PENATALAKSANAAN GAGAL JANTUNG

4
PENATALAKSANAAN GAGAL JANTUNG Penatalaksanaan gagal jantung baik itu akut maupun kronik ditujukan untuk memperbaiki gejala dan prognosis, serta kualitashidup,meskipun penatalaksanaan secara individual tergantung dari etiologi serta beratn Pendekatan pada pasien gagal jantung antara lain dengan: 1) me penyakit yang mendasari; 2) mengendalikan faktor-faktor pencetus atau penyuli menentukanderajat gagaljantung; 4) mengurangi beban jantung ( mengurangi aktivitas fisik dan berat badan ); 5) memperbaiki kontraktilitas ( fungsi ) m koreksi terhadap retensi garam dan air; 7) mengevaluasi apakah ada dilakukan koreksi bedah. Penatalaksanaan penderita dengan gagal jantung meliputi penatalaksanaan secara non farmakologis dan farmakologis, keduanya dibutuhkan karena akan saling melengkapi untuk penatalaksaan paripurna penderita gagal jantung A. Penatalaksanaan Non Farmakologis 1. Edukasi kepada pasien mengenai penyakitnya, pengobatan serta pertolongan yang dapat dilakukan sendiri. 2. Perubahangaya hidup seperti pengaturan nutrisi dan penurunanberat badan pada penderita dengan kegemukan. Pembatasan asupan garam, konsumsi alkohol, serta pembatasan asupan cairan perlu dianjurka penderita terutama pada kasus gagal jantung kongestif berat. Penderi juga dianjurkan untuk berolahraga karena mempunyai efek yang positif terhadap ototskeletal, fungsi otonom, endotel serta neurohormonal dan juga terhadap sensitifitas terhadap insulin. 3. Gagal jantungkronisdapat dicetuskan oleh infeksi paru, sehingga vaksinasi terhadap influenza dan pneumococalperlu dipertimbangkan. Profilaksis antibiotik pada operasi dan prosedur gigidiperlukan terutama pada penderita dengan penyakit katup primer maupun pengguna katup prostesis.

Transcript of PENATALAKSANAAN GAGAL JANTUNG

PENATALAKSANAAN GAGAL JANTUNG Penatalaksanaan gagal jantung baik itu akut maupun kronik ditujukan untuk memperbaiki gejala dan prognosis, serta kualitas hidup, meskipun

penatalaksanaan secara individual tergantung dari etiologi serta beratnya kondisi. Pendekatan pada pasien gagal jantung antara lain dengan: 1) menentukan penyakit yang mendasari; 2) mengendalikan faktor-faktor pencetus atau penyulit; 3) menentukan derajat gagal jantung; 4) mengurangi beban jantung ( mengurangi aktivitas fisik dan berat badan ); 5) memperbaiki kontraktilitas ( fungsi ) miokard; 6) koreksi terhadap retensi garam dan air; 7) mengevaluasi apakah ada kemungkinan dilakukan koreksi bedah. Penatalaksanaan penderita dengan gagal jantung meliputi penatalaksanaan secara non farmakologis dan farmakologis, keduanya dibutuhkan karena akan

saling melengkapi untuk penatalaksaan paripurna penderita gagal jantung. A. Penatalaksanaan Non Farmakologis 1. Edukasi kepada pasien mengenai penyakitnya, pengobatan serta pertolongan yang dapat dilakukan sendiri. 2. Perubahan gaya hidup seperti pengaturan nutrisi dan penurunan berat badan pada penderita dengan kegemukan. Pembatasan asupan garam, konsumsi alkohol, serta pembatasan asupan cairan perlu dianjurkan pada penderita terutama pada kasus gagal jantung kongestif berat. Penderita juga dianjurkan untuk berolahraga karena mempunyai efek yang positif

terhadap otot skeletal, fungsi otonom, endotel serta neurohormonal dan juga terhadap sensitifitas terhadap insulin. 3. Gagal jantung kronis dapat dicetuskan oleh infeksi paru, sehingga vaksinasi terhadap influenza dan pneumococal perlu dipertimbangkan. Profilaksis antibiotik pada operasi dan prosedur gigi diperlukan terutama pada penderita dengan penyakit katup primer maupun pengguna katup prostesis.

B. Penatalaksanaan Farmakologis Terapi gagal jantung terdiri atas : 1) terapi spesifik terhadap kausa yang mendasari gagal jantung, misalnya revaskularisasi pada PJK atau valve repair untuk penyakit jantung katup; dan 2) terapi non spesifik terhadap sindroma klinis gagal jantung. Adapun dasar-dasar terapi gagal jantung kongestif : Masalah Preload meningkat Curah jantung rendah, tahanan vaskuler sistemik meningkat Kontraktilitas menurun Frekwensi denyut jantung cepat Fibrilasi atrial Takikardia sinus Terapi Restriksi garam, diuretika, venodilator Arteriolar dilator/inhibitor ACE Obat inotropik positif Tingkatkan blok atrio-ventrikular Perbaiki kemampuan ventrikel kiri

Obat-obat yang biasa digunakan untuk gagal jantung kronis antara lain: diuretik (loop dan thiazide), angiotensin converting enzyme inhibitors, metoprolol), digoxin, spironolakton,

betablocker

(carvedilol,

bisoprolol,

vasodilator (hydralazine /nitrat), antikoagulan, antiaritmia, serta obat positif inotropik. Pemberian nitrat (sublingual, buccal dan intravenus) mengurangi preload serta tekanan pengisian ventrikel dan berguna untuk pasien dengan angina serta gagal jantung. Pada dosis rendah bertindak sebagai vasodilator vena dan pada dosis yang lebih tinggi menyebabkan vasodilatasi arteri termasuk arteri koroner. Sehingga dosis pemberian harus adekuat sehingga terjadi

keseimbangan antara dilatasi vena dan arteri tanpa mengganggu perfusi jaringan. Kekurangannya adalah teleransi terutama pada pemberian intravena dosis tinggi, sehingga pemberiannya hanya 16 24 jam.

Sodium nitropusside dapat digunakan sebagai vasodilator yang diberikan pada gagal jantung refrakter, diberikan pada pasien gagal jantung yang disertai krisis hipertensi. Pemberian nitropusside dihindari pada gagal ginjal berat dan gangguan fungsi hati. Dosis 0,3 0,5 g/kg/menit. Nesiritide adalah peptide natriuretik yang merupakan vasodilator. Nesiritide adalah BNP rekombinan yang identik dengan yang dihasilkan ventrikel. Pemberiannya akan memperbaiki hemodinamik dan neurohormonal, dapat menurunkan aktivitas susunan epinefrin, aldosteron saraf simpatis dan menurunkan kadar di plasma. Pemberian intravena

dan endotelin

menurunkan tekanan pengisian ventrikel tanpa meningkatkan laju jantung, meningkatkan stroke volume karena berkurangnya afterload. Dosis

pemberiannya adalah bolus 2 g/kg dalam 1 menit dilanjutkan dengan infus 0,01 g/kg/menit. Pemberian inotropik dan inodilator ditujukan pada gagal jantung yang disertai hipotensi dan hipoperfusi perifer. Obat inotropik dan / atau

vasodilator digunakan pada penderita gagal jantung akut dengan tekanan darah 85 100 mmHg. Jika tekanan sistolik < 85 mmHg maka inotropik dan/atau vasopressor merupakan pilihan. Peningkatan tekanan darah yang berlebihan akan dapat meningkatkan afterload. Tekanan darah dianggap cukup

memenuhi perfusi jaringan bila tekanan arteri rata - rata > 65 mmHg. Pemberian dopamin 2 g/kg/mnt menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah splanknik dan ginjal. Pada dosis 2 5 g/kg/mnt akan merangsang reseptor adrenergik beta sehingga terjadi peningkatan laju dan curah jantung. Pada pemberian 5 15 g/kg/mnt akan merangsang reseptor adrenergik alfa dan beta yang akan meningkatkan laju jantung serta vasokonstriksi. Pemberian dopamin akan merangsang reseptor adrenergik beta 1 dan alfa 2,

menyebabkan berkurangnya tahanan vaskular sistemik (vasodilatasi) dan meningkatnya kontraktilitas. Dosis umumnya 2 3 g/kg/mnt, untuk meningkatkan curah jantung diperlukan dosis 2,5 15 g/kg/mnt. Pada pasien

yang telah mendapat terapi penyekat beta, dosis yang dibutuhkan lebih tinggi yaitu 15 20 g/kg/mnt. Penanganan invasif yang dapat dikerjakan adalah Pompa balon intra aorta, pemasangan pacu jantung, implantable cardioverter defibrilator,

ventricular assist device. Pompa balon intra aorta ditujukan pada penderita gagal jantung berat atau syok kardiogenik yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan, disertai regurgitasi mitral atau ruptur septum

interventrikel. Pemasangan pacu jantung bertujuan untuk mempertahankan laju jantung dan mempertahankan sinkronisasi atrium dan ventrikel,

diindikasikan pada penderita dengan bradikardia yang simtomatik dan blok atrio-ventrikular derajat tinggi. Implantable cardioverter device bertujuan untuk mengatasi fibrilasi ventrikel dan takikardia ventrikel. Vascular Assist Device merupakan pompa mekanis yang mengantikan sebgaian fungsi ventrikel, indikasi pada penderita dengan syok kardiogenik yang tidak respon terhadap terapi terutama inotropik.