Penda Hulu An

17
TUGAS PAPER(Untuk Perbaikan) Mata Kuliah Ilmu Filsafat Kebenaran Ilmiah Bersifat Relatif Dosen: dr. E.Suryadi, SU dr. Tridjoko H, DTMH Oleh: Anggi Wijayanti Kusuma 11/314260/KU/14401

description

pkn

Transcript of Penda Hulu An

TUGAS PAPER(Untuk Perbaikan)Mata Kuliah Ilmu FilsafatKebenaran Ilmiah Bersifat RelatifDosen: dr. E.Suryadi, SU dr. Tridjoko H, DTMH

Oleh:Anggi Wijayanti Kusuma11/314260/KU/14401

Program Studi Ilmu KeperawatanFakultas KedokteranUniversitas Gadjah MadaTahun Akademik 2011/20122012PENDAHULUANManusia adalah mahkluk yang selelu ingin tahu. Tapi tidak hanya sekedar tahu, tetapi juga ingin tahu yang benar. Hanya kebenaranlah yang dapat memuaskan rasa ingin tahu yang dimiliki oleh manusia. Untuk mendapatkan kebenaran tersebut, manusia mencari dengan berbagi macam cara seperti menggunakan rasio ataupun menggunakan pengalaman. Tetapi, untuk mencari sebuah kebenaran tidaklah mudah, dan bahkan mungkin dapat menimbulkan rasa putus asa. Dari rasa putus asa itulah, maka para pencari kebenaran mulai berspekulasi dan membuat definisi-definisi mengenai suatu kebenaran menurut pendapat mereka masing-masing, sehingga kebenaran dapat bersifat subjektif.Kebenaran dibedakan menjadi empat lapis. Yang pertama adalah kebenaran inderawi, yaotu kebenaran yang diperoleh dari panca indera kita seperti penglihatan, pendengaran dan lain-lain. Yang kedua adalah kebenaran ilmiah, yaitu kebenaran yang didapat melalui kegiatan yang sistematis dan logis yang dilakukan oleh orang-orang terpelajar. Yang ketiga adalah kebenaran falsafi, yaitu kebenaran yang diperoleh melalui hasil pemikiran yang sangat mendalam dan lama yang dilakukan oleh orang yang sangat terpelajar dan kebenaran itu diterima serta dipakai sebagai rujukan oleh masyarakat. Yang keempat adalah kebenaran religi, yaitu kebenaran yang diperoleh dari Tuhan Yang Maha Esa melalui wahyu yang diterima oleh para nabi.Kebenaran Falsafi dan religi dianggap sebagai mutlak. Kebenaran yang hanya memiliki dua pilihan : ambil atau tinggalkan. Jika kita memilih untuk mengambil atau menganutnya, maka kita harus melakukan apa yang ada di dalam ajarannya. Tetapi, karena perkembangan dalam falsafah atau agama itu sendiri, serta diakibatkan perkembangan budaya dan akal manusia. Manusia milai mempertanyakan mengenai kemutlakan kebenaran itu sendiri. Hingga mulai berkembanglah berbagai aliran-aliran baru dalam bidang falsafah atau agama yang memberikan berbeda mengenai apa yang telah diperintahkan atau yang telah dituliskan.Jika dalam kebenaran falsafi dan religi yang dikatakan multak dapat berkembang menjadi berbagai macam aliran-aliran yang berbeda astu sama lain, apalagi dalam kebenaran ilmiah. Manusia diciptakan sebagai individu yang berbeda satu sama lainnya, baik dalam hal fisik maupun pemikiran. Bahkan dua oarng kembar yang sama persispun dapat memiliki pemikiran yang berbeda. Dengan kata lain, tidak ada manusia yang sama. Suatu peristiwa yang sama dapat ditanggapi berbeda oleh setiap orang. Perbedaan pemikiran antara satu individu dengan individu lain, hal inilah yang membuat kebenaran ilmiah bersifat relatif. Oleh sebab itu perlu dibahas lebih lanjut mengenai kebenaran dan kabenaran ilmiah agar dapat mengetahui hakikat dari kebenaran ilmiah itu sendiri.

PEMBAHASANApakah kebenaran itu? Kebenaran didefinisikan berbeda oleh tiap orang. Kata kebenaran dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkret maupun abstrak (Abbas Hamami, 1983). Aristoteles mendefinisikan kebenaran sebagai suatu kesesuaian antara apa yang diklaim diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya, jadi benar ataupun salah tergantung pada sesuai tidaknya antara yang dikatakan dengan kenyataan yang ada. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebenaran adalah : 1. keadaan yg disebutkan cocok dengan keadaan yg sesungguhnya; 2. sesuatu yg sungguh-sungguh (benar-benar) ada; 3. kelurusan hati; kejujuran; 4. Selalu izin, perkenanan; 5. Jalan kebetulanMenurut Bradley kebenaran itu adalah kenyataan, tetapi kenyataan itu tidak selalu yang sebenarnya terjadi. Kenyataan yang terjadi basa saja berbentuk keburukan (ketidakbenaran). Dengan kata lain, ada dua pengertian kebenaran menurut Bradley, yaitu kebenaran dalam arti nyata terjadi di satu pihak dan kebenaran dalam arti merupakan lawan dari keburukan(ketidakbenaran).Poedjawiyatna mengatakan bahwa kebenaran adalah kesesuaian antara pengetahuan dan objeknya. Maksudnya adalah, pengetahuan harus sesuai dengan aspek objek yang diketahui. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obejkanya. Inilah yang disebut dengan kebenaran objektif. Jadi, Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang objektif.Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu seperti penelitian yang disusun secara sistematis.Karena disusun secara sistematias, kebenaran ilimiah mempunyai karakteristik tertentu, yaitu:1. Sesuai dengan fakta,2. Logis,3. Terukur,4. Bersifat universal,dan5. Objektif. Kebenaran ilmiah selau dipakai sebagai tolak ukur benar tidaknya suatu pengetahuan. Agar pengetahuan dapat diterima sebagai suatu kebenaran maka setidaknya pengetahuan tersebut harus memnpunyai karakteristik kebenaran ilmiah. Akan tetapi, kebeneran ilmiah tidak selalu bisa dijadikan pegangan dalam menentukan benar tidaknya suatu hal. Hal ini disebabkan karena banyaknya keterbatasan yang dimiliki manusia. Keterbatasan itu meliputi keterbatasan alat indera dan keterbatasan jangkauan pikiran.Kebenaran ilmiah muncul dari hasil penelitian ilmiah yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah. Kebenaran ini diperoleh secara mendalam berdasarkan proses penelitian dan penalaran ilmiah. Sehingga kebenaran ini dapat ditemukan dan diuji dengan menggunakan pendekatan pragmatis, koherensi, koresponden , dan lain-lain.Kebenaran tidak dapat terlepas dari kualitas, sifat,hubungan dan nilai dari kebenaran itu sendiri, maka setiap subjek yang memiliki pengetahuan akan memiliki persepsi dan pengertian yang berbeda satu sama lain. Di dalam persepsi itulah muncul sifat-sifat kebenaran. Sifat-sifat kebenaran terbagi menjadi tiga, yaitu:1. Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Saat sebuah pernyataan akan pegetahuan dinyatakan sebagai sebuah kebenaran, maka kenyataan yang ada pasti sesuai dengan apa yang diungkapkan pernyataan tersebut. Kebenaran selalu berkaitan dengan ilmu pengetahuan,setiap pengetahuan yang dimiliki seseorang yang mengetahui suatu objek dapt dilihat dari jenis pengetahuan yang dibangun. Maksudnya adalah , apakah pengetahuan itu berupa jenis-jenis pengetahuan seperti berikut:1) Pengetahuan biasa atau subjektif. Pengetahuan ini memiliki kebenaran yang sangat bersifat subjektif. Maksudnya, pengetahuan ini amat terikat oleh subjek yang mengenalnya.2) Pengetahuan ilmiah. Pengetahuan ini telah menetapkan objek yang khas atau bersifat spesifik dengan menerapkan metodologi yang telah disetujui oleh ahli yang sejenis. Kebenaran yang terkandung dalam pengetahun ilmiah bersifat relatif, maksudnya kebenaran dari pengetahuan ilmiah akan selalu mendapat revisi dari pengetahuan yang terbaru. Karl Popper, seorang science philosopher/historian, berkata bahwa semua teori ilmiah akan tumbang pada sesuatu waktu dan akan digantikan oleh teori baru karena seorang pelaku science harus terus menerus selalu berusaha menjatuhkan/menyalahkan teori- teori yang sudah berlaku/ada. Dengan demikian, kebenarn yang terdapat pada pengetahuan ilmiah selalu mengalami pembaharuan sesuai dengan hasil penelitian yang terbaru dan telah mendapatkan persetujuan dari para ilmuwan sejenis.3) Pengetahuan filsafati. Pengetahuan yang didapat melalui metodologi pemikiran filsafati, sifatnya mendasar dan menyeluruh dengan pemikiran yang analitis,kritis,dan spekulatif. Sifat kebenaran yang terdapat dalam pengetahuan filsafati adalah absolut-intersubjektif.Maksudnya adalah nilai kebenaran yang terkandung dalam pengetahuan filasfati selalu merupakan pendapat yang melekat pada pandangan filsafat seorang pemikir dan mendapat pembenaran dari filsuf yang kemudian menggunakan metodologi pemikiran yang sama pula. Jika pendapat filsafat itu lantas ditinjau dari sisi lain atau dengan pendekatan filsafat lainnya, sudah dapat dipastkan hasilnya pasti akan berbeda atau bahkan bertentangan sama sekali.4) Pengetahuan agama. Kebenaran pengetahuan yang terdapat dalam pengetahuan agama bersifat absolut. Pengetahuan agama bersifat dogmatis, artinya adalah pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri oleh keyakinan tertentu sehingga pernyataan yang ada di dalam kitab suci memiliki nilai nilai kebenaran yang sesuai dengan keyakinan yang digunakan untuk memahaminya. Implikasi dari kandungan kitabsuci tersebut akan beribah sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi inti sari kebenaran yang tekandung dalm kitab tersebut tidak akan pernah berubah.2. Kebenaran berkaitan dengan sifat dan karakteristik dari bagaimana cara atau metode yang digunakan seseorang untuk membangun pengetahuannya. Apakah dia membangun pengetahuannya denga mengunakan indera(sense experience), atau menggunakan akal pikiran atau rasio, intuisi, atau keyakinan. Implikasi dari penggunaan alat tertentutu untuk mendapatka pengetahuan akan mengakibatkan karakteristik kebenaran yang dikandung oleh suatu pengetahuan akan memiliki cara tertentu untuk membuktikannya. Misalnya, jika seseorang membangun pengetahuan dengan menggunakan indera maka ia juga harus membuktikan kebenaran pengetahuan tersebut melalui indera juga, ia tidak bisa membuktikannya dengan menggunakan cara lainnya.3. Kebenaran yang berkaitan dengan ketergantungan terjadinya pengetahuan tersebut. Maksudnya adalah bagaimana hubungan antara subjek dan objek pengetahuan tersebut,manakah yang lebih dominan dalam membangun pengetahuan tersebut. Jika subjek yang lebih dominan, maka pengetahuan tersebut mengandung nilai kebenaran yang bersifat subjektif. Artinya, nilai kebenaran dari pengetahuan tersebut sangat bergantung pada subjek yang memiliki pengetahuan tersebut. Jika objek yang lebih dominan, maka pengetahuan tersebut mangandung nilai kebenaran yang bersifat objektif, seperti pengetahuan tentang alam atau ilmu alam.Kebenaran sesungguhnya merupakan tema sentral dalam filsafat ilmu. Secara umum orang merasa tujuandari ilmu pengetahuan adalah untuk mendapatkan kebenaran. Problematik mengenai kebenaran merupakan masalah yang mengacu pada tumbuh dan berkembangnya dalam filsafat ilmu. Filsafat dan ilmu, keduanya merupakan refleksi dari sikap ingin tahu dan dilandasi dengan kecintaan terhadap kebenaran. Tetapi terdapat perbedaan antara filsafat dan ilmu, diantaranya adalah filsafat dengan metodenya mampu mempertanyakan keabsahan dan kebenaran ilmu, sedangkan ilmu tidak mampu mempertanyakan asumsi,kebenaran, metode, dan keabsahannya sendiri. Hal itu disebabkan karena ilmu bersifat eksklusif(menyelidiki bidang-bidang terbatas), sedangkan filsafat bersifal inklusif( menyelidiki hal-hal yang bersifat umum atau luas).Hubungan antara filsafat dengan ilmu adalah:1. Membantu membedakan ilmu dengan saintisme (yang memutlakkan berlakunya ilmu dan tidak menerima cara pengenalan lain selain cara pengenalan yang dijalankan ilmu).2. Memberi jawab atas pertanyaanmakna dan nilai, karena ilmu hanya membatasi diri pada penjelasan mekanismenya saja (Bertens, 2005: 23-26).3. Merefleksi, menguji, mengritik asumsi dan metode keilmuan, sebab ada kecenderungan penerapan metode ilmiah tanpa memerhatikan struktur ilmu itu sendiri (Mustansyir & Munir, 2001).4. Dari hubungan historisnya dengan ilmu, filsafat menginspirasikan masalah-masalah yang akan dikaji oleh ilmu.Menurut telaah oleh filsafat ilmu ada tiga jenis kebenaran yaitu:1. Kebenaran Epistemologis. Dapat juga disebut dengan kebenaran logika. Kebenaran ini adalah kebenaran dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan manusia. Yang menjadi persoalan disini adalah apa artinya pengetahuan yang benar? Atau kapan pengetahuan dapat disebut sebagai sebuah kebenaran? Jawabannya adalah ketika apa yang dipikirkan atau dikatakan oleh subjek sesuai dengan apa yang ada dalam objek.2. Kebenaran Ontologis. Kebenaran ini berkaitan dengan hakikat sesuatu. Kebenaran ontologis adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada maupun diadakan. Misalnya kita mengatakan bahwa batu adalah benda yang padat dan keras. Ini adalah sebuah kebenaran ontologis sebab batu pada hakikatnya adalah sebuah benda yang padat dan keras. Kebenaran ontologis di bedakan menjadi :1) Kebenaran ontologis esensial: yaitu kebenaran yang menyangkut sifat dasar atau kodrat sesuatu.2) Kebenaran ontologis Naturalis: yaitu kebenaran yang menyangkut kodrat seperti yang telah ditentuka oleh Tuhan.3) Kebenaran ontologis artifisial: yaitu kebenaran yang menyangkut kodrat yang diciptakan oleh manusia.3. Kebenaran Sematis. Kebenaran ini adalah kebenaran yang terdapat serta melekat di dalam tutur kata dan bahasa yang dipakai. Ini bergantung pada kebebasan manusia sebagai mahkluk yang bebas melakukan sesuatu. Manusia bebas untuk mengunggkapkan apa yang ada dalam pikirannya. Karena bahasa merupakan ungkapan dari kebenaran.

PENUTUPKebenaran adalah kesesuaian antara apa yang telah dikatakan atau dinyatakan dengan fakta atau kenyataannya. Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang didapatkan dengan menggunakan metode-metode tertentu yang sistematis. Kebenaran ilmiah bersifat nisbi(relatif) karena kebenaran ilmiah tidaklah tetap tetapi berkembang seiring berjalannya waktu. Kebenaran ilmiah yang ada sekarang mungkin tidak akan dianggap sebagai sebuah kebenaran lagi di masa depan. Sebagai contoh, dulu para ilmuwan mengganggap bahwa mataharilah yang mengelilingi bumi. Tetapi fakta menunjukkan sebaliknya. Kebenaran ilmiah tiadk selalu bisa dijadikan patokan untuk menentukan benar tidaknya suatu pengetahuan, karena manusia mempunyai banyak keterbatasan baik dalam hal indera maupun dalam hal pemikiran.Karena kebenaran ilmiah muncul dari metodologi ilmiah yang sistematis, maka kebenaran ilmiah mempunyai beberapa karakteristik seperti sesuai dengan fakta, logis, dapat diukur, objektif dan bersifat universal atau menyeluruh.Untuk membuktikan suatu pengetahuan sebagai sebuah kebenaran ilmiah maka harus sesuai dengan metodologi dasar yang sama yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut.Menurut telaah filsafat ilmu, kebenaran dibagi menjadi tiga yaitu kebenaran epistomologis yang berhubungan dengan pengetahuan, kebenaran ontologis yang berkaitan dengan hakikat sesuatu, dan kebenaran sematis yang berkaitan dengan bahasa.

DAFTAR PUSTAKA Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM.2010. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta Ewing,A.C. 2008. Persoalan-persoalan Mendasar Filsafat. Yogyakarta: Pustaka Belajar elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/filsafat/bab5-kebenaran.pdf diakses pada tanggal 24-01-2012 jam 13.00 pasca.uma.ac.id/adminpasca/upload/juneman-ruangpsikologi.pdf diakses pada tanggal 24-01-2012 jam 13.13 http://anakpapamama.wordpress.com/2011/06/23/kebenaran-ilmiah/ diakses pada tanggal 24-01-2012 jam 13.08 http://jhonfreedom.blogspot.com/2010/01/filsafat-ilmukebenaran-ilmiah.html diakses pada tanggal 25-01-2012 jam 12.39 http://jamal-alfath.blogspot.com/2011/06/teori-kebenaran-ilmiah.html diakses pada tanggal 25-01-2012 jam 13.01 http://sururudin.wordpress.com/2011/05/25/kebenaran-ilmiah/ diakses pada tanggal 26-01-2012 jam 13.24 http://kamusbahasaindonesia.org/kebenaran#ixzz1kXeCCeds diakses pada tanggal 26-01-2012 jam 13.291