Penda Hulu An

33
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronik, sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Rasa sakit dapat bervariasi, dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Rasa sakit dapat terlokalisir di suatu tempat, tetapi dapat pula diseluruh perut, bahkan dapat menjalar ke tempat lain. Rasa sakit dapat pula hanya berupa nyeri tumpul (dull pain), bagaikan ditusuk-tusuk atau disayat-sayat, dapat pula seperti dililit (kolik), yang tidak jarang menyebabkan penderita sampai berguling-guling. Penyebab sakit perut dapat bermacam-macam, mulai yang berasal dari dalam perut sendiri atau di luar perut, bahkan ada pula yang di luar tubuh.1 Sakit perut yang berulang sering terjadi pada anak. Anak perempuan cenderung lebih sering menderita sakit ini dibandingkan anak laki-laki. Delapan puluh persen kasus sakit perut berulang disebabkan kelainan fungsional saluran cerna. Dan sekitar 5 – 15,6 % sakit perut berulang disebabkan oleh kelainan organik. Pada anak dibawah 4 tahun sebagian besar penyebabnya adalah organik, sedangkan pada anak yang lebih besar kelainan fungsional saluran cerna merupakan penyebab terbanyak.1 Pendekatan diagnosis nyeri perut berulang dimulai dari anamnesis yang teliti dan lengkap, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dasar. Hanya kasus yang diduga disebabkan kelainan organik yang memerlukan pemeriksaan penunjang lanjutan.1

Transcript of Penda Hulu An

Page 1: Penda Hulu An

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

          Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronik, sering dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari. Rasa sakit dapat bervariasi, dari yang paling ringan sampai yang

paling berat. Rasa sakit dapat terlokalisir di suatu tempat, tetapi dapat pula diseluruh perut,

bahkan dapat menjalar ke tempat lain. Rasa sakit dapat pula hanya berupa nyeri tumpul (dull

pain), bagaikan ditusuk-tusuk atau disayat-sayat, dapat pula seperti dililit (kolik), yang tidak

jarang menyebabkan penderita sampai berguling-guling. Penyebab sakit perut dapat

bermacam-macam, mulai yang berasal dari dalam perut sendiri atau di luar perut, bahkan ada

pula yang di luar tubuh.1

         Sakit perut yang berulang sering terjadi pada anak. Anak perempuan cenderung lebih

sering menderita sakit ini dibandingkan anak laki-laki. Delapan puluh persen kasus sakit

perut berulang disebabkan kelainan fungsional saluran cerna. Dan sekitar 5 – 15,6 % sakit

perut berulang disebabkan oleh kelainan organik. Pada anak dibawah 4 tahun sebagian besar

penyebabnya adalah organik, sedangkan pada anak yang lebih besar kelainan fungsional

saluran cerna merupakan penyebab terbanyak.1

Pendekatan diagnosis nyeri perut berulang dimulai dari anamnesis yang teliti dan lengkap,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dasar. Hanya kasus yang diduga disebabkan

kelainan organik yang memerlukan pemeriksaan penunjang lanjutan.1

         Apapun penyebabnya, suatu hal yang pasti adalah bahwa hanya sebagian kecil dari sakit

perut ini baik yang akut maupun yang kronik, yang memerlukan tindakan bedah. Sebagian

besar sakit perut tidak memerlukan tindakan bedah, cukup dengan pengobatan

medikamentosa.1

1.2 Batasan Masalah

Refrat ini membahas mengenai patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan nyeri perut pada

bayi dan anak.

1.3 Tujuan Penulisan

Mengetahui patofisiologis, diagnosis dan penatalaksanaan nyeri perut pada bayi dan anak.

1.4 Metode Penulisan

Refrat ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai

literatur.

Page 2: Penda Hulu An

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Definisi

Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan region inguinalis.2 Nyeri perut

bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Akut abdomen

didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi tiba-tiba serta

membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya. Appley mendefinisikan sakit

perut berulang sebagai serangan sakit perut yang berlangsung minimal 3 kali selama paling

sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu aktivitas sehari-hari.1

2.2 Epidemiologi

Sakit perut biasanya terjadi pada anak usia 5 hingga 14 tahun, sementara frekuensi tertinggi

pada usia 5-10 tahun. Apley menemukan bahwa nyeri perut terjadi pada 10-12% anak laki-

laki usia 5-10 tahun dan menurun setelah usia itu. Anak perempuan cenderung lebih sering

menderita sakit ini dibandingkan anak laki-laki (Perempuan : Laki-laki = 5:3). Sakit perut ini

jarang terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun dan di atas 15 tahun.3.5,7

2.3 Klasifikasi

Pada garis besarnya sakit perut dapat dibagi menurut datangnya serangan dan lamanya

serangan, yaitu akut atau kronik (berulang), yang kemudian dibagi lagi atas kasus bedah dan

non bedah (pediatrik). Selanjutnya dapat dibagi lagi berdasarkan umur penderita, yang di

bawah 2 tahun dan di atas 2 tahun, yang masing-masing dapat dikelompokkan menjadi

Page 3: Penda Hulu An

penyebab gastrointestinal dan luar gastrointestinal.3

Konsep yang klasik membagi sakit perut berulang ke dalam 2 golongan: organik (fungsional)

dan psikogenik (psikosomatik). Biasanya harus dicari dulu penyebab organik, bila tidak

ditemukan bisa dipikirkan kemungkinan penyebab psikogenik . Cara pendekatan seperti ini

tentu akan banyak memakan waktu dan biaya.3

Barr mengajukan konsep yang agak berbeda. Sakit perut berulang digolongkan atas 3

kelompok, yaitu: organik, disfungsional, dan psikogenik. Nyeri organik disebabkan oleh

suatu penyakit, misalnya infeksi saluran kemih . Nyeri disfungsional disebabkan oleh

berbagai variasi fisiologi normal dan dibagi dalam dua kategori, yaitu sindrom nyeri spesifik

(yang mekanisme penyebab nyerinya diketahui, misalnya defisiensi laktase dan konstipasi)

dan sindrom nyeri nonspesifik (mekanisme penyebab nyeri tidak jelas atau tidak diketahui).

Nyeri psikogenik disebabkan oleh tekanan emosional atau psikososial tanpa adanya kelainan

organik atau disfungsi3

Untuk memastikan diagnosis kelompok nyeri psikogenik maka ada tiga kriteria yang harus

dipenuhi yaitu3:

• Ada bukti yang cukup kuat untuk menghilangkan penyebab kelainan organik

• Ada bukti positif bahwa ada gangguan emosional dan ada kaitan waktu antara timbulnya

sakit perut dengan periode meningkatnya stress yang dialami anak

• Sakit perut ini akan bereaksi langsung dengan hilangnya ketegangan emosional meskipun

kemungkinan hal ini tidak selalu terjadi

Konsep ketiga diajukan oleh Levine dan Rappaport (1984) yang menekankan adanya

penyebab multifaktor. Sakit perut berulang merupakan perpaduan dari empat faktor, yaitu:

1. Predisposisi somatik, disfungsi, atau penyakit

2. Kebiasaan dan cara hidup

3. Watak dan pola respons

4. Lingkungan dan peristiwa pencetus

Faktor-faktor tersebut berperan meningkatkan atau meredakan rasa sakit. Dengan demikian

dapat diterangkan mengapa beberapa anak menderita konstipasi tanpa sakit perut berulang.

Demikian pula halnya dengan kondisi psikososial yang buruk akan menimbulkan sakit perut

berulang pada anak tertentu, tetapi tidak pada anak lain.3

2.4 Etiologi

Dari penelitian terdahulu hanya 7 % kasus yang disebabkan oleh kelainan organik yang akan

menimbulkan sakit perut (Apley, 1959), hal ini meningkat terhadap berbagai kondisi seperti

Page 4: Penda Hulu An

konstipasi, abdominal migrain (Symon & Russel, 1995), gastritis, ulkus peptikum

dihubungkan dengan Helycobacter pylori (Wewer dkk, 1994) dan irritable bowel syndrome

(Hyams dkk, 1995).4,5,7

Penyebab intra-abdominal dapat diklasifikasikan lagi menurut penyebab dari dalam saluran

cerna, ginjal, dan lain-lain (Tabel 1)7. Penyebab sakit perut berulang yang terbesar adalah

faktor psikofisiologi.3

Tabel 1. Beberapa penyebab organik sakit perut berulang

Extra - Abdominal Intra – Abdominal

Gastrointestinal Ginjal Lain – lain

Keracunan Timbal

Porfiria

Epilepsi

Diabetes

Asma

Demam Rematik

"Sickle-cell anemia"

Hiperparathyroidism

Hipertrigliserid

Peritonitis

Tumor/Kista

Medulla spinalis

Perinkotritis

Leukemia

Limfoma

Thalasemia

Malrotasi

Duplikasi

Stenosis

Gastritis

Hiatus hernia

Page 5: Penda Hulu An

Hernia inguinalis

Volvulus

Intususepsi

Kolitis ulseratif

Konstipasi kronik

Intoleransi laktosa

Askariasis

Ulkus peptikum

Penyakit Crohn

Apendisitis kronik

Hiperplasia limfoid-

noduler

Limfoma

Konstipasi

Coeliac

Intoleransi laktosa

Refluks gastroesofagal

H. pylori

Pankreatitis kronik

Inflamatory Bowel Desease

Malrotasi

Divertikulum Meckel

Kolelitiasis

Hepatitis

Ulkus peptikum

Pielonefritis

Hidronefrosis

Batu ginjal

Obstruksi uretero

pelvic

Pielonefritis

Hidronefrosis

Batu ginjal

Infeksi di daerah pelvis

Page 6: Penda Hulu An

Dismenore

Kista ovarium

Endometriosis

Kehamilan ektopik Hepatomegali

Splenomegali

Kolesistitis

Kolelitiasis

Pankreatitis kronik

Kista ovarium

Endometriosis

Keracunan timbal

Porfiria

Diabetes melitus

Purpura Henoch-

Schonlein

Epilepsi perut

Migrain

Hiperlipidemia

Edema angioneurotik

2.4.1 Sakit Perut Mendadak (Akut)

Pada bayi dan anak di bawah usia 2 tahun, sakit perut mendadak lebih sering disebabkan oleh

kasus bedah daripada anak di atas 2 tahun. Penyebab utama sakit perut mendadak non bedah

(pediatrik) pada umur di bawah 2 tahun ialah berbagai macam infeksi, terutama infeksi

saluran pencernaan dan saluran kemih. Pada umur di atas 2 tahun juga disebabkan berbagai

macam infeksi di dalam saluran cerna maupun di luar saluran cerna.1,6

Page 7: Penda Hulu An

Tabel 3 Penyebab sakit perut mendadak (a) Pediatrik; (b) Bedah

a. b.

2.4.2 Sakit perut berulang (kronik)

Sakit perut berulang (kronik) ialah serangan sakit perut yang berulang, sekurang-kurangnya 3

kali dalam jangka waktu 3 bulan sehingga aktivitas penderita terganggu.1,3

Pada garis besarnya, sakit perut berulang dapat dibagi menurut penyebab gastrointestinal dan

non-gastrointestinal. Penyebab gastrointestinal dapat diklasifikasikan lagi menurut penyebab

dari dalam saluran cerna (usus) dan luar saluran cerna (hepatobiliaris dan pankreas).

Penyebab non-gastrointestinal dapat dibedakan pula ke dalam 2 golongan yaitu penyebab dari

dalam perut dan luar perut.1,3

Tabel 4 Penyebab sakit perut berulang (kronik)

Page 8: Penda Hulu An

BAB III

PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS

3.1. Patofisiologi

Rasa sakit perut, baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu bersumber pada1,3:

1. Visera perut

2. Organ lain di luar perut

3. Lesi pada susunan saraf spinal

4. Gangguan metabolik

5. Psikosomatik

Rasa sakit perut somatik berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar keseluruh

peritonium dan melibatkan visera mensentrium yang berisi banyak ujung saraf somatik , yang

lebih dapat meneruskan rasa sakit nya dan lebih dapat melokalisasi rasa sakit daripada saraf

otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan menyebabkan

rasa sakit visera, tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa sakit somatik pula, setelah

peritoneum terlibat. Rasa sakit somatik yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa

mual yang merupakan gejala khas peritonitis. Refleks rasa sakit perut dapat pula timbul

karena adanya rangsangan pada nervus frenikus, misalnya pada pneumonia. Rasa sakit yang

berasal dari usus halus akan timbul didaerah perut bagian atas dan epigastrium, sedangkan

rasa sakit dari usus besar akan timbul dibagian bawah perut.

Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang

berasal dari sistim saraf otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini disebut sebagai serabut

saraf C yang dapat meneruskan rasa sakit lebih menyebar dan lebih lama dari rasa sakit yang

dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A.1

Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis dan serosa dari organ di

Page 9: Penda Hulu An

abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan

paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan melewati medula spinalis

pada traktus spinotalamikus lateralis menuju ke talamus, kemudian ke konteks serebri.1

Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan ambang

nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak

jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera abdomen atas (lambung, duodenum,

pankreas, hati, dan sistem empedu) mencapai medula spinalis pada segmen thorakalis 6,7,8

serta dirasakan didaerah epigastrium.1

Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai

fleksura hepatika memasuki segmen Th 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon

distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genitalia perempuan, impuls nyeri mencapai

segmen Th 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah supra

publik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke

peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks spinals

segmentalis.1,3

Nyeri yang disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada keracunan timah dan porfirin

belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya.3

Patofisiologi sakit perut berulang yang fungsional (tidak berhubungan dengan kelainan

organik) masih sulit dimengerti. Diperkirakan ada hubungan antara sakit perut berulang

fungsional dengan penurunan ambang rangsang nyeri. Berbagai faktor psikologik dan

fisiologik dapat berperan sebagai mediator dari sakit perut berulang fungsional.3

Tabel 5. Mediator dari sakit perut berulang fungsional

Psikologik Fisiologik

Faktor stress

Depresi

Ikatan Keluarga

"Operant conditioning"

Somatisasi Intoleransi

Dismotilitas usus

Konstipasi

Ketidak stabilan otonom

Page 10: Penda Hulu An

Telah diketahui ada hubungan yang kuat antara sakit perut berulang fungsional dengan tipe

kepribadian tertentu, yaitu sering cemas/gelisah, dan selalu ingin sempurna. Pada anggota

keluarga lainnya juga sering ditemukan kelainan psikosomatik seperti migraine dan kolon

iritabel.3,10,11

3.2. Patogenesis4

Patogenesis sakit perut fungsional belum diketahui secara pasti. Motilitas saluran cerna dan

hipersensitivitas visera diduga sangat berperan terhadap kejadian nyeri perut non-organik

pada anak. Gangguan motilitas terlihat pada anak yang dilakukan pemeriksaan manometri.

Pada pemeriksaan manometri terlihat peningkatan intensitas kontraksi otot pada usus halus

dan usus besar, serta waktu singgah di dalam usus yang lambat (delayed intestinal transit

time). Konsep keterlibatan hipersensitivitas visera didapat dari penelitian yang

memperlihatkan perubahaan ambang reseptor pada dinding saluran cerna, perubahan

modulasi dalam mengkonduksi impuls sensorik, dan perubahan ambang kesadaran di susunan

saraf pusat pada pasien dengan irritable bowel syndrome. Peranan inflamasi dan

imunomodulasi dalam patogenesis sakit perut fungsional, perlu dipertimbangkan dengan

ditemukannya proses inflamasi nonspesifik pada biopsi jaringan saluran cerna.3,4,12

Mekanisme timbulnya sakit perut organik, ialah3,4:

1. Gangguan vaskuler. Emboli atau trombosis, ruptur, oklusi akibat torsi atau penekanan

seperti pada kista ovarium terpuntir dan jepitan usus pada invaginasi.

2. Peradangan. Peradangan organ di dalam rongga peritonium menimbulkan rasa sakit bila

proses peradangan telah mengenal peritoneum parietalis. Mekanisme perjalaran nyeri sama

seperti peradangan pada umumnya yang disalurkan melalui persyarafan somatik.

3. Gangguan pasase. Nyeri bisa ditimbulkan oleh adanya gangguan pasase atau obtruksi

organ yang berbentuk pembuluh, baik yang terdapat di dalam rongga peritoneal atau pun

retroperitoneal. Bila pasase dalam saluran-saluran tersebut terganggu akan timbul rasa sakit

akibat tekanan intra lumen yang meninggi di bagian proksimal sumbatan. Sakit dirasakan

hilang timbul atau terus menerus dengan puncak nyeri yang hebat (kolik).

4. Penarikan dan peregangan peritoneum viseralis. Penarikan dan peregangan pada

peritoneum viseral dapat merangsang terjadinya nyeri yang bersifat tumpul (dull pain).

Page 11: Penda Hulu An

Dalam prakteknya, keempat mekanisme timbulnya sakit perut jarang ditemukan sendiri-

sendiri, tapi umumnya merupakan proses campuran.

BAB IV

MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS

4.1. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik sakit perut pada bayi dan anak bergantung pada umur penderita. Pedoman

yang dipakai untuk menyatakan seorang bayi atau anak sakit perut adalah sebagai berikut3,9:

• 0 - 3 bulan : umumnya digambarkan dengan adanya muntah

• 3 bln - 2 th : muntah, tiba-tiba menjerit, menangis tanpa adanya trauma yang dapat

menerangkannya

• 2 th – 5 th : dapat mengatakan sakit perut tetapi lokalisasi belum tepat

• > 5 th : dapat menerangkan sifat dan lokalisasi sakit perut

Sakit perut berulang variasinya cukup luas baik dalam hal frekuensi, waktu, intensitas, lokasi

dan gejala yang mengikuti. Mual, keringat, dingin, muntah, pusing, pucat dan palpitasi sering

menyertai sakit perut berulang. Gejala klinis sakit perut berulang yang klasik dapat dilihat

pada tabel 4. Pada sakit perut berulang dengan gambaran klasik ini, etiologinya bukan

kelainan organik.3,6

Diketahui tiga tipe sakit perut berulang yaitu : kolik periumbilikus (paling sering), peptic

symptoms’s (hampir sama dengan dispepsia non ulser pada dewasa) dan nyeri perut bawah

dengan gangguan buang air besar (ekivalen dengan sindrom usus iritabel). Gejala klinis ini

dapat menetap sampai dewasa pada 30 - 50% kasus. Sakit perut berulang merupakan salah

satu manifestasi dini dari irritable bowel syndrome (IBS).3

Tabel 6. Gejala klinis sakit perut berulang klasik4

Paroksismal

Daerah perlumbilikus atau suprapubis

Nyeri berlangsung kurang satu jam

Nyeri tidak menjalar, kram atau tajam, tak membangunkan anak malam hari

Nyeri tidak berhubungan dengan makanan, aktifitas, kebiasaan buang air besar

Page 12: Penda Hulu An

Mengganggu aktivitas

Di antara dua episode terdapat masa bebas gejala

Pemeriksaan fisik normal, kecuali kadang-kadang sakit perut di kiri bawah

Nilai laboratorium normal

4.2. Diagnosis1,3,4

4.2.1. Anamnesis

Usia. Sakit perut berulang biasanya terjadi pada usia 5 - 14 tahun.

Jenis kelamin. Perempuan lebih sering mengalami sakit perut berulang dibandingkan laki-

laki (5:3).

Riwayat sakit perut.

a. Lokalisasi. Sakit yang disebabkan gangguan saluran pencernaan bagian atas biasanya

dirasakan di daerah epigastrium. Gangguan di ileum distal dan appendiks dirasakan di daerah

perut kanan bawah. Rasa sakit yang disebabkan oleh infeksi usus ataupun gangguan psikis

lokalisasinya sukar ditentukan.

b. Sifat dan faktor yang menambah / mengurangi rasa sakit. Sakit yang berasal dari spasme

otot polos usus, traktus urinarius, traktus biliaris, biasanya berupa kolik yang sukar

ditentukan lokalisasinya dengan tepat dan tidak dipengaruhi oleh adanya batuk atau

penekanan abdomen. Sakit yang berasal dari iritasi peritoneum akan terasa menetap di tempat

iritasi dan menghebat bila penderita batuk atau ditekan perutnya.

c. Waktu timbul : berhubungan dengan makan atau tidak.

d. Lama sakit perut.

e. Frekuensi.

f. Gejala yang mengiringi.

Pola defekasi

Pola kencing

Siklus Haid

Akibat sakit perut pada anak

a. Terdapatkah kemunduran kesehatan pada anak tersebut?

b. Bagaimana nafsu makan anak?

Gejala / gangguan traktus respiratorius

Gangguan muskuloskeletal

Aspek psikososial

Page 13: Penda Hulu An

a. Pola hidup dan kebiasaan pola tidur, aktivitas sehari-hari, makanan, penggunaan toilet

b. Lingkungan: tetangga, sekolah, perkawinan orang tua, keadaan rumah, persaingan sesama

saudara kandung, beban keuangan, disiplin yang terlalu kaku

c. Temperamen, pola respon yang dipelajari: bagaimana anak mengatasi stress di masa

lampau, gampang bergaul, kaku, perfeksionis, obsesif, depresi kronik, sulit diatur

Trauma. Trauma tumpul dapat menyebabkan hematoma subserosal ataupun pankreatitis

Penyakit yang pernah diderita dalam keluarga. Adakah di antara keluarga yang menderita

kista fibrosis, pankreatisis, ulkus peptikum, kolon irritable. Adakah faktor stress dalam

keluarga.

Pada anamnesis yang teliti kita sudah dapat mengetahui apakah penyebab sakit perut

berulang itu kelainan organik atau bukan (Tabel 7)3

Tabel 7. Tanda peringatan sakit perut berulang yang disebabkan kelainan organik

Nyeri terlokalisir, jauh dari garis tengah

Nyeri menjalar (punggung, bahu, ektremitas bawah)

Membangunkan anak pada malam hari

Timbul tiba-tiba

Muntah

Gangguan motilitas (diare, obstripusi, inkontinensia)

Pendarahan saluran cerna

Dysuria

Gangguan tumbuh kembang

Gejala sistemik : panas, arthalgia, ruam kulit

Riwayat keluarga : ulkus peptikum, H pylori, intoleransi laktosa, IBD

Usia kurang dari 4 tahun atau lebih 15 tahun

4.2.2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan lengkap mulai dari kepala sampai keujung kaki

walaupun titik beratnya pada abdomen. Perhatikan keadaan umum anak dan posisi anak pada

waktu berjalan atau waktu tidur di tempat periksa. Jika ia terbaring diam dan kesakitan bila

berubah posisi maka ini mungkin tanda abdomen akut.3,4,6

Pemeriksaan pada abdomen harus dilakukan pada posisi anak yang santai dan dilihat/dicari:

asimetri perut, bentuk perut (buncit, skapoid), gambaran usus, nyeri terlokalisasi, adanya

Page 14: Penda Hulu An

ketegangan dinding perut baik sebelum atau sesudah rangsangan tangan, massa tumor, cairan

ascites, nyeri tekan, bagaimana bising usus di seluruh perut dan colok dubur.4

Perlu dicari tanda-tanda kedaruratan seperti dinding abdomen yang kaku, defens muskuler,

nyeri tekan dan nyeri lepas. Disamping itu perlu juga dicari kemungkinan adanya hernia

inguinalis strangulata atau inkarserata dan pneumonia.3

Perhatikan keadaan umum pasien, apakah tampak sakit ringan, sedang, atau berat. Bila sangat

berat dan disertai muntah hebat kemungkinan besar kasus bedah. Sakit perut yang timbul

karena rangsangan, batuk, nafas dalam dan pergerakan kemungkinan disebabkan peritonitis.

Bila nyeri terasa saat pasien membungkuk mungkin disebabkan oleh pankreatitis. Bila

disertai diare, muntah dan kencing sedikit berarti sudah terdapat dehidrasi. Pemeriksaan perut

harus dilakukan dalam keadaan lemas (relaks). perut yang tegang, adanya tahanan, nyeri

tekan dan nyeri lepas mungkin merupakan kasus bedah, karena pada infeksi saluran cerna

biasanya hanya terdapat nyeri tekan demikian pula dengan adenitis mesenterik. Perut yang

kembung (meteorismus) bisa disebabkan adanya intoleransi karbohidrat. Perhatikan adanya

hernia atau pembesaran kelenjar getah bening (limfadenitis ) didaerah lipat paha (inguinal).

Lihat juga apakah ada purpura terutama didaerah bokong dan punggung kaki, ada atau

tidaknya pneumonia dan kemungkinan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas atau

bagian bawah.3,4

4.2.3. Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang

Mengingat begitu luasnya daftar diagnosis banding untuk sakit perut, maka berbagai prosedur

pemeriksaan dapat saja dilakukan untuk mencari penyebabnya, tapi perlu diingat bahwa

prosedur tersebut memerlukan biaya dan sering tidak memberikan hasil positif. Lagipula

beberapa pemeriksaan bersifat invasif dan menyakitkan anak, oleh karena itu anamnesis yang

cermat dan terarah, pemeriksaan fisik yang teliti dan menyeluruh dapat mengarahkan pada

prosedur pemeriksaan yang diperlukan.3,4

Pemeriksaan laboratorium

Apusan darah dengan gambaran anemia zat besi dapat menyertai kehilangan darah kronik.

Leukositosis biasanya menyertai infeksi saluran kemih dan usus, tetapi infeksi Salmonella

biasanya leukopenia. LED meningkat pada infeksi usus. Pemeriksaan ureum dan elektrolit

darah penting pada diare dengan dehidrasi.3,4

Pemeriksaan urin perlu dilakukan untuk menentukan adanya infeksi saluran kemih, batu

saluran kemih, kelainan hepatobilier, glomerulonefritis akut dan sindrom nefrotik.4

Page 15: Penda Hulu An

Analisis tinja dapat dilakukan untuk melihat adanya kelainan hepatobilier, kerusakan

pankreas, infeksi bakteri atau parasit, alergi protein susu sapi, kelainan bedah (invaginasi)

dan malabsorpsi karbohidrat yang sering ditemukan pada sindrom usus inflamatorik.

Intoleransi laktosa dapat diperiksa dengan mengukur pH tinja dan tes reduksi dalam tinja

(Clini test).4

Pemeriksaan biokimia seperti klirens urea, kreatinin, amilase dan lipase dapat membantu

mengetahui adanya kelainan pada pankreas, hati dan sistem bilier.4

Pemeriksaan penunjang

Foto polos abdomen, berbaring dan tegak sangat penting untuk melihat obstruksi usus, massa

atau tinja dalam kolon, kalsifikasi pada pankreatitis kronik dan beberapa jenis tumor, batu

empedu dan gambaran mukosa usus pada colitis ulseratif kronik. Foto polos tiga posisi sangat

diperlukan untuk menegakkan diagnosis adanya obstruksi dan kelainan diluar traktus

digestivus. Foto polos perut dan pielografi intravena penting untuk menegakkan diagnosis

traktus urinarius dan batu di dalam saluran kemih.3,4,11

Barium kontras X-Ray merupakan indikasi utama untuk menentukan kelainan pada saluran

pencernaan bagian atas seperti ulkus peptikum dan lesi peradangan kronik. Pemeriksaan

barium meal untuk melihat kelainan usus halus. Double contrast enema untuk melihat

kelainan mukosa secara terperinci. Kolesistografi dilakukan untuk melihat malfungsi saluran

empedu atau batu empedu. Pemeriksaan kolangiografi atas indikasi bila dicurigai adanya

kista koledokus atau pankreatitis. Pemeriksaan kontras saluran kemih (IVP, sistogram, dll)

bila dicurigai adanya infeksi atau disfungsi saluran kemih.3,4

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat dilakukan bila diduga adanya kelainan perut dan

hepatobilier. Electroensefalograf (EEG), Electromiograf (EMG), Electrocardiograf (EKG)

untuk menyokong kecurigaan pada epilepsi perut, spasmofilia atau hipokalsemia.3,4

Pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopi dilakukan untuk mendeteksi kolitis ulserativa,

kolitis pseudomembran atau penyakit Crohn. Pemeriksaan endoskopi dan radiologi

dikerjakan apabila gejala klinis tidak memperlihatkan perbaikan dan masih dipikirkan

keterlibatan kelainan organik seperti ulkus peptikum, lesi peradangan kronik pada lambung

atau duodenum.3,4

Pemeriksaan psikologik perlu dilakukan bila diduga kemungkinan penyebab psikogenik atau

pada pemeriksaan lainnya tidak ditemukan kelainan.3

Oleh karena sebagian besar penyebab sakit perut tidak diketahui maka perlu dipilih

pemeriksaan mana saja yang benar-benar harus dilakukan dan tahap-tahapnya sehingga tidak

Page 16: Penda Hulu An

membebani anak dan keluarga dengan pemeriksaan yang tidak perlu atau sebaliknya ada

pemeriksaan yang perlu dilakukan tetapi terlewati.4

4.2.4. Kriteria Diagnosis

Keluhan saluran cerna fungsional umumnya bersifat kronis atau rekuren. Pendekatan

diagnosis sangat bergantung kepada kemampuan anak mengemukakan keluhan yang

dirasakannya, sehingga beberapa kelainan tidak ditemukan pada anak di bawah usia tertentu.

Pemastian seorang anak menderita sakit perut fungsional tidak boleh hanya berdasarkan

ditemukannya gangguan emosi pada anak tersebut. Perlu diingat bahwa kelainan organik

yang berkepanjangan juga akan memberikan dampak gangguan emosi pada seorang anak,

karena itu anamnesis yang teliti dan pemeriksaan fisik yang lengkap merupakan hal

terpenting dalam melakukan evaluasi anak dengan sakit perut. 6

Adanya suatu kelainan organik perlu dipikirkan bila pada anamnesis dan pemeriksaan fisik

ditemukan beberapa hal (alarm symptoms) seperti di bawah ini3 :

Tabel 8. Alarm symptoms

Alarm symptoms

Lokasi nyeri jelas dan jauh dari umbilicus

Nyeri berhubungan dengn fungsi saluran pencernaan (konstipasi, diare, inkontinensia)

Muntah

Serangan nyeri mendadak dn menetap dalam beberapa menit sampai hari

Nyeri menjalar ke punggung, bahu atau ekstremitas

Disuria

Perdarahan rektum

Usia kurang dari 4 tahun dan di atas 15 tahun

Riwayat keluarga menderita penyakit saluran cerna atau sistemik ( ulkus peptikum,

inflammatory bowel disese, infeksi Helicobacter pylori ) 

Page 17: Penda Hulu An

Diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah Kriteria Rome3,. Kriteria Rome

membagi keluhan nyeri perut non-organik menjadi 5 kategori diagnosis, yaitu3,8 :

1. Dispepsia Fungsional

Dispepsia adalah rasa sakit atau tidak nyaman (discomfort) pada perut bagian atas (di atas

umbilikus). Keluhan telah dirasakan selama paling sedikit 12 minggu, tidak perlu berurutan,

dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Rasa sakit tidak berhubungan dengan pola defekasi dan

bentuk tinja. Berdasarkan gejala klinis, Dispepsia fungsional dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu

(1) Ulcer like dyspepsia, bila yang dirasakan adalah rasa sakit, (2) dysmotility like dyspepsia,

bila yang dirasakan adalah rasa tidak nyaman, dan (3) Unspecified (non specific) dyspepsia,

bila keluhan yang disampaikan pasien tidak memenuhi kriteria ulcer atau dysmotility

dyspepsia. Rasa tidak nyaman dapat berupa rasa penuh, cepat kenyang, sering sendawa,

mual, retching, atau muntah. Semua keluhan di atas mencerminkan gangguan pada saluran

cerna atas.

1. Sindrom Usus Iritabel

Sakit perut atau rasa tidak nyaman yang berhubungan dengan perubahan pola defekasi dan

bentuk tinja. Anak telah cukup matang untuk menjelaskan rasa sakit yang dialami selama

paling sedikit 12 minggu, tidak perlu berurutan, dalam kurun waktu 12 bulan terakhir.

Keluhan akan hilang setelah defekasi. Kemungkinan adanya kelainan organik perlu

dipikirkan bila ditemukan rasa sakit pada malam hari, diare, perdarahan per rektum, demam

atau penurunan berat badan dan riwayat sindrom usus iritabel dalam keluarga.

2. Nyeri perut fungsional

Sakit dirasakan di daerah periumbilikus berlangsung secara terus menerus pada anak usia

sekolah atau remaja, tidak berhubungan dengan keadaan fisiologis seperti makan, defekasi,

atau menstruasi, beberapa kasus mengganggu aktivitas sehari-hari. Episode berlangsung

kurang dari 1 jam, bahkan kadangkala hanya berlangsung beberapa menit. Rasa sakit

umumnya tidak sampai membangunkan anak pada saat tidur, tetapi sakit yang dirasakan pada

malam hari seringkali menyebabkan anak tidak dapat tidur. Anak umumnya mempunyai

masalah emosi, sifat perfeksionis, kesulitan belajar, dan orangtua mempunyai harapan yang

terlalu besar kepada anak. Anak sering pula mengeluh sakit kepala, mual (tanpa muntah), dan

letih. Faktor psikologis berupa kecemasan atau depresi, gejala somatisasi, serta fobia sekolah

perlu dipikirkan.

3. Migren perut

Sakit perut timbul secara paroksismal pada daerah garis tengah perut, non-kolik, berlangsung

selama beberapa jam sampai beberapa hari dan diselingi periode tidak sakit selama beberapa

Page 18: Penda Hulu An

minggu hingga beberapa bulan. Keluhan lain (minimal 2 keluhan) seperti sakit kepala, takut

terhadap cahaya, riwayat migren di dalam keluarga, sakit kepala pada satu sisi, dan aura

sebagai prodomal serangan sakit (visual, sensorik, atau motorik) juga ditemukan pada anak

dengan migren perut. Keluhan telah berlangsung dalam kurun waktu 12 bulan dengan

minimal 3 kali serangan.

4. Erofagia

Udara yang tertelan dapat menyebabkan distensi perut secara berlebihan sehingga

mengganggu masukan minum/makan anak. Keluhan berlangsung selama minimal 12 minggu,

tidak perlu berurutan, dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Pada anamnesis dan pemeriksaan

fisis terlihat distensi perut akibat adanya udara di dalam lumen usus, sendawa berulang kali,

dan sering flatus. Erofagia seringkali tidak terlalu diperhatikan oleh orangtua. Erofagia perlu

dipikirkan apabila pada saat pemeriksaan fisis ditemukan suara menelan berulang kali yang

disertai keluhan tersebut di atas. Keluhan dan gejala klinis akan hilang pada saat tidur.

Kecemasan yang dialami oleh seorang anak dapat menyebabkan perilaku menelan secara

berlebihan.6

BAB V

PENATALAKSANAAN

Pertama kali yang harus diperhatikan dalam menghadapi nyeri perut pada anak adalah

memilah apakah kelainan fungsional ( kelainan organik ) atau psikogenik ( psikosomatik )

yang mendasari keluhan tersebut. Pemeriksaan penunjang tidak menjadi urutan pertama pada

nyeri perut tanpa alarm symptoms. Meskipun belum disepakati oleh semua negara tetapi

sebagian besar sudah menyetujui penggunaan Kriteria Rome untuk diagnosis nyeri perut

fungsional. Tata laksana dimulai dengan melakukan wawancara dengan anak dan

orangtuanya secara bersama-sama. Interaksi orang tua dan anak selama wawancara

merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Penggunaan buku harian oleh orangtua dan

anak untuk mencatat jenis makanan, derajat nyeri (skor), pola defekasi dan keluhan spesifik

lainnya. Dengan pemantauan tersebut diharapkan mereka akan lebih memberikan perhatian

terhadap keluhan yang dirasakan. Anak diajak ikut serta mengevaluasi penyakitnya dengan

menuliskan apa yang dirasakan. Beberapa data perlu diketahui seperti prestasi belajar, stres

emosi di keluarga maupun di sekolah, aktivitas sosial, dan perkembangan aktivitas dalam

Page 19: Penda Hulu An

beberapa bulan terakhir. Pemeriksaan fisis harus dilakukan secara menyeluruh dan cermat.

Pemeriksaan colok dubur diperlukan pada kasus yang dicurigai adanya kelainan pada usus

daerah sigmoid, rektum, dan anus, seperti fisura, fistel, atau kelainan lainnya.3

Seringkali sulit untuk memilah melakukan pendekatan psikogenik atau organik, maka sesuai

dengan data epidemiologi kejadian nyeri perut pada anak, umur 4 tahun dipakai sebagai batas

umur untuk memilah melakukan pendekatan diagnostik, dimana anak di bawah 4 tahun lebih

dihubungkan dengan kelainan organik, pemeriksaan penunjang tetap dilakukan walaupun

sebagian besar kasus nyeri perut pada anak tidak memperlihatkan kelainan organik. Pada

keadaan tersebut, alarm symptoms atau signal sign dapat digunakan sebagai dasar pendekatan

tata laksana.10

Beberapa kelainan nyeri perut non-organik memerlukan medikamentosa sebagai terapi

suportif, walaupun sejauh ini penelitian kontrol mengenai terapi dispepsia fungsional pada

anak masih terbatas. Obat dan makanan yang dianggap dapat menimbulkan keluhan

sebaiknya dihentikan. Agonis reseptor H2, Pompa Proton Inhibitor banyak diberikan pada

dyspepsia, prokinetik dapat diberikan pada dispepsia tipe dismotilitas. Faktor psikologis

sebagai pencetus keluhan perlu diketahui. Apabila faktor stres psikologis sangat menonjol,

maka diperlukan kerjasama antara dokter dan keluarga dalam menyusun strategi mengurangi

faktor stres tersebut. Penjelasan kepada anak dan orangtua tentang penyakitnya sangat

diperlukan, meskipun keluhan yang dirasakan sangat mengganggu, anak perlu tahu bahwa hal

tersebut bukanlah sesuatu yang serius. Pencatatan harian tentang keluhan yang diderita sangat

membantu dalam proses penyembuhan. Obat-obat anti-depresi seperti imipramin atau

amitriptilin digunakan pada orang dewasa, sedangkan pada anak belum ada laporan studi

kontrol. Siproheptadine efektif pada beberapa kasus dengan sakit kepala migren dan muntah.

Pada kasus dengan konstipasi sangat dianjurkan pemberian diet tinggi serat (diet yang

direkomendasikan : umur dalam tahun + 5 gr), dan penggunaan minuman yang mengandung

bikarbonat harus dihentikan.3,6,7

Pengobatan diberikan sesuai etiologi. Pada sakit berulang fungsional pengobatan ditujukan

kepada penderita dan keluarga bukan hanya mengobati gejala. Tujuan pengobatan ialah

memberikan rasa aman serta edukasi kepada penderita dan keluarga sehingga kehidupan

keluarga menjadi normal kembali dan dapat mengatasi rasa sakit sehingga dapat

melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan baik (seperti terlihat pada tabel 9).3,4

Penting untuk menentukan apakah nyeri perut membutuhkan suatu tindakan bedah atau tidak,

perlu dipikirkan pada keadaan sakit mendadak, kolik, tempatnya tertentu, jauh dari

umbilikus, bertambah nyeri dengan aktivitas, muntah yang berwarna hijau atau feses. Pada

Page 20: Penda Hulu An

keadaan ini maka anak harus dirawat di rumah sakit.4

Untuk nyeri psikogenik kadang-kadang diperlukan pula konsultasi ke psikolog dan atau

psikiater anak. Pemberian obat seperti antispasmodik, antikolinergik, antikonvulsan dan anti-

depresan tidak bermanfaat.4

Tabel 9. Ringkasan penatalaksanaan sakit perut berulang fungsional

Menyakinkan bahwa penyakitnya ringan

Menerangkan masalah berdasarkan pada temuan positif maupun negatif

Menemukan stress dan kecemasan yang mencetuskan rasa sakit

Mengidentifikasi pengaruh keluarga / sosial yang mencetuskan sakit

Menghindari gejala sakit yang berkepanjangan dan mengembalikan anak dalam kehidupan

normal

Tatalaksana penyebab yang didapat : kurangi laktosa, diet tinggi serat, dll

Follow-up teratur untuk mengetahui perubahan gejala, meningkatkan rasa percaya diri dan

mendorong keluarga serta anak untuk mengatasi masalahnya

Hasil pengobatan jangan dipakai untuk membuat diagnosis

Tabel 10. Penatalaksanaan sakit perut mendadak

Tabel 11 Penatalaksanaan sakit perut berulang (kronik)

BAB VI

PROGNOSIS

Page 21: Penda Hulu An

Banyak faktor yang mempengaruhi sakit perut pada anak4:

1. Anak dari keluarga yang banyak menderita sakit perut cenderung mengalami sakit perut

berulang dibanding keluarga yang normal.

2. Anak perempuan mempunyai kemungkinan lebih besar untuk sembuh dari sakit perutnya

daripada anak laki-laki tetapi mempunyai kemungkinan lebih besar untuk berkembang

menjadi gejala lain.

3. Lebih muda anak yang menderita sakit perut (sebelum usia 6 bulan) mempunyai

kemungkinan lebih besar untuk sembuh sempurna.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Sakit perut pada anak didefinisikan sebagai terjadinya serangan nyeri abdomen yang dapat

mempengaruhi aktivitas anak.

2. Klasifikasi sakit perut pada anak secara umum dibagi menjadi organik (fungsional),

disfungsional, dan psikogenik (psikosomatik).

3. Sakit perut pada anak biasanya berasal dari organ perut, organ lain di luar perut, lesi pada

susunan saraf spinal, gangguan metabolik dan psikosomatik.

4. Patogenesis sakit perut organik ialah adanya gangguan vaskuler, peradangan, gangguan

pasase, penarikan dan peregangan peritoneum viseralis.

Page 22: Penda Hulu An

5. Diagnosis sakit perut pada anak ditegakkan berdasarkan anamnesis yang teliti,

pemeriksaan fisik ditambah pemeriksaan laboratorium penunjang.

6. Tatalaksana sakit perut pada anak diberikan sesuai etiologi. Penting untuk menentukan

apakah penyakitnya membutuhkan tindakan bedah atau tidak.

7.2 Saran

1. Perlunya anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang tepat

agar dapat dilakukan tata laksana penyakit secara optimal.

2. Perlunya pemberian konseling pada orangtua dalam mencegah dan mewaspadai timbulnya

gejala sakit perut pada anak untuk penatalaksanaan lebih dini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.1991.

493-6.

2. Medical Dictionary. Abdominal Pain. http://www.medhelp.org/ [diakses tanggal 10 April

2009]

3. Boediarso A. D. Sakit Perut Berulang. http://www.pdpersi.co.id/ [diakses tanggal 10 April

2009]

4. Ulshen M. Nyeri perut berulang pada masa anak. Dalam Behrman, Kliegman Arvin, editor.

Wahab AS, editor ed. Bahasa Indonesia. Nelson Ilmu Kesehatan Anak vol. 2. Ed 15. Jakarta:

EGC, 2000. hlm: 1361-1364.

5. Apley J. The Child with Abdominal Pain, 2nd ed. Oxford; Blackwell Seientific Publ., 1975

6. Syarif BH. Nyeri Perut Pada Anak. Jakarta : Divisi Gastroenterologi Anak FKUI/RSUPN

Dr. Cipto Mangunkusumo, 2008.

7. Suraatmaja S (ed). Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Sagung Seto, Jakarta. 2007.

8. Chang L. From Rome to Los Angeles. The Rome III Criteria for the Functional GI

Disorders. http://www.medscape.com/viewarticle/533460 [diakses 10 April 2009].

9. Boediarso A.D. Sakit Perut Pada Anak. Dalam: Gastroenterologi Anak Praktis. Balai

Penerbit FKUI, Jakarta. 1988. 219-30

Page 23: Penda Hulu An

10. Hyman PE dkk. Childhood Functional Gastrointestinal Disorders: Neonate/Toddler.

Gastroenterology 2006;130:1519-26.