui taat kepada orang tua”. Dari ketiga tujuan pebelajaran tersebut

    menggunakan kata menunjukkan yang termasuk pada ranah afektif tingkatan ketiga yaitu

    nilai yang dianut (nilai diri). Menurut pendidik pembelajaran PAK pada ranah afektif

    membawa peserta didik semakin bertumbuh dalam nilai-nilai Kristiani dan memiliki sikap

    dan karakter yang baik seperti yang diteladankan oleh Tuhan Yesus dalam kehidupan

    mereka sehari-hari, misalnya anak-anak diajarkan untuk tidak berbohong kepada pendidik,

    50

    Sariaman Sitanggang, Konsep, Strategi Pembelajaran & Penilaian Sikap Peserta Didik (Hal

    Mendasar dalam Pendidikan Agama Kristen), (Jakarta: CV. Engkrateia Putra Jaya, 2007),1 51

    Hasil wawancara dengan pendidik PAK SDM Mbatakapidu pada hari Rabu tanggal 14 Agustus 2013,

    pukul 10.00 WITA

  • 20

    orang tua, bahkan terhadap teman sebaya, anak-anak juga diajarkan untuk tepat waktu ke

    sekolah atau tidak boleh terlambat, mengikuti atau melakukan apa yang diperintahkan oleh

    pendidik dan orang tua, peserta didik diajarkan untuk tidak berkelahi, tidak menggangu orang

    lain, menolong dan membantu teman yang kesusahan52.

    Penulis juga melakukan diskusi bersama peserta didik. Hasil diskusi bersama peserta

    didik sebagai validasi dari teknik wawancara dan observasi, dijelaskan oleh mereka bahwa

    pendidik menjelaskan materi melalui metode ceramah dimana pendidik berdiri di depan kelas

    dan menjelaskan materi pembelajaran PAK, selain itu pendidik mengajak peserta didik untuk

    berdoa pada saat memulai dan mengakhiri kelas, bernyanyi lagu-lagu kidung jemaat,

    mendengar cerita tokoh Alkitab seperti kisah Yakub yang menipu Ishak ayahnya, kisah Musa

    yang dibuang di suangai Nil, kisah Kain yang membunuh Habel, kisah Nuh yang

    diselamatkan dari peristiwa air bah. Peserta didik mengatakan, bahwa pendidik PAK juga

    membimbing mereka untuk membuat puisi yang berhubungan dengan materi yang telah

    dijelaskan oleh pendidik53.

    Berdasarkan data yang ditemukan di atas, dapat dianalisa bahwa pembelajaran PAK

    pada ranah afektif yang merupakan penanaman sikap dan nilai-nilai Kristiani yang sesuai

    dengan teladan Yesus Kristus kepada peserta didik belum dilakukan secara maksimal oleh

    pendidik PAK, karena menurut penulis dalam pembelajaran pada ranah afektif pendidik PAK

    masih menggunakan metode ceramah yang menurut penulis kurang efektif. Menurut

    pendapat Sidjabat54, PAK bertujuan meningkatkan kesetiaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

    berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung

    jawab, mandiri, cerdas, cinta tanah air, dan tebal rasa kesetiakawanan. Penulis berpendapat

    seharusnya, pendidik PAK menggunakan metode pengajaran perjumpaan tidak langsung

    dalam pembelajaran pada ranah afektif dalam hal ini meditasi.Peserta didik diajak untuk

    bermeditasi dengan memperdengarkan instrument lagu-lagu rohani populer, kemudian

    mengajak peserta didik untuk berefleksi atau merenung.Pada saat peserta didik berefleksi

    pendidik membacakan sebuah narasi yang berhubungan dengan materi pembelajaran,

    misalnya tentang mengasihi sesama dan orang lain, mengampuni orang yang berbuat jahat

    kepada kita, cinta tanah air yang diberikan Tuhan, kejujuran, kedisiplinan, dan semangat

    52

    Data didapat dari hasil diskusi bersama nara didik pada hari Kamis tanggal 16 Agustus 2013, pukul

    10.00 WITA 53

    Data didapat dari hasil diskusi bersama nara didik pada hari Kamis tanggal 16 Agustus 2013, pukul

    10.00 WITA 54

    B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen (Yogyakarta: ANDI, ) 52-53

  • 21

    berbagi.Setelah selesai bermeditasi pendidik membimbing peserta didik untuk membuat puisi

    dari hasil refleksi mereka.Selain bermeditasi, pendidik juga seharusnya merancang atau

    membuat ibadah kreatif agar peserta didik dibantu dalam pemberian ekspresi kepada Tuhan,

    karena menurut Nuhamara55, PAK juga merupakan pendidikan yang khusus yakni dalam

    dimensi religius manusia. Ini berarti usaha tersebut dikhususkan pada bagaimana pencarian

    akan yang transenden serta pemberian ekspresi dari seseorang terhadap yang transenden tadi

    dikembangkan

    c. Ranah Psikomotorik

    Pembelajaran PAK di sekolah tidak hanya dikembangkan pada kedua ranah diatas

    tetapi juga pada ranah psikomotorik. Proses belajar mengajar PAK di sekolah dilihat dari

    ranah psikomotorik dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dan

    kreativitas yang mengacu pada nilai-nilai Kristiani.

    Melalui teknik observasi yang dilakukan oleh penulis, pada tanggal 19 Agustus 2013

    di kelas, dapat dilihat proses belajar-mengajar PAK pada ranah psikomotorik. Dalam proses

    belajar mengajar, pendidik memberikan contoh dari kisah-kisah dalam Alkitab seperti kisah

    Abraham yang mengikuti perintah Tuhan, kisah Ayub yang selalu setia kepada Tuhan dalam

    keadaan apapun. Selain itu pendidik memberikan kisah tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-

    hari yang menjadi teladan untuk ditiru seperti Mother Theresa. Kisah Alkitab dan tokoh

    tersebut di sampaikan dengan cara mendongeng. Pendidik juga membiasakan peserta didik

    untuk bercerita di depan kelas tentang pengalaman mereka ketika mengikuti sekolah minggu,

    tentang kehidupan mereka atau pengalaman mereka di rumah. Selain itu peserta didik juga

    diberikan kesempatan untuk mempraktekkan cerita Alkitab misalnya cerita kelahiran Tuhan

    Yesus, yang sudah disiapkan oleh pendidik PAK melalui metode bermain peran. Diakhir

    proses belajar mengajar, pendidik membuat kesimpulan tentang materi yang diajarkan.

    Melalui teknik wawancara kepada pendidik PAK mengenai RPP yang akan

    dilaksanakan selama 1 semester. Dalam RPP yang dibuat oleh pendidik dapat diidentifikasi

    tujuan pembelajaran yang diarahkan pada ranah psikomotorik, misalnya tujuan pembelajaran

    kelas V semester 1 “ peserta didik dapat melakukan disiplin spiritual sebagai wujud

    ketergantungan pada Allah”; tujuan pembelajaran kelas VI semester 1 “ peserta dididk dapat

    mengungkapkan ucapan syukurnya dengan berbagai cara” kata kerja melakukan dan

    55

    Daniel Nuhamara. Pembimbing PAK , (Bandung : Jurnal Info Media, 2007), 25-26

  • 22

    mengungkapkan merupakan kata kerja pada ranah psikomotorik. Menurut pendidik,

    pembelajaran PAK pada ranah psikomotorik membawa peserta didik memiliki keterampilan

    dan kreativitas dalam hal bermain drama kisah-kisah Alkitab, bernyanyi lagu-lagu kidung

    jemaat, bercerita pengalaman di depan kelas.

    Penulis juga melakukan diskusi dengan peserta didik.Hasil diskusi bersama peserta

    didik sebagai validasi dari teknik wawancara dan observasi, Dari diskusi bersama peserta

    didik dijelaskan oleh mereka bahwa, pendidik seringkali memberikan contoh cerita alkitab

    seperti kisah Abraham yang mengikuti perintah Tuhan, kisah Ayub yang selalu setia kepada

    Tuhan dalam keadaan apapun untuk diteladani oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-

    hari.Peserta didik mengungkapkan bahwa pendidik menggunakan model mendongeng dalam

    menyampaikan cerita-cerita Alkitab, misalnya cerita tentang kisah Penyaliban Tuhan Yesus,

    atau kisah penciptaan bumi dan seluruh isinya.Selain itu peserta didik juga mengatakan

    bahwa pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bermain drama tentang

    cerita Alkitab seperti kisah kelahiran Tuhan Yesus atau kisah Ayub yang setia kepada Tuhan

    dalam keadaan apapun. Peserta didik juga belajar bernyanyi lagu-lagu kidung jemaat dan

    bercerita pengalaman mereka ketika mengikuti sekolah minggu di depan kelas.

    Berdasarkan data yang ditemukan oleh penulis, dapat di analisa bahwa pembelajaran

    PAK pada ranah psikomotorik disampaikan dengan cara pengajaran seperti pada ranah

    kognitif, dimana pendidik membawa cerita tokoh Alkitab kepada peserta didik dengan model

    pembelajaran mendongeng. Seharusnya pendidik bisa lebih kreatif dalam merancang

    pengajaran PAK pada ranah psikomotorik yaitu dengan berbagai metode pengajaran yang

    dapat digunakan dalam proses belajar mengajar PAK misalnya, lakon/sandiwara,

    karyawisata, synectic, dan pendidik jangan hanya berpaku pada satu model pengajaran saja

    karena menurut Gordon 56 , kreatifitas merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari,

    berlangsung seumur hidup, dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas hidup. Oleh karena

    itu perlu diciptakan suasana sedemikian rupa agar peserta didik dapat belajar secara aktif dan

    kreatif.

    56

    Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik (Yogyakarta:Andi,2009), 97

  • 23

    3.3 Dampak Pengajaran PAK bagi Peserta Didik Beragama Suku Marapu

    Pembelajaran PAK berdasarkan taksonomi Bloom berdampak bagi peserta didik

    beragama suku Marapu, adapun dampak pengajaran PAK bagi peserta didik beragama suku

    Marapu adalah sebagai berikut :

    a. Peserta Didik Beragama Suku Marapu Bertumbuh Pada Ranah Kognitif

    Dampak pengajaran PAK bagi peserta didik beragama suku Marapu dapat diketahui

    melalui diskusi dan observasi dengan peserta didik beragama suku Marapu. Peserta didik

    beragama suku Marapu mengungkapkan bahwa, setelah mengikuti pelajaran PAK mereka

    memiliki wawasan yang luas mengenai agama Kristen. Peserta didik mengungkapkan bahwa

    mereka banyak mengetahui cerita-cerita Alkitab, seperti cerita Abraham yang mengikuti

    perintah Tuhan, cerita Nuh yang diselamatkan dari peristiwa air bah, cerita kelahiran Tuhan

    Yesus Kristus, cerita Tuhan Yesus memberi makan 5000 orang , cerita tentang Allah yang

    menciptakan dunia dan seluruh isinya, cerita Adam dan Hawa yang jatuh ke dalam dosa,

    serta cerita tentang Tuhan Yesus yang mati di kayu salib untuk menyelamatkan manusia57.

    Dari hasil diskusi antara penulis dengan beberapa orang tua yang beragama suku

    Marapu, sebagai validasi dari diskusi bersama peserta didik yang beragama suku Marapu,

    mereka mengatakan bahwa ketika peserta didik berada di rumah, mereka bercerita tentang

    pelajaran yang diterima di sekolah. Peserta didik itu pada umumnya bercerita mengenai

    tokoh Tuhan Yesus yang mati di kayu salib, Abraham yang selalu mengikuti perintah Tuhan,

    Yusuf, yang di jual oleh saudara-saudaranya, Yakub yang menipu ayahnya Ishak, Nuh yang

    diselamatkan dari air bah, Ayub yang setiap kepada Tuhan dalam keadaan apapun, dan

    tokoh-tokoh Alkitab lainnya58.

    Berdasarkan data di atas dapat dianalisa bahwa dalam proses belajar mengajar PAK,

    peserta didik beragama suku Marapu bertumbuh dalam pengetahuan (knowledge) dan

    pemahaman (comprehension), dimana cerita-cerita Alkitab dan materi-materi pembelajaran

    yang diajarkan oleh pendidik PAK dapat dipahami dengan baik. Peserta didik mampu

    mengingat kembali atau mengenali kembali tentang nama, cerita atau kisah dari tokoh-tokoh

    Alkitab yang telah diterima dalam proses belajar mengajar PAK. Peserta didik beragama

    57

    Data didapat dari hasil diskusi bersama nara didik pada hari Kamis tanggal 16 Agustus 2013, pukul

    10.00 WITA 58

    Data didapat dari hasil diskusi bersama orang tua beragama suku Marapu pada hari Senin tanggal 19

    Agustus 2013, pukul 15.00 WITA

  • 24

    suku Marapu tidak hanya mengetahui atau mengingat apa yang telah mereka terima tetapi

    juga mampu menjelaskan pengetahuan yaitu cerita-cerita Alkitab yang telah diketahui dengan

    kata-kata mereka sendiri. Namun menurut penulis, peserta didik beragama suku Marapu

    belum mampu menerapkan dan mengaplikasikan materi-materi atau cerita-cerita Alkitab

    yang diajarkan oleh pendidik PAK dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal tersebut

    dikarenakan menurut Fowler yang sebagaimana didukung oleh Piaget59, pada usia sekolah (6-

    11 tahun) timbulnya pola “pemikiran operasional konkret”, dimana peserta didik berpikir

    secara konkret tanpa merefleksikan lebih lanjut tindak berpikirnya.

    b. Peserta Didik Beragama Suku Marapu Bertumbuh Pada Ranah Afektif

    Karakteristik ranah afektif diantaranya sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Dari

    hasil diskusi bersama dengan peserta didik beragama suku Marapu, mereka mengungkapkan

    bahwa dalam proses belajar mengajar PAK, mereka selalu mengikuti dengan aktif dalam

    diskusi kelas, selalu hadir dalam mata pelajaran PAK, rajin dan tepat waktu dalam

    mengumpulkan tugas. Selain itu ada pula pendapat yang mengatakan bahwa setalah

    mengikuti mata pelajaran PAK, mereka selalu berdoa, dan selalu ke gereja atau sekolah

    minggu.

    Dari hasil diskusi bersama dengan orang tua yang beragama suku Marapu sebagai

    validasi dari diskusi bersama peserta didik beragama suku Marapu.Para orang tua

    mengungkapkan peserta didik selalu rajin mengerjakan pekerjaan rumah (PR), menghafal

    ayat hafalan Alkitab, selalu rapi dalam berpakaian.Ada pula pendapat orang tua yang

    mengatakan bahwa anaknya selalu berdoa sebelum melakukan aktifitasnya, misalnya

    sebelum makan, sebelum tidur, bangun pagi, maupun sebelum berangkat ke sekolah60. Ada

    pula pendapat lain yang mengungkapkan bahwa anaknya tidak pernah absen ke sekolah

    minggu61.

    Dari data di atas dapat dianalisa bahwa dalam proses belajar mengajar PAK pada

    ranah afektif telah memberikan dampak bagi peserta didik yang beragama suku Marapu.

    Peserta didik beragama suku Marapu menerima atau memperhatikan (receiving atau

    attending) mata pelajaran PAK, dimana peserta didik beragama suku Marapu memiliki

    keinginan, kesediaan, kemauan untuk memperhatikan atau mengikuti mata pelajaran PAK.

    59

    Agus Cremers, Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan Menurut James W. Fowler, (Yogyakarta:

    Kanisius, 1995), 118 60

    Menurut pendapat Bapak UHK 61

    Menurut pendapat Bapak YMLP

  • 25

    Peserta didik beragama suku Marapu menanggapi (responding) secara positif, dimana peserta

    didik beragama suku Marapu terlibat aktif dalam proses belajar mengajar PAK dengan

    diskusi kelompok, bertanya jika tidak mengerti, disiplin dalam hal ini selalu tetap waktu, rapi

    dalam berpakaian dan tepat waktu mengumpulkan tugas. Selain itu menurut penulis respon

    yang ditunjukkan oleh peserta didik beragama suku Marapu bermacam-macam, ada yang

    rajin berdoa dan beribadah, namun adapula yang tidak melaksanakan hal tersebut.Hal ini

    disebabkan karena ketika mereka kembali ke rumah, banyak peserta didik beragama suku

    Marapu yang kembali melakukan ritual-ritual hamayangu atau ritual-ritual dalam agama suku

    Marapu.

    c. Peserta Didik Beragama Suku Marapu Bertumbuh Pada Ranah Psikomotorik

    Pendidikan dapat mempengaruhi keterampilan dan kreativitas seseorang yaitu salah

    satunya melalui pengajaran PAK di sekolah. Pengajaran PAK di sekolah diharapkan mampu

    membantu peserta didik mengembangkan keterampilan dan kreativitas berdasarkan nilai-nilai

    Kristiani yang mencerminkan sebagai anak Tuhan.

    Melalui diskusi dengan peserta didik yang beragama suku Marapu, mereka

    mengungkapkan bahwa pendidik menceritakan tentang tokoh-tokoh Alkitab untuk diteladani

    oleh pendidik dalam kehidupan mereka sehari-hari, seperti kisah Yusuf yang memaafkan

    saudara-saudaranya, kisah Abraham yang selalu mengikuti perintah Tuhan. Peserta didik

    beragama suku Marapu juga mengatakan bahwa pendidik menekankan agar peserta didik

    selalu membantu orang tua di kebun, tidak mengucapkan kata-kata kotor, tidak mengambil

    barang orang lain, tidak mengganggu teman tetapi menolong teman dalam hal ini

    meminjamkan alat tulis, bekerja sama dengan teman dalam hal mengerjakan PR. Dalam

    diskusi tersebut peserta didik beragama suku Marapu mengungkapkan bahwa melalui

    pembelajaran PAK peserta didik beragama suku Marapu dibimbing oleh pendidik untuk

    memiliki keterampilan dan kreativitas dalam bermain drama seperti kisah Yusuf yang di jual

    oleh saudara-saudaranya namun Yusuf memaafkan kesalahan saudara-saudaranya bukan

    hanya itu saja peserta didik beragama suku Marapu banyak menghafal lagu rohani dalam hal

    ini lagu-lagu kidung jemaat.

    Dari hasil diskusi bersama orang tua yang beragama suku Marapu sebagai validasi

    dari diskusi bersama peserta didik beragama suku marapu, mereka mengatakan bahwa ketika

    peserta didik berada di rumah, peserta didik selalu mengingat apa yang dikatakan oleh

    pendidik di sekolah. Seorang ibu mengatakan bahwa anaknya di rumah selalu mengatakan:

  • 26

    “kata ibu guru di sekolah kita harus saling mengasihi seperti membantu teman yang sedang

    dalam kesusahan membantu orang tua di kebun dan memaafkan sama seperti Tuhan Yesus

    dan Yusuf perbuat bagi saudara-saudaranya”62.Ada pendapat lainnya juga yang mengatakan

    bahwa, ketika orang tua atau anggota keluarga lainya sedang marah, anak-anak selalu

    mengatakan, “kata ibu guru di sekolah kita tidak boleh marah-marah nanti Tuhan Yesus

    marah”63.Menurut pendapat orang tua murid juga, anak-anak mereka membaca Alkitab setiap

    malam serta sering menyanyi lagu-lagu gereja di rumah64.

    Dari data di atas dapat dianalisa bahwa pembelajaran PAK dalam ranah psikomotorik

    membawa peserta didik beragama suku marapu mampu melakukan kegiatan-kegiatan

    sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau yang diteladankan oleh pendidik PAK

    misalnya pendidik tidak suka marah-marah di dalam kelas, pendidik selalu rapi dalam

    berpakaian, pendidik berbicara dengan halus dan sopan, pendidik selalu datang tepat waktu,

    pendidik menghargai orang lain termasuk peserta didik. Kegiatan ini dalam ranah

    psikomotorik disebut respon terbimbing (guided response) dimana peserta didik mengikuti,

    mengulangi perbuatan yang diperintahkan atau ditunjukkan oleh pendidik PAK dalam hal ini

    seperti bermain drama, bernyanyi dan membaca Alkitab. Namun menurut penulis, peserta

    didik beragama dan suku Marapu belum sepenuhnya bertumbuh dalam ranah psikomotorik

    karena setiap materi pembelajaran atau nilai-nilai Kristiani yang sudah diterima belum

    menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus atau menjadi sebuah hal yang

    sudah tertanam dalam diri peserta didik beragama suku Marapu tanpa harus diberitahu oleh

    pendidik PAK, dalam ranah psikomotorik disebut mekanisme (mechanism). Hal ini

    disebabkan karena peserta didik beragama suku Marapu tidak memiliki teladan yang lain

    selain pendidik, karena kurangnya bimbingan dari orang tua serta tidak ada kerjasama dan

    komunikasi yang baik antara orang tua dan sekolah dalam hal ini pendidik PAK mengenai

    pendidikan iman anak.

    3.4 Refleksi Teologis

    Pendidikan merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan manusia dan

    dinilai sebagai suatu usaha sengaja, sistematis dan terus menerus dalam membentuk

    62

    Menurut pendapat Ibu TN 63

    Menurut pendapat Ibu YH 64

    Data didapat dari hasil diskusi bersama orang tua beragama suku Marapu pada hari Senin tanggal 19

    Agustus 2013, pukul 15.00 WITA

  • 27

    kepribadian secara utuh 65 .Manusia membutuhkan pendidikan karena statusnya sebagai

    animaleducabili66yang dilahirkan tidak sempurna sehingga memerlukan pendidikan untuk

    dapat mengembangkan kemanusiaannya sebagai potensi.Keagungan dari pendidikan ialah

    membantu manusia menyempurnakan dirinya sebagai manusia67.Pendidikan agama Kristen di

    sekolah merupakan bagian yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan iman

    anak, mengingat bahwa peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang akan

    meneruskan pembangunan bangsa dan negara yang akan datang. Suatu kebanggaan ketika

    peserta didik yang beragama suku Marapu memperoleh pendidikan agama Kristen di SDM

    Mbatakapidu. Oleh karena itu pendidikan agama Kristen di SDM Mbatakapidu merupakan

    wujud nyata dari respon firman Tuhan pada Amsal 22:6 Salomo menuliskan “Didiklah

    seorang anak menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan

    menyimpang dari jalan itu”.

    Menjadi seorang pendidik PAK tidaklah mudah, untuk itu mendidik peserta didik di

    sekolah hendaklah dilakukan dengan baik dengan memanfaatkan dan mengembangkan

    seluruh potensi yang ada, sehingga melaluinya peserta didik di bantu dalam pertumbuhan

    iman mereka dan termotivasi untuk lebih mendekatkan hidupnya kepada Tuhan. Mendidik

    bukan hanya bertugas untuk menyampaikan informasi atau bahan ajar kepada peserta didik,

    tetapi harus berupaya agar peserta didik sungguh-sungguh belajar mengerti, memahami, dan

    menerima apa yang diajarkan, bahkan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari.

    Menurut Kejadian 18:19a :

    “Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan

    kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan,

    dengan melakukan kebenaran dan keadilan…”

    Dari ayat di atas jelas terlihat bahwa pendidikan yang diberikan kepada peserta didik

    bertujuan agar peserta didik sebagai generasi penerus tetap hidup sesuai kehendak Tuhan

    yakni melakukan kebenaran dan keadilan, dengan meneladani sifat-sifat Tuhan Yesus

    Kristus. Meneladani sifat-sifat Tuhan Yesus Kristus tidak hanya sekedar berbuat baik tetapi

    memiliki karakter buah roh yang mengandung unsur diantaranya: kasih, kesabaran,

    kemurahan, kebaikan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Galatia. 5:22-23).

    65

    Thomas Groome, Christian Religious Education, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2010) 29 66

    H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar,2008) 24 67

    Esther Christiana Yuwanda, “Pendidikan Yang Memanusiakan Manusia”, Jurnal Pendidikan Penabur,

    no. 19. (2012): 85

  • 28

    Ajaran PAK di sekolah sangat berpengaruh terhadap peserta didik yang beragama

    suku Marapu, untuk itu pendidik harus lebih mendorong peserta didik memahami dan

    menerapkan apa yang dibicarakan di kelas atau diluar kelas, sehingga peserta didik dapat di

    bantu dalam proses pertumbuhan iman Kristen. Pertumbuhan iman tersebut akibat dari hasil

    belajar menyangkut ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk mencapai semua ranah

    itu, maka proses belajar mengajar harus memperhatikan metode dan media pembelajaran

    dengan relevan yang dapat dimengerti dan dipraktekkan oleh peserta didik sehingga

    pembelajaran PAK yang diberikan tidak sia-sia atau merupakan rutinitas dan kewajiban

    belaka.

    IV. PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    Kesimpulan mengenai cara pengajaran PAK ditinjau dari perspektif taksonomi Bloom

    dan dampak pengajaran PAK bagi peserta didik beragama suku Marapu, yaitu :

    1. Pelajaran PAK di SDM Mbatakapidu merupakan mata pelajaran yang wajib diikuti

    oleh setiap peserta didik baik yang beragama Kristen maupun non Kristen dalam hal

    ini beragama suku Marapu. Tujuannya ialah agar peserta didik dapat bertumbuh lewat

    nilai-nilai Kristiani, dan dapat memahami bahwa keselamatan yang sejati hanya

    terdapat dalam pribadi Yesus Kristus. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan agama

    Kristen di Indonesia yang dirumuskan komisi PAK dari Dewan Gereja di Indonesia

    yaitu : usaha mengajak, membantu, menghantar seseorang untuk mengenal kasih

    Allah yang nyata dalam Yesus Kristus, sehingga dengan pimpinan Roh Kudus ia

    datang kedalam suatu persekutuan yang hidup dengan Tuhan.

    2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, penulis menemukan bahwa

    pengajaran PAK pada ranah kognitif, afektif, psikomotorik di SDM Mbatakapidu

    belum dilaksanakan secara maksimal. Pendidik PAK hanya menggunakan metode

    ceramah dan medongeng dalam pembelajaran pada ketiga ranah tersebut, kedua

    metode ini dianggap kurang menarik oleh para peserta didik karena peserta didik

    merasa cepat bosan. Seharusnya menurut Mulyasa, penggunaan metode yang

    bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

    3. Pengajaran PAK yang menekankan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik

    berdampak bagi peserta didik beragama suku Marapu antara lain:

  • 29

    pertama, ranah kognitif, peserta didik beragama suku Marapu memiliki

    pengetahuan dan pemahaman mengenai cerita-cerita Alkitab atau mengenai

    iman Kristen. Namun peserta didik beragama suku Marapu belum mampu

    menerapkan dan mengaplikasikan materi-materi atau cerita-cerita Alkitab

    yang diajarkan oleh pendidik PAK dalam kehidupan mereka sehari-hari

    (penerapan). Hal ini sesuai dengan ranah kognitif yang menaruh perhatian

    pada pengembangan kapabilitas dan keterampilan intelektual.

    Kedua, ranah afektif, peserta didik beragama suku Marapu menerima dan

    merespon mata pelajaran PAK, serta rajin berdoa, rajin berbakti di sekolah

    minggu. Meskipun nilai-nilai Kristiani yang dipelajari dalam proses belajar

    mengajar PAK belum semua mempengaruhi peserta didik beragama suku

    Marapu, karena ketika mereka kembali ke rumah, banyak peserta didik

    beragama suku Marapu yang kembali melakukan ritual-ritual hamayangu atau

    ritual-ritual dalam agama suku Marapu. Hal ini sesuai dengan ranah afektif

    yang berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai dan emosi.

    Ketiga, peserta didik beragama suku Marapu mampu melakukan kegiatan-

    kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau yang

    diteladankan oleh pendidik PAK, misalnya pendidik tidak suka marah-marah

    di dalam kelas, pendidik selalu rapi dalam berpakaian dan menghargai serta

    menghormati orang lain. Selain itu pendidik juga mengarahkan peserta didik

    untuk memiliki ketrampilan seperti bermain drama, bernyanyi dan juga

    membaca Alkitab. Namun materi pembelajaran atau nilai-nilai Kristiani yang

    sudah diterima dalam proses belajar mengajar PAK belum menjadi sebuah

    kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus atau menjadi sebuah hal yang

    sudah tertanam dalam diri peserta didik beragama suku Marapu tanpa harus

    diberitahu oleh pendidik PAK. Hal ini sesuai dengan ranah psikomotorik yang

    berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manipulatif atau keterampilan motorik

    4.2 Saran

    ` Dari penelitian tentang cara pengajaran PAK ditinjau dari perspektif taksonomi Bloom

    dan dampak pengajaran PAK bagi peserta didik beragama suku Marapu, maka penulis

    memberikan saran kepada beberapa pihak, yakni :

  • 30

    Saran Kepada Pendidik PAK

    Pembelajaran pada ranah kognitif, pendidik seharusnya tidak hanya menggunakan

    metode ceramah melainkan menggunakan metode yang bervariasi seperti metode

    diskusi, proyek, inquiry, dengan tujuan dapat menarik minat belajar serta perhatian

    dari peserta didik.

    Pembelajaran pada ranah afektif sebaiknya pendidik lebih memperhatikan model

    pembelajaran perjumpaan tidak langsung dalam hal ini meditasi atau refleksi dan

    merancang ibadah-ibadah kreatif, dengan tujuan supaya peserta didik dapat dibantu

    dalam pemberian ekspresi kepada Tuhan dan peserta didik dapat bertumbuh secara

    optimal.

    Pembelajaran pada ranah psikomotorik, pendidik seharusnya lebih kreatif dalam

    merancang proses pembelajaran dan tidak hanya menggunakan metode mendongeng

    melainkan juga menggunakan metode-metode yang lainnya seperti lakon/sandiwara,

    synectic, karyawisata, dengan tujuan dapat melatih peserta didik untuk lebih kreatif

    dan memiliki keterampilan.

    Pendidik seharusnya lebih membimbing peserta didik agar lebhi kreatif atau

    menghasilkan karya-karya untuk pertumbuhan iman peserta didik, seperti membuat

    drama, membuat puisi dan karya seni lainnya.

    Pendidik seharusnya semakin meningkatkan relasi dan komunikasi dengan orang tua

    peserta didik, agar tujuan pembelajaran PAK di sekolah dapat diterapakan dengan

    baik oleh para peserta didik dimanapun mereka berada.

    Saran Kepada Peserta Didik

    Peserta didik seharusnya lebih serius dan berusaha dalam menerapkan nilai-nilai

    Kristiani dalam kehidupan sehari-hari, misalnya peserta didik mengaplikasikan kasih

    kepada sesama dalam kehidupannya yang tercermin dalam tindakan mereka

    mengasihi orang tua, saudara maupun teman-teman.

    Peserta didik seharusnya lebih sungguh-sungguh mengembangkan aspek afektif

    dengan cara semakin rajin dan giat ke sekolah minggu, berdoa dan membaca Alkitab.

    Peserta didik seharusnya mampu menghasilkan karya sederhana berdasarkan materi-

    materi yang telah diajarkan oleh pendidik, misalnya peserta didik dapat membuat

    cerita tentang bagaimana kasih Allah dalam kehidupan mereka atau membuat cerita

    tentang bagaimana mereka hidup berdampingan dengan orang lain.

  • 31

    DAFTAR PUSTAKA

    Atmadja, Hadinoto, N.K. 1990. Dialog dan Edukasi. Jakarta: BPK.Gunung Mulia

    Benson. Clerence H. 2007. Teknik Mengajar,.Malang:Gandum Mas

    Boehkle, Robert R. 2005. Sejarah Perkembagan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama

    Kristen: Dari Yohanes Amos Comenius Sampai Perkembangan PAK di Indonesia.

    Jakarta: BPK Gunung Mulia.

    Cremers. Agus. 1995. Tahap-Tahap Perkembangan Kepercayaan Menurut James W. Fowler.

    Yogyakarta: Kanisius.

    Daun, Paulus. 1989. Pengantar Ke dalam Sekolah Minggu anak-anak. Manado: Yayasan

    Daun Familiy

    Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variable. Jakarta:

    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

    Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.2003.Undang-undang Republik

    Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional. Jakarta

    Gangel, K.O, H.G, Hendrik. 1988. The Chistian Educator Handbook on Teaching. San

    Fransisco: Viktor Book

    Groome, Thomas H. 2010. Pendidikan Agama Kristen: Berbagi Cerita dan Visi Kita. Jakarta:

    BPK Gunung Mulia.

    Haryati, Mimin. 2007. Model Dan Teknik Pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung

    Persada Press.

    Homrighausen, E.G. & Enklaar, I.H. 1985.Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung

    Mulia.

    Koentjaraningrat. 1991. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia.

    Koesuma A. Doni. 2007. Pendidikan Karakter. Bandung: PT Grasindo

    Krueger, Richard A. 1998. Focus Groups : A Practical Guide For Applied Research.

    Newburg Park, Calif : Sage Publications.

    Moleong, Lexy J. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya.

    Mulyasa, E. 2011.Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

    Natsir , Mo. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

    Nuhamara, Daniel. 2007. Pembimbing PAK. Bandung: Jurnal Info Media.

    Palekahelu, Dharmaputra . 2010. Marapu, Kekuatan di Balik Kekeringan. Salatiga: FTI

    UKSW.

    Sanjaya, Wina, 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana

    Prenada Media Group

  • 32

    Sidjabat, B. Samuel, 1994. Strategi Pendidikan Kristen. Yogyakarta: ANDI

    Sitanggang, Sariaman, 2007. Konsep, Strategi Pembelajaran & Penilaian Sikap Peserta

    Didik (Hal Mendasar dalam Pendidikan Agama Kristen). Jakarta: CV.Engkrateia

    Putra Jaya

    Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Belajar Dan Umpan Balik. Jakarta: PT Grasindo.

    Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

    Sukardi, H.M. 2011. Evaluasi Pendidikan, Prinsip Dan Operasionalnya. Jakarta: PT Bumi

    Askara.

    Sumiyatiningsih, Dien. 2006. Mengajar dengan Kreatif dan Menarik. Yogyakarta: ANDI.

    Tilaar, H.A.R. dan Riant Nugroho. 2008. Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka

    Pelajar.

    Uno B. Hamzah, 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

    Wellem, F.D. 2004. Injil dan Marapu. Jakarta: BPK Gunung Mulia

    Jurnal :

    Yuwanda, Esther Christiana, “Pendidikan Yang Memanusiakan Manusia”, Jurnal Pendidikan

    Penabur, no.19. (2012):85

    Internet :

    http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/pengertian-pendekatan-metode-teknik.html, diunduh

    pada tanggal 05 Juni 2013, Pukul 10.06

    http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/pengertian-pendekatan-metode-teknik.html