Penda Hulu An
-
Upload
skripsiani -
Category
Documents
-
view
15 -
download
1
description
Transcript of Penda Hulu An
PENDAHULUAN
Kornea adalah selaput bening mata, tembus cahaya, dan merupakan
lapisan yang menutupi bola mata bagian depan. Kornea terdiri dari epitel,
membran bowman, stroma, membran descement dan endotel. Kornea
dipersarafi oleh banyak saraf sensoris, tetapi tidak memiliki pembuluh darah.1
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada
kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Keratitis
diklasifikasikan menurut lapisan kornea yang terkena yaitu keratitis superficial
apabila mengenai lapisan epitel atau Bowman dan keratitis profunda atau
keratitis interstisialis (keratitis parenkimatous) yang mengenai lapisan stroma.2
Penyebab keratitis bermacam-macam seperti infeksi bakteri, virus dan
jamur, benda asing yang masuk ke mata, reaksi alergi atau mata yang terlalu
sensitif terhadap kosmetik mata, debu, polusi atau bahan iritatif lain,
kekurangan vitamin A dan penggunaan lensa kontak yang kurang baik.3
Keratitis infektif merupakan epidemi pada negara berkembang. Insiden
ulkus kornea di Hongkong sebesar 6,3 per 100.000 populasi per tahun dan di
USA sebesar 11 per 100.000 populasi per tahun.4 Angka insidensi keratitis
infektif di negara berkembang sebesar 1,5 sampai 2 juta kasus. Andhra Pradesh
Eye Disease Study (APEDS) yang dilaksanakan di LV Prasad Eye Institute,
Hyderabad, memperkirakan angka prevalensi kebutaan kornea pada satu mata
atau lebih sebesar 0,66%.5
Keratitis akan memberikan gejala mata merah, nyeri, pandangan kabur,
rasa silau, rasa adanya benda asing. Pengobatan pada keratitis adalah sesuai
dengan agen penyebab, pemberian antibiotik bila penyebabnya bakteri, anti
1
virus bila virus penyebabnya, anti jamur bila disebabkan oleh jamur dan air
mata buatan bila terjadi kekeringan pada mata.3
Keratitis umumnya menyertai semua jenis konjungtivitis adenovirus
yang mencapai puncaknya 5-7 hari sesudah mulainya konjungtivitis. Infeksi
adenovirus bertangguung jawab pada 92% kasus keratokonjungtivitis. Keratitis
ini merupakan keratitis epitel halus. Keratitis epitelial sering diikuti kekeruhan
subepitel.1
Kortikosteroid merupakan obat yang sangat banyak dan luas dipakai
dalam dunia kedokteran. Pemberian kortikosteroid bertujuan untuk
mengurangi proses inflamasi non spesifik, termasuk edema kornea dan iritasi
intraokular dan pembentukan sinekia. Selain itu, steroid juga mengurangi
neovaskularisasi yang terjadi selama proses inflamasi persisten.6
Pemberian topikal glukokortikoid hanya diberikan pada kelainan
dibagian luar mata serta pada bagian segmen anterior mata untuk kelainan –
kelainan pada segmen belakang bola mata diberikan glukokortikoid sistemik.
Pemberian topical glukokortikoid dapat meningkatkan tekanan intraokular,
oleh karena itu perlu pengawasan tekanan intraokular pada pemakaian
kortikosteroid yang lebih dari 2 minggu.7
Meskipun kekeruhan kornea pada keratokonjungtitis adenovirus
cenderung mereda untuk sementara dengan pemakaian kortikosteroid topikal
dan meskipun pasien sering merasa nyaman untuk sementara waktu tetapi
kortikosteroid dapat memperpanjang penyakit kornea.1
Berikut ini akan dilaporkan kasus keratitis adenoviral pada pasien yang
mendapat terapi kortikosteroid di poli mata RSUP Prof. R, D. Kandou.
2
LAPORAN KASUS
Seorang anak usia 13 tahun jenis kelamin perempuan suku minahasa,
bangsa Indonesia alamat Likupang, datang berobat di Poliklinik Mata RSU
Prof. dr. R. D. Kandou pada tanggal 4 maret 2013 dengan keluhan utama mata
merah.
Anamnesis
Sejak 2 minggu yang lalu, pasien mengeluh kedua mata merah. Pada
awalnya hanya mata kanan yang merah tetapi beberapa hari kemudian mata
kiri pasien kemerahan. Pada awalnya pasien merasa gatal dan megucak – ucak
matanya sehingga mata pasien menjadi merah. Keluhan dirasakan terus-
menerus dan tidak disertai nyeri pada mata, silau bila melihat cahaya, mata
berair dan sekret (serous) yang keluar dari mata sedikit. Sejak 4 hari yang lalu
pasien mulai merasa penglihatan berkurang pada kedua mata yang dikeluhkan.
Pasien pernah mendapat infeksi saluran pernapasan atas sebelumnya. Riwayat
menggunakan kacamata dan trauma pada mata disangkal oleh pasien dan
keluarga.
Pemeriksaan Fisik Umum
Status Generalis didapatkan, keadaan umum cukup, kesadaran compos
mentis, tekanan darah 100/70 mm/Hg, nadi 80x/mnt, suhu badan 36,80 C. Pada
perabaan kelenjar getah bening preauricular terdapat limfadenopati pada sisi
mata yang terlebih dahulu terkena, jantung dan paru dalam batas normal,
abdomen datar lemas, hepar/lien tidak teraba, ekstremitas dalam batas normal.
Status psikiatri diperoleh sikap penderita kooperatif, ekspresi wajar dan
respon yang ditunjukkan baik. Status neurologi diperoleh sensibilitas baik,
refleks fisiologis positif normal, refleks patologik tidak ada.
3
Status Oftalmologi
A. Pemeriksaan Subyektif
Visus okulus dextra 6/20
Visus oculus sinistra 6/20
B. Pemeriksaan Obyektif
Inspeksi OD : Lakrimasi (+), Fotofobia (+), Hiperemi palpebra (-),
Edema palpebra (-), Benjolan (-), Injeksi konjungtiva(-),
Injeksi silier (+), Konjungtiva tarsalis hiperemi (+),
kornea keruh, CoA dalam, pupil bulat, RC(+/+), lensa
jernih.
Inspeksi OS : Lakrimasi (+), Fotofobia (+), Hiperemi palpebra (-),
Edema palpebra (-), Benjolan (-), Injeksi konjungtiva
(-), Injeksi silier (+), Konjungtiva tarssalis hiperemis
(+), kornea keruh, CoA dalam, pupil bulat, RC(+/+),
lensa jernih.
Palpasi OD : benjolan (-), tekanan intra okuler digital normal.
OS : benjolan (-), tekanan intra okuler digital normal.
Pemeriksaan Slitlamp
OD : Konjungtiva bulbi : injeksi silier (+), injeksi konjungtiva (-)
Kornea : infiltrat subepitel (+)
CoA : Dalam
Pupil : bulat
Iris : sinekia (-)
Lensa : jernih
OS : Konjungtiva bulbi : injeksi silier (+), injeksi konjungtiva (-)
Kornea : infiltrat subepitel (+)
4
CoA : sedang
Pupil : bulat
Iris : sinekia (-)
Lensa : jernih
Resume masuk
Seorang anak perempuan usia 13 tahun datang ke poli mata RSUP Prof
R.D.Kandou dengan keluhan utama mata merah pada kedua mata sejak 2
minggu yang lalu. Gatal pada kedua mata(+), nyeri pada kedua mata(-),
lakrimasi pada kedua mata(+), sekret pada kedua mata (+) sedikit, pandangan
kabur (+) pada kedua mata , silau bila kena cahaya (+). Riwayat infeksi saluran
pernapasan bagian atas (+). Riwayat trauma pada mata(-).
Pada pemeriksaan fisik kepala terdapat limfadenopati preauricular pada
mata yang lebih dahulu terkena. Dari pemeriksaan subjektif didapatkan VOD
6/20 dan VOS 6/20. Pemeriksaan objekstif ODS didapatkan injeksi siliar (+),
injeksi konjungtiva (-), konjungtiva tarsalis hiperemi (+), lakrimasi (+),
fotopobia (+), CoA sedang, pupil bulat reflek cahaya +/+, kornea keruh, lensa
jernih. Pemeriksaan objektif dengan slit lamp ODS terlihat infiltrat subepitel
(+) dan injeksi siliar (+).
Diagnosis : Adenoviral keratitis ODS
Diagnosa banding : Keratitis bakterial ODS
Terapi : - Protagenta ED 6 x gtt 1 ODS
- Floxa ED 3 x gtt 1 ODS
- Imboost 1 x 1 tab
- Metilprednisolon 2 x 8 mg tab
5
Prognosis : - Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam
6
DISKUSI
Diagnosis penderita ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan ophthalmologi.
Pada anamnesa didapatkan kedua mata merah sejak 2 minggu yang lalu.
Pada awalnya pasien merasa gatal dan megucak – ucak matanya sehingga mata
pasien menjadi merah. Keluhan tidak disertai nyeri pada mata, silau bila
melihat cahaya, mata berair dan sekret (serous) yang keluar dari mata sedikit.
Pasien juga mengeluh mengalami penglihatan kabur sejak 4 hari terakhir.
Riwayat ISPA ada sebelum mata merah dan riwayat trauma disangkal.
Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa gambaran
klinis keratitis yaitu mata merah, nyeri, pandangan kabur, silau, rasa adanya
benda asing.3 Akibat terjadinya infiltrasi sel radang yang dapat mengakibatkan
kekeruhan pada kornea yang dapat memberikan dampak berupa penglihatan
kabur. Mata merah terjadi akibat injeksi pembuluh darah perikorneal yang
dalam atau injeksi silier.3 Riwayat infeksi saluran pernapasan berhubungan
dengan infeksi adenoviral.8
Pada pemeriksaan fisik kepala terdapat limfadenopati preauricular pada
sisi mata kanan. Dari pemeriksaan visus didapatkan VODS 6/20. Pemeriksaan
objektif dengan slit lamp ODS terlihat infiltrat subepitel pada kornea, injeksi
siliar, CoA sedang, lensa jernih dan pupil bulat. Limfadenopati preauricular
hampir selalu ada dan merupakan tanda diagnostik yang sangat membantu.
Infiltrat subepitel pada kornea dan sekret berair merupakan salah satu tanda
infeksi adenoviral.9
Berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan oftalmologi yang
dilakukan pasien di diagnosis dengan keratitis adenoviral okuli dekstra sinistra.
7
Sebagian besar infeksi adenoviral dapat memberikan gambaran klinis
sebagai demam faringokonjungtiva, konjungtivitis folikular atau
keratokonjungtivitis epidemik. Pada keratokonjungtivitis epidemik infeksi
disebabkan oleh adenovirus serotipe 8, 19 dan 37 yang menginduksi respon
inflamasi akut yang intens.3
Infiltrat sub epitel sepertinya disebabkan oleh respon imunopatologik
terhadap infeksi virus pada keratosit dalam permukaan superficial stroma
kornea. Infeksi virus biasanya akan sembuh dengan sendirinya setelah 3
minggu.3
Akibat tidak adanya terapi antiviral yang efektif, pengobatan khusus
termasuk kompres dingin, air mata buatan (artificial tears) dan antibiotik
dengan atau tanpa kortikoteroid.10 Pemberian antibiotika adalah untuk
mencegah infeksi sekunder.3 Pemberian kortikosteroid bertujuan untuk
mengurangi proses inflamasi non spesifik, termasuk edema kornea dan iritasi
intraokular.6
Kortikosteroid topikal juga dapat mengurangi fotopobia dan
memperbaiki penglihatan akibat infiltrat subepitel. Pemberian kortikosteroid
seharusnya diberikan pada pasien infeksi adenovirus yang memiliki indikasi
khusus pengobatan termasuk membrane konjungtiva dan penurunan
penglihatan akibat infiltrate subepitel bilateral.11
Kortikosteroid topikal dapat mengurangi gejala subjektif dan mencegah
infiltrasi pada kornea lebih lanjut. Setelah dilakukan tapering off dosis
kortikosteroid, angka kekambuhan (rekurensi) yang dilaporkan sebesar 30%.
Penelitian yang dilakukan pada hewan percobaan memberikan hasil bahwa
replikasi adenoviral meningkat dibawah pengaruh kortikosteroid.12
8
Oleh sebab itu pemberian kortikosteroid hanya dapat diterima pada
infeksi fulminan masif dengan maksud untuk mencegah symblephara, jaringan
parut pada kornea, dan kerusakan (perburukan) visus yang permanen.12
9
PENUTUP
Kesimpulan
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada
kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Penyebab keratitis
bermacam-macam seperti infeksi bakteri, virus dan jamur, benda asing yang
masuk ke mata, reaksi alergi atau mata yang terlalu sensitif terhadap kosmetik
mata, debu, polusi atau bahan iritatif lain.
Keratitis akan memberikan gejala mata merah, nyeri, pandangan kabur,
rasa silau, rasa adanya benda asing. Pengobatan pada keratitis adalah sesuai
dengan agen penyebab. Sebagian besar infeksi adenoviral dapat memberikan
gambaran klinis sebagai demam faringokonjungtiva, konjungtivitis folikular
atau keratokonjungtivitis epidemik.
Akibat tidak adanya terapi antiviral yang efektif, pengobatan khusus
termasuk kompres dingin, air mata buatan (artificial tears) dan antibiotik
dengan atau tanpa kortikoteroid. Pemberian kortikosteroid bertujuan untuk
mengurangi proses inflamasi non spesifik, termasuk edema kornea dan iritasi
intraokular.
Kortikosteroid topikal juga dapat mengurangi fotopobia dan
memperbaiki penglihatan akibat infiltrat subepitel. Pemberian kortikosteroid
hanya dapat diterima pada infeksi fulminan masif dengan maksud untuk
mencegah symblephara, jaringan parut pada kornea, dan kerusakan
(perburukan) visus yang permanen.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Biswell R. Kornea. Dalam : Vaughan DG, Asbury T, Eva PR,
penyunting. Oftalmologi umum. Jakarta: Widya medika;2000.h.129-54.
2. Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H, Saman RR, Simamarta M, Widodo
PS. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran.
Jakarta: Sagung seto;2002.h.114-5.
3. Ilyas S. Penuntun ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai
penerbit FKUI;2008.h. 80-102.
4. Thomas PA, Geraldine P. Infectious keratitis. Dalam : Thomas PA,
penyunting. Current opinion in infectious diseases. United state;
Lipincott Williams & wilkins; 2007.h.129-41.
5. Dandona R, Dandona L. Corneal blindness in a southern Indian
population: need for health promotion strategies. Br J Ophthalmol.
2003;87(2):133-41.
6. Viestenz A, Baumann WB. Management of post refractive infectious
keratitis. Diunduh dari :
http://www.touchbriefings.com/pdf/2945/viestenz.pdf. Diakses : 9
Maret 2013.
7. Azis AL. Penggunaan kortikosteroid di klinik. Diunduh dari :
old.pediatrik.com/buletin/20060220-uk51j3-buletin.pdf. Diakses : 9
Maret 2013.
8. Uvaraj T. Viral keratitis. Thrissur: Department of ophthalmology
medical collage hospital; 2008.h.278-85.
11
9. Melton R, Thomass R. Adenoviral infection. Diunduh dari :
http://www.eyeupdate.com/case-studies/75-adenoviral-infections-
ekc.html. Diakses : 9 Maret 2013.
10. Rajaiya J, Chodosh J. New paradigms in infection eye disease:
Adenoviral keratoconjuctivitis. ARCH SOC ESP OFTALMOL. 2006;
81: 493-8.
11. Sutphin J. External disease and cornea. USA: American academy of
ophthalmology; 2012.h.95-130.
12. Bialasiewiechz A. Adenoviral keratoconjungtivitis. Sultan qaboos
university medical journal. 2007;7:15-23.
12