Merawat Kemanusiaan Pendekatan Kritis Terhadap Teknologi ...
Pendekatan Kritis Terhadap Struktur Sosial Masyarakat Desa Slatri
-
Upload
irqas-aditya-herlambang -
Category
Documents
-
view
82 -
download
3
description
Transcript of Pendekatan Kritis Terhadap Struktur Sosial Masyarakat Desa Slatri
FLEKSIBILITAS STRUKTUR SOSIAL DALAM MEMPENGARUHI
TRANSFORMASI AGRARIS DI DUSUN SLATRI, DESA PAIT,
KECAMATAN KASEMBON, KABUPATEN MALANG
(Studi Kritis Mengenai Pengaruh Fleksibilitas Struktur Sosial terhadap
Perubahan Hasil Produksi Di Dusun Slatri, Desa Pait, Kecamatan Kasembon,
Kabupaten Malang)
Nama Kelompok :
Benny Daniarsa (D0308026)
A. Nimas Kesuma Negari (D0310002)
Belva Hendry Lukmana (D0310014)
Irqas Aditya Herlambang (D0310032)
M. Ainun Najib (D0310044)
Nur Ibrahim Tikko (D0310050)
Yuni Wulan Ndari (D03310066)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah masyarakat pasti memiliki struktur sosial, dimana struktur sosial ini
yang akan memengaruhi masyarakat didalamnya. Struktur sosial bersifat sistematis,
teratur, permanen sepanjang agen memproduksinya dimasa depan. Struktur sosial
memiliki kapasitas ganda, baik mengekang maupun mendorong (menyediakan
sumber daya) agensi manusia. Struktur sosial bisa menjadi alat dan menjadikan
konsekuensi tindakan manusia (Giddens,2008:419).
Suatu struktur terdapat dua unsur yaitu aturan dan sumber daya
(Giddens,2008:418), jadi struktur sosial hanya akan terwujud bila ada aturan dan
sumber daya. Keduanya sangat penting untuk mereproduksi sistem sosial. Karena itu,
struktur sosial menjelma dalam ingatan orang yang memiliki banyak pengetahuan
(Waters,1994:46-48 dan Jary,1991:258). Sumber daya yang menjadi unsur struktur
sosial tersebut dimiliki oleh seorang agen dimana akan digunakan untuk melakukan
monitoring refleksif terhadap suatu struktur sosial yang ada di suatu tempat.
Dalam sebuah struktur masyarakat pedesaan tentu saja memiliki karakteristik
mata pencaharian tertentu, misalnya saja industri, perikanan maupun pertanian.
Seiring berjalannya waktu terjadi perubahan pekerjaan utama. Seperti contoh kasus
penduduk di Tanjung Menang, kecamatan Mesuji Timur yang semula mayoritas
penduduk merupakan peternak sapi berubah menjadi petani kelapa sawit dan karet.
Hal ini terjadi karena sapi-sapi yang mereka peroleh dari program inpres kabupaten
dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mulai menghasilkannya tanaman keras
berupa kelapa sawit dan karet yang juga mereka peroleh bibitnya dari program inpres
(bappenas,2010)
Slatri adalah sebuah Dusun di Desa Pait Kabupaten Malang yang juga
memiliki struktur sosial sehingga didalamnya ada unsur berupa aturan dan sumber
daya. Sifat struktur sosial di Slatri sendiri akan mempengaruhi peran yang dapat
dijalankan seorang agen dalam transformasi agraris.
Dengan mengidentifikasi bentuk struktur yang ada dalam masyarakat disana
kita dapat kritis terhadap fungsi seorang agen dalam transformasi agraris, apakah
mampu memanfaatkan monitoring refleksif ataupun tidak serta dampak yang
ditimbulkan dari sebuah struktur dalam mempengaruhi perubahan hasil produksi.
Rumusan masalah
1. Bagaimana fleksibilitas struktur sosial dalam kehidupan bermasyarakat di
dusun Slatri?
2. Bagaimana relasi fleksibilitas struktur terhadap perubahan hasil produksi di
desa slatri?
Tujuan penelitian :
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui fleksibilitas struktur masyarakat di dusun slatri
2. Mengetahui seberapa jauh pengaruh fleksibilitas struktur yang ada di dusun
Slatri terhadap perubahan hasil produksi
Manfaat Penelitian :
Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan manfaat penelitian sebagai berikut :
1. Menambah wawasan serta pengalaman di bidang penelitian kualitatif
2. Menambah pemahaman mengenai bentuk struktur constrain atau enabling
3. Menambah daya kritis terhadap suatu masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Yang Digunakan
A. Fleksibilitas Struktur
Menurut Giddens, struktur didefinisikan sebagai “properti-properti
yang berstruktur (aturan dan sumber daya), properti yang memungkinkan
praktik sosial berupa yang dapat dijelaskan untuk eksis di sepanjang ruang
dan waktu yang membuatnya menjadi bentuk sistemik”. Struktur dapat
terwujud jika terdapat aturan dan sumber daya. Sumber daya yang secara
analitis dibedakan Giddens sebagai sumber daya alokatif (allocative
resources) dan sumber daya otoritatif (authoritatice resources) merupakan
parameter utama bagi agensi dalam menjelmakan kekuasaannya. Sehingga
konsep strukturasi menyatakan bahwa “struktur hanya ada di dalam dan
melalui aktivitas agen manusia”. Giddens tidak sepakat bahwa struktur berada
“diluar” dan “eksternal” terhadap aktivitas individu. Menurut Giddens,
struktur adalah apa yang membentuk dan menentukan terhadap kehidupan
sosial, tetapi bukan struktur itu sendiri yang membentuk dan menentukan
kehidupan sosial itu. Sehingga dalam permasalahan ini menganggap adanya
dwi rangkap struktur yang menunjukkan bahwa agen manusia secara kontinyu
mereproduksi struktur sosial – artinya individu dapat melakukan perubahan
atas struktur sosial. (Giddens,2008:417).
Menurut Giddens, Struktur tidak disamakan dengan kekangan
(constraint) namun selalu mengekang (constraining) dan membebaskan
(enabling). Struktur dan agensi (dengan tindakan-tindakannya) tidak bisa
dipahami secara terpisah. Pada tingkatan dasar, misalnya, orang menciptakan
masyarakat, namun pada saat yang sama orang juga dikungkung dan dibatasi
(constrained) oleh masyarakat. (Giddens,2008:413).
Teori strukturasi Giddens didasakan pada proposisi bahwa struktur itu
selalu memberi kemudahan dan paksaan (enabling dan constraining),
berdasarkan hubungan yang ada antara struktur dan agen (agensi dan
kekuasaan).
B. Transformasi agraris
Transformasi pertanian biasanya dihubungkan dengan pembangunan
pedesaan (Rural Development), yang didalamnya mencakup hubungan sosial
ekonomi pedesaan dan ekonomi nasional secara keseluruhan. Jika
perkembangan itu sifatnya tidak “melingkar” (cyclical), melainkan secara
mendasar menghasilkan bentuk, pola atau susunan baru, maka proses
perubahan itu biasanya disebut dengan istilah transformasi. Dalam pandangan
sosiologis, sebagian pakar berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
perubahan mandasar itu lalu disebut dengn istilah transformasi Struktural.
Transformasi struktural suatu masyarakat biasanya diartikan sebagai
proses perubahan susunan sosial ekonomi, atau secara lebih khusus mengacu
kepada perubahannya masyarakat agraris tradisional menjadi masyarakat yang
didalamnya sistem produksi pertanian tidak lagi bersifat eksklusif, melainkan
terintegrasi dengan pilar-pilar ekonomi lainnya, atau menyatu kepada sistem
ekonomi secara keseluruhan sehingga lebih produktif, dan tingkat hidup
rakyat jadi lebih baik (Harriss, 1982: 161-176).
Para ilmuwan mengidentifikasi adanya tiga jalan, cara atau model
yang memungkinkan terjadinya transformasi. Pertama, transformasi struktural
terjadi melalui pengembangan usaha tani kapitalistik, yang mungkin
melibatkan pembentukan satuan-satuan produksi berskala besar dan menyerap
hampi seluruh sektor pertanian kecil. Kedua, transformasi juga dapat terjadi
melalui pembentukan usaha tani koperatif berskala besar yang diprakarsai
pemerintah, usaha tani kolektif atau usaha tani negara. Ketiga transformasi
juga terjadi atas dasar pengembangan model usaha tani berskala kecil yang
dapat modal (Harriss, 1982:15-16).
C. Konsep Kepemilikan Lahan
Pengertian lahan disini adalah pemanfaatan lahan khususnya sawah
dalam menghasilkan pendapatan. Kondisi sekarang lahan pertanian banyak
beralih fungsi mengikuti pertumbuhan penduduk dan kebutuhan dalam
perkembangan ekonomi.
Konsep pemilikan lahan menurut Wiradi, kata “pemilikan” disini
menunjuk pada penguasaan formal. Hak milik atas tanah berkaitan dengan
hak-hak yang dimiliki seseorang atas tanah, yaitu hak yang sah untuk
menggunakannya, mengolahnya, menjualnya, dan memanfaatkan bagian-
bagian tertentu dari permukaan lahan (Wiradi, 2008).
Menurut Wiradi, konsep pemilikan lahan dengan penguasaan lahan
perlu dibedakan. Kata pemilikan menunjuk pada penguasaan formal,
sedangkan kata penguasaan menunjuk pada penguasaan efektif. Pemilikan
lahan tidak selalu mencerminkan penguasaan lahan (Wiradi,2008).
Konsep pemilikan lahan pada penelitian ini, berkaitan dengan jenis
status hak pemilikan, cara perolehan lahan pertanian, perubahan luas lahan
yang dimiliki dan pola hubungan produksi yang diterapkan pemilik.
D. Hubungan Struktur Sosial dengan Perubahan Hasil Produksi
Menurut R. Hefner (1990) Proses transformasi pertanian pada dasarnya
merupakan sebuah proses pembangunan pertanian, yaitu suatu proses perubahan pada
berbagai aspek di bidang pertanian. Perubahan tersebut tidak hanya berupa
mekanisasi dan teknologi namun lebih jauh lagi pada ekonomi dan kehidupan sosial
mayarakatnya, seperti masalah perubahan identitas, otoritas, dan budaya masyarakat
itu sendiri. Sebagai sebuah negara yang agraris, sebagian besar penduduk pedesaan di
Indonesia menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Dengan demikian proses
transformasi pertanian dapat dikatakan sebagai proses transformasi pedesaan. Proses
ini menyentuh seluruh lapisan masyarakat di penjuru Indonesia.
BAB III
METODE PENELITIAN
Suatu metode ilmiah dapat dipercaya apabila disusun dengan mempergunakan
suatu metode yang tepat. Metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat
memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
Metode adalah pedoman–pedoman, cara seseorang ilmuwan mempelajari dan
memahami lingkungan–lingkungan yang dihadapi.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode–metode sebagai
berikut:
1. Strategi Penelitian
Metode Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan kritis dimana dalam
suatu masyarakat terdapat suatu hubungan yang sifatnya kontradiktif. Pada
pendekatan ini selain mementingkan kritisi dari kondisi yang ada, juga
mementingkan untuk melakukan pergerakan-pergerakan.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian yang bersifat
kualitatif dengan menggunakan metode kritis , peneliti menggambarkan atau
melukiskan keadaan subyek atau obyek pada saat sekarang berdasarkan fakta
yang nampak.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Dusun Slatri, Desa Pait, Kecamatan Kasembon,
Kabupaten Malang dikarenakan di desa tersebut terdapat transformasi hasil
produksi dari produksi susu sapi menjadi hasil pertanian.
4. Sumber Data
Data yang diperlukan:
a. Data primer
Merupakan keterangan atau fakta yang diperoleh secara langsung dari
lapangan. Data primer ini didapat dari wawancara dengan masyarakat yang
berprofesi sebagai petani serta yang dianggap sebagai tokoh masyarakat.
Wawancara di lakukan kepada 5 responden.
b. Data sekunder
Yaitu data yang mendukung sumber data primer berupa data dari buku-buku,
literatur, peraturan-peraturan dan lain-lain yang berhubungan dengan
penelitian ini. Buku-buku yang di dapat adalah buku 20 tokoh sosiologi
(Rahmat K dwi susilo), press release yang ditebitkan oleh Perhimpunan
Ekonomi Pertanian Indonesia serta data monografi dusun slatri yang di dapatkan
dari kepala desa setempat.
5. Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara
Dalam metode ini penulis mengadakan tanya jawab langsung dengan
responden di Dusun Slatri, Desa Pait, Kecamatan Kasembon, Kabupaten
Malang. Penulis akan melakukan wawancara dengan masyarakat yang
berprofesi sebagai petani serta yang dianggap sebagai tokoh masyarakat.
Wawancara di lakukan kepada 5 responden yang berkaitan dengan masalah
yang di cari
Responden pertama adalah bapak ichsan yang merupakan bayan di dusun
tersebut , pak ichsan merupakan agen di sini yang mengganti hasil produksi
tersebut.
Responden kedua adalah ibu siti aminah adalah seorang petani yang menjual
sapi-sapinya karena hasil yang di dapat dari penjualan susu sapi tidak cukup
membiayai.
Responden ketiga adalah bapak sulihat merupakan pemilik toko kelontong di
dusun tersebut, bpk sulihat tidak memiliki sawah ataupun sapi , dia hanya
menjadi buruh.
b. Dokumentasi
Dokumentasi yang kami ambil pada saat penelitian berupa foto-foto
yang di ambil pada saat turun ke lapangan , kemudian ada pula monografi
desa yang di dapat kan dari kelurahan setempat lalu ada rekaman pembicaraan
pada saat wawancara dengan responden.
6. Teknik Pengambilan sampling
Teknik pengambilan sampling pada peneltian ini menggunakan purposive
sampling, yaitu dengan mengumpulkan informasi dari informan yang
dianggap mengetahui tentang masalah yang dikaji seperti petani sebagai
penggarap lahan, pak bayan sebagai pemimpin di dusun tersebut yang
memiliki kebun dan pernah memiliki beberapa sapi.
7. Metode analisis data
Dalam sebuah masyarakat pedesaan mengenai kepemilikan lahan pada
dasarnya lahan tersebut awalnya dimiliki oleh diri sendiri namun, ketika hadir
seorang agen dengan sumber daya yang dia miliki sedikit demi sedikit
kepemilikan lahan tersebut terakumulasi kepada agen tertentu sehingga
memiliki otoritas penuh dalam mengatur kehidupan ekonomi para buruh serta
masyarakat dusun Slatri. Dalam kehidupan bermasyarakat para agen yg
menguasai lahan tersebut dimungkinkan dapat mempengaruhi berbagai
keputusan yang diambil di dusun Slatri.
Dalam memperoleh berbagai data tersebut menggunakan model
analisa interaktif, Sedangkan yang dimaksud dengan metode analisis
interaktif, ialah model analisa yang terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu
sebagai berikut:
a.data collection
data yang di kumpulkan mengenai siapa yang memiliki banyak lahan
dan sebelum nya memiliki sapi yang di jual susu nya sebagai hasil produksi
guna mengetahui siapa agen. Mengetahui sejarah dari kepemilikan lahan dan
pekerjaan masyarakat di slatri yang ada kebanyakan, pendidikan penduduk
guna mengetahui kecenderungan masyarakat menjual lahan banyaknya ternak
yang di miliki guna mengetahui hasil produksi susu pada saat memelihara sapi
yang akan di bandingkan hasil produksinya dengan hasil pertanian, jenis
pekerjaan guna mengetahui peranan sektor pertanian sebagai sumber mata
pencahariaan utama. Serta berbagai informasi lain yang mendukung
pernyataan diatas.
b. Sajian data
setelah mendapatkan informasi mengenai transformasi agraris di dusun
slatri peneliti menyajikan data berupa pernyataan yang diperoleh dari
responden serta dokumentasi, data tersebut akan disajikan dalam bentuk
deskriptif dimana akan dianalisis hubungan-hubungan antar data untuk
kemudian saling dikaitkan untuk kemudian diketahui pengaruh kapitalisme
dalam mengendalikan sektor ekonomi khususnya mengenai hasil produksi di
dusun slatri.
c. Kesimpulan
Setelah memahami maksud berbagai hal yang ditemui dengan
melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pertanyaan-pertanyaan, alur sebab
akibat akhirnya dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa transformasi agraris di
dusun slatri terjadi pada hasil produksi nya yang sebelum nya kebanyakan dari
masyarakat menjual susu sapi untuk penghasilan saat ini banyak warga yang
memilih menjual sapi nya untuk di belikan lahan. kemudian dilakukan sebuah
aksi guna menindaklanjuti penelitian tersebut. Jenis aksi yang kami gunakan
adalah membuat press release yang kami sebarkan di berbagai jejaring sosial
guna mengundang perhatian khalayak terhadap kejadian yang ada.
Untuk lebih jelas, penulis akan memberikan gambaran (skema) model
analisis interaktif sebagai berikut :
Pengumpulan Data
Sajian Data
Penarikan
Kesimpulan
BAB IV
DISKRIPSI LOKASI
Kami melakukan penelitian ini di Desa Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten
Malang. Dari Solo menepuh perjalanan kurang lebih 3,5 jam menggunakan kereta
lalu oper menggunakan kendaraan dari sana menuju desa Pait. Desa Pait cukup dekat
dengan perbatasan Kabupaten Malang dengan Kabupaten Kediri. Dengan Luas
Wilayah Desa, 45,229 Ha(Tanah pekarangan), 168,229 Ha(Tanah Sawah), 281,524
Ha(Tanah Tegalan), 1126,736 Ha(Tanah Hutan). Desa Pait mempunya 5 Dusun yaitu,
Slatri, Bonjagung, Pait Lor, Barakan, Tangkil, dengan jumlah penduduk 4.238 jiwa
terdiri dari 2.255 orang laki-laki dan 1983 orang perempuan,serta jumlah KK yaitu
1203 dengan 551 KK miskin. Mayoritas penduduk disana bertani dan berternak,
mengingat lahan sawah dan ladang tidak memadai maka pendapatan penduduk sangat
minim. Penduduk berpencaharian petani (3992 orang), lalu Buruh tani(775
orang),Pegawai negeri(45 orang), pegawai swasta(135 orang), usaha sendiri(191
orang).
Kami memfokuskan penelitian di Dusun Slatri, yang terdiri dari 8 RT dan 2
RW. Slatri merupakan Dusun terluas yang ada di Desa Pait dan wilayahnya terbagi
menjadi 2 wilayah yang dipisahkan oleh jalan raya. Kondisi jalan disana bisa dibilang
cukup parah dan naik turun, jalanannya tidak banyak bercabang dan hanya terdapat
satu jalan utama itu saja. Tetapi orang-orang disana sangat ramah terhadap tamunya
sehingga jika ada peneliti masuk kesana tidak usah khawatir dan jika tidak membawa
kendaraan sendiri tidak usah sungkan untuk meminjam kendaraan yang nganggur
untuk melakukan penelitian.
Pemandangan alam disana sangat indah, sawah ladang hijau terhampar luas
begitu menyegarkan mata, udaranya pun sejuk seperti di daerah pegunungan. Rumah
rumah berada disepanjang jalan utama dengan model yang hampir sama yaitu rumah
tanpa pintu gebang, warganya pun mayoritas orang tua dan anak- anak, para remaja
kebanyakan merantau keluar daerah dan cenderung tidak mau melanjutkan pekerjaan
sebagai seorang petani atau peternak. Lahan garapan penduduk rata-rata berada di
atas gunung maupun di dusun lain dan biasanya ditanami kopi, jagung, padi dll.
Kepala Dusunnya bernama bapak Kasi’in. Disana terdapat 1 SD,1 TK, 1 Pondok
pesantren, dan 1 KUD yang kini sudah tidak berfungsi lagi.
BAB V
FLEKSIBILITAS STRUKTUR DI DUSUN SLATRI
Menurut Giddens, Struktur tidak disamakan dengan kekangan (constraint)
namun selalu mengekang (constraining) dan membebaskan (enabling). Struktur dan
agensi (dengan tindakan-tindakannya) tidak bisa dipahami secara terpisah. Pada
tingkatan dasar, misalnya, orang menciptakan masyarakat, namun pada saat yang
sama orang juga dikungkung dan dibatasi (constrained) oleh masyarakat.
(Giddens,2008:413).
Di desa Pait khususnya di Dusun Slatri dulu adalah penghasil susu sapi,
mayoritas penduduknya adalah peternak sapi perah, mereka selalu menjual hasil susu
sapi tersebut di sebuah KUD di daerah Kasembon, walaupun dengan harga yang
relatif rendah mereka terpaksa menjualnya kesana karena sifat dari susu sapi sendiri
yang tidak tahan lama serta warga cenderung tidak memiliki kemampuan untuk
mengolahnya sehingga warga mau tidak mau menjualnya di KUD Kasembon
tersebut. hal itu menunjukkan bahwa fleksibilitas struktur di Dusun Slatri juga
menunjukkan dualitas sifatnya yang constrain (mengekang) dan Enabling
(membebaskan). Constrain ada pada dimana warga tidak memiliki pilihan lain dalam
menjual selain di KUD Kasembon, sedangkan enabling ada pada keberadaan KUD
Kasembon sebagai alternatif pilihan untuk penghasilan dimana kalau susu tersebut
tidak segera dijual maka akan basi dan mereka tidak akan memperoleh pendapatan
apapun.
BAB VI
TRANSFORMASI AGRARIS BERUPA PERUBAHAN HASIL PRODUKSI
Individu (agen) dapat melakukan perubahan atas struktur sosial.
(Giddens,2008:417). Di jelaskan di atas bahwasannya sumberdaya dimiliki oleh
seorang agen, dimana sumberdaya tersebutlah yang akan digunakan oleh seorang
agen untuk melakukan monitoring refleksif terhadap suatu struktur sosial sehingga
struktur sosial dapat dirubah atau dipertahankan. Menurut Giddens sumber daya itu
dibagi menjadi dua, yaitu pertama, sumber daya alokatif yaitu yang memungkinkan
dominasi manusia atas dunia material. Sumber alokatif ini seperti misalnya bahan
mentah, peralatan produksi, teknologi, hasil-hasil produksi. Kedua, sumberdaya
autoritatif (sumberdaya yang memungkinkan manusia mendominasi atas dunia sosial)
seperti misalnya pengorganisasian ruang-waktu, organisasi dan relasi manusia dalam
asosiasi timbal balik, pengorganisasian kemungkinan kehidupan, ketika
menggunakan dua sumber daya tersebut. (Karnaji,2010: 286-298)
Struktur sosial masyarakat Slatri dimana sebagian besar adalah penjual susu
sapi, bagi penduduk Slatri sendiri penjualan susu sapi dengan keuntungan rata-rata
Rp 800/liter tidak sebanding dengan pengeluaran yang dihasilkan sehingga mereka
merasa ini bukanlah mata pencaharian yang dirasa cocok lagi untuk mereka. Perlu
adanya transformasi pekerjaan utama agar para penduduk Slatri dapat terus survive
dan sejahtera ditengah kondisi berat saat ini. Disaat seperti ini muncul lah seorang
Agen yang mencoba merubah struktur sosial yang pada mulanya sangat bergantung
pada susu sapi menjadi sebuah alternatif pekerjaan yang lebih menjanjikan dibidang
pertanian.
Agen tersebut adalah seorang Bayan di dusun Slatri, beliau memiliki kedua
sumber daya tersebut baik alokatif maupun autoritatif berupa kemampuan untuk
menjalin relasi dengan pihak luar dalam kasus ini adalah pemerintah guna
memperoleh bantuan berupa lahan dan bibit dari pemerintah. Dengan sumberdaya
tersebut Bayan dapat mempengaruhi masyarakat dalam struktur sosial tersebut untuk
menjual sapi perahnya dan beralih menjadi seorang petani.
Pada tahun 2002 dari jumlah KK di Dusun Slatri sebanyak 400 KK hanya
tinggal 10 KK saja yang memiliki sapi perah di rumahnya, sementara yang lainnya
sudah beralih menjadi petani. Perubahan hasil produksi di Slatri sendiri tak lepas dari
bantuan Bayan, dimana beliau selalu mencoba mengajukan proposal bantuan kepada
pemerintah maupun swasta untuk mempermudah para petani disana bertahan dalam
struktur sosial berupa pertanian.
Bantuan tersebut berupa pelelangan hak pengolahan lahan oleh perhutani
ketika melakukan pembukaan hutan sehingga lahan disana dapat dimanfaatkan untuk
bercocok tanam dan retribusi penggunaan lahan tersebut hanya Rp 250000 per
tahunnya. Lahan itu diberikan kepada kelompok tani di dusun slatri, setiap ada
kesempatan para kelompok tani tersebut yang dipimpin oleh Bayan mengajukan
bantuan bibit kepada pihak swasta sehingga keberlangsungan kegiatan pertanian
disana tetap terjaga.
BAB VII
CENGKRAMAN KAPITALIS DI DALAM STRUKTUR SOSIAL
MASYARAKAT DUSUN SLATRI
KUD Kasembon adalah satu-satunya akses jalan utama untuk menjual susu
sapi penduduk kalau penduduk tidak mau merugi, di KUD tersebutlah susu-susu itu
nanti akan dikirim ke beberapa perusahaan susu skala nasional yang sudah
bekerjasama dengan KUD tersebut yaitu perusahaan Nesttle dan Indomilk. Sehingga
dalam kondisi tersebut KUD Kasembon akan dengan sangat mudah untuk
menentukan harga beli susu sapi terhadap warga bahkan tanpa ada timbal balik
kesejahteraan peternak berupa bahan pakan, obat-obatan atau semacamnya. Pengurus
KUD disanapun ternyata masih memiliki hubungan saudara sehingga alur pendapatan
selalu berputar-putar di keluarga tersebut, kalaupun pergantian pengurus hanya
seperti pertukaran jabatan saja tanpa ada perubahan orang yang ada didalamnya.
Disini kapitalis terbesar adalah perusahaan-perusahaan susu skala nasional
tersebut yang berupaya mencengkram sumberdaya susu sapi agar mendapat
keuntungan tinggi dengan mentransformasikan dirinya ke dalam KUD Kasembon
sehingga masyarakat tidak menyadari dan sangat sulit untuk menghancurkannya
dikarenakan itu sudah masuk kedalam sebuah struktur sosial suatu masyarakat.
BAB VIII
PENUTUP
Daftar pustaka
Anthony giddens. 2003. Teori strukturasi untuk analisis sosial. Pasuruan: penerbit
pedati.
Barony Herdiyanto. 2010. Transmigrasi Tradisional vs Transmigrasi Modern dalam
http://pijar.org/content/view/223/68/ diunduh pada Rabu 06 Juni 2012 jam 08.18
Burger. 1983. Perubahan-perubahan struktur dalam masyarakat jawa. Jakarta:
bhratara karya aksara.
Bernstein, henry. 1982. Notes on Capital and Peasantry, Dalam John Harris (ed)
Harris ,John. 1982. Rural development (introduction). Hal 15-26.
Rural development, Theories of Peasant Economy and Agrarian Change. Hutchinson
dan Co. Ltd.
Hefner, R. 1990. The Political Economy of Mountain Java: An Interpretive history.
Berkeley: University of California Press
Karnaji. 2010. Sektor Informal Kota: Analisis Teori Strukturasi Giddens (Kasus
Pedagang Pasar Keputran Kota Surabaya). (Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan
Politik Nomor 4 Volume 22). Surabaya: Departemen Sosiologi, FISIP, Universitas
Airlangga.
Wiradi. 2008. Reforma Agraria dan Pembangunan Pedesaan. Makalah dalam
‘Pertemuan Ilmiah’. PAU- Studi Sosial. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
INTERVIEW GUIDE
1. Siapa pemilik lahan paling luas di dusun Slatri?2. Berapa perbandingan luasnya dengan lahan milik penduduk lain?3. Bagaimana sejarah pemilikan lahan tersebut? Apakah dari warisan atau
akumulasi modal sendiri kemudian menambah pemilikan lahan dengan membeli lahan milik orang lain?
4. Bagaimana sistem pengelolaan lahannya? Apakah pemilik lahan menggarap sendiri atau memperkerjakan penduduk lain sebagai penggarapnya?
5. Bagaimana dengan sistem penguasaan atas kepemilikan lahan tersebut?6. Apakah kekuasaan atas pemilikan lahan yang luas tersebut mempengaruhi
penduduk lain? Dengan kata lain apakah dia yang mengontrol masyarakat sekitar?
7. Bagaimana pengaruh kekuasaannya? Dalam hal apa saja?8. Apakah pemilik lahan merupakan pelaku ekonomi yang berorientasi pada
usaha milik keluarga (lahan dijadikan sumber utama untuk memenuhi kepentingan seluruh anggota keluarga)? Atau lahan dijadikan sebagai ukuran terpenting untuk status sosial tertinggi? Atau berkaitan dengan budaya yang spesifik (yang menekankan pemeliharaan tradisi dan konformitas serta solidaritas sosial)?(embededness: keluarga, status sosial, atau budaya?)
9. Semua Pemilik lahan disini merupakan orang asli dusun slatri atau ada pendatang?
10. Bagaimana pengaruh pendatang di dusun ini? Apakah ada pendatang yang memiliki lahan pertanian disini?
11. Bagaimana dia bisa memiliki lahan disini? Dan seberapa besar kepemilikannya?
12. Apakah ada peralihan pemilikan lahan karena pengaruh pendatang atau orang luar? Petani yang awalnya sebagai pemilik lahan kemudian menjadi penggarap biasa atau sebaliknya?
13. Jika iya, bagaimana hal itu bisa terjadi? 14. Apakah pemilik lahan yang paling luas tersebut menjadi sentral dalam
kegiatan ekonomi di dusun Slatri dan memonopoli sumber daya ekonomi disini?