Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan....

24
KPK KOMISI PEMBERANT ASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA " Untuk Keadilan " Pendapat / Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan (Eksepsi) Tim Penasehat Hllkllm n.lam PerkaraAtas Nama Terdak.wa Jr. Eddie Widiono Snwondho, MSc. " , Septeniber 2011

Transcript of Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan....

Page 1: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

KPK KOMISI PEMBERANT ASAN KORUPSI

REPUBLIK INDONESIA

Untuk Keadilan

Pendapat Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan (Eksepsi)

Tim Penasehat Hllkllm

nlam PerkaraAtas Nama Terdakwa

Jr Eddie Widiono Snwondho MSc

~

J~ Septeniber 2011

UNTUK KEADILAN

Pendapat I Tanggapan Penuntut Umum Terhadap Keberatan (Eksepsi) Tim Penasehat Hukum Terdakwa Dalam Perkara An Terdakwa

Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSc

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhonnat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Terima kasih kami sampaikan kepada Majelis Hakim yang telah memberikan

kesempatan kepada kami untuk menyampaikan pendapat I tanggapan atas keberatan (eksepsi)

yang diajukan oleh Tim Penasihat Hukum pada persidangan terdahulu

Perlu kami tegaskan bahwa ketentuan tentang materi pokok keberatan (eksepsi) telah

diatur secara limitatif di dalam pasal 156 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana yaitu

Dalam hal Terdakwa atau Penasihat Hukufl mengajukan keberatan bahwa Pengadilan

tidak benvenang mengadili perkaranva atau dakwaan tidak dapat diterima atau 8111

dakwaan harus dibatalkan maka seteltIlr diberi kesempatan kepada Penuntut Umum

untuk menyatakan pendapatnya Hakim mempertimbangkan keberatan terse but untuk

selanjutnya mengambil keputusan

Dari ketentuan tersebut dapat dimengerti bahwa materi pokok keberatan (eksepsi) telah

ditentukan hanya meliputi 3 (tiga) hal yaitu tentang

a kewenangan Pengadilan dalam mengadili perkara

b dakwaan tidak dapat diterima

c surat dakwaan harus dibatalkan

Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan

berisikan hal-hal lain diluar dari 3 (tiga) hal sebagaimana tersebut diatas maka kami Penuntut

Umum tidak perlu menanggapinya dan selayaknya menolak atau mengenyampingkan

keberatan (eksepsi) yang seperti itu

Pendapatbanahan Penuntul Umum dalam Perkara lr EDDIE WIDlONO SUWONDHO MSC

2

Selanjutnya terlebih dahulu kami perlu menyampaikan bantahan atas pemyataan Tim

Penasihat Hukum halaman 6 Nota Keberatan yang menyatakan suatu fakta tak terbantahkan

bahwa eksepsi atau keberatan dari Penasihat hukum dalam perkara dihadapan pengadilan

tindak pidana korupsi selalu ditolak oleh pengadilan Penolakan karen a eksepsi sudah masuk

dalam pokok perkara atau karena adanya argumen lain Pemyataan tersebut adalah

berlebihan dan menyesatkan karena secara tendensius Tim Penasihat Hulrum beranggapan

apabila pengajuan keberatan yang tidak berdasar ditolak oleh Majelis Hakim seolah-olah telah

berpihak kepada Penuntut Umum Adalah hak terdakwa baik langsung atau melalui Tim

Penasihat Hukum untuk membela diri dengan cara mengajukan keberatan (eksepsi) terhadap

surat dakwaan Penuntut Umum Namun seyogyanya dalam pengajuan keberatan (eksepsi)

tersebut Terdakwa atau Tim Penasihat Hukum memahami dengan benar alasan-alasan yang

diperkenankan dalam pasal156 ayat (1) KUHAP diatas

Bahwa apabila dalam Nota Keberatan tersebut Tim Penasihat Hukum secara

premature menyampaikan hal-hal yang menyangkut materi pokok perkara maka hal ini

menunjukkanbahwa Tim Penasihat Hukum tidak memahami tugasnya dalam memberikan

advokasi terkait dengan hak-hak Terdakwa untuk menyampaikan Nota Keberatan Demikian

pula halnya jika Nota Keberatan yang diajukan hanya berisi hal-hal yang sifatnya membangun

opini bahwa Terdakwa tidak bersalah sebelum perkara pokoknya diperiksa menunjukkan

bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memahami ketentuan Pasal 156 ayat (1) KUHAP tersebut

dan seolah-olah Tim Penasihat Hukum ingin mendahului kewenangan Majelis Hakim dalam

memutus perkara aquo Nota Keberatan yang menyangkut materi pokok perkara dan

pernyataan-pernyataan yang bersifat opini adalah di luar materi eksepsi yang diperkenankan

dalam KUHAP dan sudah seharusnya ditolak atau dikesampingkan

Terlepas dari perbedaan pandangan antara Tim Penasihat Hulrum dengan Penuntut

Umum hendaklah kita dapat menempatkan diri sesuai dengan tugas dan kewenangan masingshy

masing sekaligus menghargai kedudukan Majelis Hakim Yang Mulia yang oleh undangshy

undang diberi kewenangan untuk menilai perbedaan-perbedaan tersebut untuk kemudian

dijadikan pertimbangan dalam putusannya

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Merujuk pada sistematikan Nota Keberatan yang diajukan oleh Tim Penasihat Hukum

pada persidangan perkara aquo maka dapat simpulkan bahwa uraian pada bagian

Pendapatlbtmtahan Penuntut Umum dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

I

3

Pendahuluan tidak perIu kami tanggapi karena hanya merupakan pengantar dari Nota

Keberatan aquo sedangkan pada Bab II dan III akan kami tanggapi sepanjang masih dalam

lingkup materi keberatan (eksepsi) sebagaimana diatur dalam Pasal 156 ayat (1) KUHAP

tersebut diatas

Adapun materi keberatan yang dimuat dalam Bab II yaitu tentang Dakwaan Tidak

Dapat Diterima dengan alasan sebagai berikut

1 Penuntut Umum melanggar Undang-Undang

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 9 sid 11 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa dalam surat perintah penahanan Penuntut Umum sebagaimana termuat dalam

Sprint Han-3824072011 tanggal 21 Juli 2011 digunakan istilah terdakwa bukan

tersangka padahal sesuai ketentuan KUHAP penyebutan oleh Undang-Undang beralih

dari sebutan tersangka menjadi terdakwa ketika proses perkara sudah sampai pada

penentuan persidangan sebagaimana dinyatakan dalam pasal145 ayat (1) KUHAP

Bahwa penggunaan istilah terdakwa dalam SURA T PERINT AH PENAHANAN

tersebut adalah melanggar ketentuan undang-undang sehingga surat dakwaan cacat

hukum dan dengan demikian harus dinyatakan tidak dapat diterima

2 Surat Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Out CIS RISI antara PT PLN

Disjaya dengan PT Netway adalah perjanjian yang sah

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 11 sid 14 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa tindakan terdakwa memberikan kuasa kepada Fahmi Mochtar harus dilihat

dalam kedudukan administrative terdakwa sebagai Direktur Utama PT PLN (Persero)

sebagaimana diminta oleh Fahmi Mochtar sebagai OM PT PLN Disjaya dan

Tangerang Meskipun sebenarnya ada atau tidak ada Surat Kuasa penandatanganan

petjanjian antara PT PLN Disjaya dan PT Netway Utama tidak akan terhalang Dalam

arti keberadaan Surat Kuasa tersebut bukanlah sesuatu yang menentukan tetjadinya

penandatanganan petjanjian

Bahwa keberadaan petjanjian kerjasama outsourcing Roll Out CIS RISI antara PLN

Disjaya dengan PT Netway Utama Nomor PLN Disjaya 122PJ0611DIV2004 dan

Nomor PT Netway Utama Nomor 800INetIPJRlIV2004 inilah sebenarnya yang

menjadi pemicu atau trigger adanya perkara ini

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

4

Oleh karena dalam Surat Dakwaan tidak ada dikatakan bahwa perjanjian tersebut batal

demi hukum atau tidak sab karena dibuat secara melawan hukum atau karena dibuat

dengan menyalahgunakan kewenangan kesempatan atau sarana yang ada padanya

karena jabatan atau kedudukan Maka perjanjian tersebut adalah perjanjian yang sah

dan Il1engikat PLN Disjaya dengan PT Netway Utama maka Surat Dakwaan Penuntut

Umum tersebut sepatutnya dinyatakan tidak dapat diterima

3 Perbuatan orang lain seolah-olah perbuatan terdakwa

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 14 sid 21 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa fakta-fakta yang dinyatakan dalam Surat Dakwaan menunjukkan besamya

peran dari Sunggu Anwar Aritonang (Direktur Niaga dan Pelayanan Pelanggan PT

PLN (Persero) mulai dari saat perundingan awal hingga negosiasi ulang menjelang

penanda tanganan kontrak oleh Fahmi Mochtar

Dengan tidak dijadikannya Sunggu Anwar Aritonang sebagai salah seorang tersangka

yang bersama-sama dengan Ir Eddie Widiono Suwondho MSc Margo Santoso dan

Fahmi Mochtar maka telah terjadi manipulasi berupa pengurangan terdakwa dalam

kasus ini Penyusunan dakwaan yang didasarkan pada fakta-fakta yang diroanipulasi

sebagaimana dimaksud mengakibatkan dakwaan tidak dapat diterima

4 Pelanggaran azas legalitas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 21 sId 24 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana korupsi Nomor LKTPKshy

24IKPKl122009 tanggal 28 Desember 2009 memang dinyatakan adanya kerugian

Negara sebesar Rp 45 Milyar tetapi secara pasti dapat dikatakan bahwa penghitungan

kerugian Negara tersebut tidak dilakukan sesuai dengan pertimbangan putusan

Mahkamah Konstitusi No 0031PUU-IV2006 tanggal25 Juti 2006

Bahwa pada saat diterbitkan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDikshy

10011112010 tanggal 23 Februari 2010 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor

SprinDik-1401IIIII201O tanggal 11 Maret 2010 yang antara berisi Dalam

pelaksanaan penyidikan dibantu oleh Tim Auditor kerugian Negara belum dihitung

oleh Ahli karena penghitungan kerugian Negara baru selesai pada tanggal16 Februari

2011 sesuai dengan Surat Deputi Bidang Investigasi Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan Nomor SR-176D6022011 Artinya ketika Eddie Widiono Suwondho

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perkara I EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

5

ditetapkan sebagai tersangka belum ada kerugian Negara yang dihitung berdasarkan

penghitungan yang dilakukan Ahli Dengan demikian saat penetapan Eddie Widiono

Suwondho sebagai tersangka belum ada perbuatan pidana yang dilakukan

Dalam Surat Dakwaan juga dinyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian uang

berdasarkan business Plan 2005middot2007 PT Netway UtamaPernyataan tersebut hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran

Bahwa oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan

tersebrlt hams dinyatakan tidak dapat diterima

5 Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal 64 tidak

dicantumkan dalam surat dakwaan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 24 sid 31 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa dari fakta-fakta yang ada terdapat rangkaian cerita yang digambarkan diatas

secara jelas dan terang benderang menunjukan adanya perbuatan berlanjut dalam surat

dakwaan namun tidak adanya penyebutan pasal 64 KUHAP sehingga surat dakwaan

telah disusun dengan tidak cermat

Surat dakwaan yang meletakkan terdakwa dalam posisi sentral pemberi perintah dan

penanggung jawab mengabaikan pembagian tugas antar dire~i sesuai ketentuan SI bull SefOlin ~

RUPS dan sifat tanggungjawab kolegial dari Direksi (s0aQiri2 dan bersama-sama)

Penyusunan surat dakwaan yang menyatakan bahwa semua tindakan Margo Santoso

dan Fahmi Mochtar berda~kaA peri~~ dari Terdakwa tetapi pada saat yang

bersamaan kedua orang tersebut dinyatakan sebagai orang yang bersama-sama

mel~anerbuatan pidana menunjukkan adanya ambigu dan ketidakterangan dalam

surat dakwaan yang disusun Penuntut Umum

6 Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangundangan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 31 sid 38 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa baik secara teoritis maupun Yuridis dapat disimpulkan Anggaran Dasar PT

PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal

12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan (SK) Direksi PT PLN (persero) Nomor

038Kl920DIRJI998 tentang Pengadaan Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK

Direksi PT PLN (Persero) Nomor 138KlOlODIRJ2002 tentang Pedoman

Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero)

Pendapatlxmtoltan PDlWltut U_ doam Pekara I EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

6

Nomor No 118KlOIOIDIRI2004 tentang Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT

PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor IOOKlOIOIDIRI2004

tentang Pengadaan BaranglJasa di PT PLN (Persero) jo SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 200KlOIOIDIRI2004 tentang Penjelasan Pedoman Pengadaan

BaranglJasa di Lingkungan PT PLN (persero) yang dijadikan dasar dakwaan

primair oleh Penuntut Umum bukan merupakan peraturan perundang-undangan

7 Keuangan PT PLN (persero) sebagai BUMN bukan merupakan keuangan negara

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 38 sId 42 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa pendapat Penuntut Umum keuangan PT PLN (Persero) merupakan bagian dari

keuangan negara adalah hal yang keliru dan tidak dapat dibenarkan baik secara teoritis

maupun yuridis Sebab secara Yuridis menurut UU perseroan terbatas (PT) bagi

BUMN berlaku ketentuan PTHal ini sejalan dengan Fatwa Mahkamah Armg

menyatakan asset BUMN bukanlah asset negara tetapi asset dari badan h~ itu

sendiri

8 Penghitungan kerugian negara tidak dllakukan pihak yang berwenang

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 42 sid 49 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa menurut ketentuan UU NoIS tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggung Jawab Keuangan Negara pasaJ 13 dan UU NoIS tahun 2006 pasal 8

ayat (3) disebutkan Badan yang berwenang melaporkan adanya indikasi kerugian

negaraldaerah danatau unsur pidana lainnya adalah BPK jadi bukan BPKP

Bahwa oleh karena penghitungan keuangan negara tidak dilakukan oleh lembaga

yang berwenang maka hasil penghitungannya tidak layak dipergunakan sebagai dasar

dakwaan sebingga dakwaan harus dinyatakan tidak dapat diterima

9 Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas dugaan tindak pidana

kompil aam pelllactaall outlouremg roD out eUltome IIlformattoll l)Item Il

induk sis tern informasi (CIS-RISI) pada PT PLN (persero) Distribusi Jakarta Raya

dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat bertentangan dengan laporan keuangan

dan konsolidasi PT Perusahaan Iistrik negara (persero) No20BAuditama

VGAlOS2006 tanggal31 Mei 2006 oleh Badan Pemeriksa Keuangan

7

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 49 sid 51 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa yang harus dijadikan dasar untuk menentukan adanya kerugian negara adalah

hasH audit BPIlt bukan audit BPKP Dalam laporan keuangan dan konsolidasi PT

Perusahaan Listrik Negara (Persero) No20BAuditama VGAl052006 tanggal 31

Mei 2006 oleh Badan Pemeriksan Keuangan Republik Indonesia BPK tidak pemah

berpendapat adanya kerugian negara dalam pelaksanaan pekerjaan roll out customer

information service system rencana induk sistem informasi pada PLN Disjaya BPK

berpendapat bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut belum optimal dan lebih bayar

sebesar Rp53096 M (hal 48-49) BPK juga tidak pernah berpendapat perlunya

dilakukan audit investigasi terhadap pelaksanaan pekeIjaan dimaksud karena memang

tidak diketemukan adanya kerugian negara

Bahwa secara jelas dan tegas laporan BPKP tentang proyek roll out CIS RISI yang

menyatakan terdapat adanya kelebihan bayar Rp4618903733659- sehingga

menimbulkan kerugian negara sejumlah dimaksud adalah sangat bertentangan dengan

laporan BPK Dakwaan yang menggunakan dasar penghitungan yang dibuat BPKP

yang notabene tidak memiliki kewenangan untuk menghitung adanya kerugian negara

yang bertentangan dengan laporan resmi BPK adalah dakwaan yang tidak sah dan

karenanya harus dinyatakan tidak dapat diterima

10 Unsur penyertaan (deelneming) yang tidakjelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya- halaman 51 sid 59 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa dalam surat dakwaan yang didakwakan oleh Penuntut Umum tidak jelas

kedudukan Ir Eddie Widiono Suwondho Msc Margo Santoso dan Fahmi Mochtar

sebagai orang yang melakukan perbuatan dan sekaligus menyuruh melakukan

perbuatan atau turut serta melakukan sebagaimana dimaksud oleh pasal 55 ayat (1)

ke-l KUHP Sehingga tidak ada perbuatan terdakwa bersama-sama dengan Margo

Santoso dan Fahmi Mochtar

11 Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 59 sid 62 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa adanya keterangan saksi an Lindasari Hendayani dan an Murtaqi Syamsudin

dimana keterangan kedua saksi tersebut secara pasti tidak ada kaitannya dengan

PendapatlbQlltahQII Penuntut Umum daJam Pelcara I EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

8

perkara yang didakwakan kepada terdakwa Keterangan kedua saksi ini tidak termasuk

dalam keterangan saksi yang dimaksud oleh pasal 1 ayat (26) dan ayat (27) Meskipun

keterangan - keterangan kedua saksi ini mengenai hal yang ia dengar sendiri dan

dialami sendiri oleh saksi tetapi apa yang didengar dan dial ami oleh kedua saksi ini

tidak ada hubungannya dengan perkara terdakwa Dengan demikian sepatutnya kalau

disimpulkan bahwa dakwaan terhadap terdakwa ini adalah dakwaan yang tidak dapat

diterima

Bahwa oleh karena materi keberatan dalam Bab II ini adalah mengenai Dakwaan

Tidak Dapat Diterima maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas keberatan

beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Nota Keberatan tersebut diatas terlebih dahulu perlu

kami uraikan tentang apa yang dimaksud dengan Dakwaan Tidak Dapat Diterima

Bahwa dakwaan tidak dapat diterima adalah salah satu alasan keberatan

sebagaimana ditentukan dalam pasal156 ayat (1) KUHAP Namun demikian KUHAP tidak

memberi penjelasan lebih lanajut tentang apa yang dimaksud dengan dakwaan tidak dapat

diterima dan bilamana pengajuan suatu keberatan dengan alasan yang demikian itu dapat

dikabulkan oleh Majelis Hakim Oleh karena KUHAP tidak memberikan penjelasan tentang

hal tersebut maka perlu dicari penjelasannya dati sumber hukum lain diantaranya melalui

doktrin yang telah dianut dan diakui dalam praktek peradilan

Bahwa terkait dengan hal tersebut PAF Lamintang dalam bukunya KUHAP dengan

Pembahasan Secara Yuridis Menurut Yurisprudensi dan llmu Pengetahuan Hukum Pidana

halaman 358-360 memberi penjelasan sebagai benkut

eksepsi yang mengatakan dakwaan tidak dapat diterima sebagaimana yang

dimaksud dalam rumusan pasal 156 ayat (1) KUHAP itu dapat dikemukakan oleh

Terdakwa atau oleh Penasihat Hukumnya apabia dakwaan yang telah dibuat oleh

Penuntut Umum itu ada hubungannya dengan ketidakwenangan dari Penuntut Umum

untuk melakukan penuntutan terhadap terdakwa

Tidak berwenangnya Penuntut Umum melakukan penuntutan terhadap terdakwa seperti

dimaksudkan di atas itu dapat berkenaan antara lain

a tidak adanya pengaduan dari orang yang berwenang mengadu menurut undangshy

undang mengenai terjadi suatu delik aduan seperti yang antara lain telah diatur

dalam pasal-pasaZ 284 ayat (2) 287 ayat (2) 293 ayat (2) 319 320 ayat (2) 321

ayat (3) 332 ayat (2) 335 ayat (2) 367 ayat (2) dan 369 ayat (2) KUHP

PendapatlbD1tahD1 Penuntul Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

9

b tidak sahnya pengaduan yang telah dipakai sebagai dasar oleh Penuntut Umum

untuk melakukan penuntutan terhadap Terdakwa karena bertentangan dengan

ketentuan-ketentuan seperti yang diatur dalam pasal-pasal 72 73 dan 74 KUHP

c tidak sahnya penuntutan dan Penuntut Umum karena pengaduan yang dipakai

sebagai dasar untuk melakukan penuntutan telah dicabut kembali oleh pengadu

sesuai dengan haknya yang diatur dalam pasal 75 KUHP

d tidak sahnya penuntutan oleh Penuntut Umum terhadap Terdakwa karena adanya

dasar-dasar yang meniadakan penuntutan antara lain seperti yang diatur dalam

1 Bab kesatu KUHP yakni dalam pasal 2 - pasal 5 dan pasal 7 - pasal 9

KUHP yang mengatur masalah ruang lingkup berlakunya undang-undang

pidana Indonesia

2 Bab kelima KUHP yakni dalam pasa 61 dan 62 KUHP yang menentukan

bahwa penerbit dan pencetak tidak dapat dituntut apabia pada barang

cetakan yang bersangkutan dicantumkan nama dan alamatnya serta pelaku

atau orang yang telah menyuruh mencetak diketahui atau diberitahukan

setelah mendapat teguran tentang kelalaiannya

3 Bab kedelapan KUHP yakni dalam pasal 82 KUHP yang mengatur batalnya

hak untuk melakukan penuntutan karena adanya penyelesaian di luaT proses

peradilan (afdoening buiten process) dalam pasal 76 KUHP yang mengatur

asas nebis in idem dengan menentukan bahwa tidak seorang pun dapat

dituntut untuk kedua kalinya apabila perbuatannya telah mendapat putusan

dari hakim Indonesia yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap

pasal 77 KUHP yang menentukan bahwa hak untuk melakukan penuntutan

menjadi hapus karena meninggalnya terdakwa dan pasal 78 KUHP yang

menentukan bahwa hak untuk melakukan penuntutan itu gugur karena

kedaluwarsa atau karena lewat waktu

Dengan memperhatikan doktrin tersebut di atas maka kami berpendapat bahwa

keberatan yang diajukan oleh Tim Penasihat Hukum dengan alasan dakwaan tidak dapat

diterima sebagaimana dikemukakan pada Bab II Nota Keberatannya tersebut menWljtikkan

bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memahami dengan benar tentang materi pengajuan

keberatan yang diatur dalam pasall56 ayat (1) KUHAP Dalam hal ini Tim Penasihat Hukum

tampaknya tidak dapat memilah hal-hal mana saja yang dapat dijadikan alasan pengajuan

keberatan sehingga terkesan bahwa Tim Penasihat Hukum bempaya Wltuk menarik materi

pokok perkara sebagai materi pengajuan keberatan Tentunya pengajuan keberatan yang

demikian itu hamslah ditolak atau dikesampingkan karena tidak memenuhi alasan yuridis

Pendapatlbantahan Pmuntut Umum dalam Perklua Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

10

sehingga pada prinsipnya tidak perlu kami tanggapi lebih Ian jut Namun demikian kami perlu

menyampaikan bantahan terhadap

1 Keberatan tentang Penuntut Umum melanggar Undang-Undang el

- Bahwa pencantuman kata terdakwa dalam Surat Perintah p~u tidaklah dapat

diartikan sebagai perbuatan melanggar undang-undang mengingat KUHAP tidak

memberikan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis mengenai format Surat Perintah

Penahanan dimaksud

Bahwa format Surat Perintah Penahanan merupakan Tata Laksana Administrasi

Pelimpahanmiddot Perkara ke Pengadilan yang merupakan bagian dari tugas pokok

Kejaksaan dalam bidang penuntutan sehingga dalam pelaksanaannya mempedomani

Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia (Kepja) Jalpoundsamiddot A~g ~ No5181A1JAl1112001 tanggal 01 Nopember 2001 tentang perubahan Kepja NoKepshy

132JAl1111994 tanggal 07 Nopember 1994 yang sampai hari ini masih berlaku di

seluruh Indonesia (vide halaman 238 dan 239 tentang Format SURAT PERINTAH i

PENAHANANIPENGALIHAN JENIS PENAHANAN (TINGKAT

PENUNTUTANraquo

Bahwa di dalam Kepja tersebut juga dicantumkan tabel petunjuk I cara pengisian

Format Surat Perintah Penahanan (vide halaman 240) yang mana salah satu dasar

hukum pengisian format Surat Perintah Penahanan tersebut adalah pasal 21 KUHAP

yang menyebutkan

Ayat (1) Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap

seorang tersangka atau terdakwa dst

Ayat (2) Penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik atau

penuntut umum terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan

surat perintah penahanan atau penetapan hakim yang mencantumkan

identitas tersangka atau terdakwa dengan menyebutkan alasan

penahanan dst

Bahwa apabila bunyi pasal 21 KUHAP khususnya ayat (2) tersebut dipahami dengan

seksama maka dapat dimengerti bahwa dalam proses penyidikan penyidik

berwenang melakukan tindakan penahanan terhadap tersangka sedangkan dalam

proses penuntutan penuntut umum berwenang melakukan tindakan penahanan

terhadap terdakwa dengan memberikan surat perintah penahanan Dengan

demikian setelah penyidik melimpahkan tersangka berikut berkas perkara dan barang

bukti kepada Penuntut Umum maka proses penanganan perkara memasuki tahap

penuntutan Dalam proses penunutan ini sesuai dengan bunyi pasal 21 ayat (2)

PendapatlbantahQll Penuntut U1IIIU7I dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

11

KUHAP tersebut berwenang melakukan penahanan terhadap terdakwa dengan

memberikan surat perintah penahanan Oleh karena itu pencantuman kata terdakwa

dalam surat perintah penahanan yang diberikan oleh Penuntut Umum KPK sudah tepat l

dan tidak melanggar ketentuan undang-undang sehingga tidak benar tuduhan Tim

Penasihat Hukum yang menyatakan bahwa Penuntut Umum pada KPK melakukan

perbuatan melanggar undang-undang karena mencantumkan kata terdakwa dalam

Surat Perintah Penahanan yang berpedoman pada Kepja tentang Administrasi Perkara

Tindak Pidana tersebut

2 Keberatan tentang Surat Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Ott CIS RISI

antara PT PLN Disjaya dengan PT Netway adalah perjanjian yang sah

Bahwa surat dakwaan yang disusun oleh penuntut umum adalah didasarkan pada

keterangan 123 orang saksi yang tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan Saksi

keterangan ahli surat-surat dan barang-barang bukti yang telah disita oleh penyidik

yang merupakan hasil penyidikan sebagaimana tercantum dalam berkas perkara

Nomor BP-2372011 tanggal19 Juli 2011

Dari hasil penyidikan ditemukan bukti-bukti yang kuat tentang adanya dugaan tindak

pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait perbuatan terdakwa dalam pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber dananya

berasal dari Pos Pengolahan Data dan Teknologi Informasi pada Anggaran PLN

(APLN) Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2006 termasuk bukti adanya Surat

Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Out CIS RISI antara PT PLN Disjaya dengan

PTNetway

Bahwa berdasarkan hasil penyidikan diperoleh kesimpulan bahwa penandatangan

surat perjanjian tersebut adalah terkait dengan rangkaian perbuatan terdakwa dalam

mewujudkan tindak pidana korupsi yang disangkakan kepadanya adanya sehingga

penandatangan surat perjanjian yang dianggap sebagai perbuatan hukum yang sah

secara perdata tidaklah serta merta menghilangkan pertanggung jawaban terdakwa

secara pidana Oleh karena pembuktian aspek pidana atas perbuatan terdakwa yang

didakwakan tersebut termasuk materi pokok perkara sehingga keberatan yang

demikian haruslah dikesampingkan atau ditolak

Sebagai bahan pertimbangan dibawah ini akan disampaikan Yurispudensi yang

menegaskan bahwa sekalipun seandainya berdasarkan penilaian Hakim perbuatan

terdakwa merupakan masalah perdata bukan berarti serta merta menghilangkan sifat

melawan hukumnya perbuatan pidana terdakwa sebagaimana pertimbangan Putusan

Pendapatlbantahan Penll1ltut Umum dalam Perkma Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

12

MA No lKKr1957 tanggal 8-5-1957 (vide Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah

Agung Republik Indonesia Cetakan Kedua Mahkamah Agung RI 1993 Hal 57)

yang menyatakan

Walaupun dalam suatu perkara terdapat dasar-dasar untuk memajukan gugatan terhadap terdakwa yang OOpat merupakan perkara perdata akan tetapi ini tidak berarti bahwa penuntut kasasi tidak dapat dituntut karena ia melakukan suatu tindak pidana dengan demikian perbuatan-perbuatan yang dilakukan dapat merupakan baik perkara piOOna maupun perkara perdata tersendiri

3 Keberatan tentang Perbuatan orang lain seolah-olah perbuatan terdakwa

Bahwa adanya fakta tentang perbuatan orang lain dalam mewujudkan tindak pidana

korupsi yang didakwakan kepada terdakwa dan orang lain tersebut belum ditetapkan

sebagai tersangka tidak berarti perkara atas nama terdakwa aquo tidak dapat diperiksa

di persidangan karena dalam Yurisprudensi MARl tanggal22 Nopember 1969 No7

KKr1969 dalam perkara atas nama 1 Robinson Pinem 2 OJ Oamanik 3 Pangulu

Siahaan menegaskan bahwa keberatan yang diajukan penuntut kasasi bahwa dalam

perkara in pelaku utamanya tiOOk diadili tidak dapat diterima karena untuk

memeriksa perkara terdakwa pengadilan tidak perlu menunggu diajukannya terlebih

dahulu pelaku Utama dalam perkara itu

Bahkan dalam perkembangan proses persidangan perkara aquo apabila ditemukan

peran-peran pihak lainnya maka tidak menutup kemungkinan ditetapkannya tersangka

barn 01eh karena itu pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang terjadi manipulasi

berupa pengurangan terdakwa dan wpang pilih dalam menentukan tersangka adalah

pemyataan tendensius yang menyesatkan Oengan demikian keberatan tentang tidak

ditetapkannya orang lain dalam kaitan dengan peranan mewujudkan tindak pidana

yang didakwakan kepada terdakwa bukan merupakan ruang lingkup eksepsi dan harus

dikesampingkan

4 Keberatan tentang Pelanggaran azas legalitas

Bahwa pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang penetapan Eddie Widiono

Suwondho sebagai tersangka belum ada kerugian Negara yang dihitung berdasarkan

penghitungan yang dilakukan Ahli sehingga dianggap melanggar asas legalitas adalah

menunjukkan bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memaham~ dengan benar

pengertian asas legalitas itu sendiri

- Asas legalitas lazim disebut dengan terminologi principle of legality

legaliteitbeginsel non-retroaktif de la legalite atau ex post facto laws

Ketentuan asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perkara lr EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

13

Pidana (KUHP) Indonesia yang berbunyi Tiada suatu peristiwa dapat dipidana selaro

dari kekuatan ketentuan undang-undang pidana yang mendabuluinya PAF

Lamintang dan C Djisman Samosir merumuskan dengan terminologi sebagai

Tiada suatu perbuatan dapat dihukum kecuali didasarkan pada ketentuan pi dana

menurut undang-undang yang telah diadakan Iebih dulu Mill Harnzah

menterjemahkan dengan terminologi Tiada suatu perbuatan (feit) yang dapat

dipidana selain berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang

mendabuluinya Dari terjemaban terminologi tersebut dapat dipabami babwa

pefumusan asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP mengandung makna asas lex

temporls delicti artinya undang-undang yang berlaku adalah undang-undang yang ada

pada saat delik terjadi atau disebut juga asas nonretroaktir yang melarang

pembedakuan surut suatu undang-undang pidana dan sanksi pi dana (nonretroactive

application ofcriminal laws and criminal sanctions) n

Berdasarkan uraian tentang pengertian asas legalitas diatas dihubungkan dengan surat

dakwaan penuntut umum maka dapat disimpulkan bahwa penetapan terdakwa sebagai

tersangka dengan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-l001III2010 tanggal

23 Februari 2010 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-1401lTIII201O

tanggalll Maret 2010 tidak melanggar asas legalitas karena

bull Undang-undang memberi kewenangan kepada penyidik untuk menetapkan

seseorang sebagai tersangka dengan dengan bukti permulaan yang cukup

bull Bahwa dengan bukti permulaan yang cukup tersebut penyidik meyakini adanya

perbuatan tindak pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber

dananya berasal dari Pos Pengolaban Data dan Teknologi Informasi pada

Anggaran PLN (APLN) Tabun 2004 sampai dengan Tabun 2006 sehingga

penyidik menetapkan terdakwa sebagai tersangka dengan sangkaan melanggar

ketentuan pasal 2 ayat (I) UU Nomor 31 Tabun 1999 jo UU Nomor 20 Tabun

2001

bull Babwa ketentuan pi dana yang dijadikan dasar penetapan terdakwa sebagai

tersangka tersebut sudab ada sebelum tindak pidana korupsi yang disangkakan itu

terjadi

Babwa Tim Penasihat Hukum telab keliru memabami makna asas legalitas dan

terkesan berupaya mengaburkan substansi surat dakwaan dengan cara mengkaitkan

mekanisme penetapan tersangka dengan pembuktian unsur kerugian negara yang salah

Pendapatlbantahan Perllllttut Umum dafam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

14

satu alat buktinya adalah surat berupa Laporan Hasil Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara yang dibuat oleh Ahli dari BPKP Bahkan kekeliruan itu semakin

nyata ketika Tim Penasihat Hukum mengutip pertimbangan dalam alinea pertama

halaman 72 putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No 003IPUU-IV2006 tanggal 25

Juli 2006 kemudian memberikan kesimpulan bahwa seolah-olah penetapan tersangka

belum dapat dilakukan jika haSil penghitungan kerugian negara belum dituangkan

dalam suatu laporan Kesimpulan yang demikian adalah menyesatkan karena tidak

demikian maksud dari pertimbangan putusan MK tersebut

bull Bahwa pertimbangan dalam putusan MK sebagaimana tercantum pada halaman 70

sampai dengan 73 adalah menyangkut kata dapat dalam Pasal 2 ayat (1) UU PTPK

yang pengertiannya dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (l) bahwa dengan

penambahan kata dapat tersebut menjadikan tindak pi dana korupsi dalam Pasal 2

ayat (1) a quo menjadi rumusan de1ik formil sehingga apakah dengan pengertian

tersebut frasa dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang

diartikan baik kerugian yang nyata (actual loss) maupun hanya yang bersifat potensial

atau berupa kemungkinan kerugian (potential loss) merupakan unsur yang tidak periu

dibuktikan atau harns dibuktikan Menurut pendapat MK sebagaimana dalam

pertimbangan putusan aquo unsur kerugian negara harns dibuktikan dan harns dapat

dihitung meskipun sebagai perkiraan atau meskipun belum terjadi Kesimpulan

demikian harns ditentukan oleh seorang ahli di bidangnya Faktor kerugian baik

secara nyata atau berupa kemungkinan dilihat sebagai hal yang memberatkan atau

meringankan dalam penjatuhan pid~ seb~gaimana diuraikan dalam Penjelasan Pasal

4 bahwa pengembalian kerugian negara hanya dapat dipandang sebagai faktor yang

meringankan Oleh karenanya persoalan kata dapat dalam Pasal 2middot ayat (1) UU

PTPK lebih merupakan persoalan pelaksanaan dalam praktik ole~ aparat penegak

hukum dan bukan menyangkut konstitusionalitas norma

Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa pertimbangan putusan MK tidak mengkaitkan

adanya suatu keharusan bahwa untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka harus

terlebih dahulu adanya penyampaian Laporan Penghitungan Kerugian Keuangan

Negara oleh Ahli kepada penyidik

- Bahwa dalam penetapan terdakwa sebagai tersangka secara substantif penyidik telah

meyakini adanya unsur kerugian negara karena sejak awal Ahli dari BPKP yang

dimintakan bantuannya telah melakukan proses penghitungan kerugian negara

sehingga persoalan penyampaian laporan tersebut hanyalah persoalan teknis dan untuk

mendukung alat bukti berupa surat yang akan digunakan dalam proses pembuktian di

persidangan Tim Penasihat Hukum telah mengakui adanya pencantuman kerugian

PendapatlbQfltahQfl PenWltllt Umum dalam Perwa 17 EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

15

negara sebesar Rp 45 Milyar dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana Korupsi yang

mana pencantuman jumlah kerugian negara bukanlah hasil rekaan penyidik melainkan

hasil pekerjaan audit yang dilakukan oleh AhU Oleh karena itu keberatan yang

diajukan oleh Tim Penasihat Hukum mengenai hal ini adalah keberatan yang

mengada-ada dan sudah seharusnya dikesampingkan dan tidak perlu dipertimoangkan

oleh Majelis Hakim

Bahwa Tim Penasihat Hukum dalam bagian keberatan ini juga mempersoalkan

tentang isi Surat Dakwaan yang menyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian

uang berdasarkan business Plan 2005-2007 PT Netway Utama adalah hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran Bahwa

oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan tersebut

hams dinyatakan tidak dapat diterima Keberatan yang demikian ini adalah

menyangkut penilaian terhadap fakta yang tentunya perlu dibuktikan di persidangan

Oleh karena itu tidak benar jika uraian fakta tentang penerimaan uang oleh terdakwa

dianggap sebagai melanggar asas legalitas

5 Keberatan tentang Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal

64 tidak dicantumkan dalam surat dakwaan

Bahwa sesuai Jurisprodensi MA No156 KlKrl1963 tanggal 28 April 1964 soal

perbuatan lanjutan atau voortgezette handeling itu hanyalah mengenai soal

penjatuhan hukuman (straftoematig) dan tidak mengenai pembebasan dari tuntutan

Berdasarkan yurisprudensi tersebut_~apat ditarik kesimpulan bahwa pencantuman

pasal 64 KUHP dalam surat dakwaan bukan merupakan alasan pengajuan keberatan

(eksepsi) melainkan termasuk lingkup penilaian fakta dalam proses pembuktian terkait

dengan pemberatan dalam penjatuhan hukuma~leh karena itu keberatan tersebut

harnslah dikesampingkan

6 Keberatan tentang Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangshy

undangan

Bahwa sesuai dengan Pasal 56 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan disebutkan bahwa Semua Keputusan Presiden

Keputusan Menteri Keputusan Gubernur Keputusan Bupatilwalikota atau keputusan

pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 yang sifatnya mengatur yang

sudah ada sebelum UU ini berlaku hams dibaca peraturan sepanjang tidak

bertentangan dengan UU ini

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daJam Perkara Ir EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

16

- Bahwa ketentuan pengadaan barang dan jasa di PT PLN dalam bentuk SK Direksi

PT PLN tidaklah berdiri sendiri akan tetapi peraturan tersebut lahir sebagai tunman

dari UU Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri sebagaimana tercantwn di

dalam konsideran SK Direksi tersebut yang mana pengaturan SK Direksi tersebut

dimaksud sebagai petunjuk teknis dalam pengadaan barang dan jasa di PT PLN

(Persero)

Bahwa pasal3 UU No19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan Terhadap BUMN berlaku Undang-Undang ini anggaran dasar dan ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya

- Bahwa dengan demikian Anggaran Dasar PT PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat

dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan

(SK) Direksi PT PLN (Persero) Nomor 038KJ9201DIRI1998 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor

138KJOI01DIRI2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan

Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor No 118KJOI0IDIRI2004 tentang

Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 1 OOKJO 1OIDIRI2004 tentang Pengadaan BarangJasa di PT PLN

(Persero) jo SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor 200KJOIOIDIRI2004 tentang

Penjelasan Pedoman Pengadaan BarangJasa di Lingkungan PT PLN (Persero)

adalah termasuk dalam katagori peraturan perundang-undangan Dengan demikian

keberatan tentang hal ini haruslah dikesampingkan

7 Keberatan tentang Keuangan PT PLN (Persero) sebagai BUMN bukan merupakan

keuangan Negara kami tanggapi sebagai berikut

- Bahwa keberatan tersebut adalah materi pokok perkara dan bukan termasuk dalam

ruang lingkup materi yang dapat diajukan sebagai keberatan (eksepsi) sebagaimana

yang diatur dalam Pasal156 (I) KUHAP dan seharusnya dikesampingkan

Bahwa namun demikian kami perlu tegaskan bahwa pendapat Tim Penasihat Hukum

yang menyatakan keuangan PLN bukan keuangan Negara adalah pendapat yang

keliru Sebab di dalam penjelasan atas UU Tipikor dengan tegas dinyatakan bahwa

keuangan negara yang dimaksud dalam UU Tipikor adalah seluruh kekayaan negara

dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya

segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena

berada dalam penguasaan pengurusan dan pertanggungjawaban BUMNIBUMD

yayasan badan hukum dan perusahaan yang menyewakan modal negara atau

Pendaputbantahan Penuntut Umum dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

17

perusahaan yang menyertalean modal pihale ketiga berdasarkan perjanjian dengan

Negara

Bahwa penjelasan tersebut sejalan pula dengan ketentuan UU No 17 Tahun 2003

Pasall angka 1 yang memberikan pengertian keuangan Negara adalah semua hale dan

kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

pelalesanaan hale dan kewajiban tersebut Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2

ditegaskan bahwa Keuangan Negara meliputi kekayaan Negarakekayaan daerah yang

dikelola sendiri atau oleh pihale lain berupa uang surat berharga piutang barang serta

hale-hale lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan

pada perusahaan Negaraperusahaan daerah

Bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara digunakan untuk mencapai

tujuan bemegara sehingga setiap tahun disusun APBN dan APBD Salah satu

penggunaan dana APBNAPBD adalah dalam bentuk penyertaan modal Negara pada

Persero danatau Perum serta Perseroan Terbatas tainnya yang digolongkan sebagai

Kekayaan Negara yang dipisahkan

Bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Negara yang dipisahkan (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN)

Artinya bahwa secara langsung maupun tidak langsung dapat dikatakan bahwa dalam

operasionalnya BUMN tetapi menggunalean APBN Malesud dan tujuan pendician

BUMN adalah untuk menyelenggaralean kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup

orang banyale

8 Keberatan tentang Penghitungan kerugian negara tidak dilakukan pihak yang

berwenang dan

9 Tentang pemyataan Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas

dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan outsourcing roll out customer

information system rencana induk sistem informasi (CIS-RISI) pada PT PLN

(persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat

bertentangan dengan laporan keuangan dan konsolldasi PT Perusahaan Iistrlk

negara (persero) No20BAuditama VGAlOS2006 tanggal31 Mel 2006 oleh Badan

Pemeriksa Keuangan

Pendapatbantahan Pelluntut Umum dalam PerluJra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

18

Bahwa keberatan tentang kewenangan Ahli BPKP dalam menghitung kerugian

keuangan Negara (Point 8) dan ada tidaknya kerugian keuangan Negara (point 9)

diatas bukan merupakan materi eksepsi melainkan tennasuk penilaian fakta yang akan

dibuktikan di persidangan

10 Keberatan tentang Unsur penyertaan (deeJneJDing) yang tidakjelas

Bahwa dalam rumusan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-l KUHP diatur tiga bentuR penyertaan

yaitu sebagai yang melakukan menyuruh melakukan dan turut serta melakukan

Dalam Surat Dakwaan baik rumusan unsur delik pada Dakwaan Primair maupun pada

Dakwaan SUbSi~ir Penuntut Umum telah menguraikan dengan jelas kualitas penyertaan

tersebut yaitu ~ Terdakwa baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melakukan atau turut

serta melakukan dengan Saksi Margo Santoso Fahmi Mochtar dan Gani Abdul Gani dan

uraian faktanya telah dikonstruksikan secara cennat jelas dan lengkap baik dalam dakwaan

primair maupun subsidiair

Bahwa untuk mengetahui kualitas Terdakwa dalam penyertaan tersebut apakah sebagai orang

yang melakukan atau turut serta melakukan tentulah harus dibuktikan dalam persidangan

Dengan demikian keberatan tentang hal ini bukan merupakan lingkup materi eksepsi

melainkan sudah memasuki materi pokok perkara yang akan dibuktikan dalam persidangan

selanjutnya

11 Keberatan tentang Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Bahwa Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Pennasalahan dan penerapan

KUHAP hal 274 menjelaskan ~~at hukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang

bebas tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak

menentukan sama sekali tidak mengikat hakim Hakim bebas untuk menilai

kesempurnaan dan kebenarannya Tergantung pada penilaian Hakim untuk

menganggapnya sempurna atau tidak Tidak ada keharusan bagi Hakim untuk

menerima kebenaran setiap keterangan saksi Hakim bebas menilai kekuatan atau

kebenaran yang melekat pada keterangan itu dan dapat menerima II atau

menyingkirkannya Lain halnya jika Undang-Undang sendiri telah menentukan

bahwa alat bukti kesaksian mempunyai sifat kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mementukan Jika seandainya Undang-Undang menentukan demikian Hakim tidak

boleh menilai kekuatan pembuktiannya Hakim secara bulat harus terikat untuk

mempergunakannya dalam putusan tidak lagi berwenang untuk menilainya secara

bebas i Bahwa keberatan mengenai adanya keterangan duCdari 123 orang saksi dalam berkas

perkara yang menurut pendapat Tim Penasihat Hukum tidak reI evan dengan

Pendapatbantahan Penlllltlit Umum dalam Perlalra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

19

pembuktian perbuatan terdakwa bukan merupakan lingkup eksepsi melainkan i

termasuk kewenangan hakim dalam melakukan penilaian terhadap keterangan saksishy

saksi apabila dihadirkan untuk memberikan keterangan di persidangan Penuntut

Umum tidak terikat untuk menghadirkan keseluruhan saksi yang dicantumkan dalam

berkas perkara tersebut dalam proses pembuktian Penuntut Umum memiliki

kewenangan untuk menghadirkan sebagian saksi jika telah yakin bahwa dakwaan

yang diajukan telah dapat dibuktikan Penilaian terhadap kualitas saksi dan

kepentingan untuk menghadirkannya di persidangan sebagai alat bukti saksi bukan

merupakan 1ingkup eksepsi

Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa keberatan yang diajukan o1eh

Penasihat Hukum terdakwa sebagaimana diuraikan dalam Bab II tersebut adalah tidak

beralasan sehingga sudah seharusnya dinyatakan ditolak atau dikesampingkan

Bahwa selanjutnya dalam Bab III Nota Keberatan Tim Penasihat Hukum telah

mengajukan materi keberatan tentang Surat Dakwaan Harus Dibatalkan dengan alasan

sebagai berikut

1 Surat dakwaan tidak jelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 62 sid 65 pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Perumusan surat dakwaan yang disusun o1eh Penuntut Umum secara subsidiairitas

tersebut tidak tepat karena perbua~ yang didakwakan terhadap terdakwa adalah

perbuatan yang berbeda dan masing-masing berdiri sendiri yaitu perbuatan yang

bersifat melawan hukum disatu pihak sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Tipikor

dan perbuatan yang bersifat menyalahgunakan wewenang dilain pihak sebagaimana

diatur dalam pasal 3 UU Tipikor oleh karena itu lebih tepat dakwaan kepada terdakwa

disusun secara a1ternatif Dengan demikian surat dakwaan yang disusun secara

subsidiairitas tersebut adalah tidak je1as sehingga harus dibatalkan

2 Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana

itu dilakukan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 65 sid 66 pOOa pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya tidak cermat menyebutkan waktu

tempus delicti tindak pidana itu dilakukan hal ini terlihat dalam dakwaan subsidiair

halam 14 baris ke-13 sid 14 pada hari dan tang gal yang tidak dapat ditentukan

h1lll11PQllbrmUlllrm PIIU1llJlt u_dlll_ Pwlll EDDIE WIDIONO SUWONDHO MaC

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 2: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

UNTUK KEADILAN

Pendapat I Tanggapan Penuntut Umum Terhadap Keberatan (Eksepsi) Tim Penasehat Hukum Terdakwa Dalam Perkara An Terdakwa

Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSc

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhonnat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Terima kasih kami sampaikan kepada Majelis Hakim yang telah memberikan

kesempatan kepada kami untuk menyampaikan pendapat I tanggapan atas keberatan (eksepsi)

yang diajukan oleh Tim Penasihat Hukum pada persidangan terdahulu

Perlu kami tegaskan bahwa ketentuan tentang materi pokok keberatan (eksepsi) telah

diatur secara limitatif di dalam pasal 156 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana yaitu

Dalam hal Terdakwa atau Penasihat Hukufl mengajukan keberatan bahwa Pengadilan

tidak benvenang mengadili perkaranva atau dakwaan tidak dapat diterima atau 8111

dakwaan harus dibatalkan maka seteltIlr diberi kesempatan kepada Penuntut Umum

untuk menyatakan pendapatnya Hakim mempertimbangkan keberatan terse but untuk

selanjutnya mengambil keputusan

Dari ketentuan tersebut dapat dimengerti bahwa materi pokok keberatan (eksepsi) telah

ditentukan hanya meliputi 3 (tiga) hal yaitu tentang

a kewenangan Pengadilan dalam mengadili perkara

b dakwaan tidak dapat diterima

c surat dakwaan harus dibatalkan

Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan

berisikan hal-hal lain diluar dari 3 (tiga) hal sebagaimana tersebut diatas maka kami Penuntut

Umum tidak perlu menanggapinya dan selayaknya menolak atau mengenyampingkan

keberatan (eksepsi) yang seperti itu

Pendapatbanahan Penuntul Umum dalam Perkara lr EDDIE WIDlONO SUWONDHO MSC

2

Selanjutnya terlebih dahulu kami perlu menyampaikan bantahan atas pemyataan Tim

Penasihat Hukum halaman 6 Nota Keberatan yang menyatakan suatu fakta tak terbantahkan

bahwa eksepsi atau keberatan dari Penasihat hukum dalam perkara dihadapan pengadilan

tindak pidana korupsi selalu ditolak oleh pengadilan Penolakan karen a eksepsi sudah masuk

dalam pokok perkara atau karena adanya argumen lain Pemyataan tersebut adalah

berlebihan dan menyesatkan karena secara tendensius Tim Penasihat Hulrum beranggapan

apabila pengajuan keberatan yang tidak berdasar ditolak oleh Majelis Hakim seolah-olah telah

berpihak kepada Penuntut Umum Adalah hak terdakwa baik langsung atau melalui Tim

Penasihat Hukum untuk membela diri dengan cara mengajukan keberatan (eksepsi) terhadap

surat dakwaan Penuntut Umum Namun seyogyanya dalam pengajuan keberatan (eksepsi)

tersebut Terdakwa atau Tim Penasihat Hukum memahami dengan benar alasan-alasan yang

diperkenankan dalam pasal156 ayat (1) KUHAP diatas

Bahwa apabila dalam Nota Keberatan tersebut Tim Penasihat Hukum secara

premature menyampaikan hal-hal yang menyangkut materi pokok perkara maka hal ini

menunjukkanbahwa Tim Penasihat Hukum tidak memahami tugasnya dalam memberikan

advokasi terkait dengan hak-hak Terdakwa untuk menyampaikan Nota Keberatan Demikian

pula halnya jika Nota Keberatan yang diajukan hanya berisi hal-hal yang sifatnya membangun

opini bahwa Terdakwa tidak bersalah sebelum perkara pokoknya diperiksa menunjukkan

bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memahami ketentuan Pasal 156 ayat (1) KUHAP tersebut

dan seolah-olah Tim Penasihat Hukum ingin mendahului kewenangan Majelis Hakim dalam

memutus perkara aquo Nota Keberatan yang menyangkut materi pokok perkara dan

pernyataan-pernyataan yang bersifat opini adalah di luar materi eksepsi yang diperkenankan

dalam KUHAP dan sudah seharusnya ditolak atau dikesampingkan

Terlepas dari perbedaan pandangan antara Tim Penasihat Hulrum dengan Penuntut

Umum hendaklah kita dapat menempatkan diri sesuai dengan tugas dan kewenangan masingshy

masing sekaligus menghargai kedudukan Majelis Hakim Yang Mulia yang oleh undangshy

undang diberi kewenangan untuk menilai perbedaan-perbedaan tersebut untuk kemudian

dijadikan pertimbangan dalam putusannya

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Merujuk pada sistematikan Nota Keberatan yang diajukan oleh Tim Penasihat Hukum

pada persidangan perkara aquo maka dapat simpulkan bahwa uraian pada bagian

Pendapatlbtmtahan Penuntut Umum dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

I

3

Pendahuluan tidak perIu kami tanggapi karena hanya merupakan pengantar dari Nota

Keberatan aquo sedangkan pada Bab II dan III akan kami tanggapi sepanjang masih dalam

lingkup materi keberatan (eksepsi) sebagaimana diatur dalam Pasal 156 ayat (1) KUHAP

tersebut diatas

Adapun materi keberatan yang dimuat dalam Bab II yaitu tentang Dakwaan Tidak

Dapat Diterima dengan alasan sebagai berikut

1 Penuntut Umum melanggar Undang-Undang

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 9 sid 11 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa dalam surat perintah penahanan Penuntut Umum sebagaimana termuat dalam

Sprint Han-3824072011 tanggal 21 Juli 2011 digunakan istilah terdakwa bukan

tersangka padahal sesuai ketentuan KUHAP penyebutan oleh Undang-Undang beralih

dari sebutan tersangka menjadi terdakwa ketika proses perkara sudah sampai pada

penentuan persidangan sebagaimana dinyatakan dalam pasal145 ayat (1) KUHAP

Bahwa penggunaan istilah terdakwa dalam SURA T PERINT AH PENAHANAN

tersebut adalah melanggar ketentuan undang-undang sehingga surat dakwaan cacat

hukum dan dengan demikian harus dinyatakan tidak dapat diterima

2 Surat Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Out CIS RISI antara PT PLN

Disjaya dengan PT Netway adalah perjanjian yang sah

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 11 sid 14 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa tindakan terdakwa memberikan kuasa kepada Fahmi Mochtar harus dilihat

dalam kedudukan administrative terdakwa sebagai Direktur Utama PT PLN (Persero)

sebagaimana diminta oleh Fahmi Mochtar sebagai OM PT PLN Disjaya dan

Tangerang Meskipun sebenarnya ada atau tidak ada Surat Kuasa penandatanganan

petjanjian antara PT PLN Disjaya dan PT Netway Utama tidak akan terhalang Dalam

arti keberadaan Surat Kuasa tersebut bukanlah sesuatu yang menentukan tetjadinya

penandatanganan petjanjian

Bahwa keberadaan petjanjian kerjasama outsourcing Roll Out CIS RISI antara PLN

Disjaya dengan PT Netway Utama Nomor PLN Disjaya 122PJ0611DIV2004 dan

Nomor PT Netway Utama Nomor 800INetIPJRlIV2004 inilah sebenarnya yang

menjadi pemicu atau trigger adanya perkara ini

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

4

Oleh karena dalam Surat Dakwaan tidak ada dikatakan bahwa perjanjian tersebut batal

demi hukum atau tidak sab karena dibuat secara melawan hukum atau karena dibuat

dengan menyalahgunakan kewenangan kesempatan atau sarana yang ada padanya

karena jabatan atau kedudukan Maka perjanjian tersebut adalah perjanjian yang sah

dan Il1engikat PLN Disjaya dengan PT Netway Utama maka Surat Dakwaan Penuntut

Umum tersebut sepatutnya dinyatakan tidak dapat diterima

3 Perbuatan orang lain seolah-olah perbuatan terdakwa

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 14 sid 21 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa fakta-fakta yang dinyatakan dalam Surat Dakwaan menunjukkan besamya

peran dari Sunggu Anwar Aritonang (Direktur Niaga dan Pelayanan Pelanggan PT

PLN (Persero) mulai dari saat perundingan awal hingga negosiasi ulang menjelang

penanda tanganan kontrak oleh Fahmi Mochtar

Dengan tidak dijadikannya Sunggu Anwar Aritonang sebagai salah seorang tersangka

yang bersama-sama dengan Ir Eddie Widiono Suwondho MSc Margo Santoso dan

Fahmi Mochtar maka telah terjadi manipulasi berupa pengurangan terdakwa dalam

kasus ini Penyusunan dakwaan yang didasarkan pada fakta-fakta yang diroanipulasi

sebagaimana dimaksud mengakibatkan dakwaan tidak dapat diterima

4 Pelanggaran azas legalitas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 21 sId 24 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana korupsi Nomor LKTPKshy

24IKPKl122009 tanggal 28 Desember 2009 memang dinyatakan adanya kerugian

Negara sebesar Rp 45 Milyar tetapi secara pasti dapat dikatakan bahwa penghitungan

kerugian Negara tersebut tidak dilakukan sesuai dengan pertimbangan putusan

Mahkamah Konstitusi No 0031PUU-IV2006 tanggal25 Juti 2006

Bahwa pada saat diterbitkan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDikshy

10011112010 tanggal 23 Februari 2010 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor

SprinDik-1401IIIII201O tanggal 11 Maret 2010 yang antara berisi Dalam

pelaksanaan penyidikan dibantu oleh Tim Auditor kerugian Negara belum dihitung

oleh Ahli karena penghitungan kerugian Negara baru selesai pada tanggal16 Februari

2011 sesuai dengan Surat Deputi Bidang Investigasi Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan Nomor SR-176D6022011 Artinya ketika Eddie Widiono Suwondho

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perkara I EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

5

ditetapkan sebagai tersangka belum ada kerugian Negara yang dihitung berdasarkan

penghitungan yang dilakukan Ahli Dengan demikian saat penetapan Eddie Widiono

Suwondho sebagai tersangka belum ada perbuatan pidana yang dilakukan

Dalam Surat Dakwaan juga dinyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian uang

berdasarkan business Plan 2005middot2007 PT Netway UtamaPernyataan tersebut hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran

Bahwa oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan

tersebrlt hams dinyatakan tidak dapat diterima

5 Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal 64 tidak

dicantumkan dalam surat dakwaan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 24 sid 31 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa dari fakta-fakta yang ada terdapat rangkaian cerita yang digambarkan diatas

secara jelas dan terang benderang menunjukan adanya perbuatan berlanjut dalam surat

dakwaan namun tidak adanya penyebutan pasal 64 KUHAP sehingga surat dakwaan

telah disusun dengan tidak cermat

Surat dakwaan yang meletakkan terdakwa dalam posisi sentral pemberi perintah dan

penanggung jawab mengabaikan pembagian tugas antar dire~i sesuai ketentuan SI bull SefOlin ~

RUPS dan sifat tanggungjawab kolegial dari Direksi (s0aQiri2 dan bersama-sama)

Penyusunan surat dakwaan yang menyatakan bahwa semua tindakan Margo Santoso

dan Fahmi Mochtar berda~kaA peri~~ dari Terdakwa tetapi pada saat yang

bersamaan kedua orang tersebut dinyatakan sebagai orang yang bersama-sama

mel~anerbuatan pidana menunjukkan adanya ambigu dan ketidakterangan dalam

surat dakwaan yang disusun Penuntut Umum

6 Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangundangan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 31 sid 38 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa baik secara teoritis maupun Yuridis dapat disimpulkan Anggaran Dasar PT

PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal

12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan (SK) Direksi PT PLN (persero) Nomor

038Kl920DIRJI998 tentang Pengadaan Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK

Direksi PT PLN (Persero) Nomor 138KlOlODIRJ2002 tentang Pedoman

Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero)

Pendapatlxmtoltan PDlWltut U_ doam Pekara I EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

6

Nomor No 118KlOIOIDIRI2004 tentang Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT

PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor IOOKlOIOIDIRI2004

tentang Pengadaan BaranglJasa di PT PLN (Persero) jo SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 200KlOIOIDIRI2004 tentang Penjelasan Pedoman Pengadaan

BaranglJasa di Lingkungan PT PLN (persero) yang dijadikan dasar dakwaan

primair oleh Penuntut Umum bukan merupakan peraturan perundang-undangan

7 Keuangan PT PLN (persero) sebagai BUMN bukan merupakan keuangan negara

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 38 sId 42 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa pendapat Penuntut Umum keuangan PT PLN (Persero) merupakan bagian dari

keuangan negara adalah hal yang keliru dan tidak dapat dibenarkan baik secara teoritis

maupun yuridis Sebab secara Yuridis menurut UU perseroan terbatas (PT) bagi

BUMN berlaku ketentuan PTHal ini sejalan dengan Fatwa Mahkamah Armg

menyatakan asset BUMN bukanlah asset negara tetapi asset dari badan h~ itu

sendiri

8 Penghitungan kerugian negara tidak dllakukan pihak yang berwenang

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 42 sid 49 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa menurut ketentuan UU NoIS tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggung Jawab Keuangan Negara pasaJ 13 dan UU NoIS tahun 2006 pasal 8

ayat (3) disebutkan Badan yang berwenang melaporkan adanya indikasi kerugian

negaraldaerah danatau unsur pidana lainnya adalah BPK jadi bukan BPKP

Bahwa oleh karena penghitungan keuangan negara tidak dilakukan oleh lembaga

yang berwenang maka hasil penghitungannya tidak layak dipergunakan sebagai dasar

dakwaan sebingga dakwaan harus dinyatakan tidak dapat diterima

9 Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas dugaan tindak pidana

kompil aam pelllactaall outlouremg roD out eUltome IIlformattoll l)Item Il

induk sis tern informasi (CIS-RISI) pada PT PLN (persero) Distribusi Jakarta Raya

dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat bertentangan dengan laporan keuangan

dan konsolidasi PT Perusahaan Iistrik negara (persero) No20BAuditama

VGAlOS2006 tanggal31 Mei 2006 oleh Badan Pemeriksa Keuangan

7

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 49 sid 51 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa yang harus dijadikan dasar untuk menentukan adanya kerugian negara adalah

hasH audit BPIlt bukan audit BPKP Dalam laporan keuangan dan konsolidasi PT

Perusahaan Listrik Negara (Persero) No20BAuditama VGAl052006 tanggal 31

Mei 2006 oleh Badan Pemeriksan Keuangan Republik Indonesia BPK tidak pemah

berpendapat adanya kerugian negara dalam pelaksanaan pekerjaan roll out customer

information service system rencana induk sistem informasi pada PLN Disjaya BPK

berpendapat bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut belum optimal dan lebih bayar

sebesar Rp53096 M (hal 48-49) BPK juga tidak pernah berpendapat perlunya

dilakukan audit investigasi terhadap pelaksanaan pekeIjaan dimaksud karena memang

tidak diketemukan adanya kerugian negara

Bahwa secara jelas dan tegas laporan BPKP tentang proyek roll out CIS RISI yang

menyatakan terdapat adanya kelebihan bayar Rp4618903733659- sehingga

menimbulkan kerugian negara sejumlah dimaksud adalah sangat bertentangan dengan

laporan BPK Dakwaan yang menggunakan dasar penghitungan yang dibuat BPKP

yang notabene tidak memiliki kewenangan untuk menghitung adanya kerugian negara

yang bertentangan dengan laporan resmi BPK adalah dakwaan yang tidak sah dan

karenanya harus dinyatakan tidak dapat diterima

10 Unsur penyertaan (deelneming) yang tidakjelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya- halaman 51 sid 59 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa dalam surat dakwaan yang didakwakan oleh Penuntut Umum tidak jelas

kedudukan Ir Eddie Widiono Suwondho Msc Margo Santoso dan Fahmi Mochtar

sebagai orang yang melakukan perbuatan dan sekaligus menyuruh melakukan

perbuatan atau turut serta melakukan sebagaimana dimaksud oleh pasal 55 ayat (1)

ke-l KUHP Sehingga tidak ada perbuatan terdakwa bersama-sama dengan Margo

Santoso dan Fahmi Mochtar

11 Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 59 sid 62 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa adanya keterangan saksi an Lindasari Hendayani dan an Murtaqi Syamsudin

dimana keterangan kedua saksi tersebut secara pasti tidak ada kaitannya dengan

PendapatlbQlltahQII Penuntut Umum daJam Pelcara I EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

8

perkara yang didakwakan kepada terdakwa Keterangan kedua saksi ini tidak termasuk

dalam keterangan saksi yang dimaksud oleh pasal 1 ayat (26) dan ayat (27) Meskipun

keterangan - keterangan kedua saksi ini mengenai hal yang ia dengar sendiri dan

dialami sendiri oleh saksi tetapi apa yang didengar dan dial ami oleh kedua saksi ini

tidak ada hubungannya dengan perkara terdakwa Dengan demikian sepatutnya kalau

disimpulkan bahwa dakwaan terhadap terdakwa ini adalah dakwaan yang tidak dapat

diterima

Bahwa oleh karena materi keberatan dalam Bab II ini adalah mengenai Dakwaan

Tidak Dapat Diterima maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas keberatan

beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Nota Keberatan tersebut diatas terlebih dahulu perlu

kami uraikan tentang apa yang dimaksud dengan Dakwaan Tidak Dapat Diterima

Bahwa dakwaan tidak dapat diterima adalah salah satu alasan keberatan

sebagaimana ditentukan dalam pasal156 ayat (1) KUHAP Namun demikian KUHAP tidak

memberi penjelasan lebih lanajut tentang apa yang dimaksud dengan dakwaan tidak dapat

diterima dan bilamana pengajuan suatu keberatan dengan alasan yang demikian itu dapat

dikabulkan oleh Majelis Hakim Oleh karena KUHAP tidak memberikan penjelasan tentang

hal tersebut maka perlu dicari penjelasannya dati sumber hukum lain diantaranya melalui

doktrin yang telah dianut dan diakui dalam praktek peradilan

Bahwa terkait dengan hal tersebut PAF Lamintang dalam bukunya KUHAP dengan

Pembahasan Secara Yuridis Menurut Yurisprudensi dan llmu Pengetahuan Hukum Pidana

halaman 358-360 memberi penjelasan sebagai benkut

eksepsi yang mengatakan dakwaan tidak dapat diterima sebagaimana yang

dimaksud dalam rumusan pasal 156 ayat (1) KUHAP itu dapat dikemukakan oleh

Terdakwa atau oleh Penasihat Hukumnya apabia dakwaan yang telah dibuat oleh

Penuntut Umum itu ada hubungannya dengan ketidakwenangan dari Penuntut Umum

untuk melakukan penuntutan terhadap terdakwa

Tidak berwenangnya Penuntut Umum melakukan penuntutan terhadap terdakwa seperti

dimaksudkan di atas itu dapat berkenaan antara lain

a tidak adanya pengaduan dari orang yang berwenang mengadu menurut undangshy

undang mengenai terjadi suatu delik aduan seperti yang antara lain telah diatur

dalam pasal-pasaZ 284 ayat (2) 287 ayat (2) 293 ayat (2) 319 320 ayat (2) 321

ayat (3) 332 ayat (2) 335 ayat (2) 367 ayat (2) dan 369 ayat (2) KUHP

PendapatlbD1tahD1 Penuntul Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

9

b tidak sahnya pengaduan yang telah dipakai sebagai dasar oleh Penuntut Umum

untuk melakukan penuntutan terhadap Terdakwa karena bertentangan dengan

ketentuan-ketentuan seperti yang diatur dalam pasal-pasal 72 73 dan 74 KUHP

c tidak sahnya penuntutan dan Penuntut Umum karena pengaduan yang dipakai

sebagai dasar untuk melakukan penuntutan telah dicabut kembali oleh pengadu

sesuai dengan haknya yang diatur dalam pasal 75 KUHP

d tidak sahnya penuntutan oleh Penuntut Umum terhadap Terdakwa karena adanya

dasar-dasar yang meniadakan penuntutan antara lain seperti yang diatur dalam

1 Bab kesatu KUHP yakni dalam pasal 2 - pasal 5 dan pasal 7 - pasal 9

KUHP yang mengatur masalah ruang lingkup berlakunya undang-undang

pidana Indonesia

2 Bab kelima KUHP yakni dalam pasa 61 dan 62 KUHP yang menentukan

bahwa penerbit dan pencetak tidak dapat dituntut apabia pada barang

cetakan yang bersangkutan dicantumkan nama dan alamatnya serta pelaku

atau orang yang telah menyuruh mencetak diketahui atau diberitahukan

setelah mendapat teguran tentang kelalaiannya

3 Bab kedelapan KUHP yakni dalam pasal 82 KUHP yang mengatur batalnya

hak untuk melakukan penuntutan karena adanya penyelesaian di luaT proses

peradilan (afdoening buiten process) dalam pasal 76 KUHP yang mengatur

asas nebis in idem dengan menentukan bahwa tidak seorang pun dapat

dituntut untuk kedua kalinya apabila perbuatannya telah mendapat putusan

dari hakim Indonesia yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap

pasal 77 KUHP yang menentukan bahwa hak untuk melakukan penuntutan

menjadi hapus karena meninggalnya terdakwa dan pasal 78 KUHP yang

menentukan bahwa hak untuk melakukan penuntutan itu gugur karena

kedaluwarsa atau karena lewat waktu

Dengan memperhatikan doktrin tersebut di atas maka kami berpendapat bahwa

keberatan yang diajukan oleh Tim Penasihat Hukum dengan alasan dakwaan tidak dapat

diterima sebagaimana dikemukakan pada Bab II Nota Keberatannya tersebut menWljtikkan

bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memahami dengan benar tentang materi pengajuan

keberatan yang diatur dalam pasall56 ayat (1) KUHAP Dalam hal ini Tim Penasihat Hukum

tampaknya tidak dapat memilah hal-hal mana saja yang dapat dijadikan alasan pengajuan

keberatan sehingga terkesan bahwa Tim Penasihat Hukum bempaya Wltuk menarik materi

pokok perkara sebagai materi pengajuan keberatan Tentunya pengajuan keberatan yang

demikian itu hamslah ditolak atau dikesampingkan karena tidak memenuhi alasan yuridis

Pendapatlbantahan Pmuntut Umum dalam Perklua Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

10

sehingga pada prinsipnya tidak perlu kami tanggapi lebih Ian jut Namun demikian kami perlu

menyampaikan bantahan terhadap

1 Keberatan tentang Penuntut Umum melanggar Undang-Undang el

- Bahwa pencantuman kata terdakwa dalam Surat Perintah p~u tidaklah dapat

diartikan sebagai perbuatan melanggar undang-undang mengingat KUHAP tidak

memberikan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis mengenai format Surat Perintah

Penahanan dimaksud

Bahwa format Surat Perintah Penahanan merupakan Tata Laksana Administrasi

Pelimpahanmiddot Perkara ke Pengadilan yang merupakan bagian dari tugas pokok

Kejaksaan dalam bidang penuntutan sehingga dalam pelaksanaannya mempedomani

Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia (Kepja) Jalpoundsamiddot A~g ~ No5181A1JAl1112001 tanggal 01 Nopember 2001 tentang perubahan Kepja NoKepshy

132JAl1111994 tanggal 07 Nopember 1994 yang sampai hari ini masih berlaku di

seluruh Indonesia (vide halaman 238 dan 239 tentang Format SURAT PERINTAH i

PENAHANANIPENGALIHAN JENIS PENAHANAN (TINGKAT

PENUNTUTANraquo

Bahwa di dalam Kepja tersebut juga dicantumkan tabel petunjuk I cara pengisian

Format Surat Perintah Penahanan (vide halaman 240) yang mana salah satu dasar

hukum pengisian format Surat Perintah Penahanan tersebut adalah pasal 21 KUHAP

yang menyebutkan

Ayat (1) Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap

seorang tersangka atau terdakwa dst

Ayat (2) Penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik atau

penuntut umum terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan

surat perintah penahanan atau penetapan hakim yang mencantumkan

identitas tersangka atau terdakwa dengan menyebutkan alasan

penahanan dst

Bahwa apabila bunyi pasal 21 KUHAP khususnya ayat (2) tersebut dipahami dengan

seksama maka dapat dimengerti bahwa dalam proses penyidikan penyidik

berwenang melakukan tindakan penahanan terhadap tersangka sedangkan dalam

proses penuntutan penuntut umum berwenang melakukan tindakan penahanan

terhadap terdakwa dengan memberikan surat perintah penahanan Dengan

demikian setelah penyidik melimpahkan tersangka berikut berkas perkara dan barang

bukti kepada Penuntut Umum maka proses penanganan perkara memasuki tahap

penuntutan Dalam proses penunutan ini sesuai dengan bunyi pasal 21 ayat (2)

PendapatlbantahQll Penuntut U1IIIU7I dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

11

KUHAP tersebut berwenang melakukan penahanan terhadap terdakwa dengan

memberikan surat perintah penahanan Oleh karena itu pencantuman kata terdakwa

dalam surat perintah penahanan yang diberikan oleh Penuntut Umum KPK sudah tepat l

dan tidak melanggar ketentuan undang-undang sehingga tidak benar tuduhan Tim

Penasihat Hukum yang menyatakan bahwa Penuntut Umum pada KPK melakukan

perbuatan melanggar undang-undang karena mencantumkan kata terdakwa dalam

Surat Perintah Penahanan yang berpedoman pada Kepja tentang Administrasi Perkara

Tindak Pidana tersebut

2 Keberatan tentang Surat Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Ott CIS RISI

antara PT PLN Disjaya dengan PT Netway adalah perjanjian yang sah

Bahwa surat dakwaan yang disusun oleh penuntut umum adalah didasarkan pada

keterangan 123 orang saksi yang tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan Saksi

keterangan ahli surat-surat dan barang-barang bukti yang telah disita oleh penyidik

yang merupakan hasil penyidikan sebagaimana tercantum dalam berkas perkara

Nomor BP-2372011 tanggal19 Juli 2011

Dari hasil penyidikan ditemukan bukti-bukti yang kuat tentang adanya dugaan tindak

pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait perbuatan terdakwa dalam pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber dananya

berasal dari Pos Pengolahan Data dan Teknologi Informasi pada Anggaran PLN

(APLN) Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2006 termasuk bukti adanya Surat

Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Out CIS RISI antara PT PLN Disjaya dengan

PTNetway

Bahwa berdasarkan hasil penyidikan diperoleh kesimpulan bahwa penandatangan

surat perjanjian tersebut adalah terkait dengan rangkaian perbuatan terdakwa dalam

mewujudkan tindak pidana korupsi yang disangkakan kepadanya adanya sehingga

penandatangan surat perjanjian yang dianggap sebagai perbuatan hukum yang sah

secara perdata tidaklah serta merta menghilangkan pertanggung jawaban terdakwa

secara pidana Oleh karena pembuktian aspek pidana atas perbuatan terdakwa yang

didakwakan tersebut termasuk materi pokok perkara sehingga keberatan yang

demikian haruslah dikesampingkan atau ditolak

Sebagai bahan pertimbangan dibawah ini akan disampaikan Yurispudensi yang

menegaskan bahwa sekalipun seandainya berdasarkan penilaian Hakim perbuatan

terdakwa merupakan masalah perdata bukan berarti serta merta menghilangkan sifat

melawan hukumnya perbuatan pidana terdakwa sebagaimana pertimbangan Putusan

Pendapatlbantahan Penll1ltut Umum dalam Perkma Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

12

MA No lKKr1957 tanggal 8-5-1957 (vide Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah

Agung Republik Indonesia Cetakan Kedua Mahkamah Agung RI 1993 Hal 57)

yang menyatakan

Walaupun dalam suatu perkara terdapat dasar-dasar untuk memajukan gugatan terhadap terdakwa yang OOpat merupakan perkara perdata akan tetapi ini tidak berarti bahwa penuntut kasasi tidak dapat dituntut karena ia melakukan suatu tindak pidana dengan demikian perbuatan-perbuatan yang dilakukan dapat merupakan baik perkara piOOna maupun perkara perdata tersendiri

3 Keberatan tentang Perbuatan orang lain seolah-olah perbuatan terdakwa

Bahwa adanya fakta tentang perbuatan orang lain dalam mewujudkan tindak pidana

korupsi yang didakwakan kepada terdakwa dan orang lain tersebut belum ditetapkan

sebagai tersangka tidak berarti perkara atas nama terdakwa aquo tidak dapat diperiksa

di persidangan karena dalam Yurisprudensi MARl tanggal22 Nopember 1969 No7

KKr1969 dalam perkara atas nama 1 Robinson Pinem 2 OJ Oamanik 3 Pangulu

Siahaan menegaskan bahwa keberatan yang diajukan penuntut kasasi bahwa dalam

perkara in pelaku utamanya tiOOk diadili tidak dapat diterima karena untuk

memeriksa perkara terdakwa pengadilan tidak perlu menunggu diajukannya terlebih

dahulu pelaku Utama dalam perkara itu

Bahkan dalam perkembangan proses persidangan perkara aquo apabila ditemukan

peran-peran pihak lainnya maka tidak menutup kemungkinan ditetapkannya tersangka

barn 01eh karena itu pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang terjadi manipulasi

berupa pengurangan terdakwa dan wpang pilih dalam menentukan tersangka adalah

pemyataan tendensius yang menyesatkan Oengan demikian keberatan tentang tidak

ditetapkannya orang lain dalam kaitan dengan peranan mewujudkan tindak pidana

yang didakwakan kepada terdakwa bukan merupakan ruang lingkup eksepsi dan harus

dikesampingkan

4 Keberatan tentang Pelanggaran azas legalitas

Bahwa pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang penetapan Eddie Widiono

Suwondho sebagai tersangka belum ada kerugian Negara yang dihitung berdasarkan

penghitungan yang dilakukan Ahli sehingga dianggap melanggar asas legalitas adalah

menunjukkan bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memaham~ dengan benar

pengertian asas legalitas itu sendiri

- Asas legalitas lazim disebut dengan terminologi principle of legality

legaliteitbeginsel non-retroaktif de la legalite atau ex post facto laws

Ketentuan asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perkara lr EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

13

Pidana (KUHP) Indonesia yang berbunyi Tiada suatu peristiwa dapat dipidana selaro

dari kekuatan ketentuan undang-undang pidana yang mendabuluinya PAF

Lamintang dan C Djisman Samosir merumuskan dengan terminologi sebagai

Tiada suatu perbuatan dapat dihukum kecuali didasarkan pada ketentuan pi dana

menurut undang-undang yang telah diadakan Iebih dulu Mill Harnzah

menterjemahkan dengan terminologi Tiada suatu perbuatan (feit) yang dapat

dipidana selain berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang

mendabuluinya Dari terjemaban terminologi tersebut dapat dipabami babwa

pefumusan asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP mengandung makna asas lex

temporls delicti artinya undang-undang yang berlaku adalah undang-undang yang ada

pada saat delik terjadi atau disebut juga asas nonretroaktir yang melarang

pembedakuan surut suatu undang-undang pidana dan sanksi pi dana (nonretroactive

application ofcriminal laws and criminal sanctions) n

Berdasarkan uraian tentang pengertian asas legalitas diatas dihubungkan dengan surat

dakwaan penuntut umum maka dapat disimpulkan bahwa penetapan terdakwa sebagai

tersangka dengan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-l001III2010 tanggal

23 Februari 2010 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-1401lTIII201O

tanggalll Maret 2010 tidak melanggar asas legalitas karena

bull Undang-undang memberi kewenangan kepada penyidik untuk menetapkan

seseorang sebagai tersangka dengan dengan bukti permulaan yang cukup

bull Bahwa dengan bukti permulaan yang cukup tersebut penyidik meyakini adanya

perbuatan tindak pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber

dananya berasal dari Pos Pengolaban Data dan Teknologi Informasi pada

Anggaran PLN (APLN) Tabun 2004 sampai dengan Tabun 2006 sehingga

penyidik menetapkan terdakwa sebagai tersangka dengan sangkaan melanggar

ketentuan pasal 2 ayat (I) UU Nomor 31 Tabun 1999 jo UU Nomor 20 Tabun

2001

bull Babwa ketentuan pi dana yang dijadikan dasar penetapan terdakwa sebagai

tersangka tersebut sudab ada sebelum tindak pidana korupsi yang disangkakan itu

terjadi

Babwa Tim Penasihat Hukum telab keliru memabami makna asas legalitas dan

terkesan berupaya mengaburkan substansi surat dakwaan dengan cara mengkaitkan

mekanisme penetapan tersangka dengan pembuktian unsur kerugian negara yang salah

Pendapatlbantahan Perllllttut Umum dafam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

14

satu alat buktinya adalah surat berupa Laporan Hasil Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara yang dibuat oleh Ahli dari BPKP Bahkan kekeliruan itu semakin

nyata ketika Tim Penasihat Hukum mengutip pertimbangan dalam alinea pertama

halaman 72 putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No 003IPUU-IV2006 tanggal 25

Juli 2006 kemudian memberikan kesimpulan bahwa seolah-olah penetapan tersangka

belum dapat dilakukan jika haSil penghitungan kerugian negara belum dituangkan

dalam suatu laporan Kesimpulan yang demikian adalah menyesatkan karena tidak

demikian maksud dari pertimbangan putusan MK tersebut

bull Bahwa pertimbangan dalam putusan MK sebagaimana tercantum pada halaman 70

sampai dengan 73 adalah menyangkut kata dapat dalam Pasal 2 ayat (1) UU PTPK

yang pengertiannya dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (l) bahwa dengan

penambahan kata dapat tersebut menjadikan tindak pi dana korupsi dalam Pasal 2

ayat (1) a quo menjadi rumusan de1ik formil sehingga apakah dengan pengertian

tersebut frasa dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang

diartikan baik kerugian yang nyata (actual loss) maupun hanya yang bersifat potensial

atau berupa kemungkinan kerugian (potential loss) merupakan unsur yang tidak periu

dibuktikan atau harns dibuktikan Menurut pendapat MK sebagaimana dalam

pertimbangan putusan aquo unsur kerugian negara harns dibuktikan dan harns dapat

dihitung meskipun sebagai perkiraan atau meskipun belum terjadi Kesimpulan

demikian harns ditentukan oleh seorang ahli di bidangnya Faktor kerugian baik

secara nyata atau berupa kemungkinan dilihat sebagai hal yang memberatkan atau

meringankan dalam penjatuhan pid~ seb~gaimana diuraikan dalam Penjelasan Pasal

4 bahwa pengembalian kerugian negara hanya dapat dipandang sebagai faktor yang

meringankan Oleh karenanya persoalan kata dapat dalam Pasal 2middot ayat (1) UU

PTPK lebih merupakan persoalan pelaksanaan dalam praktik ole~ aparat penegak

hukum dan bukan menyangkut konstitusionalitas norma

Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa pertimbangan putusan MK tidak mengkaitkan

adanya suatu keharusan bahwa untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka harus

terlebih dahulu adanya penyampaian Laporan Penghitungan Kerugian Keuangan

Negara oleh Ahli kepada penyidik

- Bahwa dalam penetapan terdakwa sebagai tersangka secara substantif penyidik telah

meyakini adanya unsur kerugian negara karena sejak awal Ahli dari BPKP yang

dimintakan bantuannya telah melakukan proses penghitungan kerugian negara

sehingga persoalan penyampaian laporan tersebut hanyalah persoalan teknis dan untuk

mendukung alat bukti berupa surat yang akan digunakan dalam proses pembuktian di

persidangan Tim Penasihat Hukum telah mengakui adanya pencantuman kerugian

PendapatlbQfltahQfl PenWltllt Umum dalam Perwa 17 EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

15

negara sebesar Rp 45 Milyar dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana Korupsi yang

mana pencantuman jumlah kerugian negara bukanlah hasil rekaan penyidik melainkan

hasil pekerjaan audit yang dilakukan oleh AhU Oleh karena itu keberatan yang

diajukan oleh Tim Penasihat Hukum mengenai hal ini adalah keberatan yang

mengada-ada dan sudah seharusnya dikesampingkan dan tidak perlu dipertimoangkan

oleh Majelis Hakim

Bahwa Tim Penasihat Hukum dalam bagian keberatan ini juga mempersoalkan

tentang isi Surat Dakwaan yang menyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian

uang berdasarkan business Plan 2005-2007 PT Netway Utama adalah hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran Bahwa

oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan tersebut

hams dinyatakan tidak dapat diterima Keberatan yang demikian ini adalah

menyangkut penilaian terhadap fakta yang tentunya perlu dibuktikan di persidangan

Oleh karena itu tidak benar jika uraian fakta tentang penerimaan uang oleh terdakwa

dianggap sebagai melanggar asas legalitas

5 Keberatan tentang Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal

64 tidak dicantumkan dalam surat dakwaan

Bahwa sesuai Jurisprodensi MA No156 KlKrl1963 tanggal 28 April 1964 soal

perbuatan lanjutan atau voortgezette handeling itu hanyalah mengenai soal

penjatuhan hukuman (straftoematig) dan tidak mengenai pembebasan dari tuntutan

Berdasarkan yurisprudensi tersebut_~apat ditarik kesimpulan bahwa pencantuman

pasal 64 KUHP dalam surat dakwaan bukan merupakan alasan pengajuan keberatan

(eksepsi) melainkan termasuk lingkup penilaian fakta dalam proses pembuktian terkait

dengan pemberatan dalam penjatuhan hukuma~leh karena itu keberatan tersebut

harnslah dikesampingkan

6 Keberatan tentang Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangshy

undangan

Bahwa sesuai dengan Pasal 56 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan disebutkan bahwa Semua Keputusan Presiden

Keputusan Menteri Keputusan Gubernur Keputusan Bupatilwalikota atau keputusan

pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 yang sifatnya mengatur yang

sudah ada sebelum UU ini berlaku hams dibaca peraturan sepanjang tidak

bertentangan dengan UU ini

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daJam Perkara Ir EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

16

- Bahwa ketentuan pengadaan barang dan jasa di PT PLN dalam bentuk SK Direksi

PT PLN tidaklah berdiri sendiri akan tetapi peraturan tersebut lahir sebagai tunman

dari UU Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri sebagaimana tercantwn di

dalam konsideran SK Direksi tersebut yang mana pengaturan SK Direksi tersebut

dimaksud sebagai petunjuk teknis dalam pengadaan barang dan jasa di PT PLN

(Persero)

Bahwa pasal3 UU No19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan Terhadap BUMN berlaku Undang-Undang ini anggaran dasar dan ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya

- Bahwa dengan demikian Anggaran Dasar PT PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat

dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan

(SK) Direksi PT PLN (Persero) Nomor 038KJ9201DIRI1998 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor

138KJOI01DIRI2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan

Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor No 118KJOI0IDIRI2004 tentang

Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 1 OOKJO 1OIDIRI2004 tentang Pengadaan BarangJasa di PT PLN

(Persero) jo SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor 200KJOIOIDIRI2004 tentang

Penjelasan Pedoman Pengadaan BarangJasa di Lingkungan PT PLN (Persero)

adalah termasuk dalam katagori peraturan perundang-undangan Dengan demikian

keberatan tentang hal ini haruslah dikesampingkan

7 Keberatan tentang Keuangan PT PLN (Persero) sebagai BUMN bukan merupakan

keuangan Negara kami tanggapi sebagai berikut

- Bahwa keberatan tersebut adalah materi pokok perkara dan bukan termasuk dalam

ruang lingkup materi yang dapat diajukan sebagai keberatan (eksepsi) sebagaimana

yang diatur dalam Pasal156 (I) KUHAP dan seharusnya dikesampingkan

Bahwa namun demikian kami perlu tegaskan bahwa pendapat Tim Penasihat Hukum

yang menyatakan keuangan PLN bukan keuangan Negara adalah pendapat yang

keliru Sebab di dalam penjelasan atas UU Tipikor dengan tegas dinyatakan bahwa

keuangan negara yang dimaksud dalam UU Tipikor adalah seluruh kekayaan negara

dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya

segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena

berada dalam penguasaan pengurusan dan pertanggungjawaban BUMNIBUMD

yayasan badan hukum dan perusahaan yang menyewakan modal negara atau

Pendaputbantahan Penuntut Umum dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

17

perusahaan yang menyertalean modal pihale ketiga berdasarkan perjanjian dengan

Negara

Bahwa penjelasan tersebut sejalan pula dengan ketentuan UU No 17 Tahun 2003

Pasall angka 1 yang memberikan pengertian keuangan Negara adalah semua hale dan

kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

pelalesanaan hale dan kewajiban tersebut Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2

ditegaskan bahwa Keuangan Negara meliputi kekayaan Negarakekayaan daerah yang

dikelola sendiri atau oleh pihale lain berupa uang surat berharga piutang barang serta

hale-hale lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan

pada perusahaan Negaraperusahaan daerah

Bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara digunakan untuk mencapai

tujuan bemegara sehingga setiap tahun disusun APBN dan APBD Salah satu

penggunaan dana APBNAPBD adalah dalam bentuk penyertaan modal Negara pada

Persero danatau Perum serta Perseroan Terbatas tainnya yang digolongkan sebagai

Kekayaan Negara yang dipisahkan

Bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Negara yang dipisahkan (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN)

Artinya bahwa secara langsung maupun tidak langsung dapat dikatakan bahwa dalam

operasionalnya BUMN tetapi menggunalean APBN Malesud dan tujuan pendician

BUMN adalah untuk menyelenggaralean kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup

orang banyale

8 Keberatan tentang Penghitungan kerugian negara tidak dilakukan pihak yang

berwenang dan

9 Tentang pemyataan Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas

dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan outsourcing roll out customer

information system rencana induk sistem informasi (CIS-RISI) pada PT PLN

(persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat

bertentangan dengan laporan keuangan dan konsolldasi PT Perusahaan Iistrlk

negara (persero) No20BAuditama VGAlOS2006 tanggal31 Mel 2006 oleh Badan

Pemeriksa Keuangan

Pendapatbantahan Pelluntut Umum dalam PerluJra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

18

Bahwa keberatan tentang kewenangan Ahli BPKP dalam menghitung kerugian

keuangan Negara (Point 8) dan ada tidaknya kerugian keuangan Negara (point 9)

diatas bukan merupakan materi eksepsi melainkan tennasuk penilaian fakta yang akan

dibuktikan di persidangan

10 Keberatan tentang Unsur penyertaan (deeJneJDing) yang tidakjelas

Bahwa dalam rumusan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-l KUHP diatur tiga bentuR penyertaan

yaitu sebagai yang melakukan menyuruh melakukan dan turut serta melakukan

Dalam Surat Dakwaan baik rumusan unsur delik pada Dakwaan Primair maupun pada

Dakwaan SUbSi~ir Penuntut Umum telah menguraikan dengan jelas kualitas penyertaan

tersebut yaitu ~ Terdakwa baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melakukan atau turut

serta melakukan dengan Saksi Margo Santoso Fahmi Mochtar dan Gani Abdul Gani dan

uraian faktanya telah dikonstruksikan secara cennat jelas dan lengkap baik dalam dakwaan

primair maupun subsidiair

Bahwa untuk mengetahui kualitas Terdakwa dalam penyertaan tersebut apakah sebagai orang

yang melakukan atau turut serta melakukan tentulah harus dibuktikan dalam persidangan

Dengan demikian keberatan tentang hal ini bukan merupakan lingkup materi eksepsi

melainkan sudah memasuki materi pokok perkara yang akan dibuktikan dalam persidangan

selanjutnya

11 Keberatan tentang Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Bahwa Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Pennasalahan dan penerapan

KUHAP hal 274 menjelaskan ~~at hukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang

bebas tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak

menentukan sama sekali tidak mengikat hakim Hakim bebas untuk menilai

kesempurnaan dan kebenarannya Tergantung pada penilaian Hakim untuk

menganggapnya sempurna atau tidak Tidak ada keharusan bagi Hakim untuk

menerima kebenaran setiap keterangan saksi Hakim bebas menilai kekuatan atau

kebenaran yang melekat pada keterangan itu dan dapat menerima II atau

menyingkirkannya Lain halnya jika Undang-Undang sendiri telah menentukan

bahwa alat bukti kesaksian mempunyai sifat kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mementukan Jika seandainya Undang-Undang menentukan demikian Hakim tidak

boleh menilai kekuatan pembuktiannya Hakim secara bulat harus terikat untuk

mempergunakannya dalam putusan tidak lagi berwenang untuk menilainya secara

bebas i Bahwa keberatan mengenai adanya keterangan duCdari 123 orang saksi dalam berkas

perkara yang menurut pendapat Tim Penasihat Hukum tidak reI evan dengan

Pendapatbantahan Penlllltlit Umum dalam Perlalra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

19

pembuktian perbuatan terdakwa bukan merupakan lingkup eksepsi melainkan i

termasuk kewenangan hakim dalam melakukan penilaian terhadap keterangan saksishy

saksi apabila dihadirkan untuk memberikan keterangan di persidangan Penuntut

Umum tidak terikat untuk menghadirkan keseluruhan saksi yang dicantumkan dalam

berkas perkara tersebut dalam proses pembuktian Penuntut Umum memiliki

kewenangan untuk menghadirkan sebagian saksi jika telah yakin bahwa dakwaan

yang diajukan telah dapat dibuktikan Penilaian terhadap kualitas saksi dan

kepentingan untuk menghadirkannya di persidangan sebagai alat bukti saksi bukan

merupakan 1ingkup eksepsi

Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa keberatan yang diajukan o1eh

Penasihat Hukum terdakwa sebagaimana diuraikan dalam Bab II tersebut adalah tidak

beralasan sehingga sudah seharusnya dinyatakan ditolak atau dikesampingkan

Bahwa selanjutnya dalam Bab III Nota Keberatan Tim Penasihat Hukum telah

mengajukan materi keberatan tentang Surat Dakwaan Harus Dibatalkan dengan alasan

sebagai berikut

1 Surat dakwaan tidak jelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 62 sid 65 pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Perumusan surat dakwaan yang disusun o1eh Penuntut Umum secara subsidiairitas

tersebut tidak tepat karena perbua~ yang didakwakan terhadap terdakwa adalah

perbuatan yang berbeda dan masing-masing berdiri sendiri yaitu perbuatan yang

bersifat melawan hukum disatu pihak sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Tipikor

dan perbuatan yang bersifat menyalahgunakan wewenang dilain pihak sebagaimana

diatur dalam pasal 3 UU Tipikor oleh karena itu lebih tepat dakwaan kepada terdakwa

disusun secara a1ternatif Dengan demikian surat dakwaan yang disusun secara

subsidiairitas tersebut adalah tidak je1as sehingga harus dibatalkan

2 Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana

itu dilakukan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 65 sid 66 pOOa pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya tidak cermat menyebutkan waktu

tempus delicti tindak pidana itu dilakukan hal ini terlihat dalam dakwaan subsidiair

halam 14 baris ke-13 sid 14 pada hari dan tang gal yang tidak dapat ditentukan

h1lll11PQllbrmUlllrm PIIU1llJlt u_dlll_ Pwlll EDDIE WIDIONO SUWONDHO MaC

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 3: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

2

Selanjutnya terlebih dahulu kami perlu menyampaikan bantahan atas pemyataan Tim

Penasihat Hukum halaman 6 Nota Keberatan yang menyatakan suatu fakta tak terbantahkan

bahwa eksepsi atau keberatan dari Penasihat hukum dalam perkara dihadapan pengadilan

tindak pidana korupsi selalu ditolak oleh pengadilan Penolakan karen a eksepsi sudah masuk

dalam pokok perkara atau karena adanya argumen lain Pemyataan tersebut adalah

berlebihan dan menyesatkan karena secara tendensius Tim Penasihat Hulrum beranggapan

apabila pengajuan keberatan yang tidak berdasar ditolak oleh Majelis Hakim seolah-olah telah

berpihak kepada Penuntut Umum Adalah hak terdakwa baik langsung atau melalui Tim

Penasihat Hukum untuk membela diri dengan cara mengajukan keberatan (eksepsi) terhadap

surat dakwaan Penuntut Umum Namun seyogyanya dalam pengajuan keberatan (eksepsi)

tersebut Terdakwa atau Tim Penasihat Hukum memahami dengan benar alasan-alasan yang

diperkenankan dalam pasal156 ayat (1) KUHAP diatas

Bahwa apabila dalam Nota Keberatan tersebut Tim Penasihat Hukum secara

premature menyampaikan hal-hal yang menyangkut materi pokok perkara maka hal ini

menunjukkanbahwa Tim Penasihat Hukum tidak memahami tugasnya dalam memberikan

advokasi terkait dengan hak-hak Terdakwa untuk menyampaikan Nota Keberatan Demikian

pula halnya jika Nota Keberatan yang diajukan hanya berisi hal-hal yang sifatnya membangun

opini bahwa Terdakwa tidak bersalah sebelum perkara pokoknya diperiksa menunjukkan

bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memahami ketentuan Pasal 156 ayat (1) KUHAP tersebut

dan seolah-olah Tim Penasihat Hukum ingin mendahului kewenangan Majelis Hakim dalam

memutus perkara aquo Nota Keberatan yang menyangkut materi pokok perkara dan

pernyataan-pernyataan yang bersifat opini adalah di luar materi eksepsi yang diperkenankan

dalam KUHAP dan sudah seharusnya ditolak atau dikesampingkan

Terlepas dari perbedaan pandangan antara Tim Penasihat Hulrum dengan Penuntut

Umum hendaklah kita dapat menempatkan diri sesuai dengan tugas dan kewenangan masingshy

masing sekaligus menghargai kedudukan Majelis Hakim Yang Mulia yang oleh undangshy

undang diberi kewenangan untuk menilai perbedaan-perbedaan tersebut untuk kemudian

dijadikan pertimbangan dalam putusannya

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Merujuk pada sistematikan Nota Keberatan yang diajukan oleh Tim Penasihat Hukum

pada persidangan perkara aquo maka dapat simpulkan bahwa uraian pada bagian

Pendapatlbtmtahan Penuntut Umum dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

I

3

Pendahuluan tidak perIu kami tanggapi karena hanya merupakan pengantar dari Nota

Keberatan aquo sedangkan pada Bab II dan III akan kami tanggapi sepanjang masih dalam

lingkup materi keberatan (eksepsi) sebagaimana diatur dalam Pasal 156 ayat (1) KUHAP

tersebut diatas

Adapun materi keberatan yang dimuat dalam Bab II yaitu tentang Dakwaan Tidak

Dapat Diterima dengan alasan sebagai berikut

1 Penuntut Umum melanggar Undang-Undang

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 9 sid 11 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa dalam surat perintah penahanan Penuntut Umum sebagaimana termuat dalam

Sprint Han-3824072011 tanggal 21 Juli 2011 digunakan istilah terdakwa bukan

tersangka padahal sesuai ketentuan KUHAP penyebutan oleh Undang-Undang beralih

dari sebutan tersangka menjadi terdakwa ketika proses perkara sudah sampai pada

penentuan persidangan sebagaimana dinyatakan dalam pasal145 ayat (1) KUHAP

Bahwa penggunaan istilah terdakwa dalam SURA T PERINT AH PENAHANAN

tersebut adalah melanggar ketentuan undang-undang sehingga surat dakwaan cacat

hukum dan dengan demikian harus dinyatakan tidak dapat diterima

2 Surat Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Out CIS RISI antara PT PLN

Disjaya dengan PT Netway adalah perjanjian yang sah

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 11 sid 14 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa tindakan terdakwa memberikan kuasa kepada Fahmi Mochtar harus dilihat

dalam kedudukan administrative terdakwa sebagai Direktur Utama PT PLN (Persero)

sebagaimana diminta oleh Fahmi Mochtar sebagai OM PT PLN Disjaya dan

Tangerang Meskipun sebenarnya ada atau tidak ada Surat Kuasa penandatanganan

petjanjian antara PT PLN Disjaya dan PT Netway Utama tidak akan terhalang Dalam

arti keberadaan Surat Kuasa tersebut bukanlah sesuatu yang menentukan tetjadinya

penandatanganan petjanjian

Bahwa keberadaan petjanjian kerjasama outsourcing Roll Out CIS RISI antara PLN

Disjaya dengan PT Netway Utama Nomor PLN Disjaya 122PJ0611DIV2004 dan

Nomor PT Netway Utama Nomor 800INetIPJRlIV2004 inilah sebenarnya yang

menjadi pemicu atau trigger adanya perkara ini

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

4

Oleh karena dalam Surat Dakwaan tidak ada dikatakan bahwa perjanjian tersebut batal

demi hukum atau tidak sab karena dibuat secara melawan hukum atau karena dibuat

dengan menyalahgunakan kewenangan kesempatan atau sarana yang ada padanya

karena jabatan atau kedudukan Maka perjanjian tersebut adalah perjanjian yang sah

dan Il1engikat PLN Disjaya dengan PT Netway Utama maka Surat Dakwaan Penuntut

Umum tersebut sepatutnya dinyatakan tidak dapat diterima

3 Perbuatan orang lain seolah-olah perbuatan terdakwa

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 14 sid 21 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa fakta-fakta yang dinyatakan dalam Surat Dakwaan menunjukkan besamya

peran dari Sunggu Anwar Aritonang (Direktur Niaga dan Pelayanan Pelanggan PT

PLN (Persero) mulai dari saat perundingan awal hingga negosiasi ulang menjelang

penanda tanganan kontrak oleh Fahmi Mochtar

Dengan tidak dijadikannya Sunggu Anwar Aritonang sebagai salah seorang tersangka

yang bersama-sama dengan Ir Eddie Widiono Suwondho MSc Margo Santoso dan

Fahmi Mochtar maka telah terjadi manipulasi berupa pengurangan terdakwa dalam

kasus ini Penyusunan dakwaan yang didasarkan pada fakta-fakta yang diroanipulasi

sebagaimana dimaksud mengakibatkan dakwaan tidak dapat diterima

4 Pelanggaran azas legalitas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 21 sId 24 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana korupsi Nomor LKTPKshy

24IKPKl122009 tanggal 28 Desember 2009 memang dinyatakan adanya kerugian

Negara sebesar Rp 45 Milyar tetapi secara pasti dapat dikatakan bahwa penghitungan

kerugian Negara tersebut tidak dilakukan sesuai dengan pertimbangan putusan

Mahkamah Konstitusi No 0031PUU-IV2006 tanggal25 Juti 2006

Bahwa pada saat diterbitkan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDikshy

10011112010 tanggal 23 Februari 2010 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor

SprinDik-1401IIIII201O tanggal 11 Maret 2010 yang antara berisi Dalam

pelaksanaan penyidikan dibantu oleh Tim Auditor kerugian Negara belum dihitung

oleh Ahli karena penghitungan kerugian Negara baru selesai pada tanggal16 Februari

2011 sesuai dengan Surat Deputi Bidang Investigasi Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan Nomor SR-176D6022011 Artinya ketika Eddie Widiono Suwondho

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perkara I EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

5

ditetapkan sebagai tersangka belum ada kerugian Negara yang dihitung berdasarkan

penghitungan yang dilakukan Ahli Dengan demikian saat penetapan Eddie Widiono

Suwondho sebagai tersangka belum ada perbuatan pidana yang dilakukan

Dalam Surat Dakwaan juga dinyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian uang

berdasarkan business Plan 2005middot2007 PT Netway UtamaPernyataan tersebut hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran

Bahwa oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan

tersebrlt hams dinyatakan tidak dapat diterima

5 Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal 64 tidak

dicantumkan dalam surat dakwaan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 24 sid 31 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa dari fakta-fakta yang ada terdapat rangkaian cerita yang digambarkan diatas

secara jelas dan terang benderang menunjukan adanya perbuatan berlanjut dalam surat

dakwaan namun tidak adanya penyebutan pasal 64 KUHAP sehingga surat dakwaan

telah disusun dengan tidak cermat

Surat dakwaan yang meletakkan terdakwa dalam posisi sentral pemberi perintah dan

penanggung jawab mengabaikan pembagian tugas antar dire~i sesuai ketentuan SI bull SefOlin ~

RUPS dan sifat tanggungjawab kolegial dari Direksi (s0aQiri2 dan bersama-sama)

Penyusunan surat dakwaan yang menyatakan bahwa semua tindakan Margo Santoso

dan Fahmi Mochtar berda~kaA peri~~ dari Terdakwa tetapi pada saat yang

bersamaan kedua orang tersebut dinyatakan sebagai orang yang bersama-sama

mel~anerbuatan pidana menunjukkan adanya ambigu dan ketidakterangan dalam

surat dakwaan yang disusun Penuntut Umum

6 Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangundangan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 31 sid 38 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa baik secara teoritis maupun Yuridis dapat disimpulkan Anggaran Dasar PT

PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal

12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan (SK) Direksi PT PLN (persero) Nomor

038Kl920DIRJI998 tentang Pengadaan Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK

Direksi PT PLN (Persero) Nomor 138KlOlODIRJ2002 tentang Pedoman

Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero)

Pendapatlxmtoltan PDlWltut U_ doam Pekara I EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

6

Nomor No 118KlOIOIDIRI2004 tentang Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT

PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor IOOKlOIOIDIRI2004

tentang Pengadaan BaranglJasa di PT PLN (Persero) jo SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 200KlOIOIDIRI2004 tentang Penjelasan Pedoman Pengadaan

BaranglJasa di Lingkungan PT PLN (persero) yang dijadikan dasar dakwaan

primair oleh Penuntut Umum bukan merupakan peraturan perundang-undangan

7 Keuangan PT PLN (persero) sebagai BUMN bukan merupakan keuangan negara

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 38 sId 42 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa pendapat Penuntut Umum keuangan PT PLN (Persero) merupakan bagian dari

keuangan negara adalah hal yang keliru dan tidak dapat dibenarkan baik secara teoritis

maupun yuridis Sebab secara Yuridis menurut UU perseroan terbatas (PT) bagi

BUMN berlaku ketentuan PTHal ini sejalan dengan Fatwa Mahkamah Armg

menyatakan asset BUMN bukanlah asset negara tetapi asset dari badan h~ itu

sendiri

8 Penghitungan kerugian negara tidak dllakukan pihak yang berwenang

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 42 sid 49 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa menurut ketentuan UU NoIS tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggung Jawab Keuangan Negara pasaJ 13 dan UU NoIS tahun 2006 pasal 8

ayat (3) disebutkan Badan yang berwenang melaporkan adanya indikasi kerugian

negaraldaerah danatau unsur pidana lainnya adalah BPK jadi bukan BPKP

Bahwa oleh karena penghitungan keuangan negara tidak dilakukan oleh lembaga

yang berwenang maka hasil penghitungannya tidak layak dipergunakan sebagai dasar

dakwaan sebingga dakwaan harus dinyatakan tidak dapat diterima

9 Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas dugaan tindak pidana

kompil aam pelllactaall outlouremg roD out eUltome IIlformattoll l)Item Il

induk sis tern informasi (CIS-RISI) pada PT PLN (persero) Distribusi Jakarta Raya

dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat bertentangan dengan laporan keuangan

dan konsolidasi PT Perusahaan Iistrik negara (persero) No20BAuditama

VGAlOS2006 tanggal31 Mei 2006 oleh Badan Pemeriksa Keuangan

7

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 49 sid 51 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa yang harus dijadikan dasar untuk menentukan adanya kerugian negara adalah

hasH audit BPIlt bukan audit BPKP Dalam laporan keuangan dan konsolidasi PT

Perusahaan Listrik Negara (Persero) No20BAuditama VGAl052006 tanggal 31

Mei 2006 oleh Badan Pemeriksan Keuangan Republik Indonesia BPK tidak pemah

berpendapat adanya kerugian negara dalam pelaksanaan pekerjaan roll out customer

information service system rencana induk sistem informasi pada PLN Disjaya BPK

berpendapat bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut belum optimal dan lebih bayar

sebesar Rp53096 M (hal 48-49) BPK juga tidak pernah berpendapat perlunya

dilakukan audit investigasi terhadap pelaksanaan pekeIjaan dimaksud karena memang

tidak diketemukan adanya kerugian negara

Bahwa secara jelas dan tegas laporan BPKP tentang proyek roll out CIS RISI yang

menyatakan terdapat adanya kelebihan bayar Rp4618903733659- sehingga

menimbulkan kerugian negara sejumlah dimaksud adalah sangat bertentangan dengan

laporan BPK Dakwaan yang menggunakan dasar penghitungan yang dibuat BPKP

yang notabene tidak memiliki kewenangan untuk menghitung adanya kerugian negara

yang bertentangan dengan laporan resmi BPK adalah dakwaan yang tidak sah dan

karenanya harus dinyatakan tidak dapat diterima

10 Unsur penyertaan (deelneming) yang tidakjelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya- halaman 51 sid 59 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa dalam surat dakwaan yang didakwakan oleh Penuntut Umum tidak jelas

kedudukan Ir Eddie Widiono Suwondho Msc Margo Santoso dan Fahmi Mochtar

sebagai orang yang melakukan perbuatan dan sekaligus menyuruh melakukan

perbuatan atau turut serta melakukan sebagaimana dimaksud oleh pasal 55 ayat (1)

ke-l KUHP Sehingga tidak ada perbuatan terdakwa bersama-sama dengan Margo

Santoso dan Fahmi Mochtar

11 Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 59 sid 62 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa adanya keterangan saksi an Lindasari Hendayani dan an Murtaqi Syamsudin

dimana keterangan kedua saksi tersebut secara pasti tidak ada kaitannya dengan

PendapatlbQlltahQII Penuntut Umum daJam Pelcara I EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

8

perkara yang didakwakan kepada terdakwa Keterangan kedua saksi ini tidak termasuk

dalam keterangan saksi yang dimaksud oleh pasal 1 ayat (26) dan ayat (27) Meskipun

keterangan - keterangan kedua saksi ini mengenai hal yang ia dengar sendiri dan

dialami sendiri oleh saksi tetapi apa yang didengar dan dial ami oleh kedua saksi ini

tidak ada hubungannya dengan perkara terdakwa Dengan demikian sepatutnya kalau

disimpulkan bahwa dakwaan terhadap terdakwa ini adalah dakwaan yang tidak dapat

diterima

Bahwa oleh karena materi keberatan dalam Bab II ini adalah mengenai Dakwaan

Tidak Dapat Diterima maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas keberatan

beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Nota Keberatan tersebut diatas terlebih dahulu perlu

kami uraikan tentang apa yang dimaksud dengan Dakwaan Tidak Dapat Diterima

Bahwa dakwaan tidak dapat diterima adalah salah satu alasan keberatan

sebagaimana ditentukan dalam pasal156 ayat (1) KUHAP Namun demikian KUHAP tidak

memberi penjelasan lebih lanajut tentang apa yang dimaksud dengan dakwaan tidak dapat

diterima dan bilamana pengajuan suatu keberatan dengan alasan yang demikian itu dapat

dikabulkan oleh Majelis Hakim Oleh karena KUHAP tidak memberikan penjelasan tentang

hal tersebut maka perlu dicari penjelasannya dati sumber hukum lain diantaranya melalui

doktrin yang telah dianut dan diakui dalam praktek peradilan

Bahwa terkait dengan hal tersebut PAF Lamintang dalam bukunya KUHAP dengan

Pembahasan Secara Yuridis Menurut Yurisprudensi dan llmu Pengetahuan Hukum Pidana

halaman 358-360 memberi penjelasan sebagai benkut

eksepsi yang mengatakan dakwaan tidak dapat diterima sebagaimana yang

dimaksud dalam rumusan pasal 156 ayat (1) KUHAP itu dapat dikemukakan oleh

Terdakwa atau oleh Penasihat Hukumnya apabia dakwaan yang telah dibuat oleh

Penuntut Umum itu ada hubungannya dengan ketidakwenangan dari Penuntut Umum

untuk melakukan penuntutan terhadap terdakwa

Tidak berwenangnya Penuntut Umum melakukan penuntutan terhadap terdakwa seperti

dimaksudkan di atas itu dapat berkenaan antara lain

a tidak adanya pengaduan dari orang yang berwenang mengadu menurut undangshy

undang mengenai terjadi suatu delik aduan seperti yang antara lain telah diatur

dalam pasal-pasaZ 284 ayat (2) 287 ayat (2) 293 ayat (2) 319 320 ayat (2) 321

ayat (3) 332 ayat (2) 335 ayat (2) 367 ayat (2) dan 369 ayat (2) KUHP

PendapatlbD1tahD1 Penuntul Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

9

b tidak sahnya pengaduan yang telah dipakai sebagai dasar oleh Penuntut Umum

untuk melakukan penuntutan terhadap Terdakwa karena bertentangan dengan

ketentuan-ketentuan seperti yang diatur dalam pasal-pasal 72 73 dan 74 KUHP

c tidak sahnya penuntutan dan Penuntut Umum karena pengaduan yang dipakai

sebagai dasar untuk melakukan penuntutan telah dicabut kembali oleh pengadu

sesuai dengan haknya yang diatur dalam pasal 75 KUHP

d tidak sahnya penuntutan oleh Penuntut Umum terhadap Terdakwa karena adanya

dasar-dasar yang meniadakan penuntutan antara lain seperti yang diatur dalam

1 Bab kesatu KUHP yakni dalam pasal 2 - pasal 5 dan pasal 7 - pasal 9

KUHP yang mengatur masalah ruang lingkup berlakunya undang-undang

pidana Indonesia

2 Bab kelima KUHP yakni dalam pasa 61 dan 62 KUHP yang menentukan

bahwa penerbit dan pencetak tidak dapat dituntut apabia pada barang

cetakan yang bersangkutan dicantumkan nama dan alamatnya serta pelaku

atau orang yang telah menyuruh mencetak diketahui atau diberitahukan

setelah mendapat teguran tentang kelalaiannya

3 Bab kedelapan KUHP yakni dalam pasal 82 KUHP yang mengatur batalnya

hak untuk melakukan penuntutan karena adanya penyelesaian di luaT proses

peradilan (afdoening buiten process) dalam pasal 76 KUHP yang mengatur

asas nebis in idem dengan menentukan bahwa tidak seorang pun dapat

dituntut untuk kedua kalinya apabila perbuatannya telah mendapat putusan

dari hakim Indonesia yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap

pasal 77 KUHP yang menentukan bahwa hak untuk melakukan penuntutan

menjadi hapus karena meninggalnya terdakwa dan pasal 78 KUHP yang

menentukan bahwa hak untuk melakukan penuntutan itu gugur karena

kedaluwarsa atau karena lewat waktu

Dengan memperhatikan doktrin tersebut di atas maka kami berpendapat bahwa

keberatan yang diajukan oleh Tim Penasihat Hukum dengan alasan dakwaan tidak dapat

diterima sebagaimana dikemukakan pada Bab II Nota Keberatannya tersebut menWljtikkan

bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memahami dengan benar tentang materi pengajuan

keberatan yang diatur dalam pasall56 ayat (1) KUHAP Dalam hal ini Tim Penasihat Hukum

tampaknya tidak dapat memilah hal-hal mana saja yang dapat dijadikan alasan pengajuan

keberatan sehingga terkesan bahwa Tim Penasihat Hukum bempaya Wltuk menarik materi

pokok perkara sebagai materi pengajuan keberatan Tentunya pengajuan keberatan yang

demikian itu hamslah ditolak atau dikesampingkan karena tidak memenuhi alasan yuridis

Pendapatlbantahan Pmuntut Umum dalam Perklua Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

10

sehingga pada prinsipnya tidak perlu kami tanggapi lebih Ian jut Namun demikian kami perlu

menyampaikan bantahan terhadap

1 Keberatan tentang Penuntut Umum melanggar Undang-Undang el

- Bahwa pencantuman kata terdakwa dalam Surat Perintah p~u tidaklah dapat

diartikan sebagai perbuatan melanggar undang-undang mengingat KUHAP tidak

memberikan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis mengenai format Surat Perintah

Penahanan dimaksud

Bahwa format Surat Perintah Penahanan merupakan Tata Laksana Administrasi

Pelimpahanmiddot Perkara ke Pengadilan yang merupakan bagian dari tugas pokok

Kejaksaan dalam bidang penuntutan sehingga dalam pelaksanaannya mempedomani

Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia (Kepja) Jalpoundsamiddot A~g ~ No5181A1JAl1112001 tanggal 01 Nopember 2001 tentang perubahan Kepja NoKepshy

132JAl1111994 tanggal 07 Nopember 1994 yang sampai hari ini masih berlaku di

seluruh Indonesia (vide halaman 238 dan 239 tentang Format SURAT PERINTAH i

PENAHANANIPENGALIHAN JENIS PENAHANAN (TINGKAT

PENUNTUTANraquo

Bahwa di dalam Kepja tersebut juga dicantumkan tabel petunjuk I cara pengisian

Format Surat Perintah Penahanan (vide halaman 240) yang mana salah satu dasar

hukum pengisian format Surat Perintah Penahanan tersebut adalah pasal 21 KUHAP

yang menyebutkan

Ayat (1) Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap

seorang tersangka atau terdakwa dst

Ayat (2) Penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik atau

penuntut umum terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan

surat perintah penahanan atau penetapan hakim yang mencantumkan

identitas tersangka atau terdakwa dengan menyebutkan alasan

penahanan dst

Bahwa apabila bunyi pasal 21 KUHAP khususnya ayat (2) tersebut dipahami dengan

seksama maka dapat dimengerti bahwa dalam proses penyidikan penyidik

berwenang melakukan tindakan penahanan terhadap tersangka sedangkan dalam

proses penuntutan penuntut umum berwenang melakukan tindakan penahanan

terhadap terdakwa dengan memberikan surat perintah penahanan Dengan

demikian setelah penyidik melimpahkan tersangka berikut berkas perkara dan barang

bukti kepada Penuntut Umum maka proses penanganan perkara memasuki tahap

penuntutan Dalam proses penunutan ini sesuai dengan bunyi pasal 21 ayat (2)

PendapatlbantahQll Penuntut U1IIIU7I dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

11

KUHAP tersebut berwenang melakukan penahanan terhadap terdakwa dengan

memberikan surat perintah penahanan Oleh karena itu pencantuman kata terdakwa

dalam surat perintah penahanan yang diberikan oleh Penuntut Umum KPK sudah tepat l

dan tidak melanggar ketentuan undang-undang sehingga tidak benar tuduhan Tim

Penasihat Hukum yang menyatakan bahwa Penuntut Umum pada KPK melakukan

perbuatan melanggar undang-undang karena mencantumkan kata terdakwa dalam

Surat Perintah Penahanan yang berpedoman pada Kepja tentang Administrasi Perkara

Tindak Pidana tersebut

2 Keberatan tentang Surat Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Ott CIS RISI

antara PT PLN Disjaya dengan PT Netway adalah perjanjian yang sah

Bahwa surat dakwaan yang disusun oleh penuntut umum adalah didasarkan pada

keterangan 123 orang saksi yang tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan Saksi

keterangan ahli surat-surat dan barang-barang bukti yang telah disita oleh penyidik

yang merupakan hasil penyidikan sebagaimana tercantum dalam berkas perkara

Nomor BP-2372011 tanggal19 Juli 2011

Dari hasil penyidikan ditemukan bukti-bukti yang kuat tentang adanya dugaan tindak

pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait perbuatan terdakwa dalam pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber dananya

berasal dari Pos Pengolahan Data dan Teknologi Informasi pada Anggaran PLN

(APLN) Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2006 termasuk bukti adanya Surat

Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Out CIS RISI antara PT PLN Disjaya dengan

PTNetway

Bahwa berdasarkan hasil penyidikan diperoleh kesimpulan bahwa penandatangan

surat perjanjian tersebut adalah terkait dengan rangkaian perbuatan terdakwa dalam

mewujudkan tindak pidana korupsi yang disangkakan kepadanya adanya sehingga

penandatangan surat perjanjian yang dianggap sebagai perbuatan hukum yang sah

secara perdata tidaklah serta merta menghilangkan pertanggung jawaban terdakwa

secara pidana Oleh karena pembuktian aspek pidana atas perbuatan terdakwa yang

didakwakan tersebut termasuk materi pokok perkara sehingga keberatan yang

demikian haruslah dikesampingkan atau ditolak

Sebagai bahan pertimbangan dibawah ini akan disampaikan Yurispudensi yang

menegaskan bahwa sekalipun seandainya berdasarkan penilaian Hakim perbuatan

terdakwa merupakan masalah perdata bukan berarti serta merta menghilangkan sifat

melawan hukumnya perbuatan pidana terdakwa sebagaimana pertimbangan Putusan

Pendapatlbantahan Penll1ltut Umum dalam Perkma Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

12

MA No lKKr1957 tanggal 8-5-1957 (vide Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah

Agung Republik Indonesia Cetakan Kedua Mahkamah Agung RI 1993 Hal 57)

yang menyatakan

Walaupun dalam suatu perkara terdapat dasar-dasar untuk memajukan gugatan terhadap terdakwa yang OOpat merupakan perkara perdata akan tetapi ini tidak berarti bahwa penuntut kasasi tidak dapat dituntut karena ia melakukan suatu tindak pidana dengan demikian perbuatan-perbuatan yang dilakukan dapat merupakan baik perkara piOOna maupun perkara perdata tersendiri

3 Keberatan tentang Perbuatan orang lain seolah-olah perbuatan terdakwa

Bahwa adanya fakta tentang perbuatan orang lain dalam mewujudkan tindak pidana

korupsi yang didakwakan kepada terdakwa dan orang lain tersebut belum ditetapkan

sebagai tersangka tidak berarti perkara atas nama terdakwa aquo tidak dapat diperiksa

di persidangan karena dalam Yurisprudensi MARl tanggal22 Nopember 1969 No7

KKr1969 dalam perkara atas nama 1 Robinson Pinem 2 OJ Oamanik 3 Pangulu

Siahaan menegaskan bahwa keberatan yang diajukan penuntut kasasi bahwa dalam

perkara in pelaku utamanya tiOOk diadili tidak dapat diterima karena untuk

memeriksa perkara terdakwa pengadilan tidak perlu menunggu diajukannya terlebih

dahulu pelaku Utama dalam perkara itu

Bahkan dalam perkembangan proses persidangan perkara aquo apabila ditemukan

peran-peran pihak lainnya maka tidak menutup kemungkinan ditetapkannya tersangka

barn 01eh karena itu pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang terjadi manipulasi

berupa pengurangan terdakwa dan wpang pilih dalam menentukan tersangka adalah

pemyataan tendensius yang menyesatkan Oengan demikian keberatan tentang tidak

ditetapkannya orang lain dalam kaitan dengan peranan mewujudkan tindak pidana

yang didakwakan kepada terdakwa bukan merupakan ruang lingkup eksepsi dan harus

dikesampingkan

4 Keberatan tentang Pelanggaran azas legalitas

Bahwa pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang penetapan Eddie Widiono

Suwondho sebagai tersangka belum ada kerugian Negara yang dihitung berdasarkan

penghitungan yang dilakukan Ahli sehingga dianggap melanggar asas legalitas adalah

menunjukkan bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memaham~ dengan benar

pengertian asas legalitas itu sendiri

- Asas legalitas lazim disebut dengan terminologi principle of legality

legaliteitbeginsel non-retroaktif de la legalite atau ex post facto laws

Ketentuan asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perkara lr EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

13

Pidana (KUHP) Indonesia yang berbunyi Tiada suatu peristiwa dapat dipidana selaro

dari kekuatan ketentuan undang-undang pidana yang mendabuluinya PAF

Lamintang dan C Djisman Samosir merumuskan dengan terminologi sebagai

Tiada suatu perbuatan dapat dihukum kecuali didasarkan pada ketentuan pi dana

menurut undang-undang yang telah diadakan Iebih dulu Mill Harnzah

menterjemahkan dengan terminologi Tiada suatu perbuatan (feit) yang dapat

dipidana selain berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang

mendabuluinya Dari terjemaban terminologi tersebut dapat dipabami babwa

pefumusan asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP mengandung makna asas lex

temporls delicti artinya undang-undang yang berlaku adalah undang-undang yang ada

pada saat delik terjadi atau disebut juga asas nonretroaktir yang melarang

pembedakuan surut suatu undang-undang pidana dan sanksi pi dana (nonretroactive

application ofcriminal laws and criminal sanctions) n

Berdasarkan uraian tentang pengertian asas legalitas diatas dihubungkan dengan surat

dakwaan penuntut umum maka dapat disimpulkan bahwa penetapan terdakwa sebagai

tersangka dengan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-l001III2010 tanggal

23 Februari 2010 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-1401lTIII201O

tanggalll Maret 2010 tidak melanggar asas legalitas karena

bull Undang-undang memberi kewenangan kepada penyidik untuk menetapkan

seseorang sebagai tersangka dengan dengan bukti permulaan yang cukup

bull Bahwa dengan bukti permulaan yang cukup tersebut penyidik meyakini adanya

perbuatan tindak pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber

dananya berasal dari Pos Pengolaban Data dan Teknologi Informasi pada

Anggaran PLN (APLN) Tabun 2004 sampai dengan Tabun 2006 sehingga

penyidik menetapkan terdakwa sebagai tersangka dengan sangkaan melanggar

ketentuan pasal 2 ayat (I) UU Nomor 31 Tabun 1999 jo UU Nomor 20 Tabun

2001

bull Babwa ketentuan pi dana yang dijadikan dasar penetapan terdakwa sebagai

tersangka tersebut sudab ada sebelum tindak pidana korupsi yang disangkakan itu

terjadi

Babwa Tim Penasihat Hukum telab keliru memabami makna asas legalitas dan

terkesan berupaya mengaburkan substansi surat dakwaan dengan cara mengkaitkan

mekanisme penetapan tersangka dengan pembuktian unsur kerugian negara yang salah

Pendapatlbantahan Perllllttut Umum dafam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

14

satu alat buktinya adalah surat berupa Laporan Hasil Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara yang dibuat oleh Ahli dari BPKP Bahkan kekeliruan itu semakin

nyata ketika Tim Penasihat Hukum mengutip pertimbangan dalam alinea pertama

halaman 72 putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No 003IPUU-IV2006 tanggal 25

Juli 2006 kemudian memberikan kesimpulan bahwa seolah-olah penetapan tersangka

belum dapat dilakukan jika haSil penghitungan kerugian negara belum dituangkan

dalam suatu laporan Kesimpulan yang demikian adalah menyesatkan karena tidak

demikian maksud dari pertimbangan putusan MK tersebut

bull Bahwa pertimbangan dalam putusan MK sebagaimana tercantum pada halaman 70

sampai dengan 73 adalah menyangkut kata dapat dalam Pasal 2 ayat (1) UU PTPK

yang pengertiannya dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (l) bahwa dengan

penambahan kata dapat tersebut menjadikan tindak pi dana korupsi dalam Pasal 2

ayat (1) a quo menjadi rumusan de1ik formil sehingga apakah dengan pengertian

tersebut frasa dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang

diartikan baik kerugian yang nyata (actual loss) maupun hanya yang bersifat potensial

atau berupa kemungkinan kerugian (potential loss) merupakan unsur yang tidak periu

dibuktikan atau harns dibuktikan Menurut pendapat MK sebagaimana dalam

pertimbangan putusan aquo unsur kerugian negara harns dibuktikan dan harns dapat

dihitung meskipun sebagai perkiraan atau meskipun belum terjadi Kesimpulan

demikian harns ditentukan oleh seorang ahli di bidangnya Faktor kerugian baik

secara nyata atau berupa kemungkinan dilihat sebagai hal yang memberatkan atau

meringankan dalam penjatuhan pid~ seb~gaimana diuraikan dalam Penjelasan Pasal

4 bahwa pengembalian kerugian negara hanya dapat dipandang sebagai faktor yang

meringankan Oleh karenanya persoalan kata dapat dalam Pasal 2middot ayat (1) UU

PTPK lebih merupakan persoalan pelaksanaan dalam praktik ole~ aparat penegak

hukum dan bukan menyangkut konstitusionalitas norma

Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa pertimbangan putusan MK tidak mengkaitkan

adanya suatu keharusan bahwa untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka harus

terlebih dahulu adanya penyampaian Laporan Penghitungan Kerugian Keuangan

Negara oleh Ahli kepada penyidik

- Bahwa dalam penetapan terdakwa sebagai tersangka secara substantif penyidik telah

meyakini adanya unsur kerugian negara karena sejak awal Ahli dari BPKP yang

dimintakan bantuannya telah melakukan proses penghitungan kerugian negara

sehingga persoalan penyampaian laporan tersebut hanyalah persoalan teknis dan untuk

mendukung alat bukti berupa surat yang akan digunakan dalam proses pembuktian di

persidangan Tim Penasihat Hukum telah mengakui adanya pencantuman kerugian

PendapatlbQfltahQfl PenWltllt Umum dalam Perwa 17 EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

15

negara sebesar Rp 45 Milyar dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana Korupsi yang

mana pencantuman jumlah kerugian negara bukanlah hasil rekaan penyidik melainkan

hasil pekerjaan audit yang dilakukan oleh AhU Oleh karena itu keberatan yang

diajukan oleh Tim Penasihat Hukum mengenai hal ini adalah keberatan yang

mengada-ada dan sudah seharusnya dikesampingkan dan tidak perlu dipertimoangkan

oleh Majelis Hakim

Bahwa Tim Penasihat Hukum dalam bagian keberatan ini juga mempersoalkan

tentang isi Surat Dakwaan yang menyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian

uang berdasarkan business Plan 2005-2007 PT Netway Utama adalah hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran Bahwa

oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan tersebut

hams dinyatakan tidak dapat diterima Keberatan yang demikian ini adalah

menyangkut penilaian terhadap fakta yang tentunya perlu dibuktikan di persidangan

Oleh karena itu tidak benar jika uraian fakta tentang penerimaan uang oleh terdakwa

dianggap sebagai melanggar asas legalitas

5 Keberatan tentang Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal

64 tidak dicantumkan dalam surat dakwaan

Bahwa sesuai Jurisprodensi MA No156 KlKrl1963 tanggal 28 April 1964 soal

perbuatan lanjutan atau voortgezette handeling itu hanyalah mengenai soal

penjatuhan hukuman (straftoematig) dan tidak mengenai pembebasan dari tuntutan

Berdasarkan yurisprudensi tersebut_~apat ditarik kesimpulan bahwa pencantuman

pasal 64 KUHP dalam surat dakwaan bukan merupakan alasan pengajuan keberatan

(eksepsi) melainkan termasuk lingkup penilaian fakta dalam proses pembuktian terkait

dengan pemberatan dalam penjatuhan hukuma~leh karena itu keberatan tersebut

harnslah dikesampingkan

6 Keberatan tentang Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangshy

undangan

Bahwa sesuai dengan Pasal 56 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan disebutkan bahwa Semua Keputusan Presiden

Keputusan Menteri Keputusan Gubernur Keputusan Bupatilwalikota atau keputusan

pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 yang sifatnya mengatur yang

sudah ada sebelum UU ini berlaku hams dibaca peraturan sepanjang tidak

bertentangan dengan UU ini

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daJam Perkara Ir EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

16

- Bahwa ketentuan pengadaan barang dan jasa di PT PLN dalam bentuk SK Direksi

PT PLN tidaklah berdiri sendiri akan tetapi peraturan tersebut lahir sebagai tunman

dari UU Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri sebagaimana tercantwn di

dalam konsideran SK Direksi tersebut yang mana pengaturan SK Direksi tersebut

dimaksud sebagai petunjuk teknis dalam pengadaan barang dan jasa di PT PLN

(Persero)

Bahwa pasal3 UU No19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan Terhadap BUMN berlaku Undang-Undang ini anggaran dasar dan ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya

- Bahwa dengan demikian Anggaran Dasar PT PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat

dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan

(SK) Direksi PT PLN (Persero) Nomor 038KJ9201DIRI1998 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor

138KJOI01DIRI2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan

Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor No 118KJOI0IDIRI2004 tentang

Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 1 OOKJO 1OIDIRI2004 tentang Pengadaan BarangJasa di PT PLN

(Persero) jo SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor 200KJOIOIDIRI2004 tentang

Penjelasan Pedoman Pengadaan BarangJasa di Lingkungan PT PLN (Persero)

adalah termasuk dalam katagori peraturan perundang-undangan Dengan demikian

keberatan tentang hal ini haruslah dikesampingkan

7 Keberatan tentang Keuangan PT PLN (Persero) sebagai BUMN bukan merupakan

keuangan Negara kami tanggapi sebagai berikut

- Bahwa keberatan tersebut adalah materi pokok perkara dan bukan termasuk dalam

ruang lingkup materi yang dapat diajukan sebagai keberatan (eksepsi) sebagaimana

yang diatur dalam Pasal156 (I) KUHAP dan seharusnya dikesampingkan

Bahwa namun demikian kami perlu tegaskan bahwa pendapat Tim Penasihat Hukum

yang menyatakan keuangan PLN bukan keuangan Negara adalah pendapat yang

keliru Sebab di dalam penjelasan atas UU Tipikor dengan tegas dinyatakan bahwa

keuangan negara yang dimaksud dalam UU Tipikor adalah seluruh kekayaan negara

dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya

segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena

berada dalam penguasaan pengurusan dan pertanggungjawaban BUMNIBUMD

yayasan badan hukum dan perusahaan yang menyewakan modal negara atau

Pendaputbantahan Penuntut Umum dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

17

perusahaan yang menyertalean modal pihale ketiga berdasarkan perjanjian dengan

Negara

Bahwa penjelasan tersebut sejalan pula dengan ketentuan UU No 17 Tahun 2003

Pasall angka 1 yang memberikan pengertian keuangan Negara adalah semua hale dan

kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

pelalesanaan hale dan kewajiban tersebut Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2

ditegaskan bahwa Keuangan Negara meliputi kekayaan Negarakekayaan daerah yang

dikelola sendiri atau oleh pihale lain berupa uang surat berharga piutang barang serta

hale-hale lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan

pada perusahaan Negaraperusahaan daerah

Bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara digunakan untuk mencapai

tujuan bemegara sehingga setiap tahun disusun APBN dan APBD Salah satu

penggunaan dana APBNAPBD adalah dalam bentuk penyertaan modal Negara pada

Persero danatau Perum serta Perseroan Terbatas tainnya yang digolongkan sebagai

Kekayaan Negara yang dipisahkan

Bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Negara yang dipisahkan (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN)

Artinya bahwa secara langsung maupun tidak langsung dapat dikatakan bahwa dalam

operasionalnya BUMN tetapi menggunalean APBN Malesud dan tujuan pendician

BUMN adalah untuk menyelenggaralean kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup

orang banyale

8 Keberatan tentang Penghitungan kerugian negara tidak dilakukan pihak yang

berwenang dan

9 Tentang pemyataan Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas

dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan outsourcing roll out customer

information system rencana induk sistem informasi (CIS-RISI) pada PT PLN

(persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat

bertentangan dengan laporan keuangan dan konsolldasi PT Perusahaan Iistrlk

negara (persero) No20BAuditama VGAlOS2006 tanggal31 Mel 2006 oleh Badan

Pemeriksa Keuangan

Pendapatbantahan Pelluntut Umum dalam PerluJra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

18

Bahwa keberatan tentang kewenangan Ahli BPKP dalam menghitung kerugian

keuangan Negara (Point 8) dan ada tidaknya kerugian keuangan Negara (point 9)

diatas bukan merupakan materi eksepsi melainkan tennasuk penilaian fakta yang akan

dibuktikan di persidangan

10 Keberatan tentang Unsur penyertaan (deeJneJDing) yang tidakjelas

Bahwa dalam rumusan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-l KUHP diatur tiga bentuR penyertaan

yaitu sebagai yang melakukan menyuruh melakukan dan turut serta melakukan

Dalam Surat Dakwaan baik rumusan unsur delik pada Dakwaan Primair maupun pada

Dakwaan SUbSi~ir Penuntut Umum telah menguraikan dengan jelas kualitas penyertaan

tersebut yaitu ~ Terdakwa baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melakukan atau turut

serta melakukan dengan Saksi Margo Santoso Fahmi Mochtar dan Gani Abdul Gani dan

uraian faktanya telah dikonstruksikan secara cennat jelas dan lengkap baik dalam dakwaan

primair maupun subsidiair

Bahwa untuk mengetahui kualitas Terdakwa dalam penyertaan tersebut apakah sebagai orang

yang melakukan atau turut serta melakukan tentulah harus dibuktikan dalam persidangan

Dengan demikian keberatan tentang hal ini bukan merupakan lingkup materi eksepsi

melainkan sudah memasuki materi pokok perkara yang akan dibuktikan dalam persidangan

selanjutnya

11 Keberatan tentang Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Bahwa Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Pennasalahan dan penerapan

KUHAP hal 274 menjelaskan ~~at hukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang

bebas tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak

menentukan sama sekali tidak mengikat hakim Hakim bebas untuk menilai

kesempurnaan dan kebenarannya Tergantung pada penilaian Hakim untuk

menganggapnya sempurna atau tidak Tidak ada keharusan bagi Hakim untuk

menerima kebenaran setiap keterangan saksi Hakim bebas menilai kekuatan atau

kebenaran yang melekat pada keterangan itu dan dapat menerima II atau

menyingkirkannya Lain halnya jika Undang-Undang sendiri telah menentukan

bahwa alat bukti kesaksian mempunyai sifat kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mementukan Jika seandainya Undang-Undang menentukan demikian Hakim tidak

boleh menilai kekuatan pembuktiannya Hakim secara bulat harus terikat untuk

mempergunakannya dalam putusan tidak lagi berwenang untuk menilainya secara

bebas i Bahwa keberatan mengenai adanya keterangan duCdari 123 orang saksi dalam berkas

perkara yang menurut pendapat Tim Penasihat Hukum tidak reI evan dengan

Pendapatbantahan Penlllltlit Umum dalam Perlalra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

19

pembuktian perbuatan terdakwa bukan merupakan lingkup eksepsi melainkan i

termasuk kewenangan hakim dalam melakukan penilaian terhadap keterangan saksishy

saksi apabila dihadirkan untuk memberikan keterangan di persidangan Penuntut

Umum tidak terikat untuk menghadirkan keseluruhan saksi yang dicantumkan dalam

berkas perkara tersebut dalam proses pembuktian Penuntut Umum memiliki

kewenangan untuk menghadirkan sebagian saksi jika telah yakin bahwa dakwaan

yang diajukan telah dapat dibuktikan Penilaian terhadap kualitas saksi dan

kepentingan untuk menghadirkannya di persidangan sebagai alat bukti saksi bukan

merupakan 1ingkup eksepsi

Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa keberatan yang diajukan o1eh

Penasihat Hukum terdakwa sebagaimana diuraikan dalam Bab II tersebut adalah tidak

beralasan sehingga sudah seharusnya dinyatakan ditolak atau dikesampingkan

Bahwa selanjutnya dalam Bab III Nota Keberatan Tim Penasihat Hukum telah

mengajukan materi keberatan tentang Surat Dakwaan Harus Dibatalkan dengan alasan

sebagai berikut

1 Surat dakwaan tidak jelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 62 sid 65 pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Perumusan surat dakwaan yang disusun o1eh Penuntut Umum secara subsidiairitas

tersebut tidak tepat karena perbua~ yang didakwakan terhadap terdakwa adalah

perbuatan yang berbeda dan masing-masing berdiri sendiri yaitu perbuatan yang

bersifat melawan hukum disatu pihak sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Tipikor

dan perbuatan yang bersifat menyalahgunakan wewenang dilain pihak sebagaimana

diatur dalam pasal 3 UU Tipikor oleh karena itu lebih tepat dakwaan kepada terdakwa

disusun secara a1ternatif Dengan demikian surat dakwaan yang disusun secara

subsidiairitas tersebut adalah tidak je1as sehingga harus dibatalkan

2 Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana

itu dilakukan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 65 sid 66 pOOa pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya tidak cermat menyebutkan waktu

tempus delicti tindak pidana itu dilakukan hal ini terlihat dalam dakwaan subsidiair

halam 14 baris ke-13 sid 14 pada hari dan tang gal yang tidak dapat ditentukan

h1lll11PQllbrmUlllrm PIIU1llJlt u_dlll_ Pwlll EDDIE WIDIONO SUWONDHO MaC

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 4: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

3

Pendahuluan tidak perIu kami tanggapi karena hanya merupakan pengantar dari Nota

Keberatan aquo sedangkan pada Bab II dan III akan kami tanggapi sepanjang masih dalam

lingkup materi keberatan (eksepsi) sebagaimana diatur dalam Pasal 156 ayat (1) KUHAP

tersebut diatas

Adapun materi keberatan yang dimuat dalam Bab II yaitu tentang Dakwaan Tidak

Dapat Diterima dengan alasan sebagai berikut

1 Penuntut Umum melanggar Undang-Undang

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 9 sid 11 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa dalam surat perintah penahanan Penuntut Umum sebagaimana termuat dalam

Sprint Han-3824072011 tanggal 21 Juli 2011 digunakan istilah terdakwa bukan

tersangka padahal sesuai ketentuan KUHAP penyebutan oleh Undang-Undang beralih

dari sebutan tersangka menjadi terdakwa ketika proses perkara sudah sampai pada

penentuan persidangan sebagaimana dinyatakan dalam pasal145 ayat (1) KUHAP

Bahwa penggunaan istilah terdakwa dalam SURA T PERINT AH PENAHANAN

tersebut adalah melanggar ketentuan undang-undang sehingga surat dakwaan cacat

hukum dan dengan demikian harus dinyatakan tidak dapat diterima

2 Surat Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Out CIS RISI antara PT PLN

Disjaya dengan PT Netway adalah perjanjian yang sah

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 11 sid 14 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa tindakan terdakwa memberikan kuasa kepada Fahmi Mochtar harus dilihat

dalam kedudukan administrative terdakwa sebagai Direktur Utama PT PLN (Persero)

sebagaimana diminta oleh Fahmi Mochtar sebagai OM PT PLN Disjaya dan

Tangerang Meskipun sebenarnya ada atau tidak ada Surat Kuasa penandatanganan

petjanjian antara PT PLN Disjaya dan PT Netway Utama tidak akan terhalang Dalam

arti keberadaan Surat Kuasa tersebut bukanlah sesuatu yang menentukan tetjadinya

penandatanganan petjanjian

Bahwa keberadaan petjanjian kerjasama outsourcing Roll Out CIS RISI antara PLN

Disjaya dengan PT Netway Utama Nomor PLN Disjaya 122PJ0611DIV2004 dan

Nomor PT Netway Utama Nomor 800INetIPJRlIV2004 inilah sebenarnya yang

menjadi pemicu atau trigger adanya perkara ini

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

4

Oleh karena dalam Surat Dakwaan tidak ada dikatakan bahwa perjanjian tersebut batal

demi hukum atau tidak sab karena dibuat secara melawan hukum atau karena dibuat

dengan menyalahgunakan kewenangan kesempatan atau sarana yang ada padanya

karena jabatan atau kedudukan Maka perjanjian tersebut adalah perjanjian yang sah

dan Il1engikat PLN Disjaya dengan PT Netway Utama maka Surat Dakwaan Penuntut

Umum tersebut sepatutnya dinyatakan tidak dapat diterima

3 Perbuatan orang lain seolah-olah perbuatan terdakwa

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 14 sid 21 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa fakta-fakta yang dinyatakan dalam Surat Dakwaan menunjukkan besamya

peran dari Sunggu Anwar Aritonang (Direktur Niaga dan Pelayanan Pelanggan PT

PLN (Persero) mulai dari saat perundingan awal hingga negosiasi ulang menjelang

penanda tanganan kontrak oleh Fahmi Mochtar

Dengan tidak dijadikannya Sunggu Anwar Aritonang sebagai salah seorang tersangka

yang bersama-sama dengan Ir Eddie Widiono Suwondho MSc Margo Santoso dan

Fahmi Mochtar maka telah terjadi manipulasi berupa pengurangan terdakwa dalam

kasus ini Penyusunan dakwaan yang didasarkan pada fakta-fakta yang diroanipulasi

sebagaimana dimaksud mengakibatkan dakwaan tidak dapat diterima

4 Pelanggaran azas legalitas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 21 sId 24 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana korupsi Nomor LKTPKshy

24IKPKl122009 tanggal 28 Desember 2009 memang dinyatakan adanya kerugian

Negara sebesar Rp 45 Milyar tetapi secara pasti dapat dikatakan bahwa penghitungan

kerugian Negara tersebut tidak dilakukan sesuai dengan pertimbangan putusan

Mahkamah Konstitusi No 0031PUU-IV2006 tanggal25 Juti 2006

Bahwa pada saat diterbitkan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDikshy

10011112010 tanggal 23 Februari 2010 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor

SprinDik-1401IIIII201O tanggal 11 Maret 2010 yang antara berisi Dalam

pelaksanaan penyidikan dibantu oleh Tim Auditor kerugian Negara belum dihitung

oleh Ahli karena penghitungan kerugian Negara baru selesai pada tanggal16 Februari

2011 sesuai dengan Surat Deputi Bidang Investigasi Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan Nomor SR-176D6022011 Artinya ketika Eddie Widiono Suwondho

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perkara I EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

5

ditetapkan sebagai tersangka belum ada kerugian Negara yang dihitung berdasarkan

penghitungan yang dilakukan Ahli Dengan demikian saat penetapan Eddie Widiono

Suwondho sebagai tersangka belum ada perbuatan pidana yang dilakukan

Dalam Surat Dakwaan juga dinyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian uang

berdasarkan business Plan 2005middot2007 PT Netway UtamaPernyataan tersebut hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran

Bahwa oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan

tersebrlt hams dinyatakan tidak dapat diterima

5 Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal 64 tidak

dicantumkan dalam surat dakwaan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 24 sid 31 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa dari fakta-fakta yang ada terdapat rangkaian cerita yang digambarkan diatas

secara jelas dan terang benderang menunjukan adanya perbuatan berlanjut dalam surat

dakwaan namun tidak adanya penyebutan pasal 64 KUHAP sehingga surat dakwaan

telah disusun dengan tidak cermat

Surat dakwaan yang meletakkan terdakwa dalam posisi sentral pemberi perintah dan

penanggung jawab mengabaikan pembagian tugas antar dire~i sesuai ketentuan SI bull SefOlin ~

RUPS dan sifat tanggungjawab kolegial dari Direksi (s0aQiri2 dan bersama-sama)

Penyusunan surat dakwaan yang menyatakan bahwa semua tindakan Margo Santoso

dan Fahmi Mochtar berda~kaA peri~~ dari Terdakwa tetapi pada saat yang

bersamaan kedua orang tersebut dinyatakan sebagai orang yang bersama-sama

mel~anerbuatan pidana menunjukkan adanya ambigu dan ketidakterangan dalam

surat dakwaan yang disusun Penuntut Umum

6 Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangundangan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 31 sid 38 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa baik secara teoritis maupun Yuridis dapat disimpulkan Anggaran Dasar PT

PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal

12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan (SK) Direksi PT PLN (persero) Nomor

038Kl920DIRJI998 tentang Pengadaan Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK

Direksi PT PLN (Persero) Nomor 138KlOlODIRJ2002 tentang Pedoman

Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero)

Pendapatlxmtoltan PDlWltut U_ doam Pekara I EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

6

Nomor No 118KlOIOIDIRI2004 tentang Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT

PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor IOOKlOIOIDIRI2004

tentang Pengadaan BaranglJasa di PT PLN (Persero) jo SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 200KlOIOIDIRI2004 tentang Penjelasan Pedoman Pengadaan

BaranglJasa di Lingkungan PT PLN (persero) yang dijadikan dasar dakwaan

primair oleh Penuntut Umum bukan merupakan peraturan perundang-undangan

7 Keuangan PT PLN (persero) sebagai BUMN bukan merupakan keuangan negara

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 38 sId 42 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa pendapat Penuntut Umum keuangan PT PLN (Persero) merupakan bagian dari

keuangan negara adalah hal yang keliru dan tidak dapat dibenarkan baik secara teoritis

maupun yuridis Sebab secara Yuridis menurut UU perseroan terbatas (PT) bagi

BUMN berlaku ketentuan PTHal ini sejalan dengan Fatwa Mahkamah Armg

menyatakan asset BUMN bukanlah asset negara tetapi asset dari badan h~ itu

sendiri

8 Penghitungan kerugian negara tidak dllakukan pihak yang berwenang

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 42 sid 49 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa menurut ketentuan UU NoIS tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggung Jawab Keuangan Negara pasaJ 13 dan UU NoIS tahun 2006 pasal 8

ayat (3) disebutkan Badan yang berwenang melaporkan adanya indikasi kerugian

negaraldaerah danatau unsur pidana lainnya adalah BPK jadi bukan BPKP

Bahwa oleh karena penghitungan keuangan negara tidak dilakukan oleh lembaga

yang berwenang maka hasil penghitungannya tidak layak dipergunakan sebagai dasar

dakwaan sebingga dakwaan harus dinyatakan tidak dapat diterima

9 Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas dugaan tindak pidana

kompil aam pelllactaall outlouremg roD out eUltome IIlformattoll l)Item Il

induk sis tern informasi (CIS-RISI) pada PT PLN (persero) Distribusi Jakarta Raya

dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat bertentangan dengan laporan keuangan

dan konsolidasi PT Perusahaan Iistrik negara (persero) No20BAuditama

VGAlOS2006 tanggal31 Mei 2006 oleh Badan Pemeriksa Keuangan

7

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 49 sid 51 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa yang harus dijadikan dasar untuk menentukan adanya kerugian negara adalah

hasH audit BPIlt bukan audit BPKP Dalam laporan keuangan dan konsolidasi PT

Perusahaan Listrik Negara (Persero) No20BAuditama VGAl052006 tanggal 31

Mei 2006 oleh Badan Pemeriksan Keuangan Republik Indonesia BPK tidak pemah

berpendapat adanya kerugian negara dalam pelaksanaan pekerjaan roll out customer

information service system rencana induk sistem informasi pada PLN Disjaya BPK

berpendapat bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut belum optimal dan lebih bayar

sebesar Rp53096 M (hal 48-49) BPK juga tidak pernah berpendapat perlunya

dilakukan audit investigasi terhadap pelaksanaan pekeIjaan dimaksud karena memang

tidak diketemukan adanya kerugian negara

Bahwa secara jelas dan tegas laporan BPKP tentang proyek roll out CIS RISI yang

menyatakan terdapat adanya kelebihan bayar Rp4618903733659- sehingga

menimbulkan kerugian negara sejumlah dimaksud adalah sangat bertentangan dengan

laporan BPK Dakwaan yang menggunakan dasar penghitungan yang dibuat BPKP

yang notabene tidak memiliki kewenangan untuk menghitung adanya kerugian negara

yang bertentangan dengan laporan resmi BPK adalah dakwaan yang tidak sah dan

karenanya harus dinyatakan tidak dapat diterima

10 Unsur penyertaan (deelneming) yang tidakjelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya- halaman 51 sid 59 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa dalam surat dakwaan yang didakwakan oleh Penuntut Umum tidak jelas

kedudukan Ir Eddie Widiono Suwondho Msc Margo Santoso dan Fahmi Mochtar

sebagai orang yang melakukan perbuatan dan sekaligus menyuruh melakukan

perbuatan atau turut serta melakukan sebagaimana dimaksud oleh pasal 55 ayat (1)

ke-l KUHP Sehingga tidak ada perbuatan terdakwa bersama-sama dengan Margo

Santoso dan Fahmi Mochtar

11 Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 59 sid 62 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa adanya keterangan saksi an Lindasari Hendayani dan an Murtaqi Syamsudin

dimana keterangan kedua saksi tersebut secara pasti tidak ada kaitannya dengan

PendapatlbQlltahQII Penuntut Umum daJam Pelcara I EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

8

perkara yang didakwakan kepada terdakwa Keterangan kedua saksi ini tidak termasuk

dalam keterangan saksi yang dimaksud oleh pasal 1 ayat (26) dan ayat (27) Meskipun

keterangan - keterangan kedua saksi ini mengenai hal yang ia dengar sendiri dan

dialami sendiri oleh saksi tetapi apa yang didengar dan dial ami oleh kedua saksi ini

tidak ada hubungannya dengan perkara terdakwa Dengan demikian sepatutnya kalau

disimpulkan bahwa dakwaan terhadap terdakwa ini adalah dakwaan yang tidak dapat

diterima

Bahwa oleh karena materi keberatan dalam Bab II ini adalah mengenai Dakwaan

Tidak Dapat Diterima maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas keberatan

beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Nota Keberatan tersebut diatas terlebih dahulu perlu

kami uraikan tentang apa yang dimaksud dengan Dakwaan Tidak Dapat Diterima

Bahwa dakwaan tidak dapat diterima adalah salah satu alasan keberatan

sebagaimana ditentukan dalam pasal156 ayat (1) KUHAP Namun demikian KUHAP tidak

memberi penjelasan lebih lanajut tentang apa yang dimaksud dengan dakwaan tidak dapat

diterima dan bilamana pengajuan suatu keberatan dengan alasan yang demikian itu dapat

dikabulkan oleh Majelis Hakim Oleh karena KUHAP tidak memberikan penjelasan tentang

hal tersebut maka perlu dicari penjelasannya dati sumber hukum lain diantaranya melalui

doktrin yang telah dianut dan diakui dalam praktek peradilan

Bahwa terkait dengan hal tersebut PAF Lamintang dalam bukunya KUHAP dengan

Pembahasan Secara Yuridis Menurut Yurisprudensi dan llmu Pengetahuan Hukum Pidana

halaman 358-360 memberi penjelasan sebagai benkut

eksepsi yang mengatakan dakwaan tidak dapat diterima sebagaimana yang

dimaksud dalam rumusan pasal 156 ayat (1) KUHAP itu dapat dikemukakan oleh

Terdakwa atau oleh Penasihat Hukumnya apabia dakwaan yang telah dibuat oleh

Penuntut Umum itu ada hubungannya dengan ketidakwenangan dari Penuntut Umum

untuk melakukan penuntutan terhadap terdakwa

Tidak berwenangnya Penuntut Umum melakukan penuntutan terhadap terdakwa seperti

dimaksudkan di atas itu dapat berkenaan antara lain

a tidak adanya pengaduan dari orang yang berwenang mengadu menurut undangshy

undang mengenai terjadi suatu delik aduan seperti yang antara lain telah diatur

dalam pasal-pasaZ 284 ayat (2) 287 ayat (2) 293 ayat (2) 319 320 ayat (2) 321

ayat (3) 332 ayat (2) 335 ayat (2) 367 ayat (2) dan 369 ayat (2) KUHP

PendapatlbD1tahD1 Penuntul Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

9

b tidak sahnya pengaduan yang telah dipakai sebagai dasar oleh Penuntut Umum

untuk melakukan penuntutan terhadap Terdakwa karena bertentangan dengan

ketentuan-ketentuan seperti yang diatur dalam pasal-pasal 72 73 dan 74 KUHP

c tidak sahnya penuntutan dan Penuntut Umum karena pengaduan yang dipakai

sebagai dasar untuk melakukan penuntutan telah dicabut kembali oleh pengadu

sesuai dengan haknya yang diatur dalam pasal 75 KUHP

d tidak sahnya penuntutan oleh Penuntut Umum terhadap Terdakwa karena adanya

dasar-dasar yang meniadakan penuntutan antara lain seperti yang diatur dalam

1 Bab kesatu KUHP yakni dalam pasal 2 - pasal 5 dan pasal 7 - pasal 9

KUHP yang mengatur masalah ruang lingkup berlakunya undang-undang

pidana Indonesia

2 Bab kelima KUHP yakni dalam pasa 61 dan 62 KUHP yang menentukan

bahwa penerbit dan pencetak tidak dapat dituntut apabia pada barang

cetakan yang bersangkutan dicantumkan nama dan alamatnya serta pelaku

atau orang yang telah menyuruh mencetak diketahui atau diberitahukan

setelah mendapat teguran tentang kelalaiannya

3 Bab kedelapan KUHP yakni dalam pasal 82 KUHP yang mengatur batalnya

hak untuk melakukan penuntutan karena adanya penyelesaian di luaT proses

peradilan (afdoening buiten process) dalam pasal 76 KUHP yang mengatur

asas nebis in idem dengan menentukan bahwa tidak seorang pun dapat

dituntut untuk kedua kalinya apabila perbuatannya telah mendapat putusan

dari hakim Indonesia yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap

pasal 77 KUHP yang menentukan bahwa hak untuk melakukan penuntutan

menjadi hapus karena meninggalnya terdakwa dan pasal 78 KUHP yang

menentukan bahwa hak untuk melakukan penuntutan itu gugur karena

kedaluwarsa atau karena lewat waktu

Dengan memperhatikan doktrin tersebut di atas maka kami berpendapat bahwa

keberatan yang diajukan oleh Tim Penasihat Hukum dengan alasan dakwaan tidak dapat

diterima sebagaimana dikemukakan pada Bab II Nota Keberatannya tersebut menWljtikkan

bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memahami dengan benar tentang materi pengajuan

keberatan yang diatur dalam pasall56 ayat (1) KUHAP Dalam hal ini Tim Penasihat Hukum

tampaknya tidak dapat memilah hal-hal mana saja yang dapat dijadikan alasan pengajuan

keberatan sehingga terkesan bahwa Tim Penasihat Hukum bempaya Wltuk menarik materi

pokok perkara sebagai materi pengajuan keberatan Tentunya pengajuan keberatan yang

demikian itu hamslah ditolak atau dikesampingkan karena tidak memenuhi alasan yuridis

Pendapatlbantahan Pmuntut Umum dalam Perklua Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

10

sehingga pada prinsipnya tidak perlu kami tanggapi lebih Ian jut Namun demikian kami perlu

menyampaikan bantahan terhadap

1 Keberatan tentang Penuntut Umum melanggar Undang-Undang el

- Bahwa pencantuman kata terdakwa dalam Surat Perintah p~u tidaklah dapat

diartikan sebagai perbuatan melanggar undang-undang mengingat KUHAP tidak

memberikan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis mengenai format Surat Perintah

Penahanan dimaksud

Bahwa format Surat Perintah Penahanan merupakan Tata Laksana Administrasi

Pelimpahanmiddot Perkara ke Pengadilan yang merupakan bagian dari tugas pokok

Kejaksaan dalam bidang penuntutan sehingga dalam pelaksanaannya mempedomani

Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia (Kepja) Jalpoundsamiddot A~g ~ No5181A1JAl1112001 tanggal 01 Nopember 2001 tentang perubahan Kepja NoKepshy

132JAl1111994 tanggal 07 Nopember 1994 yang sampai hari ini masih berlaku di

seluruh Indonesia (vide halaman 238 dan 239 tentang Format SURAT PERINTAH i

PENAHANANIPENGALIHAN JENIS PENAHANAN (TINGKAT

PENUNTUTANraquo

Bahwa di dalam Kepja tersebut juga dicantumkan tabel petunjuk I cara pengisian

Format Surat Perintah Penahanan (vide halaman 240) yang mana salah satu dasar

hukum pengisian format Surat Perintah Penahanan tersebut adalah pasal 21 KUHAP

yang menyebutkan

Ayat (1) Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap

seorang tersangka atau terdakwa dst

Ayat (2) Penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik atau

penuntut umum terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan

surat perintah penahanan atau penetapan hakim yang mencantumkan

identitas tersangka atau terdakwa dengan menyebutkan alasan

penahanan dst

Bahwa apabila bunyi pasal 21 KUHAP khususnya ayat (2) tersebut dipahami dengan

seksama maka dapat dimengerti bahwa dalam proses penyidikan penyidik

berwenang melakukan tindakan penahanan terhadap tersangka sedangkan dalam

proses penuntutan penuntut umum berwenang melakukan tindakan penahanan

terhadap terdakwa dengan memberikan surat perintah penahanan Dengan

demikian setelah penyidik melimpahkan tersangka berikut berkas perkara dan barang

bukti kepada Penuntut Umum maka proses penanganan perkara memasuki tahap

penuntutan Dalam proses penunutan ini sesuai dengan bunyi pasal 21 ayat (2)

PendapatlbantahQll Penuntut U1IIIU7I dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

11

KUHAP tersebut berwenang melakukan penahanan terhadap terdakwa dengan

memberikan surat perintah penahanan Oleh karena itu pencantuman kata terdakwa

dalam surat perintah penahanan yang diberikan oleh Penuntut Umum KPK sudah tepat l

dan tidak melanggar ketentuan undang-undang sehingga tidak benar tuduhan Tim

Penasihat Hukum yang menyatakan bahwa Penuntut Umum pada KPK melakukan

perbuatan melanggar undang-undang karena mencantumkan kata terdakwa dalam

Surat Perintah Penahanan yang berpedoman pada Kepja tentang Administrasi Perkara

Tindak Pidana tersebut

2 Keberatan tentang Surat Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Ott CIS RISI

antara PT PLN Disjaya dengan PT Netway adalah perjanjian yang sah

Bahwa surat dakwaan yang disusun oleh penuntut umum adalah didasarkan pada

keterangan 123 orang saksi yang tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan Saksi

keterangan ahli surat-surat dan barang-barang bukti yang telah disita oleh penyidik

yang merupakan hasil penyidikan sebagaimana tercantum dalam berkas perkara

Nomor BP-2372011 tanggal19 Juli 2011

Dari hasil penyidikan ditemukan bukti-bukti yang kuat tentang adanya dugaan tindak

pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait perbuatan terdakwa dalam pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber dananya

berasal dari Pos Pengolahan Data dan Teknologi Informasi pada Anggaran PLN

(APLN) Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2006 termasuk bukti adanya Surat

Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Out CIS RISI antara PT PLN Disjaya dengan

PTNetway

Bahwa berdasarkan hasil penyidikan diperoleh kesimpulan bahwa penandatangan

surat perjanjian tersebut adalah terkait dengan rangkaian perbuatan terdakwa dalam

mewujudkan tindak pidana korupsi yang disangkakan kepadanya adanya sehingga

penandatangan surat perjanjian yang dianggap sebagai perbuatan hukum yang sah

secara perdata tidaklah serta merta menghilangkan pertanggung jawaban terdakwa

secara pidana Oleh karena pembuktian aspek pidana atas perbuatan terdakwa yang

didakwakan tersebut termasuk materi pokok perkara sehingga keberatan yang

demikian haruslah dikesampingkan atau ditolak

Sebagai bahan pertimbangan dibawah ini akan disampaikan Yurispudensi yang

menegaskan bahwa sekalipun seandainya berdasarkan penilaian Hakim perbuatan

terdakwa merupakan masalah perdata bukan berarti serta merta menghilangkan sifat

melawan hukumnya perbuatan pidana terdakwa sebagaimana pertimbangan Putusan

Pendapatlbantahan Penll1ltut Umum dalam Perkma Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

12

MA No lKKr1957 tanggal 8-5-1957 (vide Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah

Agung Republik Indonesia Cetakan Kedua Mahkamah Agung RI 1993 Hal 57)

yang menyatakan

Walaupun dalam suatu perkara terdapat dasar-dasar untuk memajukan gugatan terhadap terdakwa yang OOpat merupakan perkara perdata akan tetapi ini tidak berarti bahwa penuntut kasasi tidak dapat dituntut karena ia melakukan suatu tindak pidana dengan demikian perbuatan-perbuatan yang dilakukan dapat merupakan baik perkara piOOna maupun perkara perdata tersendiri

3 Keberatan tentang Perbuatan orang lain seolah-olah perbuatan terdakwa

Bahwa adanya fakta tentang perbuatan orang lain dalam mewujudkan tindak pidana

korupsi yang didakwakan kepada terdakwa dan orang lain tersebut belum ditetapkan

sebagai tersangka tidak berarti perkara atas nama terdakwa aquo tidak dapat diperiksa

di persidangan karena dalam Yurisprudensi MARl tanggal22 Nopember 1969 No7

KKr1969 dalam perkara atas nama 1 Robinson Pinem 2 OJ Oamanik 3 Pangulu

Siahaan menegaskan bahwa keberatan yang diajukan penuntut kasasi bahwa dalam

perkara in pelaku utamanya tiOOk diadili tidak dapat diterima karena untuk

memeriksa perkara terdakwa pengadilan tidak perlu menunggu diajukannya terlebih

dahulu pelaku Utama dalam perkara itu

Bahkan dalam perkembangan proses persidangan perkara aquo apabila ditemukan

peran-peran pihak lainnya maka tidak menutup kemungkinan ditetapkannya tersangka

barn 01eh karena itu pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang terjadi manipulasi

berupa pengurangan terdakwa dan wpang pilih dalam menentukan tersangka adalah

pemyataan tendensius yang menyesatkan Oengan demikian keberatan tentang tidak

ditetapkannya orang lain dalam kaitan dengan peranan mewujudkan tindak pidana

yang didakwakan kepada terdakwa bukan merupakan ruang lingkup eksepsi dan harus

dikesampingkan

4 Keberatan tentang Pelanggaran azas legalitas

Bahwa pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang penetapan Eddie Widiono

Suwondho sebagai tersangka belum ada kerugian Negara yang dihitung berdasarkan

penghitungan yang dilakukan Ahli sehingga dianggap melanggar asas legalitas adalah

menunjukkan bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memaham~ dengan benar

pengertian asas legalitas itu sendiri

- Asas legalitas lazim disebut dengan terminologi principle of legality

legaliteitbeginsel non-retroaktif de la legalite atau ex post facto laws

Ketentuan asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perkara lr EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

13

Pidana (KUHP) Indonesia yang berbunyi Tiada suatu peristiwa dapat dipidana selaro

dari kekuatan ketentuan undang-undang pidana yang mendabuluinya PAF

Lamintang dan C Djisman Samosir merumuskan dengan terminologi sebagai

Tiada suatu perbuatan dapat dihukum kecuali didasarkan pada ketentuan pi dana

menurut undang-undang yang telah diadakan Iebih dulu Mill Harnzah

menterjemahkan dengan terminologi Tiada suatu perbuatan (feit) yang dapat

dipidana selain berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang

mendabuluinya Dari terjemaban terminologi tersebut dapat dipabami babwa

pefumusan asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP mengandung makna asas lex

temporls delicti artinya undang-undang yang berlaku adalah undang-undang yang ada

pada saat delik terjadi atau disebut juga asas nonretroaktir yang melarang

pembedakuan surut suatu undang-undang pidana dan sanksi pi dana (nonretroactive

application ofcriminal laws and criminal sanctions) n

Berdasarkan uraian tentang pengertian asas legalitas diatas dihubungkan dengan surat

dakwaan penuntut umum maka dapat disimpulkan bahwa penetapan terdakwa sebagai

tersangka dengan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-l001III2010 tanggal

23 Februari 2010 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-1401lTIII201O

tanggalll Maret 2010 tidak melanggar asas legalitas karena

bull Undang-undang memberi kewenangan kepada penyidik untuk menetapkan

seseorang sebagai tersangka dengan dengan bukti permulaan yang cukup

bull Bahwa dengan bukti permulaan yang cukup tersebut penyidik meyakini adanya

perbuatan tindak pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber

dananya berasal dari Pos Pengolaban Data dan Teknologi Informasi pada

Anggaran PLN (APLN) Tabun 2004 sampai dengan Tabun 2006 sehingga

penyidik menetapkan terdakwa sebagai tersangka dengan sangkaan melanggar

ketentuan pasal 2 ayat (I) UU Nomor 31 Tabun 1999 jo UU Nomor 20 Tabun

2001

bull Babwa ketentuan pi dana yang dijadikan dasar penetapan terdakwa sebagai

tersangka tersebut sudab ada sebelum tindak pidana korupsi yang disangkakan itu

terjadi

Babwa Tim Penasihat Hukum telab keliru memabami makna asas legalitas dan

terkesan berupaya mengaburkan substansi surat dakwaan dengan cara mengkaitkan

mekanisme penetapan tersangka dengan pembuktian unsur kerugian negara yang salah

Pendapatlbantahan Perllllttut Umum dafam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

14

satu alat buktinya adalah surat berupa Laporan Hasil Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara yang dibuat oleh Ahli dari BPKP Bahkan kekeliruan itu semakin

nyata ketika Tim Penasihat Hukum mengutip pertimbangan dalam alinea pertama

halaman 72 putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No 003IPUU-IV2006 tanggal 25

Juli 2006 kemudian memberikan kesimpulan bahwa seolah-olah penetapan tersangka

belum dapat dilakukan jika haSil penghitungan kerugian negara belum dituangkan

dalam suatu laporan Kesimpulan yang demikian adalah menyesatkan karena tidak

demikian maksud dari pertimbangan putusan MK tersebut

bull Bahwa pertimbangan dalam putusan MK sebagaimana tercantum pada halaman 70

sampai dengan 73 adalah menyangkut kata dapat dalam Pasal 2 ayat (1) UU PTPK

yang pengertiannya dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (l) bahwa dengan

penambahan kata dapat tersebut menjadikan tindak pi dana korupsi dalam Pasal 2

ayat (1) a quo menjadi rumusan de1ik formil sehingga apakah dengan pengertian

tersebut frasa dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang

diartikan baik kerugian yang nyata (actual loss) maupun hanya yang bersifat potensial

atau berupa kemungkinan kerugian (potential loss) merupakan unsur yang tidak periu

dibuktikan atau harns dibuktikan Menurut pendapat MK sebagaimana dalam

pertimbangan putusan aquo unsur kerugian negara harns dibuktikan dan harns dapat

dihitung meskipun sebagai perkiraan atau meskipun belum terjadi Kesimpulan

demikian harns ditentukan oleh seorang ahli di bidangnya Faktor kerugian baik

secara nyata atau berupa kemungkinan dilihat sebagai hal yang memberatkan atau

meringankan dalam penjatuhan pid~ seb~gaimana diuraikan dalam Penjelasan Pasal

4 bahwa pengembalian kerugian negara hanya dapat dipandang sebagai faktor yang

meringankan Oleh karenanya persoalan kata dapat dalam Pasal 2middot ayat (1) UU

PTPK lebih merupakan persoalan pelaksanaan dalam praktik ole~ aparat penegak

hukum dan bukan menyangkut konstitusionalitas norma

Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa pertimbangan putusan MK tidak mengkaitkan

adanya suatu keharusan bahwa untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka harus

terlebih dahulu adanya penyampaian Laporan Penghitungan Kerugian Keuangan

Negara oleh Ahli kepada penyidik

- Bahwa dalam penetapan terdakwa sebagai tersangka secara substantif penyidik telah

meyakini adanya unsur kerugian negara karena sejak awal Ahli dari BPKP yang

dimintakan bantuannya telah melakukan proses penghitungan kerugian negara

sehingga persoalan penyampaian laporan tersebut hanyalah persoalan teknis dan untuk

mendukung alat bukti berupa surat yang akan digunakan dalam proses pembuktian di

persidangan Tim Penasihat Hukum telah mengakui adanya pencantuman kerugian

PendapatlbQfltahQfl PenWltllt Umum dalam Perwa 17 EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

15

negara sebesar Rp 45 Milyar dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana Korupsi yang

mana pencantuman jumlah kerugian negara bukanlah hasil rekaan penyidik melainkan

hasil pekerjaan audit yang dilakukan oleh AhU Oleh karena itu keberatan yang

diajukan oleh Tim Penasihat Hukum mengenai hal ini adalah keberatan yang

mengada-ada dan sudah seharusnya dikesampingkan dan tidak perlu dipertimoangkan

oleh Majelis Hakim

Bahwa Tim Penasihat Hukum dalam bagian keberatan ini juga mempersoalkan

tentang isi Surat Dakwaan yang menyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian

uang berdasarkan business Plan 2005-2007 PT Netway Utama adalah hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran Bahwa

oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan tersebut

hams dinyatakan tidak dapat diterima Keberatan yang demikian ini adalah

menyangkut penilaian terhadap fakta yang tentunya perlu dibuktikan di persidangan

Oleh karena itu tidak benar jika uraian fakta tentang penerimaan uang oleh terdakwa

dianggap sebagai melanggar asas legalitas

5 Keberatan tentang Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal

64 tidak dicantumkan dalam surat dakwaan

Bahwa sesuai Jurisprodensi MA No156 KlKrl1963 tanggal 28 April 1964 soal

perbuatan lanjutan atau voortgezette handeling itu hanyalah mengenai soal

penjatuhan hukuman (straftoematig) dan tidak mengenai pembebasan dari tuntutan

Berdasarkan yurisprudensi tersebut_~apat ditarik kesimpulan bahwa pencantuman

pasal 64 KUHP dalam surat dakwaan bukan merupakan alasan pengajuan keberatan

(eksepsi) melainkan termasuk lingkup penilaian fakta dalam proses pembuktian terkait

dengan pemberatan dalam penjatuhan hukuma~leh karena itu keberatan tersebut

harnslah dikesampingkan

6 Keberatan tentang Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangshy

undangan

Bahwa sesuai dengan Pasal 56 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan disebutkan bahwa Semua Keputusan Presiden

Keputusan Menteri Keputusan Gubernur Keputusan Bupatilwalikota atau keputusan

pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 yang sifatnya mengatur yang

sudah ada sebelum UU ini berlaku hams dibaca peraturan sepanjang tidak

bertentangan dengan UU ini

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daJam Perkara Ir EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

16

- Bahwa ketentuan pengadaan barang dan jasa di PT PLN dalam bentuk SK Direksi

PT PLN tidaklah berdiri sendiri akan tetapi peraturan tersebut lahir sebagai tunman

dari UU Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri sebagaimana tercantwn di

dalam konsideran SK Direksi tersebut yang mana pengaturan SK Direksi tersebut

dimaksud sebagai petunjuk teknis dalam pengadaan barang dan jasa di PT PLN

(Persero)

Bahwa pasal3 UU No19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan Terhadap BUMN berlaku Undang-Undang ini anggaran dasar dan ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya

- Bahwa dengan demikian Anggaran Dasar PT PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat

dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan

(SK) Direksi PT PLN (Persero) Nomor 038KJ9201DIRI1998 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor

138KJOI01DIRI2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan

Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor No 118KJOI0IDIRI2004 tentang

Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 1 OOKJO 1OIDIRI2004 tentang Pengadaan BarangJasa di PT PLN

(Persero) jo SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor 200KJOIOIDIRI2004 tentang

Penjelasan Pedoman Pengadaan BarangJasa di Lingkungan PT PLN (Persero)

adalah termasuk dalam katagori peraturan perundang-undangan Dengan demikian

keberatan tentang hal ini haruslah dikesampingkan

7 Keberatan tentang Keuangan PT PLN (Persero) sebagai BUMN bukan merupakan

keuangan Negara kami tanggapi sebagai berikut

- Bahwa keberatan tersebut adalah materi pokok perkara dan bukan termasuk dalam

ruang lingkup materi yang dapat diajukan sebagai keberatan (eksepsi) sebagaimana

yang diatur dalam Pasal156 (I) KUHAP dan seharusnya dikesampingkan

Bahwa namun demikian kami perlu tegaskan bahwa pendapat Tim Penasihat Hukum

yang menyatakan keuangan PLN bukan keuangan Negara adalah pendapat yang

keliru Sebab di dalam penjelasan atas UU Tipikor dengan tegas dinyatakan bahwa

keuangan negara yang dimaksud dalam UU Tipikor adalah seluruh kekayaan negara

dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya

segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena

berada dalam penguasaan pengurusan dan pertanggungjawaban BUMNIBUMD

yayasan badan hukum dan perusahaan yang menyewakan modal negara atau

Pendaputbantahan Penuntut Umum dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

17

perusahaan yang menyertalean modal pihale ketiga berdasarkan perjanjian dengan

Negara

Bahwa penjelasan tersebut sejalan pula dengan ketentuan UU No 17 Tahun 2003

Pasall angka 1 yang memberikan pengertian keuangan Negara adalah semua hale dan

kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

pelalesanaan hale dan kewajiban tersebut Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2

ditegaskan bahwa Keuangan Negara meliputi kekayaan Negarakekayaan daerah yang

dikelola sendiri atau oleh pihale lain berupa uang surat berharga piutang barang serta

hale-hale lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan

pada perusahaan Negaraperusahaan daerah

Bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara digunakan untuk mencapai

tujuan bemegara sehingga setiap tahun disusun APBN dan APBD Salah satu

penggunaan dana APBNAPBD adalah dalam bentuk penyertaan modal Negara pada

Persero danatau Perum serta Perseroan Terbatas tainnya yang digolongkan sebagai

Kekayaan Negara yang dipisahkan

Bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Negara yang dipisahkan (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN)

Artinya bahwa secara langsung maupun tidak langsung dapat dikatakan bahwa dalam

operasionalnya BUMN tetapi menggunalean APBN Malesud dan tujuan pendician

BUMN adalah untuk menyelenggaralean kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup

orang banyale

8 Keberatan tentang Penghitungan kerugian negara tidak dilakukan pihak yang

berwenang dan

9 Tentang pemyataan Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas

dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan outsourcing roll out customer

information system rencana induk sistem informasi (CIS-RISI) pada PT PLN

(persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat

bertentangan dengan laporan keuangan dan konsolldasi PT Perusahaan Iistrlk

negara (persero) No20BAuditama VGAlOS2006 tanggal31 Mel 2006 oleh Badan

Pemeriksa Keuangan

Pendapatbantahan Pelluntut Umum dalam PerluJra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

18

Bahwa keberatan tentang kewenangan Ahli BPKP dalam menghitung kerugian

keuangan Negara (Point 8) dan ada tidaknya kerugian keuangan Negara (point 9)

diatas bukan merupakan materi eksepsi melainkan tennasuk penilaian fakta yang akan

dibuktikan di persidangan

10 Keberatan tentang Unsur penyertaan (deeJneJDing) yang tidakjelas

Bahwa dalam rumusan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-l KUHP diatur tiga bentuR penyertaan

yaitu sebagai yang melakukan menyuruh melakukan dan turut serta melakukan

Dalam Surat Dakwaan baik rumusan unsur delik pada Dakwaan Primair maupun pada

Dakwaan SUbSi~ir Penuntut Umum telah menguraikan dengan jelas kualitas penyertaan

tersebut yaitu ~ Terdakwa baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melakukan atau turut

serta melakukan dengan Saksi Margo Santoso Fahmi Mochtar dan Gani Abdul Gani dan

uraian faktanya telah dikonstruksikan secara cennat jelas dan lengkap baik dalam dakwaan

primair maupun subsidiair

Bahwa untuk mengetahui kualitas Terdakwa dalam penyertaan tersebut apakah sebagai orang

yang melakukan atau turut serta melakukan tentulah harus dibuktikan dalam persidangan

Dengan demikian keberatan tentang hal ini bukan merupakan lingkup materi eksepsi

melainkan sudah memasuki materi pokok perkara yang akan dibuktikan dalam persidangan

selanjutnya

11 Keberatan tentang Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Bahwa Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Pennasalahan dan penerapan

KUHAP hal 274 menjelaskan ~~at hukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang

bebas tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak

menentukan sama sekali tidak mengikat hakim Hakim bebas untuk menilai

kesempurnaan dan kebenarannya Tergantung pada penilaian Hakim untuk

menganggapnya sempurna atau tidak Tidak ada keharusan bagi Hakim untuk

menerima kebenaran setiap keterangan saksi Hakim bebas menilai kekuatan atau

kebenaran yang melekat pada keterangan itu dan dapat menerima II atau

menyingkirkannya Lain halnya jika Undang-Undang sendiri telah menentukan

bahwa alat bukti kesaksian mempunyai sifat kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mementukan Jika seandainya Undang-Undang menentukan demikian Hakim tidak

boleh menilai kekuatan pembuktiannya Hakim secara bulat harus terikat untuk

mempergunakannya dalam putusan tidak lagi berwenang untuk menilainya secara

bebas i Bahwa keberatan mengenai adanya keterangan duCdari 123 orang saksi dalam berkas

perkara yang menurut pendapat Tim Penasihat Hukum tidak reI evan dengan

Pendapatbantahan Penlllltlit Umum dalam Perlalra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

19

pembuktian perbuatan terdakwa bukan merupakan lingkup eksepsi melainkan i

termasuk kewenangan hakim dalam melakukan penilaian terhadap keterangan saksishy

saksi apabila dihadirkan untuk memberikan keterangan di persidangan Penuntut

Umum tidak terikat untuk menghadirkan keseluruhan saksi yang dicantumkan dalam

berkas perkara tersebut dalam proses pembuktian Penuntut Umum memiliki

kewenangan untuk menghadirkan sebagian saksi jika telah yakin bahwa dakwaan

yang diajukan telah dapat dibuktikan Penilaian terhadap kualitas saksi dan

kepentingan untuk menghadirkannya di persidangan sebagai alat bukti saksi bukan

merupakan 1ingkup eksepsi

Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa keberatan yang diajukan o1eh

Penasihat Hukum terdakwa sebagaimana diuraikan dalam Bab II tersebut adalah tidak

beralasan sehingga sudah seharusnya dinyatakan ditolak atau dikesampingkan

Bahwa selanjutnya dalam Bab III Nota Keberatan Tim Penasihat Hukum telah

mengajukan materi keberatan tentang Surat Dakwaan Harus Dibatalkan dengan alasan

sebagai berikut

1 Surat dakwaan tidak jelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 62 sid 65 pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Perumusan surat dakwaan yang disusun o1eh Penuntut Umum secara subsidiairitas

tersebut tidak tepat karena perbua~ yang didakwakan terhadap terdakwa adalah

perbuatan yang berbeda dan masing-masing berdiri sendiri yaitu perbuatan yang

bersifat melawan hukum disatu pihak sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Tipikor

dan perbuatan yang bersifat menyalahgunakan wewenang dilain pihak sebagaimana

diatur dalam pasal 3 UU Tipikor oleh karena itu lebih tepat dakwaan kepada terdakwa

disusun secara a1ternatif Dengan demikian surat dakwaan yang disusun secara

subsidiairitas tersebut adalah tidak je1as sehingga harus dibatalkan

2 Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana

itu dilakukan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 65 sid 66 pOOa pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya tidak cermat menyebutkan waktu

tempus delicti tindak pidana itu dilakukan hal ini terlihat dalam dakwaan subsidiair

halam 14 baris ke-13 sid 14 pada hari dan tang gal yang tidak dapat ditentukan

h1lll11PQllbrmUlllrm PIIU1llJlt u_dlll_ Pwlll EDDIE WIDIONO SUWONDHO MaC

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 5: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

4

Oleh karena dalam Surat Dakwaan tidak ada dikatakan bahwa perjanjian tersebut batal

demi hukum atau tidak sab karena dibuat secara melawan hukum atau karena dibuat

dengan menyalahgunakan kewenangan kesempatan atau sarana yang ada padanya

karena jabatan atau kedudukan Maka perjanjian tersebut adalah perjanjian yang sah

dan Il1engikat PLN Disjaya dengan PT Netway Utama maka Surat Dakwaan Penuntut

Umum tersebut sepatutnya dinyatakan tidak dapat diterima

3 Perbuatan orang lain seolah-olah perbuatan terdakwa

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 14 sid 21 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa fakta-fakta yang dinyatakan dalam Surat Dakwaan menunjukkan besamya

peran dari Sunggu Anwar Aritonang (Direktur Niaga dan Pelayanan Pelanggan PT

PLN (Persero) mulai dari saat perundingan awal hingga negosiasi ulang menjelang

penanda tanganan kontrak oleh Fahmi Mochtar

Dengan tidak dijadikannya Sunggu Anwar Aritonang sebagai salah seorang tersangka

yang bersama-sama dengan Ir Eddie Widiono Suwondho MSc Margo Santoso dan

Fahmi Mochtar maka telah terjadi manipulasi berupa pengurangan terdakwa dalam

kasus ini Penyusunan dakwaan yang didasarkan pada fakta-fakta yang diroanipulasi

sebagaimana dimaksud mengakibatkan dakwaan tidak dapat diterima

4 Pelanggaran azas legalitas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 21 sId 24 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana korupsi Nomor LKTPKshy

24IKPKl122009 tanggal 28 Desember 2009 memang dinyatakan adanya kerugian

Negara sebesar Rp 45 Milyar tetapi secara pasti dapat dikatakan bahwa penghitungan

kerugian Negara tersebut tidak dilakukan sesuai dengan pertimbangan putusan

Mahkamah Konstitusi No 0031PUU-IV2006 tanggal25 Juti 2006

Bahwa pada saat diterbitkan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDikshy

10011112010 tanggal 23 Februari 2010 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor

SprinDik-1401IIIII201O tanggal 11 Maret 2010 yang antara berisi Dalam

pelaksanaan penyidikan dibantu oleh Tim Auditor kerugian Negara belum dihitung

oleh Ahli karena penghitungan kerugian Negara baru selesai pada tanggal16 Februari

2011 sesuai dengan Surat Deputi Bidang Investigasi Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan Nomor SR-176D6022011 Artinya ketika Eddie Widiono Suwondho

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perkara I EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

5

ditetapkan sebagai tersangka belum ada kerugian Negara yang dihitung berdasarkan

penghitungan yang dilakukan Ahli Dengan demikian saat penetapan Eddie Widiono

Suwondho sebagai tersangka belum ada perbuatan pidana yang dilakukan

Dalam Surat Dakwaan juga dinyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian uang

berdasarkan business Plan 2005middot2007 PT Netway UtamaPernyataan tersebut hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran

Bahwa oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan

tersebrlt hams dinyatakan tidak dapat diterima

5 Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal 64 tidak

dicantumkan dalam surat dakwaan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 24 sid 31 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa dari fakta-fakta yang ada terdapat rangkaian cerita yang digambarkan diatas

secara jelas dan terang benderang menunjukan adanya perbuatan berlanjut dalam surat

dakwaan namun tidak adanya penyebutan pasal 64 KUHAP sehingga surat dakwaan

telah disusun dengan tidak cermat

Surat dakwaan yang meletakkan terdakwa dalam posisi sentral pemberi perintah dan

penanggung jawab mengabaikan pembagian tugas antar dire~i sesuai ketentuan SI bull SefOlin ~

RUPS dan sifat tanggungjawab kolegial dari Direksi (s0aQiri2 dan bersama-sama)

Penyusunan surat dakwaan yang menyatakan bahwa semua tindakan Margo Santoso

dan Fahmi Mochtar berda~kaA peri~~ dari Terdakwa tetapi pada saat yang

bersamaan kedua orang tersebut dinyatakan sebagai orang yang bersama-sama

mel~anerbuatan pidana menunjukkan adanya ambigu dan ketidakterangan dalam

surat dakwaan yang disusun Penuntut Umum

6 Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangundangan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 31 sid 38 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa baik secara teoritis maupun Yuridis dapat disimpulkan Anggaran Dasar PT

PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal

12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan (SK) Direksi PT PLN (persero) Nomor

038Kl920DIRJI998 tentang Pengadaan Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK

Direksi PT PLN (Persero) Nomor 138KlOlODIRJ2002 tentang Pedoman

Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero)

Pendapatlxmtoltan PDlWltut U_ doam Pekara I EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

6

Nomor No 118KlOIOIDIRI2004 tentang Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT

PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor IOOKlOIOIDIRI2004

tentang Pengadaan BaranglJasa di PT PLN (Persero) jo SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 200KlOIOIDIRI2004 tentang Penjelasan Pedoman Pengadaan

BaranglJasa di Lingkungan PT PLN (persero) yang dijadikan dasar dakwaan

primair oleh Penuntut Umum bukan merupakan peraturan perundang-undangan

7 Keuangan PT PLN (persero) sebagai BUMN bukan merupakan keuangan negara

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 38 sId 42 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa pendapat Penuntut Umum keuangan PT PLN (Persero) merupakan bagian dari

keuangan negara adalah hal yang keliru dan tidak dapat dibenarkan baik secara teoritis

maupun yuridis Sebab secara Yuridis menurut UU perseroan terbatas (PT) bagi

BUMN berlaku ketentuan PTHal ini sejalan dengan Fatwa Mahkamah Armg

menyatakan asset BUMN bukanlah asset negara tetapi asset dari badan h~ itu

sendiri

8 Penghitungan kerugian negara tidak dllakukan pihak yang berwenang

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 42 sid 49 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa menurut ketentuan UU NoIS tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggung Jawab Keuangan Negara pasaJ 13 dan UU NoIS tahun 2006 pasal 8

ayat (3) disebutkan Badan yang berwenang melaporkan adanya indikasi kerugian

negaraldaerah danatau unsur pidana lainnya adalah BPK jadi bukan BPKP

Bahwa oleh karena penghitungan keuangan negara tidak dilakukan oleh lembaga

yang berwenang maka hasil penghitungannya tidak layak dipergunakan sebagai dasar

dakwaan sebingga dakwaan harus dinyatakan tidak dapat diterima

9 Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas dugaan tindak pidana

kompil aam pelllactaall outlouremg roD out eUltome IIlformattoll l)Item Il

induk sis tern informasi (CIS-RISI) pada PT PLN (persero) Distribusi Jakarta Raya

dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat bertentangan dengan laporan keuangan

dan konsolidasi PT Perusahaan Iistrik negara (persero) No20BAuditama

VGAlOS2006 tanggal31 Mei 2006 oleh Badan Pemeriksa Keuangan

7

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 49 sid 51 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa yang harus dijadikan dasar untuk menentukan adanya kerugian negara adalah

hasH audit BPIlt bukan audit BPKP Dalam laporan keuangan dan konsolidasi PT

Perusahaan Listrik Negara (Persero) No20BAuditama VGAl052006 tanggal 31

Mei 2006 oleh Badan Pemeriksan Keuangan Republik Indonesia BPK tidak pemah

berpendapat adanya kerugian negara dalam pelaksanaan pekerjaan roll out customer

information service system rencana induk sistem informasi pada PLN Disjaya BPK

berpendapat bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut belum optimal dan lebih bayar

sebesar Rp53096 M (hal 48-49) BPK juga tidak pernah berpendapat perlunya

dilakukan audit investigasi terhadap pelaksanaan pekeIjaan dimaksud karena memang

tidak diketemukan adanya kerugian negara

Bahwa secara jelas dan tegas laporan BPKP tentang proyek roll out CIS RISI yang

menyatakan terdapat adanya kelebihan bayar Rp4618903733659- sehingga

menimbulkan kerugian negara sejumlah dimaksud adalah sangat bertentangan dengan

laporan BPK Dakwaan yang menggunakan dasar penghitungan yang dibuat BPKP

yang notabene tidak memiliki kewenangan untuk menghitung adanya kerugian negara

yang bertentangan dengan laporan resmi BPK adalah dakwaan yang tidak sah dan

karenanya harus dinyatakan tidak dapat diterima

10 Unsur penyertaan (deelneming) yang tidakjelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya- halaman 51 sid 59 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa dalam surat dakwaan yang didakwakan oleh Penuntut Umum tidak jelas

kedudukan Ir Eddie Widiono Suwondho Msc Margo Santoso dan Fahmi Mochtar

sebagai orang yang melakukan perbuatan dan sekaligus menyuruh melakukan

perbuatan atau turut serta melakukan sebagaimana dimaksud oleh pasal 55 ayat (1)

ke-l KUHP Sehingga tidak ada perbuatan terdakwa bersama-sama dengan Margo

Santoso dan Fahmi Mochtar

11 Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 59 sid 62 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa adanya keterangan saksi an Lindasari Hendayani dan an Murtaqi Syamsudin

dimana keterangan kedua saksi tersebut secara pasti tidak ada kaitannya dengan

PendapatlbQlltahQII Penuntut Umum daJam Pelcara I EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

8

perkara yang didakwakan kepada terdakwa Keterangan kedua saksi ini tidak termasuk

dalam keterangan saksi yang dimaksud oleh pasal 1 ayat (26) dan ayat (27) Meskipun

keterangan - keterangan kedua saksi ini mengenai hal yang ia dengar sendiri dan

dialami sendiri oleh saksi tetapi apa yang didengar dan dial ami oleh kedua saksi ini

tidak ada hubungannya dengan perkara terdakwa Dengan demikian sepatutnya kalau

disimpulkan bahwa dakwaan terhadap terdakwa ini adalah dakwaan yang tidak dapat

diterima

Bahwa oleh karena materi keberatan dalam Bab II ini adalah mengenai Dakwaan

Tidak Dapat Diterima maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas keberatan

beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Nota Keberatan tersebut diatas terlebih dahulu perlu

kami uraikan tentang apa yang dimaksud dengan Dakwaan Tidak Dapat Diterima

Bahwa dakwaan tidak dapat diterima adalah salah satu alasan keberatan

sebagaimana ditentukan dalam pasal156 ayat (1) KUHAP Namun demikian KUHAP tidak

memberi penjelasan lebih lanajut tentang apa yang dimaksud dengan dakwaan tidak dapat

diterima dan bilamana pengajuan suatu keberatan dengan alasan yang demikian itu dapat

dikabulkan oleh Majelis Hakim Oleh karena KUHAP tidak memberikan penjelasan tentang

hal tersebut maka perlu dicari penjelasannya dati sumber hukum lain diantaranya melalui

doktrin yang telah dianut dan diakui dalam praktek peradilan

Bahwa terkait dengan hal tersebut PAF Lamintang dalam bukunya KUHAP dengan

Pembahasan Secara Yuridis Menurut Yurisprudensi dan llmu Pengetahuan Hukum Pidana

halaman 358-360 memberi penjelasan sebagai benkut

eksepsi yang mengatakan dakwaan tidak dapat diterima sebagaimana yang

dimaksud dalam rumusan pasal 156 ayat (1) KUHAP itu dapat dikemukakan oleh

Terdakwa atau oleh Penasihat Hukumnya apabia dakwaan yang telah dibuat oleh

Penuntut Umum itu ada hubungannya dengan ketidakwenangan dari Penuntut Umum

untuk melakukan penuntutan terhadap terdakwa

Tidak berwenangnya Penuntut Umum melakukan penuntutan terhadap terdakwa seperti

dimaksudkan di atas itu dapat berkenaan antara lain

a tidak adanya pengaduan dari orang yang berwenang mengadu menurut undangshy

undang mengenai terjadi suatu delik aduan seperti yang antara lain telah diatur

dalam pasal-pasaZ 284 ayat (2) 287 ayat (2) 293 ayat (2) 319 320 ayat (2) 321

ayat (3) 332 ayat (2) 335 ayat (2) 367 ayat (2) dan 369 ayat (2) KUHP

PendapatlbD1tahD1 Penuntul Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

9

b tidak sahnya pengaduan yang telah dipakai sebagai dasar oleh Penuntut Umum

untuk melakukan penuntutan terhadap Terdakwa karena bertentangan dengan

ketentuan-ketentuan seperti yang diatur dalam pasal-pasal 72 73 dan 74 KUHP

c tidak sahnya penuntutan dan Penuntut Umum karena pengaduan yang dipakai

sebagai dasar untuk melakukan penuntutan telah dicabut kembali oleh pengadu

sesuai dengan haknya yang diatur dalam pasal 75 KUHP

d tidak sahnya penuntutan oleh Penuntut Umum terhadap Terdakwa karena adanya

dasar-dasar yang meniadakan penuntutan antara lain seperti yang diatur dalam

1 Bab kesatu KUHP yakni dalam pasal 2 - pasal 5 dan pasal 7 - pasal 9

KUHP yang mengatur masalah ruang lingkup berlakunya undang-undang

pidana Indonesia

2 Bab kelima KUHP yakni dalam pasa 61 dan 62 KUHP yang menentukan

bahwa penerbit dan pencetak tidak dapat dituntut apabia pada barang

cetakan yang bersangkutan dicantumkan nama dan alamatnya serta pelaku

atau orang yang telah menyuruh mencetak diketahui atau diberitahukan

setelah mendapat teguran tentang kelalaiannya

3 Bab kedelapan KUHP yakni dalam pasal 82 KUHP yang mengatur batalnya

hak untuk melakukan penuntutan karena adanya penyelesaian di luaT proses

peradilan (afdoening buiten process) dalam pasal 76 KUHP yang mengatur

asas nebis in idem dengan menentukan bahwa tidak seorang pun dapat

dituntut untuk kedua kalinya apabila perbuatannya telah mendapat putusan

dari hakim Indonesia yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap

pasal 77 KUHP yang menentukan bahwa hak untuk melakukan penuntutan

menjadi hapus karena meninggalnya terdakwa dan pasal 78 KUHP yang

menentukan bahwa hak untuk melakukan penuntutan itu gugur karena

kedaluwarsa atau karena lewat waktu

Dengan memperhatikan doktrin tersebut di atas maka kami berpendapat bahwa

keberatan yang diajukan oleh Tim Penasihat Hukum dengan alasan dakwaan tidak dapat

diterima sebagaimana dikemukakan pada Bab II Nota Keberatannya tersebut menWljtikkan

bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memahami dengan benar tentang materi pengajuan

keberatan yang diatur dalam pasall56 ayat (1) KUHAP Dalam hal ini Tim Penasihat Hukum

tampaknya tidak dapat memilah hal-hal mana saja yang dapat dijadikan alasan pengajuan

keberatan sehingga terkesan bahwa Tim Penasihat Hukum bempaya Wltuk menarik materi

pokok perkara sebagai materi pengajuan keberatan Tentunya pengajuan keberatan yang

demikian itu hamslah ditolak atau dikesampingkan karena tidak memenuhi alasan yuridis

Pendapatlbantahan Pmuntut Umum dalam Perklua Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

10

sehingga pada prinsipnya tidak perlu kami tanggapi lebih Ian jut Namun demikian kami perlu

menyampaikan bantahan terhadap

1 Keberatan tentang Penuntut Umum melanggar Undang-Undang el

- Bahwa pencantuman kata terdakwa dalam Surat Perintah p~u tidaklah dapat

diartikan sebagai perbuatan melanggar undang-undang mengingat KUHAP tidak

memberikan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis mengenai format Surat Perintah

Penahanan dimaksud

Bahwa format Surat Perintah Penahanan merupakan Tata Laksana Administrasi

Pelimpahanmiddot Perkara ke Pengadilan yang merupakan bagian dari tugas pokok

Kejaksaan dalam bidang penuntutan sehingga dalam pelaksanaannya mempedomani

Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia (Kepja) Jalpoundsamiddot A~g ~ No5181A1JAl1112001 tanggal 01 Nopember 2001 tentang perubahan Kepja NoKepshy

132JAl1111994 tanggal 07 Nopember 1994 yang sampai hari ini masih berlaku di

seluruh Indonesia (vide halaman 238 dan 239 tentang Format SURAT PERINTAH i

PENAHANANIPENGALIHAN JENIS PENAHANAN (TINGKAT

PENUNTUTANraquo

Bahwa di dalam Kepja tersebut juga dicantumkan tabel petunjuk I cara pengisian

Format Surat Perintah Penahanan (vide halaman 240) yang mana salah satu dasar

hukum pengisian format Surat Perintah Penahanan tersebut adalah pasal 21 KUHAP

yang menyebutkan

Ayat (1) Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap

seorang tersangka atau terdakwa dst

Ayat (2) Penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik atau

penuntut umum terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan

surat perintah penahanan atau penetapan hakim yang mencantumkan

identitas tersangka atau terdakwa dengan menyebutkan alasan

penahanan dst

Bahwa apabila bunyi pasal 21 KUHAP khususnya ayat (2) tersebut dipahami dengan

seksama maka dapat dimengerti bahwa dalam proses penyidikan penyidik

berwenang melakukan tindakan penahanan terhadap tersangka sedangkan dalam

proses penuntutan penuntut umum berwenang melakukan tindakan penahanan

terhadap terdakwa dengan memberikan surat perintah penahanan Dengan

demikian setelah penyidik melimpahkan tersangka berikut berkas perkara dan barang

bukti kepada Penuntut Umum maka proses penanganan perkara memasuki tahap

penuntutan Dalam proses penunutan ini sesuai dengan bunyi pasal 21 ayat (2)

PendapatlbantahQll Penuntut U1IIIU7I dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

11

KUHAP tersebut berwenang melakukan penahanan terhadap terdakwa dengan

memberikan surat perintah penahanan Oleh karena itu pencantuman kata terdakwa

dalam surat perintah penahanan yang diberikan oleh Penuntut Umum KPK sudah tepat l

dan tidak melanggar ketentuan undang-undang sehingga tidak benar tuduhan Tim

Penasihat Hukum yang menyatakan bahwa Penuntut Umum pada KPK melakukan

perbuatan melanggar undang-undang karena mencantumkan kata terdakwa dalam

Surat Perintah Penahanan yang berpedoman pada Kepja tentang Administrasi Perkara

Tindak Pidana tersebut

2 Keberatan tentang Surat Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Ott CIS RISI

antara PT PLN Disjaya dengan PT Netway adalah perjanjian yang sah

Bahwa surat dakwaan yang disusun oleh penuntut umum adalah didasarkan pada

keterangan 123 orang saksi yang tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan Saksi

keterangan ahli surat-surat dan barang-barang bukti yang telah disita oleh penyidik

yang merupakan hasil penyidikan sebagaimana tercantum dalam berkas perkara

Nomor BP-2372011 tanggal19 Juli 2011

Dari hasil penyidikan ditemukan bukti-bukti yang kuat tentang adanya dugaan tindak

pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait perbuatan terdakwa dalam pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber dananya

berasal dari Pos Pengolahan Data dan Teknologi Informasi pada Anggaran PLN

(APLN) Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2006 termasuk bukti adanya Surat

Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Out CIS RISI antara PT PLN Disjaya dengan

PTNetway

Bahwa berdasarkan hasil penyidikan diperoleh kesimpulan bahwa penandatangan

surat perjanjian tersebut adalah terkait dengan rangkaian perbuatan terdakwa dalam

mewujudkan tindak pidana korupsi yang disangkakan kepadanya adanya sehingga

penandatangan surat perjanjian yang dianggap sebagai perbuatan hukum yang sah

secara perdata tidaklah serta merta menghilangkan pertanggung jawaban terdakwa

secara pidana Oleh karena pembuktian aspek pidana atas perbuatan terdakwa yang

didakwakan tersebut termasuk materi pokok perkara sehingga keberatan yang

demikian haruslah dikesampingkan atau ditolak

Sebagai bahan pertimbangan dibawah ini akan disampaikan Yurispudensi yang

menegaskan bahwa sekalipun seandainya berdasarkan penilaian Hakim perbuatan

terdakwa merupakan masalah perdata bukan berarti serta merta menghilangkan sifat

melawan hukumnya perbuatan pidana terdakwa sebagaimana pertimbangan Putusan

Pendapatlbantahan Penll1ltut Umum dalam Perkma Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

12

MA No lKKr1957 tanggal 8-5-1957 (vide Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah

Agung Republik Indonesia Cetakan Kedua Mahkamah Agung RI 1993 Hal 57)

yang menyatakan

Walaupun dalam suatu perkara terdapat dasar-dasar untuk memajukan gugatan terhadap terdakwa yang OOpat merupakan perkara perdata akan tetapi ini tidak berarti bahwa penuntut kasasi tidak dapat dituntut karena ia melakukan suatu tindak pidana dengan demikian perbuatan-perbuatan yang dilakukan dapat merupakan baik perkara piOOna maupun perkara perdata tersendiri

3 Keberatan tentang Perbuatan orang lain seolah-olah perbuatan terdakwa

Bahwa adanya fakta tentang perbuatan orang lain dalam mewujudkan tindak pidana

korupsi yang didakwakan kepada terdakwa dan orang lain tersebut belum ditetapkan

sebagai tersangka tidak berarti perkara atas nama terdakwa aquo tidak dapat diperiksa

di persidangan karena dalam Yurisprudensi MARl tanggal22 Nopember 1969 No7

KKr1969 dalam perkara atas nama 1 Robinson Pinem 2 OJ Oamanik 3 Pangulu

Siahaan menegaskan bahwa keberatan yang diajukan penuntut kasasi bahwa dalam

perkara in pelaku utamanya tiOOk diadili tidak dapat diterima karena untuk

memeriksa perkara terdakwa pengadilan tidak perlu menunggu diajukannya terlebih

dahulu pelaku Utama dalam perkara itu

Bahkan dalam perkembangan proses persidangan perkara aquo apabila ditemukan

peran-peran pihak lainnya maka tidak menutup kemungkinan ditetapkannya tersangka

barn 01eh karena itu pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang terjadi manipulasi

berupa pengurangan terdakwa dan wpang pilih dalam menentukan tersangka adalah

pemyataan tendensius yang menyesatkan Oengan demikian keberatan tentang tidak

ditetapkannya orang lain dalam kaitan dengan peranan mewujudkan tindak pidana

yang didakwakan kepada terdakwa bukan merupakan ruang lingkup eksepsi dan harus

dikesampingkan

4 Keberatan tentang Pelanggaran azas legalitas

Bahwa pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang penetapan Eddie Widiono

Suwondho sebagai tersangka belum ada kerugian Negara yang dihitung berdasarkan

penghitungan yang dilakukan Ahli sehingga dianggap melanggar asas legalitas adalah

menunjukkan bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memaham~ dengan benar

pengertian asas legalitas itu sendiri

- Asas legalitas lazim disebut dengan terminologi principle of legality

legaliteitbeginsel non-retroaktif de la legalite atau ex post facto laws

Ketentuan asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perkara lr EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

13

Pidana (KUHP) Indonesia yang berbunyi Tiada suatu peristiwa dapat dipidana selaro

dari kekuatan ketentuan undang-undang pidana yang mendabuluinya PAF

Lamintang dan C Djisman Samosir merumuskan dengan terminologi sebagai

Tiada suatu perbuatan dapat dihukum kecuali didasarkan pada ketentuan pi dana

menurut undang-undang yang telah diadakan Iebih dulu Mill Harnzah

menterjemahkan dengan terminologi Tiada suatu perbuatan (feit) yang dapat

dipidana selain berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang

mendabuluinya Dari terjemaban terminologi tersebut dapat dipabami babwa

pefumusan asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP mengandung makna asas lex

temporls delicti artinya undang-undang yang berlaku adalah undang-undang yang ada

pada saat delik terjadi atau disebut juga asas nonretroaktir yang melarang

pembedakuan surut suatu undang-undang pidana dan sanksi pi dana (nonretroactive

application ofcriminal laws and criminal sanctions) n

Berdasarkan uraian tentang pengertian asas legalitas diatas dihubungkan dengan surat

dakwaan penuntut umum maka dapat disimpulkan bahwa penetapan terdakwa sebagai

tersangka dengan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-l001III2010 tanggal

23 Februari 2010 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-1401lTIII201O

tanggalll Maret 2010 tidak melanggar asas legalitas karena

bull Undang-undang memberi kewenangan kepada penyidik untuk menetapkan

seseorang sebagai tersangka dengan dengan bukti permulaan yang cukup

bull Bahwa dengan bukti permulaan yang cukup tersebut penyidik meyakini adanya

perbuatan tindak pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber

dananya berasal dari Pos Pengolaban Data dan Teknologi Informasi pada

Anggaran PLN (APLN) Tabun 2004 sampai dengan Tabun 2006 sehingga

penyidik menetapkan terdakwa sebagai tersangka dengan sangkaan melanggar

ketentuan pasal 2 ayat (I) UU Nomor 31 Tabun 1999 jo UU Nomor 20 Tabun

2001

bull Babwa ketentuan pi dana yang dijadikan dasar penetapan terdakwa sebagai

tersangka tersebut sudab ada sebelum tindak pidana korupsi yang disangkakan itu

terjadi

Babwa Tim Penasihat Hukum telab keliru memabami makna asas legalitas dan

terkesan berupaya mengaburkan substansi surat dakwaan dengan cara mengkaitkan

mekanisme penetapan tersangka dengan pembuktian unsur kerugian negara yang salah

Pendapatlbantahan Perllllttut Umum dafam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

14

satu alat buktinya adalah surat berupa Laporan Hasil Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara yang dibuat oleh Ahli dari BPKP Bahkan kekeliruan itu semakin

nyata ketika Tim Penasihat Hukum mengutip pertimbangan dalam alinea pertama

halaman 72 putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No 003IPUU-IV2006 tanggal 25

Juli 2006 kemudian memberikan kesimpulan bahwa seolah-olah penetapan tersangka

belum dapat dilakukan jika haSil penghitungan kerugian negara belum dituangkan

dalam suatu laporan Kesimpulan yang demikian adalah menyesatkan karena tidak

demikian maksud dari pertimbangan putusan MK tersebut

bull Bahwa pertimbangan dalam putusan MK sebagaimana tercantum pada halaman 70

sampai dengan 73 adalah menyangkut kata dapat dalam Pasal 2 ayat (1) UU PTPK

yang pengertiannya dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (l) bahwa dengan

penambahan kata dapat tersebut menjadikan tindak pi dana korupsi dalam Pasal 2

ayat (1) a quo menjadi rumusan de1ik formil sehingga apakah dengan pengertian

tersebut frasa dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang

diartikan baik kerugian yang nyata (actual loss) maupun hanya yang bersifat potensial

atau berupa kemungkinan kerugian (potential loss) merupakan unsur yang tidak periu

dibuktikan atau harns dibuktikan Menurut pendapat MK sebagaimana dalam

pertimbangan putusan aquo unsur kerugian negara harns dibuktikan dan harns dapat

dihitung meskipun sebagai perkiraan atau meskipun belum terjadi Kesimpulan

demikian harns ditentukan oleh seorang ahli di bidangnya Faktor kerugian baik

secara nyata atau berupa kemungkinan dilihat sebagai hal yang memberatkan atau

meringankan dalam penjatuhan pid~ seb~gaimana diuraikan dalam Penjelasan Pasal

4 bahwa pengembalian kerugian negara hanya dapat dipandang sebagai faktor yang

meringankan Oleh karenanya persoalan kata dapat dalam Pasal 2middot ayat (1) UU

PTPK lebih merupakan persoalan pelaksanaan dalam praktik ole~ aparat penegak

hukum dan bukan menyangkut konstitusionalitas norma

Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa pertimbangan putusan MK tidak mengkaitkan

adanya suatu keharusan bahwa untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka harus

terlebih dahulu adanya penyampaian Laporan Penghitungan Kerugian Keuangan

Negara oleh Ahli kepada penyidik

- Bahwa dalam penetapan terdakwa sebagai tersangka secara substantif penyidik telah

meyakini adanya unsur kerugian negara karena sejak awal Ahli dari BPKP yang

dimintakan bantuannya telah melakukan proses penghitungan kerugian negara

sehingga persoalan penyampaian laporan tersebut hanyalah persoalan teknis dan untuk

mendukung alat bukti berupa surat yang akan digunakan dalam proses pembuktian di

persidangan Tim Penasihat Hukum telah mengakui adanya pencantuman kerugian

PendapatlbQfltahQfl PenWltllt Umum dalam Perwa 17 EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

15

negara sebesar Rp 45 Milyar dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana Korupsi yang

mana pencantuman jumlah kerugian negara bukanlah hasil rekaan penyidik melainkan

hasil pekerjaan audit yang dilakukan oleh AhU Oleh karena itu keberatan yang

diajukan oleh Tim Penasihat Hukum mengenai hal ini adalah keberatan yang

mengada-ada dan sudah seharusnya dikesampingkan dan tidak perlu dipertimoangkan

oleh Majelis Hakim

Bahwa Tim Penasihat Hukum dalam bagian keberatan ini juga mempersoalkan

tentang isi Surat Dakwaan yang menyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian

uang berdasarkan business Plan 2005-2007 PT Netway Utama adalah hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran Bahwa

oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan tersebut

hams dinyatakan tidak dapat diterima Keberatan yang demikian ini adalah

menyangkut penilaian terhadap fakta yang tentunya perlu dibuktikan di persidangan

Oleh karena itu tidak benar jika uraian fakta tentang penerimaan uang oleh terdakwa

dianggap sebagai melanggar asas legalitas

5 Keberatan tentang Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal

64 tidak dicantumkan dalam surat dakwaan

Bahwa sesuai Jurisprodensi MA No156 KlKrl1963 tanggal 28 April 1964 soal

perbuatan lanjutan atau voortgezette handeling itu hanyalah mengenai soal

penjatuhan hukuman (straftoematig) dan tidak mengenai pembebasan dari tuntutan

Berdasarkan yurisprudensi tersebut_~apat ditarik kesimpulan bahwa pencantuman

pasal 64 KUHP dalam surat dakwaan bukan merupakan alasan pengajuan keberatan

(eksepsi) melainkan termasuk lingkup penilaian fakta dalam proses pembuktian terkait

dengan pemberatan dalam penjatuhan hukuma~leh karena itu keberatan tersebut

harnslah dikesampingkan

6 Keberatan tentang Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangshy

undangan

Bahwa sesuai dengan Pasal 56 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan disebutkan bahwa Semua Keputusan Presiden

Keputusan Menteri Keputusan Gubernur Keputusan Bupatilwalikota atau keputusan

pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 yang sifatnya mengatur yang

sudah ada sebelum UU ini berlaku hams dibaca peraturan sepanjang tidak

bertentangan dengan UU ini

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daJam Perkara Ir EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

16

- Bahwa ketentuan pengadaan barang dan jasa di PT PLN dalam bentuk SK Direksi

PT PLN tidaklah berdiri sendiri akan tetapi peraturan tersebut lahir sebagai tunman

dari UU Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri sebagaimana tercantwn di

dalam konsideran SK Direksi tersebut yang mana pengaturan SK Direksi tersebut

dimaksud sebagai petunjuk teknis dalam pengadaan barang dan jasa di PT PLN

(Persero)

Bahwa pasal3 UU No19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan Terhadap BUMN berlaku Undang-Undang ini anggaran dasar dan ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya

- Bahwa dengan demikian Anggaran Dasar PT PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat

dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan

(SK) Direksi PT PLN (Persero) Nomor 038KJ9201DIRI1998 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor

138KJOI01DIRI2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan

Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor No 118KJOI0IDIRI2004 tentang

Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 1 OOKJO 1OIDIRI2004 tentang Pengadaan BarangJasa di PT PLN

(Persero) jo SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor 200KJOIOIDIRI2004 tentang

Penjelasan Pedoman Pengadaan BarangJasa di Lingkungan PT PLN (Persero)

adalah termasuk dalam katagori peraturan perundang-undangan Dengan demikian

keberatan tentang hal ini haruslah dikesampingkan

7 Keberatan tentang Keuangan PT PLN (Persero) sebagai BUMN bukan merupakan

keuangan Negara kami tanggapi sebagai berikut

- Bahwa keberatan tersebut adalah materi pokok perkara dan bukan termasuk dalam

ruang lingkup materi yang dapat diajukan sebagai keberatan (eksepsi) sebagaimana

yang diatur dalam Pasal156 (I) KUHAP dan seharusnya dikesampingkan

Bahwa namun demikian kami perlu tegaskan bahwa pendapat Tim Penasihat Hukum

yang menyatakan keuangan PLN bukan keuangan Negara adalah pendapat yang

keliru Sebab di dalam penjelasan atas UU Tipikor dengan tegas dinyatakan bahwa

keuangan negara yang dimaksud dalam UU Tipikor adalah seluruh kekayaan negara

dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya

segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena

berada dalam penguasaan pengurusan dan pertanggungjawaban BUMNIBUMD

yayasan badan hukum dan perusahaan yang menyewakan modal negara atau

Pendaputbantahan Penuntut Umum dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

17

perusahaan yang menyertalean modal pihale ketiga berdasarkan perjanjian dengan

Negara

Bahwa penjelasan tersebut sejalan pula dengan ketentuan UU No 17 Tahun 2003

Pasall angka 1 yang memberikan pengertian keuangan Negara adalah semua hale dan

kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

pelalesanaan hale dan kewajiban tersebut Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2

ditegaskan bahwa Keuangan Negara meliputi kekayaan Negarakekayaan daerah yang

dikelola sendiri atau oleh pihale lain berupa uang surat berharga piutang barang serta

hale-hale lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan

pada perusahaan Negaraperusahaan daerah

Bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara digunakan untuk mencapai

tujuan bemegara sehingga setiap tahun disusun APBN dan APBD Salah satu

penggunaan dana APBNAPBD adalah dalam bentuk penyertaan modal Negara pada

Persero danatau Perum serta Perseroan Terbatas tainnya yang digolongkan sebagai

Kekayaan Negara yang dipisahkan

Bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Negara yang dipisahkan (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN)

Artinya bahwa secara langsung maupun tidak langsung dapat dikatakan bahwa dalam

operasionalnya BUMN tetapi menggunalean APBN Malesud dan tujuan pendician

BUMN adalah untuk menyelenggaralean kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup

orang banyale

8 Keberatan tentang Penghitungan kerugian negara tidak dilakukan pihak yang

berwenang dan

9 Tentang pemyataan Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas

dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan outsourcing roll out customer

information system rencana induk sistem informasi (CIS-RISI) pada PT PLN

(persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat

bertentangan dengan laporan keuangan dan konsolldasi PT Perusahaan Iistrlk

negara (persero) No20BAuditama VGAlOS2006 tanggal31 Mel 2006 oleh Badan

Pemeriksa Keuangan

Pendapatbantahan Pelluntut Umum dalam PerluJra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

18

Bahwa keberatan tentang kewenangan Ahli BPKP dalam menghitung kerugian

keuangan Negara (Point 8) dan ada tidaknya kerugian keuangan Negara (point 9)

diatas bukan merupakan materi eksepsi melainkan tennasuk penilaian fakta yang akan

dibuktikan di persidangan

10 Keberatan tentang Unsur penyertaan (deeJneJDing) yang tidakjelas

Bahwa dalam rumusan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-l KUHP diatur tiga bentuR penyertaan

yaitu sebagai yang melakukan menyuruh melakukan dan turut serta melakukan

Dalam Surat Dakwaan baik rumusan unsur delik pada Dakwaan Primair maupun pada

Dakwaan SUbSi~ir Penuntut Umum telah menguraikan dengan jelas kualitas penyertaan

tersebut yaitu ~ Terdakwa baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melakukan atau turut

serta melakukan dengan Saksi Margo Santoso Fahmi Mochtar dan Gani Abdul Gani dan

uraian faktanya telah dikonstruksikan secara cennat jelas dan lengkap baik dalam dakwaan

primair maupun subsidiair

Bahwa untuk mengetahui kualitas Terdakwa dalam penyertaan tersebut apakah sebagai orang

yang melakukan atau turut serta melakukan tentulah harus dibuktikan dalam persidangan

Dengan demikian keberatan tentang hal ini bukan merupakan lingkup materi eksepsi

melainkan sudah memasuki materi pokok perkara yang akan dibuktikan dalam persidangan

selanjutnya

11 Keberatan tentang Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Bahwa Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Pennasalahan dan penerapan

KUHAP hal 274 menjelaskan ~~at hukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang

bebas tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak

menentukan sama sekali tidak mengikat hakim Hakim bebas untuk menilai

kesempurnaan dan kebenarannya Tergantung pada penilaian Hakim untuk

menganggapnya sempurna atau tidak Tidak ada keharusan bagi Hakim untuk

menerima kebenaran setiap keterangan saksi Hakim bebas menilai kekuatan atau

kebenaran yang melekat pada keterangan itu dan dapat menerima II atau

menyingkirkannya Lain halnya jika Undang-Undang sendiri telah menentukan

bahwa alat bukti kesaksian mempunyai sifat kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mementukan Jika seandainya Undang-Undang menentukan demikian Hakim tidak

boleh menilai kekuatan pembuktiannya Hakim secara bulat harus terikat untuk

mempergunakannya dalam putusan tidak lagi berwenang untuk menilainya secara

bebas i Bahwa keberatan mengenai adanya keterangan duCdari 123 orang saksi dalam berkas

perkara yang menurut pendapat Tim Penasihat Hukum tidak reI evan dengan

Pendapatbantahan Penlllltlit Umum dalam Perlalra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

19

pembuktian perbuatan terdakwa bukan merupakan lingkup eksepsi melainkan i

termasuk kewenangan hakim dalam melakukan penilaian terhadap keterangan saksishy

saksi apabila dihadirkan untuk memberikan keterangan di persidangan Penuntut

Umum tidak terikat untuk menghadirkan keseluruhan saksi yang dicantumkan dalam

berkas perkara tersebut dalam proses pembuktian Penuntut Umum memiliki

kewenangan untuk menghadirkan sebagian saksi jika telah yakin bahwa dakwaan

yang diajukan telah dapat dibuktikan Penilaian terhadap kualitas saksi dan

kepentingan untuk menghadirkannya di persidangan sebagai alat bukti saksi bukan

merupakan 1ingkup eksepsi

Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa keberatan yang diajukan o1eh

Penasihat Hukum terdakwa sebagaimana diuraikan dalam Bab II tersebut adalah tidak

beralasan sehingga sudah seharusnya dinyatakan ditolak atau dikesampingkan

Bahwa selanjutnya dalam Bab III Nota Keberatan Tim Penasihat Hukum telah

mengajukan materi keberatan tentang Surat Dakwaan Harus Dibatalkan dengan alasan

sebagai berikut

1 Surat dakwaan tidak jelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 62 sid 65 pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Perumusan surat dakwaan yang disusun o1eh Penuntut Umum secara subsidiairitas

tersebut tidak tepat karena perbua~ yang didakwakan terhadap terdakwa adalah

perbuatan yang berbeda dan masing-masing berdiri sendiri yaitu perbuatan yang

bersifat melawan hukum disatu pihak sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Tipikor

dan perbuatan yang bersifat menyalahgunakan wewenang dilain pihak sebagaimana

diatur dalam pasal 3 UU Tipikor oleh karena itu lebih tepat dakwaan kepada terdakwa

disusun secara a1ternatif Dengan demikian surat dakwaan yang disusun secara

subsidiairitas tersebut adalah tidak je1as sehingga harus dibatalkan

2 Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana

itu dilakukan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 65 sid 66 pOOa pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya tidak cermat menyebutkan waktu

tempus delicti tindak pidana itu dilakukan hal ini terlihat dalam dakwaan subsidiair

halam 14 baris ke-13 sid 14 pada hari dan tang gal yang tidak dapat ditentukan

h1lll11PQllbrmUlllrm PIIU1llJlt u_dlll_ Pwlll EDDIE WIDIONO SUWONDHO MaC

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 6: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

5

ditetapkan sebagai tersangka belum ada kerugian Negara yang dihitung berdasarkan

penghitungan yang dilakukan Ahli Dengan demikian saat penetapan Eddie Widiono

Suwondho sebagai tersangka belum ada perbuatan pidana yang dilakukan

Dalam Surat Dakwaan juga dinyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian uang

berdasarkan business Plan 2005middot2007 PT Netway UtamaPernyataan tersebut hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran

Bahwa oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan

tersebrlt hams dinyatakan tidak dapat diterima

5 Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal 64 tidak

dicantumkan dalam surat dakwaan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 24 sid 31 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa dari fakta-fakta yang ada terdapat rangkaian cerita yang digambarkan diatas

secara jelas dan terang benderang menunjukan adanya perbuatan berlanjut dalam surat

dakwaan namun tidak adanya penyebutan pasal 64 KUHAP sehingga surat dakwaan

telah disusun dengan tidak cermat

Surat dakwaan yang meletakkan terdakwa dalam posisi sentral pemberi perintah dan

penanggung jawab mengabaikan pembagian tugas antar dire~i sesuai ketentuan SI bull SefOlin ~

RUPS dan sifat tanggungjawab kolegial dari Direksi (s0aQiri2 dan bersama-sama)

Penyusunan surat dakwaan yang menyatakan bahwa semua tindakan Margo Santoso

dan Fahmi Mochtar berda~kaA peri~~ dari Terdakwa tetapi pada saat yang

bersamaan kedua orang tersebut dinyatakan sebagai orang yang bersama-sama

mel~anerbuatan pidana menunjukkan adanya ambigu dan ketidakterangan dalam

surat dakwaan yang disusun Penuntut Umum

6 Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangundangan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 31 sid 38 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa baik secara teoritis maupun Yuridis dapat disimpulkan Anggaran Dasar PT

PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal

12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan (SK) Direksi PT PLN (persero) Nomor

038Kl920DIRJI998 tentang Pengadaan Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK

Direksi PT PLN (Persero) Nomor 138KlOlODIRJ2002 tentang Pedoman

Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero)

Pendapatlxmtoltan PDlWltut U_ doam Pekara I EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

6

Nomor No 118KlOIOIDIRI2004 tentang Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT

PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor IOOKlOIOIDIRI2004

tentang Pengadaan BaranglJasa di PT PLN (Persero) jo SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 200KlOIOIDIRI2004 tentang Penjelasan Pedoman Pengadaan

BaranglJasa di Lingkungan PT PLN (persero) yang dijadikan dasar dakwaan

primair oleh Penuntut Umum bukan merupakan peraturan perundang-undangan

7 Keuangan PT PLN (persero) sebagai BUMN bukan merupakan keuangan negara

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 38 sId 42 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa pendapat Penuntut Umum keuangan PT PLN (Persero) merupakan bagian dari

keuangan negara adalah hal yang keliru dan tidak dapat dibenarkan baik secara teoritis

maupun yuridis Sebab secara Yuridis menurut UU perseroan terbatas (PT) bagi

BUMN berlaku ketentuan PTHal ini sejalan dengan Fatwa Mahkamah Armg

menyatakan asset BUMN bukanlah asset negara tetapi asset dari badan h~ itu

sendiri

8 Penghitungan kerugian negara tidak dllakukan pihak yang berwenang

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 42 sid 49 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa menurut ketentuan UU NoIS tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggung Jawab Keuangan Negara pasaJ 13 dan UU NoIS tahun 2006 pasal 8

ayat (3) disebutkan Badan yang berwenang melaporkan adanya indikasi kerugian

negaraldaerah danatau unsur pidana lainnya adalah BPK jadi bukan BPKP

Bahwa oleh karena penghitungan keuangan negara tidak dilakukan oleh lembaga

yang berwenang maka hasil penghitungannya tidak layak dipergunakan sebagai dasar

dakwaan sebingga dakwaan harus dinyatakan tidak dapat diterima

9 Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas dugaan tindak pidana

kompil aam pelllactaall outlouremg roD out eUltome IIlformattoll l)Item Il

induk sis tern informasi (CIS-RISI) pada PT PLN (persero) Distribusi Jakarta Raya

dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat bertentangan dengan laporan keuangan

dan konsolidasi PT Perusahaan Iistrik negara (persero) No20BAuditama

VGAlOS2006 tanggal31 Mei 2006 oleh Badan Pemeriksa Keuangan

7

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 49 sid 51 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa yang harus dijadikan dasar untuk menentukan adanya kerugian negara adalah

hasH audit BPIlt bukan audit BPKP Dalam laporan keuangan dan konsolidasi PT

Perusahaan Listrik Negara (Persero) No20BAuditama VGAl052006 tanggal 31

Mei 2006 oleh Badan Pemeriksan Keuangan Republik Indonesia BPK tidak pemah

berpendapat adanya kerugian negara dalam pelaksanaan pekerjaan roll out customer

information service system rencana induk sistem informasi pada PLN Disjaya BPK

berpendapat bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut belum optimal dan lebih bayar

sebesar Rp53096 M (hal 48-49) BPK juga tidak pernah berpendapat perlunya

dilakukan audit investigasi terhadap pelaksanaan pekeIjaan dimaksud karena memang

tidak diketemukan adanya kerugian negara

Bahwa secara jelas dan tegas laporan BPKP tentang proyek roll out CIS RISI yang

menyatakan terdapat adanya kelebihan bayar Rp4618903733659- sehingga

menimbulkan kerugian negara sejumlah dimaksud adalah sangat bertentangan dengan

laporan BPK Dakwaan yang menggunakan dasar penghitungan yang dibuat BPKP

yang notabene tidak memiliki kewenangan untuk menghitung adanya kerugian negara

yang bertentangan dengan laporan resmi BPK adalah dakwaan yang tidak sah dan

karenanya harus dinyatakan tidak dapat diterima

10 Unsur penyertaan (deelneming) yang tidakjelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya- halaman 51 sid 59 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa dalam surat dakwaan yang didakwakan oleh Penuntut Umum tidak jelas

kedudukan Ir Eddie Widiono Suwondho Msc Margo Santoso dan Fahmi Mochtar

sebagai orang yang melakukan perbuatan dan sekaligus menyuruh melakukan

perbuatan atau turut serta melakukan sebagaimana dimaksud oleh pasal 55 ayat (1)

ke-l KUHP Sehingga tidak ada perbuatan terdakwa bersama-sama dengan Margo

Santoso dan Fahmi Mochtar

11 Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 59 sid 62 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa adanya keterangan saksi an Lindasari Hendayani dan an Murtaqi Syamsudin

dimana keterangan kedua saksi tersebut secara pasti tidak ada kaitannya dengan

PendapatlbQlltahQII Penuntut Umum daJam Pelcara I EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

8

perkara yang didakwakan kepada terdakwa Keterangan kedua saksi ini tidak termasuk

dalam keterangan saksi yang dimaksud oleh pasal 1 ayat (26) dan ayat (27) Meskipun

keterangan - keterangan kedua saksi ini mengenai hal yang ia dengar sendiri dan

dialami sendiri oleh saksi tetapi apa yang didengar dan dial ami oleh kedua saksi ini

tidak ada hubungannya dengan perkara terdakwa Dengan demikian sepatutnya kalau

disimpulkan bahwa dakwaan terhadap terdakwa ini adalah dakwaan yang tidak dapat

diterima

Bahwa oleh karena materi keberatan dalam Bab II ini adalah mengenai Dakwaan

Tidak Dapat Diterima maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas keberatan

beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Nota Keberatan tersebut diatas terlebih dahulu perlu

kami uraikan tentang apa yang dimaksud dengan Dakwaan Tidak Dapat Diterima

Bahwa dakwaan tidak dapat diterima adalah salah satu alasan keberatan

sebagaimana ditentukan dalam pasal156 ayat (1) KUHAP Namun demikian KUHAP tidak

memberi penjelasan lebih lanajut tentang apa yang dimaksud dengan dakwaan tidak dapat

diterima dan bilamana pengajuan suatu keberatan dengan alasan yang demikian itu dapat

dikabulkan oleh Majelis Hakim Oleh karena KUHAP tidak memberikan penjelasan tentang

hal tersebut maka perlu dicari penjelasannya dati sumber hukum lain diantaranya melalui

doktrin yang telah dianut dan diakui dalam praktek peradilan

Bahwa terkait dengan hal tersebut PAF Lamintang dalam bukunya KUHAP dengan

Pembahasan Secara Yuridis Menurut Yurisprudensi dan llmu Pengetahuan Hukum Pidana

halaman 358-360 memberi penjelasan sebagai benkut

eksepsi yang mengatakan dakwaan tidak dapat diterima sebagaimana yang

dimaksud dalam rumusan pasal 156 ayat (1) KUHAP itu dapat dikemukakan oleh

Terdakwa atau oleh Penasihat Hukumnya apabia dakwaan yang telah dibuat oleh

Penuntut Umum itu ada hubungannya dengan ketidakwenangan dari Penuntut Umum

untuk melakukan penuntutan terhadap terdakwa

Tidak berwenangnya Penuntut Umum melakukan penuntutan terhadap terdakwa seperti

dimaksudkan di atas itu dapat berkenaan antara lain

a tidak adanya pengaduan dari orang yang berwenang mengadu menurut undangshy

undang mengenai terjadi suatu delik aduan seperti yang antara lain telah diatur

dalam pasal-pasaZ 284 ayat (2) 287 ayat (2) 293 ayat (2) 319 320 ayat (2) 321

ayat (3) 332 ayat (2) 335 ayat (2) 367 ayat (2) dan 369 ayat (2) KUHP

PendapatlbD1tahD1 Penuntul Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

9

b tidak sahnya pengaduan yang telah dipakai sebagai dasar oleh Penuntut Umum

untuk melakukan penuntutan terhadap Terdakwa karena bertentangan dengan

ketentuan-ketentuan seperti yang diatur dalam pasal-pasal 72 73 dan 74 KUHP

c tidak sahnya penuntutan dan Penuntut Umum karena pengaduan yang dipakai

sebagai dasar untuk melakukan penuntutan telah dicabut kembali oleh pengadu

sesuai dengan haknya yang diatur dalam pasal 75 KUHP

d tidak sahnya penuntutan oleh Penuntut Umum terhadap Terdakwa karena adanya

dasar-dasar yang meniadakan penuntutan antara lain seperti yang diatur dalam

1 Bab kesatu KUHP yakni dalam pasal 2 - pasal 5 dan pasal 7 - pasal 9

KUHP yang mengatur masalah ruang lingkup berlakunya undang-undang

pidana Indonesia

2 Bab kelima KUHP yakni dalam pasa 61 dan 62 KUHP yang menentukan

bahwa penerbit dan pencetak tidak dapat dituntut apabia pada barang

cetakan yang bersangkutan dicantumkan nama dan alamatnya serta pelaku

atau orang yang telah menyuruh mencetak diketahui atau diberitahukan

setelah mendapat teguran tentang kelalaiannya

3 Bab kedelapan KUHP yakni dalam pasal 82 KUHP yang mengatur batalnya

hak untuk melakukan penuntutan karena adanya penyelesaian di luaT proses

peradilan (afdoening buiten process) dalam pasal 76 KUHP yang mengatur

asas nebis in idem dengan menentukan bahwa tidak seorang pun dapat

dituntut untuk kedua kalinya apabila perbuatannya telah mendapat putusan

dari hakim Indonesia yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap

pasal 77 KUHP yang menentukan bahwa hak untuk melakukan penuntutan

menjadi hapus karena meninggalnya terdakwa dan pasal 78 KUHP yang

menentukan bahwa hak untuk melakukan penuntutan itu gugur karena

kedaluwarsa atau karena lewat waktu

Dengan memperhatikan doktrin tersebut di atas maka kami berpendapat bahwa

keberatan yang diajukan oleh Tim Penasihat Hukum dengan alasan dakwaan tidak dapat

diterima sebagaimana dikemukakan pada Bab II Nota Keberatannya tersebut menWljtikkan

bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memahami dengan benar tentang materi pengajuan

keberatan yang diatur dalam pasall56 ayat (1) KUHAP Dalam hal ini Tim Penasihat Hukum

tampaknya tidak dapat memilah hal-hal mana saja yang dapat dijadikan alasan pengajuan

keberatan sehingga terkesan bahwa Tim Penasihat Hukum bempaya Wltuk menarik materi

pokok perkara sebagai materi pengajuan keberatan Tentunya pengajuan keberatan yang

demikian itu hamslah ditolak atau dikesampingkan karena tidak memenuhi alasan yuridis

Pendapatlbantahan Pmuntut Umum dalam Perklua Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

10

sehingga pada prinsipnya tidak perlu kami tanggapi lebih Ian jut Namun demikian kami perlu

menyampaikan bantahan terhadap

1 Keberatan tentang Penuntut Umum melanggar Undang-Undang el

- Bahwa pencantuman kata terdakwa dalam Surat Perintah p~u tidaklah dapat

diartikan sebagai perbuatan melanggar undang-undang mengingat KUHAP tidak

memberikan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis mengenai format Surat Perintah

Penahanan dimaksud

Bahwa format Surat Perintah Penahanan merupakan Tata Laksana Administrasi

Pelimpahanmiddot Perkara ke Pengadilan yang merupakan bagian dari tugas pokok

Kejaksaan dalam bidang penuntutan sehingga dalam pelaksanaannya mempedomani

Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia (Kepja) Jalpoundsamiddot A~g ~ No5181A1JAl1112001 tanggal 01 Nopember 2001 tentang perubahan Kepja NoKepshy

132JAl1111994 tanggal 07 Nopember 1994 yang sampai hari ini masih berlaku di

seluruh Indonesia (vide halaman 238 dan 239 tentang Format SURAT PERINTAH i

PENAHANANIPENGALIHAN JENIS PENAHANAN (TINGKAT

PENUNTUTANraquo

Bahwa di dalam Kepja tersebut juga dicantumkan tabel petunjuk I cara pengisian

Format Surat Perintah Penahanan (vide halaman 240) yang mana salah satu dasar

hukum pengisian format Surat Perintah Penahanan tersebut adalah pasal 21 KUHAP

yang menyebutkan

Ayat (1) Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap

seorang tersangka atau terdakwa dst

Ayat (2) Penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik atau

penuntut umum terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan

surat perintah penahanan atau penetapan hakim yang mencantumkan

identitas tersangka atau terdakwa dengan menyebutkan alasan

penahanan dst

Bahwa apabila bunyi pasal 21 KUHAP khususnya ayat (2) tersebut dipahami dengan

seksama maka dapat dimengerti bahwa dalam proses penyidikan penyidik

berwenang melakukan tindakan penahanan terhadap tersangka sedangkan dalam

proses penuntutan penuntut umum berwenang melakukan tindakan penahanan

terhadap terdakwa dengan memberikan surat perintah penahanan Dengan

demikian setelah penyidik melimpahkan tersangka berikut berkas perkara dan barang

bukti kepada Penuntut Umum maka proses penanganan perkara memasuki tahap

penuntutan Dalam proses penunutan ini sesuai dengan bunyi pasal 21 ayat (2)

PendapatlbantahQll Penuntut U1IIIU7I dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

11

KUHAP tersebut berwenang melakukan penahanan terhadap terdakwa dengan

memberikan surat perintah penahanan Oleh karena itu pencantuman kata terdakwa

dalam surat perintah penahanan yang diberikan oleh Penuntut Umum KPK sudah tepat l

dan tidak melanggar ketentuan undang-undang sehingga tidak benar tuduhan Tim

Penasihat Hukum yang menyatakan bahwa Penuntut Umum pada KPK melakukan

perbuatan melanggar undang-undang karena mencantumkan kata terdakwa dalam

Surat Perintah Penahanan yang berpedoman pada Kepja tentang Administrasi Perkara

Tindak Pidana tersebut

2 Keberatan tentang Surat Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Ott CIS RISI

antara PT PLN Disjaya dengan PT Netway adalah perjanjian yang sah

Bahwa surat dakwaan yang disusun oleh penuntut umum adalah didasarkan pada

keterangan 123 orang saksi yang tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan Saksi

keterangan ahli surat-surat dan barang-barang bukti yang telah disita oleh penyidik

yang merupakan hasil penyidikan sebagaimana tercantum dalam berkas perkara

Nomor BP-2372011 tanggal19 Juli 2011

Dari hasil penyidikan ditemukan bukti-bukti yang kuat tentang adanya dugaan tindak

pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait perbuatan terdakwa dalam pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber dananya

berasal dari Pos Pengolahan Data dan Teknologi Informasi pada Anggaran PLN

(APLN) Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2006 termasuk bukti adanya Surat

Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Out CIS RISI antara PT PLN Disjaya dengan

PTNetway

Bahwa berdasarkan hasil penyidikan diperoleh kesimpulan bahwa penandatangan

surat perjanjian tersebut adalah terkait dengan rangkaian perbuatan terdakwa dalam

mewujudkan tindak pidana korupsi yang disangkakan kepadanya adanya sehingga

penandatangan surat perjanjian yang dianggap sebagai perbuatan hukum yang sah

secara perdata tidaklah serta merta menghilangkan pertanggung jawaban terdakwa

secara pidana Oleh karena pembuktian aspek pidana atas perbuatan terdakwa yang

didakwakan tersebut termasuk materi pokok perkara sehingga keberatan yang

demikian haruslah dikesampingkan atau ditolak

Sebagai bahan pertimbangan dibawah ini akan disampaikan Yurispudensi yang

menegaskan bahwa sekalipun seandainya berdasarkan penilaian Hakim perbuatan

terdakwa merupakan masalah perdata bukan berarti serta merta menghilangkan sifat

melawan hukumnya perbuatan pidana terdakwa sebagaimana pertimbangan Putusan

Pendapatlbantahan Penll1ltut Umum dalam Perkma Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

12

MA No lKKr1957 tanggal 8-5-1957 (vide Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah

Agung Republik Indonesia Cetakan Kedua Mahkamah Agung RI 1993 Hal 57)

yang menyatakan

Walaupun dalam suatu perkara terdapat dasar-dasar untuk memajukan gugatan terhadap terdakwa yang OOpat merupakan perkara perdata akan tetapi ini tidak berarti bahwa penuntut kasasi tidak dapat dituntut karena ia melakukan suatu tindak pidana dengan demikian perbuatan-perbuatan yang dilakukan dapat merupakan baik perkara piOOna maupun perkara perdata tersendiri

3 Keberatan tentang Perbuatan orang lain seolah-olah perbuatan terdakwa

Bahwa adanya fakta tentang perbuatan orang lain dalam mewujudkan tindak pidana

korupsi yang didakwakan kepada terdakwa dan orang lain tersebut belum ditetapkan

sebagai tersangka tidak berarti perkara atas nama terdakwa aquo tidak dapat diperiksa

di persidangan karena dalam Yurisprudensi MARl tanggal22 Nopember 1969 No7

KKr1969 dalam perkara atas nama 1 Robinson Pinem 2 OJ Oamanik 3 Pangulu

Siahaan menegaskan bahwa keberatan yang diajukan penuntut kasasi bahwa dalam

perkara in pelaku utamanya tiOOk diadili tidak dapat diterima karena untuk

memeriksa perkara terdakwa pengadilan tidak perlu menunggu diajukannya terlebih

dahulu pelaku Utama dalam perkara itu

Bahkan dalam perkembangan proses persidangan perkara aquo apabila ditemukan

peran-peran pihak lainnya maka tidak menutup kemungkinan ditetapkannya tersangka

barn 01eh karena itu pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang terjadi manipulasi

berupa pengurangan terdakwa dan wpang pilih dalam menentukan tersangka adalah

pemyataan tendensius yang menyesatkan Oengan demikian keberatan tentang tidak

ditetapkannya orang lain dalam kaitan dengan peranan mewujudkan tindak pidana

yang didakwakan kepada terdakwa bukan merupakan ruang lingkup eksepsi dan harus

dikesampingkan

4 Keberatan tentang Pelanggaran azas legalitas

Bahwa pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang penetapan Eddie Widiono

Suwondho sebagai tersangka belum ada kerugian Negara yang dihitung berdasarkan

penghitungan yang dilakukan Ahli sehingga dianggap melanggar asas legalitas adalah

menunjukkan bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memaham~ dengan benar

pengertian asas legalitas itu sendiri

- Asas legalitas lazim disebut dengan terminologi principle of legality

legaliteitbeginsel non-retroaktif de la legalite atau ex post facto laws

Ketentuan asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perkara lr EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

13

Pidana (KUHP) Indonesia yang berbunyi Tiada suatu peristiwa dapat dipidana selaro

dari kekuatan ketentuan undang-undang pidana yang mendabuluinya PAF

Lamintang dan C Djisman Samosir merumuskan dengan terminologi sebagai

Tiada suatu perbuatan dapat dihukum kecuali didasarkan pada ketentuan pi dana

menurut undang-undang yang telah diadakan Iebih dulu Mill Harnzah

menterjemahkan dengan terminologi Tiada suatu perbuatan (feit) yang dapat

dipidana selain berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang

mendabuluinya Dari terjemaban terminologi tersebut dapat dipabami babwa

pefumusan asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP mengandung makna asas lex

temporls delicti artinya undang-undang yang berlaku adalah undang-undang yang ada

pada saat delik terjadi atau disebut juga asas nonretroaktir yang melarang

pembedakuan surut suatu undang-undang pidana dan sanksi pi dana (nonretroactive

application ofcriminal laws and criminal sanctions) n

Berdasarkan uraian tentang pengertian asas legalitas diatas dihubungkan dengan surat

dakwaan penuntut umum maka dapat disimpulkan bahwa penetapan terdakwa sebagai

tersangka dengan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-l001III2010 tanggal

23 Februari 2010 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-1401lTIII201O

tanggalll Maret 2010 tidak melanggar asas legalitas karena

bull Undang-undang memberi kewenangan kepada penyidik untuk menetapkan

seseorang sebagai tersangka dengan dengan bukti permulaan yang cukup

bull Bahwa dengan bukti permulaan yang cukup tersebut penyidik meyakini adanya

perbuatan tindak pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber

dananya berasal dari Pos Pengolaban Data dan Teknologi Informasi pada

Anggaran PLN (APLN) Tabun 2004 sampai dengan Tabun 2006 sehingga

penyidik menetapkan terdakwa sebagai tersangka dengan sangkaan melanggar

ketentuan pasal 2 ayat (I) UU Nomor 31 Tabun 1999 jo UU Nomor 20 Tabun

2001

bull Babwa ketentuan pi dana yang dijadikan dasar penetapan terdakwa sebagai

tersangka tersebut sudab ada sebelum tindak pidana korupsi yang disangkakan itu

terjadi

Babwa Tim Penasihat Hukum telab keliru memabami makna asas legalitas dan

terkesan berupaya mengaburkan substansi surat dakwaan dengan cara mengkaitkan

mekanisme penetapan tersangka dengan pembuktian unsur kerugian negara yang salah

Pendapatlbantahan Perllllttut Umum dafam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

14

satu alat buktinya adalah surat berupa Laporan Hasil Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara yang dibuat oleh Ahli dari BPKP Bahkan kekeliruan itu semakin

nyata ketika Tim Penasihat Hukum mengutip pertimbangan dalam alinea pertama

halaman 72 putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No 003IPUU-IV2006 tanggal 25

Juli 2006 kemudian memberikan kesimpulan bahwa seolah-olah penetapan tersangka

belum dapat dilakukan jika haSil penghitungan kerugian negara belum dituangkan

dalam suatu laporan Kesimpulan yang demikian adalah menyesatkan karena tidak

demikian maksud dari pertimbangan putusan MK tersebut

bull Bahwa pertimbangan dalam putusan MK sebagaimana tercantum pada halaman 70

sampai dengan 73 adalah menyangkut kata dapat dalam Pasal 2 ayat (1) UU PTPK

yang pengertiannya dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (l) bahwa dengan

penambahan kata dapat tersebut menjadikan tindak pi dana korupsi dalam Pasal 2

ayat (1) a quo menjadi rumusan de1ik formil sehingga apakah dengan pengertian

tersebut frasa dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang

diartikan baik kerugian yang nyata (actual loss) maupun hanya yang bersifat potensial

atau berupa kemungkinan kerugian (potential loss) merupakan unsur yang tidak periu

dibuktikan atau harns dibuktikan Menurut pendapat MK sebagaimana dalam

pertimbangan putusan aquo unsur kerugian negara harns dibuktikan dan harns dapat

dihitung meskipun sebagai perkiraan atau meskipun belum terjadi Kesimpulan

demikian harns ditentukan oleh seorang ahli di bidangnya Faktor kerugian baik

secara nyata atau berupa kemungkinan dilihat sebagai hal yang memberatkan atau

meringankan dalam penjatuhan pid~ seb~gaimana diuraikan dalam Penjelasan Pasal

4 bahwa pengembalian kerugian negara hanya dapat dipandang sebagai faktor yang

meringankan Oleh karenanya persoalan kata dapat dalam Pasal 2middot ayat (1) UU

PTPK lebih merupakan persoalan pelaksanaan dalam praktik ole~ aparat penegak

hukum dan bukan menyangkut konstitusionalitas norma

Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa pertimbangan putusan MK tidak mengkaitkan

adanya suatu keharusan bahwa untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka harus

terlebih dahulu adanya penyampaian Laporan Penghitungan Kerugian Keuangan

Negara oleh Ahli kepada penyidik

- Bahwa dalam penetapan terdakwa sebagai tersangka secara substantif penyidik telah

meyakini adanya unsur kerugian negara karena sejak awal Ahli dari BPKP yang

dimintakan bantuannya telah melakukan proses penghitungan kerugian negara

sehingga persoalan penyampaian laporan tersebut hanyalah persoalan teknis dan untuk

mendukung alat bukti berupa surat yang akan digunakan dalam proses pembuktian di

persidangan Tim Penasihat Hukum telah mengakui adanya pencantuman kerugian

PendapatlbQfltahQfl PenWltllt Umum dalam Perwa 17 EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

15

negara sebesar Rp 45 Milyar dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana Korupsi yang

mana pencantuman jumlah kerugian negara bukanlah hasil rekaan penyidik melainkan

hasil pekerjaan audit yang dilakukan oleh AhU Oleh karena itu keberatan yang

diajukan oleh Tim Penasihat Hukum mengenai hal ini adalah keberatan yang

mengada-ada dan sudah seharusnya dikesampingkan dan tidak perlu dipertimoangkan

oleh Majelis Hakim

Bahwa Tim Penasihat Hukum dalam bagian keberatan ini juga mempersoalkan

tentang isi Surat Dakwaan yang menyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian

uang berdasarkan business Plan 2005-2007 PT Netway Utama adalah hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran Bahwa

oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan tersebut

hams dinyatakan tidak dapat diterima Keberatan yang demikian ini adalah

menyangkut penilaian terhadap fakta yang tentunya perlu dibuktikan di persidangan

Oleh karena itu tidak benar jika uraian fakta tentang penerimaan uang oleh terdakwa

dianggap sebagai melanggar asas legalitas

5 Keberatan tentang Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal

64 tidak dicantumkan dalam surat dakwaan

Bahwa sesuai Jurisprodensi MA No156 KlKrl1963 tanggal 28 April 1964 soal

perbuatan lanjutan atau voortgezette handeling itu hanyalah mengenai soal

penjatuhan hukuman (straftoematig) dan tidak mengenai pembebasan dari tuntutan

Berdasarkan yurisprudensi tersebut_~apat ditarik kesimpulan bahwa pencantuman

pasal 64 KUHP dalam surat dakwaan bukan merupakan alasan pengajuan keberatan

(eksepsi) melainkan termasuk lingkup penilaian fakta dalam proses pembuktian terkait

dengan pemberatan dalam penjatuhan hukuma~leh karena itu keberatan tersebut

harnslah dikesampingkan

6 Keberatan tentang Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangshy

undangan

Bahwa sesuai dengan Pasal 56 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan disebutkan bahwa Semua Keputusan Presiden

Keputusan Menteri Keputusan Gubernur Keputusan Bupatilwalikota atau keputusan

pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 yang sifatnya mengatur yang

sudah ada sebelum UU ini berlaku hams dibaca peraturan sepanjang tidak

bertentangan dengan UU ini

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daJam Perkara Ir EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

16

- Bahwa ketentuan pengadaan barang dan jasa di PT PLN dalam bentuk SK Direksi

PT PLN tidaklah berdiri sendiri akan tetapi peraturan tersebut lahir sebagai tunman

dari UU Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri sebagaimana tercantwn di

dalam konsideran SK Direksi tersebut yang mana pengaturan SK Direksi tersebut

dimaksud sebagai petunjuk teknis dalam pengadaan barang dan jasa di PT PLN

(Persero)

Bahwa pasal3 UU No19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan Terhadap BUMN berlaku Undang-Undang ini anggaran dasar dan ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya

- Bahwa dengan demikian Anggaran Dasar PT PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat

dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan

(SK) Direksi PT PLN (Persero) Nomor 038KJ9201DIRI1998 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor

138KJOI01DIRI2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan

Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor No 118KJOI0IDIRI2004 tentang

Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 1 OOKJO 1OIDIRI2004 tentang Pengadaan BarangJasa di PT PLN

(Persero) jo SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor 200KJOIOIDIRI2004 tentang

Penjelasan Pedoman Pengadaan BarangJasa di Lingkungan PT PLN (Persero)

adalah termasuk dalam katagori peraturan perundang-undangan Dengan demikian

keberatan tentang hal ini haruslah dikesampingkan

7 Keberatan tentang Keuangan PT PLN (Persero) sebagai BUMN bukan merupakan

keuangan Negara kami tanggapi sebagai berikut

- Bahwa keberatan tersebut adalah materi pokok perkara dan bukan termasuk dalam

ruang lingkup materi yang dapat diajukan sebagai keberatan (eksepsi) sebagaimana

yang diatur dalam Pasal156 (I) KUHAP dan seharusnya dikesampingkan

Bahwa namun demikian kami perlu tegaskan bahwa pendapat Tim Penasihat Hukum

yang menyatakan keuangan PLN bukan keuangan Negara adalah pendapat yang

keliru Sebab di dalam penjelasan atas UU Tipikor dengan tegas dinyatakan bahwa

keuangan negara yang dimaksud dalam UU Tipikor adalah seluruh kekayaan negara

dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya

segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena

berada dalam penguasaan pengurusan dan pertanggungjawaban BUMNIBUMD

yayasan badan hukum dan perusahaan yang menyewakan modal negara atau

Pendaputbantahan Penuntut Umum dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

17

perusahaan yang menyertalean modal pihale ketiga berdasarkan perjanjian dengan

Negara

Bahwa penjelasan tersebut sejalan pula dengan ketentuan UU No 17 Tahun 2003

Pasall angka 1 yang memberikan pengertian keuangan Negara adalah semua hale dan

kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

pelalesanaan hale dan kewajiban tersebut Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2

ditegaskan bahwa Keuangan Negara meliputi kekayaan Negarakekayaan daerah yang

dikelola sendiri atau oleh pihale lain berupa uang surat berharga piutang barang serta

hale-hale lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan

pada perusahaan Negaraperusahaan daerah

Bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara digunakan untuk mencapai

tujuan bemegara sehingga setiap tahun disusun APBN dan APBD Salah satu

penggunaan dana APBNAPBD adalah dalam bentuk penyertaan modal Negara pada

Persero danatau Perum serta Perseroan Terbatas tainnya yang digolongkan sebagai

Kekayaan Negara yang dipisahkan

Bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Negara yang dipisahkan (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN)

Artinya bahwa secara langsung maupun tidak langsung dapat dikatakan bahwa dalam

operasionalnya BUMN tetapi menggunalean APBN Malesud dan tujuan pendician

BUMN adalah untuk menyelenggaralean kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup

orang banyale

8 Keberatan tentang Penghitungan kerugian negara tidak dilakukan pihak yang

berwenang dan

9 Tentang pemyataan Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas

dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan outsourcing roll out customer

information system rencana induk sistem informasi (CIS-RISI) pada PT PLN

(persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat

bertentangan dengan laporan keuangan dan konsolldasi PT Perusahaan Iistrlk

negara (persero) No20BAuditama VGAlOS2006 tanggal31 Mel 2006 oleh Badan

Pemeriksa Keuangan

Pendapatbantahan Pelluntut Umum dalam PerluJra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

18

Bahwa keberatan tentang kewenangan Ahli BPKP dalam menghitung kerugian

keuangan Negara (Point 8) dan ada tidaknya kerugian keuangan Negara (point 9)

diatas bukan merupakan materi eksepsi melainkan tennasuk penilaian fakta yang akan

dibuktikan di persidangan

10 Keberatan tentang Unsur penyertaan (deeJneJDing) yang tidakjelas

Bahwa dalam rumusan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-l KUHP diatur tiga bentuR penyertaan

yaitu sebagai yang melakukan menyuruh melakukan dan turut serta melakukan

Dalam Surat Dakwaan baik rumusan unsur delik pada Dakwaan Primair maupun pada

Dakwaan SUbSi~ir Penuntut Umum telah menguraikan dengan jelas kualitas penyertaan

tersebut yaitu ~ Terdakwa baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melakukan atau turut

serta melakukan dengan Saksi Margo Santoso Fahmi Mochtar dan Gani Abdul Gani dan

uraian faktanya telah dikonstruksikan secara cennat jelas dan lengkap baik dalam dakwaan

primair maupun subsidiair

Bahwa untuk mengetahui kualitas Terdakwa dalam penyertaan tersebut apakah sebagai orang

yang melakukan atau turut serta melakukan tentulah harus dibuktikan dalam persidangan

Dengan demikian keberatan tentang hal ini bukan merupakan lingkup materi eksepsi

melainkan sudah memasuki materi pokok perkara yang akan dibuktikan dalam persidangan

selanjutnya

11 Keberatan tentang Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Bahwa Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Pennasalahan dan penerapan

KUHAP hal 274 menjelaskan ~~at hukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang

bebas tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak

menentukan sama sekali tidak mengikat hakim Hakim bebas untuk menilai

kesempurnaan dan kebenarannya Tergantung pada penilaian Hakim untuk

menganggapnya sempurna atau tidak Tidak ada keharusan bagi Hakim untuk

menerima kebenaran setiap keterangan saksi Hakim bebas menilai kekuatan atau

kebenaran yang melekat pada keterangan itu dan dapat menerima II atau

menyingkirkannya Lain halnya jika Undang-Undang sendiri telah menentukan

bahwa alat bukti kesaksian mempunyai sifat kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mementukan Jika seandainya Undang-Undang menentukan demikian Hakim tidak

boleh menilai kekuatan pembuktiannya Hakim secara bulat harus terikat untuk

mempergunakannya dalam putusan tidak lagi berwenang untuk menilainya secara

bebas i Bahwa keberatan mengenai adanya keterangan duCdari 123 orang saksi dalam berkas

perkara yang menurut pendapat Tim Penasihat Hukum tidak reI evan dengan

Pendapatbantahan Penlllltlit Umum dalam Perlalra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

19

pembuktian perbuatan terdakwa bukan merupakan lingkup eksepsi melainkan i

termasuk kewenangan hakim dalam melakukan penilaian terhadap keterangan saksishy

saksi apabila dihadirkan untuk memberikan keterangan di persidangan Penuntut

Umum tidak terikat untuk menghadirkan keseluruhan saksi yang dicantumkan dalam

berkas perkara tersebut dalam proses pembuktian Penuntut Umum memiliki

kewenangan untuk menghadirkan sebagian saksi jika telah yakin bahwa dakwaan

yang diajukan telah dapat dibuktikan Penilaian terhadap kualitas saksi dan

kepentingan untuk menghadirkannya di persidangan sebagai alat bukti saksi bukan

merupakan 1ingkup eksepsi

Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa keberatan yang diajukan o1eh

Penasihat Hukum terdakwa sebagaimana diuraikan dalam Bab II tersebut adalah tidak

beralasan sehingga sudah seharusnya dinyatakan ditolak atau dikesampingkan

Bahwa selanjutnya dalam Bab III Nota Keberatan Tim Penasihat Hukum telah

mengajukan materi keberatan tentang Surat Dakwaan Harus Dibatalkan dengan alasan

sebagai berikut

1 Surat dakwaan tidak jelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 62 sid 65 pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Perumusan surat dakwaan yang disusun o1eh Penuntut Umum secara subsidiairitas

tersebut tidak tepat karena perbua~ yang didakwakan terhadap terdakwa adalah

perbuatan yang berbeda dan masing-masing berdiri sendiri yaitu perbuatan yang

bersifat melawan hukum disatu pihak sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Tipikor

dan perbuatan yang bersifat menyalahgunakan wewenang dilain pihak sebagaimana

diatur dalam pasal 3 UU Tipikor oleh karena itu lebih tepat dakwaan kepada terdakwa

disusun secara a1ternatif Dengan demikian surat dakwaan yang disusun secara

subsidiairitas tersebut adalah tidak je1as sehingga harus dibatalkan

2 Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana

itu dilakukan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 65 sid 66 pOOa pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya tidak cermat menyebutkan waktu

tempus delicti tindak pidana itu dilakukan hal ini terlihat dalam dakwaan subsidiair

halam 14 baris ke-13 sid 14 pada hari dan tang gal yang tidak dapat ditentukan

h1lll11PQllbrmUlllrm PIIU1llJlt u_dlll_ Pwlll EDDIE WIDIONO SUWONDHO MaC

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 7: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

6

Nomor No 118KlOIOIDIRI2004 tentang Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT

PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor IOOKlOIOIDIRI2004

tentang Pengadaan BaranglJasa di PT PLN (Persero) jo SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 200KlOIOIDIRI2004 tentang Penjelasan Pedoman Pengadaan

BaranglJasa di Lingkungan PT PLN (persero) yang dijadikan dasar dakwaan

primair oleh Penuntut Umum bukan merupakan peraturan perundang-undangan

7 Keuangan PT PLN (persero) sebagai BUMN bukan merupakan keuangan negara

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 38 sId 42 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa pendapat Penuntut Umum keuangan PT PLN (Persero) merupakan bagian dari

keuangan negara adalah hal yang keliru dan tidak dapat dibenarkan baik secara teoritis

maupun yuridis Sebab secara Yuridis menurut UU perseroan terbatas (PT) bagi

BUMN berlaku ketentuan PTHal ini sejalan dengan Fatwa Mahkamah Armg

menyatakan asset BUMN bukanlah asset negara tetapi asset dari badan h~ itu

sendiri

8 Penghitungan kerugian negara tidak dllakukan pihak yang berwenang

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 42 sid 49 pada pokoknya

mengemukakan

Bahwa menurut ketentuan UU NoIS tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggung Jawab Keuangan Negara pasaJ 13 dan UU NoIS tahun 2006 pasal 8

ayat (3) disebutkan Badan yang berwenang melaporkan adanya indikasi kerugian

negaraldaerah danatau unsur pidana lainnya adalah BPK jadi bukan BPKP

Bahwa oleh karena penghitungan keuangan negara tidak dilakukan oleh lembaga

yang berwenang maka hasil penghitungannya tidak layak dipergunakan sebagai dasar

dakwaan sebingga dakwaan harus dinyatakan tidak dapat diterima

9 Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas dugaan tindak pidana

kompil aam pelllactaall outlouremg roD out eUltome IIlformattoll l)Item Il

induk sis tern informasi (CIS-RISI) pada PT PLN (persero) Distribusi Jakarta Raya

dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat bertentangan dengan laporan keuangan

dan konsolidasi PT Perusahaan Iistrik negara (persero) No20BAuditama

VGAlOS2006 tanggal31 Mei 2006 oleh Badan Pemeriksa Keuangan

7

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 49 sid 51 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa yang harus dijadikan dasar untuk menentukan adanya kerugian negara adalah

hasH audit BPIlt bukan audit BPKP Dalam laporan keuangan dan konsolidasi PT

Perusahaan Listrik Negara (Persero) No20BAuditama VGAl052006 tanggal 31

Mei 2006 oleh Badan Pemeriksan Keuangan Republik Indonesia BPK tidak pemah

berpendapat adanya kerugian negara dalam pelaksanaan pekerjaan roll out customer

information service system rencana induk sistem informasi pada PLN Disjaya BPK

berpendapat bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut belum optimal dan lebih bayar

sebesar Rp53096 M (hal 48-49) BPK juga tidak pernah berpendapat perlunya

dilakukan audit investigasi terhadap pelaksanaan pekeIjaan dimaksud karena memang

tidak diketemukan adanya kerugian negara

Bahwa secara jelas dan tegas laporan BPKP tentang proyek roll out CIS RISI yang

menyatakan terdapat adanya kelebihan bayar Rp4618903733659- sehingga

menimbulkan kerugian negara sejumlah dimaksud adalah sangat bertentangan dengan

laporan BPK Dakwaan yang menggunakan dasar penghitungan yang dibuat BPKP

yang notabene tidak memiliki kewenangan untuk menghitung adanya kerugian negara

yang bertentangan dengan laporan resmi BPK adalah dakwaan yang tidak sah dan

karenanya harus dinyatakan tidak dapat diterima

10 Unsur penyertaan (deelneming) yang tidakjelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya- halaman 51 sid 59 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa dalam surat dakwaan yang didakwakan oleh Penuntut Umum tidak jelas

kedudukan Ir Eddie Widiono Suwondho Msc Margo Santoso dan Fahmi Mochtar

sebagai orang yang melakukan perbuatan dan sekaligus menyuruh melakukan

perbuatan atau turut serta melakukan sebagaimana dimaksud oleh pasal 55 ayat (1)

ke-l KUHP Sehingga tidak ada perbuatan terdakwa bersama-sama dengan Margo

Santoso dan Fahmi Mochtar

11 Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 59 sid 62 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa adanya keterangan saksi an Lindasari Hendayani dan an Murtaqi Syamsudin

dimana keterangan kedua saksi tersebut secara pasti tidak ada kaitannya dengan

PendapatlbQlltahQII Penuntut Umum daJam Pelcara I EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

8

perkara yang didakwakan kepada terdakwa Keterangan kedua saksi ini tidak termasuk

dalam keterangan saksi yang dimaksud oleh pasal 1 ayat (26) dan ayat (27) Meskipun

keterangan - keterangan kedua saksi ini mengenai hal yang ia dengar sendiri dan

dialami sendiri oleh saksi tetapi apa yang didengar dan dial ami oleh kedua saksi ini

tidak ada hubungannya dengan perkara terdakwa Dengan demikian sepatutnya kalau

disimpulkan bahwa dakwaan terhadap terdakwa ini adalah dakwaan yang tidak dapat

diterima

Bahwa oleh karena materi keberatan dalam Bab II ini adalah mengenai Dakwaan

Tidak Dapat Diterima maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas keberatan

beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Nota Keberatan tersebut diatas terlebih dahulu perlu

kami uraikan tentang apa yang dimaksud dengan Dakwaan Tidak Dapat Diterima

Bahwa dakwaan tidak dapat diterima adalah salah satu alasan keberatan

sebagaimana ditentukan dalam pasal156 ayat (1) KUHAP Namun demikian KUHAP tidak

memberi penjelasan lebih lanajut tentang apa yang dimaksud dengan dakwaan tidak dapat

diterima dan bilamana pengajuan suatu keberatan dengan alasan yang demikian itu dapat

dikabulkan oleh Majelis Hakim Oleh karena KUHAP tidak memberikan penjelasan tentang

hal tersebut maka perlu dicari penjelasannya dati sumber hukum lain diantaranya melalui

doktrin yang telah dianut dan diakui dalam praktek peradilan

Bahwa terkait dengan hal tersebut PAF Lamintang dalam bukunya KUHAP dengan

Pembahasan Secara Yuridis Menurut Yurisprudensi dan llmu Pengetahuan Hukum Pidana

halaman 358-360 memberi penjelasan sebagai benkut

eksepsi yang mengatakan dakwaan tidak dapat diterima sebagaimana yang

dimaksud dalam rumusan pasal 156 ayat (1) KUHAP itu dapat dikemukakan oleh

Terdakwa atau oleh Penasihat Hukumnya apabia dakwaan yang telah dibuat oleh

Penuntut Umum itu ada hubungannya dengan ketidakwenangan dari Penuntut Umum

untuk melakukan penuntutan terhadap terdakwa

Tidak berwenangnya Penuntut Umum melakukan penuntutan terhadap terdakwa seperti

dimaksudkan di atas itu dapat berkenaan antara lain

a tidak adanya pengaduan dari orang yang berwenang mengadu menurut undangshy

undang mengenai terjadi suatu delik aduan seperti yang antara lain telah diatur

dalam pasal-pasaZ 284 ayat (2) 287 ayat (2) 293 ayat (2) 319 320 ayat (2) 321

ayat (3) 332 ayat (2) 335 ayat (2) 367 ayat (2) dan 369 ayat (2) KUHP

PendapatlbD1tahD1 Penuntul Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

9

b tidak sahnya pengaduan yang telah dipakai sebagai dasar oleh Penuntut Umum

untuk melakukan penuntutan terhadap Terdakwa karena bertentangan dengan

ketentuan-ketentuan seperti yang diatur dalam pasal-pasal 72 73 dan 74 KUHP

c tidak sahnya penuntutan dan Penuntut Umum karena pengaduan yang dipakai

sebagai dasar untuk melakukan penuntutan telah dicabut kembali oleh pengadu

sesuai dengan haknya yang diatur dalam pasal 75 KUHP

d tidak sahnya penuntutan oleh Penuntut Umum terhadap Terdakwa karena adanya

dasar-dasar yang meniadakan penuntutan antara lain seperti yang diatur dalam

1 Bab kesatu KUHP yakni dalam pasal 2 - pasal 5 dan pasal 7 - pasal 9

KUHP yang mengatur masalah ruang lingkup berlakunya undang-undang

pidana Indonesia

2 Bab kelima KUHP yakni dalam pasa 61 dan 62 KUHP yang menentukan

bahwa penerbit dan pencetak tidak dapat dituntut apabia pada barang

cetakan yang bersangkutan dicantumkan nama dan alamatnya serta pelaku

atau orang yang telah menyuruh mencetak diketahui atau diberitahukan

setelah mendapat teguran tentang kelalaiannya

3 Bab kedelapan KUHP yakni dalam pasal 82 KUHP yang mengatur batalnya

hak untuk melakukan penuntutan karena adanya penyelesaian di luaT proses

peradilan (afdoening buiten process) dalam pasal 76 KUHP yang mengatur

asas nebis in idem dengan menentukan bahwa tidak seorang pun dapat

dituntut untuk kedua kalinya apabila perbuatannya telah mendapat putusan

dari hakim Indonesia yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap

pasal 77 KUHP yang menentukan bahwa hak untuk melakukan penuntutan

menjadi hapus karena meninggalnya terdakwa dan pasal 78 KUHP yang

menentukan bahwa hak untuk melakukan penuntutan itu gugur karena

kedaluwarsa atau karena lewat waktu

Dengan memperhatikan doktrin tersebut di atas maka kami berpendapat bahwa

keberatan yang diajukan oleh Tim Penasihat Hukum dengan alasan dakwaan tidak dapat

diterima sebagaimana dikemukakan pada Bab II Nota Keberatannya tersebut menWljtikkan

bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memahami dengan benar tentang materi pengajuan

keberatan yang diatur dalam pasall56 ayat (1) KUHAP Dalam hal ini Tim Penasihat Hukum

tampaknya tidak dapat memilah hal-hal mana saja yang dapat dijadikan alasan pengajuan

keberatan sehingga terkesan bahwa Tim Penasihat Hukum bempaya Wltuk menarik materi

pokok perkara sebagai materi pengajuan keberatan Tentunya pengajuan keberatan yang

demikian itu hamslah ditolak atau dikesampingkan karena tidak memenuhi alasan yuridis

Pendapatlbantahan Pmuntut Umum dalam Perklua Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

10

sehingga pada prinsipnya tidak perlu kami tanggapi lebih Ian jut Namun demikian kami perlu

menyampaikan bantahan terhadap

1 Keberatan tentang Penuntut Umum melanggar Undang-Undang el

- Bahwa pencantuman kata terdakwa dalam Surat Perintah p~u tidaklah dapat

diartikan sebagai perbuatan melanggar undang-undang mengingat KUHAP tidak

memberikan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis mengenai format Surat Perintah

Penahanan dimaksud

Bahwa format Surat Perintah Penahanan merupakan Tata Laksana Administrasi

Pelimpahanmiddot Perkara ke Pengadilan yang merupakan bagian dari tugas pokok

Kejaksaan dalam bidang penuntutan sehingga dalam pelaksanaannya mempedomani

Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia (Kepja) Jalpoundsamiddot A~g ~ No5181A1JAl1112001 tanggal 01 Nopember 2001 tentang perubahan Kepja NoKepshy

132JAl1111994 tanggal 07 Nopember 1994 yang sampai hari ini masih berlaku di

seluruh Indonesia (vide halaman 238 dan 239 tentang Format SURAT PERINTAH i

PENAHANANIPENGALIHAN JENIS PENAHANAN (TINGKAT

PENUNTUTANraquo

Bahwa di dalam Kepja tersebut juga dicantumkan tabel petunjuk I cara pengisian

Format Surat Perintah Penahanan (vide halaman 240) yang mana salah satu dasar

hukum pengisian format Surat Perintah Penahanan tersebut adalah pasal 21 KUHAP

yang menyebutkan

Ayat (1) Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap

seorang tersangka atau terdakwa dst

Ayat (2) Penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik atau

penuntut umum terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan

surat perintah penahanan atau penetapan hakim yang mencantumkan

identitas tersangka atau terdakwa dengan menyebutkan alasan

penahanan dst

Bahwa apabila bunyi pasal 21 KUHAP khususnya ayat (2) tersebut dipahami dengan

seksama maka dapat dimengerti bahwa dalam proses penyidikan penyidik

berwenang melakukan tindakan penahanan terhadap tersangka sedangkan dalam

proses penuntutan penuntut umum berwenang melakukan tindakan penahanan

terhadap terdakwa dengan memberikan surat perintah penahanan Dengan

demikian setelah penyidik melimpahkan tersangka berikut berkas perkara dan barang

bukti kepada Penuntut Umum maka proses penanganan perkara memasuki tahap

penuntutan Dalam proses penunutan ini sesuai dengan bunyi pasal 21 ayat (2)

PendapatlbantahQll Penuntut U1IIIU7I dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

11

KUHAP tersebut berwenang melakukan penahanan terhadap terdakwa dengan

memberikan surat perintah penahanan Oleh karena itu pencantuman kata terdakwa

dalam surat perintah penahanan yang diberikan oleh Penuntut Umum KPK sudah tepat l

dan tidak melanggar ketentuan undang-undang sehingga tidak benar tuduhan Tim

Penasihat Hukum yang menyatakan bahwa Penuntut Umum pada KPK melakukan

perbuatan melanggar undang-undang karena mencantumkan kata terdakwa dalam

Surat Perintah Penahanan yang berpedoman pada Kepja tentang Administrasi Perkara

Tindak Pidana tersebut

2 Keberatan tentang Surat Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Ott CIS RISI

antara PT PLN Disjaya dengan PT Netway adalah perjanjian yang sah

Bahwa surat dakwaan yang disusun oleh penuntut umum adalah didasarkan pada

keterangan 123 orang saksi yang tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan Saksi

keterangan ahli surat-surat dan barang-barang bukti yang telah disita oleh penyidik

yang merupakan hasil penyidikan sebagaimana tercantum dalam berkas perkara

Nomor BP-2372011 tanggal19 Juli 2011

Dari hasil penyidikan ditemukan bukti-bukti yang kuat tentang adanya dugaan tindak

pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait perbuatan terdakwa dalam pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber dananya

berasal dari Pos Pengolahan Data dan Teknologi Informasi pada Anggaran PLN

(APLN) Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2006 termasuk bukti adanya Surat

Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Out CIS RISI antara PT PLN Disjaya dengan

PTNetway

Bahwa berdasarkan hasil penyidikan diperoleh kesimpulan bahwa penandatangan

surat perjanjian tersebut adalah terkait dengan rangkaian perbuatan terdakwa dalam

mewujudkan tindak pidana korupsi yang disangkakan kepadanya adanya sehingga

penandatangan surat perjanjian yang dianggap sebagai perbuatan hukum yang sah

secara perdata tidaklah serta merta menghilangkan pertanggung jawaban terdakwa

secara pidana Oleh karena pembuktian aspek pidana atas perbuatan terdakwa yang

didakwakan tersebut termasuk materi pokok perkara sehingga keberatan yang

demikian haruslah dikesampingkan atau ditolak

Sebagai bahan pertimbangan dibawah ini akan disampaikan Yurispudensi yang

menegaskan bahwa sekalipun seandainya berdasarkan penilaian Hakim perbuatan

terdakwa merupakan masalah perdata bukan berarti serta merta menghilangkan sifat

melawan hukumnya perbuatan pidana terdakwa sebagaimana pertimbangan Putusan

Pendapatlbantahan Penll1ltut Umum dalam Perkma Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

12

MA No lKKr1957 tanggal 8-5-1957 (vide Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah

Agung Republik Indonesia Cetakan Kedua Mahkamah Agung RI 1993 Hal 57)

yang menyatakan

Walaupun dalam suatu perkara terdapat dasar-dasar untuk memajukan gugatan terhadap terdakwa yang OOpat merupakan perkara perdata akan tetapi ini tidak berarti bahwa penuntut kasasi tidak dapat dituntut karena ia melakukan suatu tindak pidana dengan demikian perbuatan-perbuatan yang dilakukan dapat merupakan baik perkara piOOna maupun perkara perdata tersendiri

3 Keberatan tentang Perbuatan orang lain seolah-olah perbuatan terdakwa

Bahwa adanya fakta tentang perbuatan orang lain dalam mewujudkan tindak pidana

korupsi yang didakwakan kepada terdakwa dan orang lain tersebut belum ditetapkan

sebagai tersangka tidak berarti perkara atas nama terdakwa aquo tidak dapat diperiksa

di persidangan karena dalam Yurisprudensi MARl tanggal22 Nopember 1969 No7

KKr1969 dalam perkara atas nama 1 Robinson Pinem 2 OJ Oamanik 3 Pangulu

Siahaan menegaskan bahwa keberatan yang diajukan penuntut kasasi bahwa dalam

perkara in pelaku utamanya tiOOk diadili tidak dapat diterima karena untuk

memeriksa perkara terdakwa pengadilan tidak perlu menunggu diajukannya terlebih

dahulu pelaku Utama dalam perkara itu

Bahkan dalam perkembangan proses persidangan perkara aquo apabila ditemukan

peran-peran pihak lainnya maka tidak menutup kemungkinan ditetapkannya tersangka

barn 01eh karena itu pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang terjadi manipulasi

berupa pengurangan terdakwa dan wpang pilih dalam menentukan tersangka adalah

pemyataan tendensius yang menyesatkan Oengan demikian keberatan tentang tidak

ditetapkannya orang lain dalam kaitan dengan peranan mewujudkan tindak pidana

yang didakwakan kepada terdakwa bukan merupakan ruang lingkup eksepsi dan harus

dikesampingkan

4 Keberatan tentang Pelanggaran azas legalitas

Bahwa pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang penetapan Eddie Widiono

Suwondho sebagai tersangka belum ada kerugian Negara yang dihitung berdasarkan

penghitungan yang dilakukan Ahli sehingga dianggap melanggar asas legalitas adalah

menunjukkan bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memaham~ dengan benar

pengertian asas legalitas itu sendiri

- Asas legalitas lazim disebut dengan terminologi principle of legality

legaliteitbeginsel non-retroaktif de la legalite atau ex post facto laws

Ketentuan asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perkara lr EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

13

Pidana (KUHP) Indonesia yang berbunyi Tiada suatu peristiwa dapat dipidana selaro

dari kekuatan ketentuan undang-undang pidana yang mendabuluinya PAF

Lamintang dan C Djisman Samosir merumuskan dengan terminologi sebagai

Tiada suatu perbuatan dapat dihukum kecuali didasarkan pada ketentuan pi dana

menurut undang-undang yang telah diadakan Iebih dulu Mill Harnzah

menterjemahkan dengan terminologi Tiada suatu perbuatan (feit) yang dapat

dipidana selain berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang

mendabuluinya Dari terjemaban terminologi tersebut dapat dipabami babwa

pefumusan asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP mengandung makna asas lex

temporls delicti artinya undang-undang yang berlaku adalah undang-undang yang ada

pada saat delik terjadi atau disebut juga asas nonretroaktir yang melarang

pembedakuan surut suatu undang-undang pidana dan sanksi pi dana (nonretroactive

application ofcriminal laws and criminal sanctions) n

Berdasarkan uraian tentang pengertian asas legalitas diatas dihubungkan dengan surat

dakwaan penuntut umum maka dapat disimpulkan bahwa penetapan terdakwa sebagai

tersangka dengan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-l001III2010 tanggal

23 Februari 2010 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-1401lTIII201O

tanggalll Maret 2010 tidak melanggar asas legalitas karena

bull Undang-undang memberi kewenangan kepada penyidik untuk menetapkan

seseorang sebagai tersangka dengan dengan bukti permulaan yang cukup

bull Bahwa dengan bukti permulaan yang cukup tersebut penyidik meyakini adanya

perbuatan tindak pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber

dananya berasal dari Pos Pengolaban Data dan Teknologi Informasi pada

Anggaran PLN (APLN) Tabun 2004 sampai dengan Tabun 2006 sehingga

penyidik menetapkan terdakwa sebagai tersangka dengan sangkaan melanggar

ketentuan pasal 2 ayat (I) UU Nomor 31 Tabun 1999 jo UU Nomor 20 Tabun

2001

bull Babwa ketentuan pi dana yang dijadikan dasar penetapan terdakwa sebagai

tersangka tersebut sudab ada sebelum tindak pidana korupsi yang disangkakan itu

terjadi

Babwa Tim Penasihat Hukum telab keliru memabami makna asas legalitas dan

terkesan berupaya mengaburkan substansi surat dakwaan dengan cara mengkaitkan

mekanisme penetapan tersangka dengan pembuktian unsur kerugian negara yang salah

Pendapatlbantahan Perllllttut Umum dafam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

14

satu alat buktinya adalah surat berupa Laporan Hasil Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara yang dibuat oleh Ahli dari BPKP Bahkan kekeliruan itu semakin

nyata ketika Tim Penasihat Hukum mengutip pertimbangan dalam alinea pertama

halaman 72 putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No 003IPUU-IV2006 tanggal 25

Juli 2006 kemudian memberikan kesimpulan bahwa seolah-olah penetapan tersangka

belum dapat dilakukan jika haSil penghitungan kerugian negara belum dituangkan

dalam suatu laporan Kesimpulan yang demikian adalah menyesatkan karena tidak

demikian maksud dari pertimbangan putusan MK tersebut

bull Bahwa pertimbangan dalam putusan MK sebagaimana tercantum pada halaman 70

sampai dengan 73 adalah menyangkut kata dapat dalam Pasal 2 ayat (1) UU PTPK

yang pengertiannya dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (l) bahwa dengan

penambahan kata dapat tersebut menjadikan tindak pi dana korupsi dalam Pasal 2

ayat (1) a quo menjadi rumusan de1ik formil sehingga apakah dengan pengertian

tersebut frasa dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang

diartikan baik kerugian yang nyata (actual loss) maupun hanya yang bersifat potensial

atau berupa kemungkinan kerugian (potential loss) merupakan unsur yang tidak periu

dibuktikan atau harns dibuktikan Menurut pendapat MK sebagaimana dalam

pertimbangan putusan aquo unsur kerugian negara harns dibuktikan dan harns dapat

dihitung meskipun sebagai perkiraan atau meskipun belum terjadi Kesimpulan

demikian harns ditentukan oleh seorang ahli di bidangnya Faktor kerugian baik

secara nyata atau berupa kemungkinan dilihat sebagai hal yang memberatkan atau

meringankan dalam penjatuhan pid~ seb~gaimana diuraikan dalam Penjelasan Pasal

4 bahwa pengembalian kerugian negara hanya dapat dipandang sebagai faktor yang

meringankan Oleh karenanya persoalan kata dapat dalam Pasal 2middot ayat (1) UU

PTPK lebih merupakan persoalan pelaksanaan dalam praktik ole~ aparat penegak

hukum dan bukan menyangkut konstitusionalitas norma

Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa pertimbangan putusan MK tidak mengkaitkan

adanya suatu keharusan bahwa untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka harus

terlebih dahulu adanya penyampaian Laporan Penghitungan Kerugian Keuangan

Negara oleh Ahli kepada penyidik

- Bahwa dalam penetapan terdakwa sebagai tersangka secara substantif penyidik telah

meyakini adanya unsur kerugian negara karena sejak awal Ahli dari BPKP yang

dimintakan bantuannya telah melakukan proses penghitungan kerugian negara

sehingga persoalan penyampaian laporan tersebut hanyalah persoalan teknis dan untuk

mendukung alat bukti berupa surat yang akan digunakan dalam proses pembuktian di

persidangan Tim Penasihat Hukum telah mengakui adanya pencantuman kerugian

PendapatlbQfltahQfl PenWltllt Umum dalam Perwa 17 EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

15

negara sebesar Rp 45 Milyar dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana Korupsi yang

mana pencantuman jumlah kerugian negara bukanlah hasil rekaan penyidik melainkan

hasil pekerjaan audit yang dilakukan oleh AhU Oleh karena itu keberatan yang

diajukan oleh Tim Penasihat Hukum mengenai hal ini adalah keberatan yang

mengada-ada dan sudah seharusnya dikesampingkan dan tidak perlu dipertimoangkan

oleh Majelis Hakim

Bahwa Tim Penasihat Hukum dalam bagian keberatan ini juga mempersoalkan

tentang isi Surat Dakwaan yang menyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian

uang berdasarkan business Plan 2005-2007 PT Netway Utama adalah hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran Bahwa

oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan tersebut

hams dinyatakan tidak dapat diterima Keberatan yang demikian ini adalah

menyangkut penilaian terhadap fakta yang tentunya perlu dibuktikan di persidangan

Oleh karena itu tidak benar jika uraian fakta tentang penerimaan uang oleh terdakwa

dianggap sebagai melanggar asas legalitas

5 Keberatan tentang Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal

64 tidak dicantumkan dalam surat dakwaan

Bahwa sesuai Jurisprodensi MA No156 KlKrl1963 tanggal 28 April 1964 soal

perbuatan lanjutan atau voortgezette handeling itu hanyalah mengenai soal

penjatuhan hukuman (straftoematig) dan tidak mengenai pembebasan dari tuntutan

Berdasarkan yurisprudensi tersebut_~apat ditarik kesimpulan bahwa pencantuman

pasal 64 KUHP dalam surat dakwaan bukan merupakan alasan pengajuan keberatan

(eksepsi) melainkan termasuk lingkup penilaian fakta dalam proses pembuktian terkait

dengan pemberatan dalam penjatuhan hukuma~leh karena itu keberatan tersebut

harnslah dikesampingkan

6 Keberatan tentang Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangshy

undangan

Bahwa sesuai dengan Pasal 56 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan disebutkan bahwa Semua Keputusan Presiden

Keputusan Menteri Keputusan Gubernur Keputusan Bupatilwalikota atau keputusan

pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 yang sifatnya mengatur yang

sudah ada sebelum UU ini berlaku hams dibaca peraturan sepanjang tidak

bertentangan dengan UU ini

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daJam Perkara Ir EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

16

- Bahwa ketentuan pengadaan barang dan jasa di PT PLN dalam bentuk SK Direksi

PT PLN tidaklah berdiri sendiri akan tetapi peraturan tersebut lahir sebagai tunman

dari UU Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri sebagaimana tercantwn di

dalam konsideran SK Direksi tersebut yang mana pengaturan SK Direksi tersebut

dimaksud sebagai petunjuk teknis dalam pengadaan barang dan jasa di PT PLN

(Persero)

Bahwa pasal3 UU No19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan Terhadap BUMN berlaku Undang-Undang ini anggaran dasar dan ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya

- Bahwa dengan demikian Anggaran Dasar PT PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat

dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan

(SK) Direksi PT PLN (Persero) Nomor 038KJ9201DIRI1998 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor

138KJOI01DIRI2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan

Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor No 118KJOI0IDIRI2004 tentang

Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 1 OOKJO 1OIDIRI2004 tentang Pengadaan BarangJasa di PT PLN

(Persero) jo SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor 200KJOIOIDIRI2004 tentang

Penjelasan Pedoman Pengadaan BarangJasa di Lingkungan PT PLN (Persero)

adalah termasuk dalam katagori peraturan perundang-undangan Dengan demikian

keberatan tentang hal ini haruslah dikesampingkan

7 Keberatan tentang Keuangan PT PLN (Persero) sebagai BUMN bukan merupakan

keuangan Negara kami tanggapi sebagai berikut

- Bahwa keberatan tersebut adalah materi pokok perkara dan bukan termasuk dalam

ruang lingkup materi yang dapat diajukan sebagai keberatan (eksepsi) sebagaimana

yang diatur dalam Pasal156 (I) KUHAP dan seharusnya dikesampingkan

Bahwa namun demikian kami perlu tegaskan bahwa pendapat Tim Penasihat Hukum

yang menyatakan keuangan PLN bukan keuangan Negara adalah pendapat yang

keliru Sebab di dalam penjelasan atas UU Tipikor dengan tegas dinyatakan bahwa

keuangan negara yang dimaksud dalam UU Tipikor adalah seluruh kekayaan negara

dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya

segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena

berada dalam penguasaan pengurusan dan pertanggungjawaban BUMNIBUMD

yayasan badan hukum dan perusahaan yang menyewakan modal negara atau

Pendaputbantahan Penuntut Umum dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

17

perusahaan yang menyertalean modal pihale ketiga berdasarkan perjanjian dengan

Negara

Bahwa penjelasan tersebut sejalan pula dengan ketentuan UU No 17 Tahun 2003

Pasall angka 1 yang memberikan pengertian keuangan Negara adalah semua hale dan

kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

pelalesanaan hale dan kewajiban tersebut Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2

ditegaskan bahwa Keuangan Negara meliputi kekayaan Negarakekayaan daerah yang

dikelola sendiri atau oleh pihale lain berupa uang surat berharga piutang barang serta

hale-hale lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan

pada perusahaan Negaraperusahaan daerah

Bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara digunakan untuk mencapai

tujuan bemegara sehingga setiap tahun disusun APBN dan APBD Salah satu

penggunaan dana APBNAPBD adalah dalam bentuk penyertaan modal Negara pada

Persero danatau Perum serta Perseroan Terbatas tainnya yang digolongkan sebagai

Kekayaan Negara yang dipisahkan

Bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Negara yang dipisahkan (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN)

Artinya bahwa secara langsung maupun tidak langsung dapat dikatakan bahwa dalam

operasionalnya BUMN tetapi menggunalean APBN Malesud dan tujuan pendician

BUMN adalah untuk menyelenggaralean kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup

orang banyale

8 Keberatan tentang Penghitungan kerugian negara tidak dilakukan pihak yang

berwenang dan

9 Tentang pemyataan Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas

dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan outsourcing roll out customer

information system rencana induk sistem informasi (CIS-RISI) pada PT PLN

(persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat

bertentangan dengan laporan keuangan dan konsolldasi PT Perusahaan Iistrlk

negara (persero) No20BAuditama VGAlOS2006 tanggal31 Mel 2006 oleh Badan

Pemeriksa Keuangan

Pendapatbantahan Pelluntut Umum dalam PerluJra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

18

Bahwa keberatan tentang kewenangan Ahli BPKP dalam menghitung kerugian

keuangan Negara (Point 8) dan ada tidaknya kerugian keuangan Negara (point 9)

diatas bukan merupakan materi eksepsi melainkan tennasuk penilaian fakta yang akan

dibuktikan di persidangan

10 Keberatan tentang Unsur penyertaan (deeJneJDing) yang tidakjelas

Bahwa dalam rumusan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-l KUHP diatur tiga bentuR penyertaan

yaitu sebagai yang melakukan menyuruh melakukan dan turut serta melakukan

Dalam Surat Dakwaan baik rumusan unsur delik pada Dakwaan Primair maupun pada

Dakwaan SUbSi~ir Penuntut Umum telah menguraikan dengan jelas kualitas penyertaan

tersebut yaitu ~ Terdakwa baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melakukan atau turut

serta melakukan dengan Saksi Margo Santoso Fahmi Mochtar dan Gani Abdul Gani dan

uraian faktanya telah dikonstruksikan secara cennat jelas dan lengkap baik dalam dakwaan

primair maupun subsidiair

Bahwa untuk mengetahui kualitas Terdakwa dalam penyertaan tersebut apakah sebagai orang

yang melakukan atau turut serta melakukan tentulah harus dibuktikan dalam persidangan

Dengan demikian keberatan tentang hal ini bukan merupakan lingkup materi eksepsi

melainkan sudah memasuki materi pokok perkara yang akan dibuktikan dalam persidangan

selanjutnya

11 Keberatan tentang Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Bahwa Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Pennasalahan dan penerapan

KUHAP hal 274 menjelaskan ~~at hukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang

bebas tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak

menentukan sama sekali tidak mengikat hakim Hakim bebas untuk menilai

kesempurnaan dan kebenarannya Tergantung pada penilaian Hakim untuk

menganggapnya sempurna atau tidak Tidak ada keharusan bagi Hakim untuk

menerima kebenaran setiap keterangan saksi Hakim bebas menilai kekuatan atau

kebenaran yang melekat pada keterangan itu dan dapat menerima II atau

menyingkirkannya Lain halnya jika Undang-Undang sendiri telah menentukan

bahwa alat bukti kesaksian mempunyai sifat kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mementukan Jika seandainya Undang-Undang menentukan demikian Hakim tidak

boleh menilai kekuatan pembuktiannya Hakim secara bulat harus terikat untuk

mempergunakannya dalam putusan tidak lagi berwenang untuk menilainya secara

bebas i Bahwa keberatan mengenai adanya keterangan duCdari 123 orang saksi dalam berkas

perkara yang menurut pendapat Tim Penasihat Hukum tidak reI evan dengan

Pendapatbantahan Penlllltlit Umum dalam Perlalra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

19

pembuktian perbuatan terdakwa bukan merupakan lingkup eksepsi melainkan i

termasuk kewenangan hakim dalam melakukan penilaian terhadap keterangan saksishy

saksi apabila dihadirkan untuk memberikan keterangan di persidangan Penuntut

Umum tidak terikat untuk menghadirkan keseluruhan saksi yang dicantumkan dalam

berkas perkara tersebut dalam proses pembuktian Penuntut Umum memiliki

kewenangan untuk menghadirkan sebagian saksi jika telah yakin bahwa dakwaan

yang diajukan telah dapat dibuktikan Penilaian terhadap kualitas saksi dan

kepentingan untuk menghadirkannya di persidangan sebagai alat bukti saksi bukan

merupakan 1ingkup eksepsi

Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa keberatan yang diajukan o1eh

Penasihat Hukum terdakwa sebagaimana diuraikan dalam Bab II tersebut adalah tidak

beralasan sehingga sudah seharusnya dinyatakan ditolak atau dikesampingkan

Bahwa selanjutnya dalam Bab III Nota Keberatan Tim Penasihat Hukum telah

mengajukan materi keberatan tentang Surat Dakwaan Harus Dibatalkan dengan alasan

sebagai berikut

1 Surat dakwaan tidak jelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 62 sid 65 pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Perumusan surat dakwaan yang disusun o1eh Penuntut Umum secara subsidiairitas

tersebut tidak tepat karena perbua~ yang didakwakan terhadap terdakwa adalah

perbuatan yang berbeda dan masing-masing berdiri sendiri yaitu perbuatan yang

bersifat melawan hukum disatu pihak sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Tipikor

dan perbuatan yang bersifat menyalahgunakan wewenang dilain pihak sebagaimana

diatur dalam pasal 3 UU Tipikor oleh karena itu lebih tepat dakwaan kepada terdakwa

disusun secara a1ternatif Dengan demikian surat dakwaan yang disusun secara

subsidiairitas tersebut adalah tidak je1as sehingga harus dibatalkan

2 Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana

itu dilakukan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 65 sid 66 pOOa pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya tidak cermat menyebutkan waktu

tempus delicti tindak pidana itu dilakukan hal ini terlihat dalam dakwaan subsidiair

halam 14 baris ke-13 sid 14 pada hari dan tang gal yang tidak dapat ditentukan

h1lll11PQllbrmUlllrm PIIU1llJlt u_dlll_ Pwlll EDDIE WIDIONO SUWONDHO MaC

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 8: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

7

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 49 sid 51 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa yang harus dijadikan dasar untuk menentukan adanya kerugian negara adalah

hasH audit BPIlt bukan audit BPKP Dalam laporan keuangan dan konsolidasi PT

Perusahaan Listrik Negara (Persero) No20BAuditama VGAl052006 tanggal 31

Mei 2006 oleh Badan Pemeriksan Keuangan Republik Indonesia BPK tidak pemah

berpendapat adanya kerugian negara dalam pelaksanaan pekerjaan roll out customer

information service system rencana induk sistem informasi pada PLN Disjaya BPK

berpendapat bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut belum optimal dan lebih bayar

sebesar Rp53096 M (hal 48-49) BPK juga tidak pernah berpendapat perlunya

dilakukan audit investigasi terhadap pelaksanaan pekeIjaan dimaksud karena memang

tidak diketemukan adanya kerugian negara

Bahwa secara jelas dan tegas laporan BPKP tentang proyek roll out CIS RISI yang

menyatakan terdapat adanya kelebihan bayar Rp4618903733659- sehingga

menimbulkan kerugian negara sejumlah dimaksud adalah sangat bertentangan dengan

laporan BPK Dakwaan yang menggunakan dasar penghitungan yang dibuat BPKP

yang notabene tidak memiliki kewenangan untuk menghitung adanya kerugian negara

yang bertentangan dengan laporan resmi BPK adalah dakwaan yang tidak sah dan

karenanya harus dinyatakan tidak dapat diterima

10 Unsur penyertaan (deelneming) yang tidakjelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya- halaman 51 sid 59 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa dalam surat dakwaan yang didakwakan oleh Penuntut Umum tidak jelas

kedudukan Ir Eddie Widiono Suwondho Msc Margo Santoso dan Fahmi Mochtar

sebagai orang yang melakukan perbuatan dan sekaligus menyuruh melakukan

perbuatan atau turut serta melakukan sebagaimana dimaksud oleh pasal 55 ayat (1)

ke-l KUHP Sehingga tidak ada perbuatan terdakwa bersama-sama dengan Margo

Santoso dan Fahmi Mochtar

11 Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 59 sid 62 pada pokoknya

mengemukakan

- Bahwa adanya keterangan saksi an Lindasari Hendayani dan an Murtaqi Syamsudin

dimana keterangan kedua saksi tersebut secara pasti tidak ada kaitannya dengan

PendapatlbQlltahQII Penuntut Umum daJam Pelcara I EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

8

perkara yang didakwakan kepada terdakwa Keterangan kedua saksi ini tidak termasuk

dalam keterangan saksi yang dimaksud oleh pasal 1 ayat (26) dan ayat (27) Meskipun

keterangan - keterangan kedua saksi ini mengenai hal yang ia dengar sendiri dan

dialami sendiri oleh saksi tetapi apa yang didengar dan dial ami oleh kedua saksi ini

tidak ada hubungannya dengan perkara terdakwa Dengan demikian sepatutnya kalau

disimpulkan bahwa dakwaan terhadap terdakwa ini adalah dakwaan yang tidak dapat

diterima

Bahwa oleh karena materi keberatan dalam Bab II ini adalah mengenai Dakwaan

Tidak Dapat Diterima maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas keberatan

beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Nota Keberatan tersebut diatas terlebih dahulu perlu

kami uraikan tentang apa yang dimaksud dengan Dakwaan Tidak Dapat Diterima

Bahwa dakwaan tidak dapat diterima adalah salah satu alasan keberatan

sebagaimana ditentukan dalam pasal156 ayat (1) KUHAP Namun demikian KUHAP tidak

memberi penjelasan lebih lanajut tentang apa yang dimaksud dengan dakwaan tidak dapat

diterima dan bilamana pengajuan suatu keberatan dengan alasan yang demikian itu dapat

dikabulkan oleh Majelis Hakim Oleh karena KUHAP tidak memberikan penjelasan tentang

hal tersebut maka perlu dicari penjelasannya dati sumber hukum lain diantaranya melalui

doktrin yang telah dianut dan diakui dalam praktek peradilan

Bahwa terkait dengan hal tersebut PAF Lamintang dalam bukunya KUHAP dengan

Pembahasan Secara Yuridis Menurut Yurisprudensi dan llmu Pengetahuan Hukum Pidana

halaman 358-360 memberi penjelasan sebagai benkut

eksepsi yang mengatakan dakwaan tidak dapat diterima sebagaimana yang

dimaksud dalam rumusan pasal 156 ayat (1) KUHAP itu dapat dikemukakan oleh

Terdakwa atau oleh Penasihat Hukumnya apabia dakwaan yang telah dibuat oleh

Penuntut Umum itu ada hubungannya dengan ketidakwenangan dari Penuntut Umum

untuk melakukan penuntutan terhadap terdakwa

Tidak berwenangnya Penuntut Umum melakukan penuntutan terhadap terdakwa seperti

dimaksudkan di atas itu dapat berkenaan antara lain

a tidak adanya pengaduan dari orang yang berwenang mengadu menurut undangshy

undang mengenai terjadi suatu delik aduan seperti yang antara lain telah diatur

dalam pasal-pasaZ 284 ayat (2) 287 ayat (2) 293 ayat (2) 319 320 ayat (2) 321

ayat (3) 332 ayat (2) 335 ayat (2) 367 ayat (2) dan 369 ayat (2) KUHP

PendapatlbD1tahD1 Penuntul Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

9

b tidak sahnya pengaduan yang telah dipakai sebagai dasar oleh Penuntut Umum

untuk melakukan penuntutan terhadap Terdakwa karena bertentangan dengan

ketentuan-ketentuan seperti yang diatur dalam pasal-pasal 72 73 dan 74 KUHP

c tidak sahnya penuntutan dan Penuntut Umum karena pengaduan yang dipakai

sebagai dasar untuk melakukan penuntutan telah dicabut kembali oleh pengadu

sesuai dengan haknya yang diatur dalam pasal 75 KUHP

d tidak sahnya penuntutan oleh Penuntut Umum terhadap Terdakwa karena adanya

dasar-dasar yang meniadakan penuntutan antara lain seperti yang diatur dalam

1 Bab kesatu KUHP yakni dalam pasal 2 - pasal 5 dan pasal 7 - pasal 9

KUHP yang mengatur masalah ruang lingkup berlakunya undang-undang

pidana Indonesia

2 Bab kelima KUHP yakni dalam pasa 61 dan 62 KUHP yang menentukan

bahwa penerbit dan pencetak tidak dapat dituntut apabia pada barang

cetakan yang bersangkutan dicantumkan nama dan alamatnya serta pelaku

atau orang yang telah menyuruh mencetak diketahui atau diberitahukan

setelah mendapat teguran tentang kelalaiannya

3 Bab kedelapan KUHP yakni dalam pasal 82 KUHP yang mengatur batalnya

hak untuk melakukan penuntutan karena adanya penyelesaian di luaT proses

peradilan (afdoening buiten process) dalam pasal 76 KUHP yang mengatur

asas nebis in idem dengan menentukan bahwa tidak seorang pun dapat

dituntut untuk kedua kalinya apabila perbuatannya telah mendapat putusan

dari hakim Indonesia yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap

pasal 77 KUHP yang menentukan bahwa hak untuk melakukan penuntutan

menjadi hapus karena meninggalnya terdakwa dan pasal 78 KUHP yang

menentukan bahwa hak untuk melakukan penuntutan itu gugur karena

kedaluwarsa atau karena lewat waktu

Dengan memperhatikan doktrin tersebut di atas maka kami berpendapat bahwa

keberatan yang diajukan oleh Tim Penasihat Hukum dengan alasan dakwaan tidak dapat

diterima sebagaimana dikemukakan pada Bab II Nota Keberatannya tersebut menWljtikkan

bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memahami dengan benar tentang materi pengajuan

keberatan yang diatur dalam pasall56 ayat (1) KUHAP Dalam hal ini Tim Penasihat Hukum

tampaknya tidak dapat memilah hal-hal mana saja yang dapat dijadikan alasan pengajuan

keberatan sehingga terkesan bahwa Tim Penasihat Hukum bempaya Wltuk menarik materi

pokok perkara sebagai materi pengajuan keberatan Tentunya pengajuan keberatan yang

demikian itu hamslah ditolak atau dikesampingkan karena tidak memenuhi alasan yuridis

Pendapatlbantahan Pmuntut Umum dalam Perklua Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

10

sehingga pada prinsipnya tidak perlu kami tanggapi lebih Ian jut Namun demikian kami perlu

menyampaikan bantahan terhadap

1 Keberatan tentang Penuntut Umum melanggar Undang-Undang el

- Bahwa pencantuman kata terdakwa dalam Surat Perintah p~u tidaklah dapat

diartikan sebagai perbuatan melanggar undang-undang mengingat KUHAP tidak

memberikan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis mengenai format Surat Perintah

Penahanan dimaksud

Bahwa format Surat Perintah Penahanan merupakan Tata Laksana Administrasi

Pelimpahanmiddot Perkara ke Pengadilan yang merupakan bagian dari tugas pokok

Kejaksaan dalam bidang penuntutan sehingga dalam pelaksanaannya mempedomani

Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia (Kepja) Jalpoundsamiddot A~g ~ No5181A1JAl1112001 tanggal 01 Nopember 2001 tentang perubahan Kepja NoKepshy

132JAl1111994 tanggal 07 Nopember 1994 yang sampai hari ini masih berlaku di

seluruh Indonesia (vide halaman 238 dan 239 tentang Format SURAT PERINTAH i

PENAHANANIPENGALIHAN JENIS PENAHANAN (TINGKAT

PENUNTUTANraquo

Bahwa di dalam Kepja tersebut juga dicantumkan tabel petunjuk I cara pengisian

Format Surat Perintah Penahanan (vide halaman 240) yang mana salah satu dasar

hukum pengisian format Surat Perintah Penahanan tersebut adalah pasal 21 KUHAP

yang menyebutkan

Ayat (1) Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap

seorang tersangka atau terdakwa dst

Ayat (2) Penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik atau

penuntut umum terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan

surat perintah penahanan atau penetapan hakim yang mencantumkan

identitas tersangka atau terdakwa dengan menyebutkan alasan

penahanan dst

Bahwa apabila bunyi pasal 21 KUHAP khususnya ayat (2) tersebut dipahami dengan

seksama maka dapat dimengerti bahwa dalam proses penyidikan penyidik

berwenang melakukan tindakan penahanan terhadap tersangka sedangkan dalam

proses penuntutan penuntut umum berwenang melakukan tindakan penahanan

terhadap terdakwa dengan memberikan surat perintah penahanan Dengan

demikian setelah penyidik melimpahkan tersangka berikut berkas perkara dan barang

bukti kepada Penuntut Umum maka proses penanganan perkara memasuki tahap

penuntutan Dalam proses penunutan ini sesuai dengan bunyi pasal 21 ayat (2)

PendapatlbantahQll Penuntut U1IIIU7I dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

11

KUHAP tersebut berwenang melakukan penahanan terhadap terdakwa dengan

memberikan surat perintah penahanan Oleh karena itu pencantuman kata terdakwa

dalam surat perintah penahanan yang diberikan oleh Penuntut Umum KPK sudah tepat l

dan tidak melanggar ketentuan undang-undang sehingga tidak benar tuduhan Tim

Penasihat Hukum yang menyatakan bahwa Penuntut Umum pada KPK melakukan

perbuatan melanggar undang-undang karena mencantumkan kata terdakwa dalam

Surat Perintah Penahanan yang berpedoman pada Kepja tentang Administrasi Perkara

Tindak Pidana tersebut

2 Keberatan tentang Surat Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Ott CIS RISI

antara PT PLN Disjaya dengan PT Netway adalah perjanjian yang sah

Bahwa surat dakwaan yang disusun oleh penuntut umum adalah didasarkan pada

keterangan 123 orang saksi yang tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan Saksi

keterangan ahli surat-surat dan barang-barang bukti yang telah disita oleh penyidik

yang merupakan hasil penyidikan sebagaimana tercantum dalam berkas perkara

Nomor BP-2372011 tanggal19 Juli 2011

Dari hasil penyidikan ditemukan bukti-bukti yang kuat tentang adanya dugaan tindak

pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait perbuatan terdakwa dalam pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber dananya

berasal dari Pos Pengolahan Data dan Teknologi Informasi pada Anggaran PLN

(APLN) Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2006 termasuk bukti adanya Surat

Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Out CIS RISI antara PT PLN Disjaya dengan

PTNetway

Bahwa berdasarkan hasil penyidikan diperoleh kesimpulan bahwa penandatangan

surat perjanjian tersebut adalah terkait dengan rangkaian perbuatan terdakwa dalam

mewujudkan tindak pidana korupsi yang disangkakan kepadanya adanya sehingga

penandatangan surat perjanjian yang dianggap sebagai perbuatan hukum yang sah

secara perdata tidaklah serta merta menghilangkan pertanggung jawaban terdakwa

secara pidana Oleh karena pembuktian aspek pidana atas perbuatan terdakwa yang

didakwakan tersebut termasuk materi pokok perkara sehingga keberatan yang

demikian haruslah dikesampingkan atau ditolak

Sebagai bahan pertimbangan dibawah ini akan disampaikan Yurispudensi yang

menegaskan bahwa sekalipun seandainya berdasarkan penilaian Hakim perbuatan

terdakwa merupakan masalah perdata bukan berarti serta merta menghilangkan sifat

melawan hukumnya perbuatan pidana terdakwa sebagaimana pertimbangan Putusan

Pendapatlbantahan Penll1ltut Umum dalam Perkma Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

12

MA No lKKr1957 tanggal 8-5-1957 (vide Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah

Agung Republik Indonesia Cetakan Kedua Mahkamah Agung RI 1993 Hal 57)

yang menyatakan

Walaupun dalam suatu perkara terdapat dasar-dasar untuk memajukan gugatan terhadap terdakwa yang OOpat merupakan perkara perdata akan tetapi ini tidak berarti bahwa penuntut kasasi tidak dapat dituntut karena ia melakukan suatu tindak pidana dengan demikian perbuatan-perbuatan yang dilakukan dapat merupakan baik perkara piOOna maupun perkara perdata tersendiri

3 Keberatan tentang Perbuatan orang lain seolah-olah perbuatan terdakwa

Bahwa adanya fakta tentang perbuatan orang lain dalam mewujudkan tindak pidana

korupsi yang didakwakan kepada terdakwa dan orang lain tersebut belum ditetapkan

sebagai tersangka tidak berarti perkara atas nama terdakwa aquo tidak dapat diperiksa

di persidangan karena dalam Yurisprudensi MARl tanggal22 Nopember 1969 No7

KKr1969 dalam perkara atas nama 1 Robinson Pinem 2 OJ Oamanik 3 Pangulu

Siahaan menegaskan bahwa keberatan yang diajukan penuntut kasasi bahwa dalam

perkara in pelaku utamanya tiOOk diadili tidak dapat diterima karena untuk

memeriksa perkara terdakwa pengadilan tidak perlu menunggu diajukannya terlebih

dahulu pelaku Utama dalam perkara itu

Bahkan dalam perkembangan proses persidangan perkara aquo apabila ditemukan

peran-peran pihak lainnya maka tidak menutup kemungkinan ditetapkannya tersangka

barn 01eh karena itu pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang terjadi manipulasi

berupa pengurangan terdakwa dan wpang pilih dalam menentukan tersangka adalah

pemyataan tendensius yang menyesatkan Oengan demikian keberatan tentang tidak

ditetapkannya orang lain dalam kaitan dengan peranan mewujudkan tindak pidana

yang didakwakan kepada terdakwa bukan merupakan ruang lingkup eksepsi dan harus

dikesampingkan

4 Keberatan tentang Pelanggaran azas legalitas

Bahwa pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang penetapan Eddie Widiono

Suwondho sebagai tersangka belum ada kerugian Negara yang dihitung berdasarkan

penghitungan yang dilakukan Ahli sehingga dianggap melanggar asas legalitas adalah

menunjukkan bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memaham~ dengan benar

pengertian asas legalitas itu sendiri

- Asas legalitas lazim disebut dengan terminologi principle of legality

legaliteitbeginsel non-retroaktif de la legalite atau ex post facto laws

Ketentuan asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perkara lr EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

13

Pidana (KUHP) Indonesia yang berbunyi Tiada suatu peristiwa dapat dipidana selaro

dari kekuatan ketentuan undang-undang pidana yang mendabuluinya PAF

Lamintang dan C Djisman Samosir merumuskan dengan terminologi sebagai

Tiada suatu perbuatan dapat dihukum kecuali didasarkan pada ketentuan pi dana

menurut undang-undang yang telah diadakan Iebih dulu Mill Harnzah

menterjemahkan dengan terminologi Tiada suatu perbuatan (feit) yang dapat

dipidana selain berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang

mendabuluinya Dari terjemaban terminologi tersebut dapat dipabami babwa

pefumusan asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP mengandung makna asas lex

temporls delicti artinya undang-undang yang berlaku adalah undang-undang yang ada

pada saat delik terjadi atau disebut juga asas nonretroaktir yang melarang

pembedakuan surut suatu undang-undang pidana dan sanksi pi dana (nonretroactive

application ofcriminal laws and criminal sanctions) n

Berdasarkan uraian tentang pengertian asas legalitas diatas dihubungkan dengan surat

dakwaan penuntut umum maka dapat disimpulkan bahwa penetapan terdakwa sebagai

tersangka dengan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-l001III2010 tanggal

23 Februari 2010 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-1401lTIII201O

tanggalll Maret 2010 tidak melanggar asas legalitas karena

bull Undang-undang memberi kewenangan kepada penyidik untuk menetapkan

seseorang sebagai tersangka dengan dengan bukti permulaan yang cukup

bull Bahwa dengan bukti permulaan yang cukup tersebut penyidik meyakini adanya

perbuatan tindak pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber

dananya berasal dari Pos Pengolaban Data dan Teknologi Informasi pada

Anggaran PLN (APLN) Tabun 2004 sampai dengan Tabun 2006 sehingga

penyidik menetapkan terdakwa sebagai tersangka dengan sangkaan melanggar

ketentuan pasal 2 ayat (I) UU Nomor 31 Tabun 1999 jo UU Nomor 20 Tabun

2001

bull Babwa ketentuan pi dana yang dijadikan dasar penetapan terdakwa sebagai

tersangka tersebut sudab ada sebelum tindak pidana korupsi yang disangkakan itu

terjadi

Babwa Tim Penasihat Hukum telab keliru memabami makna asas legalitas dan

terkesan berupaya mengaburkan substansi surat dakwaan dengan cara mengkaitkan

mekanisme penetapan tersangka dengan pembuktian unsur kerugian negara yang salah

Pendapatlbantahan Perllllttut Umum dafam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

14

satu alat buktinya adalah surat berupa Laporan Hasil Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara yang dibuat oleh Ahli dari BPKP Bahkan kekeliruan itu semakin

nyata ketika Tim Penasihat Hukum mengutip pertimbangan dalam alinea pertama

halaman 72 putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No 003IPUU-IV2006 tanggal 25

Juli 2006 kemudian memberikan kesimpulan bahwa seolah-olah penetapan tersangka

belum dapat dilakukan jika haSil penghitungan kerugian negara belum dituangkan

dalam suatu laporan Kesimpulan yang demikian adalah menyesatkan karena tidak

demikian maksud dari pertimbangan putusan MK tersebut

bull Bahwa pertimbangan dalam putusan MK sebagaimana tercantum pada halaman 70

sampai dengan 73 adalah menyangkut kata dapat dalam Pasal 2 ayat (1) UU PTPK

yang pengertiannya dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (l) bahwa dengan

penambahan kata dapat tersebut menjadikan tindak pi dana korupsi dalam Pasal 2

ayat (1) a quo menjadi rumusan de1ik formil sehingga apakah dengan pengertian

tersebut frasa dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang

diartikan baik kerugian yang nyata (actual loss) maupun hanya yang bersifat potensial

atau berupa kemungkinan kerugian (potential loss) merupakan unsur yang tidak periu

dibuktikan atau harns dibuktikan Menurut pendapat MK sebagaimana dalam

pertimbangan putusan aquo unsur kerugian negara harns dibuktikan dan harns dapat

dihitung meskipun sebagai perkiraan atau meskipun belum terjadi Kesimpulan

demikian harns ditentukan oleh seorang ahli di bidangnya Faktor kerugian baik

secara nyata atau berupa kemungkinan dilihat sebagai hal yang memberatkan atau

meringankan dalam penjatuhan pid~ seb~gaimana diuraikan dalam Penjelasan Pasal

4 bahwa pengembalian kerugian negara hanya dapat dipandang sebagai faktor yang

meringankan Oleh karenanya persoalan kata dapat dalam Pasal 2middot ayat (1) UU

PTPK lebih merupakan persoalan pelaksanaan dalam praktik ole~ aparat penegak

hukum dan bukan menyangkut konstitusionalitas norma

Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa pertimbangan putusan MK tidak mengkaitkan

adanya suatu keharusan bahwa untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka harus

terlebih dahulu adanya penyampaian Laporan Penghitungan Kerugian Keuangan

Negara oleh Ahli kepada penyidik

- Bahwa dalam penetapan terdakwa sebagai tersangka secara substantif penyidik telah

meyakini adanya unsur kerugian negara karena sejak awal Ahli dari BPKP yang

dimintakan bantuannya telah melakukan proses penghitungan kerugian negara

sehingga persoalan penyampaian laporan tersebut hanyalah persoalan teknis dan untuk

mendukung alat bukti berupa surat yang akan digunakan dalam proses pembuktian di

persidangan Tim Penasihat Hukum telah mengakui adanya pencantuman kerugian

PendapatlbQfltahQfl PenWltllt Umum dalam Perwa 17 EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

15

negara sebesar Rp 45 Milyar dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana Korupsi yang

mana pencantuman jumlah kerugian negara bukanlah hasil rekaan penyidik melainkan

hasil pekerjaan audit yang dilakukan oleh AhU Oleh karena itu keberatan yang

diajukan oleh Tim Penasihat Hukum mengenai hal ini adalah keberatan yang

mengada-ada dan sudah seharusnya dikesampingkan dan tidak perlu dipertimoangkan

oleh Majelis Hakim

Bahwa Tim Penasihat Hukum dalam bagian keberatan ini juga mempersoalkan

tentang isi Surat Dakwaan yang menyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian

uang berdasarkan business Plan 2005-2007 PT Netway Utama adalah hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran Bahwa

oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan tersebut

hams dinyatakan tidak dapat diterima Keberatan yang demikian ini adalah

menyangkut penilaian terhadap fakta yang tentunya perlu dibuktikan di persidangan

Oleh karena itu tidak benar jika uraian fakta tentang penerimaan uang oleh terdakwa

dianggap sebagai melanggar asas legalitas

5 Keberatan tentang Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal

64 tidak dicantumkan dalam surat dakwaan

Bahwa sesuai Jurisprodensi MA No156 KlKrl1963 tanggal 28 April 1964 soal

perbuatan lanjutan atau voortgezette handeling itu hanyalah mengenai soal

penjatuhan hukuman (straftoematig) dan tidak mengenai pembebasan dari tuntutan

Berdasarkan yurisprudensi tersebut_~apat ditarik kesimpulan bahwa pencantuman

pasal 64 KUHP dalam surat dakwaan bukan merupakan alasan pengajuan keberatan

(eksepsi) melainkan termasuk lingkup penilaian fakta dalam proses pembuktian terkait

dengan pemberatan dalam penjatuhan hukuma~leh karena itu keberatan tersebut

harnslah dikesampingkan

6 Keberatan tentang Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangshy

undangan

Bahwa sesuai dengan Pasal 56 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan disebutkan bahwa Semua Keputusan Presiden

Keputusan Menteri Keputusan Gubernur Keputusan Bupatilwalikota atau keputusan

pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 yang sifatnya mengatur yang

sudah ada sebelum UU ini berlaku hams dibaca peraturan sepanjang tidak

bertentangan dengan UU ini

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daJam Perkara Ir EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

16

- Bahwa ketentuan pengadaan barang dan jasa di PT PLN dalam bentuk SK Direksi

PT PLN tidaklah berdiri sendiri akan tetapi peraturan tersebut lahir sebagai tunman

dari UU Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri sebagaimana tercantwn di

dalam konsideran SK Direksi tersebut yang mana pengaturan SK Direksi tersebut

dimaksud sebagai petunjuk teknis dalam pengadaan barang dan jasa di PT PLN

(Persero)

Bahwa pasal3 UU No19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan Terhadap BUMN berlaku Undang-Undang ini anggaran dasar dan ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya

- Bahwa dengan demikian Anggaran Dasar PT PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat

dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan

(SK) Direksi PT PLN (Persero) Nomor 038KJ9201DIRI1998 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor

138KJOI01DIRI2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan

Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor No 118KJOI0IDIRI2004 tentang

Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 1 OOKJO 1OIDIRI2004 tentang Pengadaan BarangJasa di PT PLN

(Persero) jo SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor 200KJOIOIDIRI2004 tentang

Penjelasan Pedoman Pengadaan BarangJasa di Lingkungan PT PLN (Persero)

adalah termasuk dalam katagori peraturan perundang-undangan Dengan demikian

keberatan tentang hal ini haruslah dikesampingkan

7 Keberatan tentang Keuangan PT PLN (Persero) sebagai BUMN bukan merupakan

keuangan Negara kami tanggapi sebagai berikut

- Bahwa keberatan tersebut adalah materi pokok perkara dan bukan termasuk dalam

ruang lingkup materi yang dapat diajukan sebagai keberatan (eksepsi) sebagaimana

yang diatur dalam Pasal156 (I) KUHAP dan seharusnya dikesampingkan

Bahwa namun demikian kami perlu tegaskan bahwa pendapat Tim Penasihat Hukum

yang menyatakan keuangan PLN bukan keuangan Negara adalah pendapat yang

keliru Sebab di dalam penjelasan atas UU Tipikor dengan tegas dinyatakan bahwa

keuangan negara yang dimaksud dalam UU Tipikor adalah seluruh kekayaan negara

dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya

segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena

berada dalam penguasaan pengurusan dan pertanggungjawaban BUMNIBUMD

yayasan badan hukum dan perusahaan yang menyewakan modal negara atau

Pendaputbantahan Penuntut Umum dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

17

perusahaan yang menyertalean modal pihale ketiga berdasarkan perjanjian dengan

Negara

Bahwa penjelasan tersebut sejalan pula dengan ketentuan UU No 17 Tahun 2003

Pasall angka 1 yang memberikan pengertian keuangan Negara adalah semua hale dan

kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

pelalesanaan hale dan kewajiban tersebut Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2

ditegaskan bahwa Keuangan Negara meliputi kekayaan Negarakekayaan daerah yang

dikelola sendiri atau oleh pihale lain berupa uang surat berharga piutang barang serta

hale-hale lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan

pada perusahaan Negaraperusahaan daerah

Bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara digunakan untuk mencapai

tujuan bemegara sehingga setiap tahun disusun APBN dan APBD Salah satu

penggunaan dana APBNAPBD adalah dalam bentuk penyertaan modal Negara pada

Persero danatau Perum serta Perseroan Terbatas tainnya yang digolongkan sebagai

Kekayaan Negara yang dipisahkan

Bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Negara yang dipisahkan (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN)

Artinya bahwa secara langsung maupun tidak langsung dapat dikatakan bahwa dalam

operasionalnya BUMN tetapi menggunalean APBN Malesud dan tujuan pendician

BUMN adalah untuk menyelenggaralean kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup

orang banyale

8 Keberatan tentang Penghitungan kerugian negara tidak dilakukan pihak yang

berwenang dan

9 Tentang pemyataan Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas

dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan outsourcing roll out customer

information system rencana induk sistem informasi (CIS-RISI) pada PT PLN

(persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat

bertentangan dengan laporan keuangan dan konsolldasi PT Perusahaan Iistrlk

negara (persero) No20BAuditama VGAlOS2006 tanggal31 Mel 2006 oleh Badan

Pemeriksa Keuangan

Pendapatbantahan Pelluntut Umum dalam PerluJra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

18

Bahwa keberatan tentang kewenangan Ahli BPKP dalam menghitung kerugian

keuangan Negara (Point 8) dan ada tidaknya kerugian keuangan Negara (point 9)

diatas bukan merupakan materi eksepsi melainkan tennasuk penilaian fakta yang akan

dibuktikan di persidangan

10 Keberatan tentang Unsur penyertaan (deeJneJDing) yang tidakjelas

Bahwa dalam rumusan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-l KUHP diatur tiga bentuR penyertaan

yaitu sebagai yang melakukan menyuruh melakukan dan turut serta melakukan

Dalam Surat Dakwaan baik rumusan unsur delik pada Dakwaan Primair maupun pada

Dakwaan SUbSi~ir Penuntut Umum telah menguraikan dengan jelas kualitas penyertaan

tersebut yaitu ~ Terdakwa baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melakukan atau turut

serta melakukan dengan Saksi Margo Santoso Fahmi Mochtar dan Gani Abdul Gani dan

uraian faktanya telah dikonstruksikan secara cennat jelas dan lengkap baik dalam dakwaan

primair maupun subsidiair

Bahwa untuk mengetahui kualitas Terdakwa dalam penyertaan tersebut apakah sebagai orang

yang melakukan atau turut serta melakukan tentulah harus dibuktikan dalam persidangan

Dengan demikian keberatan tentang hal ini bukan merupakan lingkup materi eksepsi

melainkan sudah memasuki materi pokok perkara yang akan dibuktikan dalam persidangan

selanjutnya

11 Keberatan tentang Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Bahwa Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Pennasalahan dan penerapan

KUHAP hal 274 menjelaskan ~~at hukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang

bebas tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak

menentukan sama sekali tidak mengikat hakim Hakim bebas untuk menilai

kesempurnaan dan kebenarannya Tergantung pada penilaian Hakim untuk

menganggapnya sempurna atau tidak Tidak ada keharusan bagi Hakim untuk

menerima kebenaran setiap keterangan saksi Hakim bebas menilai kekuatan atau

kebenaran yang melekat pada keterangan itu dan dapat menerima II atau

menyingkirkannya Lain halnya jika Undang-Undang sendiri telah menentukan

bahwa alat bukti kesaksian mempunyai sifat kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mementukan Jika seandainya Undang-Undang menentukan demikian Hakim tidak

boleh menilai kekuatan pembuktiannya Hakim secara bulat harus terikat untuk

mempergunakannya dalam putusan tidak lagi berwenang untuk menilainya secara

bebas i Bahwa keberatan mengenai adanya keterangan duCdari 123 orang saksi dalam berkas

perkara yang menurut pendapat Tim Penasihat Hukum tidak reI evan dengan

Pendapatbantahan Penlllltlit Umum dalam Perlalra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

19

pembuktian perbuatan terdakwa bukan merupakan lingkup eksepsi melainkan i

termasuk kewenangan hakim dalam melakukan penilaian terhadap keterangan saksishy

saksi apabila dihadirkan untuk memberikan keterangan di persidangan Penuntut

Umum tidak terikat untuk menghadirkan keseluruhan saksi yang dicantumkan dalam

berkas perkara tersebut dalam proses pembuktian Penuntut Umum memiliki

kewenangan untuk menghadirkan sebagian saksi jika telah yakin bahwa dakwaan

yang diajukan telah dapat dibuktikan Penilaian terhadap kualitas saksi dan

kepentingan untuk menghadirkannya di persidangan sebagai alat bukti saksi bukan

merupakan 1ingkup eksepsi

Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa keberatan yang diajukan o1eh

Penasihat Hukum terdakwa sebagaimana diuraikan dalam Bab II tersebut adalah tidak

beralasan sehingga sudah seharusnya dinyatakan ditolak atau dikesampingkan

Bahwa selanjutnya dalam Bab III Nota Keberatan Tim Penasihat Hukum telah

mengajukan materi keberatan tentang Surat Dakwaan Harus Dibatalkan dengan alasan

sebagai berikut

1 Surat dakwaan tidak jelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 62 sid 65 pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Perumusan surat dakwaan yang disusun o1eh Penuntut Umum secara subsidiairitas

tersebut tidak tepat karena perbua~ yang didakwakan terhadap terdakwa adalah

perbuatan yang berbeda dan masing-masing berdiri sendiri yaitu perbuatan yang

bersifat melawan hukum disatu pihak sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Tipikor

dan perbuatan yang bersifat menyalahgunakan wewenang dilain pihak sebagaimana

diatur dalam pasal 3 UU Tipikor oleh karena itu lebih tepat dakwaan kepada terdakwa

disusun secara a1ternatif Dengan demikian surat dakwaan yang disusun secara

subsidiairitas tersebut adalah tidak je1as sehingga harus dibatalkan

2 Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana

itu dilakukan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 65 sid 66 pOOa pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya tidak cermat menyebutkan waktu

tempus delicti tindak pidana itu dilakukan hal ini terlihat dalam dakwaan subsidiair

halam 14 baris ke-13 sid 14 pada hari dan tang gal yang tidak dapat ditentukan

h1lll11PQllbrmUlllrm PIIU1llJlt u_dlll_ Pwlll EDDIE WIDIONO SUWONDHO MaC

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 9: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

8

perkara yang didakwakan kepada terdakwa Keterangan kedua saksi ini tidak termasuk

dalam keterangan saksi yang dimaksud oleh pasal 1 ayat (26) dan ayat (27) Meskipun

keterangan - keterangan kedua saksi ini mengenai hal yang ia dengar sendiri dan

dialami sendiri oleh saksi tetapi apa yang didengar dan dial ami oleh kedua saksi ini

tidak ada hubungannya dengan perkara terdakwa Dengan demikian sepatutnya kalau

disimpulkan bahwa dakwaan terhadap terdakwa ini adalah dakwaan yang tidak dapat

diterima

Bahwa oleh karena materi keberatan dalam Bab II ini adalah mengenai Dakwaan

Tidak Dapat Diterima maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas keberatan

beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Nota Keberatan tersebut diatas terlebih dahulu perlu

kami uraikan tentang apa yang dimaksud dengan Dakwaan Tidak Dapat Diterima

Bahwa dakwaan tidak dapat diterima adalah salah satu alasan keberatan

sebagaimana ditentukan dalam pasal156 ayat (1) KUHAP Namun demikian KUHAP tidak

memberi penjelasan lebih lanajut tentang apa yang dimaksud dengan dakwaan tidak dapat

diterima dan bilamana pengajuan suatu keberatan dengan alasan yang demikian itu dapat

dikabulkan oleh Majelis Hakim Oleh karena KUHAP tidak memberikan penjelasan tentang

hal tersebut maka perlu dicari penjelasannya dati sumber hukum lain diantaranya melalui

doktrin yang telah dianut dan diakui dalam praktek peradilan

Bahwa terkait dengan hal tersebut PAF Lamintang dalam bukunya KUHAP dengan

Pembahasan Secara Yuridis Menurut Yurisprudensi dan llmu Pengetahuan Hukum Pidana

halaman 358-360 memberi penjelasan sebagai benkut

eksepsi yang mengatakan dakwaan tidak dapat diterima sebagaimana yang

dimaksud dalam rumusan pasal 156 ayat (1) KUHAP itu dapat dikemukakan oleh

Terdakwa atau oleh Penasihat Hukumnya apabia dakwaan yang telah dibuat oleh

Penuntut Umum itu ada hubungannya dengan ketidakwenangan dari Penuntut Umum

untuk melakukan penuntutan terhadap terdakwa

Tidak berwenangnya Penuntut Umum melakukan penuntutan terhadap terdakwa seperti

dimaksudkan di atas itu dapat berkenaan antara lain

a tidak adanya pengaduan dari orang yang berwenang mengadu menurut undangshy

undang mengenai terjadi suatu delik aduan seperti yang antara lain telah diatur

dalam pasal-pasaZ 284 ayat (2) 287 ayat (2) 293 ayat (2) 319 320 ayat (2) 321

ayat (3) 332 ayat (2) 335 ayat (2) 367 ayat (2) dan 369 ayat (2) KUHP

PendapatlbD1tahD1 Penuntul Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

9

b tidak sahnya pengaduan yang telah dipakai sebagai dasar oleh Penuntut Umum

untuk melakukan penuntutan terhadap Terdakwa karena bertentangan dengan

ketentuan-ketentuan seperti yang diatur dalam pasal-pasal 72 73 dan 74 KUHP

c tidak sahnya penuntutan dan Penuntut Umum karena pengaduan yang dipakai

sebagai dasar untuk melakukan penuntutan telah dicabut kembali oleh pengadu

sesuai dengan haknya yang diatur dalam pasal 75 KUHP

d tidak sahnya penuntutan oleh Penuntut Umum terhadap Terdakwa karena adanya

dasar-dasar yang meniadakan penuntutan antara lain seperti yang diatur dalam

1 Bab kesatu KUHP yakni dalam pasal 2 - pasal 5 dan pasal 7 - pasal 9

KUHP yang mengatur masalah ruang lingkup berlakunya undang-undang

pidana Indonesia

2 Bab kelima KUHP yakni dalam pasa 61 dan 62 KUHP yang menentukan

bahwa penerbit dan pencetak tidak dapat dituntut apabia pada barang

cetakan yang bersangkutan dicantumkan nama dan alamatnya serta pelaku

atau orang yang telah menyuruh mencetak diketahui atau diberitahukan

setelah mendapat teguran tentang kelalaiannya

3 Bab kedelapan KUHP yakni dalam pasal 82 KUHP yang mengatur batalnya

hak untuk melakukan penuntutan karena adanya penyelesaian di luaT proses

peradilan (afdoening buiten process) dalam pasal 76 KUHP yang mengatur

asas nebis in idem dengan menentukan bahwa tidak seorang pun dapat

dituntut untuk kedua kalinya apabila perbuatannya telah mendapat putusan

dari hakim Indonesia yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap

pasal 77 KUHP yang menentukan bahwa hak untuk melakukan penuntutan

menjadi hapus karena meninggalnya terdakwa dan pasal 78 KUHP yang

menentukan bahwa hak untuk melakukan penuntutan itu gugur karena

kedaluwarsa atau karena lewat waktu

Dengan memperhatikan doktrin tersebut di atas maka kami berpendapat bahwa

keberatan yang diajukan oleh Tim Penasihat Hukum dengan alasan dakwaan tidak dapat

diterima sebagaimana dikemukakan pada Bab II Nota Keberatannya tersebut menWljtikkan

bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memahami dengan benar tentang materi pengajuan

keberatan yang diatur dalam pasall56 ayat (1) KUHAP Dalam hal ini Tim Penasihat Hukum

tampaknya tidak dapat memilah hal-hal mana saja yang dapat dijadikan alasan pengajuan

keberatan sehingga terkesan bahwa Tim Penasihat Hukum bempaya Wltuk menarik materi

pokok perkara sebagai materi pengajuan keberatan Tentunya pengajuan keberatan yang

demikian itu hamslah ditolak atau dikesampingkan karena tidak memenuhi alasan yuridis

Pendapatlbantahan Pmuntut Umum dalam Perklua Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

10

sehingga pada prinsipnya tidak perlu kami tanggapi lebih Ian jut Namun demikian kami perlu

menyampaikan bantahan terhadap

1 Keberatan tentang Penuntut Umum melanggar Undang-Undang el

- Bahwa pencantuman kata terdakwa dalam Surat Perintah p~u tidaklah dapat

diartikan sebagai perbuatan melanggar undang-undang mengingat KUHAP tidak

memberikan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis mengenai format Surat Perintah

Penahanan dimaksud

Bahwa format Surat Perintah Penahanan merupakan Tata Laksana Administrasi

Pelimpahanmiddot Perkara ke Pengadilan yang merupakan bagian dari tugas pokok

Kejaksaan dalam bidang penuntutan sehingga dalam pelaksanaannya mempedomani

Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia (Kepja) Jalpoundsamiddot A~g ~ No5181A1JAl1112001 tanggal 01 Nopember 2001 tentang perubahan Kepja NoKepshy

132JAl1111994 tanggal 07 Nopember 1994 yang sampai hari ini masih berlaku di

seluruh Indonesia (vide halaman 238 dan 239 tentang Format SURAT PERINTAH i

PENAHANANIPENGALIHAN JENIS PENAHANAN (TINGKAT

PENUNTUTANraquo

Bahwa di dalam Kepja tersebut juga dicantumkan tabel petunjuk I cara pengisian

Format Surat Perintah Penahanan (vide halaman 240) yang mana salah satu dasar

hukum pengisian format Surat Perintah Penahanan tersebut adalah pasal 21 KUHAP

yang menyebutkan

Ayat (1) Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap

seorang tersangka atau terdakwa dst

Ayat (2) Penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik atau

penuntut umum terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan

surat perintah penahanan atau penetapan hakim yang mencantumkan

identitas tersangka atau terdakwa dengan menyebutkan alasan

penahanan dst

Bahwa apabila bunyi pasal 21 KUHAP khususnya ayat (2) tersebut dipahami dengan

seksama maka dapat dimengerti bahwa dalam proses penyidikan penyidik

berwenang melakukan tindakan penahanan terhadap tersangka sedangkan dalam

proses penuntutan penuntut umum berwenang melakukan tindakan penahanan

terhadap terdakwa dengan memberikan surat perintah penahanan Dengan

demikian setelah penyidik melimpahkan tersangka berikut berkas perkara dan barang

bukti kepada Penuntut Umum maka proses penanganan perkara memasuki tahap

penuntutan Dalam proses penunutan ini sesuai dengan bunyi pasal 21 ayat (2)

PendapatlbantahQll Penuntut U1IIIU7I dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

11

KUHAP tersebut berwenang melakukan penahanan terhadap terdakwa dengan

memberikan surat perintah penahanan Oleh karena itu pencantuman kata terdakwa

dalam surat perintah penahanan yang diberikan oleh Penuntut Umum KPK sudah tepat l

dan tidak melanggar ketentuan undang-undang sehingga tidak benar tuduhan Tim

Penasihat Hukum yang menyatakan bahwa Penuntut Umum pada KPK melakukan

perbuatan melanggar undang-undang karena mencantumkan kata terdakwa dalam

Surat Perintah Penahanan yang berpedoman pada Kepja tentang Administrasi Perkara

Tindak Pidana tersebut

2 Keberatan tentang Surat Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Ott CIS RISI

antara PT PLN Disjaya dengan PT Netway adalah perjanjian yang sah

Bahwa surat dakwaan yang disusun oleh penuntut umum adalah didasarkan pada

keterangan 123 orang saksi yang tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan Saksi

keterangan ahli surat-surat dan barang-barang bukti yang telah disita oleh penyidik

yang merupakan hasil penyidikan sebagaimana tercantum dalam berkas perkara

Nomor BP-2372011 tanggal19 Juli 2011

Dari hasil penyidikan ditemukan bukti-bukti yang kuat tentang adanya dugaan tindak

pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait perbuatan terdakwa dalam pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber dananya

berasal dari Pos Pengolahan Data dan Teknologi Informasi pada Anggaran PLN

(APLN) Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2006 termasuk bukti adanya Surat

Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Out CIS RISI antara PT PLN Disjaya dengan

PTNetway

Bahwa berdasarkan hasil penyidikan diperoleh kesimpulan bahwa penandatangan

surat perjanjian tersebut adalah terkait dengan rangkaian perbuatan terdakwa dalam

mewujudkan tindak pidana korupsi yang disangkakan kepadanya adanya sehingga

penandatangan surat perjanjian yang dianggap sebagai perbuatan hukum yang sah

secara perdata tidaklah serta merta menghilangkan pertanggung jawaban terdakwa

secara pidana Oleh karena pembuktian aspek pidana atas perbuatan terdakwa yang

didakwakan tersebut termasuk materi pokok perkara sehingga keberatan yang

demikian haruslah dikesampingkan atau ditolak

Sebagai bahan pertimbangan dibawah ini akan disampaikan Yurispudensi yang

menegaskan bahwa sekalipun seandainya berdasarkan penilaian Hakim perbuatan

terdakwa merupakan masalah perdata bukan berarti serta merta menghilangkan sifat

melawan hukumnya perbuatan pidana terdakwa sebagaimana pertimbangan Putusan

Pendapatlbantahan Penll1ltut Umum dalam Perkma Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

12

MA No lKKr1957 tanggal 8-5-1957 (vide Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah

Agung Republik Indonesia Cetakan Kedua Mahkamah Agung RI 1993 Hal 57)

yang menyatakan

Walaupun dalam suatu perkara terdapat dasar-dasar untuk memajukan gugatan terhadap terdakwa yang OOpat merupakan perkara perdata akan tetapi ini tidak berarti bahwa penuntut kasasi tidak dapat dituntut karena ia melakukan suatu tindak pidana dengan demikian perbuatan-perbuatan yang dilakukan dapat merupakan baik perkara piOOna maupun perkara perdata tersendiri

3 Keberatan tentang Perbuatan orang lain seolah-olah perbuatan terdakwa

Bahwa adanya fakta tentang perbuatan orang lain dalam mewujudkan tindak pidana

korupsi yang didakwakan kepada terdakwa dan orang lain tersebut belum ditetapkan

sebagai tersangka tidak berarti perkara atas nama terdakwa aquo tidak dapat diperiksa

di persidangan karena dalam Yurisprudensi MARl tanggal22 Nopember 1969 No7

KKr1969 dalam perkara atas nama 1 Robinson Pinem 2 OJ Oamanik 3 Pangulu

Siahaan menegaskan bahwa keberatan yang diajukan penuntut kasasi bahwa dalam

perkara in pelaku utamanya tiOOk diadili tidak dapat diterima karena untuk

memeriksa perkara terdakwa pengadilan tidak perlu menunggu diajukannya terlebih

dahulu pelaku Utama dalam perkara itu

Bahkan dalam perkembangan proses persidangan perkara aquo apabila ditemukan

peran-peran pihak lainnya maka tidak menutup kemungkinan ditetapkannya tersangka

barn 01eh karena itu pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang terjadi manipulasi

berupa pengurangan terdakwa dan wpang pilih dalam menentukan tersangka adalah

pemyataan tendensius yang menyesatkan Oengan demikian keberatan tentang tidak

ditetapkannya orang lain dalam kaitan dengan peranan mewujudkan tindak pidana

yang didakwakan kepada terdakwa bukan merupakan ruang lingkup eksepsi dan harus

dikesampingkan

4 Keberatan tentang Pelanggaran azas legalitas

Bahwa pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang penetapan Eddie Widiono

Suwondho sebagai tersangka belum ada kerugian Negara yang dihitung berdasarkan

penghitungan yang dilakukan Ahli sehingga dianggap melanggar asas legalitas adalah

menunjukkan bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memaham~ dengan benar

pengertian asas legalitas itu sendiri

- Asas legalitas lazim disebut dengan terminologi principle of legality

legaliteitbeginsel non-retroaktif de la legalite atau ex post facto laws

Ketentuan asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perkara lr EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

13

Pidana (KUHP) Indonesia yang berbunyi Tiada suatu peristiwa dapat dipidana selaro

dari kekuatan ketentuan undang-undang pidana yang mendabuluinya PAF

Lamintang dan C Djisman Samosir merumuskan dengan terminologi sebagai

Tiada suatu perbuatan dapat dihukum kecuali didasarkan pada ketentuan pi dana

menurut undang-undang yang telah diadakan Iebih dulu Mill Harnzah

menterjemahkan dengan terminologi Tiada suatu perbuatan (feit) yang dapat

dipidana selain berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang

mendabuluinya Dari terjemaban terminologi tersebut dapat dipabami babwa

pefumusan asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP mengandung makna asas lex

temporls delicti artinya undang-undang yang berlaku adalah undang-undang yang ada

pada saat delik terjadi atau disebut juga asas nonretroaktir yang melarang

pembedakuan surut suatu undang-undang pidana dan sanksi pi dana (nonretroactive

application ofcriminal laws and criminal sanctions) n

Berdasarkan uraian tentang pengertian asas legalitas diatas dihubungkan dengan surat

dakwaan penuntut umum maka dapat disimpulkan bahwa penetapan terdakwa sebagai

tersangka dengan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-l001III2010 tanggal

23 Februari 2010 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-1401lTIII201O

tanggalll Maret 2010 tidak melanggar asas legalitas karena

bull Undang-undang memberi kewenangan kepada penyidik untuk menetapkan

seseorang sebagai tersangka dengan dengan bukti permulaan yang cukup

bull Bahwa dengan bukti permulaan yang cukup tersebut penyidik meyakini adanya

perbuatan tindak pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber

dananya berasal dari Pos Pengolaban Data dan Teknologi Informasi pada

Anggaran PLN (APLN) Tabun 2004 sampai dengan Tabun 2006 sehingga

penyidik menetapkan terdakwa sebagai tersangka dengan sangkaan melanggar

ketentuan pasal 2 ayat (I) UU Nomor 31 Tabun 1999 jo UU Nomor 20 Tabun

2001

bull Babwa ketentuan pi dana yang dijadikan dasar penetapan terdakwa sebagai

tersangka tersebut sudab ada sebelum tindak pidana korupsi yang disangkakan itu

terjadi

Babwa Tim Penasihat Hukum telab keliru memabami makna asas legalitas dan

terkesan berupaya mengaburkan substansi surat dakwaan dengan cara mengkaitkan

mekanisme penetapan tersangka dengan pembuktian unsur kerugian negara yang salah

Pendapatlbantahan Perllllttut Umum dafam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

14

satu alat buktinya adalah surat berupa Laporan Hasil Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara yang dibuat oleh Ahli dari BPKP Bahkan kekeliruan itu semakin

nyata ketika Tim Penasihat Hukum mengutip pertimbangan dalam alinea pertama

halaman 72 putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No 003IPUU-IV2006 tanggal 25

Juli 2006 kemudian memberikan kesimpulan bahwa seolah-olah penetapan tersangka

belum dapat dilakukan jika haSil penghitungan kerugian negara belum dituangkan

dalam suatu laporan Kesimpulan yang demikian adalah menyesatkan karena tidak

demikian maksud dari pertimbangan putusan MK tersebut

bull Bahwa pertimbangan dalam putusan MK sebagaimana tercantum pada halaman 70

sampai dengan 73 adalah menyangkut kata dapat dalam Pasal 2 ayat (1) UU PTPK

yang pengertiannya dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (l) bahwa dengan

penambahan kata dapat tersebut menjadikan tindak pi dana korupsi dalam Pasal 2

ayat (1) a quo menjadi rumusan de1ik formil sehingga apakah dengan pengertian

tersebut frasa dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang

diartikan baik kerugian yang nyata (actual loss) maupun hanya yang bersifat potensial

atau berupa kemungkinan kerugian (potential loss) merupakan unsur yang tidak periu

dibuktikan atau harns dibuktikan Menurut pendapat MK sebagaimana dalam

pertimbangan putusan aquo unsur kerugian negara harns dibuktikan dan harns dapat

dihitung meskipun sebagai perkiraan atau meskipun belum terjadi Kesimpulan

demikian harns ditentukan oleh seorang ahli di bidangnya Faktor kerugian baik

secara nyata atau berupa kemungkinan dilihat sebagai hal yang memberatkan atau

meringankan dalam penjatuhan pid~ seb~gaimana diuraikan dalam Penjelasan Pasal

4 bahwa pengembalian kerugian negara hanya dapat dipandang sebagai faktor yang

meringankan Oleh karenanya persoalan kata dapat dalam Pasal 2middot ayat (1) UU

PTPK lebih merupakan persoalan pelaksanaan dalam praktik ole~ aparat penegak

hukum dan bukan menyangkut konstitusionalitas norma

Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa pertimbangan putusan MK tidak mengkaitkan

adanya suatu keharusan bahwa untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka harus

terlebih dahulu adanya penyampaian Laporan Penghitungan Kerugian Keuangan

Negara oleh Ahli kepada penyidik

- Bahwa dalam penetapan terdakwa sebagai tersangka secara substantif penyidik telah

meyakini adanya unsur kerugian negara karena sejak awal Ahli dari BPKP yang

dimintakan bantuannya telah melakukan proses penghitungan kerugian negara

sehingga persoalan penyampaian laporan tersebut hanyalah persoalan teknis dan untuk

mendukung alat bukti berupa surat yang akan digunakan dalam proses pembuktian di

persidangan Tim Penasihat Hukum telah mengakui adanya pencantuman kerugian

PendapatlbQfltahQfl PenWltllt Umum dalam Perwa 17 EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

15

negara sebesar Rp 45 Milyar dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana Korupsi yang

mana pencantuman jumlah kerugian negara bukanlah hasil rekaan penyidik melainkan

hasil pekerjaan audit yang dilakukan oleh AhU Oleh karena itu keberatan yang

diajukan oleh Tim Penasihat Hukum mengenai hal ini adalah keberatan yang

mengada-ada dan sudah seharusnya dikesampingkan dan tidak perlu dipertimoangkan

oleh Majelis Hakim

Bahwa Tim Penasihat Hukum dalam bagian keberatan ini juga mempersoalkan

tentang isi Surat Dakwaan yang menyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian

uang berdasarkan business Plan 2005-2007 PT Netway Utama adalah hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran Bahwa

oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan tersebut

hams dinyatakan tidak dapat diterima Keberatan yang demikian ini adalah

menyangkut penilaian terhadap fakta yang tentunya perlu dibuktikan di persidangan

Oleh karena itu tidak benar jika uraian fakta tentang penerimaan uang oleh terdakwa

dianggap sebagai melanggar asas legalitas

5 Keberatan tentang Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal

64 tidak dicantumkan dalam surat dakwaan

Bahwa sesuai Jurisprodensi MA No156 KlKrl1963 tanggal 28 April 1964 soal

perbuatan lanjutan atau voortgezette handeling itu hanyalah mengenai soal

penjatuhan hukuman (straftoematig) dan tidak mengenai pembebasan dari tuntutan

Berdasarkan yurisprudensi tersebut_~apat ditarik kesimpulan bahwa pencantuman

pasal 64 KUHP dalam surat dakwaan bukan merupakan alasan pengajuan keberatan

(eksepsi) melainkan termasuk lingkup penilaian fakta dalam proses pembuktian terkait

dengan pemberatan dalam penjatuhan hukuma~leh karena itu keberatan tersebut

harnslah dikesampingkan

6 Keberatan tentang Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangshy

undangan

Bahwa sesuai dengan Pasal 56 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan disebutkan bahwa Semua Keputusan Presiden

Keputusan Menteri Keputusan Gubernur Keputusan Bupatilwalikota atau keputusan

pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 yang sifatnya mengatur yang

sudah ada sebelum UU ini berlaku hams dibaca peraturan sepanjang tidak

bertentangan dengan UU ini

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daJam Perkara Ir EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

16

- Bahwa ketentuan pengadaan barang dan jasa di PT PLN dalam bentuk SK Direksi

PT PLN tidaklah berdiri sendiri akan tetapi peraturan tersebut lahir sebagai tunman

dari UU Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri sebagaimana tercantwn di

dalam konsideran SK Direksi tersebut yang mana pengaturan SK Direksi tersebut

dimaksud sebagai petunjuk teknis dalam pengadaan barang dan jasa di PT PLN

(Persero)

Bahwa pasal3 UU No19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan Terhadap BUMN berlaku Undang-Undang ini anggaran dasar dan ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya

- Bahwa dengan demikian Anggaran Dasar PT PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat

dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan

(SK) Direksi PT PLN (Persero) Nomor 038KJ9201DIRI1998 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor

138KJOI01DIRI2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan

Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor No 118KJOI0IDIRI2004 tentang

Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 1 OOKJO 1OIDIRI2004 tentang Pengadaan BarangJasa di PT PLN

(Persero) jo SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor 200KJOIOIDIRI2004 tentang

Penjelasan Pedoman Pengadaan BarangJasa di Lingkungan PT PLN (Persero)

adalah termasuk dalam katagori peraturan perundang-undangan Dengan demikian

keberatan tentang hal ini haruslah dikesampingkan

7 Keberatan tentang Keuangan PT PLN (Persero) sebagai BUMN bukan merupakan

keuangan Negara kami tanggapi sebagai berikut

- Bahwa keberatan tersebut adalah materi pokok perkara dan bukan termasuk dalam

ruang lingkup materi yang dapat diajukan sebagai keberatan (eksepsi) sebagaimana

yang diatur dalam Pasal156 (I) KUHAP dan seharusnya dikesampingkan

Bahwa namun demikian kami perlu tegaskan bahwa pendapat Tim Penasihat Hukum

yang menyatakan keuangan PLN bukan keuangan Negara adalah pendapat yang

keliru Sebab di dalam penjelasan atas UU Tipikor dengan tegas dinyatakan bahwa

keuangan negara yang dimaksud dalam UU Tipikor adalah seluruh kekayaan negara

dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya

segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena

berada dalam penguasaan pengurusan dan pertanggungjawaban BUMNIBUMD

yayasan badan hukum dan perusahaan yang menyewakan modal negara atau

Pendaputbantahan Penuntut Umum dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

17

perusahaan yang menyertalean modal pihale ketiga berdasarkan perjanjian dengan

Negara

Bahwa penjelasan tersebut sejalan pula dengan ketentuan UU No 17 Tahun 2003

Pasall angka 1 yang memberikan pengertian keuangan Negara adalah semua hale dan

kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

pelalesanaan hale dan kewajiban tersebut Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2

ditegaskan bahwa Keuangan Negara meliputi kekayaan Negarakekayaan daerah yang

dikelola sendiri atau oleh pihale lain berupa uang surat berharga piutang barang serta

hale-hale lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan

pada perusahaan Negaraperusahaan daerah

Bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara digunakan untuk mencapai

tujuan bemegara sehingga setiap tahun disusun APBN dan APBD Salah satu

penggunaan dana APBNAPBD adalah dalam bentuk penyertaan modal Negara pada

Persero danatau Perum serta Perseroan Terbatas tainnya yang digolongkan sebagai

Kekayaan Negara yang dipisahkan

Bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Negara yang dipisahkan (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN)

Artinya bahwa secara langsung maupun tidak langsung dapat dikatakan bahwa dalam

operasionalnya BUMN tetapi menggunalean APBN Malesud dan tujuan pendician

BUMN adalah untuk menyelenggaralean kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup

orang banyale

8 Keberatan tentang Penghitungan kerugian negara tidak dilakukan pihak yang

berwenang dan

9 Tentang pemyataan Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas

dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan outsourcing roll out customer

information system rencana induk sistem informasi (CIS-RISI) pada PT PLN

(persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat

bertentangan dengan laporan keuangan dan konsolldasi PT Perusahaan Iistrlk

negara (persero) No20BAuditama VGAlOS2006 tanggal31 Mel 2006 oleh Badan

Pemeriksa Keuangan

Pendapatbantahan Pelluntut Umum dalam PerluJra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

18

Bahwa keberatan tentang kewenangan Ahli BPKP dalam menghitung kerugian

keuangan Negara (Point 8) dan ada tidaknya kerugian keuangan Negara (point 9)

diatas bukan merupakan materi eksepsi melainkan tennasuk penilaian fakta yang akan

dibuktikan di persidangan

10 Keberatan tentang Unsur penyertaan (deeJneJDing) yang tidakjelas

Bahwa dalam rumusan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-l KUHP diatur tiga bentuR penyertaan

yaitu sebagai yang melakukan menyuruh melakukan dan turut serta melakukan

Dalam Surat Dakwaan baik rumusan unsur delik pada Dakwaan Primair maupun pada

Dakwaan SUbSi~ir Penuntut Umum telah menguraikan dengan jelas kualitas penyertaan

tersebut yaitu ~ Terdakwa baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melakukan atau turut

serta melakukan dengan Saksi Margo Santoso Fahmi Mochtar dan Gani Abdul Gani dan

uraian faktanya telah dikonstruksikan secara cennat jelas dan lengkap baik dalam dakwaan

primair maupun subsidiair

Bahwa untuk mengetahui kualitas Terdakwa dalam penyertaan tersebut apakah sebagai orang

yang melakukan atau turut serta melakukan tentulah harus dibuktikan dalam persidangan

Dengan demikian keberatan tentang hal ini bukan merupakan lingkup materi eksepsi

melainkan sudah memasuki materi pokok perkara yang akan dibuktikan dalam persidangan

selanjutnya

11 Keberatan tentang Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Bahwa Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Pennasalahan dan penerapan

KUHAP hal 274 menjelaskan ~~at hukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang

bebas tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak

menentukan sama sekali tidak mengikat hakim Hakim bebas untuk menilai

kesempurnaan dan kebenarannya Tergantung pada penilaian Hakim untuk

menganggapnya sempurna atau tidak Tidak ada keharusan bagi Hakim untuk

menerima kebenaran setiap keterangan saksi Hakim bebas menilai kekuatan atau

kebenaran yang melekat pada keterangan itu dan dapat menerima II atau

menyingkirkannya Lain halnya jika Undang-Undang sendiri telah menentukan

bahwa alat bukti kesaksian mempunyai sifat kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mementukan Jika seandainya Undang-Undang menentukan demikian Hakim tidak

boleh menilai kekuatan pembuktiannya Hakim secara bulat harus terikat untuk

mempergunakannya dalam putusan tidak lagi berwenang untuk menilainya secara

bebas i Bahwa keberatan mengenai adanya keterangan duCdari 123 orang saksi dalam berkas

perkara yang menurut pendapat Tim Penasihat Hukum tidak reI evan dengan

Pendapatbantahan Penlllltlit Umum dalam Perlalra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

19

pembuktian perbuatan terdakwa bukan merupakan lingkup eksepsi melainkan i

termasuk kewenangan hakim dalam melakukan penilaian terhadap keterangan saksishy

saksi apabila dihadirkan untuk memberikan keterangan di persidangan Penuntut

Umum tidak terikat untuk menghadirkan keseluruhan saksi yang dicantumkan dalam

berkas perkara tersebut dalam proses pembuktian Penuntut Umum memiliki

kewenangan untuk menghadirkan sebagian saksi jika telah yakin bahwa dakwaan

yang diajukan telah dapat dibuktikan Penilaian terhadap kualitas saksi dan

kepentingan untuk menghadirkannya di persidangan sebagai alat bukti saksi bukan

merupakan 1ingkup eksepsi

Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa keberatan yang diajukan o1eh

Penasihat Hukum terdakwa sebagaimana diuraikan dalam Bab II tersebut adalah tidak

beralasan sehingga sudah seharusnya dinyatakan ditolak atau dikesampingkan

Bahwa selanjutnya dalam Bab III Nota Keberatan Tim Penasihat Hukum telah

mengajukan materi keberatan tentang Surat Dakwaan Harus Dibatalkan dengan alasan

sebagai berikut

1 Surat dakwaan tidak jelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 62 sid 65 pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Perumusan surat dakwaan yang disusun o1eh Penuntut Umum secara subsidiairitas

tersebut tidak tepat karena perbua~ yang didakwakan terhadap terdakwa adalah

perbuatan yang berbeda dan masing-masing berdiri sendiri yaitu perbuatan yang

bersifat melawan hukum disatu pihak sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Tipikor

dan perbuatan yang bersifat menyalahgunakan wewenang dilain pihak sebagaimana

diatur dalam pasal 3 UU Tipikor oleh karena itu lebih tepat dakwaan kepada terdakwa

disusun secara a1ternatif Dengan demikian surat dakwaan yang disusun secara

subsidiairitas tersebut adalah tidak je1as sehingga harus dibatalkan

2 Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana

itu dilakukan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 65 sid 66 pOOa pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya tidak cermat menyebutkan waktu

tempus delicti tindak pidana itu dilakukan hal ini terlihat dalam dakwaan subsidiair

halam 14 baris ke-13 sid 14 pada hari dan tang gal yang tidak dapat ditentukan

h1lll11PQllbrmUlllrm PIIU1llJlt u_dlll_ Pwlll EDDIE WIDIONO SUWONDHO MaC

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 10: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

9

b tidak sahnya pengaduan yang telah dipakai sebagai dasar oleh Penuntut Umum

untuk melakukan penuntutan terhadap Terdakwa karena bertentangan dengan

ketentuan-ketentuan seperti yang diatur dalam pasal-pasal 72 73 dan 74 KUHP

c tidak sahnya penuntutan dan Penuntut Umum karena pengaduan yang dipakai

sebagai dasar untuk melakukan penuntutan telah dicabut kembali oleh pengadu

sesuai dengan haknya yang diatur dalam pasal 75 KUHP

d tidak sahnya penuntutan oleh Penuntut Umum terhadap Terdakwa karena adanya

dasar-dasar yang meniadakan penuntutan antara lain seperti yang diatur dalam

1 Bab kesatu KUHP yakni dalam pasal 2 - pasal 5 dan pasal 7 - pasal 9

KUHP yang mengatur masalah ruang lingkup berlakunya undang-undang

pidana Indonesia

2 Bab kelima KUHP yakni dalam pasa 61 dan 62 KUHP yang menentukan

bahwa penerbit dan pencetak tidak dapat dituntut apabia pada barang

cetakan yang bersangkutan dicantumkan nama dan alamatnya serta pelaku

atau orang yang telah menyuruh mencetak diketahui atau diberitahukan

setelah mendapat teguran tentang kelalaiannya

3 Bab kedelapan KUHP yakni dalam pasal 82 KUHP yang mengatur batalnya

hak untuk melakukan penuntutan karena adanya penyelesaian di luaT proses

peradilan (afdoening buiten process) dalam pasal 76 KUHP yang mengatur

asas nebis in idem dengan menentukan bahwa tidak seorang pun dapat

dituntut untuk kedua kalinya apabila perbuatannya telah mendapat putusan

dari hakim Indonesia yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap

pasal 77 KUHP yang menentukan bahwa hak untuk melakukan penuntutan

menjadi hapus karena meninggalnya terdakwa dan pasal 78 KUHP yang

menentukan bahwa hak untuk melakukan penuntutan itu gugur karena

kedaluwarsa atau karena lewat waktu

Dengan memperhatikan doktrin tersebut di atas maka kami berpendapat bahwa

keberatan yang diajukan oleh Tim Penasihat Hukum dengan alasan dakwaan tidak dapat

diterima sebagaimana dikemukakan pada Bab II Nota Keberatannya tersebut menWljtikkan

bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memahami dengan benar tentang materi pengajuan

keberatan yang diatur dalam pasall56 ayat (1) KUHAP Dalam hal ini Tim Penasihat Hukum

tampaknya tidak dapat memilah hal-hal mana saja yang dapat dijadikan alasan pengajuan

keberatan sehingga terkesan bahwa Tim Penasihat Hukum bempaya Wltuk menarik materi

pokok perkara sebagai materi pengajuan keberatan Tentunya pengajuan keberatan yang

demikian itu hamslah ditolak atau dikesampingkan karena tidak memenuhi alasan yuridis

Pendapatlbantahan Pmuntut Umum dalam Perklua Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

10

sehingga pada prinsipnya tidak perlu kami tanggapi lebih Ian jut Namun demikian kami perlu

menyampaikan bantahan terhadap

1 Keberatan tentang Penuntut Umum melanggar Undang-Undang el

- Bahwa pencantuman kata terdakwa dalam Surat Perintah p~u tidaklah dapat

diartikan sebagai perbuatan melanggar undang-undang mengingat KUHAP tidak

memberikan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis mengenai format Surat Perintah

Penahanan dimaksud

Bahwa format Surat Perintah Penahanan merupakan Tata Laksana Administrasi

Pelimpahanmiddot Perkara ke Pengadilan yang merupakan bagian dari tugas pokok

Kejaksaan dalam bidang penuntutan sehingga dalam pelaksanaannya mempedomani

Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia (Kepja) Jalpoundsamiddot A~g ~ No5181A1JAl1112001 tanggal 01 Nopember 2001 tentang perubahan Kepja NoKepshy

132JAl1111994 tanggal 07 Nopember 1994 yang sampai hari ini masih berlaku di

seluruh Indonesia (vide halaman 238 dan 239 tentang Format SURAT PERINTAH i

PENAHANANIPENGALIHAN JENIS PENAHANAN (TINGKAT

PENUNTUTANraquo

Bahwa di dalam Kepja tersebut juga dicantumkan tabel petunjuk I cara pengisian

Format Surat Perintah Penahanan (vide halaman 240) yang mana salah satu dasar

hukum pengisian format Surat Perintah Penahanan tersebut adalah pasal 21 KUHAP

yang menyebutkan

Ayat (1) Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap

seorang tersangka atau terdakwa dst

Ayat (2) Penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik atau

penuntut umum terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan

surat perintah penahanan atau penetapan hakim yang mencantumkan

identitas tersangka atau terdakwa dengan menyebutkan alasan

penahanan dst

Bahwa apabila bunyi pasal 21 KUHAP khususnya ayat (2) tersebut dipahami dengan

seksama maka dapat dimengerti bahwa dalam proses penyidikan penyidik

berwenang melakukan tindakan penahanan terhadap tersangka sedangkan dalam

proses penuntutan penuntut umum berwenang melakukan tindakan penahanan

terhadap terdakwa dengan memberikan surat perintah penahanan Dengan

demikian setelah penyidik melimpahkan tersangka berikut berkas perkara dan barang

bukti kepada Penuntut Umum maka proses penanganan perkara memasuki tahap

penuntutan Dalam proses penunutan ini sesuai dengan bunyi pasal 21 ayat (2)

PendapatlbantahQll Penuntut U1IIIU7I dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

11

KUHAP tersebut berwenang melakukan penahanan terhadap terdakwa dengan

memberikan surat perintah penahanan Oleh karena itu pencantuman kata terdakwa

dalam surat perintah penahanan yang diberikan oleh Penuntut Umum KPK sudah tepat l

dan tidak melanggar ketentuan undang-undang sehingga tidak benar tuduhan Tim

Penasihat Hukum yang menyatakan bahwa Penuntut Umum pada KPK melakukan

perbuatan melanggar undang-undang karena mencantumkan kata terdakwa dalam

Surat Perintah Penahanan yang berpedoman pada Kepja tentang Administrasi Perkara

Tindak Pidana tersebut

2 Keberatan tentang Surat Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Ott CIS RISI

antara PT PLN Disjaya dengan PT Netway adalah perjanjian yang sah

Bahwa surat dakwaan yang disusun oleh penuntut umum adalah didasarkan pada

keterangan 123 orang saksi yang tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan Saksi

keterangan ahli surat-surat dan barang-barang bukti yang telah disita oleh penyidik

yang merupakan hasil penyidikan sebagaimana tercantum dalam berkas perkara

Nomor BP-2372011 tanggal19 Juli 2011

Dari hasil penyidikan ditemukan bukti-bukti yang kuat tentang adanya dugaan tindak

pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait perbuatan terdakwa dalam pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber dananya

berasal dari Pos Pengolahan Data dan Teknologi Informasi pada Anggaran PLN

(APLN) Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2006 termasuk bukti adanya Surat

Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Out CIS RISI antara PT PLN Disjaya dengan

PTNetway

Bahwa berdasarkan hasil penyidikan diperoleh kesimpulan bahwa penandatangan

surat perjanjian tersebut adalah terkait dengan rangkaian perbuatan terdakwa dalam

mewujudkan tindak pidana korupsi yang disangkakan kepadanya adanya sehingga

penandatangan surat perjanjian yang dianggap sebagai perbuatan hukum yang sah

secara perdata tidaklah serta merta menghilangkan pertanggung jawaban terdakwa

secara pidana Oleh karena pembuktian aspek pidana atas perbuatan terdakwa yang

didakwakan tersebut termasuk materi pokok perkara sehingga keberatan yang

demikian haruslah dikesampingkan atau ditolak

Sebagai bahan pertimbangan dibawah ini akan disampaikan Yurispudensi yang

menegaskan bahwa sekalipun seandainya berdasarkan penilaian Hakim perbuatan

terdakwa merupakan masalah perdata bukan berarti serta merta menghilangkan sifat

melawan hukumnya perbuatan pidana terdakwa sebagaimana pertimbangan Putusan

Pendapatlbantahan Penll1ltut Umum dalam Perkma Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

12

MA No lKKr1957 tanggal 8-5-1957 (vide Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah

Agung Republik Indonesia Cetakan Kedua Mahkamah Agung RI 1993 Hal 57)

yang menyatakan

Walaupun dalam suatu perkara terdapat dasar-dasar untuk memajukan gugatan terhadap terdakwa yang OOpat merupakan perkara perdata akan tetapi ini tidak berarti bahwa penuntut kasasi tidak dapat dituntut karena ia melakukan suatu tindak pidana dengan demikian perbuatan-perbuatan yang dilakukan dapat merupakan baik perkara piOOna maupun perkara perdata tersendiri

3 Keberatan tentang Perbuatan orang lain seolah-olah perbuatan terdakwa

Bahwa adanya fakta tentang perbuatan orang lain dalam mewujudkan tindak pidana

korupsi yang didakwakan kepada terdakwa dan orang lain tersebut belum ditetapkan

sebagai tersangka tidak berarti perkara atas nama terdakwa aquo tidak dapat diperiksa

di persidangan karena dalam Yurisprudensi MARl tanggal22 Nopember 1969 No7

KKr1969 dalam perkara atas nama 1 Robinson Pinem 2 OJ Oamanik 3 Pangulu

Siahaan menegaskan bahwa keberatan yang diajukan penuntut kasasi bahwa dalam

perkara in pelaku utamanya tiOOk diadili tidak dapat diterima karena untuk

memeriksa perkara terdakwa pengadilan tidak perlu menunggu diajukannya terlebih

dahulu pelaku Utama dalam perkara itu

Bahkan dalam perkembangan proses persidangan perkara aquo apabila ditemukan

peran-peran pihak lainnya maka tidak menutup kemungkinan ditetapkannya tersangka

barn 01eh karena itu pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang terjadi manipulasi

berupa pengurangan terdakwa dan wpang pilih dalam menentukan tersangka adalah

pemyataan tendensius yang menyesatkan Oengan demikian keberatan tentang tidak

ditetapkannya orang lain dalam kaitan dengan peranan mewujudkan tindak pidana

yang didakwakan kepada terdakwa bukan merupakan ruang lingkup eksepsi dan harus

dikesampingkan

4 Keberatan tentang Pelanggaran azas legalitas

Bahwa pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang penetapan Eddie Widiono

Suwondho sebagai tersangka belum ada kerugian Negara yang dihitung berdasarkan

penghitungan yang dilakukan Ahli sehingga dianggap melanggar asas legalitas adalah

menunjukkan bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memaham~ dengan benar

pengertian asas legalitas itu sendiri

- Asas legalitas lazim disebut dengan terminologi principle of legality

legaliteitbeginsel non-retroaktif de la legalite atau ex post facto laws

Ketentuan asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perkara lr EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

13

Pidana (KUHP) Indonesia yang berbunyi Tiada suatu peristiwa dapat dipidana selaro

dari kekuatan ketentuan undang-undang pidana yang mendabuluinya PAF

Lamintang dan C Djisman Samosir merumuskan dengan terminologi sebagai

Tiada suatu perbuatan dapat dihukum kecuali didasarkan pada ketentuan pi dana

menurut undang-undang yang telah diadakan Iebih dulu Mill Harnzah

menterjemahkan dengan terminologi Tiada suatu perbuatan (feit) yang dapat

dipidana selain berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang

mendabuluinya Dari terjemaban terminologi tersebut dapat dipabami babwa

pefumusan asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP mengandung makna asas lex

temporls delicti artinya undang-undang yang berlaku adalah undang-undang yang ada

pada saat delik terjadi atau disebut juga asas nonretroaktir yang melarang

pembedakuan surut suatu undang-undang pidana dan sanksi pi dana (nonretroactive

application ofcriminal laws and criminal sanctions) n

Berdasarkan uraian tentang pengertian asas legalitas diatas dihubungkan dengan surat

dakwaan penuntut umum maka dapat disimpulkan bahwa penetapan terdakwa sebagai

tersangka dengan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-l001III2010 tanggal

23 Februari 2010 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-1401lTIII201O

tanggalll Maret 2010 tidak melanggar asas legalitas karena

bull Undang-undang memberi kewenangan kepada penyidik untuk menetapkan

seseorang sebagai tersangka dengan dengan bukti permulaan yang cukup

bull Bahwa dengan bukti permulaan yang cukup tersebut penyidik meyakini adanya

perbuatan tindak pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber

dananya berasal dari Pos Pengolaban Data dan Teknologi Informasi pada

Anggaran PLN (APLN) Tabun 2004 sampai dengan Tabun 2006 sehingga

penyidik menetapkan terdakwa sebagai tersangka dengan sangkaan melanggar

ketentuan pasal 2 ayat (I) UU Nomor 31 Tabun 1999 jo UU Nomor 20 Tabun

2001

bull Babwa ketentuan pi dana yang dijadikan dasar penetapan terdakwa sebagai

tersangka tersebut sudab ada sebelum tindak pidana korupsi yang disangkakan itu

terjadi

Babwa Tim Penasihat Hukum telab keliru memabami makna asas legalitas dan

terkesan berupaya mengaburkan substansi surat dakwaan dengan cara mengkaitkan

mekanisme penetapan tersangka dengan pembuktian unsur kerugian negara yang salah

Pendapatlbantahan Perllllttut Umum dafam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

14

satu alat buktinya adalah surat berupa Laporan Hasil Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara yang dibuat oleh Ahli dari BPKP Bahkan kekeliruan itu semakin

nyata ketika Tim Penasihat Hukum mengutip pertimbangan dalam alinea pertama

halaman 72 putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No 003IPUU-IV2006 tanggal 25

Juli 2006 kemudian memberikan kesimpulan bahwa seolah-olah penetapan tersangka

belum dapat dilakukan jika haSil penghitungan kerugian negara belum dituangkan

dalam suatu laporan Kesimpulan yang demikian adalah menyesatkan karena tidak

demikian maksud dari pertimbangan putusan MK tersebut

bull Bahwa pertimbangan dalam putusan MK sebagaimana tercantum pada halaman 70

sampai dengan 73 adalah menyangkut kata dapat dalam Pasal 2 ayat (1) UU PTPK

yang pengertiannya dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (l) bahwa dengan

penambahan kata dapat tersebut menjadikan tindak pi dana korupsi dalam Pasal 2

ayat (1) a quo menjadi rumusan de1ik formil sehingga apakah dengan pengertian

tersebut frasa dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang

diartikan baik kerugian yang nyata (actual loss) maupun hanya yang bersifat potensial

atau berupa kemungkinan kerugian (potential loss) merupakan unsur yang tidak periu

dibuktikan atau harns dibuktikan Menurut pendapat MK sebagaimana dalam

pertimbangan putusan aquo unsur kerugian negara harns dibuktikan dan harns dapat

dihitung meskipun sebagai perkiraan atau meskipun belum terjadi Kesimpulan

demikian harns ditentukan oleh seorang ahli di bidangnya Faktor kerugian baik

secara nyata atau berupa kemungkinan dilihat sebagai hal yang memberatkan atau

meringankan dalam penjatuhan pid~ seb~gaimana diuraikan dalam Penjelasan Pasal

4 bahwa pengembalian kerugian negara hanya dapat dipandang sebagai faktor yang

meringankan Oleh karenanya persoalan kata dapat dalam Pasal 2middot ayat (1) UU

PTPK lebih merupakan persoalan pelaksanaan dalam praktik ole~ aparat penegak

hukum dan bukan menyangkut konstitusionalitas norma

Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa pertimbangan putusan MK tidak mengkaitkan

adanya suatu keharusan bahwa untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka harus

terlebih dahulu adanya penyampaian Laporan Penghitungan Kerugian Keuangan

Negara oleh Ahli kepada penyidik

- Bahwa dalam penetapan terdakwa sebagai tersangka secara substantif penyidik telah

meyakini adanya unsur kerugian negara karena sejak awal Ahli dari BPKP yang

dimintakan bantuannya telah melakukan proses penghitungan kerugian negara

sehingga persoalan penyampaian laporan tersebut hanyalah persoalan teknis dan untuk

mendukung alat bukti berupa surat yang akan digunakan dalam proses pembuktian di

persidangan Tim Penasihat Hukum telah mengakui adanya pencantuman kerugian

PendapatlbQfltahQfl PenWltllt Umum dalam Perwa 17 EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

15

negara sebesar Rp 45 Milyar dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana Korupsi yang

mana pencantuman jumlah kerugian negara bukanlah hasil rekaan penyidik melainkan

hasil pekerjaan audit yang dilakukan oleh AhU Oleh karena itu keberatan yang

diajukan oleh Tim Penasihat Hukum mengenai hal ini adalah keberatan yang

mengada-ada dan sudah seharusnya dikesampingkan dan tidak perlu dipertimoangkan

oleh Majelis Hakim

Bahwa Tim Penasihat Hukum dalam bagian keberatan ini juga mempersoalkan

tentang isi Surat Dakwaan yang menyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian

uang berdasarkan business Plan 2005-2007 PT Netway Utama adalah hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran Bahwa

oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan tersebut

hams dinyatakan tidak dapat diterima Keberatan yang demikian ini adalah

menyangkut penilaian terhadap fakta yang tentunya perlu dibuktikan di persidangan

Oleh karena itu tidak benar jika uraian fakta tentang penerimaan uang oleh terdakwa

dianggap sebagai melanggar asas legalitas

5 Keberatan tentang Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal

64 tidak dicantumkan dalam surat dakwaan

Bahwa sesuai Jurisprodensi MA No156 KlKrl1963 tanggal 28 April 1964 soal

perbuatan lanjutan atau voortgezette handeling itu hanyalah mengenai soal

penjatuhan hukuman (straftoematig) dan tidak mengenai pembebasan dari tuntutan

Berdasarkan yurisprudensi tersebut_~apat ditarik kesimpulan bahwa pencantuman

pasal 64 KUHP dalam surat dakwaan bukan merupakan alasan pengajuan keberatan

(eksepsi) melainkan termasuk lingkup penilaian fakta dalam proses pembuktian terkait

dengan pemberatan dalam penjatuhan hukuma~leh karena itu keberatan tersebut

harnslah dikesampingkan

6 Keberatan tentang Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangshy

undangan

Bahwa sesuai dengan Pasal 56 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan disebutkan bahwa Semua Keputusan Presiden

Keputusan Menteri Keputusan Gubernur Keputusan Bupatilwalikota atau keputusan

pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 yang sifatnya mengatur yang

sudah ada sebelum UU ini berlaku hams dibaca peraturan sepanjang tidak

bertentangan dengan UU ini

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daJam Perkara Ir EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

16

- Bahwa ketentuan pengadaan barang dan jasa di PT PLN dalam bentuk SK Direksi

PT PLN tidaklah berdiri sendiri akan tetapi peraturan tersebut lahir sebagai tunman

dari UU Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri sebagaimana tercantwn di

dalam konsideran SK Direksi tersebut yang mana pengaturan SK Direksi tersebut

dimaksud sebagai petunjuk teknis dalam pengadaan barang dan jasa di PT PLN

(Persero)

Bahwa pasal3 UU No19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan Terhadap BUMN berlaku Undang-Undang ini anggaran dasar dan ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya

- Bahwa dengan demikian Anggaran Dasar PT PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat

dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan

(SK) Direksi PT PLN (Persero) Nomor 038KJ9201DIRI1998 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor

138KJOI01DIRI2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan

Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor No 118KJOI0IDIRI2004 tentang

Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 1 OOKJO 1OIDIRI2004 tentang Pengadaan BarangJasa di PT PLN

(Persero) jo SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor 200KJOIOIDIRI2004 tentang

Penjelasan Pedoman Pengadaan BarangJasa di Lingkungan PT PLN (Persero)

adalah termasuk dalam katagori peraturan perundang-undangan Dengan demikian

keberatan tentang hal ini haruslah dikesampingkan

7 Keberatan tentang Keuangan PT PLN (Persero) sebagai BUMN bukan merupakan

keuangan Negara kami tanggapi sebagai berikut

- Bahwa keberatan tersebut adalah materi pokok perkara dan bukan termasuk dalam

ruang lingkup materi yang dapat diajukan sebagai keberatan (eksepsi) sebagaimana

yang diatur dalam Pasal156 (I) KUHAP dan seharusnya dikesampingkan

Bahwa namun demikian kami perlu tegaskan bahwa pendapat Tim Penasihat Hukum

yang menyatakan keuangan PLN bukan keuangan Negara adalah pendapat yang

keliru Sebab di dalam penjelasan atas UU Tipikor dengan tegas dinyatakan bahwa

keuangan negara yang dimaksud dalam UU Tipikor adalah seluruh kekayaan negara

dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya

segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena

berada dalam penguasaan pengurusan dan pertanggungjawaban BUMNIBUMD

yayasan badan hukum dan perusahaan yang menyewakan modal negara atau

Pendaputbantahan Penuntut Umum dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

17

perusahaan yang menyertalean modal pihale ketiga berdasarkan perjanjian dengan

Negara

Bahwa penjelasan tersebut sejalan pula dengan ketentuan UU No 17 Tahun 2003

Pasall angka 1 yang memberikan pengertian keuangan Negara adalah semua hale dan

kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

pelalesanaan hale dan kewajiban tersebut Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2

ditegaskan bahwa Keuangan Negara meliputi kekayaan Negarakekayaan daerah yang

dikelola sendiri atau oleh pihale lain berupa uang surat berharga piutang barang serta

hale-hale lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan

pada perusahaan Negaraperusahaan daerah

Bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara digunakan untuk mencapai

tujuan bemegara sehingga setiap tahun disusun APBN dan APBD Salah satu

penggunaan dana APBNAPBD adalah dalam bentuk penyertaan modal Negara pada

Persero danatau Perum serta Perseroan Terbatas tainnya yang digolongkan sebagai

Kekayaan Negara yang dipisahkan

Bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Negara yang dipisahkan (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN)

Artinya bahwa secara langsung maupun tidak langsung dapat dikatakan bahwa dalam

operasionalnya BUMN tetapi menggunalean APBN Malesud dan tujuan pendician

BUMN adalah untuk menyelenggaralean kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup

orang banyale

8 Keberatan tentang Penghitungan kerugian negara tidak dilakukan pihak yang

berwenang dan

9 Tentang pemyataan Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas

dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan outsourcing roll out customer

information system rencana induk sistem informasi (CIS-RISI) pada PT PLN

(persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat

bertentangan dengan laporan keuangan dan konsolldasi PT Perusahaan Iistrlk

negara (persero) No20BAuditama VGAlOS2006 tanggal31 Mel 2006 oleh Badan

Pemeriksa Keuangan

Pendapatbantahan Pelluntut Umum dalam PerluJra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

18

Bahwa keberatan tentang kewenangan Ahli BPKP dalam menghitung kerugian

keuangan Negara (Point 8) dan ada tidaknya kerugian keuangan Negara (point 9)

diatas bukan merupakan materi eksepsi melainkan tennasuk penilaian fakta yang akan

dibuktikan di persidangan

10 Keberatan tentang Unsur penyertaan (deeJneJDing) yang tidakjelas

Bahwa dalam rumusan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-l KUHP diatur tiga bentuR penyertaan

yaitu sebagai yang melakukan menyuruh melakukan dan turut serta melakukan

Dalam Surat Dakwaan baik rumusan unsur delik pada Dakwaan Primair maupun pada

Dakwaan SUbSi~ir Penuntut Umum telah menguraikan dengan jelas kualitas penyertaan

tersebut yaitu ~ Terdakwa baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melakukan atau turut

serta melakukan dengan Saksi Margo Santoso Fahmi Mochtar dan Gani Abdul Gani dan

uraian faktanya telah dikonstruksikan secara cennat jelas dan lengkap baik dalam dakwaan

primair maupun subsidiair

Bahwa untuk mengetahui kualitas Terdakwa dalam penyertaan tersebut apakah sebagai orang

yang melakukan atau turut serta melakukan tentulah harus dibuktikan dalam persidangan

Dengan demikian keberatan tentang hal ini bukan merupakan lingkup materi eksepsi

melainkan sudah memasuki materi pokok perkara yang akan dibuktikan dalam persidangan

selanjutnya

11 Keberatan tentang Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Bahwa Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Pennasalahan dan penerapan

KUHAP hal 274 menjelaskan ~~at hukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang

bebas tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak

menentukan sama sekali tidak mengikat hakim Hakim bebas untuk menilai

kesempurnaan dan kebenarannya Tergantung pada penilaian Hakim untuk

menganggapnya sempurna atau tidak Tidak ada keharusan bagi Hakim untuk

menerima kebenaran setiap keterangan saksi Hakim bebas menilai kekuatan atau

kebenaran yang melekat pada keterangan itu dan dapat menerima II atau

menyingkirkannya Lain halnya jika Undang-Undang sendiri telah menentukan

bahwa alat bukti kesaksian mempunyai sifat kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mementukan Jika seandainya Undang-Undang menentukan demikian Hakim tidak

boleh menilai kekuatan pembuktiannya Hakim secara bulat harus terikat untuk

mempergunakannya dalam putusan tidak lagi berwenang untuk menilainya secara

bebas i Bahwa keberatan mengenai adanya keterangan duCdari 123 orang saksi dalam berkas

perkara yang menurut pendapat Tim Penasihat Hukum tidak reI evan dengan

Pendapatbantahan Penlllltlit Umum dalam Perlalra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

19

pembuktian perbuatan terdakwa bukan merupakan lingkup eksepsi melainkan i

termasuk kewenangan hakim dalam melakukan penilaian terhadap keterangan saksishy

saksi apabila dihadirkan untuk memberikan keterangan di persidangan Penuntut

Umum tidak terikat untuk menghadirkan keseluruhan saksi yang dicantumkan dalam

berkas perkara tersebut dalam proses pembuktian Penuntut Umum memiliki

kewenangan untuk menghadirkan sebagian saksi jika telah yakin bahwa dakwaan

yang diajukan telah dapat dibuktikan Penilaian terhadap kualitas saksi dan

kepentingan untuk menghadirkannya di persidangan sebagai alat bukti saksi bukan

merupakan 1ingkup eksepsi

Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa keberatan yang diajukan o1eh

Penasihat Hukum terdakwa sebagaimana diuraikan dalam Bab II tersebut adalah tidak

beralasan sehingga sudah seharusnya dinyatakan ditolak atau dikesampingkan

Bahwa selanjutnya dalam Bab III Nota Keberatan Tim Penasihat Hukum telah

mengajukan materi keberatan tentang Surat Dakwaan Harus Dibatalkan dengan alasan

sebagai berikut

1 Surat dakwaan tidak jelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 62 sid 65 pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Perumusan surat dakwaan yang disusun o1eh Penuntut Umum secara subsidiairitas

tersebut tidak tepat karena perbua~ yang didakwakan terhadap terdakwa adalah

perbuatan yang berbeda dan masing-masing berdiri sendiri yaitu perbuatan yang

bersifat melawan hukum disatu pihak sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Tipikor

dan perbuatan yang bersifat menyalahgunakan wewenang dilain pihak sebagaimana

diatur dalam pasal 3 UU Tipikor oleh karena itu lebih tepat dakwaan kepada terdakwa

disusun secara a1ternatif Dengan demikian surat dakwaan yang disusun secara

subsidiairitas tersebut adalah tidak je1as sehingga harus dibatalkan

2 Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana

itu dilakukan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 65 sid 66 pOOa pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya tidak cermat menyebutkan waktu

tempus delicti tindak pidana itu dilakukan hal ini terlihat dalam dakwaan subsidiair

halam 14 baris ke-13 sid 14 pada hari dan tang gal yang tidak dapat ditentukan

h1lll11PQllbrmUlllrm PIIU1llJlt u_dlll_ Pwlll EDDIE WIDIONO SUWONDHO MaC

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 11: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

10

sehingga pada prinsipnya tidak perlu kami tanggapi lebih Ian jut Namun demikian kami perlu

menyampaikan bantahan terhadap

1 Keberatan tentang Penuntut Umum melanggar Undang-Undang el

- Bahwa pencantuman kata terdakwa dalam Surat Perintah p~u tidaklah dapat

diartikan sebagai perbuatan melanggar undang-undang mengingat KUHAP tidak

memberikan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis mengenai format Surat Perintah

Penahanan dimaksud

Bahwa format Surat Perintah Penahanan merupakan Tata Laksana Administrasi

Pelimpahanmiddot Perkara ke Pengadilan yang merupakan bagian dari tugas pokok

Kejaksaan dalam bidang penuntutan sehingga dalam pelaksanaannya mempedomani

Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia (Kepja) Jalpoundsamiddot A~g ~ No5181A1JAl1112001 tanggal 01 Nopember 2001 tentang perubahan Kepja NoKepshy

132JAl1111994 tanggal 07 Nopember 1994 yang sampai hari ini masih berlaku di

seluruh Indonesia (vide halaman 238 dan 239 tentang Format SURAT PERINTAH i

PENAHANANIPENGALIHAN JENIS PENAHANAN (TINGKAT

PENUNTUTANraquo

Bahwa di dalam Kepja tersebut juga dicantumkan tabel petunjuk I cara pengisian

Format Surat Perintah Penahanan (vide halaman 240) yang mana salah satu dasar

hukum pengisian format Surat Perintah Penahanan tersebut adalah pasal 21 KUHAP

yang menyebutkan

Ayat (1) Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap

seorang tersangka atau terdakwa dst

Ayat (2) Penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik atau

penuntut umum terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan

surat perintah penahanan atau penetapan hakim yang mencantumkan

identitas tersangka atau terdakwa dengan menyebutkan alasan

penahanan dst

Bahwa apabila bunyi pasal 21 KUHAP khususnya ayat (2) tersebut dipahami dengan

seksama maka dapat dimengerti bahwa dalam proses penyidikan penyidik

berwenang melakukan tindakan penahanan terhadap tersangka sedangkan dalam

proses penuntutan penuntut umum berwenang melakukan tindakan penahanan

terhadap terdakwa dengan memberikan surat perintah penahanan Dengan

demikian setelah penyidik melimpahkan tersangka berikut berkas perkara dan barang

bukti kepada Penuntut Umum maka proses penanganan perkara memasuki tahap

penuntutan Dalam proses penunutan ini sesuai dengan bunyi pasal 21 ayat (2)

PendapatlbantahQll Penuntut U1IIIU7I dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

11

KUHAP tersebut berwenang melakukan penahanan terhadap terdakwa dengan

memberikan surat perintah penahanan Oleh karena itu pencantuman kata terdakwa

dalam surat perintah penahanan yang diberikan oleh Penuntut Umum KPK sudah tepat l

dan tidak melanggar ketentuan undang-undang sehingga tidak benar tuduhan Tim

Penasihat Hukum yang menyatakan bahwa Penuntut Umum pada KPK melakukan

perbuatan melanggar undang-undang karena mencantumkan kata terdakwa dalam

Surat Perintah Penahanan yang berpedoman pada Kepja tentang Administrasi Perkara

Tindak Pidana tersebut

2 Keberatan tentang Surat Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Ott CIS RISI

antara PT PLN Disjaya dengan PT Netway adalah perjanjian yang sah

Bahwa surat dakwaan yang disusun oleh penuntut umum adalah didasarkan pada

keterangan 123 orang saksi yang tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan Saksi

keterangan ahli surat-surat dan barang-barang bukti yang telah disita oleh penyidik

yang merupakan hasil penyidikan sebagaimana tercantum dalam berkas perkara

Nomor BP-2372011 tanggal19 Juli 2011

Dari hasil penyidikan ditemukan bukti-bukti yang kuat tentang adanya dugaan tindak

pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait perbuatan terdakwa dalam pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber dananya

berasal dari Pos Pengolahan Data dan Teknologi Informasi pada Anggaran PLN

(APLN) Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2006 termasuk bukti adanya Surat

Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Out CIS RISI antara PT PLN Disjaya dengan

PTNetway

Bahwa berdasarkan hasil penyidikan diperoleh kesimpulan bahwa penandatangan

surat perjanjian tersebut adalah terkait dengan rangkaian perbuatan terdakwa dalam

mewujudkan tindak pidana korupsi yang disangkakan kepadanya adanya sehingga

penandatangan surat perjanjian yang dianggap sebagai perbuatan hukum yang sah

secara perdata tidaklah serta merta menghilangkan pertanggung jawaban terdakwa

secara pidana Oleh karena pembuktian aspek pidana atas perbuatan terdakwa yang

didakwakan tersebut termasuk materi pokok perkara sehingga keberatan yang

demikian haruslah dikesampingkan atau ditolak

Sebagai bahan pertimbangan dibawah ini akan disampaikan Yurispudensi yang

menegaskan bahwa sekalipun seandainya berdasarkan penilaian Hakim perbuatan

terdakwa merupakan masalah perdata bukan berarti serta merta menghilangkan sifat

melawan hukumnya perbuatan pidana terdakwa sebagaimana pertimbangan Putusan

Pendapatlbantahan Penll1ltut Umum dalam Perkma Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

12

MA No lKKr1957 tanggal 8-5-1957 (vide Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah

Agung Republik Indonesia Cetakan Kedua Mahkamah Agung RI 1993 Hal 57)

yang menyatakan

Walaupun dalam suatu perkara terdapat dasar-dasar untuk memajukan gugatan terhadap terdakwa yang OOpat merupakan perkara perdata akan tetapi ini tidak berarti bahwa penuntut kasasi tidak dapat dituntut karena ia melakukan suatu tindak pidana dengan demikian perbuatan-perbuatan yang dilakukan dapat merupakan baik perkara piOOna maupun perkara perdata tersendiri

3 Keberatan tentang Perbuatan orang lain seolah-olah perbuatan terdakwa

Bahwa adanya fakta tentang perbuatan orang lain dalam mewujudkan tindak pidana

korupsi yang didakwakan kepada terdakwa dan orang lain tersebut belum ditetapkan

sebagai tersangka tidak berarti perkara atas nama terdakwa aquo tidak dapat diperiksa

di persidangan karena dalam Yurisprudensi MARl tanggal22 Nopember 1969 No7

KKr1969 dalam perkara atas nama 1 Robinson Pinem 2 OJ Oamanik 3 Pangulu

Siahaan menegaskan bahwa keberatan yang diajukan penuntut kasasi bahwa dalam

perkara in pelaku utamanya tiOOk diadili tidak dapat diterima karena untuk

memeriksa perkara terdakwa pengadilan tidak perlu menunggu diajukannya terlebih

dahulu pelaku Utama dalam perkara itu

Bahkan dalam perkembangan proses persidangan perkara aquo apabila ditemukan

peran-peran pihak lainnya maka tidak menutup kemungkinan ditetapkannya tersangka

barn 01eh karena itu pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang terjadi manipulasi

berupa pengurangan terdakwa dan wpang pilih dalam menentukan tersangka adalah

pemyataan tendensius yang menyesatkan Oengan demikian keberatan tentang tidak

ditetapkannya orang lain dalam kaitan dengan peranan mewujudkan tindak pidana

yang didakwakan kepada terdakwa bukan merupakan ruang lingkup eksepsi dan harus

dikesampingkan

4 Keberatan tentang Pelanggaran azas legalitas

Bahwa pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang penetapan Eddie Widiono

Suwondho sebagai tersangka belum ada kerugian Negara yang dihitung berdasarkan

penghitungan yang dilakukan Ahli sehingga dianggap melanggar asas legalitas adalah

menunjukkan bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memaham~ dengan benar

pengertian asas legalitas itu sendiri

- Asas legalitas lazim disebut dengan terminologi principle of legality

legaliteitbeginsel non-retroaktif de la legalite atau ex post facto laws

Ketentuan asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perkara lr EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

13

Pidana (KUHP) Indonesia yang berbunyi Tiada suatu peristiwa dapat dipidana selaro

dari kekuatan ketentuan undang-undang pidana yang mendabuluinya PAF

Lamintang dan C Djisman Samosir merumuskan dengan terminologi sebagai

Tiada suatu perbuatan dapat dihukum kecuali didasarkan pada ketentuan pi dana

menurut undang-undang yang telah diadakan Iebih dulu Mill Harnzah

menterjemahkan dengan terminologi Tiada suatu perbuatan (feit) yang dapat

dipidana selain berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang

mendabuluinya Dari terjemaban terminologi tersebut dapat dipabami babwa

pefumusan asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP mengandung makna asas lex

temporls delicti artinya undang-undang yang berlaku adalah undang-undang yang ada

pada saat delik terjadi atau disebut juga asas nonretroaktir yang melarang

pembedakuan surut suatu undang-undang pidana dan sanksi pi dana (nonretroactive

application ofcriminal laws and criminal sanctions) n

Berdasarkan uraian tentang pengertian asas legalitas diatas dihubungkan dengan surat

dakwaan penuntut umum maka dapat disimpulkan bahwa penetapan terdakwa sebagai

tersangka dengan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-l001III2010 tanggal

23 Februari 2010 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-1401lTIII201O

tanggalll Maret 2010 tidak melanggar asas legalitas karena

bull Undang-undang memberi kewenangan kepada penyidik untuk menetapkan

seseorang sebagai tersangka dengan dengan bukti permulaan yang cukup

bull Bahwa dengan bukti permulaan yang cukup tersebut penyidik meyakini adanya

perbuatan tindak pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber

dananya berasal dari Pos Pengolaban Data dan Teknologi Informasi pada

Anggaran PLN (APLN) Tabun 2004 sampai dengan Tabun 2006 sehingga

penyidik menetapkan terdakwa sebagai tersangka dengan sangkaan melanggar

ketentuan pasal 2 ayat (I) UU Nomor 31 Tabun 1999 jo UU Nomor 20 Tabun

2001

bull Babwa ketentuan pi dana yang dijadikan dasar penetapan terdakwa sebagai

tersangka tersebut sudab ada sebelum tindak pidana korupsi yang disangkakan itu

terjadi

Babwa Tim Penasihat Hukum telab keliru memabami makna asas legalitas dan

terkesan berupaya mengaburkan substansi surat dakwaan dengan cara mengkaitkan

mekanisme penetapan tersangka dengan pembuktian unsur kerugian negara yang salah

Pendapatlbantahan Perllllttut Umum dafam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

14

satu alat buktinya adalah surat berupa Laporan Hasil Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara yang dibuat oleh Ahli dari BPKP Bahkan kekeliruan itu semakin

nyata ketika Tim Penasihat Hukum mengutip pertimbangan dalam alinea pertama

halaman 72 putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No 003IPUU-IV2006 tanggal 25

Juli 2006 kemudian memberikan kesimpulan bahwa seolah-olah penetapan tersangka

belum dapat dilakukan jika haSil penghitungan kerugian negara belum dituangkan

dalam suatu laporan Kesimpulan yang demikian adalah menyesatkan karena tidak

demikian maksud dari pertimbangan putusan MK tersebut

bull Bahwa pertimbangan dalam putusan MK sebagaimana tercantum pada halaman 70

sampai dengan 73 adalah menyangkut kata dapat dalam Pasal 2 ayat (1) UU PTPK

yang pengertiannya dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (l) bahwa dengan

penambahan kata dapat tersebut menjadikan tindak pi dana korupsi dalam Pasal 2

ayat (1) a quo menjadi rumusan de1ik formil sehingga apakah dengan pengertian

tersebut frasa dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang

diartikan baik kerugian yang nyata (actual loss) maupun hanya yang bersifat potensial

atau berupa kemungkinan kerugian (potential loss) merupakan unsur yang tidak periu

dibuktikan atau harns dibuktikan Menurut pendapat MK sebagaimana dalam

pertimbangan putusan aquo unsur kerugian negara harns dibuktikan dan harns dapat

dihitung meskipun sebagai perkiraan atau meskipun belum terjadi Kesimpulan

demikian harns ditentukan oleh seorang ahli di bidangnya Faktor kerugian baik

secara nyata atau berupa kemungkinan dilihat sebagai hal yang memberatkan atau

meringankan dalam penjatuhan pid~ seb~gaimana diuraikan dalam Penjelasan Pasal

4 bahwa pengembalian kerugian negara hanya dapat dipandang sebagai faktor yang

meringankan Oleh karenanya persoalan kata dapat dalam Pasal 2middot ayat (1) UU

PTPK lebih merupakan persoalan pelaksanaan dalam praktik ole~ aparat penegak

hukum dan bukan menyangkut konstitusionalitas norma

Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa pertimbangan putusan MK tidak mengkaitkan

adanya suatu keharusan bahwa untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka harus

terlebih dahulu adanya penyampaian Laporan Penghitungan Kerugian Keuangan

Negara oleh Ahli kepada penyidik

- Bahwa dalam penetapan terdakwa sebagai tersangka secara substantif penyidik telah

meyakini adanya unsur kerugian negara karena sejak awal Ahli dari BPKP yang

dimintakan bantuannya telah melakukan proses penghitungan kerugian negara

sehingga persoalan penyampaian laporan tersebut hanyalah persoalan teknis dan untuk

mendukung alat bukti berupa surat yang akan digunakan dalam proses pembuktian di

persidangan Tim Penasihat Hukum telah mengakui adanya pencantuman kerugian

PendapatlbQfltahQfl PenWltllt Umum dalam Perwa 17 EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

15

negara sebesar Rp 45 Milyar dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana Korupsi yang

mana pencantuman jumlah kerugian negara bukanlah hasil rekaan penyidik melainkan

hasil pekerjaan audit yang dilakukan oleh AhU Oleh karena itu keberatan yang

diajukan oleh Tim Penasihat Hukum mengenai hal ini adalah keberatan yang

mengada-ada dan sudah seharusnya dikesampingkan dan tidak perlu dipertimoangkan

oleh Majelis Hakim

Bahwa Tim Penasihat Hukum dalam bagian keberatan ini juga mempersoalkan

tentang isi Surat Dakwaan yang menyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian

uang berdasarkan business Plan 2005-2007 PT Netway Utama adalah hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran Bahwa

oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan tersebut

hams dinyatakan tidak dapat diterima Keberatan yang demikian ini adalah

menyangkut penilaian terhadap fakta yang tentunya perlu dibuktikan di persidangan

Oleh karena itu tidak benar jika uraian fakta tentang penerimaan uang oleh terdakwa

dianggap sebagai melanggar asas legalitas

5 Keberatan tentang Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal

64 tidak dicantumkan dalam surat dakwaan

Bahwa sesuai Jurisprodensi MA No156 KlKrl1963 tanggal 28 April 1964 soal

perbuatan lanjutan atau voortgezette handeling itu hanyalah mengenai soal

penjatuhan hukuman (straftoematig) dan tidak mengenai pembebasan dari tuntutan

Berdasarkan yurisprudensi tersebut_~apat ditarik kesimpulan bahwa pencantuman

pasal 64 KUHP dalam surat dakwaan bukan merupakan alasan pengajuan keberatan

(eksepsi) melainkan termasuk lingkup penilaian fakta dalam proses pembuktian terkait

dengan pemberatan dalam penjatuhan hukuma~leh karena itu keberatan tersebut

harnslah dikesampingkan

6 Keberatan tentang Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangshy

undangan

Bahwa sesuai dengan Pasal 56 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan disebutkan bahwa Semua Keputusan Presiden

Keputusan Menteri Keputusan Gubernur Keputusan Bupatilwalikota atau keputusan

pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 yang sifatnya mengatur yang

sudah ada sebelum UU ini berlaku hams dibaca peraturan sepanjang tidak

bertentangan dengan UU ini

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daJam Perkara Ir EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

16

- Bahwa ketentuan pengadaan barang dan jasa di PT PLN dalam bentuk SK Direksi

PT PLN tidaklah berdiri sendiri akan tetapi peraturan tersebut lahir sebagai tunman

dari UU Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri sebagaimana tercantwn di

dalam konsideran SK Direksi tersebut yang mana pengaturan SK Direksi tersebut

dimaksud sebagai petunjuk teknis dalam pengadaan barang dan jasa di PT PLN

(Persero)

Bahwa pasal3 UU No19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan Terhadap BUMN berlaku Undang-Undang ini anggaran dasar dan ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya

- Bahwa dengan demikian Anggaran Dasar PT PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat

dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan

(SK) Direksi PT PLN (Persero) Nomor 038KJ9201DIRI1998 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor

138KJOI01DIRI2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan

Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor No 118KJOI0IDIRI2004 tentang

Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 1 OOKJO 1OIDIRI2004 tentang Pengadaan BarangJasa di PT PLN

(Persero) jo SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor 200KJOIOIDIRI2004 tentang

Penjelasan Pedoman Pengadaan BarangJasa di Lingkungan PT PLN (Persero)

adalah termasuk dalam katagori peraturan perundang-undangan Dengan demikian

keberatan tentang hal ini haruslah dikesampingkan

7 Keberatan tentang Keuangan PT PLN (Persero) sebagai BUMN bukan merupakan

keuangan Negara kami tanggapi sebagai berikut

- Bahwa keberatan tersebut adalah materi pokok perkara dan bukan termasuk dalam

ruang lingkup materi yang dapat diajukan sebagai keberatan (eksepsi) sebagaimana

yang diatur dalam Pasal156 (I) KUHAP dan seharusnya dikesampingkan

Bahwa namun demikian kami perlu tegaskan bahwa pendapat Tim Penasihat Hukum

yang menyatakan keuangan PLN bukan keuangan Negara adalah pendapat yang

keliru Sebab di dalam penjelasan atas UU Tipikor dengan tegas dinyatakan bahwa

keuangan negara yang dimaksud dalam UU Tipikor adalah seluruh kekayaan negara

dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya

segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena

berada dalam penguasaan pengurusan dan pertanggungjawaban BUMNIBUMD

yayasan badan hukum dan perusahaan yang menyewakan modal negara atau

Pendaputbantahan Penuntut Umum dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

17

perusahaan yang menyertalean modal pihale ketiga berdasarkan perjanjian dengan

Negara

Bahwa penjelasan tersebut sejalan pula dengan ketentuan UU No 17 Tahun 2003

Pasall angka 1 yang memberikan pengertian keuangan Negara adalah semua hale dan

kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

pelalesanaan hale dan kewajiban tersebut Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2

ditegaskan bahwa Keuangan Negara meliputi kekayaan Negarakekayaan daerah yang

dikelola sendiri atau oleh pihale lain berupa uang surat berharga piutang barang serta

hale-hale lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan

pada perusahaan Negaraperusahaan daerah

Bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara digunakan untuk mencapai

tujuan bemegara sehingga setiap tahun disusun APBN dan APBD Salah satu

penggunaan dana APBNAPBD adalah dalam bentuk penyertaan modal Negara pada

Persero danatau Perum serta Perseroan Terbatas tainnya yang digolongkan sebagai

Kekayaan Negara yang dipisahkan

Bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Negara yang dipisahkan (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN)

Artinya bahwa secara langsung maupun tidak langsung dapat dikatakan bahwa dalam

operasionalnya BUMN tetapi menggunalean APBN Malesud dan tujuan pendician

BUMN adalah untuk menyelenggaralean kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup

orang banyale

8 Keberatan tentang Penghitungan kerugian negara tidak dilakukan pihak yang

berwenang dan

9 Tentang pemyataan Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas

dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan outsourcing roll out customer

information system rencana induk sistem informasi (CIS-RISI) pada PT PLN

(persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat

bertentangan dengan laporan keuangan dan konsolldasi PT Perusahaan Iistrlk

negara (persero) No20BAuditama VGAlOS2006 tanggal31 Mel 2006 oleh Badan

Pemeriksa Keuangan

Pendapatbantahan Pelluntut Umum dalam PerluJra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

18

Bahwa keberatan tentang kewenangan Ahli BPKP dalam menghitung kerugian

keuangan Negara (Point 8) dan ada tidaknya kerugian keuangan Negara (point 9)

diatas bukan merupakan materi eksepsi melainkan tennasuk penilaian fakta yang akan

dibuktikan di persidangan

10 Keberatan tentang Unsur penyertaan (deeJneJDing) yang tidakjelas

Bahwa dalam rumusan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-l KUHP diatur tiga bentuR penyertaan

yaitu sebagai yang melakukan menyuruh melakukan dan turut serta melakukan

Dalam Surat Dakwaan baik rumusan unsur delik pada Dakwaan Primair maupun pada

Dakwaan SUbSi~ir Penuntut Umum telah menguraikan dengan jelas kualitas penyertaan

tersebut yaitu ~ Terdakwa baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melakukan atau turut

serta melakukan dengan Saksi Margo Santoso Fahmi Mochtar dan Gani Abdul Gani dan

uraian faktanya telah dikonstruksikan secara cennat jelas dan lengkap baik dalam dakwaan

primair maupun subsidiair

Bahwa untuk mengetahui kualitas Terdakwa dalam penyertaan tersebut apakah sebagai orang

yang melakukan atau turut serta melakukan tentulah harus dibuktikan dalam persidangan

Dengan demikian keberatan tentang hal ini bukan merupakan lingkup materi eksepsi

melainkan sudah memasuki materi pokok perkara yang akan dibuktikan dalam persidangan

selanjutnya

11 Keberatan tentang Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Bahwa Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Pennasalahan dan penerapan

KUHAP hal 274 menjelaskan ~~at hukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang

bebas tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak

menentukan sama sekali tidak mengikat hakim Hakim bebas untuk menilai

kesempurnaan dan kebenarannya Tergantung pada penilaian Hakim untuk

menganggapnya sempurna atau tidak Tidak ada keharusan bagi Hakim untuk

menerima kebenaran setiap keterangan saksi Hakim bebas menilai kekuatan atau

kebenaran yang melekat pada keterangan itu dan dapat menerima II atau

menyingkirkannya Lain halnya jika Undang-Undang sendiri telah menentukan

bahwa alat bukti kesaksian mempunyai sifat kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mementukan Jika seandainya Undang-Undang menentukan demikian Hakim tidak

boleh menilai kekuatan pembuktiannya Hakim secara bulat harus terikat untuk

mempergunakannya dalam putusan tidak lagi berwenang untuk menilainya secara

bebas i Bahwa keberatan mengenai adanya keterangan duCdari 123 orang saksi dalam berkas

perkara yang menurut pendapat Tim Penasihat Hukum tidak reI evan dengan

Pendapatbantahan Penlllltlit Umum dalam Perlalra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

19

pembuktian perbuatan terdakwa bukan merupakan lingkup eksepsi melainkan i

termasuk kewenangan hakim dalam melakukan penilaian terhadap keterangan saksishy

saksi apabila dihadirkan untuk memberikan keterangan di persidangan Penuntut

Umum tidak terikat untuk menghadirkan keseluruhan saksi yang dicantumkan dalam

berkas perkara tersebut dalam proses pembuktian Penuntut Umum memiliki

kewenangan untuk menghadirkan sebagian saksi jika telah yakin bahwa dakwaan

yang diajukan telah dapat dibuktikan Penilaian terhadap kualitas saksi dan

kepentingan untuk menghadirkannya di persidangan sebagai alat bukti saksi bukan

merupakan 1ingkup eksepsi

Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa keberatan yang diajukan o1eh

Penasihat Hukum terdakwa sebagaimana diuraikan dalam Bab II tersebut adalah tidak

beralasan sehingga sudah seharusnya dinyatakan ditolak atau dikesampingkan

Bahwa selanjutnya dalam Bab III Nota Keberatan Tim Penasihat Hukum telah

mengajukan materi keberatan tentang Surat Dakwaan Harus Dibatalkan dengan alasan

sebagai berikut

1 Surat dakwaan tidak jelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 62 sid 65 pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Perumusan surat dakwaan yang disusun o1eh Penuntut Umum secara subsidiairitas

tersebut tidak tepat karena perbua~ yang didakwakan terhadap terdakwa adalah

perbuatan yang berbeda dan masing-masing berdiri sendiri yaitu perbuatan yang

bersifat melawan hukum disatu pihak sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Tipikor

dan perbuatan yang bersifat menyalahgunakan wewenang dilain pihak sebagaimana

diatur dalam pasal 3 UU Tipikor oleh karena itu lebih tepat dakwaan kepada terdakwa

disusun secara a1ternatif Dengan demikian surat dakwaan yang disusun secara

subsidiairitas tersebut adalah tidak je1as sehingga harus dibatalkan

2 Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana

itu dilakukan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 65 sid 66 pOOa pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya tidak cermat menyebutkan waktu

tempus delicti tindak pidana itu dilakukan hal ini terlihat dalam dakwaan subsidiair

halam 14 baris ke-13 sid 14 pada hari dan tang gal yang tidak dapat ditentukan

h1lll11PQllbrmUlllrm PIIU1llJlt u_dlll_ Pwlll EDDIE WIDIONO SUWONDHO MaC

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 12: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

11

KUHAP tersebut berwenang melakukan penahanan terhadap terdakwa dengan

memberikan surat perintah penahanan Oleh karena itu pencantuman kata terdakwa

dalam surat perintah penahanan yang diberikan oleh Penuntut Umum KPK sudah tepat l

dan tidak melanggar ketentuan undang-undang sehingga tidak benar tuduhan Tim

Penasihat Hukum yang menyatakan bahwa Penuntut Umum pada KPK melakukan

perbuatan melanggar undang-undang karena mencantumkan kata terdakwa dalam

Surat Perintah Penahanan yang berpedoman pada Kepja tentang Administrasi Perkara

Tindak Pidana tersebut

2 Keberatan tentang Surat Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Ott CIS RISI

antara PT PLN Disjaya dengan PT Netway adalah perjanjian yang sah

Bahwa surat dakwaan yang disusun oleh penuntut umum adalah didasarkan pada

keterangan 123 orang saksi yang tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan Saksi

keterangan ahli surat-surat dan barang-barang bukti yang telah disita oleh penyidik

yang merupakan hasil penyidikan sebagaimana tercantum dalam berkas perkara

Nomor BP-2372011 tanggal19 Juli 2011

Dari hasil penyidikan ditemukan bukti-bukti yang kuat tentang adanya dugaan tindak

pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait perbuatan terdakwa dalam pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber dananya

berasal dari Pos Pengolahan Data dan Teknologi Informasi pada Anggaran PLN

(APLN) Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2006 termasuk bukti adanya Surat

Perjanjian Kerjasama Outsourcing Roll Out CIS RISI antara PT PLN Disjaya dengan

PTNetway

Bahwa berdasarkan hasil penyidikan diperoleh kesimpulan bahwa penandatangan

surat perjanjian tersebut adalah terkait dengan rangkaian perbuatan terdakwa dalam

mewujudkan tindak pidana korupsi yang disangkakan kepadanya adanya sehingga

penandatangan surat perjanjian yang dianggap sebagai perbuatan hukum yang sah

secara perdata tidaklah serta merta menghilangkan pertanggung jawaban terdakwa

secara pidana Oleh karena pembuktian aspek pidana atas perbuatan terdakwa yang

didakwakan tersebut termasuk materi pokok perkara sehingga keberatan yang

demikian haruslah dikesampingkan atau ditolak

Sebagai bahan pertimbangan dibawah ini akan disampaikan Yurispudensi yang

menegaskan bahwa sekalipun seandainya berdasarkan penilaian Hakim perbuatan

terdakwa merupakan masalah perdata bukan berarti serta merta menghilangkan sifat

melawan hukumnya perbuatan pidana terdakwa sebagaimana pertimbangan Putusan

Pendapatlbantahan Penll1ltut Umum dalam Perkma Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

12

MA No lKKr1957 tanggal 8-5-1957 (vide Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah

Agung Republik Indonesia Cetakan Kedua Mahkamah Agung RI 1993 Hal 57)

yang menyatakan

Walaupun dalam suatu perkara terdapat dasar-dasar untuk memajukan gugatan terhadap terdakwa yang OOpat merupakan perkara perdata akan tetapi ini tidak berarti bahwa penuntut kasasi tidak dapat dituntut karena ia melakukan suatu tindak pidana dengan demikian perbuatan-perbuatan yang dilakukan dapat merupakan baik perkara piOOna maupun perkara perdata tersendiri

3 Keberatan tentang Perbuatan orang lain seolah-olah perbuatan terdakwa

Bahwa adanya fakta tentang perbuatan orang lain dalam mewujudkan tindak pidana

korupsi yang didakwakan kepada terdakwa dan orang lain tersebut belum ditetapkan

sebagai tersangka tidak berarti perkara atas nama terdakwa aquo tidak dapat diperiksa

di persidangan karena dalam Yurisprudensi MARl tanggal22 Nopember 1969 No7

KKr1969 dalam perkara atas nama 1 Robinson Pinem 2 OJ Oamanik 3 Pangulu

Siahaan menegaskan bahwa keberatan yang diajukan penuntut kasasi bahwa dalam

perkara in pelaku utamanya tiOOk diadili tidak dapat diterima karena untuk

memeriksa perkara terdakwa pengadilan tidak perlu menunggu diajukannya terlebih

dahulu pelaku Utama dalam perkara itu

Bahkan dalam perkembangan proses persidangan perkara aquo apabila ditemukan

peran-peran pihak lainnya maka tidak menutup kemungkinan ditetapkannya tersangka

barn 01eh karena itu pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang terjadi manipulasi

berupa pengurangan terdakwa dan wpang pilih dalam menentukan tersangka adalah

pemyataan tendensius yang menyesatkan Oengan demikian keberatan tentang tidak

ditetapkannya orang lain dalam kaitan dengan peranan mewujudkan tindak pidana

yang didakwakan kepada terdakwa bukan merupakan ruang lingkup eksepsi dan harus

dikesampingkan

4 Keberatan tentang Pelanggaran azas legalitas

Bahwa pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang penetapan Eddie Widiono

Suwondho sebagai tersangka belum ada kerugian Negara yang dihitung berdasarkan

penghitungan yang dilakukan Ahli sehingga dianggap melanggar asas legalitas adalah

menunjukkan bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memaham~ dengan benar

pengertian asas legalitas itu sendiri

- Asas legalitas lazim disebut dengan terminologi principle of legality

legaliteitbeginsel non-retroaktif de la legalite atau ex post facto laws

Ketentuan asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perkara lr EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

13

Pidana (KUHP) Indonesia yang berbunyi Tiada suatu peristiwa dapat dipidana selaro

dari kekuatan ketentuan undang-undang pidana yang mendabuluinya PAF

Lamintang dan C Djisman Samosir merumuskan dengan terminologi sebagai

Tiada suatu perbuatan dapat dihukum kecuali didasarkan pada ketentuan pi dana

menurut undang-undang yang telah diadakan Iebih dulu Mill Harnzah

menterjemahkan dengan terminologi Tiada suatu perbuatan (feit) yang dapat

dipidana selain berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang

mendabuluinya Dari terjemaban terminologi tersebut dapat dipabami babwa

pefumusan asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP mengandung makna asas lex

temporls delicti artinya undang-undang yang berlaku adalah undang-undang yang ada

pada saat delik terjadi atau disebut juga asas nonretroaktir yang melarang

pembedakuan surut suatu undang-undang pidana dan sanksi pi dana (nonretroactive

application ofcriminal laws and criminal sanctions) n

Berdasarkan uraian tentang pengertian asas legalitas diatas dihubungkan dengan surat

dakwaan penuntut umum maka dapat disimpulkan bahwa penetapan terdakwa sebagai

tersangka dengan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-l001III2010 tanggal

23 Februari 2010 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-1401lTIII201O

tanggalll Maret 2010 tidak melanggar asas legalitas karena

bull Undang-undang memberi kewenangan kepada penyidik untuk menetapkan

seseorang sebagai tersangka dengan dengan bukti permulaan yang cukup

bull Bahwa dengan bukti permulaan yang cukup tersebut penyidik meyakini adanya

perbuatan tindak pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber

dananya berasal dari Pos Pengolaban Data dan Teknologi Informasi pada

Anggaran PLN (APLN) Tabun 2004 sampai dengan Tabun 2006 sehingga

penyidik menetapkan terdakwa sebagai tersangka dengan sangkaan melanggar

ketentuan pasal 2 ayat (I) UU Nomor 31 Tabun 1999 jo UU Nomor 20 Tabun

2001

bull Babwa ketentuan pi dana yang dijadikan dasar penetapan terdakwa sebagai

tersangka tersebut sudab ada sebelum tindak pidana korupsi yang disangkakan itu

terjadi

Babwa Tim Penasihat Hukum telab keliru memabami makna asas legalitas dan

terkesan berupaya mengaburkan substansi surat dakwaan dengan cara mengkaitkan

mekanisme penetapan tersangka dengan pembuktian unsur kerugian negara yang salah

Pendapatlbantahan Perllllttut Umum dafam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

14

satu alat buktinya adalah surat berupa Laporan Hasil Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara yang dibuat oleh Ahli dari BPKP Bahkan kekeliruan itu semakin

nyata ketika Tim Penasihat Hukum mengutip pertimbangan dalam alinea pertama

halaman 72 putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No 003IPUU-IV2006 tanggal 25

Juli 2006 kemudian memberikan kesimpulan bahwa seolah-olah penetapan tersangka

belum dapat dilakukan jika haSil penghitungan kerugian negara belum dituangkan

dalam suatu laporan Kesimpulan yang demikian adalah menyesatkan karena tidak

demikian maksud dari pertimbangan putusan MK tersebut

bull Bahwa pertimbangan dalam putusan MK sebagaimana tercantum pada halaman 70

sampai dengan 73 adalah menyangkut kata dapat dalam Pasal 2 ayat (1) UU PTPK

yang pengertiannya dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (l) bahwa dengan

penambahan kata dapat tersebut menjadikan tindak pi dana korupsi dalam Pasal 2

ayat (1) a quo menjadi rumusan de1ik formil sehingga apakah dengan pengertian

tersebut frasa dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang

diartikan baik kerugian yang nyata (actual loss) maupun hanya yang bersifat potensial

atau berupa kemungkinan kerugian (potential loss) merupakan unsur yang tidak periu

dibuktikan atau harns dibuktikan Menurut pendapat MK sebagaimana dalam

pertimbangan putusan aquo unsur kerugian negara harns dibuktikan dan harns dapat

dihitung meskipun sebagai perkiraan atau meskipun belum terjadi Kesimpulan

demikian harns ditentukan oleh seorang ahli di bidangnya Faktor kerugian baik

secara nyata atau berupa kemungkinan dilihat sebagai hal yang memberatkan atau

meringankan dalam penjatuhan pid~ seb~gaimana diuraikan dalam Penjelasan Pasal

4 bahwa pengembalian kerugian negara hanya dapat dipandang sebagai faktor yang

meringankan Oleh karenanya persoalan kata dapat dalam Pasal 2middot ayat (1) UU

PTPK lebih merupakan persoalan pelaksanaan dalam praktik ole~ aparat penegak

hukum dan bukan menyangkut konstitusionalitas norma

Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa pertimbangan putusan MK tidak mengkaitkan

adanya suatu keharusan bahwa untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka harus

terlebih dahulu adanya penyampaian Laporan Penghitungan Kerugian Keuangan

Negara oleh Ahli kepada penyidik

- Bahwa dalam penetapan terdakwa sebagai tersangka secara substantif penyidik telah

meyakini adanya unsur kerugian negara karena sejak awal Ahli dari BPKP yang

dimintakan bantuannya telah melakukan proses penghitungan kerugian negara

sehingga persoalan penyampaian laporan tersebut hanyalah persoalan teknis dan untuk

mendukung alat bukti berupa surat yang akan digunakan dalam proses pembuktian di

persidangan Tim Penasihat Hukum telah mengakui adanya pencantuman kerugian

PendapatlbQfltahQfl PenWltllt Umum dalam Perwa 17 EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

15

negara sebesar Rp 45 Milyar dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana Korupsi yang

mana pencantuman jumlah kerugian negara bukanlah hasil rekaan penyidik melainkan

hasil pekerjaan audit yang dilakukan oleh AhU Oleh karena itu keberatan yang

diajukan oleh Tim Penasihat Hukum mengenai hal ini adalah keberatan yang

mengada-ada dan sudah seharusnya dikesampingkan dan tidak perlu dipertimoangkan

oleh Majelis Hakim

Bahwa Tim Penasihat Hukum dalam bagian keberatan ini juga mempersoalkan

tentang isi Surat Dakwaan yang menyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian

uang berdasarkan business Plan 2005-2007 PT Netway Utama adalah hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran Bahwa

oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan tersebut

hams dinyatakan tidak dapat diterima Keberatan yang demikian ini adalah

menyangkut penilaian terhadap fakta yang tentunya perlu dibuktikan di persidangan

Oleh karena itu tidak benar jika uraian fakta tentang penerimaan uang oleh terdakwa

dianggap sebagai melanggar asas legalitas

5 Keberatan tentang Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal

64 tidak dicantumkan dalam surat dakwaan

Bahwa sesuai Jurisprodensi MA No156 KlKrl1963 tanggal 28 April 1964 soal

perbuatan lanjutan atau voortgezette handeling itu hanyalah mengenai soal

penjatuhan hukuman (straftoematig) dan tidak mengenai pembebasan dari tuntutan

Berdasarkan yurisprudensi tersebut_~apat ditarik kesimpulan bahwa pencantuman

pasal 64 KUHP dalam surat dakwaan bukan merupakan alasan pengajuan keberatan

(eksepsi) melainkan termasuk lingkup penilaian fakta dalam proses pembuktian terkait

dengan pemberatan dalam penjatuhan hukuma~leh karena itu keberatan tersebut

harnslah dikesampingkan

6 Keberatan tentang Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangshy

undangan

Bahwa sesuai dengan Pasal 56 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan disebutkan bahwa Semua Keputusan Presiden

Keputusan Menteri Keputusan Gubernur Keputusan Bupatilwalikota atau keputusan

pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 yang sifatnya mengatur yang

sudah ada sebelum UU ini berlaku hams dibaca peraturan sepanjang tidak

bertentangan dengan UU ini

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daJam Perkara Ir EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

16

- Bahwa ketentuan pengadaan barang dan jasa di PT PLN dalam bentuk SK Direksi

PT PLN tidaklah berdiri sendiri akan tetapi peraturan tersebut lahir sebagai tunman

dari UU Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri sebagaimana tercantwn di

dalam konsideran SK Direksi tersebut yang mana pengaturan SK Direksi tersebut

dimaksud sebagai petunjuk teknis dalam pengadaan barang dan jasa di PT PLN

(Persero)

Bahwa pasal3 UU No19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan Terhadap BUMN berlaku Undang-Undang ini anggaran dasar dan ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya

- Bahwa dengan demikian Anggaran Dasar PT PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat

dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan

(SK) Direksi PT PLN (Persero) Nomor 038KJ9201DIRI1998 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor

138KJOI01DIRI2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan

Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor No 118KJOI0IDIRI2004 tentang

Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 1 OOKJO 1OIDIRI2004 tentang Pengadaan BarangJasa di PT PLN

(Persero) jo SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor 200KJOIOIDIRI2004 tentang

Penjelasan Pedoman Pengadaan BarangJasa di Lingkungan PT PLN (Persero)

adalah termasuk dalam katagori peraturan perundang-undangan Dengan demikian

keberatan tentang hal ini haruslah dikesampingkan

7 Keberatan tentang Keuangan PT PLN (Persero) sebagai BUMN bukan merupakan

keuangan Negara kami tanggapi sebagai berikut

- Bahwa keberatan tersebut adalah materi pokok perkara dan bukan termasuk dalam

ruang lingkup materi yang dapat diajukan sebagai keberatan (eksepsi) sebagaimana

yang diatur dalam Pasal156 (I) KUHAP dan seharusnya dikesampingkan

Bahwa namun demikian kami perlu tegaskan bahwa pendapat Tim Penasihat Hukum

yang menyatakan keuangan PLN bukan keuangan Negara adalah pendapat yang

keliru Sebab di dalam penjelasan atas UU Tipikor dengan tegas dinyatakan bahwa

keuangan negara yang dimaksud dalam UU Tipikor adalah seluruh kekayaan negara

dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya

segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena

berada dalam penguasaan pengurusan dan pertanggungjawaban BUMNIBUMD

yayasan badan hukum dan perusahaan yang menyewakan modal negara atau

Pendaputbantahan Penuntut Umum dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

17

perusahaan yang menyertalean modal pihale ketiga berdasarkan perjanjian dengan

Negara

Bahwa penjelasan tersebut sejalan pula dengan ketentuan UU No 17 Tahun 2003

Pasall angka 1 yang memberikan pengertian keuangan Negara adalah semua hale dan

kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

pelalesanaan hale dan kewajiban tersebut Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2

ditegaskan bahwa Keuangan Negara meliputi kekayaan Negarakekayaan daerah yang

dikelola sendiri atau oleh pihale lain berupa uang surat berharga piutang barang serta

hale-hale lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan

pada perusahaan Negaraperusahaan daerah

Bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara digunakan untuk mencapai

tujuan bemegara sehingga setiap tahun disusun APBN dan APBD Salah satu

penggunaan dana APBNAPBD adalah dalam bentuk penyertaan modal Negara pada

Persero danatau Perum serta Perseroan Terbatas tainnya yang digolongkan sebagai

Kekayaan Negara yang dipisahkan

Bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Negara yang dipisahkan (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN)

Artinya bahwa secara langsung maupun tidak langsung dapat dikatakan bahwa dalam

operasionalnya BUMN tetapi menggunalean APBN Malesud dan tujuan pendician

BUMN adalah untuk menyelenggaralean kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup

orang banyale

8 Keberatan tentang Penghitungan kerugian negara tidak dilakukan pihak yang

berwenang dan

9 Tentang pemyataan Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas

dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan outsourcing roll out customer

information system rencana induk sistem informasi (CIS-RISI) pada PT PLN

(persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat

bertentangan dengan laporan keuangan dan konsolldasi PT Perusahaan Iistrlk

negara (persero) No20BAuditama VGAlOS2006 tanggal31 Mel 2006 oleh Badan

Pemeriksa Keuangan

Pendapatbantahan Pelluntut Umum dalam PerluJra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

18

Bahwa keberatan tentang kewenangan Ahli BPKP dalam menghitung kerugian

keuangan Negara (Point 8) dan ada tidaknya kerugian keuangan Negara (point 9)

diatas bukan merupakan materi eksepsi melainkan tennasuk penilaian fakta yang akan

dibuktikan di persidangan

10 Keberatan tentang Unsur penyertaan (deeJneJDing) yang tidakjelas

Bahwa dalam rumusan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-l KUHP diatur tiga bentuR penyertaan

yaitu sebagai yang melakukan menyuruh melakukan dan turut serta melakukan

Dalam Surat Dakwaan baik rumusan unsur delik pada Dakwaan Primair maupun pada

Dakwaan SUbSi~ir Penuntut Umum telah menguraikan dengan jelas kualitas penyertaan

tersebut yaitu ~ Terdakwa baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melakukan atau turut

serta melakukan dengan Saksi Margo Santoso Fahmi Mochtar dan Gani Abdul Gani dan

uraian faktanya telah dikonstruksikan secara cennat jelas dan lengkap baik dalam dakwaan

primair maupun subsidiair

Bahwa untuk mengetahui kualitas Terdakwa dalam penyertaan tersebut apakah sebagai orang

yang melakukan atau turut serta melakukan tentulah harus dibuktikan dalam persidangan

Dengan demikian keberatan tentang hal ini bukan merupakan lingkup materi eksepsi

melainkan sudah memasuki materi pokok perkara yang akan dibuktikan dalam persidangan

selanjutnya

11 Keberatan tentang Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Bahwa Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Pennasalahan dan penerapan

KUHAP hal 274 menjelaskan ~~at hukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang

bebas tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak

menentukan sama sekali tidak mengikat hakim Hakim bebas untuk menilai

kesempurnaan dan kebenarannya Tergantung pada penilaian Hakim untuk

menganggapnya sempurna atau tidak Tidak ada keharusan bagi Hakim untuk

menerima kebenaran setiap keterangan saksi Hakim bebas menilai kekuatan atau

kebenaran yang melekat pada keterangan itu dan dapat menerima II atau

menyingkirkannya Lain halnya jika Undang-Undang sendiri telah menentukan

bahwa alat bukti kesaksian mempunyai sifat kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mementukan Jika seandainya Undang-Undang menentukan demikian Hakim tidak

boleh menilai kekuatan pembuktiannya Hakim secara bulat harus terikat untuk

mempergunakannya dalam putusan tidak lagi berwenang untuk menilainya secara

bebas i Bahwa keberatan mengenai adanya keterangan duCdari 123 orang saksi dalam berkas

perkara yang menurut pendapat Tim Penasihat Hukum tidak reI evan dengan

Pendapatbantahan Penlllltlit Umum dalam Perlalra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

19

pembuktian perbuatan terdakwa bukan merupakan lingkup eksepsi melainkan i

termasuk kewenangan hakim dalam melakukan penilaian terhadap keterangan saksishy

saksi apabila dihadirkan untuk memberikan keterangan di persidangan Penuntut

Umum tidak terikat untuk menghadirkan keseluruhan saksi yang dicantumkan dalam

berkas perkara tersebut dalam proses pembuktian Penuntut Umum memiliki

kewenangan untuk menghadirkan sebagian saksi jika telah yakin bahwa dakwaan

yang diajukan telah dapat dibuktikan Penilaian terhadap kualitas saksi dan

kepentingan untuk menghadirkannya di persidangan sebagai alat bukti saksi bukan

merupakan 1ingkup eksepsi

Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa keberatan yang diajukan o1eh

Penasihat Hukum terdakwa sebagaimana diuraikan dalam Bab II tersebut adalah tidak

beralasan sehingga sudah seharusnya dinyatakan ditolak atau dikesampingkan

Bahwa selanjutnya dalam Bab III Nota Keberatan Tim Penasihat Hukum telah

mengajukan materi keberatan tentang Surat Dakwaan Harus Dibatalkan dengan alasan

sebagai berikut

1 Surat dakwaan tidak jelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 62 sid 65 pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Perumusan surat dakwaan yang disusun o1eh Penuntut Umum secara subsidiairitas

tersebut tidak tepat karena perbua~ yang didakwakan terhadap terdakwa adalah

perbuatan yang berbeda dan masing-masing berdiri sendiri yaitu perbuatan yang

bersifat melawan hukum disatu pihak sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Tipikor

dan perbuatan yang bersifat menyalahgunakan wewenang dilain pihak sebagaimana

diatur dalam pasal 3 UU Tipikor oleh karena itu lebih tepat dakwaan kepada terdakwa

disusun secara a1ternatif Dengan demikian surat dakwaan yang disusun secara

subsidiairitas tersebut adalah tidak je1as sehingga harus dibatalkan

2 Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana

itu dilakukan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 65 sid 66 pOOa pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya tidak cermat menyebutkan waktu

tempus delicti tindak pidana itu dilakukan hal ini terlihat dalam dakwaan subsidiair

halam 14 baris ke-13 sid 14 pada hari dan tang gal yang tidak dapat ditentukan

h1lll11PQllbrmUlllrm PIIU1llJlt u_dlll_ Pwlll EDDIE WIDIONO SUWONDHO MaC

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 13: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

12

MA No lKKr1957 tanggal 8-5-1957 (vide Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah

Agung Republik Indonesia Cetakan Kedua Mahkamah Agung RI 1993 Hal 57)

yang menyatakan

Walaupun dalam suatu perkara terdapat dasar-dasar untuk memajukan gugatan terhadap terdakwa yang OOpat merupakan perkara perdata akan tetapi ini tidak berarti bahwa penuntut kasasi tidak dapat dituntut karena ia melakukan suatu tindak pidana dengan demikian perbuatan-perbuatan yang dilakukan dapat merupakan baik perkara piOOna maupun perkara perdata tersendiri

3 Keberatan tentang Perbuatan orang lain seolah-olah perbuatan terdakwa

Bahwa adanya fakta tentang perbuatan orang lain dalam mewujudkan tindak pidana

korupsi yang didakwakan kepada terdakwa dan orang lain tersebut belum ditetapkan

sebagai tersangka tidak berarti perkara atas nama terdakwa aquo tidak dapat diperiksa

di persidangan karena dalam Yurisprudensi MARl tanggal22 Nopember 1969 No7

KKr1969 dalam perkara atas nama 1 Robinson Pinem 2 OJ Oamanik 3 Pangulu

Siahaan menegaskan bahwa keberatan yang diajukan penuntut kasasi bahwa dalam

perkara in pelaku utamanya tiOOk diadili tidak dapat diterima karena untuk

memeriksa perkara terdakwa pengadilan tidak perlu menunggu diajukannya terlebih

dahulu pelaku Utama dalam perkara itu

Bahkan dalam perkembangan proses persidangan perkara aquo apabila ditemukan

peran-peran pihak lainnya maka tidak menutup kemungkinan ditetapkannya tersangka

barn 01eh karena itu pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang terjadi manipulasi

berupa pengurangan terdakwa dan wpang pilih dalam menentukan tersangka adalah

pemyataan tendensius yang menyesatkan Oengan demikian keberatan tentang tidak

ditetapkannya orang lain dalam kaitan dengan peranan mewujudkan tindak pidana

yang didakwakan kepada terdakwa bukan merupakan ruang lingkup eksepsi dan harus

dikesampingkan

4 Keberatan tentang Pelanggaran azas legalitas

Bahwa pernyataan Tim Penasihat Hukum tentang penetapan Eddie Widiono

Suwondho sebagai tersangka belum ada kerugian Negara yang dihitung berdasarkan

penghitungan yang dilakukan Ahli sehingga dianggap melanggar asas legalitas adalah

menunjukkan bahwa Tim Penasihat Hukum tidak memaham~ dengan benar

pengertian asas legalitas itu sendiri

- Asas legalitas lazim disebut dengan terminologi principle of legality

legaliteitbeginsel non-retroaktif de la legalite atau ex post facto laws

Ketentuan asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum

Pendapatlbantahan Penuntut Umum dalam Perkara lr EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

13

Pidana (KUHP) Indonesia yang berbunyi Tiada suatu peristiwa dapat dipidana selaro

dari kekuatan ketentuan undang-undang pidana yang mendabuluinya PAF

Lamintang dan C Djisman Samosir merumuskan dengan terminologi sebagai

Tiada suatu perbuatan dapat dihukum kecuali didasarkan pada ketentuan pi dana

menurut undang-undang yang telah diadakan Iebih dulu Mill Harnzah

menterjemahkan dengan terminologi Tiada suatu perbuatan (feit) yang dapat

dipidana selain berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang

mendabuluinya Dari terjemaban terminologi tersebut dapat dipabami babwa

pefumusan asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP mengandung makna asas lex

temporls delicti artinya undang-undang yang berlaku adalah undang-undang yang ada

pada saat delik terjadi atau disebut juga asas nonretroaktir yang melarang

pembedakuan surut suatu undang-undang pidana dan sanksi pi dana (nonretroactive

application ofcriminal laws and criminal sanctions) n

Berdasarkan uraian tentang pengertian asas legalitas diatas dihubungkan dengan surat

dakwaan penuntut umum maka dapat disimpulkan bahwa penetapan terdakwa sebagai

tersangka dengan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-l001III2010 tanggal

23 Februari 2010 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-1401lTIII201O

tanggalll Maret 2010 tidak melanggar asas legalitas karena

bull Undang-undang memberi kewenangan kepada penyidik untuk menetapkan

seseorang sebagai tersangka dengan dengan bukti permulaan yang cukup

bull Bahwa dengan bukti permulaan yang cukup tersebut penyidik meyakini adanya

perbuatan tindak pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber

dananya berasal dari Pos Pengolaban Data dan Teknologi Informasi pada

Anggaran PLN (APLN) Tabun 2004 sampai dengan Tabun 2006 sehingga

penyidik menetapkan terdakwa sebagai tersangka dengan sangkaan melanggar

ketentuan pasal 2 ayat (I) UU Nomor 31 Tabun 1999 jo UU Nomor 20 Tabun

2001

bull Babwa ketentuan pi dana yang dijadikan dasar penetapan terdakwa sebagai

tersangka tersebut sudab ada sebelum tindak pidana korupsi yang disangkakan itu

terjadi

Babwa Tim Penasihat Hukum telab keliru memabami makna asas legalitas dan

terkesan berupaya mengaburkan substansi surat dakwaan dengan cara mengkaitkan

mekanisme penetapan tersangka dengan pembuktian unsur kerugian negara yang salah

Pendapatlbantahan Perllllttut Umum dafam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

14

satu alat buktinya adalah surat berupa Laporan Hasil Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara yang dibuat oleh Ahli dari BPKP Bahkan kekeliruan itu semakin

nyata ketika Tim Penasihat Hukum mengutip pertimbangan dalam alinea pertama

halaman 72 putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No 003IPUU-IV2006 tanggal 25

Juli 2006 kemudian memberikan kesimpulan bahwa seolah-olah penetapan tersangka

belum dapat dilakukan jika haSil penghitungan kerugian negara belum dituangkan

dalam suatu laporan Kesimpulan yang demikian adalah menyesatkan karena tidak

demikian maksud dari pertimbangan putusan MK tersebut

bull Bahwa pertimbangan dalam putusan MK sebagaimana tercantum pada halaman 70

sampai dengan 73 adalah menyangkut kata dapat dalam Pasal 2 ayat (1) UU PTPK

yang pengertiannya dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (l) bahwa dengan

penambahan kata dapat tersebut menjadikan tindak pi dana korupsi dalam Pasal 2

ayat (1) a quo menjadi rumusan de1ik formil sehingga apakah dengan pengertian

tersebut frasa dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang

diartikan baik kerugian yang nyata (actual loss) maupun hanya yang bersifat potensial

atau berupa kemungkinan kerugian (potential loss) merupakan unsur yang tidak periu

dibuktikan atau harns dibuktikan Menurut pendapat MK sebagaimana dalam

pertimbangan putusan aquo unsur kerugian negara harns dibuktikan dan harns dapat

dihitung meskipun sebagai perkiraan atau meskipun belum terjadi Kesimpulan

demikian harns ditentukan oleh seorang ahli di bidangnya Faktor kerugian baik

secara nyata atau berupa kemungkinan dilihat sebagai hal yang memberatkan atau

meringankan dalam penjatuhan pid~ seb~gaimana diuraikan dalam Penjelasan Pasal

4 bahwa pengembalian kerugian negara hanya dapat dipandang sebagai faktor yang

meringankan Oleh karenanya persoalan kata dapat dalam Pasal 2middot ayat (1) UU

PTPK lebih merupakan persoalan pelaksanaan dalam praktik ole~ aparat penegak

hukum dan bukan menyangkut konstitusionalitas norma

Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa pertimbangan putusan MK tidak mengkaitkan

adanya suatu keharusan bahwa untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka harus

terlebih dahulu adanya penyampaian Laporan Penghitungan Kerugian Keuangan

Negara oleh Ahli kepada penyidik

- Bahwa dalam penetapan terdakwa sebagai tersangka secara substantif penyidik telah

meyakini adanya unsur kerugian negara karena sejak awal Ahli dari BPKP yang

dimintakan bantuannya telah melakukan proses penghitungan kerugian negara

sehingga persoalan penyampaian laporan tersebut hanyalah persoalan teknis dan untuk

mendukung alat bukti berupa surat yang akan digunakan dalam proses pembuktian di

persidangan Tim Penasihat Hukum telah mengakui adanya pencantuman kerugian

PendapatlbQfltahQfl PenWltllt Umum dalam Perwa 17 EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

15

negara sebesar Rp 45 Milyar dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana Korupsi yang

mana pencantuman jumlah kerugian negara bukanlah hasil rekaan penyidik melainkan

hasil pekerjaan audit yang dilakukan oleh AhU Oleh karena itu keberatan yang

diajukan oleh Tim Penasihat Hukum mengenai hal ini adalah keberatan yang

mengada-ada dan sudah seharusnya dikesampingkan dan tidak perlu dipertimoangkan

oleh Majelis Hakim

Bahwa Tim Penasihat Hukum dalam bagian keberatan ini juga mempersoalkan

tentang isi Surat Dakwaan yang menyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian

uang berdasarkan business Plan 2005-2007 PT Netway Utama adalah hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran Bahwa

oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan tersebut

hams dinyatakan tidak dapat diterima Keberatan yang demikian ini adalah

menyangkut penilaian terhadap fakta yang tentunya perlu dibuktikan di persidangan

Oleh karena itu tidak benar jika uraian fakta tentang penerimaan uang oleh terdakwa

dianggap sebagai melanggar asas legalitas

5 Keberatan tentang Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal

64 tidak dicantumkan dalam surat dakwaan

Bahwa sesuai Jurisprodensi MA No156 KlKrl1963 tanggal 28 April 1964 soal

perbuatan lanjutan atau voortgezette handeling itu hanyalah mengenai soal

penjatuhan hukuman (straftoematig) dan tidak mengenai pembebasan dari tuntutan

Berdasarkan yurisprudensi tersebut_~apat ditarik kesimpulan bahwa pencantuman

pasal 64 KUHP dalam surat dakwaan bukan merupakan alasan pengajuan keberatan

(eksepsi) melainkan termasuk lingkup penilaian fakta dalam proses pembuktian terkait

dengan pemberatan dalam penjatuhan hukuma~leh karena itu keberatan tersebut

harnslah dikesampingkan

6 Keberatan tentang Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangshy

undangan

Bahwa sesuai dengan Pasal 56 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan disebutkan bahwa Semua Keputusan Presiden

Keputusan Menteri Keputusan Gubernur Keputusan Bupatilwalikota atau keputusan

pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 yang sifatnya mengatur yang

sudah ada sebelum UU ini berlaku hams dibaca peraturan sepanjang tidak

bertentangan dengan UU ini

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daJam Perkara Ir EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

16

- Bahwa ketentuan pengadaan barang dan jasa di PT PLN dalam bentuk SK Direksi

PT PLN tidaklah berdiri sendiri akan tetapi peraturan tersebut lahir sebagai tunman

dari UU Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri sebagaimana tercantwn di

dalam konsideran SK Direksi tersebut yang mana pengaturan SK Direksi tersebut

dimaksud sebagai petunjuk teknis dalam pengadaan barang dan jasa di PT PLN

(Persero)

Bahwa pasal3 UU No19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan Terhadap BUMN berlaku Undang-Undang ini anggaran dasar dan ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya

- Bahwa dengan demikian Anggaran Dasar PT PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat

dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan

(SK) Direksi PT PLN (Persero) Nomor 038KJ9201DIRI1998 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor

138KJOI01DIRI2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan

Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor No 118KJOI0IDIRI2004 tentang

Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 1 OOKJO 1OIDIRI2004 tentang Pengadaan BarangJasa di PT PLN

(Persero) jo SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor 200KJOIOIDIRI2004 tentang

Penjelasan Pedoman Pengadaan BarangJasa di Lingkungan PT PLN (Persero)

adalah termasuk dalam katagori peraturan perundang-undangan Dengan demikian

keberatan tentang hal ini haruslah dikesampingkan

7 Keberatan tentang Keuangan PT PLN (Persero) sebagai BUMN bukan merupakan

keuangan Negara kami tanggapi sebagai berikut

- Bahwa keberatan tersebut adalah materi pokok perkara dan bukan termasuk dalam

ruang lingkup materi yang dapat diajukan sebagai keberatan (eksepsi) sebagaimana

yang diatur dalam Pasal156 (I) KUHAP dan seharusnya dikesampingkan

Bahwa namun demikian kami perlu tegaskan bahwa pendapat Tim Penasihat Hukum

yang menyatakan keuangan PLN bukan keuangan Negara adalah pendapat yang

keliru Sebab di dalam penjelasan atas UU Tipikor dengan tegas dinyatakan bahwa

keuangan negara yang dimaksud dalam UU Tipikor adalah seluruh kekayaan negara

dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya

segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena

berada dalam penguasaan pengurusan dan pertanggungjawaban BUMNIBUMD

yayasan badan hukum dan perusahaan yang menyewakan modal negara atau

Pendaputbantahan Penuntut Umum dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

17

perusahaan yang menyertalean modal pihale ketiga berdasarkan perjanjian dengan

Negara

Bahwa penjelasan tersebut sejalan pula dengan ketentuan UU No 17 Tahun 2003

Pasall angka 1 yang memberikan pengertian keuangan Negara adalah semua hale dan

kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

pelalesanaan hale dan kewajiban tersebut Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2

ditegaskan bahwa Keuangan Negara meliputi kekayaan Negarakekayaan daerah yang

dikelola sendiri atau oleh pihale lain berupa uang surat berharga piutang barang serta

hale-hale lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan

pada perusahaan Negaraperusahaan daerah

Bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara digunakan untuk mencapai

tujuan bemegara sehingga setiap tahun disusun APBN dan APBD Salah satu

penggunaan dana APBNAPBD adalah dalam bentuk penyertaan modal Negara pada

Persero danatau Perum serta Perseroan Terbatas tainnya yang digolongkan sebagai

Kekayaan Negara yang dipisahkan

Bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Negara yang dipisahkan (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN)

Artinya bahwa secara langsung maupun tidak langsung dapat dikatakan bahwa dalam

operasionalnya BUMN tetapi menggunalean APBN Malesud dan tujuan pendician

BUMN adalah untuk menyelenggaralean kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup

orang banyale

8 Keberatan tentang Penghitungan kerugian negara tidak dilakukan pihak yang

berwenang dan

9 Tentang pemyataan Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas

dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan outsourcing roll out customer

information system rencana induk sistem informasi (CIS-RISI) pada PT PLN

(persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat

bertentangan dengan laporan keuangan dan konsolldasi PT Perusahaan Iistrlk

negara (persero) No20BAuditama VGAlOS2006 tanggal31 Mel 2006 oleh Badan

Pemeriksa Keuangan

Pendapatbantahan Pelluntut Umum dalam PerluJra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

18

Bahwa keberatan tentang kewenangan Ahli BPKP dalam menghitung kerugian

keuangan Negara (Point 8) dan ada tidaknya kerugian keuangan Negara (point 9)

diatas bukan merupakan materi eksepsi melainkan tennasuk penilaian fakta yang akan

dibuktikan di persidangan

10 Keberatan tentang Unsur penyertaan (deeJneJDing) yang tidakjelas

Bahwa dalam rumusan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-l KUHP diatur tiga bentuR penyertaan

yaitu sebagai yang melakukan menyuruh melakukan dan turut serta melakukan

Dalam Surat Dakwaan baik rumusan unsur delik pada Dakwaan Primair maupun pada

Dakwaan SUbSi~ir Penuntut Umum telah menguraikan dengan jelas kualitas penyertaan

tersebut yaitu ~ Terdakwa baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melakukan atau turut

serta melakukan dengan Saksi Margo Santoso Fahmi Mochtar dan Gani Abdul Gani dan

uraian faktanya telah dikonstruksikan secara cennat jelas dan lengkap baik dalam dakwaan

primair maupun subsidiair

Bahwa untuk mengetahui kualitas Terdakwa dalam penyertaan tersebut apakah sebagai orang

yang melakukan atau turut serta melakukan tentulah harus dibuktikan dalam persidangan

Dengan demikian keberatan tentang hal ini bukan merupakan lingkup materi eksepsi

melainkan sudah memasuki materi pokok perkara yang akan dibuktikan dalam persidangan

selanjutnya

11 Keberatan tentang Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Bahwa Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Pennasalahan dan penerapan

KUHAP hal 274 menjelaskan ~~at hukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang

bebas tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak

menentukan sama sekali tidak mengikat hakim Hakim bebas untuk menilai

kesempurnaan dan kebenarannya Tergantung pada penilaian Hakim untuk

menganggapnya sempurna atau tidak Tidak ada keharusan bagi Hakim untuk

menerima kebenaran setiap keterangan saksi Hakim bebas menilai kekuatan atau

kebenaran yang melekat pada keterangan itu dan dapat menerima II atau

menyingkirkannya Lain halnya jika Undang-Undang sendiri telah menentukan

bahwa alat bukti kesaksian mempunyai sifat kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mementukan Jika seandainya Undang-Undang menentukan demikian Hakim tidak

boleh menilai kekuatan pembuktiannya Hakim secara bulat harus terikat untuk

mempergunakannya dalam putusan tidak lagi berwenang untuk menilainya secara

bebas i Bahwa keberatan mengenai adanya keterangan duCdari 123 orang saksi dalam berkas

perkara yang menurut pendapat Tim Penasihat Hukum tidak reI evan dengan

Pendapatbantahan Penlllltlit Umum dalam Perlalra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

19

pembuktian perbuatan terdakwa bukan merupakan lingkup eksepsi melainkan i

termasuk kewenangan hakim dalam melakukan penilaian terhadap keterangan saksishy

saksi apabila dihadirkan untuk memberikan keterangan di persidangan Penuntut

Umum tidak terikat untuk menghadirkan keseluruhan saksi yang dicantumkan dalam

berkas perkara tersebut dalam proses pembuktian Penuntut Umum memiliki

kewenangan untuk menghadirkan sebagian saksi jika telah yakin bahwa dakwaan

yang diajukan telah dapat dibuktikan Penilaian terhadap kualitas saksi dan

kepentingan untuk menghadirkannya di persidangan sebagai alat bukti saksi bukan

merupakan 1ingkup eksepsi

Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa keberatan yang diajukan o1eh

Penasihat Hukum terdakwa sebagaimana diuraikan dalam Bab II tersebut adalah tidak

beralasan sehingga sudah seharusnya dinyatakan ditolak atau dikesampingkan

Bahwa selanjutnya dalam Bab III Nota Keberatan Tim Penasihat Hukum telah

mengajukan materi keberatan tentang Surat Dakwaan Harus Dibatalkan dengan alasan

sebagai berikut

1 Surat dakwaan tidak jelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 62 sid 65 pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Perumusan surat dakwaan yang disusun o1eh Penuntut Umum secara subsidiairitas

tersebut tidak tepat karena perbua~ yang didakwakan terhadap terdakwa adalah

perbuatan yang berbeda dan masing-masing berdiri sendiri yaitu perbuatan yang

bersifat melawan hukum disatu pihak sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Tipikor

dan perbuatan yang bersifat menyalahgunakan wewenang dilain pihak sebagaimana

diatur dalam pasal 3 UU Tipikor oleh karena itu lebih tepat dakwaan kepada terdakwa

disusun secara a1ternatif Dengan demikian surat dakwaan yang disusun secara

subsidiairitas tersebut adalah tidak je1as sehingga harus dibatalkan

2 Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana

itu dilakukan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 65 sid 66 pOOa pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya tidak cermat menyebutkan waktu

tempus delicti tindak pidana itu dilakukan hal ini terlihat dalam dakwaan subsidiair

halam 14 baris ke-13 sid 14 pada hari dan tang gal yang tidak dapat ditentukan

h1lll11PQllbrmUlllrm PIIU1llJlt u_dlll_ Pwlll EDDIE WIDIONO SUWONDHO MaC

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 14: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

13

Pidana (KUHP) Indonesia yang berbunyi Tiada suatu peristiwa dapat dipidana selaro

dari kekuatan ketentuan undang-undang pidana yang mendabuluinya PAF

Lamintang dan C Djisman Samosir merumuskan dengan terminologi sebagai

Tiada suatu perbuatan dapat dihukum kecuali didasarkan pada ketentuan pi dana

menurut undang-undang yang telah diadakan Iebih dulu Mill Harnzah

menterjemahkan dengan terminologi Tiada suatu perbuatan (feit) yang dapat

dipidana selain berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang

mendabuluinya Dari terjemaban terminologi tersebut dapat dipabami babwa

pefumusan asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP mengandung makna asas lex

temporls delicti artinya undang-undang yang berlaku adalah undang-undang yang ada

pada saat delik terjadi atau disebut juga asas nonretroaktir yang melarang

pembedakuan surut suatu undang-undang pidana dan sanksi pi dana (nonretroactive

application ofcriminal laws and criminal sanctions) n

Berdasarkan uraian tentang pengertian asas legalitas diatas dihubungkan dengan surat

dakwaan penuntut umum maka dapat disimpulkan bahwa penetapan terdakwa sebagai

tersangka dengan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-l001III2010 tanggal

23 Februari 2010 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor SprinDik-1401lTIII201O

tanggalll Maret 2010 tidak melanggar asas legalitas karena

bull Undang-undang memberi kewenangan kepada penyidik untuk menetapkan

seseorang sebagai tersangka dengan dengan bukti permulaan yang cukup

bull Bahwa dengan bukti permulaan yang cukup tersebut penyidik meyakini adanya

perbuatan tindak pidana korupsi yang dilakukan terdakwa terkait pengadaan

Outsourcing Roll Out CIS - RISI (Customer Information System - Rencana Induk

Sistem Informasi) di PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang yang sumber

dananya berasal dari Pos Pengolaban Data dan Teknologi Informasi pada

Anggaran PLN (APLN) Tabun 2004 sampai dengan Tabun 2006 sehingga

penyidik menetapkan terdakwa sebagai tersangka dengan sangkaan melanggar

ketentuan pasal 2 ayat (I) UU Nomor 31 Tabun 1999 jo UU Nomor 20 Tabun

2001

bull Babwa ketentuan pi dana yang dijadikan dasar penetapan terdakwa sebagai

tersangka tersebut sudab ada sebelum tindak pidana korupsi yang disangkakan itu

terjadi

Babwa Tim Penasihat Hukum telab keliru memabami makna asas legalitas dan

terkesan berupaya mengaburkan substansi surat dakwaan dengan cara mengkaitkan

mekanisme penetapan tersangka dengan pembuktian unsur kerugian negara yang salah

Pendapatlbantahan Perllllttut Umum dafam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

14

satu alat buktinya adalah surat berupa Laporan Hasil Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara yang dibuat oleh Ahli dari BPKP Bahkan kekeliruan itu semakin

nyata ketika Tim Penasihat Hukum mengutip pertimbangan dalam alinea pertama

halaman 72 putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No 003IPUU-IV2006 tanggal 25

Juli 2006 kemudian memberikan kesimpulan bahwa seolah-olah penetapan tersangka

belum dapat dilakukan jika haSil penghitungan kerugian negara belum dituangkan

dalam suatu laporan Kesimpulan yang demikian adalah menyesatkan karena tidak

demikian maksud dari pertimbangan putusan MK tersebut

bull Bahwa pertimbangan dalam putusan MK sebagaimana tercantum pada halaman 70

sampai dengan 73 adalah menyangkut kata dapat dalam Pasal 2 ayat (1) UU PTPK

yang pengertiannya dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (l) bahwa dengan

penambahan kata dapat tersebut menjadikan tindak pi dana korupsi dalam Pasal 2

ayat (1) a quo menjadi rumusan de1ik formil sehingga apakah dengan pengertian

tersebut frasa dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang

diartikan baik kerugian yang nyata (actual loss) maupun hanya yang bersifat potensial

atau berupa kemungkinan kerugian (potential loss) merupakan unsur yang tidak periu

dibuktikan atau harns dibuktikan Menurut pendapat MK sebagaimana dalam

pertimbangan putusan aquo unsur kerugian negara harns dibuktikan dan harns dapat

dihitung meskipun sebagai perkiraan atau meskipun belum terjadi Kesimpulan

demikian harns ditentukan oleh seorang ahli di bidangnya Faktor kerugian baik

secara nyata atau berupa kemungkinan dilihat sebagai hal yang memberatkan atau

meringankan dalam penjatuhan pid~ seb~gaimana diuraikan dalam Penjelasan Pasal

4 bahwa pengembalian kerugian negara hanya dapat dipandang sebagai faktor yang

meringankan Oleh karenanya persoalan kata dapat dalam Pasal 2middot ayat (1) UU

PTPK lebih merupakan persoalan pelaksanaan dalam praktik ole~ aparat penegak

hukum dan bukan menyangkut konstitusionalitas norma

Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa pertimbangan putusan MK tidak mengkaitkan

adanya suatu keharusan bahwa untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka harus

terlebih dahulu adanya penyampaian Laporan Penghitungan Kerugian Keuangan

Negara oleh Ahli kepada penyidik

- Bahwa dalam penetapan terdakwa sebagai tersangka secara substantif penyidik telah

meyakini adanya unsur kerugian negara karena sejak awal Ahli dari BPKP yang

dimintakan bantuannya telah melakukan proses penghitungan kerugian negara

sehingga persoalan penyampaian laporan tersebut hanyalah persoalan teknis dan untuk

mendukung alat bukti berupa surat yang akan digunakan dalam proses pembuktian di

persidangan Tim Penasihat Hukum telah mengakui adanya pencantuman kerugian

PendapatlbQfltahQfl PenWltllt Umum dalam Perwa 17 EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

15

negara sebesar Rp 45 Milyar dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana Korupsi yang

mana pencantuman jumlah kerugian negara bukanlah hasil rekaan penyidik melainkan

hasil pekerjaan audit yang dilakukan oleh AhU Oleh karena itu keberatan yang

diajukan oleh Tim Penasihat Hukum mengenai hal ini adalah keberatan yang

mengada-ada dan sudah seharusnya dikesampingkan dan tidak perlu dipertimoangkan

oleh Majelis Hakim

Bahwa Tim Penasihat Hukum dalam bagian keberatan ini juga mempersoalkan

tentang isi Surat Dakwaan yang menyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian

uang berdasarkan business Plan 2005-2007 PT Netway Utama adalah hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran Bahwa

oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan tersebut

hams dinyatakan tidak dapat diterima Keberatan yang demikian ini adalah

menyangkut penilaian terhadap fakta yang tentunya perlu dibuktikan di persidangan

Oleh karena itu tidak benar jika uraian fakta tentang penerimaan uang oleh terdakwa

dianggap sebagai melanggar asas legalitas

5 Keberatan tentang Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal

64 tidak dicantumkan dalam surat dakwaan

Bahwa sesuai Jurisprodensi MA No156 KlKrl1963 tanggal 28 April 1964 soal

perbuatan lanjutan atau voortgezette handeling itu hanyalah mengenai soal

penjatuhan hukuman (straftoematig) dan tidak mengenai pembebasan dari tuntutan

Berdasarkan yurisprudensi tersebut_~apat ditarik kesimpulan bahwa pencantuman

pasal 64 KUHP dalam surat dakwaan bukan merupakan alasan pengajuan keberatan

(eksepsi) melainkan termasuk lingkup penilaian fakta dalam proses pembuktian terkait

dengan pemberatan dalam penjatuhan hukuma~leh karena itu keberatan tersebut

harnslah dikesampingkan

6 Keberatan tentang Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangshy

undangan

Bahwa sesuai dengan Pasal 56 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan disebutkan bahwa Semua Keputusan Presiden

Keputusan Menteri Keputusan Gubernur Keputusan Bupatilwalikota atau keputusan

pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 yang sifatnya mengatur yang

sudah ada sebelum UU ini berlaku hams dibaca peraturan sepanjang tidak

bertentangan dengan UU ini

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daJam Perkara Ir EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

16

- Bahwa ketentuan pengadaan barang dan jasa di PT PLN dalam bentuk SK Direksi

PT PLN tidaklah berdiri sendiri akan tetapi peraturan tersebut lahir sebagai tunman

dari UU Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri sebagaimana tercantwn di

dalam konsideran SK Direksi tersebut yang mana pengaturan SK Direksi tersebut

dimaksud sebagai petunjuk teknis dalam pengadaan barang dan jasa di PT PLN

(Persero)

Bahwa pasal3 UU No19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan Terhadap BUMN berlaku Undang-Undang ini anggaran dasar dan ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya

- Bahwa dengan demikian Anggaran Dasar PT PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat

dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan

(SK) Direksi PT PLN (Persero) Nomor 038KJ9201DIRI1998 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor

138KJOI01DIRI2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan

Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor No 118KJOI0IDIRI2004 tentang

Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 1 OOKJO 1OIDIRI2004 tentang Pengadaan BarangJasa di PT PLN

(Persero) jo SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor 200KJOIOIDIRI2004 tentang

Penjelasan Pedoman Pengadaan BarangJasa di Lingkungan PT PLN (Persero)

adalah termasuk dalam katagori peraturan perundang-undangan Dengan demikian

keberatan tentang hal ini haruslah dikesampingkan

7 Keberatan tentang Keuangan PT PLN (Persero) sebagai BUMN bukan merupakan

keuangan Negara kami tanggapi sebagai berikut

- Bahwa keberatan tersebut adalah materi pokok perkara dan bukan termasuk dalam

ruang lingkup materi yang dapat diajukan sebagai keberatan (eksepsi) sebagaimana

yang diatur dalam Pasal156 (I) KUHAP dan seharusnya dikesampingkan

Bahwa namun demikian kami perlu tegaskan bahwa pendapat Tim Penasihat Hukum

yang menyatakan keuangan PLN bukan keuangan Negara adalah pendapat yang

keliru Sebab di dalam penjelasan atas UU Tipikor dengan tegas dinyatakan bahwa

keuangan negara yang dimaksud dalam UU Tipikor adalah seluruh kekayaan negara

dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya

segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena

berada dalam penguasaan pengurusan dan pertanggungjawaban BUMNIBUMD

yayasan badan hukum dan perusahaan yang menyewakan modal negara atau

Pendaputbantahan Penuntut Umum dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

17

perusahaan yang menyertalean modal pihale ketiga berdasarkan perjanjian dengan

Negara

Bahwa penjelasan tersebut sejalan pula dengan ketentuan UU No 17 Tahun 2003

Pasall angka 1 yang memberikan pengertian keuangan Negara adalah semua hale dan

kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

pelalesanaan hale dan kewajiban tersebut Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2

ditegaskan bahwa Keuangan Negara meliputi kekayaan Negarakekayaan daerah yang

dikelola sendiri atau oleh pihale lain berupa uang surat berharga piutang barang serta

hale-hale lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan

pada perusahaan Negaraperusahaan daerah

Bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara digunakan untuk mencapai

tujuan bemegara sehingga setiap tahun disusun APBN dan APBD Salah satu

penggunaan dana APBNAPBD adalah dalam bentuk penyertaan modal Negara pada

Persero danatau Perum serta Perseroan Terbatas tainnya yang digolongkan sebagai

Kekayaan Negara yang dipisahkan

Bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Negara yang dipisahkan (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN)

Artinya bahwa secara langsung maupun tidak langsung dapat dikatakan bahwa dalam

operasionalnya BUMN tetapi menggunalean APBN Malesud dan tujuan pendician

BUMN adalah untuk menyelenggaralean kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup

orang banyale

8 Keberatan tentang Penghitungan kerugian negara tidak dilakukan pihak yang

berwenang dan

9 Tentang pemyataan Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas

dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan outsourcing roll out customer

information system rencana induk sistem informasi (CIS-RISI) pada PT PLN

(persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat

bertentangan dengan laporan keuangan dan konsolldasi PT Perusahaan Iistrlk

negara (persero) No20BAuditama VGAlOS2006 tanggal31 Mel 2006 oleh Badan

Pemeriksa Keuangan

Pendapatbantahan Pelluntut Umum dalam PerluJra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

18

Bahwa keberatan tentang kewenangan Ahli BPKP dalam menghitung kerugian

keuangan Negara (Point 8) dan ada tidaknya kerugian keuangan Negara (point 9)

diatas bukan merupakan materi eksepsi melainkan tennasuk penilaian fakta yang akan

dibuktikan di persidangan

10 Keberatan tentang Unsur penyertaan (deeJneJDing) yang tidakjelas

Bahwa dalam rumusan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-l KUHP diatur tiga bentuR penyertaan

yaitu sebagai yang melakukan menyuruh melakukan dan turut serta melakukan

Dalam Surat Dakwaan baik rumusan unsur delik pada Dakwaan Primair maupun pada

Dakwaan SUbSi~ir Penuntut Umum telah menguraikan dengan jelas kualitas penyertaan

tersebut yaitu ~ Terdakwa baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melakukan atau turut

serta melakukan dengan Saksi Margo Santoso Fahmi Mochtar dan Gani Abdul Gani dan

uraian faktanya telah dikonstruksikan secara cennat jelas dan lengkap baik dalam dakwaan

primair maupun subsidiair

Bahwa untuk mengetahui kualitas Terdakwa dalam penyertaan tersebut apakah sebagai orang

yang melakukan atau turut serta melakukan tentulah harus dibuktikan dalam persidangan

Dengan demikian keberatan tentang hal ini bukan merupakan lingkup materi eksepsi

melainkan sudah memasuki materi pokok perkara yang akan dibuktikan dalam persidangan

selanjutnya

11 Keberatan tentang Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Bahwa Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Pennasalahan dan penerapan

KUHAP hal 274 menjelaskan ~~at hukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang

bebas tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak

menentukan sama sekali tidak mengikat hakim Hakim bebas untuk menilai

kesempurnaan dan kebenarannya Tergantung pada penilaian Hakim untuk

menganggapnya sempurna atau tidak Tidak ada keharusan bagi Hakim untuk

menerima kebenaran setiap keterangan saksi Hakim bebas menilai kekuatan atau

kebenaran yang melekat pada keterangan itu dan dapat menerima II atau

menyingkirkannya Lain halnya jika Undang-Undang sendiri telah menentukan

bahwa alat bukti kesaksian mempunyai sifat kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mementukan Jika seandainya Undang-Undang menentukan demikian Hakim tidak

boleh menilai kekuatan pembuktiannya Hakim secara bulat harus terikat untuk

mempergunakannya dalam putusan tidak lagi berwenang untuk menilainya secara

bebas i Bahwa keberatan mengenai adanya keterangan duCdari 123 orang saksi dalam berkas

perkara yang menurut pendapat Tim Penasihat Hukum tidak reI evan dengan

Pendapatbantahan Penlllltlit Umum dalam Perlalra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

19

pembuktian perbuatan terdakwa bukan merupakan lingkup eksepsi melainkan i

termasuk kewenangan hakim dalam melakukan penilaian terhadap keterangan saksishy

saksi apabila dihadirkan untuk memberikan keterangan di persidangan Penuntut

Umum tidak terikat untuk menghadirkan keseluruhan saksi yang dicantumkan dalam

berkas perkara tersebut dalam proses pembuktian Penuntut Umum memiliki

kewenangan untuk menghadirkan sebagian saksi jika telah yakin bahwa dakwaan

yang diajukan telah dapat dibuktikan Penilaian terhadap kualitas saksi dan

kepentingan untuk menghadirkannya di persidangan sebagai alat bukti saksi bukan

merupakan 1ingkup eksepsi

Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa keberatan yang diajukan o1eh

Penasihat Hukum terdakwa sebagaimana diuraikan dalam Bab II tersebut adalah tidak

beralasan sehingga sudah seharusnya dinyatakan ditolak atau dikesampingkan

Bahwa selanjutnya dalam Bab III Nota Keberatan Tim Penasihat Hukum telah

mengajukan materi keberatan tentang Surat Dakwaan Harus Dibatalkan dengan alasan

sebagai berikut

1 Surat dakwaan tidak jelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 62 sid 65 pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Perumusan surat dakwaan yang disusun o1eh Penuntut Umum secara subsidiairitas

tersebut tidak tepat karena perbua~ yang didakwakan terhadap terdakwa adalah

perbuatan yang berbeda dan masing-masing berdiri sendiri yaitu perbuatan yang

bersifat melawan hukum disatu pihak sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Tipikor

dan perbuatan yang bersifat menyalahgunakan wewenang dilain pihak sebagaimana

diatur dalam pasal 3 UU Tipikor oleh karena itu lebih tepat dakwaan kepada terdakwa

disusun secara a1ternatif Dengan demikian surat dakwaan yang disusun secara

subsidiairitas tersebut adalah tidak je1as sehingga harus dibatalkan

2 Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana

itu dilakukan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 65 sid 66 pOOa pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya tidak cermat menyebutkan waktu

tempus delicti tindak pidana itu dilakukan hal ini terlihat dalam dakwaan subsidiair

halam 14 baris ke-13 sid 14 pada hari dan tang gal yang tidak dapat ditentukan

h1lll11PQllbrmUlllrm PIIU1llJlt u_dlll_ Pwlll EDDIE WIDIONO SUWONDHO MaC

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 15: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

14

satu alat buktinya adalah surat berupa Laporan Hasil Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara yang dibuat oleh Ahli dari BPKP Bahkan kekeliruan itu semakin

nyata ketika Tim Penasihat Hukum mengutip pertimbangan dalam alinea pertama

halaman 72 putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No 003IPUU-IV2006 tanggal 25

Juli 2006 kemudian memberikan kesimpulan bahwa seolah-olah penetapan tersangka

belum dapat dilakukan jika haSil penghitungan kerugian negara belum dituangkan

dalam suatu laporan Kesimpulan yang demikian adalah menyesatkan karena tidak

demikian maksud dari pertimbangan putusan MK tersebut

bull Bahwa pertimbangan dalam putusan MK sebagaimana tercantum pada halaman 70

sampai dengan 73 adalah menyangkut kata dapat dalam Pasal 2 ayat (1) UU PTPK

yang pengertiannya dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (l) bahwa dengan

penambahan kata dapat tersebut menjadikan tindak pi dana korupsi dalam Pasal 2

ayat (1) a quo menjadi rumusan de1ik formil sehingga apakah dengan pengertian

tersebut frasa dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang

diartikan baik kerugian yang nyata (actual loss) maupun hanya yang bersifat potensial

atau berupa kemungkinan kerugian (potential loss) merupakan unsur yang tidak periu

dibuktikan atau harns dibuktikan Menurut pendapat MK sebagaimana dalam

pertimbangan putusan aquo unsur kerugian negara harns dibuktikan dan harns dapat

dihitung meskipun sebagai perkiraan atau meskipun belum terjadi Kesimpulan

demikian harns ditentukan oleh seorang ahli di bidangnya Faktor kerugian baik

secara nyata atau berupa kemungkinan dilihat sebagai hal yang memberatkan atau

meringankan dalam penjatuhan pid~ seb~gaimana diuraikan dalam Penjelasan Pasal

4 bahwa pengembalian kerugian negara hanya dapat dipandang sebagai faktor yang

meringankan Oleh karenanya persoalan kata dapat dalam Pasal 2middot ayat (1) UU

PTPK lebih merupakan persoalan pelaksanaan dalam praktik ole~ aparat penegak

hukum dan bukan menyangkut konstitusionalitas norma

Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa pertimbangan putusan MK tidak mengkaitkan

adanya suatu keharusan bahwa untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka harus

terlebih dahulu adanya penyampaian Laporan Penghitungan Kerugian Keuangan

Negara oleh Ahli kepada penyidik

- Bahwa dalam penetapan terdakwa sebagai tersangka secara substantif penyidik telah

meyakini adanya unsur kerugian negara karena sejak awal Ahli dari BPKP yang

dimintakan bantuannya telah melakukan proses penghitungan kerugian negara

sehingga persoalan penyampaian laporan tersebut hanyalah persoalan teknis dan untuk

mendukung alat bukti berupa surat yang akan digunakan dalam proses pembuktian di

persidangan Tim Penasihat Hukum telah mengakui adanya pencantuman kerugian

PendapatlbQfltahQfl PenWltllt Umum dalam Perwa 17 EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

15

negara sebesar Rp 45 Milyar dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana Korupsi yang

mana pencantuman jumlah kerugian negara bukanlah hasil rekaan penyidik melainkan

hasil pekerjaan audit yang dilakukan oleh AhU Oleh karena itu keberatan yang

diajukan oleh Tim Penasihat Hukum mengenai hal ini adalah keberatan yang

mengada-ada dan sudah seharusnya dikesampingkan dan tidak perlu dipertimoangkan

oleh Majelis Hakim

Bahwa Tim Penasihat Hukum dalam bagian keberatan ini juga mempersoalkan

tentang isi Surat Dakwaan yang menyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian

uang berdasarkan business Plan 2005-2007 PT Netway Utama adalah hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran Bahwa

oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan tersebut

hams dinyatakan tidak dapat diterima Keberatan yang demikian ini adalah

menyangkut penilaian terhadap fakta yang tentunya perlu dibuktikan di persidangan

Oleh karena itu tidak benar jika uraian fakta tentang penerimaan uang oleh terdakwa

dianggap sebagai melanggar asas legalitas

5 Keberatan tentang Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal

64 tidak dicantumkan dalam surat dakwaan

Bahwa sesuai Jurisprodensi MA No156 KlKrl1963 tanggal 28 April 1964 soal

perbuatan lanjutan atau voortgezette handeling itu hanyalah mengenai soal

penjatuhan hukuman (straftoematig) dan tidak mengenai pembebasan dari tuntutan

Berdasarkan yurisprudensi tersebut_~apat ditarik kesimpulan bahwa pencantuman

pasal 64 KUHP dalam surat dakwaan bukan merupakan alasan pengajuan keberatan

(eksepsi) melainkan termasuk lingkup penilaian fakta dalam proses pembuktian terkait

dengan pemberatan dalam penjatuhan hukuma~leh karena itu keberatan tersebut

harnslah dikesampingkan

6 Keberatan tentang Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangshy

undangan

Bahwa sesuai dengan Pasal 56 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan disebutkan bahwa Semua Keputusan Presiden

Keputusan Menteri Keputusan Gubernur Keputusan Bupatilwalikota atau keputusan

pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 yang sifatnya mengatur yang

sudah ada sebelum UU ini berlaku hams dibaca peraturan sepanjang tidak

bertentangan dengan UU ini

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daJam Perkara Ir EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

16

- Bahwa ketentuan pengadaan barang dan jasa di PT PLN dalam bentuk SK Direksi

PT PLN tidaklah berdiri sendiri akan tetapi peraturan tersebut lahir sebagai tunman

dari UU Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri sebagaimana tercantwn di

dalam konsideran SK Direksi tersebut yang mana pengaturan SK Direksi tersebut

dimaksud sebagai petunjuk teknis dalam pengadaan barang dan jasa di PT PLN

(Persero)

Bahwa pasal3 UU No19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan Terhadap BUMN berlaku Undang-Undang ini anggaran dasar dan ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya

- Bahwa dengan demikian Anggaran Dasar PT PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat

dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan

(SK) Direksi PT PLN (Persero) Nomor 038KJ9201DIRI1998 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor

138KJOI01DIRI2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan

Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor No 118KJOI0IDIRI2004 tentang

Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 1 OOKJO 1OIDIRI2004 tentang Pengadaan BarangJasa di PT PLN

(Persero) jo SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor 200KJOIOIDIRI2004 tentang

Penjelasan Pedoman Pengadaan BarangJasa di Lingkungan PT PLN (Persero)

adalah termasuk dalam katagori peraturan perundang-undangan Dengan demikian

keberatan tentang hal ini haruslah dikesampingkan

7 Keberatan tentang Keuangan PT PLN (Persero) sebagai BUMN bukan merupakan

keuangan Negara kami tanggapi sebagai berikut

- Bahwa keberatan tersebut adalah materi pokok perkara dan bukan termasuk dalam

ruang lingkup materi yang dapat diajukan sebagai keberatan (eksepsi) sebagaimana

yang diatur dalam Pasal156 (I) KUHAP dan seharusnya dikesampingkan

Bahwa namun demikian kami perlu tegaskan bahwa pendapat Tim Penasihat Hukum

yang menyatakan keuangan PLN bukan keuangan Negara adalah pendapat yang

keliru Sebab di dalam penjelasan atas UU Tipikor dengan tegas dinyatakan bahwa

keuangan negara yang dimaksud dalam UU Tipikor adalah seluruh kekayaan negara

dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya

segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena

berada dalam penguasaan pengurusan dan pertanggungjawaban BUMNIBUMD

yayasan badan hukum dan perusahaan yang menyewakan modal negara atau

Pendaputbantahan Penuntut Umum dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

17

perusahaan yang menyertalean modal pihale ketiga berdasarkan perjanjian dengan

Negara

Bahwa penjelasan tersebut sejalan pula dengan ketentuan UU No 17 Tahun 2003

Pasall angka 1 yang memberikan pengertian keuangan Negara adalah semua hale dan

kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

pelalesanaan hale dan kewajiban tersebut Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2

ditegaskan bahwa Keuangan Negara meliputi kekayaan Negarakekayaan daerah yang

dikelola sendiri atau oleh pihale lain berupa uang surat berharga piutang barang serta

hale-hale lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan

pada perusahaan Negaraperusahaan daerah

Bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara digunakan untuk mencapai

tujuan bemegara sehingga setiap tahun disusun APBN dan APBD Salah satu

penggunaan dana APBNAPBD adalah dalam bentuk penyertaan modal Negara pada

Persero danatau Perum serta Perseroan Terbatas tainnya yang digolongkan sebagai

Kekayaan Negara yang dipisahkan

Bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Negara yang dipisahkan (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN)

Artinya bahwa secara langsung maupun tidak langsung dapat dikatakan bahwa dalam

operasionalnya BUMN tetapi menggunalean APBN Malesud dan tujuan pendician

BUMN adalah untuk menyelenggaralean kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup

orang banyale

8 Keberatan tentang Penghitungan kerugian negara tidak dilakukan pihak yang

berwenang dan

9 Tentang pemyataan Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas

dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan outsourcing roll out customer

information system rencana induk sistem informasi (CIS-RISI) pada PT PLN

(persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat

bertentangan dengan laporan keuangan dan konsolldasi PT Perusahaan Iistrlk

negara (persero) No20BAuditama VGAlOS2006 tanggal31 Mel 2006 oleh Badan

Pemeriksa Keuangan

Pendapatbantahan Pelluntut Umum dalam PerluJra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

18

Bahwa keberatan tentang kewenangan Ahli BPKP dalam menghitung kerugian

keuangan Negara (Point 8) dan ada tidaknya kerugian keuangan Negara (point 9)

diatas bukan merupakan materi eksepsi melainkan tennasuk penilaian fakta yang akan

dibuktikan di persidangan

10 Keberatan tentang Unsur penyertaan (deeJneJDing) yang tidakjelas

Bahwa dalam rumusan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-l KUHP diatur tiga bentuR penyertaan

yaitu sebagai yang melakukan menyuruh melakukan dan turut serta melakukan

Dalam Surat Dakwaan baik rumusan unsur delik pada Dakwaan Primair maupun pada

Dakwaan SUbSi~ir Penuntut Umum telah menguraikan dengan jelas kualitas penyertaan

tersebut yaitu ~ Terdakwa baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melakukan atau turut

serta melakukan dengan Saksi Margo Santoso Fahmi Mochtar dan Gani Abdul Gani dan

uraian faktanya telah dikonstruksikan secara cennat jelas dan lengkap baik dalam dakwaan

primair maupun subsidiair

Bahwa untuk mengetahui kualitas Terdakwa dalam penyertaan tersebut apakah sebagai orang

yang melakukan atau turut serta melakukan tentulah harus dibuktikan dalam persidangan

Dengan demikian keberatan tentang hal ini bukan merupakan lingkup materi eksepsi

melainkan sudah memasuki materi pokok perkara yang akan dibuktikan dalam persidangan

selanjutnya

11 Keberatan tentang Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Bahwa Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Pennasalahan dan penerapan

KUHAP hal 274 menjelaskan ~~at hukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang

bebas tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak

menentukan sama sekali tidak mengikat hakim Hakim bebas untuk menilai

kesempurnaan dan kebenarannya Tergantung pada penilaian Hakim untuk

menganggapnya sempurna atau tidak Tidak ada keharusan bagi Hakim untuk

menerima kebenaran setiap keterangan saksi Hakim bebas menilai kekuatan atau

kebenaran yang melekat pada keterangan itu dan dapat menerima II atau

menyingkirkannya Lain halnya jika Undang-Undang sendiri telah menentukan

bahwa alat bukti kesaksian mempunyai sifat kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mementukan Jika seandainya Undang-Undang menentukan demikian Hakim tidak

boleh menilai kekuatan pembuktiannya Hakim secara bulat harus terikat untuk

mempergunakannya dalam putusan tidak lagi berwenang untuk menilainya secara

bebas i Bahwa keberatan mengenai adanya keterangan duCdari 123 orang saksi dalam berkas

perkara yang menurut pendapat Tim Penasihat Hukum tidak reI evan dengan

Pendapatbantahan Penlllltlit Umum dalam Perlalra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

19

pembuktian perbuatan terdakwa bukan merupakan lingkup eksepsi melainkan i

termasuk kewenangan hakim dalam melakukan penilaian terhadap keterangan saksishy

saksi apabila dihadirkan untuk memberikan keterangan di persidangan Penuntut

Umum tidak terikat untuk menghadirkan keseluruhan saksi yang dicantumkan dalam

berkas perkara tersebut dalam proses pembuktian Penuntut Umum memiliki

kewenangan untuk menghadirkan sebagian saksi jika telah yakin bahwa dakwaan

yang diajukan telah dapat dibuktikan Penilaian terhadap kualitas saksi dan

kepentingan untuk menghadirkannya di persidangan sebagai alat bukti saksi bukan

merupakan 1ingkup eksepsi

Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa keberatan yang diajukan o1eh

Penasihat Hukum terdakwa sebagaimana diuraikan dalam Bab II tersebut adalah tidak

beralasan sehingga sudah seharusnya dinyatakan ditolak atau dikesampingkan

Bahwa selanjutnya dalam Bab III Nota Keberatan Tim Penasihat Hukum telah

mengajukan materi keberatan tentang Surat Dakwaan Harus Dibatalkan dengan alasan

sebagai berikut

1 Surat dakwaan tidak jelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 62 sid 65 pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Perumusan surat dakwaan yang disusun o1eh Penuntut Umum secara subsidiairitas

tersebut tidak tepat karena perbua~ yang didakwakan terhadap terdakwa adalah

perbuatan yang berbeda dan masing-masing berdiri sendiri yaitu perbuatan yang

bersifat melawan hukum disatu pihak sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Tipikor

dan perbuatan yang bersifat menyalahgunakan wewenang dilain pihak sebagaimana

diatur dalam pasal 3 UU Tipikor oleh karena itu lebih tepat dakwaan kepada terdakwa

disusun secara a1ternatif Dengan demikian surat dakwaan yang disusun secara

subsidiairitas tersebut adalah tidak je1as sehingga harus dibatalkan

2 Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana

itu dilakukan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 65 sid 66 pOOa pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya tidak cermat menyebutkan waktu

tempus delicti tindak pidana itu dilakukan hal ini terlihat dalam dakwaan subsidiair

halam 14 baris ke-13 sid 14 pada hari dan tang gal yang tidak dapat ditentukan

h1lll11PQllbrmUlllrm PIIU1llJlt u_dlll_ Pwlll EDDIE WIDIONO SUWONDHO MaC

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 16: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

15

negara sebesar Rp 45 Milyar dalam Laporan Kejadian Tindak Pidana Korupsi yang

mana pencantuman jumlah kerugian negara bukanlah hasil rekaan penyidik melainkan

hasil pekerjaan audit yang dilakukan oleh AhU Oleh karena itu keberatan yang

diajukan oleh Tim Penasihat Hukum mengenai hal ini adalah keberatan yang

mengada-ada dan sudah seharusnya dikesampingkan dan tidak perlu dipertimoangkan

oleh Majelis Hakim

Bahwa Tim Penasihat Hukum dalam bagian keberatan ini juga mempersoalkan

tentang isi Surat Dakwaan yang menyatakan bahwa terdakwa menerima pemberian

uang berdasarkan business Plan 2005-2007 PT Netway Utama adalah hanya

berdasarkan asumsi dan tidak akurat karena mengandung ketidak benaran Bahwa

oleh karena itu dakwaan telah melanggar asas legalitas sehingga dakwaan tersebut

hams dinyatakan tidak dapat diterima Keberatan yang demikian ini adalah

menyangkut penilaian terhadap fakta yang tentunya perlu dibuktikan di persidangan

Oleh karena itu tidak benar jika uraian fakta tentang penerimaan uang oleh terdakwa

dianggap sebagai melanggar asas legalitas

5 Keberatan tentang Surat dakwaan disusun sebagai perbuatan berlanjut tetapi pasal

64 tidak dicantumkan dalam surat dakwaan

Bahwa sesuai Jurisprodensi MA No156 KlKrl1963 tanggal 28 April 1964 soal

perbuatan lanjutan atau voortgezette handeling itu hanyalah mengenai soal

penjatuhan hukuman (straftoematig) dan tidak mengenai pembebasan dari tuntutan

Berdasarkan yurisprudensi tersebut_~apat ditarik kesimpulan bahwa pencantuman

pasal 64 KUHP dalam surat dakwaan bukan merupakan alasan pengajuan keberatan

(eksepsi) melainkan termasuk lingkup penilaian fakta dalam proses pembuktian terkait

dengan pemberatan dalam penjatuhan hukuma~leh karena itu keberatan tersebut

harnslah dikesampingkan

6 Keberatan tentang Dakwaan primair bukan merupakan peraturan perundangshy

undangan

Bahwa sesuai dengan Pasal 56 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan disebutkan bahwa Semua Keputusan Presiden

Keputusan Menteri Keputusan Gubernur Keputusan Bupatilwalikota atau keputusan

pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 yang sifatnya mengatur yang

sudah ada sebelum UU ini berlaku hams dibaca peraturan sepanjang tidak

bertentangan dengan UU ini

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daJam Perkara Ir EDDIE WIDONO SUWONDHO MSC

16

- Bahwa ketentuan pengadaan barang dan jasa di PT PLN dalam bentuk SK Direksi

PT PLN tidaklah berdiri sendiri akan tetapi peraturan tersebut lahir sebagai tunman

dari UU Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri sebagaimana tercantwn di

dalam konsideran SK Direksi tersebut yang mana pengaturan SK Direksi tersebut

dimaksud sebagai petunjuk teknis dalam pengadaan barang dan jasa di PT PLN

(Persero)

Bahwa pasal3 UU No19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan Terhadap BUMN berlaku Undang-Undang ini anggaran dasar dan ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya

- Bahwa dengan demikian Anggaran Dasar PT PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat

dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan

(SK) Direksi PT PLN (Persero) Nomor 038KJ9201DIRI1998 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor

138KJOI01DIRI2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan

Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor No 118KJOI0IDIRI2004 tentang

Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 1 OOKJO 1OIDIRI2004 tentang Pengadaan BarangJasa di PT PLN

(Persero) jo SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor 200KJOIOIDIRI2004 tentang

Penjelasan Pedoman Pengadaan BarangJasa di Lingkungan PT PLN (Persero)

adalah termasuk dalam katagori peraturan perundang-undangan Dengan demikian

keberatan tentang hal ini haruslah dikesampingkan

7 Keberatan tentang Keuangan PT PLN (Persero) sebagai BUMN bukan merupakan

keuangan Negara kami tanggapi sebagai berikut

- Bahwa keberatan tersebut adalah materi pokok perkara dan bukan termasuk dalam

ruang lingkup materi yang dapat diajukan sebagai keberatan (eksepsi) sebagaimana

yang diatur dalam Pasal156 (I) KUHAP dan seharusnya dikesampingkan

Bahwa namun demikian kami perlu tegaskan bahwa pendapat Tim Penasihat Hukum

yang menyatakan keuangan PLN bukan keuangan Negara adalah pendapat yang

keliru Sebab di dalam penjelasan atas UU Tipikor dengan tegas dinyatakan bahwa

keuangan negara yang dimaksud dalam UU Tipikor adalah seluruh kekayaan negara

dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya

segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena

berada dalam penguasaan pengurusan dan pertanggungjawaban BUMNIBUMD

yayasan badan hukum dan perusahaan yang menyewakan modal negara atau

Pendaputbantahan Penuntut Umum dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

17

perusahaan yang menyertalean modal pihale ketiga berdasarkan perjanjian dengan

Negara

Bahwa penjelasan tersebut sejalan pula dengan ketentuan UU No 17 Tahun 2003

Pasall angka 1 yang memberikan pengertian keuangan Negara adalah semua hale dan

kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

pelalesanaan hale dan kewajiban tersebut Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2

ditegaskan bahwa Keuangan Negara meliputi kekayaan Negarakekayaan daerah yang

dikelola sendiri atau oleh pihale lain berupa uang surat berharga piutang barang serta

hale-hale lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan

pada perusahaan Negaraperusahaan daerah

Bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara digunakan untuk mencapai

tujuan bemegara sehingga setiap tahun disusun APBN dan APBD Salah satu

penggunaan dana APBNAPBD adalah dalam bentuk penyertaan modal Negara pada

Persero danatau Perum serta Perseroan Terbatas tainnya yang digolongkan sebagai

Kekayaan Negara yang dipisahkan

Bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Negara yang dipisahkan (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN)

Artinya bahwa secara langsung maupun tidak langsung dapat dikatakan bahwa dalam

operasionalnya BUMN tetapi menggunalean APBN Malesud dan tujuan pendician

BUMN adalah untuk menyelenggaralean kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup

orang banyale

8 Keberatan tentang Penghitungan kerugian negara tidak dilakukan pihak yang

berwenang dan

9 Tentang pemyataan Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas

dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan outsourcing roll out customer

information system rencana induk sistem informasi (CIS-RISI) pada PT PLN

(persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat

bertentangan dengan laporan keuangan dan konsolldasi PT Perusahaan Iistrlk

negara (persero) No20BAuditama VGAlOS2006 tanggal31 Mel 2006 oleh Badan

Pemeriksa Keuangan

Pendapatbantahan Pelluntut Umum dalam PerluJra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

18

Bahwa keberatan tentang kewenangan Ahli BPKP dalam menghitung kerugian

keuangan Negara (Point 8) dan ada tidaknya kerugian keuangan Negara (point 9)

diatas bukan merupakan materi eksepsi melainkan tennasuk penilaian fakta yang akan

dibuktikan di persidangan

10 Keberatan tentang Unsur penyertaan (deeJneJDing) yang tidakjelas

Bahwa dalam rumusan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-l KUHP diatur tiga bentuR penyertaan

yaitu sebagai yang melakukan menyuruh melakukan dan turut serta melakukan

Dalam Surat Dakwaan baik rumusan unsur delik pada Dakwaan Primair maupun pada

Dakwaan SUbSi~ir Penuntut Umum telah menguraikan dengan jelas kualitas penyertaan

tersebut yaitu ~ Terdakwa baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melakukan atau turut

serta melakukan dengan Saksi Margo Santoso Fahmi Mochtar dan Gani Abdul Gani dan

uraian faktanya telah dikonstruksikan secara cennat jelas dan lengkap baik dalam dakwaan

primair maupun subsidiair

Bahwa untuk mengetahui kualitas Terdakwa dalam penyertaan tersebut apakah sebagai orang

yang melakukan atau turut serta melakukan tentulah harus dibuktikan dalam persidangan

Dengan demikian keberatan tentang hal ini bukan merupakan lingkup materi eksepsi

melainkan sudah memasuki materi pokok perkara yang akan dibuktikan dalam persidangan

selanjutnya

11 Keberatan tentang Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Bahwa Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Pennasalahan dan penerapan

KUHAP hal 274 menjelaskan ~~at hukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang

bebas tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak

menentukan sama sekali tidak mengikat hakim Hakim bebas untuk menilai

kesempurnaan dan kebenarannya Tergantung pada penilaian Hakim untuk

menganggapnya sempurna atau tidak Tidak ada keharusan bagi Hakim untuk

menerima kebenaran setiap keterangan saksi Hakim bebas menilai kekuatan atau

kebenaran yang melekat pada keterangan itu dan dapat menerima II atau

menyingkirkannya Lain halnya jika Undang-Undang sendiri telah menentukan

bahwa alat bukti kesaksian mempunyai sifat kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mementukan Jika seandainya Undang-Undang menentukan demikian Hakim tidak

boleh menilai kekuatan pembuktiannya Hakim secara bulat harus terikat untuk

mempergunakannya dalam putusan tidak lagi berwenang untuk menilainya secara

bebas i Bahwa keberatan mengenai adanya keterangan duCdari 123 orang saksi dalam berkas

perkara yang menurut pendapat Tim Penasihat Hukum tidak reI evan dengan

Pendapatbantahan Penlllltlit Umum dalam Perlalra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

19

pembuktian perbuatan terdakwa bukan merupakan lingkup eksepsi melainkan i

termasuk kewenangan hakim dalam melakukan penilaian terhadap keterangan saksishy

saksi apabila dihadirkan untuk memberikan keterangan di persidangan Penuntut

Umum tidak terikat untuk menghadirkan keseluruhan saksi yang dicantumkan dalam

berkas perkara tersebut dalam proses pembuktian Penuntut Umum memiliki

kewenangan untuk menghadirkan sebagian saksi jika telah yakin bahwa dakwaan

yang diajukan telah dapat dibuktikan Penilaian terhadap kualitas saksi dan

kepentingan untuk menghadirkannya di persidangan sebagai alat bukti saksi bukan

merupakan 1ingkup eksepsi

Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa keberatan yang diajukan o1eh

Penasihat Hukum terdakwa sebagaimana diuraikan dalam Bab II tersebut adalah tidak

beralasan sehingga sudah seharusnya dinyatakan ditolak atau dikesampingkan

Bahwa selanjutnya dalam Bab III Nota Keberatan Tim Penasihat Hukum telah

mengajukan materi keberatan tentang Surat Dakwaan Harus Dibatalkan dengan alasan

sebagai berikut

1 Surat dakwaan tidak jelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 62 sid 65 pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Perumusan surat dakwaan yang disusun o1eh Penuntut Umum secara subsidiairitas

tersebut tidak tepat karena perbua~ yang didakwakan terhadap terdakwa adalah

perbuatan yang berbeda dan masing-masing berdiri sendiri yaitu perbuatan yang

bersifat melawan hukum disatu pihak sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Tipikor

dan perbuatan yang bersifat menyalahgunakan wewenang dilain pihak sebagaimana

diatur dalam pasal 3 UU Tipikor oleh karena itu lebih tepat dakwaan kepada terdakwa

disusun secara a1ternatif Dengan demikian surat dakwaan yang disusun secara

subsidiairitas tersebut adalah tidak je1as sehingga harus dibatalkan

2 Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana

itu dilakukan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 65 sid 66 pOOa pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya tidak cermat menyebutkan waktu

tempus delicti tindak pidana itu dilakukan hal ini terlihat dalam dakwaan subsidiair

halam 14 baris ke-13 sid 14 pada hari dan tang gal yang tidak dapat ditentukan

h1lll11PQllbrmUlllrm PIIU1llJlt u_dlll_ Pwlll EDDIE WIDIONO SUWONDHO MaC

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 17: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

16

- Bahwa ketentuan pengadaan barang dan jasa di PT PLN dalam bentuk SK Direksi

PT PLN tidaklah berdiri sendiri akan tetapi peraturan tersebut lahir sebagai tunman

dari UU Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri sebagaimana tercantwn di

dalam konsideran SK Direksi tersebut yang mana pengaturan SK Direksi tersebut

dimaksud sebagai petunjuk teknis dalam pengadaan barang dan jasa di PT PLN

(Persero)

Bahwa pasal3 UU No19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan Terhadap BUMN berlaku Undang-Undang ini anggaran dasar dan ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya

- Bahwa dengan demikian Anggaran Dasar PT PLN (Persero) Tahun 1998 yang dimuat

dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 12 Mei 1998 Nomor 38 Surat Keputusan

(SK) Direksi PT PLN (Persero) Nomor 038KJ9201DIRI1998 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa di PT PLN (Persero) SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor

138KJOI01DIRI2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Outsourcing Pelayanan

Pelanggan SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor No 118KJOI0IDIRI2004 tentang

Penataan Outsourcing Di Lingkungan PT PLN (Persero) dan SK Direksi PT PLN

(Persero) Nomor 1 OOKJO 1OIDIRI2004 tentang Pengadaan BarangJasa di PT PLN

(Persero) jo SK Direksi PT PLN (Persero) Nomor 200KJOIOIDIRI2004 tentang

Penjelasan Pedoman Pengadaan BarangJasa di Lingkungan PT PLN (Persero)

adalah termasuk dalam katagori peraturan perundang-undangan Dengan demikian

keberatan tentang hal ini haruslah dikesampingkan

7 Keberatan tentang Keuangan PT PLN (Persero) sebagai BUMN bukan merupakan

keuangan Negara kami tanggapi sebagai berikut

- Bahwa keberatan tersebut adalah materi pokok perkara dan bukan termasuk dalam

ruang lingkup materi yang dapat diajukan sebagai keberatan (eksepsi) sebagaimana

yang diatur dalam Pasal156 (I) KUHAP dan seharusnya dikesampingkan

Bahwa namun demikian kami perlu tegaskan bahwa pendapat Tim Penasihat Hukum

yang menyatakan keuangan PLN bukan keuangan Negara adalah pendapat yang

keliru Sebab di dalam penjelasan atas UU Tipikor dengan tegas dinyatakan bahwa

keuangan negara yang dimaksud dalam UU Tipikor adalah seluruh kekayaan negara

dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya

segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena

berada dalam penguasaan pengurusan dan pertanggungjawaban BUMNIBUMD

yayasan badan hukum dan perusahaan yang menyewakan modal negara atau

Pendaputbantahan Penuntut Umum dalam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

17

perusahaan yang menyertalean modal pihale ketiga berdasarkan perjanjian dengan

Negara

Bahwa penjelasan tersebut sejalan pula dengan ketentuan UU No 17 Tahun 2003

Pasall angka 1 yang memberikan pengertian keuangan Negara adalah semua hale dan

kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

pelalesanaan hale dan kewajiban tersebut Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2

ditegaskan bahwa Keuangan Negara meliputi kekayaan Negarakekayaan daerah yang

dikelola sendiri atau oleh pihale lain berupa uang surat berharga piutang barang serta

hale-hale lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan

pada perusahaan Negaraperusahaan daerah

Bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara digunakan untuk mencapai

tujuan bemegara sehingga setiap tahun disusun APBN dan APBD Salah satu

penggunaan dana APBNAPBD adalah dalam bentuk penyertaan modal Negara pada

Persero danatau Perum serta Perseroan Terbatas tainnya yang digolongkan sebagai

Kekayaan Negara yang dipisahkan

Bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Negara yang dipisahkan (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN)

Artinya bahwa secara langsung maupun tidak langsung dapat dikatakan bahwa dalam

operasionalnya BUMN tetapi menggunalean APBN Malesud dan tujuan pendician

BUMN adalah untuk menyelenggaralean kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup

orang banyale

8 Keberatan tentang Penghitungan kerugian negara tidak dilakukan pihak yang

berwenang dan

9 Tentang pemyataan Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas

dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan outsourcing roll out customer

information system rencana induk sistem informasi (CIS-RISI) pada PT PLN

(persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat

bertentangan dengan laporan keuangan dan konsolldasi PT Perusahaan Iistrlk

negara (persero) No20BAuditama VGAlOS2006 tanggal31 Mel 2006 oleh Badan

Pemeriksa Keuangan

Pendapatbantahan Pelluntut Umum dalam PerluJra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

18

Bahwa keberatan tentang kewenangan Ahli BPKP dalam menghitung kerugian

keuangan Negara (Point 8) dan ada tidaknya kerugian keuangan Negara (point 9)

diatas bukan merupakan materi eksepsi melainkan tennasuk penilaian fakta yang akan

dibuktikan di persidangan

10 Keberatan tentang Unsur penyertaan (deeJneJDing) yang tidakjelas

Bahwa dalam rumusan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-l KUHP diatur tiga bentuR penyertaan

yaitu sebagai yang melakukan menyuruh melakukan dan turut serta melakukan

Dalam Surat Dakwaan baik rumusan unsur delik pada Dakwaan Primair maupun pada

Dakwaan SUbSi~ir Penuntut Umum telah menguraikan dengan jelas kualitas penyertaan

tersebut yaitu ~ Terdakwa baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melakukan atau turut

serta melakukan dengan Saksi Margo Santoso Fahmi Mochtar dan Gani Abdul Gani dan

uraian faktanya telah dikonstruksikan secara cennat jelas dan lengkap baik dalam dakwaan

primair maupun subsidiair

Bahwa untuk mengetahui kualitas Terdakwa dalam penyertaan tersebut apakah sebagai orang

yang melakukan atau turut serta melakukan tentulah harus dibuktikan dalam persidangan

Dengan demikian keberatan tentang hal ini bukan merupakan lingkup materi eksepsi

melainkan sudah memasuki materi pokok perkara yang akan dibuktikan dalam persidangan

selanjutnya

11 Keberatan tentang Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Bahwa Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Pennasalahan dan penerapan

KUHAP hal 274 menjelaskan ~~at hukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang

bebas tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak

menentukan sama sekali tidak mengikat hakim Hakim bebas untuk menilai

kesempurnaan dan kebenarannya Tergantung pada penilaian Hakim untuk

menganggapnya sempurna atau tidak Tidak ada keharusan bagi Hakim untuk

menerima kebenaran setiap keterangan saksi Hakim bebas menilai kekuatan atau

kebenaran yang melekat pada keterangan itu dan dapat menerima II atau

menyingkirkannya Lain halnya jika Undang-Undang sendiri telah menentukan

bahwa alat bukti kesaksian mempunyai sifat kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mementukan Jika seandainya Undang-Undang menentukan demikian Hakim tidak

boleh menilai kekuatan pembuktiannya Hakim secara bulat harus terikat untuk

mempergunakannya dalam putusan tidak lagi berwenang untuk menilainya secara

bebas i Bahwa keberatan mengenai adanya keterangan duCdari 123 orang saksi dalam berkas

perkara yang menurut pendapat Tim Penasihat Hukum tidak reI evan dengan

Pendapatbantahan Penlllltlit Umum dalam Perlalra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

19

pembuktian perbuatan terdakwa bukan merupakan lingkup eksepsi melainkan i

termasuk kewenangan hakim dalam melakukan penilaian terhadap keterangan saksishy

saksi apabila dihadirkan untuk memberikan keterangan di persidangan Penuntut

Umum tidak terikat untuk menghadirkan keseluruhan saksi yang dicantumkan dalam

berkas perkara tersebut dalam proses pembuktian Penuntut Umum memiliki

kewenangan untuk menghadirkan sebagian saksi jika telah yakin bahwa dakwaan

yang diajukan telah dapat dibuktikan Penilaian terhadap kualitas saksi dan

kepentingan untuk menghadirkannya di persidangan sebagai alat bukti saksi bukan

merupakan 1ingkup eksepsi

Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa keberatan yang diajukan o1eh

Penasihat Hukum terdakwa sebagaimana diuraikan dalam Bab II tersebut adalah tidak

beralasan sehingga sudah seharusnya dinyatakan ditolak atau dikesampingkan

Bahwa selanjutnya dalam Bab III Nota Keberatan Tim Penasihat Hukum telah

mengajukan materi keberatan tentang Surat Dakwaan Harus Dibatalkan dengan alasan

sebagai berikut

1 Surat dakwaan tidak jelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 62 sid 65 pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Perumusan surat dakwaan yang disusun o1eh Penuntut Umum secara subsidiairitas

tersebut tidak tepat karena perbua~ yang didakwakan terhadap terdakwa adalah

perbuatan yang berbeda dan masing-masing berdiri sendiri yaitu perbuatan yang

bersifat melawan hukum disatu pihak sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Tipikor

dan perbuatan yang bersifat menyalahgunakan wewenang dilain pihak sebagaimana

diatur dalam pasal 3 UU Tipikor oleh karena itu lebih tepat dakwaan kepada terdakwa

disusun secara a1ternatif Dengan demikian surat dakwaan yang disusun secara

subsidiairitas tersebut adalah tidak je1as sehingga harus dibatalkan

2 Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana

itu dilakukan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 65 sid 66 pOOa pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya tidak cermat menyebutkan waktu

tempus delicti tindak pidana itu dilakukan hal ini terlihat dalam dakwaan subsidiair

halam 14 baris ke-13 sid 14 pada hari dan tang gal yang tidak dapat ditentukan

h1lll11PQllbrmUlllrm PIIU1llJlt u_dlll_ Pwlll EDDIE WIDIONO SUWONDHO MaC

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 18: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

17

perusahaan yang menyertalean modal pihale ketiga berdasarkan perjanjian dengan

Negara

Bahwa penjelasan tersebut sejalan pula dengan ketentuan UU No 17 Tahun 2003

Pasall angka 1 yang memberikan pengertian keuangan Negara adalah semua hale dan

kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

pelalesanaan hale dan kewajiban tersebut Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2

ditegaskan bahwa Keuangan Negara meliputi kekayaan Negarakekayaan daerah yang

dikelola sendiri atau oleh pihale lain berupa uang surat berharga piutang barang serta

hale-hale lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan

pada perusahaan Negaraperusahaan daerah

Bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara digunakan untuk mencapai

tujuan bemegara sehingga setiap tahun disusun APBN dan APBD Salah satu

penggunaan dana APBNAPBD adalah dalam bentuk penyertaan modal Negara pada

Persero danatau Perum serta Perseroan Terbatas tainnya yang digolongkan sebagai

Kekayaan Negara yang dipisahkan

Bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Negara yang dipisahkan (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN)

Artinya bahwa secara langsung maupun tidak langsung dapat dikatakan bahwa dalam

operasionalnya BUMN tetapi menggunalean APBN Malesud dan tujuan pendician

BUMN adalah untuk menyelenggaralean kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup

orang banyale

8 Keberatan tentang Penghitungan kerugian negara tidak dilakukan pihak yang

berwenang dan

9 Tentang pemyataan Laporan hasil penghitungan kerugian keuangan negara atas

dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan outsourcing roll out customer

information system rencana induk sistem informasi (CIS-RISI) pada PT PLN

(persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang tahun 2004 - 2006 sangat

bertentangan dengan laporan keuangan dan konsolldasi PT Perusahaan Iistrlk

negara (persero) No20BAuditama VGAlOS2006 tanggal31 Mel 2006 oleh Badan

Pemeriksa Keuangan

Pendapatbantahan Pelluntut Umum dalam PerluJra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

18

Bahwa keberatan tentang kewenangan Ahli BPKP dalam menghitung kerugian

keuangan Negara (Point 8) dan ada tidaknya kerugian keuangan Negara (point 9)

diatas bukan merupakan materi eksepsi melainkan tennasuk penilaian fakta yang akan

dibuktikan di persidangan

10 Keberatan tentang Unsur penyertaan (deeJneJDing) yang tidakjelas

Bahwa dalam rumusan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-l KUHP diatur tiga bentuR penyertaan

yaitu sebagai yang melakukan menyuruh melakukan dan turut serta melakukan

Dalam Surat Dakwaan baik rumusan unsur delik pada Dakwaan Primair maupun pada

Dakwaan SUbSi~ir Penuntut Umum telah menguraikan dengan jelas kualitas penyertaan

tersebut yaitu ~ Terdakwa baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melakukan atau turut

serta melakukan dengan Saksi Margo Santoso Fahmi Mochtar dan Gani Abdul Gani dan

uraian faktanya telah dikonstruksikan secara cennat jelas dan lengkap baik dalam dakwaan

primair maupun subsidiair

Bahwa untuk mengetahui kualitas Terdakwa dalam penyertaan tersebut apakah sebagai orang

yang melakukan atau turut serta melakukan tentulah harus dibuktikan dalam persidangan

Dengan demikian keberatan tentang hal ini bukan merupakan lingkup materi eksepsi

melainkan sudah memasuki materi pokok perkara yang akan dibuktikan dalam persidangan

selanjutnya

11 Keberatan tentang Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Bahwa Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Pennasalahan dan penerapan

KUHAP hal 274 menjelaskan ~~at hukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang

bebas tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak

menentukan sama sekali tidak mengikat hakim Hakim bebas untuk menilai

kesempurnaan dan kebenarannya Tergantung pada penilaian Hakim untuk

menganggapnya sempurna atau tidak Tidak ada keharusan bagi Hakim untuk

menerima kebenaran setiap keterangan saksi Hakim bebas menilai kekuatan atau

kebenaran yang melekat pada keterangan itu dan dapat menerima II atau

menyingkirkannya Lain halnya jika Undang-Undang sendiri telah menentukan

bahwa alat bukti kesaksian mempunyai sifat kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mementukan Jika seandainya Undang-Undang menentukan demikian Hakim tidak

boleh menilai kekuatan pembuktiannya Hakim secara bulat harus terikat untuk

mempergunakannya dalam putusan tidak lagi berwenang untuk menilainya secara

bebas i Bahwa keberatan mengenai adanya keterangan duCdari 123 orang saksi dalam berkas

perkara yang menurut pendapat Tim Penasihat Hukum tidak reI evan dengan

Pendapatbantahan Penlllltlit Umum dalam Perlalra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

19

pembuktian perbuatan terdakwa bukan merupakan lingkup eksepsi melainkan i

termasuk kewenangan hakim dalam melakukan penilaian terhadap keterangan saksishy

saksi apabila dihadirkan untuk memberikan keterangan di persidangan Penuntut

Umum tidak terikat untuk menghadirkan keseluruhan saksi yang dicantumkan dalam

berkas perkara tersebut dalam proses pembuktian Penuntut Umum memiliki

kewenangan untuk menghadirkan sebagian saksi jika telah yakin bahwa dakwaan

yang diajukan telah dapat dibuktikan Penilaian terhadap kualitas saksi dan

kepentingan untuk menghadirkannya di persidangan sebagai alat bukti saksi bukan

merupakan 1ingkup eksepsi

Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa keberatan yang diajukan o1eh

Penasihat Hukum terdakwa sebagaimana diuraikan dalam Bab II tersebut adalah tidak

beralasan sehingga sudah seharusnya dinyatakan ditolak atau dikesampingkan

Bahwa selanjutnya dalam Bab III Nota Keberatan Tim Penasihat Hukum telah

mengajukan materi keberatan tentang Surat Dakwaan Harus Dibatalkan dengan alasan

sebagai berikut

1 Surat dakwaan tidak jelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 62 sid 65 pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Perumusan surat dakwaan yang disusun o1eh Penuntut Umum secara subsidiairitas

tersebut tidak tepat karena perbua~ yang didakwakan terhadap terdakwa adalah

perbuatan yang berbeda dan masing-masing berdiri sendiri yaitu perbuatan yang

bersifat melawan hukum disatu pihak sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Tipikor

dan perbuatan yang bersifat menyalahgunakan wewenang dilain pihak sebagaimana

diatur dalam pasal 3 UU Tipikor oleh karena itu lebih tepat dakwaan kepada terdakwa

disusun secara a1ternatif Dengan demikian surat dakwaan yang disusun secara

subsidiairitas tersebut adalah tidak je1as sehingga harus dibatalkan

2 Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana

itu dilakukan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 65 sid 66 pOOa pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya tidak cermat menyebutkan waktu

tempus delicti tindak pidana itu dilakukan hal ini terlihat dalam dakwaan subsidiair

halam 14 baris ke-13 sid 14 pada hari dan tang gal yang tidak dapat ditentukan

h1lll11PQllbrmUlllrm PIIU1llJlt u_dlll_ Pwlll EDDIE WIDIONO SUWONDHO MaC

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 19: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

18

Bahwa keberatan tentang kewenangan Ahli BPKP dalam menghitung kerugian

keuangan Negara (Point 8) dan ada tidaknya kerugian keuangan Negara (point 9)

diatas bukan merupakan materi eksepsi melainkan tennasuk penilaian fakta yang akan

dibuktikan di persidangan

10 Keberatan tentang Unsur penyertaan (deeJneJDing) yang tidakjelas

Bahwa dalam rumusan unsur Pasal 55 ayat (1) ke-l KUHP diatur tiga bentuR penyertaan

yaitu sebagai yang melakukan menyuruh melakukan dan turut serta melakukan

Dalam Surat Dakwaan baik rumusan unsur delik pada Dakwaan Primair maupun pada

Dakwaan SUbSi~ir Penuntut Umum telah menguraikan dengan jelas kualitas penyertaan

tersebut yaitu ~ Terdakwa baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melakukan atau turut

serta melakukan dengan Saksi Margo Santoso Fahmi Mochtar dan Gani Abdul Gani dan

uraian faktanya telah dikonstruksikan secara cennat jelas dan lengkap baik dalam dakwaan

primair maupun subsidiair

Bahwa untuk mengetahui kualitas Terdakwa dalam penyertaan tersebut apakah sebagai orang

yang melakukan atau turut serta melakukan tentulah harus dibuktikan dalam persidangan

Dengan demikian keberatan tentang hal ini bukan merupakan lingkup materi eksepsi

melainkan sudah memasuki materi pokok perkara yang akan dibuktikan dalam persidangan

selanjutnya

11 Keberatan tentang Pemeriksaan saksi yang tidak berhubungan dengan perkara ini

Bahwa Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Pennasalahan dan penerapan

KUHAP hal 274 menjelaskan ~~at hukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang

bebas tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak

menentukan sama sekali tidak mengikat hakim Hakim bebas untuk menilai

kesempurnaan dan kebenarannya Tergantung pada penilaian Hakim untuk

menganggapnya sempurna atau tidak Tidak ada keharusan bagi Hakim untuk

menerima kebenaran setiap keterangan saksi Hakim bebas menilai kekuatan atau

kebenaran yang melekat pada keterangan itu dan dapat menerima II atau

menyingkirkannya Lain halnya jika Undang-Undang sendiri telah menentukan

bahwa alat bukti kesaksian mempunyai sifat kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mementukan Jika seandainya Undang-Undang menentukan demikian Hakim tidak

boleh menilai kekuatan pembuktiannya Hakim secara bulat harus terikat untuk

mempergunakannya dalam putusan tidak lagi berwenang untuk menilainya secara

bebas i Bahwa keberatan mengenai adanya keterangan duCdari 123 orang saksi dalam berkas

perkara yang menurut pendapat Tim Penasihat Hukum tidak reI evan dengan

Pendapatbantahan Penlllltlit Umum dalam Perlalra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

19

pembuktian perbuatan terdakwa bukan merupakan lingkup eksepsi melainkan i

termasuk kewenangan hakim dalam melakukan penilaian terhadap keterangan saksishy

saksi apabila dihadirkan untuk memberikan keterangan di persidangan Penuntut

Umum tidak terikat untuk menghadirkan keseluruhan saksi yang dicantumkan dalam

berkas perkara tersebut dalam proses pembuktian Penuntut Umum memiliki

kewenangan untuk menghadirkan sebagian saksi jika telah yakin bahwa dakwaan

yang diajukan telah dapat dibuktikan Penilaian terhadap kualitas saksi dan

kepentingan untuk menghadirkannya di persidangan sebagai alat bukti saksi bukan

merupakan 1ingkup eksepsi

Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa keberatan yang diajukan o1eh

Penasihat Hukum terdakwa sebagaimana diuraikan dalam Bab II tersebut adalah tidak

beralasan sehingga sudah seharusnya dinyatakan ditolak atau dikesampingkan

Bahwa selanjutnya dalam Bab III Nota Keberatan Tim Penasihat Hukum telah

mengajukan materi keberatan tentang Surat Dakwaan Harus Dibatalkan dengan alasan

sebagai berikut

1 Surat dakwaan tidak jelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 62 sid 65 pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Perumusan surat dakwaan yang disusun o1eh Penuntut Umum secara subsidiairitas

tersebut tidak tepat karena perbua~ yang didakwakan terhadap terdakwa adalah

perbuatan yang berbeda dan masing-masing berdiri sendiri yaitu perbuatan yang

bersifat melawan hukum disatu pihak sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Tipikor

dan perbuatan yang bersifat menyalahgunakan wewenang dilain pihak sebagaimana

diatur dalam pasal 3 UU Tipikor oleh karena itu lebih tepat dakwaan kepada terdakwa

disusun secara a1ternatif Dengan demikian surat dakwaan yang disusun secara

subsidiairitas tersebut adalah tidak je1as sehingga harus dibatalkan

2 Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana

itu dilakukan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 65 sid 66 pOOa pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya tidak cermat menyebutkan waktu

tempus delicti tindak pidana itu dilakukan hal ini terlihat dalam dakwaan subsidiair

halam 14 baris ke-13 sid 14 pada hari dan tang gal yang tidak dapat ditentukan

h1lll11PQllbrmUlllrm PIIU1llJlt u_dlll_ Pwlll EDDIE WIDIONO SUWONDHO MaC

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 20: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

19

pembuktian perbuatan terdakwa bukan merupakan lingkup eksepsi melainkan i

termasuk kewenangan hakim dalam melakukan penilaian terhadap keterangan saksishy

saksi apabila dihadirkan untuk memberikan keterangan di persidangan Penuntut

Umum tidak terikat untuk menghadirkan keseluruhan saksi yang dicantumkan dalam

berkas perkara tersebut dalam proses pembuktian Penuntut Umum memiliki

kewenangan untuk menghadirkan sebagian saksi jika telah yakin bahwa dakwaan

yang diajukan telah dapat dibuktikan Penilaian terhadap kualitas saksi dan

kepentingan untuk menghadirkannya di persidangan sebagai alat bukti saksi bukan

merupakan 1ingkup eksepsi

Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa keberatan yang diajukan o1eh

Penasihat Hukum terdakwa sebagaimana diuraikan dalam Bab II tersebut adalah tidak

beralasan sehingga sudah seharusnya dinyatakan ditolak atau dikesampingkan

Bahwa selanjutnya dalam Bab III Nota Keberatan Tim Penasihat Hukum telah

mengajukan materi keberatan tentang Surat Dakwaan Harus Dibatalkan dengan alasan

sebagai berikut

1 Surat dakwaan tidak jelas

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 62 sid 65 pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Perumusan surat dakwaan yang disusun o1eh Penuntut Umum secara subsidiairitas

tersebut tidak tepat karena perbua~ yang didakwakan terhadap terdakwa adalah

perbuatan yang berbeda dan masing-masing berdiri sendiri yaitu perbuatan yang

bersifat melawan hukum disatu pihak sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Tipikor

dan perbuatan yang bersifat menyalahgunakan wewenang dilain pihak sebagaimana

diatur dalam pasal 3 UU Tipikor oleh karena itu lebih tepat dakwaan kepada terdakwa

disusun secara a1ternatif Dengan demikian surat dakwaan yang disusun secara

subsidiairitas tersebut adalah tidak je1as sehingga harus dibatalkan

2 Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana

itu dilakukan

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 65 sid 66 pOOa pokoknya

mengemukakan sebagai berikut

Bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya tidak cermat menyebutkan waktu

tempus delicti tindak pidana itu dilakukan hal ini terlihat dalam dakwaan subsidiair

halam 14 baris ke-13 sid 14 pada hari dan tang gal yang tidak dapat ditentukan

h1lll11PQllbrmUlllrm PIIU1llJlt u_dlll_ Pwlll EDDIE WIDIONO SUWONDHO MaC

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 21: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

20

lagi antara bulan September 2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidakshy

tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2000 sampai dengan tahun 2006

Sementara dalam dakwaan Subsidiair halaman 15 alenia terakhir terdakwa selaku

Direktur Pemasaran dan Distribusi (Dirsar) PT PLNyang menjabat sejak tahun 1998

telah mengetahui bahwa PT PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan

Politeknik ITB Bandung sejak tahun 1994 dts Sehingga dari rumusan waktu

(tempus delicti) tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan

terbukti sangat tidak cennat karena disatu sisi menyebutkan antara bulan September

2000 sampai dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

dalam tahun 2000 sampai sejak tahun 1998 telah mengetahui sehingga dengan

demikian dakwaan tidak jelas dan lengkap menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak

pidana dilakukan

3 Fakta dakwaan disusun secara manipulatif

Penasehat Hukum dalam nota keberatannya halaman 66 sid 102 pada pokoknya

mengemukakan bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara manipulatif bukan

hanya sekedar bennaksud menghilangkan peran orang tertentu seperti Sunggu Anwar

Aritonang tetapi juga dilakukan dengan memanipulasi fakta dalam uraian perbuatan yang

dilakukan terdakwa dimana uraian fakta tidak jelas sumbernya hanya berasumsi dan

didasari pada kebohongan dengan demikian dakwaan yang disusun secara manipulatif

mengakibatkan dakwaan dibatalkan

Berdasarkan uraian materi keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bab III

Nota Keberatan tersebut diatas maka sebelum kami menguraikan pendapat I tanggapan atas

keberatan beserta alasan-alasan yang dimuat dalam Bah III Nota Keberatan tersebut terlebih

dahulu perlu kami uraikan tentang pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan scrbagaimana

dimaksud dalam Pasal143 ayat (3) KUHAP

Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidallt

memenuhl ketentuan salah satu unsur syarat-syarat materiil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu dimana dakwaan tidak terang dan tidak cermat

merumusk~ unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan maka surat dakwaan yang demikian

adalah harus dibatalkan Menurut M Yahya Harahap dalam bukunya betjudul i Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP jilid II cetakan ke-III Penerbit Pustakan Kartini

halaman 663-664 pada intinya menyatakan bahwa mengenai alasan keberatan surat

dakwaan batal bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat diterima akan tetapi yang

harus dibatalkan adalah surat dakwaan yaitu dimana surat dakwaan tidak memenuhi

Pendaparlbantahan Penuntut Umum dalQll) Perlcara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 22: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

21

syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufa KUHAP dan syarat

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal143 ayat (2) hurufb KUHAP

Berdasarkan pengertian Surat Dakwaan harus dibatalkan maka karni berpendapat

bahwa surat dakwaan penuntut umum telah memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud

dalarn Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil sebagaimana dif~ud dalam

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh

Majelis dalarn memeriksa mengadili dan memutus perkara aquo Narnun demikian karni akan

memberikan pendapat tanggapan terhadap materi keberatan pada Bab III dalam Nota

Keberatan yaitu

1 Keberatan tentang Surat dakwaan tidak jelas

Bahwa perumusan bentuk surat dakwaan secara subsidiairitas sudah tepat dan tidak

tepat jika dirumuskan dalam bentuk dakwaan altematif Perbedaan mendasar antara

keduanya adalah dakwaan altematif ditunjukkan dengan perbedaan uraian fakta yang

dilakukan oleh Terdakwa dalam perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya

yang ditandai dengan penyebutan dakwaan ke-satu ke-dua dan seterusnya dan dalam

pembuktiannya hakim boleh memilih salah satunya Sedangkan dakwaan subsidaritas

ditunjukkan dengan uraian fakta yang sarna yang dilakukan oleh Terdakwa dalam

perbuatan yang didakwakan satu dengan lainnya yang ditandai dengan penyebutan

dakwaan primer subsider lebih subsider dan seterusnya akan tetapi Penuntut Umum

merasa tidak yakin kualifikasi mana (pasal yang mana) yang akan terbukti di depan

persidangan sehingga dalam penyusooan surat dakwaan berdasarkan tingkatanlgradasi

berat ringannya ancaman pidana pada masing-masing tindak pidana Oleh karena itu

hakim dalarn pembuktiannya hams membuktikan dakwaan primer terlebih dahulu

yang apabila tidak terbukti maka dakwaan subsiderlah yang harus dibuktikan

demikian seterusnya

Bahwa seandainya prinsip penyusunan bentuk dakwaan tersebut dihmggar oleh

penuntut umum maka hal itu bukanlah termasuk melanggar pasal 143 ayat (2)

KUHAP dan mengkualifikasi surat dakwaan kabur (obscur libel) Sebab

berdasarkan azas pasal 4 ayat (2) UU No14 tahun 1970 PerOOilan sederhana cepat

dan biaya ringan (asas ini pOOa saat sekarang dianut secara luas disemua negara

dengan rumusannya informal procedure and can be put in motion quickJy)

pelanggaran atau kekeliruan dimaksud dapat dianggap sebagai kesalahan pengetikan

(clerical error) atau kesalahan prosedur (Procedural error) yang dapat diluruskan

dengan jalan Hakim dalam persidangan mengubah susunan surat dakwaan sesuai

dengan prinsip yang digariskan atau dapat dilakukan dengan cara mencatat dalarn

PendapatlbantGhan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 23: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

22

Berlta Acara serta menjelaskan dalam pertimbangan (vide M Yahya Harahap dalam

bukunya pembahasan pennasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan edisi 2 hal 448)

Bahwa dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa Penuntut Umwn

dengan kewenangannya mempunyai kebebasan merumuskan sendiri bagaimana

bentuk dari surat dakwaan dengan berpedoman pada hasil pemeriksaan penyidikan

Dengan demikian tidak benar jika bentuk Surat Dakwaan yang disusun secara

subsidaritas dalam perkara aquo dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan surat

dakwaan harus dibatalkan Oleh karenanya alasan tersebut hams dikesampingkan

2 Keberatan tentang Dakwaan disusun tidak cermat menyebutkan waktu (tempus

delicti) tindak pidana itu dilakukan

Bahwa pencantuman waktu (tempus delicti) tindak pidana yang dilakukan terdakwa

dalam surat dakwaan dengan menyebutkan antara bulan September 2000 sampai

dengan bulan Mei 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2000 sampai sudah cennat Hal ini telah ditegaskan dalam putusan Hoge Raad

tanggal 18 Juni 1928 menyatakan penyebutan (penulisan) dalam surat dakwaan

bahwa mereka terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut kira-kira tahun 1920 sid

1926 adalah cukup dalam menyatakan waktu JI

Bahwa pencantuman kalimat terdakwa sejak tahun 1998 telah mengetahui bahwa PT

PLN Disjaya dan Tangerang telah bekerjasama dengan Politeknik Bandung sejak

tahun 1994 dalam konstruksi feit ~lahmenunjukkan adanya pengetahlan terdakwa

tentang waktu sesuatu peristiwa bukan waktu terdakwa melakukan tindak pidana

sehingga tidaklah dapat dijadikan alasan bahwa dakwaan tidak jelas dan lengkap

menyebutkan waktu (tempus delicti) tindak pidana dilakukan Dengan demikian

keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan

tidak cermat dan surat dakwaan harus dibatalkan sehingga alasan tersebut harus

dikesampingkan

3 Keberatan tentang Fakta dakwaan disusun secara manipulatif sebagaimana

diuraikan pada item 1 sId 35

Bahwa setelah kami mencennati keseluruhan materi keberatan I eksepsi yang

diuraikan pada halaman 66 sid 102 yang terdiri dari 35 item maka kami berpendapat

bahwa Tim Penasihat Hukum secara prematur telah melakukan penilai fakta tanpa

melalui proses pembuktian Tim Penasihat Hukum dan dengan mengambil alih

kewenangan hakim telah mengadili sendiri fakta yang terdapat dalam surat dakwaan

Pendapatlbantahan Petllllltut Umum dalam Perk4ra Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC

Page 24: Pendapat/ Tanggapan Penlmhlt UmlUll Terhadap Keberatan ... · c. surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan mempedomani ketentuan tersebut maka apabila di dalam Nota Keberatan berisikan

23

sebagai fakta yang disusun secara manipulatif tidak jelas sumbernya hanya

berasumsi serta didasari pada kebohongan

Bahwa oleh karena materi keberatan yang demikian merupakan penilaian fakta yang

harus dibuktikan di persidangan maka kami berpendapat alasan-alasan yang

dikemukakan tersebut tidak berdasar dan harus ditolak

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim

Yang Terhormat Sdr Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum

Berdasarkan seluruh uraian pendapat I tanggapan yang telah kami kemukakan diatas

maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus perkara

ini untuk

1 Menolak seluruh keberatan (eksepsi) yang diajukan Tim Penasihat Hukum T erdakwa

2 Menyatakan surat dakwaan Nomor Dak-19240812011 tanggal 03 Agustus 2011 telah

memenuhi syarat formal dan syarat materiil Wltuk dijadikan sebagai dasar memeriksa mengadili

dan memutus perkara tindak pidana korupsi atas nama Terdakwa Ir EDDIE WIDIONO

SUWONDHO MSc

3 Menetapkan pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan

Demikian pendapat I tanggapan atas materi keberatan (eksepsi) Tim Penasehat Hukum

Terdakwa kami bacakan dan ajukan di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini Rabu tanggal 7 September 2011

PENUNTUT UMUM PADA KPK

~~

MUHIBUDDIN SH MH

AFNI C~A SH MH

Pendapatlbantahan Penuntut Umum daam Perkara Ir EDDIE WIDIONO SUWONDHO MSC