PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/7838/2/d_adpen_0706592_chapter1.pdfKemudian...
Transcript of PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/7838/2/d_adpen_0706592_chapter1.pdfKemudian...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembukaan Undang - Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa salah satu
tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa, maka untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh
pendidikan yang bermutu. Pendidikaan yang bermutu akan menghasilkan sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu mengaktualisasikan potensi
kemanusiaannya secara optimal. Secara mendasar, dimensi kemanusiaan tersebut
dijabarkan dalam fungsi pendidikan nasional, yaitu mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional diarahkan pada peningkatan
martabat manusia secara holistik, yang memungkinkan ketiga dimensi
kemanusiaan paling elementer di atas dapat berkembang secara optimal. Oleh
karena itu, lembaga pendidikan menjadi wahana strategis bagi upaya
pengembangan segenap potensi individu, termasuk membangun karakter dan
2
wawasan kebangsaan bagi peserta didik, yang menjadi landasan penting bagi
upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sehingga cita - cita membangun manusia
Indonesia seutuhnya dapat tercapai.
Sementara itu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah
dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional misalnya
pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru
melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan
sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan sekolah.
Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan
peningkatan yang berarti. Hal ini karena adanya permasalahan pendidikan di
Indonesia yakni kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional yang
menggunakan analisis input dan output tidak dilaksanakan secara konsekuen.
Penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan secara birokratik sentralistik,
menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada
keputusan birokrasi, selain itu peran serta warga sekolah dalam penyelenggaraan
pendidikan sangat minim.
Berdasarkan kenyataan - kenyataan di atas, tentu saja perlu dilakukan upaya
- upaya perbaikan, salah satunya melalui peningkatan kualitas pengelolaan satuan
pendidikan atau managemen mutu sekolah. Sekolah yang melaksanakan
3
pengelolaan lembaga pendidikan secara optimal diharapkan menjadi sekolah
yang memiliki keunggulan / mutu.
Dari kenyataan di atas muncul gagasan pemerintah untuk menyelenggarakan
pendidikan yang berwawasan keunggulan yang diharapkan output / kelulusan
memiliki daya saing di tingkat nasional maupun Internasional. Gagasan
pemerintah tersebut dituangkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 50 ayat (3) yang berbunyi :
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. Kemudian dikuatkan dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam Pasal 61 Ayat (1)
menyatakan bahwa :
Pemerintah bersama - sama pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang- kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan untuk menjadi sekolah bertaraf Internasional.
Selanjutnya kebijakan tersebut diatas, dijadikan landasan Rancangan Strategi
Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005 – 2009 yang menyatakan bahwa :
Untuk meningkatkan daya saing bangsa, perlu dikembangkan sekolah bertaraf internasional pada tingkat kabupaten/kota melalui kerjasama yang konsisten antara pemerintah dengan pemerintah kabupaten /kota yang bersangkutan, untuk mengembangkan SD, SMP, SMA dan SMK yang bertaraf Internasional sebanyak 112 unit di seluruh Indonesia.
Dengan demikian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional memiliki
tanggung jawab untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki
4
kompetensi global, sehingga mampu bersaing dengan bangsa lain yang telah
lebih maju dari negara kita khususnya yang tergabung dalam organisasi Negara -
negara OECD.
Oleh karena itu, menurut penulis Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional,
dalam penyelenggaraannya dituntut untuk konsisten memperlihatkan kenyataan
bahwa sekolah merupakan suatu sistem dalam pengelolaannya, yang terdiri dari
: input – proses – ouput dan outcome. Hal ini disebabkan SMPN RSBI dipandang
mampu menghasilkan output yang berkualitas dan untuk mencapai output yang
berkualitas diperlukan proses yang berkualitas karena output merupakan hasil
dari sebuah proses dan proses yang berkualitas akan ditentukan pula oleh input
yang dimiliki oleh sekolah. Sebagai Sekolah bermutu Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional hendaknya mampu menunjukkan implementasi karakteristik
sekolah bermutu, seperti yang dikemukakan oleh Peter Mortimore (1991), bahwa
sekolah bermutu adalah sekolah yang memiliki ciri - ciri sebagai berikut :
1. Sekolah memiliki visi dan misi yang jelas dan dijalankan dengan konsisten
2. Lingkungan sekolah yang baik dan adanya disiplin serta keteraturan di kalangan pelajar dan staf
3. Kepemimpinan Kepala sekolah yang kuat 4. Penghargaan bagi guru dan staf serta siswa yang berprestasi 5. Pendelegasian wewenang yang jelas 6. Dukungan masyarakat sekitar 7. Sekolah mempunyai rancangan program yang jelas 8. Sekolah mempunyai fokus sistemnya tersendiri 9. Pelajar diberi tanggung jawab
10. Guru menerapkan strategi - strategi pembelajaran inovatif 11. Evaluasi yang berkelanjutan 12. Kurikulum sekolah yang terancang dan terintegrasi satu sama lain
5
13. Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam membantu pendidikan anak - anaknya.
Sedangkan Shannon dan Bylsma (2005) mengidentifikasi karakteristik
sekolah - sekolah berpenampilan unggul (high performing schools) sebagai
berikut :
1. Fokus bersama dan jelas. 2. Standar dan harapan yang tinggi bagi semua siswa. 3. Kepemimpinan sekolah yang efektif. 4. Tingkat kerja sama dan komunikasi inovatif. 5. Kurikulum, pembelajaran dan evaluasi yang melampaui standar. 6. Frekuensi pemantauan terhadap belajar dan mengajar tinggi. 7. Pengembangan staf pendidik dan tenaga kependidikan yang terfokus. 8. Lingkungan yang mendukung belajar.
Sedangkan Smith and Purkey serta Scheerens dan Bosker menyampaikan
pendapatnya yang lebih dikenal dengan nama : ”Two Set of Factors in the
Effective – School Formula”.
Menurut Smith dan Perkey (Wayne K Hoy, Cecil G Miskel, 2008:303)
Formula Sekolah Efektif terdiri atas :
1. Instructional leadership 2. Planned and purposeful curriculum 3. Clear goals and high expectations 4. Time on task 5. Recognition of academic success 6. Orderly climate 7. Sense of community 8. Parental support and involvement 9. School site management 10. Staff development 11. Staff stability 12. Collegial and collaborative planning 13. Direct support
6
Pendapat Smith dan Purkey tersebut di atas menjelaskan bahwa sekolah
efektif adalah sekolah yang memiliki beberapa karakteristik dan karakteritik
tersebut terdiri atas : kepemimpinan instruksional, kurikulum yang dirancang dan
penuh arti, tujuan yang jelas dan ekspektasi tinggi,
efektivitas waktu dalam melaksanakan tugas, penyampaian kesuksesan dari
akademis, iklim sekolah yang baik, perasaan dari komunitas, dukungan dan
keterlibatan berkenaan dengan orang tua siswa, manajemen sekolah,
pengembangan staff, stabilitas staf, perancangan secara kolektif dan kolaboratif
serta adanya dukungan langsung.
Sedangkan formula sekolah efektif menurut Scheerens and Bosker (Wayne
K Hoy, Cecil G Miskel, 2008:303) adalah :
1. Educational leadership 2. Curriculum quality / opportunity to learn 3. Achievement orientation 4. Effective learning time 5. Feedback and reinforcement 6. Classroom climate 7. School climate 8. Parental involvement 9. Independent learning
10. Evaluative potential 11. Consensus and cohesion 12. Structured instruction 13. Adaptive instruction
Formula sekolah efektif yang disampaikan oleh Scheerens dan Bosker
tersebut menjelaskan bahwa sekolah efektif memiliki beberapa karateristik, yakni
sekolah yang memiliki pemimpin yang memahami kepemimpinan dalam bidang
pendidikan, memiliki kualitas kurikulum / kesempatan untuk belajar, memiliki
7
orientasi kepada prestasi, memperlihatkan waktu belajar yang efektif, adanya
umpan balik dan penguatan, suasana ruang belajar yang baik, iklim sekolah
yang baik, adanya keterlibatan yang berkenaan dengan orang tua, memiliki
independen belajar (kemandirian), melaksanakan evaluasi terhadap potensi
sekolah, konsensus dan kohesi, memiliki Instruksi yang tersusun (kebijakan
sekolah yang jelas), kebijakan yang diadaptasikan dengan situasi dan kondisi.
Dari beberapa pendapat / teori dari para ahli tentang sekolah efektif dan
sekolah unggul, penulis berpendapat bahwa sekolah efektif dan sekolah unggul
mengandung makna yang sama yakni sebagai sekolah yang berorientasi kepada
peningkatan mutu atau sekolah bermutu. Sebuah sekolah dikategorikan bermutu,
maka sekolah tersebut harus nampak menjalankan fungsinya yang bermutu bagi
siswa dan hasil belajar yang memuaskan bagi semua pihak dengan
komprehensifnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Dengan demikian, sekolah
efektif adalah sekolah yang dapat menunjukkan adanya kesesuaian hasil yang
diperoleh dengan tujuan yang telah ditetapkan
Dari hal – hal tersebut di atas penulis berpendapat bahwa sekolah negeri
khususnya Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dirintis menjadi Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasinal dalam penyelenggaraannya dituntut untuk bekerja
keras karena sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dalam mengelola :
Input - proses - outputnya, dapat menjadi teladan bagi sekolah lainnya. Hal ini
disebabkan karena sekolah yang dirintis menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf
8
Internasional, meskipun dalam penentuannya melalui seleksi yang dilakukan oleh
Depdiknas, tapi bila ditinjau dari komponen – komponen sekolah sebagai sekolah
efektif (bermutu) dan segi kesiapan SDM-nya (Man) dalam hal ini pendidik dan
tenaga kependidikannya yang harus memiliki kompetensi global nampak masih
perlu ditingkatkan kapasitas kompetensinya, karena guru dan tenaga lainnya
dituntut untuk berubah dalam sikap dan perilakunya dalam waktu yang singkat
sebagai pendidik dan tenaga kependidikan pada Sekolah Bertaraf Internasional
terutama guru Matematika dan IPA yang harus melaksanakan kegiatan belajar
mengajarnya dengan menggunakan komunikasi billingual dan mahir dalam ICT.
Begitu pula dengan peserta didik sebagai inputnya masih jauh dari harapan
sebagai siswa Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Hal ini disebabkan karena
pada umumnya para orang tua siswa belum mengetahui tentang keberadaan
SMPN RSBI. Indikasi ini nampak ketika pelaksanaan penerimaan calon siswa
baru yang harus diseleksi dengan ketentuan khusus para orang tua siswa
meragukan kemampuan anak - anaknya untuk dapat mengikuti kegiatan belajar
yang harus menggunakan komunikasi billingual. Selain itu, unsur birokrat di
pemerintahan daerah ada kecenderungan memandang sebelah mata meskipun
sudah jelas tugas dan fungsinya terhadap keberadaan SMPN RSBI yang ada di
daerahnya. Pihak masyarakat lainnya selaku stakeholders nampaknya juga belum
memahami keberadaan SMPN RSBI sebagai sekolah unggulan. Dilihat dari segi
sarana prasarana pun (Material) diantaranya lahan, penunjang lainnya dan
kelengkapan ICT (Machine) sekolah, juga masih memerlukan pengembangan.
9
Demikian halnya dengan pembiayaan (Money) diperlukan biaya pendidikan
(Cost) yang jumlahnya cukup besar karena untuk menghasilan output yang
memiliki outcome yang berkualitas tidak akan terlepas dari biaya yang tidak
sedikit. Sementara itu perhatian dari pemerintah masih belum maksimal bahkan
nampak kadarnya disamaratakan dengan sekolah biasa. Hal lainnya adalah masih
rendahnya partisipasi masyarakat, nampak pada penyelenggaraan sekolah RSBI
mengalami kendala sehubungan adanya Peraturan Pemerintah (PP) nomor 48
tahun 2008 tentang pembiayaan pendidikan yang menimbulkan image
(anggapan) bahwa pendidikan gratis, meskipun sebenarnya untuk sekolah RSBI
masih diperbolehkan untuk menggalang dana dari partisipasi orangtua siswa.
Persoalan - persoalan di atas melatarbelakangi keinginan penulis untuk
mencermati dan menganalisis secara lebih mendalam apakah pengelolaan
(manajemen) karakteristik sekolah efektif (bermutu) yang terdiri dari visi misi
sekolah, kepemimpinan Kepala sekolah yang kuat, lingkungan sekolah,
dukungan masyarakat, rancangan dan program sekolah, peserta didik, guru dan
proses belajar mengajar serta kurikulum pada penyelenggaraan SMPN Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional di Jawa Barat sudah maksimal atau masih perlu
ditingkatkan.
Oleh karena itu, untuk memperjelas arah dari penelitian ini maka penulis
mengambil judul : ”EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MANAJEMEN
SEKOLAH BERMUTU” dengan sub judul “Studi Analisis Tentang
10
Hubungan Antar Komponen Sekolah Bermutu Dengan Mutu Kinerja
SMPN RSBI di Wilayah Jawa Barat”.
Penelitian tentang sekolah bermutu (efektif) telah banyak dilakukan di
negara maju misalnya saja di Amerika Serikat yang dilakukan oleh Glendale
Union High School (GUHS), dimana Taylor (Aan Komariah; 2006:37) telah
memposisikan komponen – komponen lain sebagai komponen yang
kepentingannya sejajar dengan kepentingan kelulusan. Hal demikian terjadi
karena sekolah efektif adalah sekolah yang seluruh komponennya mencapai
tujuan secara optimal, bukan hanya pada prestasi siswa tetapi pada prestasi
sekolah. Di Skotlandia, penelitian tentang sekolah efektif dilakukan oleh suatu
badan penelitian yang dibiayai oleh pemerintah dengan nama Improving School
Efectiv Project (ISEP), di Indonesia sendiri penulis berkeyakinan telah banyak
peneliti yang melakukan penelitian tentang sekolah bermutu, namun demikian
penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang sekolah efektif ini dan
penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian pada SMP Negeri di
Jawa Barat yang tetapkan menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.
Penulis memandang bahwa RSBI merupakan sekolah bermutu dan berkeyakinan
belum ada penelitian yang sama persis dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis, khususnya mengenai efektivitas implementasi manajemen sekolah
bermutu pada SMPN RSBI di Jawa Barat yang lebih terfokus kepada analisis
komponen - komponen sekolah bermutu terhadap mutu kinerja sekolah SMPN
RSBI.
11
B. Perumusan dan Pertanyaan Penelitian
1. Rumusan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui atau mengukur bagaimana
implementasi manajemen sekolah bermutu pada Sekolah Rintisan Bertaraf
Internasional yang ada di Jawa Barat dengan cara menganalisis hubungan dari
komponen sekolah bermutu terhadap mutu kinerja sekolah yang dirintis menjadi
Sekolah Bertaraf Internasional. Namun karena adanya keterbatasan waktu dan
biaya, maka penulis membatasi masalah yang akan dikaji dan dirumuskan
sebagai berikut yakni :
”Bagaimanakah hubungan antara komponen - komponen determinan
sekolah bermutu dengan mutu kinerja SMPN RSBI di Wilayah Jawa
Barat ?”
2. Pertanyaan Penelitian
Dari perumusan masalah penelitian tersebut penulis tidak akan menganalisis
secara menyeluruh dari karakteristik sekolah efektif yang disampaikan oleh Peter
Mortimore, hal ini dimaksudkan agar penelitian yang dilakukan agar lebih
terfokus dan memberi peluang kepada para peneliti lainnya di masa yang akan
datang untuk menyempurnakan penelitian yang telah penulis lakukan. Adapun
permasalahan yang diteliti sehubungan dengan penelitian ini, penulis membatasi
permasalahan yang akan dikaji yakni tentang : sekolah memiliki visi dan misi
yang jelas dan dijalankan dengan konsisten, lingkungan sekolah yang baik dan
12
adanya disiplin serta keteraturan di kalangan pelajar dan staf, kepemimpinan
kepala sekolah yang kuat, dukungan masyarakat sekitar, sekolah mempunyai
rancangan program yang jelas, siswa / peserta didik diberi tanggung jawab, guru
menerapkan strategi - strategi pembelajaran inovatif dan kurikulum sekolah
menjadi beberapa pertanyaan penelitian yang dinyatakan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah hubungan antara visi dan misi sekolah dengan peningkatan
mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?
2. Bagaimanakah hubungan antara lingkungan sekolah dengan peningkatan
mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?
3. Bagaimanakah hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat?
4. Bagimanakah hubungan antara dukungan masyarakat dengan peningkatan
mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?
5. Bagaimanakah hubungan antara rancangan dan program sekolah dengan
peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?
6. Bagaimanakah hubungan antara siswa dengan peningkatan mutu kinerja
penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?
7. Bagaimanakah hubungan antara guru dan proses belajar mengajar dengan
peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?
8. Bagaimanakah hubungan antara kurikulum sekolah dengan peningkatan
mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?
13
9. Bagaimanakah hubungan antara seluruh komponen sekolah secara bersama –
sama dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di
Jawa Barat ?
10. Bagaimanakah gambaran empiris komponen sekolah bermutu di SMPN
RSBI di Jawa Barat, yang terdiri dari :
a. Visi dan misi sekolah
b. Lingkungan sekolah
c. Kepemimpinan Kepala sekolah
d. Dukungan masyarakat
e. Rancangan dan program sekolah
f. Siswa / Peserta didik
g. Guru dan proses belajar mengajar
h. Kurikulum sekolah
C. Definisi Operasional dan Indikator variabel
Agar penelitian yang dilakukan penulis memiliki makna dan tidak terjadi
kesalahan persepsi terhadap aspek - aspek yang dianalisis, maka penulis
sampaikan definisi operasional komponen determinan dari sekolah bermutu.
1. Visi dan misi sekolah
1.1. Visi adalah idealisasi pemikiran tentang masa depan mengenai
organisasi yang merupakan kekuatan kunci bagi perubahan
organisasi / sekolah.
14
1.2. Misi
Misi adalah rumusan langkah - langkah yang merupakan kunci untuk
berinisiatif, mengevaluasi dan mempertajam bentuk - bentuk kegiatan.
Visi dan misi sekolah yang jelas pada sekolah bermutu memiliki
indikator sebagai berikut :
1. Mengadakan aturan kerja bagi perbaikan sekolah.
2. Dipahami oleh seluruh komponen sekolah (guru, staf dan siswa).
3. Merupakan suatu pernyataan yang bersifat umum tentang niat organisasi
yang berlaku untuk kurun waktu yang panjang.
4. Mencakup filsafat yang dianut dan digunakan oleh sekolah.
5. Menciptakan sekolah yang efektif, sehingga guru – guru mampu
menghadapi tantangani.
6. Mampu melayani dan memfasilitasi kebutuhan setiap ndividu dengan
kebutuhan yang berbeda dari segi latar belakang dan cita - cita.
7. Mampu merangkul keanekaragaman siswa dengan latar belakang yang
berbeda.
8. Membuat kebijakan yang sesuai dengan perkembangan sesuai zaman.
9. Digunakan oleh warga sebagai acuan untuk mengambil keputusan.
10. Mampu mengarahkan, mendorong dan memotivasi kepada warga sekolah
untuk mencapai tujuan.
11. Dinyatakan secara jelas dan mudah diingat.
15
12. Mampu mengarahkan serta mengembangkan potensial, emosional, sosial
dan fisik dari setiap individu.
13. Merupakan suatu pernyataan yang bersifat umum tentang niat organisasi
yang berlaku untuk kurun waktu yang panjang.
14. Menghasilkan output (lulusan) secara kualitas maupun kuantitas.
15. Mampu mengubah sumber belajar (input) menjadi lulusan yang
berpendidikan melalui fungsi PBM.
16. Menghubungkan input dan proses transformasi internal terhadap variasi
output termasuk pencapaian test standar siswa.
17. Mendorong siswa untuk mengaktualisasikan kemampuan individu.
18. Menempatkan kepentingan sekolah sebagai kepentingan prioritas (utama)
terhadap pengembangan keterampilan hidup dan nilai dengan hubungan
yang positif.
19. Sebagai pertanggungjawaban standar sekolah terhadap prestasi siswa.
20. Dapat memperbaiki organisasi dengan menggunakan sejumlah standar -
standar pendekatan yang efektif.
21. Merupakan pencerminan jati diri yang ingin diciptakan, ditumbuhkan, dan
dipelihara.
22. Menunjukkan produksi yang menjadi andalan.
23. Secara imp1isit menggambarkan citra yang hendak diproyeksikan ke
masyarakat luas.
16
24. Menggambarkan dengan jelas kebutuhan apa yang akan diupayakan
untuk memuaskan para pelanggan atau pengguna jasa.
Diadopsi dari : Wayne K. Cecil G. Milis Kel (Hal. 241 – 293) ;
(http://www.SchoolParents.Canbera.net.au/; Aan Komariah, Cepi
Triatna, 2005:38)
2. Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat adalah kemampuan kepala sekolah
dalam melayani dan menyediakan bimbingan ketika ada perubahan dan
bertanggung jawab untuk kepentingan organisasi. Kepala sekolah yang
memiliki kepemimpinan yang kuat adalah Kepala sekolah yang
memiliki indikator mutu sebagai berikut :
1. Melayani setiap saat perubahan - perubahan dan bertanggung jawab
terhadap keefektifan organisasi
2. Menyampaikan visi sekolah kepada warga sekolah
3. Bekerja keras untuk meningkatkan sekolah
4. Mengelola dan memanfaatkan seefektif mungkin sumber – sumber yang
ada di sekolah dengan bijaksana
5. Mempengaruhi proses terhadap elemen – elemen rasional dan emosional
6. Memperlihatkan seluruh pengetahuannya tentang sekolah dan siswanya
7. Melaksanakan kepemimpinan yang berfokus kepada pembelajaran
8. Dapat memposisikan diri sebagai pemimpin yang baik
9. Diterima dengan baik oleh warga sekolah
10. Mampu berkomunikasi dan menjalin kerja sama dengan orang tua
17
11. Dikenal oleh siswa dan orang tua siswa
12. Mampu melaksanakan aturan - aturan yang sama diantara aturan negara
dan sekolah
13. Memunculkan kepribadian, motivasi, faktor – faktor keahlian /
keterampilan secara sistematik sehubungan dengan kepemimpinan di
sekolah
14. Memiliki kompetensi terhadap pengembangan sekolah dan peserta
didiknya
15. Memiliki ketenangan dalam manajemen organisasi
16. Tanggap terhadap lingkungan, peraturan yang berlaku, dan budaya
organisasi
17. Menanamkan orientasi tugas, relasi, dan orientasi perubahan tingkah laku
18. Mampu melibatkan orang tua siswa dalam berbagai aktivitas sekolah.
19. Berusaha untuk mengembangkan secara terus- menerus wawasan serta
pengetahuan para staf
20. Memiliki konsep tiga dimensi : pribadi, organisasi, dan individu
21. Menegakan secara jelas struktur kepegawaian
22. Menjaga agar rasio antara guru / siswa sesuai dengan rasio ideal
23. Menjelaskan hubungan diantara ciri - ciri, situasi, tingkah laku, dan ide -
ide yang efektif
24. Memberi visi dan orientasi kepada warga sekolah sebagai pemimpin yang
baru
18
25. Menggunakan pengaruh idealisme, inspirasi, motivasi, stimulasi
intelektual dan ketetapan individu untuk merubah sekolah menjadi lebih
baik
26. Memberikan penghargaan kepada staf yang mempunyai kinerja maksimal
27. Tegas dan adil dalam mengambil tindakan / kebijakan kelembagaan.
Diadopsi dari: Wayne K. Cecil G. Milis Kel (Hal. 417 – 418) ;
(http://www.SchoolParents.Canbera.net.au/; Megan C, Lesley Kydd dan
Colin Riches, 2005:87).
3. Lingkungan sekolah adalah lingkungan yang memberikan dampak kepada
warga sekolah merasa aman, bersih, nyaman dan mendukung terhadap
proses belajar mengajar serta dapat mendorong siswa untuk berpartisipasi
terhadap aspek - aspek organisasi dan kehidupan sekolah.
Lingkungan sekolah yang baik pada sekolah bermutu / efektif bila
dirumuskan memiliki indikator sebagai berikut:
1. Menguji karakter bersaing melalui budaya dan iklim sekolah.
2. Memanifestasikan budaya organisasi ke dalam norma - norma, nilai -
nilai, dan asumsi dasar pada tingkat abstraksi yang berbeda.
3. Lingkungan yang mempunyai kebijakan manajemen perilaku efektif.
4. Mampu memperbaiki budaya sekolah.
5. Menginterpretasikan simbol - simbol dengan hasil karya berupa barang-
barang, tata cara adat, patung - patung suci, pahlawan, cerita mitos,
upacara keagamaan, dan legenda.
19
6. Memakai peristiwa - peristiwa yang terjadi dalam organisasi.
7. Isu - isu seperti : ancaman dan disiplin dibicarakan dalam komunitas
sekolah.
8. Membuat kepercayaan dan optimis serta kontrol terhadap budaya sekolah
yang berbeda.
9. Lingkungan menunjukkan bahwa pembelajaran itu berharga.
10. Mempromosikan sekolah dengan menanamkan kepercayaan, optimis
terhadap siswa.
11. Lingkungan yang dapat mendorong siswa untuk memiliki satu rasa dan
merasa bangga menjadi bagian dari lingkungan sekolah.
12. Memanifestasikan tingkah laku guru - guru dalam situasi organisasi
melalui iklim organisasi.
13. Lingkungan yang mampu memberikan stimulus (rangsangan) belajar
terhadap siswa.
14. Lingkungan yang dapat membantu perkembangan dan hubungan positif
antara kepala sekolah, guru, karyawan, dan para siswa.
15. Memiliki lingkungan terbuka untuk melakukan kegiatan bagi warga
sekolah.
16. Gedung- gedung dan perlengkapan bersih dan tertata rapi.
17. Menunjukkan sebagai iklim sekolah yang perspektif.
18. Membuat persepsi sekolah yang efektif melalui hubungan yang baik dari
keterbukaan, kesehatan, kerukunan antar warga dalam organisasi.
20
19. Lingkungan sekolah dapat menunjukkan kesan positif tentang sekolah.
20. Merancangankan model perubahan melalui budaya dan iklim sekolah.
21. Mampu merubah organisasi dari sudut pandang kesehatan,
pertumbuhan, dan rancangan untuk perubahan sebuah norma.
(Diadopsi dari:Wayne K. Cecil G. Milis Kel Educational Administration
(page:175–178);(http://www. SchoolParents. Canbera. net.au/)
4. Dukungan masyarakat adalah partisipasi dan dukungan orang tua siswa
untuk menyayangi dan berpartisipasi di dalam kehidupan sekolah.
Pada sekolah efektif / bermutu, dukungan masyarakat pada sekolah
ditunjukkan dengan adanya beberapa indikator dan indikator dukungan
masyarakat terhadap sekolah efektif / bermutu adalah sebagai berikut :
1. Orang tua berperan aktif di dalam mendukung pengembangan hubungan
dengan komunitas yang lebih luas demi kepentingan sekolah.
2. Mendukung keputusan yang dibuat oleh sekolah.
3. Merealisasikan kerjasama antara rumah dan sekolah.
4. Mengelola sekolah melalui kebersihan dan kegiatan kurikulum di
sekolah.
5. Mempromosikan sekolah sebagai sebuah lembaga yang efektif.
6. Mendukung sekolah kepada masyarakat luas.
7. Sekolah mempunyai hubungan dengan sekolah lain, organisasi dan
pemerintah.
8. Memelihara jaringan serta dukungan orang tua dan masyarakat.
21
9. Dukungan yang efektif terhadap sistem pendidikan.
10. Mendukung proses pembelajaran di sekolah dengan tingkah laku positif.
11. Memiliki tanggung jawab bagi pendidikan anaknya karena pendidikan
tidak bisa dilakukan sendiri oleh sekolah.
12. Peduli akan kegiatan pendidikan anaknya kepada pihak sekolah dengan
harapan yang besar.
13. Memotivasi anaknya untuk bertingkah laku positif di lingkungan
rumahnya.
14. Mendukung kebijakan disiplin sebagai kebijakan sekolah.
15. Berbagi tanggung jawab untuk menegakan disiplin dan
mempertahankan keberhasilan.
16. Mendorong sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang sehat.
17. Menyediakan bantuan dan dukungan kepada sekolah sebagai wujud
hubungan yang baik dengan sekolah.
18. Mengadakan pertemuan khusus dengan orang tua siswa baru.
19. Orang tua berperan aktif di dalam mendukung pengembangan hubungan
dengan komunitas yang lebih luas demi kepentingan sekolah.
20. Orang tua memiliki sikap yang positif terhadap sekolah dan melibatkan
diri dalam kegiatan sekolah.
21. Orangtua siswa proaktif untuk mengenal lebih jauh mengenai semua
lapisan komponen sekolah
22. Sekolah membangun komunikasi secara positif dengan orang tua
22
23. Orangtua siswa membantu kelengkapan buku dan sumber belajar
lainnya
24. Menghadiri acara - acara penting di sekolah.
Diadopsi dari: Making Schools More Effective (Barry McGraw, Kevin
Piper, Diana Banks, Beryl Evans Page 96 – 101); (http://www.School
Parents.Canbera. net.au/)
5. Rancangan dan program sekolah adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan
sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka
mencapai tujuan yang ditetapkan yang mengandung beberapa unsur – unsur
sebagai berikut : adanya proses hasil yang ingin dicapai dan menyangkut
masa depan dalam waktu tertentu.
Rancangan dan program pada sekolah efektif memiliki indikator sebagai
berikut:
1. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan segala potensi peserta
didik secara optimal.
2. Menempatkan pegawai sesuai dengan kebutuhan sekolah.
3. Menempatkan guru yang diperlukan sesuai dengan profesi dan
keperluan khusus.
4. Mampu mendapatkan dana berdasarkan program – program kegiatan.
5. Mengalokasikan pembiayaan pendidikan sesuai dengan tujuan sekolah.
6. Mampu membuat aturan - aturan sekolah sendiri.
7. Mengorganisasikan kemampuan kapasitas sekolah.
23
8. Membuat keputusan sesuai kurikulum yang relevan dengan tujuan
sekolah.
9. Mengembangkan sekolah sesuai kurikulum.
10. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan segala potensi peserta
didik secara optimal.
11. Dikembangkan dengan memperhatikan keterkaitannya dengan berbagai
komponen sekolah secara sistematis dan komprehensif.
12. Berorientasi kepada masa yang akan datang.
13. Fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan yang berkembang di
masyarakat.
14. Mencapai hasil akreditasi sekolah yang maksimal.
15. Merupakan sarana untuk mengembangkan inovasi sekolah.
16. Mengubah sistem evaluasi dan kaji ulang dengan sehat.
17. Mengadakan pengembangan proteksi berdasarkan alokasi dana yang
tersedia.
18. Menghilangkan beberapa keputusan yang dibuat di tingkat sekolah
dengan fleksibel.
19. Mencukupi sumber daya program-program sekolah sesuai dengan
kebutuhan.
Diadopsi dari: Making Schools More Effective (Barry McGraw, Kevin
Piper, Diana Banks, Beryl Evans Page 141;
SchoolParents.Canbera.net.au/; Usman Husaini, 2008 : 124).
24
6. Siswa adalah peserta didik yang diberi tanggung jawab untuk mengikuti
pembelajaran dalam kemampuan menyerap dan menguasai materi yang
disampaikan guru, mengikuti aturan - aturan yang telah ditetapkan,
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, dan kinerja yang ditunjukannya
dalam memecahkan masalah – masalah belajar dari kehidupan.
indikator siswa pada sekolah bermutu adalah sebagai berikut:
1. Secara individu siswa merasa terlayani akan kebutuhannya berdasarkan
pertimbangan kurikulum.
2. Siswa mengakui pentingnya pendidikan secara luas tidak hanya sekedar
keterampilan- keterampilan dasar.
3. Merasakan tempat belajarnya sesuai dan relevan dengan kebutuhannya.
4. Siswa diberi kesempatan untuk mencari dan minta serta tanggap
terhadap tantangan.
5. Mendorong siswa untuk mencoba meneruskan sesuatu yang tidak bisa
mereka lakukan dengan baik.
6. Siswa merasakan bahwa program - program kegiatan sekolah sesuai,
dengan pengalaman, dan kebutuhan individu.
7. Sekolah memperhatikan program - program individu.
8. Siswa yang tertinggal mendapat layanan khusus.
9. Siswa diberi strategi cara belajar di rumah.
25
10. Siswa diberi PR (Pekerjaan Rumah) yang sesuai untuk menimbulkan
disiplin diri, kemampuan berorganisasi, dan rasa tanggung jawab pada
diri sendiri.
11. Siswa memiliki tanggung jawab dan komitmen di dalam proses
pembelajaran.
12. Siswa merasakan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan untuk
mengadakan penemuan dan penelitian.
13. Mengembangkan rasa cinta untuk belajar sepanjang hidupnya.
14. Siswa difasilitasi alat-alat bantu belajar dan memanfaatkannya dengan
baik menegakan kebiasaan disiplin kerja.
15. Memahami bahwa belajar merupakan kebutuhan.
16. Merasa percaya diri untuk mengambil resiko.
17. Memiliki kekuatan mental untuk mencari/menemukan gagasan dan
mengukur emosinya untuk menjadi lebih berhati-hati terhadap kekuatan
dan kelemahan dirinya.
18. Siswa memiliki keterampilan-keterampilan dan strategi-strategi belajar
yang sesuai dalam menghadapi tantangan yang berbeda dan meningkat
dan menunjukan percaya diri dan ketidaktergantungan dalam belajar.
19. Siswa mempelajari program - program keterampilan untuk
mengembangkan keterampilan diri.
20. Memiliki kemampuan untuk berpartisipasi di kelas secara optimal.
21. Siswa mengembangkan pengalaman kehidupan sehari – hari untuk
menjadi sumber daya manusia yang memiliki pemikiran positif.
26
22. Mendapatkan keberhasilan yang memuaskan dan menerimanya sebagai
kemampuan dirinya.
23. Mengembangkan persaingan yang sehat.
24. Mendapatkan kesempatan belajar yang sama dengan siswa lainnya.
25. Memiliki kepercayaan diri untuk menjadi orang yang berguna.
26. Siswa lulus dengan menguasai pengetahuan akademik.
27. Mampu mendemonstrasikan kebolehannya.
28. Memiliki kemampuan dan kecakapan untuk mengerjakan sesuatu
pekerjaan.
29. Siswa yang dapat mencapai tujuannya secara memuaskan berdasarkan
kondisi diri yang dimilikinya.
30. Siswa mampu dalam penguasaan dan pengintegrasian pengetahuan.
31. Siswa mampu menggunakan pengetahuannya secara makna.
32. Siswa mampu melakukan introspeksi terhadap dirinya.
33. Siswa menjadi teladan bagi siswa lainnya.
34. Merasa hormat, peduli, dan mendukung kepada kegiatan yang
dilaksanakan oleh sekolah.
35. Menemukan program - program khusus yang bisa memenuhi
harapannya dalam kebutuhan - kebutuhan yang paling pokok.
36. Menerima tanggung jawab atas perbuatannya.
37. Memiliki rasa hormat dan peduli kepada orang lain.
38. Mengajarkan keterampilan - keterampilan sosial dan hubungan yang
dinamis merupakan sebuah program yang konsisten.
27
39. Menjaga nilai-nilai moral yang tinggi.
40. Mampu menyatukan sesuatu yang mereka percayai tanpa ada rasa takut.
41. Siswa melakukan kebiasaan - kebiasaan untuk berpikir produktif.
42. Merasa nyaman dengan kebijakan yang adil dan disiplin yang konsisten.
43. Siswa yang melanggar disiplin diberi kesempatan untuk memperbaiki
kesalahannya.
44. Siswa dapat menemukan jati dirinya manakala menerima sanksi dari
sekolah.
45. siswa menikmati waktu - waktu di sekolah dan mengetahui bahwa
mereka melakukan sesuatu yang berguna.
46. Memiliki rasa tanggung jawab untuk masa depan.
47. Siswa dilibatkan dalam perancangan, implementasi dan evaluasi
program belajar siswa.
48. Siswa menemukan guru-guru yang mendukungnya, ramah dan dapat
didekati.
49. Dalam melaksanakan kegiatan sekolah mampu menjalin hubungan yang
baik dengan staff dan bekerja untuk mencapai keberhasilan.
50. Di luar kelas mampu menjalin hubungan yang sangat baik dengan guru.
51. Waktu malam hari dimanfaatkan untuk belajar dirumah.
52. Mengadakan interaksi secara positif dengan teman sebaya, bekerjasama,
saling membantu dan bukan bersaing.
53. Dengan kemampuan yang berbeda - beda siswa mampu bekerjasama
terutama dalam kelompok.
28
54. Siswa mampu mengatasi masalah dengan teman sebayanya.
55. Siswa mempunyai tanggung jawab dan perilaku positif yang diakui
secara umum.
Diadopsi dari: Making Schools More Effective (Barry McGraw, Kevin
Piper, Diana Banks, Beryl Evans Page 111-132; (http: //www.
SchoolParents.Canbera. net. Komariah dan Triatna, 2005:50).
7. Guru dan proses belajar mengajar adalah pendidik yang professional yang
dalam melaksanakan tugasnya mengunakan metode dan strategi belajar
mengajar yang tepat sehingga menghasilkan suasana kegiatan belajar dan
mengajar yang interaktif kondusif dan menyenangkan.
Indikator proses belajar mengajar oleh guru dan pembelajaran dengan
inovatif adalah :
1. Mengajar dan belajar
2. Guru mampu bekerja sama dan bekerja sebagai satu tim.
3. Guru menjadi penentu terpenting bagi keberhasilan siswa.
4. Sehat jasmani dan rohani.
5. Memiliki integritas kepribadian.
6. Memiliki kecintaan terhadap belajar.
7. Memberitahu orang tua tentang kegiatan siswa secara beraturan.
8. Menjadi fasilitator dalam belajar.
9. Merubah pengalaman tingkah laku siswa.
10. Memiliki pengalaman mengajar minimal 5 tahun.
29
11. Memiliki kualifikasi akademik minimum S1.
12. Memiliki kelayakan mengajar sesuai dengan bidangnya.
13. Memiliki pemahaman yang mendalam terhadap pengajaran.
14. Mampu membuat perancangan pengajaran.
15. Melaksanakan penilaian.
16. Menguasai keilmuan dalam bidangnya.
17. Menguasai berbagai pendekatan dan metode pembelajaran.
18. Memahami perbedaan individu siswa.
19. Memperluas wawasan dan tantangan para siswa.
20. Guru mengembangkan pemikiran siswa untuk berpikir kritis,
memberikan jalan dalam pemecahan masalah dan pengembangan
kreativitas.
21. Professional dan tertarik akan kontinyuitas pengembangan kompetensi.
22. Memiliki kemampuan untuk memberikan pengajaran yang menarik
secara efektif dalam proses pembelajaran.
23. Guru mempunyai kualitas kompetensi, mempunyai sikap positif, dan
moral tinggi.
24. Memelihara disiplin efektif.
25. Menekankan pada hasil akademis yang berkualitas.
26. Menerima bahan yang memadai untuk mengajarkan keterampilan yang
esensial.
27. Mempromosikan harga diri dan kepercayaan diri serta kekayaan diri.
30
28. Melakukan perubahan, mencoba ide - ide baru dan siap dengan hal
yang tidak diharapkan.
29. Mengakui ketercapaian siswa di setiap tingkat kelas sebagai hasil
kerjanya.
30. Mengadakan feedback yang positif untuk perbaikan diri.
31. Mencerminkan keberhasilan sekolah.
32. Membantu tingkah laku secara kognitif / konstruktif dalam memahami
mengajar / belajar.
33. Bersikap sensitif kepada kebutuhan individual siswa.
34. Melakukan hukuman yang bersifat mendidik kepada siswa dan
menghindari hukuman fisik.
35. Memfokuskan kepada tujuan pokok belajar dari standar kompetensi
(pembahasan ulang, praktek terbimbing, mengadakan pengecekan akan
pemahaman, dan praktek secara bebas) untuk mengaplikasikan
pendekatan-pendekatan belajar.
36. Memberikan bimbingan kepada siswa tentang pentingnya belajar untuk
mendukung kemampuan daya ingat (memori).
37. Memberikan ketrampilan bagaimana memelihara daya ingat yang kuat
kepada untuk jangka waktu yang panjang.
38. Membangun karakter siswa sebagai aplikasi konstruksi dari
pengetahuan sosial.
31
39. Menjelaskan belajar dalam istilah secara individu dan konstruksi akan
pengetahuan sosial.
40. Memiliki tiga variasi konstruksi : rasional, dialek, dan radikal.
41. Memiliki kemampuan untuk menyampaikan materi yang dianggap
susah/sulit kepada siswa sesuai dengan situasi dan kondisi siswa.
42. Membuat pola aplikasi konstruksi termasuk tugas kehidupan nyata,
interaksi sosial dan mengajar yang berorientasi kepada siswa.
43. Mengaplikasikan pendekatan konstuktif yang berdasarkan belajar secara
kognitif dan belajar secara bersama (kerjasama).
Diadopsi dari : Making Schools More Effective (Barry McGraw, Kevin
Piper, Diana Banks, Beryl Evans) Page 70 – 72 ; (http://www. School
Parents.Canbera. net.au/; Komariah dan Triatna, 2005:38)
8. Kurikulum sekolah adalah seperangkat rancangan dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Kurikulum pada sekolah bermutu/efektif memiliki indikator sebagai berikut :
1. Memaksimalkan ketercapaian, memodifikasi, dan menyesuaikan
kurikulum terhadap kebutuhan - kebutuhan siswa.
2. Mengembangkan personal dan fisik siswa secara efektif.
32
3. Mengalokasikan waktu pada tingkat jadwal sekolah dengan berbagai
variasi sekolah, sistem yang keduanya di dalam jarak yang
komprehensif dalam kurikulum dan dalam keseimbangan yang relatif.
4. Memastikan siswa mengembangkan satu sikap positif ke belajar.
5. Menyediakan kontinyuitas dari tahun ke tahun dalam pengembangan
pembelajaran dan diintegrasikan melintasi belajar area.
6. Menetapkan sasaran yang jelas dan upaya untuk mencapainya.
7. Mengidentifikasi variabel - variabel yang berbeda antara sekolah -
sekolah yang lebih efektif dan yang kurang efektif melalui beberapa
penelitian.
8. Adanya pengorganisasian kurikulum.
9. Menganalisa prosentasi respon (jawaban) dari sasaran ketercapaian
langkah dan keseimbangan serta koheren.
10. Membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan hidup, seperti
harga diri, motivasi, dan disiplin diri.
11. Memberi gambaran opini publik yang dinyatakan dalam media
menampilkan data, mendemonstrasikannya yang menjadi panadangan
yang menonjol tidak selalu yang penting mewakili.
Diadopsi dari:Making Schools More Effective (Barry McGraw, Kevin
Piper, Diana Banks, Beryl Evans) Page 35–40;
(http://www.SchoolParents.Canbera.net.au/; Komariah dan Triatna,
2005:50)
33
9. Mutu kinerja sekolah adalah kualitas kehidupan iklim kerja yang baik, yang
berkembang di sekolah, yang menjamin terjadinya sistem sekolah yang
berprinsip share, care, fair sehingga dengan adanya iklim yang baik,
memungkinkan staf bekerja tenang, nyaman, dan bergairah.
”Indikator mutu kinerja sekolah” khususnya mutu kinerja SMPN RSBI
adalah :
1. Menciptakan suasana aman dan tentram, tempat yang nyaman agar siswa
mau belajar senang bangga untuk membawa siswa ke arah keberhasilan
sesuai minat.
2. Mengakui bahwa siswa memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu.
3. Menyesuaikan fasilitas untuk menstimulasi belajar.
4. Menemukan sumber daya dan mengaplikasikannya dengan cara yang
kreatif dan efisien.
5. Mendorong siswa ke lingkungan yang unik agar percaya diri.
6. Menjaga identitas dan nama baik sekolah dengan kuat.
7. Menyetujui, memahami, dan menyampaikan tujuan sekolah dengan jelas.
8. Mengemukakan harapan - harapan yang beralasan bagi siswa dan unsur
lain.
9. Mengijinkan keikutsertaan dan tanggung jawab dari siswa, staff dan
orang tua.
10. Seluruh warga sekolah mengerjakan sesuatu ke arah yang telah
ditentukan sebagai tujuan yang ingin dicapai.
34
11. Kualifikasi pendidikan para guru minimal S1.
12. Memiliki guru dan staff dengan kompetensi.
13. Memiliki guru dan staff dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun.
14. Memiliki budaya sekolah yang kuat.
15. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk menciptakan rasa
aman, nyaman, menyenangkan dan membangkitkan komitmen bagi
warga sekolah.
16. Iklim sekolah menjunjung rasa keadilan yang menimbulkan semangat
kerja.
17. Adanya tanggung jawab warga sekolah sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
18. Memiliki iklim sekolah yang kondusif.
19. Menanamkan disiplin pada siswa, kegiatan berfokus pada siswa, siswa
diberi kebebasan, belajar tidak kaku sesuai dengan budaya belajar, rasa
aman, mendapat perhatian, gembira, terbuka, hormat, dan konsisten.
20. Memasukan program - program khusus, sebagai inovasi terhadap minat
warga sekolah.
21. Melaksanakan penilaian yang sama bagi semua siswa berdasarkan
kurikulum secara umum.
22. Memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan adil.
23. Memberikan tempat kepada siswa untuk mengembangkan
kemampuannya yang terbaik.
35
24. Mendukung orang tua dan kelompok untuk berpartisipasi kepada sekolah.
25. Mengikutsertakan orang tua untuk mendukung tugas yang diberikan guru
kepada siswa saat berada di lingkungan rumah.
26. Membuat orang tua berkeinginan disertakan untuk bertanggung jawab
terhadap anak-anaknya.
27. Menegakan identitas sekolah melalui masyarakat yang kuat, orang tua
dan staff.
28. Siswa memiliki tingkah laku yang positif terhadap belajar.
29. Memperbaiki sebuah fondasi untuk mencari tantangan dan terus belajar
melalui pengembangan keterampilan pengetahuan, tingkah laku dan nilai
- nilai.
30. Mengidentifikasi perubahan secara luas bagi sekolah dengan bekerja
sama dalam memenuhi kebutuhan sekolah untuk mengikuti zaman dan
teknologi.
31. Memaksimalkan keefektifan sekolah dengan bekerjasama secara
harmonis antara elemen - elemen internal dari belajar mengajar, birokrasi,
budaya, kelompok, harapan politik, dan kebutuhan individu untuk
memperoleh keberhasilan.
32. Memiliki program - program yang menumbuhkan kreativitas siswa, guru
dan staff.
36
33. Guru generapkan beberapa strategi PBM : student centered, reflection
learning, active learning, enjoyable dan joyful learning, cooperative
learning, quantum learning, learning revolution, contekstual learning
34. Sekolah memiliki Rancangan Strategi jangka panjang (Renstra).
35. Sekolah memiliki rancangan kegiatan dan anggaran sekolah.
36. Sekolah memiliki kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal
pembiayaan melalui partisipasi orangtua siswa.
37. Sekolah memiliki kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal
bantuan barang / benda.
38. Sekolah memiliki kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal
bantuan lainnya.
39. Menerapkan MBS, terdapat dokumen pelaporan program dan keuangan
yang mencerminkan transparansi dan akuntabel.
40. Memiliki publikasi rumusan visi misi, tujuan, dan sasaran sekolah.
41. Budaya kepemimpinan sekolah.
42. Implementasi demokratisasi.
43. Memiliki jiwa kewirausahaan.
44. Memiliki dokumen kurikulum yang mencerminkan kurikulum SBI
45. Memiliki tim pengembang kurikulum.
46. Kuantitas guru.
47. Kualifikasi guru.
48. Kualitas guru.
37
49. Penerimaan siswa baru berdasarkan kriteria khusus.
50. Memiliki program yang jelas mengenai pengembangan siswa.
51. Melakukan evaluasi belajar yang bertaraf Internasional
52. Memiliki hubungan antara SMP RSBI dengan masyarakat
53. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat.
54. Menerima hasil maksimum dari materi yang ada.
55. Mengubah perubahan di bawah kontrol.
56. Mengharapkan asses (penilaian) dan kaji ulang kurikulum, kebijakan –
kebijakan dan perubahan dilakukan bila perlu
57. Mengikutsertakan bawahan dalam membuat keputusan tanpa pertanyaan -
pertanyaan yang diajukan dan ditempatkan sesuai kondisi.
58. Menghadirkan orang tua dalam kegiatan - kegiatan sekolah yang terbaik.
59. Mengangkat keberadaan dari outcome siswa - siswa, guru - guru, staff
dan dapat dinilai dari segi kualitas maupun kuantitas.
60. Meningkatkan kepuasaan di tingkat guru - guru dengan adanya iklim
sekolah menjadi lebih terbuka.
61. Memaksimalkan keefektifan sekolah dengan bekerja secara harmonis.
62. Kelulusan siswa 100 %.
63. Tingkat DO siswa 0 %.
64. Terampil mengunakan TIK.
65. Mampu debat dengan bahasa Inggris.
66. Terdapat juara Internasional dalam bidang akademis dan non akademis.
38
67. Mampu menyelesaikan tugas - tugas dan mengumpulkan fortofolio
dengan baik.
68. Mampu menyampaikan tugas - tugas dari guru / sekolah.
69. Mampu melaksanakan eksperimen dalam pengembangan pengetahuan
dan ketrampilan.
70. Mampu menemukan / membuktikan pengalaman belajarnya dengan
berbagai karya.
71. Mampu menulis dan mengarang dengan bahasa asing atau dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
72. Memperoleh kejuaraan olimpiade Internasional dalam bidang
matematika, IPA, dan atau lainnya.
73. Nilai UN rata - rata > 8,00.
74. Memiliki kemampuan pengasaan teknologi dasar.
75. Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, baik individu, kelompok
(lokal, nasional, regional, dan internasional) yang dilakukan oleh lulusan.
76. Memiliki dokumen lulusan tentang karya tulis, persuratan, administrasi
sekolah, penelitian dll. dalam bahasa asing atau dengan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
77. Memiliki dokumen lulusan dan pelaksanaan pengelolaan kegiatan belajar
secara baik
78. Menguasai budaya bangsa lain.
39
79. Memiliki dokumen karya tulis, nilai dll tentang pemahaman budaya
bangsa lain dari bangsa lain.
80. Memiliki pemahaman terhadap kepedulian dengan lingkungan sekitar
sekolah, baik lingkungan sosial fisik maupun budaya
81. Memiliki berbagai karya - karya lain dari lulusan yang bermanfaat bagi
dirinya maupun orang lain, bangsa lain, dll.
82. Terdapat usaha - usaha dan atau karya yang mencerminkan jiwa
kewirausahaan lulusan.
83. Mengevaluasi, memotivasi dan mengarahkan kegiatan - kegiatan
organisasi.
84. Mengangkat kuantitas sekolah dari segi pelayanan dan produk siswa,
pendidik dan unsur lain dan kualitas setiap output.
85. Menyamakan keefektifan sekolah dengan level pencapaian akademik
yang diukur dengan tes standar (akreditasi / ISO).
86. Mencapai artikulasi dan strategi keberhasilan yang jelas.
87. Mencapai keberhasilan yang sesuai dengan harapan masyarakat.
88. Mendapatkan hasil secara formal dalam membuat keputusan.
89. Mengembangkan dan memodifikasi program - program termasuk orang
tua dan siswa melalui mekanisme sekolah.
90. Mengembangkan kebebasan, harga diri, toleransi dan disiplin diri.
91. Mengukur keberhasilan sekolah melalui perubahan tingkah laku siswa.
40
92. Mengubah masyarakat secara dinamik sesuai dengan sekolah yang
efektif.
93. Membuka diri bagi ide - ide baru, pengetahuan dan metoda - metoda
94. Sekolah mampu meyakinkan kepada orangtua / masyarakat bahwa
pendidikan anaknya di sekolah tersebut sebagai investasi SDM di masa
yang akan datang.
Diadopsi dari : Educational Administration Wayne K. Hoy, Cecil G.
Miskel Page 291-302; (http://www. SchoolParents. Canbera. net. au/).
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengacu pada perumusan masalah tersebut di atas dalam penelitian ini ada
beberapa hal yang ingin dicapai secara umum, yaitu penelitian dapat memberikan
gambaran empiris yang mendalam mengenai hal - hal yang berkaitan dengan
efektivitas implementasi manajemen sekolah bermutu pada pelaksanaan SMPN
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Jawa Barat.
2. Tujuan Khusus
1. Menganalisis hubungan antara komponen visi dan misi sekolah dengan
peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan pada SMP RSBI di Jawa
Barat.
2. Menganalisis hubungan antara komponen lingkungan sekolah dengan
peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat.
41
3. Menganalisis hubungan antara komponen kepemimpinan kepala sekolah
dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa
Barat.
4. Menganalisis hubungan antara komponen dukungan masyarakat dengan
peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat.
5. Menganalisis hubungan antara komponen rancangan dan program
sekolah dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI
di Jawa Barat.
6. Menganalisis hubungan antara komponen siswa dengan peningkatan
mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat.
7. Menganalisis hubungan antara komponen guru dan proses belajar
mengajar dengan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa
Barat.
8. Menganalisis hubungan antara komponen kurikulum sekolah dengan
peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat.
9. Menganalisis hubungan antara seluruh komponen deteminan sekolah
efektif dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI
di Jawa Barat.
10. Mendeskripsikan gambaran empiris dari komponen determinan sekolah
bermutu dengan peningkaan mutu kinerja penyelenggaraan SMP Negeri
RSBI di Jawa Barat dengan menganalisis :
42
a. Visi dan misi sekolah
b. Lingkungan sekolah
c. Kepemimpinan Kepala sekolah
d. Dukungan masyarakat
e. Rancangan dan program sekolah
f. Siswa / peserta didik
g. Guru dan proses belajar mengajar
h. Kurikulum sekolah
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik teoritis maupun
praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai sumbangan pemikiran
terhadap penyelenggaraan Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional pada Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMP) di Jawa Barat yang dirintis untuk menjadi
Sekolah Bertaraf Internasional. Hal ini sangat diperlukan mengingat
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini begitu cepat, sehingga
diperlukan kajian - kajian kontemporer yang dapat dimanfaatkan dalam rangka
membangun konstruk (dasar) baru manajemen pendidikan.
Sementara manfaat praktis dari penelitian ini adalah hasilnya dapat dijadikan
sebagai dasar saran dan rekomendasi kepada Pemerintah Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pembinaan kepada penyelenggaraan
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dalam arti komponen -
43
komponen apa saja yang harus diperhatikan dalam pengimplementasian
manajemen sekolah bermutu, sehingga pencapaian mutu kinerja RSBI, untuk
menjadi Sekolah Bertaraf Internasional dapat diwujudkan sesuai dengan harapan
pemerintah yakni meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang memiliki
kompetensi dan memiliki daya saing nasional maupun internasional.
F. Kerangka Berpikir dan Premis
Pada dasarnya sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya
yang memiliki kompetensi / daya saing secara nasional maupun Internasional
(global) dan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi global pada
umumnya dihasilkan oleh satuan pendidikan yang berkualitas pula. Oleh sebab
itulah, Pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang penyelenggaraan dan
pengelolaan sekolah bermutu yang dituangkan pada Undang – Undang Sistem
Pendikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 50 ayat (3) bahwa :
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang -kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf Internasional.
Sebagai impelementasi dari UUSPN tersebut, kini hampir di setiap
Kabupaten/Kota terdapat sekolah rintisan bertaraf Internasional, yang dalam
perekrutannya, sekolah tersebut merupakan sekolah - sekolah unggulan yang ada
di daerah masing-masing melalui seleksi yang dilakukan oleh Depdiknas,
khususnya Direktorat Pembinaan SMP melalui kegiatan verifikasi kepada
sekolah–sekolah unggulan yang ada di daerah. Kehadiran penyelenggaraan
44
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional tentu saja mendatangkan pro dan kontra
tentang kualitas yang akan dicapai karena nampaknya model sekolah RSBI
hanya sekedar menyelamatkan amanat UUSPN nomor 20 tahun 2003.
Khususnya pada SMPN RSBI menurut penulis, penyelenggaraan RSBI
memerlukan kerja keras dari seluruh warga sekolah, karena implementasi
Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional sebagai sekolah bermutu akan
dihadapkan kepada berbagai kendala dan masalah, baik secara internal maupun
secara eksternal. Kendala eksternal, misalnya istilah Sekolah Bertaraf
Internasional sendiri yang belum banyak dikenal oleh masyarakat awam, birokrat
dan politkus sebagai pengguna jasa pendidikan. Hal ini terjadi karena pada
umumnya Sekolah Bertaraf Internasional dipandang sebagai sekolah yang hanya
diperuntukan untuk kalangan orang-orang tertentu atau orang - orang yang kaya
serta adanya pandangan masyarakat tentang Sekolah Bertaraf Internasional
identik dengan sekolah mahal. Selain itu masih ada kalangan birokrat serta
legislatif yang belum memahami apa kewajiban dan tanggung jawab dari
penyelenggaraan RSBI yang ada di kabupaten/kota, agar dalam
penyelenggaraannya menjelma menjadi sebuah intitusi yang benar-benar
bermutu. Sedangkan masalah internal adalah masalah yang datangnya dari dalam
institusi itu sendiri misalnya masalah penguatan, pengayaan, pengembangan dari
8 (delapan) standar nasional pendidikan yang menjadi garapan Sekolah Rintisan
Bertaraf Internasional, sebagai pembeda dari sekolah – sekolah lain pada
45
umumnya dan masalah merubah mindset (pola pikir) warga sekolah dalam
melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar sebagai sekolah RSBI.
Dengan demikian sekolah - sekolah yang dirintis menjadi Sekolah Bertaraf
Internasional harus mampu memecahkan masalah-masalah tersebut di atas
misalnya dengan melaksanakan analisis SWOT yang dapat menganalisis tentang
kekuatan, kelemahan, kesempatan/peluang, dan tantangan tehadap komponen -
komponen sekolah yang ada di sekolah yang selanjutnya dapat dipergunakan
untuk memecahkan permasalahan (solusi) yang sesuai dengan situasi dan kondisi
sekolah saat itu maupun untuk masa yang akan datang.
Sebagai Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional yang identik dengan sekolah
bermutu (efektif), maka sekolah tersebut dalam pelaksanaan operasionalnya
(manajemennya) harus mengacu kepada standar mutu. Sekolah yang
melaksanakan manajemen mutu adalah sekolah yang memiliki karakteristik dan
indikator sebagai sekolah yang efektif. Hal ini sangat tergantung pada tingkat
kesesuaian pencapaian tujuan dengan hasil yang telah ditetapkan. Untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai pada sekolah yang bermutu sangat
ditentukan oleh komponen - komponen pendukung yang ada di sekolah tersebut.
Maka dengan demikian, sekolah bermutu adalah sekolah yang dalam
melaksanakan pengelolaannya sebagai sekolah bermutu sangat ditentukan oleh
kinerja dari komponan - komponen yang ada di sekolah tersebut seperti : sekolah
memiliki visi dan misi yang jelas dan dijalankan dengan konsisten, lingkungan
sekolah yang baik, dan adanya disiplin serta keteraturan di kalangan pelajar dan
46
staf, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, penghargaan bagi guru dan staf
serta siswa yang berprestasi, pendelegasian wewenang yang jelas, dukungan
masyarakat sekitar, sekolah mempunyai rancangan program yang jelas, sekolah
mempunyai fokus sistemnya tersendiri, pelajar diberi tanggung jawab, guru
menerapkan strategi – strategi pembelajaran inovatif, evaluasi yang
berkelanjutan, kurikulum sekolah yang terancang, dan terintegrasi satu sama lain,
melibatkan orang tua dan masyarakat dalam membantu pendidikan anak -
anaknya.
Dari uraian di atas, dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis
pelaksanaan efektivitas manajemen sekolah bermutu pada penyelenggaraan
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) khususnya pada jenjang SMP,
dengan harapan penulis akan mendapatkan gambaran kinerja dari sekolah -
sekolah yang dirintis menjadi Sekolah Bertaraf Internasional tersebut dengan
fokus penelitian pada (8) komponen determinan penyelenggaraan pendidikan
pada jenjang Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) yang dirintis menjadi
Sekolah Bertaraf Internasional diantaranya adalah komponen: visi dan misi
sekolah, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, lingkungan sekolah, dukungan
masyarakat, rancangan dan program sekolah, peserta didik/siswa, guru, dan PBM
serta kurikulum sekolah.
Adapun kerangka berpikir yang dikembangkan oleh penulis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
47
Planing Organizing Actuating/ Implementing
Controling
Gambar 1.1 : Model Kerangka Berpikir / Paradigma penelitian
Keterangan :
Mutu Kinerja Sekolah RSBI
Ide konsep Prinsip peningkatan SDM yang bermutu, memiliki kompetensi
global (Tujuan Pendidikan
Nasional)
Masalah Penguatan, Pengkayaan,
Pengembangan untuk mewujudkan Sekolah Bertaraf Internasional
Sekolah Bermutu
UUSPN No. 20 Thn. 2003 Pasal 50
Ayat (3) RSBI SD/MISMP, SMA/SMK,
PP. 19 Thn. 2005
Implementasi Manajemen
Sekolah Bermutu
Input-Proses-Output
Rancangan dan Program Sekolah
Kurikulum Sekolah
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Guru dan PBM
Dukungan Masyarakat
Lingkungan Sekolah
Siswa / Peserta didik
Komponen - Komponen Sekolah Bermutu
Visi dan Misi Sekolah
48
Setelah mengkaji pengertian karakteristik sekolah efektif, penulis akan
mengajukan premis dalam upaya memecahkan masalah guna meningkatkan mutu
kinerja SMP RSBI di Jawa Barat sebagaimana berikut ini :
”Apabila SMP RSBI di Jawa Barat dalam pengelolaannya
mengimplementasikan karakteristik sekolah efektif yang terdiri atas: sekolah
memiliki visi dan misi yang jelas dan dijalankan dengan konsisten, lingkungan
sekolah yang baik dan adanya disiplin serta keteraturan di kalangan pelajar dan
staf, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, dukungan masyarakat sekitar,
sekolah mempunyai rancangan program yang jelas, pelajar diberi tanggung
jawab, guru menerapkan strategi - strategi pembelajaran inovatif, kurikulum
sekolah yang terancang dan terintegrasi satu sama lain maka akan
meningkatkan mutu kinerjanya”.
G. Asumsi
Dalam penelitian ini, penulis menyatakan beberapa asumsi tentang sekolah
bermutu dan karakteristiknya sebagai dasar pelaksanaan penelitian sebagai
berikut :
1. Sekolah bermutu / Sekolah efektif
Sekolah yang memiliki komitmen terhadap kesesuaian hasil yang diperoleh
dengan tujuan yang ingin dicapai melalui pengelolaan komponen-komponen
sekolah secara maksimal dan berkelanjutan dengan memperhatikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan
49
stakeholders. (Jerome S. Arcaro, 2005:38; Mc. Graw,1992:11; Peter
Mortimore,1991).
2. Visi dan misi sekolah
2.1. Visi
Visi pada sekolah bermutu menentukan civitas sekolah (RSBI) untuk
mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan oleh sekolah.
(Collins Essential English Dictionary 2nd Edition 2006 © HarperCollins
Publishers 2004, 2006)
2.2. Misi
Misi pada sekolah bermutu menjadi penentu arah para civitas sekolah
RSBI dan dijadikan langkah untuk melakukannya dengan mempertajam
bentuk - bentuk kegiatan agar tujuan yang telah ditetapkan dalam visi
dapat tercapai. (Quiqley (1993: 6 ; Collins Essential English Dictionary
2nd Edition 2006 © HarperCollins Publishers 2004, 2006)
3. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah pada sekolah bermutu memiliki budaya iklim yang
kondusif dan nyaman sehingga sangat mendukung aktivitas warga sekolah
dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar sebagai upaya
peningkatan mutu kinerja sekolah. (Wayne K Hoy, 2008:198).
50
4. Kepemimpinan Kepala sekolah
Pada sekolah bermutu, kepala sekolah memiliki komitmen budaya mutu dan
konsisten dalam pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sehingga
memberikan dampak positif pada seluruh warga sekolah terhadap
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. (Wayne. K. Hoy, 2008 : 419,453 ;
Sondang. P. Siagian, 1985 ; Philip Helinnger et.al.,1993:21, Wirawan:
2002).
5. Dukungan masyarakat
Keterlibatan masyarakat pada sekolah bermutu dalam membuat rancangan
dan program kegiatan sekolah memberi dampak yang positif terhadap upaya
sekolah dalam mewujudkan mutu lulusan yang memiliki kompetensi global
sesuai dengan keinginan masyarakat. (Rohmadi, 1992:13 ; UNESCO ;
Faisal, 1981:179 ; Satori, 2005:6).
6. Rancangan dan program sekolah
Rancangan dan program pada sekolah bermutu disusun dengan
memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin maju untuk menghasilkan output yang memiliki kompetensi
global. (Louise E. Boone dan David L. Kurtz, 1984:55 ; Henri Fayol,
Luther Gulick, dan Edward Banfield, 1982:5)
7. Siswa
Siswa pada sekolah bermutu memiliki budaya mutu dan disiplin dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas
51
serta memiliki kompetensi global, namun tetap memiliki jati diri sebagi
bangsa Indonesia.
8. Guru dan Proses Belajar Mengajar
Pada sekolah bermutu, guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan metode dan pedekatan pembelajaran yang aktif kreatif,
efektif, dan menyenangkan serta ditunjang dengan media pembelajaran yang
lengkap sehingga suasana belajar menjadi kondusif dan ditindaklanjuti
dengan evaluasi sebagai bahan perbaikan proses belajar mengajar
selanjutnya. (Brown, 2000:7; Gage (Brown,1987:7) : Bruner
(Brown,1987:7); Rooijakkers, 2003:13).
9. Kurikulum
Kurikulum pada sekolah bermutu (RSBI) dijadikan sebagai acuan dan
penentu arah mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan pada aktivitas intrakurikuler (proses belajar mengajar) dan
ekstrakurikuler yang dibuat oleh warga sekolah dengan memperhatikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan masyarakat
untuk mencapai tujuan (output) yang berkualitas.
(Mc. Graw : 1992, 235 ; UUSPN No. 20 tahun 2003)
G. Hipotesis Penelitian
Sebagaimana kerangka pemikiran di atas, hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
52
1. Terdapat hubungan antara visi dan misi sekolah dengan peningkatan mutu
kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.
2. Terdapat hubungan antara kepemimpinan Kepala sekolah dengan
peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.
3. Terdapat hubungan antara lingkungan sekolah dengan peningkatan mutu
kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.
4. Terdapat hubungan antara dukungan masyarakat dengan peningkatan mutu
kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.
5. Terdapat hubungan antara rancangan dan program sekolah dengan
peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.
6. Terdapat hubungan antara siswa dengan peningkatan mutu kinerja SMPN
RSBI di Jawa Barat.
7. Terdapat hubungan antara guru dan proses belajar mengajar terhadap
peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.
8. Terdapat hubungan antara kurikulum sekolah dengan peningkatan mutu
kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.
9. Terdapat hubungan antara seluruh komponen determinan sekolah efektif
dengan peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.
Hipotesis penelitian tersebut di atas dapat digambarkan ke dalam formula
penelitian sebagai berikut :
53
rx1y
R
rx2y
rx3y
rx4y
rx5y
rx6y
rx7y
rx8y
Gambar 1. 2 : Korelasi antar variabel penelitian Keterangan :
1. X1 = Variabel bebas, visi dan misi sekolah 2. X2 = Variabel bebas, kepemimpinan Kepala sekolah 3. X3 = Variabel bebas, lingkungan sekolah 4. X4 = Variabel bebas, dukungan masyarakat sekitar 5. X5 = Variabel bebas, rancangan dan program sekolah 6. X6 = Variabel bebas, siswa / peserta didik 7. X7 = Variabel bebas, guru dan PBM 8. X8 = Variabel bebas, kurikulum sekolah 9. Y = Variabel terikat mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat
10. R = Korelasi ganda X(1-8) terhadap Y 11. r = Korelasi X terhadap Y 12. = Hubungan antar variabel bebas
X 1
X8
X7
X2
X3
X4
X5
X6
Y