Penda Hulu An

21
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber dana bagi pembayaran pembangunan, yang tidak saja merupakan sumber cita-cita tetapi sudah merupakan suatu kenyataan. Agar pajak benar-benar mampu mengembangkan dan memajukan perekonomian maka diperlukan suatu prosedur perpajakan yang baik agar penerimaan negara terus dapat ditingkatkan pengabdian dan peran serta Wajib Pajak sangat dibutuhkan untuk berperan serta dan ikut melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pajak berada pada anggota masyarakat Wajib Pajak sendiri. Upaya peningkatan pajak negara adalah melalui seksi penagihan yang merupakan suatu fungsi dari Kantor Pelayanan Pajak dan merupakan unsur pelaksanaan sesuai dengan fungsinya pihak perpajakan berkewajiban melakukan pembenahan, penelitian terhadap pelaksanaan kewajiban Wajib Pajak yang berdasarkan ketentuan dan digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Setiap Wajib Pajak yang telah menuruti ketentuan- ketentuan dalam perundang-undangan pajak diwajibkan membayar pajak dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak yang telah diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak. Dengan sendirinya sebelum melakukan pembayaran Wajib Pajak harus mendaftarkan diri pada Direktorat Jendral Pajak dalam wilayah Wajib Pajak bertempat tinggal atau berkedudukan untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dari Kantor

description

s

Transcript of Penda Hulu An

PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangPajak merupakan salah satu sumber dana bagi pembayaran pembangunan, yang tidak saja merupakan sumber cita-cita tetapi sudah merupakan suatu kenyataan. Agar pajak benar-benar mampu mengembangkan dan memajukan perekonomian maka diperlukan suatu prosedur perpajakan yang baik agar penerimaan negara terus dapat ditingkatkan pengabdian dan peran serta Wajib Pajak sangat dibutuhkan untuk berperan serta dan ikut melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pajak berada pada anggota masyarakat Wajib Pajak sendiri. Upaya peningkatan pajak negara adalah melalui seksi penagihan yang merupakan suatu fungsi dari Kantor Pelayanan Pajak dan merupakan unsur pelaksanaan sesuai dengan fungsinya pihak perpajakan berkewajiban melakukan pembenahan, penelitian terhadap pelaksanaan kewajiban Wajib Pajak yang berdasarkan ketentuan dan digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.Setiap Wajib Pajak yang telah menuruti ketentuan-ketentuan dalam perundang-undangan pajak diwajibkan membayar pajak dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak yang telah diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak. Dengan sendirinya sebelum melakukan pembayaran Wajib Pajak harus mendaftarkan diri pada Direktorat Jendral Pajak dalam wilayah Wajib Pajak bertempat tinggal atau berkedudukan untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dari Kantor Pelayanan Pajak. Berdasarkan self assestment, Wajib Pajak diberi kesempatan untuk menghitung dan menyetorkan pajak terutangnya sendiri tanpa harus menunggu adanya penagihan.Pada dasarnya besar utang pajak dihitung sendiri oleh Wajib Pajak. Apabila ternyata terdapat kekeliruan atau kesalahan Wajib Pajak, dalam melakukan perhitungan pajak yang terhutang atau Wajib Pajak melanggar ketentuan yang diatur dalam perundang-undangan perpajakan, Direktorat jenderal pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak (SPT), Surat Ketetapan Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT). Surat tersebut merupakan sarana administrasi bagi Direktorat Jenderal Pajak untuk melakukan penagihan pajak. Apabila tagihan pajak tidak membayar pada tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan, Fiscus akan melakukan tindakan penagihan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak melalui seksi penagihan.Kantor Pelayanan Pajak bergerak dibidang pelayanan pajak dimana setiap masyarakat pada umumnya dan Wajib Pajak pada khususnya dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajak berdasarkan ketentuan perpajakan sangat diharapkan. Tetapi dalam kenyataan bahwa pelaksanaan penagihan pajak penghasilan belum memuaskan dimana Wajib Pajak masih banyak yang menunggak pembayaran pajaknya, sehingga anggaran yang dianggarkan perpajakan tidak akan terpenuhi, hal ini disebabkan karena rentang waktu penagihan penagihan cukup lama, sehingga Wajib Pajak lalai untuk melunasi utang pajaknya.Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik dengan judul paper sebagai Prosedur Pelaksanaan Penagihan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

1.2. Perumusan MasalahDalam menguraikan masalah pelaksanaan penagihan pajak ini, Penulis membatasi masalah mulai dari penagihan untuk pajak tertunggak sampai dengan pencabutan sita. Agar cakupan paper ini tidak terlalu meluas sehingga dapat diketahui permasalahan yang akan dibahas. Untuk itu perumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut Bagaimana Prosedur Pelaksanaan Penagihan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian1. Tujuan PenelitianSejalan dengan perumusan masalah diatas maka penelitian bertujuan untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai2. Kegunaan PenelitianKegunaan yang diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:a. Untuk mengembangkan ilmu dibidang perpajakan pada umunya dan pada bidang penagihan khususnya, dalam meningkatkan pajak negara serta dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya yang akan membahas tentang pajak Negara.b. Sebagai bahan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak dalam melakukan penagihan pajak, baik penagihan pajak pasif maupun penagihan pajak aktifc. Bagi masyarakat adalah untuk menambah pengetahuan dibidang perpajakan, khususnya pelaksanaan penagihan pajak.

1.4. Metode PenelitianUntuk melaksanakan paper ini penulis menggunakan metode penelitian yang menggunakan uraian tentang populasi dan sampel operasionalisasi variabel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

1.4.1. Populasin Dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah data, informasi serta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan palaksanaan penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan sumber data yang sebenarnya dalam suatu proses penelitian. Yang menjadikan sampel dalam penelitian yaitu data, informasi-informasi serta dokumen-dokumen penagihan pajak mulai dari tahun 2010 sampai tahun 2011. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Adjustment sampling

1.4.2. Operasionalisasi VariabelVariabel yang akan diteliti adalah Prosedur Penagihan Pajak yang tertunggak, yaitu meliputi:1. Prosedur Pelaksanaan Penagihan Pajak adalah kegiatan klerikal terhadap serangkaian tindakan dari aparatur Direktorat Jenderal Pajak, berhubungan dengan Wajib Pajak tidak melunasi baik sebagian maupun seluruh kewajiban perpajakan yang terutang menurut undang-undang perpajakan yang berlaku.2. Penjadwalan kembaliYang dimaksud dengan penjadwalan kembali dalam paper ini adalah pihak pajak memberi waktu kepada Wajib Pajak untuk membayar pajak terutang sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan. Apabila Wajib Pajak belum melunasi utang pajaknya setelah jatuh tempo, maka pihak perpajakan akan menagih melalui seksi penagihan serta membuat Surat Teguran, dan apabila Wajib Pajak tidak memperdulikan surat teguran tersebut maka pihak perpajakan akan mengumumkan penyitaan serta membuat jadwal penyitaan.3. Pernyataan Kembali Pajak TertunggakSebelum pelelangan atas harta kekayaan Wajib Pajak, pihak perpajakan masih memberi waktu untuk melunasi utang pajaknya beserta segala biaya-biaya penagihan termasuk biaya pengumuman atas pelelangan harta kekayaan Wajib Pajak.

1.4.3. Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan penelitian. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder, karena itu teknik pengumpulan data adalah dokumentasi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai yang berhubungan dengan penagihan pajak.

1.4.4. Teknik Analisis DataTeknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua metode analisis data, yaitu: Metode Analisis Deskriptif dan Komporatif.1. Metode Analisis Deskriptif adalah metode yang lebih dahulu mengumpulkan data, menyusun, mengolah, menganalisis dan menginterprestasikan prosedur pelaksanaan penagihan pajak sehingga diproleh gambaran yang jelas tentang yang diteliti.2. Metode Analisis Komporatif adalah dengan melakukan suatu perbandingan antara konsep teori tentang pelaksanaan penagihan pajak dengan yang dipraktekkan diperusahaan, lalu diambil kesimpulan serta memberikan saran yang bermanfaat untuk kesempurnaan prosedur pelaksanaan penagihan pajak.

2.1. Pengertian Pajak dan Fungsi PajakSebelum membahas lebih lanjut terlebih dahulu akan dikemukakan definisi pajak menurut para ahli.Menurut Adriani (2001:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayar menurut peraturan Perundang-undangan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjukan dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas untuk menyelenggarakan pemerintah.Menurut Soemitro (2001:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi), yang dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.Dari definisi tersebut, dapat diuraikan bahwa pajak dapat memiliki unsur-unsur yaitu:1. Iuran Dari Rakyat Kepada NegaraYang berhak memungut pajak adalah Negara, iuran tersebut berupa uang (bukan uang)2. Berdasarkan Undang-UndangPajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya.3. Tanpa Jasa Timbal atau KontraprestasiDari negara yang secara langsung dapat ditunjuk adanya kontraprestasi individu oleh pemerintah.4. Yakni Pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat.Menurut Mardiasmo (2002:4) pajak mempunyai dua fungsi yaitu:1. Fungsi Budgeter (Penerimaan)Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran.2. Fungsi Regulerend (Mengatur)Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi misalnya:a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras.c. Tiap pajak eksport direndahkan atau dihilangkan untuk merangsang banyaknya eksport.

Ada beberapa pembagian jenis-jenis pajak (Mardiasmo 2002:5) yaitu:1. Menurut Golongannyaa. Pajak Langsung yaitu: pajak yang dikumpulkan sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan ke orang lain.Contoh: Pajak Penghasilanb. Pajak tidak langsung yaitu: pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.Contoh: Pajak Pertambahan Nilai2. Menurut Sifatnyaa. Pajak Subjektif yaitu: Pajak yang berpangkal atau yang berdasarkan pada subjektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.Contoh: Pajak Penghasilanb. Pajak Objektif yaitu: Pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan diri Wajib Pajak.Contoh: Pajak Pertambahan Nilai3. Menurut Lembaga Pemungutana. Pajak Pusat yaitu: Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.Contoh: Pajak Penghasilan, pajak atas penjualan barang mewahb. Pajak Daerah: Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.Contoh: Pajak Berkendaraan Bermotor

2.2. Pengertian Penagihan dan Sisitem Pemungutan Pajak2.2.1. Pengertian PenagihanAda beberapa definisi penagihan menurut beberapa ahli:a. Menurut Mardiasmo (2002:30) Penagihan adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan melaksanakan penyitaan, melakukan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.b. Menurut Soemitro (2001:16) penagihan adalah perbuatan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, karena Wajib Pajak tidak memenuhi Undang-undang pajak, khususnya mengenai pembayaran pajak.Dalam bidang administrasi perpajakan dikenal dengan beberapa bentuk penagihan yaitu penagihan aktif dan penagihan pasif. Penagihan ini merupakan salah satu cara pemerintah mengamankan pajak kas negara.a. Penagihan PasifPenagihan Pasif adalah tindakan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak dengan cara melakukan pencatatan, pengawasan atas kepatuhan pembayaran masa dan pembayaran lainnya yang dilakukan oleh Wajib Pajak, atau penagihan pasif adalah suatu tindakan penagihan yang dimulai sejak penyampaian keputusan penetapan pajak sampai dengan dikeluarkannya Surat Teguran.Maksud Pasif ini adalah memberi kesempatan pada Wajib Pajak untuk segera melunasi utang pajaknya, hal ini dimaksudkan untuk mencegah penagihan pajak dengan Surat Paksa. Selanjutnya bilamana tindakan penagihan pasif ini telah dilakukan, namun Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, maka tindakan penagihan pasif akan beralih ke penagihan aktif.b. Penagihan Aktif Penagihan Aktif adalah penagihan yang didasarkan pada STP/SKPKB/SKPKBT dimana Undang-undang telah menentukan tanggal jatuh tempo yaitu 1 (satu) bulan terhitung dari saat STP/SKPKB/SKPKBT diterbitkan, atau penagihan aktif adalah suatu tindakan penagihan yang dijadwalkan berlangsung selama 39 hari, dimulai dari penyampaian Surat Paksa, Surat perintah melakukan penyitaan sampai dengan pelelangan barang sitaan.Dari pengertian-pengertian diatas, maka dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:1. Serangkaian Tindakan2. Aparatur Direktorat Jenderal Pajak3. Wajib Pajak tidak melunasi sebagian/seluruh utang pajak4. Menurut Undang-undang perpajakanAd.1. Serangkaian TindakanYang dimaksud bahwa penagihan dilakukan tahap demi tahap dan di terbitkan surat teguran, surat paksa, surat perintah melakukan penyitaan dan permohonan jadwal waktu, tempat, tanggal, bulan pelelangan pada kantor lelang negara.Ad.2. Aparatur Direktorat Jenderal PajakYang dimaksud adalah jurusita pajak yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan, dan mendapat pendidikan khusus/diangkat dan disupahi lebih dahulu sebelum bertugas.Ad.3. Wajib Pajak tidak melunasi sebagian/seluruh kewajiban perpajakanYaitu utang pajak yang terdapat dalam Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Ketetapan Pajak Tambahan (SKPT)Ad.4. Menurut Undang-undang perpajakanYaitu Undang-undang No. 6/1983 tentang penagihan pajak negara dengan surat paksa.

2.2.2.Sistem Pemungutan PajakMenurut Mardiasmo (2002:7-8) sistem pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 sistem yaitu:1. Official Assesmant SystemAdalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiscus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya:a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiscusb. Wajib Pajak bersifat pasifc. Utang Pajak timbul setelah dikeluarkan syrat ketetapan pajak oleh fiscus.

2. Self Assesment SystemAdalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan pajak yang terutang. Ciri-cirinya:a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri.b. Wajib Pajak aktif, mulai dari perhitungan, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutangc. Fiscus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.3. With Holding SystemAdalah suatu pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiscus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.

2.3. Dasar Hukum Penagihan PajakSesuai dengan pengertian pajak sebagaimana diuraikan sebelumnya, bahwa pajak dipungut atau dengan ketentuan Undang-undang, maka demikian halnya dengan penagihan pajak. Dasar hukum penagihan pajak adalah Undang-undang No 16 tahun 2000Ada dasar hukum penagihan pajak adalah sebagai berikut:a. Surat Tagihan Pajak (STP)Yaitu surat untuk melaksanakan tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda.b. Surat Ketetapan Pajak (SKP)Yaitu surat yang membuat besarnya hutang pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak.c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)Yaitu surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.d. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)Yaitu surat keputusan yang menentukan tambahan atau jumlah pajak yang telah ditetapkan.Pada dasarnya hutang pajak dihitung sendiri oleh Wajib Pajak, apabila ternyata terdapat kekeliruan atau kesalahan Wajib Pajak, melanggar ketentuan yang diatur perundang-undangan, maka Direktorat Jenderal Pajak. Kepala Kantor Pelayanan Pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak, surat ketetapan pajak kurang bayar atau surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan. Ketiga surat ini merupakan sarana administrasi bagi Dirjen Pajak untuk melaksanakan tagihan pajak. Apabila tagihan pajak tidak dibayar pada tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan penagihan dapat dilaksanakan dengan surat paksa.Tindakan penagihan yang telah dilakukan oleh aparatur perpajakan adalah salah satu bentuk pembinaan, pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan dari para Wajib Pajak. Tindakan penagihan pajak tersebut diperlukan karena semua Wajib Pajak memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak yang terutang sebagaimana yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan SPT satu bulan sejak diterbitkan.

2.4. Prosedur Pelaksanaan Penagihan PajakDengan adanya prosedur pelaksanaan penagihan pajak yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak akan mempermudah pengawasan terhadap pelaksanaan penagihan. Prosedur penagihan pajak adalah suatu usaha untuk memperlancar jalannya pelaksanaan pajak sampai lunasnya atau cairnya tunggakan pajak.Prosedur penagihan pajak terdiri dari:1. Prosedur penagihan pajak pasif2. Prosedur penagihan pajak aktifAd.1. Prosedur penagihan pajak pasifPenagihan pasif adalah tindakan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak dengan cara melakukan pencatatan pengawasan atas kepatuhan pembayaran masa dan pembayaran lainnya yang dilakukan oleh Wajib Pajak atau penagihan pasif adalah suatu tindakan penagihan yang dimulai sejak penyampaian keputusan penetapan pajak sampai dengan dikeluarkannya surat teguran.Maksud penagihan pasif ini adalah memberi kesempatan kepada wajib pajak untuk segera melunasi utang pajaknya, hal ini dimaksudkan untuk mencegah penagihan pajak dengan surat paksa. Selanjutnya bilamana tindakan penagihan pasif ini telah dilakukan, namun wajib pajak belum juga melunasi utang pajaknya, maka tindakan penagihan pasif akan beralih ke penagihan aktif.Prosedur penagihan pajak pasif terdiri dari:a. Sebelum dikeluarkan surat teguran harus dilakukan tindakan sebagai berikut:1. Petugas melakukan penelitian terhadap tindakan Surat Teguran Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) yang sudah lewat 7 (tujuh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran tapi belum dibayar lunas oleh Wajib Pajak.2. Hasil penelitian tersebut dituangkan dalam bentuk laporan mengenai jumlah tunggakan pajak yang sampai pada batas waktu pembayaran belum dilunasi oleh Wajib Pajak. Laporan ini disampaikan petugas kepada Kasubsi penagihan serta menginformasikannya kepada pemegang buku register pengawasan.b. Pemegang buku register pengawasan penagihan seghera memberi tanda pada buku register pengawasan penagihan dan mempersiapkan surat teguran yang akan ditanda tangani oleh Keputusan Kantor Pelayanan Pajak.c. Pemegang buku register pengawasan penagihan menerima kembali surat teguran yang sudah ditanda tangani oleh Keputusan Kantor Pelayanan Pajak yang selanjutnya: Lembar ke-1 dikirimkan kepada Wajib Pajak Lembar ke-2 sebagai arsip subseksi penagihan untuk dimasukkan kedalam berkas penagihan Wajib Pajak yang bersangkutan setelah terlebih dahulu dicatat tanggal serta nomornya pada buku register tindakan penagihan dan pada tindakan STP,SKPKB dan SKPKBT.Ad.2. Prosedur Penagihan Pajak AktifPenagihan aktif adalah penagihan yang didasarkan pada STP/SKPKB/SKPKBT dimana Undang-undang telah menentukan tanggal jatuh tempo yaitu 1 (satu) bulan terhitung dari saat STP/SKPKB/SKPKBT diterbitkan, atau penagihan aktif adalah suatu tindakan penagihan yang dijadwalkan berlangsung selama 39 hari, dimulai dari penyampaian surat paksa, surat perintah melakukan penyitaan sampai dengan pelelangan barang sitaan.Prosedur penagihan pajak aktif terdiri dari:1. Penyampaian surat paksa2. Surat perintah melakukan penyitaan3. Pelelangan barang sitaanAd.1. Penyampaian Surat PaksaApabila jumlah hutang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh penanggung pajak. Setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak sejak diterbitkannya surat teguran. Maka segera di terbitkan surat paksa. Proses pengeluaran surat paksa tersebut adalah:1. Surat paksa dikeluarkan setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal surat teguran.2. Tanggal dan nomor surat paksa yang sudah ditandatangani pejabat dicatat dalam buku register surat paksa, buku pengawasan penagihan, buku register tindakan penagihan.3. Surat paksa diserahkan pada juru sita pajak yang akan melaksanakan fungsi penagihan dengan surat paksa.4. Jurusita pajak yang menerima surat paksa, harus:a. Mencatat surat paksa dalam buku produksi harian jurusita pajak dan buku register tindakan penagihan.b. Menyampaikan surat paksa atau (salinan) tersebut memberitahukannya dengan pernyataan serta penyerahan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak.c. Membuat laporan pelaksanaan surat paksa dan membuat berita acara pemberitahuan surat paksa.d. Surat paksa yang telah dilaksanakan dimasukkan ke dalam berkas penagihan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan terlebih dahulu pelaksanaan surat paksa dicatat dalam buku register pengawasan penagihan.Ad.2. Surat Perintah Melakukan PenyitaanApabila jumlah hutang pajak yang msih harus dibayar tidak dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat 2 x 24 (dua puluh empat) jam sejak surat paksa diberitahukan kepadanya, pejabat segera menerbitkan surat perintah melakukan penyitaan. Penagihan pajak yaitu suatu tindakan jurusita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak guna dijadikan untuk melunasi hutang pajak menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ad.3. Pelelangan Barang SitaanLelang adalah penjualan yang dilakukan didepan umum. Penjualan pelelangan ini dapat dilakukan oleh Juru Sita pajak atau melalui kantor lelang. Sebelum pelaksanaan lelang (penjualan didepan umum) terlebih dahulu harus diadakan pengumuman, dalam hal ini dipilih media Surat Kabar yang dapat diperkirakan akan menyebarkan pengumuman itu secara luas. Dalam hal ini barang yang disita adalah barang yang bergerak secara sekaligus, maka penjualan dapat dilakukan secera serentak (bersama).

2.5. Jadwal Penagihan Pajak1. Kegiatan tindakan pelaksanaan penagihan sejak tanggal jatuh tempo. Pembayaran sampai dengan pengajuan permintaan penetapan tanggal dan tempat pelelangan meliputi jangka 44 (empat puluh empat) hari.2. Formulir teguran dibuat dan dikirimkan kepada Wajib Pajak, jika Wajib Pajak belum melunasi utang pajaknya sesudah tanggal hari tindasan STP/SKPKB/SKPKBT/SK. Pembetulan/SK. Keberatan/Putusan Banding.3. Surat teguran harus disampaikan kepada Wajib Pajak segera setelah 7 (tujuh) hari sejak saat pelunasan terakhir jatuh tempo pembayaran.4. Surat paksa diberitahukan dan penyitaan kepada Wajib Pajak setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal surat teguran.5. Surat PMP dibuat, jika Wajib Pajak tidak melunasi utangnya meskipun sudah dilaksanakan penagihan dengan surat paksa.6. Surat perintah melakukan penyitaan dikeluarkan segera 2 x 24 jam. Surat paksa diberitahukan dan dengan pernyataan kepada Wajib Pajak.7. Permintaan jadwal waktu dan tempat pelelangan dibuat jika Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya setelah dilakukan penyitaan.8. Permintaan jadwal waktu dan tempat pelelangan diajukan oleh KKPP kepada KK lelang negara setempat setelah lewat 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan surat perintah melakukan penyitaan.