Penda Hulu An

35
PENDAHULUAN Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindroma klinis kelainan metabolik, ditandai oleh adanya hiperglikemik yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya. 1,2 World Health Organization (WHO) memperkirakan, prevalensi global diabetes melitus tipe 2 akan meningkat dari 171 juta orang pada 2000 menjadi 366 juta tahun 2030. WHO memperkirakan Indonesia menduduki ranking ke-4 di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes setelah China, India dan Amerika Serikat. Pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes mencapai 8,4 juta dan diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes di Indonesia akan berjumlah 21,3 juta. Tetapi, hanya 50% dari penderita diabetes di Indonesia menyadari bahwa mereka menderita diabetes, dan hanya 30% dari penderita melakukan pemeriksaan secara teratur. 1,2

description

Pendahuluan

Transcript of Penda Hulu An

PENDAHULUANDiabetes Melitus (DM) adalah suatu sindroma klinis kelainan metabolik, ditandai oleh adanya hiperglikemik yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya.1,2World Health Organization (WHO) memperkirakan, prevalensi global diabetes melitus tipe 2 akan meningkat dari 171 juta orang pada 2000 menjadi 366 juta tahun 2030. WHO memperkirakan Indonesia menduduki ranking ke-4 di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes setelah China, India dan Amerika Serikat. Pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes mencapai 8,4 juta dan diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes di Indonesia akan berjumlah 21,3 juta. Tetapi, hanya 50% dari penderita diabetes di Indonesia menyadari bahwa mereka menderita diabetes, dan hanya 30% dari penderita melakukan pemeriksaan secara teratur. 1,2Peningkatan insidensi diabetes melitus di Indonesia tentu akan diikuti oleh meningkatnya kemungkinan terjadinya komplikasi kronik diabetes melitus. Berbagai penelitian prospektif menunjukkan meningkatnya penyakit akibat penyumbatan pembuluh darah, baik mikrovaskular seperti retinopati, nefropati maupun makrovaskular seperti penyakit pembuluh darah koroner dan juga pembuluh darah tungkai bawah. Dengan demikian, pengetahuan mengenai diabetes dan komplikasi vaskularnya menjadi penting untuk diketahui dan dimengert.1,2,3,5

KASUSIDENTITAS Nama: Ny. H SRUmur: 60 tahun Jenis Kelamin: PerempuanAgama: IslamAlamat: Desa Lumbu TaromboTanggal Pemeriksaan: 2 April 2014

ANAMNESISKeluhan Utama: Pasien mengalami luka pada kaki kanannya yang tidak sembuh-sembuh dan semakin memberat.Riwayat penyakit Sekarang (heteroanamnesis) :Os datang ke Puskesmas lembasada dengan keluhan luka pada kaki kanannya yang tidak sembuh-sembuh sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu, awalnya pasien menginjak duri dan terjadi luka yang sampai akhirnya sulit sembuh dan bertambah parah. Os juga mengeluhkan keram-keram pada persendiannya. sebelumnya juga os mengeluhkan sering kencing pada malam hari dan selalu merasa lapar, kadang pasien merasa demam, mual dan muntah (-), BAB dan BAK lancar.Riwayat penyakit Dahulu :Pasien di diagnosis Diabetes melitus 6 tahun yang lalu; pasien pernah di rawat dirumah sakit makkasar, dan mendapatkan therapy obat DM selama di RS, pasien minum obat DM tidak teratur, dan jarang memeriksakan kesehatan di puskesmas.

Riwayat penyakit Keluarga :Riwayat dalam keluarga : Tidak ada satu pun keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama.

: Pasien

RIWAYAT KEBIASAAN DAN LINGKUNGAN : Pasien makan 3 kali sehari dengan lauk yang beraneka ragam, namun terkadang pasien makan tidak teratur dan mengkonsumsi makanan berminyak, dan bersantan serta kue-kue yang manis Pasien jarang mencuci tangan sebelum makan, dan pasien mencuci tangan setelah BAB dan BAK namun tidak memakai sabun. Rumah pasien terletak di jalan poros desa. Rumah berukuran 9 x 6 m2. Rumah terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu sekaligus ruang keluarga, 1 dapur, dan 1 kamar mandi dan WC. Lantai rumah terbuat dari semen, dinding rumah berupa papan kayu, dan atap rumah terbuat dari seng. Hanya ruang tamu dan dapur yang memiliki jendela, ventilasi, dan pencahayaan yang cukup. Jarak rumah pasien dengan rumah tetangga 2 meter, dengan luas pekarangan 5x2 m2 Jarak dapur dengan kamar mandi sekitar 2 meter. Sumber air yang dipakai untuk sehari-hari adalah dari sumur suntik. Sedangkan untuk minum, pasien menggunakan air sumur yang telah dimasak. Sumber listrik dari PLN, sampah di buang di halaman belakang rumah dan dibakar setiap 2 hari sekali. Keluarga pasien memakai jamban jongkok. Lantai berupa semen dan cukup bersih, namun dinding jamban pakai tehel.

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN : Riwayat Antenatal :Ibu rutin memeriksakan kehamilannya ke posyandu.Riwayat Natal :Spontan dan lahir langsung menangis, Berat badan lahir 3000 gram, ditolong dukun, di rumah. Usia kehamilan cukup bulan.Riwayat Neonatal :Tidak ada kelainan

ANAMNESIS MAKANAN: Asi sejak lahir sampai umur 1 tahunbubur saring mulai usia 6 bulan sampai umur 9 bulan, nasi dan lauk pauk mulai usia 9 bulan sampai sekarang.

RIWAYAT IMUNISASI : Penderita mendapat imunisasi dasar yang lengkap yaitu Hepatitis B 3 kali, Polio 4 kali, DPT 3 kali, BCG 1 kali, Campak 1 kali.

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI :Pasien tinggal di rumah dengan seorang suami dan satu orang anaknya. Pasien memiliki hubungan yang baik dengan suami dan anaknya. Dari segi ekonomi pasien tergolong dalam ekonomi menengah ke bawah. anak pasien merupakan tulang punggung keluarga, dengan penghasilan tak menentu paling banyak Rp. 500.000 -1.000.000 per bulan. Dan biasanya bila panen baru cingkeh pasien biasanya mendapatkan 20-30 juta pertahun

PEMERIKSAAN FISIKKondisi Umum:Sakit sedangBerat Badan:52 kg

Tingkat Kesadaran:Compos MentisTinggi Badan:162 cm

Status Gizi:Gizi baik

Tanda-Tanda Vital

TD:130/70 mmHG

Nadi:80 kali/menit (kuat angkat, isi cukup, reguler)

Suhu:36,5 0C

Pernapasan:22 kali/menit

Kulit:warna sawo matang, lapisan lemak di bawah kulit cukup,turgor kulit kembali cepat.

Kepala:Normosefal, rambut berwarna hitam tipis dan tidak mengkilap, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, pupil bulat isokor diameter 3 mm, mata cowong (+). Hidung sekret (-), pernapasan cuping hidung (-). Telinga tidak ada sekret, bibir tidak sianosis.

Tenggorokan-Leher:Tonsil T1;T1, faring tidak hiperemis.Tidak ada pembesaran KGB

Dada :Bentuk simetris, spatium intercostalis tidak melebar

Paru-Paru:Inspeksi : permukaan dada simetrisPalpasi : tidak ada massa, taktil fremitus kiri dan kanan sama.Perkusi : sonor kanan dan kiriAuskultasi : bunyi napas brokovesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-) .

Jantung:Inspeksi : iktus kordis tampakPalpasi : iktus kordis teraba pada ICS V midclavicula sinistraPerkusi : pekakAuskultasi : bunyi jantung I dan II murni, regular, bising jantung (-).

Abdomen :Inspeksi : permukaan datarAuskultasi : peristaltik kesan meningkatPerkusi : timpaniPalpasi : nyeri tekan (+) seluruh regio abdomen, massa (-), hepar dan limpa tidak teraba.

Ekstremitas Atas Bawah::Akral hangat , tidak ada edemaAkral hangat, ulkus ibu jari kanan

Tulang:Deformitas tidak ada

PEMERIKSAAN PENUNJANG : GDS : 290 MG/DLDIAGNOSIS KERJADM tipe II + Ulkus DM

ANJURAN PEMERIKSAANTERAPI :Medikamentosa Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 Amoxiclav 625 mg 3 x 1 Metformin 500 mg -1-1/2

Non medikamentosa Debridement luka Rawat Luka Diet Glukosa

PEMBAHASAN

Aspek klinisPada pasien ini pasien NY H SR umur 60 tahun datang ke Puskesmas lembasada dengan keluhan luka kaki kanannya yang tidak sembuh-sembuh sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu, awalnya pasien menginjak duri dan terjadi luka yang sampai akhirnya sulit sembuh. Os juga mengeluhkan keram-keram pada bagian ekstremitasnya. sebelumnya juga os mengeluhkan sering-sering minum, sering kencing dan sering lapar, kadang pasien merasa demam. Berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien sakit sedang, tanda-tanda vital Tekanan Darah 170/100 mmHG, Nadi 80 x/m, suhu 37,2, Respirasi 22 x/Menit. ditemukan adanya ulkus DM pada ibu jari kanan.Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis DM tipe 2+ Ulkus DM+ Hipertensi.Berikut tata cara penegakan diagnostik DM1,2,5,61. Penurunan berat badan dan rasa lemahPenurunan BB yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan penurunan aktifitas. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.1. Banyak kencing (poliuria)Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam. Untuk mekanisme lihat gambar dibawah ini.

1. Banyak minum (polidipsia)Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahtafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak. Untuk lebih jelanya lihat gambar 05 dibawah ini.1

4. Banyak makan (polifagia)Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, oleh karena itu penderita selalu merasa lapar. Gejala Tidak Khas1. Gangguan saraf tepi/kesemutanPenderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu tidur.11. Gangguan penglihatan Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia tetap dapat melihat dengan baik.1. Gatal/bisulKelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.1. Gangguan ereksiGangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.

1. KeputihanPada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.

Kriteria Diagnostik1,2,4,51. Gejala klasik DM ditambah Gula Darah Sewaktu 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir, atauKadar Gula Darah Puasa 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikit nya 8 jam, atauKadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan standard WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air.8 Gejala tidak klasik ditambah hasil pemeriksaan gula darah abnormal minimal 2x.3

Penatalaksanaan Diabetes Melitus1,2,3,5a. Non-farmakologiDalam mengelola DM untuk jangka pendek tujuannya adalah menghilangkan keluhan/gejala DM dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat. Untuk jangka panjangnya lebih jauh lagi, yaitu mencegah penyulit, baik makroangipati, mikroangiopati maupun neuropati, dengan tujuan akhir menurunkan morbidilitas dan mortalitas DM.1Mengingat mekanisme dasar kelianan DM tipe 2 adalah terdapatnya faktor gentik, resistensi insulin dan insufisiensi sel- pankreans, maka cara-cara untuk memperbaiki kelainan dasar tersebut harus tercermin pada langkah pengelolaan. Dalam mengelola DM langkah pertama yang harus di lakukan adalah pengelolaan non-farmakologis, berupa perencanaan makan dan kegiatan jasmani.Lima pilar utama pengelolaan DM1,2,3,61. Perencanaan makanan1. Latihan jasmani1. Obat berkhasiat hipoglikemik1. Penyuluhan (edukasi)1. Pemeriksaan glukosa mandiri

1. Perencanaan MakanStandar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut: Karbohidrat : 60-70% Protein : 10-13% Lemak : 20-25%Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat bdan idaman.Untuk penentuan status gizi, dipakai body mass index (BMI) = indeks massa tubuh (IMT).BMI = IMT = BB (kg)TB (m)2

Klasifikasi IMT: Berat badan kurang : 40 tahun : -5 % x kalori basal =- kaloriAktivitas ringan : +10% x kalori basal = + kalori sedang : + 20% x kalori basal berat : +30% x kalori basal BBgemuk : -20% x kalori basal = - /+ kalorilebih : -10% x kalori basal kurang : + 20% x kalori basalStres metabolik : + (10-30%) x kalori basal =+ .kaloriHamil trimester I & II =+ 300 kaloriHamil trimester III/ laktasi= + 500 kaloriTotal kebutuhan= kalori

Note: RUMUS BROCABB idaman = (TB-100)-10%

BB kurang= < 90% BB idaman BB normal= 90-110% BB idaman BB lebih=110-120% BB idaman Gemuk= >120 % BB idaman1. Latihan JasmaniManfaat : menurunkan kadar glukosa darah (mengurangi resistensi insulin ,meningkatkan sensitivitas insulin) menurunkan berat badan mencegah kegemukan mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik , gangguan lipid darah , peningkatan tekanan darah,hiperkoagulasi darah.Prinsip : Continuous , Rhytmic , Interval , Progressive , Endurance (CRIPE)Continuous adalah latihan harus berkesinambungan dan dilakukan terus-menerus tanpa henti. Contoh : bila dipilih jogging 30 menit , maka selama 30 menit pasien melakukan jogging tanpa istirahat.Rhytmic adalah latihan olah raga harus dipilih yang berirama,yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur.Contoh: jalan kaki,jogging,berlari,berenang,bersepeda,mendayung.Interval adalah latihan dilakukan selang seling antara gerak cepat dan lambat.Contoh: jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan, dan lain-lain.Progressive adalah latihan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dari intensitas ringan sampai sedang hingga mencapai 30-60 menitEndurance adalah latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi, seperti jalan (jalan santai/cepat, sesuai umur ), jogging, berenang, dan bersepeda.Dalam latihan jasmani ada hal-hal yang perlu dihindari sebagai berikut: Hindari berlatih pada suhu terlalu panas/dingin Bila kadar glukosa darah > 250 mg/dl . Jangan melakukan latihan jasmani berat ( misalnya bulu tangkis , sepak bola , dan olah raga permainan lain ) Jangan teruskan bila ada gejala hipoglikemia

1. Penyuluhan Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan menunjang perubahan prilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan menyesuaikan keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan perawatan pasien diabetes. 1,2Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dengan memberikan penyuluhan kesehatan antara lain: 1,2,5,6 Agar penyandang DM dapat hidup lebih lama dan dalam kebahagiaan.Kwalitas hidup sudah merupakan kebutuhan bagi seseorang,bukan hanya kuantitas.Seseorang yang bertahan hidup,tetapi dalam keadaan tidak sehat akan mengganggu kebahagiaan dan stabilitas keluarga. Untuk membantu penderita DM agar mereka mampu merawat dirinya sendiri sehingga komplikasi yang mungkin timbul bisa dikurangi selain itu jumlah hari sakit dapat ditekan. Agar penyandang DM dapat berfungsi dan berperan sebaik-baiknya dalam masyarakat. Agar penyandang DM dapat lebih produktif dan bermanfaat Menekan biaya perawatan baik yang dikeluarkan secara pribadi,keluarga ataupun nasional.

Farmakologi1,2,5,61. Sulfonil ureaObat golongan ini sudah dipakai pada pengelolaan diabetes sejak 1957. Berbagai macam obat golongan ini umumnya mempunyai sifat farmakologis yang serupa, demikian juga efek klinis dan mekanisme kerjanya. Beberapa informasi baru mengenai obat golongan ini ada, terutama mengenai efek farmakologis pada pemakaian jangka lama dan pemakaiannya secara kombinasi dengan insulin.Golongan obat ini bekerja dengan menstimulasi sel- pankreas untuk melepaskan insulin yang tersimpan. Karena itu tentu saja hanya dapat bermanfaat pada pasien yang masih mempunyai kemampuan untuk mensekresikan insulin. Golongan obat ini tidak dapat dipakai pada DM tipe 1. Efek ekstra prankreas yaitu memperbaiki sensitivitas insulin ada, tetapi tidak penting karena ternyata obat ini tidak bermanfaat pada pasien yang insulinopenik.Mekanisme kerja obat golongan sulfonilurea:1. Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan (stored insulin)2. Menurunkan ambang sekresi insulin3. Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosaObat golongan ini semuanya mempunyai cara kerja yang serupa, berbeda dalam hal masa kerja, degradasi dan aktivitas metabolitnya. Semuanya dapat menyebabkan hipoglikemia yang mungkin dapat fatal. Untuk mengurangi kemungkinan hipoglikemia, apalagi pada orang tua dipilih obat yang masa kerjanya paling pendek. Obat sulfonilurea dengan masa kerja panjang sebaiknya tidak dipakai pada usia lanjut. Kombinasi Sulfonilurea dengan InsulinPemakaian kombinasi kedua obat ini didasarkan bahwa rerata kadar glukosa darah sepanjangn hari terutama ditentukan oleh kadar glukosa darah puasnya. Umumnya kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan kurang lebih sama, tidak tergantung dari kadar glukosa darah puasanya. Dengan memberikan dosis insulin kerja sedang malam hari, produksi glukosa hati malam hari dapat dikurangi sehingga kadar glukosa darah puasa dapat menjadi lebih rendah. Selanjutnya kadar glukosa darah siang hari dapat diatur dengan pemberian sulfonilurea seperti biasanya.Kombinasi sulfonilurea dan insulin ini ternyata lebih baik daripada insulin saja dan dosis insulin yang diperlukan pun ternyata lebih rendah. Selain itu pasien lebih bisa menerima cara pengelolaan kombinasi daripada pengelolaan dengan suntikan yang lebih sering.1. GlinidGlinid merupakan obat generasi baru yang cara kerjnya sama dengan sulfonilurea, dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu: Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati.1. BiguanidSaat ini dari golongan ini yang masih dipakai adalah metformin. Metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat selular, distal dari reseptor insulin serta juga pada efeknya menurunkan produksi glukosa hati. Metformin meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel usus sehingga menurunkan glukosa darah dan juga disangka menghambat absorbsi glukosa dari usus pada keadaan sesudah makan.1Metformin menurunkan kadar glukosa darah tetapi tidak menyebabkan penurunan sampai di bawah normal. Karena itu tidak disebut sebagai obat hipoglikemik, tetapi obat antihiperglikemik. Pada pemakaian kombinasi dengan sulfonilurea, hipoglikemia dapat terjadi akibat pengaruh sulfonilureanya. Pada pemakaian tunggal, metformin dapat menurunkan kadar glukosa darah sampai 20%. Kadar insulin plasma basal juga turun. Metformin tidak menyebabkan kenaikan berat badan seperti pada pemakaian sulfonilurea.1. TiazolidindionTiazolidindion adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologis meningkatkan sensitivitas insulin. dapat diberikan secara oral. Golongan obat ini bekerja meningkatkan glukosa disposal pada sel dan mengurangi produksi glukosa di hati.Golongan obat baru ini diharapkan dapat lebih tepat kerjanya pada sasaran kelainan yaitu resistensi insulin dan dapat pula dipakai untuk mengatasi berbagai manifestasi resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak menyebabkan kelelahan sel- pankreas.1. Penghambat Glukosidase Alfaobat ini bekerja secara kompetitif megnhambat kerja enzim kosidase alfa di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia postprandial.obat ini bekerja di dalam lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin. Efek samping akibat maldigestif karbohidrat berupa gejala gastrointestinal seperti meteorismus, flatus dan diare.

1. Insulin Secara keseluruhan sebanyak 20-25% pasien DM tipe 2 kemudian akan memerlukan insulin untuk mengendalikan kadar glukosa darahnya. Untuk pasien yang sudah tidak dapat dikendalikan kadar glukosa darahnya dengan kombinasi sulfonilurea dan metformin, langkah berikut yang mungkindiberikan adalah insulin.Disamping pemberian insulin secara konvensional 3 kali sehari dengan memakai insulin kerja cepat, insulin dapat pula diberikan dengan dosis terbagi insulin kerja menengah dua kali sehari dan kemudian diberikan campuran insulin kerja cepat dimana perlu sesuai dengan respons kadar glukosa darahnya. Umumnya dapat juga pasien langsung diberikan insulin campuran kerja cepat dan menengah dua kali sehari.Kombinasi insulin kerja sedang yang diberikan malam hari sebelum tidur dengan sulfonilurea tampaknya memberikan hasil yang lebih baik daripada dengan insulin saja, baik satu kali ataupun dengan insulin campuran. Keuntungannya pasien tidak harus dirawat dan kepatuhan pasien tentu lebih besar. Kriteria Pengendalian1,2,4,5BaikSedangBuruk

Glukosa darah puasa (mg/dl)Glukosa darah 2 jam (mg/dl)AIC (%)Kolestrol total (mg/dl)Kolestrol LDL (mg/dl)Kolestrol HDL (mg/dl)Trigliserida (mg/dl)IMT (kg/m2)Tekanan darah (mmhg)80-109110-144 60 tahun, sasaran kadar glukosa darah lebih tinggi dari pada biasanya (pausa < 150 mg/dl dan sesudah makan < 200 mg/dl), demikian pula kadar lipid, tekanan darah, dll mengacu pada batasan kriteria pengendalian sedang. Pada pasien ini terapi yang diberikan berupa terapi simptomatik dan terapi yang dipilih dalam penangan Diabetes melitus adalah golongan Biguanid yaitu Metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat selular, distal dari reseptor insulin serta juga pada efeknya menurunkan produksi glukosa hati. Metformin meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel usus sehingga menurunkan glukosa darah dan juga disangka menghambat absorbsi glukosa dari usus pada keadaan sesudah makan.Metformin menurunkan kadar glukosa darah tetapi tidak menyebabkan penurunan sampai di bawah normal.Aspek kesehatan masyarakatSuatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup sehat yang diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu faktor genetik (keturunan), perilaku individu atau masyarakat, faktor lingkungandan faktor pelayanan kesehatan, namun yang paling berperan dalam terjadinya diabetes mellitus adalah faktor prilaku, lingkungan serta pelayanan kesehatan. Diabetes Mellitus menjadi masalah di mayarakat disebabkan oleh karena faktor-faktor berikut: 1,3,5,631. Kelainan GenetikDiabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes mellitus, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik.

2. Perilaku UsiaUmumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.

StressStress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak. Serotonin ini memiliki efek penenang sementara untuk meredakan stress, tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang beresiko terkena diabetes mellitus.

Minimnya Aktivitas FisikSetiap gerakan tubuh dengan tujuan meningkatkan dan mengeluarkan tenaga dan energi, yang biasa dilakukan atau aktivitas sehari-hari sesuai profesi atau pekerjaan. Sedangkan faktor resiko penderita DM adalah mereka yang memiliki aktivitas minim, sehingga pengeluaran tenaga dan energi hanya sedikit.

Obesitas80% dari penderita NIDDM adalah Obesitas/gemuk.

MerokokSebuah universitas di Swiss membuat suatu analisis 25 kajian yang menyelidiki hubungan antara merokok dan diabetes yang disiarkan antara 1992 dan 2006, dengan sebanyak 1,2 juta peserta yang ditelusuri selama 30 tahun. Mereka mendapati resiko bahkan lebih tinggi bagi perokok berat. Mereka yang menghabiskan sedikitnya 20 batang rokok sehari memiliki resiko terserang diabetes 62% lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Merokok dapat mengakibatkan kondisi yang tahan terhadap insulin, kata para peneliti tersebut. Itu berarti merokok dapat mencampuri cara tubuh memanfaatkan insulin. Kekebalan tubuh terhadap insulin biasanya mengawali terbentuknya Diabetes tipe 2.3. LingkunganLingkungan sosial dapat berupa kebiasaan masyarakat dalam mengkomsumsi makanan berminyak atau faktor perilaku merokok. Faktor makananKurang gizi atau kelebihan berat badan keduanya meningkatkan resiko terkena diabetes mellitus. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan berat badan lebih (obesitas) mengakibatkan gangguan kerja insulin ( resistensi insulin). MerokokSebuah universitas di Swiss membuat suatu analisis 25 kajian yang menyelidiki hubungan antara merokok dan diabetes yang disiarkan antara 1992 dan 2006, dengan sebanyak 1,2 juta peserta yang ditelusuri selama 30 tahun. Mereka mendapati resiko bahkan lebih tinggi bagi perokok berat. Mereka yang menghabiskan sedikitnya 20 batang rokok sehari memiliki resiko terserang diabetes 62% lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Merokok dapat mengakibatkan kondisi yang tahan terhadap insulin, kata para peneliti tersebut. Itu berarti merokok dapat mencampuri cara tubuh memanfaatkan insulin. Kekebalan tubuh terhadap insulin biasanya mengawali terbentuknya Diabetes tipe 2.4. Pelayanan KesehatanPada pelayanan kesehatan yakni Puskesmas lembasada, belum terciptanya penyuluhan mengenai diabetes melitus dan sehingga pengetahuan masyarakat yang masih kurang mengenai diabetes mellitus.Pasien menyangkal ada faktor genetik .

PERILAKU

DIABETES MELLITUS LINGKUNGAN

Usia pada pasien ini adalah 60 tahun

Faktor Makanan

Kurangnya Pengetahuan

PELAYANAN KESEHATAN

Masih kurangnya penyuluhan dari tenaga kesehatan menyebabkan tingkat pengetahuan masyarakat masih kurang

DAFTAR PUSTAKA

1. Gustaviani R. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam : buku ajar ilmu penyakit dalam. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I dkk, editor. Jilid III. Edisi IV. Jakarta : balai penerbit FKUI, 2006.1. Persi.Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup Berperan Besar Memicu Diabetes.2008 [ diakses tanggal 14 aPRIL 2015] http: //pdpersi.co.id1. Waspadji S. Komplikasi kronik diabetes : mekanisme terjadinya, diagnosis dan strategi pengelolaannya. Dalam : buku ajar ilmu penyakit dalam. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I dkk, editor. Jilid III. Edisi IV. Jakarta : balai penerbit FKUI.1. Soegondo S. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta : PERKENI, 20111. Foster DW.Diabetes melitus. Dalam : Harrison Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Asdie, A, editor. Volume 5. Jakarta : EGC, 2000.1. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. 2006. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Jakarta.