Penatalaksanaan.docx

5
PENGELOLAAN Terapi Steroid Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tu- mor intrakranial, namun tidak berefek langsung terhadap tumor. Dosis pembebanan dekasametason 12 mg. iv, diikuti 4 mg. q.i.d. sering mengurangi perburukan klinis yang progresif dalam beberapa jam. Setelah beberapa hari pengobatan, dosis dikurangi bertahap untuk menekan ri- siko efek samping yang tak diharapkan. Tumor seller atau paraseller kadang-kadang tampil dengan insufisiensi steroid. Pada pasien ini perlin- dungan steroid merupakan sarat mutlak tindakan aneste- tik atau operatif. Infus dextrose jg diperlukan, termasuk ringer laktat. Tindakan Operatif Kebanyakan pasien dengan tumor intrakranial memerlukan satu atau lebih pendekatan bedah-saraf. Contohnya anta- ra lain sebagai berikut: Kraniotomi: Flap tulang dipotong dan dibuka dengan melipat. Burr hole: Untuk biopsi langsung atau stereotaktik. Pendekatan Transsfenoid: Melalui sinus sfenoid kefossa pituitari. Pendekatan Transoral: Membuang arkus atlas, peg odon-

description

penatalaksanaan menggunakan steroid untuk penyakit penyakit

Transcript of Penatalaksanaan.docx

Page 1: Penatalaksanaan.docx

PENGELOLAAN Terapi Steroid Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tu- mor intrakranial, namun tidak berefek langsung terhadap tumor. Dosis pembebanan dekasametason 12 mg. iv, diikuti 4 mg. q.i.d. sering mengurangi perburukan klinis yang progresif dalam beberapa jam. Setelah beberapa hari pengobatan, dosis dikurangi bertahap untuk menekan ri- siko efek samping yang tak diharapkan. Tumor seller atau paraseller kadang-kadang tampil dengan insufisiensi steroid. Pada pasien ini perlin- dungan steroid merupakan sarat mutlak tindakan aneste- tik atau operatif.

Infus dextrose jg diperlukan, termasuk ringer laktat. Tindakan Operatif Kebanyakan pasien dengan tumor intrakranial memerlukan satu atau lebih pendekatan bedah-saraf. Contohnya anta- ra lain sebagai berikut: Kraniotomi: Flap tulang dipotong dan dibuka dengan melipat. Burr hole: Untuk biopsi langsung atau stereotaktik. Pendekatan Transsfenoid: Melalui sinus sfenoid kefossa pituitari. Pendekatan Transoral: Membuang arkus atlas, peg odon- toid dan klivus memberikan jalan mencapai aspek ante- rior batang otak dan cord servikal atas. Jarang digu- nakan. Biasanya untuk tumor letak depan seperti ne- urofibroma, khordoma. Kraniektomi: Burr hole diikuti pengangkatan tulang se- kitarnya untuk memperluas bukaan, rutin digunakan un- tuk pendekatan pada fossa posterior. Prosedur biopsi, pengangkatan tumor parsial/ dekompresi internal atau pengangkatan total tumor tergantung asal dan lokasi tumor. Tumor ganas primer yang infiltratif mencegah pengangkatan total dan sering operasi dilaku- kan terbatas untuk biopsi atau dekompresi tumor. Pros- pek pengangkatan total membaik pada tumor jinak seperti meningioma atau kraniofaringioma; bila banyak tumor yang terabaikan, atau bagian tumor mengenai struktur dalam, bisa berakibat rekurensi. Radioterapi

Page 2: Penatalaksanaan.docx

Saat ini tindakan terhadap tumor intrakranial mengguna- kan salah satu dari cara berikut: sinar-x megavoltase sinar gama dari kobalt60

berkas elektron dari akselerator linear partikel yang dipercepat dari siklotron, seperti ne- utron, nuklei dari helium, proton Sebagai alternatif, tumor ditindak dari dalam (brakhiterapi) dengan mengimplantasikan butir radioak- tif seperti ytrium90. Kontras dengan metoda tua dengan 'terapi sinar-x dalam', tehnik modern memberikan penetrasi jaringan le- bih dalam dan mencegah kerusakan radiasi terhadap per- mukaan kulit. Efek radioterapi tergantung dosis total, biasanya hingga 6.000 rad, dan durasi pengobatan. Harus terdapat keseimbangan terhadap risiko pada struktur normal se- kitar. Umumnya, makin cepat sel membelah, makin besar sensitivitasnya. Radioterapi terutama bernilai pada pe- ngelolaan tumor ganas; astrositoma maligna, metastasis, medulloblastoma dan germinoma, namun juga berperan pen- ting pada beberapa tumor jinak; adenoma pituitari, kra- niofaringioma. Karena beberapa tumor menyebar melalui jalur CSS seperti medulloblastoma, iradiasi seluruh ak- sis neural menekan risiko terjadinya rekurensi dalam selang waktu singkat. Komplikasi Radioterapi: Setelah tindakan, perburukan pasien bisa terjadi karena beberapa hal: selama tindakan: peningkatan edema, reversibel setelah beberapa minggu/bulan: demielinasi enam bulan-10 tahun: radionekrosis, irreversibel (biasanya satu hingga dua tahun) Komplikasi serupa mungkin mengenai cord spinal setelah iradiasi tumor spinal. Sensitiser sel hipoksik: Saat radioterapi, bagian dari proses destruktif adalah konversi oksigen ke ion hid- roksil. Adanya area hipoksik didalam jaringan tumor me- nambah radioresistensi. Penggunaan sensitiser sel hi- poksik seperti misonidazol, bertujuan meningkatkan sen- sitivitas didalam regio ini. Manfaat zat ini masih da- lam pengamatan. Khemoterapi

Page 3: Penatalaksanaan.docx

Manfaatnya belum jelas. Yang biasanya digunakan adalah BCNU, CCNU, metil CCNU, prokarbazin, vinkristin dan me- totreksat. Obat khemoterapeutik ideal adalah membunuh sel tu- mor secara selektif; namun respon sel tumor berkaitan langsung dengan dosis. Tak dapat dihindarkan, dosis tinggi menyebabkan toksisitas 'bone marrow'. Dalam praktek, kegagalan menimbulkan tanda depresi 'marrow' (antara lain leukopenia) menunjukkan dosis yang tidak adekuat. Efek samping merintangi pemakaian khemoterapi pada tumor jinak atau 'derajat rendah'. Pada pasien dengan tumor ganas, beberapa penelitian menunjukkan terapi tunggal atau kombinasi menghasilkan beberapa remisi tu- mor, namun penelitian terkontrol acak memperlihatkan hasil yang tak sesuai. Pada astrositoma maligna, BCNU mungkin bermanfaat sedang. Pada medulloblastoma, terapi kombinasi CCNU dan vinkristin mungkin memperlambat re- kurensi. Antibodi Monoklonal Tehnik produksi antibodi monoklonal memberi harapan yang lebih baik dalam mengelola tumor ganas, walau pengangkutan dan lokalisasinya masih merupakan masa- lah. Antibodi monoklonal berperam sebgai karier, yang membawa obat sitotoksik, toksin atau radionuklida lang- sung kedaerah tumor.