PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU...

107
PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU DAN SAINS MODERN Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Agama (S. Ag) Abdul Mukhlis Harahap 1113032100008 JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441/2019

Transcript of PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU...

Page 1: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU DAN

SAINS MODERN

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Abdul Mukhlis Harahap

1113032100008

JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441/2019

Page 2: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian
Page 3: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian
Page 4: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian
Page 5: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

ABSTRAK

ABDUL MUKHLIS HARAHAP

1113032100008

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA PERSPEKTIF PANGESTU DAN SAINS

MODERN

“Sesungguhnya, sebelum ada apa-apa (sebelum ada awang-awang), yaitu

sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian pula aku, Suksma

Sejati. Maka, itulah yang disebut keadaan Tuhan dan Aku, juga keadaan alam

sejati, yakni istana Tuhan dan Aku. Aku dan Tuhan bertakhta di pusat hidup.

Sebelum buana ini tercipta, Tuhan mempunya karsa menurunkan Roh Suci ialah

sinar cahaya Tuhan, tetapi karsa itu terhenti, sebab belum ada wadah dan

tempatnya, maka kemudian Tuhan menciptakan buana”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitas kepercayaan masyarakat

mengenai dua teori penciptaan dalam Aliran Pangestu dan Sains Modern. Metode

penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan bersifat penelitian kepustakaan (library

research) dan lapangan. Konsep penciptaan alam semesta menurut Pangestu yaitu

awalnya alam terbentuk dari empat macam anasir yang disebut suasana, api, air, dan

tanah. Sedangkan, konsep penciptaan alam semesta menurut sains modern yaitu alam

semesta pada awalnya pada kondisi super padat dan sangat panas dan kemudian

terjadi ledakan besar (big bang). Pada waktu itu alam semesta berisi sebagian besar

foton, elektron, dan neutrino berikut antizarahnya, juga beberapa proton dan neutron,

kemudian energi diubah menjadi partikel dalam unsur yang akan menjadi bahan dasar

Page 6: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

pembentukan bintang, planet dan galaksi. Pangestu dan sains modern mempunyai

pandangan yang berbeda dalam konsep penciptaan alam semesta. Namun, warga

Pangertu berpendapat bahwa mereka sangat menghargai perbedaan, karena teori-teori

yang mereka munculkan adalah buah dari pikiran mereka.

Penelitian ini menggunakan pendekatan komparatif yakni sains dan agama,

dimana penulis mengkomparasikan Pangestu dan sains modern dalam hal penciptaan

alam semesta. Ajaran sang guru sejati ataupun Pangestu sangat kental di warganya

yang taat sangat menghargai perbedaan, berbeda pendapat itu biasa namun mereka

tetap berpegang teguh kepada ajaran sang guru sejati, meskipun temuan sains sangat

teruji secara ilmiah.

Kata kunci : Alam semesta, Pangestu, sains modern

Pembimbing : Dr. Hamid Nasuhi, M.Ag

Page 7: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puja dan puji bagi Allah SWT penulis panjatkan sebagai ungkapan

rasa syukur atas segala limpahan hidayah, rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat serta salam semoga Allah SWT

limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia

untuk mengikuti petunjuk beserta risalahnya yakni agama Islam, yang akan

menghantarkan dan menyelamatkan pemeluknya menuju kebahagian di dunia dan

akhirat.

Penulis menyadari bahwa tidak ada manusia di muka bumi ini yang dapat

melakukan sesuatu tanpa orang lain termasuk penulis dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Banyak pihak yang membimbing dan membantu dalam proses penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu ucapan terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan

kepada pihak-pihak tersebut, terutama kepada :

1. Dr. Hamid Nasuhi, M.Ag sebagai pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang

telah banyak meluangkan waktu dan tenaganya serta kesabaran memberikan

arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat membuka

cakrawala berpikir dan nuansa keilmuan yang baru.

2. Dr. Yusuf Rahman, MA, dan Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis,

Lc., M.A., selaku dekan Fakultas Ushuluddin dan Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 8: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

vii

3. Syaiful Azmi , S.Ag, MA, dan Lisfa Sentosa Aisyah, MA, selaku ketua dan

sekretaris jurusan Studi Agama-agama, serta seluruh civitas akademika Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Kepada seluruh dosen Ushuluddin, khususnya kepada dosen-dosen jurusan Studi

Agama-agama.

5. Kepada kedua orang tua ananda, Syafruddin Harahap dan Siti Rohani Ritonga

yang penulis cintai dan kasih sayangnya secara tulus telah mengurus,

membesarkan dan mendidik penulis hinngga sekarang ini, munajat doanya di

setiap waktu telah memberikan kekuatan lahir dan batin dalam mengarungi

bahtera kehidupan.

6. Kepada Pengurus Pusat Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu), terkhusus kepada

Ibu Titis dan Bapak Eko selaku pengurus dan penganut ajaran ini, yang telah

meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam mempelajari objek kajian

dari ajaran ini.

7. Kepada teman-teman Mahasiswa Jurusan Studi Agama-agama angkatan 2013,

yang telah mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada teman-teman Himlab Raya Jakarta dan Voli UIN Jakarta yang selalu

mendukung penulis dalam penyelesain skripsi ini.

Page 9: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

viii

Akhirnya penulis hanya bisa berdoa semoga dukungan, bimbingan, perhatian,

dan motivasi dari semua pihak kepada penulis selama perkuliahan sampai selesainya

skripsi ini menjadi amal ibadah dan bisa memberikan manfaat pada penulis

khususnya dan para pembaca karya ini pada umumnya. Aamiin

Jakarta, 05 Oktober 2019

Abdul Mukhlis Harahap

Page 10: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

ix

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ................................................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Batasan Dan Rumusan Masalah ....................................................... 11

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 11

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 11

E. Metodologi Penelitian ...................................................................... 12

F. Pendekatan Penelitian ....................................................................... 13

G. Analisis Data .................................................................................... 14

H. Teknik Penulisan .............................................................................. 14

I. Sistematika Penulisan ....................................................................... 14

BAB II PENCIPTAAN ALAM SEMESTA MENURUT ALIRAN

PANGESTU ........................................................................................... 16

A. Riwayat hidup pendiri Pangestu ....................................................... 16

Page 11: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

x

B. Pokok-Pokok Ajaran Aliran Pangestu .............................................. 17

C. Konsep Penciptaan Alam Semesta menurut Aliran Pangestu .......... 18

1. Terciptanya Buana (Alam Semesta Raya) ................................ 18

2. Terciptanya Manusia ................................................................. 21

3. Terciptanya Hewan, Tetumbuhan, dan Dewata atau Dewa ...... 31

BAB III TEORI PENCIPTAAN ALAM SEMESTA MENURUT SAINS

MODERN

A. Pengertian Teori Penciptaan Dalam Ilmu Pengetahuan ..................... 40

1. Ketiadaan Menuju Ada ................................................................ 41

2. Teori Big Bang ............................................................................. 42

3. Teori Stephen Hawking ............................................................... 45

B. Teori Evolusi ...................................................................................... 52

1. Teori evolusi awal........................................................................ 54

2. Perkembangan lanjutan teori evolusi neo-Darwinisme ............... 55

3. Evolusi Spesies ............................................................................ 55

4. Evolusi Manusia .......................................................................... 58

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN ................................................................ 61

A. Konsep Penciptaan Alam Semesta ..................................................... 61

B. Penciptaan Manusia ............................................................................ 64

C. Penciptaan Hewan Dan Tumbuhan .................................................... 69

BAB V PENUTUP ................................................................................................. 72

A. Kesimpulan ......................................................................................... 72

Page 12: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

xi

B. Saran ................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 74

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................... 77

Lampiran 1. Surat Penelitian ................................................................................. 78

Lampiran 2. Surat Keterangan Wawancara ........................................................... 79

Lampiran 3. Hasil Wawancara .............................................................................. 82

Lampiran 4. Foto-Foto Kegiatan Lapangan........................................................... 90

Page 13: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap ilmu, konsep atau teori, pasti merupakan produk dari

masyarakat, atau bangsa yang memiliki peradaban dan pandangan hidup

(worldview). Pandangan hidup suatu masyarakat adalah cara pandang mereka

terhadap alam dan kehidupan.1 Ada beberapa faktor yang membuat

pandangan hidup manusia, dan yang terpenting adalah faktor kepercayaan

terhadap Tuhan. Faktor ini penting karena mempunyai implikasi konseptual.

Masyarakat atau bangsa yang percaya pada wujud Tuhan akan memiliki

pandangan hidup berbeda dari yang tidak percaya kepada Tuhan. Bagi

masyarakat atau bangsa yang tidak percaya pada Tuhan menganggap bahwa

nilai moralitas adalah kesepakatan manusia (Human Convention), yang

standarnya adalah kebiasaan, adat, norma atau sekedar kepantasan. Demikian

pula realitas hanyalah fakta-fakta yang bersifat empiris yang dapat dipahami

oleh akal sebagai kebenaran. Kekuatan di balik realitas empiris, bagi mereka,

tidak riil dan tidak dapat dipahami yang dibuktikan kebenarannya meskipun

sejatinya akal dapat memahaminya.

Pandangan hidup dalan Islam tidak hanya sebatas pandangan terhadap

alam dan kehidupan nyata, tapi keseluruhan realitas wujud. Karena wujud

Tuhan adalah wujud yang mutlak dan tertinggi sedangkan alam semesta

seisinya adalah bagian dari wujud itu, maka konsep Tuhan sangat sentral

1 Hamid Fahmi Zarkasyi, Membangun Peradaban dengan Ilmu (Jakarta: Kalam Indonesia,

2010), h. 142-144.

Page 14: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

2

dalam pandangan hidup Islam dan sudah tentu memiliki konsekuensi

konseptualnya. Namun tidak semua masyarakat yang percaya pada Tuhan

memeliki worldview yang sama. Sebab konsep dan pengertian Tuhan berbeda

antara satu agama dengan agama lain.2 Jadi pihak yang mengakui adanya

sang pencipta yang menciptakan serta mengatur kehidupan, pasti berbeda

dengan pihak yang tidak mengakuinya, yaitu dalam memahami konsep asal-

muasal penciptaan alam semesta, namun tidak berarti berbeda dalam hal

proses penciptaannya.

Di Indonesia ada ratusan aliran Kepercayaan dan Kebatinan dengan

varian nama berbeda dan membawa ciri khasnya masing-masing. Ruang

lingkup kegiatannya ada yang bersifat lokal, regional, dan nasional, bahkan

ada yang bertaraf internasional. Paguyuban Ngesti Tunggal, yang disingkat

Pangestu, adalah salah satu nama organisasi aliran kepercayaan. Aliran ini

percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang didirikan oleh R. Soenarto

Mertowardojo pada tanggal 20 Mei 1949 di Surakarta. Paguyuban memiliki

makna “persatuan”, ngesti artinya “memohon”, tunggal artinya “bersatu

dengan Tuhan Yang Maha Esa”. Jadi Paguyuban Ngesti Tunggal diartikan

persatuan memohon bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa.3

Prinsip Kebatinan ini merangkul semua golongan tanpa membeda-

bedakan jenis bangsa, agama atau kepercayaan, serta ingin kembali bersatu

dengan Tuhan Yang Maha Esa. Pangestu merupakan salah satu aliran

2 Hamid Fahmi Zarkasyi, “Menguak nilai dibalik hermeneutika” Jurnal Islamiyah, Thn 1

No. 1/muharram 125. h. 17. 3 Budi Darmadi, Profil Poaguyuban Ngesti Tunggal (Jakarta: Paguyuban Ngesti Tunggal,

2014), cet.3, h.35.

Page 15: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

3

Kepercayaan dan Kebatinan yang cukup besar pada dekade 1940-1970-an.

Aliran ini, memiliki sarana yang memadai untuk mengembangkan misinya,

seperti perpustakaan, penerbitan, dan didukung oleh tata organisasi yang rapi,

serta didukung pula oleh pengurus organisasinya yang mayoritas sarjana.

Namun yang lebih mendasar dari semua itu, adalah mengenai ajarannya yang

cukup unik dan menarik untuk diteliti. Dalam kitab suci aliran Pangestu yang

bernama Sasangka Jati termuat pokok-pokok ajarannya, yaitu: Hastha Sila

(Sila Yang Delapan), Paliwara (Larangan-larangan), Gumerlaring Dumadi

(Penciptaan Alam Semesta), Tunggal Sabda (Sabda Abadi), Dalan Rahayu

(Jalan Keselamatan), Sangkan Paran (Asal dan Tujuan), Panembah

(Sembahyang/Ritual). Pokok-pokok ajaran aliran Pangestu sudah banyak

dikaji orang dengan tinjauan yang beragam, seperti menurut pandangan

Islam, pandangan Kristen, dan sebagainya.4

Menurut sang guru sejati (sukma sejati), sebelum buana ini tercipta,

Tuhan sudah bertakhta dan mempunyai karsa menurunkan Roh Suci ialah

sinar cahaya Tuhan, tetapi karsa itu terhenti, sebab sebelum ada wadah dan

tempatnya, maka kemudian Tuhan menciptakan buana. Yang mula-mula

diciptakan yaitu empat macam anasir yang disebut suasana, api, air, dan

tanah. Terciptanya empat macam anasir tersebut, sekalipun atas kekuasaan

Tuhan, juga berasal dari Tuhan, maka dapat diumpamakan pelita dan

asapnya. Seumpama Tuhan pelitanya, anasir yang menjadi asapnya. Adapun

yang mula diciptakan adalah suasana, kemudian diciptakan lagi api. Api

4 Budi Darmadi, Profil Poaguyuban Ngesti Tunggal (Jakarta: Paguyuban Ngesti Tunggal,,

2014), cet.3, h.5.

Page 16: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

4

tersebut dibagi menjadi dua golongan, yang sebagian ada di atas yang

sebagian lagi ada di bawah. Kedua golongan api itu saling mempengaruhi dan

diliputi atau di terambas suasana. Anatara api di bawah dan api di atas

tersebut, para manusia tidak dapat mengukur seberapa jauhnya, apabila tidak

mendapat anugrah kekuasaan Tuhan. Setelah suasana dan api tercipta atas

kekuasaan Tuhan, Tuhan kemudian menciptakan anasir air, yang menumpang

di atas anasir api yang berada di bawah, sedangkan air itu juga diliputi dan

diterambas oleh suasana. Setelah air tercipta, tiga macam anasir tersebut lalu

saling mempengaruhi, hingga akhirnya menyebabkan terciptanya anasir yang

keempat, yaitu bumi (tanah). Sekalipun terciptanya tanah itu dari daya

pencampuran jasad tiga macam anasir tersebut, terciptanya itu juga atas

kekuasaan Tuhan. Setelah empat anasir itu tercipta, Tuhan mempunyai karsa

meneruskan penciptaan dunia besar, perlu untuk wadah dan tempat turunnya

roh suci. Ketika itu anasir panas masih sangat halus, tersebar di awang-

awang, tetapi lama-lama lalu mengumpul seperti kabut, dan kemudian turun

jatuh di air, disitu bercampurnya air dan tanah tersebut menjadi seperti

endapan atau seperti lumpur yang cair, lama-lama lumpur itu bertambah

banyak dan bertambah tebal, mengapung di atas air.5

Oleh sebab daya panas api yang ada di bawah dan di atas dapat

mempengaruhi air, dan air itu juga dipengaruhi oleh suasana, dampak dari

saling mempengaruhi menyebabkan air bergerak, makin lama gerakannya

semakin cepat hingga akhirnya menjadi berkocak membalik-balik. Oleh

5 R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 41-42.

Page 17: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

5

sebab berkocaknya air, lumpur cair yang mengambang di atas air itu bagaikan

ditampi lama-lama mengumpul menjadi satu, lagi pula sebab daya panas api

lumpur tersebut lama-lama dapat menjadi padat. Begitu juga karena air itu

terus berkocak membalik-balik yang juga atas kekuasaan Tuhan dan tindak

kerjanya seolah-olah sudah direncanakan, maka lumpur padat yang sudah

berkumpul menjadi satu itu, lama-lama mewujud berbentuk bulat menjadi

dunia besar ini. Oleh karena dunia besar itu bulat, padahal masih terkena

pengaruh daya kekuatan air yang berkocak membalik-balik tersebut, maka

lalu menyebabkan dunia besar bergerak berputar, bergulung-gulung

mengambang dipermukaan air, makin lama berputarnya makin cepat sehingga

menimbulkan angin. Adapun bergulung-gulungnya dunia itu, dapat

diumpamakan seperti berputarnya roda yang sangat cepat pada porosnya,

yaitu api sebagai porosnya, sedangkan suasana yang menjadi bingkai roda

atau kapalnya. Kecepatan berputar roda menimbulkan daya terbawa angin,

yang kemudian juga berkekuatan mempercepat berputarnya dunia, dan

kekuatan angin yang kala itu demikian kuat, bersamaan dengan kekuatan

berkocaknya air yang bagaikan samudra diaduk, akhirnya mampu

melemparkan dunia besar ini, terpisah dari air tersebut dan kemudian berputar

cepat bergerak sendiri di awang-awang dalam cakrawala matahari.6

Ketika air berkocak membalik-balik keadaan itu juga membuat

bergetarnya suasana yang kemudian juga menyebabkan bergeraknya api yang

ada di atas. Lama-lama api yang ada di atas itu dapat berkumpul menjadi satu

6 R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 42.

Page 18: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

6

mewujud berbentuk bulat yang disebut matahari. Matahari itu dapat

menerangi dunia apabila sinarnya itu dapat diterima oleh sinar api yang ada di

bawah dan api yang ada di dalam dunia ini.

Adapun terciptanya bulan serta semua bintang, asal mulanya terjadi dari

sari anasir air, yaitu ketika air berkocak membalik-balik mencuratnya air

tersebut kemudian mewujud menjadi bulan serta bintang-bintang, dan juga

mempunyai perputaran sendiri-sendiri di dalam cakrawala matahari. Adapun

bulan serta bintang-bintang itu apabila dapat menerima sinar matahari, dan

tidak terhalang oleh berputarnya dunia juga akan bersinar menerangi dunia

ini. Adapun sinar itu pengaruhnya dingin, tidak menyilaukan pandangan,

sebab bulan dan bintang-bintang itu terjadi dari air. Adapun terciptanya buana

seisinya, semua itu sejatinya tidak dapat diterima dengan penalaran manusia

kecuali mereka yang telah diperkenankan oleh Tuhan, sebab semua itu

terciptanya hanya atas kekuasaan Tuhan, maka hanya Tuhan pribadi yang

mengetahui yang tersamar dan yang menguasai semua alam seisinya.7

Pertanyaan tentang bagaimana alam semesta berasal menjadi topik yang

menarik bagi para ilmuan, mulai dari pemikiran yang bersifat spekulatif yang

dipelopori para filafat Yunani Kuno misalnya Pythagoras yang

mengembangkan gagasan bahwa alam semesta mengikuti hukum-hukum

yang bersifat kuantitatif. Kemudian berkembang pandangan di luar Yunani

yang diwakili oleh Copernicus, Aristarchus dan Galileo yang mengatakan

benda-benda langit termasuk bumi bergerak mengelilingi matahari. Dengan

7 R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 43-44.

Page 19: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

7

berkembangnya pengetahuan dan teknologi lahirlah pemikiran yang bersifat

saintifik diantaranya. Pertama, teori model alam semesta Statis (steady state)

yang menyatakan alam semesta mempunyai ukuran yang tidak terbatas, ada

tanpa awal dan terus ada untuk selamanya. Kedua, teori Big Bang (Ledakan

Besar) yang didasarkan bahwa alam semesta berasal dari keadaan panas dan

padat yang mengalami ledakan dahsyat dan mengembang. Teori Big Bang ini

banyak diyakini kebenarannya oleh para ilmuan karena didukung oleh fakta-

fakta ilmiah. Ketiga, teori Osilasi (ekspansi) yang lahir akibat perbedaan

pendapat antara model alam semesta stasis dan Big Bang yang menyatakan

alam semesta mengembang lalu mengerut, lalu mengembang lagi dan

seterusnya. Kesimpulan yang didapat para ilmuan fisika (astrofisika) saat ini

adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu,

muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang terjadi

dalam sekejap. Peristiwa ini yang dikenal dengan Big Bang, membentuk

keseluruhan alam semesta sekitar 15 miliar tahun lalu. Jagad raya tercipta dari

suatu ketidakadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan

ilmuan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya

penjelasan yang masuk akal dan dapat dibuktikan mengenai asal mula alam

semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.8

Pada saat Ledakan Besar, alam semesta dianggap berukuran nol, dan

luar basa panas. Tapi selagi alam semesta mengembang, suhu radiasinya

berkurang. Satu detik sesudah Ledakan Besar, suhu alam semesta turun

8 Araisti Andriana W, Perjalanan Mengenal Astronomi (Bandung: UPT observatorium

boscha ITB), 2009.

Page 20: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

8

menjadi sepuluh miliar derajat. Pada waktu itu alam semesta berisi sebagian

besar foton, elektron, dan neutron. Kemudian energi diubah menjadi partikel

dalam unsur yang akan menjadi bahan dasar pembentukan bintang, planet dan

galaksi.9

Sekitar seratus detik sesudah Ledakan Besar, suhu alam semesta

kiranya turun sampai satu miliar derajat, suhu di dalam bintang-bintang

terpanas. Pada suhu setinggi itu, proton dan neutron bakal tak lagi punya

cukup energi untuk lepas dari tarikan gaya nuklir kuat, dan mulai bergabung

membentuk inti atom deutrerium (hidrogen berat) yang mengandung satu

proton dan satu neutron. Inti deutrerium kemudian bergabung dengan makin

banyak proton dan neutron untuk membentuk inti helium, yang mengandung

dua proton dan dua neutron, juga sejumlah kecil unsur-unsur lebih berat,

litium dan berillium. Bisa dihitung bahwa dalam model Ledakan Besar panas,

sekitar seperempat proton dan neutron menjadi inti helium, bersama sejumlah

kecil hidrogen berat dan unsur-unsur lain. Sisa neutron meluruh menjadi

proton, yang merupakan inti atom hidrogen biasa.10

Pengukuran kelimpahan helium dan CMBR (cosmic microwave

background) menyediakan bukti meyakinkan yang mendukung gambaran

awal alam semesta menurut teori Big Bang, tapi walau gambaran Big Bang

bisa dianggap penjabaran yang shahih atas awal alam semesta, teori Einstein

menganggap ledakan besar yang memberi gambaran sejati asal-usul alam

9 Stephen Hawking, A Brief History of Time, Terj. Zia Anshor (Jakarta: PT. Gramedia,

2013) h. 115. 10

Stephen Hawking, A Brief History of Time, Terj. Zia Anshor (Jakarta: PT. Gramedia,

2013) h. 116.

Page 21: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

9

semesta adalah hal yang keliru. Alasannya, relativitas umum memprediksi

ada suatu saat ketika suhu, kerapatan, dan kelengkungan alam semesta

semuanya bernilai tak terhingga, situasi yang oleh ahli matematikan disebut

singularitas (singularity). Bagi ahli fisika, hal itu berarti bahwa teori Einstein

buyar pada titik itu, dan karena itu tidak dapat digunakan untuk memprediksi

bagaimana alam semesta berawal, sebaliknya hanya dapat dipakai untuk

memprediksi bagaimana alam semesta berkembang sesudahnya. Jadi walau

kita bisa menggunakan persamaan-persamaan relativitas umum dan

pengamatan kita atas atas alam semesta untuk mempelajari alam semesta

pada umur sngat muda, gambaran ledakan besar tak boleh dipegang terus.11

Sebenarnya Big Bang tidak sesederhana itu. Jagat raya mulai

mengembang dalam rangkaian sangat teratur dengan sekelompok konstanta

dan hukum matematis yang mengatur perkembangan berikutnya, menjadi

jagat raya yang kita lihat sekarang. Di dalamnya sudah ada rangkaian hukum-

hukum kuantum yang sangat kompleks, yang mengatur berbagai kemungkian

interaksi partikel-partikel elementer, dan jagat raya dibentuk oleh hukum-

hukum tersebut. Terdapat kemungkinan untuk mencapai “Teori Segala

Sesuatu” (Theory of Everything), yang merupakan hukum-hukum umum yang

mencakup seluruh proses fisis. Hukum-hukum itu meliputi seluruh

kemungkinan dalam seluruh partikulasinya yang sangat kompleks. Hukum itu

benar-benar ada pada titik awal waktu semesta, maka seseorang akan

mendapat hipotesis yang sama rumitnya bahwa hukum-hukum itu mengada

11

Stephen Hawking, Leonard Mlodinov, The Grand Design, Terj. Zia Anshor (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka, 2010) h. 138.

Page 22: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

10

dalam waktu, namun seluruhnya terpadu secara menakjubkan untuk

menghasilkan jagat raya yang koheren.12

Menyikapi persoalan di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih

mendalam dan menganalisis atas relevansinya kedua teori tersebut dalam

kehidupan modern saat ini. Alam selalu menjadi objek pertama setelah Tuhan

yang menjadi pembahasan peneliti dan selalu menjadi bahan perdebatan yang

hangat. Untuk itu dalam penulisan skripsi ini penulis tertarik mengambil

judul: “Penciptaan Alam Semesta dalam Perspektif Aliran Pangestu dan

Sains Modern”.

Topik ini penulis rasa sangat menarik untuk dianalisis sebagai

sumbangan secara tidak langsung dibidang Studi Agama-Agama yang

mengungkapkan bahwa kedua teori tersebut masih layak dijadikan referensi

serta nantinya dapat bermanfaat bagi mahasiswa sebagai rujukan penelitian

selanjutnya.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Agar tidak menjadi sebuah masalah yang nantinya menjadi persoalan

yang rumit, penulis hanya membatasi permasalahan yang akan diteliti ini

pada ruang lingkup penciptaan. Berdasarkan latar belakang, penulis

membatasi dan mengambil pokok permasalahan sebagai berikut;

1. Bagaimanakah konsep Penciptaan Alam Semesta menurut Pangestu dan

Sains Modern?

12

Riswanto, Sistem-sitem Metafisika Barat dari Aristoteles sampai Derrida (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1998) h. 149.

Page 23: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

11

2. Apa persamaan dan perbedaan konsep penciptaan alam semesta menurut

Pangestu dan Sains Modern?

3. Bagaimana respon Pangestu Jika terjadi perbedaan pandangan dengan

Sains Modern?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui intensitas kepercayaan masyarakat mengenai dua

teori penciptaan dalam Aliran Pangestu dan Sains Modern.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah kontribusi

ilmiah bagi pengembangan penelitian lanjutan terutama mengenai

teori penciptaan alam semesta.

b. Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan

akhir perkuliahan untuk gelar Strata I, (S1) Sarjana Agama (S.Ag)

dalam Jurusan Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Manfaat Praktis

a. Melalui penelitian ini diharapkan penulis dan pembaca dapat

mengerti tentang asal-usul penciptaan alam dalam dua varian teori.

Page 24: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

12

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan tentang sejarah penciptaan alam.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan bersifat

penelitian kepustakaan (library research), suatu cara untuk mengadakan

penelitian berdasarkan naskah yang diterbitkan baik melalui buku-buku,

jurnal-jurnal maupun buku-buku yang berkaitan dengan tema

pembahasan penelitian.13

2. Sumber Data

Terdapat dua model data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang secara

langsung berkaitan dengan objek material penelitian, dalam penelitian ini

adalah hasil wawancara, buku-buku Wajib Pangestu Bundel I-III yang

ditulis oleh Soenarto dan Hardjoprakoso dan Konsep Tuhan, Manusia,

Mistik, dalam berbagai Kebatinan Jawa karya Dr. Suwarno Imam S.

Sedangkan, data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku refrensi

pelengkap, jurnal, dan artikel yang berkaitan dengan bahan yang sedang

penulis teliti.

3. Teknik Pengumpulan Data

13

Taufik Abdullah, Metodologi Penelitian Agama, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1989, h.

22.

Page 25: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

13

Dalam proses pengumpulan data-data yang terkait dengan

penelitian ini maka penulis akan menempuh beberapa langkah sebagai

berikut:

a. Melakukan tinjauan terhadap data primer, yaitu hasil wawancara,

buku-buku Wajib Pangestu Bundel I-III yang ditulis oleh Soenarto

dan Hardjoprakoso dan Konsep Tuhan, Manusia, Mistik, dalam

berbagai Kebatinan Jawa karya Dr. Suwarno Imam S.

b. Tinjauan terhadap data sekunder, yaitu buku-buku referensi

pelengkap, jurnal, dan artikel yang berkaitan dengan penelitian ini.

c. Selanjutnya penulis akan memadukan dengan buku-buku lain yang

berkaitan dengan tema penelitian ini sebagai bahan perbandingan

dari data primer dengan data sekunder di atas.

F. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan

model pendekatan Komparatif.14

G. Analisis Data

Data-data yang terkumpul dari berbagai sumber akan dianalisis

menggunakan metode analisis isi (content analysis). Metode ini menekankan

14

Abdullah, Metodologi Penelitian Agama, h. 22

Page 26: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

14

pada bagaimana memperoleh keterangan dari data-data yang terkumpul dari

sekian banyak sumber.

H. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini, Penulis

menggunakan buku Pedoman Akademik Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,

Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.

I. Sistematika Penulisan

Untuk mendapat gambaran yang menyeluruh tentang apa yang akan

diuraikan dalam skripsi ini, perlu Penulis kemukakan susunan atau

sistematika penulisan. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi terdiri dari

5 (lima) bab yang tiap-tiap bab tediri dari sub-bab yang membahas materi

penulisan skripsi ini.

Bab I

Merupakan Pendahuluan yang meliputi sub-sub bab, yaitu :

Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah,

Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Landasan Teori,

Metodologi Penelitian, Teknik Penulisan dan Sistematika

Penulisan.

Bab II Penciptaan alam semesta perspektif Pangestu.

Bab III Penciptaan alam semesta perspektif Sains Modern.

Bab IV Respon Pangestu terhadap perbedaan pandangan dengan Sains

Modern.

Page 27: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

15

Bab V Penutup yang terdiri dari: Kesimpulan dan Saran.

Page 28: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

16

BAB II

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA MENURUT ALIRAN PANGESTU

A. Riwayat Hidup Pendiri Aliran Pangestu

R. Soenarto adalah salah satu putra dari R. Soemowardojo dan

merupakan siswa yang terpilih menjadi warana (perantara) turunnya sabda

Ilahi dengan perantaraan utusan-Nya yang abadi, yakni Sukma Sejati. Sabda

Ilahi yang diterima beliau tidak turun begitu saja, melainkan diperoleh setelah

R. Soenarto berupaya keras melalui masa pencarian disertai berbagai

perjalanan spiritual yang dialaminya sejak umur tujuh tahun. R. Soenarto

dilahirkan pada tanggal 21 April 1899 di Desa Simo, Kawedanan Simo,

Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Beliau merupakan anak ke-enam

dari delapan bersaudara, putra-putri R. Soemowardojo, seorang juru tulis

kawedanan yang kemudian menjadi mantri penjual.15

Meskipun dihimpit oleh keadaan yang serba kekurangan dan tidak

menguntungkan, R. Soemowardojo berkeinginan kuat untuk menyekolahkan

anak-anaknya dan berniat untuk menitipkan R. Soenarto kepada keluarga atau

kerabat, bahkan kepada orang yang tidak ada hubungan kekeluargaan, dengan

harapan orang yang dititipi akan membantu R. Soenarto mendapatkan

pendidikan formal yang lebih baik.

Tekanan dalam hidup tidak membuat pribadinya menjadi anak nakal,

sebaliknya penderitaan itu dilihatnya sebagai kewajiban untuk prihatin, yang

15

Sularso Sopatar, Mengenal Pokok-Pokok Ajaran Pangestu (Jakarta:PT New Aqua Press,

1987), h. 13.

Page 29: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

17

menjadi batu ujian maupun untuk memperluas sifat-sifat baik, misalnya

kejujuran, percaya terhadap kasih keadilan Tuhan, kepatuhan dan kesetiaan

dalam tugas, tidak segan-segan bekerja berat dan menderita, ketangguhan dan

lain sebagainya.16

Di masa dewasa R. Soenarto menikah dengan Rr. Soemini pada tanggal

6 Februari Tahun 1921 di Kedung Jati. Dari hasil perkawinan ia dianugrahi

empat orang anak, tetapi dua orang anaknya telah lebih dahulu meninggal,

kemudian dari kedua orang anaknya yang masih hidup menurunkan cucu

sebanyak tujuh belas orang.17

B. Pokok-Pokok Ajaran Aliran Pangestu

Pokok-pokok ajaran aliran pangestu menitikberatkan pada pendidikan

dan pengolahan jiwa yang memberikan tuntunan bagi umat manusia dalam

bersikap dan berhubungan dengan Tuhan, masyarakat, serta alam. Adapun

sabda pertama yang diterima R. Soenarto pada tahun 1932 yang berturut-turut

hingga Januari 1933 yaitu berisi tentang:

1. Hastasila (Delapan macaam panembah batin)

2. Paliwara (Larangan Tuhan kepada manusia)

3. Gumelaring Dumadi (Terciptanya alam seisinya)

4. Tunggal Sabda

5. Jalan Rahayu

16

Sularso Sopatar, Mengenal Pokok-Pokok Ajaran Pangestu (Jakarta:PT New Aqua Press,

1987), h. 14 17

Suwarno Imam, Pangestu dan Mistisme, Analisa dan Pandangan, (Jakarta: Saudara,

1978), h. 6.

Page 30: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

18

6. Sangkan Paran

7. Panembah

Setelah membentuk organisasi pangestu, menjelang kongres I pada

tahun 1954, ketujuh pokok-pokok ajaran sang Guru Sejati dihimpun menjadi

satu buku yang diberi nama Sasangka Jati, yang artinya Pepadang.18

C. Konsep Penciptaan Alam Semesta menurut Aliran Pangestu

1. Terciptanya Buana (Alam Semesta Raya)

Menurut sang guru sejati (sukma sejati), sebelum buana ini

tercipta, Tuhan sudah bertakhta dan mempunyai karsa (kekuasaan)

menurunkan Roh Suci ialah sinar cahaya Tuhan, tetapi karsa itu terhenti,

sebab sebelum ada wadah dan tempatnya, maka kemudian Tuhan

menciptakan buana. Yang mula-mula diciptakan yaitu empat macam

anasir yang disebut suasana, api, air, dan tanah. Terciptanya empat

macam anasir tersebut, sekalipun atas kekuasaan Tuhan, juga berasal

dari Tuhan, maka dapat diumpamakan pelita dan asapnya. Seumpama

Tuhan pelitanya, anasir yang menjadi asapnya. Adapun yang mula

diciptakan adalah suasana, kemudian diciptakan lagi api. Api tersebut

dibagi menjadi dua golongan, yang sebagian ada di atas yang sebagian

lagi ada di bawah. Kedua golongan api itu saling mempengaruhi dan

diliputi atau diterambas suasana. Anatara api di bawah dan api di atas

tersebut, para manusia tidak dapat mengukur seberapa jauhnya, apabila

18

Pokok-pokok Ajaran Pangestu, Artikel diakses pada tanggal 2 Juli 2019 di

http://www.pangestu.or.id

Page 31: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

19

tidak mendapat anugrah kekuasaan Tuhan. Setelah suasana dan api

tercipta atas kekuasaan Tuhan, Tuhan kemudian menciptakan anasir air,

yang menumpang diatas anasir api yang berada di bawah, sedangkan air

itu juga diliputi dan diterambas oleh suasana. Setelah air tercipta, tiga

macam anasir tersebut lalu saling mempengaruhi, hingga akhirnya

menyebabkan terciptanya anasir yang keempat, yaitu bumi (tanah).

Sekalipun terciptanya tanah itu dari daya pencampuran jasad tiga macam

anasir tersebut, terciptanya itu juga atas kekuasaan Tuhan. 19

Setelah empat anasir itu tercipta, Tuhan mempunyai karsa

meneruskan penciptaan dunia besar, perlu untuk wadah dan tempat

turunnya Roh Suci. Ketika itu anasir panas masih sangat halus, tersebar

di awang-awang, tetapi lama-lama lalu mengumpul seperti kabut, dan

kemudian turun jatuh di air, disitu bercampurnya air dan tanah tersebut

menjadi seperti endapan atau seperti lumpur yang cair, lama-lama

lumpur itu bertambah banyak dan bertambah tebal, mengapung di atas

air.20

Oleh sebab daya panas api yang ada di bawah dan di atas dapat

mempengaruhi air, dan air itu juga dipengaruhi oleh suasana, dampak

dari saling mempengaruhi menyebabkan air bergerak, makin lama

gerakannya semakin cepat hingga akhirnya menjadi berkocak membalik-

balik. Oleh sebab berkocaknya air, lumpur cair yang mengambang di

19

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 41. 20

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 42.

Page 32: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

20

atas air itu bagaikan ditampi lama-lama mengumpul menjadi satu, lagi

pula sebab daya panas api lumpur tersebut lama-lama dapat menjadi

padat. Begitu juga karena air itu terus berkocak membalik-balik yang

juga atas kekuasaan tuhan dan tindak kerjanya seolah-olah sudah

direncanakan, maka lumpur padat yang sudah berkumpul menjadi satu

itu, lama-lama mewujud berbentuk bulat menjadi dunia besar ini. Oleh

karena dunia besar itu bulat, padahal masih terkena pengaruh daya

kekuatan air yang berkocak membalik-balik tersebut, maka lalu

menyebabkan dunia besar bergerak berputar, bergulung-gulung

mengambang dipermukaan air, makin lama berputarnya makin cepat

sehingga menimbulkan angin. Adapun bergulung-gulungnya dunia itu,

dapat diumpamakan seperti berputarnya roda yang sangat cepat pada

porosnya, yaitu api sebagai porosnya, sedangkan suasana yang menjadi

bingkai roda atau tapalnya. Kecepatan berputar roda menimbulkan daya

terbawa angin, yang kemudia juga berkekuatan mempercepat

berputarnya dunia, dan kekuatan angin yang kala itu demikian kuat,

bersamaan dengan kekuatan berkocaknya air yang bagaikan samudra

diaduk, akhirnya mampu melemparkan dunia besar ini, terpisah dari air

tersebut dan kemudian berputar cepat bergerak sendiri di awang-awang

dalam cakrawala matahari.21

Ketika air berkocak membalik-balik keadaan itu juga membuat

bergetarnya suasana yang kemudian juga menyebabkan bergeraknya api

21

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 42.

Page 33: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

21

yang ada di atas. Lama-lama api yang ada di atas itu dapat berkumpul

menjadi satu mewujud berbentuk bulat yang disebut matahari. Matahari

itu dapat menerangi dunia apabila sinarnya itu dapat diterima oleh sinar

api yang ada di bawah dan api yang ada di dalam dunia ini.

Adapun terciptanya bulan serta semua bintang, asal mulanya

terjadi dari sari anasir air, yaitu ketika air berkocak membalik-balik

mencuratnya air tersebut kemudian mewujud menjadi bulan serta

bintang-bintang, dan juga mempunyai perputaran sendiri-sendiri di

dalam cakrawala matahari. Adapun bulan serta bintang-bintang itu

apabila dapat menerima sinar matahari, dan tidak terhalang oleh

berputarnya dunia juga akan bersinar menerangi dunia ini. Adapun sinar

itu pengaruhnya dingin, tidak menyilaukan pandangan, sebab bulan dan

bintang-bintang itu terjadi dari air. Adapun terciptanya buana seisinya,

semua itu sejatinya tidak dapat diterima dnegan penalaran manusia

kecuali mereka yang telah diperkenankan oleh Tuhan, sebab semua itu

terciptanya hanya atas kekuasaan Tuhan, maka hanya Tuhan pribadi

yang mengetahui yang tersamar dan yang menguasai semua alam

seisinya.22

2. Terciptanya Manusia

Setelah dunia besar (bumi) tercipta, lalu Tuhan menciptakan

manusia. Terciptanya manusia yaitu dari sinar cahaya yang

bertunggalnya tripurusa: Suksma Kawekas (Tuhan Sejati), Suksma

22

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 43-44.

Page 34: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

22

Sejati (Guru Sejati-Utusan Tuhan), Roh Suci (Manusia Sejati).23

Roh

Suci dipandang sebagai jiwa manusia sejati. Oleh karena itu, yang

dipandang mutlak sebagai asal manusia.24

Ketiganya diberi busana sari

empat macam anasir, seperti suasana, api, air, dan tanah, yang kemudian

terbakar menjadi bahan bakal kasar dan halus (lahir, batin). Adapun alat

badan jasmani dianugrahi panca indera yaitu: penglihatan, pendengaran,

pengucapan, penciuman, dan perasaan. Dan diberi pula saudara, yang

lazimnya disebut empat macam nafsu, seperti luamah, amarah, sufiah,

mutmainah, dan tiga saudara lagi yang berkumpul menjadi satu diangan-

angan, yaitu disebut pangaribawa, prabawa, dan kamayan.

Tuhan menciptakan dunia dari empat anasir, Tuhan juga

menciptakan manusia dari empat anasir pula, maka manusia disebut

dunia kecil. Adapun dunia besar dapat menguasai dunia kecil, seperti

mengakibatkan kematian dan kesengsaraan yang disebabkan oleh gempa

bumi, banjir, prahara, meletusnya gunung, dan sebagainya. Sebaliknya,

manusia juga dapat menguasai dunia besar, seperti: meruntuhkan gunung

dengan kekuatan dinamit dan barang sejenis yang dapat meledak,

membuat terowongan di dalam gung, membuat terusan laut, membuat

bendungan air dan mengatur alirannya, serta memadamkan kobaran

api.25

23

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 42. 24

Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, (Jakarta: BPK GUNUNG MULIA, 1987), h. 71 25

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 44.

Page 35: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

23

Adapun terciptanya manusia yang paling awal adalah laki-laki,

yang menjadi perantara turunnya Roh suci. Turunnya Roh Suci

digambarkan seperti pletikan api yang Maha Agung. Hal ini berdasarkan

penafsiran Sumantri, yang menyatakan bahwa dalam kesadaran Agung

yang diam ini terkandung kehendak untuk melepaskan cahaya-cahaya

kemampuan dan kesadaran, sebagai pletikan api yang Maha Agung. Roh

Suci sebagai cahaya Tuhan, sebelumnya telah tertunggal dengan Suksma

Sejati. Keterangan ini menunjukan bahwa penciptaan manusia menurut

pangestu melalui proses emanasi.26

Tuhan kemudian menciptakan perempuan, yang akan menjadi

perantara mewadahi turunnya Roh Suci. Demikian seterusnya, keadaan

manusia dapat berkembang biak hingga sekarang, turunnya Roh Suci

dengan perantaraan laki-laki dan perempuan. Namun, ketahuilah bahwa

terciptanya manusia yang mula pertama itu tidak hanya sepasang seperti

umumnya anggapan orang, yang disebut Adam dan Hawa. Akan tetapi,

sejatinya disetiap pulau yang besar-besar juga ada manusia sepasang

yang diciptakan mula pertama guna dijadikan benih.27

a. Adam dan Hawa

Dalam mengibaratkan penciptaan manusia pertama, dimisalkan

turunnya nabi Adam dan Hawa, yang menjadi asal usul manusia, itu

jika diterima dalam pengertian: keadaan Adam hanya satu, ada

26

Suwarno Imam S., Konsep Tuhan, Manusia, Mistik dalam berbagai Kebatinan Jawa,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 310. 27

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 45

Page 36: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

24

benarnya, juga ada kelirunya. Yang disebut Adam itu sesungguhnya

bahan bakal jasmani manusia, yaitu bercampurnya empat macam

anasir yang menjadi busana Roh Suci.karena semua manusia itu

sama terdiri dari empat anasir maka dapat disebut satu, yaitu tunggal

bahan bakalnya. Adapun kelirunya: Apabila beranggapan bahwa

yang disebut Adam itu asal-usul terciptanya manusia laki-laki hanya

seorang, yang menjadi asal-usul manusia sedunia, yang berkembang

biak.

Setelah dunia tergelar kemudia Tuhan menciptakan manusia

pertama yaitu laiki-laki dan perempuan disetiap pulau, lalu

mengembangbiakkan benih beranak pinak. Maka kata: Adam, juga

dapat diartikan permulaan, yaitu asal mula terciptanya manusia

pertama, yang mengawali menjadi perantara berkembangbiaknya

para manusia disetiap pulau.28

Adam dan Hawa sebagai prototipe manusia pertama dijelaskan

pula dengan pendapat yang berbeda pada umumnya. Sebagaimana

telah dijelaskan dalam Sasangka Sati, bahwa ketika Tuhan hendak

menurunkan Roh Suci, kehendak itu terhenti karena belum ada

wadah atau kuncalnya, maka Tuhan menciptakan alam. Kehendak

yang terhenti diartikan oleh Harun Hadiwijono sebagai penjabaran

mitologis tentang kejadian Adam dan Hawa, seperti termaktub baik

di dalam Al Qur’an maupun Injil. Hawa, sebagai perempuan, dipakai

28

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 46

Page 37: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

25

Tuhan untuk menyembunyikan Roh Suci. Adam, sebagai lelaki,

adalah alat yang dipakai Roh Suci untuk turun.29

Jadi Adam dan Hawa itu, selain menjadi ibarat pria dan wanita,

juga menjadi ibarat dari Tuhan (Kehendak) dan Suksma Sejati

(Sirullah), yang menunjuk kepada hubungan yang tidak

terpisanhkan, seperti halnya Tuhan dan kekuasaanya.30

Simbol

penciptaan hawa dari tulang rusuk yang kiri, itu berarti bahwa

kehendak Allah untuk menjadikan perkara yang fana, yang bisa

rusak. Kiri adalah simbol sesuatu yang tidak kekal.31

Terciptanya Hawa yang diceritakan dari sempalan rusuk akhir

Adam yang kiri itu artinya: terjadinya Sir itu adalah dari sempalan:

karsa, Sir yang membabarkan kekuasaan Tuhan, sedangkan Roh Suci

adalah sinar cahaya Tuhan yang juga bertunggal menjadi satu dengan

Tuhan. Adapun surga yang menjadi tempat Adam dan Hawa ketika

mula pertama diciptakan adalah isbat Tuhan ketika mempunya karsa

menurunkan Roh Suci. Jadi, Surga adalah Alam Tuhan yang sejati,

yakni istana Tuhan. Adam dan Hawa ketika makan buah Khuldi lalu

diturukan ke dunia, karena buah khuldi itu terbabarnya karsa

mengadakan sesuatu yang tidak kekal.32

29

Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, (Jakarta: Percetakan BPK GUNUNG MULIA,

1987), h. 72 30

Sularso Sopater, Mengenal Pokok-Pokok Ajaran Pangestu, (Jakarta: PT. New Aqua

Press, 1987), h. 69 31

Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, (Jakarta: Percetakan BPK GUNUNG MULIA,

1987), h. 73 32

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 47

Page 38: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

26

Adam dan Hawa tidak hanya berwujud manusia sepasang yang

diturunkan ke salah satu negara ataupun pulau saja, melainkan

terjadinya manusia yang mula pertama laki-laki dan perempuan itu,

sesungguhnya banyak pasangan yang tercipta dari kekuasaan Tuhan,

menjadi benih mula pertama yang menurunkan manusia. Sejak itu,

baru dengan perantara bapak-ibu, lalu berkembang biak hingga

sekarang. Adanya perbedaan wujud atau warna kulit bangsawan satu

dengan lainnya, menandakan bahwa terciptanya manusia semua ini

bukan dari keturunan Adam dan Hawa yang hanya sepasang.

Adapun perbedaan warna kulit dan watak-watak bangsa itu

disebabkan oleh perbedaan tebal tipisnya anasir yang menjadi busana

Roh Suci, dan menurut tebal tipisnya anasir setiap pulau. Seperti

anasir Api tebal di negara yang berwana sangat panas, anasir Airnya

tipis, Suasananya juga kurang padat, warna kulit bangsa di tanah itu

menjadi hitam ataupun gosong, seperti di Afrika dan negara Arab.

Apabila anasir Air terlalu banyak, Suasanya tebal, anasir Apinya

kurang, warna kulit di tanah itu putih, seperti bangsa di tanah Eropa

dan lain-lain tempat yang dingin.33

33

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 48

Page 39: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

27

b. Turunnya Roh Suci Setelah Adanya Manusia

Ketika benih hidup (Roh Suci) sudah memasuki Rahim ibu ,

sesungguhnya juga sudah memakai busana halusnya anasir yang

tidak kasat mata. Lalu membentuk peranti busana hidup di alam

jasmani, dengan bertemunya tindak kerja empat macam anasir, yang

saling mempengaruhi, sehingga semakin lama busana tersebut mulai

berbentuk, dan setiap hari semakin bertambah besar hingga akhirnya

berwujud manusia. Begitu pula semua organ dalam dan bagian

sekujur badan, terjadinya ada yang bersama-sama dan ada pula yang

bergantian, seperti jantung, ari-ari (tembuni), pusar, dan air ketuban.

Adapun tembuni itu perlu untuk menerima mengalirnya anasir suci

dari ibu, sari anasir tersebut masuknya ke tubuh jabang bayi,

diterima dipisar, selanjutnya ke jantung dan merarta ke seluruh

tubuh. Adapun air ketuban itu perlu untuk mendinginkan daya panas

dari api ibu dan juga melicinkan persentuhan bayi dengan

bungkusnya.34

Setelah sampai saatnya jabang bayi lahir, sebagian air ketuban

mendahului keluar, untuk melicinkan jalan keluarnya.ketika itu

jabang bayi bersiap mendekati jalan keluar, setelah jalan itu

membuka kemudian ibu mengejan. Mengejan yakni uap, yang terjadi

dari uap darah ibu kemudian menjadi kekuatan daya kekuasaan yang

mendorong. Pada saat itulah tindak daya kerja kekuasaan yang

34

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 49

Page 40: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

28

mendorong keluar hingga jabang bayi dapat lahir. Jabang bayi lahir

lalu menangis, itu disebabkan terkejut terkena daya berbagai macam

anasir yang ada diluar, pada saat bayi meganois disitulah nafasnya

mulai berfungsi. 35

Oleh karena terjadinya jabang bayi itu dari tujuh keadaan, yaitu

tripurusa dan empat anasir yang menjadi busananya, maka manusia

itu juga mempunyai saudara yang lazimnya disebut saudara tujuh,

lahir bersama-sama dalam satu hari. Adapun saudara tujuh tersebut

adalah:

a. Luamah yaitu tercipta dari anasir tanah, berada dalam daging

manusia. Watak luamah itu sendiri yaitu: jahat, tamak, serakah,

malas, tidak tahu kebaikan, tetapi apabila sudah mau tunduk dan

patuh maka dapat menjadi dasar kekuatan.

b. Amarah yaitu tercipta dari anasir api, berada dalam darah, merata

disekujur manusia. Watak amarah yaitu: berhasrat kuat, mudah

tersinggung, berangasan, pemarah. Amarah yang dapat

mewujudkan saudara-saudara lainnya, sebab tidak ada maksud

yang dapat terwujud tanpa amarah, maka amarah itu menjadi

baku yang mempengaruhi daya kekuatan saudara-saudara lainnya

agar dapat mencapai maksud tujuannya.

35

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 50

Page 41: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

29

c. Sufiah yaitu tercipta dari anasir air, kasarnya berada dalam tulang

sum-sum. Halusnya sufiah menjadi kehendak, yaitu nafsu yang

menyebabkan adanya keinginan, kasmaran atau sengsem.

d. Mutmainah yaitu tercipta dari anasir suasana, berada dalam

nafas, wataknya yaitu: tenang, suci, bakti, kasih sayang.

e. Pangaribawa yang kasarnya berwujud pusar, yaitu daya kekuatan

darah dari jantung ibu yang diterima di pusar, dapat menghidupi

jabang bayi ketika masih dalam rahim ibu, sedangkan halusnya

berada dalam angan-angan.

f. Prabawa, ketika jabang bayi akan lahir, prabawa bertindak,

wujudnya ibu lalu mengeja, disebabkan daya perbawa darah,

yaitu uap darah yang lazimya disebut ejanan, ejanan itulah yang

mendorong lahirnya jabang bayi. Setelah bayi lahir, halusnya

prabawa tersebut menyatu dalam angan-angan.

g. Kamayan, kasarnya disebut jantung, halusnya juga menyatu

menjadi angan-angan, berada di pusat sanubari.

Keadaan saudara tujuh itu halusnya hanya berwujud cahaya

yang mempunya warna sendiri-sendiri, dan semua itu tercipta secara

bersamaan, ketika Roh Suci sudah turun dalam rahim ibu. Adapun

jelasnya ketujuh saudara itu yang empat dari halusnya empat anasir ,

dan semua itu dapat rusak apabila sudah tidak dapat menerima

Page 42: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

30

sarinya empat macam anasir yang ada di dunia besar ini (sinar

matahari, hawa, air, dan makanan).36

Saudara yang bernama pangaribawa, prabawa, dan kamayan,

ketiga-tiganya itu tercipta dari bayang-bayang atau bayangan

Tripurusa, yaitu kekuasaan yang diberikan guna memerintah

keempat saudara lainnya agar selaras dengan karsa Tuhan. Keadaan

ketiga saudara tersebut semua mengumpul menjadi angan-angan satu

yang bersifat tiga, mempunyai watak yang sendiri-sendiri, apabila

bertindak juga bersama-sama, tidak pernah sendiri-sendiri, dan hanya

membantu serta menjiwai keempat saudara lainnya yaitu:

mutmainah, sufiah, amarah dan luamah. Keempat saudara itu yang

bertindak menjadi nafsu ataupu kekeuatan, sebagian menuju ke

kejahatan, sebagian menuju ke kebaikan.37

Apabila ketujuh saudara itu selaras atau sempurna

kepatuhannya kepada manusianya sejatinya Roh Suci, luamah akan

menjadi dasar kekuatan, amarah berhasrat kuat akan kebaikan, sufiah

menjadi perantara karsa, mutmainah sempurna sucinya dan baktinya

kepada tuhan serta utusannya. Ketiga angan-angannya menjadi cipta

luhur atau akal budi yang hening, didalam ketentraman yang tenang.

Akhirnya dapat bertindak di jalan keutamaan yaitu jalan yang benar

36

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h.52 37

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 53

Page 43: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

31

atau jalan kesejahteraan, dituntun ke kemuliaan abadi yakni istana

Tuhan di alam sejati.38

Upaya manusia untuk mencapai kesucian itu tidak mudah,

sebab pada umumnya kalah dengan godaan para saudaranya tersebut,

maka ketujuh saudara itu perlu diingat. Apabila hendak bertindak

ataupun melakukan sesuatu, hendaklah lebih dulu ingat dan mintalah

bantuannya dengan memusatkan pikiran didalam batin, yang artinya

memerintah minta bantuan ketujuh saudaranya tersebut, supaya

membantu melaksanakan apa yang dikehendaki, jangan

mengganggu, sebaliknya menjaga keselamatannya, menyingkirkan

segala rupa godaan, sebab apabila ada perbuatan jahat dari jin setan

bangsa lelembut, yang berniat menggangu, ketujuh saudara itu

apabila tidak diberi tahu atau diperintah, tidak mau menjaga

keselamatan manusia, tetapi justru membantu perbuatan jahat

lelembut itu, padahal saudara tujuh itulah yang dapat dijadikan jalan,

mengenanya rupa godaan para lelembut apabila saudara tujuh

tersebut mau menaggapinya, tetapi jika tidak mau, juga tidak dapat

mengenai badan manusia.39

3. Terciptanya Hewan, Tetumbuhan, dan Dewata atau Dewa

Setelah Tuhan menciptakan manusia, Tuhan kemudian

menciptakan berbagai jenis hewan besar maupun kecil, lalu menciptakan

38

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 55 39

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 56

Page 44: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

32

berbagai jenis tumbuhan mulai dari lumut hingga pepohonan yang besar,

setelah itu lalu menciptakan golongan dewata, yang termasuk

didalamnya bangsa lelembut, seperti jin/setan, peri perayangan, dan

sebagainya. Adapun terciptanya segenap makhluk hidup, yang menjadi

bibit permulaan sebagai pengisi alam semesta, karena cepatnya proses

penciptaan, dapat dikatakan hampir serentak, tidak sampai berjam-jam

atau berbulan-bulan, tetapi dalam sekejap mata, sebab semua itu tercipta

atas kekuasaan Tuhan.40

a. Terciptanya Hewan

Tuhan menciptakan berbagai jenis hewan yang hidup baik yang

hidup di dalam air maupun di darat, seperti hewan yang merayap,

yang dapat terbang, yang melata, dan yang merangkak, semua itu

tercipta dalam waktu yang serentak. Adapun hewan yang tercipta

tersebut dari Roh Suci yang diberi busana sarinya tiga macam anasir

kasar dan halus, yaitu suasana, api dan tanah, tidak mempunyai

busana sari anasir air. Adapun untuk hidup, hewan juga masih perlu

mendapat tambahan dari sari anasir dunia besar yang cocok dengan

kebutuhannya, perlu untuk kekuatan hidupnya, dengan mendapat

sinar matahari, udara, minum air dan makan tumbuhan. Ada juga

hewan yang mengambil anasir tersebut dengan cara memangsa

sesama hewan. Hewan jenis itu sifatnya berbeda dengan dengan

hewan pemakan tumbuhan.

40

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 57

Page 45: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

33

Semua hewan tersebut tidak mempunyai kelebihan seperti

manusia, karena jiwanya hanya dari Roh Suci, tidak diberi penuntun

ataupun Guru (Suksma Sejati), tetapi hanya diberi angan-angan satu

sebagai penuntunnya, yaitu yang terjadi dari bayangan Roh Suci saja.

Hewan hanya diberi tiga macam indra: penciuman, penglihatan dan

pendengaran. Hewan juga dapat merasakan, tetapi rasa tersebut

hanya dari hidupnya badan jasmani, bukan dari perasaan, lagi pula

tidak mempunyai pengerti, sebab hanya mempunyai satu angan-

angan, yaitu pikir, sedangkan pikir tersebut dapat berfungsi menjadi

pengerti apabila dibantu oleh nalar dan akal budi, kemudian dapat

digunakan untuk memilih yang benar maupun yang salah, yang jahat

dan yang baik. Oleh karena pikir tersebut tidak dapat berfungsi,

maka hanya berwujud sebagai kecakapan yang terjadi dari kelaziman

atapun adat kebiasaan, yang menyentuh jasmani dan ketiga indranya.

Oleh karena itu, tidak dapat digunakan untuk mengingat-ingat

keadaan atau kejadian yang telah lampau, dan digunakan untuk

menimbang-nimbang kejadian yang akan datang ataupun lainnya.

Akan tetapi, sekalipun hewan tidak mempunyai perasaan belas

kasihan seperti halnya manusia, hewan pun mempunyai rasa suka

dan duka. Rasa suka tersebut apabila menerima kebaikan, rasa duka

apabila menerima hukuman.41

41

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 58

Page 46: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

34

Apabila hewan sudah sampai waktunya ataupun mati,

busananya yang berasal dari anasir juga kembali pada asal mula

busana lagi, sedangkan jiwanya (Roh Suci) kembali kepada yang

mempunyai sinar cahaya, yaitu kepada Roh Suci Tuhan.42

b. Terciptanya Tumbuhan

Terciptanya segala tumbuhan, jiwanya bukan dari Roh Suci,

tetapi hanya dari daya dunia besar ketika bumi ini telah terbabar.

Pada saat itu Tuhan mengutus Aku (Suksma Sejati) menyebar

kekuasaan tuhan yang abadi, yang tercipta dari halusnya dua macam

anasir, yaitu air dan tanah, tetapi juga terpengaruh oleh kasarnya

anasir suasana dan anasir api, yaitu hawa dan sinar matahari. Adapun

yang menjadi busananya jiwa tumbuhan itu, juga dari sari anasir air

dan sari anasir tanah. Oleh karena dunia besar ini juga mengandung

sari empat macam anasir, maka tetumbuhan itu juga membutuhkan

daya anasir air dan anasir tanah, juga hanya sebagian dari daya anasir

suasana dan anasir api (hawa dan matahari), yaitu perlu untuk

kekuatan hidupnya.

Tetumbuhan mempunyai dua macam daya, yaitu: ada yang

berdaya guna bagi kekuatan hidup, seperti: padi, jagung dan gandum,

yang sudah lazim menjadi makanan manusia dan hewan, sedangkan

jenis tetumbuhan lainnya ada yang beracun, dapat mengakibatkan

kematian ataupun sakit. Adapula tumbuhan yang berkhasiat sebagai

42

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 59

Page 47: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

35

obat (jamu), seperti yang banyak dipakai oleh orang pintar dan para

dokter.

Oleh karena jiwa tetumbuhan itu tercipta dari halusnya anasir

air dan anasir tanah, maka apabila tetumbuhan itu mati, jiwanya juga

kembali ke asal mulanya, yaitu ke halusnya anasir air dan tanah,

kasarnya juga kembali ke anasir air dan tanah.43

c. Terciptanya Dewata Atau Bangsa Lelembut: Jin, Setan dan

Sebagainya

Setelah Tuhan menciptakan manusia, hewan, dan berbagai

jenis tetumbuhan, Tuhan kemudian menciptakan makhluk antara

hewan dan manusia, yaitu yang disebut dewata (dewa), atau semua

yang termasuk golongan lelembut. Golongan lelembut tersebut

tercipta dari anasir api yang terbakar ketika duinia diciptakan,

sedangkan jiwanya tercipta dari kekuatan Tuhan, yaitu bayangan

Suksma Kawekas yang hanya diberi busana halusnya anasir api,

maka tidak tampak dalam penglihatan panca indra, sebab tidak

mempunyai busana lain lagi, tetapi juga hidup. Jadi, kekuasaan

Tuhan yang menjadi jiwa para dewata tersebut tanpa Roh Suci, juga

tanpa panutan (Suksma Sejati), semata-mata bersifat kekuasaan

Tuhan, maka kekuasaannya lebih besar dari pada kekuasaan manusia

yang jauh dari Tuhan. Adapun badan dari bangsa lelembut itu tidak

terkena kerusakan, cuil ataupun putus seperti badan makhluk lain,

43

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 60

Page 48: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

36

sebab berbeda dengan ciptaan lainnya, tetapi juga ada batasan

umurnya, hanya saja sangat panjang , dapat dikatakan lipat seribu

dibandingkan dengan umur manusia. Namun pada hakikatnya umur

manusia itu lebih panjang karena jiwa manusia itu abadi, sedangkan

jiwa para dewata tidak abadi ataupun dapat rusak.44

Kekuasaan Tuhan yang diberikan menjadi jiwa pada dewata

tersebut tidak terhalang oleh daya dunia besar, yaitu daya yang

menyebabkan makan, minum, tidur dan syahwat, maka para dewata

itu dapat menerima atau membabarkan kekuasaan Tuhan yang

menakjubkan, sesuai apa yang dikehendakinya.

Makhluk sebangsa dewata itu banyak sekali jumlahnya, dan

dapat berkembang biak melalui perkawinan, sebab diciptakan

sebagai laki-laki dan perempuan, hanya saja cara menurunkan

keturunannya tidak seperti tata cara manusia bersuami istri. Para

dewata tersebut ada yang tinggal di air, seperti di laut, telaga, dan

sungai, ada juga yang tinggal di dalam tanah, gunung-gunung, hutan,

kuburan, dan tempat-tempat lain, dan juga ada yang bertempat

tinggal di pepohonan, sedangkan alamnya berbeda dengan makhluk

lain. Alam mereka itu ada di dalam anasir api, maka sekalipun

bertempat tinggal di dalam air, ataupun di bumi bisa saja sebab air

dan bumi juga diterambas oleh anasir api.

44

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 61

Page 49: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

37

Para dewata itu teramat mampu menerapkan kamayan ataupun

kekuasaannya misalnya: dapat berganti-ganti rupa, berubah wujud

sekehendaknya, yang dapat tampak dalam penglihatan manusia.

Adapun wataknya juga berbeda-beda, ada yang baik ada pula yang

jahat. Sekalipun para dewata yang tinggi derajatnya itu juga besar

kekuasaannya, mereka juga masih diperintah dan dikuasai oleh

Tuhan, sebab kekuasaannya itu pemberian Tuhan.45

45

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 62-63

Page 50: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

38

BAB III

TEORI PENCIPTAAN ALAM SEMESTA MENURUT SAINS MODERN

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), Sains adalah ilmu

pengetahuan pada umumnya; ilmu pengetahuan alam, pengetahuan sistematika

tentang alam dan dunia fisik, termasuk didalmnya zoology, botani, fisika, kimia,

geologi, dan lain sebagainya.46

Sedangkan sains menurut Lorens Bagus, science

dalam Bahasa Indonesia “Ilmu”, dari bahasa latin Scientia (pengetahuan), scire

(mengetahui). Adapun beberapa pengertian dari sains: kata tahu (pengetahuan)

secara umum menandakan suatu pengetahuan tertentu. Dalam arti sempit

pengetahuan bersifat pasti. Berbeda dengan iman pengetahuan didasarkan dengan

pengalaman dan pemahaman sendiri. Ilmu memerlukan kepastian lengkap

berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat

memuat di dalam dirinya sendiri hipotesis dan teori yang belum sepenuhnya

dimanfaatkan.47

Sains dapat digunakan untuk memperkaya nilai-nilai moral kehidupan

karena ia menekankan pencarian kebenaran. Pada tingkat yang terdalam, sains

menciptakan kesalehan, karena suatu kemajuan pengetahuan akan membawa kita

mengenal misteri keberadaan diri kita sendiri. Selain pengakuan bahwa sains dan

agama saling melengkapi dan tidak bertentangan satu sama lain, diperlukan juga

garis pemisah yang jelas antara sisi spiritual dan duniawi. Kalaupun sains harus

dicari dan diburu dengan penuh semangat baik untuk pengembangan maupun

46

Lukman Ali, dkk. (timred) kamus besar bahasa Indonesia (Jakarta :Balai Pustaka, 1991),

h. 862. 47

Lorens Bagus, Kamus Filsafat (tt.p, PT Gramedia, 2000), h.307-308

Page 51: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

39

pencerahan pikiran, harus dipahami bahwa sains bukanlah pengganti agama dan

tidak membentuk aturan moraliats.48

Sejak adanya revolusi yang ditimbulkan dari teori evolusi menyebabkan

orang berdebat dimanakah Tuhan. Pada masa yang lama, filsuf juga adalah ilmuan

Aristoteles berbicara tentang logika, etika dan retorika, sebagaimana mereka

memikirkan mekanika dan semesta (kosmos). Filsuf sejak zaman Yunani klasik

menyodorkan jawaban-jawaban spekulatif dengan mengandalkan logika.

Merekalah yang mendominasi pikiran manusia. Tapi filsuf kini mati, kata Stephen

Hawking.

Stephen Hawking adalah seorang ahli fisika teoritis juga seorang profesor

lucasian dalam bidang matematika di Universitas Cambridge yang dikenal dengan

sumbangan fisika kuantum terutama dengan teori-teorinya. Dalam bukunya yang

berjudul The Grand Design menurut Hawking untuk memahami semesta pada

tingkat terdalam, kita perlu beranjak dari sekedar menjawab pertanyaan bernada

“bagaimana” menuju “mengapa”, “bagaimana” adalah pertanyaan praktis yang

lazim diajukan ilmuan. Newton, dalam pandangan Hawking lebih ilmiah dalam

memahami gerak. Dia diterima luas berkat hukum gerak dan gravitasinya, yang

mampu menjelaskan orbit bumi, bulan, ddan planet, bahkan fenomena naik

turunnya permukaan laut. Persamaa gravitasi yang memakai namanya masih

diajarkan hingga kini. Newton, bersam barisasn ilmuan seperti Nicolas

48

Ioanes Rakhmat, Agama dan Ilmu Pengetahuan: Upaya Mencari Titik-Titik

Temu Agama Dan Sains Modern, (Jakarta: Nurcholis Madjid Society, 2018), h. 5.

Page 52: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

40

Copernicus, Johanes Kepler, Francis Baskon, Rene Descrartes, dan Galileo

Galilei, berupaya menemukan hukum-hukum yang mengatur alam. Mereka

berusaha menjawab pertanyaan bagaimana alam ini di ciptakan dan bekerja.

A. Pengertian Teori Penciptaan Dalam Ilmu Pengetahuan

Teori penciptaan merupakan uraian deskriptif yang memandang

persoalan seputar proses penciptaan bumi dan alam, terjadinya kehidupan di

bumi pertama kalinya dan berkembangnya organisme-organisme dalam

bentuknya yang paling sederhana dan munculnya manusia.49

Teori-teori

pencitaaan tidak bersifat bebas nilai, selalu dilatarbelakangi oleh disiplin ilmu

tertentu, yang di dalamnya terdapat usaha-usaha jerih payah untuk menjawab

misteri asal-muasal. Misteri-misteri tersebut seakan selalu bermetamorfosis

ketika sudah mencapai pada titik pencapaian pada misteri Sang Pencipta

sebagai kreator jagat raya ini dan selalu menitikberatkan pada perdebatan

sengit pada dua entitas kehidupan, yaitu sains dan agama.

Sains atau ilmu pengetahuan yang menitikberatkan pada pemahaman

akal sehat dengan kepercayaan pada metodologi, sedangkan agama selalu

mencocok-cocokkan fenomena alam dengan kitab suci. Dialog kedua entitas

ini tidak berjalan linier seiring perkembangan zaman. Keduanya selalu

menemukan titik temu pada perdebatan sengit nan panjang untuk

mempertahankan argumentasi kebenarannya mengenai penciptaan alam

semesta. Namun, keduanyapun memiliki nilai yang mulia, yaitu usaha-usaha

yang sungguh-sungguh dalam menjawab misteri asal-muasal kehidupan, yang

49

Armada riyanto, “Teori penciptaan-Teologi Penciptaan; Relasi “Iman dan Ilmu” h.71.

Page 53: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

41

walau sains atau ilmu penghetahuan seringnya menegasikan campur tangan

Tuhan dalam penciptaan alam.

Walau demikian, teori-teori tentang penciptaan sesungguhnya tidak lain

dan tidak bukan sama artinya dengan mengagumi misteri keagungan

peristiwa penciptaan yang luar biasa. Bukan hanya kita tepukau oleh

keindahan misterinya, melainkan kita juga dibuatnya tergantung oleh

kedahsyatan kekuatan dari Sang Pencipta.50

Berikut ini beberapa uraian

penting dalam upaya menjawab Sang Misteri tersebut:

1. Ketiadaan Menuju Ada

Ketiadaan menuju ada (from nothing to something) dalam sains

popular terdapat pada “dunia” mekanika quatum. Dunia mekanika

quantum yang mengherankan, karena di dalam dunia inilah “ketiadaan”

atau kondisi vakum menghasilkan sesuatu lewat apa yang dinamakan

fluktuasi quantum. Hal yang menurut pandangan umum tak masuk akal

pada biasanya. Niels Bohr, fisikawan Denmark penerima hadiah Nobel

1992 yang meletakan dasar-dasar fisika partikel, menegaskan bahwa

“siapapun yang tidak terkejut oleh teori quantum, orang itu belum

memahaminya”.51

Lebih lanjut, teori quantum Neils Bohr dikembangkan

oleh Richard Philips Feyman yang baginya dalam fisika quantum,

“keadaan vakum” adalah suatu keadaan dimana semua properti fisika

50

Armada riyanto, “Teori penciptaan-Teologi Penciptaan; Relasi “Iman dan

Ilmu”(Jakarta: STF Driyakarta, 2008), h.81. 51

P. W. Milonni, The Quantum Vacuum: Philosipy And Science Of The Universe, 1994, h.

239.

Page 54: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

42

sebetulnya sama dengan zero (nol).52

Dalam keadaan tersebut, energi

terendah sejauh dimungkinkan yang secara figurative para fisikawan

menyatakan bahwa dalam ruang vakum 1 cm, masih bisa ada energi

dalam jumlah 1 per triliun, yang dengan begitu secara keseluruhan,

kondisi vakum disebut sebagai a zero-point quantum field. Kendati

demikian, dari medan quantum yang zero-point ini terjadi apa yang

dinamakan fluktuasi vakum, yakni muncul dan lenyapnya partikel-

partikel secara secara berpasangan dalam waktu yang sangat pendek dan

secara spontan, tanpa asal-usul, tanpa sebab-musabab sebelumnya, tidak

terprediksi.53

2. Teori Big Bang

Teori Big Bang dijelaskan terjadi pada 13,8 miliar tahun lalu oleh

para saintis sebagai peristiwa fisika alamiah belaka, khususnya fisika

partikel, yang sebagai peristiwa dunia quantum, dunia yang tidak punya

asal-usul, dunia yang ada dan sekaligus tidak ada.54

Dalam mekanika quantum, dimungkinkan sesuatu itu ada dari

ketiadaan, misalnya partikel-partikel virtual yang secara tidak langsung

teramati (meskipun dalam waktu yang sangat pendek) muncul dari

ketiadaan dan lenyap pula ke ketiadaan. Para saintis juga telah

menemukan sejumlah bukti tambahan yang mengkonfirmasi Big Bang

52

Milton K. Munitz, Cosmic Understanding: Phylosopy And Science Of The Universe,

1990, h.132. 53

Niels Bohr, Atomic Phisics And Human Knoledge (New York: Jhon Wiley, 1958).

Dikutip dalam Eric Middleton, The New Platlanders: Aseeker’s Guide to the Theory of everything

(West Conshohocken, PA:Templeton Foundation Press, 2007), h.19. 54

P. W. Milonni, The Quantum Vacuum: An Introduction to Quantum Electrodynamics

(Boston: Academic Press, 1994), h. 278.

Page 55: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

43

sebagai fakta ilmiah: terdeteksinya riak gelombang gravitasional dari Big

Bang, yang membuktikan kebenaran teori inflasi bahwa jagat raya

mengembang dengan sangat cepat dalam serpihan pertama nano-detik

setelah dilahirkan.

Alam semesta mempunyai suatu daya luar biasa yang tampak,

terutama munculnya dan evolusi kehidupan. Melalui pengandaian

Newton bahwa alam semesta terdiri dari tiga unsur; materi, ruang dan

waktu. Materi yang tersusun atas atom-atom yang terikat untuk selama-

lamanya. Sedangkan ruang dan waktu adalah absolut, artinya akan selalu

ada juga andaikan materi di alam raya ini musnah. Kemunculan dan

evolusi kehidupan melalui teori Big Bang telah mampu menggantikan

konsep-konsep ruang dan waktu sebagai sebuah pengandaian yang sudah

mapan. Melalui teori ini telah berlangsung perubahan dari sistem

matahari kita menuju pemahaman baru sistem planet bumi, asal-usul

kehidupan, evolusi biologis dan juga pada manusia. Dengan demikian

terjadilah sebuah pergeseran dari pandangan manusia yang sama sekali

pasif dan hanya sekedar menjadi penonton dalaam perputaran galaksi dan

bintang-bintang yang begitu besar dan mencakup waktu yang begitu

panjang, menjadi manusia yang tampak keagungannya karena

berpartisipasi secara aktif dalam pencaturan terjadinya alam raya ini.55

Seperti yang tercatat pada tulisan Louis Leahy, Tempat Manusia Dalam

Kosmos, Tipler F.J puluhan fisik dan ukuran dari Big Bang, catatan

55

Greg Soetomo, Sains dan Problem Ketuhanan (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 25.

Page 56: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

44

tersebut membawanya pada sebuah keyakinan bahwa semua yang terjadi

sekarang jauh-jauh sudah diatur sebelumnya, sampai kedalam detail-

detail yang terkecil, yang menjadi syarat lahirnya suatu kosmos yang di

dalamnya sistem matahari dapat bekerja.

Hal ini membawa pada jenis-jenis mineral, lingkungan dan

atmosfir yang sangat diperlukan bagi kehidupan ini. Kehidupan yang

lahir setelah proses bermiliar-miliar tahun lamanya yang melibatkan

seluruh alam semesta, akhirnya mengalami puncak evolusinya pada

munculnya manusia. Sehingga dapat tersimpulkan bahwa kosmos ini ada

dan diarahkan untuk memungkinkan muncul dan hidupnya manusia.56

Big Bang adalah hasil dari suatu fluktuasi yang paling awal seperti

yang diduga oleh para ilmuan, bahwa alam semesta merupakan

keseluruhan dan totalitas tunggal. Kemudian terciptanya teori relativitas

umum Einstein yang mengemukakan adanya keterkaitan dan integrase

antara gravitasi, ruang dan waktu. Teori yang menjadi antitesa teori

mekanika kuantum Newton tersebut menjadi mutakhir pada abad ke-20

sebelum muncul teori M-nya Stephen Hawking. Dentuman besar yang

berperinsip pada proses pengembangan alam semesta diperkuat dengan

penelitian dari Edwin Hubble pada tahun 1920. Melalui cahaya-cahaya

yang datang dari galaksi-galaksi jauh, Hubble melihat bahwa semua

galaksi yang dapat diobservasikan ternyata berada dalam posisi yang

56

Greg Soetomo, Sains dan Problem Ketuhanan (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 55.

Page 57: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

45

saling menjauh satu sama lain. Dapat disimpulkan bahwa waktu dulu ,

satu galaksi dengan lainnya sebenarnya bersatu.57

3. Teori Stephen Hawking

a. Gagasan Stephen Hawking Tentang Big Bang

Pada Ledakan Besar alam semesta dianggap berukuran nol,

dan luar biasa panas. Tetapi selagi alam semesta mengembang suhu

radiasinya berkembang. Satu detik sesudah Ledakan Besar, suhu

alam semesta turun menjadi 10 miliar derajat. Pada waktu itu alam

semesta berisi sebagian besar foton, elektron, dan neutron berikut

antizarahnya, juga beberapa proton dan neutron, kemudian energi

diubah menjadi partikel dalam unsur yang akan menjadi bahan dasar

pembentukan bintang, planet dan galaksi.58

Sekitar seratus detik sesudah Ledakan Besar, suhu alam

semesta sekiranya turun sampai satu miliar derajat, suhu di dalam

bintang-bintang terpanas. Pada suhu setinggi itu, proton dan neutron

tak lagi bakal punya cukup energi untuk lepas dari tarikan gaya

nuklir gerak, dan mulai bergabung membentuk inti atom deutrerium

(hidrogen berat) yang mengandung satu proton dan satu neutron. Inti

deuterium kemudian bergabung dengan makin banyak proton dan

neutron untuk membentuk inti helium, yang mengandung dua proton

dan dua neutron, juga sejumlah kecil unsur-unsur lebih berat, litium

dan berillium. Bisa dihitung bahwa dalam model Ledakan Besar,

57

Greg Soetomo, Sains dan Problem Ketuhanan (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 53. 58

Stehen Hawking, A Brief History of time. Terj. Zia Anshor (Jakarta: PT. Gramedia,

2013), h. 115.

Page 58: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

46

sekitar seperempat proton dan neutron menjadi inti helium, bersama

sejumlah kecil hidrogen berat dan unsur-unsur lain. Sisa neutron

meluruh menjadi proton, yang merupakan inti atom hidrogen biasa.59

Pengukuran kelimpahan helium dan CMBR menyediakan

bukti yang meyakinkan dan mendukung gambaran awal alam semeta

menurut teori Ledakan Besar atau Big Bang, tapi waktu gambar

Ledakan Besar bisa dianggap penjabaran yang shahih atas awal alam

semesta; teori Eintstein menganggap Ledakan Besar yang memberi

gambaran sejati asal-usul alam semesta adalah hal yang keliru.

Alasannya, relativitas umum memprediksi ada suatu saat ketika

suhu, kerapatan, dan kelengkungan alam semesta semuanya bernilai

tak terhingga, situasi yang oleh ahli matematika disebut singularitas.

Bagi ahli fisika hal itu berarti bahwa teori Eintstein buyar pada titik

itu, dan karena itu tidak bisa digunakan untuk memprediksi

bagaimana alam semeta berawal, sebaliknya hanya bisa dipakai

untuk memprediksi bagaimana alam semesta berkembang

sesudahnya, jadi waktu kita bisa menggunakan persamaan-

persamaan relativitas umum dan pengamanan kita atas alam semesta

untuk mempelajari alam semesta pada umur yang sangat muda,

gambaran Ledakan Besar tak boleh dipegang terus sampai akhir.60

59

Stehen Hawking, A Brief History of time. Terj. Zia Anshor (Jakarta: PT. Gramedia,

2013), h. 116. 60

Stehen Hawking, Leonard Mlodinow. The Grand Design, Terj. Zia Anshor (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka, 2010), h. 138.

Page 59: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

47

Sebenarnya Big Bang (Ledakan Besar) tidak sesederhana itu.

Jagat raya mengembang dengan sangat teratur dengan sekelompok

konstanta dan hukum matematis yang mengatur perkembangan

berikutnya, menjadi jagat raya yang kita lihat sekarang. Di dalamnya

sudah rangkaian hukum-hukum kuatum yang sangat kompleks, yang

mengatur berbagai kemungkinan intraksi partikel-partikel

alemender, dan jagat raya dibentuk oleh hukum-hukum tersebut.

Terdapat kemungkinan untuk mencapai “teori segala sesuatu”

(theory of everything), yang merupakan hukum-hukum umum yang

mencakup seluruh proses fisis. Namun seandainya memang

mungkin, maka hukum itu akan mencakup ratusan hukum

turunannya, mengatur gerakan zarah elementer yang mungkin ada

diberbagai tahapan dalam perkembangan kosmos.

Hukum-hukum itu meliputi seluruh kemungkinan dalam

seluruh partikularitasnya yang sangat kompleks. Dan hukum itu

benar-benar ada pada titik awal waktu semesta, maka seseorang akan

mendapat hipotesis yang sama rumitnya bahwa hukum-hukum itu

mengada dalam waktu, namun seluruhnya terpadu secara

menakjubkan untuk menghasilkan jagat raya yang koheren.61

61

Hukum-hukum itu merupakan ide dasar pembentukan sistem yang saling mengandalkan,

jika hokum-hukum itu dilepaskan hubungannya yang satu dengan yang lain, tidak akan

mempunyai makna (Riswanto, Sistem-sistem Metafisika Barat dan Aristoteles Sampai Derrida,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h. 149.

Page 60: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

48

b. Teori Segalanya

Dalam model Ledakan Besar alam semesta, teori relativitas

umum memberikan gambaran meyakinkan tentang evolusi alam

semesta dari beberapa saat setelah t=0 hingga hari ini. Namun,

Hawking bisa menunjukkan bahwa pada titik mula itu relativitas

umum menjadi runtuh. Ini merupakan teori klasik ruang dan waktu

tidak dapat digambarkan lagi dengan Eintstein ketika materi runtuh

dengan kerapatan tak terhingga. Bagaimana mungkin fisika dapat

meramalkan alam semesta jika semua hukum fisika runtuh pada saat

dentuman besar? Teori kuantum harus diterapkan.62

Berpijak pada persoalan ini, Hawking dan rekannya Jim Hartle

dari Universitas California menggunakan model tanpa ujung untuk

membangun suatu gagasan baru dalam kosmologi kuantum. Berbeda

dengan pendekatan terdahulu, Hawking dan Hartle menggunakan

variable waktu imajiner63

untuk mempelajari singularitas Ledakan

Besar.

Pada saat lahir, seluruh alam semeta dalam keadaan kuantum.

Jadi Hawking dan Hartle memperlakukan alam semeta sebagai suatu

sistem kuantum tunggal untuk menentukan fungsi gelombangnya.

Mereka menerapkan prinsip mekanika kuantum standar pada seluruh

62

J.P McEvoy dan Oscar Zarate, Mengenal Hawking For Beginners. Terj. Ahmad Baiquni

(Bandung: Mizan, Cet 2, 1999), h. 152. 63

Waktu dibagi menjadi dua komponen terpisah: waktu imajiner dan waktu real. Berbeda

dengan waktu real, waktu imajiner tidak hilang ketika dentuman besar terjadi. (J.P McEvoy dan

Oscar Zarate, Mengenal Hawking For Beginners. Terj. Ahmad Baiquni (Bandung: Mizan, Cet 2,

1999), h. 157.)

Page 61: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

49

alam semeta sebelum Ledakan Besar terjadi. Pencarian ini disebut

gravitasi kuantum atau TOE, theory of everything.64

Sehingga

muncul gagasan teori-M sebagai calon teori segalanya, yang digagas

dengan Leonard Mlodinow, dalam bukunya “the grand disign”.

c. Gagasan Hawking Tentang Teori-M

Tampaknya tak seorangpun yang tahu apa arti “M”, tapi boleh

saja orang-orang mengartikan “master” (majikan), “miracle”

(mukjizat), atau “mystery” (misteri). Mungkin ketiganya seklaigus.

Orang-orang masih mencoba menguraikan apa hakikat dari teori-M,

tapi boleh jadi itu juga mustahil. Bisa saja harapan tradisional ahli

fisika akan suatu teori tunggal bagi alam tak dapat terwujud, dan

tidak ada rumusan tunggal. Boleh jadi untuk menjabarkan alam

semesta kita harus menggunakan teori yang berbeda-beda dalam

berbagai situasi. Setiap teori mungkin punya realitas teori sendiri,

yang bisa diterima sepanjang prediksi teori-teorinya seraga 63x m

bila tumpang tindih, yaitu keteika beberapa teori bisa diterapkan

sekaligus.65

Oleh karena itu, hukum-hukum teori-M memperkenankan

adanya berbagai alam semesta dengan berbagai hukum yang bisa

diketahui, tergantung bagaimana kelengkungan ruang internal.

Teori-M punya solusi yang memungkinkan berbagai ruang internal,

64

J.P McEvoy dan Oscar Zarate, Mengenal Hawking For Beginners. Terj. Ahmad Baiquni

(Bandung: Mizan, Cet 2, 1999), h. 154. 65

Stehen Hawking, Leonard Mlodinow. The Grand Design, Terj. Zia Anshor (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka, 2010), h. 126.

Page 62: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

50

barangkali sampai 10100

alam semesta yang berbeda, masing-masing

dengan hukumnya sendiri.66

Baik teori-M sebagai rumusan tunggal maupun sekedar

jejaring, kita sudah tahu beberapa sifatnya. Pertama, teori-M punya

sebelas dimensi ruang-waktu, bukan sepuluh. Para pemikir teori

dawai sudah lama menduga bahwa prediksi sepuluh dimensi harus

disesuaikan, dan penelitian terkini menunjukkan bahwa satu dimensi

selama ini memang terlewatkan. Selain itu, teori-M tak hanya bisa

berisi dawai bergetar tapi juga zarah titik, lembar dua dimensi,

gumpalan tiga dimensi, dan benda-benda lain yang lebih sukar

dibayangkan dan menempati makin banyak dimensi ruang, sampai

sembilan, benda-benda itu disebut p-brane (dengan p berkisar antara

nol sampai sembilan).67

Bagaimana dengan dimensi yang tergulung? Ingat bahwa

dalam teori-M bentuk persis dimensi-dimensi lain yang tergulung,

ruang internal, menentukan nilai besaran fisik seperti muatan

elektron dan hakikat intraksi antar zarah dasar, yaitu gaya-gaya alam,

lebih singkat jika teori-M hanya memperkenankan satu atau sedikit

bentuk untuk dimensi-dimensi tergulung, yang bisa disisihkan satu

persatu sehinggal tinggal sisa satu kemudian hukum alam yang

66

Untuk mendapat gambaran akan banyaknya, pikirkan seperti ini: jika ada makhluk yang

menganalisis hukum-hukum yang diprediksi bagi tiap alam semesta dalam satu mili detik saja dan

mulai bekerja saat Ledakan Besar, maka sekarang makhluk itu baru menyelesaikan 1020

dan itu

tanpa istirahat. (Stehen Hawking, Leonard Mlodinow. The Grand Design, Terj. Zia Anshor

(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2010), h. 128). 67

Stehen Hawking, Leonard Mlodinow. The Grand Design, Terj. Zia Anshor (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka, 2010), h. 127.

Page 63: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

51

diketahi. Justru ada amplitude probabilitas untuk mungkin hingga

10500

ruang internal yang berbeda, masing-masing menghasilkan

hukum-hukum dan nilai-nilai konstanta fisik yang berbeda.68

Di alam semesta awal, waktu alam semesta cukup kecil untuk

bisa diatur relativitas umum dan teori kuantum sekaligus secara

efektik ada empat dimensi ruang dan belum ada dimensi waktu.

Artinya kita bisa mengenal awal alam semeta, kita menghindari

perkara sulit bahwa ketika kita menerawang balik menuju awal alam

semesta, waktu sebagaimana kita ketahui belum ada harus kita

terima bahwa gagasan biasa kita mengenai ruang dan waktu tidak

berlaku bagi alam semeta awal. Keadaan ketika itu berada di luar

pengalaman kita, tapi tidak di luar imajinasi atau matematika kita.

Jika pada awal keempaat dimensi berperilaku seperti ruang, maka

apa yang terjadi pada awal waktu?69

Hukum-hukum alam memberi tahu kita bagaimana alam

semesta berprilaku, tapi tak menjawab pertanyaan-pertanyaan:

mengapa ada sesuatu, bukan ketiadaan? Mengapa kita ada? Mengapa

ada set hukum alam tertentu, bukan yang lain?

Beberapa orang akan megkalim bahwa jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan itu adalah keberadaan tuhan yang memilih

menciptakan alam semesta dengan demikian. Menanyakan siapa atau

68

Stehen Hawking, Leonard Mlodinow. The Grand Design, Terj. Zia Anshor (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka, 2010), h. 152. 69

Stehen Hawking, Leonard Mlodinow. The Grand Design, Terj. Zia Anshor (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka, 2010), h. 144.

Page 64: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

52

apa yang menciptakan alam semesta itu masuk akal, tapi jika

jawabannya adalah Tuhan, maka pertanyaan sekedar bergeser siapa

yang menciptakan Tuhan. Dalam pandangan demikian diakui bahwa

ada sesuatu yang tak perlu ada pencipta, dan sesuatu itu disebut

Tuhan. Argument demikian dikenal demngan argument sebab

pertama (first cause) yang mendukung keberadaan Tuhan. Tapi

Hawking menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan itu semua bisa

dijawab dalam ranah sains saja, tanpa membawa sosok Ilahi.70

B. Teori Evolusi

Pierre-Simon Laplace yang menjadi tokoh tolak ukur dalam sebuah

program alam semesta yang mekanistik dan deterministik. Melalui

analisisnya mengenai seleksi atom, Charles Darwin membuka gerbanng

sains menuju pada alam yang teratur dan telah teratur. Pasca Laplace,

Charle Darwin seorang biologi kenamaan, melanjutkan apa yang

ditinggalkan oleh Laplace, Darwin melalui teori seleksi alamnya

membawa perkembangan sains pada proses evolsi dan dia merupakan

symbol dari teori tersebut.

Paradigma yang dibawa oleh Darwin dalam evolusi biologi modern

adalah sebuah alam yang selalu dalam keadaan perang satu organisme

dengan organisme yang lainnya. Dengan prinsip pada hakikatnya alam

adalah kejam, penuh, dengan adu kekuatan. Optimisme Darwin

70

Stehen Hawking, Leonard Mlodinow. The Grand Design, Terj. Zia Anshor (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka, 2010), h. 182.

Page 65: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

53

memandang bahwa konflik akan terus berkelanjutan, tak terbatas, hinggal

tak terkendali walaupun sumber daya mencukupi dengan pertumbuhan

populasi makhluk hidup yang tidak terkontrol.71

Darwin mengatakan bahwa selain binatang dan tumbuhan senantiasa

dalam keadaan berperang satu dengan lainnya, binatang dan tumbuhan

juga harus bersusah payah berjuang dengan sengit gangguan alam dan

unsur-unsur lingkungan. Makhluk hidup selalu dalam keadaan terancam

keberadaannya. Darwin memberikan ilustrasi dan contoh-contoh yang

ingin membuktikan bagaimana terjadi antagonisme antara makhuk hidup

dengan yang lingkungannya: tumbuhan di padang pasing yang berjuang

hidup mati melawan kekeringan, burung-burung yang bersusah-payah

melawan gravitasi bumi, binatang-binatang yang hidup jauh di dalam

lautan mesti berupaya sekuat tenaga menghadapi tekanan air dalam lautan.

Bagi Darwin, alam ini jauh dari keadaan harmonis.72

Sehubungan denga asal-usul dari kehidupan dan makhluk hidup,

biologi modern yang menjadi neo-Darwinisme, kembali mengikuti jalan-

jalan yang sudah dibuat Darwin. Darwin dengan teori seleksi alamiahnya

merancang sebuah pendirian alam perubahan evolusioner yang konsisten

dengan fisika mekanistik dari Newton. Kemudian teori Darwin ini

dikembangkan menjadi sebuah teori evolusi sintesis modern secara

dinamis, pada tahun 1930 hingga 1940 an, oleh Julian Huxley, George

Simpson, Ernest Mayr dan Theodosius Dobzhansky. Mereka inilah yang

71

Greg Soetomo, Sains dan Problem Ketuhanan (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 79. 72

Augros and Stanciu, The New Biologi: Discovering The Wisdom In Nature (Boston dan

London: New Science Library, 1987), h. 20.

Page 66: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

54

sering memformulasikan aliran baru dari Darwinisme atau yang lebih

popular dengan neo-Darwinisme.73

1. Teori Evolusi Awal

Dengan ditemukannya teori relativitas dan fisika kuantum yang

menghantam teori fisika newton yang ternyata banyak kelemahan-

kelemahan. Begitu pula dengan teori evolusi raksasanya Darwin, teori

seleksi alamiah, yang telah mengandung banyak perdebatan sejak awal

kemunculannya dengan unsur-unsur mekanistis yang ada di dalamnya,

yaitu yang tampak pada seleksi alamiah dan perkembangan tahap demi

tahap secara aturan dan berlangsung terus menerus.74

Darwin mengambil perkembangan binatang sebagai model untuk

menerangkan teori evolusinya. Pengambilan model tersebut

mengandung cacat yang serius, yaitu karena belum pernah terbukti

bahwa eksperimen dalam perkembangbiakan binatang mampu

memberikan binatang dengan spesies yang baru. Model semacam ini

ternyata tidak ditemukan dalam binatang melainkan hanya dalam

tumbuhan. Dengan menggunakan tumbuhan sebagai silogisme dari

Darwin namun dengan premis dan kesimpulan yang sama sekali

berkebalikan. Eksperimen terakhir ini justru membuktikan bahwa alam

bekerja dengan cara yang efisien dan hemat, hubungan spesies yang

satu dengan yang lainnya tidak diwarnai dengan kompetisi. Melalui

perlawanan dengan gradualisme dari Darwin maka cara yang paling

73

Greg Soetomo, Sains dan Problem Ketuhanan (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 80. 74

Greg Soetomo, Sains dan Problem Ketuhanan (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 92.

Page 67: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

55

efisien untuk menghasilkan spesies baru yang tidak akan bersaing

dengan pendahulunya adalah dengan lompatan yang tiba-tiba, jadi

alam dapat diharapkan mampu memberikan spesies baru lewat sebuah

loncatan revolusioner.75

2. Perkembangan lanjutan teori evolusi neo-Darwinisme

Pandangan Darwin, sejak tahun 1940-an, diperbaharui, dan

kemudian dikenal dengan sintesis neo-Darwinisme, yang sebenarnya

masih dianut hingga sekarang. Ajaran-ajaran yang diperbaharui ini

mempunyai kekhasan bila dibandingkan dengan teori-teori lainnya

karena mempertahankan mekanisme evolusi. Mekanisme itu terlihat

dalam proses mutase genetis yang secara random mengarah pada

perubahan yang gradual, yaitu proses yang tanpa mengikut sertakan

factor kesadaran, hanya melalui kebetulan saja. Mekanisme yang

digambarkan itu berlangsung lewat seleksi alam dalam seluruh

rangkaian spesies yang ada di bumi.76

3. Evolusi Spesies

Jumlah total spesies di dunia akan selalu sama, meskipun tiap

spesies bisa berevolusi. Bila terjadi kepunahan, maka pertanyaan yang

muncul “Dari mana datangnya spesies pengganti?”. Lamarck

menyadari masalah itu dan memecahkan dengan rumusan munculnya

spesies baru melalui kemunculan spontan (spontaneous generation).

Yang muncul secara spontan adalah organisme-organisme sederhana

75

Augros and Stanciu, The New Biology: Discovering The Wisdom in Nature (Boston dan

London: New Science Library, 1987), h. 191. 76

Greg Soetomo, Sains dan Problem Ketuhanan (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 107.

Page 68: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

56

lalu berevolusi menjadi tumbuhan dan hewan tinggkat tinggi. Spesies

baru terus-menerus terjadi, dan kita harus mengetahui bagaimana

mekanismenya sehingga menghasilkan spesies baru tersebut.77

Untuk memecahkan masalah spesies perlu memakai metodologi

yang berbeda, perbandingan antar populasi dalam suatu spesies, yaitu

studi geografis. Cara tersebut dipakai oleh para ahli taksonomi

evolusioner. Perlu waktu yang sangat lama sampai akhirnya para

peneliti terkemuka spesialis burung, mamalia, kupu-kupu, dan

beberapa kelompok lainnya mencapai kesepakatan bahwa pendekatan

geografis adalah cara untuk memecahkan spesiasi. Mereka

menggunakan teori spesiasi geografis atau allopatrik, yang

menyatakan bahwa spesies baru bisa berevolusi bila suatu populasi

yang terisolasi memperoleh mekanisme isolasi reproduktif ketika

terpisah dari populasi induknya.78

Namun hanya ditemukannya spesiasi allopatrik pada mamalia

dan burung tak menutup kemungkinan adanya spesiasi simpatrik di

kelompok organisme lain. Terus-menerus itu ditegaskan oleh para ahli

entemologi yang meneliti serangga spesialis pemakan tumbuhan

tertentu, yang mengajukan bukti bagi skenario berikut. Beberapa

individu satu spesies serangga yang tersesuaikan untuk hidup di

spesies tumbuhan A bisa mendatangi spesies tumbuhan B. bila

77

Ernest Mayr, Evolusi: Dari Teori ke Fakta (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,

2019), h. 211. 78

Ernest Mayr, Evolusi: Dari Teori ke Fakta (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,

2019), h. 212.

Page 69: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

57

perkawinan hanya bisa terjadi di spesies tumbuhan tempat hidup

individu, maka para pendatang di B hanya kawin dengan sesama

individu di B dan mungkin akan mendapat mekanisme isolasi secara

gradual. Spesiasi demikian biasanya digagalkan oleh kolonisasi terus-

menerus atas tumbuhan B oleh serangga dari tumbuhan A, dan

kolonisasi balik dari tumbuhan B ke tumbuhan A.79

Selain itu, di ikan air tawar ada banyak kasus persilangan

beberapa spesies yang berkerabat amat dekat disuatu perairan yang

terisolasi, seperti di beberapa danau kecil di Camerun terdapat

beberapa spesies ikan siklid (famili Cichlidae) yang lebih mirip satu

sama lain dari pada spesies siklid leluhurnya di sungai yang keluar dari

danau tersebut.80

Melalui berbagai proses di kromosom, bisa muncul individu yang

langsung terisolasi secara reproduktif dari spesies induknya. Seperti

sering terjadi di tumbuhan, hidrid spesies A dan B mengalami

penggandaan kromosom, sehingga meiosis dan pembentukan gamet

kembali terjadi (AABB). Individu poliploid baru itu menjadi spesies

baru, dengan hidridisasi lebih lanjut dan penggandaan kromosom, bisa

dihasilkan sekumpulan poliploid. Yang terjadi pada beberapa hewan

79

Ernest Mayr, Evolusi: Dari Teori ke Fakta (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,

2019), h. 214. 80

Ernest Mayr, Evolusi: Dari Teori ke Fakta (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,

2019), h. 219.

Page 70: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

58

adalah bahwa suatu hidrid mandul berasih ke parthenogenesis dan

areproduksi aseksual. Ini ditemukan di ikan, amfibi, dan reptil.81

4. Evolusi Manusia

Manusia adalah puncak penciptaan dan berbeda dari dari segala

hewan dalam berbagai hal, terutama karena memiliki jiwa rasional.

Oleh sebab itu, bergoncang dahsyatnya zaman ratu Victoria ketika

Darwin, berdasarkan teori kesamaan leluhurnya, memasukan manusia

dalam dunia hewan sebagai keturunan leluhur primate. Walau awalnya

Darwin sendiri agak hati-hati dalam menyatakannya, beberapa

pengikutnya juga begitu bersemangat dalam menyatakan bahwa

leluhur manusia adalah kera, seperti Huxley (1863) dan Haeckel

(1866). Akhirnya Darwin sendiri memberikan penjelasan lengkap atas

pandangannya itu dalam Descent of Man (1871).82

Kemiripan yang begitu tampak pada manusia dan kera tak liput

dari perhatian para ahli hayat terdahulu. Linneuse bahkan memasukkan

simpanse dalam geneus Homo. Namun kemiripan itu diabaikan, bukan

hanya oleh para ahli teologi dan filsafat, melainkan juga oleh semua

orang. Namun teori baru kesamaan leluhur oleh Darwin, yang

menyatakan bahwa segala makhluk hidup adalah keturunan leluhur

81

Ernest Mayr, Evolusi: Dari Teori ke Fakta (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,

2019), h. 220. 82

Ernest Mayr, Evolusi: Dari Teori ke Fakta (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,

2019), h. 281.

Page 71: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

59

bersama, membuat pengakuan bahwa asal-usul manusia dari primata

tak bisa dihindari.83

Primata adalah ordo mamalia yang berisi prosimian (lemur dan

kukang), tarsius, monyet Dunia Baru, monyet Dunia Lama, dan kera.

Mereka tidak berkerabat dengan mamalia yang lainnya, ordo-ordo

yang berkerabat dengan mereka aadalah kubung/lemur terbang

(Galeopithecus)84

dan tupai. Fosil primate tertua berasal dari zaman

kapur akhir.85

Monyet Dunia Lama merupakan kelompok kera86

33-24 juta

tahun lalu. Fosil monyet sudah punya beberapa ciri antropoid atau

mirip kera. Proconsul (23-15 juta tahun) lalu dari Afrika timur jelas

adalah kera, tapi sayangnya belum ditemukan fosil antropoid Afrika

dari jangka waktu 15-12 juta tahun lalu.

Bukti yang mendukung bahwa manusia berawal dari primata

dibagi tiga yaitu:

a. Bukti Anatomis, semua struktur anatomi manusia , sampai ke

rinciannya sama dengan anatomi kera Afrika, khususnya simpanse.

83

Ernest Mayr, Evolusi: Dari Teori ke Fakta (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,

2019), h. 282. 84

Galeopithecus adalah nama lama; kini nama genus lumur yang umum dipakai adalah

cynocephalus. Kubung membentuk ordo tersendiri yaitu Dermoptera. 85

Ernest Mayr, Evolusi: Dari Teori ke Fakta (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,

2019), h. 283. 86

Perlu ditegaskan perbedaan monyet dan kera. Monyet memiliki ekor dan berjalan

kuadruprdal. Kera tidak memiliki ekor, dan jalan bipedal atau kuadrupedal.

Page 72: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

60

b. Bukti Fosil, ketika Darwin menerbitkan temuan-temuannya (1859),

belum ditemukan fosil apapun yang mendukung transisi gradual

dari leluhur mirip simpanse menuju manusia modern.

c. Evolusi Molekuler, makromolekul berevolusi sebagaimana ciri-ciri

struktural yang tampak. Perbandingan makromolekul manusia dan

kera barangkali bisa memberi penjelasan untuk evolusi manusia,

perbandingan tersebut menunjukan bahwa molekul manusia jauh

lebih mirip dengan molekul simpanse daripada organisme lain.87

Bukti-bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa kekerabatan

sangat dekat antara manusia dan simpanse dan kera-kera lain

sekarang terbukti secara meyakinkan.

87

Ernest Mayr, Evolusi: Dari Teori ke Fakta (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,

2019), h. 284-285.

Page 73: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

61

BAB IV

ANALISA PERBANDINGAN

A. Konsep Penciptaan Alam Semesta

Sabda Sang Guru Sejati di dalam Sasangka Jati :

“Sesungguhnya, sebelum ada apa-apa (sebelum ada awang-awang),

yaitu sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian pula aku,

Suksma Sejati. Maka, itulah yang disebut keadaan Tuhan dan Aku, juga

keadaan alam sejati, yakni istana Tuhan dan Aku. Aku dan Tuhan bertakhta

di pusat hidup. Sebelum buana ini tercipta, Tuhan mempunya karsa

menurunkan Roh Suci ialah sinar cahaya Tuhan, tetapi karsa itu terhenti,

sebab belum ada wadah dan tempatnya, maka kemudian Tuhan menciptakan

buana”

Sebelum buana (dunia) diciptakan, terleih dahulu Tuhan meciptakan

empat anasir yang terjadi atas kekuasaan Tuhan, yaitu suasana, api, dan air,

ketiganya saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga terjadilah anasir

keempat yaitu tanah. Semua itu terjadi atas karsa Tuhan. Setelah empat anasir

tercipta, Tuhan mempunya karsa untuk meneruskan penciptaan dunia besar,

perlu untuk wadah dan tempat turunnya Roh Suci.88

Konsep penciptaan alam semesta menurut Pangestu yaitu, sebelum

buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta dan mempunyai karsa menurunkan

Roh Suci ialah sinar cahaya Tuhan, tetapi karsa itu terhenti, sebab sebelum

ada wadah dan tempatnya, maka kemudian Tuhan menciptakan buana. Yang

88

Ceramah pencerahan dengan Ibu Titis (Warga dan Pengurus Pangestu) 21 Agustus 2019

Page 74: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

62

mula-mula diciptakan yaitu empat macam anasir yang disebut suasana, api,

air, dan tanah. Terciptanya empat macam anasir tersebut, sekalipun atas

kekuasaan Tuhan, juga berasal dari tuhan, maka dapat diumpamakan pelita

dan asapnya. Seumpama Tuhan pelitanya, anasir yang menjadi asapnya.

Adapun yang mula diciptakan adalah suasana, kemudian diciptakan lagi api.

Api tersebut dibagi menjadi dua golongan, yang sebagian ada diatas yang

sebagian lagi ada di bawah. Kedua golongan api itu saling memengaruhi dan

diliputi atau diterambas suasana. Antara api di bawah dan api di atas tersebut,

para manusia tidak dapat mengukur seberapa jauhnya, apabila tidak mendapat

anugrah kekuasaan Tuhan. Setelah suasana dan api tercipta atas kekuasaan

Tuhan, Tuhan kemudian menciptakan anasir air, yang menumpang di atas

anasir api yang berada di bawah, sedangkan air itu juga diliputi dan

diterambas oleh suasana. Setelah air tercipta, tiga macam anasir tersebut lalu

saling mempengaruhi, hingga akhirnya menyebabkan terciptanya anasir yang

keempat, yaitu bumi (tanah). Sekalipun terciptanya tanah itu dari daya

pencampuran jasad tiga macam anasir tersebut, terciptanya itu juga atas

kekuasaan Tuhan.89

Tuhan lah yang mempunyai karsa yakni kekuasaan, jadi

itu semua tidak akan terjadi meskipun ketiga anasir tersebut sudah bercampur

dan berbolak-balik.90

Sedangkan menurut sains alam semesta mempunyai suatu daya luar

biasa yang tampak, terutama munculnya dan evolusi kehidupan. Melalui

89

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 41. 90

Wawancara dengan bapak Mahendra (pengurus dan warga Pangestu), pada tanggal 30

Agustus 2019

Page 75: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

63

pengandaian Newton bahwa alam semesta terdiri dari tiga unsur; materi,

ruang dan waktu. Materi yang tersusun atas atom-atom yang terikat untuk

selama-lamanya. Sedangkan ruang dan waktu adalah absolut, artinya akan

selalu ada juga andaikan materi di alam raya ini musnah. Kemunculan dan

evolusi kehidupan melalui teori Big Bang telah mampu menggantikan

konsep-konsep ruang dan waktu sebagai sebuah pengandaian yang sudah

mapan. Melalui teori ini telah berlangsung perubahan dari system matahari

kita menuju pemahaman baru system planet bumi, asal-usul kehidupan,

evolusi biologis dan juga pada manusia. Dengan demikian terjadilah sebuah

pergeseran dari pandangan manusia yang sama sekali pasif dan hanya sekedar

menjadi penonton dalam perputaran galaksi dan bintang-bintang yang begitu

besar dan mencakup waktu yang begitu panjang, menjadi manusia yang

tampak keagungannya karena berpartisipasi secara aktif dalam pencaturan

terjadinya alam raya ini.91

Seperti yang tercatat pada tulisan Louis Leahy,

Tempat Manusia Dalam Kosmos, Tipler F.J puluhan fisik dan ukuran dari Big

Bang, catatan tersebut membawanya pada sebuah keyakinan bahwa semua

yang terjadi sekarang jauh-jauh sudah diatur sebelumnya, sampai kedalam

detail-detail yang terkecil, yang menjadi syarat lahirnya suatu kosmos yang di

dalamnya sistem matahari dapat bekerja.

Saintis lain yaitu Stephen Hawking di dalam gagasannya tentang teori

Big Bang yaitu, pada Ledakan Besar alam semesta dianggap berukuran nol,

dan luar biasa panas. Tetapi selagi alam semesta mengembang suhu

91

Greg Soetomo, Sains dan Problem Ketuhanan (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 25.

Page 76: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

64

radiasinya berkembang. Satu detik sesudah Ledakan Besar, suhu alam

semesta turun menjadi sepuluh miliar derajat. Pada waktu itu alam semesta

berisi sebagian besar foton, elektron, dan neutron berikut antizarahnya, juga

beberapa proton dan neutron, kemudian energi diubah menjadi partikel dalam

unsur yang akan menjadi bahan dasar pembentukan bintang, planet dan

galaksi.92

Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada sekretaris

Pangestu pusat bahwa perbedaan itu biasa, namun konsep penciptaan di

dalam Pangestu tidak akan berubah sampai kapanpun, sedangkan sains pasti

berubah. Apalagi ada banyak ilmuan dengan teori-teori penciptaan yang lebih

relevan kedepannya.93

Namun salah seorang warga Pangestu juga

mengatakan konsep penciptaan alam semesta menurut Pangestu dan sains

akan saling terkoneksi yakni tidak akan ada perbedaan, contohnya saja teori

Big Bang tidak jauh berbeda dengan konsep penciptaan alam menurut

Pangestu, yakni sama-sama dengan didasari ledakan.94

B. Penciptaan Manusia

Menurut pangestu terciptanya manusia yaitu dari sinar cahaya yang

bertunggalnya tripurusa: Suksma Kawekas (Tuhan Sejati), Suksma Sejati

92

Stehen Hawking, A Brief History of time. Terj. Zia Anshor (Jakarta: PT. Gramedia, 2013),

h. 115. 93

Wawancara dengan pak Eko (pengurus dan warga Pangestu), pada tanggal 30 Agustus

2019 94

Wawancara dengan Ibu Ririen (pengurus dan warga Pangestu), pada tanggal 30 Agustus

2019

Page 77: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

65

(Guru Sejati-Utusan Tuhan), Roh Suci (Manusia Sejati).95

Roh suci adalah

pancaran akan tetapi ketika diturunkan ke bumi roh suci ini dibungkus oleh

empat anasir yang kemudian menjadi manusia, setelah terciptanya manusia

empat anasir tersebut menjadi sifat yang dimiliki manusia, di dalam ajaran

Pangestu dianjurkan untuk selalu mengolah rasa dan melihat kedalam diri

sebagaimana tujuan ajaran Pangestu tersebut yakni “berusaha untuk

bertunggal kembali kepadanya”. Maka sebelum

Seseorang itu dapat menuju kebertunggalan tersebut haruslah

mensucikan dirinya terlebuh dahulu dengan melakukan Panembah, Tapa

Brata, Olah Rasa bertujuan agar manusia senantiasa dapat mengontrol hawa

nafsunya, karena apabila manusia tidak dapat mengontrol hawa nafsunya,

maka yang akan menguasai seluruh jiwanya ialah nafsunya (luamah) sendiri.

Misalnya, ketika seseorang itu memiliki sifat yang wataknya serakah dan

pemarah dan itu menjadi watak yang dominan dia kembangkan maka dia

tergolong kepada sifat Luamah dan Amarah, sehingga seseorang tersebut

menjadi buruk sifatnya. Apabila seseorang itu memiliki watak yang

penolong, suka memberi, berkasih sayang itu berarti dia tergolong ke sifat

Sufiah dan Mutmainah. Dari ke empat sifat tersebut yang menjadi kunci

adalah Amarah, karena amarah itu menjadi jalan bagi sifat-sifat yang lain

untuk bertindak dalam kebaikan maupun keburukan. Sebab tidak ada maksud

yang terwujud tanpa amarah (ambisi), maka Amarah itu menjadi baku yang

mempengaruhi daya kekuatan sifat-sifat lainnya agar dapat tercapai

95

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 42.

Page 78: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

66

maksudnya.96

Roh Suci dipandang sebagai jiwa manusia sejati. Oleh karena

itu, yang dipandang mutlak sebagai asal manusia.97

Ketiganya diberi busana

sari empat macam anasir, seperti suasana, api, air, dan tanah, yang kemudian

terbakar menjadi bahan bakal kasar dan halus (lahir, batin). Adapun alat

badan jasmani dianugrahi panca indera yaitu: penglihatan, pendengaran,

pengucapan, penciuman, dan perasaan. Dan diberi pula saudara, yang

lazimnya disebut empat macam nafsu, seperti luamah, amarah, sufiah,

mutmainah, dan tiga saudara lagi yang berkumpul menjadi satu diangan-

angan, yaitu disebut pangaribawa, prabawa, dan kamayan. Angan-angan

tercipta dari bayangan tripurusa yang menjadi akunya manusia, yaitu

kekuasaan yang diberikan guna untuk menselaraskan dengan karsa Tuhan.

Angan-angan tersebut mempunyai daya kekuatan yaitu :

1. Pangaribawa yang kasarnya berwujud pusar, yakni darah dari jantung ibu

yang diterima di pusat dapat menghidupi bayi ketika masih berada di

dalam rahim. Halusnya berada dalam angan-angan

2. Prabawa, ketika bayi akan lahir prabawa bertindak wujudnya ibu lalu

mengejan, yakni uap darah yang lazimnya disebut ejanan, dan dialah

yang mendorong lahirnya bayi. Setelah bayi lahir, halusnya prabawa

(ejanan) berada menjadi satu di angan-angan.

3. Kamayan, kasarnya berwujud jantung, sedang halusnya juga berada

menjadi satu dengan angan-angan, yang berada di pusat sanubari.

96

Ceramah pencerahan dengan Ibu Titis (Warga dan Pengurus Pangestu) 21 Agustus 2019 97

Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, (Jakarta: BPK GUNUNG MULIA, 1987), h. 71

Page 79: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

67

Apabila nafsu dan angan-angan tersebut selaras atau sempurna

kepatuhannya kepada manusia jatinya (Roh Suci) maka,

1. Luamah akan menjadi dasar kekuatan.

2. Amarah berhasrat kuat akan kebaikan.

3. Sufiah menjadi perantara akan terbabarnya karsa.

4. Mutmainah sempurna kesuciannya dan baktinya kepada tuhan serta

utusannya (Suksma Kawekas dan Suksma Sejati).98

Ketiga angan-angan tersebut menjadi cipta luhur atau akal budi yang

hening di dalam ketentraman yang tenang, diibaratkan seperti cermin yang

bersih dapat memancarkan dan menerima sinar papadang Suksma Sejati,

akhirnya dapat berjalan di jalan keutamaan yakni jalan kesejahteraan dan

dituntun ke kemuliaan abadi ialah istana Tuhan, yakni di alam sejati tempat

bertunggal nya Tripurusa.99

Sedangkan menurut sains manusia adalah puncak penciptaan dan

berbeda dari dari segala hewan dalam berbagai hal, terutama karena memiliki

jiwa rasional. Oleh sebab itu, bergoncang dahsyatnya zaman ratu Victoria

ketika Darwin, berdasarkan teori kesamaan leluhurnya, memasukkan manusia

dalam dunia hewan sebagai keturunan leluhur primate. Walau awalnya

Darwin sendiri agak hati-hati dalam menyatakannya, beberapa pengikutnya

juga begitu bersemangat dalam menyatakan bahwa leluhur manusia adalah

kera, seperti Huxley (1863) dan Haeckel (1866). Akhirnya Darwin sendiri

98

Ceramah pencerahan dengan Ibu Titis (Warga dan Pengurus Pangestu) 21 Agustus 2019 99

Wawancara dengan Ibu Ririen (pengurus dan warga Pangestu), pada tanggal 30 Agustus

2019

Page 80: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

68

memberikan penjelasan lengkap atas pandangannya itu dalam Descent of Man

(1871).100

Kemiripan yang begitu tampak pada manusia dan kera tak liput dari

perhatian para ahli hayat terdahulu. Linneuse bahkan memasukkan simpanse

dalam geneus Homo. Namun kemiripan itu diabaikan, bukan hanya oleh para

ahli teologi dan filsafat, melainkan juga oleh semua orang. Namun teori baru

kesamaan leluhur oleh Darwin, yang menyatakan bahwa segala makhluk

hidup adalah keturunan leluhur bersama, membuat pengakuan bahwa asal-

usul manusia dari primata tak bisa dihindari.101

Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada warga dan

petugas Pangestu pusat bahwa perbedaan konsep itu sering atau biasa terjadi

apalagi dengan ilmu sains yang memang benar-benar harus memakai logika,

sedangkan memahami ajaran sang guru sejati haruslah memakai hati dan

mengkesampingkan logika, pemahaman manusia biasa tidak akan sampai

untuk menjangkaunya karena itu semua atas kehendak dan kekuasaan

Tuhan.102

Manusia diciptakan secara berpasang-pasangan di pulau-pulau besar,

yakni Adam dan Hawa.103

Berbanding jauh dengan sains yang muncul dari

spesies dan Primata.

100

Ernest Mayr, Evolusi: Dari Teori ke Fakta (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,

2019), h. 281. 101

Ernest Mayr, Evolusi: Dari Teori ke Fakta (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,

2019), h. 282. 102

Wawancara dengan pak Mahendra (pengurus dan warga Pangestu), pada tanggal 30

Agustus 2019 103 Ceramah pencerahan dengan Ibu Titis (Warga dan Pengurus Pangestu) 21 Agustus 2019

Page 81: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

69

C. Penciptaan Hewan Dan Tumbuhan

Menurut pangestu Tuhan menciptakan berbagai jenis hewan yang hidup

baik yang hidup di dalam air maupun di darat, seperti hewan yang merayap,

yang dapat terbang, yang melata, dan yang merangkak, semua itu tercipta

dalam waktu yang serentak. Adapun hewan yang tercipta tersebut dari Roh

Suci yang diberi busana sarinya tiga macam anasir kasar dan halus, yaitu

suasana, api dan tanah, tidak mempunyai busana sari anasir air. Adapun untuk

hidup, hewan juga masih perlu mendapat tambahan dari sari anasir dunia

besar yang cocok dengan kebutuhannya, perlu untuk kekuatan hidupnya,

dengan mendapat sinar matahari, udara, minum air dan makan tumbuhan.

Ada juga hewan yang mengambil anasir tersebut dengan cara memangsa

sesama hewan. Hewan jenis itu sifatnya berbeda dengan dengan hewan

pemakan tumbuhan.104

Terciptanya segala tumbuhan yaitu, jiwanya bukan dari Roh Suci ,

tetapi hanya dari daya dunia besar ketika bumi ini telah terbabar. Pada saat itu

Tuhan mengutus Aku (Suksma Sejati) menyebar kekuasaan tuhan yang abadi,

yang tercipta dari halusnya dua macam anasir, yaitu air dan tanah, tetapi juga

terpengaruh oleh kasarnya anasir suasana dan anasir api, yaitu hawa dan sinar

matahari. Adapun yang menjadi busananya jiwa tumbuhan itu, juga dari sari

anasir air dan sari anasir tanah. Oleh karena dunia besar ini juga mengandung

sari empat macam anasir, maka tetumbuhan itu juga membutuhkan daya

104

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 58

Page 82: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

70

anasir air dan anasir tanah, juga hanya sebagian dari daya anasir suasana dan

anasir api (hawa dan matahari), yaitu perlu untuk kekuatan hidupnya.105

Jumlah total spesies di dunia akan selalu sama, meskipun tiap spesies

bisa berevolusi. Bila terjadi kepunahan, maka pertanyaan yang muncul “Dari

mana datangnya spesies pengganti?”. Lamarck menyadari masalah itu dan

memecahkan dengan rumusan munculnya spesies baru melalui kemunculan

spontan (spontaneous generation). Yang muncul secara spontan adalah

organisme-organisme sederhana lalu berevolusi menjadi tumbuhan dan

hewan tinggkat tinggi. Spesies baru terus-menerus terjadi, dan kita harus

mengetahui bagaimana mekanisme nya sehingga menghasilkan spesies baru

tersebut.106

Sedangkan menurut sains untuk memecahkan masalah spesies

(tumbuhan) perlu memakai metodologi, perbandingan antar populasi dalam

suatu spesies, yaitu studi geografis. Cara tersebut dipakai oleh para ahli

taksonomi evolusioner. Perlu waktu yang sangat lama sampai akhirnya para

peneliti terkemuka spesialis burung, mamalia, kupu-kupu, dan beberapa

kelompok lainnya mencapai kesepakatan bahwa pendekatan geografis adalah

cara untuk memecahkan spesiasi. Mereka menggunakan teori spesiasi

geografis atau allopatrik, yang menyatakan bahwa spesies baru bisa

105

R. Soenarto Mertowardojo, Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I (Jakarta: Paguyuban

Ngesti Tunggal, 2014), h. 60 106

Ernest Mayr, Evolusi: Dari Teori ke Fakta (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,

2019), h. 211.

Page 83: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

71

berevolusi bila suatu populasi yang terisolasi memperoleh mekanisme isolasi

reproduktif ketika terpisah dari populasi induknya.107

Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan penganut ataupun

warga Pangetu, tidak banyak mengomentari masalah persamaan dan

perbedaaan apalagi dengan ilmu sains, karena ajaran sang guru sejati tidak

ada membeda-bedakan hanya saja taburkan kepada “siapapun yang ingin

mengetahui”.108

107

Ernest Mayr, Evolusi: Dari Teori ke Fakta (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,

2019), h. 212. 108

Wawancara dengan pak Bambang (pengurus dan warga Pangestu), pada tanggal 30

Agustus 2019

Page 84: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkamn mengenai konsep

penciptaan alam semesta menurut Pangestu dan Sains Modern.

Konsep penciptaan alam semesta menurut Pangestu bahwa sebelum

alam ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta dan mempunyai kekuasaan

menurunkan Roh Suci (sinar cahaya tuhan), tetapi karsa itu terhenti, karena

belum ada wadah dan tempatnya, maka kemudian tuhan menciptakan alam

semesta yakni dunia kecil dan dunia besar. Yang mula-mula diciptakan yaitu

empat macam anasir yang disebut suasana, api, air, dan tanah. Setelah empat

anasir itu tercipta, Tuhan mempunyai karsa meneruskan penciptaan dunia

besar untuk wadah dan tempat turunnya Roh Suci.

Sedangkan, konsep penciptaan alam semesta menurut Sains Modern

dalam hal ini berdasarkan teori Big Bang yaitu alam semesta pada awalnya

pada kondisi super padat dan sangat panas dan kemudian meledak. Pada

Ledakan Besar alam semesta dianggap berukuran nol, dan luar biasa panas.

Tetapi selagi alam semesta mengembang suhu radiasinya berkembang. Satu

detik sesudah Ledakan Besar, suhu alam semesta turun menjadi sepuluh

miliar derajat. Pada waktu itu alam semesta berisi sebagian besar foton,

elektron, dan neutron berikut antizarahnya, juga beberapa proton dan neutron,

Page 85: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

73

kemudian energi diubah menjadi partikel dalam unsur yang akan menjadi

bahan dasar pembentukan bintang, planet dan galaksi.

Respon ataupun pandangan warga pangertu terhadap perbedaan konsep

dengan sains, warga pangestu menilai itu adalah buah dari pikiran manusia

sehingga timbul teori-teori baru yang sudah sangat teruji di kalangan

akademisi, sedangkan konsep di dalam Pangestu tidak dapat dikaji dengan

nalar, karena apapun yang terjadi itu semua kehendak dan atas kekuasaan

Tuhan, termasuk di dalamnya penciptaan alam semesta yang tidak akan

sampai pada nalar ataupun logika manusia. Banyak perbedaan yang timbul,

akan tetapi warga Pangestu tetap berpegang teguh dengan dengan ajaran sang

guru sejati, meskipun sains adalah ilmu yang sangat sudah teruji secara

ilmiah.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak celah untuk

melakukan pembahasan lebih dalam mengenai alam dan seisinya. Oleh

karena itu, penulis berharap semoga kedepannya akan lebih banyak lagi

perhatian tentang penelitian yang serupa seperti ini, khusunya mengenai

konsep penciptaan makhluk hidup.

Page 86: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

74

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 2004. Metodologi Penelitian Agama, Yogyakarta : Tiara

Wacana Yogya.

Ali, Lukman. 1991. kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Andriana, W. Araisti. 2009. Perjalanan Mengenal Astronomi. Bandung:

Observatorium Bosccha ITB.

Augros and Stanciu. 1987. The New Biologi: Discovering The Wisdom In Nature.

Boston dan London: New Science Library.

Bagus, Lorens. 2000. Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia.

Bohr, Niels. 1958. Atomic Phisics And Human Knoledge. New York: Jhon Wiley.

Darmadi, Budi. 2014. Profil Poaguyuban Ngesti Tunggal, Jakarta : Paguyuban

Ngesti Tunggal.

Hardjoprakoso, R Soemantri. 2015. Arsif Sarjana Budi Santosa. Jakarta :

Paguyuban Ngesti Tunggal. Cet. Ke 8.

Hardjoprakoso, R. Tumenggung dan R. Trihardono Soemadihardjo. 2015.

Sasangka Jati. Jakarta : Paguyuban Ngesti Tunggal. Cet. Ke 7.

Harun, Hadiwijono. 1987. Kebatina dan Injil, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hawking, Stephen. 2013. A Brief History of Time, Terj. Zia Anshor. Jakarta: PT.

Gramedia.

Hawking, Stephen dan Mlodinow. 2010. The Grand Design, Terj. Zia Anshor.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Page 87: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

75

Mayr, Ernest. 2019. Evolusi: Dari Teori ke Fakta. Jakarta: Kepustakaan Populer

Gramedia

McEvoy, J. P. dan Oscar Zarate. 1999. Mengenal Hawking For Beginners Terj.

Ahmad Baiquni. Bandung: Mizan

Milonni, P. W. 1994. The Quantum Vacuum. Philosipy And Science Of The

Universe

Mertowardojo, R. Soenarto. 2014. Buku-buku Wajib Pangestu Bundel I.Jakarta:

Paguyuban Ngesti Tunggal

Munitz, Milton K. 1990. Cosmic Understanding: Phylosopy And Science Of The

Universe

Pokok-pokok Ajaran Pangestu. Artikel diakses pada tanggal 2 Juli 2019 di

http://www.pangestu.or.id

Rakhmat, Ioanes. 2018. Agama dan Ilmu Pengetahuan: Upaya Mencari Titik-Titik

Temu Agama Dan Sains Modern. Jakarta: Nurcholis Madjid Society

Riswanto. 1998. Sistem-sitem Metafisika Barat dari Aristoteles sampai Derrida.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Riyanto, Armada. 2008. Teori penciptaan-Teologi Penciptaan; Relasi “Iman dan

Ilmu. Jakarta: STF Driyakarta

Sopater, Sularso. 1987. Mengenal Pokok-Pokok Ajaran Pangestu. Jakarta:PT New

Aqua Press.

Soetomo, Greg. 1995. Sains dan Problem Ketuhanan. Yogyakarta: Kanisius

Sopatar, Sularso. 1987. Mengenal Pokok-Pokok Ajaran Pangestu. Jakarta:PT New

Aqua Press

Page 88: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

76

Suwarno, Imam S. 2005. Konsep Tuhan, Manusia, Mistik Dalam Berbagai

Kebatinan Jawa. Jakarta : Pt Grafindo Persada.

Suwarno, Imam S. 1978. Pangestu dan Mistisme Analisa dan Pandangan, Jakarta:

Percetakan Saudara

Zarkasyi, Hamid Fahmi. 2010. Membangun peradaban dengan ilmu. Jakarta:

Kalam Indonesia.

Page 89: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

KANTOR PUSAT

PAGUYUBAN NGESTI TUNGGAL

(PANGESTU) Alamat Sekretariat: Jl. Gandaria 1 No.93, Rt 2/Rw 8 Gandaria Utara, Jakarta Selatan. 12140

Nomor : 019/Pangestu/XI/2017 Jakarta, 14 Agustus 2019

Lampiran : -

Perihal : Balasan Permohonan Wawancara /

Penelitian Skripsi

Kapada Yth,

Dekan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Ushulluddin

Di Jakarta,

Dengan Hormat,

Membalas surat saudara No.2398/F3/PP.01.3/08/2019 Pada Tanggal 12 Agustus 2019

perihal permohonan wawancara penelitian Skripsi pada mahasiswa :

Nama : Abdul Mukhlis Harahap

NIM : 1113032100008

Fak/Jurusan : Ushuluddin/Studi Agama-agama

Tahun Akademik : 2018/2019

Progra, : Strata (S1)

Dengan ini kami tidak keberatan dengan permohonan atas wawancara yang dimaksud.

Dan kami akan melayani seseuai dengan kemampuan kami selanjutnya mahasiswa yang

bersangkutan dapat mengguhubungi Ibu Titis.

Demikian sirat ini kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya.

Hormat kami,

Ketua PANGESTU

Budi Darmadi

Page 90: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ririen

Alamat : Jalan Jati Padang Utara, No 10 Pasar Minggu, Jakarta Selatan

Jabatan : Pengurus Pangestu

Menerangkan dengan sebenarnya bahwa:

Nama : Abdul Mukhlis Harahap

NIM : 1113032100008

Jurusan : Studi Agama-agama

Jabatan : Mahaiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas : Ushuluddin

Adalah dengan benar-benar telah melakukan penelitian ke kantor pusat

Paguyuban Ngesti Tunggal 06 Agustus 2019 s/d 30 Agustus 2019. Dalam rangka

menyusun skripsi yang berjudul “Penciptaan Alam Semesta Perspektif Pangestu

dan Sains Modern”. Demikian surat pernyataan ini dibuat dan dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Jakarta, 30 Agustus 2019

(Ririen)

Page 91: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Eko Priyo Utomo

Alamat : Jl. Kebagusan Kecil IV, Pasar Minggu Jakarta Selatan

Jabatan : Pensiunan BUMN dan Wakil Sekretaris Pangestu

Menerangkan dengan sebenarnya bahwa:

Nama : Abdul Mukhlis Harahap

NIM : 1113032100008

Jurusan : Studi Agama-agama

Jabatan : Mahaiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas : Ushuluddin

Adalah dengan benar-benar telah melakukan penelitian ke kantor pusat

Paguyuban Ngesti Tunggal 06 Agustus 2019 s/d 30 Agustus 2019. Dalam rangka

menyusun skripsi yang berjudul “Penciptaan Alam Semesta Perspektif Pangestu

dan Sains Modern”. Demikian surat pernyataan ini dibuat dan dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Jakarta, 30 Agustus 2019

(Eko Priyo Utomo)

Page 92: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mahendra

Alamat : Gg Mandala, Rt 06 Rw 06 Ragunan, Jakarta Selatan

Jabatan : Penagcara dan Pengurus Pangestu

Menerangkan dengan sebenarnya bahwa:

Nama : Abdul Mukhlis Harahap

NIM : 1113032100008

Jurusan : Studi Agama-agama

Jabatan : Mahaiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas : Ushuluddin

Adalah dengan benar-benar telah melakukan penelitian ke kantor pusat

Paguyuban Ngesti Tunggal 06 Agustus 2019 s/d 30 Agustus 2019. Dalam rangka

menyusun skripsi yang berjudul “Penciptaan Alam Semesta Perspektif Pangestu

dan Sains Modern”. Demikian surat pernyataan ini dibuat dan dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Jakarta, 30 Agustus 2019

(Mahendra)

Page 93: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

82

LAMPIRAN 3

Hasil Wawancara

A. Latar Belakang Responden

Nama : Ririen

Agama : Penganut Ajaran Pangestu

Profesi : Pengurus Pangestu

B. Berita Wawancara

1. Jelaskan sejarah dan pendirian Pangestu?

Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu) diwahyukan kepada bapak Soenarto

Mertowerdojo pada tanggal 14 Februari 1932. Ketika pada waktu shalat

dhaim, dia berkata kepaada tuhan untuk mendapatkan Sih Papadang-Nya

untuk membantu keresahannya selama ini. Ketika itu juga, terdengar di dalam

sanubarinya ada sesuatu yang berkata “Ketahuilah, yang dinamkan ilmu sejati

ialah petunjuk yang nyata, yaitu petunjuk yang menunjukkan jalan yang

benar, jalan yang sampai pada asal mula hidup.” Dari perkataan ilahi inilah

yang membuat pakde Narto percaya bahwa ini benar-benar dari Tuhan.

pangestu secara organisasi didirikan pada tanggal 20 Mei 1949 di Surakarta.

Paguyuban ini menjadi sebuah perkumpulan orang-orang yang meyakini

Ajaran Sang Guru Sejati yang diwahyukan kepada pakde Narto. Akronim dari

Pangestu ialah Paguyuban Ngesti Tunggal yang memiliki arti persatuan untuk

Page 94: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

83

memohon kepada Tuhan. Perkembangan Pangestu dari masa kelahirannya

memiliki perkembangan yang sangat pesat, walau pada akhirnya kini tidak

begitu sepesat pada masa itu. Tetapi ajaran ini masih tetap ada sampai saat ini.

2. Jelaskan konsep penciptaan alam semesta menurut Pangestu?

Tuhan menciptakan empat anasir yang terjadi atas kekuasaannya, suasana,

api, dan tanah ketiganya saling mempengaruhi sehingga terjadilah anasir yang

ke empat yaitu tanah. Setelah itu Tuhan mempunyai karsa meneruskan

penciptaan dunia besar guna untuk wadah turunnya Roh Suci.Pada dasarnya

tidak ada perbedaan akan hal kesejatian apakah dalam Islam (Allah, Rasul,

Muhammad), Kristen (Sang Bapa, Sang Putra, Roh Kudus), Suksma

Kawekas, Suksma Sejati, Roh Suci di dalam Pangestu. Semua orang

mempunyai Roh Suci, semua orang mempunyai kesempatan langsung

menerima wahyu ilahiah hanya saja seseorang tersebut bisa atau tidak

mensucikan dirinya (Hasta Sila) seperti Muhammad yang dia melalui proses

disucikan, berbeda dengan Yesus yang lahir dengan suci karena lahir tanpa

sahwat, dan itu semua atas dasar kekuasaan allah. Sedangkan hewan tercipta

dari tiga anasir yaitu suasana, api dan tanah, dan tetap dari Roh Suci namun

tidak diberi penuntun.

3. Bagaimana respon informan mengetahui bahwa Sains terus berkembang

khususnya dalam proses penciptaan alam?

Page 95: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

84

Di dalam ajran Sang Guru Sejati bagaimana kita bisa mengolah rasa dan

berbuat baik terhadap orang lain selalu berpikir positif tanpa membeda-

bedakan, perbedaan ajaran dengan sains sangatlah wajar karena Pangestu

tidak akan bisa dikenali dengan rasio ataupun akal, sedangkan sains harus

terbukti adanya dengan jelas, sangat jauh berbeda apalagi kita belum tahu

temuan-temuan apalagi yang akan muncul.

Page 96: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

85

Hasil Wawancara

A. Latar Belakang Responden

Nama : Eko Priyo Utomo

Agama : Penganut Ajaran Pangestu

Profesi : Pensiunan BUMN dan Wakil Sekretaris Pangestu

B. Berita Wawancara

1. Jelaskan sejarah dan pendirian Pangestu?

Paguyuban Ngesti Tunggal didirikan oleh bapak Soenarto atau sering disebut

pakde Narto pada tanggal 20 Mei 1949, akan tetapi proses pewahyuan yang

diterima oleh pakde Narto pada tanggal 14 Februari 1932. Adapun penamaan

dari ajaran ini sesuai dengan tujuan dari pada ajaran ini ialah persatuan untuk

memohon kepada Tuhan, yakni Pangestu (Paguyuban Ngestu Tunggal).

Pangestu memiliki lambang yang menjadi tanda ajaran ini, yang mempunyai

makna keseimbangan dalam mencapai kesempurnaan. Terdapat ada dua

bunga dalam lambang ajaran ini yaitu bunga mawar dan bunga kamboja.

Mawar digambarkan kemewahan dunia yang dimana seseorang harus

mencapai kejayaan di dunia, selain itu seseorang juga harus mencapai

kejayaan di akhirat karena bunga kamboja di gambarkan sebagai dunia

akhirat.

Page 97: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

86

Page 98: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

87

2. Jelaskan konsep penciptaan alam semesta menurut Pangestu?

Di dalam ajaran Sang Guru Sejati bahwa sebelum buana ini tercipta, Tuhan

sudah bertakhta dan mempunyai karsa menurunkan Roh Suci ialah sinar

cahaya Tuhan, tetapi karsa itu terhenti, sebab sebelum ada wadah dan

tempatnya, maka kemudian Tuhan menciptakan buana. Setelah itu Tuhan

menciptakan empat anasir yakni buana alam semesta, begitu seterusnya

seperti penciptaan manusia yang yang disebut dunia kecil, juga dengan hewan

tumbuhan dan para lelembut yang diciptakan dengan berbeda-beda. Semua itu

atas dasar kekuasaan Tuhan.

3. Bagaimana respon informan mengetahui bahwa Sains terus berkembang

khususnya dalam proses penciptaan alam?

Ajaran ke Allahan atau ketuhan, kita mempunyai keyakinan ataupun sabda

yang menjadi pedoman yang tidak bisa diganggu gugat. Sedangkan sains atau

kemajuan sosial kita juga tidah boleh menapikan sesama manusia mempunyai

hak untuk berkembang dan belajar dan kemudian menemukan teori-teori baru.

Apa yang dilakukan manusia sah-sah saja dan mudah-mudahan mendekati

kebenaran walaupun karya pikiran manusia sampai sejauh manapun pasti

terbatas, sehingga kemungkinan mendapatkan hal yang sama dengan apa yang

diceritakan dalam Sasangka Jati tidak akan bisa karena itu diluar nalar

manusia.

Page 99: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

88

Hasil Wawancara

A. Latar Belakang Responden

Nama : Mahendra

Agama : Penganut Ajaran Pangestu

Profesi : Penagcara dan Pengurus Pangestu

B. Berita Wawancara

1. Jelaskan sejarah dan pendirian Pangestu?

Pakde Narto adalah siswa yang terpilih menjadi warana (perantara) turunnya

sabda Ilahi dengan perantaraan utusan-Nya yang abadi, yakni Suksma Sejati.

Sabda Ilahi yang diterima pakde Narto tidak turun begitu saja, melainkan

diperoleh setelah R. Soenarto berupaya keras melalui masa pencarian disertai

berbagai perjalanan spiritual yang di alaminya sejak umur 7 tahun. Beliau

sampai dititipkan orang tuanya untuk menuntut ilmu, beliau sampai berguru

kemana saja sampai akhirnya dia mengalami mimpi yang itu sangat-sangat

jelas bahwa dia harus menyebar luaskan ajaran yang dia dapat. Dan setelah

diia mengalami mimpi ataupun mendapat ajaran dari Sang Guru Sejati dia pun

langsung menyuruh teman nya untuk langsung menulis ataupun membukukan

ajaran-ajaran tersebut.

Page 100: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

89

Page 101: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

90

2. Jelaskan konsep penciptaan alam semesta menurut Pangestu?

Penciptaan alam semesta itu sangatlah di luar nalar manusia, itulah bukti

bahwa Tuhan bertahta di atas segalanya, awal mula Tuhan menciptakan

suasana lalu api kemudia air dan sampai terciptanya tanah, itu semua

mengalami proses yang sangat panjang yang diluar nalar ataupun pemahaman

manusia begitu juga yang lain, manusia, hewan, tumbuhan dan bangsa

lelembut ataupun para dewata. Manusia adalah makhluk yang sempurna

namun kembali lagi manusia nya mau atau tidak untuk berbuat sesuai dengan

apa yang telah di ajarkan (Hasta Sila) karena semua manusia mempunya Roh

Suci yang akan kembali kepada Tuhan pada waktu

nya nanti.

3. Bagaimana respon informan mengetahui bahwa Sains terus berkembang

khususnya dalam proses penciptaan alam?

Perbedaan pandangan itu wajar apalagi seseorang yang sudah mempunyai

pengetahuan yang tinggi seperti para ilmuan tentunya mereka ingin

memberikan karya ataupun buah dari yang mereka tanam selama belajar,

namun di dalam Pangestu sendiri tidak akan ada yang berubah sampai

kapanpun, karena ini adalah ajaran Tuhan, berbeda dengan sains ilmu sosial

yang pasti akan berubah sesuai kondisi pada masa itu. Sebenarnya ada

persamaan antara sains dan ajaran Sang Guru Sejati di dalam penciptaan,

sains juga ada yang namanya Ledakan (Big Bang) tidak jauh berbeda didalam

Page 102: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

91

pangestu juga akibat goncangan saling mempengaruhinya tiga anaris suasana,

api dan air maka tercipta lah tanah. Tetapi semua itu atas dasar karsa Tuhan.

Page 103: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

90

LAMPIRAN 4

Gambar 1.

Soenarto Mertowedejo (Pendiri pangestu)

Gambar 2.

Tumenggung Hardjoprakoso, Soenarto Moertowedejo, Trihardono Soemoadiharjo

Page 104: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

91

Gambar 3.

Lambang Pangestu

Gambar 4.

Pemberian Ceramah Pangestu mengenai “Jalan Rahayu” oleh ibu Titis (Penganut dan

Pengurus Pangestu) kepada peneliti

Page 105: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

92

Gambar 5.

Pemberian Ceramah Pangestu mengenai “Sangkan Paran” oleh ibu Titis (Penganut

dan Pengurus Pangestu) kepada peneliti

Gambar 6.

Pemberian Ceramah Pangestu mengenai “Gumelaring Dumadi” oleh ibu Titis

(Penganut dan Pengurus Pangestu) kepada peneliti

Page 106: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

93

Gambar 7.

Pemberian Ceramah Pangestu mengenai “Hasta Sila dan Paliwara” oleh ibu Titis

(Penganut dan Pengurus Pangestu) kepada peneliti

Gambar 8.

Peneliti dan ibu Ririen (Penganut Pangestu) selaku Responden Wawancara di Kantor

Pusat Pangestu

Page 107: PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF PANGESTU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48474/1/ABDUL... · sebelum buana ini tercipta, Tuhan sudah bertakhta, demikian

94

Gambar 9.

Peneliti dan Bapak Mahendra (Penganut Pangestu) selaku Responden Wawancara di

Kantor Pusat Pangestu

Gambar 10.

Peneliti dan Bapak Eko Priyo Utomo (Penganut Pangestu) selaku Responden

Wawancara di Kantor Pusat Pangestu