Pendekatan konseling trait n factors

23
PENDEKATAN KOSENLING TRAIT N FACTORS BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendekatan trait & factor merupakan pendekatan konseling yang berpusat pada konselor, dan konselor lebih berperan aktif dalam membantu klien. trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berprilaku, seperti intelegensi (berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berprilaku). Konseling Trait-Factor berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan tes-tes psikologis untuk menanalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri dimensi/aspek kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu program studi. Namun, dikarenakan konselor trait & factor mendapat predikat sebagai “Directivist” yang dianggap memaksakan keinginannya atas klien yang tidak memiliki daya. Maka diharapkan dengan adanya makalah ini, konselor dalam melaksakan konseling melalui pendekatan konseling trait & factor, tidak salah arah dan memaksakan diri dalam membantu masalah klien. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu 1

description

 

Transcript of Pendekatan konseling trait n factors

Page 1: Pendekatan konseling trait n factors

PENDEKATAN KOSENLING TRAIT N FACTORS

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendekatan trait & factor merupakan pendekatan konseling yang berpusat

pada konselor, dan konselor lebih berperan aktif dalam membantu klien. trait

adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan

berprilaku, seperti intelegensi (berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif

(berprilaku). Konseling Trait-Factor berpegang pada pandangan yang sama dan

menggunakan tes-tes psikologis untuk menanalisis atau mendiagnosis seseorang

mengenai ciri-ciri dimensi/aspek kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai

relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam jabatan dan

mengikuti suatu program studi. Namun, dikarenakan konselor trait & factor

mendapat predikat sebagai “Directivist” yang dianggap memaksakan

keinginannya atas klien yang tidak memiliki daya. Maka diharapkan dengan

adanya makalah ini, konselor dalam melaksakan konseling melalui pendekatan

konseling trait & factor, tidak salah arah dan memaksakan diri dalam membantu

masalah klien.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu

Apa konsep utama dari pendekatan konseling trait & factor?

Apa tujuan dari konseling trait & factor?

Apa peran konselor dan konseli dalam konseling trait & factor?

Bagaimana proses, teknik, dan tahap dari pendekatan konseling trait & factor?

Apa kelebihan dan kelemahan dari pendekatan konseling trait & factor?

Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini tidak lain yaitu untuk membantu para calo

konselor dalam memahami, mengetahui, dan mengerti tentang pendekatan

konseling trait & factor sehingga tidak salah atau asal-asalan dalam membantu

klien yang mengalami masalah.

1

Page 2: Pendekatan konseling trait n factors

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP UTAMA TRAIT & FACTOR

Model pendekatan Trait & Factors dalam konseling memiliki beberapa

nama lain. Pendekatan ini sering dikenal dengan nama pendekatan rasional,

dengan demikian masuk pada kelompok aspek kognitif. Minnesota Point Of View

dalam konseling sering digunakan untuk menunjuk pendekatan trait & factors

yang pada dasarnya dikaitkan dengan sumber pengenalnya yaitu University of

Mennesota, tempat dimana Edmund Griffith Williamson sebagai tokoh pendiri

utamanya mengembangkan model konseling tersebut. Selain itu teori trait &

factor disebut juga “Directive Counseling” yaitu konseling yang berpusat pada

konselor, dan konselor lebih berperan aktif dalam membantu klien.

Ancangan trait & factor mulanya merupakan ancangan konseling

vokasional, tatapi pada perkembangannya menjadi lebih peduli pada

perkembangan total individu, bukan pada masalah-masalah vokasional saja.

seiring perkembangan konseling trait & factor, Pepensky & Pepinsky (Burks,

1979) mengidentifikasikannya menjadi tiga tahap. Tahap pertama, ditandai

dengan kepedulian ancangan ini pada cara-cara untuk mengukur atribusi klien,

seperti aptitude, abilities, interests, attitude, dan personality yang menjadi

predictor bagi keberhasilan seseorang dalam pendidikan dan jabatn. Tahap kedua

merupakan tahap pengembangan model proses konseling, dan konsep diagnosis

yang berdifferensiasi diperluas, mencakup masalah-masalah penyesuaian klien

diluar pendidikan dan jabatan. Williamson, pada tahun 40-an tersebut

menganjurkan agar konselor klinik mendiagnosa siswa yang normal dan tidak dan

mendiagnosa dalam seluruh latar kehidupan klien. Tahap ketiga, yang

kulminasinya pada tahun-tahun setelah perang dunia II, dikenal sebagai masa

studi faktorisasi, studi analisa factor diterapkan bagi mempelajari macam-macam

sifat individu.

Burks dan Stefflre menambahkan tahap perkembangan ke empat, yaitu

tahap teoritik dan filosofik. Seiring berkembangnya ancangan client-centered

(yang sekarang menjadi person centered), konselor trait & factor mendapat

2

Page 3: Pendekatan konseling trait n factors

predikat sebagai “Directivist” yang dianggap memaksakan keinginannya atas

klien yang tidak memiliki daya. Mereka juga dikritik berkenaan dengan kurang

netralnya terhadap nilai (value). Pada waktu itu, Williamson menulis banyak

artikel yang dimaksudkan agar konselor tidak ragu-ragu dalam memengaruhi

siswa yang mengarah pada system nilai yang kehidupan intelektualnya dominan.

Ia mengatakan bahwa tidak ada kriterium tunggal bagi kehidupan yang baik,

tetapi ada berbagai pilihan bagi pilahan yang rasional.

Model konseling Williamson bersifat rasional, logis dan intelektual, tetapi

dasar falsafahnya bukan dengan istilah personalisme, individu individu didekati

satu sosok yang utuh dan secara keseluruhan perlu dipertimbangkan:

perkembangan intelek, sosial, emosional, dan kewarganegaraannya. Menurut

Williamson, individu dapat berkembang secara optimal hanya mungkin melalui

pendidikan, termasuk pandangan optimis dalam pendidikan, dan konseling pada

hakikatnya sama dengan pendidikan, tujuan yang ingin dicapai melalui

pendidikan juga merupakan tujuan konseling. Pendidikan maupun konseling harus

diarahkan untuk membantu perkembangan individu seoptimal mungkin secara

keseluruhan, bukan salah satu aspek saja, misalnya intelek saja.

Ancangan ini memberikan perhatian utama pada sifat-sifat (traits) yang

unik pada setiap individu. Traits adalah kategori-kategori yang digunakan untuk

memberikan (mendeskripsikan) perbedaan individu dalam bertingkah laku (Burks,

1979). Batasan lain mengenai trait, pada dasarnya memiliki definisi sama tetapi

dalam rumusan berbeda, dikemukakan oleh Eysenck. Ia mengartikan sifat sebagai

prinsip pengatur yang dapat disimpulkan melalui pengamatan perilaku.

Williamson sendiri mengatakan bahwa kepribadian terdiri dari system sifat atau

factor yang saling bergantung, seperti kemampuan, minat, sikap, dan temperamen.

Untuk mengetahui macam sifat pada individu dan pengaruh terhadap

perilakunya, ancangan trait & factor menggunakan metode-metode sebagai

berikut:

a. Metode bivariate, lazim berupa eksperimen

b. Metode multivariate, melalui analisis factor

c. Metode klinik, pengamatan dan penyimpulan dalam suatu wawancara.

3

Page 4: Pendekatan konseling trait n factors

B. HAKIKAT MANUSIA

Menurut Williamson ada 5 hal pokok mengenai hakikat manusia yang

diantaranya yaitu:

1. Manusia dilahirkan dengan membawa potensi baik dan buruk. Tidak ada

individu yang lahir membawa potensi baik semata dan sebaliknya juga tidak

ada individu yang lahir semata-mata penuh dengan muatan sifat yang buruk.

Kedua sifat itu dimiliki oleh manusia, tetapi sifat mana yang akan

berkembang tergantung pada interaksinya dengan manusia lain atau

lingkungannya. Williamson berkata bahwa makna hidup adalah mencari

kebenaran, kebaikan, dan menolak atau paling tidak mengontrol keburukan

atau kejahatan. Tingkat menjadi manusia yang utuh (full human being)

ditentukan oleh derajat kewaspadaan dan kontrol diri seseorang yang dicapai

dan dikembangkan dalam hubungannya dengan orang lain.

2. Manusia bergantung dan hanya akan berkembang secara optimal ditengah-

tengah masyarakatnya. Manusia memerlukan bantuan orang lain dalam

mengembangkan potensi dirinya (aktualisasi diri) dan tidak dapat hidup

sepenuhnya dengan melepaskan diri dari masyarakat.

3. Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik (good life). Memperoleh

kehidupan yang baik dan lebih baik lagi merupakan kepedulian setiap orang.

Bapak yang bekerja keras untuk mencari nafkah, karyawan berlomba-lomba

memeroleh kenaikan pangkat dan sebagainya menjadi cermin bahwa manusia

ingin memeroleh kehidupan yang baik.

4. Manusia banyak berhadapan dengan “pengintrodusir” konsep hidup yang

baik, yang menghadapkannya pada pilihan-pilihan. Dalam keluarga, individu

berkenalan dengan konsep hidup yang baik yang diajarkan oleh orang tuanya.

Di sekolah, dia memperoleh konsep hidup yang baik dari gurunya, dan di

masyarakat, dia memperolehnya dari teman dan masyarakat yang lain.

Banyaknya pengintrodusir tersebut mungkin mengahalangi individu dalam

proses pencariannya. Dan adalah mungkin bahwa pencarian itu sendiri

ternyata menjadi kehidupan yang baik, kemauan berusahanya itu sudah

merupakan kebaikan.

5. Hubungan manusia berkaitan dengan konsep alam semesta (the universe).

4

Page 5: Pendekatan konseling trait n factors

Dari pernyataan Wiliamson tentang hakikat manusia, masih ada lagi

pokok-pokok hakikat manusia yang lain. Pokok-pokok hakikat manusia tersebut

diantaranya:

1. Manusia adalah makluk yang unik

2. Manusia memiliki sejumlah kesamaan sifat yang umum

3. Aktif dan berpotensi.

C. HAKIKAT KONSELING

Hakikat konseling menurut Williamson bahwa konseling lebih luas

daripada psikoterapi. Alasannya, psikoterapi sering dibatasi oleh: (1) aspek

perkembangan pribadi yang bersifat emotional, (2) sering kali konflik diri

dipandang terlepas dari kehidupan nyata klien, sering kali terbatas pada penilaian

klien terhadap pengalaman-pengalaman pribadinya dan bukan actual behaviornya

di dalam situasi sosialnya. Sebaliknya, konseling memberikan perhatian pada

interaksi pribadi dengan lingkungan sosial dan kebudayaan. Konseling

memperhatikan keduanya, baik isi penyesuaian diri maupun sikap individu

terhadap penyesuaian dirinya. Konseling berusaha memadukan pendidikan,

bimbingan vokasional, dinamika kepribadian dalam hubungan antar pribadi.

Williamson mengajukan batasan konseling yang bermacam-macam

sebagai hasil dari perkembangan konsepsinya.

a. Konseling adalah satu proses yang bersifat pribadi dan individu yang

dirancang untuk membantu untuk mempelajari bahan ajaran (subject materi)

di sekolah, seperti mengembangkan sifat-sifat kewarganegaraan, nilai-nilai

sosial, pribadi dan kebiasaan yang baik, dll.

b. Konseling adalah bantuan yang bersifat individual, personal yang diliputi

oleh suasana permisif dalam mengembangkan keterampilan dan mencapai

self-understanding dan self-direction yang secara sosial dibenarkan.

c. Konseling adalah suatu jenis khusus dari hubungan kemanusiaan yang relatif

singkat antara “mentor” (konselor) yang mempunyai pengalaman luas dalam

masalah perkembangan manusia beserta cara/teknik memfasilitasinya dengan

“learning” (klien) yang menghadapi kesulitan dalam usahanya mengarahkan

dan membina perkembangannya lebih lanjut.

5

Page 6: Pendekatan konseling trait n factors

d. Konseling adalah suatu cara/teknik untuk memfasilitasi individu bagi

mendapatkan identitasnya, mempermudah keinginanya memahami diri

sendiri, dan dalam mewujudkan aspirasinya.

D. MASALAH DAN FAKTOR PENYEBAB

1. Jenis Masalah

Pengkategorian masalah yang selama ini banyak dikenal adalah

pengkategorian secara sosiologis dan psikologis. Pengkategorian secara

sosiologis, misalnya membagi macam-macam masalah seperti masalah

pendidikan, masalah keluarga, ekonomi, pergaulan dan sebagainya. Sedangkan

pengkategorian secara psikologis yang terkenal ada dua, yaitu model Bordin dan

model Pepinsky & Pepinsky. Pengkategorian masalah menurut Bordin adalah:

a. Dependence (bergantung)

b. Lack of information (kurang informasi)

c. Self-conflict (konflik diri)

d. Choice anxiety (takut memilih)

e. No problem (bukan masalah-masalah diatas)

Pengkategorian masalah menurut Pepinsky:

a. Lack of assurance (kurang percaya pada diri sendiri)

b. Lack of information (kurang informasi)

c. Dependence (bergantung)

d. Self-conflict (konflik diri)

2. Faktor Penyebab

Masalah-masalah yang telah dijabarkan di atas, dapat timbul karena faktor-

faktor internal maupun faktor eksternal. Adapun faktor internalnya antara lain:

- Individu banyak dipengaruhi kehidupan emosi, sehingga kemampuan berpikir

rasionalnya terhambat

- Potensi-potensinya kurang berkembang atau tidak mendapat kesempatan

berkembang secara penuh

- Kurang memiliki control

- Memiliki kekurangan tertentu, baik cacat fisik maupun mental, dan yang

merupakan faktor keturunan.

6

Page 7: Pendekatan konseling trait n factors

Sedangkan faktor eksternalnya antara lain yaitu

- Perlakuan orang tua: sikap orang tua yang terlalu menenkan, menolak

maupun melindungi merupakan sumber timbulnya masalah

- Kondisi lingkungan dan masyarakatnya (meliputi lingkungan fisik dan sosial)

- Pengalaman atau sejarah pribadi yang menimbulkan trauma

- Ada tidaknya kesempatan mengembangkan diri baik yang menyangkut

situasinya maupun pendukung (orangnya).

E. PRIBADI YANG IDEAL

Pribadi ideal adalah apabila pribadi tersebut mampu menggunakan

kemampuan berfikir rasionalnya untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan

secara bijaksana. Selain itu pribadi yang bersangkutan dapat memahami kekuatan

dan kelemahan dirinya serta mampu dan mau mengembangkan segala potensinya

secara penuh (khususnya potensi baiknya), memiliki motivasi untuk

meningkatkan atau menyempurnakan diri, memiliki kontrol diri untuk menyeleksi

pengaruh yang baik dan buruk, dan dapat menyesuaikan diri ditengah-tengah

masyarakatnya sehingga dia dapat digolongkan sebagai masyarakat yang baik.

F. TUJUAN KONSELING

Menurut pendekatan Trait and factor konseling bertujuan sebagai berikut:

a. Self-clarification (kejelasan diri)

b. Self-understanding (pemahaman diri)

c. Self-acceptance (penerimaan diri)

d. Self-direction (pengarahan diri)

e. Self-actualization (perwujudan diri)

G. PERAN KONSELOR

Peranan konselor dalam proses konseling ini yaitu

- Dapat menempatkan diri sebagai seorang guru,

- Menerima sebagian tanggung jawab atas keselamatan klien (walaupun

penanggung jawab utamanya adalah klien yang bersangkutan),

- Bersedia mengarahkan klien ke arah yang lebih baik,

7

Page 8: Pendekatan konseling trait n factors

- Tidak netral sepenuhnya terhadap nilai (value),

- Yakin terhadap asumsi-asumsi konseling yang efektif (diuraikan

tersendiri).

H. PERAN KONSELI

Peranan konseli dalam proses konseling trait and factor ini yaitu

- Sedapat mungkin dating secara sukarela, tetapi jika klien tersebut

dikirim-berdasarkan pengalaman-tidak terlalu berbeda efektivitasnya

- Bersedia belajar memahami dirinya sendiri dan mengarahkan diri dengan

mengubah respon-responnya yang kurang tepat

- Menggunakan kemampuan berpikirnya untuk lebih memperbaiki dirinya

sehingga dapat mencapai kehidupan yang rasional dan memuaskan

- Bekerjasama dengan konselor dan bersedia mengikuti arahan konselor

dalam hal proses pengubahan.

I. SITUASI HUBUNGAN

Konseling trait and factors ditandai dengan ciri-ciri situasi hubungan

sebagai berikut:

a. Konseling merupakan suatu thinking relationship yang lebih mementingkan

peranan berpikir rasional, tetapi tidak meninggalkan aspek emosional

seseorang

b. Konseling berlangsung dalam situasi hubungan yang bersifat pribadi,

bersahabat, akrab, dan empatik

c. Konseling yang berlangsung dapat bersifat remidiatif maupun developmental

d. Setiap pihak (konselor-klien) melakukan perannya secara proporsional.

J. PROSES KONSELING

Peranan konselor menurut teori ini adalah memberitahukan konseli tentang

berbagai kemampuanya yang diperoleh konselor melalui testing. Berdasarkan

testing pula konselor mengetahui kelemahan dan kekuatan kepribadian konseli.

Pendekatan teori ini seri deisebut kognitif rasional karena peranan konselor dalam

konseling ialah memberitahukan, memberi informasi, dan mengarahkan konseli.

8

Page 9: Pendekatan konseling trait n factors

Williamson menyatakan bahwa hubungan konseling merupakan hubungan yang

sangat akrab, sangat bersifat pribadi dalam hubungan tatap muka, kemudian

konselor bukan hanya membantu individu atas apa saja yang sesuai dengan

potensinya, tetapi konselor harus mempengaruhi klien berkembang ke satu arah

yang terbaik baginya. Langkah-langkah dalam proses konseling ini yaitu (1)

Penyambutan dan topik netral; (2) Tahap Analisa; (3) Tahap sintesa; (4) Tahap

prognosa; (5) Pencarian alternatif; (6) Pengambilan keputusan; (7) Implementasi;

(8) Penutup.

K. TAHAP-TAHAP KONSELING

Tahap-tahap konseling pada konseling trait and factor meliputi:

1. Analisis

Analisis merupakan tahap atau langkah mengungkap data tentang diri

pribadi klien beserta lingkungannya. Tujuan tahap analisis adalah untuk

memperoleh pemahaman tentang diri siswa/klien dalam hubungannya dengan

syarat-syarat yang diperlukan untuk memperoleh penyesuaian diri baik untuk

masa sekarang maupun masa yang akan datang. Syarat data yang terkumpul harus

valid, relevan, dan komprehensif. Data yang dikumpulkan diklasifikasikan

menjadi dua macam:

a. Data vertical (menyangkut diri klien):

- Data fisik: kesehatan, ciri-ciri fisik, penampilan fisik, dsb.

- Data psikis: bakat, minat, sikap, cita-cita, hobi, kebiasaan, dsb.

b. Data Horisontal (berkaitan denga latar belakang atau lingkungan klien):

- Data keluarga, kehidupan di sekolah, tempat kerja, teman, dsb.

2. Sintesis

Sintesis merupakan tahap atau langkah menghimpun, menyeleksi, dan

menghubung-hubungkan atau menggolong-golongkan data yang disusun secara

ringkas tetapi tetap komprehensif sehingga diperoleh pemahaman yang lebih jelas

tentang diri klien.

3. Diagnosis

Diagnosis merupakan tahap mempertegas hakikat masalah dan

menemukan faktor penyebabnya.

9

Page 10: Pendekatan konseling trait n factors

4. Prognosis

Prognosis memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang

akan datang atau konsekuensi bila ada perubahan atau tidak ada perubahan pada

diri klien.

5. Konseling

Konseling merupakan tahap mengembangkan alternatif pemecahan

masalah, menentukan, dan melaksanakannya. Dalam kaitan ini ada lima sifat

konseling, yaitu :

1. Belajar terpimpin menuju pengertian diri

2. Mendidik/mengajar kembali untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan

penyesuaian hidupnya.

3. Bantuan pribadi agar klien mengerti dan terampil dalam menerapkan prinsip

dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Konseling yang mencakup hubungan dan teknik yang bersifat

menyembuhkan

5. Mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran

6. Follow-up

Follow-up merupakan tahap menentukan langkah-langkah lanjutan

berdasarkan telaah atas pelaksanaan alternatif yang telah dipilih.

L. TEKNIK-TEKNIK KONSELING

Teknik-teknik dalam konseling trait and factor berpegang pada prinsip

adanya individual differences, maka dalam teknik konseling tidak ada teknik-

teknik tertentu yang cocok untuk setiap siswa. Teknik-teknik tertentu hanya cocok

untuk siswa tertentu dengan masalah tertentu pula. Oleh karena itu, dalam

membantu siswa, dituntut adanya fleksibilitas dan kecanggihan konselor dalam

membuat variasi teknik, bahkan terbuka bagi konselor membuat modifikasi-

modifikasi. Teknik-teknik konseling yang dikemukakan Williamson ada lima

macam yaitu

1. Establishing Rapport (Menciptakan Hubungan Baik)

Dalam menciptakan hubungan yang baik dengan konseli, konselor

perlu menciptakan suasana hangat, nyaman, menyenangkan, ramah dan akrab

10

Page 11: Pendekatan konseling trait n factors

(tetapi tidak perlu merendah, cukup pada posisi sejajar antara konselor

dengan klien), dan menghilangkan kemungkinan situasi yang bersifat

mengancam (seperti konselor dengan muka yang garang sehingga membuat

konseli merasa terancam).

Ada beberapa faktor penting dan terkait dengan keperluan penciptaan

rapport tersebut:

- Reputasi konselor, khususnya reputasi dalam kompetensi (competency

reputation), konselor harus memiliki nama baik dimata siswa,

- Penghargaan dan perhatian konselor terhadap individu,

- Kemampuan konselor dalam menyimpan rahasia (confidentiality),

termasuk kerahasiaan hasil-hasil konseling atas siswa-siswa terdahulu.

2. Cultivating Self-Understanding (Mempertajam Pemahaman Diri)

Konselor perlu berusaha agar klien lebih mampu memahami dirinya

yang mencakup segala kelebihan maupun kekurangannya, dan dibantu untuk

menggunakan kekuatan dan mengatasi kekurangannya. Untuk itu, dapat

dimengerti kalau misalnya konselor dituntut untuk menginterpretasikan data

klien, termasuk data hasil testing. Sudah barang tentu cara menerangkannya

harus dengan kata-kata sederhana yang jelas dan mudah difahami klien.

3. Advicing Or Planning A Program of Action (Memberi Nasehat Atau

Membantu Merencanakan Program Tindakan)

Dalam melaksanakan hal ini, konselor memulai dari apa yang menjadi

pilihan klien, tujuannya, pandangannya, dan sikapnya; kemudian

mengemukakan alternatif-alternatif untuk dibahas segi-segi positif dan

negatifnya, manfaat dan kerugiannya. Dalam hal ini, konselor menyampaikan

nasehat-nasehat secukupnya dengan pensikapan bahwa hal itu bersikap

sementara karena fakta dan data yang diketahui konselor, betapapun tetap

terbatas. Oleh karena itu, klien perlu didorong untuk menyampaikan ide-

idenya sendiri untuk dipertimbangkan dan konselor memberikan saran-saran

bagi pengambilan keputusan dan pelaksanaanya. Ada tiga cara dalam

memberikan nasehat yaitu

11

Page 12: Pendekatan konseling trait n factors

1. Dirrective Advice (nasehat langsung), dimana konselor secara terbuka

dan jelas menyatakan pendapatnya. Cara ini dilakukan apabila klien

memang tidak mengetahui betul apa yang harus diperbuat/diinginkan.

2. Persuasive, dilakukan apabila klien telah mampu menunjukan alas an yang

logis atas pilihan-pilihannya tetapi belum menentukan pilihan.

3. Eksplanatory (penjelasan), yang merupakan metode yang paling

dikehendaki dan memuaskan.

4. Carrying Out The Plan (Melaksanakan Rencana)

Mengikuti pilihan atau keputusan klien, konselor dapat memberikan

bantuan langsung bagi implementasi atau pelaksanaannya. Bantuannya antara

lain berupa, rencana atau program pendidikan dan pelatihan atau usaha-usaha

perbaikan lainnya yang lebih dapat menyempurnakan keberhasilan tindakan.

Contoh: apabila dalam keputusannya klien akan menemui gurunya, maka

klien diajak mendiskusikan kapan hal itu dilakukan, dimana, dengan cara apa,

dengan siapa dan sebagainya.

5. Refferal (Pengiriman Pada Ahli Lain)

Pada kenyataanya tidak ada konselor yang ahli dalam memecahkan

segala permasalahan siswa, yang karena itu konselor perlu menyadari

keterbatasan dirinya. Apabila konselor tidak mampu, konselor tidak

diperkenankan untuk memaksakan diriatau berbuat coba-coba. Konselor perlu

mengirimkan kliennya pada ahli lain yang lebih mampu.

M. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN

Kelebihan:

1. Teori ciri dan sifat menerapkan pendekatan ilmiah pada konseling

2. Penekanan pada penggunaan data tes objektif, membawa kepada upaya

perbaikan dalam pengembangan tes dan penggunanya, serta perbaikan dalam

pengumpulan data lingkungan.

3. Penekanan yang diberikan pada diagnose mengandung makna sebagai

suatu perhatian terhadap masalah dan sumbernya mengarahkan kepada upaya

pengkreasian teknik-teknik untuk mengatasinya.

4. Penekanan pada aspek kognitif merupakan upaya menyeimbangkan

12

Page 13: Pendekatan konseling trait n factors

pandangan lain yang lebih menekankan afektif atau emosional.

Kelemahan:

a. Kurang diindahkan adanya pengaruh dari perasaan, keinginan, dambaan

aneka nilai budaya (cultural values), nilai-nalai kehudupan (personal values),

dan cita-cita hidup, terhadap perkembangan jabatan anak dan remaja

(vocational development) serta pilihan program/bidang studi dan bidang

pekerjaan (vocational choice).

b. Kurang diperhatikan peran keluarga dekat, yang ikut mempengaruhi

rangkaian pilihan anak dengan cara mengungkapkan harapan, dambaan dan

memberikan pertimbangan untung-rugi sambil menunjuk pada tradisi

keluarga; tuntutan mengingat ekonomi keluarga; serta keterbatasan yang

konkrit dalam kemampuan finansial, dan sebagainya.

c. Kurang diperhitungkannya perubahan-perubahan dalam kehidupan

masyarakat, yang ikut memperluas atau membatasi jumlah pilihan yang

tersedia bagi seseorang.

d. Kurang disadari bahwa konstelasi kualifikasi yang dituntut untuk mencapai

sukses di suatu bidang pekerjaan atau program studi dapat berubah selama

tahun-tahun yang akan datang.

e. Pola ciri-ciri kepribadian tertentu pasti sangat membatasi jumlah

kesempatan yang terbuka bagi seseorang, karena orang dari berbagai pola ciri

kepribadian dapat mencapai sukses di bidang pekerjaan yang sama.

13

Page 14: Pendekatan konseling trait n factors

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pendekatan konseling trait & factor dikembangkan dan didirikan oleh E.G.

Williamson. adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir,

berperasaan, dan berprilaku, seperti intelegensi (berpikir), iba hati (berperasaan),

dan agresif (berprilaku). Teori Trait-Factor adalah pandangan yang mengatakan

bahwa kepsibadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan

jumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur masing-

masing dimensi kepribadian itu. Tujuan dari konseling trait & factor yaitu Self-

clarification (kejelasan diri), Self-understanding (pemahaman diri), Self-

acceptance (penerimaan diri), Self-direction (pengarahan diri), Self-actualization

(perwujudan diri).

Sedangkan tahap konselingnya yaitu analisis, sintesis, diagnosis,

prognosis, konseling, dan follow-up. Dan tekniknya adalah Establishing Rapport

(Menciptakan Hubungan Baik), Cultivating Self-Understanding (Mempertajam

Pemahaman Diri), Advicing Or Planning A Program of Action (Memberi Nasehat

Atau Membantu Merencanakan Program Tindakan), Carrying Out The Plan

(Melaksanakan Rencana), Refferal (Pengiriman Pada Ahli Lain).

14

Page 15: Pendekatan konseling trait n factors

DAFTAR RUJUKAN

http://apadefinisinya.blogspot.com/2009/02/teori-konseling-trait-factor.html,

Online pk. 18.10 (28/03/2011)

http://www.zonependidikan.co.cc/2010/05/konseling-trait-factor.html, Online pk.

18.10 (28/03/2011)

Lutfi & Sudjiono. 1991. Konseling Individu Trait And Factors. Malang: IKIP-

Malang.

15