Pendekatan Dan Model Pembelajaran

26
BAB II PEMBAHASAN TOPIK III KECENDERUNGAN-KECENDERUNGAN MUTAKHIR (CURRENT TRENDS) DALAM BIDANG PEMBELAJARAN Munculnya kecenderungan pemikiran baru tentang belajar serta terjadiya perubahan cara pandang terhadap siswa sebagai objek menjadi subyek pembelajaran, menjadi titik tolak dari ditemukan dan dikembangkannya berbagai pendekatan dan model pembelajaran inovatif. Sejalan dengan itu, guru dituntut untuk mampu memilih dan menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sekaligus diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa, kreativitas dan kemampuan berpikir kritis, serta kemampuan siswa memecahkan masalah. Secara umum, pendekatan pembelajaran dibedakan menjadi dua, yaitu pendekatan pmbelajaran yang berorientasi kepada siswa (student-centred approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher- centred approach). 1

description

Pendekatan Pembelajaran

Transcript of Pendekatan Dan Model Pembelajaran

Page 1: Pendekatan Dan Model Pembelajaran

BAB II

PEMBAHASAN

TOPIK III

KECENDERUNGAN-KECENDERUNGAN MUTAKHIR

(CURRENT TRENDS) DALAM BIDANG PEMBELAJARAN

Munculnya kecenderungan pemikiran baru tentang belajar serta terjadiya

perubahan cara pandang terhadap siswa sebagai objek menjadi subyek

pembelajaran, menjadi titik tolak dari ditemukan dan dikembangkannya berbagai

pendekatan dan model pembelajaran inovatif. Sejalan dengan itu, guru dituntut

untuk mampu memilih dan menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang

dapat memacu semangat setiap siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran sekaligus diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berpikir

rasional siswa, kreativitas dan kemampuan berpikir kritis, serta kemampuan siswa

memecahkan masalah. Secara umum, pendekatan pembelajaran dibedakan

menjadi dua, yaitu pendekatan pmbelajaran yang berorientasi kepada siswa

(student-centred approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi

kepada guru (teacher-centred approach).

Pendekatan yang seyogianya diimplementasikan oleh guru ialah

pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student-centred

approach). Untuk mampu merealisir harapan tersebut seorang guru perlu

memahami berbagai aspek yang berkaitan denganpendekatan dan model

pembelajaran tersebut.

A. PENDEKATAN CARA BELAJAR SISWA AKTIF (CBSA)

1. Pengertian Cara Belajar Siswa Aktif

1

Page 2: Pendekatan Dan Model Pembelajaran

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berwujud dalam aneka

ragam kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati seperti membaca,

menulis, medengarkan, bertanya, menjawab, mengamati

mendemonstrasikan dan mengukur. Sampai kepada kegiatan psikis

(mental) yang sulit diamati seperti menggunakan khasanah pengetahuan

dalam memecahkan masalah yang dihadapi, menyatakan gagasan dengan

bahasa sendiri, menyimpulkan hasil eksperimen, merangkum intisari dari

suatu uraian dan sebagainya.

Kreativitas dalam rangka CBSA menunjuk kepada keaktivan

mental mesipun mewujudkan maksud tersebut, dalam banyak hal

mempersyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk kegiatan

(keaktivan) fisik. T. Raka Joni (1993) mengingatkan bahwa CBSA adalah

suatu pendekatan bukan suatu metode atau teknik mengajar ….

Pendekatan Cara Belajar Siwa Aktif merupakan pendekatan pembelajaran

yang pada dasarnya melihat kegiatan belajar sebagai pemberian makna

secara kontovistik terhadap pengalaman oleh pebelajar dan dengan

dituntut azaz Tut Wuri Handayani, pegendalian kegiatan belajar harus

meletakkan dasar bagi pembentukan prakarsa dan tanggung jawab belajar

kea rah belajar sepanjang hayat.

Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) diartikan sebagai

anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalan pelibatan

intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibata

fisik apabila diperlukan.

2. Rasional CBSA

Penerapan CBSA dalam proses embelajaran bertumpu pada

sejumlah rasional. Yang terpenting diantaranya iaah rasional yang

berkaitan langsung dengan upaya perwujudan tujuh utuh pendidikan serta

karakteristik manusia dan masyarakat masa depan Indonesia yang

dikehendaki.

2

Page 3: Pendekatan Dan Model Pembelajaran

Seperti yang telah diketahui bahwa kini kita telah memasuki

ambang masyarakat belajar yaitu masyarakat yang menghendaki

pendidikan seumur hidup. Proses pembelajaran di sekolah seyogianya

mengemban misi utama yaitu membelajarkan peserta didik sehingga pada

saatnya nanti peserta didik memiliki kemampuan belajar mandiri sebagai

basis dari pendidikan seumur hidup.

Bertolak pada pemikiran yang terkandung dalam onsepsi

pendidikan seumur hidup, tujuh utuh pendidikan, dan karateristik manusia

dan masyarakat masa depan Indonesia, maka penerapan Cara Belajar

Siswa Aktif (CBSA) dalam proses pembelajaran merupakan kebutuhan

yang segera harus diwujudkan.

3. Prinsip-Prinsip dan Indikator Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

Dalam penerapan CBSA terdapat sejumlah prinsip yang perlu

diperhatikan sekaligus diwujudkan baik yang menyangkut siswa yang

belajar maupun guru yang mengelola prinsip pembelajaran.

a. Penyediaan pijakan dan tuntunan kognitif oleh guru.

b. Kegiatan belajar-mengajar yang beraneka ragam dari guru.

c. Pemberian kesempatan bagi siswa untuk berbuat langsung guna

mengakaji, berlatih/menghayati isi kurikulum.

d. Berusaha memenuhi kebutuhan individu siswa.

e. Guru berupaya melibatkan sebanyak mungkin siswa dalam interaksi

belajar-mengajar.

f. Guru mengecek pemahaman siswa.

g. Guru member balikan/respon.

Di sisi lain, terdapat sejumlah indicator sebagai petunjuk keterlibatan

siswa dalam pembelajaran CBSA. Yaitu :

a. Prakarasa siswa dalam proses belajar-mengajar.

b. Keterlibatan mental siswa dalam proses belajar-mengajar.

3

Page 4: Pendekatan Dan Model Pembelajaran

c. Peranan guru ditekankan sebagai fasilitator.

d. Belajar eksperiensial.

e. Kekayaan variasi metode dan media dalam proses belajar-mengajar.

f. Kualitas dan variasi interaksi dalam proses belajar-mengajar.

B. PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES (PKP)

1. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses (PKP)

Pendekatan keterampilan proses, menurut Dimyati dan Mudjiono

(1999) adalah wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-

keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari

kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam

diri siswa. Maka dapat disimak bahwa PKP bukanlah tindakan

instruksional yang berada di luar kemampuan siswa, tetapi PKP justru

berfungsi mengembangkan kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki

siswa.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendekatan keterampilan

proses menekankan pada upaya membeajaran siswa bagaimana belajar.

Upaya ini tentu saja mempersyaratkan tingkat keterlibatan yang optimal

dari siswa dalam proses belajar.

2. Jenis Keterampilan dalam KTP

Deskripsi singkat dari setiap jenis keterampilan tersebut, adalah sebagai

berikut :

a. Keterampilan Dasar (Basic Skills)

1) Mengamati

2) Mengklasifikasi

3) Mengkomunikasikan

4) Mengukur

5) Memprediksi

6) menyimpulkan

b. Keterampilan-Keterampilan Terintegrasi

4

Page 5: Pendekatan Dan Model Pembelajaran

1) Mengenali variabel

2) Membuat table data

3) Membuat grafik

4) Menggambarkan hubungan antar variabel

5) Mengumpulkan dan mengolah data

6) Menganalisis penelitian

7) Menyusun hipotesis

8) Mendefenisikan variabel

9) Merancang penelitian

10) Bereksperimen

C. PENDEKATAN PAKEM

1. Pengertian dan Unsur-Unsur Pendekatan PAKEM

Secara operasional, pendekatan PAKEM diartikan sebagai

pendekatan pembelajaran dengan setting yang didesain untuk member

peluang bagi keterlibatan aktif siswa secara aktif dan bagi pengembangan

kreativitas siswa, dalam kondisi dan suasana pembelajaran yang

menyenangkan menuju pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif.

Dari segi terminologi, PAKEM adalah singkatan dari Partisipatif, Aktif,

Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.

Deskripsi dari kelima unsure PAKEM tersebut adalah sebagai berikut :

a. Unsur P sebagai representasi dari kata Partisipatif, yang berarti bahwa

dalam pembelajaran harus meningkatkan partisipasi siswa.

b. Unsur A sebagai representasi dari Aktif yang mengandung makna

bahwa pembelajaran harus mengarah kepada pemberian peluang

keterlibatan aktif siswa.

c. Unsur K sebagai repsentasi kata Kreativitas mengadung makna bahwa

pembelajaran harus didesain dan dirancang sebagaimana mungkin

sehingga dapat memberi peluang bagi berkembangnya kreativitas

siswa.

5

Page 6: Pendekatan Dan Model Pembelajaran

d. Unsur E representasi dari kata Efektif dan megandung arti bahwa

dalam proses pembelajaran haruslah efektif sehingga dapat mencapai

tujuan yang ada.

e. Unsur M representasi dari kata Menyenangkan, yang berarti bahwa

dalam proses belajar-mengajar haruslah dilaksanakan dan dikelola

dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan.

2. Penerapan PAKEM dalam Pembelajaran

Donald, J. Treffinger (Rokhmat Wahab & Solehuddin, 1998/1999)

mengemukakan sejumlah pegalaman belajar yang dapat dikembangkan

oleh guru untuk mendukung pengembangan kreativitas, yaitu :

a. Menciptakan tugas yang dikehendaki anak.

b. Kegiatan pembelajaran hendaknya didasari oleh rasa ingin tahu siswa

(curiosity).

c. Penciptaan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan

sensivitas anak terhadap berbagai masalah dan tantangan.

d. Perlu ditegakkan pengalaman belajar yang memberikan kelonggaran

anak untuk melakukan elaborasi dalam berpikir dan pengembangan

kemampuan berpikir divergen.

e. Selama proses pembelajaran hendaknya dihindari perilaku judgmental

dari guru, sebaliknya perlu dikembangkan sikap apresiatif.

f. Pengalaman beajar yang diberikan kepada anak, hendaknya

memungkinan anak bebas melaakukan eksperimen.

g. Kegiatan pembelaajaran yang positif.

h. Selama proses pembelajaran, anak-anak perlu dihadapkan pada

persoalan riel dalam kehidupan sehari-hari.

i. Pengalaman belajar yang mampu menghantarkan parasiswa untuk

memecahkan suatu masalah yang dapat mengarahkan mereka

mengidentifikasi tantangan-tantangan baru.

D. PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

6

Page 7: Pendekatan Dan Model Pembelajaran

1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual

Secara historis, kelahiran pembelajaran kontekstual berakar pada dua lata

belakang, yaitu:

a. Latar Belakang Filosofis

Pembelajaran kontekstual dari filsafat pengetahuan

konstruktivisme yang berpandangan bahawa pengetahuan kita dalah

bentukan kita sendiri, bukanlah tiruan dari kenyataan.

b. Latar Belakang Psikologis

dari sudut psikologis, pembelajaran kontekstual berladaskan

Psikologis Kognitif. Secara umum, teori kognitif memandang bahwa

proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan.

Beberapa teori belajar dari aliran Psikologis Kognititf yang

mendukung Pembelajaran Kontekstual adalah :

1) Teori Perkembangan Kognitif dari Piaget

2) Teori Fress Discovery Learning dari Brunner

3) Teori Belajar Bermakna dari Ausubel

2. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran Kontestual adalah suatu konsep belajar dimana guru

menghadirkan keadaan yang ada dunia nyata ke dalam kelas dan

mendorong anak didik untuk membuat hubungan antara pengetahuan

yang telah dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari

sebagai anggota dari keluarga dan masyarakat.

Pembelajaran kontekstual setidaknya memiliki enam karakteristik utama,

yaitu :

a. Keterkaitan (relating)

b. Pegalaman Langsung (excperiencing)

c. Aplikasi (applying)

d. Kerja Sama (cooperating)

e. Pengaturan Diri (self-regulating)

f. Assesmen Autentik (authentic assessment)

7

Page 8: Pendekatan Dan Model Pembelajaran

3. Komponen Pembeajaran Kontekstual

Sebagai suatu pendekatan, pembelajaran kontekstual memiliki komponen

yang sering disebut azaz. Komponen-komponen tersebut yaitu :

a. Konstruktivisme (Constructivisme)

b. Menemukan (Inquiry)

c. Bertanya (Questioning)

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

e. Pemodelan (Modelling)

f. Refleksi (Reflection)

g. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)

E. PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEMATIK

1. Latar Belakang Pembelajaran Tematik

Implemetasi pembelajaran tematik dilator beakangi oleh tiga

landasan yaitu landasan fisolofis yang memandang bahwa pembelajaran

perlu ditekanan pada pembentukan kreativitas dengan melihat

pengalaman lansung siswa sebagai kunci dalam pembelajaran.

Yang kedua, landasan psikologis diperlukan terutama dalam

menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang akan diberikan kepada

siswa sementara psikologi belajar memberikan kontribusi bagaimana

isi/materi pembelajaran tematik diberikan dan bagaimana siswa

mempelajarinya.

Yang terakhir landasan yuridis, yaitu UU No. 22 tentang

Perlindungan Anak Pasal 9 dan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

tentang Sisdikanas Bab V Pasal 6.

2. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran Tematik adalah Pembelajaran terpadu yang

menggunakan tema untuk mata pelajaran sehingga dapat memberikan

8

Page 9: Pendekatan Dan Model Pembelajaran

pengalaman bermakna kepada siswa. Kemudian, adapun karakteristik

pembelajaran tematik yaitu :

a. Berpusat pada siswa

b. Memberikan pengalaman langsung

c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

d. Menyajiakan konsep dari berbagai mata pelajaran

e. Bersifat fleksibel

f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

g. Mengguanakn prinsip sambil bermain dan menyenangkan

3. Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik

Dalam penerapan pembelajaran tematik terdapat beberapa rambu

yang harus diperhatikan, yaitu :

a. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan

b. Dimungkinkan terjadinya penggabungan kompetensi dasar lintas

semester

c. Dasar yang tidak dapat dipadukan jangan dipaksa untuk dipadukan

d. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan, dibealjarkan secara

tersendiri

e. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu, harus

tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara

tersendiri

f. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca,

menulis dan berhitung serta penanaman nilai moral

g. Tema-tema yang dipilih baiknya sesuai dengan karakteristik siswa

lingkungan dan daerah setempat

4. Pengertian dan Jenis-Jenis Tema

Tema adalah pokok pikiran atau gagasan yang menjadi pokok

pembicaraan. Dalam konteks pembelajaran di SD tersedia berbagai jenis

tema yang dapt dipilih, yaitu diri sendiri, transpotasi, keluarga,

9

Page 10: Pendekatan Dan Model Pembelajaran

lingkungan, kesehatan, kebersihan dan keamanan, hewan dan tumbuh-

tumbuhan, gejala alam dan peristiwa, pekerjaan, Negara, rekreasi dan alat

komunikasi.

5. Prinsip Pemilihan Tema

Dalam pemilihan tema yang akan digunakan, hedaknya memperhatikan

prisip berikut :

a. Kedekatan

b. Kesederhanaan

c. Kemenarikan

d. Kekonkritan

e. Sesuai dengan tingkat perkembangan anak

6. Alokasi Waktu Pembelajaran Tematik

Alokasi waktu yang tersedia untuk pembelajaran tematik adlah 27

jam pelajaran dalam seminggu, dengan jatah waktu untuk masing-masing

mata pelajaran adalah sebagai berikut :

a. 15 % untuk agama

b. 50 % untuk membaca, menulis, dan menghitung

c. 35 % untuk Pendidikan Kewarganegaraan, IPS, Pengetahuan Alam,

Kertakes dan Penjaskes

Perlu diketahui bahwa untuk kelas I, II dan III tidak dikenal penjadwalan

mata pelajaran.

7. Tahap Persiapan Pelaksanaan Pembeajaran Tematik

Persiapan pelaksanaan pembelajaran tematik terdiri dari beberapa

tahapan, yaitu :

a. Pemetaan Kompetensi Dasar

b. Menetapkan Jaringan Tema

c. Penyusunan Silabus Pembelajaran Tematik

d. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

10

Page 11: Pendekatan Dan Model Pembelajaran

F. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE

LEARNING)

1. Pengertian dan Tjuan Pembelaajaran Kooperatif

Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran kelompok

kecil (yang beranggotakan 3/4-5/6 orang) yang

menekankan/mempersyaratkan kerja sama (kolaborasi) serta tanggung

jawab individual setiap anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas

bersama, sehingga setiap anggota kelompok dapat mencapai tujuan

pembelajaran secara optimal.

Menurut Nur Asma (2006) pembelajaran kooperatif bertujuan untuk :

a. Pencapaian hasil belajar

b. Penerimaan terhadap keragaman

c. Pengembangan keterampilan sosial

Jadi, pembelajaran kooperatif sapat menumbuhkan rasa solidaritas

dan meningkatkan hubungan sosial sehingga dapat meningkatkan prestasi

siswa melalui kreativitas bersama.

2. Unsur-Unsur/Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Dari beberapa pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa untuk

tercapainya pembelajaran kooperatif secara efektif dan efesien setidaknya

mempersyaratkan unsure/prinsip pokok yaitu sebagai berikut:

a. Saling ketergantungan positif

b. Interaksi tatap muka

c. Tanggung jawab individual

d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

e. Pengelompokan secara heterogen

3. Sintaks (langkah-langkah) Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ibrahim, dkk (2010:10) prosedur pembelajaran kooperatif

pada prinsipnya terdiri atas enam tahap,yaitu sebagai berikut:

11

Page 12: Pendekatan Dan Model Pembelajaran

a. Tahap penyampain tujuan dan memotivasi siswa

b. Tahap menyajikan infromasi

c. Tahap mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

d. Tahap membimbing kelompok belajar

e. Tahap evaluasi

f. Tahap memnerikan penghargaan

Keenam tahap ini berlaku untuk semua tipe/ragam pembelajaran

kooperatif

4. Jenis/Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif

Dalam berbagai literatur, beberapa ahli mengemukakan berbagai

model/tipe pembelajaran kooperatif. Secara umum jenis/tipe tersebut

terbagi menjadi lima, yaitu berikut uraiannya masing-masing:

a. Tipe Stuent Team Achievement Division (STAD)

Model pmbelajaran tipe STAD menurut Slavin (1995) merupakan

pembelajaran dengan menempatkan siswa dalam kelompok belajar

beranggotakan 4/5 orang siswa yang merupakan campuran dari

kemampuan akaemik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok

terdapat siswa yang berpartisipasi tinggi, sedang dan rendah atau

variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial

lainnya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, pembelajaran tipe STAD

terbagi atas enam tahap yaitu:

1) Membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 orang secara

heterogen.

2) Guru menyajiakan pelajaran.

3) Guru member tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh

anggota-anggotanya.

4) Guru member kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa

5) Member evaluasi

6) Penghargaan

12

Page 13: Pendekatan Dan Model Pembelajaran

b. Tipe Jigsaw

Model pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh Elliot

Aroson dan koleganya fi Universitas Texas, kemudian Slavin di

Universitas John Hopkins. Jigsaw berasal dari bahasa inggris yang

berarti gergaji ukir, patterns, pola-pola mozaik, puzzle dan

sebagainya. Sehingga jigsaw diartikan sebagai tipe pembelajaran

dengan pelaksanaannya mengikuti cara kerja sebuah gergaji yaitu

dengan cara siswa/anggota kelompok melakukan kegiatan atau

mengerjakan tugasnya (membaca dan berdiskusi) dengan cara

berpindah (bolak-balik) dari kelompok asal menuju kelompok pakar

kemudian balik lagi ke kelompok asal.

Berdasarkan beberapa variasi penerapan tipe ini di lapangan, maka

tahapannya dapat dikelompokkan menjadi 7 tahap utama, yaitu:

1) Membagi siswa di kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil yang

bersifat heterogen (asal) 4-6 orang.

2) Setiap kelompok diberi tugas parallel, sementara setiap anggota

dalam kelompok diberi tugas komplementer.

3) Membaca/memahami isi teks/naskah dan mengerjakan tugas.

4) Diskusi kelompok ahli (pakar).

5) Presentasi/penyajian kelompok dalam kelompok asal.

6) Evaluasi (penilaian) secara individual.

7) Penghargaan

c. Think-Pair-Share (Berpikir-Berpasangan-Berbagi)

TPS merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dengan maksud supaya

proses pembelajaran lebih menarik. Tipe ini dikembangkan oleh Frand

Lyman dan koleganya di Universitas Maryland. Penerapan tipe ini

telah menekankan pada pemberian kesempatan/waktu berpikir yang

13

Page 14: Pendekatan Dan Model Pembelajaran

lebih banyak bagi para siswa untuk saling membantu dan merespon

pertanyaan yang dihadapkan kepadanya.

Beberapa ahli menyatakan bahwa pembelajaran tipe TPS terbagi ke

dalam 3 tahap, yaitu:

1) Berpikir (Thingking)

2) Berpasangan (Pairing)

3) Berbagi (Share)

d. Tipe Numbered Head Together (Penomoran Kepala/Berpikir

Bersama)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagan

(1993). Tipe ini menggunakan nomor sebagai identitas penanda bagi

setiap anggota dalam tiap kelompok. Menekankan pada penciptaan

struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-

pola interaksi siswa untuk membuat pembelajaran lebih menarik, dan

dimaksudkan sebagai salah satu alternative untuk mereview kembali

dan mengecek sejauh mana siswa memahami isi pelajaran.

Beberapa ahli merumuskan pembelajaran NHT menjadi empat

llangkah pokok, yaitu :

1) Penomoran (Numbering)

2) Pengajuan Pertanyaan (Questioning)

3) Berpikir Bersama (Head Together)

4) Pemberian Jawaban (Answering)

e. Team Games Tournaments (TGT)

TGT merupakan tipe pembelajaran koopertif yang didahului dengan

penyajian materi pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan

pemberian sejumlah pertanyaan untuk didiskusikan di kelompok

masing-masing (heterogen dengan anggota 5-6 orang per kelompok)

dan selanjutnya setiap kelompok dipertandingkan seminggu sekali

14

Page 15: Pendekatan Dan Model Pembelajaran

untuk menguji kemampuan mereka dengan mempertanggung

jawabkan hasil pekerjaannya.

TGT pada dasarnya memiliki lima langkah-langkah yaitu :

1) Penyajian kelas.

2) Belajar dalam kelompok-kelompok kecil terdiri atas 4-5 orang

dengan anggota yang heterogen.

3) Permainan (games) berupa pertanyaan-pertanyaan oleh guru.

4) Turnamen pada akhir minggu melalui lembar presentasi tiap

kelompok.

5) Pernghargaan kelompok (team recognize).

G. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM

BASED LEARNING)

1. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Nurhadi,dkk.(2004:56) pembelajaran berbasis masalah adalah

suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai

suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan

keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan

konsep yang esensial dari mata pelajaran. Pembelajran berbasis masalah

digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi

masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Sanjaya

(2007:212) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat

diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada

proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Sejalan dengan

pengertian pembelajaran berbasis masalah tersebut, Nurhadi,dkk.(2004:57)

mengemukakan 4 ciri dari pembelajaran berbasis masalah, yaitu (a)

pengajuan pertanyaan atau masalah, (b) berfokus pada keterkaitan antar

disiplin, (c) penyelidikan autentik, dan (d) menghasilkan produk/karya dan

memamerkannya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimak bahwa pembelajaran

berbasis masalah setidaknya memiliki 3 ciri utama, yaitu (a) pembelajaran

15

Page 16: Pendekatan Dan Model Pembelajaran

berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran dalam arti

bahwa didalam penerapannya melibatkan sejumlah kegiatan yang harus

melibatkan sejumlah siswa didalamnya, seperti aktif berfikir, berkomunikasi,

mencari dan mengolah data dan kemudian menyimpulkannya, (b) aktivitas

pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah dalam arti

menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran, dan (c)

pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir

secara ilmiah.

2. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Nurhadi,dkk(2004:60), Kunandar,(2007:336), dan Trianto,

(2007:71) terdiri atas (a) Tahap 1: orientasi siswa pada masalah, disini guru

menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau

demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa

untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih, (b) tahap 2

mengorganisasi siswa untuk belajar, tahap ini guru membantu siswa untuk

mengidentifikasi dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan

masalah tersebut, (c) Tahap 3: membimbing penyelidikan individual maupun

kelompok. Disini guru mendorong siswa untuk melakukan/mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan

penjelasan dan pemecahan masalah, (d) Tahap 4 : mengembangkan dan

menyajikan hasil karya. Tahap ini guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan

model serta membimbing mereka untuk berbagi tugas dengan temannya, (e)

Tahap 5 : menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Di

tahap ini guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sintaks dari model

pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) terdiri atas enam

tahap yaitu:

16

Page 17: Pendekatan Dan Model Pembelajaran

a. Tahap muncul/adanya masalah actual yang berasal dari lingkungan hidup

siswa sehari-hari yang disadari oleh siswa sebagai masalah yang

membutuhkan penyelesaian.

b. Tahap merumuskan masalah sehingga ada kejelasan dan kesamaan

persepsi tentang hakikat masalah dan sekaligus sebagai dasar untuk

menetapkan jenis data yang akan dikumpul untuk digunakan sebagai dasar

dalam memecahkan masalah.

c. Tahp merumuskan hipotesis dalam bentuk perumusan kemungkinan

tindakan yang dapat dilakukan yang diasumsikan dapat menyelesaikan

masalah.

d. Tahap mengumpulkan data melalui teknik dn instrument pengumpul data

yang tepat.

e. Menguji hipotesis dengan memanfaatkan data yang berhasil dikumpulkan

sebagai dasar pengambilan kesimpulan.

f. Menentukan pilihan penyelesaian.

17

Page 18: Pendekatan Dan Model Pembelajaran

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendekatan dan model pembelajaran merupakan cara sistematis yang

dipilih untuk dan dapat memacu semangat setiap siswa untuk terlibat secara

aktif dalam proses pembelajaran dan sekaligus diharapkan dapat

mengembangkan keterampilan siswa serta dapat berpikir secara rasional dan

juga kritis. Seperti yang telah diketahui, terdapat beberapa pendekatan dan

model pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, yaitu Pendekatan Cara

Belajar Siswa Aktif, Pendekatan Keterampilan Proses, Pendekatan PAKEM,

Pendekatan Kontekstual, Pendekatan Kontekstual, Pendekatan Pembelajaran

Tematik, Model Pembelajaran Kooperatif, dan Model Pembelajaran Berbasis

Masalah.

B. Saran

Dalam pemilihan Pendekatan dan model pembeajaran oleh pendidik,

hendaknya harus sesuai dengan situasi dan kondisi. Serta sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dan hendaknya, pendidik dapat

menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang dipilih dengan baik

dan sesuai dengan sintaks yang ada.

18