Pendahuluan Borat

3
Komponen dalam larutan terdiri dari solute (zat yang larut) dan solvent (zat yang melarutkan). Misalnya larutan asam oksalat. Asam oksalat sebagai zat terlarut, sedangkan air sebagai zat pelarut atau solvent. Dari berbagai macam tipe larutan yang umumnya dikenal adalah padatan dalam cairan, cairan dalam cairan, gas dalam cairan, dan gas dalam gas (Yazid. Estien, 2005). Larutan adalah campuran dua atau lebih zat yang tidak dapat dibedakan partikelnya. Larutan memiliki sifat homogen, akan tetapi suatu larutan masing-masing substansinya masih memepertahankan sifat aslinya (chang, 2003). Jika kelarutan suhu suatu system kimia dalam keseimbangan dengan padatan, cairan atau gas yang lain pada suhu tertentu maka larutan disebut jenuh. Larutan jenuh adalah larutan yang kandungan solutenya sudah mencapai maksimal sehingga penambahan solute lebih lanjut tidak dapat larut. Konsentrasi solute dalam larutan jenuh disebut kelarutan. Untuk solute padat maka larutan jenuhnya terjadi keseimbangan dimana molekul fase padat meninggalkan fasenya dan masuk ke fase cairan dengan kecepatan sama dengan molekul-molekul ion dari fase cair yang mengkristal menjadi fase padat. Dalam larutan jenuh terjadi keseimbangan antara molekul zat yang larut dan yang tidak larut.keseimbangan itu dapat dituliskan sebagai berikut : A(p) A(l) Dimana : A (l) : molekul zat terlarut A (p) : molekul zat yang tidak larut Tetapan kesimbangan proses pelarutan tersebut : K = Dimana : az : keaktifan zat yang larut az : keaktifan zat yang tidak larut, yang mengambil harga satu untuk zat padat dalam keadaan standar

description

kimia fisik

Transcript of Pendahuluan Borat

Komponen dalam larutan terdiri dari solute (zat yang larut) dan solvent (zat yang melarutkan). Misalnya larutan asam oksalat. Asam oksalat sebagai zat terlarut, sedangkan air sebagai zat pelarut atau solvent. Dari berbagai macam tipe larutan yang umumnya dikenal adalah padatan dalam cairan, cairan dalam cairan, gas dalam cairan, dan gas dalam gas (Yazid. Estien, 2005). Larutan adalah campuran dua atau lebih zat yang tidak dapat dibedakan partikelnya. Larutan memiliki sifat homogen, akan tetapi suatu larutan masing-masing substansinya masih memepertahankan sifat aslinya (chang, 2003).Jika kelarutan suhu suatu system kimia dalam keseimbangan dengan padatan, cairan atau gas yang lain pada suhu tertentu maka larutan disebut jenuh. Larutan jenuh adalah larutan yang kandungan solutenya sudah mencapai maksimal sehingga penambahan solute lebih lanjut tidak dapat larut. Konsentrasi solute dalam larutan jenuh disebut kelarutan. Untuk solute padat maka larutan jenuhnya terjadi keseimbangan dimana molekul fase padat meninggalkan fasenya dan masuk ke fase cairan dengan kecepatan sama dengan molekul-molekul ion dari fase cair yang mengkristal menjadi fase padat.Dalam larutan jenuh terjadi keseimbangan antara molekul zat yang larut dan yang tidak larut.keseimbangan itu dapat dituliskan sebagai berikut :A(p) A(l)Dimana :A (l) : molekul zat terlarutA (p) : molekul zat yang tidak larutTetapan kesimbangan proses pelarutan tersebut :K =Dimana :az : keaktifan zat yang larutaz : keaktifan zat yang tidak larut, yang mengambil harga satu untuk zat padat dalam keadaan standaryz : koefisien keaktifan zat yang larutmz : kemolalan zat yang larut yang karena larutan jenuh disebut kelarutan(Tim Kimia Fisika, 2011)

Proses apa saja yang bersifat endotermis dalam satu arah adalah eksoterm dalam arah yang lain. Karena proses pembentukan larutan dalam proses pengkristalan berlangsung dengan laju dalam proses pengkristalan berlangsung dengan laju yang sama dengan kesetimbangan maka perubahan energy netto adalah nol. Tetapi jika suhu dinaikkan maka proses akan menyerap kalor. Dalam hal ini pembentukan larutan lebih disukai. Segera setelah sushu dinaikkan tidak berada pada kesetimbangan karena ada lagi zat yang melarut. Suatu zat yang menyerap kalor ketika melarut cenderung lebih mudah larut pada suhu tinggi. (Kleinfelter, 1996)Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh. Adapun cara menentukan kelarutan suatu zat ialah dengan mengambil sejumlah tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter. Kemudian memperkirakan jumlah zat yang dapat membentuk larutan lewat jenuh, yang ditandai dengan masih terdapatnya zat padat yang tidak larut. Setelah dikocok ataupun diaduk akan terjadi kesetimbangan antara zat yang larut dengan zat yang tidak larut (Atkins, 1994). Istilah kelarutan digunakan untuk mengacu pada konsentrasi sebuah larutan jenuh dari sebuah larutan (di sini kristalin padat) dalam sebuah pelarut dalam sebuah temperature tertentu. Factor-faktor penting yang mempengaruhi kelarutan zat adalah temperature, sifat dari pelarut, dan juga kehadiran ion-ion lainnya dalam larutan tersebut (Day, 1998). Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dengan jumlah maksimum. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara partikel yang melarut dan partikel yang tidak melarut. Larutan yang mengandung zat terlarut dengan jumlah lebih sedikit dibandingkan dengan kemampuan pelarutnya disebut larutan tidak jenuh, sedangkan larutan yang mengandung zat terlarut dengan jumlah lebih banyak dari kemampuan pelarutnya disebut larutan lewat jenuh (Sumardjo, 2009). Kelarutan suatu zat akan bertambah seiring dengan meningkatnya temperatur. Pada umumnya suatu zat mempunyai kelarutan pada pelarut tertentu dan temperatur tertentu pula. Temperatur kelarutan dari pelarut akan mempengaruhi kelarutan zat yang dilarutkan. Untuk kebanyakan padatan yang bisa larut dalam liuid, maka kenaikan temperatur akan sangat berdampak pada kenaikan kelarutan (Sukardjo, 1997). Pengaruh temperatur dalam kesetimbangan kimia ditentukan dengan dengan persamaan :p =yang disebut persamaan vant hoff. Pada reaksi endoterm konstanta kesetimbangan akan naik seiring dengan naiknya termperatur. Pada reaksi eksoterm konstanta kesetimbangan akan turun dengan naiknya temperature (Alberty, 1996). Panas pelarutan suatu zat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Vant hoff. Pada umumnya proses pelarutan bernilai positif. Hal itu sesuai dengan persamaan Vant Hoff yang menyatakan semakin tinggi temperatur maka semakin tinggi pula zat yang larut. Sedangkan pada zat yang memiliki panas pelarut yang negatif atau bersifat eksoterm maka semakin tinggi temperatur dalam suatu reaksi menyebabkan semakin berkurangnya zat yang dapat larut (Silbey, 1996). Berdasarkan persamaan vant Hoff, penggambaran kurva antara log solubility (log S) vs 1/T dalam K akan membentuk garis lurus. Pada kurva akan membentuk persamaan ln S =-C. Sisi slope ditunjukkan oleh-, sedangkan intersepnya C. Sehingga, dapat diperoleh nilai panas pelarutannya () (Ahuja, 2001).Kelaruta(s) suatu endapan menurut defenisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya (Vogel , 1990).Masalah dan tujuan yang harus diselesaikan dalam percobaan ini adalah bagaimana menentukan kurva kelarutan asam borat dalam air, bagaimana cara menentukan kelarutan asam oksalat dalam air pada suhu 27C dan 37C, dan menentukan panas pelarutan asam borat dan asam oksalat. Dari beberapa uraian masalah tersebut dalam percobaan, maka percobaan ini mempunyai tujuan yaitu dapat menentukan kelarutan asam borat dalam air yang tunjukkan dalam bentuk kurva, kemudian menentukan panas pelarutannya dengan kurva tersebut. Tujuan selanjutnya adalah dapat menentukan kelarutan asam oksalat pada suhu 27C dan 37C, maka dapat ditentukan panas pelarutannya dengan menggunakan perhitungan rumus Vant Hoff.