PENDEKATAN METODE STRUCTURAL EQUATION …personal.its.ac.id/files/pub/2895-m_sritomo-ie-Makalah...
-
Upload
hoangkhanh -
Category
Documents
-
view
218 -
download
1
Transcript of PENDEKATAN METODE STRUCTURAL EQUATION …personal.its.ac.id/files/pub/2895-m_sritomo-ie-Makalah...
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 2 Agustus 2008
1
PENDEKATAN METODE STRUCTURAL EQUATION MODELING UNTUK
ANALISA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS DARI
TINJAUAN KESELAMATAN, KESEHATAN, DAN LINGKUNGAN KERJA DI
PT. BARATA INDONESIA (PERSERO) - GRESIK
Neny Mukhlisani*, Sritomo Wignjosoebroto**, Indung Sudarso***
Pascasarjana Teknik Industri-ITS, Kampus ITS Surabaya
e-mail : *[email protected],
**[email protected], ***[email protected]
ABSTRAK
Meningkatkan produktivitas adalah sebuah perhatian utama berbagai industri,
sebagai perubahan efektifitas dan efisiensi dari sumber daya ke dalam produk yang
dapat dipasarkan dan menentukan keuntungan bisnis. Sebagai akibatnya, berbagai
indikator dan faktor yang dapat dipertimbangkan telah diarahkan untuk dapat
meningkatkan produktivitas.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi hubungan keselamatan dan
kesehatan kerja terhadap produktivitas, dan (2) Mengidentifikasi hubungan lingkungan
kerja dari segi fisik dan lingkungan kerja dari segi psikologi dan sosial terhadap
keselamatan dan kesehatan serta produktivitas kerja.
Objek penelitian ini dilakukan pada industri manufaktur logam dan peralatan
berat serta Engineering, Procurement & Construction (EPC) berkelas industri besar
berstatus Badan Usaha Milik Negara, yaitu PT. Barata Indonesia (Persero) – Gresik.
Data yang digunakan berasal dari data kuesioner yang kembali dan layak untuk diolah
sejumlah 126 responden, yang merupakan karyawan di divisi produksi. Data direkap
dengan perangkat lunak SPSS 11 dan menggunakan LISREL 8.30 untuk mengolah data
secara statistik dengan metode Structural Equation Modeling (SEM).
Dengan SEM, diperoleh faktor variabel keselamatan kerja dan kesehatan kerja
berpengaruh langsung terhadap produktivitas kerja. Lingkungan kerja dari segi fisik
berpengaruh langsung terhadap kesehatan, namun tidak berpengaruh pada keselamatan
kerja, dan berpengaruh tidak langsung terhadap produktivitas melalui keselamatan
kerja. Untuk lingkungan kerja dari segi psikologi dan sosial, berpengaruh langsung
terhadap keselamatan kerja, namun tidak berpengaruh terhadap kesehatan kerja, dan
berpengaruh tidak langsung terhadap produktivitas melalui kesehatan kerja.
Kata kunci : kesehatan, keselamatan, lingkungan, produktivitas, Structural
Equation Modeling
PENDAHULUAN
Di Indonesia, menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002 –
2005, terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan
kompensasi lebih dari Rp. 550 milyar. Kompensasi ini adalah sebagian dari kerugian
langsung dari 7,5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek.
Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal adalah lebih
dari Rp. 2 triliun di mana sebagian besar merupakan kerugian dunia usaha. Dengan
kata lain, inilah hilangnya produktivitas dunia usaha karena kelalaian dalam
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Begitu pula survei ILO (International Labor
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 2 Agustus 2008
2
Organization) menyatakan bahwa tingkat ”competitiveness” karena faktor K3
Indonesia adalah negara ke-2 dari bawah dari lebih 100 negara yang disurvei.
Untuk menuju dunia usaha dan dunia kerja yang berbudaya K3 serta
terlaksananya implementasi peraturan perundangan K3 di Indonesia, maka Dewan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N) sebagai institusi tripartit ekstra
struktural memprakarsai untuk menyusun Visi, Misi, Kebijakan, Strategi, dan Program
Kerja K3 Nasional, khususnya untuk periode 2007 – 2010, dengan target indikator
sampai 2010, 50% perusahaan di Indonesia sudah melaksanakan K3.
Perusahaan perlu melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, yang
pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan dan produktivitas kerja
karyawan. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu dan sangat penting,
karena membantu terwujudnya pemeliharaan yang baik, sehingga karyawan menyadari
arti penting dari pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi karyawan maupun
perusahaan.
Meningkatkan produktivitas adalah sebuah perhatian utama berbagai industri,
sebagai perubahan efektifitas dan efisiensi dari sumber daya ke dalam produk yang
dapat dipasarkan dan menentukan keuntungan bisnis. Sebagai akibatnya, berbagai
indikator dan faktor yang dapat dipertimbangkan telah diarahkan untuk dapat
meningkatkan produktivitas. Maka dari itu, dalam penelitian ini, tidak hanya
membahas masalah K3 saja untuk meningkatkan produktivitas kerja, namun termasuk
masalah lingkungan kerja dari segi fisik serta lingkungan kerja dari segi psikologi dan
sosial.
PT. Barata Indonesia (Persero) merupakan suatu industri manufaktur logam dan
peralatan berat serta Engineering, Procurement & Construction (EPC) berkelas industri
besar berstatus Badan Usaha Milik Negara, berpusat di Gresik, yang juga mempunyai
cabang perusahaan di, Tegal, Bandung, Sukabumi, Cilegon, Medan, dan Makasar,
bergerak di bidang pembuatan alat-alat mesin untuk industri, dengan produk unggulan
alat berat, permesinan, pengecoran, konstruksi, dan jasa pemasangan. Potensi bahaya
yang ditimbulkan oleh karakteristik proses dan bahan produksinya sangat besar. Perihal
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia sedang mendapat perhatian
khusus. PT. Barata Indonesia (Persero) mempunyai komitmen yang tinggi terhadap
implementasi program K3. Hal ini dalam rangka untuk terus menjalin hubungan baik
dengan konsumennya dan menjaga agar sistem produksi perusahaan secara
keseluruhan berjalan dengan baik. Hal ini merujuk pada Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomor : PER. 05/MEN/1996. Bab III pasal 3, disebutkan bahwa : ”Setiap
perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan
atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau
bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran, dan penyakit akibat kerja (K3), wajib menerapkan Sistem
Manajemen K3”.
Telah banyak penelitian-penelitian yang dilakukan mengenai keselamatan kerja
(Cooper dan Philips, 2004) serta keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan
(Nazarudin, 2007), namun kaitannya penelitian mereka dengan mutu. Penelitian
mengenai kesehatan terhadap produktivitas (Tompa, 2002) dihubungkan dengan
masalah ekonomi. Penelitian mengenai produktivitas saja dilakukan oleh De Greef,
dkk., (2004).
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 2 Agustus 2008
3
Penelitian terdahulu masih belum menunjukkan hubungan keselamatan kerja,
kesehatan kerja, lingkungan kerja dari segi fisik serta lingkugan kerja dari segi
psikologi dan sosial dengan produktivitas kerja. Maka, penelitian ini diharapkan dapat
menjelaskan hubungan kelima variabel tersebut dengan metode Structural Equation
Modeling (SEM) melalui bantuan perangkat lunak
METODE PENELITIAN
1. Tahap Pendahuluan
Pada tahap pendahuluan dilakukan studi pendahuluan, perumusan masalah, dan
penetapan tujuan penelitan.
1.1 Studi Pendahuluan
Pada tahap ini dilakukan studi literatur dan studi lapangan. Studi literatur dilakukan
pada laporan tugas akhir, buku-buku dan jurnal yang berhubungan dengan topik
permodelan persamaan struktural atau yang lebih dikenal dengan sebutan Structural
Equation Modelling (SEM), keselamatan kerja, kesehatan kerja, lingkungan kerja
(lingkungan kerja dari segi fisik dan lingkungan kerja dari segi sosial dan psikologi),
serta produktivitas kerja. Kemudian dilakukan penentuan lokasi penelitian.
Berdasarkan hasil survei oleh badan statistik Amerika Serikat pada tahun 2002 yang
dikutip dalam disertasi Treiber, 2005, menunjukkan data seperti pada Tabel 1, dimana
tingkat luka (injury rates) tertinggi ada pada industri manufaktur dan konstruksi. Maka,
dipilihlah PT. Barata Indonesia (Persero) yang berlokasi di Gresik, yang merupakan
industri manufaktur logam dan peralatan berat berkelas industri besar berstatus Badan
Usaha Milik Negara serta bergerak di bidang usaha Engineering, Procurement &
Construction (EPC). Penelitian ini lebih fokus di divisi produksi, karena di divisi ini
para karyawannya berhubungan langsung dengan mesin dan proses produksi yang
berbahaya.
Tabel 1 Tingkat Luka berdasarkan Jenis Industri
Sumber : Treiber, 2005
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan studi literatur dan studi lapangan yang telah dilakukan, maka
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada pengaruh dari indikator-indikator tiap variabel terkait terhadap variabel
keselamatan kerja, kesehatan kerja, lingkungan kerja dari segi fisik, lingkungan
kerja dari segi sosial dan psikologi serta produktivitas kerja?
2. Indikator-indikator mana saja diantara semua indikator tiap variabel terkait yang
berpengaruh terhadap variabel keselamatan kerja, kesehatan kerja, lingkungan kerja
dari segi fisik, lingkungan kerja dari segi sosial dan psikologi serta produktivitas
kerja?
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 2 Agustus 2008
4
3. Apakah ada pengaruh dari faktor keselamatan kerja, kesehatan kerja, lingkungan
kerja dari segi fisik, lingkungan kerja dari segi sosial dan psikologi terhadap
produktivitas kerja?
4. Faktor-faktor mana saja diantara semua faktor yang berpengaruh terhadap
produktivitas kerja?
1.3 Penetapan Tujuan
Pada tahap ini, tujuan penelitian ditetapkan untuk menjawab permasalahan yang
dikaji meliputi :
1. Mengidentifikasi hubungan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas.
2. Mengidentifikasi hubungan lingkungan kerja dari segi fisik dan lingkungan kerja
dari segi psikologi dan sosial terhadap keselamatan dan kesehatan serta
produktivitas kerja.
2. Tahap Perancangan Model Penelitian
2.1 Kerangka Pemikiran
Merujuk teori dan hasil penelitian yang relevan, maka dapat dirancang
kerangka pemikiran yang diwujudkan dalam model struktural, seperti pada Gambar 1.
Untuk memudahkan dalam pengolahan data selanjutnya, maka variabel-variabel pada
kerangka pemikiran/model strutural disingkat. Keselamatan kerja disingkat dengan
huruf S yang berasal dari Safety. Kesehatan kerja disingkat dengan huruf H yang
berasal dari Health. Lingkungan kerja dari segi fisik serta lingkungan kerja dari segi
psikologi dan sosial disingkat dengan huruf EP dan EPS yang berasal dari Physical
Work Environment dan Phychological and Social Work Environment. Huruf E
diletakkan di depan, karena keduanya mengamati dari sisi lingkungan kerja.
Produktivitas kerja disingkat dengan huruf P yang berasal dari Productivity.
Keselamatan Kerja
(S)
Kesehatan Kerja (H)
Produktivitas
Kerja (P)
Lingkungan Kerja
dari segi Fisik (EP)
Lingkungan Kerja
dari segi Psikologi
dan Sosial (EPS)
H-1
H-6
H-3
H-2
H-4
H-5
Gambar 1 Kerangka pemikiran/model struktural penelitian
Kerangka pemikiran di atas menjelaskan bahwa Produktivitas (P) adalah
variabel laten endogen yang diberlakukan sebagai variabel dependen. Keselamatan (S)
dan Kesehatan (H) merupakan variabel laten endogen yang diberlakukan sebagai
variabel antara (intervening), sedang Lingkungan kerja dari segi fisik (EP) serta
Lingkungan kerja dari segi psikologi dan sosial (EPS) adalah variabel laten eksogen
(independen).
2.2 Hipotesis
Dengan demikian, berdasarkan kerangka pemikiran, penelitian ini dapat
dirumuskan ke dalam tiga model persamaan dan lima hipotesis penelitian sebagai
berikut :
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 2 Agustus 2008
5
1. Model Keselamatan Kerja : S = F(EP, EPS)
H-1 : Lingkungan kerja dari segi fisik secara positif berhubungan dengan keselamatan
kerja.
H-2 : Lingkungan kerja dari segi psikologi dan sosial secara positif berhubungan
dengan keselamatan kerja.
2. Model Kesehatan Kerja : H = F(EP, EPS)
H-3 : Lingkungan kerja dari segi fisik secara positif berhubungan dengan kesehatan
kerja.
H-4 : Lingkungan kerja dari segi psikologi dan sosial secara positif berhubungan
dengan kesehatan kerja.
3. Model Produktivitas Kerja : P = F(S, H)
H-5 : Keselamatan kerja secara positif berhubungan dengan produktivitas kerja.
H-6 : Kesehatan kerja dari segi psikologi dan sosial secara positif berhubungan dengan
produktivitas kerja.
2.3 Operasionalisasi Variabel (Awal Perancangan Kuesioner)
Pada tahap operasionalisasi variabel, sebenarnya sudah merupakan tahap awal
perancangan kuesioner, karena pada tahap inilah mulai dibentuk pertanyaan-
pertanyaan/variabel manifes/indikator yang dapat mengukur tiap variabel laten dengan
pilihan skala pengukurannya. Berdasarkan teori terkait, maka operasionalisasi variabel
dalam penelitian ini, seperti pada Tabel 2 sampai Tabel 6. Skala pengukuran dalam
penelitian SEM menggunakan skala Likert, dimana skala Likert merupakan data
ordinal, yaitu data yang memiliki kategori-kategori berurutan (Joreskog dan Sorbom,
1993;1996, yang dikutip oleh Ghozali dan Fuad, 2005:39).
1. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja diukur dengan menggunakan Safety Climate Questionnaire
(SCQ) yang dibuat oleh Glendon dan Litherland, 2001 yang dikutip dalam penelitian
Wills, 2005. Kuesioner tersebut terdiri atas enam faktor dan tiga puluh dua indikator.
Dalam penelitian ini, hanya mengutip beberapa bagian yang telah disesuaikan dan
ditambahkan satu faktor, yaitu mengenai Importance of Safety Training, serta tiga
indikator yang mengukurnya. Faktor Importance of Safety Training merupakan faktor
yang dibuat oleh Zohar, 1980 yang dikutip dalam penelitian Cooper dan Phillips, 2004.
Berikut adalah kuesioner mengenai keselamatan kerja yang telah dimodifikasi dalam
penelitian seperti dalam Tabel 2.
Tabel 2 Operasionalisasi Variabel Keselamatan Kerja Variabel Laten Indikator Skala Pengukuran
Keselamatan
Kerja (S) Communication and support
(S1)
(S2)
(S3)
Masalah keselamatan kerja secara terbuka dibicarakan antara para
karyawan dan para supervisor
Para karyawan dapat melaporkan/menyampaikan ketika ada perubahan
antara praktek dengan rencana kerja
Perubahan dalam prosedur bekerja dan pengaruhnya pada keselamatan,
dikomunikasikan secara efektif pada para karyawan
Skala Likert 5 poin.
1 = Tidak pernah,
2 = Jarang,
3 = Kadang-kadang,
4 = Sering, dan
5 = Selalu.
Personal Protective Equipment
(S4)
(S5)
(S6)
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) diawasi untuk mengidentifikasi
area permasalahan
Karyawan diminta sarannya untuk perbaikan desain APD
Penggunaan APD ditingkatkan
Skala Likert 5 poin.
1 = Tidak pernah,
2 = Jarang,
3 = Kadang-kadang,
4 = Sering, dan
5 = Selalu.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 2 Agustus 2008
6
Tabel 2 Operasionalisasi Variabel Keselamatan Kerja (Lanjutan) Variabel Laten Indikator Skala Pengukuran
Work Pressure
(S7)
(S8)
(S9)
Ada jumlah karyawan yang cukup untuk menyelesaikan pekerjaan yang
diperlukan
Jadwal waktu untuk menyelesaikan pekerjaan sudah realistis/sesuai
Beban kerja layak dan seimbang dengan kemampuan karyawan
Skala Likert 5 poin.
1 = Tidak pernah,
2 = Jarang,
3 = Kadang-kadang,
4 = Sering, dan
5 = Selalu.
Relationship
(S10)
(S11)
(S12)
Karyawan yakin masa depan keselamatan kerja mereka pada
perusahaan ini
Di perusahaan ini terdapat hubungan kerja yang baik
Karyawan mempercayai manajemen
Skala Likert 5 poin.
1 = Tidak pernah,
2 = Jarang,
3 = Kadang-kadang,
4 = Sering, dan
5 = Selalu.
Safety Rules
(S13)
(S14)
(S15)
Aturan/prosedur keselamatan kerja selalu dilaksanakan
Aturan/prosedur keselamatan kerja dapat dilaksanakan tanpa membuat
kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan
Aturan/prosedur keselamatan kerja tetap dilaksanakan walaupun dalam
keadaan darurat
Skala Likert 5 poin.
1 = Tidak pernah,
2 = Jarang,
3 = Kadang-kadang,
4 = Sering, dan
5 = Selalu.
Adequacy of Procedures
(S16)
(S17)
(S18)
Prosedur keselamatan kerja sudah lengkap dan menyeluruh
Para karyawan dengan mudah mengidentifikasi prosedur keselamatan
kerja yang berhubungan dengan tiap pekerjaan
Sistem manajemen dokumentasi keselamatan kerja yang efektif
memastikan kelancaran kerja saat diperlukan
Skala Likert 5 poin.
1 = Tidak pernah,
2 = Jarang,
3 = Kadang-kadang,
4 = Sering, dan
5 = Selalu.
Importance of Safety Training
(S19)
(S20)
(S21)
Keikutsertaan dalam pelatihan keselamatan kerja
Kecepatan karyawan dalam menangani kecelakaan kerja
Risiko-risiko yang dapat terjadi dan akibatnya diidentifikasi dalam
pelatihan/training keselamatan kerja
Skala Likert 5 poin.
1 = Tidak penting,
2 = Kurang penting,
3 = Cukup penting,
4 = Penting, dan
5 = Sangat penting.
Sumber : Wills, 2005
2. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja diukur dengan menggunakan Employee Health Survey yang
dikembangkan oleh Boyd, dkk., 2006. Kuesioner tersebut terdiri atas 24 indikator.
Setelah dilakukan penyesuaian dalam penelitian ini, kuesioner mengenai kesehatan
kerja, terdiri dari 8 indikator, seperti dalam Tabel 3.
Tabel 3 Operasionalisasi Variabel Kesehatan Kerja Variabel Laten Indikator Skala Pengukuran
Kesehatan Kerja (H) (H22)
(H23)
(H24)
(H25)
(H26)
(H27)
(H28)
(H29)
Saya merasa kurang berolahraga
Saya merasa kurang gizi/nutrisi
Saya mengalami kelebihan berat badan
Saya adalah perokok
Saya sering merasa stress
Saya merasa kualitas tidur saya kurang
Secara keseluruhan, saya merasa tidak sehat sekarang
Secara keseluruhan, saya merasa kesehatan mental
saya tidak baik
Skala Likert 5 poin.
1 = Tidak sesuai,
2 = Saya tidak ingin berubah
dalam 6 bulan ke depan,
3 = Saya ingin berubah
dalam 6 bulan ke depan,
4 = Saya ingin berubah bulan
depan, dan
5 = Saya mencoba untuk
berubah sekarang.
Sumber : Boyd, dkk., 2006
3. Lingkungan Kerja dari Segi Fisik
Lingkungan kerja dari segi fisik diukur dengan menggunakan Employee Health
Survey yang dikembangkan oleh Boyd dkk., 2006. Kuesioner tersebut terdiri atas 18
indikator. Setelah dilakukan penyesuaian dalam penelitian ini, kuesioner mengenai
lingkungan kerja dari segi fisik, terdiri dari 10 indikator, seperti dalam Tabel 4.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 2 Agustus 2008
7
Tabel 4 Operasionalisasi Variabel Lingkungan Kerja dari Segi Fisik Variabel Laten Indikator Skala Pengukuran
Lingkungan
Kerja dari Segi
Fisik (EP)
(EP30)
(EP31)
(EP32)
(EP33)
(EP34)
(EP35)
(EP36)
(EP37)
(EP38)
(EP39)
Di tempat kerja terasa panas yang berlebihan
Kualitas udara di tempat kerja jelek
Tempat kerja terlalu bising
Tempat kerja tidak luas/sempit
Pencahayaan pada tempat kerja kurang
Saya sering diperintahkan untuk melaksanakan
pekerjaan dengan tidak aman
Pelatihan keselamatan kerja tidak cukup
Risiko ketegangan secara fisik (misalnya, pada
punggung, leher, pergelangan tangan)
Saya bekerja dengan teman kerja yang berkata
kasar/tidak sopan
Saya bekerja dengan teman kerja yang
berkelakuan kasar/tidak sopan
Skala Likert 5 poin.
1 = Sangat tidak setuju,
2 = Tidak setuju,
3 = Ragu-ragu,
4 = Setuju, dan
5 = Sangat setuju.
Sumber : Boyd, dkk., 2006
4. Lingkungan Kerja dari segi Psikologi dan Sosial
Lingkungan kerja dari segi psikologi dan sosial diukur dengan menggunakan
Employee Health Survey yang dikembangkan oleh Boyd dkk., 2006. Kuesioner
tersebut terdiri atas 16 indikator. Setelah dilakukan penyesuaian, untuk kuesioner ini,
terdiri dari 6 indikator, seperti dalam Tabel 5.
Tabel 5 Operasionalisasi Variabel Lingkungan Kerja dari Segi Psikologi dan Sosial Variabel Laten Indikator Skala Pengukuran
Lingkungan
Kerja dari Segi
Psikologi dan
Sosial (EPS)
(EPS40)
(EPS41)
(EPS42)
(EPS43)
(EPS44)
(EPS45)
Saya merasa puas dengan jumlah keterlibatan
yang saya lakukan dalam membuat keputusan
yang mempengaruhi pekerjaan saya
Saya merasa benar-benar dihargai (berkaitan
dengan pujian dan penghargaan) untuk nilai
usaha yang saya lakukan untuk pekerjaan saya
Saya merasa puas dengan kejujuran dan
penghormatan yang saya terima pada pekerjaan
Saya mempunyai kontribusi dan keahlian yang
cukup untuk melaksanakan pekerjaan saya
Perusahaan ini perhatian dengan kesehatan saya
Perusahaan menyediakan tunjangan yang cukup
untuk membantu saya dan keluarga saya dengan
masalah kesehatan
Skala Likert 5 poin.
1 = Sangat tidak setuju,
2 = Tidak setuju,
3 = Ragu-ragu,
4 = Setuju, dan
5 = Sangat setuju.
Sumber : Boyd, dkk., 2006
5. Produktivitas
Produktivitas kerja diukur dengan kuesioner yang dikembangkan oleh
Droussiotis, 2004. Secara teori, produktivitas kerja dinilai dari Effectiveness dan
Efficiency. Dalam penelitian Droussiotis, 2004, disebutkan 21 indikator mengenai
produktivitas kerja, namun karena penelitian ini tidak hanya menilai produktivitas
kerja, maka jumlah indikator untuk produktivitas kerja dipilih hanya beberapa saja.
Pada Tabel 6, ditunjukkan mengenai kuesioner produktivitas kerja dan indikatornya
yang terdiri dari 6 indikator.
Tabel 6 Operasionalisasi Variabel Produktivitas Kerja Variabel Laten Indikator Skala Pengukuran
Produktivitas
Kerja (P) Effectiveness Skala Likert 5 poin.
1 = Sangat tidak setuju,
2 = Tidak setuju,
3 = Ragu-ragu,
4 = Setuju, dan
5 = Sangat setuju.
(P46)
(P49)
(P50)
Saya dapat mengendalikan keadaan/situasi yang terjadi
disekitar saya
Saya mudah menghargai atas keputusan orang lain
Saya percaya bahwa saya dapat mengatasi segala
rintangan
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 2 Agustus 2008
8
Tabel 6 Operasionalisasi Variabel Produktivitas Kerja (Lanjutan) Variabel Laten Indikator Skala Pengukuran
Efficiency
(P47)
(P48)
(P51)
Saya adalah yang paling termotivasi dengan bekerjasama
dengan orang lain dalam suatu kelompok
Saya termotivasi oleh uang
Saya memberi pendapat tentang situasi kerja, hanya jika
ditanya oleh orang lain
Sumber : Droussiotis, 2004
Pemberian nomor dari 1 sampai 51 setelah huruf yang merupakan singkatan
dari tiap variabel laten, disesuaikan dengan urutan daftar pertanyaan, sehingga tampak
di sini, total jumlah indikator dalam penelitian ini ada 51 indikator.
3. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.1. Penentuan Sampel
Cara mengumpulkan data dilihat dari segi luasnya obyek penelitian, maka
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sampling. Sampling adalah cara
mengumpulkan data dengan jalan mencatat atau meneliti sebagian kecil saja dari
seluruh elemen yang menjadi obyek penelitian. Maka, hasil yang diperoleh adalah nilai
karakteristik perkiraan (estimate value) saja, dan dari sampel itu, dapat diperkirakan
nilai sesungguhnya dari populasi yang sedang diteliti. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan nilai perkiraan yang baik, sampel yang diambil haruslah bersifat
representatif (dapat mencerminkan atau mewakili populasi). Menurut Boomsma,
1987:84 yang dikutip oleh Ghozali dan Fuad, 2005:13, menganjurkan bahwa estimasi
persamaan struktural melalui metode Maximum Likelihood akan efektif apabila jumlah
sampelnya paling tidak berjumlah 200. Penelitian yang menggunakan sampel kurang
dari 100 akan menghasilkan kesimpulan hasil yang tidak tepat. Menurut Ding dkk.,
yang dikutip oleh Ghozali dan Fuad, 2005:13, menyebutkan bahwa ukuran sampel 100
sampai 150 merupakan ukuran sampel minimum. Sampel yang diolah dalam penelitian
ini sebanyak 126 dari 228 kuesioner yang disebarkan.
3.2. Perancangan Kuesioner
Berdasarkan operasionalisasi variabel, dapat dirumuskan kuesioner penelitian
yang terdiri atas enam bagian, yaitu mengenai :
1. Karakteristik Responden (meliputi jenis divisi produksi, bagian, seksi, jabatan, usia,
pendidikan, dan masa kerja).
2. Keselamatan Kerja
3. Kesehatan Kerja
4. Lingkungan Kerja dari Segi Fisik
5. Lingkungan Kerja dari segi Psikologi dan Sosial
6. Produktivitas Kerja
Mengenai keselamatan kerja sampai produktivitas kerja sudah dijelaskan pada
Sub bab 2.3.
3.3. Pengolahan Data
Pada penelitian ini, digunakan beberapa perangkat lunak untuk mengolah data,
yaitu Excel 2007, SPSS (Statistical Product and Service Solution) 11, dan LISREL
(Linear Structural Relationships) 8.30. Data mentah yang diperoleh dari kuesioner
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 2 Agustus 2008
9
yang kembali dan layak diolah, direkap dengan bantuan perangkat lunak Excel 2007
dan SPSS 11.
Kemudian, mengolah seluruh data (data karakteristik responden dan indikator)
dengan teknik analisis deskriptif dan teknik analisis tabulasi silang (crosstab), dengan
bantuan perangkat lunak SPSS 11.
Lalu, data indikator per variabel laten diolah dengan metode CFA melalui
perangkat lunak LISREL 8.30. Dari hasil CFA yang sudah valid dan reliabel,
pengolahan data dilanjutkan dengan metode SEM, yang merupakan metode final dalam
penelitian ini, dengan bantuan perangkat lunak LISREL 8.30.
HASIL DAN DISKUSI
Dari Kusnendi, 2008:270, diketahui bahwa SEM adalah metode analisis data
multivariat yang bertujuan menguji model pengukuran dan model struktural variabel
laten. Disebutkan pula dalam Kusnendi, 2008:275, dalam SEM terdapat dua model
yang digabungkan, sehingga diperoleh sebuah full SEM model yang disebut basic
model (Joreskog dan Sorbom, 1993; 1996) atau disebut juga hybrid model (Kline,
1998, dalam Holbert dan Stephenson, 2002). Merujuk model struktural dan model
pengukuran dapat dirumuskan hybrid model studi produktivitas kerja sebagaimana
dijelaskan Gambar 2.
Keselamatan
Kerja (S)
Kesehatan Kerja
(H)
Produktivitas
Kerja (P)
Lingkungan Kerja dari
segi Fisik (EP)
Lingkungan Kerja dari
segi Psikologi dan
Sosial (EPS)
e22P46
P47
P48
P49
P50
P51
e23
e24
e25
e26
e27
d1 EP30
EP31
EP32
EP33
EP34
EP35
d2
d3
d4
d5
d7
d6
EP36
EP37
EP38
EP39
EPS40
EP35
d8
d9
d10
d11
d12
EPS40
EPS41
d13
d14
EPS42d15
EPS43d16
EPS44d17
EPS45d18
e14S14
S17
S18
S19
S20
S21
e17
e18
e19
e20
e21e1 S1
e15
S13 e13
S11
e12
S12
S15
e11
S16
e1S10
e8
S9
e7
S8
e16
S7
e6 S6
e5 S5
e4 S4
e3 S3
e2 S2
e9
e10
H29
H28
e35
e34
H27
e32H26
e33
H22
H23
e28
e29
H24e30
H25e31
Gambar 2 Hybrid Model Penelitian
Dengan cara yang sama dengan pengolahan CFA dengan LISREL sebelumnya,
namun melibatkan seluruh indikator dan variabel laten, maka diperoleh pengolahan
data untuk SEM sebagai berikut.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 2 Agustus 2008
10
Gambar 3 Statistik t-value Parameter Hybrid Model Penelitian (n=126)
Tabel 7 Ringkasan Hasil Uji Kesesuaian Hybrid Model Penelitian Ukuran Goodness of Fit Test Hasil Uji Kriteria Uji Keterangan
Chi square (χ2) 389.84 Diharapkan kecil
Derajat kebebasan (df) 979 -
P-value 1 ≥ 0.05 (maks. 1) Sempurna
RMSEA 0 ≤ 0.08 (maks. 1) Sempurna
GFI 0.88 ≥ 0.90 Baik
AGFI 0.87 ≥ 0.90 Baik
NFI 0.80 ≥ 0.90 Baik
NNFI 6.89 ≥ 0.90 Baik
CFI 1 ≥ 0.90 (maks. 1) Sempurna
KESIMPULAN
1. Faktor variabel keselamatan kerja dan kesehatan kerja berpengaruh langsung
terhadap produktivitas kerja.
2. Lingkungan kerja dari segi fisik berpengaruh langsung terhadap kesehatan, namun
tidak berpengaruh pada keselamatan kerja, dan berpengaruh tidak langsung
terhadap produktivitas melalui keselamatan kerja.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 2 Agustus 2008
11
3. Untuk lingkungan kerja dari segi psikologi dan sosial, berpengaruh langsung
terhadap keselamatan kerja, namun tidak berpengaruh terhadap kesehatan kerja,
dan berpengaruh tidak langsung terhadap produktivitas melalui kesehatan kerja.
4. Model final penelitian yang diperoleh dari metode SEM, diperoleh model yang fit,
dengan nilai Chi-Square = 389.84, P-value = 1 (sempurna), dan RMSEA = 0
(sempurna).
5. Dari SEM, diketahui bahwa indikator yang paling berpengaruh terhadap
produktivitas adalah P49, yaitu kemudahan untuk menghargai keputusan orang
lain, dengan angka loading factor = 3.96.
6. Indikator yang paling berpengaruh terhadap keselamatan kerja adalah S11, yaitu
hubungan kerja yang baik, dengan angka loading factor = 6.87.
7. Untuk kesehatan kerja, indikator yang paling berpengaruh adalah H29, yaitu
kondisi kesehatan mental, dengan angka loading factor = 6.96.
8. Indikator yang paling berpengaruh terhadap lingkungan kerja dari segi fisik adalah
EP33, yaitu luas/sempitnya tempat kerja, dengan angka loading factor = 5.91.
9. Indikator yang paling berpengaruh terhadap lingkungan kerja dari segi psikologi
dan sosial adalah EPS44, yaitu perhatian perusahaan terhadap kesehatan, dengan
angka loading factor = 6.33.
DAFTAR PUSTAKA Boyd, Neil dkk. (2006), Employee and Workplace : British Columbia Community Social
Service Sector, Final Report, British Columbia Community Social Services Sector,
http://www.communitysocialservicesmatter.ca/files/Component%203%20-
%20employee%20and%20Workplace%20Heatlh%20study.pdf
Cooper, M.D. dan Phillips, R.A. (2004), ”Exploratory Analysis of The Safety Climate
and Safety Behavior Relationship”, Journal of Safety Research, Vol. 35, Hal.
479–512, www.b-safe.net/articles/bsms14.pdf. De Greef, Marc, dkk. (2004), Working Environment and Productivity, Working Paper
European Agency for Safety and Health at Work, Luxemburg.
DK3N. (2007), Visi, Misi, Kebijakan, Strategi dan Program Kerja Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Nasional 2007 – 2010, Dewan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), Jakarta. Droussiotis, Annbel (2004), “The Profile of High Performing Employees in Cyprus”, The
Journal of Business in Developing Nations, Vol. 8,
http://www.ewp.rpi.edu/jbdn/jbdnv802.pdf Ghozali, Imam dan Fuad (2005), Structural Equation Modeling – Teori, Konsep dan Aplikasi
dengan Program LISREL 8.54, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang.
Kusnendi (2008), Model-Model Persamaan Struktural – Satu dan Multigrup sampel
dengan LISREL, Alfabeta, Bandung.
Nazarudin, M. Iwan (2007), Analisis Faktor-Faktor Program Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) yang dapat Mendukung Program Manajemen Mutu
ISO 9001 : 2000 untuk Peningkatan Mutu Produk (Studi Kasus PT. A.
Schulman Indonesia), Tesis, Program Magister Manajemen Teknologi, ITS,
Surabaya. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Sarwono (2006), Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14, Penerbit Andi, Yogyakarta. Suardi, Rudi (2005), Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Seri Manajemen
Operasi No. 11, Penerbit PPM, Jakarta.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 2 Agustus 2008
12
Tompa, Emile, (2002), The Impact of Health on Productivity : Empirical Evidence and Policy
Implications, The Review of Economic Performance and Social Progress. Hal. 181 –
202.
Treiber, Linda Ann (2005), Waorkplace Organization, Labor Process Control and
Occupational Health, Disertasi, North Carolina State University.
Wills, Andrew R.; Biggs, Robert C.; Watson, Berry (2005), “Analysis of a Safety Climate
Measure for Occupational Vehicle Drivers and Implications for Safer Workplaces”,
Australian Journal of Rehabilitation Counselling, Vol. 11, No. 1, Hal. 8-21,
http://eprints.qut.edu.au/archive/00002917/01/2917.pdf