pendahuluan skenario 1
Click here to load reader
Transcript of pendahuluan skenario 1
LAPORAN TUTORIAL BLOK V (SISTEM ENDOKRIN)
SKENARIO I : MUKA BENGKAK SETELAH MINUM OBAT
NAMA TUTOR :
dr. Arsita Eka P, M. Kes
OLEH :KELOMPOK 16
1. Ardian Pratiaksa G00110342. Dea Fiesta Jatikusuma G00110623. Deyona Annisa Putri G00110724. M. Fairuz Z. G00111405. M. Hanif Nur R. G00111446. Rizky Hening S. G00111827. Silvia Putri Kumalasari G00111988. Sri Retnowati G00112009. Vania Nur Amalina G001120410. Vicianita Putri Utami G001120611. Windhy Monica G0011210
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Makhluk hidup terus mengembangkan struktur dan fungsinya yang kompleks, oleh
karena itu integrasi berbagai komponen dalam diri makhluk hidup menjadi penting sekali
bagi kelangsungan hidupnya. Integrasi ini dipengaruhi oleh dua sistem yaitu sistem saraf
pusat dan endokrin. Kedua sistem ini berhubungan secara embriologis, anatomis (melalui
hipotalamus), dan fungsional. Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar yang mensintesis
dan mensekresi zat-zat yang disebut hormon. Hormon-hormon menyebabkan perubahan
fisiologik dan biokimia yang menjadi perantara berbagai pengaturan metabolisme tubuh.
Ketika dilepaskan ke dalam aliran darah, hormon akan diangkut ke jaringan sasaran
tempatnya menimbulkan efek. Efek-efek ini seringkali berupa pengaturan reaksi enzimatik
yang berlangsung terus-menerus. Hormon-hormon tidak langsung bekerja pada sel-sel atau
jaringan, tetapi harus terlebih dahulu berikatan dengan reseptor spesifik pada membran sel
atau sitosol dari sel. Untuk terjadinya suatu peristiwa metabolik, seluruh langkah-langkah
selanjutnya setelah interaksi dan reseptor harus dalam keadaan utuh. Dengan demikian, jelas
bahwa yang penting bukan hanya konsentrasi hormon agar dapat tercapai hasil yang baik
pada aktivitas selular, tetapi juga jumlah dan afinitas reseptor terhadap hormon. Umumnya,
penyakit endokrin dapat dipahami melalui aktivitas-aktivitas metabolik dari hormon yang
terlibat, akibat kelebihan atau kekurangan produksi atau kerja hormon (Patofisiologi, 2006).
SKENARIO 1
Muka Bengkak Setelah Minum Obat
Seorang laki-laki umur 23 tahun periksa ke dokter dengan keluhan muka bengkak disertai badan terasa lemah. Sejak 5 tahun penderita sering minum obat penambah berat badan yang mengandung kortikosteroid yang dibeli di toko obat.
Pada pemeriksaan fisik didaptkan tekanan sistolik 90 mmHg dan diastolik 60 mmHg, muka terlihat moon face. Hasil laboratorium glukosa 70 mg/dL, natrium 121 meq/ml, kalium 2,9 meq/mL, kalsium 7,1 meq/mL. Hasil pemeriksaan CT scan kepala menunjukkan kelenjar hypothalamus dan pituitary normal. Dokter merencankan pemeriksaan beberapa hormon yang diperlukan untuk menentukan diagnosis penyakit tersebut. Hormon apa saja yang berhubungan dengan penyakit tersebut?
1.2 TUJUAN
1. Menjelaskan fungsi dan fisiologi kelenjar adrenal.
2. Menjelaskan fungsi dan fisiologi kortikosteroid.
3. Mengetahui langkah-langkah dalam penegakkan diagnosis kerusakan kelenjar.
4. Mengetahui akibat dari kerusakan kelenjar adrenal.
5. Menjelaskan farmakokinetik dan farmakodinamik kortikosteroid.
6. Menjelaskan penatalaksanaan kasus pada skenario.
1.3 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengaruh kortikosteroid dalam kasus tersebut?
2. Berapa patokan kadar normal dari hasil laboratorium?
3. Apa hubungan interpretasi hasil laboratorium dengan keluhan pasien?
4. Hormon apa saja yang berpengaruh pada skenario?
5. Apa penyebab dari gejala-gejala yang timbul?
6. Apa hubungan hypothalamus dan pituitary jika dikaitkan dalam kasus?
7. Apa pengaruh pemakaian obat yang mengandung kortikosteroid jangka panjang
terhadap keluhan pasien?
1.4 HIPOTESIS
1. Kortikosteroid secara tidak langsung mempengaruhi keseimbangan air dan elektrolit
yang mengkibatkan viskositas darah meningkat dan bila didiamkan akan terjadi
hipotensi.
2. Natrium : 135-145 meq/ml
Kalium : 3,5-5 meq/ml
Kalsium : 4,5-5,5 meq/ml
Glukosa : 70-100 mg/dL
3. Terlalu banyak natrium yang keluar menyebabkan natrium dalam darah rendah
(hiponatremia) akibatnya viskositas darah meningkat sehingga mengakibatkan
hipotensi.
Hipokalemia dan hiperkalsemia diduga juga disebabkan oleh gangguan stabilitas
elektrolit dalam tubuh yang disebabkan penggunaan kortikosteroid yang berlebihan
4. Sekresi kortikosteroid dalam tubuh dipengaruhi oleh ACTH yang diproduksi
hipofisis dan CRH oleh hipotalamus.
5. Moon face disebabkan penggunaan obat yang mengandung kortikosteroid dalam
jangka panjang, ini dapat terjadi karena redistribusi sentral lemak di daerah wajah.
Badan terasa lemah disebabkan atrofi otot akibat peningkatan kortisol yang
merangsang glukoneogenesis meyebabkan katabolisme cadangan lemak, terutama di
jaringan ekstrahepatik.
6. Penyakit tidak disebabkan oleh kerusakan kelenjar hipotalamus maupun kelenjar
pituitari, diduga ada kerusakan pada kelenjar adrenal yang memproduksi
kortikosteroid. Dari gejala-gejala yang didapat huga ditemui tanda-tanda Cushing
Syndrome.
7. Pemakaian obat mengandung kortikosteroid dalam waktu panjang menyebabkan
moon face, yaitu wajah nampak bundar dan terkesan gemuk karena penimbunan
lemak pada bagian wajah. Selain itu kadar elektrolit dalam tubuh menjadi tidak
seimbang karena ketergantungan efek obat tersebut, sehingga menyebabkan beberapa
gejala seperti hiperkalsemia dan hiponatremia.