Penatalaksanaan Veruka Vulgaris

6
I. PENATALAKSANAAN A. Topikal 1. Asam Salisilat Efek keratolitik asam salisilat membantu untuk mengurangi ketebalan kutil. Sebuah persiapan yang mengandung 10-26% asam salisilat dengan tambahan asam laktat, dalam collodion adalah pilihan pertama untuk veruka vulgaris dan plantar wart. Studi menunjukkan angka kesembuhan 49% dengan penggunaan asam salisilat berbanding penggunaan placebo mencapai 23% .(1) 2. Imiquimod (Aldara) Immunomodulator topikal ini menjanjikan pengobatan baru untuk kutil. Imiquimod sebagai krim 5%. Beberapa penelitian menghasilkan hasil yang berbeda. Saat ini digunakan sekali sehari selama 4 minggu, dari 10 partisipan, 9 mendemonstrasikan klirens komplit dengan tingkat kesembuhan 88.9% dan tingkat kekambuhan 20%. Berdasarkan penelitian cohort, Imiquimod ini dapat digunakan sebagai terapi lini pertama untuk flat wart. (2) 3. Bleomycin (Blenoxane) Merupakan agen kemoterapi yang menginhibisi sintesis DNA dalam sel dan virus. Bleomycin dapat digunakan sebagai terapi alternatif pada kutil yang tidak berespon terhadap terapi lain atau sulit untuk dilakukan pembedahan. Terdapat 15 unit vial Bleomicyn; diencerkan dalam 30ml NS dan 0.3ml (0.15 unit)

description

penatalaksanaan vervur

Transcript of Penatalaksanaan Veruka Vulgaris

Page 1: Penatalaksanaan Veruka Vulgaris

I. PENATALAKSANAANA. Topikal

1. Asam Salisilat

Efek keratolitik asam salisilat membantu untuk mengurangi ketebalan

kutil. Sebuah persiapan yang mengandung 10-26% asam salisilat dengan

tambahan asam laktat, dalam collodion adalah pilihan pertama untuk veruka

vulgaris dan plantar wart. Studi menunjukkan angka kesembuhan 49% dengan

penggunaan asam salisilat berbanding penggunaan placebo mencapai 23%.(1)

2. Imiquimod (Aldara)

Immunomodulator topikal ini menjanjikan pengobatan baru untuk kutil.

Imiquimod sebagai krim 5%. Beberapa penelitian menghasilkan hasil yang

berbeda. Saat ini digunakan sekali sehari selama 4 minggu, dari 10 partisipan, 9

mendemonstrasikan klirens komplit dengan tingkat kesembuhan 88.9% dan

tingkat kekambuhan 20%. Berdasarkan penelitian cohort, Imiquimod ini dapat

digunakan sebagai terapi lini pertama untuk flat wart.(2)

3. Bleomycin (Blenoxane)

Merupakan agen kemoterapi yang menginhibisi sintesis DNA dalam sel

dan virus. Bleomycin dapat digunakan sebagai terapi alternatif pada kutil yang

tidak berespon terhadap terapi lain atau sulit untuk dilakukan pembedahan.

Terdapat 15 unit vial Bleomicyn; diencerkan dalam 30ml NS dan 0.3ml (0.15

unit) diinjeksikan ke dalam kutil tersebut. Injeksi dapat dilakukan setiap 3-4

minggu sampai bersih dari veruka. Efek samping yang didapat berupa bekas luka

(scar), perubahan pigmentasi kulit dan fenomena Raynaud’s.(3, 4)

4. Asam Retinoid

Asam retinoid sistemik telah digunakan untuk mengobati kutil dikarenakan

kemampuannya dalam proses keratinisasi dan akselerasi klirens kutil dengan

menginduksi dermatitis iritan. Penelitian kecil membuktikan efisiensi nya pada

kutil yang ekstensif pada anak. Dosis etretinate 1 mg/kgBB/hari selama kurang

dari 3 bulan pada 20 anak dalam sebuah penelitian, 16 anak mendemonstrasikan

klirens komplit tanpa kekambuhan. Asam retinoid dapat digunakan sebagai

pengobatan lini kedua untuk flat wart.(3)

Page 2: Penatalaksanaan Veruka Vulgaris

B. Tindakan

1. Krioterapi

Krioterapi dengan nitrogen cair digunakan pada kutil yang tidak

berhasil diobati dengan obat olesan. Bisa menggunakan peralatan sederhana

berupa cutton bud, alat ini dimasukkan ke dalam nitrogen cair dan kemudian

ditutulkan pada kutil sampai kutil dan kulit sekitar yang mengelilinginya

membeku. Cara lain adalah dengan menggunakan semprotan nitrogen cair.

Respon terhadap pengobatan dengan krioterapi sebanding dengan yang

dicapai dengan asam salisilat. Pengobatan diulang setiap 3 minggu

memberikan angka kesembuhan 30-70% untuk kutil tangan setelah 3 bulan.

Kerugian utama dari pembekuan adalah nyeri. Hal ini tak terduga dan

mengejutkan variabel antara pasien, tetapi dalam beberapa kasus, terutama

dengan waktu pembekuan lebih lama, itu bisa berat dan menetap selama

beberapa jam atau bahkan beberapa hari. Aspirin oral dan steroid topikal

yang kuat dapat membantu.(1, 3, 4)

2. Kauter/ elektrokoagulasi

Kauter digunakan untuk kutil dengan ukuran relative besar dan kutil

yang menyakitkan atau resisten. Kauter dilakukan dibawah anesthesia lokal,

pertumbuhan kutil tersebut dihentikan dan dasar dari kutil tersebut dibakar

dengan diatermi atau kauter. Luka akibat tindakan ini dapat sembuh dalam 2

minggu, dan meskipun demikian sebanyak 20% untuk angka rekurensinya.

Efek samping tindakan ini tidak ada selain menimbulkan rasa nyeri saat

tindakan dan membawa risiko jaringan parut.(1, 4)

3. Laser

Laser karbon dioksida telah digunakan untuk mengobati berbagai

bentuk yang berbeda dari kutil, baik kulit dan mukosa. Hal ini dapat efektif

dalam memberantas beberapa kutil sulit, seperti kutil periungual dan

subungual, yang telah tidak responsif terhadap pengobatan lainnya. Namun,

sebagai metode yang merusak, karbon dioksida terapi laser dapat

menyebabkan rasa sakit pasca-operasi yang signifikan, jaringan parut dan

hilangnya fungsi sementara.(1, 4)

Page 3: Penatalaksanaan Veruka Vulgaris

4. Koagulator inframerah

Sebagai metode lain, koagulator inframerah dapat digunakan untuk

mengobati kutil. Suatu penelitian melaporkan angka kesembuhan dalam

serangkaian dari 44 kutil adalah 70%, yang lebih baik dibandingkan dengan

cryotherapy.(1, 3)

5. Bedah Eksisi

Metode dengan eksisi ini dilakukan dengan menggunakan scalpel

(pisau bedah) dan dibawah anesthesia lokal. Kemudian luka bekas eksisi

ditutup dengan jahitan dan biasanya jaringan parut tidak dapat dihindarkan dan

kekambuhan pada kutil di bekas luka sering terjadi.(4)

II. PROGNOSISSekitar 23% dari kutil regresi spontan dalam waktu 2 bulan, 30% dalam waktu

3 bulan dan 65% -78% dalam 2 tahun. Pasien yang sebelumnya telah terinfeksi

memiliki risiko lebih tinggi untuk pengembangan kutil baru daripada mereka tidak

pernah terinfeksi. Tingkat kesembuhan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jenis

virus, status kekebalan tubuh, tingkat dan durasi kutil. Common wart memiliki insiden

untuk menjadi suatu keganasan, banyak studi yang menunjukkan DNA HPV terdapat

pada actinic keratoses, basal cells carcinomas dan psoriasis dalam kadar rendah.

Namun etiologi dan patogenesis dari lesi jinak, pre-malignant, maupun malignant

tersebut masih kontroversial, karena dalam suatu penelitian yang menggunakan PCR

dapat mendeteksi DNA HPV pada kulit normal dan pada folikel rambut normal.(4)

III. KESIMPULANVeruka vulgaris (kutil, common wart) merupakan neoplasma jinak

intraepidermal yang disebabkan oleh virus dari kelompok human papillomavirus

(HPV). Pertumbuhan jinak ini disebabkan human papiloma virus, ini terjadi di

berbagai permukaan kulit yang dilapisi epitel. HPV-1, -2, -4, -27, -57, dan -63

menyebabkan common wart.

Predileksi paling sering di tangan, jari-jari tangan dan kaki/ telapak kaki, tapi

dapat pula tumbuh dimana saja pada epidermis dan mukosa. Efloresensinya mula-

mula papula kecil seukuran kepala jarum, warna kulit seperti biasa, jernih, kemundian

tumbuh menonjol, permukaan papiler warna lebih gelap dan hiperkeratotik.

Page 4: Penatalaksanaan Veruka Vulgaris

Dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis. Gambaran

klinis yang khas dan riwayat penyakit, papul yang lama kelamaan membesar biasanya

mengarahkan pada diagnosis kutil virus. Pemeriksaan histologi dapat digunakan untuk

mengkonfirmasikan diagnosis tersebut.

Penatalaksanaan veruka vulgaris terdiri dari penatalaksanaan umum dan

khusus. Penatalaksanaan umum yaitu menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit

pasien dan pengelolaannya. Penatalaksanaan khusus meliputi tindakan non bedah dan

tindakan bedah.

1. Sterling JC, Gibbs S, Hussain SSH, Mustapa MFM, Handfield-Jones SE. British Association of Dermatologists’ guidelines for the management of cutaneous warts. British Journal of Dermatology. 2014;171(4):696-712.2. Gibbs S, Harvey I. Topical treatments for cutaneous warts. Evidence-Based Child Health. 2011;6(5):1606–92.3. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook’s Textbook of Dermatology. United Kingdom: Wiley; 2010.4. Elston DM, Berger TG, James WD. Andrews' Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. Philadelphia: Elsevier; 2015.