Penda Hulu An
-
Upload
dedi-pradana -
Category
Documents
-
view
18 -
download
6
Transcript of Penda Hulu An
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bumi merupakan satu-satunya tempat tinggal bagi makhluk hidup.
Pelestarian lingkungan dilapisan bumi sangat mempengaruhi kelangsungan hidup
semua makhluk hidup. Suhu bumi yang terus meningkat ternyata menimbulkan
banyak dampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup. Gas CO2 yang dihasilkan
oleh pembakaran bahan bakar fosil (BBF) telah menyebabkan suhu bumi
meningkat dan menimbulkan pemanasan global. Selain itu, banyak sekali dampak
yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini (Sarifudin, 2012).
Meningkatnya temperatur global diperkirakan akan menyebabkan
perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya muka air laut, meningkatnya
intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola
presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil
pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan. Sebagian besar
pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi
Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca
(Anonim, 2011).
Semua negara di dunia diwajibkan untuk mendukung terwujudnya
Protokol Kyoto dengan memanfaatkan seluruh potensi sumber daya yang ada.
Salah satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi emisi CO2
adalah lautan. Di dalam lautan terdapat berbagai organisme laut yang dapat
menyerap CO2. Organisme laut yang dapat menyerap emisi CO2 diantaranya
adalah fitoplankton. Fitoplankton merupakan organisme autotrof yang mempunyai
klorofil sehingga dapat melakukan proses fotosintesis (Anonim, 2009).
Didalam perairan, plankton berperan penting dalam rantai makanan karena
plankton merupakan produsen pertama yaitu fitoplankton. Sehingga tanpa adanya
plankton kehidupan diperairan akan terhenti. Selain itu plankton juga berperan
sebagai penghasil oksigen yang sangat potensial sehingga plankton dapat
dijadikan sebagai indikator perairan. Secara tidak langsung, plankton juga dapat
menyerap kandungan CO2 (Karbondioksida) di udara (Rizkiah, 2012).
2
Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Mengetahui dan memahami maksud dari pemanasan global.
2. Mengetahui dan memahami penyebab terjadinya pemanasan global.
3. Mengetahui dan memahami peranan plankton dalam meminimalisir atau
mencegah pemanasan global.
3
BAB II
ISI
Pengertian Plankton
Plankton adalah organisme air kecil yang hidup di air tawar dan
lingkungan laut. Kata "plankton" berasal dari kata Yunani planktos, yang berarti
"hanyut." Secara umum, plankton telah berarti sedikit atau tidak ada gerak dan
distribusi mereka ditentukan terutama oleh arus air dan pencampuran. Namun,
beberapa plankton dapat berenang melalui air kurang bergolak menggunakan
flagela dan pelengkap lainnya. Plankton berperan penting dilingkungan akuatik
karena mereka membentuk dasar dari jaring makanan akuatik. Artinya, plankton
adalah sumber daya makanan penting bagi organisme akuatik lainnya (seperti
ikan) yang hidup di lingkungan air tawar dan laut. Plankton juga penting dalam
proses yang mengontrol distribusi dan pergerakan energi dan nutrisi penting
seperti karbon, nitrogen, dan fosfor. Besar (Anonim, 2011).
Secara garis besar, plankton dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu
fitoplankton dan zooplankton. Kasijan Romimohtarto ( 1984 ) yang di acu dalam
Zainuri (2002) menyatakan bahwa plankton nabati atau phytoplankton yang
terdiri dari tumbuh - tumbuhan atau tumbuh - tumbuhan yang hidup sebagai
plankton. Selanjutnya dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan plankton hewani
atau zooplankton adalah plankton yang terdiri dari binatang - binatang atau
binatang - binatang yang hidup sebagai plankton.
Berdasarkan habitat hidupnya, dibedakan antara haliplankton, yaitu
plankton yang hidupnya di habitat laut dan limnoplankton, yaitu plankton yang
hidup di habitat air tawar. Selanjutnya plankton dapat dibagi berdasarkan ukuran
tubuhnya, yaitu:
Makroplankton berukuran > 500 μm
Mikroplankton berukuran 20 – 200 μm
Nanoplankton berukuran 2 – 20 μm
Ultraplankton berukuran < 2 μm
4
Selain itu terdapat kelompok plankton megaplankton yang mempunyai ukuran
tubuh yang sangat besar seperti kelompok medusa (Cyanea arctica) yang
mempunyai diameter 2m dan panjang tentakel lebih dari 30 m. Kelompok ini
merupakan kelompok plankton yang jarang ditemukan dan umumnya hidup pada
habitat laut (Barus, 2004).
Fitoplankton
Pengertian Fitoplankton
Fitoplankton adalah komponen autotrof plankton. Autotrof adalah
organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa
bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan
kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen. Nama fitoplankton
diambil dari istilah Yunani, phyton atau “tanaman” dan (“planktos”), berarti
“pengembara” atau “penghanyut”. Sebagian besar fitoplankton berukuran terlalu
kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Akan tetapi, ketika berada dalam
jumlah yang besar, mereka dapat tampak sebagai warna hijau di air karena mereka
mengandung klorofil dalam sel-selnya (Adelaide, 2011).
Phytoplankton yang hidup di dalam perairan ini akan memberikan warna
yang khas pada perairan tersebut seperti berwarna hijau, biru atau coklat. Hal ini
dikarenakan didalam tubuh phytoplankton terdapat zat warna atau pigmen. Zat
warna atau pigmen ini dapat diklasifikasikan
yaitu :
1. Warna biru (Fikosianin)
2. Warna hijau (Klorofil)
3. Warna pirang (Fikosantin)
4. Warna merah (Fikoeritrin)
5. Warna kuning (Xantofil)
6. Warna keemasan (Karoten) (Gusrina 2008).
Fitoplankton hanya dapat dijumpai pada lapisan permukaan saja karena
persyaratan hidupnya pada tempat-tempat yang mempunyai sinar matahari yang
cukup untuk melakukan fotosintesis. Mereka akan lebih banyak dijumpai pada
tempat yang terletak di daerah continental shelf dan di sepanjang pantai dimana
5
terdapat proses upwelling. Daerah ini biasanya merupakan suatu daerah yang
cukup kaya akan bahan-bahan organik (Adelaide, 2011).
Pemanasan Global (Global Warming)
Pemanasan Global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata
atmosfir, laut dan daratan bumi. Planet bumi telah menghangat (dan juga
mendingin) berkali-kali selama 4,65 miliyar tahun sejarahnya. Pada saat ini, bumi
menghadapi pemanasan yang cepat, karena disebabkan aktifitas manusia.
Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu
bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas
lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer
semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator yang
menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi (Setiawan
et. al., 2007).
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18
°C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan
temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar
disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas
manusia" melalui efek rumah kaca (Sarifudin, 2012).
Penyebab Pemanasan Global
Efek rumah kaca
Efek Rumah Kaca (EFK) disebut juga greenhouse effect. Efek rumah
kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1864, merupakan sebuah
proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Efek rumah kaca dapat
digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi
secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat
aktifitas manusia (Setiawan et. al., 2007).
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari.
Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk
cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari
6
cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan
menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas
ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun
sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah
gas rumah kaca antara lain uap air, karbondioksida, dan metana yang menjadi
perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan
kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut
akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan
mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut
berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya
konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di
bawahnya. Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala
makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat
dingin. Sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi, akibat
jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, pemanasan global menjadi
akibatnya (Anonim, 2011).
Efek Umpan Balik
Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh
berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada
penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca
7
seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air
yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca,
pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga
tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang
dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri.
(Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di
udara,kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena
udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya dapat dibalikkan secara
perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer. Efek-efek
umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila
dilihat dari bawah, awan akan memantulkan radiasi infra merah balik ke
permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat
dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah
ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya
pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu
seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan
dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan
dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125
hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke
Empat (Anonim, 2011).
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan
cahaya (albedo) oleh es.Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di
dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersama dengan
melelehnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan
maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila
dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi
Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi
es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan. Umpan balik positif
akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah
mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang
meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia
8
menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona
mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang
merupakan penyerap karbon yang rendah (Anonim, 2011).
3.Variasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan
kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi
dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan
akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan
memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer.
Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960,
yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama
pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek
pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.)
Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi
mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun
1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950 (Anonim, 2011).
Peran Alami Fitoplankton Dalam Mengendalikan Pemanasan Global
Fitoplankton merupakan mikroalgae yang melayang di permukaan air dan
pergerakannya lebih banyak dibantu oleh arus laut dan merupakan biota yang
dapat dimanfaatkan sebagai penyerap gas CO2 secara maksimal. Proses sederhana
ini dapat terjadi di permukaan laut dan membutuhkan beberapa syarat seperti
cukupnya sinar matahari untuk proses fotosintesa dan nutrisi di permukaan laut
untuk mendukung pertumbuhan plankton di permukaan laut. Pergerakan atmosfer
yang sangat dinamis mengakibatkan gas CO2 dapat tersebar secara merata di
permukaan bumi. Dengan permukaan bumi yang sebagian besar merupakan lautan
(sekitar 70%), terjadilah interaksi antara atmosfer dan permukaan laut sehingga
melalui cara inilah emisi gas CO2 di atmosfer terdifusi ke dalam laut dan
kemudian digunakan oleh fitoplankton untuk proses fotosintesis. Hasil sampingan
dari reaksi biokimia ini berupa O2 akan digunakan oleh mahluk hidup di dalam air
untuk proses respirasi. Di lautan terdapat ratusan jenis fitoplankton sehingga
potensi lautan mengisap CO2 sangat tinggi. Ketika gas karbon mengendap ke
9
permukaan air, maka akan berubah menjadi dua, yaitu karbon organik partikulat
dan karbon organik terurai. Karbon partikulat akan tenggelam ke dasar laut.
Sebagian lainnya akan dimakan biota laut. Meskipun demikian, apabila
komposisinya di lautan terlalu berlebihan juga akan mengakibatkan dampak
negatif terhadap biota laut lainnya seperti Red tide (Astuti, 2012).
Fitoplankton membuat laut bagaikan hutan tropis bawah air. Walaupun
memiliki ukuran yang sangat kecil, mulai dari mikro meter (10-6) hingga pico
meter (10-12), sehingga membuat tumbuhan air ini tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang. Dengan jumlah yang tidak terbatas, keberadaan tumbuhan bawah
laut ini sangat penting dalam mengatasi pemanasan global. Namun, keberadaan
fitoplankton sebagai hutan tropis bawah laut untuk penyerap global emisi gas
CO2, sangat tergantung pada daya dukung lingkungan laut tersebut. Fitoplankton
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sangat tergantung dari kemampuan
sinar matahari menembus lapisan permukaan air sehingga proses konversi CO2
dalam chloroplas dapat terjadi. Jika kandungan CO2 di dalam air laut telah
mencapai titik jenuh atau supersaturasi, maka CO2 di atmosfer akan sulit diserap
oleh permukaan laut dan bahkan air laut dapat melepaskan CO2 ke atmosfer
sebagaimana terjadi di perairan yang sering mengalami penggangakatan massa air
laut (up-welling) atau tercemar. Sehingga dengan menjaga perairan laut kita dari
polusi merupakan salah satu kontribusi terbesar dalam menjaga perairan laut kita
tetap mampu menyerap emisi gas CO2 di atmosfer (Astuti, 2012).
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pemanasan Global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata
atmosfir, laut dan daratan bumi. Penyebab utama pemanasan ini adalah
pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam,
yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah
kaca ke atmosfer. Fitoplankton secara tidak langsung berperan sebagai
peminimalisir agen penyebab pemanasan global. Dengan permukaan bumi yang
sebagian besar merupakan lautan (sekitar 70%), terjadilah interaksi antara
atmosfer dan permukaan laut sehingga melalui cara inilah emisi gas CO2 di
atmosfer terdifusi ke dalam laut dan kemudian digunakan oleh fitoplankton untuk
proses fotosintesis.
Saran
Seharusnya kita berperilaku ramah lingkungan sehingga populasi fitoplankton
terjaga dan dunia terlindungi, Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu
mengurangi karbondioksida di atmosfer, tidak halnya dengan aktivitas manusia
yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam
untuk menguranginya, sehingga perlu adanya perhatian lebih terhadap ancaman
pemanasan global ini untuk menyelamatkan kehidupan kita.
11
DAFTAR PUSTAKA
Adelaide, 2011. Laporan Praktikum Teknik Produksi dan Pemberian Pakan “Identifikasi Kultur Pakan Alami”. Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Banten.
Anonim, 2009. Peran Fitoplankton Dalam Mengurangi Efek Rumah Kaca. Diakses dari http://id.shvoong.com/exact-sciences/zoology/1944281-peran-fitoplankton-dalam-mengurangi-efek/#ixzz2OTBzqJrP. [23 Maret 2013]
Anonim, 2011. Konsep Pemanasan Global (Global Warming). Diakses dari http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/index.php?option=com_content&view=article&id=311:konsep-pemanasan-global-global-warming&catid=39:kesehatan&Itemid=15. [23 Maret 2013]
Astuti R.P, 2012. Pengaruh Plankton Terhadap Pemanasan Global. [Makalah Biologi Laut]. Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiya Malang.
Barus T.A, 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Daratan. USU Press. Medan.
Rizkiah Fany, 2012. Laporan Planktonologi. Diakses dari http://punipenot.wordpress.com/2012/04/15/laporan-planktonologi/. [23 Maret 2013].
Sarifudin Ahmad, 2012. Pemanasan Global. [Makalah Ilmu Alamiah Dasar]. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman. Samarinda.
Setiawan et. al., 2007. Global Warming : Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia.
Zainuri M, 2002. Terminologi Planktonologi. [Bahan Ajar Mata kuliah Planktonologi]. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang.