Penda Hulu An

17
PENDAHULUAN Latar Belakang Bumi merupakan satu-satunya tempat tinggal bagi makhluk hidup. Pelestarian lingkungan dilapisan bumi sangat mempengaruhi kelangsungan hidup semua makhluk hidup. Suhu bumi yang terus meningkat ternyata menimbulkan banyak dampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup. Gas CO 2 yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil (BBF) telah menyebabkan suhu bumi meningkat dan menimbulkan pemanasan global. Selain itu, banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini (Sarifudin, 2012). Meningkatnya temperatur global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya muka air laut, meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca (Anonim, 2011). Semua negara di dunia diwajibkan untuk mendukung terwujudnya Protokol Kyoto dengan memanfaatkan seluruh potensi sumber daya yang ada. Salah satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi emisi CO 2 adalah

Transcript of Penda Hulu An

Page 1: Penda Hulu An

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bumi merupakan satu-satunya tempat tinggal bagi makhluk hidup.

Pelestarian lingkungan dilapisan bumi sangat mempengaruhi kelangsungan hidup

semua makhluk hidup. Suhu bumi yang terus meningkat ternyata menimbulkan

banyak dampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup. Gas CO2 yang dihasilkan

oleh pembakaran bahan bakar fosil (BBF) telah menyebabkan suhu bumi

meningkat dan menimbulkan pemanasan global. Selain itu, banyak sekali dampak

yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini (Sarifudin, 2012).

Meningkatnya temperatur global diperkirakan akan menyebabkan

perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya muka air laut, meningkatnya

intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola

presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil

pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan. Sebagian besar

pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi

Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca

(Anonim, 2011).

Semua negara di dunia diwajibkan untuk mendukung terwujudnya

Protokol Kyoto dengan memanfaatkan seluruh potensi sumber daya yang ada.

Salah satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi emisi CO2

adalah lautan. Di dalam lautan terdapat berbagai organisme laut yang dapat

menyerap CO2. Organisme laut yang dapat menyerap emisi CO2 diantaranya

adalah fitoplankton. Fitoplankton merupakan organisme autotrof yang mempunyai

klorofil sehingga dapat melakukan proses fotosintesis (Anonim, 2009).

Didalam perairan, plankton berperan penting dalam rantai makanan karena

plankton merupakan produsen pertama yaitu fitoplankton. Sehingga tanpa adanya

plankton kehidupan diperairan akan terhenti. Selain itu plankton juga berperan

sebagai penghasil oksigen yang sangat potensial sehingga plankton dapat

dijadikan sebagai indikator perairan. Secara tidak langsung, plankton juga dapat

menyerap kandungan CO2 (Karbondioksida) di udara (Rizkiah, 2012).

Page 2: Penda Hulu An

2

Tujuan

Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah:

1. Mengetahui dan memahami maksud dari pemanasan global.

2. Mengetahui dan memahami penyebab terjadinya pemanasan global.

3. Mengetahui dan memahami peranan plankton dalam meminimalisir atau

mencegah pemanasan global.

Page 3: Penda Hulu An

3

BAB II

ISI

Pengertian Plankton

Plankton adalah organisme air kecil yang hidup di air tawar dan

lingkungan laut. Kata "plankton" berasal dari kata Yunani planktos, yang berarti

"hanyut." Secara umum, plankton telah berarti sedikit atau tidak ada gerak dan

distribusi mereka ditentukan terutama oleh arus air dan pencampuran. Namun,

beberapa plankton dapat berenang melalui air kurang bergolak menggunakan

flagela dan pelengkap lainnya. Plankton berperan penting dilingkungan akuatik

karena mereka membentuk dasar dari jaring makanan akuatik. Artinya, plankton

adalah sumber daya makanan penting bagi organisme akuatik lainnya (seperti

ikan) yang hidup di lingkungan air tawar dan laut. Plankton juga penting dalam

proses yang mengontrol distribusi dan pergerakan energi dan nutrisi penting

seperti karbon, nitrogen, dan fosfor. Besar (Anonim, 2011).

Secara garis besar, plankton dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu

fitoplankton dan zooplankton. Kasijan Romimohtarto ( 1984 ) yang di acu dalam

Zainuri (2002) menyatakan bahwa plankton nabati atau phytoplankton yang

terdiri dari tumbuh - tumbuhan atau tumbuh - tumbuhan yang hidup sebagai

plankton. Selanjutnya dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan plankton hewani

atau zooplankton adalah plankton yang terdiri dari binatang - binatang atau

binatang - binatang yang hidup sebagai plankton.

Berdasarkan habitat hidupnya, dibedakan antara haliplankton, yaitu

plankton yang hidupnya di habitat laut dan limnoplankton, yaitu plankton yang

hidup di habitat air tawar. Selanjutnya plankton dapat dibagi berdasarkan ukuran

tubuhnya, yaitu:

Makroplankton berukuran > 500 μm

Mikroplankton berukuran 20 – 200 μm

Nanoplankton berukuran 2 – 20 μm

Ultraplankton berukuran < 2 μm

Page 4: Penda Hulu An

4

Selain itu terdapat kelompok plankton megaplankton yang mempunyai ukuran

tubuh yang sangat besar seperti kelompok medusa (Cyanea arctica) yang

mempunyai diameter 2m dan panjang tentakel lebih dari 30 m. Kelompok ini

merupakan kelompok plankton yang jarang ditemukan dan umumnya hidup pada

habitat laut (Barus, 2004).

Fitoplankton

Pengertian Fitoplankton

Fitoplankton adalah komponen autotrof plankton. Autotrof adalah

organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa

bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan

kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen. Nama fitoplankton

diambil dari istilah Yunani, phyton atau “tanaman” dan (“planktos”), berarti

“pengembara” atau “penghanyut”. Sebagian besar fitoplankton berukuran terlalu

kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Akan tetapi, ketika berada dalam

jumlah yang besar, mereka dapat tampak sebagai warna hijau di air karena mereka

mengandung klorofil dalam sel-selnya (Adelaide, 2011).

Phytoplankton yang hidup di dalam perairan ini akan memberikan warna

yang khas pada perairan tersebut seperti berwarna hijau, biru atau coklat. Hal ini

dikarenakan didalam tubuh phytoplankton terdapat zat warna atau pigmen. Zat

warna atau pigmen ini dapat diklasifikasikan

yaitu :

1. Warna biru (Fikosianin)

2. Warna hijau (Klorofil)

3. Warna pirang (Fikosantin)

4. Warna merah (Fikoeritrin)

5. Warna kuning (Xantofil)

6. Warna keemasan (Karoten) (Gusrina 2008).

Fitoplankton hanya dapat dijumpai pada lapisan permukaan saja karena

persyaratan hidupnya pada tempat-tempat yang mempunyai sinar matahari yang

cukup untuk melakukan fotosintesis. Mereka akan lebih banyak dijumpai pada

tempat yang terletak di daerah continental shelf dan di sepanjang pantai dimana

Page 5: Penda Hulu An

5

terdapat proses upwelling. Daerah ini biasanya merupakan suatu daerah yang

cukup kaya akan bahan-bahan organik (Adelaide, 2011).

Pemanasan Global (Global Warming)

Pemanasan Global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata

atmosfir, laut dan daratan bumi. Planet bumi telah menghangat (dan juga

mendingin) berkali-kali selama 4,65 miliyar tahun sejarahnya. Pada saat ini, bumi

menghadapi pemanasan yang cepat, karena disebabkan aktifitas manusia.

Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu

bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas

lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer

semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator yang

menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi (Setiawan

et. al., 2007).

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18

°C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on

Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan

temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar

disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas

manusia" melalui efek rumah kaca (Sarifudin, 2012).

Penyebab Pemanasan Global

Efek rumah kaca

Efek Rumah Kaca (EFK) disebut juga greenhouse effect. Efek rumah

kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1864, merupakan sebuah

proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Efek rumah kaca dapat

digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi

secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat

aktifitas manusia (Setiawan et. al., 2007).

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari.

Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk

cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari

Page 6: Penda Hulu An

6

cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan

menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas

ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun

sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah

gas rumah kaca antara lain uap air, karbondioksida, dan metana yang menjadi

perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan

kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut

akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan

mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut

berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya

konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di

bawahnya. Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala

makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat

dingin. Sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi, akibat

jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, pemanasan global menjadi

akibatnya (Anonim, 2011).

Efek Umpan Balik

Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh

berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada

penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca

Page 7: Penda Hulu An

7

seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air

yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca,

pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga

tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang

dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri.

(Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di

udara,kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena

udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya dapat dibalikkan secara

perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer. Efek-efek

umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila

dilihat dari bawah, awan akan memantulkan radiasi infra merah balik ke

permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat

dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah

ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya

pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu

seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan

dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan

dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125

hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke

Empat (Anonim, 2011).

Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan

cahaya (albedo) oleh es.Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di

dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersama dengan

melelehnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan

maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila

dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi

Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi

es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan. Umpan balik positif

akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah

mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang

meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.

Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia

Page 8: Penda Hulu An

8

menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona

mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang

merupakan penyerap karbon yang rendah (Anonim, 2011).

3.Variasi Matahari

Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan

kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi

dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan

akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan

memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer.

Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960,

yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama

pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek

pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.)

Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi

mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun

1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950 (Anonim, 2011).

Peran Alami Fitoplankton Dalam Mengendalikan Pemanasan Global

Fitoplankton merupakan mikroalgae yang melayang di permukaan air dan

pergerakannya lebih banyak dibantu oleh arus laut dan merupakan biota yang

dapat dimanfaatkan sebagai penyerap gas CO2 secara maksimal. Proses sederhana

ini dapat terjadi di permukaan laut dan membutuhkan beberapa syarat seperti

cukupnya sinar matahari untuk proses fotosintesa dan nutrisi di permukaan laut

untuk mendukung pertumbuhan plankton di permukaan laut. Pergerakan atmosfer

yang sangat dinamis mengakibatkan gas CO2 dapat tersebar secara merata di

permukaan bumi. Dengan permukaan bumi yang sebagian besar merupakan lautan

(sekitar 70%), terjadilah interaksi antara atmosfer dan permukaan laut sehingga

melalui cara inilah emisi gas CO2 di atmosfer terdifusi ke dalam laut dan

kemudian digunakan oleh fitoplankton untuk proses fotosintesis. Hasil sampingan

dari reaksi biokimia ini berupa O2 akan digunakan oleh mahluk hidup di dalam air

untuk proses respirasi. Di lautan terdapat ratusan jenis fitoplankton sehingga

potensi lautan mengisap CO2 sangat tinggi. Ketika gas karbon mengendap ke

Page 9: Penda Hulu An

9

permukaan air, maka akan berubah menjadi dua, yaitu karbon organik partikulat

dan karbon organik terurai. Karbon partikulat akan tenggelam ke dasar laut.

Sebagian lainnya akan dimakan biota laut. Meskipun demikian, apabila

komposisinya di lautan terlalu berlebihan juga akan mengakibatkan dampak

negatif terhadap biota laut lainnya seperti Red tide (Astuti, 2012).

Fitoplankton membuat laut bagaikan hutan tropis bawah air. Walaupun

memiliki ukuran yang sangat kecil, mulai dari mikro meter (10-6) hingga pico

meter (10-12), sehingga membuat tumbuhan air ini tidak dapat dilihat dengan

mata telanjang. Dengan jumlah yang tidak terbatas, keberadaan tumbuhan bawah

laut ini sangat penting dalam mengatasi pemanasan global. Namun, keberadaan

fitoplankton sebagai hutan tropis bawah laut untuk penyerap global emisi gas

CO2, sangat tergantung pada daya dukung lingkungan laut tersebut. Fitoplankton

dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sangat tergantung dari kemampuan

sinar matahari menembus lapisan permukaan air sehingga proses konversi CO2

dalam chloroplas dapat terjadi. Jika kandungan CO2 di dalam air laut telah

mencapai titik jenuh atau supersaturasi, maka CO2 di atmosfer akan sulit diserap

oleh permukaan laut dan bahkan air laut dapat melepaskan CO2 ke atmosfer

sebagaimana terjadi di perairan yang sering mengalami penggangakatan massa air

laut (up-welling) atau tercemar. Sehingga dengan menjaga perairan laut kita dari

polusi merupakan salah satu kontribusi terbesar dalam menjaga perairan laut kita

tetap mampu menyerap emisi gas CO2 di atmosfer (Astuti, 2012).

Page 10: Penda Hulu An

10

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pemanasan Global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata

atmosfir, laut dan daratan bumi. Penyebab utama pemanasan ini adalah

pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam,

yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah

kaca ke atmosfer. Fitoplankton secara tidak langsung berperan sebagai

peminimalisir agen penyebab pemanasan global. Dengan permukaan bumi yang

sebagian besar merupakan lautan (sekitar 70%), terjadilah interaksi antara

atmosfer dan permukaan laut sehingga melalui cara inilah emisi gas CO2 di

atmosfer terdifusi ke dalam laut dan kemudian digunakan oleh fitoplankton untuk

proses fotosintesis.

Saran

Seharusnya kita berperilaku ramah lingkungan sehingga populasi fitoplankton

terjaga dan dunia terlindungi, Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu

mengurangi karbondioksida di atmosfer, tidak halnya dengan aktivitas manusia

yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam

untuk menguranginya, sehingga perlu adanya perhatian lebih terhadap ancaman

pemanasan global ini untuk menyelamatkan kehidupan kita.

Page 11: Penda Hulu An

11

DAFTAR PUSTAKA

Adelaide, 2011. Laporan Praktikum Teknik Produksi dan Pemberian Pakan “Identifikasi Kultur Pakan Alami”. Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Banten.

Anonim, 2009. Peran Fitoplankton Dalam Mengurangi Efek Rumah Kaca. Diakses dari http://id.shvoong.com/exact-sciences/zoology/1944281-peran-fitoplankton-dalam-mengurangi-efek/#ixzz2OTBzqJrP. [23 Maret 2013]

Anonim, 2011. Konsep Pemanasan Global (Global Warming). Diakses dari http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/index.php?option=com_content&view=article&id=311:konsep-pemanasan-global-global-warming&catid=39:kesehatan&Itemid=15. [23 Maret 2013]

Astuti R.P, 2012. Pengaruh Plankton Terhadap Pemanasan Global. [Makalah Biologi Laut]. Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiya Malang.

Barus T.A, 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Daratan. USU Press. Medan.

Rizkiah Fany, 2012. Laporan Planktonologi. Diakses dari http://punipenot.wordpress.com/2012/04/15/laporan-planktonologi/. [23 Maret 2013].

Sarifudin Ahmad, 2012. Pemanasan Global. [Makalah Ilmu Alamiah Dasar]. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman. Samarinda.

Setiawan et. al., 2007. Global Warming : Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia.

Zainuri M, 2002. Terminologi Planktonologi. [Bahan Ajar Mata kuliah Planktonologi]. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang.