PENDAHULUAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/11512/2/b0bdaecfd6f2ec45dbc33a03e5d10c85.pdf ·...
Transcript of PENDAHULUAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/11512/2/b0bdaecfd6f2ec45dbc33a03e5d10c85.pdf ·...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Untuk meraih tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945, yakni mewujudkan wawasan nusantara serta
memperkuat ketahanan nasional maka diperlukan sistem transportasi nasional yang
mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah, mempererat hubungan
antar bangsa, dan memperkukuh kedaulatan Negara. Indonesia merupakan negara
kepulauan yang sangat luas dengan letak geografis antar pulau satu dengan pulau yang
lainnya berjauhan, untuk menjalin hubungan antar pulau atau daerah yang luas tersebut
Indonesia membutuhkan jasa pengangkutan. Kondisi seperti itu menyebabkan jasa
pengangkutan mempunyai peran yang sangat penting.
Angkutan udara adalah orang atau badan hukum yang mengadakan perjanjian
pengangkutan udara untuk mengangkut penumpang dengan pesawat terbang dan
dengan menerima imbalan bayaran atau jasa lainnya. Menurut Abdulkadir Muhammad,
pengangkutan adalah proses kegiatan pemindahan penumpang atau barang dari suatu
tempat ke tempat lain dengan menggunakan berbagai jenis alat pengangkut mekanik
yang diakui dan diatur undang – undang sesuai dengan bidang angkutan dan kemajuan
teknologi, salah satunya adalah menggunakan angkutan udara. Menurut Undang –
Undang Nomor 1 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (13) tentang Penerbangan yang dimaksud
dengan angkutan udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara
untuk mengangkut penumpang, kargo, dan pos untuk satu kali perjalanan atau lebih
dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.
Transportasi udara mempermudah dalam melakukan pengangkutan antar daerah
maupun pulau dengan waktu yang lebih singkat dan ekonomis, karena biaya yang
dikeluarkan penumpang untuk membeli tiket pesawat udara masih dapat dijangkau.
Dengan perkembangan teknologi dan jaman, masyarakat juga lebih menyukai
menggunakan pesawat udara sebagai alat angkutannya untuk berpergian. Hal ini
disebabkan karena pesawat udara memiliki kecepatan yang melebihi alat transportasi
lainnya seperti transportasi melalui darat dan transportasi melalui laut. Berpergian ke
luar daerah atau pulau memiliki jarak tempuh yang sangat jauh namun apabila
menggunakan pesawat udara akan mempersingkat waktu. Sehingga masyarakat dapat
menghemat waktu dan tenaga.
Dengan jumlah konsumen yang begitu besar, suatu usaha transportasi atau bisnis
transportasi jasa pengangkutan merupakan salah satu usaha yang sangat menggiurkan
untuk di dirikan, karena sangat diperlukan oleh pengguna jasa untuk menghubungkan
antar pulau di Indonesia agar mempermudah dan mempercepat suatu perjalanan
dengan lebih efisien.
Pentingnya peran angkutan udara menuntut penyedia jasa untuk terus berkembang
dan meningkatkan kualitas pelayanan dan keamanan penerbangan. Angkutan udara
mempromosikan kualitasnya baik melalui media elektronik, media cetak, maupun
media online mengenai berbagai fasilitas – fasilitas dan tiket penerbangan dengan
harga yang bervariasi. Dengan banyaknya media serta cara penyampaiannya yang
kreatif dan mudah dipahami diharapkan dapat menarik perhatian pengguna jasa dalam
menggunakan angkutan udara untuk berpergian keluar daerah atau pulau.” Penumpang
dalam hal ini lebih mengutamakan ketepatan waktu dan pelayanan yang memuaskan
sehingga tidak jarang penumpang rela mengeluarkan banyak biaya untuk sampai di
tempat tujuan dengan tepat waktu. Maka dari itu angkutan udara sebagai penyedia jasa
harus memiliki standar kualitas pelayanan yang optimal dan propesional.
Berkembangnya industri di bidang angkutan udara tersebut diatas berdampak pada
semakin banyaknya maskapai penerbangan komersial di Indonesia. Banyaknya
maskapai penerbangan ini salah satunya menyebabkan semakin murahnya harga tiket
pesawat yang hampir sama dengan harga tiket angkutan darat seperti kereta api,
sehingga pengguna jasa angkutan udara dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan. Namun terdapat beberapa masalah yang sering ditemui dalam sistem
pengangkutan udara tersebut, kerugian yang di alami penumpang salah satunya adalah
tertundanya penerbangan atau yang sering disebut dengan delay. Hal ini sangat
merugikan penumpang, khususnya penumpang yang lebih mengutamakan waktu dari
pada biaya yang dikeluarkan untuk sampai di tempat tujuan secara tepat waktu.
Terjadinya penundaan dan pembatalan penerbangan dapat merugikan bagi pengguna
jasa penerbangan dari segi waktu ataupun biaya. Dimana dalam kenyataannya, akhir-
akhir ini banyak perusahaan angkutan udara yang selalu melakukan penundaan dan
pembatalan penerbangan padahal perusahaan tersebut dalam mempromosikan
kualitasnya selalu berbicara masalah ketepatan waktu atau on time performance dalam
penerbangan. Maka dari itu sangatlah dituntut kepropesionalan pihak maskapai
penerbangan menangani hal yang sangat penting ini, yang berdampak besar pada
mobilitas penumpang dalam menjalankan bisnis dan perkembangan transportasi udara
sebagai salah satu pendukung pertumbuhan ekonomi bangsa.
Banyaknya keluhan dan kritikan dari berbagai kalangan akibat kerugian yang
dirasakan para pengguna jasa angkutan udara akibat tertundanya penerbangan tersebut
di atas, yang merugikan banyak materiil dan kepercayaan, maka dikeluarkannya
Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan dan secara khusus
mengenai tanggung jawab pengangkut angkutan udara diatur dalam Peraturan Menteri
Perhubungan No 77 Tahun 2011. Dikeluarkannya Peraturan Menteri Perhubungan ini
merupakan amanat dari pasal 186 ayat (2) Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009
yang bebunyi “perlu menetapkan peraturan menteri perhubungan tentang tanggung
jawab pengangkut angkutan udara”. Peraturan Menteri Perhubungan ini merupakan
jawaban atas keluhan serta kritikan dari masyarakat yang beranggapan bahwa selama
ini penyelenggaraan jasa penerbangan dirasakan sangat merugikan pengguna jasa
angkutan udara. Dengan adanya Peraturan Menteri Nomor 77 Tahun 2011 ini, hak dan
kewajiban pengguna jasa, penyedia jasa angkutan udara maupun pihak ketiga menjadi
lebih jelas, sehingga apabila terjadi wanprestasi, akan dapat diselesaikan melalui
mekanisme penyelesaian sengketa sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah tanggung jawab maskapai penerbangan terhadap penumpang atas
tertundanya penerbangan (delay) berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor 77 tahun 2011 ?
2. Bagaimanakah cara penentuan besarnya ganti kerugian dalam hal terjadinya
penundaan penerbangan (delay) ?
1.3. Ruang Lingkup Masalah
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini dan agar lebih terarah dan berjalan
dengan baik, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang lingkup
permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, yaitu: hanya dibahas
mengenai tanggung jawab pengangkut angkutan udara serta hanya menggunakan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 sebagai penyelesaian masalah
mengenai tanggung jawab maskapai penerbangan atas keterlambatan penerbangan
danjuga besaran ganti kerugian yang diterima penumpang oleh pihak maskapai
penerbangan.
1.4. Orisinalitas Penelitian
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tulisan yang berjudul Tanggung Jawab
Maskapai Penerbangan Terhadap Penumpang Atas Tertundanya Penerbangan (Delay)
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011adalah sepenuhnya
hasil pemikiran dan tulisan oleh penulis sendiri dengan menggunakan 2 (dua) skripsi
sebagai referensi. Beberapa penelitian yang ditelusuri berkaitan dengan penelitian ini
dapat dikemukakan sebagai berikut:
NO Penulis Judul Skripsi Rumusan masalah
1 Ahmad Zazili Fakultas Hukum Universitas Udayana Diponogoro Tahun 2008
Perlindungan Hukum terhadap penumpang pada Transportasi Udara Niaga
1. Bagaimanakah peraturan mengenai perlindungan hukum terhadap penumpang pada transportasi udara niaga berjadwal nasional?
2. Upaya hukum apakah yang dapat ditempuh oleh penumpang yang mengalami kerugian dalam kegiatan transportasi udara niaga?
2. William Yudha Pratama Fakultas Hukum Universitas Jember Tahun 2013
Tanggung jawab Hukum Maskapai Penerbangan Terhadap Keterlambatan Penerbangan Pesawat
1. Upaya Hukum yang dapat dilakukan oleh penumpang apabila maskapai yang bersangkutan tidak memberi ganti kerugian?
2. bentuk ganti kerugian yang diberikan oleh maskapai penerbangan kepada penumpang saat penumpang mengalami kerugian?
Karya ilmiah :
Bobby ferdinal Purwanto Fakultas Hukum Universitas Udayana tahun 2015
Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Terhadap Penumpang Atas Tertundanya Penerbangan (delay) Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011
1. Bagaimanakah tanggung jawab maskapai penerbangan terhadap penumpang atas tertundanya penerbangan (delay) berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 tahun 2011 ?
2. Bagaimanakah cara penentuan besarnya ganti kerugian dalam hal terjadinya penundaan penerbangan (delay) ?
2.1. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai,
adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut.
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab maskapai penerbangan terhadap
penumpang atas tertundanya penerbangan (delay) berdasarkan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 77 tahun 2011.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar kesarjanaan
dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar.
2) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan Penulis di bidang hukum
khususnya mengenai tanggung jawab maskapai penerbangan terhadap
penumpang atas tertundanya penerbangan (delay) berdasarkan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 77 tahun 2011.
1.6. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
perkembangan ilmu khususnya mengenai tanggung jawab maskapai penerbangan
terhadap penumpang atas tertundanya penerbangan (delay) berdasarkan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor 77 tahun 2011.
b. Manfaat Praktis
Dari segi praktis , berguna sebagai upaya yang dapat diperoleh langsung
manfaatnya, seperti peningkatan keahlian dan keterampilan menulis, sumbangan
pemikiran dalam pemecahan suatu masalah hukum, acuan pengambilan keputusan
yuridis, dan bacaan baru bagi penelitian ilmu hukum.
1.7. Landasan Teoritis
Landasan teoritis adalah upaya untuk mengidentifikasi teori hukum umum dan
khusus, konsep-konsep hukum, asas-asas hukum, pendapat hukum dan lain-lain yang
akan dipakai landasan untuk membahas permasalahan penelitian , sebagai landasan
dimaksudkan untuk mewujudkan kebenaran ilmu hukum yang bersifat consensus yang
diperoleh dari rangkaian upaya penelusuran, maka harus dihindari teori-teori (ajaran
atau doktrin), konsep-konsep hukum, asas-asas hukum, dan pendapat hukum yang
bertentangan satu sama lain. Semakin banyak teori, konsep , asas, dan pendapat hukum
yang berhasil diidentifikasi semakin tinggi derajat kebenaran yang bias dicapai.
Untuk menjawab rumusan masalah yang diungkapkan maka penelitian ini
menggunakan 3 teori yaitu sebagai berikut.
a. Teori Kepentingan (utilitarianisme theory) dari Jeremy Bentham
Kebebasan berkontrak adalah refleksi dari perkembangan paham pasar bebas yang
dipelopori oleh adam smith. Adam smith dengan teori ekonomi klasiknya mendasari
pemikirannya pada ajaran hukum alam, hal yang sama menjadi dasar pemikiran Jeremy
Bentham yang dikenal dengan utilitarianisme. Utilitarianisme dan teori klasik ekonomi
laissez faire. Dianggap saling melengkapi dan sama-sama menghidupkan pemikiran
liberlis individualistis. Menurut teory utilitis tujuan hukum ialah menjamin adanya
kebahagiaan sebesar-besarnya pada orang sebanyak-banyaknya. Kepastian melalui
hukum bagi perseorangan merupakan tujuan utama dari pada hukum. Peraturan-
peraturan yang timbul dari norma hukum (kaedah hukum), dibuat oleh penguasa
Negara, isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan
segala paksaan alat-alat Negara. Keistimewaan dari norma hukum justru terletak dalam
sifatnya yang memaksa, dengan sanksinya berupa ancaman hukuman. Bahwa undang-
undang adalah keputusan kehendak dari satu pihak, perjanjian, keputusan kehendak
dari kedua pihak, dengan kata lain, bahwa orang terikat pada perjanjian berdasarkan
atas kehendaknya sendiri pada undang-undang terlepas dari kehendaknya.
b. Teori Mengenai Keputusan Penumpang dari Banfet
Teori ini memberikan pernyataan mengenai faktor yang mempengaruhi keputusan
penumpang, “A consumer’s purchase of an airline ticket can be either a routine buyer
response behavior or the result of extensive evaluation and weighing of various airline
offerings, one against the other. The consumer tends to be price sensitive, but also
influenced by loyalty, advertising and image.”
Teori tersebut di atas menjelaskan secara eksplisit bahwa kebanyakan penumpang
pesawat terbang mempertimbangkan harga ketika akan membeli tiket pesawat terbang.
Namun demikian, faktor lain yang mempengaruhi penumpang dalam mengambil
keputusan untuk memilih suatu maskapai dan membeli tiket pesawat juga disebabkan
oleh faktor loyalitas, promosi/iklan dan citra yang melekat pada maskapai
penerbangan.
Teori mengenai pengaruh pelayanan, keamanan, harga dan citra Industri jasa
(service) kepuasan pelanggan selalu dipengaruhi oleh kualitas interaksi antara
pelanggan dan karyawan yang melakukan kontak layanan. Ada dua hal pokok yang
berkaitan dengan layanan, yaitu harapan pelanggan terhadap kualitas layanan (expected
quality) dan persepsi pelanggan atas layanan pada saat menerima layanan (experienced
atau perceive quality)
Kualitas pelayanan yang baik timbul karena adanya strategi pelayanan yang
berkaitan dengan kebijakan-kebijakan perusahaan. Strategi pelayanan harus dapat terus
dikembangkan untuk dipelihara dan ditingkatkan terutama untuk menciptakan
kesetiaan pelanggan (customer loyalty). Strategi pelayanan harus dapat memberikan
nilai (perceive value) yang diterima oleh pelanggannya, seperti pelayanan yang harus
memenuhi harapan pelanggannya, maka hal ini akan memotivasi pelanggan untuk tetap
setia pada perusahaan tersebut daripada harus pindah ke perusahaan pesaing. Kepuasan
adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang
dirasakannya dengan harapannya. Jadi, tingkat kepuasan merupakan fungsi dari
perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan.
c. Teori Terjadinya Keterlambatan Penerbangan Menurut “Soherman
Abdul” :
1. Ramp Handling
Yaitu keterlambatann dalam melakukan pengemasan muatann kargo dann pos,
serta ketidak tepatan waktu dalam penanganan kebersihan pesawat.
2. Terminal Handling
Yaitu keterlambatan dalam proses check-in, penanganan dalam pengelompokan
penumpang, dan penanganan bagasi.
3. Operational Problem
Yaitu terjadinya keterlambatan masalah dokumen penerbangan.
4. Technical Problem
Yaitu terjadinya kerusakan pada pesawat atau penggantian pesawat karena alasan
teknis.
5. Ekstern
Yaitu masalah cuaca atau masalah pada imigrasi dan pabean.
1.8 Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada penulisan ini adalah penelitian hukum empiris, penelitian ini
pada dasarnya menyangkut data lapangan yang diperoleh langsung dari masyarakat
sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan. Penelitian hukum empiris
adanya kesenjangan antara teori dan realita , kesenjangan antara keadaan teoritis
dengan fakta hukum dan atau adanya situasi ketidaktauan yang dikaji untuk
pemenuhan sistem akademik. Penelitian hukum empiris atau sosiologis lebih
menitikberatkan pada penelitian data primer yaitu wawancara
b. Sifat Penelitian
Pada penulisan ini menggunakan penelitian yang bersifat deskriptif.penelitian
yang bersifat deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian
(seseorang,lembaga,masyarakat,dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-
fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian deskriptif dapat dikatakan
sebagai langkah-langkah melakukan representative objektif tentang gejala-gejala yang
terdapat di dalam masalah yang diselidiki. Dengan penelitian deskriptif maka dapat
menggambarkan secara tepat situasi atau kejadian dan menerangkan hubungan antara
kejadian tersebut dengan masalah yang akan diteliti , karena dari hasil ini dapat
memberikan gambaran mengenai tanggung jawab maskapai penerbangan terhadap
penumpang sehingga gambaran tersebut dapat dianalisa tanpa memberikan
kesimpulan-kesimpulan yang bersifat hukum.
c. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber data yaitu
sebagai berikut.
1. Data primer (data lapangan), yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber
pertama dan belum diolah dan diuraikan oleh orang lain. Data yang diperoleh
didapatkan secara langsung melalui teknik wawancara dengan informan.
2. Data sekunder, antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku,
hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, dan sebagainya.
Adapun bahan hukum yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sumber-
sumber data sekunder yaitu sebagai berikut.
1) Bahan hukum primer , yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Bahan
hukum ini berupa peraturan perundangan-undangan yang dapat membantu
dalam menganalisa dan memahami permasalahan dalam penulisan ini.
Dalam penulisan skripsi ini bersumber pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku yaitu sebagai berikut.
a) Undang – undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.
b) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2008 Mengenai
Penyelenggaraan Angkutan Udara.
c) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Mengenai Tanggung
Jawab Pengangkut Angkutan Udara
d) KUHPerdata
2) Bahan hukum sekunder, bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer , berupa literatur-literatur hukum , majalah ,
Koran dan karya tulis yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam
penulisan ini.
d. Teknik Pengumpulan Data
Menurut soerjono soekanto dalam penelitian lazimnya dikenal 3 (tiga) jenis alat
pengumpul data yaitu bahan pustaka , pengamatan atau observasi dan wawancara atau
interview. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini maka teknik yang digunakan
sebagai berikut.
- Data studi dokumen atau bahan kepustakaan yang juga disebut sebagai data
sekunder terutama dapat diperoleh dari perpustakaan. Maksudnya bahwa dalam
penelitian ini akan dikumpulkan data-data kepustakaan yang dikumpulkan dengan
cara membaca dan memahami , selanjutnya dilakukan teknik pencatatan dengan
mengutip teori dan penjelasan yang penting dari bahan-bahan yang relavan
dengan pokok permasalahan kutipan tidak langsung.
- Teknik wawancara (interview), yaitu suatu cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data guna mencari informasi dengan cara mengadakan Tanya
jawab secara lisan dan tulisan yang diarahkan pada masalah tertentu dengan
informan yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
e. Teknik Penentuan Sampel Penelitian
Penentuan populasi dan sampel tepat sangat penting artinya dalam suatu
penelitian , populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri yang sama.
Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti yang dianggap
mewakili populasinya. Maka populasi dalam penelitian ini adalah pihak Maskapai
penerbangan Denpasar.
Berdasarkan hal tersebut , pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Non
Probability Sampling ,maka sampel dalam penelitian adalah Petugas yang berkaitan
dengan Maskapai Penerbangan , karena sampel-sampel tersebut memenuhi kriteria dan
sifat-sifat yang peneliti tentukan.
f. Teknik Pengolahan dan analisis data
Untuk yang berpedoman hasil atau jawaban atas permasalahan yang diteliti , maka
keseluruhan data yang terkumpul baik itu berupa data kepustakaan maupun data
lapangan, selanjutnya diolah dan analisa secara kualitatif dalam arti keseluruhan data
yang terkumpul diklasifikasikan sedemikian rupa kemudian diambil yang ada
hubungan dengan permasalahan yang dibahas. Akhirnya diperoleh data yang berupa
menjawab atas rumusan masalah dalam skripsi ini yang selanjutnya disajikan secara
deskriptif analistis yaitu berusaha menganalisa data dengan menguraikan dan
memapaparkan secara jelas dan apa adanya mengenai objek yang diteliti.Data
informasi yang diperoleh dari objek penelitian dikaji dan dianalisa dikaitkan dengan
teori dan peraturan yang berlaku yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan
yang diangkat dengan menggunakan pedoman wawancara dan observasi.