PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

139
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN SIKAP SOLIDER SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Patricius Daru Nakula NIM: 061124023 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

Transcript of PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

Page 1: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN SIKAP SOLIDER

SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Patricius Daru Nakula

NIM: 061124023

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

Page 2: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …
Page 3: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …
Page 4: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh syukur kepada Allah Bapa di Surga,

kupersembahkan skripsiku ini untuk keluarga besarku,

kedua orangtuaku Bapak Sukiman Laurentius dan Ibu Yoanita Sumiyati;

saudara, saudariku Petrus Chanel Danan Jaya, Cyrillus Daru Sadewa, Vincentia

Retno Kusumaningrum, dan teman dekatku Winda Puspita Sari;

Seluruh siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

Page 5: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

v

MOTTO

“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena di

dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk

berhasil” (Mario Teguh).

Page 6: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 07 April 2011

Penulis

Patricius Daru Nakula

Page 7: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta:

Nama : Patricius Daru Nakula

NIM : 061124023

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA

MENGEMBANGKAN SIKAP SOLIDER SISWA KELAS X SMA

PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA .

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam

bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan

secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk

kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta,

07 April 2011

Yang menyatakan,

Patricius Daru Nakula

Page 8: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN SIKAP SOLIDER SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA. Judul ini dipilih bedasarkan kenyataan bahwa dewasa ini banyak keprihatinan yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita baik itu akibat kemiskinan, bencana alam, pengangguran, dll. Dari keprihatinan-keprihatinan tersebut diperlukan suatu sikap yang dapat menggerakkan seseorang untuk peduli dan peka terhadap apa yang dirasakan orang lain. Salah satu sikap yang dapat dikembangkan ialah dengan mewujudkan sikap solider terhadap sesama yang sedang mengalami keprihatinan. Sikap solider dapat dijumpai dalam proses pembelajaran yang ada di sekolah. Ada beberapa mata pelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan sikap solider. Salah satu mata pelajaran yang dirasa dapat membantu siswa dalam mengembangkan sikap solider ialah Pendidikan Agama Katolik.

SMA Pangudi Luhur merupakan salah satu sekolah yang melaksanakan mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dalam rangkaian proses pendidikan. Dari situasi tersebut maka penulis berusaha untuk menemukan peranan Pendidikan Agama Katolik di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dalam mengembangkan sikap solider siswa. Untuk memperoleh gambaran tentang sikap solider siswa kelas X dan sejauhmana peranan Pendidikan Agama Katolik dalam mengembangkan sikap solider siswa kelas X di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta maka penulis mengadakan penelitian. Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah 60 siswa yang mewakili 6 kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Dari hasil penelitian terungkap tentang gambaran sikap solider siswa di kelas X dan sejauhmana peranan Pendidikan Agama Katolik dapat mengembangkan sikap solider siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

Dalam skripsi ini penulis juga memberikan sumbangan pemikiran terhadap proses Pendidikan Agama Katolik dalam mengembangkan sikap solider siswa di kelas X SMA Pangudi Luhur. Sumbangan pemikiran tersebut meliputi tujuan, materi-materi, metode-metode Pendidikan Agama Katolik yang dapat digunakan dalam meningkatkan sikap solider siswa. Pada bagian akhir dari sumbangan pemikiran, penulis menyusun empat rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan sikap solider siswa

Page 9: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

ix

ABSTRACT

This paper is titled CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION AS A MEANS OF EXPANDING X GRADE STUDENTS OF PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA’S SOLIDARITY. This title was chosen based on the fact that there are many concerns happen around us these days, caused by poverty, nature disaster, unemployment, and other concerns. Set out from the concerns, certain action that can motivate someone to be more care and sensitive about what other people feel is highly needed. One action that can be expanded is bringing the solidarity to concerned people into reality. The solidarity can be seen during the learning process in school. There are some subjects which can help students expanding their solidarity. One of them is Catholic Education subject.

Pangudi Luhur Senior High School is one of many schools which have Catholic Religious Education subject in their educational process. Set out from that situation, the writer tried to find the contribution of Catholic Religious Education in Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta in expanding students’ solidarity. To get the illustration of X grade students’ solidarity and to know how far the contribution of Catholic Religious Education in expanding X grade students of Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta’s solidarity is, the writer conducted a research. In this research, there are 60 students chosen as the sample, representing six class of X grade in Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta. From the result, the illustration of X grader’s solidarity and the contribution of Catholic Religious Education in expanding X grade students of Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta is revealed.

In this final paper, the writer also gave contribution in thinking to the process of Catholic Religious Education in expanding X grade students of Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta’s solidarity. Those contribution in thinking included the purpose, materials, Catholic Religious Education methods, which can be used to increase students’ solidarity. On the last part of those contributions in thinking, the writer prepared four lesson plans which can be used to increase students’ solidarity.

Page 10: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

x

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas limpahan berkat dan anugerah dari Allah Bapa di

surga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN

SIKAP SOLIDER SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR

YOGYAKARTA. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan

Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada:

1. Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed. selaku dosen pembimbing

yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan

bimbingan kepada penulis dengan sabar. Terima kasih atas segala motivasi,

saran, dan kritik selama penyusunan skripsi ini.

2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen wali II yang telah bersedia

membimbing dengan penuh kesabaran dan memberikan petunjuk berupa

saran-saran dan kritikan demi kemajuan penulis, perhatian, dorongan kepada

penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Sr. Krisanti, CB, S.pd., M.Pd. selaku dosen penguji yang telah bersedia

mendampingi penulisan skripsi, serta memberikan pengarahan dengan penuh

kesabaran.

4. Drs. Br. Herman Yoseph, FIC. selaku kepala sekolah SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta dan Drs. B. Sumarno, SFK, S.Kom, selaku guru Pendidikan

Agama Katolik yang telah membantu saya untuk mengadakan penelitian.

5. Segenap dosen dan seluruh karyawan Prodi IPPAK Falkutas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang telah membantu penulis

menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orangtuaku Bapak Sukiman Laurentius, Ibu Yoanita Sumiyati, dan

nenek serta Kakek, serta saudara-saudariku Petrus Chanel Danan Jaya,

Page 11: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

xi

Cyrillus Daru Sadewa, dan Vincentia Retno Kusumaningrum. Terima kasih

atas doa, semangat, dukungan, dan dorongan untuk segera menyelesaikan

skripsi.

7. Teman dekatku Winda Puspita Sari, yang telah memberikan semangat

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat angkatan 2006 di IPPAK; Antonius Yogi, Dismas

Fersandika, Catur Setya, Icok Ragil Prasetya, Br. Hariyadi, FIC., Sr.

Eufrasia, CB., Katharina Chandra Dewi, Lilis Yuniarwati, Oliva Luaq,

Maria Veronica, Gerardus Basty Kellen, dan lain-lain yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini namun tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada

skripsi ini. Saran dan kritik selalu penulis harapkan demi perbaikan di masa yang

akan datang.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

kemajuan dan perkembangan pendidikan dan pembaca pada umumnya.

Penulis

Patricius Daru Nakula

Page 12: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………… ......... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv

MOTTO……………………………………………………………………… .. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... vii

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

ABSTRACT .......................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................ x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvi

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 6

D. Manfaat Penulisan .............................................................................. 7

E. Metode Penulisan ............................................................................... 7

F. Sistematika Penulisan……………………………………………... .. 8

BAB II. POKOK-POKOK PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH ………………………… ................................................ 10

A. Pokok- Pokok Pendidikan Agama Katolik………… ......................... 11

1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik………………… .............. 11

2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik ….………….. ........................ 13

3. Bahan Pendidikan Agama Katolik ................................................. 15

4. Model Pendidikan Agama Katolik ................................................ 17

B. Peranan Guru Agama Di Sekolah……………………………… ....... 18

1. Spiritualitas Guru Sebagai Sahabat Dalam Peziarahan……… ..... 19

Page 13: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

xiii

2. Guru Agama Sebagai Pendidik Hidup Beriman………………. ... 20

3. Guru Agama Sebagai Pembimbing Hidup Rohani…………... ..... 20

4. Guru Agama Sebagai Saksi Iman……………………………… .. 22

BAB III. GAMBARAN SIKAP SOLIDER SISWA KELAS X DAN SUMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA………….…………............ 23

A. Gambaran Umum Situasi Sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. 24

1. Sejarah Singkat SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ........................ 24

2. Situasi Fisik SMA Pangudi Luhur Yogyakarta………………… . 25

3. Situasi Akademis SMA Pangudi Luhur Yogyakarta…………… . 26

a. Visi dan Misi ........................................................................... 26

b. Kegiatan Ekstrakurikuler dan Kegiatan Rutin ........................ 28

1) Retret dan Rekoleksi ........................................................ 28

2) Study Tour Dalam Provinsi ............................................. 29

3) Study Tour Luar Provinsi ................................................ 29

c. Struktur Organisasi ................................................................. 30

B. Keadaan Siswa Kelas X ………………….………..……...……….. 31

1. Jumlah Siswa…………………………………………………..... 31

2. Agama…………………………………………………………… 31

3. Keadaan Sosial- Ekonomi Keluarga Siswa……………………… 31

4. Gambaran Keadaan Komunikasi Siswa Kelas X………………… 32

C. Sikap Solider Di Dalam Hidup Siswa................................................ 32

1. Pengertian Sikap Solider ........................................................ 32

2. Pentingnya Sikap Solider Dalam Hidup Siswa ...................... 33

D. Penelitian Tentang Sumbangan Pendidikan Agama Katolik Dalam

Upaya Mengembangkasn Sikap Solider Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ……………………………………........ 34 1. Latar Belakang Penelitian……………………………………...... 34

2. Tujuan Penelitian ........................................................................... 35

3. Metodologi Penelitian ………………… .................................... .. 35

a. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. .. 36

b. Responden Penelitian ........................................................... .. 36

Page 14: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

xiv

c. Variabel Penelitian ............................................................... 36

E. Laporan Hasil Penelitian………………………………… ............. 37

1. Laporan Umum…………………………………….... ............... 37

2. Laporan dan Pembahasan Menurut Variabel……………….…. 38

a. Gambaran Situasi Siswa dan Sikap Solider Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta .................................... 38

b. Peranan Pendidikan Agama Katolik Dalam Mengembangkan Sikap Solider Siswa ................................ 44

F. Kesimpulan Hasil Penelitian ........................................................... 51

BAB IV. UPAYA PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN SIKAP SOLIDER SISWA KELAS X………………………………………………………... 53

A. Tujuan Pendidikan Agama Katolik Demi Pengembangan Sikap Solider Siswa ................................................................................... 54

B. Materi Pendidikan Agama Katolik Yang Mendukung Peningkatan Sikap Solider Siswa Kelas X………… ...................... 55 1. Aku Memiliki Kelebihan Kekurangan ........................................ 56

2. Sebagai Citra Allah Aku Dan Sesama Adalah Saudara .............. 57

3. Hati Nurani ................................................................................. 57

4. Pembinaan Suara Hati ................................................................. 57

C. Metode-Metode Pendidikan Agama Katolik Guna Meningkatkan Sikap Solider Siswa ................................................. 58 1. Metode Observasi Langsung ...................................................... 59

2. Metode Diskusi ........................................................................... 59

3. Metode Praktek ........................................................................... 60

4. Metode Refleksi .......................................................................... 61

D. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik Dalam Mengembangkan Sikap Solider Siswa SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ............................................................................ 62 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ………………………. .. 64

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ……………………… .. 74

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III ...................................... 81

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV ...................................... 91

Page 15: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

xv

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 98

A. Kesimpulan ...................................................................................... 98

B. Saran-saran ...................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 100

LAMPIRAN ..................................................................................................... 101

Lampiran 1: Surat ijin penelitian .................................................... (1)

Lampiran 2: Surat keterangan pelaksanaan penelitian .................... (2)

Lampiran 3: Soal kuesioner penelitian ……………………… ....... (3)

Lampiran 4: Contoh jawaban kuisioner siswa Kelas X ................... (8)

Lampiran 5: Lampiran yang digunakan dalam RPP……… ............ (18)

Page 16: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

xvi

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini meliputi Kitab Suci

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada

Umat Katolik Indonesia oleh Ditijen Bimas Katolik Departemen Agama Republik

Indonesia dalam rangka PELITA 1V). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

B. Singkatan dalam Dokumen Gereja

GE : Gravissimum Educationis, Pernyataan Uskup Paulus di dalam

Dokumen Konsili Vatikan II Tentang Pendidikan Kristen yang

dikeluarkan di gereja Santo Petrus Roma, 28 Oktober 1965.

C. Singkatan Lain

Art : Artikel

AC : Air Conditioner

Bdk : Berdasarkan

Br : Bruder

D.I.Y : Daerah Istimewa Yogyakarta

FIC : Fractum Immaculatum Conceptuionis

GBHN : Garis Besar Haluan Negara

IPA : Ilmu Pengetahuan Alam

Page 17: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

xvii

IPS : Ilmu Pengetahuan Sosial

KOMKAT : Komisi Kateketik

OSIS : Organisasi Siswa Induk Sekolah

PPL : Program Pengalaman Lapangan

SD : Sekolah Dasar

SGAK : Sekolah Guru Agama Katolik

SLB : Sekolah Luar Biasa

SMA : Sekolah Menengah Atas

SPG : Sekolah Pendidikan Guru

TK : Taman Kanak-Kanak

TU : Tata Usaha

UPT-MPK : Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian

UU RI : Undang-Undang Republik Indonesia

Page 18: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini banyak keprihatinan yang melanda negara kita. Kita dapat

menemui banyak keprihatinan yang disebabkan oleh kemiskinan, bencana alam, dll.

Banyak orang menjadi korban dari keprihatinan yang terjadi dewasa ini. Banyak anak

yang terpaksa harus putus sekolah karena keadaan ekonomi keluarga yang tidak

mendukung dalam pembiayaan anak di bangku sekolah. Jurang kekayaan antara

golongan menengah atas dengan menengah ke bawah makin hari makin lebar saja.

Banyak orang yang seakan tidak mau peduli terhadap keprihatinan yang terjadi di

tengah situasi kemiskinan sekarang ini. Untuk mengatasi keprihatinan di atas

diperlukan suatu sikap peduli terhadap keprihatinan yang dirasakan oleh sesama.

Salah satu wujud kepedulian terhadap keprihatinan yang dirasakan oleh sesama kita

ialah dengan bersikap solider dan berempati terhadap keprihatinan yang dirasakan

oleh orang lain.

Br. Yustinus Triyana, S.J., dalam materi seminar ”Pendidikan Karakter Dalam

Konteks Pengembangan Kekuatan Transformasi Masyarakat” mengatakan bahwa

empati merupakan identifikasi dengan pikiran, perasaan, atau pengalaman seseorang.

Empati terjadi dengan jalan seakan-akan orang mengalami apa yang dialami orang

lain. Empati ini muncul karena pengalaman kita memahami segala sesuatu dari sudut

pandang orang lain (UPT-MPK, 2010:14)

Sikap solider dapat ditanamkan dan dilatih ke dalam diri anak-anak sejak usia

dini. Sikap solider ini ditanamkan pertama kali di dalam lingkup keluarga. Selain itu

Page 19: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

2

sikap solider juga bisa ditanamkan lewat lingkup pendidikan iman di sekolah.

Pendidikan iman merupakan sesuatu yang penting bagi perkembangan hidup

manusia. Salah satu cara untuk memperoleh pendidikan iman dalam dunia pendidikan

ialah dengan mengikuti pendidikan agama di sekolah. Pendidikan agama merupakan

salah satu mata pelajaran yang ada di dalam sekolah. Dari Sekolah Dasar sampai

dengan Sekolah Menengah Atas siswa memperoleh pendidikan agama untuk

memperkembangkam iman mereka. Selain untuk memperkembangkan iman,

pendidikan agama juga diharapkan dapat memperkembangkan pribadi siswa secara

utuh.

Di dalam lingkungan sekolah Katolik, pendidikan agama yang diberikan ialah

Pendidikan Agama Katolik. Melalui Pendidikan Agama Katolik di sekolah, siswa

diharapkan dapat terbantu untuk menemukan kesesuaian antara iman dengan

kehidupan sehari-hari. Pendidikan agama dipahami sebagai salah satu perwujudan

iman. Iman yang sejati menggerakkan seseorang untuk berjuang demi transformasi

sosial. Menurut Romo Van Lith selain memperkembangkan martabat hidup

seseorang, pendidikan harus membantu para peserta didik untuk menjadi pelaku-

pelaku perubahan sosial (bdk. Banawiratma, 1991:29-31). Dalam hal ini transformasi

sosial merupakan cara atau sarana yang membantu siswa untuk menumbuhkan sikap

perduli terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain. Groome di dalam buku Heryatno

yang berjudul ”Pokok- pokok Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah” mengatakan

bahwa salah satu sifat dasar pendidikan yang dapat ditekankan dalam Pendidikan

Agama Katolik ialah kegiatan yang bersifat politis (Heryatno, 2008: 14-18).

Pendidikan yang bersifat politis ini mengajak semua pihak yang terlibat di

dalamnya sebagai makhluk sosial dengan penuh kesadaran mengambil bagian dalam

penataan hidup bersama agar kenyataan hidup yang bersifat personal dan publik

Page 20: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

3

saling mendukung. Sifat ini mendorong peserta didik untuk berfikir kritis, beriman

dewasa dan memiliki keprihatinan dalam permasalahan sosial yang ada di sekitarnya

(Heryatno, 2008: 18).

Ada tiga hal yang dapat dipandang sebagai orientasi atau tujuan Pendidikan

Agama Katolik: yaitu demi terwujudnya Kerajaan Allah di tengah kehidupan

manusia, demi kedewasaan iman, dan demi kebebasan manusia. Yang ditekankan

dalam Pendidikan Agama Katolik bukan pengajaran agama saja tetapi proses

perkembangan (dan pendewasaan) iman, harapan dan kasih. Pendidikan Agama

Katolik juga dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman yang diselenggarakan

oleh Gereja, sekolah, keluarga, dan kelompok jemaat beriman lainnya yang bertujuan

agar pribadi siswa dapat semakin beriman pada Tuhan Yesus Kristus sehingga nilai-

nilai Kerajaan Allah dapat terwujud di tengah-tengah hidup mereka. Kerajaan Allah

di sini dipahami sebagai kekuatan Allah sebagai Tuhan pencipta yang

menyelenggarakan dan menyelamatkan umat manusia. Kekuatan di sini dipahami

sebagai sifat utama Allah yang penuh belas kasih, sabar, dan setia untuk mewujudkan

keadilan, kedamaian, cinta kasih dalam hidup manusia (Heryatno, 2008: 25-26)

Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dapat dikatakan berhasil jika

tujuan-tujuan Pendidikan Agama Katolik terpenuhi. Salah satu tujuan yang terdapat

dalam buku Perutusan Murid-Murid Yesus Pendidikan Agama Katolik untuk

SMU/SMK Buku Guru I ialah siswa mampu berperilaku, bertindak dan berkembang

dalam kepribadian sesuai dengan ajaran imannya (Komkat KWI 2007:5). Tujuan

Pendidikan Agama Katolik tersebut mengarahkan agar para siswa nantinya dapat

memperkembangkan dan mewujudnyatakan ajaran iman Katolik yang mereka miliki

dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain iman peserta didik yang diwujudkan

dalam hidup sehari-hari merupakan bukti nyata dari perkembangan iman mereka.

Page 21: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

4

Perkembangan iman peserta yang utuh merupakan salah satu hal yang sangat

penting. Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai komunikasi penghayatan iman

atau pengalaman iman yang tentunya akan memperkaya dan meneguhkan iman

peserta didik. Iman yang sungguh dihayati dapat menggerakkan seseorang untuk

bersikap belas kasih, berbuat kebaikan pada sesamanya, peka dan perduli pada yang

miskin serta menderita. Iman yang sejati juga dapat membuat seseorang rindu dan

ingin dekat dengan Tuhannya. Iman dalam diri seseorang dapat menggerakkan hidup,

memberi dasar kepada harapan dan dinyatakan dalam kasih terhadap sesamanya.

Kasih terhadap sesama merupakan salah satu bentuk perwujudan nilai-nilai Kerajaan

Allah di tengah-tengah hidup manusia.

Dalam pembaharuan pendidikan nasional yang didasarkan pada GBHN

pemerintah juga menjunjung tinggi dan mementingkan pendidikan agama di sekolah.

Pendidikan agama juga memiliki kedudukan yang sepadan dengan mata pelajaran

lain. Pendidikan tidak hanya mempersiapkan peserta didik untuk mendapatkan

pekerjaan tetapi lebih-lebih untuk menjalankan dan memperkembangkan kehidupan.

Hal-hal mendasar yang diperlukan oleh peserta didik untuk hidup itulah yang

ditekankan di dalam pendidikan.

Sikap solider yang dimiliki oleh setiap individu akan membawa individu

tersebut ke dalam penemuan identitas diri. Penemuan identitas diri dalam diri

seseorang melalui suatu proses yang diperoleh dalam pengalaman hidup sehari-hari.

Identitas diri ini dapat diperoleh dengan cara melatih dan mengembangkan segi

spiritual yang ada pada diri seseorang. Penemuan identitas diri siswa di dalam

lingkungan sekolah dapat diperoleh dari pendidikan yang bervisi spiritual.

Pendidikan yang bervisi spiritual dapat sungguh terwujud jika suasana sekolah-

sekolah katolik dijiwai oleh cinta kasih. Pendidikan yang bervisi spiritual ini juga

Page 22: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

5

dapat dilihat di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

mempunyai visi untuk mewujudkan komunitas iman dengan cara menempatkan Sang

Guru Sejati sebagai pusat hidup dalam upaya membangun persaudaraan sejati serta

menanggung karya bersama dalam pendampingan kaum muda menuju pribadi yang

dewasa, beriman, berpengetahuan, terampil, bermartabat, berbudi pekerti luhur dan

terbuka menghadapi tantangan zaman (http://www.pangudiluhur.org/)

Visi yang dimiliki oleh SMA Pangudi Luhur di atas memaparkan pentingnya

membangun persaudaraan sejati dalam pendampingan menuju pribadi yang dewasa

dan beriman. Dengan visi tersebut siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan

pribadi yang dewasa dan beriman melalui keseharian mereka. Mengembangkan

pribadi yang dewasa dan beriman dapat diungkapkan dengan mewujudkan kasih

terhadap sesama yang membutuhkan. Perwujudan kasih terhadap sesama ini juga

dapat dilakukan dengan bersikap solider kepada sesama yang membutuhkan.

Di SMA Pangudi Luhur sikap peduli kepada sesama yang membutuhkan telah

dilatih mulai dari Kelas X sampai kelas XII. Setiap hari Jumat pihak sekolah dibantu

oleh OSIS mengedarkan kotak untuk sumbangan terhadap sesama yang

membutuhkan. Dana yang terkumpulkan digunakan untuk membantu sesama yang

membutuhkan dan yang sedang mengalami musibah bencana alam. Mengumpulkan

dana untuk membantu sesama yang membutuhkan hanya merupakan sebagian kecil

dari salah satu bentuk perwujudan sikap solider. Sikap solider bisa dilatih melalui

pendekatan-pendekatan dalam proses belajar.

Dalam proses belajar mengajar kita dapat menggunakan metode-metode yang

mendukung. Salah satu metode yang dapat digunakan yakni dengan observasi untuk

melihat secara langsung keprihatinan yang terjadi, dll. Dengan ikut merasakan

keprihatinan yang dirasakan oleh orang lain lewat kegiatan observasi secara langsung

Page 23: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

6

siswa diharapkan dapat tergerak hatinya untuk mengembangkan serta mewujudkan

sikap solider. Lewat metode belajar yang mendukung tersebut diharapkan tujuan dari

Pendidikan Agama Katolik mengenai perkembangan iman yang utuh dalam diri siswa

dapat terwujud.

Pendidikan Agama Katolik merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk

memperkembangkan iman siswa secara utuh. Oleh sebab itu hendaknya Pendidikan

Agama Katolik dapat menjadi sarana untuk memperkembangkan siswa. Berdasarkan

latar belakang di atas penulis memberi judul skripsi ini: PENDIDIKAN AGAMA

KATOLIK DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN SIKAP SOLIDER SISWA

KELAS X SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA. Lewat Skripsi ini penulis

berharap dapat ikut meningkatkan peranan Pendidikan Agama Katolik dalam

mengembangkan sikap solider siswa kelas X di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan memberi perhatian khusus pada

masalah sebagai berikut :

1. Apa saja pokok-pokok dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah?

2. Sejauh mana sikap solider antar siswa kelas X SMA Pangudi Luhur sudah

terwujud?

3. Bagaimana cara Pendidikan Agama Katolik dalam upaya meningkatkan

sikap solider di SMA Pangudi Luhur?

C. Tujuan Penulisan

1. Menjabarkan pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di sekolah.

Page 24: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

7

2. Mengetahui sikap solider siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

yang sudah terwujud selama ini

3. Mendeskripsikan cara Pendidikan Agama Katolik dalam upaya

mengembangkan sikap solidaritas siswa kelas X SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagi SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

a. Memberikan gambaran tentang kegiatan dan peranan Pendidikan

Agama Katolik di SMA Pangudi Luhur.

b. Memberikan gambaran tentang sikap solider siswa kelas X di SMA

Pangudi Luhur.

2. Bagi Penulis

a. Mengetahui peranan pendidikan Agama Katolik dalam upaya

mengembangkan sikap solider antar siswa.

b. Membantu penulis dalam menyusun sumbangan pemikiran Pendidikan

Agama Katolik dalam mengembangkan sikap solider siswa.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis

berdasarkan studi dan analitis pustaka, dilengkapi dengan penelitian yang diperoleh

melalui kuisioner yang dibagikan serta diisi oleh siswa guna mendapatkan gambaran

tentang sikap solider siswa yang ada di kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

Page 25: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

8

F. Sistematika Penulisan

Penulisan diolah dalam lima bab dengan menggunakan metode deskriptif

analitis, yaitu dengan mengolah dan menyajikan data yang diperoleh melalui studi

pustaka dan data dari hasil penelitian. Untuk memperoleh gambaran yang jelas

mengenai penulisan ini, penulis akan menyampaikan pokok-pokok sebagai berikut:

BAB I : Bab ini berisi latar belakang penulisan, rumusan masalah,

tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan

sistematika penulisan.

BAB II : Bab ini berisi tentang pokok-pokok dalam Pendidikan Agama

Katolik, antara lain: pengertian tentang Pendidikan Agama

Katolik, tujuan Pendidikan Agama Katolik, bahan Pendidikan

Agama Katolik, model Pendidikan Agama Katolik, serta

peranan guru Pendidikan Agama Katolik sebagai sahabat

dalam peziarahan, pendidik hidup beriman, pembimbing

hidup rohani dan sebagai saksi iman.

BAB III : Bab ini menguraikan tentang gambaran umum situasi sekolah

SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dan metodologi penelitian

yang disertai dengan pembahasan hasil penelitian tentang

sikap solider siswa dan peranan Pendidikan Agama Katolik di

kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

BAB IV : Bab ini berisi tentang sumbangan pemikiran terhadap proses

Pendidikan Agama Katolik dalam meningkatkan sikap

solider siswa kelas X yang meliputi: tujuan, materi pokok dan

metode Pendidikan Agama Katolik yang dapat

mengembangkan sikap solider siswa kelas X . Pada akhir bab

Page 26: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

9

ini penulis menyusun empat rencana pelaksanaan

pembelajaran yang dapat meningkatkan sikap solider siswa

kelas X.

BAB V : Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

Page 27: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

10

BAB II

POKOK - POKOK

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH

Dalam bab I dikemukakan bahwa iman yang sejati menggerakkan seseorang

untuk berjuang demi transformasi sosial. Menurut Romo Van Lith selain

memperkembangkan martabat hidup seseorang, pendidikan harus membantu para

peserta didik untuk menjadi pelaku-pelaku perubahan sosial (bdk. Banawiratma,

1991:29-31). Sebagai salah satu bentuk pendidikan iman, Pendidikan Agama Katolik

di sekolah bersifat holistik sehingga dalam proses pelaksanaannya Pendidikan Agama

Katolik diharapkan dapat memperkembangkan dimensi pribadi siswa secara

menyeluruh. Salah satu tujuan dari pendidikan iman ialah terwujudnya Kerajaan

Allah di tengah-tengah hidup mereka.

Kerajaan Allah di sini dipahami sebagai tindakan Allah sebagai Tuhan pencipta

dan penguasa sejarah yang menyelenggarakan dan menyelamatkan umat manusia.

Dalam hal ini tindakan Allah diwujudkan sesuai dengan sifat utama Allah yang penuh

belas kasih, sabar, dan setia serta kehendak Allah akan adanya keadilan, kedamaian,

cinta kasih, dll (Heryatno, 2008: 25-26). Dengan mewujudkan sifat-sifat utama Allah

tersebut, secara tidak langsung siswa juga mewujudkan Kerajaan Allah di tengah-

tengah hidup mereka.

Bab II skripsi ini membahas tentang pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik

di sekolah. Isi dari bab II ini membahas tentang pengertian Pendidikan Agama

Katolik, tujuan Pendidikan Agama Katolik, bahan Pendidikan Agama Katolik, model-

model Pendidikan Agama Katolik, serta peranan guru Pendidikan Agama Katolik

Page 28: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

11

sebagai sahabat dalam peziarahan, pendidik hidup beriman, pembimbing hidup

rohani, dan sebagai saksi iman.

A. Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik

1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan adalah salah satu usaha yang terus-menerus untuk memungkinkan

manusia semakin memanusiakan dirinya. Pendidikan merupakan usaha untuk

membimbing manusia agar mampu menempuh hidupnya dengan baik. Pendidikan

yang baik adalah pendidikan yang menuju kepada kebaikan, mengenai manusia

seutuhnya dan berlangsung seumur hidup.

Dalam UU RI No. 20 tahun 2003, pasal 1, ayat 1, dikatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan negara. Ini berati bahwa pendidikan dipandang sebagai pilar pembentuk manusia dan perkembangan masyarakat.

UU RI No. 20 tahun 2003, pasal 1 ayat 1 menegaskan ”Pendidikan agama

bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami

dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama”. Ini

mengandung arti bahwa pendidikan agama memiliki peran yakni menjadi pemandu

dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat.

Menyadari peran pendidikan agama tersebut, maka internalisasi dari nilai-nilai agama

dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah kebutuhan yang ditempuh dalam

pendidikan.

Page 29: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

12

Pendidikan agama adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam

pembentukan anak didik agar supaya mereka hidup sesuai ajaran-ajaran agama

(Efendi, 2008: 91).

Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa untuk memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama untuk mewujudkan persatuan nasional (Komisi Kateketik, 2007: 11).

Mary Boys di dalam bukunya Educating in Faith: Maps and Visions

mendefinisikan Pendidikan Agama Katolik sebagai ”the making accesible of the

traditions of the religious community and the making manifest of the interinsic

connection between traditions and tranformation”. Pendidikan Agama Katolik

berperan membuka jalan selebar-lebarnya agar setiap siswa memiliki akses untuk

sampai kepada harta kekayaan iman komunitas (tradisi). Tradisi yang sungguh

dihayati menurut kebutuhan hidup beriman siswa pada suatu zaman tertentu secara

intrinsik dapat memberdayakan mereka dalam memperkembangkan hidup dan

imannya (Heryatno, 2008: 19).

Dari pernyataan Mary Boys tersebut dapat dipahami bahwa Pendidikan Agama

Katolik memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menghayati dan

mengembangkan nilai-nilai ajaran iman Katolik dalam hidup sehari-hari. Nilai-nilai

ajaran iman Katolik yang sangat diutamakan ialah nilai cinta kasih terhadap sesama.

Di sini siswa dapat dilatih untuk mengembangkan nilai cinta kasih terhadap sesama

teman maupun sesama yang sedang membutuhkan. Wujud cinta kasih inilah yang

merupakan salah satu bentuk perwujudan nilai-nilai ajaran iman Katolik.

Pada hakikatnya Pendidikan Agama Katolik merupakan pendidikan yang

bervisi spiritual. Bervisi spiritual artinya Pendidikan Agama Katolik memberikan

inspirasi hidup kepada para siswa. Selain itu, Pendidikan Agama Katolik juga

Page 30: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

13

diharapkan secara konsisten terus berusaha untuk memperkembangkan kedalaman

hidup siswa, memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka. Pendidikan Agama

Katolik juga berusaha membantu siswa memperkembangkan jiwa dan interioritas

hidup mereka. Jiwa merupakan tempat di mana Allah bersemayam dan karena itu

membuat manusia merasa rindu kepadaNya dan peduli pada hidup sesamanya

(Heryatno, 2008: 14).

Mangunwijaya sebagaimana yang disitir oleh Heryatno menyatakan hakikat

Pendidikan Agama Katolik sebagai komunikasi iman. Sebagai komunikasi iman

Pendidikan Agama Katolik perlu menekankan sifatnya yang praktis. Bersifat praktis

berarti Pendidikan Agama Katolik lebih menekankan tindakan dari pada konsep atau

teori. Oleh sebab itu Pendidikan Agama Katolik lebih menekankan proses

perkembangan, pendewasaan iman, serta peneguhan pengharapan dan perwujudan

kasih terhadap sesama ( Heryatno, 2008: 15-16).

Proses Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai salah satu proses

pengembangan iman. Iman yang sejati menggerakkan orang untuk berjuang demi

transformasi sosial. Pendidikan di sini dipahami sebagai mediasi atau jalan menuju

transformasi sosial. Hal ini hampir sama dengan yang dikatakan oleh Mgr. I Suharyo,

Uskup Agung Semarang, yang menegaskan tujuan Pendidikan Agama Katolik untuk

memperjuangkan humanisme sosial (Heryatno, 2008: 14).

2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik

Dalam Gravissimum Educationis ditegaskan bahwa ada dua tujuan dasar

pendidikan yakni memperkembangkan pribadi manusia dan memperjuangkan

kesejahteraan umum (GE. Art. 1). Kedua tujuan di atas tidak terpisahkan tetapi saling

berkaitan secara erat. Perkembangan pribadi seseorang secara utuh tidak akan

Page 31: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

14

terwujud apabila dipisahkan dari usaha nyata demi terwujudnya kesejahteraan umum.

Menurut istilah sekarang tujuan pendidikan adalah demi tercapainya perkembangan

setiap pribadi secara utuh demi pembentukan masyarakat yang berkeadaban dan

sejahtera (Heryatno, 2008: 13).

Perkembangan pribadi yang utuh di sini dipahami sebagai perkembangan dalam

pribadi siswa, bukan hanya semata-mata pengetahuan saja melainkan juga meliputi

perkembangan iman siswa. Perkembangan iman yang ingin dicapai ialah

perkembangan iman yang berlangsung sepanjang hayat. Jadi, ketika siswa sudah lulus

dari bangku sekolah ia masih dapat memperkembangkan iman yang ada dalam

dirinya. Dengan demikian siswa juga dapat membentuk iman dalam diri mereka di

lingkungan masing-masing tempat mereka tinggal.

Pendidikan Agama Katolik pada dasarnya bertujuan agar siswa mempunyai

kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup

iman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki

keprihatinan tunggal, yakni kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan

peristiwa keselamatan: situasi dan perjuangan untuk keadilan, kebahagiaan dan

kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang

dirindukan oleh setiap orang dari pelbagai agama dan kepercayaan (Komkat 2007: 7).

Pendewasaan iman yang menjadi tujuan formal pendidikan iman merupakan

suatu proses yang berlangsung seumur hidup. Dalam pendidikan iman, pendewasaan

iman tidak terpisahkan dari pendewasaan kepribadian seseorang. Yang menjadi salah

satu fokus pendidikan iman ialah perkembangan manusia secara utuh. Iman yang

dewasa dapat diartikan sebagai iman yang berkembang semakin matang secara penuh

dan bersifat holistik yang mencakup dari segi pemikiran, hati, dan praksis (Heryatno,

2008: 23).

Page 32: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

15

Sebagai proses pendewasaan iman di sekolah Pendidikan Agama Katolik

diharapkan membantu memperkembangkan iman siswa secara seimbang. Iman di sini

dipahami bukan hanya sebagai kata benda tetapi sebagai kata kerja, yaitu beriman.

Supaya makin matang, iman menuntut perwujudan dalam tindakan konkret. Untuk itu

dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik diharapkan dapat membantu

para siswa dalam mewujudkan iman melalui tindakan konkret. Dengan iman yang

dihayati dan diwujudkan para siswa dapat menyadari relevansi imannya dalam

hidupnya.

Dalam pembaharuan pendidikan nasional yang didasarkan pada GBHN,

pemerintah menegaskan bahwa semua lembaga sekolah, semua bidang studi dan

semua kegiatan belajar mengajar serta semua kegiatan lain dalam rangka

terselengggaranya pendidikan nasional harus mengabdi kepada tercapainya suatu

tujuan pendidikan (Komkat, 2007:5). Salah satu tujuan yang ada dalam buku

Pendidikan Agama Katolik SMA pegangan guru ialah siswa mampu bertindak,

berperilaku, dan berkembang sesuai dengan ajaran imannya.

Dari tujuan di atas terlihat jelas bahwa perkembangan iman anak yang utuh

merupakan hal yang sangat penting. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama

Katolik, tentunya kebutuhan hidup beriman siswa perlu diperhatikan. Dengan

demikian akhirnya para siswa dapat terbantu dalam menghayati imannya dalam hidup

sehari-hari.

3. Bahan Pendidikan Agama Katolik

Dalam proses Pendidikan Agama Katolik, bahan menjadi salah satu faktor yang

sangat Penting dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Bahan

dijadikan sarana bagi guru untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran. Bahan

Page 33: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

16

pembelajaran hendaknya sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa untuk mencapai

tujuan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Salah satu bahan yang

dapat digunakan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik terdapat

dalam buku Pendidikan Agama Katolik. Buku Pendidikan Agama Katolik

mengandung 4 dimensi atau aspek ajaran iman, yakni: (Komkat, 2007:6)

a. Dimensi atau aspek pribadi siswa

Materi Pendidikan Agama Katolik harus menyentuh pribadi siswa dan

pengalaman hidupnya. Pengalaman hidup siswa dapat diolah sedemikian

rupa sehingga dapat menjadi bahan dalam Pendidikan Agama Katolik.

b. Dimensi pribadi Yesus Kristus

Yesus adalah pribadi penentu dalam ajaran iman Kristiani. Kekhasan

ajaran iman diwarnai oleh pribadi yang satu ini. Banyak teladan yang

dapat diambil dari sosok pribadi Yesus Kristus. Teladan Yesus ini

menjadi panutan bagi siswa untuk bertindak dan berperilaku dalam

keseharian mereka.

c. Dimensi Gereja

Gereja merupakan persekutuan murid-murid Yesus yang melanjutkan

karya Yesus Kristus. Ajaran dan iman Gereja tumbuh dan berkembang

dalam persekutuan ini. Nilai-nilai ajaran Gereja sangat dibutuhkan oleh

siswa dalam membangun iman Katolik dalam diri. Peran Gereja dalam

hal ini juga dibutuhkan dalam mengembangkan iman siswa.

d. Dimensi Kemasyarakatan

Dimensi kemasyarakatan hendaknya menjadi materi Pendidikan Agama

Katolik. Sebagai bagian kecil dari masyarakat, tentunya para siswa dalam

Page 34: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

17

kesehariannya juga tinggal di lingkungan masyarakat. Di sini peran

masyarakat juga ikut ambil bagian dalam perkembangan pribadi siswa.

Buku Pendidikan Agama Katolik memiliki 20 materi. Setiap materi disertai

dengan Kompetensi dan tujuan yang menjadi arah dan tujuan bagi para guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran. Setidaknya kompetensi dan tujuan dari setiap

materi dapat tercapai dalam proses pembelajaran. Materi-materi yang ada dalam buku

Pendidikan Agama Katolik kelas X ini akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila

didukung dengan pengalaman yang mereka peroleh baik itu dari hasil pengamatan

maupun pengalaman yang pernah dialami oleh siswa. Oleh sebab itu dalam

penyusunan bahan-bahan Pendidikan Agama Katolik hendaknya juga disertakan

suatu pengalaman yang ada pada diri siswa.

4. Model Pendidikan Agama Katolik

Sebagai sarana untuk mengembangkan iman siswa, Pendidikan Agama Katolik

tentunya menggunakan beberapa macam model dalam pembelajaran. Model-model

yang dipakai hendaknya dapat mendukung siswa dalam mengembangkan imannya.

Sikap solider di sini merupakan salah satu bagian dari perwujudan iman siswa.

Dengan memiliki sikap solider, secara tidak langsung siswa juga telah menerapkan

cinta kasih yang merupakan salah satu perwujudan konkret dari iman.

Model merupakan salah satu pendekatan tertentu yang memiliki suatu kerangka

tertentu pula untuk suatu proses kegiatan penyelenggaraan pendidikan dalam iman

dengan langkah-langkah yang kurang lebih tetap. Sebagai salah satu pendekatan

dalam Pendidikan Agama Katolik model dewasa ini bersifat plural dan secara terus

mengalami perkembangan (Heryatno, 2008: 49).

Page 35: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

18

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pencapaian sikap

solider siswa ialah model yang berpusatkan pada hidup peserta. Model ini merupakan

reaksi yang ekstrem terhadap pedidikan yang bersifat dogmatis. Dalam proses

pendidikan yang ditekankan bukan menambah informasi, juga bukan menyampaikan

materi sebanyak-banyaknya tetapi secara kualitatif berusaha memanusiakan manusia

dan memperkembangkan kepribadiannya (Heryatno, 2008: 49).

Selain model yang berpusatkan pada hidup peserta, ada satu model lagi yang

dapat digunakan dalam Proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Model

tersebut ialah model praksis. Istilah praksis pada model ini ialah sintesis antara teori

yang ditekankan pada model transfer dengan pengalaman hidup yang digarisbawahi

oleh metode yang berpusatkan pada hidup peserta. Pendidikan tidak akan bernilai

kalau hanya menjejali peserta dengan sebongkah informasi saja. Pendidikan harus

memperluas wawasan konseptual mereka serta meningkatkan kesadaran dalam diri

siswa (Heryatno, 2008: 60).

B. Peranan Guru Agama di Sekolah

Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu bentuk karya

pewartaan Gereja yang dilaksanakan di sekolah dalam rangka menunjang tujuan

pendidikan nasional dan pendidikan Katolik yang bersifat menyeluruh menyangkut

aspek beriman siswa yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan

perwujudan dalam hidup. Dalam proses penyelenggaraan belajar mengajar

Pendidikan Agama Katolik, sosok figur guru yang memiliki spiritualitas sangatlah

diperlukan untuk memperkembangkan pribadi siswa secara utuh.

Figur guru yang digerakkan oleh spiritualitas yang bersifat kristosentris

membuat para guru memandang para siswa sebagai pusat perhatian. Itu berarti

memandang para siswa dengan kaca mata positif, di mana para siswa juga diciptakan

Page 36: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

19

oleh Allah menurut citra dan gambaranNya sendiri. Relasi penuh kepercayaan dan

persahabatan dengan Yesus menjadi dasar dan sumber spiritualitas guru Agama

Katolik (Heryatno, 2008: 95).

1. Spiritualitas Guru Sebagai Sahabat dalam Peziarahan

Spiritualitas merupakan sikap atau semangat dasar yang menggerakkan dan

secara serius diwujudkan dalam kehidupan. Spriritualias berkaitan erat dengan

tindakan konkrit seseorang yang berusaha memperkembangkan hidupnya dan hal itu

dikaitkan dengan relasinya pada Tuhan, sesama dan lingkungan. Spiritualitas beraitan

erat dengan segi interioritas seseorang, kedalaman hidup atau inti hidupnya yang

membentuk sikap, mengambil keputusan serta bertindak untuk menentukan pilihan

sesorang pada nilai-nilai yang dipegang, diwujudnyatakan, serta diperkembangkan

(Heryatno, 2008: 89).

Tugas mengajar, mendidik dan mendampingi hidup para peserta didik perlu

dipahami oleh para guru sebagai jalan untuk memperkembangkan spiritualitasnya

sebagai pendidik. Para guru senantiasa diundang untuk berkembang menuju

pemenuhan dan keutamaan hidup. Para guru senantiasa diundang untuk

memperkembangkan dan menghayati kecerdasan spiritual mereka dengan lebih

percaya kepada Yesus Kristus, pada sesama dan juga pada diri mereka sendiri

(Heryatno, 2008: 97).

Tugas sebagai seorang guru Pendidikan Agama Katolik yang tidak kalah

pentingnya ialah membantu siswa dalam mengembangkan iman yang mereka miliki.

Guru merupakan sosok figur yang diharapkan memiliki dedikasi di dalam

menjalankan tugas, memiliki perhatian, serta mampu menjalin hubungan yang akrab

dengan siswa-siswanya.

Page 37: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

20

2. Guru Agama Sebagai Pendidik Hidup Beriman

Pendidik adalah orang yang bertugas mendidik. Sebagai pendidik, guru juga

harus mendampingi siswa dalam perkembangannya menuju kedewasaan penuh. Agar

siswa mengalami perkembangan menuju kedewasaan tersebut, perlu dihasilkan

perubahan dalam kehidupan siswa. Perubahan hidup hanya mungkin terjadi bila siswa

sudah memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan Yesus. Dengan dasar ini, barulah

guru dapat menghubungkan kebenaran yang diajarkan dengan kehidupan atau

permasalahan yang mereka hadapi dalam kenyataan ( Yoke Tode, 1993 : 11-21).

Seorang guru Pendidikan Agama Katolik memiliki tugas untuk mendidik hidup

siswa agar semakin beriman. Pendewasaan iman dalam diri siswa juga menjadi salah

satu tujuan dalam Pendidikan Agama Katolik. Oleh sebab itu guru Pendidikan Agama

Katolik diharapkan dapat mengarahkan siswa kepada perkembangan iman yang lebih

utuh. Seorang guru merupakan salah satu teladan bagi para siswa. Oleh sebab itu guru

hendaknya juga memiliki kedewasaan dalam hidup beriman agar bisa diteladan oleh

para siswanya di sekolah.

Tugas yang sangat penting dari seorang guru sebagai pendidik ialah membantu

siswa agar mampu menemukan ilham hidup dari kesulitan belajar mereka. Guru

diharapkan dapat memberikan diri dan melayani siapa saja, terutama para siswa yang

memiliki banyak kesulitan. Kepedulian dari para guru sangat dibutuhkan oleh para

siswa dalam peroses belajar mengajar (Heryatno, 2008: 97).

3. Guru Agama Sebagai Pembimbing Hidup Rohani

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai

pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri

Page 38: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

21

secara maksimum terhadap sekolah, keluarga dan masyarakat. Guru memiliki peranan

yang sangat penting dalam proses pendidikan. Oleh sebab itu guru merupakan faktor

utama dalam suatu proses pendidikan (Hamalik 2009:33-34)

Seorang guru hendaknya juga menjadi pembimbing, pengarah, pemberi

kemudahan dengan menyediakan berbagai macam fasilitas belajar, pemberi bantuan

bagi peserta yang mendapat kesulitan belajar, dan pencipta kondisi yang merangsang

dan menantang peserta untuk berfikir dan bekerja (Hamzah, 2007:17-18).

Peranan guru sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar merupakan

salah satu tugas dari figur seorang guru. Setiap guru bertugas memberikan dan

mendampingi siswa dalam memperoleh suatu pengetahuan, keterampilan dan

pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti tingkah laku pribadi dan spiritual di

masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah laku

sosial anak.

Tugas membimbing ini juga dimiliki oleh guru Pendidikan Agama Katolik.

Sebagai seorang guru Pendidikan Agama Katolik, guru memiliki tanggung jawab

dalam membimbing hidup rohani siswa. Banyak cara dapat ditempuh untuk

melaksanakan tugas guru sebagai pembimbing rohani. Guru Pendidikan Agama

Katolik dapat membuat acara-acara yang dapat membimbing hidup rohani siswa

seperti: retret, rekoleksi, misa sekolah, dll. Dengan acara-acara tersebut guru juga

telah melaksanakan tugasnya sebagai pembimbing hidup rohani siswa.

Bimbingan juga merupakan suatu upaya untuk membantu para siswa dalam

mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Di samping itu, bimbingan tersebut juga

dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang lebih luhur, yakni hidup baru dalam

Kristus. Perubahan hidup terwujud melalui hidup rohani siswa dalam kehidupan

sehari-hari.

Page 39: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

22

4. Guru Agama Sebagai Saksi Iman

Tugas guru yang tidak kalah pentingnya ialah menjadi saksi iman bagi para

siswa-siswanya. Dengan kesaksian iman pelajaran agama Katolik menjadi hidup,

karena tindakan seorang guru lebih penting dari ucapan. Sebagai seorang sosok

pendidik tentunya guru menjadi teladan bagi siswanya di sekolah.

Sebagai saksi iman hendaknya guru Pendidikan Agama Katolik menyadari

kerasulannya dengan tekun, untuk mengusahakan pendidikan moral dan keagamaan

bagi para siswa. Melalui kegiatan kerasulan tersebut guru Pendidikan Agama Katolik

menyampaikan ajaran keselamatan kepada para siswa dan membimbing iman mereka.

Oleh karena itu dalam menyampaikan ajaran keselamatan, guru Pendidikan Agama

Katolik memberi kesaksian hidupnya secara konkret. Tindakan-tindakan nyata dari

seorang guru Pendidikan Agama Katolik jauh lebih penting dari pada hanya teori.

Semakin lengkap kesaksian konkret yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama

Katolik, maka guru Pendidikan Agama Katolik akan semakin dipercaya dan dicontoh

oleh para siswa (GE, Art. 7).

Page 40: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

23

BAB III

GAMBARAN SIKAP SOLIDER SISWA KELAS X DAN

SUMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

DI SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA

Bertitik tolak pada bab II mengenai deskripsi tentang pokok-pokok Pendidikan

Agama Katolik, maka pada bab III ini penulis mendeskripsikan gambaran umum

situasi sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta serta tentang hubungan antara

Pendidikan Agama Katolik dengan sikap solider siswa kelas X. Untuk mendapatkan

data yang dibutuhkan, maka penulis melakukan penelitian. Penelitian ini

dimaksudkan untuk memperoleh gambaran keadaan siswa dan mengetahui

sumbangan Pendidikan Agama Katolik dalam mengembangkan sikap solider siswa

kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Data penelitian diharapkan dapat memberi

gambaran keadaan siswa kelas X dan peran dari Pendidikan Agama Katolik terhadap

sikap solider siswa kelas X. Berdasarkan keadaan siswa kelas X tersebut penulis akan

membuat suatu sumbangan pemikiran berbentuk usulan dalam perumusan tujuan

Pendidikan Agama Katolik, dalam penyusunan bahan-bahan dan penentuan metode

belajar Pendidikan Agama Katolik dalam upaya mengembangkan sikap solider siswa

yang akan dibahas pada bab IV. Sebelum melakukan penelitian penulis akan

menyampaikan gambaran umum tentang situasi sekolah SMA Pangudi Luhur yang

diperoleh melalui studi dokumen dan dari hasil observasi sewaktu penulis

melaksanakan PPL Pendidikan Agama Katolik di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

Gambaran umum tentang sekolah SMA Pangudi Luhur tersebut akan dijabarkan

sebagai berikut.

Page 41: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

24

A. Gambaran Umum Situasi Sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

SMA Pangudi Luhur Yogyakarta merupakan salah satu sekolah swasta Katolik

yang ada di Yogyakarta. SMA Pangudi Luhur merupakan sekolah dimana penulis

pernah melaksanakan PPL Pendidikan Agama Katolik Menengah. Selama proses PPL

Pendidikan Agama Katolik penulis banyak memperoleh data tentang gambaran

umum situasi SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Gambaran umum tentang SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta tersebut meliputi:

1. Sejarah Singkat SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

SMA Pangudi Luhur (PL) Yogyakarta yang terletak di pusat kota Yogyakarta

ini semula adalah Sekolah Guru A (Atas: dipersiapkan menjadi guru SMP) Khusus

Putra yang didirikan oleh para imam Jesuit pada bulan April 1942. Pada tanggal 9

Agustus 1952 sekolah ini diserahkan kepada para Bruder FIC yang kemudian

menempati gedung milik Bruder-bruder FIC di Jln Senopati 16, dan pada tahun 1965

secara resmi dikelola oleh Yayasan Pangudi Luhur (YPL) milik para Bruder FIC.

Tahun 1973 SGAK ini kemudian berubah menjadi SPG dan menerima siswa

putri. Setelah melewati perjalanan panjang, terjadi perubahan kurikulum tahun 1989,

maka mulai tahun itu SPG berubah menjadi SMA. Dua tahun sebelum itu gedung

sekolah resmi berpindah ke Jln.Senopati no 18 (hingga kini).

Seperti bayi yang baru lahir, SMA Pangudi Luhur memulai kehidupan baru

sebagai sebuah SMA di tahun tersebut. Berkat usaha keras dari orang-orang yang

terlibat di dalamnya, kini SMA PL sudah mengalami banyak kemajuan pesat terutama

dari segi fasilitas dan perkembangan sumber daya manusia di dalamnya. Tidak heran

jika di tahun 2005 SMA ini menerima Akreditasi dengan nilai A.

Di bawah pengelolaan para Bruder FIC, SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

bertumbuh menjadi sekolah yang mengunggulkan nilai-nilai kehidupan dalam setiap

Page 42: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

25

ilmu yang ditawarkan. Dengan demikian setiap pribadi yang ada di dalamnya akan

bertumbuh dalam kesadaran bahwa melalui ilmu pengetahuan hidupku akan

kubaktikan bagi Tuhan dan sesama (http://www.pangudiluhur.org/)

2. Situasi Fisik SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Gedung SMA Pangudi Luhur Yogyakarta terletak di dalam satu kompleks

dengan gedung TK dan gedung SD Pangudi Luhur yang membentang dari Timur ke

Barat, tepatnya di belakang Bank Indonesia. Letak SMA Pangudi Luhur sangat

strategis, jadi mudah untuk diketahui dan dijangkau kendaraan umum. Gedung yang

ada merupakan bangunan yang terdiri dari bangunan berlantai satu dan berlantai dua.

Halaman SMA Pangudi Luhur tidak begitu luas tetapi dapat digunakan untuk upacara

bendera, olah raga seperti basket, footsal, dan volley. Selain itu halaman ini juga bisa

dipakai untuk melakukan kegiatan ekstrakurikuler tertentu, seperti pleton inti, basket,

dan ekstrakurikuler lainnya. Gedung SMA Pangudi Luhur adalah gedung yang

permanen dan cukup kokoh. Hal tersebut terlihat dari bentuk bangunan dan

perawatannya. Pada dasarnya sekolah ini tidak begitu luas. Bangunan ini sulit untuk

diperluas lagi karena letaknya di kota dan diapit oleh Bank Indonesia dan SD/TK

Pangudi Luhur, sehingga penambahan kelas dan ruangan dapat dilaksanakan bila

gedung dibangun lagi dengan ditambah 1 lantai lagi.

Ruang kelasnya sudah cukup mendukung proses belajar mengajar. Ukurannya

cukup memadai dengan ventilasi dan jendela yang cukup banyak sehingga pergantian

udara cukup baik. Pada umumnya setiap ruang kelas memiliki penerangan yang

cukup baik. Di ruang kelas juga dilengkapi dengan fasilitas kipas angin dan pendingin

ruangan. Setiap anggota kelas selalu menjaga kebersihannya. Terbukti dari keadaan

kelas yang selalu tampak bersih dan rapi. Papan tulis white board sebagai sarana

Page 43: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

26

belajar juga sudah memadai. Kelengkapan jumlah kursi dan meja bagi siswa juga

terdapat di semua kelas. Di setiap kelas juga tersedia sarana multimedia yang sangat

mendukung dalam proses pembelajaran.

Ruang kantor kepala sekolah berada pada satu-satunya jalan keluar. Hal ini baik

karena memudahkan kepala sekolah memantau siswa yang ingin meninggalkan

sekolah atau membolos. Sedangkan ruang guru cukup luas dilengkapi dengan

berbagai unit komputer dan kursi tamu yang cukup banyak. Tempat parkir di SMA

Pangudi Luhur terdiri atas tiga bagian, yaitu tempat parkir untuk guru dan karyawan

yang berada di sekitar kantor kepala sekolah dan TU, sedangkan untuk siswa ada dua

bagian yaitu di lantai bawah dan lantai atas.

3. Situasi Akademis SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

a) Visi dan Misi

Suatu lembaga pendidikan berdiri karena memiliki tujuan sebagaimana yang

diuraikan dalam visi dan misi lembaga pendidikan tersebut. SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta sebagai lembaga pendidikan tentunya juga memiliki visi dan misi.

Visi SMA Pangudi Luhur sebagai berikut :

SMA Pangudi Luhur Yogyakarta merupakan tempat mewujudkan komunitas iman dengan cara menempatkan Kristus Yesus Sang Guru Sejati sebagai pusat hidup dalam upaya membangun persaudaraan sejati serta pendampingan kaum muda yang menuju pribadi dewasa, beriman, berpengetahuan, terampil, bermartabat, berbudi pekerti luhur dan terbuka menghadapi tantangan zaman (http://www.pangudiluhur.org/). Dari visi yang dimiliki oleh SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ini terlihat bahwa

SMA Pangudi Luhur merupakan suatu wadah atau tempat untuk membangun dan

membentuk siswa menjadi sosok pribadi yang dewasa, beriman, berpengetahuan,

terampil, bermartabat, berbudi pekerti luhur dan terbuka menghadapi tantangan

Page 44: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

27

zaman. Dalam visi juga dapat dilihat bahwa SMA Pangudi Luhur menempatkan

Kristus sebagai pusat dalam membangun persaudaraan sejati. Terwujudnya

persaudaraan sejati yang di tekankan dalam visi di atas ditandai dengan terciptanya

suatu relasi yang baik itu antara siswa, guru, dan karyawan. Visi yang dimiliki oleh

SMA Pangudi Luhur ini menjadi arah dasar sekolah dalam proses pendidikan. Selain

visi, SMA Pangudi Luhur juga memiliki misi dalam proses pendidikan.

Misi SMA Pangudi Luhur Yogyakarta:

Membantu, mendampingi siswa menemukan potensi yang dimiliki untuk dikembangkan secara optimal serta melatih siswa mandiri, bertanggung jawab, bermartabat, dan berbudi pekerti luhur, menghargai, menghormati sesamanya dan menerima diri sebagai pribadi yang unik sehingga menjadi pribadi dewasa (http://www.pangudiluhur.org/).

Dari misi yang dimiliki oleh SMA Pangudi Luhur Yogyakarta terlihat bahwa

tujuan misi SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ialah untuk mengembangkan diri siswa

agar memiliki pribadi yang dewasa. Dalam misi di atas, juga terlihat bahwa SMA

Pangudi Luhur membantu siswa dalam mengembangkan sikap-sikap yang

diwujudkan dalam membangun persaudaraan sejati. Misi yang dimiliki SMA Pangudi

Luhur ini merupakan cara yang digunakan untuk mencapai visi dari SMA Pangudi

Luhur.

Visi dan misi yang dimiliki oleh SMA Pangudi Luhur Yogyakarta saling

berhubungan. Visi merupakan arah dasar dari sekolah, sedangkan misi kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai visi sekolah. Untuk itu, visi dan misi

merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Misi

tidak akan ada tanpa adanya visi, sedangkan visi tidak akan terwujud tanpa adanya

misi. Sebagai suatu kesatuan, visi dan misi merupakan salah satu elemen yang

penting dari suatu institusi pendidikan.

Page 45: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

28

b) Kegiatan Ekstrakurikuler dan Kegiatan Rutin Sebagai Bentuk Kegiatan

Pengembangan diri Siswa-Siswi

Dalam rangka mengembangkan diri siswa, SMA Pangudi Luhur mempunyai

berbagai macam kegiatan. Salah satu kegiatan yang digunakan untuk

mengembangkan diri siswa ialah dengan kegiatan ekstrakurikuler. Banyak sekali

kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Kegiatan-

kegiatan ekstrakurikuler tersebut mencakup minat serta bakat siswa-siswi yang ada di

SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut antara lain:

elektronika robotik, bulu tangkis, komputer, pleton inti, volly, sepak bola, jurnalistik,

biola, band, paduan suara, renang, basket, english club, dsb. Setiap guru ambil bagian

dalam mendampingi kegiatan ekstrakurikuler.

Di samping kegiatan ekstrakurikuler SMA Pangudi Luhur Yogyakarta juga

mempunyai kegiatan rutinan. Para siswa SMA Pangudi Luhur mempunyai banyak

kegiatan. Selain mengikuti proses belajar mengajar di pagi hari, mereka juga masih

harus mengikuti kegiatan ekstra wajib dan juga diwajibkan memilih salah satu dari

ekstra kurikuler yang ditawarkan. Usaha-usaha lain yang dilakukan untuk

peningkatan kualitas lulusan antara lain:

1) Retret atau Rekoleksi

SMA Pangudi Luhur memiliki program untuk menanamkan nilai-nilai moral

dan iman dalam kegiatan rohaninya yaitu retret atau rekoleksi. Kegiatan ini memiliki

sasaran yaitu siswa-siswi SMA Pangudi Luhur dari kelas X sampai dengan kelas XII.

Kegiatan retret atau rekoleksi ini diadakan oleh pihak sekolah biasanya setiap satu

tahun sekali. Kegiatan retret ini biasanya dikoordinir oleh guru Pendidikan Agama

Katolik serta dibantu oleh guru-guru yang lain. Dengan retret atau rekoleksi ini siswa

diajak untuk dapat melihat kembali proses pergulatan studinya selama ini. Dari retret

Page 46: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

29

atau rekoleksi ini juga siswa diajak untuk melatih dan mengembangkan rohani

mereka supaya lebih matang.

2) Study Tour dalam Propinsi

SMA Pangudi Luhur memiliki program study tour di dalam propinsi

Yogyakarta untuk kelas X contohnya ke Kebun Binatang Gembira Loka. Kegiatan ini

bertujuan untuk melatih kepekaan siswa terhadap lingkungan alam. Masih banyak

lagi contoh study tour dalam provinsi yang dapat bermanfaat dan dapat memberikan

pengetahuan bagi diri siswa. Study tour dalam provinsi ini juga dapat digunakan

sebagai sarana untuk mempelajari sejarah dan budaya yang ada di dalam provinsi

Yogyakarta. Contohnya kegiatan study tour untuk mengenal sejarah dan budaya yang

ada di dalam propinsi ialah kunjungan ke candi-candi peninggalan sejarah, atau

kunjungan ke kraton D.I.Y. dll.

3) Study Tour luar Propinsi

Di samping mengadakan kegitan study tour di dalam propinsi, SMA Pangudi

Luhur juga memiliki program study tour di luar Propinsi yang akan diikuti oleh siswa

kelas XI baik IPA maupun IPS. Contoh study tour yang sering dilaksanakan di luar

provinsi ialah study tour ke Bali. Tujuan dari kegiatan ini agar siswa-siswi SMA

Pangudi Luhur dapat mengenal budaya lain selain budaya Jawa khususnya budaya

Yogyakarta. Kegiatan study tour ke luar provinsi ini sampai sekarang masih

mendapatkan antusiasme yang besar dari para siswa. Siswa merasa banyak

mendapatkan suatu hal yang positif dari kegiatan study tour ini.

Page 47: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

30

c) Struktur Organisasi

Sebagai salah satu institusi pendidikan, tentunya SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta memiliki struktur organisasi sekolah. Organisasi SMU Pangudi Luhur

Yogyakarta dibina oleh Dinas Pendidikan & Pengajaran Kota Yogyakarta

(Pendidikan Menengah) serta dikelola oleh Yayasan Pangudi Luhur cabang

Yogyakarta. SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dipimpin oleh satu orang kepala

sekolah yang juga merupakan seorang biarawan dari Fractum Immaculatum

Conceptuionis yakni Br. Herman Yoseph.

Seluruh tenaga pendidik yang ada di SMA Pangudi Luhur berjumlah 23 orang.

11 orang tenaga pendidik merupakan perempuan serta 12 tenaga pendidik merupakan

laki-laki. Hampir semua tenaga pendidik dari SMA Pangudi Luhur berpendidikan S1.

Selain sebagai tenaga pendidik, ada beberapa guru yang merangkap sebagai wali

kelas. Di kelas X.1 yang bertugas sebagai wali kelas ialah ibu TH. Sasi Ambarwati, di

kelas X.2 bapak Ignatius Suroto, di kelas X.3 bapak Rudi Hartanto, di kelas X.4 ibu

Ratna Dwiyanti, di kelas X.5 ibu Alit Elia, di kelas X.6 ibu Nike Artina. Selama ini

organisasi yang ada di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta berjalan dengan cukup baik.

Hal ini ditandai dengan belum adanya masalah yang serius tentang pengorganisasian

yang berada di bawah struktur sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

Di SMA Pangudi Luhur setiap siswa, karyawan, guru, dan kepala sekolah dapat

bekerja sama dengan baik. Situasi tersebut menunjukan bahwa SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta memiliki struktur organisasi yang baik. Untuk mengetahui gambaran

tentang struktur organisasi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, di bawah ini penulis

membuat struktur/bagan dari organisasi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

Page 48: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

31

B. Keadaan Siswa Kelas X

1. Jumlah Siswa

Siswa kelas X SMA Pangudi Luhur seluruhnya berjumlah 197 orang. Kelas X

di SMA Pangudi Luhur dikelompokkan menjadi 6 kelas, setiap kelas rata-rata

berjumlah 32-34 siswa. Siswi di kelas X seluruhnya berjumlah 65 orang, sedangkan

siswanya seluruhnya berjumlah 132 orang. Jumlah siswa tersebut sangat

memungkinkan dalam mendukung proses belajar mengajar yang efektif di dalam

kelas.

2. Agama

Siswa SMA Pangudi Luhur sebagian besar beragama Katolik. Begitu pula

dengan keadaan siswa di kelas X, sebagian besar siswa kelas X memeluk agama

Katolik. Dari keseluruhan siswa kelas X kurang lebih ada 10 % yang beragama non

Katolik, baik itu agama Kristen, Islam, Hindu dan Budha. Keadaan di atas

menunjukkan bahwa SMA Pangudi Luhur Yogyakarta memiliki identitas sebagai

sekolah yang bercirikan Agama Katolik. Dari agama-agama tersebut siswa

memperoleh banyak pengalaman tentang bagaimana cara untuk menghormati dan

menghargai pemeluk agama lain. Agama bagi siswa bukanlah suatu penghalang

untuk mewujudkan persaudaraan yang ada di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

khususnya kelas X. Di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta siswa yang beragama non

Katolik maupun yang beragama Katolik semua dipandang sama, tidak ada

pembedaan antara siswa yang Katolik maupun yang non Katolik

3. Keadaan Sosial – Ekonomi Keluarga Siswa

SMA Pangudi Luhur Yogyakarta merupakan salah satu sekolah swasta yang

dikenal di kalangan masyarakat Yogyakarta sebagai sekolah swasta. Tentunya dalam

Page 49: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

32

pelaksanaan proses pendidikan SMA Pangudi Luhur tidak tergantung pada

pemerintah secara penuh. Dana yang dipakai dalam proses pendidikan sebagian besar

berasal dari siswa. Dari situasi di atas terlihat bahwa sebagian besar siswa-siswa

SMA Pangudi Luhur Yogyakarta berasal dari keluarga yang memiliki keadaan sosial-

ekonomi menengah ke atas.

4. Gambaran Hubungan Komunikasi siswa Kelas X

Kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta terdiri dari 6 kelas. Setiap kelas

dikoordinir oleh wali kelas dan dibantu oleh pengurus kelas yang terdiri dari ketua

kelas, sekretaris, dan bendahara kelas. Setiap kelas memiliki kekhasan masing-

masing. Di setiap kelas X disediakan sarana prasarana yang dapat mendukung siswa

dalam proses pembelajaran, misalnya: LCD, AC, dan 1 unit komputer yang

digunakan guru dalam proses pembelajaran. Pada umumnya para siswa di setiap kelas

X dapat menjaga sarana dan prasarana tersebut dengan baik. Hubungan antara siswa

kelas X dengan guru wali kelas pun masih berjalan dengan baik. Tidak ada siswa

yang memiliki permasalahan serius dengan wali kelas masing-masing. Komunikasi

antar siswa di kelas pun dapat dikatakan baik. Rasa saling menghargai dan menolong

satu dengan yang lain bisa dikatakan terjalin dengan baik.

C. Sikap Solider Di Dalam Hidup Siswa

1. Pengertian Sikap Solider

Sikap solider merupakan suatu bentuk sikap peduli kita terhadap sesama.

Seseorang yang memiliki sikap solider ialah orang yang memiliki rasa empati. Sikap

solider tampak dari kerelaan orang berbagi, memberikan sumbangan bagi orang yang

membutuhkan, mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, menengok

Page 50: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

33

teman yang sakit atau membantu teman yang mengalami kesulitan. Pendek kata ia

mau peduli dengan sesamanya, terutama yang miskin atau yang membutuhkan

bantuan (Nota Pastoral, 2006: 1).

Dalam buku yang berjudul Teologi Solidaritas solidaritas dipahami sebagai

suatu cara Kristen untuk mengatasi individualisme, entah pribadi atau kolektif, baik

pada taraf keterlibatan kita dalam sejarah maupun pada taraf iman (Sobrino, 1989:

17).

Dari kedua pendapat di atas dapat dilihat bahwa sikap solider merupakan salah

satu bentuk sikap peduli terhadap keprihatinan yang dirasakan oleh sesama. Sikap

solider ini menuntut adanya suatu sikap empati kita terhadap keprihatinan yang

dirasakan dan dialami oleh sesama.

2. Pentingnya Sikap Solider Dalam Hidup Siswa

Sikap solider merupakan suatu sikap yang masih sangat dibutuhkan di dalam

lingkungan masyarakat kita. Selain di dalam lingkungan masyarakat, sikap solider ini

juga masih sangat dibutuhkan siswa di dalam lingkungan sekolah. Di dalam

lingkungan sekolah siswa memerlukan sikap solider di dalam pergaulan dengan

teman-temannya. Dengan sikap solider ini siswa diajak untuk dapat peduli dengan

sesama teman di dalam lingkungan sekolah.

Sikap solider merupakan salah satu sikap yang sangat mendukung dalam

terwujudya Kerajaan Allah di tengah dunia. Sikap solider ini mengandung nilai cinta

kasih. Cinta kasih ini merupakan salah satu sikap yang dapat mendukung perwujudan

Kerajaan Allah di tengah dunia. Sikap solider yang diwujudkan siswa di lingkungan

sekolah juga dapat mendukung terciptanya Kerajaan Allah di tengah hidup siswa.

Page 51: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

34

Terwujudnya Kerajaan Allah di sini juga merupakan salah satu tujuan dari

Pendidikan Agama Katolik yang ada di sekolah.

D. Penelitian Tentang Sumbangan Pendidikan Agama Katolik Dalam Upaya

Mengembangkan Sikap Solider Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta

1. Latar Belakang Penelitian

Solidaritas merupakan suatu sikap yang dewasa ini masih sangat dibutuhkan di

masyarakat kita. Solidaritas merupakan suatu bentuk rasa empati kita terhadap apa

yang dirasakan oleh orang lain. Sikap solider sebagai bentuk rasa perduli kepada

sesama yang menderita ini seringkali terabaikan di lingkungan masyarakat kita.

Hanya sebagian kecil orang saja yang masih mewujudkan solidaritas pada sesamanya.

Di dalam lingkungan sekolah tentunya siswa seringkali lebih banyak

menghabiskan waktunya bersama teman-teman sebayanya. Lewat pergaulan dengan

teman-teman sebayanya, tentunya siswa juga banyak memperoleh banyak hal positif

yang banyak memperkembangkan dirinya. Misalnya saja dalam pergaulan siswa

tentunya mendapatkan rasa kebersamaan, tolong menolong dan saling menghargai

antara satu dengan yang lain. Salah satu hal yang mungkin dirasa didapatkan dalam

pergaulan ialah adanya sikap solider dengan sesama teman yang membutuhkan

bantuan dan pertolongan.

Di lingkungan sekolah tentunya siswa juga memiliki berbagai macam aktivitas

yang dapat memperkembangkan segi kognitif dan afektif yang mereka miliki. Segi

kognitif siswa yang telah dicapai dapat dilihat melalui hasil belajar siswa, baik itu

melalui nilai ulangan maupun pada nilai raport. Sedangkan segi afektif siswa dapat

dilihat dari relasi dan kebersamaan antar siswa yang terjadi di dalam kelas. Selain

pengetahuan, proses pendidikan di sekolah juga dapat memperkembangkan tingkah

Page 52: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

35

laku siswa dalam kehidupan sehari-hari. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh

pihak sekolah dalam membimbing tingkah laku siswa.

Dari situasi di atas maka penulis akan mengumpulkan data tentang situasi relasi

siswa yang ada di kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Penulis akan mencari

data dari siswa tentang hubungan antar siswa di dalam kelas, tentang sikap solider

yang pernah dilakukan oleh siswa kelas X dan mengetahui peranan dari mata

pelajaran Pendidikan Agama Katolik yang ada di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

dalam mengembangkan sikap solider, serta makna sikap solider bagi kehidupan para

siswa.

2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini ialah untuk:

a. Mengetahui relasi antar siswa dan sikap solider siswa kelas X SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta.

b. Mengetahui sumbangan dari Pendidikan Agama Katolik dalam

pengembangan sikap solider siswa di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

3. Metodologi penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang

(Nana Sudjana, 2004:91). Metode ini mampu memberikan gambaran mengenai

masalah-masalah aktual pada saat penelitian dilaksanakan. Alat pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan kuesioner semi terbuka.

Maksudnya pertanyaan sudah disertai dengan alternatif jawaban, tetapi tetap

Page 53: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

36

memberikan peluang bagi responden untuk memberikan jawaban lain serta alasan

yang sesuai dengan situasinya.

a. Tempat dan waktu Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan untuk penelitian ialah SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta. Waktu penelitian diadakan pada bulan Oktober 2010. Alasan peneliti

menggunakan SMA Pangudi Luhur sebagai tempat penelitian antara lain:

1) SMA Pangudi Luhur menggunakan Pendidikan Agama Katolik sebagai bahan

dalam Pendidikan Agama.

2) Secara Geografis SMA Pangudi Luhur mudah dijangkau.

3) SMA Pangudi Luhur merupakan tempat di mana penulis pernah

melaksanakan PPL Pendidikan Agama Katolik.

b. Responden Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta kelas X. Siswa-siswi kelas X SMA Pangudi Luhur seluruhnya berjumlah

197 orang. Di SMA Pangudi Luhur terdapat 6 kelas X. Setiap kelas ada 32-34 siswa.

Dalam penelitian ini diambil 60 responden untuk mewakili siswa kelas X. Setiap

kelas diambil 10 siswa untuk mewakili responden dalam penelitian. Pengambilan

responden dipilih secara acak untuk mewakili tiap-tiap kelas. Dari 60 responden

tersebut diharapkan nantinya dapat mewakili seluruh siswa kelas X SMA Pangudi

Luhur Yogyakarta

c. Variabel Penelitian

Variabel yang tercakup dalam penelitian ini antara lain:

Page 54: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

37

1) Gambaran situasi siswa dan sikap solider siswa kelas X di SMA Pangudi

Luhur

2) Peranan Pendidikan Agama Katolik dalam mengembangkan sikap solider

siswa

Kisi-kisi NO Variabel No. Item Jumlah 1 Gambaran sikap solider siswa di SMA

Pangudi Luhur 1,2,3,4,5,6,7,8

8

2

Peranan Pendidikan Agama Katolik dalam mengembangkan sikap solider siswa

9,10,11,12,13,14,15,

8

Jumlah 16

D. Laporan Hasil Penelitian

1. Laporan umum

Penelitian ini ditujukan kepada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

Dari keseluruhan populasi siswa kelas X diambil 60 sampel responden untuk

mewakili siswa kelas X. Pemilihan responden dalam penelitian ini diambil secara

acak untuk mewakili keseluruhan populasi kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober - 11 Oktober 2010.

Penelitian ini dilaksanakan sesuai jadwal mata pelajaran Pendidikan Agama

Katolik yang ada di tiap-tiap kelas. Jumlah responden yang ditargetkan untuk

penelitian ini dapat tercapai yaitu berjumlah 60 siswa dari keseluruhan siswa kelas X

SMA Pangudi Luhur Yoyakarta tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 197 siswa.

Jumlah responden tersebut diambil dari enam kelas yaitu dari kelas X1 sampai X6

untuk menjadi responden. Responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 26

orang (43,3%). Responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 34 orang

(56,6 %).

Page 55: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

38

2. Laporan dan Pembahasan Penelitian Menurut Variabel

a. Gambaran Situasi Siswa dan Sikap Solider Siswa di SMA Pangudi Luhur

Kelas X

Kelas X merupakan kelas yang menjadi tempat pertama bagi para siswa ketika

berada di SMA. Siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta berasal dari latar

belakang SMP yang berbeda-beda. Dalam bergaul dengan teman-teman sesama kelas

X tentunya siswa kelas X juga membutuhkan waktu tidak singkat. Mereka

membutuhkan waktu untuk mengenal pribadi teman-teman mereka di dalam kelas.

Relasi yang terjalin dengan baik antar mereka tentunya akan membuat siswa merasa

nyaman dengan kelas mereka. Jika situasi relasi antar siswa di kelas mendukung,

maka perwujudan sikap solider pun dapat dengan mudah diwujudkan di dalam kelas.

Gambaran situasi relasi siswa dan sikap solider siswa yang ada di kelas X SMA

Pangudi Luhur dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Gambaran sikap solider di kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

N = 60

No item

Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah %

1 Relasi siswa dengan teman- teman di dalam kelas

a. Sangat baik 21 35

b. Baik 28 46,6

c. Cukup 10 16,6

d. Kurang baik 1 1,6

2 Pertama kali mendapatkan sikap solider

a. Keluarga 50 83,3

b. Lingkungan Sekolah

- -

c. Teman- teman

8 18,3

d. Masyarakat

2 3,3

Page 56: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

39

3 Tanggapan siswa tentang perwujudan sikap solider yang ada di dalam kelas

a. Sudah 53 88,3

b. Belum terwujud

7 11,6

4 Tanggapan siswa mengenai makna sikap solider sebagai salah satu bentuk dari perwujudan iman

a. Sangat setuju

25 41,6

b. Setuju 35 58,3

c. Cukup setuju - -

d. Kurang setuju - -

5 Tanggapan siswa mengenai sikap solider sebagai salah satu wujud kasih terhadap sesama

a. Sangat setuju 35 58,3

b. Setuju 25 41,6 c. Cukup setuju - - d. Kurang setuju - - 6 Sikap solider yang pernah

dilakukan siswa di lingkungan sekolah

• Membantu teman yang kesulitan dalam belajar maupun ketika ada masalah pribadi

29

48,3

• Menghibur teman yang sedang bersedih

4

6,66

• Menyisihkan uang jajan untuk memberikan sumbangan

10

16,6

• Membantu teman ketika sakit

5

8,33

• Peduli terhadap teman

7

11,6

• Meminjami peralatan tulis

5 8,33

7 Sikap solider yang pernah dilakukan siswa di lingkungan masyarakat

• Berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat

6 10

• Kerja bakti 14 23,3

Page 57: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

40

• Menjenguk tetangga yang sedang sakit

15

25

• Memberi sumbangan ke panti asuhan

3

5

• Memberikan sumbangan untuk korban bencana alam

10

16,6

• Membantu orang yang mengalami kesulitan /musibah

15

25

8 Mata pelajaran atau kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung dalam mengembangkan sikap solider

Pendidikan Agama Katolik

26

43,3

Sosiologi 15

25

PKN 10

16,6

Pleton inti 5

8,33

PMR 4 6,6

Dari item soal no 1 di atas dapat dilihat prosentase mengenai relasi antar siswa

yang ada di kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Dalam menjalin relasi dengan

sesama siswa, para siswa merasa relasi yang ada di dalam kelas sudah baik. Hal ini

diperkuat dari hasil penelitian, di mana dari 60 jumlah responden sebanyak 28 siswa

(46,6%) menilai hubungan relasinya dengan siswa di dalam kelas baik. Hanya 1

orang siswa (1,6 %) saja yang menilai hubungan relasinya dengan siswa di dalam

kelas kurang baik. Dari alasan jawaban yang diuraikan oleh responden yang menilai

relasi dengan teman-teman baik karena mereka dapat saling memahami, membantu,

menghargai, saling menerima apa adanya, saling membaur satu sama lain/ tidak

memilih-milih teman, serta adanya rasa kekeluargaan di dalam relasinya dengan

Page 58: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

41

teman-teman sekelas. Relasi yang baik antar siswa di dalam kelas tentunya sangat

mendorong siswa untuk dapat mewujudkan sikap solider di dalam kelas. Sedangkan

yang menjawab relasinya kurang baik karena responden merasa bahwa kekompakan

di antara mereka kurang, masih ada teman-teman yang memilih-milih teman dalam

bergaul.

Sikap solider tentunya bukanlah hal yang asing bagi kehidupan para siswa.

Sering kali mereka tidak menyadari bahwa mereka sudah pernah melakukan sikap

solider dalam kehidupan sehari-hari. Data hasil penelitian (item soal no 3)

menunjukkan bahwa dari 60 jumlah responden sebanyak 50 siswa (83,3%)

memberikan jawaban lingkungan keluarga sebagai tempat pertama memperoleh sikap

solider. Sikap solider yang dimiliki oleh siswa kelas X SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta sebagian besar diperoleh lewat lingkungan keluarga.

Sikap solider yang telah siswa dapatkan dalam lingkungan keluarga membuat

siswa juga dapat mewujudkan sikap solider dalam kehidupan kesehariannya. Salah

satu tempat yang lain ialah lingkungan sekolah atau kelas mereka masing-masing.

Kelas merupakan wadah para siswa untuk mewujudkan sikap solidernya terhadap

teman-teman. Tak jarang dalam berhubungan dengan teman-teman di dalam kelas

sering kali sikap solider juga sangat diperlukan. Sebagian besar dari responden dalam

hal ini menggambarkan bahwa sikap solider sudah terwujud di dalam kelas. Hal ini

dapat dilihat dari hasil penelitian (item soal no 3) di mana dari 60 jumlah responden

sebanyak 53 siswa (88,3%) menilai bahwa sikap solider sudah terwujud di dalam

kelas. Dari hasil tersebut terlihat bahwa dari masing-masing kelas sudah terwujud

sikap solider antar siswa kelas X di dalam kelas. Dari alasan yang dikemukakan oleh

responden terlihat bahwa siswa dapat merasa bahwa teman-teman selalu membantu

mereka. Siswa merasa adanya rasa saling berbagi suka dan duka antara teman-teman

Page 59: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

42

di dalam kelas. Siswa juga merasa teman-teman sekelas mempunyai sikap peduli jika

ada yang mengalami kesulitan.

Meskipun sebagian besar siswa merasa sikap solider sudah terwujud di dalam

kelas, tetapi ada juga beberapa dari siswa yang merasa sikap solider belum terwujud.

Dari hasil (item soal no 3) dapat kita lihat sebanyak 7 siswa (11,6%) merasa sikap

solider belum terwujud di dalam kelas. Dari alasan yang dikemukakan terlihat bahwa

mereka belum sepenuhnya saling mengenal satu sama lain, ada teman yang hanya

bergaul dengan teman terdekat saja, dalam bergaul teman-teman masih belum bisa

terbuka satu dengan yang lain,

Sikap kasih merupakan salah satu betuk perwujudan dari iman kita. Dari hasil

penelitian (item soal no 4) terungkap bahwa sikap solider merupakan salah satu

bentuk perwujudan iman. Dari data dapat dilihat bahwa dari 60 jumlah responden

sejumlah 35 siswa (58,3%) setuju bahwa sikap solider merupakan salah satu bentuk

perwujudan iman. Salah satu bentuk perwujudan kasih terhadap sesama yang

membutuhkan juga bisa diwujudkan dengan bersikap solider. Dari item soal no 5

dapat dilihat sebanyak 35 siswa (58,3%) sangat setuju bahwa sikap solider

merupakan wujud kasih terhadap sesama. Dari alasan yang dikemukakan terlihat

bahwa siswa menilai sikap solider sebagai salah satu bentuk dari perwujudan iman

Katolik yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap solider juga

dinilai sebagai bentuk wujud kasih yang diwujudkan dengan sikap peduli, membantu,

menolong sesama yang membutuhkan. Sikap solider ialah wujud dari sikap peduli di

mana sikap peduli terhadap sesama merupakan wujud kasih. Meskipun sebagian

siswa menilai bahwa sikap solider merupakan suatu bentuk dari perwujudan iman dan

kasih terhadap sesama tetapi belum tentu para siswa melakukan sikap solider itu

sebagai salah satu bentuk perwujudan iman dan kasih terhadap sesama. Bisa saja

Page 60: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

43

mereka membantu dan bersikap solider hanya dengan teman yang sudah mereka

kenal saja atau karena ada motif tertentu.

Sikap solider siswa selama ini masih berupa tindakan amal cinta kasih. Siswa

masih menilai sikap solider sebagai bentuk sikap cinta kasih. Sikap solider yang

dilakukan siswa selama ini hanya sebatas tindakan konkrit yang pernah dilakukan

oleh siswa. Sikap solider yang sebenarnya ialah seseorang mampu ikut merasakan

keprihatinan atau kesulitan yang dialami oleh orang lain. Jika seseorang sudah bisa

merasakan keprihatinan dan kesulitan yang dirasakan oleh orang lain, maka orang itu

akan tergerak hatinya untuk bersikap solider terhadap orang lain. Contoh tindakan

yang mungkin bisa dilakukan misalnya dengan terjun langsung untuk merasakan

keprihatinan yang dirasakan oleh orang lain, misalnya menjadi relawan ketika ada

bencana alam dan sebagainya. Dari hasil penelitian (item soal no 6) kita dapat melihat

bentuk-bentuk sikap solider yang telah dilakukan siswa di lingkungan sekolah. Hasil

penelitian menunjukkan sebanyak 29 siswa (48,3 %) menjawab bentuk sikap solider

yang paling banyak dilakukan siswa di lingkungan sekolah ialah membantu teman

yang kesulitan dalam belajar maupun ketika ada masalah pribadi

Selain di lingkungan sekolah, siswa juga mewujudkan sikap solider di

lingkungan masyarakat. Data hasil penelitian (item soal no 7) menunjukkan bentuk-

bentuk sikap solider yang telah dilakukan siswa di lingkungan masyarakat. Dari hasil

penelitian (item soal no 7) tersebut terlihat bentuk sikap solider yang paling banyak

dilakukan siswa di lingkungan masyarakat ialah menjenguk tetangga yang sedang

sakit. Hal ini dapat kita lihat pada hasil penelitian, di mana sebanyak 15 siswa (25%)

menjawab menjenguk orang yang sakit.

Banyak mata pelajaran yang ada di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Setiap

mata pelajaran memiliki nilai-nilai maupun pengetahuan yang terkandung dalam mata

Page 61: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

44

pelajaran tersebut. Selain dari mata pelajaran yang diajarkan di dalam kelas siswa

juga banyak memperoleh nilai-nilai maupun pengetahuan dari kegiatan

ekstrakurikuler yang mereka ikuti. Dari mata pelajaran maupun kegiatan ektrakuler

yang mereka ikuti tentunya mereka juga memperoleh nilai solidaritas dari kegiatan

ekstrakurikuler atau suatu mata pelajaran tersebut. Dari hasil penelitian (item soal no

8) kita dapat melihat pelajaran yang atau kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung

dalam mengembangkan sikap solider. Dari hasil penelitian (item soal no 8) dapat kita

lihat sebanyak 26 (43,3%) siswa memilih mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik

dapat mengembangkan sikap solider siswa. Alasan siswa memilih Pendidikan Agama

Katolik karena Pendidikan Agama Katolik mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai

cinta kasih, saling menolong, dan menghargai teman yang beragama lain.

Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler yang dirasa siswa dapat mengembangkan

sikap solider yang mereka miliki ialah melalui pleton inti. Dari data hasil penelitian

(item soal no 8) dapat dilihat sebanyak 5 (8,33%) siswa memilih pleton inti. Alasan

mereka memilih pleton inti karena dalam pleton inti ditanamkan nilai kebersamaan

antar anggota, sehingga sikap solider mudah terwujud dalam persaudaraan.

b. Peranan Pendidikan Agama Katolik dalam Mengembangkan Sikap

Solider

Pendidikan Agama Katolik merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasakan

oleh siswa dapat membantu mereka dalam mengembangkan sikap solider. Pendidikan

Agama Katolik sebagai salah satu mata pelajaran yang ada di SMA Pangudi Luhur

tentunya juga mengajarkan nilai-nilai yang dapat memperkembangkan pribadi anak.

Pendidikan Agama Katolik sebagai salah satu mata pelajaran juga mempunyai peran

dalam memperkembangkan iman anak secara mendalam. Data (tabel 2) di bawah ini

Page 62: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

45

merupakan data tentang peranan dari Pendidikan Agama Katolik dalam upaya

mengembangkan sikap solider siswa kelas X.

Tabel 2 Peranan Pendidikan Agama Katolik dalam mengembangkan sikap solider

N = 60

No. Item

Aspek yang diungkap Jawaban jumlah %

9 Penilaian siswa mengenai proses Pendidikan Agama Katolik di kelas X

a. Sangat menarik 22

36,6

b. Menarik 35 58,3 c. Cukup menarik 10 16,6

d. Kurang menarik 3 5

10 Metode-metode dari Pendidikan Agama Katolik yang dapat mengembangkan sikap solider siswa

a. Refleksi

20

33,3

b. Observasi langsung

10

16,6

c. Bercerita/ penyampaian materi

7

11,6

d. Praktek 23 38,3 11 Tanggapan siswa mengenai

materi-materi dari buku pelajaran Pendidikan Agama Katolik yang ada di kelas X

a. Sangat baik 12 20

b. Baik 42 70 c. Cukup baik 4 6,6 d. Kurang baik 2 3,3

12 Materi dalam buku siswa Pendidikan Agama Katolik yang dapat mengembangkan sikap solider siswa

a. Aku memiliki kelebihan kekurangan

14 23,3

b. Sebagai citra Allah aku dan sesama adalah saudara

16 26,6

Page 63: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

46

c. Hati nurani 20 33,3 d. Pembinaan

suara hati 10 16,6

13 Tanggapan mengenai Proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik membantu dalam mengembangkan sikap solider siswa

a. Sangat setuju 16 26,6

b. Setuju 39 65

c. Cukup setuju 5 8,3

d. Kurang setuju - -

14 Pendidikan Agama Katolik menyampaikan nilai-nilai cinta kasih terhadap sesama.

a. Sangat setuju 27 45

b. Setuju 33 55

c. Cukup setuju - -

d. Kurang setuju - -

15 Pendidikan Agama Katolik dalam mengembangkan pribadi ke arah yang lebih matang

a. Sangat setuju 21 35

b. Setuju 38 63,3

c. Cukup setuju 1 1,6

d. Kurang setuju - -

16 Harapan-harapan siswa terhadap metode pembelajaran yang ada di dalam kelas

a. Lebih menarik lagi, tidak monoton dan menumbuhkan antusiasme siswa dalam proses pembelajaran.

18 30

b. Dapat menumbuhkan, mengembangkan sikap solider dan cinta kasih dalam diri.

11 18,3

Page 64: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

47

c. Membuat diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi sehingga dapat menuntun ke masa depan yang lebih cerah.

12 20

d. Menggunakan metode observasi langsung dan praktek sehingga menumbuhkan minat siswa.

13 21,6

e. Dapat menyerap dan menangkap materi yang ada dalam buku Pendidikan Agama Katolik

6 10

Pendidikan Agama Katolik merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat

di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Proses Pendidikan Agama Katolik yang

berlangsung di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta selama ini di bawah tanggung jawab

dari guru Pendidikan Agama Katolik. Dari hasil pengamatan dan observasi terlihat

bahwa para siswa dapat mengikuti proses Pendidikan Agama Katolik dengan baik.

Hampir setengah dari jumlah responden di kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

menilai bahwa proses Pendidikan Agama Katolik selama ini dirasa menarik. Hal ini

diperkuat dengan hasil penelitian (item soal no 9) di mana sejumlah 35 siswa (58,3%)

menilai proses Pendidikan Agama Katolik selama ini menarik. Penilaian siswa ini

juga diperkuat dangan alasan jawaban yang diberikan siswa di mana siswa menilai

bahwa proses Pendidikan Agama Katolik tidak membosankan, mudah dipahami,

memberikan banyak manfaat dan dapat mengembangkan iman. Guru juga memiliki

banyak variasi metode dalam mengajar. Meskipun setengah dari responden menilai

Page 65: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

48

bahwa proses pendidikan Agama Katolik selama ini menarik, tetapi ada beberapa

siswa yang menilai proses Pendidikan Agama Katolik selama ini kurang menarik. Hal

ini dapat kita lihat dari hasil penelitian, di mana sebanyak 3 siswa (5%) menilai

bahwa proses Pendidikan Agama Katolik kurang menarik. Dari alasan yang

dikemukakan para siswa merasa bosan dengan mata pelajaran Pendidikan Agama

Katolik.

Penilaian siswa yang sebagian besar menilai bahwa proses Pendidikan Agama

Katolik menarik ini juga didukung dari penggunaan berbagai macam sarana dan

metode yang dipakai oleh guru untuk menarik minat siswa dalam belajar. Penggunaan

metode yang cocok bagi siswa merupakan salah satu hal yang penting dalam proses

Pendidikan Agama Katolik. Banyak metode yang ditawarkan guna mendukung proses

Pendidikan Agama Katolik khususnya untuk mengembangkan sikap solider dalam

diri siswa, metode tersebut antara lain: observasi langsung, refleksi, penyampaian

materi/bercerita. Dari keempat metode yang ditawarkan tersebut sebagian besar siswa

memilih metode praktek untuk mengembangkan sikap solider. Hal ini dapat dilihat

dari hasil penelitian (item soal no 10) di mana sebanyak 23 orang siswa (38,3 %)

memilih praktek sebagai metode Pendidikan Agama Katolik yang dapat

mengembangkan sikap solider siswa. Siswa memilih metode praktek karena siswa

dapat secara langsung merasakan, mempraktekkan, serta dapat terjun langsung ke

lapangan.

Selain melalui metode, proses Pendidikan Agama Katolik akan berjalan dengan

baik apabila didukung dengan bantuan bahan-bahan atau materi dari buku Pendidikan

Agama Katolik. Buku Pendidikan Agama Katolik dapat membantu siswa dalam

memahami proses Pendidikan Agama Katolik yang berlangsung di dalam kelas. Dari

hasil penelitian (item soal no 11) juga terungkap tentang tanggapan siswa mengenai

Page 66: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

49

buku Pendidikan Agama Katolik di mana sejumlah 42 siswa (70%) menilai materi-

materi yang ada dalam buku Pendidikan Agama Katolik di kelas X baik. Dari alasan

yang dikemukakan oleh para siswa terlihat bahwa materi yang ada dalam buku

Pendidikan Agama Katolik sudah lengkap, menarik dan mendidik, mudah dipahami,

mendukung, tidak membosankan serta sesuai dengan kehidupan sehari-hari.

Dari item soal no 12 kita dapat melihat materi-materi dari buku siswa

Pendidikan Agama Katolik yang dirasa siswa dapat mengembangkan sikap solider

siswa. Materi yang paling banyak dipilih oleh siswa ialah materi tentang hati nurani,

di mana sebanyak 20 siswa (33,3%) memilih materi hati nurani. Materi hati nurani

dirasa siswa dapat mengembangkan sikap solider yang mereka miliki.

Dalam Pendidikan Agama Katolik siswa dapat menemukan nilai-nilai yang

dapat mengembangkan pribadi mereka ke arah yang lebih matang. Salah satu nilai

yang ditemukan ialah nilai cinta kasih. Dari hasil penelitian (item soal no 14) terlihat

bahwa Pendidikan Agama Katolik dirasa siswa dapat menyampaikan nilai-nilai cinta

kasih terhadap sesama. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian di mana sejumlah 33

siswa (55%) setuju bahwa Pendidikan Agama Katolik menyampaikan nilai-nilai cinta

kasih terhadap sesama. Dari alasan yang dikemukakan oleh responden dapat dilihat

bahwa materi yang ada dalam Pendidikan Agama Katolik mengajarkan dan

menyampaikan ajaran cinta kasih. Dalam Pendidikan Agama Katolik juga

ditanamkan nilai untuk saling mengasihi dan menolong dalam persaudaraan.

Sikap solider dalam hal ini juga merupakan salah satu bentuk cinta kasih.

Pendidikan Agama Katolik dalam hal ini juga mengembangkan sikap solider dalam

diri siswa. Data dari hasil penelitian (item soal no 13) sejumlah 39 siswa (65%) setuju

bahwa proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik selama ini dapat membantu

dalam mengembangkan sikap solider siswa. Dari alasan dapat dilihat bahwa

Page 67: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

50

Pendidikan Agama Katolik dapat membantu siswa dalam mengembangkan sikap

solider serta berbuat kasih terhadap sesama. Dari hasil penelitian terungkap bahwa

sebagian besar siswa setuju bahwa pendidikan agama dapat membantu siswa dalam

mengembangkan sikap solider.

Tujuan yang paling penting dari Pendidikan Agama Katolik ialah dapat

mengembangkan pribadi siswa ke arah yang lebih matang. Pendidikan Agama

Katolik dapat dikatakan berhasil apabila pribadi anak dapat berkembang menjadi

lebih matang. Dari hasil penelitian terlihat bahwa siswa dapat menilai bahwa

Pendidikan Agama Katolik dapat mengembangkan pribadi mereka ke arah yang lebih

matang. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian (item soal no 15) di mana sebanyak

38 siswa (63,3%) setuju bahwa Pendidikan Agama Katolik berperan mengembangkan

pribadi ke arah yang lebih matang. Dari alasan yang dikemukakan oleh responden

dapat dilihat bahwa Pendididkan Agama Katolik dapat memberi motivasi

berkembang ke arah yang lebih baik, para siswa mengalami bahwa dirinya

berkembang ke arah yang lebih matang.

Proses Pendidikan Agama Katolik dapat berjalan dengan baik apabila didukung

oleh metode pengajaran yang baik dan sesuai dengan kebutuhan para siswa. Dari

hasil penelitian kita juga dapat melihat harapan-harapan siswa terhadap metode

Pendidikan Agama Katolik. Sebagian besar siswa berharap agar metode pembelajaran

Pendidikan Agama Katolik dapat lebih menarik, tidak monoton dan menumbuhkan

antusiasme siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil penelitian (item soal no 16)

terlihat sebanyak 18 (30 %) siswa yang mempunyai harapan agar Pendidikan Agama

Katolik tidak monoton, menggunakan metode yang makin menarik, dan makin

variatif, sehingga dapat menumbuhkan antusiasme siswa.

Page 68: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

51

Dari gambaran sikap solider siswa yang ada di kelas X SMA Pangudi Luhur di

atas penulis mendapatkan kesan bahwa jawaban yang diberikan responden

sepenuhnya masih bersifat kognitif atau hanya sebatas pengetahuan saja. Dari situasi

tersebut maka penulis akan mengupayakan suatu sumbangan pemikiran untuk

Pendidikan Agama Katolik agar sikap solider yang dimiliki siswa tidak hanya sebatas

pada pengetahuan/ kognitif saja melainkan dapat diwujudkan dalam hidup sehari-hari.

F. Kesimpulan Hasil Penelitian

Siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta terdiri dari 197 siswa. Jumlah

responden yang mewakili siswa di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta kelas X

seluruhnya 60 orang yakni 26 orang siswa putera dan 34 orang siswa puteri. Relasi

antar siswa kelas X di dalam kelas terjalin dengan baik. Siswa kelas X merasa bahwa

di dalam kelas mereka masing-masing sikap solider sudah terwujud tetapi perlu di

perdalam lagi. Sikap solider selama ini masih di pandang siswa sebagai tindakan

caritatif (cinta kasih). Sikap solider tidak hanya dilakukan siswa di lingkungan

sekolah atau kelas saja, tetapi sikap solider juga mereka wujudkan dalam lingkungan

masyarakat. Sebagian besar siswa pertama kali memperoleh sikap solider di

lingkungan keluarga. Keluarga menjadi bagian pembentukan sikap solider yang

paling utama yang mereka miliki. Sikap solider dipahami siswa sebagai salah satu

bentuk perwujudan iman yang mereka miliki. Dengan bersikap solider maka siswa

juga telah menerapkan kasih terhadap sesama. Perwujudan kasih melalui sikap solider

ini membuat pribadi siswa berkembang ke arah yang lebih matang.

Sikap solider yang dimiliki siswa juga diperoleh lewat mata pelajaran maupun

kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa. Salah satu mata pelajaran yang

dinilai mendukung siswa dalam pembentukan sikap solider ialah mata pelajaran

Page 69: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

52

Pendidikan Agama Katolik. Selama ini proses Pendidikan Agama Katolik menarik

bagi siswa. Materi-materi yang ada dalam buku Pendidikan Agama Katolik dirasa

siswa dapat membantu dalam proses pembelajaran. Para siswa merasa bahwa materi

yang ada dalam buku Pendidikan Agama Katolik sudah lengkap, menarik dan

mendidik, mudah dipahami, mendukung, tidak membosankan serta sesuai dengan

kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas maka peneliti merasa perlu

untuk membuat suatu sumbangan pemikiran berbentuk usulan dalam perumusan

tujuan, penyusunan bahan, dan metode dari Pendidikan Agama Katolik sebagai upaya

dalam mengembangkan sikap solider siswa khususnya di kelas X. Selain itu penulis

akan membuat suatu usulan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam upaya untuk

mengembangkan sikap solider siswa kelas X yang nantinya dapat digunakan oleh

guru Pendidikan Agama Katolik maupun mahasiswa IPPAK yang mendapat tugas di

SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

Page 70: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

53

BAB IV

UPAYA PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN SIKAP SOLIDER

SISWA KELAS X

Pada bab III penulis telah memaparkan hasil penelitian tentang sikap solider

siswa yang ada di kelas X serta peranan dari Pendidikan Agama Katolik dalam

mengembangkan sikap solider siswa di kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa sikap solider siswa dapat dikembangkan

melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik yang ada di SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta. Pada bab IV ini penulis menyusun suatu upaya terhadap pelaksanaan

pembelajaran Pendidikan Agama Katolik agar semakin dapat membantu siswa

meningkatkan sikap solider siswa. Upaya tersebut berbentuk sumbangan pemikiran

dari penulis terhadap proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Sumbangan

pemikiran terhadap proses Pendidikan Agama Katolik ini meliputi tujuan Pendidikan

Agama Katolik demi pengembangan sikap solider siswa, materi pokok dalam buku

Pendidikan Agama Katolik yang bisa dipakai dalam peningkatan sikap solider siswa,

metode-metode Pendidikan Agama Katolik yang mendukung dalam pengembangan

sikap solider siswa. Sebagai penerapan dari beberapa sumbangan pemikiran di atas,

penulis menyusun empat usulan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat

digunakan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dalam

meningkatkan sikap solider siswa.

Page 71: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

54

A. Tujuan Pendidikan Agama Katolik Demi Pengembangan Sikap Solider

Siswa

Tujuan Pendidikan Agama Katolik merupakan salah satu unsur dalam proses

pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang ada di sekolah. Tujuan Pendidikan

Agama Katolik diharapkan dapat sesuai dengan kebutuhan iman siswanya. Hal ini

perlu diperhatikan agar proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang

dilaksanakan tersebut dapat menjawab apa yang dibutuhkan oleh siswa dalam

memperkembangkan imannya.

Membangun hidup yang semakin beriman merupakan tujuan utama dari

Pendidikan Agama Katolik. Membangun hidup iman Kristiani berarti membangun

kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni

Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa keselamatan: situasi

dan perjuangan untuk keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan

kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari

pelbagai agama dan kepercayaan (Komkat 2007: 7).

Selain untuk membangun hidup beriman siswa, Pendidikan Agama Katolik juga

mempunyai arah demi terwujudnya Kerajaan Allah. Kerajaan Allah di sini dapat

dipahami sebagai tindakan Allah yang merajai hati manusia dalam kehidupan sehari-

hari. Terwujudnya kerajaan Allah ditandai dengan terciptanya suasana dunia yang

penuh dengan cinta kasih, perdamaian, keadilan, kesejahteraan, persatuan,

persaudaraan antara sesama manusia. Kerajaan Allah merupakan simbol di mana

Allah senantiasa hadir, menyertai, dan berkarya di tengah kehidupan manusia.

Kerajaan Allah juga bisa diwujudkan oleh siswa melalui tindakan-tindakan

yang dilakukan oleh para siswa di lingkungan sekolah. Contoh salah satu tindakan

yang dapat diwujudkan oleh siswa dalam membangun Kerajaan Allah ialah dengan

Page 72: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

55

bersikap solider. Sikap solider yang diwujudkan siswa di lingkungan sekolah dapat

mendukung dalam mewujudkan Kerajaan Allah. Sikap solider ini akan lebih baik lagi

jika tidak hanya diakukan di lingkup sekolah saja, melainkan juga di lingkup

masyarakat.

Sikap solider dapat ditanamkan dan dilatih dalam diri siswa di lingkungan

sekolah. Sikap solider ini juga dapat dijadikan tujuan dalam proses Pendidikan

Agama Katolik di sekolah. Tujuan pembentukan sikap solider dalam proses

pembelajaran Pendidikan Agama Katolik akan membuat siswa mengenal lebih dalam

tentang sikap solider. Setelah siswa mengenal sikap solider, diharapkan siswa dapat

menerapkan dan mewujudkan sikap solider tersebut dalam keseharian mereka.

Dengan bersikap solider, siswa juga ikut ambil bagian menciptakan Kerajaan Allah di

tengah-tengah kehidupan siswa. Sikap solider ini merupakan salah satu sarana

terciptanya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah kehidupan siswa. Sikap solider dapat

menciptakan suasana persaudaraan dan cinta kasih di tengah kehidupan manusia.

B. Materi Pokok Pendidikan Agama Katolik yang Mendukung Peningkatan

Solider Siswa Kelas X

Salah satu faktor yang mendukung proses pembelajaran Pendidikan Agama

Katolik ialah bahan-bahan atau materi yang ada dalam buku Pendidikan Agama

Katolik. Buku Pendidikan Agama Katolik berisi bahan-bahan atau materi pokok yang

dapat digunakan dalam proses Pendidikan Agama Katolik. Buku Pendidikan Agama

Katolik memiliki 4 dimensi/ruang lingkup. Empat dimensi tersebut ialah pribadi

siswa, Yesus Kristus, Gereja dan kemasyarakatan.

Buku Perutusan Murid-Murid Yesus Pendidikan Agama Katolik untuk

SMU/SMK kelas X memiliki 20 materi pokok. Setiap materi pokok mempunyai

Page 73: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

56

dimensi-dimensi tersebut dan disertai dengan kompetensi dan tujuan dari proses

pembelajaran. Kompetensi dan tujuan ini menjadi arah dan tujuan bagi para guru

dalam melaksanakan proses pembelajaran. Materi-materi pokok yang ada dalam buku

Pendidikan Agama Katolik kelas X ini akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila

didukung dengan pengalaman siswa yang diperoleh baik itu dari hasil pengamatan

maupun peristiwa-peristiwa yang pernah dialami oleh siswa. Pengalaman siswa

dalam hal ini dapat dijadikan bahan dalam Pendidikan Agama Katolik.

Dari beberapa materi pokok yang ada dalam buku Pendidikan Agama Katolik

tersebut ada beberapa materi materi yang dirasa siswa dapat memberikan peluang

dalam mengembangkan sikap solider siswa. Dari hasil penelitian pada bab III ada 4

materi pokok yang dirasa siswa dapat memberikan peluang bagi siswa untuk

mengembangkan sikap solider yang mereka miliki, materi-materi pokok tersebut

antara lain:

1. Aku Memiliki Kelebihan Kekurangan

Setiap orang memiliki kemampuan dan bakat. Kemampuan dan bakat yang

dimiliki seseorang seharusnya dikembangkan dan digunakan. Kemampuan dan bakat

adalah anugerah Tuhan, yang dalam Kitab Suci sering disebut talenta. Tuhan

menghendaki agar talenta itu dikembangkan dan digunakan. Mengembangkan dan

menggunakan talenta sebagaimana mestinya adalah panggilan dan tuntutan Kristiani.

Penerimaan diri atas kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri merupakan

bentuk ungkapan rasa syukur terhadap Sang Pencipta. Menolak kehendak Allah atas

diri kita yang konkret menjadi penghalang bagi kemajuan diri kita sendiri dan

menjadi rintangan bagi jalan kita menuju Allah. Dengan materi ini siswa diajak

menyadari kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri mereka. Setelah itu siswa

Page 74: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

57

diajak untuk dapat menumbuhkan sikap solider terhadap kelebihan dan kekurangan

yang ada pada diri sendiri dan pada sesama.

2. Sebagai Citra Allah Aku dan Sesama Adalah Saudara

Siswa-siswi usia Sekolah Lanjutan Atas umumnya suka berteman, karena pada

usia itu sikap sosial mereka mulai berkembang pesat. Dalam tema ini para siswa

diajak untuk menyadari bahwa sebagai sesama citra Allah, kita dan sesama

merupakan saudara yang harus saling menghormati dan saling mengasihi.

Persaudaraan ini sangat mendukung dalam pembentukan sikap solider siswa. Bila

hubungan persaudaraan terjalin di antara siswa, maka sikap solider pun dapat dengan

mudah terwujud dalam kehidupan siswa.

3. Hati Nurani

Dalam tema ini siswa diajak secara bersama-sama membahas dan mendalami

hati nurani. Hati nurani yang selalu mendorong seseorang ke arah yang lebih baik dan

memperingatkan seseorang jika menyimpang dan menyeleweng dari kebaikan dalam

situasi konkret. Dengan tema ini siswa juga diajak untuk belajar mengambil suatu

tindakan ketika melihat keprihatinan orang lain. Di sini hati nurani diharapkan dapat

mendorong siswa bersikap solider ketika melihat keprihatinan orang lain.

4. Pembinaan Suara Hati

Setelah mendalami dan mempelajari hati nurani, kemudian siswa diajak secara

bersama-sama untuk mendalami dan mempelajari tema tentang pembinaan suara hati.

Suara hati selalu memiliki dua sisi yang sama-sama penting. Sisi yang pertama adalah

sisi kognitif yang berisi pengetahuan mengenai apa yang baik dan benar. Sisi yang

Page 75: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

58

kedua ialah sisi afektif yang berisi rasa perasaan wajib melakukan apa yang baik dan

benar.

Suara hati dapat diartikan secara luas dan sempit. Secara luas, suara hati adalah

kesadaran moral yang tumbuh dan berkembang dalam hati setiap manusia. Suara hati

membawa seseorang sadar diri akan kewajiban dan tanggung jawab darinya, baik

sebagai makhluk pribadi, makhluk sosial, maupun makhluk Tuhan. Sementara, dalam

arti yang lebih luas, suara hati adalah bentuk dari sebuah kesadaran moral. Kesadaran

moral ini berhubungan langsung dengan situasi hidup konkret atau hidup sehari-hari

seseorang (Kristianto, 2010:59).

Dalam tema ini siswa diajak untuk menemukan cara-cara yang dapat digunakan

untuk membina suara hati. Selain itu siswa juga diajak untuk mendalami pembinaan

suara hati dalam terang Kitab Suci. Sikap solider dapat muncul juga dari suara hati

manusia. Untuk itu pembinaan suara hati memegang peranan yang sangat penting

dalam pembentukan sikap solider dalam diri siswa.

Penulis akan membuat empat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan keempat materi tersebut. Selain materi di atas penulis juga akan

menggunakan pengalaman siswa yang diperoleh dari hasil observasi langsung.

Pengalaman-pengalaman yang diperoleh siswa tersebut akan dianalisis dalam proses

Pendidikan Agama Katolik sehingga para siswa dapat terbantu dalam menumbuhkan

dan mengembangkan sikap solider mereka.

C. Metode-Metode Pendidikan Agama Katolik Guna Meningkatan Sikap

Solider Siswa

Sebagai sarana untuk mengembangkan iman siswa, Pendidikan Agama Katolik

tentunya menggunakan beberapa macam metode dalam pembelajaran. Metode-

Page 76: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

59

metode yang dipakai hendaknya dapat mendukung dalam proses pembelajaran

Pendidikan Agama Katolik dan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam

mengembangkan imannya. Metode pembelajaran yang dipakai bertalian dengan

tujuan yang ingin dicapai. Tujuan peningkatan sikap solider dalam diri siswa akan

terwujud apabila didukung dengan metode-metode yang mendukung dalam proses

Pendidikan Agama Katolik. Berikut ini metode-metode yang dianggap penulis dapat

membantu siswa dalam mengembangkan sikap solider siswa.

1. Metode Observasi langsung

Metode ini merupakan salah satu metode yang menitikberatkan pada

pengalaman yang diperoleh oleh siswa. Metode ini mengajak siswa untuk pergi

melihat secara langsung dan ikut merasakan sutuasi nyata yang akan diamati atau

dianalisis. Dengan terjun secara langsung untuk melakukan observasi, siswa

diharapkan dapat memperoleh suatu gambaran situasi konkret yang sedang terjadi.

Dari situasi tersebut para siswa tentunya dapat mengetahui situasi yang sebenarnya

terjadi.

Metode ini merupakan metode yang berpusatkan pada pengalaman siswa.

Dalam proses pendidikan yang ditekankan bukan menambah informasi, juga bukan

menyampaikan materi sebanyak-banyaknya tetapi secara kualitatif berusaha

memperkembangkan pribadinya. Pengalaman yang diperoleh dari observasi ini dapat

dijadikan suatu metode alternatif dalam proses Pendidikan Agama Katolik.

2. Metode diskusi

Diskusi diartikan sebagai suatu proses penyampaian materi, di mana guru

bersama subyek didik mengadakan dialog bersama untuk mencari jalan pemecahan

dan menyerap serta menganalisis satu atau sekelompok materi tertentu. Dalam diskusi

Page 77: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

60

guru berperan sebagai pengatur lalu lintas informasi, pemberi jalan dan penampung

informasi (Danim, 2008: 36).

Banyak manfaat yang dapat diperoleh siswa dari metode diskusi ini. Manfaat

yang diperoleh misalnya: siswa memperoleh kesempatan untuk berfikir, peserta dapat

memperoleh latihan untuk menyampaikan pendapatnya secara bebas, dapat belajar

untuk bersikap toleran terhadap teman-temannya, dapat dilatih untuk bersikap

demokratif dan dapat menghargai pendapat orang lain, dll (Sagala, 2007:209)

Di dalam proses pembelajaran diskusi dapat dilakukan oleh guru dengan

menjelaskan permasalahan yang akan dipecahkan oleh siswa, kemudian siswa

diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya. Langkah selanjutnya ialah

pengambilan kesimpulan dari hasil diskusi. Dalam metode diskusi sejumlah pendapat

dari para siswa ditampung sebagai bahan dari pemecahan masalah yang dihadapi

(Sagala, 2007:210)

Metode diskusi ini juga dapat digunakan untuk menganalisis suatu

permasalahan yang sedang terjadi. Dengan diskusi ini siswa diharapkan dapat

menemukan jalan keluar dari suatu permasalahan. Dengan diskusi siswa dapat belajar

untuk berdialog dan mendengarkan pendapat orang lain. Metode diskusi ini

memerlukan partisipasi aktif dari para siswa untuk mengeluarkan pendapat/ gagasan.

3. Metode Praktek

Proses Pendidikan Agama Katolik berjalan lebih baik lagi jika menggunakan

metode yang menarik antusias siswa dalam proses pembelajaran. Dari sekian banyak

metode yang ada dalam proses pembelajaran, metode yang dinilai siswa membantu

dalam pengembangan sikap solider ialah metode praktek. Metode praktek ini dinilai

siswa dapat membantu dalam mewujudkan sikap solider yang ada dalam diri mereka.

Page 78: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

61

Dengan metode praktek siswa secara langsung dapat terjun ke lapangan untuk melihat

dan merasakan keprihatinan yang terjadi. Metode hendaknya tidak hanya sebatas teori

saja, metode praktek perlu diwujudkan sebagai salah satu bentuk tindakan konkret

dari siswa. Dengan demikian siswa dapat secara langsung mewujudkan sikap solider

yang mereka miliki dalam kehidupan sehari-hari.

Metode praktek ini merupakan aksi/wujud konkret yang dilakukan oleh siswa

dalam kegiatan pembelajaran. Dengan metode praktek ini para siswa dapat secara

langsung terjun ke lapangan untuk membuat suatu aksi nyata atau tindakan nyata dari

apa yang telah mereka peroleh dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya saja pada

kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan usaha untuk mengembangkan sikap

solider siswa, siswa nantinya diharapkan dapat mewujudkan sikap solider itu dalam

kehidupannya sehari-hari. Wujud sikap solider tersebut dapat dilakukan siswa di

lingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah, baik itu di masyarakat maupun

di dalam keluarga.

4. Metode Refleksi

Metode refleksi ini merupakan salah satu metode yang menekankan pada

kedalaman hidup para siswa. Pengalaman yang diperoleh siswa dari hasil pengamatan

dan observasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dijadikan sarana untuk berefleksi.

Dengan refleksi ini siswa nantinya diharapkan dapat menemukan inti dari

pengalaman yang ditemukan tersebut. Dengan refleksi ini siswa juga dapat

mengambil nilai-nilai yang dapat memperkembangkan iman mereka. Refleksi di sini

dimaknai sebagai proses yang mengajak siswa untuk mengendapkan arti manusiawi

berbagai pengalaman dan pentingnya bagi sesama. Para siswa diajak kembali untuk

Page 79: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

62

mengolah dan menuliskan kembali seluruh pengalaman yang mereka jumpai di

lapangan.

Banyak nilai kemanusiaan yang ditawarkan oleh masyarakat, maka

dibutuhkan cara-cara yang dapat menguji nilai-nilai dan kaitannya antara materi

pelajaran dan kehidupannya. Pedagogi reflektif membawa siswa menempuh dinamika

pembelajaran berupa konteks - pengalaman - refleksi - aksi – evaluasi. Perhatian

terhadap siswa secara pribadi dan kepedulian terhadap pengalamannya secara

individual menjadi pilar utama. Proses refleksi demikian menuntut keterlibatan guru

untuk mengikuti dinamika persoalan, lebih dari sekedar pengetahuan materi (UPT-

MPK, 2010:24)

Dari keempat metode di atas, penulis akan membuat suatu rencana

pelaksanaan pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan sikap

solider dalam diri siswa. Dari keempat metode tersebut diharapkan siswa juga dapat

terbantu dalam menemukan suatu nilai solider dalam diri mereka yang mungkin

belum pernah terwujud dalam hidup mereka.

D. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik Dalam

Mengembangkan Sikap Solider Siswa SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Sebagai salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah, Pendidikan Agama

Katolik di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dinilai siswa sebagai salah satu mata

pelajaran yang dirasa siswa dapat memberikan peluang siswa dalam

mengembangkan sikap solider. Melihat keadaan tersebut penulis merasa perlu untuk

memberikan usulan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat

digunakan oleh pihak guru maupun pihak sekolah guna membantu menumbuhkan

dan mengembangkan sikap solider dalam diri siswa. Usulan rencana pelaksanaan

pembelajaran ini menggunakan empat materi pokok yang ada dalam buku

Page 80: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

63

Pendidikan Agama Katolik kelas X. Dengan rencana pelaksanaan pembelajaran

tersebut diharapkan siswa dapat terbantu dalam menumbuhkan dan

mengembangkan sikap solider yang ada pada diri siswa. Metode observasi yang ada

dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dilakukan siswa secara pribadi atau

kelompok sebagai tugas di luar jam efektif sekolah. Hasil observasi digunakan

sebagai bahan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Urutan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran ini hendaknya dapat dijadikan sebagai satu kesatuan

karena materi-materi yang digunakan saling berhubungan satu dengan yang lain.

Page 81: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

64

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP 1)

I. IDENTITAS

Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik

Kelas/semester : X /1

Materi Pokok : Bersikap Solider di Tengah Kelebihan dan Kekurangan diri

Sendiri

II. STANDAR KOMPETENSI

Memahami nilai-nilai keteladanan Yesus Kristus sebagai landasan

mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki-laki yang memiliki rupa-

rupa kemampuan dan keterbatasan sehingga dapat berelasi dengan sesama

secara lebih baik.

III. KOMPETENSI DASAR

Mengenal diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya guna

membangun sikap solider dengan sesama.

IV. INDIKATOR

1. Menemukan kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

2. Menyebutkan sikap yang perlu dikembangkan dalam menghadapi

kelebihan dan kekurangan diri dan orang lain.

3. Merumuskan pesan kutipan Kitab Suci (Mat 25:14-30), tentang talenta.

Page 82: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

65

4. Menemukan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki tokoh dalam film

Nick.

5. Menyebutkan cara mengembangkan sikap solider di tengah kelebihan dan

kekurangan yang ada dalam diri

V. ALOKASI WAKTU: 2x45 menit

VI. TUJUAN PEMBELAJARAN

Siswa dapat mengenal diri dengan segala kelebihan dan

kekurangannya sehingga menerima diri sebagaimana adanya dan mengetahui

cara untuk mengembangkan sikap solider di tengah kelebihan dan kekurangan

yang telah dimiliknya.

VII. URAIAN MATERI POKOK

1. Kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri sendiri

2. Sikap-sikap yang perlu dikembangkan menghadapi kelebihan dan

kekurangan orang lain

3. Rumusan pesan Kitab suci (Mat 25:14-30), tentang talenta.

4. Kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh tokoh dalam film Nick.

5. Cara-cara mengembangkan sikap solider di tengah kelebihan dan

kekurangan dalam diri

VIII. METODE PEMBELAJARAN

1. Observasi/analisis

Page 83: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

66

2. Ceramah

3. Diskusi

4. Penugasan

IX. SUMBER BAHAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN

1. Sumber bahan

a. Pengalaman siswa

b. Kitab Suci Mat 25:14-30

c. Buku Guru I: “Perutusan Murid-murid Yesus Pendidikan Agama

Katolik untuk SMA/SMK”. Kanisius, Yogyakarta. 2007. (materi

2)

2. Media Pembelajaran

a. LCD

b. Laptop

c. Film Nick

X. KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN WAKTU

KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIKATOR WAKTU

Pembuka

Pendahuluan

� Mengawali proses belajar mengajar dengan

doa yang dipimpin oleh salah satu siswa

� Siswa mendengarkan pengantar dari guru:

“Selamat pagi teman-teman”. Di dalam

kekayaan yang kita punyai itu, ternyata

kita semua mempunyai kemampuan-

5 menit

Page 84: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

67

kemampuan yang besar. Tetapi, seringkali

kita juga kurang menyadari kelebihan

maupun kekurangan yang kita miliki.

Dewasa ini banyak remaja yang kurang

mensyukuri kelebihan dan kekurangan

yang ada pada diri mereka. Dalam hidup

ada orang-orang yang penuh dengan

keterbatasan secara fisik tetapi mereka

dapat terus berjuang dalam hidupnya. Kita

sering kali melupakan saudara-saudara

kita yang membutuhkan bantuan dan

perhatian dari kita. Maka dalam

kesempatan kali ini kita akan sama-sama

belajar dengan saudara-saudara kita yang

secara fisik mempunyai keterbatasan.

Dengan pertemuan ini diharapkan rasa

solider kita terhadap teman-teman yang

membutuhkan bantuan dan perhatian

dapat tumbuh dan berkembang dalam diri

kita.

Kegiatan Inti

Langkah I

� Guru mengajak siswa untuk menonton

tayangan film Nick

� Guru meminta siswa untuk menjawab

beberapa pertanyaan yang berhubungan

denga cuplikan film:

- Temukan kekurangan-kekurangan

yang dimiliki tokoh dalam film tadi!

- Temukan kelebihan-kelebihan yang

dimiliki tokoh dalam film tadi!

- Menurut kalian apakah kelebihan

yang dimiliki oleh tokoh dalam film

Menemukan

kelebihan dan

kekurangan

yang dimiliki

tokoh dalam

film Nick

30 menit

Page 85: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

68

tersebut sudah terwujud dalam diri

kalian?

- Sebutkan sikapmu terhadap

kekurangan yang ada pada dirimu!

� Guru meminta salah satu atau dua orang

siswa untuk memplenokan hasil

pekerjaannya

� Guru merangkum berdasarkan sharing

siswa

“ Setiap manusia diciptakan oleh Tuhan

dengan dianugerahi kelebihan dan

kekurangan masing-masing. Seperti

yang dialami oleh Nick, sejak lahir ia

tidak punya kaki dan tangan yang

sempurna seperti kita. Tetapi, Nick

menanggapi kekurangannya itu malah

sebagai kelebihan yang tidak setiap

manusia memilikinya. Maka, kita sebagai

manusia yang diciptakan sempurna,

baiklah jika kita juga menjadi seperti

Nick yang dapat mensyukuri kekurangan

dan kelebihan yang ada pada diri.”

� Guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok, dalam satu kelompok terdiri

dari 6 orang. masing-masing anggota

diajak untuk menemukan kekurangan dan

kelebihan diri sendiri

� Guru mengajak siswa untuk mengisi

dalam buku teman yang ada di samping

kanan, kiri, depan maupun belakang,

dengan menuliskan:

- Menuliskan beberapa kemampuan

Menemukan

kelebihan dan

kekurangan diri

15 menit

Page 86: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

69

yang dimiliki oleh teman kalian.

- Menuliskan beberapa sifat baik yang

dimiliki oleh teman kalian.

- Menuliskan salah satu sifat buruk

yang dimiliki oleh teman kalian.

� Setelah menukar daftar kelebihan dan

kekurangan lalu guru meminta siswa

untuk mendiskusikan faktor-faktor yang

mempengaruhi kelebihan dan kekurangan

dengan panduan pertanyaan di bawah ini:

- Bagaimana perasaan kalian, ketika

kalian membaca tulisan teman- teman

kalian tentang kemampuan dan sifat-

sifat kalian?

- Apakah yang ditulis oleh teman-teman

kalian benar?

- Sikap apakah yang sering muncul

terhadap kekurangan dan kelebihan

kita?

- Sikap apa yang perlu dikembangkan

dalam menghadapi kekurangan dan

kelebihan diri sendiri maupun orang

lain?

� Guru memberikan penegasan:

Setiap remaja mungkin belum menyadari

potensi-potensi dan keunggulan yang

mereka miliki. Hal ini mungkin

disebabkan oleh pengaruh pendidikan

rumah ataupun di luar rumah di mana

mereka masih diperlakukan seperti anak-

anak. Dengan demikian kepercayaan diri

mereka seolah-olah dibungkam sehingga

mereka belum menyadari kemampuan-

Menyebutkan

sikap yang perlu

dikembangkan

dalam

menghadapi

kelebihan dan

kekurangan diri

dan orang lain.

15 menit

Page 87: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

70

kemampuannya. Sebaliknya, ada juga

remaja yang sangat menyadari kelebihan

yang ada pada diri mereka shingga

mereka bersikap angkuh, arogan, dan sok

super. Sikap-sikap demikian hendaknya

dapat dihindarkan dalam menyikapi

kelebihan dalam diri kita. Sebaiknya kita

tidak sombong dengan kelebihan yang kita

miliki. Remaja hendaknya juga dapat

menerima diri seadanya. Tuhan

menciptakan itu seadanya dan baik

adanya. Menolak kehendak Allah atas diri

kita yang konkret dapat menjadi

penghalang bagi diri kita sendiri dan

menjadi tintangan bagi jalan kita menuju

Allah

� Guru mengajak siswa untuk membaca teks

Kitab Suci (Mat 25:14-30) tentang

menyadari segala potensi dan peluang

dalam terang Tuhan melalui teks Kitab

Suci

� Guru mengajak siswa untuk

mendiskusikan bacaan dengan bantuan

beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1) Berdasarkan perikop ini,

sebutkanlah talenta yang sudah

dianugerahkan Tuhan dalam dirimu!

2) Bagaimanakah kalian

mempertanggungjawabkan talenta

yang diberikan Tuhan kepadamu

supaya berkembang?

3) Bagaimanakah kalian

mengungkapkan rasa syukur atas

Merumuskan

pesan kutipan

Kitab Suci (Mat

25:14-30),

tentang talenta.

10 menit

Page 88: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

71

talenta yang telah Tuhan berikan?

� Guru memberikan rangkuman:

”Setiap manusia pasti memiliki

kemampuan dan bakat yang sesuai

dalam lingkungan tertentu. Kemampun

yang dimiliki oleh sesorang hendaknya

harus digunakan dan diperkembangkan.

Kemampuan dan bakat adalah anugrah

Tuhan, yang dalam Kitab Suci disebut

talenta Tuhan menghendaki agar talenta

yang kita miliki digunakan dan

dikembangkan dengan baik. Dalam Injil

Matius 25:24-31 dikisahkan seorang

tuan yang memberikan kepada mereka

sejumlah talenta untuk dikembangkan

dan digunakan. Setiap orang termasuk

kita telah diberi Tuhan talenta masing-

masing. Maka kita hendaknya

mengembangkan talenta itu sebagai

mana mestinya. Mengembangkan dan

menggunakan talenta dengan baik

adalah tuntutan dan panggilan Kristiani.

� Guru meminta anak untuk mendiskusikan

pertanyaan di bawah ini:

� Menurutmu, apakah sikap solider

terhadap sesama yang mempunyai

keterbatasan secara fisik sudah

kamu wujudkan dalam hidup

sehari-hari?

� Sikap/ cara apa yang dapat

mengembangkan sikap solider di

tengah kekurangan yang kamu

miliki?

Menyebutkan

cara

mengembangkan

sikap solider di

10 menit

Page 89: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

72

� Guru memberikan peneguhan tentang

cara mengembangkan sikap solider di

tengah kelebihan dan kekurangan:

Sebagai makhluk sosial tentunya kita

merupakan manusia yang memerlukan

bantuan dari orang lain. Kita tidak bisa

hidup tanpa bantuan orang lain. Sikap

solider merupakan salah satu sikap yang

dibutuhkan dalam berelasi dengan orang

lain. Dengan bersikap solider terhadap

sesama, berarti kita juga telah perduli

dengan sesama kita. Dalam kehidupan

sekarang ini masih banyak saudara-

saudara kita yang secara fisik

mempunyai keterbatasan yang

memerlukan bantuan kita. Dari situasi

tersebut hendaknya kita dapat

mewujudkan sikap solider kita terhadap

saudara-saudari kita yang secara fisik

mempunyai keterbatasan. Kekurangan

yang ada pada diri bukan merupakan

suatu penghalang dan penghambat bagi

kita untuk mewujudkan sikap solider

terhadap sesama kita.

Penutup

� Guru memberikan peneguhan:

Setiap pribadi manusia mempunyai

kekuatan dan keterbatasan. Tak pernah

ada di dunia ini, manusia yang sempurna

tanpa keterbatasan. Sekuat apapun

manusia, pasti mempunya kelemahan

atau keterbatasan. Kelemahan dan

tengah kelebihan

dan kekurangan

yang ada dalam

diri

5 menit

Page 90: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

73

kekurangan bukan menjadi suatu

penghalang untuk untuk meraih mimpi

dan mewujudkan sikap solider terhadap

orang lain

A. Evaluasi

� Guru meminta siswa untuk hening dan

menjawab pertanyaan reflektif di bawah

ini:

• Apakah aku selama ini dapat

menggunakan kemampuan dan

kekurangan yang ada dalam diriku

dengan baik?mengapa?

B. Penugasan

� Guru memberikan tugas kepada siswa

dalam kelompok untuk melakukan

observasi ke salah satu SLB:

� Ceritakan pengalamanmu sewaktu

melakukan observasi di SLB?

� Pengalaman apa yang paling

berkesan bagiku ketika aku

melakukan observasi di SLB?

� Dari observasi yang telah

dilakukan, nilai-nilai apa yang

dapat aku jadikan pelajaran dan aku

jadikan pegangan dalam hidupku?

� Apakah selama ini aku telah

mewujudkan rasa peduliku terhadap

teman-teman yang secara fisik

mempunyai keterbatasan?

mengapa?

� Guru meminta salah satu siswa untuk

menutup pelajaran dengan doa penutup

Page 91: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

74

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP 2)

I. IDENTITAS

Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik

Kelas/semester : X/1

Materi Pokok : Sebagai Citra Allah Saya dan Sesama adalah

Saudara

II. STANDAR KOMPETENSI

Memahami nilai-nilai keteladanan Yesus Kristus sebagai landasan

mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki-laki yang memiliki rupa-

rupa kemampuan dan keterbatasan sehingga dapat berelasi dengan sesama

secara lebih baik.

III. KOMPETENSI DASAR

Memahami dirinya sebagai manusia yang diciptakan Allah menurut citra-Nya

sehingga menyadari bahwa semua manusia adalah saudara se-Allah Bapa.

IV. INDIKATOR

1) Membuat refleksi diri setelah melihat keadaan dan situasi di suatu SLB

2) Menemukan inti dari perikop Kitab Suci Kej 1: 26-31

3) Membuat doa atau puisi tentang manusia diciptakan secitra dan segambar

dengan Allah.

Page 92: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

75

4) Menjelaskan berbagai upaya dalam mengembangkan sikap solider dan

persaudaraan sejati umat manusia.

V. ALOKASI WAKTU: 2x45 menit

VI. TUJUAN PEMBELAJARAN

Siswa dapat memahami bahwa dirinya sebagai manusia yang diciptakan Allah

menurut citra-Nya sehingga menyadari bahwa semua manusia adalah saudara

se-Allah Bapa yang juga diciptakan secitra dengan Allah.

VII. URAIAN MATERI POKOK

1. Refleksi tentang pengalaman sewaktu mengobservasi SLB

2. Inti dari perikop Kitab Suci Kej 1: 26-31

3. Ungkapan doa atau puisi tentang rasa syukur diciptakan secitra dan

segambar dengan Allah.

4. Upaya dalam mengembangkan persaudaraan sejati umat manusia.

VIII. METODE PEMBELAJARAN

1. Refleksi

2. Ceramah

3. Diskusi

4. Tanya jawab

5. Penugasan

IX. SUMBER BAHAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN

Page 93: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

76

1. Sumber bahan

a. Buku Guru I: “Perutusan Murid-murid Yesus Pendidikan Agama

Katolik untuk SMA/SMK”. Kanisius, Yogyakarta. 2007. Hal. 46-54

b. Buku Siswa IA “Perutusan Murid-murid Yesus Pendidikan Agama

Katolik untuk SMA/SMK”, Kanisius, Yogyakarta. 2008.

c. “Pendidikan Agama Katolik Menjadi Murid Yesus”, Kanisius,

Yogyakarta. 2010.

d. Pengalaman siswa

2. Media Pembelajaran

a. LCD

b. Laptop

c. Pengalaman siswa

X. KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN WAKTU

KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIKATOR WAKTU Pembuka

Pendahuluan

� Mengawali proses belajar mengajar

dengan doa yang dipimpin oleh salah

satu siswa

� Siswa mendengarkan pengantar dari

guru:

Baik, selamat pagi teman-teman. Pada

pertemuan kemarin teman-teman di

dalam kelompok telah diberi tugas

untuk melakukan observasi ke salah

satu SLB. Tentunya teman-teman

banyak memperoleh pengalaman dari

observasi tersebut. Lewat kunjungan

5 menit

Page 94: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

77

tersebut kita dapat melihat dan

merasakan secara langsung situasi yang

terjadi di salah satu SLB. Pada

kesempatan hari ini, tema yang kita

bahas adalah sebagai citra Allah kita

dan sesama adalah saudara. Pada

pertemuan ini kita juga akan bersama-

sama menggali pesan Kitab suci.

Dengan pertemuan ini diharapkan kita

dapat mewujudkan sikap solider kita

terhadap sesama kita.

Kegiatan inti

Langkah 1

� Guru meminta siswa untuk masuk ke

dalam kelompok observasi

� Guru meminta siswa untuk

merefleksikan hasil pengalaman sewaktu

berada di SLB secara pribadi dengan

bantuan pertanyaan di bawah ini:

(dilakukan secara hening)

� Ceritakan pengalamanmu sewaktu

melakukan observasi di SLB?

� Pengalaman apa yang paling

berkesan bagiku ketika aku

melakukan observasi di dalam

kelompok?

� Dari observasi yang telah

dilakukan, nilai-nilai apa yang

dapat aku jadikan pelajaran dan

aku jadikan pegangan dalam

hidupku?

� Apakah selama ini aku telah

Membuat refleksi

diri melihat

keadaan dan situasi

di suatu SLB

20 menit

Page 95: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

78

mewujudkan rasa peduliku

terhadap teman-teman yang secara

fisik mempunyai

keterbatasan?mengapa?

� Guru memberikan peneguhan:

Setiap pribadi manusia mempunyai

kekuatan dan keterbatasan. Tak pernah

di dunia ini, manusia yang sempurna

tanpa keterbatasan. Sekuat apapun

manusia, pasti mempunyai kelemahan

dan keterbatasan, selalu ada kekuatan di

baliknya. Jangan sampai karena cacat

tubuh, membuat orang tidak berdaya lagi

dalam menjalani hidup. Seseorang harus

tetap optimis dalam meraih mimpi

walaupun mempunyai keterbatasan

(Yoseph Kristianto, 2010: 31).

� Guru mengajak siswa untuk membaca

perikop kitab suci Kej 1: 26-27

� Guru memberikan pertanyaan

pengantar yang berhubungan dengan

bacaan Kitab Suci.

� Menurutmu bagaimana apakah

yang dimaksud dengan serupa

dengan Allah?

� Guru memberikan peneguhan:

Kita merupakan makhuk ciptaan Tuhan

yang diciptakan sesuai gambar dan

rupa Allah. Tujuan Allah diciptakan

sesuai dengan gambaran dan rupanya

ialah untuk menunjukan bahwa kita

mempunyai martabat dan hak asasi

yang sama di hadapan Allah.

Menemukan inti

dari perikop Kitab

Suci Kej 1: 26-31

5 menit

20 menit

Page 96: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

79

� Guru meminta anak untuk membuat

suatu ungkapan doa/puisi sebagai

bentuk rasa syukur karena telah

diciptakan sesuai dengan gambaran

Allah.

� Guru meminta salah satu atau dua

orang anak untuk membacakan hasil

karyanya.

Penutup

� Guru memberikan peneguhan

Sebagai ciptaan Tuhan kita

hendaknya dapat mensyukuri apa yang

telah diberikan Tuhan terhadap kita.

Ungkapan syukur tersebut dapat kita

lakukan dengan menjaga dan

mengembangkan apa yang telah

diberikan Tuhan terhadap kita.

Ungkapan syukur tersebut juga dapat

kita lakukan dengan saling

menghargai, menolong dan bersikap

solider antara satu dengan yang lain.

Dengan demikian maka suasana

persaudaraan akan tercipta di tengah-

tengah kita.

A. Evaluasi

� Guru meminta siswa untuk hening dan

menjawab pertanyaan reflektif di

bawah ini:

• Apakah selama ini aku sudah ikut

ambil bagian dalam mewujudkan

suasana persaudaraan di dalam kelas?

tindakan apa yang telah aku lakukan?

Membuat doa atau

puisi tentang

manusia diciptakan

secitra dan

segambar dengan

Allah.

Menjelaskan

berbagai upaya

dalam

mengembangkan

sikap solider dan

persaudaraan sejati

umat manusia.

25 menit

15 menit

Page 97: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

80

B. Penugasan

� Guru memberikan tugas kepada siswa

untuk mencari beberapa artikel tentang

kejadian atau perisiwa yang

menceritakan rusaknya persaudaraan

antar sesama

� Siswa diminta untuk memberikan

pendapatnya dari artikel tersebut.

(boleh diketik atau tulis tangan)

� Guru meminta salah seorang siswa

untuk menutup pelajaran dengan doa

penutup

Page 98: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

81

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP 3)

I. IDENTITAS

Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik

Kelas/semester : X/1 (Gasal)

Materi Pokok : Suara Hati Sebagai Dasar Dalam Membangun

Persaudaraan

II. STANDAR KOMPETENSI

Memahami nilai-nilai keteladanan Yesus Kristus sebagai landasan

mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki-laki yang memiliki rupa-

rupa kemampuan dan keterbatasan sehingga dapat berelasi dengan sesama

secara lebih baik.

III. KOMPETENSI DASAR

Mengungkapkan dan menjelaskan peranan suara hati dalam setiap membuat

keputusan.

IV. INDIKATOR

1) Menganalisis sebuah artikel tentang peristiwa/kejadian yang

menceritakan rusaknya hubungan persaudaraan dengan sesama

2) Mengetahui arti hati nurani, cara kerja hati nurani, dan fungsi hati

nurani

Page 99: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

82

3) Mengetahui hubungan hati nurani dalam pembentukan persaudaraan.

4) Menyelami pembinaan suara hati dalam dokumen Konsili Vatikan II

(Gaudium et Spes, artikel 16)

5) Membuat refleksi diri tentang suara hati yang ada dalam diri sendiri

V. ALOKASI WAKTU: 2x45 menit

VI. TUJUAN PEMBELAJARAN

Siswa dapat mengenal suara hatinya, sehingga siswa dapat terbantu dalam

mewujudkan dan mengembangkan sikap solider

XI. URAIAN MATERI POKOK

a. Artikel tentang peristiwa/kejadian yang menceritakan rusaknya

hubungan persaudaraan dengan sesama

b. Arti, makna, cara kerja, dan fungsi hati nurani

c. Hati nurani dalam membentuk persaudaraan dengan sesama

d. Hati nurani dalam dokumen Konsili Vatikan II (Gaudium et Spes, artikel

16)

e. Refleksi diri tentang suara hati yang ada dalam diri sendiri

VII. METODE PEMBELAJARAN

1. Analisis

2. Diskusi

3. Dialog

4. Tanya jawab

Page 100: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

83

5. Refleksi

6. Penugasan

VIII. SUMBER BAHAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN

1. Sumber bahan

a. Buku Guru I: “Perutusan Murid-murid Yesus Pendidikan Agama

Katolik untuk SMA/SMK”. Kanisius, Yogyakarta. 2007. Hal. 92-

94

b. Buku Siswa IA “Perutusan Murid-murid Yesus Pendidikan Agama

Katolik untuk SMA/SMK”, Kanisius, Yogyakarta. 2008.

c. Dokumen Konsili Vatikan II (Gaudium et Spes, artikel 16)

2. Media Pembelajaran

a. LCD

b. Laptop

c. Cuplikan film Cheng-Cheng Po

d. Speaker aktif

IX. KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN WAKTU

PROSES PEMBELAJARAN INDIKATOR WAKTU

Pembuka:

� Guru mengawali proses belajar

mengajar dengan doa yang dipimpin

oleh salah satu siswa.

� Guru memberikan pengantar tentang

materi yang akan dipelajari dalam

pertemuan kali ini

Baik, selamat pagi semuanya. Pada

5 menit

Page 101: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

84

pertemuan yang lalu kalian diberi

tugas untuk mencari artikel di

majalah atau koran yang berisi

peristiwa yang menceritakan rusaknya

persaudaraan antar sesama. Pada

pertemuan ini kita akan membahas

arti hati nurani, cara kerja hati

nurani, dan fungsi hati nurani.

Selanjutnya kita akan menonton

tayangan film yang membantu kita

dalam materi ini.

Kegiatan Inti

Langkah I:

� Guru meminta siswa untuk masuk

kedalam kelompok diskusi

� Guru meminta siswa menganalisis

artikel dari tugas minggu kemarin di

dalam kelompok masing-masing

dengan bantuan pertanyaan dibawah

ini:

� Tuliskan peristiwa-peristiwa yang

ada dalam artikel!

� Menurut kelompok, apa penyebab

terjadinya peristiwa-peristiwa

yang ada dalam artikel-artikel

tersebut?

� Menurut kelompok apakah

penggunaan suara hati sudah

terwujud dalam artikel tersebut?

� Guru memberikan peneguhan:

Kita dan sesama diciptakan di dunia

ini sebagai saudara. Untuk

Menganalisis

sebuah artikel

tentang

peristiwa/kejadian

yang menceritakan

rusaknya hubungan

persaudaraan

dengan sesama

15 menit

5 menit

Page 102: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

85

membangun pesaudaraan diperlukan

sikap saling menghargai dan

menghormati satu dengan yang lain.

Perbedaan yang ada bukan

merupakan suatu penghalang bagi

kita untuk mewujudkan persaudaraan

di tengah dunia ini.

� Guru memberi pemahaman tentang

hati nurani

“Di dalam pergumulan suatu masalah

dan memilih, maka ada baiknya jika

kita berpikir sejenak tentang arti dan

makna hati nurani, segi-segi hati

nurani, dan fungsi hati nurani.

1. Arti dan makna hati nurani

Hati nurani dapat diartikan secara

luas dan sempit.

- Arti luas: kesadaran moral yang

tumbuh dan berkembang dalam

hati manusia. Keinsafan akan

adanya kewajiban.

- Arti sempit: hati nurani

merupakan penerapan

kesadaran moral di atas dalam

situasi konkret. Suara hati yang

menilai suatu tindakan manusia

benar atau salah, baik atau

buruk. Hati nurani tampil

sebagai hakim yang baik dan

jujur, walaupun dapat keliru.

2. Cara kerja hati nurani

- Dalam hati manusia, sebelum ia

bertindak atau berbuat sesuatu, ia

Mengetahui arti

hati nurani, cara

kerja hati nurani,

dan fungsi hati

nurani

20 menit

Page 103: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

86

sudah mempunyai kesadaran atau

pengetahuan umum yang baik dan ada

yang buruk. Setiap orang memiliki

kesadaran moral tersebut, walaupun

kadar kesadarannya berbeda-beda.

- Pada saat-saat menjelang suatu

tindakan etis, pada saat itu kata hati

akan mengatakan perbuatan itu baik

atau buruk. Jika perbuatan itu baik,

kata hati muncul sebagai yang

menyuruh. Namun, jika perbuatan itu

buruk maka kata hati akan muncul

untuk melarang. Kata hati yang

muncul saat itu disebut prakata hati.

- Pada saat suatu tindakan dijalankan,

kata hati masih tetap bekerja, yakni

menyuruh atau melarang.

- Sesudah suatu tindakan atau

perbuatan, maka kata hati muncul

sebagai hakim yang memberi vonis.

Untuk perbuatan baik, kata hati akan

memuji tetapi jika perbuatan itu salah

maka kata hati akan

mencela/menyalahkan sehingga kita

akan merasa gelisah, bersalah dan

putus asa.

3. Fungsi hati nurani dan sikap kita

terhadapnya

a. Fungsi hati nurani

- Hati nurani berfungsi sebagai

pegangan, pedoman atau norma

untuk menilai suatu tindakan,

apakah tindakan itu baik atau

Page 104: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

87

buruk.

- Hati nurani berfungsi sebagai

pegangan atau peraturan-

peraturan konkret di dalam

kehidupan sehari-hari.

- Hati nurani berfungsi

menyadarkan manusia akan

nilai dan harga dirinya.

b. Sikap kita terhadap hati nurani

- Menghormati setiap suara hati

yang keluar dari hati nurani

kita.

- Mendengarkan dengan cermat

dan teliti setiap bisikan hati

nurani.

- Mempertimbangkan secar

masak dengan pikiran sehat apa

yang dikatakan oleh hati nurani.

- Melaksanakan apa yang disuruh

oleh hati nurani.”

� Guru mengajak para siswa untuk

menonton cuplikan film Cheng-Cheng

Po

� Guru mengajak para siswa untuk

berkumpul dalam kelompok-

kelompok kecil dan mengajak siswa

untuk berdiskusi. Tiga pertanyaan

yang harus mereka diskusikan, yakni:

1. Apa yang anda tangkap dari

tayangan atau cuplikan film tadi?

2. Temukan wujud sikap

persaudaraan dalam tayangan

tadi!

20 menit

Page 105: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

88

� Guru memberikan penegasan

berdasarkan jawaban para siswa,

misalnya:

• Dalam mengambil keputusan, kita

mempunyai pedoman bukan

berasal dari diri kita, tetapi

berasal atau keluar dari kita

sendiri. Setiap orang mempunyai

daya khusus, untuk mengenal

yang baik dan yang buruk. Dalam

menghadapi situasi konkret, kita

selalu disadarkan dari dalam.

• Hati nurani sangat dibutuhkan

seseorang untuk menciptakan

hubungan persaudaraan dengan

sesama. Hati nurani selalu

menyerukan kita untuk berbuat

baik terhadap sesama kita.

� Guru mengajak para siswa untuk

membaca kutipan dokumen Konsili

Vatikan II (Gaudium et Spes, artikel 16)

“Di lubuk hatinya, manusia

menemukan hokum, yang tidak

diterimanya dari dirinya sendiri,

melainkan harus ditaati. Suara hati itu

selalu menyerukan kepadanya untuk

mencintai dan melaksanakan apa yang

baik, dan menghindari apa yang jahat.

Bila mana perlu, suara itu

menggemakan dalam lubuk hatinya:

jalankan ini, elakkan itu. Sebab dalam

hatinya, manusia menemukan hukum

yang ditulis oleh Allah. Martabatnya

Mengetahui

hubungan hati

nurani dalam

pembentukan

persaudaraan.

Menyelami

pembinaan hati

nurani dalam

dokumen Konsili

Vatikan II

(Gaudium et Spes,

artikel 16)

10 menit

Page 106: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

89

ialah mematuhi hukum itu, dan menurut

hukum itu pula ia akan diadili.

Hati nurani ialah inti manusia yang

paling rahasia, sanggar suci; di situ ia

seorang diri bersama Allah, yang

pesannya menggema dalam hatinya.

Berkat hati nurani dikenallah secara

ajaib hukum, yang dilaksanakan dalam

cinta kasih terhadap Allah dan

terhadap sesama. Atas kesetiaan

terhadap hati nurani, umat Kristiani

bergabung dengan sesama lain untuk

mencari kebenaran, dan untuk dakam

kebenaran itu memecahkan sekian

banyak persoaalan moral, yang timbul

baik dalam hidup perorangan maupun

dalam kehidupan masyarakat.

� Guru mengajak para siswa untuk

berkumpul dalam kelompok-kelompok

kecil dan mengajak siswa untuk

berdiskusi. Tiga pertanyaan yang harus

mereka diskusikan, yakni:

1. Apa yang anda tangkap dari

kutipan dokumen di atas?

2. Apa pengertian hati nurani

dalam dokumen tersebut?

Penutup

A. Evaluasi

� Guru memberikan peneguhan:

Walaupun suara hati menjadi pedoman,

tetapi suara hati sering kali juga bisa

keliru karena dipengaruhi situasi

pribadi seseorang, lingkungan, dan

Page 107: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

90

pendidikan. Untuk itu, suara hati perlu

diasah dan dibina terus menerus agar

tumbuh dan berkembang semakin murni

dan dewasa. Suara hati perlu diberikan

kesempatanbertumbuh dan berkembang

menjadi dewasa dan mandiri

� Guru meminta anak (hening) untuk

membuat refleksi pribadi dengan

bantuan pertanyaan di bawah ini:

� Apakah selama ini aku sudah

menggunakan suara hatiku

dengan baik?

� Pengalaman apa yang aku alami

ketika aku harus menggunakan

suara hati ku dengan

baik?ceritakan!

B. Penugasan

� Guru memberikan tugas observasi

kepada siswa mengamati situasi orang

pinggiran di tepian Kalicode:

� Siapa yang sedang kamu amati?

� Bagaimana perasaan mereka

yang tinggal di pinggiran

Kalicode?

� Apa saja keluhan yang dirasakan

oleh orang-orang tersebut?

� Apakah yang kamu rasakan

ketika melihat penderitaan atau

keprihatinan yang dirasakan

orang lain?

� Guru menunjuk salah satu siswa untuk

menutup pelajaran dengan doa

penutup

Membuat refleksi

diri tentang suara

hati yang ada

dalam diri sendiri

10 menit

5 menit

Page 108: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

91

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP 4)

I. IDENTITAS

Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik

Kelas/semester : X/1 (Gasal)

Materi Pokok : Pembinaan Suara Hati Guna Membangun Sikap

Solider

II. STANDAR KOMPETENSI

Memahami nilai-nilai keteladanan Yesus Kristus sebagai landasan

mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki-laki yang memiliki rupa-

rupa kemampuan dan keterbatasan sehingga dapat berelasi dengan sesama

secara lebih baik.

III. KOMPETENSI DASAR

Memahami beberapa cara untuk membentuk suara hati agar tidak keliru

dan tidak tumpul.

IV. INDIKATOR

1) Membuat refleksi pribadi tentang gambaran situasi nyata di Kalicode

2) Mengetahui hubungan suara hati dalam pembentukan sikap solider.

3) Memahami pembinaan suara hati dalam terang Kitab Suci

4) Membuat rencana kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan sikap

solider.

Page 109: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

92

V. ALOKASI WAKTU: 2x45 menit

VI. TUJUAN PEMBELAJARAN

Siswa dapat mengenal suara hatinya, sehingga siswa dapat terbantu

dalam mewujudkan dan mengembangkan sikap solider

VII. URAIAN MATERI POKOK

1. Refleksi tentang situasi nyata di Kalicode

2. Hubungan suara hati dalam pembentukan sikap solider.

3. Pembinaan suara hati dalam terang Kitab Suci

4. Rencana kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan sikap solider.

VIII. METODE PEMBELAJARAN

1. Refleksi

2. Ceramah

3. Diskusi

4. dialog

5. Tanya jawab

6. Penugasan

IX. SUMBER BAHAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN

1. Sumber bahan

a. Buku Guru I: “Perutusan Murid-murid Yesus Pendidikan Agama

Katolik untuk SMA/SMK”. Kanisius, Yogyakarta. 2007. Hal.

92-94

Page 110: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

93

b. Buku Siswa IA “Perutusan Murid-murid Yesus Pendidikan

Agama Katolik untuk SMA/SMK”, Kanisius, Yogyakarta. 2008.

c. Pengalaman siswa

d. Perikop Kitab Suci Gal 5: 16-25

2. Media Pembelajaran

a. LCD

b. Laptop

X. KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN WAKTU

KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIKATOR WAKTU

Pembuka:

� Guru mengawali proses belajar mengajar

dengan doa yang dipimpin oleh salah satu

siswa.

� Guru memberikan pengantar tentang

materi yang akan dipelajari dalam

pertemuan kali ini

Baik, selamat pagi semuanya. Pada

pertemuan yang lalu kita sudah belajar

tema tentang hati nurani. Pertemuan hari

ini merupakan kelanjutan dari pertemuan

yang lalu. Pada pertemuan kali ini kita

akan sama-sama berefleksi dari tugas

observasi keadaan warga di tepian

Kalicode. Setelah itu kita secara bersama-

sama akan mendalami pembinaan suara

hati dalam terang Kitab Suci, masih

banyak lagi bahan-bahan yang akan kita

pelajari pada kesempatan hari ini.

5 menit

Page 111: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

94

Kegiatan Inti

Langkah I:

� Guru meminta masing-masing kelompok

observasi untuk mempersentasikan hasil

observasi kelompok di tempat tinggal

penduduk sekitar Kalicode.

� Guru meminta anak untuk merefleksikan

secara pribadi hasil observasi kelompok

dengan bantuan pertanyaan sebagai

berikut:

1. Pengalaman apa saja yang

mengesankan bagi diriku saat

melakukan observasi

2. Apakah diriku sudah peduli dan peka

terhadap orang lain di sekitar tempat

tinggalku?

3. Sebutkan wujud konkret apa saja

yang telah aku wujudkan sebagai

bentuk rasa peduliku terhadap

keprihatinan yang dirasakan oleh

orang lain.

� Guru memberikan penjelasan singkat

tentang peranan suara hati dalam

pembentukan sikap solider siswa

Dewasa ini banyak sekali keprihatinan

yang terjadi di negara kita, entah itu

akibat kemiskinan, bencana alam, dll.

Banyak hal yang menyebabkan

keprihatinan-keprihatinan tersebut.

Sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan

tentunya kia diharapkan dapat bersikap

peduli dan peka terhadap apa yang

dirasakan saudara kita. Sikap solider juga

Membuat

refleksi pribadi

tentang

gambaran situasi

nyata di

Kalicode

Mengetahui

hubungan suara

hati dalam

pembentukan

sikap solider.

25 menit

10 menit

Page 112: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

95

merupakan salah satu bentuk sikap

perhatian dan perduli kita terhadap

penderitaan sesama kita. Jika kita melihat

keprihatinan sesama kita, biasanya suara

hati yang baik akan mendorong kita untuk

berbuat solider terhadap sesama

� Guru mengajak siswa untuk mendalami

bacaan Kitab Suci yang berhubungan

dengan suara hati (Gal 5: 16-25).

� Guru meminta siswa untuk menjawab

beberapa pertanyaan guna mendalami

perikop Kitab Suci di atas.

1. Manakah perbuatan daging dan

manakah perbuatan roh?

2. Kalimat mana dari pesan santo

Paulus yang sungguh relevan bagi

dirimu?

3. Ke manakah hati nurani kita harus

diarahkan?

� Guru meminta salah satu atau dua orang

untuk mempresentasikan hasil

pekerjaannya

� Guru memberikan peneguhan

Sebagai orang Kristen kita dituntut untuk

hidup di bawah bimbingan Roh. Santo

Paulus menasihati kita supaya kita

memberikan diri dipimpin atau di bawah

pimpinan Roh (lih Gal 5:17). Kita harus

selalu berusaha untuk memenangkan hati

nurani kita dan mengalahkan

kecenderungan kita yang menyesatkan.

Suara hati harus dimenangkan dan

dikokohkan dengan berbagai usaha. Kita

Memahami

pembinaan suara

hati dalam

terang Kitab

Suci

25 menit

Page 113: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

96

harus peka terhadap sapaan dan rahmat

Allah.

KV II khususnya dalam Gaudium et Spes

Art.16, antara lain mengatakan ,”tidak

jarang terjadi, bahwa hati nurani keliru

karena ketidaktahuan yang teratasi.

Karena itu ia kehilangan martabanya. Hal

itu sebenarnya tidak perlu terjadi kalau

manusia berikhtiar untuk mencari yang

benar dan baik…” Itu artinya manusia

tidak boleh tunduk dan mengalah pada

situasi yang membelenggu suara hati.

Penutup

� Guru memberikan peneguhan:

Pembinaan suara hati sangat penting dan

mutlak agar suara hati akhirnya bisa

menjadi daya gerak dan pemimpin hati yang

sejati. Untuk membinanya, seseorang harus

senantiasa peka, mendengarkan, dan setia

pada suara hatinya.

A. Evaluasi

� Guru mengajak siswa untuk membuat

refleksi

Dengan bantuan beberapa pertanyaan di

bawah ini:

� Nilai-nilai apakah yang aku peroleh

dalam pertemuan hari ini?mengapa?

� Sikap apakah yang dapat aku wujudkan

terhadap keprihatinan yang dirasakan

oleh orang lain?

� Tuliskan sikap ku selama ini ketika aku

melihat orang yang sedang

15 menit

Page 114: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

97

kesusahan/sedang mengalami suati

keprihatinan!

B. Penugasan

� Guru meminta siswa untuk membuat

kelompok kecil yang terdiri dari 5 atau 6

orang anggota

� Guru mengajak masing-masing kelompok

untuk membuat suatu program kegiatan

yang dapat dilakukan siswa untuk

mengembangkan sikap solider siswa di

kelas kelompok.

� Guru meminta seorang siswa untuk

menutup pelajaran dengan doa penutup

Membuat

rencana

kegiatan-

kegiatan yang

dapat

mengembangkan

sikap solider.

10 menit

Page 115: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

98

BAB V

PENUTUP

Dalam bab ini penulis membuat kesimpulan dan saran-saran. Kesimpulan ini

berisi beberapa pokok penting yang perlu ditegaskan kembali sehubungan dengan

penulisan skripsi ini. Selain kesimpulan, dalam bab ini penulis juga akan

menyampaikan saran-saran yang ditujukan kepada pihak sekolah SMA Pangudi

Luhur Yogyakarta.

A. Kesimpulan

Pendidikan Agama Katolik merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di

SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Tujuan dari Pendidikan Agama Katolik ialah agar

hidup siswa menjadi semakin beriman. Pokok-pokok yang ada dalam pendidikan

agama katolik meliputi tujuan, bahan, model Pendidikan Agama Katolik, dan yang

terahkir ialah peranan guru Pendidikan Agama Katolik. Pokok-pokok yang ada dalam

Pendidikan Agama Katolik tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain.

Pendidikan Agama Katolik merupakan salah satu mata pelajaran yang dinilai

siswa kelas X SMA Pangudi Luhur dapat membantu siswa dalam mengembangkan

sikap solider. Dalam proses Pendidikan Agama Katolik, guru dapat menggunakan

metode-metode yang membantu siswa dalam mengembangkan sikap solider, yakni:

metode observasi langsung, refleksi, dan metode praktek. Materi-materi yang ada

dalam buku Pendidikan Agama Katolik juga dapat digunakan sebagai bahan dalam

mengembangkan sikap solider siswa. Di samping materi-materi yang ada dalam buku

Pendidikan Agama Katolik, pengalaman dari hasil observasi juga dapat dijadikan

sebagai bahan dalam mengembangkan sikap solider siswa,

Page 116: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

99

Pendidikan Agama Katolik memiliki peranan yang sangat penting dalam

peningkatan sikap solider siswa. Oleh sebab itu proses pembelajaran Pendidikan

Agama Katolik hendaknya sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa dalam

mengembangkan dan meningkatkan sikap solider. Tujuan dari Pendidikan Agama

Katolik diharapkan juga berhubungan dengan peningkatan sikap solider siswa. Selain

tujuan, materi dalam proses Pendidikan Agama Katolik diharapkan membantu siswa

dalam mengembangkan sikap solider.

B. Saran-saran

Bedasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa masukan-masukan dari siswa

terkait dengan proses Pendidikan Agama Katolik yang dapat mengembangkan sikap

solider siswa. Saran-saran tersebut berupa saran terhadap proses pembelajaran

Pendidikan Agama Katolik. Proses Pendidikan Agama Katolik hendaknya dapat

disesuaikan dengan kebutuhan para siswa. Penggunaan bahan, metode dalam proses

pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang cocok dapat membantu siswa dalam

meningkatkan sikap solider yang mereka miliki.

Pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang ada di dalam bab IV

hendaknya dapat dilaksanakan sebagai satu kesatuan. Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran tersebut disusun oleh penulis sebagai satu kesatuan dan saling

berhubungan antara satu dengan yang lain. Untuk penilaian dari keempat rencana

pembelajaran yang ada di dalam bab IV, siswa diberikan tugas untuk membuat

laporan tentang hasil observasi ke SLB dalam bentuk portopolio. Dalam proses

observasi guru hendaknya juga dapat ikut terjun langsung bersama siswa untuk

melihat dan merasakan keprihatinan yang dirasakan oleh orang lain. Peran guru di

sini dapat memberikan teladan bagi para siswa dalam meningkatkan sikap solider.

Page 117: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

100

DAFTAR PUSTAKA

1. Media Cetak

Banawiratma, J.B. (1991). Iman Pendidikan dan Prubahan Sosial. Yogyakarta:

Kanisius. Danim, Sudarwan. (2008). Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara DEPDIKNAS. (2003). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Katolik Sekolah Menengah Atas. Jakarta: DEPDIKNAS. Effendi, Mukhlison. (2008). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Nadi Offset. Hamalik, Oemar.(2009). Psikologi Belajar Dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo. Hamzah. B. Uno (2007). Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara Heryatno, F.X. (2008). Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah.

Yogyakarta: Prodi IPPAK. Kieser, B. (1992). Solidaritas Seratus Tahun Ajaran Sosial Gereja. Yogyakarta:

Kanisius. Kristianto, Yoseph. (2010). Pendidikan Agama Katolik Menjadi Murid Yesus.

Yogyakarta: Kanisius. KWI. (2004). Perutusan Murid-Murid Yesus Pendidikan Agama Katolik untuk

SMU/SMK. Yogyakarta: Kanisius. Komisi Kateketik KWI (2007). Perutusan Murid-Murid Yesus Pendidikan Agama

Katolik untuk SMU/SMK Buku Guru I. Yogyakarta: Kanisius. Nana Sudjana & Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:

Sinar Baru Algensindo. Prodi IPPAK. (2006). Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta: IPPAK. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Jakarta Pusat: Balitbang Depdiknas. Rausch, P. (2001). Katolisisme. Yogyakarta: Kanisius Sabrino, Jon. (1989). Teologi Solidaritas. Yogyakarta: Kanisius. Sagala, Saiful. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV

ALFABETA. Singarimbun, Masri. (1989). Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (UPT-MPK) Sanata

Dharma.(2010). Pendidikan Karakter Dalam Konteks Pengembangan Kekuatan Transformasi Masyarakat.Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Yoke Tode,S.Th. (1993). Quovadis Guru Kristen?. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.

2. Media Internet http://www.pangudiluhur.org/

Page 118: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

101

LAMPIRAN

.

Page 119: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …
Page 120: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …
Page 121: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …
Page 122: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …
Page 123: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …
Page 124: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …
Page 125: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …
Page 126: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …
Page 127: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …
Page 128: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …
Page 129: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …
Page 130: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …
Page 131: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …
Page 132: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …
Page 133: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …
Page 134: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …
Page 135: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …
Page 136: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

(18)

Lampiran 5: Lampiran yang digunakan dalam RPP

RPP I: MATIUS 25:14-30

25:14 "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke

luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan

hartanya kepada mereka.

25:15 Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang

seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia

berangkat.

25:16 Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan

uang itu lalu beroleh laba lima talenta.

25:17 Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan

berlaba dua talenta.

25:18 Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di

dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.

25:19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan

perhitungan dengan mereka.

25:20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima

talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku

telah beroleh laba lima talenta.

25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai

hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku

akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.

Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

25:22 Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua

talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.

25:23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai

hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab

dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung

Page 137: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

(19)

jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam

kebahagiaan tuanmu.

25:24 Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata:

Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di

tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di

mana tuan tidak menanam.

25:25 Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam

tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!

25:26 Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu

sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan

memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?

25:27 Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang

menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan

bunganya.

25:28 Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang

yang mempunyai sepuluh talenta itu.

25:29 Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia

berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang

ada padanya akan diambil dari padanya.

25:30 Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang

paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."

Page 138: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

(20)

RPP II : Kej 1: 26-31

1:26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan

rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung

di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang

melata yang merayap di bumi."

1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar

Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:

"Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah

itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas

segala binatang yang merayap di bumi."

1:29 Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-

tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang

buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.

1:30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala

yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan

hijau menjadi makanannya." Dan jadilah demikian.

1:31 Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.

Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam

Page 139: PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA …

(21)

RPP IV: Gal: 16-25

5:16 Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti

keinginan daging.

5:17 Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan

Roh berlawanan dengan keinginan daging -- karena keduanya bertentangan

-- sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.

5:18 Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu

tidak hidup di bawah hukum Taurat.

5:19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,

5:20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah,

kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,

5:21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu

kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa

barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat

bagian dalam Kerajaan Allah.

5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,

kemurahan, kebaikan, kesetiaan,

5:23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-

hal itu.

5:24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging

dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.

5:25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh