Pendekatan Keterampilan Proses Sains

20
PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS A. Pendahuluan Peranan guru sangat kompleks, berkembang sesuai dengan perkembangan sejarah dan zaman, serta harapan masyarakat. Perubahan paradigma dan tata nilai pada abad ke-18 dan 19, standar seorang guru lebih ditekankan pada kehidupan pribadi atau moralnya daripada kemampuan profesionalnya. Guru yang efektif merupakan pribadi yang berkualitas dan dapat membangun hubungan yang baik dengan siswanya, memahami pengetahuan dasar tentang belajar dan mengajar, dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, mempunyai sikap dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan refleksi dan memecahkan masalah, serta meyakinkan bahwa belajar merupakan proses sepanjang hidup. Selain itu guru yang efektif dapat mengembangkan strategi, metode, dan keterampilannya untuk mencapai keberhasilannya. Secara konseptual pekerjaan guru meliputi tiga fungsi utama: (1) pemimpin, (2) pengelola pembelajaran, dan (3) pengorganisasi. Sebagai pemimpin, diharapkan guru dapat memainkan perannya di dalam kelas, seperti membuat perencanaan, memberi motivasi, mengalokasikan waktu, memberikan penilaian, dan mencari serta memilih sumber belajar yang sesuai. Pengelolaan pembelajaran, mengacu pada metoda dan proses dilakukan guru ketika melaksanakan tugas mengajar sehari-hari. Pengorganisasi, mengacu pada pekerjaan guru yang berhubungan dengan masyarakat, termasuk 1

description

PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

Transcript of Pendekatan Keterampilan Proses Sains

Page 1: Pendekatan Keterampilan Proses Sains

PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

A. Pendahuluan

Peranan guru sangat kompleks, berkembang sesuai dengan perkembangan

sejarah dan zaman, serta harapan masyarakat. Perubahan paradigma dan tata nilai pada

abad ke-18 dan 19, standar seorang guru lebih ditekankan pada kehidupan pribadi atau

moralnya daripada kemampuan profesionalnya.

Guru yang efektif merupakan pribadi yang berkualitas dan dapat membangun

hubungan yang baik dengan siswanya, memahami pengetahuan dasar tentang belajar

dan mengajar, dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, mempunyai

sikap dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan refleksi dan memecahkan

masalah, serta meyakinkan bahwa belajar merupakan proses sepanjang hidup. Selain itu

guru yang efektif dapat mengembangkan strategi, metode, dan keterampilannya untuk

mencapai keberhasilannya.

Secara konseptual pekerjaan guru meliputi tiga fungsi utama: (1) pemimpin, (2)

pengelola pembelajaran, dan (3) pengorganisasi. Sebagai pemimpin, diharapkan guru

dapat memainkan perannya di dalam kelas, seperti membuat perencanaan, memberi

motivasi, mengalokasikan waktu, memberikan penilaian, dan mencari serta memilih

sumber belajar yang sesuai. Pengelolaan pembelajaran, mengacu pada metoda dan

proses dilakukan guru ketika melaksanakan tugas mengajar sehari-hari. Pengorganisasi,

mengacu pada pekerjaan guru yang berhubungan dengan masyarakat, termasuk bekerja

dengan teman sejawat, orang tua, dan pimpinan sekolah.

Proses belajar mengajar mengandung kegiatan interaksi antara guru, siswa dan

komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif. Jadi belajar tidak

hanya merupakan suatu transfer pengetahuan saja dari guru kepada siswa tetapi siswa

diberi persoalan-persoalan yang membutuhkan pencarian, pengamatan, percobaan,

analisis, sintesis, perbandingan, pemikiran dan penyimpulan oleh siswa, agar siswa

menemukan sendiri jawaban terhadap suatu konsep atau teori. Bertolak dari

pembahasan tersebut dapat dilihat bahwa tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran di sekolah haruslah “membelajarkan siswa bagaimana belajar”. Tujuan

pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran ini mengandung makna untuk

meletakkan landasan bagi belajar seumur hidup. Tujuan ini harus tercapai kalau kita

1

Page 2: Pendekatan Keterampilan Proses Sains

ingin memenuhi tuntutan percepatan perubahan yang berlangsung terus-menerus. Pada

masa sekarang ini, bukanlah waktunya lagi bagi guru untuk menjadi orang pertama-

tama yang bertindak sebagai komunikator “fakta-fakta, konsep, dan prinsip-prinsip yang

mantap”. Adanya berbagai penemuan penelitian, menyebutkan “fakta, konsep, prinsip”

seringkali berumur semakin “pendek”. Oleh karena itu, tujuan pokok penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran di sekolah secara operasional adalah membelajarkan siswa agar

mampu memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi dirinya

sendiri. Bertolak dari hal ini, maka hal-hal pokok yang hendaknya menjadi pengalaman

siswa adalah berupa cara-cara penting untuk memproses dan memperoleh pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang menjadi kebutuhannya.

Cain dan Evans (Rustaman, 2005) menyatakan bahwa sains mengandung empat

hal, yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap dan teknologi. Jika sains

mengandung keempat hal tersebut di atas, maka ketika belajar sainspun siswa perlu

mengalami keempat hal tersebut.

Dalam belajar sains siswa seharusnya tidak hanya belajar produk saja, tetapi

harus belajar tentang aspek proses, sikap dan teknologi agar siswa dapat benar-benar

memahami sains secara utuh. Namun seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa

pada kenyataannya, mengajar adalah transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Oleh

karena itu tidaklah mengherankan mengapa banyak guru mengajar dengan cara

ceramah, sebab bagi mereka sains adalah sekumpulan pengetahuan yang harus di

transfer kepada siswa.

Konstruktivisme telah mempengaruhi banyak studi tentang miskonsepsi dan

konsepsi alternatif dalam bidang sains dan saat ini dunia pendidikan sains telah

menunjukkan pergeseran yang lebih menekankan proses belajar mengajar dan metode

penelitian yang menitikberatkan konsep bahwa dalam belajar seseorang mengkonstruksi

pengetahuannya. Dalam pendidikan sains juga telah lama diusahakan agar partisipasi

siswa dalam membangun pengetahuannya telah ditekankan. Semua itu menunjukkan

bahwa pendidikan sains telah mengarah pada kontruktivisme.

Sains mengandung berbagai masalah yang kompleks dan abstrak. Bahkan

tingkatan SMA saja masih sangat memungkinkan mengalami kegagalan dalam

memahami konsep-konsep sains tanpa alat-alat yang konkret dan kesempatan untuk

melakukan manipulasi yang dilakukan di laboratorium (Lawson, 1975 dalam Afgani

2

Page 3: Pendekatan Keterampilan Proses Sains

2005). Proses belajar mengajar seyogianya lebih memusatkan perhatian kepada siswa

karena siswa merupakan komponen utama dalam pembelajaran. Jadi, dalam proses

belajar siswa bisa dikatakan sebagai yang “memiliki kepentingan”. Pada umumnya,

keberhasilan suatu proses belajar-mengajar dilihat dari kemampuan kognitif siswa

dengan menilai kemampuan mereka dalam menjawab soal-soal yang diberikan.

Penilaian ini hanya menilai pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini menghasilkan banyaknya

konsep yang harus dipelajari anak didik melalui pembelajaran, sedangkan guru tidak

mungkin lagi mengajarkan banyak konsep kepada siswa. Salah satu alternatif yang

dikembangkan dalam pembelajaran yaitu pembelajaran dengan pendekatan

keterampilan proses. Menurut Dimyari dan Mudjiono (1999) Pendekatan keterampilan

proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-

keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan

mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa.

Berdasarkan pandangan IPA sebagai proses dan uraian tentang kegiatan

pembelajaran di sekolah, timbul pertanyaan “apakah yang bisa dilakukan untuk

mengidealkan kegiatan pembelajaran di sekolah?” salah satu jawaban atas pertanyaan

tersebut adalah penerapan Pendekatan Keterampilan Proses.

Untuk memperoleh arahan yang jelas, mengenai substansi yang akan dibahas

dalam tulisan ini diajukan beberapa pertanyaan sebagai rumusan masalah, sebagai

berikut:

a. Bagaimana sains diajarkan dalam proses belajar mengajar di kelas?

b. Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Keterampilan Proses?

c. Apa yang mendasari perlunya Pendekatan Keterampilan Proses?

d. Apa teori-teori yang mendasari Pendekatan Keterampilan Proses?

e. Jenis-jenis Keterampilan seperti apa yang termasuk ke dalam Keterampilan Proses?

f. Bagaimana peberapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam proses belajar

mengajar sains di sekolah?

3

Page 4: Pendekatan Keterampilan Proses Sains

B. Pembelajaran Sains dan Hasil Belajar

1. Pembelajaran Sains

Belajar merupakan kebutuhan pokok yang sangat mendasar bagi setiap individu,

karena dengan belajar individu mengalami suatu perubahan tingkah laku. Perubahan

tingkah laku ini dapat ditunjukkan seperti berubahnya tingkat pengetahuan yang

dimiliki. Keterampilan dan sikap serta perubahan aspek-aspek lainnya.

Pendidikan sains telah mengalami pergeseran yang lebih menekankan proses

belajar mengajar dan metode penelitian yang menitikberatkan konsep bahwa dalam

belajar seseorang mengkontribusi pengetahuannya. Dalam pendidikan sains juga telah

lama diusahakan agar partisipasi murid dalam membangun pengetahuannya lebih

ditekankan.

Menurut Bruner (Sagala, 2006) dalam proses belajar dapat dibedakan pada tiga

fase yaitu: (1) Informasi, dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang

menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan

memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita

ketahui sebelumnya. (2) Transformasi, informasi itu harus dianalisis, diubah atau

ditransformasi kedalam bentuk yang lebih abstrak, atau konseptual agar dapat

digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan;

dan (3) Evaluasi, kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh

dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Siswa membentuk sendiri pengetahuan mereka secara aktif melalui interaksi

dengan lingkungannya karena perkembangan konseptual merupakan hasil dari interaksi

antara konsep yang telah ada dengan pengalaman yang baru. Oleh sebab itu, suatu

pendekatan proses dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati

proses penemuan atau menyusun suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.

Dengan demikian suatu proses belajar tidak hanya merupakan transfer pengetahuan.

2. Hasil Belajar

Informasi yang paling penting dalam pembuatan keputusan tentang keberhasilan

proses belajar mengajar di kelas adalah hasil belajar, baik yang sifatnya pengetahuan,

keterampilan, maupun sikap. Berkenaan dengan hasil belajar terdapat berbagai

4

Page 5: Pendekatan Keterampilan Proses Sains

pendapat. Di bawah ini dikemukakan pengertian hasil belajar menurut beberapa tokoh

pendidikan.

Mager (Rustaman, 2005) menyatakan bahwa hasil belajar seseorang siswa selalu

dinyatakan dalam terbentuknya tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar yang telah

dialami oleh siswa tersebut. Teori inilah yang dijadikan landasan oleh Bloom dalam

mengkategorikan tingkah laku tersebut menjadi tiga ranah (domain), yaitu ranah

kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap dan nilai) dan ranah psikomotor

(keterampilan motorik).

Menurut R.M. Gagne (Surya, 2004) mengemukakan bahwa hasil pembelajaran

ialah berupa kecakapan manusiawi (human capabilities) yang meliputi: (1) informasi

verbal, (2) kecakapan intelektual, yang terdiri dari (a) diskriminasi, (b) konsep konkrit,

(c) konsep abstrak, (d) aturan, dan (e) aturan yang lebih tinggi; (3) strategi kognitif, (4)

sikap, (5) kecakapan motorik.

Menurut Sudjana (1989) dalam Afgani (2005) keberhasilan dalam belajar

mengajar dapat diukur dari dua segi yaitu: segi proses belajar dan hasil belajar. Proses

belajar artinya keberhasilan pengajaran terletak dalam proses belajar dalam keberhasilan

belajar siswa, sedangkan hasil belajar siswa diperoleh sebagai akibat proses belajar.

C. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini menghasilkan banyaknya

konsep yang harus dipelajari anak didik melalui pembelajaran, sedangkan guru tidak

mungkin lagi mengajarkan banyak konsep kepada siswa. Salah satu alternatif yang

dikembangkan dalam pembelajaran yaitu pembelajaran dengan pendekatan

keterampilan proses.

R.B Sund (Suriaty, 1996) menyatakan bahwa Science is both a body of

knowledge and aprocesy, dilihat dari kalimat ini maka jelaslah bahwa yang dimaksud

sains (IPA) adalah kumpulan dari pengetahuan fakta, konsep, proses dan lain-lain. Dan

bagaimana proses untuk mendapatkan pengetahuan itu.

Berdasarkan pandangan IPA sebagai proses, dalam pembelajaran IPA saat ini

digunakan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai

wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan

fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya

5

Page 6: Pendekatan Keterampilan Proses Sains

ialah ada dalam diri siswa. Senada dengan hal tersebut, (Kurniati 2001: mengungkapkan

bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan yang memberi kesempatan

kepada siswa agar dapat menemukan fakta, membangun konsep-konsep, melalui

kegiatan dan atau pengalaman-pengalaman seperti ilmuwan. Dari dua pengertian

tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses menekankan pada

penumbuhan dan pengembangan sejumlah keterampilan tertentu pada diri siswa

sehingga mampu memproses infromasi untuk memperoleh fakta, konsep, maupun

pengembangan konsep dan nilai.

Dari batasan-batasan Pendekatan Ketarampilan Proses tersebut, kita memperoleh

suatu gambaran bahwa Pendekatan Keterampilan Proses bukanlah tindakan intruksional

yang berada di luar kemampuan siswa. Pendekatan Keterampilan Proses justru

dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh

siswa.

1. Pendekatan Keterampilan Proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat

tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu

pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan.

2. Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa

bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan menceritakan atau

mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Di sisi yang lain, siswa merasa

bahagia sebab mereka aktif dan tidak menjadi pembelajar yang pasif.

3. Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat

siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus. (Funk, 1985 dalam

Dimyati, 1999)

Dari uraian di atas, maka dengan demikian unsur keterampilan proses, ilmu

pengetahuan, serta sikap dan nilai yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran yang

menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses, saling berinteraksi dan mempengaruhi

satu dengan yang lainnya. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses seperti telah

dikemukakan di atas, menunjukkan pada kita bahwa penerapan Pendekatan

Keterampilan Proses selalu menuntut adanya keterlibatan fisik maupun mental-

intelektual siswa. Lebih dari pada itu, Pendekatan Keterampilan Proses tidak mungkin

dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif (dahulu

kita mengenal dengan istilah CBSA). Pendekatan Keterampilan Proses berjalan secara

6

Page 7: Pendekatan Keterampilan Proses Sains

optimal apabila kadar keterlibatan aktifitas siswa berlangsung dalam yang tinggi dan

sebaliknya. Dengan kata lain, Pendekatan Keterampilan Proses berinteraksi secara

timbal balik dengan penerapan metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif

(CBSA?).

D. Teori-Teori Belajar yang Mendukung Pendekatan Keterampilan Proses

Keterampilan proses merupakan asimilasi dari berbagai keterampilan intelektual

yang dapat diterapkan pada proses pembelajaran. Piaget (Duherti, 2003)

mengemukakan bahwa kemampuan berpikir anak akan berkembang bila

dikomunikasikan secara jelas dan cermat yang dapat disajikan berupa grafik, diagram,

tabel, gambar atau bahasan isyarat lainnya.

Brunner (Hendrik, 2000) mengemukakan bahwa dalam pengajaran dengan

pendekatan keterampilan proses penemuan anak akan menggunakan pikirannya untuk

melakukan berbagai konsep atau prinsip. Dalam proses penemuan (discovery) anak

melakukan operasi mental berupa pengukuran, prediksi, pengamatan, inferensi, dan

pengelompokkan. Operasi mental yang menyangkut keterampilan intelektual tersebut

dapat mengembangkan kemampuan anak dalam membentuk pengetahuan, anak akan

mengetahui lingkungan dengan bekal konsep atau pengetahuan (prior knowledge) yang

telah ada. Jika objek yang diamati dengan konsep prior tadi, maka pengetahuan anak

akan bertambah. Pada hekekatnya hasil kegiatan pengamatan itu menyebabkan

meningkatnya pengetahuan si anak. Oleh sebab itu proses mental di atas digunakan

sebagai dasar bagi pengembangan keterampilan proses sains untuk menemukan konsep

dan prinsip. Kemudian Bruner (Hendrik, 2000) menyatakan jika seseorang individu

belajar dan mengembangkan pikirannya, maka sebenarnya ia telah menggunakan

potensi intelektual untuk berfikir dan ia setuju bahwa melalui sarana keterampilan-

keterampilan proses sains anak akan dapat didorong secara internal membentuk

intelektual secara benar.

Ausubel (Dahar, 1996) berpendapat jika anak belajar dengan perolehan

informasi melalui penemuan, maka belajar ini menjadi belajar yang bermakna. Hal ini

termasuk apabila informasi yang diperolehnya dapat berkaitan dengan konsep atau

infromasi yang sudah ada padanya.

7

Page 8: Pendekatan Keterampilan Proses Sains

Dari tiga pakar di atas menurut Hendrik (2000) dapatlah ditarik kesimpulan yang

menghubungkan ketiganya dalam suatu bentuk dukungan terhadap penggunaan

keterampilan proses sains yaitu adanya kemampuan dan tahap intelektual serta

pandangan belajar terhadap perkembangan pengetahuan anak, maka cara belajar anak

dengan mengembangkan berbagai aspek discovery akan menyebabkan hasil belajar

yang bermakna. Hal tersebut dapat terjadi jika dikembangkan proses belajar mengajar

dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses.

E. Hal-hal yang Mendasari Pembelajaran dengan Menggunakan PKP

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam kegiatan pembelajaran

didasarkan pada hal-hal berikut:

1. Percepatan Perubahan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Percepatan perubahan IPTEK ini, tidak memungkinkan bagi guru bertindak sebagai

satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan teori-teori. Untuk mengatasi

hal-hal ini perlu pengembangan keterampilan memperoleh dan memproses semua

fakta, konsep, dan prinsip pada siri siswa.

2. Pengalaman intelektual, emosional, dan fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil

belajar yang optimal.

Ini berarti kegaitan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan kepada siswa

memperlihatkan unjuk-kerja melalui sejumlah keterampilan memproses semua

fakta, konsep, dan prinsip sangat dibutuhkan.

3. Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ilmu.

Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara pemprosesan dan

pemerolehan kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan. Hal ini akan

mengarahkan siswa pada kesadaran keterbatasan manusiawi dan keunggulan

manusiawi, apabila dibandingkan dengan keterbatasan dan keunggulan ilmu

pengetahuan dan teknologi

8

Page 9: Pendekatan Keterampilan Proses Sains

H. Penerapan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran

Penerapan Keterampilan Proses dalam pembelajaran bukan meruapakan hal

yang mengada-ada, akan tetapi merupakan hal yang wajar dan harus dilaksanakan oleh

setiap guru dalam pembelajarannya. Untuk dapat menerapkan Pembelajaran

Keterampilan Proses dalam pemeblajaran, kita perlu mempertimbangkan dan

memperhatikan karakteristik siswa dan karakteristik mata pelajaran/bidang studi. Selain

itu, kita perlu menyadari bahwa dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat terjadi

pengembangan lebih dari satu macam keterampilan proses.

Untuk keterampilan dasar yakni mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi,

mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan pengembangannya tidak berhenti

hanya jenjang sekolah dasar.

Dalam pembelajaran sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) maupun sekolah

menengah atas (SMA) atau sekolah menengah kejuruan (SMK), penerapan

pengembangan keterampilan proses tetap dilakukan. Penerapan keterampilan dasar

Pendekatan Keterampilan Proses pada semua jenjang pendidikan diperlukan untuk

mendukung penerapan keterampilan terintegrasi PKP.

Cony Semiawa, et.al, (1986) dalam bukunya Pendekatan Keterampilan Proses,

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan suatu pengajaran.

Menurutnya dalam merencanakan suatu pembelajaran harus dipikirkan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Siswa sebagai orang yang terlibat dalam situasi belajar mengajar.

2. Waktu yang akan digunakan dalam pengajaran.

3. Urutkan bagaimana materi akan dibahas.

4. Rangkaian perkembangan bagaimana proses berpikir dan jenis keterampilan yang

akan ditumbuhkan pada siswa.

5. Alat peraga yang akan digunakan, dan

6. Penilaian pelajran yang diberikan

Dalam perencanaan pengajaran tentu harus tergambar juga teknik pelaksanaan

yang dilakukan guru, juga penilaian keseluruhan juga teknik pelaksanaan yang

dilakukan guru, juga penilaian keseluruhan yang meliputi penilaian prestasi

(acchievement) dan penilaian perbuatan (kemampuan/keterampilan serta sikap dalam

9

Page 10: Pendekatan Keterampilan Proses Sains

melakukan tugas). Secara praktis dapat dilakukan langkah-langkah untuk menyusun

perencanaan pengajaran sebagai berikut:

1. Lihat kurikulum, dalam hal ini standar kompetensi dan kompetensi dasar, pokok

bahasan dan indikator pencapaiannya, kelas, semester, dan waktu pengajaran.

2. Jabarkan kompetensi dasar dan standar konpetensi ke dalam indikator-indikator

keberhasilan/capaian.

3. Usahakan agar setiap indikator pencapaian tersebut dapat diukur dengan cara

membuat rencana penilaian berupa bentuk soal atau bentuk lainnya.

4. Tentukan pendekatan dengan metode yang akan dipilih.

5. Carilah sebanyak mungkin sumber untuk memperkaya pemberian pengalaman

belajar serta tentukan alat dan bahan pelajaran yang akan digunakan untuk

mengajar.

6. Buatlah gambaran teknik pelaksanaan bisa dalam bentuk Lembar Kerja Siswa

(LKS) yang mudah dipahami dan dipelajari.

I. Pengukuran Keterampilan Proses

Pengukuran keterampilan proses memiliki karakteriktik umum dan khusus

sebagaimana yang dikemukakan oleh Rustaman, et al. (2001) yaitu:

1. Karakteristik Umum

Pembahasan pokok uji pada karakteristik umum lebih ditunjukkan untuk

membedakan dengan pokok uji biasa yang mengukur penguasaan konsep. Karakteristik

pokok uji tersebut yaitu:

a. Pokok uji tidak boleh dibebani konsep (non concept burdan). Hal ini diupayakan

agar pokok uji tersebut tidak rancu dengan pengukuran penguasaan konsepnya.

Konsep dijadikan konteks. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh penyusun dan

pokok uji sudah tidak asing lagi bagi siswa (dekat dengan keadaan sehari-hari

siswa).

b. Pokok uji keterampilan proses mengandung sejumlah informasi yang harus diolah

oleh responden atau siswa. Infromasi pokok uji dalam keterampilan proses dapat

berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau uraian atau objek aslinya.

10

Page 11: Pendekatan Keterampilan Proses Sains

c. Seperti pokok uji pada umumnya aspek yang akan diukur oleh pokok uji

keterampilan proses harus jelas dan hanya mengandung satu aspek saja, misalnya

interpretasi.

d. Sebaiknya ditampilkan gambar untuk membantu menghadirkan objek.

2. Karakteristik Khusus

Pada karakteristik khusus ini jenis keterampilan proses tertentu dibahas dan

dibandingkan satu sama lain sehingga jelas perbedaannya. Karakteristik tersebut antara

lain:

a. Observasi: harus dari objek atau peristiwa yang sesungguhnya.

b. Interpretasi: harus menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola.

c. Klasifikasi: harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan perbedaan, atau

diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokkkan atau ditentukan

jumlah kelompok yang harus terbentuk.

d. Prediksi: harus jelas pola atau kecenderungan untuk dapat mengajukan dugaan atau

ramalan.

e. Berkomunikasi: harus ada satu bentuk pernyataan tertentu untuk diubah ke bentuk

penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan, atau tabel ke bentuk

grafik.

f. Berhipotesis: harus dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara, atau

menguji pernyataan yang ada dan mengandung hubungan dua variabel atau lebih,

biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau membuktikan

g. Merencanakan Percobaan atau Penyelidikan: harus memberi kesempatan untuk

mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan, urutan

prosedur yang harus ditempuh, menentukan peubah (variabel), mengendalikan

variabel.

h. Menerapkan Konsep atau Prinsip: harus memuat konsep/prinsip yang akan

diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya.

i. Mengajukan Pertanyaan: harus memunculkan sesuatu yang mengherankan,

mustahil, tidak biasa atau kontradiktif agar responden/siswa termotivasi untuk

bertanya.

11

Page 12: Pendekatan Keterampilan Proses Sains

Berdasarkan pernyataan di atas, maka untuk mengukur keterampilan proses IPA

yang dimiliki siswa dapat dilakukan dengan bentuk tes tertulis, lisan dan observasi.

Keterampilan proses IPA bukanlah keterampilan tangan dengan menggunakan alat-alat

melainkan keterampilan berpikir proses dengan menggunakan proses-proses IPA. Oleh

karena itu pokok ujinyapun dapat berbentuk tes tertulis walaupun seringkali diperlukan

alat untuk melengkapi pokok uji tersebut (Darliana, 1990 dalam Duherti, 2000).

J. Kesimpulan

Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang diajukan dan uraian pembahasan

yang telah dikemukakan di atas, maka dapat kami simpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Sesuai dengan karakteristik dan sifat-sifat serta hakikat sains, maka penerapan

pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran sains adalah sebagai upaya

agar siswa mampu belajar tentang sains secara bermakna.

2. Berdasarkan beberapa pernyataan diatas tentang karakteristik dan jenis-jenis dapat

disimpulkan bahwa keterampilan proses IPA merupakan aspek-aspek kegiatan

intelektual yang biasa dilakukan oleh seorang ilmuwan dalam menyelesaikan

masalah dan menemukan produk IPA yang berupa fakta, konsep dan pengembangan

sikap dan nilai.

3. Yang mendasari perlunya penerapan pembelajaran dengan menggunakan

keterampilan proses diantaranya adalah: 1) Percepatan IPTEK, 2) Pengalaman

intelektual, emosional, dan fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang

optimal, 3) Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi

kebenaran ilmu.

4. Beberapa teori yang mendukung atau yang mendasari diantaranya Piaget, Bruner,

dan Ausubel tentang pembelajaran bermakna.

5. Terdapat dua jenis keterampilan dalam PKP yakni: keterampilan dasar dan

keterampilan terintegrasi.

6. Pendekatan Keterampilan Proses sangat sesuai diterapkan dalam proses belajar

mengajar di sekolah.

12

Page 13: Pendekatan Keterampilan Proses Sains

Referensi

Funk, James H. Dkk. 1985. Learning Science Process Skills. Lowa: Kanada/Hunt

Publishing Company.

Hendrik, Putrolo S. (2000). Pembelajaran Konsep Struktur Tumbuhan dengan

Menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Melalui Kegiatan Laboratorium. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak

diterbitkan.

Kurniati, Tuti. (2001). Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis PPs UPI. Bandung:

Tidak diterbitkan.

Ratna, W.D. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Rostina, S. (2000). Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa dalam pembelajaran Zat

Aditif pada Zat Makanan dengan Metode Praktikum. Tesis PPs UPI. Bandung:

Tidak diterbitkan.

Rustaman, Nuryani. Dkk. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang:

Universitas Negeri Malang (UM Press).

Semiawan, C. Dkk. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.

13