PENATALAKSANAAN STRESS PERSPEKTIF RELIGI DAN SPIRITUALNYA ~AmRie~

24
PENATALAKSANAAN STRESS PERSPEKTIF RELIGI DAN SPIRITUALNYA MAKALAH disusun untuk memenuhi tugas Konsep Dasar Keperawatan II Oleh Ns. Muhammad Ulul Amrie, S.Kep 1

Transcript of PENATALAKSANAAN STRESS PERSPEKTIF RELIGI DAN SPIRITUALNYA ~AmRie~

Page 1: PENATALAKSANAAN STRESS PERSPEKTIF RELIGI DAN SPIRITUALNYA  ~AmRie~

PENATALAKSANAAN STRESS

PERSPEKTIF RELIGI DAN SPIRITUALNYA

MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas Konsep Dasar Keperawatan II

Oleh

Ns. Muhammad Ulul Amrie, S.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2011

1

Page 2: PENATALAKSANAAN STRESS PERSPEKTIF RELIGI DAN SPIRITUALNYA  ~AmRie~

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan tekhnologi juga

mengalami perubahan dengan pesat. Kemajuan jaman ibarat pisau bermata ganda.

Di satu sisi ia memberikan kemudahan hidup bagi masyarakat yang telah siap

sehingga dapat memanfaatkannya. Di sisi yang lain technologi dapat memberikan

akibat negatif untuk mereka yang belum siap mental menghadapi perubahan

lingkungan yang sedemikian cepat. Tuntutan-tuntutan jaman dan konflik-konflik

yang harus dihadapi seseorang untuk memenuhi tuntutan jaman itu akhirnya dapat

menjerumuskan orang yang belum siap menerima kondisi ini pada kondisi stress.

Banyak factor dapat meringankan beban atau tekanan yang dihadapi oleh manusia

pada saat stress, salah satunya adalah agama. Agama memegang peranan yang

sangat penting dalam kehidupan pribadi, termasuk didalamnya keperawatan pre

operatif. Oleh karena itu sudah pada tempatnya jika dalam menghadapi setiap

masalah yang timbul selalu dikaitkan dengan kehidupan religius. Manusia

mempunyai keyakinan untuk memperoleh ketenangan hidup spiritualnya. Hidup

keagamaan memberikan kekuatan jiwa bagi seseorang untuk menghadapi

tantangan dan percobaan hidup, memberikan bantuan moril di dalam menghadapi

krisis, serta menimbulkan sikap rela menerima kenyataan sebagaimana Tuhan

menakdirkan-Nya. Hidup yang dilandasi nilai-nilai agama akan tumbuh

kepribadian sehat yang didalamnya terkandung unsur-unsur keagamaan dan

keimanan yang cukup teguh. Tetapi sebaliknya orang yang jiwanya goncang dan

jauh dari agama maka individu tersebut akan mudah cemas, marah, putus asa dan

kecewa.

2

Page 3: PENATALAKSANAAN STRESS PERSPEKTIF RELIGI DAN SPIRITUALNYA  ~AmRie~

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan stress dan stressor?

2. Apakah sumber dari stressor?

3. Faktor-faktor yang menyebabkan stress?

4. Bagaimana penatalaksanaan stress dalam perspektif religi dan spiritual?

1.3 Tujuan

1. Dapat menjelaskan dan memahami pengertian dari stress dan stressor.

2. Dapat menjelaskan sumber-sumber stressor.

3. Dapat menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan stress.

4. Dapat menjelaskan penatalaksanaan stress dalam perspektif religi dan

spiritual.

1.4 Manfaat

Dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi stress

3

Page 4: PENATALAKSANAAN STRESS PERSPEKTIF RELIGI DAN SPIRITUALNYA  ~AmRie~

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dasar Teori

Stress adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik mengharuskan

seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Selye, 1976). Lazarus

dan Folkman (1994) mendefinisikan stress psikologis sebagai hubungan khusus

antara seseorang dengan lingkungannya yang dihargai oleh orang lain tersebut

sebagai pajak terhadap sumber dayanya dan membahayakan kemapanannya.

Stress dianggap sebagai faktor predisposisi atau pencetus yang meningkatkan

kepekaan individu terhadap penyakit (Rahe, 1975). Richard Lazourus seorang

psikolog mendefinisikan stress yang bersifat psikologis sebagai suatu hubungan

khusus antara individu dengan lingkungannya yang tidak sesuai dengan

kemampuannya dan membahayakan kesejahteraannya. Vincent Cornelli seorang

psikolog lainnya mendefinisikan stress sebagai tekanan atau gangguan pada tubuh

dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan yang

dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu didalam lingkungan

tersebut.

Stressor adalah stimulus yang menimbulkan masalah atau stress yang

membutuhkan cara untuk menyelesaikannya sehingga individu dapat menjadi

lebih baik atau adaptif. Stressor adalah semua keadaan, kejadian, atau peristiwa

yang dapat menimbulkan stress. Namun tidak semua stressor menimbulkan stress

yang merugikan. Stressor ringan atau yang berlangsung singkat justru dibutuhkan

untuk meningkatkan daya tahan mental seseorang. Untuk menghadapi stress

digunakan beberapa strategi, diantaraya adalah menghadapi masalah dengan sikap

positif, tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan negative dan memikirkan

apakah penyebab stress itu nyata atau hal yang dibayangkan. Lalu tidak bersikap

perfeksionis, realistis dalam menerima kenyataan dan membuat skala prioritas

dalam beberapa hal. Menurut William James seorang ahli psikologi mengatakan

bahwa terapi terbaik bagi keresahan jiwa atau stress adalah keimanan kepada

4

Page 5: PENATALAKSANAAN STRESS PERSPEKTIF RELIGI DAN SPIRITUALNYA  ~AmRie~

Tuhan. Menurut Mudaris Muslim seorang dosen konseling lintas budaya jurusan

ilmu pendidikan FKIP UNS, manusia yang benar-benar religius akan terlindung

dari keresahan, kecemasan, dan selalu terjaga keseimbangan mentalnya serta

selalu siap menghadapi segala masalah.

2.2 Tahapan-Tahapan Stress

Tahap Pertama

Sumber Stress adalah Keinginan

Manusia hidup pasti tidak akan pernah terlepas dari keinginan. Memiliki

keinginan adalah wajar sejauh kita tidak menjadi budak keinginan kita sendiri.

Oleh karena itu, keinginan dapat menjadi salah satu sumber stress. Stress dapat

timbul bila orang bersikap terlalu kaku pada keinginannya sendiri tanpa memiliki

kesadaran bahwa kadang orang harus menyesuaikan diri antara keinginan dengan

kenyataan yang dihadapi. Dengan kata lain, orang sering tidak siap dan tidak

berkeinginan menghadapi perubahan.Padahal, setiap saat dan di setiap tempat ada

kemungkinan orang akan mengalami perubahan. Perubahan dalam hidup ini dapat

merupakan perubahan ke arah yang menggembirakan ataupun sebaliknya.

Menghadapi perubahan yang menggembirakan, orang tidak akan

mempermasalahkan seperti bila sedang menghadapai perubahan yang tidak

menyenangkan. Dalam masalah ini, perubahan yang dimaksud adalah perubahan

yang membuat orang tidak bahagia karena tidak sesuai dengan keinginannya.

Perubahan dapat dirasakan mengarah pada hal yang tidak membahagiakan karena

disebabkan oleh niat orang untuk tidak ingin berkumpul dengan yang tidak

disenangi dan berpisah dengan yang dicinta. Perubahan ini terjadi dalam bentuk

yang seluas-luasnya, misalnya dalam hubungan dengan sesama manusia, dengan

benda maupun dengan suasana serta masih banyak yang lainnya. Stress muncul

karena orang tidak ingin melihat perubahan ke arah yang tidak menggembirakan

itu terwujud sebagai kenyataan. Orang bahkan ingin memaksakan kenyataan

seperti keinginannya. Tentunya hal ini tidaklah mungkin dapat terjadi.

Pada dasarnya terdapat dua macam keinginan yang dominan dalam

kehidupan ini yaitu ingin selalu bersama dengan hal-hal atau kondisi yang

5

Page 6: PENATALAKSANAAN STRESS PERSPEKTIF RELIGI DAN SPIRITUALNYA  ~AmRie~

menyenangkan dan yang lainnya adalah ingin tidak pernah menjumpai hal-hal

atau kondisi yang tidak menyenangkan. Tentu saja bila kedua macam keinginan

ini dapat terpenuhi maka bahagialah kehidupan orang tersebut. Namun, karena

hidup selalu berubah maka orang kadang, kalau tidak dapat dibilang sering,

mengalami kekecewaan. Bila kekecewaan ini bertambah banyak kuantitas

maupun kualitasnya maka stress dan akibat-akibat negatif lainnya akan muncul.

Dewasa ini masalah stress dan akibatnya serta juga cara-cara

menanggulanginya telah ramai dibicarakan di seluruh dunia. Banyak ahli

menuliskan pendapatnya tentang stress. Salah satu diantaranya adalah Peter G.

Hanson. Menurut hasil penelitian Hanson, beberapa di antara sumber stress dalam

masyarakat adalah terutama karena memiliki kondisi yang tidak seimbang pada

bidang-bidang keuangan, pribadi, kesehatan dan pekerjaan. Hanson mengartikan

keuangan sebagai kondisi memiliki ketrampilan kerja yang dapat dijual, memiliki

cukup uang untuk mencapai tujuan, dan jaminan keuangan jika nanti terserang

penyakit, resesi, atau kehilangan pekerjaan. Pribadi adalah berarti memiliki teman

sejati (tidak perlu banyak) dan keluarga, misalnya perkawinan atau hal yang

serupa. Kesehatan yang dimaksudkan adalah kesehatan lahir batin yang

dinyatakan oleh dokter dan bukan pendapat pribadi. Sedangkan pekerjaan berarti

adalah tampil efisien dengan integritas dan mendapatkan rasa hormat dari

lingkungan, dalam hal ini apabila sebagai seorang pelajar berarti segi pendidikan.

Bila orang mengalami perubahan atau kegagalan pada salah satu atau lebih dari

keempat hal di atas maka ia memiliki potensi untuk mengalami stress, kecuali bila

pengertian batinnya telah matang.

Tahap Kedua

Keinginan Dapat Dikendalikan

Apabila sumber stress diketahui maka sesungguhnya jalan untuk

mengatasinya telah terjawab setengahnya. Telah disadari bahwa keinginan yang

tidak fleksibel justru akan menjerumuskan seseorang ke dalam jurang stress.

Semakin kukuh keinginan seseorang, semakin besar pula kemungkinan stress

yang akan dihadapinya. Untuk itulah, orang perlu memiliki wawasan berfikir

6

Page 7: PENATALAKSANAAN STRESS PERSPEKTIF RELIGI DAN SPIRITUALNYA  ~AmRie~

bahwa dalam hidup ini sering keinginan tidak dapat menjadi kenyataan sedangkan

kenyataan tidak jarang amat berbeda dari keinginan yang dimiliki. Wawasan ini

berguna untuk melunakkan keinginan sehingga akhirnya dapat diubah dan

disesuaikan dengan kenyataan. Bila keinginan telah sesuai dengan kenyataan

maka stress pun akan dapat dihalau jauh-jauh dari hidup ini.

Tahap Ketiga

Cara Mengendalikan Keinginan

Untuk mengendalikan keinginan agar stress dapat diusir dari kehidupan ini,

ada beberapa langkah dalam Agama Buddha yang harus ditempuh, yaitu:

a. Kerelaan

Dalam Agama Buddha, kerelaan atau keikhlasan meliputi dua macam yaitu

kerelaan materi dan nonmateri. Kerelaan materi akan lebih mudah dilakukan

karena lebih kelihatan secara indriawi. Kerelaan materi juga menjadi awal untuk

mencapai tahap yang lebih tinggi lagi. Kerelaan materi dapat berbentuk bantuan

sandang, pangan, papan, obat-obatan maupun keuangan.

Kerelaan non-materi atau kerelaan batin agak lebih sulit dilakukan. Kerelaan

non-materi dapat dikatakan sebagai bentuk kerelaan yang lebih tinggi daripada

kerelaan materi. Kerelaan ini membutuhkan sikap mental untuk tidak

mementingkan diri sendiri. Memiliki sikap mental mengharapkan semoga semua

makhluk hidup berbahagia. Memperhatikan sekeliling dan siap membantu mereka

dengan tenaga, ucapan maupun pikiran yang dimiliki. Beberapa bentuk kerelaan

non-materi adalah nasehat, pengendalian diri dan peka pada kondisi lingkungan.

Melaksanakan kedua bentuk kerelaan di atas secara bersama-sama akan

menumbuhkan kebahagiaan dalam hati si pelaku. Perasaan menjadi lebih ringan

dan bahagia karena mempunyai ingatan bahwa dirinya telah mampu mengisi

kehidupan ini dengan sesuatu yang berguna yaitu 'melakukan perbuatan baik'

kepada fihak lain secara aktif. Kebahagiaan yang muncul karena orang telah

mampu mengatasi dirinya ataupun keinginannya sendiri untuk mengembangkan

rasa kebersamaan di jaman orang tidak lagi terlalu memperhatikan lingkungannya.

7

Page 8: PENATALAKSANAAN STRESS PERSPEKTIF RELIGI DAN SPIRITUALNYA  ~AmRie~

Perasaan ini akan menambah semangat hidup dan ketenangan batin serta dapat

membebaskan diri dari stress.

b. Kemoralan

Kemoralan adalah usaha mencegah berkembangnya bahkan -kalau dapat-

menghilangkan perbuatan atau kebiasaan buruk yang telah dimiliki dan berusaha

agar diri sendiri tidak melakukan keburukan yang telah dilakukan oleh orang lain.

Kemoralan juga akan memberikan ketenangan batin karena kemoralan menjaga

segala perbuatan yang dilakukan lewat badan, ucapan dan pikiran agar 'terbebas

dari kesalahan'. Manusia pada dasarnya berhasrat untuk melaksanakan segala

bentuk keinginannya baik keinginan luhur maupun tidak baik. Namun dengan

pengertian akan kemoralan maka orang kemudian akan mampu memilih

perbuatan yang pantas dilakukan dari hal-hal yang tidak sesuai dengan kondisi

lingkungan maupun ukuran kemoralan yang lainnya. Semakin tepat pilihannya,

semakin diterima pula seseorang dalam lingkungannya, semakin besar pula

keyakinan pada dirinya sendiri bahwa ia 'terbebas dari kesalahan'. Bila keinginan

telah terbiasa dikendalikan, maka bila dalam kehidupan ini orang menjumpai

kenyataan yang bertentangan dengan keinginannya, ia akan dengan lapang dada

dan penuh pengertian akan mampu menerima kenyataan tersebut. Ia tenang

menghadapi kenyataan.

Dalam pengertian Agama Buddha, apabila kerelaan adalah unsur aktif untuk

berbuat kebaikan maka kemoralan adalah unsur negatif yaitu mencegah kejahatan.

Kedua unsur ini masing-masing bekerja aktif untuk mengendalikan keinginan

seseorang, menundukkan keinginan seseorang. Kedua unsur ini tidak dapat

dipisahkan satu dengan lainnya karena mereka bekerja saling melengkapi untuk

mencapai tujuan yang sama, hidup bahagia dan bebas dari stress sebagai awal

pencapaian yang lebih tinggi. Dengan demikian, umat Buddha selalu dianjurkan

untuk melaksanakan kedua hal pokok ini.

Dalam menyimpulkan hasil penelitiannya Dr. Claire Weekes menyatakan

bahwa menganut salah satu agama tertentu dapat mencegah serta mengatasi stress

disamping memiliki pekerjaan yang sesuai dan keberanian dalam menghadapi

resiko hidup.

8

Page 9: PENATALAKSANAAN STRESS PERSPEKTIF RELIGI DAN SPIRITUALNYA  ~AmRie~

c. Ketenangan batin

Langkah yang ketiga ini digunakan untuk mengatasi stress langsung dari

sumbernya yaitu pikiran. Dalam pikiran itulah terletak bermacam-macam

keinginan. Ketenangan batin dicapai melalui latihan meditasi. Meditasi dapat

digunakan untuk mengendapkan dan menyusun segala bentuk keinginan dalam

latihan berpikir dengan benar. Manusia mampu melatih setiap gerakan badan dan

ucapan sesuai dengan kemauan, demikian pula terhadap pikiran. Sarana melatih

pikiran itulah yang disebut dengan meditasi. Meditasi mengarahkan batin

seseorang untuk dapat menyadari bahwa hidup adalah saat ini, bukan masa lalu

maupun masa yang akan datang. Pada masa lalu orang pernah hidup tetapi sudah

tidak hidup, di masa datang orang akan hidup tetapi belum hidup; di masa ini, saat

inilah orang hidup dan sedang hidup. Bila batin telah mencapai tahap ini, batin

akan mampu memisahkan antara keinginan yang diperlukan saat ini dari

keinginan yang dapat ditunda atau bahkan keinginan yang perlu dihilangkan.

Dengan demikian, maka orang akhirnya dapat menundukkan keinginannya sendiri

dan terbebaslah ia dari stress. Pada hakekatnya meditasi adalah menyadari segala

sesuatu yang sedang dilakukan, diucapkan dan terutama segala yang dipikirkan.

Meditasi bukanlah berdoa, mengatur pernafasan maupun mengosongkan pikiran.

Dalam melaksanakan meditasi dibutuhkan beberapa persyaratan dasar yaitu posisi

tubuh yang benar, waktu meditasi yang sesuai, tempat meditasi yang memenuhi

persyaratan, obyek meditasi yang cocok dan juga guru yang mampu mengarahkan

meditasi sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Bila ketenangan batin tercapai maka stress pun tidak mempunyai

kesempatan muncul dalam kehidupan ini. Dr. Vernon Coleman juga mengarahkan

para pasien stress-nya untuk melakukan relaksasi terutama dengan meditasi

walaupun tidak harus mengikuti satu bentuk institusi tertentu.

d. Kebijaksanaan

Kemampuan meditasi bukan hanya untuk menghasilkan ketenangan batin

saja tetapi dapat dikembangkan ke arah pengertian batin yang hendak dicari

sebagai obat tertinggi dalam menanggulangi stress.

9

Page 10: PENATALAKSANAAN STRESS PERSPEKTIF RELIGI DAN SPIRITUALNYA  ~AmRie~

Menurut Sang Buddha, ada dua macam kebijaksanaan yaitu kebijaksanaan

duniawi yang berupa teori dan kebijaksanaan mutlak yaitu tercapainya tujuan

tertinggi dalam Agama Buddha, Nibbana/Nirwana. Kebijaksanaan duniawi adalah

pengertian dasar bersifat filosofis dan teoritis untuk mendorong pelaksanaannya

agar orang dapat membuktikan kebenarannya. Apabila telah dilaksanakan maka

setahap demi setahap orang akan mendekati tujuan akhir yaitu kebijaksanaan

mutlak. Pencapaian kebijaksanaan mutlak dengan melatih ketenangan batin

berpandangan terang. Sasaran latihan ketenangan batin tahap akhir ini adalah agar

orang setelah mampu memisahkan antara keinginan yang pokok dan sampingan,

kini di arahkan untuk menyadari bahwa keinginan itulah yang menjadi dasar

ketidakpuasan dalam hidup ini. Keinginan itu pulalah yang menjadi salah satu

sebab munculnya stress dalam hidup ini. Sedangkan sumber keinginan adalah

karena tidak menyadari bahwa hidup akan selalu berubah dan hanyalah proses.

Tahap ini menjadi tahap akhir dan menjadi tahap tertinggi dalam Agama

Buddha. Untuk menguraikan tahapan ini membutuhkan suatu latihan dasar dari

ketiga tahap sebelumnya, oleh karena itu dalam kesempatan ini tahap terakhir ini

hanya diuraikan secara singkat untuk memberikan gambaran sepintas dahulu.

Dalam kesempatan lain, mungkin akan dibicarakan secara khusus dan mendalam.

Sesungguhnya bila hanya untuk mengatasi stress saja ketiga tahap di atas sudah

lebih dari cukup. Bila hendak mengatasi masalah hidup yang sesungguhnya yaitu

untuk mencapai Tuhan Yang Maha esa(=Nibbana/Nirwana) maka tahap keempat

adalah tahap yang harus dilaksanakan.

2.3 Sumber Stressor

1. Lingkungan

a. Sikap lingkungan: berupa tuntutan, pandangan positif dan negatif terhadap

keberhasilan diterima bekerja.

b. Tuntutan dan sikap keluarga, misalnya keharusan mendapatkan pekerjaan,

keinginan akan pilihan orang tua untuk bekerja.

10

Page 11: PENATALAKSANAAN STRESS PERSPEKTIF RELIGI DAN SPIRITUALNYA  ~AmRie~

c. Perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi (IPTEK), makin cepatnya

memperoleh informasi dan trend masa depan jika berhasil terhadap sesuatu

yang diinginkan

2. Diri sendiri

a. Kebutuhan psikologis yaitu keinginan yang harus dicapai terhadap yang

diinginkannya.

b. Proses internalisasi diri, yaitu penyerapan terhadap yang diinginkan secara

terus menerus sesuai dengan perkembangannya

3. Pikiran

a. Berkaitan dengan penilaian individu terhadap lingkungan dan

pengaruhnya pada diri serta persepsi terhadap lingkungan

b. Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara penyesuaian yang biasa

dilakukan oleh individu yang bersangkutan.

Pikiran individu yang negarif baik penilaian saat ini maupun masa yang

akan datang memberi pengaruh yang lebih berat. Misalnya:

Kecemasan menghadapi ujian masuk kerja

Ketakutan tidak lulus ujian masuk kerja

Ragu-ragu mengikuti masuk kerja

2.4 Penatalaksanaan Stress dalam Perspektif Religi dan Spiritual

Penerapan proses keperawatan dari perspektif kebutuhan spiritual klien tidak

sederhana. Hal ini sangat jauh dari sekedar mengkaji praktik dan ritual keagamaan

klien. Perlu memahami spiritualitas klien dan kemudian secara tepat

mengidentifikasi tingkat dukungan dan sumber yang diperlukan (Potter and

Perry,1997). Dengan proses keperawatan sebagai suatu metode ilmiah untuk

menyelesaikan masalah keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan

spiritual yaitu :

a) Pengkajian

Pengkajian dapat menunjukan kesempatan yang dimiliki perawat dalam

mendukung atau menguatkan spiritualitas klien. Pengkajian tersebut dapat

11

Page 12: PENATALAKSANAAN STRESS PERSPEKTIF RELIGI DAN SPIRITUALNYA  ~AmRie~

menjadi terapeutik karena pengkajian menunjukkan tingkat perawatan dan

dukungan yang diberikan. Perawat yang memahami pendekatan konseptual

menyeluruh tentang pengkajian siritual akan menjadi yang paling berhasil

(Farran , 1989 cit Potter and perry, 1997). Pengkajian data subyektif meliputi

konsep tentang Tuhan atau ketuhanan, sumber harapan dan kekuatan, praktik

agama dan ritual, hubungan antara keyakinan dan kondisi kesehatan. Sedangkan

pangkajian data obyektif dilakukan melalui pengkajian klinik yang meliputi

pengkajian afek dan sikap, perilaku, verbalisasi, hubungan interpersonal dan

lingkungan. Pengkajian obyektif terutama dilakukan melalui observasi.(Hamid,

2000).

b) Diagnosa keperawatan

Ketika meninjau pengkajian spiritual dan mengintegrasikan informasi

kedalam diagnosa keperawatan yang sesuai, perawat harus mempertimbangkan

status kesehatan klien terakhir dari perspektif holistik, dengan spiritualitas sebagai

prinsip kesatuan (Farran, 1989). Setiap diagnosa harus mempunyai faktor yang

berhubungan dengan akurat sehingga intervensi yang dihasilkan dapat bermakna

dan berlangsung (Potter and Perry, 1997).

c) Perencanaan

Dengan menetapkan rencana perawatan, tujuan ditetapkan secara individual,

dengan mempertimbangkan riwayat klien, area beresiko, dan tanda-tanda

disfungsi serta data obyektif yang relevan (Hamid, 2000). Menurut (Munley, 1983

cit Potter and Perry, 1997) terdapat tiga tujuan untuk pemberian perawatan

spiritual yaitu klien merasakan perasaan percaya pada pemberi perawatan, klien

mampu terkait dengan anggota sistem pendukung, pencarian pribadi klien tentang

makna hidup meningkat.

d) Implementasi

Pada tahap implementasi, perawat menerapkan rencana intervensi dengan

melakukan prinsip-prinsip kegiatan asuhan keperawatan sebagai berikut (Hamid,

2000) : periksa keyakinan spiritual pribadi perawat, fokuskan perhatian pada

persepsi klien terhadap kebutuhan spiritualnya, jangan berasumsi klien tidak

mempunyai kebutuhan sipiritual, mengetahui pesan non verbal tentang kebutuhan

12

Page 13: PENATALAKSANAAN STRESS PERSPEKTIF RELIGI DAN SPIRITUALNYA  ~AmRie~

spiritual klien, berrespon secara singkat, spesifik, aktual, mendengarkan secara

aktif dan menunjukkan empati yang berarti menghayati masalah klien,

menerapkan teknik komunikasi terapeutik dengan tehnik mendukung, menerima,

bertanya, memberi infomasi, refleksi, menggali perasaan dan kekuatan yang

dimiliki klien, meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada ucapan atau pesan

verbal klien, bersikap empati yang berarti memahami dan mengalami perasaan

klien, memahami masalah klien tanpa menghukum walaupun tidak berarti

menyetujui klien, menentukan arti dari situasi klien, bagaimana klien berespon

terhadap penyakit, apakah klien menganggap penyakit yang dideritanya

merupakan hukuman, cobaan, atau anugrah dari Tuhan, membantu memfasilitasi

klien agar dapat memenuhi kewajiban agamanya, memberitahu pelayanan

spiritual yang ada di rumah sakit.

Menurut Amenta dan Bohnet (1986) cit Govier (2000) ada empat alat/cara

untuk membantu perawat dalam menerapkan perawatan spiritual yaitu menyimak

dengan perilaku wajar, selalu ada, menyetujui apa yang dikatakan klien,

menggunakan pembukaan diri

e) Evaluasi

Perawat mengevaluasi apakah intervensi keperawatan membantu

menguatkan spiritualitas klien. Perawat membandingkan tingkat spiritualitas klien

dengan perilaku dan kebutuhan yang tercata dalam pengkajian keperawatan. Klien

harus mengalami emosi sesuai dengan situasi, mengembangkan citra diri yang

kuat dan realistis, dan mengalami hubungan interpersonal yang terbuka dan

hangat. Keluarga dan teman, dengan siapa klien telah membentuk persahabatan

dapat dijadikan sumber informasi evaluatif. Klien harus juga mempertahankan

misi dalam hidup dan sebagian individu percaya dan yakin dengan Tuhan Yang

Maha Kuasa atau Maha Tinggi. Bagi klien dengan penyakit terminal serius,

evaluasi difokuskan pada keberhasilan membantu klien meraih kembali harapan

hidup (Potter anfd Perry, 1997).Menurut Hamid (2000) tujuan asuhan

keperawatan spiritual tercapai apabila secara umum klien mampu beristirahat

dengan tenang, menyatakan penerimaan keputusan moral atau etika,

mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan Tuhan, menunjukkan hubungan

13

Page 14: PENATALAKSANAAN STRESS PERSPEKTIF RELIGI DAN SPIRITUALNYA  ~AmRie~

yang hangat dan terbuka dengan pemuka agama, menunjukkan afek yang positif,

tanpa perasaan marah, rasa bersalah dan ansietas, menunjukkan perilaku lebih

positif, mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya.

14

Page 15: PENATALAKSANAAN STRESS PERSPEKTIF RELIGI DAN SPIRITUALNYA  ~AmRie~

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Stress adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik mengharuskan

seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Selye, 1976). Lazarus

dan Folkman (1994) mendefinisikan stress psikologis sebagai hubungan khusus

antara seseorang dengan lingkungannya yang dihargai oleh orang lain tersebut

sebagai pajak terhadap sumber dayanya dan membahayakan kemapanannya

Stressor adalah stimulus yang menimbulkan masalah atau stress yang

membutuhkan cara untuk menyelesaikannya sehingga individu dapat menjadi

lebih baik atau adaptif. Stressor adalah semua keadaan, kejadian, atau peristiwa

yang dapat menimbulkan stress.

3.2 Saran

1. Dengan membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami

tentang hal – hal yang berkaitan dengan stress.

2. Pembaca dapat menginterpretasikan pengetahuan dalam makalah ini pada

kehidupan sehari – hari.

15

Page 16: PENATALAKSANAAN STRESS PERSPEKTIF RELIGI DAN SPIRITUALNYA  ~AmRie~

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/10PenatalaksanaanStress123.pdf/

10Penata laksanaanStress123.html

http://nursingbrainriza.blogspot.com/2007/01/mengurangi-respon-tubuh-terhadap-

stress.html

Abraham C dan Shanley E.1997.Psikologi social untuk perawat.Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC

Keliat, B.A.1999. Penatalaksanaan Stress. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC

Kozier, B., and Erb. G.1983. Fundamental of nursing: concept and procedures.

California: Addison – Wesley Publishing company.

16