PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu...

36
PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani & Koentjoro, 2004). Namun, kehamilan juga menimbulkan perasaan cemas dan takut karena seorang ibu yang hamil harus menjalani masa yang panjang menanti waktu kelahiran yang penuh dengan ketidakpastian, hal ini disebabkan karena kehamilan merupakan salah satu periode krisis dalam kehidupan seorang wanita (Dariyo, 1997). Selama masa kehamilan, seorang ibu rentan terkena penyakit atau komplikasi. Hal ini dapat terjadi karena adanya ketidakmatangan dalam perkembangan emosional, psikososial dan termasuk di dalamnya adalah kecemasan. Sebenarnya kecemasan yang dialaminya wanita hamil adalah normal, akan tetapi setiap wanita memiliki kecemasan yang berbeda satu dengan yang lain tergantung pada kesiapan mentalnya (Atkinson, Atkinson & Hillgard, 2003). Menurut Kaplan, Sadock dan Grebb (1997), kecemasan merupakan respons terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Terkadang dampak yang terjadi pada kecemasan dapat berupa dampak yang positif atau negatif. Dampak positif terjadi jika kecemasan muncul pada tingkat moderat dan memberikan kekuatan untuk melakukan sesuatu, membantu individu

Transcript of PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu...

Page 1: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

��

PENDAHULUAN

Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh

istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

Koentjoro, 2004). Namun, kehamilan juga menimbulkan

perasaan cemas dan takut karena seorang ibu yang hamil harus

menjalani masa yang panjang menanti waktu kelahiran yang

penuh dengan ketidakpastian, hal ini disebabkan karena

kehamilan merupakan salah satu periode krisis dalam kehidupan

seorang wanita (Dariyo, 1997).

Selama masa kehamilan, seorang ibu rentan terkena penyakit

atau komplikasi. Hal ini dapat terjadi karena adanya

ketidakmatangan dalam perkembangan emosional, psikososial

dan termasuk di dalamnya adalah kecemasan. Sebenarnya

kecemasan yang dialaminya wanita hamil adalah normal, akan

tetapi setiap wanita memiliki kecemasan yang berbeda satu

dengan yang lain tergantung pada kesiapan mentalnya (Atkinson,

Atkinson & Hillgard, 2003).

Menurut Kaplan, Sadock dan Grebb (1997), kecemasan

merupakan respons terhadap situasi tertentu yang mengancam

dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan,

perubahan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup.

Terkadang dampak yang terjadi pada kecemasan dapat berupa

dampak yang positif atau negatif. Dampak positif terjadi jika

kecemasan muncul pada tingkat moderat dan memberikan

kekuatan untuk melakukan sesuatu, membantu individu

Page 2: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

��

membangun pertahanan dirinya agar rasa cemas yang dirasakan

dapat berkurang sedikit demi sedikit, sedangkan dampak negatif

terjadi jika kecemasan muncul pada tingkat tinggi dan

menimbulkan simtom-simtom fisik yang dapat menghalangi

individu untuk berfungsi efektif dalam kehidupan sehari-hari.

Kondisi psikis ibu yang sedang hamil dapat mempengaruhi

bayi yang sedang dikandungnya. Berbagai penelitian mengenai

masalah ini telah dilakukan dan diketahui bahwa ternyata

kekhawatiran dan kecemasan pada ibu hamil dapat ditularkan

pada janin, sehingga dapat membawa dampak atau pengaruh

negatif terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu hamil maupun

pada janin yang dikandungnya (Santrock, 2002; Heterington,

Parke & Locke, 1999; Kartono, 1997).

Kekhawatiran dan kecemasan ibu hamil yang berlebihan dan

semakin menetap, tidak jarang dapat mengakibatkan keguguran

atau aborsi spontan (Boyles, Ness, Grisso, Markovic, Bromberger

& Cifelli, 2000). Sekitar 10 sampai 15% dari kehamilan yang

terdeksi berakhir pada keguguran. Keguguran adalah keluarnya

hasil konsepsi sebagian atau seluruhnya, yang terjadi secara

spontan sebelum kehamilan 20 minggu atau terhentinya

kehamilan sebelum 20 minggu atau berat janin kurang dari 500

gram; yang tidak mempunyai kemungkinan hidup (Phil & Satria,

2007). Berbagai penelitian empiris mengungkapkan bahwa

keguguran dapat meningkatkan risiko gangguan psikologis.

Ditemukan bahwa tingkat prevalensi depresi klinis pada wanita

Page 3: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

��

yang mengalami keguguran berkisar antara 10 sampai 33% dan

gangguan kecemasan berkisar antara 21 sampai 43% (Bergner,

2008). Akan tetapi, berbagai penelitian yang lain juga

mengungkapkan bahwa faktor psikologis tidak menyebabkan

keguguran (Bergner, 2008).

Kehamilan yang baru pada wanita yang sebelumnya

mengalami keguguran secara emosional dipenuhi oleh kecemasan

dan harapan-harapan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Bergner, Beyer, Klapp, & Rauchfuss (2008), yaitu

wanita yang pernah mengalami keguguran menderita dan

mengeluhkan tentang kecemasannya terhadap kehamilannya

dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah mengalami

keguguran dan memiliki simtom kecemasan yang lebih jelas

terlihat.

Wanita dewasa awal mempunyai tugas perkembangan untuk

melahirkan dan meneruskan keturunan. Namun, hal ini terkadang

tidak dapat terwujud karena terjadinya keguguran. Keguguran

yang dialami wanita dewasa awal tidak selalu disertai dengan

penyesuaian diri yang memadai. Akibatnya, jika terjadi

ketidakseimbangan antara tuntutan tugas dewasa awal untuk

meneruskan keturunan dengan penyesuaian diri dalam

menghadapi keguguran, maka hal ini akan mengantarkan wanita

tersebut pada kondisi kecemasan (Bowen, Bowen, Maslany &

Muhajarine, 2008). Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Bergner, Beyer, Klapp dan Rauchfuss (2008),

Page 4: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

��

yaitu 19,55% wanita mengalami depresi dan 18,62% mengalami

kecemasan setelah mengalami keguguran pada kehamilan

pertamanya.

Ketidakstabilan dari kondisi psikologis wanita yang

mengalami keguguran dapat menimbulkan efek pada perilaku

yang berkaitan dengan kecemasan. Sementara itu, perhatian dari

instansi kesehatan terhadap kondisi psikologis wanita yang

mengalami keguguran masih sangat kurang. Upaya pendeteksian

dan penanganan terhadap kecemasan pada kehamilan sampai saat

ini juga masih sangat kurang (Bowen, Bowen, Maslany &

Muhajarine, 2008).

Dalam hal ini, kecemasan pada wanita hamil yang enam

bulan sebelumnya mengalami keguguran merupakan keadaan

aprehensi atau keadaan khawatir pada wanita hamil yang enam

bulan sebelumnya mengalami keguguran yang mengeluhkan

bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi pada

kehamilannya.

Berangkat dari fenomena di atas, berdasarkan asumsi yang

ada, peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui

kecemasan pada wanita hamil yang enam bulan sebelumnya

mengalami keguguran. Penelitian yang dipaparkan dalam jurnal

ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami kecemasan

wanita hamil yang enam bulan sebelumnya mengalami

keguguran.

Page 5: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

��

Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan

metode penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam

Moleong, 2006) metode kualitatif adalah prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Teknik

pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara dan

observasi. Penelitian ini terfokus pada pengalaman kecemasan

pada wanita hamil yang enam bulan sebelumnya mengalami

keguguran.

Dalam penelitian ini, wawancara dan observasi dipilih

sebagai metode pengambilan data. Partisipan terdiri dari tiga

orang (NA, OH dan SWP – inisial nama) yang merupakan wanita

hamil yang enam bulan sebelumnya pernah mengalami

keguguran. Ketiga partisipan adalah wanita dewasa awal usia

produktif (21-30 tahun) yang berdomisili di daerah Magelang

serta merupakan pasien dari Panti Bahagia Magelang.

Analisa data dilakukan dengan cara: organisasi data, koding

dan analisis, pengujian terhadap dugaan, analisis, tahapan

interpretasi dan penulisan laporan akhir. Sebagai usaha untuk

menentukan keabsahan data dilakukan teknik pemeriksaan yang

didasarkan atas empat kriteria, yaitu credibility, transferability,

dependability dan confirmability (Moleong, 2007; Dharma,

2008).

Bagian selanjutnya dalam jurnal ini memberikan kajian

pustaka mengenai kecemasan, kehamilan, keguguran serta

Page 6: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

kecemasan pada wanita hamil yang enam bulan sebelumnya

mengalami keguguran. Setelah itu dilanjutkan dengan paparan

hasil penelitian terhadap ketiga partisipan serta analisis tentang

kecemasan yang dialami ketiga partisipan selama mengandung.

Bagian terakhir dari jurnal ini memberikan kesimpulan yang

diperoleh dari penelitian ini dan saran untuk penelitian

selanjutnya.

KECEMASAN

Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan

khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan

segera terjadi (Nevid, Rathus dan Greene, 2003). Menurut Freud,

usaha ego untuk mempertahankan dirinya sendiri melawan

kecemasan mencerminkan adanya gangguan kecemasan (Nevid,

Rathus, Greene, 2003). Gangguan kecemasan sendiri dapat

didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai dengan kecemasan

patologis yang tidak disebabkan oleh penyakit fisik, tidak terkait

dengan penggunaan obat-obatan terlarang, dan tidak termasuk

dalam penyakit psikotik (Starcevic, 2005).

Kebanyakan wanita mempunyai kecemasan dalam tingkat

rendah. Kecemasan ini sewaktu-waktu dapat berubah menjadi

serangan panik episodik, phobia atau gangguan kecemasan

seiring dengan peningkatan stres atau perubahan biologis-seperti

terjadinya menstruasi, kelahiran anak atau menopause.

Page 7: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

KEHAMILAN

Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa

embrio atau fetus didalam tubuhnya, dan kehamilan dapat terjadi

jika ada pertemuan antara sel telur dan sel sperma (Trad, 2006).

Sastrawinata (1983) mengatakan bahwa pada kehamilan terjadi

perubahan pada seluruh tubuh wanita, seperti cepat merasa letih,

amenore (tidak mendapat menstruasi), perubahan emosi,

perubahan kerja jantung dan paru serta perubahan payudara.

Kehamilan merupakan episode dasar dramatis terhadap

kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang

wanita yang pernah mengalaminya. Perubahan kondisi fisik dan

emosional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap

penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi

(Sastrawinata, 1983).

Wanita yang menginginkan kehamilan dapat mengalami

beberapa fase kecemasan. Fase yang pertama adalah saat wanita

tersebut merenungkan tentang kehamilan. Fase kedua dari

kecemasan wanita ini berasal dari kehamilan itu sendiri. Selama

proses kehamilan berkembang, terjadi perubahan-perubahan pada

tubuh wanita hamil yang dapat menyebabkan kecemasan. Wanita

yang hamil akan selalu bertanya-tanya apakah bayi yang mereka

kandung akan sehat dan bagaimana wanita tersebut dapat

menghadapi tanggung jawabnya yang baru sebagai orang tua

(Attwell, 2006).

Page 8: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

��

KEGUGURAN

Keguguran adalah keluarnya hasil konsepsi sebagian atau

seluruhnya, yang terjadi secara spontan sebelum kehamilan 20

minggu atau terhentinya kehamilan sebelum 20 minggu atau berat

janin kurang dari 500 gram; yang tidak mempunyai kemungkinan

hidup (Phil &Satria, 2007).

Keguguran dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya

sebagai berikut: adanya kelainan pertumbuhan hasil konsepsi,

biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia

delapan minggu, kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis

vili korialis karena hipertensi menahun, adanya faktor maternal

seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan

toksoplasmosis, adanya kelainan traktus genetalia, seperti

inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua),

retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

KECEMASAN PADA WANITA HAMIL YANG ENAM

BULAN SEBELUMNYA MENGALAMI KEGUGURAN

Reaksi emosional wanita terhadap keguguran sangat beragam.

Bagi beberapa wanita yang mengalami keguguran ditemukan

bahwa terjadi peningkatan ketakutan akan keguguran karena

keguguran cenderung terjadi secara tiba-tiba, dengan rasa sakit,

terjadi pendarahan dan disertai dengan hilangnya jaringan-

jaringan tubuh (Scher & Dix, 2005).

Page 9: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

��

Keguguran meninggalkan perasaan ketidakpastian tentang

kemampuan reproduksi wanita yang mengalaminya. Sejalan

dengan itu, kehamilan baru secara emosional sangat dituntut

dengan kecemasan dan harapan. Ini terlihat dalam hasil survei

yang dilakukan oleh Bergner, Beyer, Klapp & Rauchfuss (2007):

wanita hamil yang telah mengalami keguguran lebih

mengeluhkan tentang kecemasan spesifik terhadap kehamilannya

jika dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki riwayat

keguguran sebelumnya.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bergner, Beyer, Klapp

& Rauchfuss (2007) ditemukan bahwa dalam diri wanita yang

telah mengalami keguguran, rata-rata kecemasannya lebih tinggi

jika dibandingkan dengan wanita tanpa riwayat keguguran.

Kecemasan yang paling tinggi ditemukan pada wanita yang telah

mengalami keguguran berulang.

PENGALAMAN KECEMASAN KETIGA PARTISIPAN

PENELITIAN

Berikut ini akan dipaparkan pembahasan mengenai latar

belakang serta kecemasan yang dialami ketiga partisipan

penelitian pada kehamilan keduanya dimana enam bulan

sebelumnya ketiga partisipan mengalami keguguran.

Ketiga partisipan merupakan penduduk asli kota Magelang

yang lahir, tumbuh besar hingga berkeluarga di Magelang. Ketiga

partisipan merupakan wanita hamil dewasa awal yang enam

Page 10: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

� �

bulan sebelumnya mengalami keguguran serta terdaftar sebagai

pasien di panti bersalin Bahagia Magelang. Menurut Hurlock

(1980) wanita dewasa awal mempunyai tugas perkembangan

untuk melahirkan serta meneruskan keturunan. Namun ketiga

partisipan belum bisa mewujudkan tugas perkembangannya untuk

melahirkan karena mengalami keguguran pada awal kehamilan

pertamanya. Akibatnya, ketiga partisipan mengalami kecemasan.

Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Bowen, Bowen,

Maslany & Muhajarine (2008) bahwa jika terjadi

ketidakseimbangan antara tuntutan tugas dewasa awal untuk

meneruskan keturunan dengan penyesuaian diri dalam

menghadapi keguguran, maka hal ini akan mengantarkan wanita

tersebut pada kondisi kecemasan. Ketiga partisipan dinyatakan

hamil kembali enam bulan setelah keguguran. Hal ini sesuai

dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh World Health

Organization (WHO) dimana ibu disarankan untuk hamil

kembali dalam waktu minimal enam bulan setelah keguguran

karena wanita yang hamil kembali enam bulan setelah keguguran

memiliki angka keberhasilan hamil dan melahirkan tanpa

komplikasi lebih tinggi dibandingkan dengan yang menunggu

kehamilan lebih lama (Mann, 2010).

Selanjutnya akan dibahas mengenai hasil penelitian tentang

pengalaman kecemasan wanita hamil yang enam bulan

sebelumnya mengalami keguguran.

Page 11: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

���

Respon Serta Perubahan Tubuh pada Kehamilan Pertama

Terdapat persamaan respon yang dilakukan oleh partisipan

pertama dan kedua ketika menjalani kehamilan pertamanya.

Kehamilan pertama pada partisipan pertama dan kedua tidak

menimbulkan kecemasan yang normal dan adaptif sehingga

mereka tidak mempunyai dorongan maupun motivasi untuk

memperhatikan kehamilannya dengan baik. Sedangkan partisipan

ketiga menjaga kehamilan pertamanya dengan baik karena

senang dan sudah mengharapkan untuk segera memiliki anak.

Kehamilan pertama pada partisipan ketiga menimbulkan

kecemasan normal dan adaptif karena kecemasan mendorong

partisipan ketiga untuk menjaga kehamilan pertamanya dengan

baik. Hal ini sejalan dengan pernyataan Nevid, Rathus dan

Greene (2003) bahwa kecemasan bermanfaat bila memotivasi

seorang wanita untuk menjaga kandungannya saat hamil.

Sastrawinata (1983) mengatakan bahwa pada kehamilan

terjadi perubahan pada seluruh tubuh wanita. Perubahan-

perubahan tubuh juga dialami oleh ketiga partisipan pada awal

kehamilan pertamanya. Partisipan pertama dan ketiga sama-sama

kerap merasa mual sejak menjalani kehamilan pertamanya. Mual-

mual di pagi hari (morning sickness) membuat wanita hamil

cemas dan mereka akan bertanya-tanya sampai kapan hal tersebut

akan terus berlangsung (Attwell, 2006). Selain itu, partisipan

pertama juga mengalami rasa kembung dan kerap sendawa.

Partisipan ketiga kerap merasa pusing berlebihan pada pagi hari

Page 12: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

���

dan mudah lelah saat beraktivitas. Sedangkan partisipan kedua

menyatakan bahwa ia tidak merasakan gejala fisik apapun pada

kehamilan pertamanya.

Perubahan Psikologis dan Adaptasi pada Kehamilan Pertama

Perubahan psikologis yang berbeda-beda pada ketiga

partisipan menyebabkan terjadinya perbedaan respon dalam

menghadapi kehamilan pertamanya termasuk dalam hal

pemikiran. Pada kehamilan pertamanya, partisipan pertama

bertanya-tanya apakah ia siap akan tanggung jawabnya sebagai

orang tua dan apakah ia dapat memenuhi kebutuhan ekonomi

keluarganya kelak karena ia merasa keadaan ekonominya

sekarang masih kurang kuat. Hal ini menunjukkan fase pertama

kecemasan pada wanita hamil, yaitu fase dimana seorang wanita

merenungkan kehamilan yang dialaminya (Attwell, 2006).

Partisipan kedua tidak memikirkan tentang kehamilan

pertamanya karena tidak merasakan gejala fisik kehamilan.

Sedangkan partisipan ketiga dapat menerima kehamilannya dan

siap mengemban tugas sebagai seorang ibu. Respon partisipan

ketiga terhadap kehamilan pertamanya sesuai dengan apa yang

dinyatakan Atwell (2006) bahwa tugas ibu pada masa kehamilan

adalah menerima kehamilannya, membina hubungan dengan

janin, menyesuaikan perubahan fisik, menyesuaikan perubahan

hubungan suami istri, menyiapkan kelahiran dan menjadi orang

tua.

Page 13: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

���

Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks

memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan

proses kehamilan yang terjadi (Sastrawinata, 1983). Partisipan

pertama dan kedua kurang melakukan adaptasi saat menjalani

kehamilan pertamanya. Hal ini terlihat dari perilaku kedua

partisipan yang meremehkan kehamilannya. Kedua partisipan

tidak mengistirahatkan tubuhnya saat mengalami kelelahan

karena sibuk bekerja serta tidak memperhatikan pola makannya

dengan baik. Sedangkan partisipan ketiga melakukan adaptasi

dengan memperhatikan pola makan serta menambah waktu

istirahat selama menjalani kehamilan pertamanya.

Kondisi Sebelum Keguguran serta Respon terhadap

Keguguran

Terdapat perbedaan kondisi yang dialami ketiga partisipan

sebelum mengalami keguguran. Partisipan pertama mengalami

kesedihan yang mendalam saat hamil karena nenek yang telah

mengasuhnya sejak kecil tiba-tiba meninggal. Kecemasan

partisipan pertama yang sebelumnya berada pada tingkat rendah

tiba-tiba berubah menjadi gangguan kecemasan seiring dengan

peningkatan stres yang dialaminya saat neneknya meninggal.

Peningkatan kecemasan yang dialami partisipan pertama sesuai

dengan pernyataan Pick (2010) bahwa kecemasan wanita yang

semula berada dalam tingkat rendah sewaktu-waktu dapat

berubah menjadi gangguan kecemasan seiring dengan

peningkatan stres yang dialaminya. Hal ini membuat partisipan

Page 14: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

���

pertama semakin tidak memperhatikan kehamilannya dengan

baik. Sebelum keguguran, partisipan kedua mengalami kelelahan

fisik seusai beraktivitas sepanjang hari. Sedangkan partisipan

ketiga sedang berkunjung di rumah orang tuanya dan dalam

keadaan yang santai.

Scher dan Dix (2005) menyatakan bahwa keguguran hampir

tidak disadari oleh sebagian besar perempuan. Hal tersebut juga

dialami oleh partisipan pertama. Partisipan pertama tidak sadar

dirinya mengalami keguguran karena mengira keluarnya darah

hanya merupakan menstruasi biasa. Namun pada akhirnya,

partisipan pertama berpikir negatif dan berprasangka buruk

terhadap kehamilannya saat melihat darah keluar dari vaginanya.

Berpikir negatif serta berfirasat buruk saat keguguran juga

dialami oleh partisipan kedua dan ketiga.

Ketiga partisipan terkejut atas kegugurannya. Partisipan

pertama dan ketiga menangis, sedangkan partisipan kedua masih

mampu menahan tangisnya pada waktu keguguran. Walaupun

menangis, partisipan pertama berusaha untuk berpikir positif

dalam menghadapi kegugurannya. Partisipan kedua mengalami

ketakutan dan hanya bisa terdiam sambil menahan tangis saat

keguguran. Sedangkan partisipan ketiga langsung menangis dan

berteriak karena panik saat melihat darah. Saat keguguran,

partisipan ketiga berdoa untuk meredakan kepanikannya.

Page 15: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

���

Kecemasan Saat Mengalami Keguguran dan Respon

Keluarga terhadap Keguguran

Ketiga partisipan mengalami kecemasan yang disertai dengan

sensasi fisik saat mengalami keguguran. Terdapat persamaan

sensasi fisik yang dialami oleh partisipan pertama dan kedua pada

waktu keguguran. Partisipan pertama dan kedua merasa

jantungnya berdetak keras saat melihat darah. Terdapat juga

persamaan sensasi fisik antara partisipan kedua dan ketiga pada

waktu keguguran, yaitu sama-sama merasa pusing. Sedangkan

persamaan sensasi fisik antara partisipan pertama dan ketiga

adalah mengalami rasa nyeri seperti pada waktu menstruasi saat

keguguran terjadi. Keguguran yang disertai pendarahan hebat

dialami oleh partisipan ketiga.

Saat dinyatakan keguguran oleh dokter, ketiga partisipan

menangis karena keguguran merupakan pengalaman menyakitkan

dan merupakan pengalaman yang meninggalkan kesan mendalam

bagi ketiga partisipan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan

oleh Scher dan Dix (2005) bahwa bagi beberapa wanita,

keguguran dapat bersifat traumatik, menyakitkan dan merupakan

pengalaman yang meninggalkan kesan mendalam.

Ketiga suami partisipan terkejut saat mengetahui istrinya

keguguran, meskipun demikian ketiga suami partisipan

mempunyai respon yang berbeda saat menghadapi kenyataan

bahwa istirnya telah keguguran. Suami partisipan pertama

terkejut tapi tidak marah dan malah menjadi lebih perhatian.

Page 16: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

��

Suami partisipan kedua juga terkejut, namun mencoba

menenangkan istrinya dengan memberi dukungan. Sedangkan

suami partisipan ketiga berteriak karena terkejut, selain itu

wajahnya menjadi pucat saat melihat istrinya keguguran.

Terdapat persamaan reaksi keluarga atas keguguran yang

dialami oleh ketiga partisipan. Keluarga terkejut dengan

keguguran yang terjadi pada partisipan.

Kondisi serta Respon Sebelum dan Sesudah Kuret

Ketiga partisipan memiliki kesamaan saat menghadapi kuret,

mereka mengalami ketakutan sebelum menjalani proses kuret.

Partisipan pertama dan kedua dibayangi ketakutan akan rasa sakit

saat kuret. Sedangkan partisipan ketiga mengalami ketakutan

karena melihat alat-alat operasi saat berada di ruang operasi.

Terdapat perbedaan gejala fisik yang dirasakan oleh ketiga

partisipan menjelang kuret. Partisipan pertama tidak merasakan

gejala fisik apapun menjelang kuret karena partisipan berusaha

untuk selalu berpikir positif atas kuret. Partisipan kedua merasa

jantungnya berdetak keras, tangan menjadi basah dan dingin

karena cemas dalam menghadapi kuret. Sedangkan partisipan

ketiga merasakan sensasi dingin, bulu kuduk berdiri karena

ketakutan melihat peralatan operasi menjelang kuret.

Ketiga partisipan merasakan efek yang berbeda-beda pada

fisiknya setelah menjalani kuret. Partisipan pertama merasa

tubuhnya menjadi lemas setelah seminggu karena terkena efek

obat bius. Partisipan kedua merasa nyeri pada bagian perutnya.

Page 17: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

��

Hal ini membuat suami mencemaskan konsdisi isitrinya.

Sedangkan partisipan ketiga merasa mengantuk, pusing serta

merasa tidak memiliki tenaga untuk menggerakkan tubuhnya

setelah kuret.

Terdapat persamaan tanggapan antara ketiga pasien seusai

menjalani kuret. Ketiga partisipan menyesali keguguran yang

dialaminya. Selain menyesal, partisipan pertama dan kedua juga

merasa lega karena terhindar dari penyakit berbahaya. Sedangkan

partisipan ketiga menyesal karena masih belum bisa menerima

kegugurannya dan merasa bersalah pada diri sendiri serta pada

keluarganya.

Dampak Keguguran

Keguguran sering menimbulkan rasa putus asa, depresi dan

shock pada wanita (Chye, Teng, Hao & Seng, 2008). Setelah

keguguran, saat sendirian partisipan pertama kerap menangis

karena sedih atas keguguran sekaligus merasa bersalah pada

suaminya. Namun, partisipan pertama tidak terlalu memusatkan

perhatiannya pada kecemasan yang dialaminya setelah

mengalami keguguran karena ia dapat berpikir positif mengenai

kegugurannya. Kecemasan partisipan pertama merupakan

kecemasan normal, hal ini sesuai dengan pernyataan Stracevic

(2005) bahwa kecemasan normal adalah kecemasan dengan

intensitas relatif rendah dan proposional dengan situasi atau

keadaan disekitarnya dan kualitas pengalaman yang

Page 18: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

���

menimbulkan kecemasan tidak menimbulkan kesedihan yang

mendalam.

Partisipan kedua dan ketiga juga mengalami kecemasan

setelah keguguran. Keguguran menimbulkan dampak negatif bagi

partisipan kedua dan ketiga. Partisipan kedua akan mengingat

keguguran, meragukan kemampuan reproduksi serta sedih atas

kegugurannya saat sendiri. Keguguran juga membuat partisipan

kedua menjadi orang yang tertutup dan kerap berpikir negatif

tentang orang lain. Selain itu, saat melihat sesuatu yang

berhubungan dengan kehamilan, ia akan bertanya-tanya mengapa

keguguran bisa terjadi padanya. Perubahan perilaku, kognitif,

afektif serta emosional juga terjadi pada diri partisipan kedua.

Perubahan-perubahan tersebut merupakan akibat dari munculnya

kecemasan patologis setelah keguguran.

Keguguran juga mempengaruhi kehidupan partisipan ketiga.

Partisipan ketiga menjadi lebih suka menyendiri, mengalami

ketakutan karena selalu membayangkan darah dalam pikirannya,

mengalami stres serta mudah cemas karena belum bisa menerima

kegugurannya. Partisipan ketiga juga sempat mengalami

gangguan tidur dan pernah bermimpi mengalami keguguran lagi.

Selain itu, keguguran membuat partisipan ketiga kehilangan

selera makan serta mengurangi kemampuan komunikasinya.

Keguguran yang disertai pendarahan hebat membuat partisipan

ketiga tertekan dan kehilangan kepercayaan dirinya, selain itu

muncul gejala phobia saat melihat darah. Saat melihat sesuatu

Page 19: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

���

yang berhubungan dengan bayi, partisipan ketiga akan mengingat

kegugurannya. Hal ini terjadi karena partisipan ketiga terlalu

memusatkan perhatiannya pada kecemasan setelah keguguran.

Kecemasan pada partisipan ketiga juga menyebabkan terjadinya

perubahan tingkah laku, seperti berkurangnya selera makan serta

berkurangnya kemampuan komunikasi dengan orang lain.

Perubahan perilaku serta berkurangnya kemampuan komunikasi

pada partisipan ketiga sesuai dengan pernyataan Starcevic (2005)

mengenai kecemasan patologis, bahwa kecemasan patologis

menyebabkan perubahan perilaku dan merusak fungsi seseorang.

Upaya dalam Mengatasi Kecemasan Setelah Keguguran

Terdapat persamaan upaya yang dilakukan oleh ketiga

partisipan untuk mengatasi kecemasan saat mengingat

kegugurannya. Mereka akan berdoa saat teringat kegugurannya.

Selain itu, partisipan pertama dan kedua berusaha untuk selalu

memikirkan hal positif sesuai anjuran dokter. Partisipan kedua

dan ketiga akan mencurahkan isi hati pada suami saat merasa

cemas atas kegugurannya. Selain itu, partisipan pertama akan

membaca buku untuk melupakan kegugurannya. Partisipan kedua

akan bermain game, menonton TV dan mengerjakan pekerjaan

rumah tangga yang ringan untuk mengalihkan perhatiannya dari

keguguran. Sedangkan partisipan ketiga akan meminta dukungan

dari keluarga serta mendengarkan musik dan radio untuk

mengalihkan perhatiannya dari keguguran.

Page 20: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

� �

Reaksi saat Membicarakan Keguguran

Ketiga partisipan juga mengalami perbedaan gejala fisik yang

dialami saat membicarakan keguguran dengan orang lain.

Partisipan pertama tidak merasakan perubahan fisik apapun,

sedangkan partisipan kedua dan ketiga merasa jantungnya

berdebar keras saat membicarakan keguguran. Partisipan kedua

juga merasa gugup, pusing serta tangannya terasa dingin saat

membicarakan keguguran. Rasa gugup pada partisipan kedua

menunjukkan adanya kecemasan nerurotik. Kecemasan neurotik

merupakan kekhawatiran mengenai bahaya yang tidak diketahui

(Muis, 2009). Sedangkan partisipan ketiga akan berkeringat dan

tangannya basah saat membicarakan keguguran.

Ketiga partisipan mengalami kecemasan moralistik karena

merepresentasikan kecemasannya dalam bentuk rasa bersalah saat

ada orang yang membicarakan kegugurannya. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Muis (2009) mengenai representasi dari

kecemasan moralistik yaitu berupa rasa bersalah.

Kecemasan dalam Menanti Kehamilan yang Baru

Reaksi emosional ketiga partisipan terhadap keguguran juga

beragam. Partisipan pertama dan ketiga tidak mengalami

kecemasan dalam menanti kehamilan yang baru, sedangkan

partisipan kedua mengalami kecemasan. Partisipan pertama tidak

mengalami kecemasan karena ia merasakan dampak positif dari

keguguran yang dialaminya. Partisipan ketiga juga tidak

mengalami kecemasan saat menantikan kehamilan keduanya

Page 21: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

���

karena mendapat dukungan dan motivasi dari orang lain dalam

menjalani kehidupannya setelah keguguran. Selain itu, partisipan

ketiga sudah mampu menerima kegugurannya. Partisipan kedua

mengalami kecemasan saat menanti kehamilan keduanya karena

ia dan suaminya ingin segera memiliki anak.

Reaksi saat Mengetahui Kehamilan yang Baru

Terdapat kesamaan perasaan dan tindakan yang dilakukan

oleh ketiga partisipan saat mengetahui kehamilan keduanya.

Ketiga partisipan mengalami kebahagiaan dan sukacita atas

kehamilannya yang baru, selain itu mereka mungkin juga

berjuang melawan ketakutannya sendiri untuk benar-benar

menjadi seorang ibu. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan

Attwell (2006) yang menyatakan bahwa wanita yang hamil

mengalami kebahagiaan dan sukacita atas kehamilannya, selain

itu ia mungkin juga berjuang melawan ketakutannya sendiri

untuk benar-benar menjadi seorang ibu.

Partisipan pertama merasa senang karena perasaan

bersalahnya terhadap suami dan keluarganya hilang setelah hamil

kembali. Partisipan kedua juga senang dengan kehamilan

keduanya karena bisa merasakan menjadi ibu kembali, namun ia

juga merasa sedih karena merasa kehamilannya akan

berlangsung lama dan disertai dengan gejala muntah saat

mencium bau menyengat. Sedangkan partisipan ketiga merasa

senang atas kehamilan keduanya karena bisa menyenangkan

keluarganya.

Page 22: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

���

Reaksi Suami dan Keluarga saat Mengetahui Kehamilan

yang Baru

Setelah mengetahui kehamilan istri yang baru, suami para

partisipan merasa senang. Suami partisipan pertama menjadi

bersikap lebih melindungi istrinya serta rela menemani istrinya

saat bekerja. Suami partisipan kedua dan ketiga senang namun

masih belum percaya bahwa istrinya dapat hamil kembali dalam

waktu singkat. Namun setelah mendapat kepastian dari dokter,

mereka menjadi percaya serta meminta istrinya untuk berhati-hati

dalam menjaga kehamilannya yang baru.

Terdapat kesamaan respon yang diberikan oleh pihak

keluarga serta teman-teman dari ketiga partisipan atas kehamilan

yang baru. Keluarga serta teman-teman merasa senang dan

memberi dukungan berupa nasihat agar lebih berhati-hati dalam

menjaga kehamilannya yang kedua.

Terdapat persamaan dampak yang dialami oleh ketiga

partisipan atas dukungan dari keluarga dan teman selama

menjalani kehamilan keduanya. Partisipan kedua enggan

beraktivitas saat menjalani kehamilan keduanya karena

dibiasakan oleh lingkungan keluarga serta lingkungan kerjanya

untuk mengerjakan pekerjaan yang ringan. Hal yang sama juga

dialami oleh partisipan pertama. Partisipan pertama dibiasakan

oleh keluarga dan teman kerjanya untuk mengerjakan pekerjaan

yang ringan. Toleransi yang diberikan pada partisipan pertama

menimbulkan rasa sungkan saat bekerja. Sedangkan pada

Page 23: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

���

partisipan ketiga, suami selalu berusaha untuk menenangkan dan

membawa partisipan ketiga ke dokter saat mengalami kecemasan

akan kehamilannya.

Reaksi Fisik, Reaksi Psikologis, Kecemasan serta Upaya

untuk Menangani Kecemasan saat Menjalani Kehamilan

Kedua

Ketiga partisipan kerap merasa capek dan lemas saat

menjalani kehamilan keduanya. Ketiga partisipan juga memiliki

perbedaan gejala fisik pada kehamilan keduanya. Partisipan

pertama kerap mengalami sendawa, kembung, mual serta pegal

terutama pada bagian kaki dan pungggungnya, sedangkan

partisipan kedua kerap merasa pusing dan mengantuk saat

menjalani kehamilan keduanya. Partisipan ketiga jarang

mengalami mual dan muntah, namun kerap mengalami kram kaki

pada kehamilan keduanya.

Terdapat persamaan reaksi psikologis antara ketiga partisipan

saat menanti kelahiran anaknya. Partisipan pertama dan kedua

senang menerka-nerka jenis kelamin anak yang ada dalam

kandungannya. Partisipan ketiga tidak terlalu memikirkan jenis

kelamin anaknya karena ia lebih memikirkan harapannya agar

bisa membesarkan anaknya dengan baik. Selain itu, pikiran

partisipan ketiga terfokus pada persiapan-persiapan dalam

menyambut kehadiran anaknya.

Menurut Nevid, Rathus dan Greene (2003) kecemasan normal

dan adaptif mendorong seseorang untuk menjaga kehamilan

Page 24: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

���

keduanya dengan baik. Hal ini juga dialami oleh ketiga

partisipan. Ketiga partisipan mengalami kecemasan normal dan

adaptif pada kehamilan keduanya karena ketiga partisipan

termotivasi untuk menjaga kehamilan keduanya dengan baik

dengan melakukan upaya-upaya tertentu. Terdapat persamaan

upaya dalam menjaga kehamilan kedua yang ditunjukkan oleh

ketiga partisipan. Ketiga partisipan banyak beristirahat, mentaati

rekomendasi dokter untuk memeriksakan diri secara rutin,

menjaga pola makan serta tidak memaksakan diri dalam bekerja.

Tindakan ketiga partisipan dalam menjaga kehamilan keduanya

berkaitan dengan bayangan risiko kehamilan dan proses

persalinan sehingga ketiga partisipan menjadi sangat emosional

dalam mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang

mungkin dihadapi selama mengandung. Tindakan ketiga

partisipan dalam menjaga kehamilan keduanya menunjukkan

adanya kesesuaian teori yang diungkapkan oleh Sastrawinata

(1983) yaitu berkaitan dengan bayangan risiko kehamilan dan

proses persalinan, wanita hamil menjadi sangat emosional dalam

melakukan upaya untuk mempersiapkan atau mewaspadai segala

sesuatu yang mungkin akan dihadapi saat menjalani

kehamilannya.

Kecemasan partisipan pertama dan kedua pada kehamilan

keduanya muncul terutama saat mereka merasa lelah. Terdapat

pula persamaan kecemasan antara ketiga partisipan. Ketiga

partisipan cemas kegugurannya akan terulang kembali pada

Page 25: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

���

kehamilan keduanya. Terjadi peningkatan ketakutan akan

keguguran pada ketiga partisipan karena mereka pernah

mengalami keguguran pada kehamilan sebelumnya.

Partisipan pertama mengalami kecemasan terutama saat sakit

dan saat minum obat. Partisipan pertama optimis dengan

kehamilan keduanya namun juga dibayangi ketakutan anaknya

akan terlahir tidak sempurna. Partisipan pertama bahkan pernah

terjatuh saat menjalani kehamilan keduanya. Peristiwa ini

membuat suami dan ayah partisipan menjadi cemas akan kondisi

serta kandungan partisipan pertama.

Kecemasan partisipan kedua muncul terutama saat merasa

lelah beraktivitas, selain itu ia juga mengalami kebingungan

dalam mempersiapkan mental serta material dalam menyambut

kehadiran anaknya.

Partisipan ketiga mengalami kecemasan terutama saat

mengalami kram, pada saat itu jantungnya akan berdetak keras

karena muncul ketakutan kegugurannya akan terulang kembali.

Ketakutan yang berlebihan pada saat mengalami kram membuat

partisipan ketiga menilai dirinya paranoid. Partisipan ketiga juga

mencemaskan kemampuannya untuk menjalankan peran sebagai

ibu serta mencemaskan penampilannya di depan suami setelah

melahirkan. Kecemasan yang berlebihan pada partisipan ketiga

sesuai dengan pernyataan Starcevic (2005) mengenai kecemasan

patologis, yaitu kecemasan yang ditandai dengan intensitas yang

relatif tinggi dan keluar dari proporsi terhadap situasi yang

Page 26: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

��

dihadapinya serta menyebabkan penurunan fungsinya sebagai

individu dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Menurut Attwell (2006) kecemasan yang dialami wanita

hamil akan perubahan tubuh yang sangat dramatis dan yang

membuat kehilangan kontrol (berat badan, pengeluaran urin,

fungsi usus) dapat memicu pertanyaan-pertanyaan akan

keamanan dalam kehamilan. Pernyataan tersebut sejalan dengan

yang dialami ketiga partisipan saat menjalani kehamilan

keduanya. Ketiga partisipan selalu bertanya-tanya apakah bayi

yang mereka kandung akan sehat dan bagaimana mereka dapat

menghadapi tanggung jawabnya yang baru sebagai orang tua.

KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti tentang

kecemasan pada wanita hamil yang enam bulan sebelumnya

mengalami keguguran, diperoleh kesimpulan bahwa:

a. Ketiga partisipan menyesali keguguran yang dialaminya secara

tiba-tiba. Walaupun mengalami penyesalan, partisipan pertama

berusaha untuk berpikir positif atas kegugurannya. Penyesalan

partisipan kedua dibayangi oleh ketakutan-ketakutan atas dampak

yang mungkin terjadi setelah mengalami keguguran. Sedangkan

partisipan ketiga mengalami penyesalan yang amat mendalam

karena merasa kecewa usahanya dalam menjaga kandungannya

ternyata sia-sia saja.

Page 27: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

��

b. Terdapat persamaan gejala fisik kecemasan yang dialami oleh

ketiga partisipan. Persamaan gejala fisik kecemasan yang muncul

pada ketiga partisipan adalah jantung yang berdetak keras,

munculnya rasa nyeri, pusing, berkeringat dingin, tangan menjadi

basah dan dingin serta merasa lemas saat keguguran.

c. Ketiga partisipan mendapat dukungan dari suami serta

keluarganya setelah mengalami keguguran.

d. Pengalaman kuret yang berbeda-beda menimbulkan dampak

yang berbeda pada masing-masing partisipan. Partisipan pertama

dan kedua merasa lega setelah kuret. Sedangkan partisipan ketiga

tidak merasa lega setelah kuret karena masih belum bisa

menerima kegugurannya dan merasa bersalah pada diri sendiri

serta pada keluarganya.

e. Keguguran menimbulkan kecemasan pada ketiga partisipan.

Namun, intensitas terjadinya kecemasan pada masing-masing

partisipan berbeda-beda. Partisipan pertama mengalami

kecemasan normal setelah keguguran karena intensitas terjadinya

kecemasan relatif rendah dan proposional dengan keadaan yang

dialaminya sehari-hari. Sedangkan partisipan kedua dan ketiga

mengalami kecemasan patologis karena kedua partisipan tersebut

mengalami kecemasan yang berlebihan.

f. Ketiga partisipan memiliki reaksi emosional yang berbeda-beda

dalam menantikan kehamilan yang selanjutnya. Partisipan

pertama dan ketiga dapat menerima keguguran yang dialaminya

sehingga keduanya tidak mengalami kecemasan dalam menanti

Page 28: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

���

kehamilan yang baru. Sedangkan partisipan kedua tidak sabar

dalam menanti kehamilannya yang baru karena ia ingin segera

memiliki anak.

g. Ketiga partisipan merasa bahagia saat mengetahui

kehamilannya yang baru. Namun, perasaan bahagia tersebut

disertai dengan reaksi yang berbeda-beda pada masing-masing

partisipan. Perbedaan reaksi pada masing-masing partisipan saat

mengetahui kehamilannya yang baru menimbulkan kecemasan

yang berbeda-beda pula. Saat menjalani kehamilan keduanya,

ketiga partisipan mengalami kecemasan normal dan adaptif

karena ketiga partisipan mampu beradaptasi dengan kehamilan

keduanya. Kecemasan normal dan adaptif mendorong ketiga

partisipan untuk menjaga kehamilan keduanya dengan baik.

Namun, kecemasan ketiga partisipan yang semula normal dapat

meningkat ketingkat moderat bahkan ketingkat patologis

sewaktu-waktu karena terjadi perubahan kondisi saat menjalani

kehamilannya.

Dari penelitian ini ditemukan bahwa kecemasan wanita hamil

dapat ditularkan pada janin, sehingga kecemasan yang tidak

terkontrol dapat memberi dampak negatif terhadap fisik dan

psikis, baik pada ibu maupun janin yang dikandungnya. Oleh

sebab itu, disarankan agar ilmu psikologi, khususnya bidang

psikologi klinis dan perkembangan terutama yang berkaitan

dengan kecemasan wanita hamil dapat menambah ranah

pengetahuan mengenai kecemasan wanita hamil yang

Page 29: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

���

sebelumnya mengalami keguguran. Dari penelitian ini juga

diharapkan dapat memberikan informasi pada tenaga medis

khususnya obstetri dan ginekologi serta pada orang-orang yang

melayani dibidang kesehatan mengenai pentingnya penanganan

psikis pada wanita yang mengalami keguguran karena

mempunyai pengaruh yang meluas terhadap semua harapan dan

rencana wanita tersebut beserta keluarganya untuk selanjutnya.

Misalnya dengan memberikan tempat, terapi serta pelayanan

khusus untuk wanita hamil yang sebelumnya mengalami

keguguran.

Penelitian ini juga menyarankan agar masyarakat dapat

memberi dukungan moral, sosial dan spiritual pada wanita hamil

yang sebelumnya pernah mengalami keguguran contohnya

dengan memberi saran untuk melakukan konsultasi fisik maupun

psikologis pada tenaga ahli selama menjalani kehamilannya yang

baru.

Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar dapat menggali

lebih dalam tentang pengaruh social support, adaptasi, tingkat

spriritualitas atau religiusitas terhadap kecemasan wanita hamil

yang sebelumnya mengalami keguguran karena dari penelitian ini

ditemukan bahwa dukungan dari keluarga, adaptasi, tingkat

spiritualitas dan religiusitas mempunyai pengaruh pada

kecemasan wanita hamil yang sebelumnya mengalami

keguguran.

Page 30: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

� �

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, R., Atkinson R., & Hilgard, E. (2003). Pengantar

psikologi. Jakarta: Erlangga.

Andayani, B., & Koentjoro. (2004). Psikologi keluarga peran ayah

menuju coparenting. Semarang: Citramedia.

Arndt, W. Jr. (1974). Theories of personality. New York: MacMillan

Publishing Co., Inc.

Asrininghardiniah. (2002). Perbedaan kecemasan dalam menghadapi

menopause antara wanita bekerja dan wanita tidak bekerja

Ditinjau dari Tingkat Pendidikan. Skripsi yang tidak

dipublikasikan, Universitas Khatolik Soegijapranata,

Semarang.

Attwell, K.C. (2006). 100 Questions & answers about anxiety.

Massachusetts: Jones and Bartlett Publisher.

Baso, ZA., & Rahardjo, J. (1999). Kesehatan Reproduksi Panduan

Bagi Perempuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bergant A.M., Reinstadler, K., Moncayo, H.E., So’lder E., Heim, K.,

Ulmer, H., Hinterhuber, H., & Dapunt, O. (1997).

Spontaneous abortion and psychosomatics. A prospective

study on the impact of psychological factors as a cause of

recurrent spontaneous abortion. Human Reprodruction, 12,

1106–1110.

Page 31: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

���

Bergner, A., Beyer, R., Klapp, B.F., & Rauchfuss, M. (2008).

Pregnancy after pregnancy loss: A prospective study of

anxiety, depressive symptomatology and coping. Journal of

Psychosomatic Obstetric & Gynecology, 29, 105-113.

Bowen, A., Bowen, R., Maslany, G., & Muhajarine, N. (2008).

Anxiety in a socially high-risk sample of pregnant women in

canada. Journal of Psychiatry, 53, 435–440.

Boyles. S., Ness R., Grisso J., Markovic, N., Bromberger, J. &

CiFelli D., (TA). Live event stress and the association with

spontaneous abortion in gravid woman at an urban emergency

departmen. Journal of Health Psychology, 19, 6.

Bucklew, J. (1980). Paradigma for psychopatology a contribution to

case history analysis. New York: J.B. Lippenscott Company.

Campos, B.C., & Brown, J.C. (2004). Protect your pregnancy. USA:

McGraw-Hill Companies.

Cohen, L. S., & Nonacs, R. M. (2005). Mood and anxiety disorder

during pregnancy and postpartum. Washington, DC:

American Psychiatric Publishing, Inc.

Chye, T. T., Teng, T. K., Hao, T. H. & Seng, J. T. C. (2008) The new

art and science of pregnancy and childbirth what you want to

know from your obstetrician. Singapore: World Scientific Co.

Pte. Ltd.

Page 32: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

���

Dariyo, A. (1997). Hubungan antara percaya diri dengan kecemasan

menghadapi kelahiran bayi pada wanita hamil pertama.

Skripsi yang tidak dipublikasikan, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

Dawson, C. (2002). A practical guide to research method. United

Kingdom: How to content.

Dharma, S. (2008). Pengolahan dan analisis data penelitian. Dari

www.lpmpjogja.diknas.go.id/mat-Pembekalan Pengawas.pdf.

Diakses tanggal 3 Maret 2011 jam 10.18 WIB.

Fausiah, F. (2003). Psikologi abnormal (klinis dewasa). Jakarta:

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Ganley, J. (2004). Becoming a parent the emotional journey trough

pregnancy and childbirth. England: British Library.

Hall, C. S., & Lindzey, G. (1995). Teori-teori psikodinamik (klinis).

Yogyakarta: Kanisius.

Jersild, A. T. (1965). The psychology of adolesence. New York: The

MacMillan Company.

Kaplan, H. I., Sadock, B. J., & Grebb, J. A. (1997). Sinopsis psikiatri

(2�� ed.). Jakarta: Binarupa Aksara.

Kartikasari, B. D. (1995). Hubungan antara dukungan sosial dengan

kecemasan dalam komunikasi interpersonal. Skripsi yang

tidak dipublikasikan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Kartono, K. (1981). Gangguan-gangguan psikis. Bandung: Sinar

Baru.

Page 33: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

���

Kartono, K. (1997). Psikologi wanita wanita sebagai ibu dan nenek

(2�� ed.). Bandung: Alumni.

Kerlinger. F. N. (1986). Asas-asas penelitian behavioral (3�� ed.).

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Klock, S.C., Chang, G., Hiley, A., & Hill, J. (1997). Psychological

distress among women with recurrent spontaneous abortion.

Psychosomatics, 38, 503–507.

Kushartanti, W., Soekamti, E. R., & Sriwahyuniati, C. F. (2004).

Senam hamil: Menyamankan kehamilan, mempermudah

persalinan. Yogyakarta: Lintang Pustaka.

Maccoby, E. M., & Jacklin, C. N. (1974). The psychology of sex

differences. California: Standford University Press.

Magilvy, J.K., & Thomas, E. (2009). A first qualitative project:

Qualitative descriptive design for novice research. Journal for

Specialist in Pediatric Nursing, 14, 298-300.

Mann, D. (2010). Study: no need to delay pregnancy after

misscariage. Dari www.webmd.com/study-no-need-delay-

pregnancy-after-miscarriage�� Diakses tanggal 11 Agustus

2010 pukul 21.40 WIB.

Manuaba & Candranita, I. A. (2010). Ilmu kebidanan penyakit

kandungan dan KB. Jakarta: EGC.

Martaniah, S. M. (1999). Hand out psikologi abnormal. Yogyakarta:

Foto Copy Fakultas Psikologi.

Page 34: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

���

Milad M.P., Klock, S.C., Moses, S., & Chatterton, R. (1998). Stress

and anxiety do not result in pregnancy wastage. Human

Reprodruction, 13, 2296–2300.

Moeloek, A. F. (1984). Masalah-masalah yang mempengaruhi

kesehatan reproduksi. Jakarta: Consortium Medical Sciences,

DEPDIKBUD RI.

Moleong, L. J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Monk, F. J., Knoers, A. M. P & Haditono. (2002). Psikologi

perkembangan. Yogyakarta: UGM.

Muis, S. (2009). Kenali kepribadian anda dan permasalahannya dari

sudut pandang teori psikoanalisa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Murphy, S. (1993). Keguguran “apa yang perlu diketahui”. Jakarta:

Arcana.

Myers, E. G. (1983). Social psychology. Tokyo: McGraw Hill.

Nasution, S. (1996). Metode penelitian naturalistik kualitatif.

Bandung: Penerbit Tarsito.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2003). Psikologi abnormal.

Jakarta: Erlangga.

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human

Development (11�� ed.). New York: McGraw-Hill.

Pick, M. (2010). Anxiety in woman-causes, symptoms and natural

relief. Dari www.womentowomen.com/anxiety.aspx�� Diakes

tanggal 10 Maret 2011 jam 17.20 WIB.

Page 35: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

���

Phil, M., & Satria, Y. (2007). Kamus istilah program keluarga

berencana nasional. Jakarta: Direktorat Pelayanan Informasi

dan Dokumentasi.

Priantono, H. (2003). Lanny Kuswandi: Terapi hypnobirhing,

melahirkan tanpa sakit. Kompas. 23 Januari 2003.

Saifuddin, A. B. (2002). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan

maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Salim, A. (2006). Teori dan paradigma penelitian sosial.

Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sandelowski, M. (2000). Focus on research methods. Whatever

happened to qualitative description? Research in Nursing &

Health, 23, 334-340.

Santrock, J. W. (2002). Life-span development perkembangan masa

hidup. Jakarta: Erlangga.

Scher, J., & Dix, C. (2005). Preventing misscariage the good news.

USA: HarperPerennial Publisher.

Sloane, P. D., Benedict, S., & Mintzer, M. (1997). Petunjuk lengkap

kehamilan penuntun untuk calon ibu dan ayah. Jakarta: Mitra

Utama.

Soendari, T. (TA). Pengujian keabsahan data penelitian kualitatif.

Dari file.upi.edu/Direktori.pdf�� Diakses tanggal 12 Maret

2011 jam 10.05 WIB

Starcevic, V. (2005). Anxiety disorder in adults a clinical guide. New

York: Oxford University Press.

Page 36: PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya …PENDAHULUAN Kehamilan seorang istri selalu ditunggu-tunggu, baik oleh istri itu sendiri, maupun oleh keluarga besarnya (Andayani &

��

Stern, P. (1964). The abnormal person and his world. London: D van

Nostrand Co.

Sugiura-Ogasawara, M., Furukawa T.A., Nakano, Y., Hori, S., Aoki,

K., & Kitamura, T. (2002). Depression as a potential causal

factor in subsequent miscarriage in recurrent spontangeous

aborters. Human Reproduction, 17, 2580-2584.

Trad. (2006). Menghadapi kehamilan dan proses persalinan. Dari

niningdwi.wordpress.com/category/kehamilanpersalinan.

Diakses tanggal 14 Maret 2011 jam 16.30 WIB.

Utomo, B. (2010). Gugur kandungan. Dari id.wikipedia.org/wiki

/Gugur_kandungan#Klasifikasi_Abortus. Diakses tanggal 26

September 2010 jam 15.07 WIB

Wignyosoebroto, S. (1981). Gejala sosial masyarakat kini yang

tengah terus Berubah. Makalah. Surabaya: Simposium

Kecemasan.

Wilcox, A. J. (2010). Fertility and pregnancy an epidemiologyc

perspective. New York: Oxford University Press.

Zinbarg, R. E., Craske, M. G., & Barlow, D. H. (1993). Therapist’s

guide for the mastery of your anxiety and worry (MAW)

Program. United States of America: Graywind Publications

Incorporated.