Penda Hulu An
-
Upload
riinda-suicalioxta-iii -
Category
Documents
-
view
12 -
download
0
Transcript of Penda Hulu An
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronik, sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Rasa sakit dapat bervariasi, dari yang paling ringan sampai yang
paling berat. Rasa sakit dapat terlokalisir di suatu tempat, tetapi dapat pula diseluruh perut,
bahkan dapat menjalar ke tempat lain. Rasa sakit dapat pula hanya berupa nyeri tumpul (dull
pain), bagaikan ditusuk-tusuk atau disayat-sayat, dapat pula seperti dililit (kolik), yang tidak
jarang menyebabkan penderita sampai berguling-guling. Penyebab sakit perut dapat
bermacam-macam, mulai yang berasal dari dalam perut sendiri atau di luar perut, bahkan ada
pula yang di luar tubuh.1
Sakit perut yang berulang sering terjadi pada anak. Anak perempuan cenderung lebih
sering menderita sakit ini dibandingkan anak laki-laki. Delapan puluh persen kasus sakit
perut berulang disebabkan kelainan fungsional saluran cerna. Dan sekitar 5 – 15,6 % sakit
perut berulang disebabkan oleh kelainan organik. Pada anak dibawah 4 tahun sebagian besar
penyebabnya adalah organik, sedangkan pada anak yang lebih besar kelainan fungsional
saluran cerna merupakan penyebab terbanyak.1
Pendekatan diagnosis nyeri perut berulang dimulai dari anamnesis yang teliti dan lengkap,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dasar. Hanya kasus yang diduga disebabkan
kelainan organik yang memerlukan pemeriksaan penunjang lanjutan.1
Apapun penyebabnya, suatu hal yang pasti adalah bahwa hanya sebagian kecil dari sakit
perut ini baik yang akut maupun yang kronik, yang memerlukan tindakan bedah. Sebagian
besar sakit perut tidak memerlukan tindakan bedah, cukup dengan pengobatan
medikamentosa.1
1.2 Batasan Masalah
Refrat ini membahas mengenai patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan nyeri perut pada
bayi dan anak.
1.3 Tujuan Penulisan
Mengetahui patofisiologis, diagnosis dan penatalaksanaan nyeri perut pada bayi dan anak.
1.4 Metode Penulisan
Refrat ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai
literatur.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Definisi
Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan region inguinalis.2 Nyeri perut
bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Akut abdomen
didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi tiba-tiba serta
membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya. Appley mendefinisikan sakit
perut berulang sebagai serangan sakit perut yang berlangsung minimal 3 kali selama paling
sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu aktivitas sehari-hari.1
2.2 Epidemiologi
Sakit perut biasanya terjadi pada anak usia 5 hingga 14 tahun, sementara frekuensi tertinggi
pada usia 5-10 tahun. Apley menemukan bahwa nyeri perut terjadi pada 10-12% anak laki-
laki usia 5-10 tahun dan menurun setelah usia itu. Anak perempuan cenderung lebih sering
menderita sakit ini dibandingkan anak laki-laki (Perempuan : Laki-laki = 5:3). Sakit perut ini
jarang terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun dan di atas 15 tahun.3.5,7
2.3 Klasifikasi
Pada garis besarnya sakit perut dapat dibagi menurut datangnya serangan dan lamanya
serangan, yaitu akut atau kronik (berulang), yang kemudian dibagi lagi atas kasus bedah dan
non bedah (pediatrik). Selanjutnya dapat dibagi lagi berdasarkan umur penderita, yang di
bawah 2 tahun dan di atas 2 tahun, yang masing-masing dapat dikelompokkan menjadi
penyebab gastrointestinal dan luar gastrointestinal.3
Konsep yang klasik membagi sakit perut berulang ke dalam 2 golongan: organik (fungsional)
dan psikogenik (psikosomatik). Biasanya harus dicari dulu penyebab organik, bila tidak
ditemukan bisa dipikirkan kemungkinan penyebab psikogenik . Cara pendekatan seperti ini
tentu akan banyak memakan waktu dan biaya.3
Barr mengajukan konsep yang agak berbeda. Sakit perut berulang digolongkan atas 3
kelompok, yaitu: organik, disfungsional, dan psikogenik. Nyeri organik disebabkan oleh
suatu penyakit, misalnya infeksi saluran kemih . Nyeri disfungsional disebabkan oleh
berbagai variasi fisiologi normal dan dibagi dalam dua kategori, yaitu sindrom nyeri spesifik
(yang mekanisme penyebab nyerinya diketahui, misalnya defisiensi laktase dan konstipasi)
dan sindrom nyeri nonspesifik (mekanisme penyebab nyeri tidak jelas atau tidak diketahui).
Nyeri psikogenik disebabkan oleh tekanan emosional atau psikososial tanpa adanya kelainan
organik atau disfungsi3
Untuk memastikan diagnosis kelompok nyeri psikogenik maka ada tiga kriteria yang harus
dipenuhi yaitu3:
• Ada bukti yang cukup kuat untuk menghilangkan penyebab kelainan organik
• Ada bukti positif bahwa ada gangguan emosional dan ada kaitan waktu antara timbulnya
sakit perut dengan periode meningkatnya stress yang dialami anak
• Sakit perut ini akan bereaksi langsung dengan hilangnya ketegangan emosional meskipun
kemungkinan hal ini tidak selalu terjadi
Konsep ketiga diajukan oleh Levine dan Rappaport (1984) yang menekankan adanya
penyebab multifaktor. Sakit perut berulang merupakan perpaduan dari empat faktor, yaitu:
1. Predisposisi somatik, disfungsi, atau penyakit
2. Kebiasaan dan cara hidup
3. Watak dan pola respons
4. Lingkungan dan peristiwa pencetus
Faktor-faktor tersebut berperan meningkatkan atau meredakan rasa sakit. Dengan demikian
dapat diterangkan mengapa beberapa anak menderita konstipasi tanpa sakit perut berulang.
Demikian pula halnya dengan kondisi psikososial yang buruk akan menimbulkan sakit perut
berulang pada anak tertentu, tetapi tidak pada anak lain.3
2.4 Etiologi
Dari penelitian terdahulu hanya 7 % kasus yang disebabkan oleh kelainan organik yang akan
menimbulkan sakit perut (Apley, 1959), hal ini meningkat terhadap berbagai kondisi seperti
konstipasi, abdominal migrain (Symon & Russel, 1995), gastritis, ulkus peptikum
dihubungkan dengan Helycobacter pylori (Wewer dkk, 1994) dan irritable bowel syndrome
(Hyams dkk, 1995).4,5,7
Penyebab intra-abdominal dapat diklasifikasikan lagi menurut penyebab dari dalam saluran
cerna, ginjal, dan lain-lain (Tabel 1)7. Penyebab sakit perut berulang yang terbesar adalah
faktor psikofisiologi.3
Tabel 1. Beberapa penyebab organik sakit perut berulang
Extra - Abdominal Intra – Abdominal
Gastrointestinal Ginjal Lain – lain
Keracunan Timbal
Porfiria
Epilepsi
Diabetes
Asma
Demam Rematik
"Sickle-cell anemia"
Hiperparathyroidism
Hipertrigliserid
Peritonitis
Tumor/Kista
Medulla spinalis
Perinkotritis
Leukemia
Limfoma
Thalasemia
Malrotasi
Duplikasi
Stenosis
Gastritis
Hiatus hernia
Hernia inguinalis
Volvulus
Intususepsi
Kolitis ulseratif
Konstipasi kronik
Intoleransi laktosa
Askariasis
Ulkus peptikum
Penyakit Crohn
Apendisitis kronik
Hiperplasia limfoid-
noduler
Limfoma
Konstipasi
Coeliac
Intoleransi laktosa
Refluks gastroesofagal
H. pylori
Pankreatitis kronik
Inflamatory Bowel Desease
Malrotasi
Divertikulum Meckel
Kolelitiasis
Hepatitis
Ulkus peptikum
Pielonefritis
Hidronefrosis
Batu ginjal
Obstruksi uretero
pelvic
Pielonefritis
Hidronefrosis
Batu ginjal
Infeksi di daerah pelvis
Dismenore
Kista ovarium
Endometriosis
Kehamilan ektopik Hepatomegali
Splenomegali
Kolesistitis
Kolelitiasis
Pankreatitis kronik
Kista ovarium
Endometriosis
Keracunan timbal
Porfiria
Diabetes melitus
Purpura Henoch-
Schonlein
Epilepsi perut
Migrain
Hiperlipidemia
Edema angioneurotik
2.4.1 Sakit Perut Mendadak (Akut)
Pada bayi dan anak di bawah usia 2 tahun, sakit perut mendadak lebih sering disebabkan oleh
kasus bedah daripada anak di atas 2 tahun. Penyebab utama sakit perut mendadak non bedah
(pediatrik) pada umur di bawah 2 tahun ialah berbagai macam infeksi, terutama infeksi
saluran pencernaan dan saluran kemih. Pada umur di atas 2 tahun juga disebabkan berbagai
macam infeksi di dalam saluran cerna maupun di luar saluran cerna.1,6
Tabel 3 Penyebab sakit perut mendadak (a) Pediatrik; (b) Bedah
a. b.
2.4.2 Sakit perut berulang (kronik)
Sakit perut berulang (kronik) ialah serangan sakit perut yang berulang, sekurang-kurangnya 3
kali dalam jangka waktu 3 bulan sehingga aktivitas penderita terganggu.1,3
Pada garis besarnya, sakit perut berulang dapat dibagi menurut penyebab gastrointestinal dan
non-gastrointestinal. Penyebab gastrointestinal dapat diklasifikasikan lagi menurut penyebab
dari dalam saluran cerna (usus) dan luar saluran cerna (hepatobiliaris dan pankreas).
Penyebab non-gastrointestinal dapat dibedakan pula ke dalam 2 golongan yaitu penyebab dari
dalam perut dan luar perut.1,3
Tabel 4 Penyebab sakit perut berulang (kronik)
BAB III
PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS
3.1. Patofisiologi
Rasa sakit perut, baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu bersumber pada1,3:
1. Visera perut
2. Organ lain di luar perut
3. Lesi pada susunan saraf spinal
4. Gangguan metabolik
5. Psikosomatik
Rasa sakit perut somatik berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar keseluruh
peritonium dan melibatkan visera mensentrium yang berisi banyak ujung saraf somatik , yang
lebih dapat meneruskan rasa sakit nya dan lebih dapat melokalisasi rasa sakit daripada saraf
otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan menyebabkan
rasa sakit visera, tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa sakit somatik pula, setelah
peritoneum terlibat. Rasa sakit somatik yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa
mual yang merupakan gejala khas peritonitis. Refleks rasa sakit perut dapat pula timbul
karena adanya rangsangan pada nervus frenikus, misalnya pada pneumonia. Rasa sakit yang
berasal dari usus halus akan timbul didaerah perut bagian atas dan epigastrium, sedangkan
rasa sakit dari usus besar akan timbul dibagian bawah perut.
Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang
berasal dari sistim saraf otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini disebut sebagai serabut
saraf C yang dapat meneruskan rasa sakit lebih menyebar dan lebih lama dari rasa sakit yang
dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A.1
Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis dan serosa dari organ di
abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan
paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan melewati medula spinalis
pada traktus spinotalamikus lateralis menuju ke talamus, kemudian ke konteks serebri.1
Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan ambang
nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak
jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera abdomen atas (lambung, duodenum,
pankreas, hati, dan sistem empedu) mencapai medula spinalis pada segmen thorakalis 6,7,8
serta dirasakan didaerah epigastrium.1
Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai
fleksura hepatika memasuki segmen Th 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon
distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genitalia perempuan, impuls nyeri mencapai
segmen Th 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah supra
publik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke
peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks spinals
segmentalis.1,3
Nyeri yang disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada keracunan timah dan porfirin
belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya.3
Patofisiologi sakit perut berulang yang fungsional (tidak berhubungan dengan kelainan
organik) masih sulit dimengerti. Diperkirakan ada hubungan antara sakit perut berulang
fungsional dengan penurunan ambang rangsang nyeri. Berbagai faktor psikologik dan
fisiologik dapat berperan sebagai mediator dari sakit perut berulang fungsional.3
Tabel 5. Mediator dari sakit perut berulang fungsional
Psikologik Fisiologik
Faktor stress
Depresi
Ikatan Keluarga
"Operant conditioning"
Somatisasi Intoleransi
Dismotilitas usus
Konstipasi
Ketidak stabilan otonom
Telah diketahui ada hubungan yang kuat antara sakit perut berulang fungsional dengan tipe
kepribadian tertentu, yaitu sering cemas/gelisah, dan selalu ingin sempurna. Pada anggota
keluarga lainnya juga sering ditemukan kelainan psikosomatik seperti migraine dan kolon
iritabel.3,10,11
3.2. Patogenesis4
Patogenesis sakit perut fungsional belum diketahui secara pasti. Motilitas saluran cerna dan
hipersensitivitas visera diduga sangat berperan terhadap kejadian nyeri perut non-organik
pada anak. Gangguan motilitas terlihat pada anak yang dilakukan pemeriksaan manometri.
Pada pemeriksaan manometri terlihat peningkatan intensitas kontraksi otot pada usus halus
dan usus besar, serta waktu singgah di dalam usus yang lambat (delayed intestinal transit
time). Konsep keterlibatan hipersensitivitas visera didapat dari penelitian yang
memperlihatkan perubahaan ambang reseptor pada dinding saluran cerna, perubahan
modulasi dalam mengkonduksi impuls sensorik, dan perubahan ambang kesadaran di susunan
saraf pusat pada pasien dengan irritable bowel syndrome. Peranan inflamasi dan
imunomodulasi dalam patogenesis sakit perut fungsional, perlu dipertimbangkan dengan
ditemukannya proses inflamasi nonspesifik pada biopsi jaringan saluran cerna.3,4,12
Mekanisme timbulnya sakit perut organik, ialah3,4:
1. Gangguan vaskuler. Emboli atau trombosis, ruptur, oklusi akibat torsi atau penekanan
seperti pada kista ovarium terpuntir dan jepitan usus pada invaginasi.
2. Peradangan. Peradangan organ di dalam rongga peritonium menimbulkan rasa sakit bila
proses peradangan telah mengenal peritoneum parietalis. Mekanisme perjalaran nyeri sama
seperti peradangan pada umumnya yang disalurkan melalui persyarafan somatik.
3. Gangguan pasase. Nyeri bisa ditimbulkan oleh adanya gangguan pasase atau obtruksi
organ yang berbentuk pembuluh, baik yang terdapat di dalam rongga peritoneal atau pun
retroperitoneal. Bila pasase dalam saluran-saluran tersebut terganggu akan timbul rasa sakit
akibat tekanan intra lumen yang meninggi di bagian proksimal sumbatan. Sakit dirasakan
hilang timbul atau terus menerus dengan puncak nyeri yang hebat (kolik).
4. Penarikan dan peregangan peritoneum viseralis. Penarikan dan peregangan pada
peritoneum viseral dapat merangsang terjadinya nyeri yang bersifat tumpul (dull pain).
Dalam prakteknya, keempat mekanisme timbulnya sakit perut jarang ditemukan sendiri-
sendiri, tapi umumnya merupakan proses campuran.
BAB IV
MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS
4.1. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik sakit perut pada bayi dan anak bergantung pada umur penderita. Pedoman
yang dipakai untuk menyatakan seorang bayi atau anak sakit perut adalah sebagai berikut3,9:
• 0 - 3 bulan : umumnya digambarkan dengan adanya muntah
• 3 bln - 2 th : muntah, tiba-tiba menjerit, menangis tanpa adanya trauma yang dapat
menerangkannya
• 2 th – 5 th : dapat mengatakan sakit perut tetapi lokalisasi belum tepat
• > 5 th : dapat menerangkan sifat dan lokalisasi sakit perut
Sakit perut berulang variasinya cukup luas baik dalam hal frekuensi, waktu, intensitas, lokasi
dan gejala yang mengikuti. Mual, keringat, dingin, muntah, pusing, pucat dan palpitasi sering
menyertai sakit perut berulang. Gejala klinis sakit perut berulang yang klasik dapat dilihat
pada tabel 4. Pada sakit perut berulang dengan gambaran klasik ini, etiologinya bukan
kelainan organik.3,6
Diketahui tiga tipe sakit perut berulang yaitu : kolik periumbilikus (paling sering), peptic
symptoms’s (hampir sama dengan dispepsia non ulser pada dewasa) dan nyeri perut bawah
dengan gangguan buang air besar (ekivalen dengan sindrom usus iritabel). Gejala klinis ini
dapat menetap sampai dewasa pada 30 - 50% kasus. Sakit perut berulang merupakan salah
satu manifestasi dini dari irritable bowel syndrome (IBS).3
Tabel 6. Gejala klinis sakit perut berulang klasik4
Paroksismal
Daerah perlumbilikus atau suprapubis
Nyeri berlangsung kurang satu jam
Nyeri tidak menjalar, kram atau tajam, tak membangunkan anak malam hari
Nyeri tidak berhubungan dengan makanan, aktifitas, kebiasaan buang air besar
Mengganggu aktivitas
Di antara dua episode terdapat masa bebas gejala
Pemeriksaan fisik normal, kecuali kadang-kadang sakit perut di kiri bawah
Nilai laboratorium normal
4.2. Diagnosis1,3,4
4.2.1. Anamnesis
Usia. Sakit perut berulang biasanya terjadi pada usia 5 - 14 tahun.
Jenis kelamin. Perempuan lebih sering mengalami sakit perut berulang dibandingkan laki-
laki (5:3).
Riwayat sakit perut.
a. Lokalisasi. Sakit yang disebabkan gangguan saluran pencernaan bagian atas biasanya
dirasakan di daerah epigastrium. Gangguan di ileum distal dan appendiks dirasakan di daerah
perut kanan bawah. Rasa sakit yang disebabkan oleh infeksi usus ataupun gangguan psikis
lokalisasinya sukar ditentukan.
b. Sifat dan faktor yang menambah / mengurangi rasa sakit. Sakit yang berasal dari spasme
otot polos usus, traktus urinarius, traktus biliaris, biasanya berupa kolik yang sukar
ditentukan lokalisasinya dengan tepat dan tidak dipengaruhi oleh adanya batuk atau
penekanan abdomen. Sakit yang berasal dari iritasi peritoneum akan terasa menetap di tempat
iritasi dan menghebat bila penderita batuk atau ditekan perutnya.
c. Waktu timbul : berhubungan dengan makan atau tidak.
d. Lama sakit perut.
e. Frekuensi.
f. Gejala yang mengiringi.
Pola defekasi
Pola kencing
Siklus Haid
Akibat sakit perut pada anak
a. Terdapatkah kemunduran kesehatan pada anak tersebut?
b. Bagaimana nafsu makan anak?
Gejala / gangguan traktus respiratorius
Gangguan muskuloskeletal
Aspek psikososial
a. Pola hidup dan kebiasaan pola tidur, aktivitas sehari-hari, makanan, penggunaan toilet
b. Lingkungan: tetangga, sekolah, perkawinan orang tua, keadaan rumah, persaingan sesama
saudara kandung, beban keuangan, disiplin yang terlalu kaku
c. Temperamen, pola respon yang dipelajari: bagaimana anak mengatasi stress di masa
lampau, gampang bergaul, kaku, perfeksionis, obsesif, depresi kronik, sulit diatur
Trauma. Trauma tumpul dapat menyebabkan hematoma subserosal ataupun pankreatitis
Penyakit yang pernah diderita dalam keluarga. Adakah di antara keluarga yang menderita
kista fibrosis, pankreatisis, ulkus peptikum, kolon irritable. Adakah faktor stress dalam
keluarga.
Pada anamnesis yang teliti kita sudah dapat mengetahui apakah penyebab sakit perut
berulang itu kelainan organik atau bukan (Tabel 7)3
Tabel 7. Tanda peringatan sakit perut berulang yang disebabkan kelainan organik
Nyeri terlokalisir, jauh dari garis tengah
Nyeri menjalar (punggung, bahu, ektremitas bawah)
Membangunkan anak pada malam hari
Timbul tiba-tiba
Muntah
Gangguan motilitas (diare, obstripusi, inkontinensia)
Pendarahan saluran cerna
Dysuria
Gangguan tumbuh kembang
Gejala sistemik : panas, arthalgia, ruam kulit
Riwayat keluarga : ulkus peptikum, H pylori, intoleransi laktosa, IBD
Usia kurang dari 4 tahun atau lebih 15 tahun
4.2.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan lengkap mulai dari kepala sampai keujung kaki
walaupun titik beratnya pada abdomen. Perhatikan keadaan umum anak dan posisi anak pada
waktu berjalan atau waktu tidur di tempat periksa. Jika ia terbaring diam dan kesakitan bila
berubah posisi maka ini mungkin tanda abdomen akut.3,4,6
Pemeriksaan pada abdomen harus dilakukan pada posisi anak yang santai dan dilihat/dicari:
asimetri perut, bentuk perut (buncit, skapoid), gambaran usus, nyeri terlokalisasi, adanya
ketegangan dinding perut baik sebelum atau sesudah rangsangan tangan, massa tumor, cairan
ascites, nyeri tekan, bagaimana bising usus di seluruh perut dan colok dubur.4
Perlu dicari tanda-tanda kedaruratan seperti dinding abdomen yang kaku, defens muskuler,
nyeri tekan dan nyeri lepas. Disamping itu perlu juga dicari kemungkinan adanya hernia
inguinalis strangulata atau inkarserata dan pneumonia.3
Perhatikan keadaan umum pasien, apakah tampak sakit ringan, sedang, atau berat. Bila sangat
berat dan disertai muntah hebat kemungkinan besar kasus bedah. Sakit perut yang timbul
karena rangsangan, batuk, nafas dalam dan pergerakan kemungkinan disebabkan peritonitis.
Bila nyeri terasa saat pasien membungkuk mungkin disebabkan oleh pankreatitis. Bila
disertai diare, muntah dan kencing sedikit berarti sudah terdapat dehidrasi. Pemeriksaan perut
harus dilakukan dalam keadaan lemas (relaks). perut yang tegang, adanya tahanan, nyeri
tekan dan nyeri lepas mungkin merupakan kasus bedah, karena pada infeksi saluran cerna
biasanya hanya terdapat nyeri tekan demikian pula dengan adenitis mesenterik. Perut yang
kembung (meteorismus) bisa disebabkan adanya intoleransi karbohidrat. Perhatikan adanya
hernia atau pembesaran kelenjar getah bening (limfadenitis ) didaerah lipat paha (inguinal).
Lihat juga apakah ada purpura terutama didaerah bokong dan punggung kaki, ada atau
tidaknya pneumonia dan kemungkinan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas atau
bagian bawah.3,4
4.2.3. Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang
Mengingat begitu luasnya daftar diagnosis banding untuk sakit perut, maka berbagai prosedur
pemeriksaan dapat saja dilakukan untuk mencari penyebabnya, tapi perlu diingat bahwa
prosedur tersebut memerlukan biaya dan sering tidak memberikan hasil positif. Lagipula
beberapa pemeriksaan bersifat invasif dan menyakitkan anak, oleh karena itu anamnesis yang
cermat dan terarah, pemeriksaan fisik yang teliti dan menyeluruh dapat mengarahkan pada
prosedur pemeriksaan yang diperlukan.3,4
Pemeriksaan laboratorium
Apusan darah dengan gambaran anemia zat besi dapat menyertai kehilangan darah kronik.
Leukositosis biasanya menyertai infeksi saluran kemih dan usus, tetapi infeksi Salmonella
biasanya leukopenia. LED meningkat pada infeksi usus. Pemeriksaan ureum dan elektrolit
darah penting pada diare dengan dehidrasi.3,4
Pemeriksaan urin perlu dilakukan untuk menentukan adanya infeksi saluran kemih, batu
saluran kemih, kelainan hepatobilier, glomerulonefritis akut dan sindrom nefrotik.4
Analisis tinja dapat dilakukan untuk melihat adanya kelainan hepatobilier, kerusakan
pankreas, infeksi bakteri atau parasit, alergi protein susu sapi, kelainan bedah (invaginasi)
dan malabsorpsi karbohidrat yang sering ditemukan pada sindrom usus inflamatorik.
Intoleransi laktosa dapat diperiksa dengan mengukur pH tinja dan tes reduksi dalam tinja
(Clini test).4
Pemeriksaan biokimia seperti klirens urea, kreatinin, amilase dan lipase dapat membantu
mengetahui adanya kelainan pada pankreas, hati dan sistem bilier.4
Pemeriksaan penunjang
Foto polos abdomen, berbaring dan tegak sangat penting untuk melihat obstruksi usus, massa
atau tinja dalam kolon, kalsifikasi pada pankreatitis kronik dan beberapa jenis tumor, batu
empedu dan gambaran mukosa usus pada colitis ulseratif kronik. Foto polos tiga posisi sangat
diperlukan untuk menegakkan diagnosis adanya obstruksi dan kelainan diluar traktus
digestivus. Foto polos perut dan pielografi intravena penting untuk menegakkan diagnosis
traktus urinarius dan batu di dalam saluran kemih.3,4,11
Barium kontras X-Ray merupakan indikasi utama untuk menentukan kelainan pada saluran
pencernaan bagian atas seperti ulkus peptikum dan lesi peradangan kronik. Pemeriksaan
barium meal untuk melihat kelainan usus halus. Double contrast enema untuk melihat
kelainan mukosa secara terperinci. Kolesistografi dilakukan untuk melihat malfungsi saluran
empedu atau batu empedu. Pemeriksaan kolangiografi atas indikasi bila dicurigai adanya
kista koledokus atau pankreatitis. Pemeriksaan kontras saluran kemih (IVP, sistogram, dll)
bila dicurigai adanya infeksi atau disfungsi saluran kemih.3,4
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat dilakukan bila diduga adanya kelainan perut dan
hepatobilier. Electroensefalograf (EEG), Electromiograf (EMG), Electrocardiograf (EKG)
untuk menyokong kecurigaan pada epilepsi perut, spasmofilia atau hipokalsemia.3,4
Pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopi dilakukan untuk mendeteksi kolitis ulserativa,
kolitis pseudomembran atau penyakit Crohn. Pemeriksaan endoskopi dan radiologi
dikerjakan apabila gejala klinis tidak memperlihatkan perbaikan dan masih dipikirkan
keterlibatan kelainan organik seperti ulkus peptikum, lesi peradangan kronik pada lambung
atau duodenum.3,4
Pemeriksaan psikologik perlu dilakukan bila diduga kemungkinan penyebab psikogenik atau
pada pemeriksaan lainnya tidak ditemukan kelainan.3
Oleh karena sebagian besar penyebab sakit perut tidak diketahui maka perlu dipilih
pemeriksaan mana saja yang benar-benar harus dilakukan dan tahap-tahapnya sehingga tidak
membebani anak dan keluarga dengan pemeriksaan yang tidak perlu atau sebaliknya ada
pemeriksaan yang perlu dilakukan tetapi terlewati.4
4.2.4. Kriteria Diagnosis
Keluhan saluran cerna fungsional umumnya bersifat kronis atau rekuren. Pendekatan
diagnosis sangat bergantung kepada kemampuan anak mengemukakan keluhan yang
dirasakannya, sehingga beberapa kelainan tidak ditemukan pada anak di bawah usia tertentu.
Pemastian seorang anak menderita sakit perut fungsional tidak boleh hanya berdasarkan
ditemukannya gangguan emosi pada anak tersebut. Perlu diingat bahwa kelainan organik
yang berkepanjangan juga akan memberikan dampak gangguan emosi pada seorang anak,
karena itu anamnesis yang teliti dan pemeriksaan fisik yang lengkap merupakan hal
terpenting dalam melakukan evaluasi anak dengan sakit perut. 6
Adanya suatu kelainan organik perlu dipikirkan bila pada anamnesis dan pemeriksaan fisik
ditemukan beberapa hal (alarm symptoms) seperti di bawah ini3 :
Tabel 8. Alarm symptoms
Alarm symptoms
Lokasi nyeri jelas dan jauh dari umbilicus
Nyeri berhubungan dengn fungsi saluran pencernaan (konstipasi, diare, inkontinensia)
Muntah
Serangan nyeri mendadak dn menetap dalam beberapa menit sampai hari
Nyeri menjalar ke punggung, bahu atau ekstremitas
Disuria
Perdarahan rektum
Usia kurang dari 4 tahun dan di atas 15 tahun
Riwayat keluarga menderita penyakit saluran cerna atau sistemik ( ulkus peptikum,
inflammatory bowel disese, infeksi Helicobacter pylori )
Diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah Kriteria Rome3,. Kriteria Rome
membagi keluhan nyeri perut non-organik menjadi 5 kategori diagnosis, yaitu3,8 :
1. Dispepsia Fungsional
Dispepsia adalah rasa sakit atau tidak nyaman (discomfort) pada perut bagian atas (di atas
umbilikus). Keluhan telah dirasakan selama paling sedikit 12 minggu, tidak perlu berurutan,
dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Rasa sakit tidak berhubungan dengan pola defekasi dan
bentuk tinja. Berdasarkan gejala klinis, Dispepsia fungsional dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu
(1) Ulcer like dyspepsia, bila yang dirasakan adalah rasa sakit, (2) dysmotility like dyspepsia,
bila yang dirasakan adalah rasa tidak nyaman, dan (3) Unspecified (non specific) dyspepsia,
bila keluhan yang disampaikan pasien tidak memenuhi kriteria ulcer atau dysmotility
dyspepsia. Rasa tidak nyaman dapat berupa rasa penuh, cepat kenyang, sering sendawa,
mual, retching, atau muntah. Semua keluhan di atas mencerminkan gangguan pada saluran
cerna atas.
1. Sindrom Usus Iritabel
Sakit perut atau rasa tidak nyaman yang berhubungan dengan perubahan pola defekasi dan
bentuk tinja. Anak telah cukup matang untuk menjelaskan rasa sakit yang dialami selama
paling sedikit 12 minggu, tidak perlu berurutan, dalam kurun waktu 12 bulan terakhir.
Keluhan akan hilang setelah defekasi. Kemungkinan adanya kelainan organik perlu
dipikirkan bila ditemukan rasa sakit pada malam hari, diare, perdarahan per rektum, demam
atau penurunan berat badan dan riwayat sindrom usus iritabel dalam keluarga.
2. Nyeri perut fungsional
Sakit dirasakan di daerah periumbilikus berlangsung secara terus menerus pada anak usia
sekolah atau remaja, tidak berhubungan dengan keadaan fisiologis seperti makan, defekasi,
atau menstruasi, beberapa kasus mengganggu aktivitas sehari-hari. Episode berlangsung
kurang dari 1 jam, bahkan kadangkala hanya berlangsung beberapa menit. Rasa sakit
umumnya tidak sampai membangunkan anak pada saat tidur, tetapi sakit yang dirasakan pada
malam hari seringkali menyebabkan anak tidak dapat tidur. Anak umumnya mempunyai
masalah emosi, sifat perfeksionis, kesulitan belajar, dan orangtua mempunyai harapan yang
terlalu besar kepada anak. Anak sering pula mengeluh sakit kepala, mual (tanpa muntah), dan
letih. Faktor psikologis berupa kecemasan atau depresi, gejala somatisasi, serta fobia sekolah
perlu dipikirkan.
3. Migren perut
Sakit perut timbul secara paroksismal pada daerah garis tengah perut, non-kolik, berlangsung
selama beberapa jam sampai beberapa hari dan diselingi periode tidak sakit selama beberapa
minggu hingga beberapa bulan. Keluhan lain (minimal 2 keluhan) seperti sakit kepala, takut
terhadap cahaya, riwayat migren di dalam keluarga, sakit kepala pada satu sisi, dan aura
sebagai prodomal serangan sakit (visual, sensorik, atau motorik) juga ditemukan pada anak
dengan migren perut. Keluhan telah berlangsung dalam kurun waktu 12 bulan dengan
minimal 3 kali serangan.
4. Erofagia
Udara yang tertelan dapat menyebabkan distensi perut secara berlebihan sehingga
mengganggu masukan minum/makan anak. Keluhan berlangsung selama minimal 12 minggu,
tidak perlu berurutan, dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Pada anamnesis dan pemeriksaan
fisis terlihat distensi perut akibat adanya udara di dalam lumen usus, sendawa berulang kali,
dan sering flatus. Erofagia seringkali tidak terlalu diperhatikan oleh orangtua. Erofagia perlu
dipikirkan apabila pada saat pemeriksaan fisis ditemukan suara menelan berulang kali yang
disertai keluhan tersebut di atas. Keluhan dan gejala klinis akan hilang pada saat tidur.
Kecemasan yang dialami oleh seorang anak dapat menyebabkan perilaku menelan secara
berlebihan.6
BAB V
PENATALAKSANAAN
Pertama kali yang harus diperhatikan dalam menghadapi nyeri perut pada anak adalah
memilah apakah kelainan fungsional ( kelainan organik ) atau psikogenik ( psikosomatik )
yang mendasari keluhan tersebut. Pemeriksaan penunjang tidak menjadi urutan pertama pada
nyeri perut tanpa alarm symptoms. Meskipun belum disepakati oleh semua negara tetapi
sebagian besar sudah menyetujui penggunaan Kriteria Rome untuk diagnosis nyeri perut
fungsional. Tata laksana dimulai dengan melakukan wawancara dengan anak dan
orangtuanya secara bersama-sama. Interaksi orang tua dan anak selama wawancara
merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Penggunaan buku harian oleh orangtua dan
anak untuk mencatat jenis makanan, derajat nyeri (skor), pola defekasi dan keluhan spesifik
lainnya. Dengan pemantauan tersebut diharapkan mereka akan lebih memberikan perhatian
terhadap keluhan yang dirasakan. Anak diajak ikut serta mengevaluasi penyakitnya dengan
menuliskan apa yang dirasakan. Beberapa data perlu diketahui seperti prestasi belajar, stres
emosi di keluarga maupun di sekolah, aktivitas sosial, dan perkembangan aktivitas dalam
beberapa bulan terakhir. Pemeriksaan fisis harus dilakukan secara menyeluruh dan cermat.
Pemeriksaan colok dubur diperlukan pada kasus yang dicurigai adanya kelainan pada usus
daerah sigmoid, rektum, dan anus, seperti fisura, fistel, atau kelainan lainnya.3
Seringkali sulit untuk memilah melakukan pendekatan psikogenik atau organik, maka sesuai
dengan data epidemiologi kejadian nyeri perut pada anak, umur 4 tahun dipakai sebagai batas
umur untuk memilah melakukan pendekatan diagnostik, dimana anak di bawah 4 tahun lebih
dihubungkan dengan kelainan organik, pemeriksaan penunjang tetap dilakukan walaupun
sebagian besar kasus nyeri perut pada anak tidak memperlihatkan kelainan organik. Pada
keadaan tersebut, alarm symptoms atau signal sign dapat digunakan sebagai dasar pendekatan
tata laksana.10
Beberapa kelainan nyeri perut non-organik memerlukan medikamentosa sebagai terapi
suportif, walaupun sejauh ini penelitian kontrol mengenai terapi dispepsia fungsional pada
anak masih terbatas. Obat dan makanan yang dianggap dapat menimbulkan keluhan
sebaiknya dihentikan. Agonis reseptor H2, Pompa Proton Inhibitor banyak diberikan pada
dyspepsia, prokinetik dapat diberikan pada dispepsia tipe dismotilitas. Faktor psikologis
sebagai pencetus keluhan perlu diketahui. Apabila faktor stres psikologis sangat menonjol,
maka diperlukan kerjasama antara dokter dan keluarga dalam menyusun strategi mengurangi
faktor stres tersebut. Penjelasan kepada anak dan orangtua tentang penyakitnya sangat
diperlukan, meskipun keluhan yang dirasakan sangat mengganggu, anak perlu tahu bahwa hal
tersebut bukanlah sesuatu yang serius. Pencatatan harian tentang keluhan yang diderita sangat
membantu dalam proses penyembuhan. Obat-obat anti-depresi seperti imipramin atau
amitriptilin digunakan pada orang dewasa, sedangkan pada anak belum ada laporan studi
kontrol. Siproheptadine efektif pada beberapa kasus dengan sakit kepala migren dan muntah.
Pada kasus dengan konstipasi sangat dianjurkan pemberian diet tinggi serat (diet yang
direkomendasikan : umur dalam tahun + 5 gr), dan penggunaan minuman yang mengandung
bikarbonat harus dihentikan.3,6,7
Pengobatan diberikan sesuai etiologi. Pada sakit berulang fungsional pengobatan ditujukan
kepada penderita dan keluarga bukan hanya mengobati gejala. Tujuan pengobatan ialah
memberikan rasa aman serta edukasi kepada penderita dan keluarga sehingga kehidupan
keluarga menjadi normal kembali dan dapat mengatasi rasa sakit sehingga dapat
melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan baik (seperti terlihat pada tabel 9).3,4
Penting untuk menentukan apakah nyeri perut membutuhkan suatu tindakan bedah atau tidak,
perlu dipikirkan pada keadaan sakit mendadak, kolik, tempatnya tertentu, jauh dari
umbilikus, bertambah nyeri dengan aktivitas, muntah yang berwarna hijau atau feses. Pada
keadaan ini maka anak harus dirawat di rumah sakit.4
Untuk nyeri psikogenik kadang-kadang diperlukan pula konsultasi ke psikolog dan atau
psikiater anak. Pemberian obat seperti antispasmodik, antikolinergik, antikonvulsan dan anti-
depresan tidak bermanfaat.4
Tabel 9. Ringkasan penatalaksanaan sakit perut berulang fungsional
Menyakinkan bahwa penyakitnya ringan
Menerangkan masalah berdasarkan pada temuan positif maupun negatif
Menemukan stress dan kecemasan yang mencetuskan rasa sakit
Mengidentifikasi pengaruh keluarga / sosial yang mencetuskan sakit
Menghindari gejala sakit yang berkepanjangan dan mengembalikan anak dalam kehidupan
normal
Tatalaksana penyebab yang didapat : kurangi laktosa, diet tinggi serat, dll
Follow-up teratur untuk mengetahui perubahan gejala, meningkatkan rasa percaya diri dan
mendorong keluarga serta anak untuk mengatasi masalahnya
Hasil pengobatan jangan dipakai untuk membuat diagnosis
Tabel 10. Penatalaksanaan sakit perut mendadak
Tabel 11 Penatalaksanaan sakit perut berulang (kronik)
BAB VI
PROGNOSIS
Banyak faktor yang mempengaruhi sakit perut pada anak4:
1. Anak dari keluarga yang banyak menderita sakit perut cenderung mengalami sakit perut
berulang dibanding keluarga yang normal.
2. Anak perempuan mempunyai kemungkinan lebih besar untuk sembuh dari sakit perutnya
daripada anak laki-laki tetapi mempunyai kemungkinan lebih besar untuk berkembang
menjadi gejala lain.
3. Lebih muda anak yang menderita sakit perut (sebelum usia 6 bulan) mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk sembuh sempurna.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Sakit perut pada anak didefinisikan sebagai terjadinya serangan nyeri abdomen yang dapat
mempengaruhi aktivitas anak.
2. Klasifikasi sakit perut pada anak secara umum dibagi menjadi organik (fungsional),
disfungsional, dan psikogenik (psikosomatik).
3. Sakit perut pada anak biasanya berasal dari organ perut, organ lain di luar perut, lesi pada
susunan saraf spinal, gangguan metabolik dan psikosomatik.
4. Patogenesis sakit perut organik ialah adanya gangguan vaskuler, peradangan, gangguan
pasase, penarikan dan peregangan peritoneum viseralis.
5. Diagnosis sakit perut pada anak ditegakkan berdasarkan anamnesis yang teliti,
pemeriksaan fisik ditambah pemeriksaan laboratorium penunjang.
6. Tatalaksana sakit perut pada anak diberikan sesuai etiologi. Penting untuk menentukan
apakah penyakitnya membutuhkan tindakan bedah atau tidak.
7.2 Saran
1. Perlunya anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang tepat
agar dapat dilakukan tata laksana penyakit secara optimal.
2. Perlunya pemberian konseling pada orangtua dalam mencegah dan mewaspadai timbulnya
gejala sakit perut pada anak untuk penatalaksanaan lebih dini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.1991.
493-6.
2. Medical Dictionary. Abdominal Pain. http://www.medhelp.org/ [diakses tanggal 10 April
2009]
3. Boediarso A. D. Sakit Perut Berulang. http://www.pdpersi.co.id/ [diakses tanggal 10 April
2009]
4. Ulshen M. Nyeri perut berulang pada masa anak. Dalam Behrman, Kliegman Arvin, editor.
Wahab AS, editor ed. Bahasa Indonesia. Nelson Ilmu Kesehatan Anak vol. 2. Ed 15. Jakarta:
EGC, 2000. hlm: 1361-1364.
5. Apley J. The Child with Abdominal Pain, 2nd ed. Oxford; Blackwell Seientific Publ., 1975
6. Syarif BH. Nyeri Perut Pada Anak. Jakarta : Divisi Gastroenterologi Anak FKUI/RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo, 2008.
7. Suraatmaja S (ed). Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Sagung Seto, Jakarta. 2007.
8. Chang L. From Rome to Los Angeles. The Rome III Criteria for the Functional GI
Disorders. http://www.medscape.com/viewarticle/533460 [diakses 10 April 2009].
9. Boediarso A.D. Sakit Perut Pada Anak. Dalam: Gastroenterologi Anak Praktis. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta. 1988. 219-30
10. Hyman PE dkk. Childhood Functional Gastrointestinal Disorders: Neonate/Toddler.
Gastroenterology 2006;130:1519-26.