Pendidikan Agama Islam-Ibadah

15
Pendidikan Agama Islam -Ibadah- Andre Wiranata Muhammad Reza Nepi Diana Novita Sari

Transcript of Pendidikan Agama Islam-Ibadah

Pendidikan Agama Islam-Ibadah-

Andre WiranataMuhammad RezaNepi DianaNovita Sari

Pengertian IbadahIbadah secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab yaitu “abida-ya’budu-‘abdan-‘ibaadatan” yang

berarti taat, tunduk, patuh dan merendahkan diri. Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan.

Seseorang yang tunduk, patuh dan merendahkan diri dihadapan yang disebah.

Kata Ibadah Menurut Terminologi Al-Qur`an yaitu kegiatan Menyembah Allah sebagai maksud

dari diciptakannya Manusia dan Jin seperti ditegaskan Allah SWT

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.

Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya

mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rizki yang

mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 56-58)

Definisi ibadah itu antara lain :

1. Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya (yang digariskan) melalui lisan para Rasul-Nya,

2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah, yaitu tingkatan ketundukanyang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang palingtinggi,

3. Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dandiridhai Allah, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupunbathin. Ini adalah definisi ibadah yang paling lengkap.

• Ibadah dalam ilmu fiqih termasuk kegiatan amal kebaikan manusia,

dalam hal ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

• Ibadah mahdhoh disebut juga dengan istilah ibadah khos (ibadah khusus), adalah

ibadah dalam pengertian sempit, yaitu semua bentuk amal ibadah yang telah

menjadi ketentuan wajib syara`.

• Ibadah Ghairu Mahdhoh disebut juga dengan ibadah `Am (Ibadah Umum),

adalah ibadah dalam pengertian yg lebih luas, yaitu semua bentuk amal ibadah

manusia yang tidak melanggar ketentuan larangan syara`.

Macam-macam Ibadah Dan Keluasan Cakupannya

Ibadah itu banyak macamnya. Ia mencakup semua ketaatan yang nampak pada lisan,

anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, bertasbih, tahlil, dan membaca Al-Qur’an.

Shalat, zakat, puasa, haji, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin. Begitu pula cinta

kepada Allah dan Rasul-Nya.

Ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika perbuatan itu diniatkan

sebagai qurbah (pendekatan diri kepada Allah). Bahkan adat kebiasaan yang dibolehkan secara

syari’at (mubah) dapat bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat kepada-Nya. Seperti

tidur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, nikah dan sebagainya. Berbagai kebiasaan

tersebut jika disertai niat baik (benar) maka menjadi bernilai ibadah yang berhak mendapatkan

pahala. Ksarenanya, tidaklah ibadah itu terbatas pada syi’ar-syi’ar yang biasa dikenal semata.

Paham-paham Yang Salah Tentang Pembatasan Ibadah

• Ibadah adalah perkara tauqifiyah. Artinya tidak ada suatu bentuk ibadahpun yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Apayang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak),sebagaimana sabda Nabi:

• Maksudnya, amalnya ditolak dan tidak diterima, bahkan ia berdosakarenanya. Sebab amal tersebut adalah maksiat, bukan taat.

“Barang siapa melaksanakan suatu amalan tidak atas perintah kami, maka ia ditolak.” (HR. Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718)

• Tughyan adalah melampaui batas dengan bersikap terlalu keras danmemaksakan kehendak serta megada-ada. Ia lebih dikenal dengan ghuluw.

Ketika Rasulullah mengetahui bahwa tiga orang dari sahabatnya melakukan ghuluw dalam ibadah,

dimana seorang dari mereka berkata, “Saya akan terus berpuasa dan tidak berbuka”, yang kedua

berkata, “Saya akan shalat terus dan tidak tidur”, lalu yang ketiga berkata, “Saya tidak akan menikahi

wanita”, maka beliau bersabda, “Adapun saya, maka saya berpuasa dan berbuka, saya shalat dan saya

tidur, dan saya menikahi perempuan. Maka barang siapa tidak menyukai jejakku maka dia bukan dari

(bagian atau golongan)-ku.” (HR. Bukhari no. 4675 dan Muslim no. 2487)

Pilar dalam Ibadah

• Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar sentral, yaitu: hubb (cinta), khauf

(takut) dan raja’ (harapan). Rasa cinta (hubb) harus dibarengi dengan sikap rasa rendah

diri, sedangkan khauf (takut) harus dibarengi dengan raja’ (harapan). Dalam setiap

ibadah harus terkumpul unsur-unsur ini.

“Dia mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya.” (QS. Al-Maidah: 54)

“Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)

Macam-macam Ibadah Ditinjau Dari Berbagai Segi

• Dari Segi Ruang Lingkupnya

• Ibadah khashsah, yaitu ibadah yang ketentuan dan caranya pelaksanaannya

secara khusus sudah ditetapkan oleh nash, seperti shalat, zakat, puasa dan

haji

• Ibadah ‘ammah, yaitu semua perbuatan baik yang dilakukan dengan niat

yang baik dan semata-mata karena Allah SWT (ikhlas), seperti makan dan

minum, bekerja, amar ma’ruf nahi munkar, berlaku adil, berbuat baik

kepada orang lain dan sebagainya.

• Dari Segi Bentuk dan Sifatnya

• Ibadah yang berupa perkataan dan ucapan lidah, seperti: tasbih, tahmid, tahlil, takbir, taslim, do’a, membaca hamdalah oleh orang bersin, tasymit (menyahuti) orang bersin, memberi tahniyah (salam)

• Ibadah-ibadah berupa perbuatan, seperti menolong orang yang karam atau yang tenggelam, berjihad di jalan Allah SWT, membela diri dari gangguan, menyelenggarakan mayat dan mandi.

• Ibadah-ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan sesuatu pekerjaan. Termasuk kedalam ibadah ini, ibadah puasa, yaitu menahan diri dari makan, minum dan dari segala yang merusak puasa.

• Ibadah-ibadah yang bersifat menggugurkan hak, seperti membebaskan orang yang berhutang dari hutangnya dan memaafkan kesalahan dari orang yang bersalah dan memerdekakan budak dengan kaffarat.

Fungsi IbadahSetiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut untuk

beramal sholeh. Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya keyakinan. Ia tidak hanya

terpaku pada keimanan semata, melainkan juga pada amal perbuatan yang nyata. Islam

adalah agama yang dinamis dan menyeluruh. Dalam Islam, Keimanan harus diwujudkan

dalam bentuk amal yang nyata, yaitu amal sholeh yang dilakukan karena Allah. Ibadah

dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mewujudkan hubungan antara manusia dengan

Tuhannya, tetapi juga untuk mewujudkan hubungan antar sesama manusia.

• Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya, orang yang beriman

dirinya akan selalu merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya

menyesuaikan segala perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu

seseorang muslim tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat,

serta menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT.

• Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya, dengan sikap

ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota masyarakat yang

mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi nasihat. Oleh karena

itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara tentang fungsi ibadah menyebutkan

juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat.

• Melatih diri untuk berdisiplin, adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk

ibadah menuntut kita untuk berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat

dengan jelas dalam pelaksanaan sholat, mulai dari wudhu, ketentuan

waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan lainnya, mengajarkan kita

untuk berdisiplin.

Manfaat Ibadah

• Menumbuhkan kesadaran pada diri manusia bahwa kita diciptakan khusus untuk mengabdi kepada Allah

• memberikan ketentraman dan ketabahan hati

• Mencegah seseorang melakukan perbuatan keji dan munkar

• Menumbuhkan disiplin pribadi

• Menunjukkan tawakal kepada Allah

• Menghapus dosa dan menyelamatkannya dari Adzab Allah

• Selamat di dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat

• sarana untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah

• Memelihara kebersihan fisik dan rohani

• Mendorong manusia berani menghadapi problematika kehidupan dengan hati sabar dan tabah

Syarat Diterimanya Ibadah

1. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil, merupakan konsekuensidari syahadat laa ilaaha illallah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya untukAllah dan jauh dari syirik kepada-Nya.

2. Sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, adalah konsekuensi dari syahadatMuhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya taat kepada Rasul, mengikutisyari’atnya dan meninggalkan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan.

“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaknya ia mengerjakan amal yang saleh

dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi: 110)