Penda Hulu An

9
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Wilayah Kelurahan Karangmalang Kecamatan Mijen Kota Semarang terletak di sebelah selatan Kota Semarang. Kecamatan Mijen memiliki 2 puskesmas yaitu Puskesmas Mijen dan Puskesmas Karangmalang. Puskesmas Karangmalang merupakan pusat pelayanan kesehatan dasar yang berada di wilayah kerja Kecamatan Mijen. Puskesmas Karangmalang memiliki 4 desa binaan yaitu Kelurahan Karangmalang, Kelurahan Bubakan, Kelurahan Polaman dan Kelurahan Purwosari. Kelurahan Karangmalang dibagi menjadi 9 dukuh antara lain Dukuh Krajan, Dukuh Sebumi, Dukuh Losari, Dukuh Widosari, Dukuh Gerung, Dukuh Gedongan, Dukuh Kebun Dalem, Dukuh Dawung, dan Dukuh Sekretek. Dukuh Krajan merupakan wilayah yang paling besar dari 8 dukuh lain yang terdiri dari 4 RT dimana jumlah penduduknya terdiri lebih dari 150 Kepala Keluarga (KK), adapun batasan Dukuh Krajan disebelah utara adalah Kelurahn Polaman, sebelah timur adalah dukuh Widosari dan Dukuh Dawung, sebelah timur adalah Dukuh Sebumi dan sebelah selatan adalah Dukuh Gerung. Pemasokan air bersih di wilayah Dukuh Krajan berasal dari mata air gunung Lilik. Mayoritas masyarakat di Dukuh Krajan memeluk agama Islam, dan sebagian besar masyakarat Dukuh Krajan bermata pencaharian sebagai petani dan buruh. Dukuh ini memiliki 1 kandang ternak milik bersama. Kegiatan yang dilakukan di dukuh ini adalah kegiatan tahlilan bapak/ibu, pelayanan kesehatan Ibu dan Anak di posyandu setiap tanggal 7, pertemuan kader setiap tanggal 23. Adapun sarana dan prasarana yang ada di Dukuh Krajan adalah 2 musholla, 1 Sekolah Dasar (SD) Negeri Karangmalang, dan 1 Posyandu Balita yang bernama Posyandu Melati I. B. Gambaran Masalah Kesehatan di Wilayah

description

pengalaman belajar lapangan di mijen semarang dengan intervensi transect walk

Transcript of Penda Hulu An

6

BAB I. PENDAHULUANA. Gambaran Umum WilayahKelurahan Karangmalang Kecamatan Mijen Kota Semarang terletak di sebelah selatan Kota Semarang. Kecamatan Mijen memiliki 2 puskesmas yaitu Puskesmas Mijen dan Puskesmas Karangmalang. Puskesmas Karangmalang merupakan pusat pelayanan kesehatan dasar yang berada di wilayah kerja Kecamatan Mijen. Puskesmas Karangmalang memiliki 4 desa binaan yaitu Kelurahan Karangmalang, Kelurahan Bubakan, Kelurahan Polaman dan Kelurahan Purwosari.Kelurahan Karangmalang dibagi menjadi 9 dukuh antara lain Dukuh Krajan, Dukuh Sebumi, Dukuh Losari, Dukuh Widosari, Dukuh Gerung, Dukuh Gedongan, Dukuh Kebun Dalem, Dukuh Dawung, dan Dukuh Sekretek. Dukuh Krajan merupakan wilayah yang paling besar dari 8 dukuh lain yang terdiri dari 4 RT dimana jumlah penduduknya terdiri lebih dari 150 Kepala Keluarga (KK), adapun batasan Dukuh Krajan disebelah utara adalah Kelurahn Polaman, sebelah timur adalah dukuh Widosari dan Dukuh Dawung, sebelah timur adalah Dukuh Sebumi dan sebelah selatan adalah Dukuh Gerung. Pemasokan air bersih di wilayah Dukuh Krajan berasal dari mata air gunung Lilik. Mayoritas masyarakat di Dukuh Krajan memeluk agama Islam, dan sebagian besar masyakarat Dukuh Krajan bermata pencaharian sebagai petani dan buruh. Dukuh ini memiliki 1 kandang ternak milik bersama. Kegiatan yang dilakukan di dukuh ini adalah kegiatan tahlilan bapak/ibu, pelayanan kesehatan Ibu dan Anak di posyandu setiap tanggal 7, pertemuan kader setiap tanggal 23. Adapun sarana dan prasarana yang ada di Dukuh Krajan adalah 2 musholla, 1 Sekolah Dasar (SD) Negeri Karangmalang, dan 1 Posyandu Balita yang bernama Posyandu Melati I.

B. Gambaran Masalah Kesehatan di WilayahMasalah kesehatan yang sering dikeluhkan masyarakat Dukuh Krajan antara lain batuk, pilek, pegal-pegal. Sedangkan menurut data di pelayanan kesehatan adalah Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), diare, demam typoid, hipertensi, stroke, diabetes militus, asam urat, dan balita gizi kurang.

BAB II. TUJUANA. Tujuan dan SasaranTujuan penelitian ini adalah untuk melihat keadaan rumah sebenarnya dan menggali informasi atau gagasan dari ibu-ibu yang memiliki bayi dan atau balita dalam mencegah diare secara dini dengan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga khususnya di Dukuh Krajan, Kelurahan Karangmalang, Kecamatan Mijen, Kota Semarang.

BAB III. METODEA. Metode Identifikasi dan Prioritas1. Kajian dokumenKajian dokumen merupakan metode identifikasi masalah yang pertama kali digunakan sebelum terjun langsung ke lapangan. Kami mengkaji laporan pemberdayaan masyarakat di Dukuh Krajan RT 02 RW 02 Tahun 2012 dan data Puskesmas Karangmalang pada tanggal 3 Oktober 2013. Hasil masalah kesehatan yang didapatkan yaitu :1. Kunjungan Puskesmas mengalami penurunan2. Penyakit degeneratif3. Kepadatan penduduk4. Kebiasaan membakar sampah5. Ventilasi kurang 6. Kurangnya kebiasaaan olahragaBerdasarkan keenam masalah tersebut kemudian ditentukan prioritas masalah menggunakan metode Hanlon kualitatif dengan hasil sebagai berikut :123456Total H

1-+---1

2-++-2

3+++3

4++2

5+1

60

Total V011112

Total H123210

Total134322

PrioritasVIIIIIIIVIV

Tabel 1. Prioritas Masalah dari Kajian Dokumen

2. Wawancara Mendalam Wawancara mendalam merupakan metode kedua yang digunakan untuk identifikasi masalah. Metode ini juga digunakan untuk cross check dari kajian dokumen yang telah dilakukan sebelumnya. Wawancara mendalam dilakukan kepada ketua RT 01, ketua RT 02, ketua RT 03, ketua RW 02, kader kesehatan, beberapa masyarakat dari masing-masing RT dan bidan desa. Dari wawancara mendalam didapatkan beberapa masalah yang berhubungan dengan kesehatan antara lain : ISPA, diare, Demam Berdarah Dengue (DBD), rokok, penyakit degeneratif, demam typhoid, pengelolaan sampah dibakar, pengelolaan kandang, kurangnya pemanfaatan puskesmas, balita gizi kurang, ASI eksklusif kurang, kebiasaan mandi, cuci, dan BAB di sungai, tidak ada penyuluhan kesehatan di karangtaruna, tidak ada posyandu lansia, pencatatan dan pelaporan data kesehatan.Berikut hasil konsultasi dengan dosen pembimbing, dari masalah yang ditemukan tersebut dikelompokkan menjadi 5 masalah yaitu :1. Diare2. Demam Berdarah Dengue (DBD)3. Penyakit degeneratif4. Pengelolaan kandang5. Pencatatan dan pelaporan data kesehatanPenentuan prioritas masalah dengan Hanlon Kualitatif :

12345Total H

1-+++3

2+++3

3++2

4+1

50

Total V01000

Total H33210

Total34210

PrioritasIIIIIIIVV

Tabel 2. Prioritas Masalah dari Wawancara Mendalam Dengan Hanlon Kualitatif

Penentuan prioritas masalah dengan metode Delbeq: MasalahKriteria dan Bobot MaksimumTotalPrioritas

Besar Masalah(Skor 8)Kegawatan(Skor 8)Biaya(Skor 7)Dukungan Masyarakat (Skor 7)

17x8 = 566x8 = 486x7 = 426x7 = 42188II

26x8 = 487x8 = 565x7 = 356x7 = 42181III

37x8 = 567x8 = 564x7 = 287x7 = 49189I

46x8 = 486x8 = 485x7 = 356x7 = 42 173IV

56x8 = 485x8 = 406x6 = 366x7 = 42166V

Tabel 3. Prioritas Masalah dari Wawancara Mendalam Dengan Delbeq

3. Observasi Observasi merupakan metode identifikasi masalah yang dilakukan bersamaaan dengan wawancara mendalam. Obsevasi dilakukan pada kondisi fisik rumah, lingkungan sekitar rumah, dan lingkungan kandang.

4. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) di Dukuh Krajan dilakukan dengan curah pendapat untuk menentukan urutan prioritas masalah. Masalah kesehatan yang diangkat berasal dari hasil akhir konsultasi dengan dosen pembimbing. Berikut ini hasil dari MMD :1. Demam Berdarah Dengue (DBD)2. Diare3. Penyakit Degeneratif4. Pengelolaan Kandang5. Pencatatan dan pelaporan data kesehatan

B. Metode Alternatif Pemecahan MasalahMetode alternatif pemecahan masalah dari salah satu masalah yang dihasilkan dari curah pendapat bersama dengan masyakarat dan perangkat desa yaitu diare, peneliti memberikan intervensi pemberdayaan masyarakat (transect walk) melalui random sampling dimana peneliti melihat lingkungan dalam rumah dan wawancara bagaimana proses sanitasi makanan dan minuman yang dilakukan oleh 10 ibu-ibu yang memiliki bayi dan atau balita, lalu dilakukan perhitungan statistika melalui spss 16 kemudian curah pendapat dan bedah leaftet yang dihadiri 26 peserta dari 47 peserta yang diundang, lalu dievaluasi melalui pertanyaan seputar pemahaman leaflet. Adapun isi leaflet ini menjelaskan tentang pengertian sehat dan diare menurut WHO, penyebab diare (sanitasi makanan dan minuman, kebersihan rumah, jajan sembarangan, personal higiene (cuci tangan), keberadaan vektor), pencegahan diare, dan bahaya Bisphenol-A pada botol susu bayi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain cross sectional.

C. Plan Of Action (POA) terlampirBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PengetahuanSikapDiareLingkunganPerilakuYankesGenetik Posyandu Puskesmas Rumah, Sampah Sanitasi makanan minuman Jajan sembarangan Tidak menutup makanan Botol tidak steril Tidak menutup TPA Tidak cuci tangan dengan sabun

Bagan 1. Analisis Penyebab Diare dengan Teori HL.BlumHasil penelitian dari transect walk pada 10 ibu-ibu yang memiliki bayi dan atau balita terhadap lingkungan rumah dan sanitasi makanan serta minuman, didapatkan 4 bayi yang pernah menderita diare pada 3 bulan yang lalu. Terjadinya diare pada bayi dan balita disebabkan oleh empat faktor yaitu perilaku, genetik, pelayanan kesehatan dan lingkungan. Perilaku ibu dalam mengasuh anak seperti sebelum memegang makanan kadang-kadang cuci tangan menggunakan sabun 66,7%. Hal ini dapat menyebabkan kuman dengan mudah masuk mengkontaminasi makanan.1 Membiarkan anak jajan sembarangan 90,0% (tidak melihat tanggal kadaluarsa, mengkonsumsi makanan dipinggir jalan) dan frekuensi jajan terlalu sering apalagi harga terjangkau harus berhati-hati karena banyak makanan murah yang mengandung zat pewarna teksil dan pengawet yang akan berdampak pada penurunan kesehatan. Penyimpanan alat makan yang terbuka (73,3%) bila tebuka maka lalat akan mudah hinggap dan partikel debu akan menempel di makanan, makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, akan tercemar dan kuman akan berkembang biak.3 Tempat sampah yang terbuka 100% pastinya akan memicu munculnya vektor seperti tikus, lalat. Penggunaan botol susu tidak standar atau yang mengandung Bisphenol-A sebesar (53,3%) penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman/bakteri penyebab diare, sehingga bayi atau balita yang menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare.2 Berbeda halnya jika makanan telah ditutup dengan tudung saji (66,7%) dan tempat penampungan air tertutup 100% maka akan terhindar dari kontaminasi silang. Tempat penampungan air dikuras jika sudah kotor (46,7%). Proses memasak yang pernah menggunakan penyedap makanan (26,7%) untuk bayi dan balita dapat menyebabkan memicu sel kanker berbeda halnya apabila 100% tidak pernah menggunakan pengawet dan pewarna makanan, 100% air untuk minum direbus, pencucian bahan makanan dengan air matang (25,5%).3 Faktor pelayanan kesehatan seperti pemberian PMT tidak rutin. Selain itu dari segi genetik adalah faktor keturunan dari keluarga (imunodefiensi), dan faktor lingkungan dimana kondisi rumah tidak terpasangnya ternit (80%) akan mengundang vektor tikus untuk masuk ke rumah. Keadaan sanitasi lingkungan kurang memenuhi syarat kesehatan karena dengan transek bisa dilihat adanya sampah yang berserakan, hal ini didukung fakta bahwa masih banyaknya tikus yang berkeliaran membawa virus karena tempat sampah tidak tertutup dan tidak adanya alat perangkap tikus.4 Kehadiran peserta lebih dari 50%, Suasana dalam ruangan yang kurang kondusif disebabkan oleh adanya peserta yang lebih mementingkan bayi dan atau balitanya yang rewel, maka dari itu hanya sebagian peserta saja yang mendengarkan, mencurahkan pendapatnya dan bertanya tentang diare namun sungkan untuk menjawab pertanyaan setelah dijelaskan seputar isi leaflet, oleh sebab itu kegiatan curah pendapat dan bedah leaflet belum bisa dikatakan berhasil.

BAB V. KESIMPULANBerdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terjadinya diare dilihat dari praktek personal higiene ibu dan ketersediaan sanitasi makanan dan minuman dalam upaya pencegahan diare (tempat sampah tertutup, penyimpanan bahan makanan dan alat makan yang aman dan sebagainya).

DAFTAR PUSTAKA1. Laila Kamilla, Suhartono, Nur Endah W. Hubungan Praktek Personal Hygiene Ibu dan Kondisi Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Kampung Dalam Kecamatan Pontianak Timur. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 11 No. 2 / Oktober 2012.2. Depkes RI. Perilaku Yang Dapat Meningkatkan Risiko Terjadinya Diare Pada Balita. 2007.3. Saksono,Lukman.Pengantar Sanitasi Makanan.Bandung. PT.Alumni.1986.4. Siti Amaliah. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dan Faktor Budaya Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. 2010. http://jurnal unimus.ac.id//. diakses pada tanggal 27 Oktober 2013.