PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY …eprints.ums.ac.id/54037/1/NASKAH...

17
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI ET CAUSA MICROCEPHALUS DI GRIYA FISIO BUNDA NOVY YOGYAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : OKTAVIA RIZKY TRI UTAMI J100140021 PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Transcript of PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY …eprints.ums.ac.id/54037/1/NASKAH...

Page 1: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY …eprints.ums.ac.id/54037/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Walaupun lesi serebral bersifat ... pengklasifikasian ini berdasarkan pada gejala

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY

SPASTIC QUADRIPLEGI ET CAUSA MICROCEPHALUS

DI GRIYA FISIO BUNDA NOVY YOGYAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada

Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

OKTAVIA RIZKY TRI UTAMI

J100140021

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY …eprints.ums.ac.id/54037/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Walaupun lesi serebral bersifat ... pengklasifikasian ini berdasarkan pada gejala

HALAMAN PERSETUJUAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY

SPASTIC QUADRIPLEGI ET CAUSA MICROCEPHALUS DI GRIYA FISIO

BUNDA NOVY YOGYAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

OKTAVIA RIZKY TRI UTAMI

J100140021

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Dosen Pembimbing

Edy Waspada, SST.Ft, S.Fis, M.Kes

NIK : 110.1696

Page 3: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY …eprints.ums.ac.id/54037/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Walaupun lesi serebral bersifat ... pengklasifikasian ini berdasarkan pada gejala

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY

SPASTIC QUADRIPLEGI ET CAUSA MICROCEPHALUS DI GRIYA FISIO

BUNDA NOVY YOGYAKARTA

OLEH

OKTAVIA RIZKY TRI UTAMI

J100140021

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Rabu, 5 Juli 2017

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji :

1. Edy Waspada, SST.Ft, S.Fis, M.Kes ( )

(Ketua Dewan Penguji)

2. Isnaini Herawati, S.Fis, M.Sc ( )

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Agus Widodo,SSt. FT, SKM., M.Fis ( )

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

(Dr. Mutalazimah, SKM., M. Kes)

NIK. 786 / NIDN. 061711301

Page 4: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY …eprints.ums.ac.id/54037/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Walaupun lesi serebral bersifat ... pengklasifikasian ini berdasarkan pada gejala

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam artikel publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Diploma III di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 5 Juli 2017

Penulis

OKTAVIA RIZKY TRI UTAMI

J100140021

Page 5: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY …eprints.ums.ac.id/54037/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Walaupun lesi serebral bersifat ... pengklasifikasian ini berdasarkan pada gejala

1

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY

SPASTIC QUADRIPLEGI ET CAUSA MICROCEPHALUS

DI GRIYA FISIO BUNDA NOVY YOGYAKARTA

Abstrak

Latar Belakang : Cerebral Palsy adalah sekelompok kondisi yang

mempengaruhi otot dan saraf. Penyakit ini bukan bawaan, tapi dimulai dari tahap

awal kehidupan yaitu sejak lahir.

Tujuan : Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi terhadap penurunan

spastisitas, peningkatan tonus otot dan peningkatan kemampuan fungsional.

Hasil : Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapatkan hasil untuk spastisitas

dengan menggunakan skala Asworth tidak mengalami perubahan dari T1 sampai

T6. Pada kekuatan otot dengan Children’s Memorial Hospital USA (XOTR) tidak

ada perubahan nilai kekuatan otot dari T1 sampai T6. Pada pemeriksaan aktifitas

fungsional dengan parameter Gross Motor Functional Measure (GMFM) didapat

hasil tidak ada perubahan pada Dimensi A, Dimensi B, Dimensi C, Dimensi D,

dan Dimensi E tidak ada perubahan pada T1 sampai T6.

Kesimpulan : Dengan menggunakan metode Neuro Development Treatment

ditemukan hasil tidak ada perubahan pada spastisitas otot, kekuatan otot dan

kemampuan fungsional.

Kata kunci : Cerebral Palsy, Neuro Development Treatment (NDT), Skala

Asworth, Children’s Memorial Hospital USA (XOTR), Gross Motor Functional

Measure (GMFM)

Abstract

Background : Cerebral palsy is a group of conditions affecting muscles and

nerves. The disease is not contingental but starting from the early stages of life

that is from birth.

Purpose : To know the implementation of physiotherapy to decrease spasticity,

increased muscle tone and increased functional ability.

Results : After 6X therapy got obtained for spasticity by using the Asworth scale

didn’t change from T1 to the T6. On muscle strengh with Children’s Memorial

Hospital USA (XOTR) there is not value of muscle change from T1 to the T6. On

examination of the functional activities with Gross Motor Functional Measure

(GMFM) can result no change in Dimension A, Dimension B, Dimension C,

Dimension D and Dimension Enot change from T1 to the T6.

Conclusion: Using the method of NeuroDevelopment Treatment results found no

change muscle spasticity, muscle strenghand functional ability.

Keyword :Cerebral Palsy, Neuro Development Treatment (NDT), Asworth Scale,

Children’s Memorial Hospital USA (XOTR), Gross Motor Functional Measure

(GMFM)

1. PENDAHULUAN

Cerebral Palsy adalah gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu

kurun waktu dalam perkembangan anak,di dalam susunan syaraf pusat,

Page 6: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY …eprints.ums.ac.id/54037/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Walaupun lesi serebral bersifat ... pengklasifikasian ini berdasarkan pada gejala

2

bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan

otak yang belum selesai pertumbuhannya. Walaupun lesi serebral bersifat

statis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer

akan berubah akibat maturasi serebral (Mahdalena, Shella. 2012).

William Little, yang pertama kali mempublikasikan kelainan ini pada tahun 1843,

menyebutkan dengan istilah Cerebral Diplegia, sebagai akibat dari prematuritas atau asfiksia

neonatorum. Pada waktu itu, kelainan ini dikenal sebagai penyakit dari Little. Sigmund

Freud menyebut kelainan ini dengan istilah Infantil Cerebral Paralysis, sedangkan Sir

William Osler pertama kali memperkenalkan istilah Cerebral Palsy. Nama lainnya adalah

Static Encephalopathies of Childhood (Soetjiningsih. 2014)

Cerebral Palsy merupakan salah satu gangguan yang muncul dari akibat

permasalahan neurologis yang kerap dialami oleh anak bayi. Tercatat jumlah kelahiran anak

dengan cerebral palsy adalah 2-25/1000 di dunia. Tetapi 10 kali sering ditemukan pada bayi

premature dan lebih sering ditemukan pada bayi yang masih sangat kecil (Menkes.2009).

Badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2003 memperkirakan jumlah anak

penyandang cacat di Indonesia sekitar 7-10% dari jumlah penduduk Indonesia.Sebagian

besar anak penyandang cacat atau sekitar 292.250 anak berada di masyarakat dalam

pembinaan dan pengawasan orang tua dan keluarga.Pada umumnya mereka belum

mendapatkan pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya (Depkes.2011).

Klasifikasi Cerebral Palsyberdasarkan derajat kecacatannya, Cerebral Palsy

dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok. Yaitu ringan, sedang, dan

berat. Sedangkan klasifikasi berdasarkan topografi Cerebral Palsy

dikelompokkan menjadi Monoplegiea, Hemiplegia, Paraplegia, Triplegia,

Diplegi dan Quadriplegia. Kemudian berdasarkan Fisiologi Kelainan Gerak

pengklasifikasian ini berdasarkan pada gejala dari kelainan yang tampak

yaitu Spastic, Dyskenia, Ataxia dan campuran (Yuhanani,Arianda Mukti.

2011). Salah satu penanganan yang tepat untuk gangguan di Cerebral Palsy

yaitu dengan terapi rutin di fisioterapi.

Fisioterapi berperan dalam meningkatkan kemampuan fungsional agar

penderita mampu hidup mandiri sehingga dapat mengurangi ketergantungan

terhadap orang lain. Menurut World Conferedation for Physical Therapy

Page 7: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY …eprints.ums.ac.id/54037/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Walaupun lesi serebral bersifat ... pengklasifikasian ini berdasarkan pada gejala

3

(WCPT), organisasi fisioterapi internasional menyimpulkan bahwa,

Fisioterapi (Physical Therapy) merupakan salah satu profesi kesehatan yang

menyediakan perawatan (treatment) untuk mengembangkan, memelihara,

dan memaksimalkan gerak dan fungsi gerak dalam kehidupan seseorang,

terutama saat terjadi gangguan gerak dan fungsi gerak akibat cedera/trauma

fisik, penyakit, dan faktor lingkungan lainnya (Putriani,2013). Salah satu

pendekatan fisioterapi yang telah dikembangkan untuk menangani kondisi

CP adalah neuro development treatment.

NDT atau Bobath yaitu suatu teknik yang dikembangkan oleh Karel dan

Bertha Bobath pada tahun 1997(Za,2012). NDT merupakan suatu metode

latihan untuk merangsang respon mekanisme neuromuskuler melalui

stimulasi propioseptor. Dengan teknik-teknik inhibisi spastisitas, stimulasi

dan fasilitasi pada NDT akan mengatasi pola gerak abnormal,normalisasi

tonus dan fasilitas gerak yang normal (Saputri. 2013).

Mikrosefali adalah kasus malformasi congenital otak yang palingsering

dijumpai. Ukuran otak pada kasus ini relatife amat kecil, dank arena

pertumbuhannya terhenti maka ukuran tengkorak sebagai wadahnya pun juga

kecil (sebenarnya nama yang lebih tepat adalah mikroensefalus).

Perbandingan berat otak terhadap badan yang normal adalah 1 : 30,

sedangkan pada kasus mikrosefalus, perbandingannya dapat menjadi 1 : 100.

Bila kasus bisa hidup sampai usia dewasa, biasanya berat otaknya hanya

kurang dari 900 gram (bahkan ada yang hanya 300 gram (Gandhi, Bass.

2013).

Otak mikrosefali selalu lebih ringan, dapat serendah 25% otak normal.

Jumlah dan kompleksitas girus korteks mungkin berkurang.Lobus frontalis

adalah yang paling parah, serebelum sering kali membesar tak seimbang.Pada

mikrosefali akibat penyakit perinatal dan postnatal dapat terjadi kehilangan

neuron dan glosis korteks serebri.Mikrosefali paling parah cenderung terjadi

pada bentuk yang diwariskan resesif.Penderita anakmemperlibatkan dahi

yang landai ke belakang dan telinga yang besar tak sebanding.Perkembangan

Page 8: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY …eprints.ums.ac.id/54037/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Walaupun lesi serebral bersifat ... pengklasifikasian ini berdasarkan pada gejala

4

motorik sering kali baik, tetapi retardasi mental secara progresif makin nyata

dan sering kali berat (Deviinatalia, 2014).

Dari evidance di atas, maka penulis menyusun proposal Karya Tulis

Ilmiah dengan judul Penanganan Fisioterapi pada kondisiCerebral Palsy

Spastic Quadriplegi et Causa Microcephalus di Griya Fisio Bunda Novy

Yogyakarta.

2. METODE

Neuro Developmental Treatment atau Bobath yaitu suatu teknik yang

dikembangkan oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun 1997. Metode ini

khususnya ditujukan untuk menangani gangguan system saraf pusat pada

bayi dan anak-anak. Agar lebih efektif, penanganan harus dimulai

secepatnya, sebaiknya sebelum anak berusia 6 bulan. Metode ini dimulai

dengan mula-mula menekankan reflek-reflek abnormal yang patologis

menjadi penghambat terjadinya gerakan-gerakan normal. Anak harus

ditempatkan dalam sikap tertentu yang dinamakan Reflek Inhibiting Posture

(RIP) yang bertujuan untuk menghambat tonus otot yang abnormal

(Za,2012).

Neuro Developmental Treatment merupakan suatu metode latihan untuk

merangsang respon mekanisme neuromuskuler melalui stimulasi

propioseptor. Dengan teknik-teknik inhibisi spastisitas, stimulasi dan

fasilitasi pada NDT akan mengatasi pola gerak abnormal,normalisasi tonus

dan fasilitas gerak yang normal (Saputri. 2013).

Menurut Root 2002 dalam Pitari 2015, prinsip utama yang mendasari

metode ini adalah : (1) normalisasi tonus otot, (2) fasilitasi pola gerak normal

dalam aktivitas keseharian. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sebelum

penanganan antara lain abnormalisasi pola gerakan yang disebabkan pola

patologis dan postur yang abnormal serta tonus yang berubah-ubah. Tetapi

harus bersifat fungsional dan berhubungan dengan aktifitas keseharian, serta

terapi harus bersifat multidisipliner (pendekatan tim) dan harus menyatu

dengan keseharian anak dengan kondisi Cerebral Palsy.

Page 9: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY …eprints.ums.ac.id/54037/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Walaupun lesi serebral bersifat ... pengklasifikasian ini berdasarkan pada gejala

5

Teknik-teknik Neuro Developmental Tratment adalah sebagai berikut:

2.1 Inhibisi

Inhibisi adalah suatu upaya untuk menghambat dan menurunkan

tonus otot. Tekniknya disebut Reflek Inhibitory Patern. Perubahan tonus

postural dan patern menyebabkan dapat bergerak lebih normal dengan

menghambat pola gerak abnormal menjadi sikap tubuh yang normal

dengan teknik Reflek Inhibitory Patern.

2.2 Fasilitasi

Fasilitasi adalah upaya untuk mempermudah reaksi-reaksi automatik

dan gerak motorik yang sempurna pada tonus otot normal. Tekniknya

disebut Key Point of Control. Tujuannya untuk memperbaiki tonus

postural yang normal, memelihara dan mengembalikan kualitas tonus

normal, memudahkan gerakan-gerakan yang disengaja atau diperlukan

dalam aktifitas sehari-hari.

2.3 Stimulasi

Stimulasi adalah upaya untuk memperkuat dan meningkatkan tonus

otot melalui propioseptif dan taktil. Berguna untuk meningkatkan reaksi

pada anak, memelihara posisi dan pola gerak yang dipengaruhi oleh gaya

gravitasi secara automatik.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

Terapi yang diberikan kepada An.G dengan diagnose Cerebral Palsy

Spastic Quadriplegi et Causa Michrocephalus usia 3 tahun 5 bulan. Pada

pemeriksaan pertama kali didapat problematika berupa adanya spastisitas

dan mikrosefali.Yang juga terdapat gangguan kemampuan fungsional yang

mana pasien saat ini belum bisa berjalan.

Page 10: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY …eprints.ums.ac.id/54037/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Walaupun lesi serebral bersifat ... pengklasifikasian ini berdasarkan pada gejala

6

3.1.1 Hasil Pengukuran Spastisitas dengan Skala Asworth

Pengukuran spastisitas dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui nilai spastisitas. Pemeriksaan spastisitas denganskala

Asworth dengan kriteria sebagai berikut :

3.1.1.1 0, tidak ada peningkatan tonus otot

3.1.1.2 1, ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan

terasanya tahanan minimal (catch dan release) pada akhir

LGS pada waktu sendi digerakkan fleksi atau ekstensi,

3.1.1.3 2, ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan adanya

pemberhentian gerakkan (catch) dan diikuti dengan adanya

tahanan minimal sepanjang sisa LGS, tetapi secara umum

sendi tetap mudah digerakkan,

3.1.1.4 3, peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjang sebagian

besar LGS, tetapi sendi masih mudah digerakkan,

3.1.1.5 4, peningkatan tonus otot sangat nyata, gerak pasif sulit

dilakukan,

3.1.1.6 5, sendi atau ekstrimitas kaku (rigid) pada gerakan fleksi atau

ekstensi.

Tabel 1 penilaian dan evaluasi spastisitas skala Asworth

T6 T5 T4 T3 T2 T1 Group

Otot

T1 T2 T3 T4 T5 T6

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

Shoulder

Abduktor

Adduktor

Flexor

Extensor

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

Elbow

Flexor

Extensor

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

Wrist

Flexor

Extensor

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

3

3

3

3

3

3 Hip

Abduktor

3

3

3

3

3

3

Page 11: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY …eprints.ums.ac.id/54037/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Walaupun lesi serebral bersifat ... pengklasifikasian ini berdasarkan pada gejala

7

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

Adductor

Flexor

Extensor

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

Knee

Flexor

Extensor

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

Ankle

Flexor

Extensor

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

3.1.2 Hasil penilaian kemampuan fungsional dengan GMFM

Dari hasil T1 sampai T6,nilai kemampuan fungsional tidak

mengalami perubahan.

Penilaian Akhir :

% A Total Dimensi A = 20 x 100 = 39,21 %

51 51

% B Total Dimensi A = 16 x 100 = 26,66 %

60 60

% C Total Dimensi A = 0 x 100 = 0 %

42 42

% D Total Dimensi A = 0 x 100 = 0 %

39 39

% E Total Dimensi A = 0 x 100 = 0 %

72 72

TOTAL SKOR = %A + %B + %C + %D + %E

5

= 39,21% + 26,66% + 0% + 0% + 0%

5

= 65,87%

5

= 13,174%

Page 12: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY …eprints.ums.ac.id/54037/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Walaupun lesi serebral bersifat ... pengklasifikasian ini berdasarkan pada gejala

8

Tabel 2 Hasil Evaluasi GMFM

DIMENSI T1 T2 T3 T4 T5 T6

A. Berbaring

dan

Berguling

39.21% 39.21% 39.21% 39.21% 39.21% 39.21%

B. Duduk 26.66% 26.66% 26.66% 26.66% 26.66% 26.66%

C. Merangkak

dan

Berlutut

0% 0% 0% 0% 0% 0%

D. Berdiri 0% 0% 0% 0% 0% 0%

E. Berjalan,

Berlari dan

Melompat

0% 0% 0% 0% 0% 0%

JUMLAH 65.87% 65.87% 65.87% 65.87% 65.87% 65.87%

TOTAL

SKOR

13.174% 13.174% 13.174% 13.174% 13.174% 13.174%

Hasil terapi terakhir setelah dilakukan tindakan fisioterapi sebanyak

6 kali,didapatkan hasil terapi yaitu tidak ada perubahan kemampuan

fungsional.

3.1.3 Hasil pemeriksaan kekuatan otot

Dari hasil T1 sampai T6, kekuatan otot tidak mengalami perubahan

Tabel 3 Penilaian kekuatan otot menggunakan XOTR

T6 T5 T4 T3 T2 T1

kiri

Group

Otot

T1

kanan

T2 T3 T4 T5 T6

T T T T T T Shoulder T T T T T T

T T T T T T Elbow T T T T T T

T T T T T T Wrist T T T T T T

T T T T T T Hip T T T T T T

T T T T T T Knee T T T T T T

T T T T T T Ankle T T T T T T

3.2 Pembahasaan

3.2.1 Spastisitas

Derajat spastisitas diukur dengan menggunakan skala Asworth

didapatkan hasil yang dapat dilihat pada protocol studi kasus yang

telah mendapatkan 6 kali evaluasi pada pemeriksaan awal (T1)

sampai dengan pemeriksaan akhir (T6) didapatkan nilai spastisitas

Page 13: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY …eprints.ums.ac.id/54037/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Walaupun lesi serebral bersifat ... pengklasifikasian ini berdasarkan pada gejala

9

dengan skala Asworth tidak ada perubahan dengan nilai spastisitas.

Spastisitas pasien tidak mengalami perubahan,tidak mengalami

peningkatan maupun penurunan. Hal ini dikarenakan untuk

menurunkan spastisitas pada anak butuh waktu yang lama dengan

intensitas yang rutin, sehingga akan menimbulkan efek pola gerak

yang akan menghasilkan gerak volunter.

Nilai Spastisitas Dextra

Grafik 1 Nilai Spastisitas Dextra

Nilai Spastisitas Sinistra

Grafik 2 Nilai Spastisitas Sinistra

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

T1 T2 T3 T4 T5 T6

Nila

i Sp

asti

sita

s

Terapi Hari Ke

Shoulder

Elbow

Wrist

Hip

Knee

Ankle

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

T1 T2 T3 T4 T5 T6

Nila

i Sp

asti

sita

s

Terapi Hari Ke

Shoulder

Elbow

Wrist

Hip

Knee

Ankle

Page 14: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY …eprints.ums.ac.id/54037/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Walaupun lesi serebral bersifat ... pengklasifikasian ini berdasarkan pada gejala

10

3.2.2 Kemampuan Fungsional

Pada pemeriksaan aktifitas fungsional dengan parameter GMFM

didapatkan hasil pada pemeriksaan antara lain: (T0) Dimensi A

Berbaring dan Berguling dengan skor 39,21%, Dimensi B Duduk

dengan skor 26,66%, Dimensi C Merangkak dan Berlutut dengan

skor 0%, Dimensi D Berdiri dengan skor 0%, Dimensi E Berjalan,

Berlari, dan Melompat dengan skor 0%. Pada akhir evaluasi T4

Dimensi A Berbaring dan Berguling dengan skor 39,21%, Dimensi

B Duduk dengan skor 26,66%, Dimensi C Merangkak dan Berlutut

dengan skor 0%, Dimensi D Berdiri dengan skor 0%, Dimensi E

Berjalan, Berlari, dan Melompat dengan skor 0%. Dari awal samapi

akhir terapi tidak mengalami peningkatan. Perbaikan motorik yang

dialami oleh anak tanpa terapi akan memakan waktu yang sangat

lama penanganan secara dini dan intensif akan member hasil yang

optimal (Sunusi dan Nara, 2007).

Grafik 3 Nilai Kemampuan Fungsional

3.2.3 Kekuatan Otot

Evaluasi pada pemeriksaan T1 sampai dengan pemeriksaan T6

didapatkan nilai kekuatan otot dengan skala Children’s Memorial

Hospital Usa (XOTR) tidak ada perubahan nilai kekuatan otot.

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

45.00%

T1 T2 T3 T4 T5 T6

Nila

i

Terapi Hari Ke

Dimensi A

Dimensi B

Dimensi C

Dimensi D

Dimensi E

Page 15: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY …eprints.ums.ac.id/54037/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Walaupun lesi serebral bersifat ... pengklasifikasian ini berdasarkan pada gejala

11

Kekuatan otot pasien tidak mengalami peningkatan maupun

penurunan.Dimana pada T1 didapatkan nilai “T” (Bila ada kontraksi

namun tidak ada gerakan).

4. Penutup

4.1 Kesimpulan

Cerebral Palsy merupakan gangguan pada otak atau atau saraf pusat

yang bersifat non progresif yang terjadi pada masa prenatal, natal dan

postnatal serta tumbuh kembang anak.

Dalam kasus ini ditemukan adanya tanda dan gejala problematik yang

kompleks.Masalah utama dalam kasus ini adalah spastisitas yang

menyebabkan gangguan aktifitas fungsional anak seperti duduk,

merangkak, berdiri, berjalan secara mandiri dan mengakibatkan

kelemahan otot pasien.

Penatalaksanaan fisioterapi yang diberikan kepada pasien atas nama

An.G umur 3 tahun 5 bulan dengan diagnosa Cerebral Palsy Spastic

Quadriplegi et Causa Microcephalus dengan diberikan metode latihan

Neuro Developmental Treatment di Griya Fisio Bunda Novy Yogjakarta

selama 6 kali terapi. Didapatkan hasil sebagai berikut :

4.1.1 Belum ada penurunan spastisitas otot

4.1.2 Belum ada peningkatan kemampuan fungsional

4.1.3 Belum ada peningkatan kekuatan otot

4.2 Saran

Setelah mendapatkan pasien dengan kasus Cerebral Palsy Spastic

Quadriplegi et Causa Microcephalus, maka penulis menyampaikan saran

sebagai berikut :

4.2.1 Kepada Fisioterapis

Fisioterapis disarankan untuk mempunyai pengetahuan tentang

perkembangan aktifitas fungsional yang normal, sehingga intervensi

Page 16: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY …eprints.ums.ac.id/54037/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Walaupun lesi serebral bersifat ... pengklasifikasian ini berdasarkan pada gejala

12

yang diberikan kepada pasien dapat mempercepat adanya perubahan

pertumbuhan pasien.

4.2.2 Kepada Keluarga Pasien

Orang tua harus mengerti tentang kondisi anak dan juga

mengerti tentang tahapan latihan-latihan yang diajarkan oleh

fisioterapis agar orang tua dapat melatih anak dirumah secara

mandiri.

PERSANTUNAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang

telah memberikan kekuatan, kesabaran, dan kesehatan sehingga saya dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan segala kerendahan hati karya tulis

ini saya persembahkan kepada orang tua saya dan orang-orang yang berperan

penting dalam proses pembuatan karya tulis ilmiah ini, terimakasih atas Doa,

dukungan, serta motivasi sehingga saya mampu menyelesaikan salah satu syarat

lulus pendidikan D3 Fisioterapi ini. Untuk dosen pembimbing saya bapak Edy

Waspada terimakasih telah membimbing saya dengan sabar. Terimakasih juga

tidak lupa saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan atas bantuannya dalam

segala hal sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini hingga akhir.

DAFTAR PUSTAKA

Ferri, Fred. Ferri’s Netter Patient Advisor. Philadelphia, PA: Saunders / Elsevier,

2012

Hasan, Rusepno dan Husein Alatas. 2007; Buku Kuliah 2 Kesehatan Anak.

Jakarta :Dasar-dasar Virologi Kedokteran

Hastono, S.P. dan Sabris, L. 2006. Statistika Kesehatan. Bandung: Grafindo

Persada

Kurniadi, Adi. 2012. Cerebral Palsy. Makalah tidak diterbitkan. Departemen Ilmu

Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Mahdalena, Shella. 2012. Cerebral Palsy (CP),

http://jelajahfisio.blogspot.co.id/2010/07/neuro-dev

Page 17: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY …eprints.ums.ac.id/54037/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Walaupun lesi serebral bersifat ... pengklasifikasian ini berdasarkan pada gejala

13

Maryanto,2010; Penatalaksanaan Terapi Latihan pada Cerebral Palsy Spastic

Quadriplegi dengan Metode Neuro Developmental Treatment (NDT),

Jurusan Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta

Pitari. 2015; Manfaat Metode Neuro Development Treatment Terhadap

Penurunan Spastisitas dan Kemampuan Fungsional Jalan, Jurusan

Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta

Putriani, I. 2013; Beberapa Devinisi Fisioterapi di seluruh dunia, http://intan

putriani.weblog.esaunggul.ac.id/2013/07/14/pengertian-fisioterapi-

menurut-organisasi-fisioterapi-di-seluruh-dunia/

Rood, M. 2000; Makalah Pelatihan Konsep Maju Fisioterapi pada Tumbuh

Kembang : NDT Treatment Concept; Sasana Husada Pro Fisio, Jakarta

Saharso, Darto, 1993; Palsy Cerebra, DiaksesTanggal 15/04/2015, dari

http://www.pediatric.com/ISI 03

Snell. 2008; Clinical Neuroanatomy for Medical Student.5th

ed. Washington DC

Soetjiningsih, 2014, Tumbuh Kembang Anak : Laboratorium Ilmu Kesehatan

Anak Universitas Airlangga, Surabaya