penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENATAAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI DI SANGKRAH DENGAN ARSITEKTUR SEBAGAI RESPON TERHADAP BANJIR TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Disusun Oleh: RAHARDI ADHITYA LEKSANA NIM. I 0205014 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

Page 1: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PENATAAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI DI SANGKRAH

DENGAN ARSITEKTUR SEBAGAI RESPON TERHADAP BANJIR

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Syarat

untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh:

RAHARDI ADHITYA LEKSANA NIM. I 0205014

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

LEMBAR PENGESAHAN

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PENATAAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI DI SANGKRAH

DENGAN ARSITEKTUR SEBAGAI RESPON TERHADAP BANJIR

DISUSUN OLEH:

RAHARDI ADHITYA LEKSANA NIM. I 0205014

Surakarta, 25 April 2011

Menyetujui,

Mengesahkan,

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Pembimbing I

Ir. Hadi Setyawan,MT NIP. 19530415 198003 1 004

Pembimbing II

Ir. Edy Hardjanto NIP. 19560128 198503 1 001

Pembantu Dekan 1 Fakultas Teknik

Ir. Nugroho Djarwanti,MT NIP. 19561112 198403 2 007

Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Ir. Hardiyati,MT NIP. 19561209 198601 2 001

Page 3: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia, rahmat serta hidayahNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Konsep Perencanaan dan Perancangan

Tugas Akhir Penataan Permukiman Bantaran Sungai di Sangkrah dengan

Arsitektur Sebagai Respon Terhadap Banjir dengan baik.

Tugas akhir tersebut dibuat sebagai salah satu syarat untuk mencapai

gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret. Tugas akhir tersebut

selesai disusun setelah melalui proses, kerja keras dan merupakan hasil dari

pembelajaran di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.

Maka berkat bantuan dari berbagai pihak, proses penyusunan tugas akhir

tersebut dapat diselesaikan secara menyeluruh. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Hardiyati, MT, selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNS.

2. Ir. Soedwiwahjono, MT, selaku Sekretaris Jurusan Arsitektur Fakultas

Teknik UNS.

3. Ir. Hadi Setyawan, MT, selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir.

4. Ir. Edy Hardjanto, selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir.

5. Ir. FX Soewandi, MT, selaku Pembimbing Akademik.

6. Semua pihak yang telah membantu selesainya karya ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir tersebut terdapat kekurangan, maka

dengan kerendahan hati, penulis menerima segala kritik dan saran yang dapat

membangun agar lebih baik. Akhir kata, semoga tugas akhir tersebut dapat

memberikan manfaat bagi penulis, pembaca, serta masyarakat. Amin.

Surakarta, 28 Maret 2011

Penulis

Page 4: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENATAAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI DI SANGKRAH DENGAN ARSITEKTUR SEBAGAI RESPON TERHADAP BANJIR

Selebihnya, untuk mencapai suatu realitas, barulah “arsitektur berdasarkan manusia”, desain disesuaikan dengan penghuninya, humanis, agar mereka mau dan mampu menempati. Selain kemudian menanamkan kepercayaan dan kesepakatan pada masyarakat untuk menjaga kelestarian lahan yang dimiliki dan dikelola bersama tersebut, sebagai prasyarat penempatan lahan, desain juga harus positif terhadap site, karena di sisi lain, klise namun memang begitu adanya – memanfaatkan bantaran sungai sekiranya adalah negatif, dalam perspektif regulasi, dengan dilandasi alasan ekologis dan hidrologis untuk kepentingan luas. Dengan asumsi itu, aspek ketersediaan lahan dapat terlebih dulu diabaikan untuk kemudian diperoleh tatanan yang baik – untuk manusianya dan juga lingkungan.

Sederhana … Ketika pilihan lokasi berhuni dianggap merupakan prioritas yang “mutlak”, manusia lebih memilih konsekuensi lokasional yang justru lebih mengerikan – banjir. Lahan berpangkat “bantaran” jelas saja merupakan daerah banjir. Dilematis memang, karena faktanya banjir tidak terjadi setiap saat, sedangkan menciptakan kembali kemapanan bertempat tinggal (dalam berbagai orientasi) di tempat baru tidaklah mudah dan singkat. Desain penataan yang dilakukan menjadi “arsitektur mengatur manusia” – mau tidak mau manusianya harus menerima tatanan baru yang cenderung ideal dalam kaitannya menghindari intervensi permasalahan banjir, yang tidak hanya merugikan, juga mematikan

Page 5: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERSEMBAHAN & UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN I – 1 A. PEMAHAMAN JUDUL I – 1 B. LATAR BELAKANG I – 1 1. Umum – Diskriminasi Lahan, Perkembangan Paradigma, dan Konsekuensi

Pemanfaatan Bantaran Sungai I – 1 2. Khusus – Sangkrah dan Masalah Banjir Bantaran I – 2 3. Urgensi – Skema Penataan, Bukan Menentang, Melainkan Memberi

Alternatif I – 3 C. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN I – 4 D. TUJUAN DAN SASARAN I – 4 E. LINGKUP DAN BATASAN I – 4 F. METODOLOGI I – 5 1. Metode Penelusuran Masalah I – 5 2. Metode Pencarian Data dan Informasi I – 5 3. Metode Perumusan Konsep Desain I – 5 4. Metode Desain I – 5 G. SISTEMATIKA PENULISAN I – 5 BAB II. PEMAHAMAN REFERENSI II – 1 A. PEMAHAMAN MENGENAI BANJIR II – 1 1. Mengenal Banjir II – 1 2. Esensi Permasalahan Banjir II – 2 3. Pemanfaatan Ruang Daerah Banjir II – 3 a. Arsitektur Air/Perairan II – 3 b. Sedikit Teori dan Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang Banjir II – 4 c. Flood Proofing Sebagai Inovasi Arsitektur Merespon Banjir II – 5 d. Studi pada Ide Desain dengan Perencanaan yang Merespon Banjir II – 6 B. PEMAHAMAN MENGENAI PERMUKIMAN II – 11 1. Esesnsi Permukiman dan Kegiatan Bermukim II – 11 2. Rumah Sebagai Unsur Utama Permukiman II – 13 3. Mengenai Penataan Permukiman II – 14 a. Metode Penataan Permukiman II – 14

Page 6: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Studi Penataan Permukiman II – 15 C. PEMAHAMAN MENGENAI BANTARAN SUNGAI II – 17 1. Mengenal Bantaran Sungai II – 17 2. Menuju Bantaran Hijau II – 17 BAB III. DATA DAN INFORMASI LAPANGAN III – 1 A. BANTARAN SUNGAI DI SANGKRAH SEBAGAI FLOODPLAIN III – 1 1. Faktor Melimpasnya Air Bengawan Solo III – 1 2. Kondisi Akibat Banjir III – 3 3. Upaya Peresponan Banjir III – 3 B. BANTARAN SUNGAI DI SANGKRAH SEBAGAI OBJEK PERMUKIMAN III – 4 1. Kondisi Fisik III – 4 2. Kondisi Masyarakat III – 6 a. Gambaran Kependudukan III – 6 b. Cerita Tentang Masyarakat Bantaran Sungai di Sangkrah III – 6 c. Eksistensi Masyarakat Bantaran III – 7 C. BANTARAN SUNGAI DI SANGKRAH SEBAGAI LAHAN III – 8 BAB IV. PENENTUAN KONSEP DESAIN IV - 1 A. MERESPON BANJIR IV – 2 1. Penentuan Flood Proofing IV – 5 2. Analisa Rekayasa Elevasi Bangunan dan Dry Flood Proofing IV – 6 3. Analisa Sirkulasi Temporer Satt Banjir IV – 10 4. Penentuan Antisipasi Persoalan turunan Banjir IV – 12 a. Analisa Persoalan genangan Air pada Lahan IV – 12 b. Analisa Persoalan kekotoran IV – 12 c. Analisa Persoalan kerusakan IV – 13 5. Analisa Lokasi Pada Kondisi Banjir IV - 14 B. MERENCANAKAN PENATAAN PERMUKIMAN IV – 17 1. Menentukan Skenario Penataan IV – 17 2. Membatasi Permukiman IV – 18 3. Menentukan Fungsi pada Permukiman IV – 19 4. Menentukan Besaran Ruang IV – 22 a. Besaran Ruang Unit Rumah IV – 22 b. Besaran Ruang Mushola IV – 23 c. Besaran Ruang Pos Keamanan IV – 24 d. Besaran Ruang Communal Space dan Tempat Bermain IV – 24 5. Menentukan Pola Hubungan Ruang IV – 25 a. Pola Hubungan Ruang Makro IV – 25 b. Pola Hubungan Ruang Mikro IV – 25 6. Analisa Site Secara Umum IV – 26 7. Mengenai Fungsionalitas Permukiman IV – 28 a. Makro IV – 29

Page 7: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Mikro IV – 32 C. MENGEMBALIKAN FUNGSI HIJAU BANTARAN SUNGAI IV - 34 BAB V. KONSEP V – 1 A. LOKASI V – 1 B. SKENARIO PENATAAN V – 2 C. PERUANGAN DAN BESARAN RUANG V – 2 D. POLA HUBUNGAN RUANG V – 3 E. KONSEP BANGUNAN V – 4 F. SIRKULASI PADA LAHAN V – 8 G. TATA LAHAN V – 11 H. SISTEM UTILITAS KAWASAN V – 13 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 8: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Gambaran Kondisi Permukiman Bantaran Sungai di Sangkrah Saat Banjir I – 2

Gambar 1.2 Cakupan Banjir Bengawan Solo I – 3

Gambar 2.1 Permasalahan Banjir II – 2

Gambar 2.2 Gambaran Arsitektur dan Air pada Desain Water Cities Wierdedorp Ezinge dan Palm Jumeirah Dubai

II – 4

Gambar 2.3 Skema Teknis Flood Proofing II – 5

Gambar 2.4 Beberapa Tipologi Rumah Tradisional Berpanggung II – 7

Gambar 2.5 Rumah Tradisional Suku Asmat yang Ada di Perairan II – 7

Gambar 2.6 Hind House by John Pardew II – 8

Gambar 2.7 MOS Floating House II – 8

Gambar 2.8 Desain Rumah Oleh Pohkit Goh II – 9

Gambar 2.9 Desain Rumah dengan Wet Flood Proofing oleh Eleena Jamil Architects dan oleh Nissen Adams LLP

II – 9

Gambar 2.10 Gambaran Kawasan Dordrecht Municipality II – 10

Gambar 2.11 Macam Flood Proofing pada Unit-unit Bangunan Dordrecht Municipality II – 10

Gambar 2.12 Perubahan Ketinggian Permukaan Air Terhadap Bangunan II – 11

Gambar 2.13 Analisa Kawasan Dordrecht Municipality II – 11

Gambar 2.14 Permukiman Kali Code II – 17

Gambar 2.15 Sketsa Bantaran Sungai II – 18

Gambar 3.1 Tinjauan Makro Lokasi Terhadap Kota Surakarta III – 1

Gambar 3.2 Peta Banjir Kota Surakarta III – 2

Gambar 3.3 Kondisi Penduduk Bantaran Sangkrah Saat Banjir III – 3

Gambar 3.4 Informasi Kesiapsiagaan Banjir Kelurahan Sangkrah III – 4

Gambar 3.5 Kondisi Fisik Permukiman Bantaran Sungai di Sangkrah III – 5

Gambar 3.6 Gambaran Lahan Bantaran Sungai di Sangkrah III – 8

Gambar 3.7 Gambaran Topografi Sekitar Lahan III – 9

Gambar 3.8 Penyeberangan Perahu Tradisional Bengawan Solo III – 9

Gambar 4.1 Pendekatan yang Terintergrasi IV – 1

Gambar 4.2 Siklus Banjir pada Lahan dan Konsep Keterpenuhan Aktivitas IV – 5

Gambar 4.3 Amphibious atau Floating dan Dry Flood Proofing IV – 6

Gambar 4.4 Wet Flood Proofing dan Rekayasa Elevasi Bangunan IV – 7

Gambar 4.5 Penggunaan Kolong Panggung (Awaso) pada Rumah Tradisional Bugis di Kamal Muara

IV – 8

Page 9: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 4.6 Konsep Rumah dengan Flood Proofing IV – 9

Gambar 4.7 Mekanisme Pelipatan pada Partisi Gedhek IV – 10

Gambar 4.8 Skema Jalur Sirkulasi Temporer pada Lahan IV – 11

Gambar 4.9 Rencana Jalur Sirkulasi Temporer pada Lahan IV – 11

Gambar 4.10 Gambaran Jalur Sirkulasi Temporer pada Lahan IV – 12

Gambar 4.11 Wujud Jalur Sirkulasi Temporer pada Lahan IV – 12

Gambar 4.12 Arus Air Terhadap Tata Massa IV – 14

Gambar 4.13 Arus Air Terhadap Tata Posisi IV – 14

Gambar 4.14 Perubahan Aliran Sungai Saat Banjir IV – 14

Gambar 4.15 Analisa Lokasi pada Saat Kondisi Banjir IV – 15

Gambar 4.16 Dinding Sejajar Arus IV – 16

Gambar 4.17 Output Analisa Lokasi pada Saat Kondisi Banjir IV – 17

Gambar 4.18 Skala Permukiman Mengerucut pada Tempat Tinggal IV – 19

Gambar 4.19 Analisa Lokasi Secara Umum IV – 26

Gambar 4.20 Output Analisa Lokasi Secara Umum IV – 28

Gambar 4.21 Skema Jaringan Listrik IV – 29

Gambar 4.22 Skema Satuan Jaringan Air Bersih IV – 30

Gambar 4.23 Kotak Sebagai Bentuk Dasar Bidang Rumah IV – 33

Gambar 4.24 Penggunaan Dinding Bersama Antar Unit Rumah IV – 33

Gambar 4.25 Material Lama yang Masih dapat Digunakan IV – 34

Gambar 4.26 Green Wall, Tanaman pada Bidang Vertikal IV – 36

Gambar 4.27 Bak Penangkap Lumpur IV – 36

Gambar 5.1 Lokasi Lahan Penataan Permukiman Bantaran Sungai di Sangkrah V – 1

Gambar 5.2 Ramp pada Bangunan Rumah V – 5

Gambar 5.3 Model Partisi Pelingkup Lantai Dasar Bangunan V – 5

Gambar 5.4 Material yang Masih Dapat Digunakan V – 6

Gambar 5.5 Konsep Bangunan Rumah V – 7

Gambar 5.6 Gambaran Desain Mushola V – 8

Gambar 5.7 Sirkulasi pada Lahan V – 8

Gambar 5.8 Sirkulasi pada Kondisi Normal V – 9

Gambar 5.9 Eksisting Jln. Untumg Suropati dan Jalan Lingkungan V – 10

Gambar 5.10 Skema Konektivitas Fungsi pada Lahan Saat Banjir V – 10

Gambar 5.11 Flying Pedestrian V – 11

Gambar 5.12 Tata Lahan V – 11

Page 10: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 5.13 Susunan Dinding-dinding Unit Hunian Terhadap Kecenderungan Arus Air V – 12

Gambar 5.14 Ruang Komunal di Koridor Antar Kelompok Hunian V – 12

Gambar 5.15 Barrier Buatan V – 13

Gambar 5.16 Skema Satuan Jaringan Air Bersih V – 13

Gambar 5.17 Skema Jaringan Air Kotor dan Drainase V – 14

Gambar 5.18 Bak Penangkap Lumpur V – 14

Gambar 5.19 Skema Jaringan Listrik V – 14

Page 11: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I - 1

BAB I

PENDAHULUAN

PENATAAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI DI SANGKRAH DENGAN ARSITEKTUR SEBAGAI RESPON TERHADAP BANJIR

A. PEMAHAMAN JUDUL

Permukiman dipahami sebagai wadah (tempat) untuk melakukan kegiatan bermukim (hidup) manusia. Lahan bantaran sungai di Sangkrah telah berperan sebagai permukiman atau tempat merumah bagi sejumlah manusia. Penataan permukiman meliputi pengaturan komponen-komponen permukiman yang ada pada bantaran sungai di Sangkrah sebagai suatu lingkup bahasan permukiman.

Penataan permukimaan ini dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan permasalahan banjir bantaran yang sifatnya mutlak dapat terjadi terhadap kemanfaatan bantaran sungai di Sangkrah tersebut guna menunjang keberhasilan pewadahan aktivitas bermukim pada lahan, tentu saja dengan cara merespon banjir yang terjadi pada perencanaannya.

B. LATAR BELAKANG

1. Umum – Diskriminasi Lahan, Perkembangan Paradigma, dan Konsekuensi Pemanfaatan Bantaran Sungai

Tanggul merupakan bangunan pengendali sungai yang dibangun dengan

persyaratan teknis tertentu untuk melindungi daerah sekitar sungai terhadap limpasan air sungai.1 Adanya tanggul yang dibangun di sepanjang tepian sungai secara sederhana menciptakan dua teritori, area luar tanggul berupa daratan terlindung dan area dalam tanggul berupa sungai itu sendiri serta sebagian kecil area lahan di bibir sungai yang tidak lain disebut bantaran sungai, sesuai dengan pengertiannya bahwa bantaran sungai merupakan lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam. Tanggul secara signifikan telah menjadi pembeda lahan (daratan).

Dalam perkembangannya, telah berkembang pula paradigma tentang pemanfaatan bantaran sungai. Minoritas memandang, bantaran sungai sederhananya adalah lahan yang berpotensi untuk dapat dimanfaatkan lebih fungsional, terutama untuk memenuhi kebutuhan properti sebagai salah satu kebutuhan primer manusia selain sandang dan

1 Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 Tahun 1991 Tentang Sungai.

Page 12: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I - 2

pangan. Dengan urgensi dan latar belakang yang berbeda-beda, manusia “dituntut” untuk memanfaatkan lahan bantaran, mengalihkan dari kefungsian seharusnya sebagai ruang hijau disertai penurunan kualitas lingkungan lebih lanjut.

Di sisi lain, kemanfaatan bantaran sungai tersebut tidak lepas dari problematika lokasionalnya. Sebagai pelindung, fungsi tanggul yaitu melindungi daerah sekitar sungai (luar tanggul) dari limpasan atau kenaikan debit air sungai. Sehingga, semua sungai bertanggul (dan berbantaran) tentu saja berpotensi terjadi limpasan air sungai karena memang adanya tanggul (yang kemudian menciptakan bantaran sungai) diperuntukkan untuk itu. Adanya kondisi tersebut secara umum juga terrumus dalam salah satu permasalahan klasik air, disebut dengan 3T (too little, too much, dan too dirty). Pada dasarnya, keadaan di mana air yang ada lebih (baca: terlalu) banyak dari kondisi normal disebut dengan banjir.

Banjir bantaran, sebutan untuk limpasan yang terjadi, banjir yang terjadi pada lahan bantaran, yang kemudian menjadi permasalahan apabila merugikan, mulai kerusakan material, occupancy tidak berhasil akibat keterancaman jiwa dan ketidakamanan, tekanan psikis, hingga kerugian finansial harta benda. Banjir di bantaran merupakan banjir yang mutlak (baca: wajar) terjadi. Tentunya, pemanfaatan bantaran sungai selalu dihadapkan pada permasalahan banjir bantaran tersebut.

2. Khusus – Sangkrah dan Masalah Banjir Bantaran

Fenomena nyata dari problematika pemanfaatan bantaran sungai salah satunya digambarkan oleh kondisi permukiman bantaran sungai di Sangkrah, Surakarta. Bagaimanakah ketika pemanfaatan bantaran sungai untuk permukiman “konvensional” dihadapkan pada permasalahan banjir? Berdasarkan kejadian banjir 2007, akibat tingginya luapan air sungai yang berarus, belum lagi sifat destruktifnya, hampir seluruh properti pada lahan bantaran terendam limpasan air Bengawan Solo, mati dari segala aktivitas bermukim akibat gangguan banjir tersebut, belum lagi kerusakan yang terjadi akibat sifat destruktif aliran fluida air. Yang ada berupa kegagalan fungsional total.

Gambar 1.1

Gambaran Kondisi Permukiman Bantaran Sungai di Sangkrah saat Banjir Sumber: konsorsiumsolo.multiply.com, 22 Oktober 2008

Page 13: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I - 3

Tanggul Bengawan Solo, pembentuk lahan bantaran yang ada, merupakan wujud

kebutuhan akan proteksi, juga merupakan refleksi dari potensi melimpasnya volume air Bengawan Solo. Yang diketahui, aliran Bengawan Solo melalui daerah depresi antara beberapa vulkan (intermountain plain) yaitu Lawu, Merapi, dan Pegunungan Seribu. Kondisi itu membuat Bengawan Solo berperan sebagai muara banyak anak sungai, memiliki banyak suplier air selain Waduk Gajah Mungkur sebagai penyuplai utama.

Kejadian banjir akhir 2007 silam yang melibatkan debit aliran air Bengawan Solo merupakan banjir terbesar sejak tahun 1966. Tercatat, banjir serupa pernah terjadi pada tahun 1863, 1904, dan 1966 bahkan penguasaan airnya meluas, sebagai gambaran, pernah hingga menggenangi tengah kota Surakarta. Curah hujan di DAS Bengawan Solo hulu per 26 Desember 2007 memiliki rata-rata 124 mm/hari atau ekuivalen dengan periode ulang 55 tahun (sebagai perbandingan banjir tahun 1966 ekuivalen dengan periode ulang 60 tahun). Debit puncak di Jurug diperkirakan sebesar 1986 m3/detik atau ekuivalen dengan periode ulang 30 tahun.2

Informasi di atas menggambarakan problematika pemanfaatan bantaran sungai di Sangkrah. Kemanfaatan bantaran sungai untuk permukiman selama ini dihantui oleh potensi permasalahan banjir bantaran. Oleh karena itu, kondisi tersebut membutuhkan tindak lanjut berdasarkan batasan normatif yang ada.

3. Urgensi – Skema Penataan, Bukan Menentang, Melainkan Memberi Alternatif

Tentunya, kasus ini (terlebih dahulu) keluar dari kemungkinan kebijakan penggusuran yang sering dilakukan sebagai jalan keluar dari pemanfaatan bantaran sungai untuk permukiman yang didasari oleh peraturan atau regulasi tata lahan yang ada, entah dengan penyelesaian masalah kependudukan seperti apa nantinya. Yang jelas, pemanfaatan bantaran sungai selama ini belum berhasil keluar dari belenggu

2 Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo.

Gambar 1.2 Cakupan Banjir Bengawan Solo

Sumber: inigeonews.blogspot.com, 7 Agustus 2010

Page 14: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I - 4

paradigma bahwa hal tersebut hanya akan saling memberikan kerugian antara dua subjek, manusia dan air (serta ruang hijau), yang tidak bisa saling berbagi ruang dan fungsi yang berdampingan. Indikasinya, menurunnya kualitas lingkungan, ketidakseimbangan siklus hidrologi, persoalan air, serta di satu sisi, bagi manusia bahaya dari permasalahan banjir, kerugian material dan jiwa. Kebijakan-kebijakan regulatif yang ada tentunya didasarkan sebagai antisipasi berkembangnya masalah tersebut.

Proyek tugas akhir ini merupakan gagasan desain ideal sebagai eksperimen untuk memperluas pandangan mayoritas di atas. Prinsipnya yaitu fungsi permukiman dan fungsi ruang air serta ruang hijau bantaran sebagaimana mestinya dapat ditampung bersama dalam suatu lahan bantaran. Hal itu bukan tanpa dasar. Banyak teknologi dan ide arsitektural berkaitan dengan pemanfaatan lahan dengan resiko banjir (flood risk) dan air. Di sisi lain, ada juga konsep-konsep green dan keberlanjutan yang ramah lingkungan untuk diterapkan pada pengelolaan bantaran sungai. Skema yang muncul yaitu dengan toleransi kerugian yang sekecil-kecilnya, pemanfaatan bantaran sungai sebagai lahan potensial dapat dioptimalkan sebanyak-banyaknya.

Singkatnya, pemanfaatan lahan bantaran secara liar dan dekonstruktif masih banyak dilakukan. Lalu, mengapa tidak sekalian saja keberadaannya direncanakan agar hasilnya (relatif) lebih baik?

C. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN

Permasalahannya, bagaimanakah tatanan permukiman bantaran sungai di Sangkrah yang dapat menghilangkan/meminimalisir permasalahan banjir bantaran yang potensial terjadi terhadap kefungsian kemanfaatan lahan, sehingga dapat mewadahi aktivitas bermukim masyarakatnya dengan baik. Persoalan dipaparkan sebagai berikut. - Bagaimanakah desain yang dapat menjadi solusi untuk menghilangkan permasalahan

banjir bantaran terhadap kemanfaatan lahan sebagai permukiman. - Bagaimana tatanan baru yang tetap dapat menjadi wadah kegiatan bermukim

masyarakat bantaran sungai di Sangkrah yang ada dengan baik. - Bagaimanakah desain yang sebisa mungkin dapat mengembalikan fungsi dan kualitas

lingkungan bantaran sungai pada lokasi sebagaimana mestinya sebagai area hijau. D. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuannya, tatanan permukiman bantaran sungai di Sangkrah yang mewadahi aktivitas bermukim dengan baik, tanpa adanya permasalahan banjir sebagai problema lokasional. Sasaran dipaparkan sebagai berikut. - Tata massa bangunan. - Bentuk permukiman dan model hunian. - Sistem struktur dan konstruksi bangunan.

Page 15: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I - 5

- Material bangunan. - Tata kawasan dan landscaping. - Sistem sirkulasi bangunan dan kawasan. - Sistem utilitas penunjang fungsi

E. LINGKUP DAN BATASAN

Lingkup pembahasan adalah cakupan disiplin ilmu arsitektur antara lain tema spesifik mengenai banjir, aspek permukiman sebagai produk fisik, aspek lingkungan bantaran, serta lokasi (site) spesifik area bantaran sungai di Sangkrah, Surakarta. Batasannya dapat dijelaskan sebagai berikut.

- Pembahasan tema banjir dibatasi mengenai banjir yang terjadi pada lokasi serta mengenai flood proofing.

- Aspek mengenai permukiman berdasarkan pemahaman esensial dengan mengabaikan ketentuan dan standar yang ada untuk lebih dulu memprioritaskan pada bentukan-bentukan flood proofing yang sifatnya urgen.

- Aspek mengenai lingkungan bantaran dibatasi pada isu-isu yang bersangkutan, keluar dari ketentuan-ketentuan formal mengenai pengelolaan bantaran sungai.

- Aspek lokasi berkaitan dengan fisik permukiman esksisting dan kependudukan sebagai objek perencanaan,

F. METODOLOGI

1. Metode Penelusuran Masalah

- Observasi, menyusul adanya fenomena kejadian banjir dan permasalahan permukiman bantaran sungai khususnya pada lokasi sebagai stimulan ide, lebih lanjut untuk memperkaya pengalaman indrawi mengenai permasalahan yang aktual terjadi.

- Studi literatur, menemukan keterkaitan antara fenomena yang terjadi dengan acuan ilmu.

2. Metode Pencarian Data dan Informasi

- Survey lanjutan, melanjutkan pengamatan pada lokasi dan aspek-aspek yang berhubungan dan dibutuhkan dalam pertimbangan kebijakan desain nantinya.

- Studi literatur, mengumpulkan referensi ilmu untuk mengolah informasi dan data yang diperoleh.

Page 16: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I - 6

3. Metode Perumusan Konsep Desain Perumusan konsep perancanaan dan perancangan (desain) yaitu melalui metoda

induktif (berdasar data empirik) dan metode deduktif (berdasar referensi yang membantu mengarahkan pembahasan). Cara yang digunakan yaitu analisis deskriptif, yaitu analisis dengan cara membandingkan/membahas data dan informasi dengan referensi yang ditentukan.

4. Metode Desain

- Mentransformasikan konsep yang diskriptif (verbal) ke dalam bentuk gambar (visual).

- Sketsa ide. - Studi tiga dimensi. - Realisasi gambar ide menjadi suatu wujud rancangan (desain).

G. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I Sebagai Pendahuluan untuk memberikan gambaran tentang keseluruhan substansi penulisan ini.

BAB II Pemahaman Referensi, di sini sebagai acuan ilmu atau pengetahuan umum

yang dipilih dan dibutuhkan berkaitan dengan pembahasan.

BAB III Merupakan input, berupa Data dan Informasi Lapangan.

BAB IV Menjelaskan Penentuan Konsep Desain berupa penyelesaian persoalan desain untuk menghasilkan konsep desain.

BAB V Merupakan output, memaparkan desain dan hasil rumusan dari proses

desain sebagai Konsep.

Page 17: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II - 1

BAB II

PEMAHAMAN REFERENSI A. PEMAHAMAN MENGENAI BANJIR

1. Mengenal Banjir

“A relatively high flow or stage in a river, markedly higher than the usual, also the inundation of low land that may result therefrom. A body of water, rising, swelling and overflowing the land not usually thus covered.” 1

Menurut pengertian di atas, banjir merupakan arus atau tingkatan muka air

yang tinggi pada sungai (jaringan drainase), lebih tinggi dari kondisi normal biasanya, dan juga disertai dengan genangan (tidak adanya penurunan yang signifikan) pada permukaan yang lebih rendah. Limpahan air yang terjadi meluapi dan menutupi daratan di sekitarnya.

Secara umum penyebab banjir ada dua, yaitu akibat yang ditimbulkan oleh

manusia, serta kejadian alam yang terjadi (alamiah).2 Oleh manusia, beberapa hal yang menimbulkan banjir di antaranya aktivitas tata guna lahan yang tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah dan air, pemanfaatan air tanah yang berlebihan, penghalangan aliran drainase, pemanfaatan flood plain untuk permukiman atau pertanian, pendangkalan sungai oleh sedimen sampah.

Pendangkalan sungai oleh sedimen akibat kerusakan hutan merupakan faktor alam yang berpengaruh.3 Lebih lanjut, pengaruh faktor daerah tangkapan air seperti ukuran, bentuk, posisi, topografi, geologi menentukan terjadinya banjir. Laju dan volume banjir suatu daerah tangkapan air meningkat bila ukuran daerah juga meningkat, akan tetapi laju dan volume banjir per satuan luas daerah tangkapan air berkurang jika luas daerah banjir bertambah.4

Ada beberapa jenis banjir. Perbedaan lokasi “endemik” banjir menghasilkan

karakter yang berbeda-beda. Banjir sungai adalah salah satu jenis banjir, selain banjir air laut (air pasang atau tsunami), serta banjir danau (termasuk waduk dan bendungan).5 Banjir sungai atau banjir pada saluran drainase ruang darat meliputi jenis dengan aliran lambat serta flash flood. Kejadian banjir kilat, banjir yang terjadi

1 Pengertian berdasarkan sumber “Multilingual Technical Dictionary on Irrigation and Drainage”,

ICID. 2 Siswoko (1996). 3 Menurut Lee (1980) dalam Subagio (1990). 4 Schwab (1997). 5 Jenis banjir menurut menurut “Geografi”, penerbit Yudhistira Ghalia Indonesia.

Page 18: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II - 2

TRADISIONAL “NO PROBLEM”

MODERN MASALAH BANJIR

MUKA AIR NORMAL

MUKA AIR BANJIR

Gambar 2.1 Permasalahan Banjir

Sumber: Dok. pribadi berdasarkan “Banjir, Masalah Banjir, dan Upaya Mengatasinya”

sangat cepat dengan kecepatan dan kekuatan arus air yang tinggi pula, dapat terjadi hanya pada kondisi tertentu misalnya hujan badai yang intens, atau pelepasan air dari wadah penampungan air dalam debit yang besar sekaligus tak terkontrol.

Banjir memberikan efek buruk bagi kehidupan manusia. Primary effects, meliputi kerusakan fisik pada properti, bahaya dan kematian sebagai resiko jiwa. Secondary effects, mulai dari persoalan suplai air, ketersediaan air bersih, kegagalan panen pada lahan pertanian dan langkanya bahan makanan, serta kerusakan alam lanjut. Ada pula tertiary effects, permasalahan ekonomi akibat matinya kehidupan ekonomi wilayah banjir, pemulihan, menurunnya tourism, mahalnya logistik.

2. Permasalahan Banjir

Menurut pengertiannya, fisik banjir hanyalah (tetap) berwujud air, air yang

meninggi, air dengan volume besar, air dan sebagainya. Lalu misalnya, apakah luapan air berskala besar yang terjadi di rimba terpencil menjadi sebuah permasalahan bagi orang-orang di kota? Bagaimana dengan bertambahnya volume air pada got-got di perumahan pada musim penghujan?

Apakah sebenarnya yang dipermasalahkan dari banjir?

Karena itulah di sini ada istilah “permasalahan banjir”. Pada dasarnya, banjir menjadi masalah ketika adanya banjir tersebut menimbulkan gangguan atau kerugian.6 Dengan adanya kontak fisik dengan banjir, praktis akan timbul gangguan atau kerugian tersebut. Ketika tidak, lalu mengapa banjir perlu dipermasalahkan? Yang ada hanya banjir, tanpa permasalahan.

Konsep sederhana yang dilakukan guna mitigasi banjir yaitu dengan

menghilangkan adanya kontak antara fungsi dengan banjir. Pada dasarnya ada dua metode. Pertama, menghilangkan banjir dari fungsi. Dalam hal ini, dilakukan rekayasa pada banjir. Upaya agar banjir tidak terjadi atau paling tidak luapan air yang ada tidak menjangkau fungsi, dilakukan dengan jalan penyelamatan lingkungan, pengelolaan drainase dengan baik, menerapkan ruang terbuka pada

6 Menurut sumber Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo

Page 19: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II - 3

kota sebagai area resapan, membangun tanggul untuk menjaga konsistensi ruang untuk air, dan sebagainya.

Kedua, menghilangkan fungsi dari banjir. Upaya dilakukan berkaitan dengan lokasi. Pemilihan lokasi yang aman, baik swadaya maupun oleh peran penting pemerintah melalui kebijakan regulatifnya dapat diupayakan.

Kendati dua metode di atas telah dilakukan, faktanya masih ada fenomena limpasan air yang tak terkendali hingga mencapai area fungsional, atau di sisi lain masih banyak ditemui fungsi-fungsi terbangun pada area banjir. Inilah permasalahan banjir era modern, masih dan makin ada saja kontak antara fungsi terbangun dengan banjir.

3. Pemanfaatan Ruang Daerah Banjir

Penganti-banjiran, konsep lain yang dapat dilakukan7 sebagai jalan keluar pemanfaatan lahan banjir. Prinsipnya bahwa dengan adanya kontak antara fungsi dengan banjir, (relatif) tidak terjadi gangguan atau kerugian. Pengalaman tentang arsitektur anti banjir dapat dianalogikan dari berbagai pemikiran terhadap kondisi keruangan yang identik.

a. Arsitektur Air/Perairan

Proses pembentukan ruang tidak terbatasi oleh karakter tempat. Pada dasarnya, keberhasilan produk arsitektur adalah fungsi. Ketika suatu perencanaan berada pada area perairan, yang terpenting adalah bagaimana fungsi itu mampu terpresentasikan dengan baik, dengan rekayasa tertentu untuk menunjang dan membentuk ruang. Didukung berbagai ide inovasi dan teknologi sekarang ini, membangun di area air bukanlah hal yang sulit atau mustahil.

Paradigma mengenai “lokasi” sebagai “lahan” berkembang menjadi pemahamannya sebagai “ruang” memunculkan ide-ide meruang pada lokasi perairan, serupa dengan munculnya ide mengenai pengembangan hunian vertikal di mana sudah tidak lagi dihiraukan keberadaan “lahan” terhadap fungsi.

Teknisnya, pemanfaatan ruang terhadap perairan yang tipikal ada dua. Pertama, pemanfaatan ruang dalam air, terwujud berupa teknologi nautika kapal selam, terowongan lintas pulau, akuarium bawah air, dan sebagainya. Yang kedua, pemanfaatan ruang di atas permukaan air, wujudnya berupa peninggian permukaan, berbagai bentuk jembatan, kapal dan perahu, tambang minyak lepas pantai, dan sebagainya.

Dalam arsitektur, teknis di atas diadopsi sebagai sebuah pemecahan persoalan meruang terhadap lingkungan perairan, munculnya ide-ide tentang kota-kota berbasis air, resort lepas pantai, bangunan di tepi sungai, sea world, rumah di dataran banjir, dan penerapan yang lain.

7 Maksudnya selain dua metode yang telah disampaikan sebelumnya yaitu mengenai penghilangan

kontak antara fungsi dengan banjir..

Page 20: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II - 4

Sebagai objek pada perairan, pembahasan arsitektur bangunan air juga tidak

lepas dari aspek aliran air terhadap perencanaan yang bersangkutan. Terlebih, di sini sungai merupakan perairan dengan karkteristik air yang tidak statis, memiliki aliran atau kecepatan dan arah gerak. Pada ilmu hidrolika, sungai sendiri merupakan jenis saluran terbuka. Pembahasan hidrolika berkaitan dengan seberapakah aliran air berpengaruh terhadap objek desain yang ada, atau sebaliknya.

b. Sedikit Teori dan Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang Banjir

Meng-anti banjir dilakukan dengan dasar bahwa secara garis besar, ada tiga bentuk respon terhadap bahaya banjir yang dapat dilakukan oleh manusia.8 - Adjustment (penyesuaian), mengarah pada penataan manusia juga meliputi

produk dan sarana pemenuh kebutuhan manusia, karena banjir tidak akan menjadi problem jika tidak ada manusia yang terkena dampak.

- Protection (perlindungan) merupakan bentuk perlindungan manusia terhadap banjir dalam bentuk modifikasi saluran/sungai, lebih mengarah pada perlakuan pada lingkungan terjadinya banjir untuk meminimalisasi luapan ke daerah terlindung.

- Abatement (pengurangan potensi) merupakan upaya perlindungan banjir yang lebih komplek karena membentuk perlakuan terhadap DAS secara menyeluruh. Mengenai pemanfaatan bantaran untuk kawasan terbangun, ada sedikit

teknis untuk segi arsitektural mencakup teknis bangunan dan tata lahan.9 Dalam pengolahan lahan, sebagai salah satu bagian dari penanganan banjir, pengelolaan dilakukan dengan berprinsip pada konservasi lahan dan air. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan cara-cara berikut. - Pembuatan terasering.

8 Berdasarkan buku “Floods, A Geographical Approach” karya Roy Ward. 9 Berdasarkan “Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Rawan Bencana Banjir”

yang dikeluarkan oleh Ditjen Penataan Ruang Dept. PU.

Gambar 2.2 Gambaran Arsitektur dan Air pada

Desain Water Cities Wierdedorp Ezinge dan Palm Jumeirah Dubai Sumber: www.core77.com, 17 Desember 2010

Page 21: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II - 5

- Penghijauan dengan tanaman keras. - Pembuatan saluran-saluran tanah yang dapat mengurangi erosi tanah, yang

dapat menyebabkan sedimentasi sungai. - Pembuatan sumur resapan. - Rehabilitasi situ-situ. - Pembuatan check dam di badan sungai untuk menanggulangi erosi dasar

sungai.

Metode flood proofing merupakan cara yang dapat digunakan sebagai salah satu metode dalam perancangan bangunan di area banjir. Tujuan dari flood proofing untuk mengurangi dampak bencana pada saat kejadian banjir (minimalisasi permasalahan banjir).

Prinsipnya yaitu menghindarkan area fungsional pada bangunan dari kemungkinan capaian banjir, antara lain dengan rekayasa elevasi muka tanah atau elevasi muka struktur, serta menggunakan material/bahan bangunan tahan air dan tekanan. Flood proofing dapat dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek. - (design flood level), yang merupakan ketinggian permukaan air banjir

(maksimum atau yang sering terjadi) baik dari perhitungan, analisa dan perkiraan, maupun dari kejadian yang pernah terjadi.

- Tinggi jagaan (free board), sebagai toleransi dari ketinggian perkiraan air banjir. Kisarannya yaitu 30 cm hingga 50 cm di atas design flood level. Aspek ini berkaitan dengan flood proofing dengan cara meninggikan elevasi dari bagian fungsional bangunan.

- Penentuan lokasi yaitu di tepi dataran banjir (flood fringe).

Dalam perencanaan area banjir menjadi lahan terbangun harus memperhatikan resiko banjir (flood risk) yang nantinya dapat menjadi input dalam penentuan zonifikasi dataran banjir (floodplain zoning), meliputi beberapa aspek yang sifatnya non fisik yang menentukan tingkat resiko banjir seperti besarnya banjir yaitu kedalaman dan kecepatan aliran banjir (karakteristik banjir), efektifnya waktu peringatan banjir, kesiapan menghadapi banjir, kecepatan naiknya elevasi banjir, lamanya genangan yang dapat terjadi,

Gambar 2.3 Skema Teknis Flood Proofing

Sumber: “Pedoman Pemanfaatan Kawasan Rawan Bencana Banjir”

Page 22: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II - 6

halangan-halangan aliran air banjir, tingkat kerusakan bencana banjir, dan masalah evakuasi jika diperlukan.

c. Flood Proofing Sebagai Inovasi Arsitektur Merespon Banjir

Menurut Kiran Curtis10 pada kompetisi flood proof houses yang diadakan oleh Norwich Union dan RIBA, dengan memandang fenomena banjir yang sifatnya universal, menjelaskan bahwa strategi pendekatan untuk desain pada resiko banjir secara umum dapat menggunakan salah satu dari empat metode. 1) Rumah dengan rekayasa elevasi. Prinsip ini serupa dengan rumah panggung. 2) Rumah apung atau amphibious. Rumah ini merupakan adopsi sifat apung

dari teknologi nautika kapal dan perahu/rakit-rakit sederhana. 3) Rumah dengan dry flood proofing, atau dengan pertahanan terhadap

intervensi banjir (resilient). Pada dasarnya, bagian luar rumah berfungsi sebagai penahan (benteng) aliran air agar tidak masuk ke bagian fungsional rumah. Aspek struktur dan kekuatan material sangat penting di sini.

4) Rumah dengan wet flood proofing, yang tidak bermasalah walaupun diintervensi oleh banjir. Ini adalah skema yang fleksibel dengan melibatkan rumah berlantai lebih dari satu. Sederhananya, ketika banjir, lantai dasar dibiarkan “mati” untuk sementara, habit masih bisa berlangsung di lantai atas bangunan.

d. Studi pada Ide Desain yang Merespon Banjir

Arsitektur dengan respon terhadap banjir bukanlah hal yang baru karena permasalahan banjir merupakan permasalahan primitif, telah ada seiring adanya manusia sebagai subjek yang mempermasalahkan banjir. Akan tetapi, hal tersebut juga bukan sesuatu yang umum dan banyak dilakukan karena lokasi banjir kebanyakan bukan merupakan pilihan bertempat kecuali sebuah keterpaksaan.

Oleh karena itu beberapa gagasan ideal mengenai peresponan banjir pada perencanaan bangunan di daerah banjir yang sudah ada dapat dipakai sebagai acuan penggagasan desain.

Sesuai penuturan Kiran Curtis, desain dengan peresponan banjir yang ada teridentifikasi memiliki prinsip-prinsip flood proofing. Terlepas dari stimulasi ideal, nyatanya peresponan banjir memang telah banyak diterapkan pada perancangan bangunan yang sudah ada. Banjir sebagai kondisi alam yang ekstrim kadang menghasilkan desain arsitektur yang unik pula, karena memang perubahan skala prioritas terutama demi keamanan kadang harus meninggalkan ukuran-ukuran estetika publik yang dicerminkan oleh wujud-wujud standar relatif bangunan “konvensional” yang lebih dahulu ada.

10 Principle dari KCA Architect

Page 23: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II - 7

1) Rekayasa Elevasi Bangunan Tipologi panggung sudah menjadi ciri rumah tradisional khususnya di

kawasan Asia Tenggara, beberapa di antaranya di Indonesia seperti Rumah Panjang, Rumah Panggung, Rumah Gadang dan beberapa yang lain. Sejak awal, bentuk panggung diterapkan untuk menghindari bahaya. Banjir dan hewan buas merupakan yang dimaksud.

Selanjutnya, fungsi panggung semakin berkembang sesuai dengan

kebutuhan dan pemikiran akan tuntutan efisiensi. Mengingat bahwa banjir sifatnya insidental, juga intensitas kondisi banjir tentu lebih jarang dibanding kondisi normal, selebihnya sela di bawah panggung digunakan untuk penyimpanan, kandang, bekerja, dan sebagainya yang lebih fungsional daripada sekedar untuk ruang toleransi air. Dengan tetap mempertimbangkan resiko banjir, pemanfaatan kolong panggung bukan untuk fungsi krusial, melainkan fungsi kebutuhan sekunder.

Kini bentukan panggung tersebut tidak lebih dari sekedar ciri rumah adat regional lokasi yang bersangkutan. Yang aktual, ada beberapa rumah tradisional dengan panggung yang masih “berfungsi” seperti contohnya rumah tradisional Suku Asmat di Sungai Pomako.

Lebih modern, Hind House oleh John Pardew adalah contoh rekayasa elevasi bangunan. Hunian yang berada di tepi sungai ini dibuat berada lebih

Gambar 2.4 Beberapa Tipologi Rumah Tradisional Berpanggung

Sumber: www.koran-jakarta.com, 17 September 2010

Gambar 2.5 Rumah Tradisional Suku Asmat yang Ada di Perairan

Sumber: adikurnia.wordpress.com 17 September 2010

Page 24: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II - 8

Gambar 2.7 MOS Floating House

Sumber: www.egodesign.ca, 17 Desember 2010

Gambar 2.6 Hind House by John Pardew

Sumber: www.topinteriordesign.com, 17 Desember 2010

tinggi dari permukaan tanah dengan tiang-tiang penyangga. Bagian bawah panggung dibiarkan berupa space kosong yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk sekedar memarkir mobil. Akses menuju rumah menggunakan tangga. Konstruksi rumah cukup sederhana, berupa struktur rangka metal dan kayu sebagai dindingnya.

2) Floating atau Amphibious

Konsep floating dapat dilihat dari MOS Floating House. Daripada rumah anti banjir, penerapan floating lebih karena lokasinya yang berada di perairan. Sub-strukturnya menggunakan bentuk drum-drum yang dirangkai untuk menunjang pengapungan. Dengan mekanisme pengapungan yang sederhana ini, konstruksi rumah bagian atas dibuat menggunakan material yang ringan.

Konsep amphibious dapat dicontohkan pada Brad Pitt’s Floating House.

Serupa dengan mekanisme floating, hanya saja normalnya rumah berada di atas daratan. Struktur rumah tetap dengan pondasi dan kolom, akan tetapi dengan mekanisme pengapungan, pelat rumah dapat bergerak vertikal, menyesuaikan ketinggian banjir yang terjadi.

Page 25: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II - 9

Gambar 2.9 Desain Rumah dengan Wet Flood Proofing

oleh Eleena Jamil Architects dan oleh Nissen Adams LLP Sumber: “Flood-proof Houses for the Future: A Compendium of Design”

Gambar 2.8 Desain Rumah oleh Pohkit Goh

Sumber: “Flood-proof Houses for the Future: A Compendium of Design”

3) Dry Flood Proofing Pada penerapannya, metode ini sangat sedikit digunakan karena

resikonya tinggi. Metode ini lebih familiar pada kondisi banjir yang kecil, dengan peresponan menyerupai sistem dam-dam sederhana. Desain resilient house Pohkit Goh dapat menjadi contoh aplikasinya. Pada bangunan dengan bentuk kotak sederhana, kaca sebagai bagian luar bangunan yang dominan dibuat dengan ketahanan terhadap air sehingga banjir tidak dapat masuk ke rumah. Kekuatan kaca tersebut dibantu oleh susunan kayu-kayu, tidak hanya sebagai pelindung, namun juga menunjang estetika.

4) Wet Flood Proofing

Metode ini biasanya disertai dengan sistem peruangan yang fleksibel

pada lantai dasar untuk menunjang keamanan properti dan kemudahan evakuasi. Sirkulasi air dalam ruangan menjadi penting agar tidak merusak

Page 26: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II - 10

Gambar 2.10 Gambaran Kawasan Dordrecht Municipality

Sumber: www.baca.uk.com, 13 Agustus 2010

atau aliran air tidak menjadi terhambat. Contohnya dapat dilihat dari desain rumah oleh Eleena Jamil Architects dan juga Nissen Adams LLP berikut. Perencanaan unit rumah yang tipikal memungkinkan terbentuk jalur sirkulasi darurat saat banjir yang dapat diakses melalui lantai atas masing-masing.

Secara umum, ada pula Dordrecht Municipality, hunian massal berwujud

apartemen dan rusun dengan unit yang berbeda-beda, yang menggunakan gabungan beberapa metode flood proofing. Desain ini masih dalam tahap pembangunan. Lokasinya berada di tepi sungai di Dordrecth yang telah diketahui berpotensi terjadi banjir.

Gambar 2.11 Macam Flood-proof pada Unit-unit Bangunan Sumber: www.baca.uk.com, 13 Agustus 2010

Page 27: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II - 11

Gambar 2.12 Perubahan Ketinggian Permukaan Air Terhadap Bangunan

Sumber: www.baca.uk.com, 13 Agustus 2010

Gambar 2.13 Analisa Kawasan Dordrecht Municipality

Sumber: www.baca.uk.com, 13 Agustus 2010

Bangunan ini diadakan karena kebutuhan masyarakat akan hunian yang besar. Urgensi yang muncul untuk pemanfaatan lahan tepi air ini yaitu potensi panorama dan suasana tepi air yang begus, dan juga sebagai landmark kawasan. Di sisi lain hal tersebut juga meningkatkan nilai jual properti bagi masyarakat kelas atas.

Page 28: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II - 12

B. PEMAHAMAN MENGENAI PERMUKIMAN

1. Esensi Permukiman dan Kegiatan Bermukim11

Pengertian Umum Permukiman Istilah permukiman pengertiannya luas sebagai suatu kesatuan ekologis antara

masyarakat manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan buatan, yang bertumbuh membangun peradabannya dalam multidimensi sosial-keluarga dan komunitas, sosial-ekonomi, sosial-politik, sosial-budaya, dan sosial-keagamaan.

Pada skala yang kecil, permukiman dapat diartikan sebagai lingkungan hunian, lebih luas dapat berwujud sistem lingkungan perkotaan, dan seterusnya. Meskipun tidak dihuni secara langsung, hutan, sungai, langit, lautan yang juga berperan pada sistem kehidupan manusia sebagai subjek yang melakukan aktivitas bermukim, juga merupakan bagian permukiman. Sehingga yang lebih luas lagi, tata surya dapat pula diartikan sebagai permukiman di mana mewadahi seluruh sistem aktivitas bermukim yang sangat besar.

Kegiatan Bermukim

Selain adanya kesatuan ekologis antara manusia dan lingkungannya, permukiman dapat diindikasikan dari telah tumbuhnya kegiatan bermukim. Suatu keluarga bekerja, bersekolah, bermain, bernafas, makan minum, beristirahat, beribadah, berolahraga dalam suatu lingkungan, baik dalam ruang rumah maupun ruang bersama, mereka telah disebut bermukim pada lingkup lingkungan tersebut. Kegiatan bekerja, rekreasi, dan sebagainya, juga dilakukan bukan hanya di lingkungan tempat tinggal, namun juga di tempat yang lebih jauh, di mana rumah-rumah tetap menjadi tempat berasal dan tempat kembali dari berbagai aktivitas tersebut, maka mereka juga melakukan kegiatan bermukim di wilayah yang lebih luas tersebut. Bahkan bagi yang sering berpindah tempat kerjanya, terbang menggunakan pesawat, berlayar dengan kapal, semua itu tergolong kegiatan bermukim. Semua itu dilakukan di tempat yang habitable.

Oleh karena itu sering dijumpai modifikasi lingkungan agar menunjang kegiatan bermukim, seperti toilet dan tempat makan pada alat transportasi seperti kapal, bus dan pesawat. Bahkan aktivitas yang ada di lahan yang dikatakan illegal untuk area “permukiman”, yang di dalamnya ada anak-anak bersekolah, ayah mencari nafkah, ibu mengurus rumah tangga, juga digolongkan kegiatan bermukim.

Adaptasi, Hubungan Alami, dan Menciptakan Tempat

Berdasarkan kesatuan ekologis dan tumbuhnya kegiatan bermukim tersebut, maka permukiman mengambil ruang dan tempat (space and place) dalam skala yang

11 Dipahami dan dirangkum berdasarkan artikel Moh. Jehansyah Siregar, Ph.D, KK Perumahan dan

Permukiman, SAPPK-ITB, “Memahami Permukiman dan Pengaturannya”, disusun sebagai masukan akademis dalam penyusunan RUU Perumahan dan Permukiman pada 2010.

Page 29: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II - 13

beragam. Permukiman dapat berupa lingkungan hunian, skala lingkungan kota, sistem kota atau sistem desa – kota, lebih luas lagi sistem antar wilayah negara, dan seterusnya. Kemampuan beradaptasi dalam ruang dan tempat kegiatanlah yang menentukan skala permukiman mereka. Tidak semua manusia memiliki kemampuan adaptasi terhadap berbagai skala ruang dan tempat. Ada manusia yang nyaman untuk bersekolah di dalam kota saja, berarti lingkup permukimannya dalam skala kota. Ada pula orang yang nyaman bekerja secara menglaju (commuting), maka lingkup permukiman yang terbentuk berskala antar-kota. Bahkan ada orang yang anti sosial, hanya dapat beradaptasi didalam rumah, maka lingkupnya hanya dalam skala rumah sebagai permukiman.

Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan ini menandai suatu hubungan yang alami antara manusia dan hunian serta lingkungan tempat tinggalnya. Berbagai faktor sosial budaya yang mempengaruhi adaptasi manusia dan lingkungan tempat tinggalnya inilah yang pada gilirannya menentukan pilihan-pilihannya akan tempat tinggal. Aspek inilah yang kemudian tidak menjadi prioritas dalam pertimbangan penyediaan tempat tinggal dan permukiman, contohnya seperti banyak sekali mistarget pembangunan perumahan. Di satu sisi banyak perumahan yang tidak laku akibat tidak diminati mayarakat. Di sisi lain, tumbuhnya permukiman informal (ilegal) pada hakikatnya menunjukkan adanya kebutuhan riil akan tempat tinggal kelompok itu di lokasi tersebut.

Mengapa bisa terjadi? Karena didasari kemampuan beradaptasi tersebut, individu dan keluarga melakukan suatu pilihan tempat tinggalnya mengikuti dorongan kebutuhan yang khas dan unik untuk setiap individu dan keluarga. Individu dan keluarga memilih tempat tinggal dengan lebih banyak pertimbangan dan dengan waktu lebih lama.

Pengaturan Urusan Permukiman

Urusan permukiman di sini tentunya tidak menyangkut permukiman secara luas dan makro seperti diuraikan tersebut. Mangapa? Karena permukiman dalam arti luas pada dasarnya merupakan fenomena yang tumbuh secara alamiah. Oleh karena itu, istilah “penyelenggaraan permukiman” yang maknanya luas sekali, tentunya tidak tepat lagi. Penyelenggaraan permukiman dengan lingkup makro mungkin mendekati lingkup penyelenggaraan negara.

Pada sudut pandang yang lebih terbatas, hubungan perumahan dan permukiman hendaknya tidak dilihat dari kacamata pelaksanaan proyek-proyek secara formalistik seperti ini. Kategorisasi terhadap komponen-komponen fisik memaknai perumahan sebagai kumpulan rumah-rumah, sedangkan permukiman diartikan sebagai kumpulan rumah-rumah yang plus-plus (fasilitas dan prasarana). Pemahaman yang salah kaprah inilah yang akhirnya memandang bahwa urusan perumahan dan permukiman dapat dikotak-kotakkan begitu saja untuk kemudian dijadikan objek hukum suatu pengaturan melalui undang-undang.

Page 30: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II - 14

2. Rumah Sebagai Unsur Utama Permukiman

Rumah, pengertiannya adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.12 Kebutuhan akan dapat berlindung sebenarnya termasuk kebutuhan yang utama, selanjutnya karena manusia tidak lagi hidup secara berpindah-pindah, maka mereka memerlukan tempat tinggal yang tetap, yang sekarang bisa disebut rumah.13

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia akan papan merupakan

bagian dan perumahan dan permukiman yang perlu ditata agar dapat berkelanjutan, serta dapat meningkatkan kesejahteraan penghuni di dalamnya karena akan menunjang pembangunan ekonomi, sosial budaya dan bidang-bidang yang lain.14

Rumah beserta lingkungannya (permukiman) merupakan pusat kegiatan

keluarga, pendidikan, pembentukan kepribadian dan nilai budaya suatu komunitas serta sebagai tempat persemaian generasi yang akan datang yang dapat melambangkan peradaban manusia serta dapat menjadi cermin jati diri dan taraf hidup penghuninya sebagai gambaran peri kehidupan dan penghidupan yang menyeluruh.15

Ketika permukiman diukur pada skala individu dan keluarga, maka rumah

merupakan permukiman pada skala yang kecil. Paradigma mengenai kebutuhan hunian masyarakat di negara ini yaitu bahwa bertambahnya satu angka pernikahan berarti bertambahnya satu kebutuhan hunian. Artinya satu keluarga inti untuk satu rumah. Batasan rumah adalah rumah sebagai wadah privasi dan aktivitas anggota keluarga yang ditentukan menempati rumah tersebut.

Rumah tidak lebih dari sekedar wujud fisik rumah (ruang), hak untuk menempati, hak akan privasi, untuk melakukan aktivitas merumah, baik itu rumah sewa ataupun rumah sendiri tergantung kemampuan suatu keluarga dalam mengadakan hunian bagi mereka.

Fungsi utama yang terkandung dalam sebuah rumah sebagai tempat bermukim,

yaitu:16 - Rumah sebagai penunjang identitas keluarga (identity) yang diwujudkan pada

kualitas hunian atau perlindungan yang diberikan oleh rumah. Kebutuhan akan tempat tinggal dimaksudkan agar penghuni dapat memiliki tempat berteduh guna melindungi diri dari iklim setempat.

12 Musthofa Bisri, 2008 13 Juhana, 2000. 14 UU RI No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. 15 Arti penting rumah, oleh Silas, 1993. 16 Turner.

Page 31: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II - 15

- Rumah sebagai penunjang kesempatan (opportunity) keluarga untuk berkembang dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi atau fungsi pengemban keluarga. Kebutuhan berupa akses ini diterjemahkan dalam pemenuhan kebutuhan sosial dan kemudahan ke tempat kerja guna mendapatkan sumber penghasilan.

- Rumah sebagai penunjang rasa aman (security) dalam arti terjaminnya keadaan keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah. Jaminan keamanan atas lingkungan perumahan yang ditempati serta jaminan keamanan berupa kepemilikan rumah dan lahan (the form of tenure).

3. Mengenai Penataan Permukiman

a. Metode Penataan Permukiman

Untuk kawasan di atas tanah legal (slums): 1) Model Land Sharing

Yaitu penataan ulang di atas tanah dengan kepemilikan masyarakat cukup tinggi. Masyarakat akan mendapatkan kembali lahannya dengan luas yang sama dengan memperhitungkan kebutuhan untuk prasarana umum (jalan, saluran, dan sebagainya). Beberapa prasyaratnya antara lain: - Tingkat kepemilikan/penghunian secara sah cukup tinggi dengan luasan

yang terbatas. - Tingkat kekumuhan tinggi dengan ketersediaan lahan yang memadahi

untuk menempatkan sarana dan prasarana dasar. - Tata letak permukiman belum berpola.

2) Model Land Consolidation Model ini juga menerapkan penataan ulang di atas tanah yang selama

ini telah dihuni. Beberapa prasyaratnya antara lain: - Tingkat penguasaan lahan secara tidak sah (tidak memiliki bukti primer

pemilikan atau penghunian) oleh masyarakat cukup tinggi. - Tata letak permukiman tidak/kurang berpola, dengan pemanfaatan yang

beragam (tidak terbatas pada hunian). - Berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan fungsional yang lebih

strategis dari sekedar hunian. Untuk kawasan di atas tanah ilegal (squatters): 1) Resettlement

Pemindahan penduduk menuju pada suatu kawasan yang khusus disediakan. Pemindahan ini perlu dilakukan bila permukiman berada di kawasan fungsional yang akan direvitalisasi sehingga bertujuan juga untuk memberikan nilai ekonomi bagi pemerintah.

2) Konsolidasi Lahan

Page 32: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II - 16

Apabila dalam kawasan tersebut akan dilakukan refungsionalisasi kawasan dengan catatan sebagian lahan yang disediakan masih bagi lahan hunian, guna menampung penduduk yang kehidupannya sangat bergantung pada kawasan sekitarnya serta bagi penduduk yang masih ingin tinggal di kawasan ini. Salah satu pemecahannya adalah penempatan dalam rumah sewa.

b. Studi Penataan Permukiman

1) Penataan Permukiman di Kali Anyar, Mojosongo17 Diawali keinginan warga untuk memperjuangkan kepemilikan tanah

secara serempak. Mulanya beberapa tidak dapat dikabulkan karena berbagai permasalahan. - Tempat tinggal warga berada di area bentaran Kali Anyar. - Beberapa berada dalam 10 meter garis sempadan sungai. - Terkena proyek pelebaran Jln. Tentara Geni Pelajar. - Lokasi merupakan area luapan banjir sungai. Permasalahan tersebut dapat menjadi alasan kuat diadakan relokasi. Akan tetapi Pemda mengajukan alternatif lain yaitu kepemilikan tanah dapat diperoleh apabila warga bersedia lahannya ditata ulang.

Lokasi merupakan kawasan permukiman yang padat dengan letak permukiman yang tidak teratur. Hal ini telah menyebabkan timbulnya slum. Fasilitas MCK, selokan pembuangan, listrik, serta penyediaan air bersih pada permukiman ini tidak tersedia cukup.

Terdapat 61 rumah (61 KK) dengan kondisi fisik yang kotor, tidak beraturan. Material yang dipakai kebanyakan menggunakan triplek atau anyaman bambu dan lantai plester serta banyak yang tidak berventilasi. Jumlah rumah dengan kondisi demikian ada 65% atau sekitar 40 rumah. Kondisi rumah dengan anyaman bambu dan lantai tanah ada 21% atau 12 rumah. Sisanya rumah yang sudah lebih permanen. Kemudian diadakan peremajaan pada lahan ini dengan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, ditetapkan batas fisik lahan bantaran yang diperbolehkan untuk didirikan diatasnya hunian.

Pada penataannya, 61 unit yang ada dibagi menjadi 51 rumah dan 10 kios. Desain rumah dibuat seragam, bentuknya bertingkat yaitu sekitar 35 m2. Material menggunakan batu bata, kayu dan genteng keramik untuk atap, serta lantai berupa plesteran dan ubin. Kondisi ini telah memenihi standar rumah sehat oleh Umar Fachmi Ahmadi (Komarudin, 1996).

Fasilitas kawasan ini juga telah diperbaiki hingga telah layak digunakan. Jalan lingkungan berpaving. Terdapat area parkir yang memadai, penerangan jalan yang cukup, pohon peneduh di sepanjang sungai, dan taman-taman di depan rumah dan beberapa taman public. Saluran air bersih

17 Dikutip dari Laporan Tugas Akhir, Sarah Kuji Yosephine, “Penataan Bantaran Sungai Tipes”, UNS.

Page 33: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II - 17

Gambar 2.14 Permukiman Kali Code

Sumber: proconcervation.blogspot.com, 6 Desember 2009

terdapat di tiap belakang rumah dan septic tank komunal terdapat pada masing-masing blok rumah sebanyak 5 unit. Disediakan sambungan telepon dan juga listrik. Selain itu disediakan sarana beribadah yang cukup.

2) Penataan Permukiman Bantaran Kali Code, Yogyakarta18 Kampung Code Utara di Yogyakarta merupakan contoh keberhasilan

proyek alternatif penggusuran warga. Kampung sederhana binaan mendiang Yusuf Bilyarta Mangunwijaya ini tertata apik dengan berbagai fasilitas, tempat bermain, WC umum, rumah susun yang sehat, dan balai warga.

Awalnya, Kampung Code ini merupakan permukiman liar yang sangat

kumuh dan suram. Status tanah di bawah jembatan Gondolayu ini tidak bertuan, sehingga banyak dimanfaatkan oleh masyarakat yang belum memiliki hunian untuk menjadikan wilayah ini sebagai tempat tinggal dengan bangunan seadanya, sangat menggambarkan kondisi masyarakat miskin kota. Bangunan yang ada sebagaian besar terbuat dari kardus dan triplek. Bila musim penghujan, ancaman banjir datang.

Pada tahun 1984, pemerintah berencana merelokasi daerah tersebut setelah terjadinya bencana banjir. Pemerintah beralasan daerah tersebut

18 www.fardhani.com

Page 34: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II - 18

Gambar 2.15 Sketsa Bantaran Sungai

Sumber: Dokumentasi pribadi

tidak layak untuk hidup. Saat itu masyarakat menolak adanya penggusuran ini. Awalnya Romo Mangun datang karena faktor kemanusiaan pasca bencana banjir, tetapi kedekatan terhadap masyarakat memicu nalurinya untuk menata kampung ini menjadi lebih baik dan sehat.

Romo Mangun menata ulang permukiman yang ada sehingga fasilitas umum menjadi terpenuhi seperti WC umum, open space untuk bermain, balai serbaguna yang berfungsi sebagai perpustakaan, tempat belajar dan tempat pertemuan warga. Romo Mangun juga mampu mengubah mental masyarakat di kampung Code sehingga mereka memiliki profesi yang lebih baik seperti pedagang, tukang parkir maupun karyawan toko.

Kampung Code memiliki aset kampung berupa rumah-rumah peninggalan Romo Mangun dan ada konvensi tak tertulis di dalamnya. Rumah-rumah tersebut tidak boleh dikalim oleh siapapun. Yang boleh menempati rumah tersebut adalah warga Code yang benar-benar belum memiliki rumah atau bagi gelandangan (homeless). Jika suatu saat keadaan ekonomi membaik, atau anggota keluarga”habis” karena telah meninggal dunia atau menikah dan keluar dari Kampung Code, maka rumah tersebut harus dikembalikan kepada kampung dan digunakan kembali oleh warganya yang benar-benar membutuhkan.

C. PEMAHAMAN MENGENAI BANTARAN SUNGAI

1. Mengenal Bantaran Sungai Pengertiannya yaitu lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung dari

tepi hingga kaki tanggul sebelah dalam. Sedangkan tanggul merupakan bangunan pengendali sungai yang dibangun dengan persyaratan teknis tertentu untuk melindungi daerah sekitar sungai dari limpasan air.19

Bantaran sungai merupakan ruang terbuka yang terbentuk akibat adanya aliran

sungai, dengan lebar ruang bebas cukup beragam, dan sangat tergantung daerah yang dilalui aliran tersebut. Ruang bebas (bantaran) tersebut merupakan ruang penangkap air (apabila terjadi limpahan air). Dengan demikian ruang tersebut

19 Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 Tahun 1991 Tentang Sungai,

tercantum pada pasal 1 yang menybutkan pengertian-pengertian.

Page 35: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II - 19

bersifat sebagai ruang pelindung dan pengamanan aliran sungai, sebagai daerah penyangga (buffer) dalam pengelolaan air.20

2. Menuju Bantaran Hijau

Keberadaan bantaran sungai secara primer adalah untuk kepentingan sungai, kepentingan air. Konsep keberlanjutan pada penataan lingkungan bantaran sungai tidak lepas dari tujuan konservasi sumber daya air. Hal itu terkait beberapa persoalan lingkungan yang berujung pada tiga permasalahan klasik air yaitu 3T, too little (kekeringan), too much (banjir), dan too dirty (ketersediaan air bersih) sebagai indikasi ketidakseimbangan peredaran air (siklus hidologi) terutama di ruang darat.

Untuk memenuhi aspek konservasi sumber daya air, prinsipnya yaitu bagaimana bisa menahan aliran permukaan (run-off) sebesar-besarnya dan memberi kesempatan selama-lamanya untuk meresap ke dalam tanah (menjaga keseimbangannya). Konsep ini aktual, terkait dengan isu banyak berubahnya area konservasi, lahan-lahan hijau menjadi area budidaya terbangun. Pemanfaatan bantaran sungai adalah salah satu contohnya.

Tingginya intensitas banjir atau luapan air yang menyebabkan permasalahan banjir di beberapa tempat menjadi indikasi makin banyaknya air yang beredar di atas permukaan tanah yang kemudian memakan ruang lebih, termasuk area bukan ruang untuk air ketika ruang air yang disedikan tidak memadahi lagi.

Bantaran sungai dalam landscape ekologi perkotaan merupakan elemen struktur landscape dalam bentuk koridor hijau (vegetasi riparian), selain memberikan manfaat kesejukan dan keindahan,21 juga berfungsi sebagai jasa bio-eko-hidrologis di wilayah perkotaan.22

Berubahnya fungsi bantaran sungai dari yang semestinya sebagai area terbuka

hijau menjadi area terbangun mengakibatkan beberapa hal. - Menghilangkan kemampuan mengendalikan banjir. Adanya pepohonan dapat

menghalangi kecepatan arus limpahan sungai yang terjadi sebelum mencapai area daratan sehingga kekuatan destruktifnya berkurang.

- Meningkatkan kepadatan tanah yang mengakibatkan porositas tanah berkurang. Sesuai prinsip konservasi air, air permukaan seharusnya terkonversi menjadi air tanah sehingga menjaga keseimbangan siklus hidrologi, peredaran air permukaan berkurang.

- Sedimentasi sungai karena kurangnya vegetasi. Adanya vegetasi sendiri dapat sebagai pengikat tanah oleh akar-akarnya.

Adapun manfaat penting mempertahankan bantaran sungai sebagaimana

mestinya antara lain sebagai berikut.

20 Manan (1990). 21 Hough (1978). 22 Forman dan Gordon (1986)

Page 36: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II - 20

- Dapat memberikan naungan dan keteduhan oleh vegetasi peneduh. - Bantaran sungai menjadi pengontrol sistem drainese alami sebagai area infiltrasi

air ke dalam tanah. Adanya vegetasi alami di bantaran sungai menghambat arus air permukaan dan tanahnya menyerap sebagian air. Perakaran vegetasi meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap air. Melalui proses transpirasi, mendukung pula siklus hidrologi.

- Vegetasi yang ada pada bantaran berfungsi menyaring air dari limbah sebelum masuk ke aquifer, pencemaran air dari limbah berkurang, sebagai tindakan preventif dari permasalahan air, too dirty.

- Bantaran sungai juga sebagai cagar keanekaragaman hayati, baik digambarkan oleh varian vegetasi yang ada tapi juga bantaran sungai yang hijau sebagai habitat hewan, serangga, burung, mamalia.

- Area bantaran sungai sendiri secara otomatis berperan sebagai pengendali banjir (untuk ruang di luar bantaran). Hal ini sesuai dengan fungsi bantaran sebagai ruang toleransi limpasan air sungai. Sederhananya, memperbaiki daerah bantaran sungai sebagai kawasan bervegetasi alami, membiarkan sungai mengaliri dan menggenangi tempat yang diinginkannya sendiri, serta menghindari penutupan bantaran oleh bangunan.

Secara keseluruhan, peran bantaran sebagai penjaga kesinambungan siklus air

tanah dan air permukaan sangatlah penting. Pemanfaatan bantaran lebih fungsional harus berdasarkan prinsip konservasi air yang dapat ditempuh melalui berbagai cara yang disampaikan di atas. Outputnya berupa aplikasi bantaran sebagai koridor hijau dengan sendirinya menunjang nilai ekologis bantaran sungai dan juga berperan sebagai ruang hijau kota.

Page 37: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III - 1

Gambar 3.1 Tinjauan Makro Lokasi Terhadap Kota Surakarta

Sumber: Dokumentasi pribadi

BAB III

DATA DAN INFORMASI LAPANGAN

Lokasi permasalahan banjir sebagai objek pembahasan ini berada dalam wilayah administratif Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta. Lahannya merupakan salah satu segmen dari keseluruhan bantaran Bengawan Solo yang juga dibatasi oleh tanggul Upper Solo River Improvement. Terhadap Kota Surakarta secara administratif dan letak geografis, lokasinya berada di pinggiran timur kota yang identik dengan sebutan “daerah terpinggirkan” kota pada umumnya.

A. BANTARAN SUNGAI DI SANGKRAH SEBAGAI FLOODPLAIN

1. Faktor Melimpasnya Air Bengawan Solo

Banjir yang terjadi di bantaran sungai di Sangkrah melibatkan luapan aliran Sungai Bengawan Solo sebagai penyebab utamanya. Seperti diketahui bahwa peran ruang di atas lahan bantaran sungai adalah untuk toleransi melimpahnya air, sehingga di sini ketika aliran air Bengawan Solo “membutuhkan” ruang lebih untuk mengalir, otomatis lahan bantaran yang ada menjadi terpakai oleh air.

Permasalahan banjir bantaran yang paling aktual terekam berdasarkan kejadian banjir yang melibatkan aliran air Bengawan Solo tahun 2007, yang merupakan banjir terbesar sejak tahun 1966, juga serupa dengan tahun 1863 dan 1904. Curah hujan di DAS Solo hulu per 26 Desember 2007 memiliki rata-rata 124 mm/hari atau ekuivalen dengan periode ulang 55 tahun (sebagai perbandingan banjir tahun 1966 ekuivalen dengan periode ulang 60 tahun). Debit puncak di Jurug diperkirakan sebesar 1986 m3/detik atau ekuivalen dengan periode ulang 30 tahun.1

1 Sumber: Balai Besar Bengawan Solo.

Page 38: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III - 2

Gambar 3.2 Peta Banjir Kota Surakarta

Sumber: Dokumen Budi Setiyarso

Penyebab bertambahnya debit air Bengawan Solo secara signifikan ini adalah melimpahnya suplai air pada hulu akibat curah hujan tinggi, dan juga pendangkalan Waduk Gajah Mungkur sebagai supplier air sehingga tidak mampu menampung air berlebih.

Kejadian banjir tersebut memberi dampak yang sangat luas, tidak hanya bagi area dalam badan sungai (termasuk bantaran sungai), tapi juga area di luar tanggul. Sebagai gambaran, pada Kota Surakarta sebagai contohnya, beberapa daerah di dalam kota juga menjadi terendam air karena sungai-sungai kecil yang melalui dalam kota (yang juga merupakan anak Bengawan Solo) alirannya meluap. Hal tersebut dikarenakan air tidak dapat mengalir menuju Bengawan Solo akibat ditutupnya pintu air karena permukaan air Bengawan Solo meninggi. Penutupan pintu air dilakukan justru untuk menghindari kondisi banjir yang lebih parah apabila aliran air Bengawan Solo terlimpah pada sungai kota. Salah satunya Kali Pepe sebagai sungai yang alirannya “membelah” Kota Surakarta, belum lagi ada sungai-sungai yang lebih kecil yang merupakan anak sungainya, meluapnya sistem sungai ini membuat beberapa daerah di kota menjadi terendam air, seperti pada daerah Sangkrah yang terparah karena sebagai lokasi pintu air menuju Bengawan Solo (muara Kali Pepe), Kelurahan Jagalan, Kampung Sewu, Semanggi, bahkan pada banjir tahun 1966 yang lebih parah, tengah kota juga terendam air.2 Kondisi serupa mungkin terjadi pada kota-kota lain yang berada pada DAS Bengawan Solo.

Pada lahan bantaran di Sangkrah yang relatif datar ini, permukaan air pada

banjir besar terakhir dapat digambarkan hingga hampir mencapai langit-langit sebagian rumah, atau diperkirakan sekitar 2 meter dari permukaan tanah bantaran. Meskipun bukan tipe flash flood, banjir yang terjadi sedikit memiliki sifat destruktif karena merupakan banjir sungai yang tentu saja beraliran/arus yang serupa dengan arus sungai tersebut.

2 Hal tersebut menjadi gambaran perbedaan banjir bantaran dengan banjir pada daerah terlindung

di luar bantaran.

Page 39: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III - 3

Gambar 3.3 Kondisi Penduduk Bantaran Sangkrah saat Banjir

Sumber: konsorsiumsolo.multiply.com, 22 Oktober 2008

2. Kondisi Akibat Banjir

Seperti yang dipermasalahkan, kondisi pada bantaran sungai di Sangkrah akibat banjir yaitu berupa kegagalan fungsional total permukiman yang ada. Lingkungan sebagai tempat bermukim tidak dapat berfungsi karena sepenuhnya terendam air. Pada banjir besar terakhir, kondisi ini bertahan selama 2 minggu lebih, hingga debit air menyurut dan kembali normal.

Akibat aliran air, beberapa properti dengan struktur yang tidak memadahi mengalami kerusakan. Hal tersebut antara lain meliputi rumah sederhana dengan konstruksi bambu dan dinding anyam seadanya, aset milik warga seperti gerobak untuk berdagang, dan fasilitas umum, peralatan elektronik, serta kerusakan pada landscaping.

Praktisnya pada kondisi itu seluruh kegiatan bermukim tidak dapat berlangsung meliputi kegiatan tinggal pada rumah yang ada, bersosialisasi, termasuk penggunaan listrik dan ketersediaan air bersih pada lahan bantaran. Untuk sementara warga harus berpindah tempat bermukim (mengungsi) pada tempat yang telah disediakan, termasuk pada area tanggul dan juga fasilitas umum di luar bantaran yang tidak terkena banjir. Lebih lanjut, warga (korban banjir) harus menggantungkan penghidupannya dari bantuan seperti makanan, pakaian dan uang karena kerugian material harta benda yang diderita akibat banjir.

Belum lagi pasca-banjir, kondisi yang ditinggalkan oleh luapan air memberikan kesulitan tersendiri bagi masyarakat bantaran untuk kembali ke kondisi normal, termasuk di sini kerusakan yang diakibatkan, kekotoran oleh sedimen bawaan atau bekas pada dinding bangunan, hingga genangan air karena drainase yang buruk pada lahan.

3. Upaya Peresponan Banjir

Melihat fakta empiris dan berdasar karakter umum floodplain, bantaran sungai

di Sangkrah diakui sebagai area potensial banjir. Di satu sisi, bantaran tersebut memiliki peran fungsional untuk permukiman. Beberapa upaya oleh lembaga-lembaga masyarakat dan pihak kelurahan untuk mengatur manusia (adjustment)

Page 40: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III - 4

terhadap banjir yang berpotensi terjadi telah dilakukan. Wujudnya, sosialisasi informasi kesiapsiagaan banjir Kelurahan Sangkrah.

Petunjuk ini disosialisasikan dalam bentuk papan peringatan yang ditempatkan di simpul-simpul jalan agar tertanam pada masyarakat, sehingga nantinya ketika banjir, warga dengan sendirinya bergerak pada pola-pola yang telah diatur sedemikian rupa baik untuk evakuasi, lokasi pendirian tenda, termasuk juga lalu lintas pertolongan dan bantuan. Papan informasi itu meliputi tips menghadapi banjir dan juga nomor telepon penting antara lain Satlak Penanggulangan Bencana, PMI dan ambulans, pemadam kebakaran, SAR UNS, PLN, serta puskesmas dan kantor Kelurahan Sangkrah.

B. BANTARAN SUNGAI DI SANGKRAH SEBAGAI OBJEK PERMUKIMAN

1. Kondisi Fisik

Permukiman pada lokasi ini secara fisik didominasi unit-unit hunian dan juga beberapa fasilitas umum pendukung kegiatan bermukim yang ada seperti area MCK umum, mushola, pos keamanan. Adanya struktur permukiman yang demikian menunjukkan bahwa pada lokasi terdapat kebutuhan akan fungsi-fungsi tersebut.

Garis besarnya, wujud hunian yang ada berupa unit rumah permanen sederhana, masing-masing berdiri di atas bidang tanah tertentu, keseluruhan membentuk perumahan horizontal “konvensional”. Pengadaan rumah yang dilakukan secara swadaya menghasilkan bentuk rumah yang berbeda-beda. Tipikal yang ada didominasi bentuk rumah sederhana, dinding kayu dan bata baik ekspos maupun berfinishing dengan struktur beton sederhana dan beratap kampung (pelana) dengan struktur kayu dan genteng tanah liat, lantainya berupa tegel, keramik atau hanya plesteran. Ada pula beberapa rumah yang masih menggunakan struktur kayu dan bambu, dinding anyam, serta berlantai tanah. Ukuran rumah yang

Jalur Evakuasi

Lokasi Pendirian Tenda/Tempat Pengungsian

Jalur Distribusi Bantuan

Posko Bencana/Kelurahan

Gambar 3.4 Informasi Kesiapsiagaan Banjir Kelurahan Sangkrah

Sumber: Dokumentasi pribadi

Page 41: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III - 5

Gambar 3.5 Kondisi Fisik Permukiman Bantaran Sungai di Sangkrah

Sumber: Dokumentasi pribadi

ada besarnya minimal, representatif dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat, juga menyesuaikan dengan luasan persil yang berhak ditempati.

Unit rumah yang ada secara sederhana tersusun dengan berorientasi pada jalan

lingkungan utama sebagai akses, sehingga tatanan yang ada sesuai dengan bentuk jalan lingkungan. Di sisi lain, beberapa jalan yang lebih informal muncul sebagai anak dari jalan lingkungan yang ada. Hal tersebut untuk menyesuaikan keberadaan rumah yang tumbuh belakangan, yang tertata secara random, yang tidak berada di sisi jalan lingkungan utama yang ada. Perletakan rumah terhadap lahan bervariasi. Sebagian besar rumah langsung berbatasan dengan jalan, menutupi keseluruhan persil. Ada pula sejumlah kecil rumah yang masih “mampu” berhalaman. Tatanan permukiman yang terbentuk merefleksikan kondisi masyarakat permukiman bantaran sungai di Sangkrah yang heterogen.

Mushola yang ada merupakan gambaran kebutuhan fungsi bersangkutan pada lokasi tersebut. Urgensinya biasanya berkaitan dengan kegiatan Shalat Jumat atau adanya permasalahan lain yang dapat terpecahkan dengan adanya mushola tersebut, misalnya kegiatan religius lain yang tidak terwadahi.

Sebagian rumah yang ada telah mampu mengusahakan air dan kamar mandi sendiri, sebagian lagi belum, mengingat kemampuan ekonomi dan ukuran rumahnya. Bantaran sungai di Sangkrah yang tidak difasilitasi jaringan PDAM membuat masyarakat kesulitan memperoleh air bersih. Fasilitas yang ada untuk hal tersebut, yang biasanya diadakan secara swadaya berupa MCK dan sumur bersama seadanya. Limbah buangannya dan air kotor dikelola dengan saluran-saluran drainase (got) menuju ke Bengawan Solo.

Page 42: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III - 6

2. Kondisi Masyarakat

a. Gambaran Kependudukan Jumlah penduduk pada lokasi kurang lebih 450 orang dalam 116 kepala

keluarga (116 rumah) sehingga masing-masing terdiri kurang lebih 3 hingga 5 anggota keluarga.

Secara garis besar, panduduk bantaran sungai di Sangkrah dapat digolongkan sebagai masyarakat menengah ke bawah. Warganya bermata pencaharian sebagai buruh, pegawai, dan sisanya pada sektor informal seperti pedagang, home industry, dan berbagai usaha jasa. Untuk memenuhi tuntutan urban, beberapa komoditi sekunder bagi sebagian masyarakat telah menjadi kebutuhan primer seperti kendaraan pribadi untuk menunjang mobilitas tinggi.

Hubungan sosial masih sangat tinggi, digambarkan dengan masih banyaknya aktivitas bersama yang ditemui, bercengkrama, anak-anak bermain bersama, kegiatan-kegiatan rutin, meskipun tidak ada space khusus yang “berpangkat” sebagai ruang komunal, hanya ada jalanan, teras-teras kecil rumah, warung, tempat rindang di atas tanggul, yang dapat dimanfaatkan.

b. Cerita Tentang Masyarakat Bantaran Sungai di Sangkrah

Warga bantaran sungai di Sangkrah yang dikatakan “asli” telah lama bermukim pada lokasi, semenjak pendahulu mereka, sebelum ada Tanggul Bengawan Solo yang kini mendiskriminasi. Perkembangan penduduk dan rumah-rumah yang muncul belakangan merupakan akibat dari adanya budaya urbanisasi.

Lahan yang ditempati sebagian besar telah bersertifikat hak milik, karena memang sejak awal demikian, kendati dalam pandangan regulatif umum mendirikan bangunan pada lahan bantaran adalah ilegal, seperti yang tercermin pada kondisi yang ada sekarang. Menurut penuturan warganya, keberadaan masyarakat bermukim pada lokasi itu memang sudah diakui dan dibebaskan sejak masa pemerintahan Bung Karno. Baru kemudian ketika muncul permasalahan air, pembangunan tanggul, lalu banjir, keberadaan permukiman yang telah terbentuk sejak lama mulai dipermasalahkan.

Relokasi masih menjadi satu-satunya solusi yang dapat ditawarkan. Pemerintah Surakarta sebagai eksekutor regulasi dan juga pelaksana tata ruang praktisnya memandang area bantaran sungai tidak layak untuk lahan permukiman. Akan tetapi, masyarakat sebagai subjek penghuni permukiman bantaran yang bersangkutan tidak sependapat dan kukuh untuk tetap bermukim di situ dengan memandang bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik bagi mereka sendiri. Urgensi yang ada bermacam-macam. - Sebagian besar karena warga telah lama tinggal di permukiman bantaran

yang terbentuk, terutama masyarakat yang ada turun-temurun. Bahkan bukti kepemilikan tanah beberapa memiliki, sehingga dianggap masyarakat bebas menggunakan lahannya sendiri. Justru masyarakat menganggap diri

Page 43: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III - 7

menjadi korban program pemerintah dengan perencanaan tanggul pada lokasi tersebut.

- Masyarakat telah mapan bermukim pada lokasi tersebut karena mereka telah beradaptasi dengan skala lingkungan permukiman yang dibentuk masing-masing dengan merumah pada bantaran sungai di Sangkrah ini, misalnya orientasi dengan tempat kerja atau tempat berpenghidupan yang lainnya yang belum tentu dapat diperoleh di lokasi yang baru.

- Terutama terhadap program rusunisasi, masyarakat yang biasa hidup secara “horizontal” sangsi rusun akan bisa mewadahi kehidupan lama tersebut, seperti memiliki kandang dan hewan ternak, bertanam dan memiliki halaman, posisi rumah dengan jalan, dan sebagainya.

c. Eksistensi Masyarakat Bantaran

1) Intern Umumnya, dengan didasari adanya suatu kesenasiban terhadap

kegiatan memukim pada bantaran sungai yang memiliki karakter rawan banjir khususnya, masyarakat bantaran yang ada berusaha menjaga eksistensi dan kebersamaan untuk menghadapi permasalahan bersama yang muncul.

Adalah SKoBB (Solidaritas Korban Banjir Bantaran) sebagai bentuk keber-ada-an masyarakat bantaran. Selama ini SKoBB telah berperan menampung aspirasi, memperjuangkan kesejahteran dan eksistensi warga bantaran seperti upaya mediasi dengan pihak pemerintah daerah terkait masalah-masalah kependudukan, upaya pembangunan tempat pertunjukan kesenian bersama di bantaran sungai di wilayah Semanggi untuk memfasilitasi kegiatan sosial yang ada, dan juga ada pula cerita mengenai rencana pengadaan mesin pemurni air sungai secara swadaya untuk menunjang ketersediaan air bersih pada bantaran, dengan mengacu pada preseden penyediaan air bersih pada korban tsunami Aceh silam.

2) Ekstern Masyarakat bantaran secara administratif diakui sebagai bagian dari

sistem kependudukan secara keseluruhan pada skala yang lebih luas. Hal tersebut ditunjukkan dengan status warga bantaran bersama dengan warga di luar tanggul membentuk kelompok administratif paling kecil yang dikenal dengan sistem Rukun Tetangga (RT). Pada lokasi ini, RT.02 dan 03 RW.X, RT.05 RW.XI Kelurahan Sangkrah sebagian merupakan penduduk bantaran dan sebagian lagi merupakan penduduk luar tanggul. Bahkan keseluruhan RT.04 RW.XII merupakan penduduk bantaran seluruhnya.

Pada lingkup administratif yang lebih luas, bersama dengan penduduk luar bantaran, masyarakat bantaran termasuk dalam sistem RW (Rukun Warga), kemudian menjadi bagian Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, hingga Kota Surakarta, dan seterusnya. Terlepas dari karakter dan permasalahan lokasinya, masyarakat bantaran dapat dipandang layaknya

Page 44: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III - 8

masyarakat “biasa” sebagai penduduk “biasa” yang menjadi bagian dari lingkungan administratif layaknya masyarakat yang berada di area luar tanggul.

C. BANTARAN SUNGAI DI SANGKRAH SEBAGAI LAHAN

Lokasi lahan bantaran sungai di Sangkrah sebagai objek studi dapat diterangkan pada gambar sebagai berikut.

Lahan cenderung memiliki topografi yang datar. Variasi perbedaan ketinggian permukaan tanah berada di luar lahan karena adanya tanggul dan sungai. Posisi permukaan tanggul lebih tinggi sekitar 2,5 meter dari lahan, sedangkan area sungai lebih rendah kurang lebih 3 meter. Adanya jalan yang berhubungan dengan tanggul membuat tanggul aksesibel dan juga berperan sebagai jalur sirkulasi. Untuk mencapai area sungai yang ada hanya jalan setapak yang licin dan kecil.

Pada area lahan jarang dijumpai adanya area pepohonan kolektif, bahkan pohon yang ada jumlahnya sedikit, karena memang padatnya susunan bangunan yang terbentuk tidak lagi memberikan toleransi bagi pohon, begitu pula ruang terbuka. Pepohonan masih dapat dijumpai hanya pada daerah tepian sungai. Untuk menahan tanah dari arus sungai dan longsor, talud yang diusahakan oleh masyarakat berupa bambu-bambu yang dipasang dan dirangkai.

Gambar 3.6 Gambaran Lahan Bantaran Sungai di Sangkrah

Sumber: Dokumentasi pribadi

Keterangan: 1. Makam Kleco (batas utara) 2. Bengawan Solo (batas timur) 3. Lahan bantaran kosong (batas selatan) 4. Jalan pada permukiman di luar tanggul 5. Tanggul (batas barat)

Page 45: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III - 9

Gambar 3.7 Gambaran Topografi Sekitar Lahan

Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 3.8 Penyeberangan Perahu Tradisional Bengawan Solo

Sumber: Dokumentasi pribadi

Area lahan sudah difasilitasi dengan jaringan listrik PLN, tapi tidak demikian dengan jaringan telepon kabel dan air bersih PDAM. Selama ini penggunaan air diusahakan memanfaatkan air tanah dengan sumur atau pompa. Pada keadaan mendesak, air sungai yang melimpah biasa dimanfaatkan walaupun kebersihannya tidak terjamin.

Jalan lingkungan utama yang ada pada lahan tidak lain merupakan ekstensi dari jalan di luar tanggul. Dapat dikatakan, jalan lingkungan pada lahan merupakan jalan informal. Salah satunya, yang terbesar adalah ekstensi dari Jln. Untung Suropati. Selebihnya merupakan ekstensi dari jalan-jalan lingkungan yang lebih kecil. Area atas tanggul yang (tentu saja) aksesibel membuat tanggul juga berperan sebagai jalan.

Pada segmen lahan bantaran sungai ini terdapat satu titik penyeberangan alternatif tradisional dengan perahu. Hal ini telah menjadi ciri khas Bengawan Solo yang masih dipertahankan yaitu potensi transportasi sungai. Penyeberangan tradisional ini menjadi penting, mengingat jembatan penyeberangan untuk melintas Bengawan Solo jumlahnya tidak banyak dan jaraknya jauh, terutama untuk diakses dari daerah yang “tanggung” seperti di permukiman Sangkrah ini.

Hal tersebut membuat jalan lingkungan pada bantaran menjadi penting sebagai

akses menuju titik penyeberangan tersebut. Intensitas penggunaan jalan relatif tinggi tidak hanya oleh masyarakat permukiman setempat tapi juga masyarakat dari luar yang hendak menggunakan jasa penyeberangan perahu tradisional.

Page 46: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 1

Gambar 4.1 Pendekatan yang Terintegrasi

Sumber: “Climate Change Toolkit – Designing for Floodrisk”

BAB IV

PENENTUAN KONSEP DESAIN

Perencanaan dan perancangan ini ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan menyangkut tatanan permukiman pada bantaran sungai di Sangkrah nantinya sebisa mungkin tanpa adanya permasalahan banjir. Persoalan yang ada berdasarkan urutan prioritasnya yaitu sebagai berikut. - Persoalan banjir. - Persoalan fungsional permukiman. - Persoalan bantaran sungai untuk fungsi “hijau”. Penjelasan:

Pada dasarnya, persoalan banjir harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum dapat “dihuni” oleh fungsi yang bersangkutan. Penanggulangan permasalahan banjir pada fungsi yang ada menjadi parameter utama keberhasilan pemanfaatan bantaran sungai (yang diketahui berpotensi banjir), karena praktis bantaran sungai di Sangkrah tidak akan dapat fungsional sebagai permukiman apabila belum terlepas dari permasalahan banjir.

Selain itu, keberhasilan fungsional tidak dapat lepas dari fungsi itu sendiri. Di sini permukiman harus tetap berperan sebagai wadah yang tepat bagi kehidupan manusia yang ada dan hidup di sana.

Yang terakhir, pemanfaatan bantaran sungai juga dikaitkan dengan isu-isu bantaran sungai sebagai syarat untuk dapat dimanfaatkan sebagai fungsi terbangun. Lahan bantaran sungai yang ada sebisa mungkin dikembalikan kualitas hijaunya.

Page 47: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 2

A. MERESPON BANJIR

Banjir perlu direspon untuk menyelesaikan permasalahan banjir yang ada Pertimbangannya adalah sebagai berikut.1 o Karakter Banjir

Sebagai objek yang memerlukan respon, banjir menjadi pertimbangan antara lain meliputi: - Pada lahan bantaran, elevasi muka banjir mencapai 2 meter di atas permukaan

tanah bantaran yang secara umum memiliki topografi datar. - Banjir yang terjadi memiliki arus, serupa dengan aliran sungai bersangkutan,

cenderung lambat, bukan merupakan flash flood. - Adanya dua kondisi pada lahan bantaran, kondisi normal dan banjir. Secara

umum kondisi banjir bersifat sementara (temporary) dibanding kondisi normal. Kondisi banjir melimpasi lahan kurang lebih selama 2 minggu hingga kembali ke kondisi normal.

o Permasalahan Banjir yang Terjadi pada Lahan Permukiman Akibat karakter banjir bantaran sungai di Sangkrah tersebut, permasalahan

banjir yang terjadi terhadap permukiman yang ada yaitu sebagai berikut. - Persoalan berupa dampak langsung dari banjir yaitu kegagalan fungsional total

permukiman yang ada karena ruang aktivitas yang ada tidak dapat berbagi dengan ruang air banjir. Permukiman pada lahan bantaran di Sangkrah tidak dapat berfungsi sebagai tempat bermukim pada saat kondisi banjir. Kegiatan bermukim yang diwadahi baik dalam wujud bangunan atau ruang-ruang outdoor tidak dapat berlangsung karena ketinggian elevasi banjir yang merendami fungsi tersebut membuat manusia sebagai pengguna menjadi terusir dan tidak dapat melakukan kegiatan di dalamnya.

- Persoalan turunan banjir yang dapat mengganggu atau mengancam keberhasilan fungsional lebih lanjut seperti misalnya kerusakan, genangan, kekotoran pada lahan.

Analisanya dapat dijelaskan sebagai berikut.

Yang terpenting adalah bagaimana agar kegiatan bermukim yang ada sebelumnya

masih bisa berlangsung pada lahan pada saat banjir sebagaimana pada kondisi normal. Perencanaan yang dilakukan ditentukan melalui berbagai pendekatan berikut.

Pertama, idealnya, orientasi yang utama yaitu mempertahankan pola kegiatan

bermukim yang terjadi pada lahan (tatanan lahan) agar tidak berubah pada kondisi banjir. Hal tersebut dapat dilakukan dengan skema perencanaan berupa pola fisik ruang

1 Data yang dipakai berdasarkan kejadian banjir terparah yang aktual dan dampaknya pada area

lahan bantaran sungai di Sangkrah yaitu kejadian banjir tahun 2007.

Page 48: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 3

sebagai wadah kegiatan bermukim pada lahan yang mampu untuk tidak berubah sepenuhnya pada kondisi banjir.

Akan tetapi, pada realitanya, dengan adanya tema dan batasan-batasan dalam pemecahan persoalan ini,2 pola fisik ruang yang ada pada kondisi normal tidak dapat begitu saja dipertahankan dalam kondisi banjir. Ruang untuk fungsional yang tidak dapat berbagi dengan ruang untuk air menjadikan pola fisik ruang yang ada tidak dapat dipertahankan. Sehingga mau tidak mau pola kegiatan bermukim tidak dapat tetap akibat berubahnya kondisi bentukan lahan dari kondisi normal menjadi kondisi terendam air.

Kedua, kegiatan bermukim merupakan suatu rangkaian kegiatan yang kompleks

yang tidak dapat dijabarkan satu per satu karena tidak semua aktivitas penyusun kegiatan bermukim terwujud dalam suatu pewadahan fisik khusus. Juga sebaliknya, bentuk pewadahan fisik yang ada belum tentu dapat merefleksikan seluruh kegiatan bermukim pada lahan.

Yang dapat dijabarkan, sistem kegiatan bermukim yang ada pada lahan bantaran sungai di Sangkrah ini yaitu ditandai dengan adanya aktivitas merumah pada lahan kemudian disertai dengan aktivitas lain pada lingkup lahan bersangkutan mulai dari yang urgen hingga yang sifatnya sekunder. Sehingga dapat dikatakan apabila tidak ada kegiatan merumah pada lahan bantaran sungai di Sangkrah, maka aktivitas lain yang selama ini juga berlangsung pada lahan menjadi tidak ada. Kegiatan merumah menandai atau mewakili adanya kegiatan bermukim pada lahan bantaran sungai di Sangkrah ini, sehingga yang terpenting pada perencanaan ini yaitu kegiatan merumah masih bisa berlangsung pada lahan saat kondisi banjir.

Keberadaan kegiatan merumah dengan rumah sebagai bentuk fisik pewadahannya merupakan aspek penting pada pembahasan peresponan banjir ini. Pertimbangan yang lain yaitu ketika memandang kerugian banjir dari sudut pandang masing-masing individu, istilah kerugian material banyaknya tercermin dari jumlah yang diderita/dirasakan masyarakat. Dapat dirasakan sebagai sebuah kerugian material karena kerugian yang diderita oleh masyarakat cenderung pada hal yang sifatnya aset pribadi yang lebih bernilai posessif dibanding aset yang sifatnya “hanya” berupa sarana prasarana bersama.

Rumah dapat dianggap sebagai batasan area aset pribadi tersebut. Ruangan rumah yang tidak dapat ditempati (baik oleh manusia maupun properti) saat banjir menjadi penyebab utama banyaknya kerugian material (selain kemungkinan-kemungkinan sulitnya evakuasi). Pada perencanaan yang merespon banjir ini, nantinya rumah semestinya tetap dapat ditempati saat banjir.

2 Termasuk di sini bukan skema relokasi, penyelesaian bersifat arsitektural berupa penataan

permukiman dan hanya dibatasi pada lahan bantaran sungai di Sangkrah ini, pertimbangan kerelatifan terhadap kondisi masyarakat yang ada sebagai occupant permukiman dan target dari penataan permukiman, serta aspek normatif lain termasuk aspek hidrologi dan sungai.

Page 49: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 4

Ketiga, komponen fisik yang ada pada suatu lingkup permukiman merupakan penyusun struktur fisik permukiman. Keberhasilan permukiman sebagai wadah kegiatan bermukim tidak dapat lepas dari keberhasilan tiap-tiap komponen fisik mewadahi aktivitasnya masing-masing.

Pengupayaan wujud bangunan dapat dikatakan sebagai suatu upaya legitimasi ruang untuk kebutuhan fungsi atau aktivitas tertentu,3 berbeda dengan ruang-ruang outdoor yang cenderung mewadahi aktivitas/fungsi yang sifatnya fleksibel. Ketika kemudian bangunan tidak dapat berfungsi mewadahi aktivitasnya maka legitimasi ruang yang dilakukan tersebut menjadi tidak berguna. Singkatnya, bangunan yang ada pada tatanan lahan sebisa mungkin juga dapat berfungsi sebagai wadah bagi aktivitasnya pada saat banjir.

Keempat, flood proofing sebagai upaya arsitektural rekayasa ruang pada lahan banjir dapat diterapkan. Penerapan flood proofing tentu saja dengan pertimbangan apakah ruang fungsi yang bersangkutan dapat direkayasa dengan flood proofing atau tidak dan juga apakah fungsi yang bersangkutan perlu dipertahankan saat banjir.

Kelima, lebih lanjut, aksesibilitas dan perhubungan pada fungsi-fungsi di lahan menjadi penting untuk direkayasa, mengingat lahan pada kondisi banjir tidaklah aksesibel. Fungsi yang tidak dapat diakses menjadikannya tidak dapat digunakan sehingga tidak fungsional. Adanya akses dan perhubungan (berupa jalur-jalur sirkulasi) juga untuk menghubungkan satu fungsi dengan fungsi lain pada lahan, menunjang kegiatan bermukim pada skala yang berbeda-beda tidak hanya pada skala rumah, termasuk pada skala yang lebih luas dari lingkup lahan bantaran sungai di Sangkrah, yaitu dapat berupa aktivitas bekerja, bersekolah, belanja dan sebagainya seperti dilakukan sebagaimana mestinya.

Keenam, tentu saja yang terpenting adalah aktivitas bermukim yang ada juga dapat

berlangsung dengan baik pada kondisi normal. Peresponan banjir dilakukan dengan berprinsip bahwa output yang dilakukan tidak mengganggu kegiatan bermukim pada kondisi normal.

Ketujuh, sementara itu, untuk benar-benar menghilangkan permasalahan banjir termasuk permasalahan turunan banjir, lahan harus dibebaskan sepenuhnya dari jangkauan air banjir. Terlepas dari itu, respon terhadap permasalahan turunan banjir tersebut selama ini berupa upaya manusia berwujud perbaikan kerusakan dan pembersihan lahan yang jika tidak dilakukan akan mengganggu fungsi-fungsi bersangkutan sehingga mungkin menjadi tidak berfungsi lagi. Untuk itu, pada perencanaan ini, yang dapat dilakukan yaitu meminimalisir gangguan sehingga mempermudah upaya manusia dalam menghilangkan gangguan akibat banjir nantinya terutama pada pasca-banjir.

3 Selain sebagai upaya untuk memberikan naungan atau perlindungan.

Page 50: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 5

Gambar 4.2 Siklus Banjir pada Lahan Banjir dan Konsep Keterpenuhan Aktivitas

Sumber: Dokumentasi pribadi

Dari hasil analisa berbagai pendekatan di atas, output peresponan terhadap banjir

sebagai upaya pemecahan permasalahan banjir untuk permukiman bantaran sungai di Sangkrah adalah sebagai berikut. - Akibat genangan air banjir yang memakan ruang fungsional pada lahan permukiman

bantaran sungai di Sangkrah ini, maka terjadi perubahan pola kegiatan bermukim akibat adanya eliminasi ruang tempat melakukan sebagian kegiatan bermukim.

Sehubungan adanya eliminasi ruang oleh banjir, perlu adanya rekayasa untuk mempertahankan fungsi/aktivitas yang penting sebagai wujud keberhasilan lahan sebagai tempat bermukim.

- Kegiatan merumah pada unit-unit hunian dan aktivitas yang terwadah pada wujud bangunan masih bisa berlangsung pada wadahnya masing-masing pada saat banjir dengan rekayasa flood proofing, kemudian aktivitas-aktivitas yang sifatnya fleksibel (cenderung tidak memerlukan pewadahan khusus) tetap akan berlangsung sebagai pelengkap/penunjang.

- Adanya adanya jalur sirkulasi temporer pada saat banjir. - Desain penataan juga berprinsip mengurangi efek gangguan yang menimbulkan

persoalan turunan banjir untuk mempermudah upaya manusia mengatasi persoalan turunan banjir yang dapat berupa kerusakan, kekotoran dan genangan.

Penjelasan lebih lanjut mengenai peresponan terhadap banjir pada perencanaan penataan dapat disampaikan berikut ini.

1. Penentuan Flood Proofing

Pertimbangannya, sesuai penyampaian Kiran Curtis, alternatif flood proofing dapat menggunakan salah satu dari metode berikut. - Rekayasa elevasi bangunan. - Floating atau amphibious. - Dry flood proof.

Page 51: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 6

Gambar 4.3 Amphibious atau Floating dan Dry Flood Proofing

Sumber: Dokumentasi pribadi

- Wet flood proof.

Analisanya, pada dasarnya semua metode flood proofing dapat diterapkan terhadap kondisi banjir apapun tergantung aplikasinya. Pertimbangan lebih mengarah kepada aspek manusia sebagai pelaksana teknis dan operasional, juga nantinya sebagai “pemilik” dari flood proofing tersebut.

Metode floating dan dry flood proofing cenderung negatif dengan pertimbangan ini. Keduanya menggunakan sistem struktur yang khusus dengan perawatan yang khusus pula dan cenderung tidak familiar. Kekuatan struktur menjadi hal yang riskan, ketika kemudian bangunan tidak dapat mengapung atau tidak dapat menahan air sehingga air masuk ke dalam rumah, dan hal tersebut hanya dapat diketahui pada saat banjir terjadi.

Sementara, metode rekayasa elevasi bangunan dan juga wet flood proofing lebih menjadi pilihan pada perencanaan ini. Pertimbangannya, yaitu bahwa metode ini cukup sederhana dan praktis dengan menempatkan ruang fungsional lebih tinggi dari design flood level. Contoh yang ada telah banyak, mulai dari yang tradisional hingga yang lebih mengkini. Dengan menggunakan bentukan panggung sederhana atau bangunan dengan lantai atas sebagai tempat beraktivitas saat banjir, antisipasi terhadap masalah banjir telah dapat tercapai.

2. Analisa Rekayasa Elevasi Bangunan dan Dry Flood Proofing

Flood proofing lebih banyak dibahas pada penerapannya untuk bangunan rumah

berdasarkan yang telah disampaikan.4 Pada dasarnya, kedua metode ini adalah sama yaitu menempatkan bagian fungsional di atas elevasi banjir rencana. Bedanya yaitu bagaimana “status” ruang di bawah elevasi banjir rencana tersebut.

Pada rekayasa elevasi bangunan, bagian bawah bangunan tidak memiliki peran fungsional, hanya diisi struktur pendukung bangunan seperti kolom-kolom atau pengurugan. Pada wet flood proofing, cenderung berangkat dari bangunan berlantai jamak, di mana kemudian lantai dasar ditoleransikan juga untuk ruang air saat banjir.

4 Pada pembahasan analisa mengenai peresponan banjir bagian “Kedua”.

Page 52: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 7

1 1/2 1/2

1/2

1/2

1

1

Gambar 4.4 Wet Flood Proofing dan Rekayasa Elevasi Bangunan

Sumber: Dokumentasi pribadi

Pada perencanaan rumah yang flood proof sebagai bagian dari penataan

permukiman bantaran sungai di Sangkrah ini, perlu juga mempertimbangkan aspek masyarakat sebagai penghuni rumah. Secara garis besar, dengan berbagai kriteria dan keterbatasan, rumah-rumah dengan flood proofing yang muncul adalah model-model tipikal di mana kebutuhan ruang masyarakat yang “dianggap” tipikal dengan fungsi-fungsi ruang yang fleksibel. Proses pendekatannya adalah dengan analogi berikut. - Dengan berpegang pada suatu model tipikal rumah, ketika diproyeksikan

menjadi rumah dengan wet flood proofing seperti membagi dua besaran ruang yang ada, lalu menyusunnya atas dan bawah. Dengan peruangan yang sama, rumah dibuat menjadi dua lantai begitu saja. Hal tersebut berarti praktis setengah bagian fungsional rumah harus berbagi dengan banjir.

- Sementara, menerapkan rekayasa elevasi bangunan pada tipikal rumah membuat rumah menjadi lebih tinggi posisinya dengan pengurugan atau panggung. Kemudian, dengan memandang bahwa banjir pada lahan bantaran sungai di Sangkrah sifatnya hanya sementara, selebihnya peninggian seperti ini tidak efisien. Inilah kekurangan dari penerapan rekayasa elevasi bangunan secara murni terlepas bahwa ini merupakan cara yang praktis.

- Untuk model rumah berpanggung, dengan memanfaatkan kolong panggung lebih lanjut untuk aktivitas-aktivitas merumah yang lain sebenarnya kembali lagi kepada analogi yang mirip dengan wet flood proofing di mana nantinya fungsi yang berada di bawah memiliki konsekuensi termakan oleh air banjir. Justru dengan pemanfaatan kolong rumah panggung tipikal tersebut, besaran rumah yang muncul menjadi dua kali lipat dari tipikal awal.

Page 53: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 8

1 1

1 2

- Kembali lagi kepada ide mengenai rumah panggung. Seperti pada perkembangan rumah panggung tradisional yang ada, kolong panggung dapat dipakai sebagai kandang, penyimpanan tempat kerja, dan sebagainya. Hal tersebut mendasari, ketika nantinya terbangun rumah panggung, maka asumsinya dengan sendirinya masyarakat akan memanfaatkan kolong panggung, karena memang ruang di bawah panggung (dengan tinggi di atas elevasi banjir rencana pada site yaitu setinggi 2 meter) merupakan wujud ruang yang dapat dimanfaatkan. Hal tersebut juga ditunjang kondisi kehidupan masyarakat yang “horizontal” di mana kehidupan merumahnya berhubungan secara langsung dengan jalan/tanah sebagaimana rumah yang sudah ada. Misalnya untuk menyimpan gerobak, kendaraan bermotor, kandang, berjualan, interaksi sosial atau outdoor, dan sebagainya.

Penjelasan tersebut menjadi refleksi bahwa masyarakat mampu untuk memiliki rumah dua lantai meskipun dengan eksekusi yang sederhana misalnya dengan penutup lantai seadanya, tanpa dinding penutup, atau hanya menggunakan material yang dapat diupayakan sendiri oleh masyarakat seperti gedhek yang terjangkau kondisi ekonomi masyarakat.

- Dari tipikal rumah yang ada, ruang-ruang yang sifatnya mudah dalam evakuasi

dapat ditempatkan di lantai dasar, ruangan selebihnya tetap ditempatkan di atas lantai yang lebih aman. Kemudian besar ruang yang fleksibel tersebut besarnya menyesuaikan dengan lantai di atasnya yang berfungsi seperti penaung bagi ruangan lantai dasar. Ruangan lantai bawah yang ukurannhya menjadi lebih besar berperan sebagai ruang serbaguna yang fleksibel penggunaannya sesuai kebutuhan penghuninya. Besaran ruang total menjadi sedikit lebih besar dari besaran ruang tipikal awal.

Gambar 4.5 Penggunaan Kolong Panggung (Awaso) pada Rumah Tradisional Bugis di Kamal Muara

Sumber: Dokumen Raziq Hasan dan Hendro Prabowo

Page 54: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 9

Gambar 4.6 Konsep Rumah dengan Flood Proofing

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Bagian inti rumah, penting, sifatnya privat, sebagai penyimpanan asset pribadi dan keamanan, terdapat pembagian ruang.

Ruang toleransi air banjir, fungsi fleksibel, peruangan tidak membutuhkan syarat perabot, evakuasi mudah, penutupan sederhana dan murah.

- Sebenarnya seperti kembali kepada esensi rekayasa elevasi bangunan di mana kolong panggung kemudian dimanfaatkan untuk fungsi-fungsi tambahan. Pada perencanaan rumah flood proof di sini, fungsi yang diletakkan pada kolong panggung bukan merupakan fungsi tambahan, melainkan fungsi rumah yang sifat kegiatannya fleksibel, dengan tidak mengesampingkan bahwa kolong panggung sebenarnya adalah bagian di luar rumah yang memiliki naungan, sehingga untuk menyiasati mahalnya hunian karena harus berdua lantai penutupan lantai dasar berkonsep seperti halnya kolong panggung yang berpenutup seadanya seperti dengan penggunaan gedhek dan juga penutupan lantai yang sederhana berupa rabat atau plester yang tentu saja tetap memenuhi syarat kebutuhan ruang yang sifatnya fleksibel tersebut.

Melalui proses pendekatan di atas, dapat diperoleh konsep hunian tipikal dengan flood proofing berikut ini.

Dengan skema di atas, poin-poin penting sebagai output pada konsep rumah dengan flood proofing yang direncanakan antara lain: - Ketika banjir, fungsi pada lantai dasar dilimpahkan pada lantai atas dengan

evakuasi. Untuk menunjang kemudahan evakuasi properti seperti lemari, motor, meja kursi, dibutuhkan bentukan ramp yang aksesibel.

- Pada lantai bawah, penggunaan material penutup yang murah cenderung memiliki ketahanan yang lemah terhadap arus air banjir, seperti di sini penggunaan gedhek. Untuk menghindari kerusakan material tersebut, penutup perlu dihindarkan dari luapan air. Dengan penggunaan partisi gedhek yang sifatnya knock-down sehingga penutup dapat dilepaskan dari strukturnya. Untuk mempermudah penyimpanannya, sistem knock-down yang terwujud berupa pelipatan ke atas sehingga terhindar dari luapan air.

Page 55: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 10

Gambar 4.7 Mekanisme Pelipatan pada Partisi Gedhek

Sumber: Dokumentasi Pribadi

- Struktur yang digunakan untuk menunjang bangunan yaitu menggunakan system rangka (kolom dan balok) beton dengan menggunakan pondasi sumuran untuk menahan beban bangunan dua lantai.

3. Analisa Sirkulasi Temporer Saat Banjir

Sirkulasi temporer saat banjir berfungsi sebagai jalur sirkulasi dan akses pada

fungsi-fungsi di lahan pada saat banjir menggantikan fungsi jalan lingkungan yang tidak dapat berfungsi akibat terendam air. Pertimbangan penentuan sirkulasi temporer adalah sebagai berikut. - Jalur sirkulasi temporer berada pada ketinggian di atas elevasi banjir rencana

sehingga aman untuk diakses saat banjir. - Tanggul sebagai batas daerah aman di tepi lahan juga berperan sebagai jalur

sirkulasi. Rencana jalur sirkulasi temporer berhubungan dengan tanggul untuk dapat menunjang koneksi dengan area di luar lahan sehingga menunjang aktivitas bermukim pada skala yang lebih luas seperti halnya yang dilakukan sehari-hari. Oleh karena itu, ketinggiannya disesuaikan dengan ketinggian tanggul dari permukaan tanah yaitu sekitar 2,5 meter.

- Jalur sirkulasi tentu saja berhubungan dengan fungsi-fungsi pada lahan yang masih dapat berangsung saat banjir, dapat diakses secara langsung melului fungsi-fungsi yang bersangkutan. Secara garis besar, terdapat dua macam jalur sirkulasi pada lahan yaitu sirkulasi

normal dan sirkulasi temporer saat banjir yang digunakan pada waktu yang berbeda. Sirkulasi temporer memiliki peran sementara yaitu hanya pada saat banjir. Fungsinya untuk menghubungkan antar bangunan pada lahan atau antara lahan dengan tanggul (area luar) yang notabene merupakan daerah yang aman dari banjir.

Berdasarkan pertimbangan yang telah dipaparkan, sirkulasi temporer yang

direncanakan dapat digambarkan pada skema berikut ini.

Page 56: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 11

Pada skema Gambar 4.8, fungsi-fungsi (F) pada lahan pada saat banjir dapat tetap saling berhubungan satu sama lain dengan adanya sistem konektifitas (C) berupa jalur sirkulasi temporer yang juga berhubungan dengan tanggul. Berikut merupakan proyeksi skema di atas ke dalam area lahan.

Gambar 4.9 Rencana Jalur Sirkulasi Temporer yang pada Lahan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Jalur sirkulasi temporer berorientasi ke arah tanggul.

Unit-unit fungsi pada site yang membutuhkan aksesibilitas pada saat banjir.

Tanggul sebagai area aman juga sebagai akses keluar site.

Gambar 4.8 Skema Konektivitas Fungsi pada Lahan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Page 57: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 12

Gambar 4.10 Gambaran Jalur Sirkulasi saat Kondisi Banjir

Sumber: “Climate Change Toolkit – Designing for Floodrisk”

Gambar 4.11 Wujud Jalur Sirkulasi pada Saat Banjir

Sumber: Dokumentasi pribadi

Sebagai gambaran, jalur sirkulasi ini posisinya berada di atas elevasi banjir rencana yaitu sekitar 2,5 meter. Sehingga pada kondisi normal, wujudnya berupa flying pedestrian dan pada saat banjir maksimal, bentuknya menjadi menyerupai dermaga memanjang dari tanggul menuju ke fungsi-fungsi yang ada pada lahan.

4. Penentuan Antisipasi Persoalan Turunan Banjir

a. Analisa Persoalan Genangan Air pada Lahan

Genangan air yang ada disebabkan adanya cekungan pada lahan dan tidak didukung oleh sistem drainase yang baik. Penanganannya tentu saja dengan perencanaan drainase yang jelas pada area permukiman, penerapan sistem terasering pada lahan untuk memastikan air dapat kembali ke tempat yang lebih rendah (ke sungai) apabila banjir telah surut.

b. Analisa Persoalan Kekotoran

Endapan dan kekotoran terjadi akibat massa bawaan aliran banjir berupa tanah, pasir bahkan sampah. Endapan kemudian terbentuk setelah elemen bawaan tersebut tidak mampu lagi dibawa oleh aliran air hingga air yang ada menyurut.

Page 58: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 13

Merespon hal tersebut, ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam perencanaan dan perancangan ini. - Pada ruang yang dilalui arus banjir, adanya massa atau bidang yang dapat

menangkap sedimen bawaan dikurangi, dan juga meminimalisir penempatan ruang-ruang fungsional di ruang yang dilalui banjir, misalnya dengan memperuntukkan ruang-ruang air banjir sebagai open space, kebun dan fungsi-fungsi outdoor lain.

- Dengan menggunakan material permukaan yang mudah dibersihkan seperti ekspos batu kali bukan dinding ber-finishing cat yang tidak mudah dibersihkan dan akan mengurangi kebersihan dan estetika.

c. Analisa Persoalan Kerusakan

Kerusakan material diakibatkan daya destruktif arus air. Banjir Bengawan Solo yang juga melalui lahan bantaran sungai di Sangkrah ini merupakan banjir sungai jenis lambat (bukan flash flood). Kecepatan arusnya relatif rendah, akan tetapi karena tetap memiliki massa dan kecepatan, maka arus banjir memiliki energi yang merupakan daya destruktif. Karena kecepatannya rendah, maka daya destruktifnya juga tidak terlalu tinggi, akan tetapi tetap memerlukan antisipasi ringan pada perencanaan ini. - Besarnya kecepatan arus air memberikan daya rusak yang lebih tinggi. Untuk

menguranginya, diperlukan mekanisme untuk mengurangi arus air. Mekanisme ini tidak lain adalah proteksi terhadap bangunannya dengan menggunakan metode pemecah arus air, sehingga ketika air mencapai bangunan/material daya destruktifnya berkurang. Pemecah air wujudnya berupa massa yang berada di jalur lintasan arus air tersebut. Beberapa yang dapat menjadi pemecah air (barrier) antara lain topografi, beton struktural, vegetasi, tiang-tiang.

- Menghindari kerusakan material juga dapat didukung oleh kemampuan material untuk mempertahankan diri. Maksudnya di sini adalah dengan menggunakan material yang memiliki kekuatan seperti konstruksi beton tahan air.5

- Kerusakan material dapat diminimalisir dengan mengurangi kontak antara material dengan arus air yang memiliki kekuatan destruktif. Dapat dilakukan dengan jalan tata lokasi, tata massa dan tata posisi. Tata lokasi dengan cara menempatkan material pada ruang yang tidak terkena banjir. Tata massa dengan cara mengurangi tumbukan frontal dengan arus air dengan menyusun bangunan sejajar arus air. Tata posisi yaitu mengurangi tumbukan frontal dengan memiringkan posisi sehingga bukan tumbukan frontal yang terjadi. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa benda sejajar dengan arah aliran (streamlined) memiliki pengaruh yang kecil terhadap air.

5 Pembahasan sipil.

Page 59: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 14

Gambar 4.14 Perubahan Aliran Sungai Saat banjir

Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 4.13 Perubahan Tata Posisi Terhadap Arus Air

Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 4.12 Perbandingan Kerusakan dari Perubahan Tata Massa Terhadap Arus Air

Sumber: Dokumentasi pribadi

5. Analisa Lokasi pada Kondisi Banjir

o Pertimbangan - Pada banjir Bengawan Solo yang terjadi di bantaran Sangkrah yang perlu

diperhatikan yaitu bahwa adanya bantaran sungai, aliran yang berkelok-kelok, serta bentuk tanggul yang cenderung lurus menyebabkan ketika terjadi limpasan air maka bentuk badan dan aliran sungai akan berubah.

Page 60: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 15

- Meninjau kondisi lahan, adanya belokan sungai, pepohonan pada lahan bantaran, kondisi topografi yang datar, serta nantinya bentuk fisik bangunan pada lahan. Untuk mempertimbangkan arah kecenderungan aliran pada lahan serta permassaan untuk memperhitungkan kekuatan destruktif aliran berdasarkan arah dan kecepatan aliran.

- Dibutuhkan antisipasi terhadap daya destruktif arus sungai terhadap massa bersangkutan dengan penataan massa dan posisi seperti disampaikan sebelumnya.

- Lahan didominasi oleh massa bangunan hunian dan sejumlah kecil bangunan lain yang sekarakter. Yang diketahui, bangunan rumah sendiri merupakan tipe rumah yang fleksibel, di mana bagian bawah rumah dapat menjadi area toleransi luapan air dengan cara partisi-partisi yang dapat dihilangkan dan hanya menyisakan kolom-kolom struktur serta dinding tunggal. Massa rumah perlu ditata pada lahan dengan mempertimbangkan arus air.

o Input

o Analisa Pada suatu sistem pengaliran air, dalam hal ini sungai pada dataran yang

datar, karakter alirannya yaitu semakin ke tepi arus semakin tenang atau bahwa arus terbesar berada di bagian tengah sungai. Pada kondisi banjir, seluruh badan

Gambar 4.15 Analisa Lokasi pada Saat Kondisi Banjir

Sumber: Dokumentasi pribadi

Aliran tepi memiliki kekuatan arus yang lemah/lambat.

Makin ke tengah sungai, arus air semakin kuat.

Tanggul sebagai tepi sungai, batas daerah aman banjir.

Pohon yang ada di tepian seungai menjadi penghambat arus yang lebih kuat masuk ke lahan..

Karakter aliran banjir bantaran.

Gambaran konfigurasi arus air terhadap lahan.

Page 61: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 16

Gambar 4.16 Dinding Sejajar Arus

Sumber: Dokumentasi pribadi

sungai (dihitung sebagai ruang di dalam tanggul) termasuk lahan bantaran sungai di Sangkrah ini terendam air, menjadi satu bentuk sungaipenuh yang lebih besar dari sungai yang ada pada kondisi normal. Bagian paling dekat dengan tanggul sebagai tepi sungai memiliki arus yang tenang, makin ke tengah, arus beranjak semakin kuat dan destruktif.

Untuk meminimalisir kerusakan akibat sifat destruktif air dan keamanan fungsional dari bahaya arus air maka penempatan bangunan diutamakan berada di sepanjang tepian sungai, sehingga penataannya berorientasi pada bagian dekat tanggul kemudian perkembangannya makin menjauhi tanggul.

Kebutuhan untuk dekatnya bangunan dengan tanggul sebagai tepi sungai dan daerah paling aman juga menunjang efisiensi akses menuju tanggul atau daerah di luar site saat banjir.

Penyusunan unit-unit bangunan disesuaikan dengan prinsip tata massa bahwa untuk meminimalisir dampak impact langsung dengan banjir, penataan bangunan polanya linear searah arus aliran banjir. Kemudian, jalan yang ada sebagai jalur sirkulasi dan penunjang akses menuju masing masing unit bangunan arahnya menyesuaikan dengan konfigurasi atau pola tata massa bangunan yang linear tersebut.

Kolom pada rumah cenderung sebagai “titik” terhadap arus air dibanding dengan dinding yang lebih berbidang dan berpengaruh terhadap arus air, atau sebaliknya. Dinding yang ada dibuat searah dengan arus air untuk menghindari beban arus air.

Selain penataan massa, perlu juga adanya upaya untuk memperlambat aliran atau memperkecil massa tubrukan air dengan memberikan massa pemecah air, dapat berupa bentuk struktural buatan atau hanya berwujud pepohonan alami.

Adanya pepohonan di tepian sungai sendiri menghalangi arus kuat pada lahan bantaran yang dilalui air sehingga secara keseluruhan arus air yang melalui lahan bantaran dapat sedikit dikurangi kekuatannya, juga sebagai barrier material bawaan yang besar dapat masuk ke area lahan.

Page 62: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 17

o Output B. MERENCANAKAN PENATAAN PERMUKIMAN

1. Menentukan Skenario Penataan

Oleh karena adanya penerapan flood proofing pada masing-masing rumah, maka tiap rumah perlu didesain ulang. Desain rumah tentu saja dengan mempertimbangkan masyarakat sebagai penghuni rumah tersebut. Di sini, hal tersebut dibatasi mengenai jumlah anggota keluarga atau penghuni rumah, aktivitas yang diwadahi, dan juga kondisi sosial ekonomi (yang rata-rata sama yaitu golongan menengah ke bawah). Pertimbangan yang lain yaitu kondisi eksisting rumah yang memiliki besaran yang minimal menyesuaikan dengan luas tanahnya. Sehingga perancangan kembali rumah dengan merancang beberapa bentuk tipikal rumah untuk ditempatkan dalam pola tatanan permukiman.

Dilihat dari sudut pandang pemerintah (regulatif), pada dasarnya pemanfaatan bantaran sungai untuk tempat tinggal adalah tidak diperbolehkan. Malah karena ada rencana program relokasi, keberadaan rumah pada tanah yang dimiliki secara resmi pun nantinya harus mengikuti program relokasi tersebut, sehingga keberadaannya pada lahan dapat dikatakan ilegal. Sehingga, di sini apabila kebijakan relokasi

Gambar 4.17 Output Analisa Lokasi pada Saat Kondisi Banjir

Sumber: Dokumentasi pribadi

Pola dasar tata massa bangunan sedemikian linear dengan diutamakan berorientasi kepada tanggul sebagai daerah aman di luar lahan banjir.

Penataan jalan menyesuaikan dengan pola tata massa bangunan

“Sisa” lahan terbuka yang dimanfaatkan untuk fungsi-fungsi outdoor seperi tempat bermain dan communal space serta optimalisasi landscaping.

Pepohonan yang ada di tepian lahan untuk menghambat arus kuat sungai terhadap lahan.

Perletakan barrier atau pemecah arus air untuk mengurangi kekuatan arus dan pengarah aliran.

Page 63: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 18

digantikan dengan program penataan permukiman sebagai alternatif, maka kebijakan penataan tersebut dapat diutamakan untuk kepentingan tata ruang (prioritasnya bukan pada masyarakatnya6) sebagai syarat untuk tidak direlokasi, karena sejak awal relokasi memang untuk kepentingan itu.

Maka, dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya konsolidasi lahan7 dalam suatu penataan permukiman, penataan permukiman bantaran sungai dapat mencakup penempatan kembali unit-unit rumah pada lahan baru (tidak pada lahan semula) sehingga membentuk pola “buatan” susunan rumah yang baru, menyesuaikan dengan urgensi yang ada mengenai permasalahan banjir dan juga penataan lingkungan sebagai asumsi prasyarat untuk dapat bermukim di bantaran sungai di Sangkrah ini.

Sehingga di sini, lingkup penataan tidak hanya dilakukan pada landscape lingkungan sekitar hunian, namun juga termasuk penataan massa (perletakan) unit-unit hunian itu sendiri dan juga rancangan bangunan hunian yang kemudian diikuti tata lingkungan yang mendukung keberadaan bangunan sebagai wadah fungsi utamanya, terutama berkaitan dengan permasalahan banjir.

Selanjutnya, tatanan baru tersebut harus tetap dapat sebagai wadah masyarakat bantaran sungai di Sangkrah yang sudah ada. Hal tersebut merupakan indikasi keberhasilan fungsional dari hasil penataan permukiman.

2. Membatasi Permukiman

Sesuai dengan judul, permukiman dibatasi yaitu permukiman yang ada pada

lahan bantaran sungai di Sangkrah, yang nantinya desain juga diperlakukan pada lingkup permukiman tersebut. Batasan yang ada bukanlah batasan administif maupun batasan garis sosial penduduknya melainkan lebih kepada batasan geografis yang membuat permukiman pada lahan tersebut memiliki karakter signifikan yaitu permasalahan banjir bantaran.

Lingkup permukiman bantaran sungai di Sangkrah ini apabila diukur dari tempat tinggal sebagai pusat kegiatan bermukim, maka skalanya dapat dibilang sedikit lebih luas daripada sekedar hubungan pertetanggaan (neighborhood), lebih kepada suatu kawasan kecil permukiman di mana di dalamnya terdapat beberapa hubungan pertetanggaan yang terbentuk dari banyak unit hunian dan dari banyak ruang-ruang pribadi di dalamnya.8

6 Pemahaman bahwa permukiman yang terbentuk secara alami pada dasarnya adalah bentuk yang

paling cocok dengan masyarakat dalam kondisi tersebut. 7 Konsolidasi lahan sebagai alternatif dari relokasi atau resettlement. 8 Atau bila dibandingkan pada ukuran permukiman secara administratif, skala sistem permukiman

bantaran sungai di Sangkrah ini lebih besar daripada RT dan lebih kecil daripada RW.

Page 64: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 19

Gambar 4.18 Skala Permukiman Mengerucut Sebagai pada Tempat Tinggal

Sumber: Dokumentasi pribadi

3. Menentukan Fungsi pada Permukiman

Fungsi permukiman yaitu sebagai tempat bermukim. Pengertian ini sangat luas. Sehingga apa sajakah kegiatan bermukim yang ditampung atau dilakukan masyarakat pada lingkup permukiman bantaran sungai di Sangkrah ini?

Pada dasarnya penataan dilakukan terhadap objek yang sudah ada agar lebih tertata. Apabila menyangkut ketidaktertataan fisik, maka objek yang ditata adalah objek fisik yang sudah ada. Pada permukiman bantaran sungai di Sangkrah ini, objek fisik sebagai objek penataan yaitu hunian serta penunjang yang ada pada lingkup permukiman ini yaitu mushola dan pos keamanan.

Apabila ketidaktertataan menyangkut objek non fisik maka dilakukan penataan pada objek non fisik, dan mungkin saja dibutuhkan suatu bentuk fisik baru untuk memperbaiki ketidaktertataan non fisik tersebut misalnya dengan tambahan fasilitas yang sesuai dengan skala permukiman yang ada,9 karena tidak semata-mata pengertian permukiman diartikan sebagai kumpulan rumah-rumah “plus-plus” (plus fasilitas dan prasarana). Pada permukiman bantaran sungai di Sangkrah ini, ketidaktertataan non fisik ditunjukkan dengan adanya aktivitas yang tidak terwadahi pada skala ini.

Tabel 4.1 Kebutuhan Fungsional

No. Aktivitas Yang Sudah Ada Tatanan Baru 1 Menerima tamu Ruang tamu Ruang tamu/serba guna 2 Berkumpul dengan

Keluarga Ruang tamu Ruang tamu/serba guna

3 Tidur Kamar tidur, ruang keluarga

Kamar tidur

4 Memasak Dapur Dapur 5 Makan Dapur, ruang keluarga Dapur, ruang keluarga

9 Sesuai dengan skala permukiman maksudnya di sini misalnya dikatakan fasilitas kesehatan

merupakan syarat permukiman, maka tidak perlu menyediakan puskesmas dalam lingkup pembahasan permukiman pada skala RT, mungkin lebih pada skala yang lebih luas, misalnya skala kelurahan. Itupun apabila pada skala itu memang belum terdapat fasilitas puskesmas tersebut.

Page 65: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 20

6 Mandi dan buang air

MCK umum, sungai Kamar mandi

7 Mencuci MCK umum, sungai, depan rumah

Kamar mandi

8 Menjemur Jalan, tempat jemur Tempat jemur 9 Menyimpan motor Ruang tamu, garasi Ruang tamu/serba guna

10 Menyimpan gerobag dagangan

Jalan, depan rumah Depan rumah

11 Berdagang dan jasa Teras rumah, ruangan di rumah

Teras rumah, ruangan di rumah

12 Aktivitas industri rumahan

Ruangan di rumah Ruangan di rumah

13 Shalat Mushola Mushola 14 Menjaga kemanan

lingkungan Pos keamanan Pos keamanan

15 Anak-anak bermain Jalan Communal space, tempat bermain

15 Aktivitas intern warga bantaran

- Communal space

Keterangan: merupakan tipikal fungsi hunian. Penjelasannya sebagai berikut. - Sesuai dengan ketentuan aplikasi flood proofing pada unit rumah, adanya ruang

bersama ruang tamu/bersama memiliki karakter serbaguna karena luas dan tanpa partisi atau pembagian ruang.

- Penggunaan jalan yang notabene merupakan prasarana umum untuk aktivitas merumah menunjukkan rumah yang ada tidak mampu menampung kegiatan bertempat tinggal dengan baik, seperti untuk tempat mencuci dan menjemur pakaian.

- Kamar mandi sebagai syarat rumah sehat dan salah satu poin penting dari Habitat Bill of Rights10 harus dimiliki oleh masing-masing rumah. Terlepas dari pertimbangan tersebut, sistem kamar mandi dan juga penyediaan air berupa MCK umum justru akan menambah permasalahan tersendiri pada saat kondisi banjir, terkait flood proofing-nya dan juga akses untuk menjangkaunya.

- Aktivitas anak-anak bermain di jalanan, di dalam rumah, atau bahkan di sungai menunjukkan pada skala permukiman ini tidak ada wadah untuk tempat bermain anak-anak.

- Menyangkut kebutuhan intern masyarakat bantaran sungai di Sangkrah yaitu ruang untuk kegiatan bersama berhubungan dengan statusnya sebagai masyarakat bantaran sungai, kegiatan untuk meningkatkan nilai dan eksistensi masyarakat bantaran seperti ruang komunal.

10 Ir. Eko Budihardjo,M.Sc, Arsitektur dan Kota di Indonesia, Alumni, Bandung, 1989.

Page 66: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 21

Selain itu, kebutuhan fungsional juga erat kaitannya terhadap kondisi banjir. Hal

ini menyangkut pertimbangan apakah fungsi-fungsi yang sudah ada pada kondisi banjir harus dipertahankan, digantikan atau ditiadakan untuk sementara. Hal tersebut dibahas sebagai berikut.

Tabel 4.2 Fungsi pada Permukiman Terhadap Kondisi banjir

No. Aktivitas/Fungsi Pada Saat Banjir 1 Ruang tamu/serba guna - 2 Kamar tidur Kamar tidur 3 Dapur Dapur 4 Kamar mandi Kamar mandi 5 Tempat jemur Tempat jemur 6 Menyimpan gerobag dagangan Jalan 7 Mushola Mushola 8 Pos keamanan - 9 Communal space -

10 Tempat bermain -

Penjelasannya sebagai berikut. - Rumah dan mushola merupakan fungsi yang dipertahankan keberadaannya

pada saat banjir dengan penerapan flood proofing. - Keberadaan fungsi communal space dan tempat bermain dihilangkan untuk

sementara pada saat banjir. Hal ini mengingat pula aktivitas penggunaannya yang insidental dan sifat kegiatan yang tidak begitu urgen sebagai bagian dari aktivitas bermukim dan tidak bergantung pada tempat yang signifikan..

- Pos keamanan berfungsi dengan berbasis pada jalan sirkulasi pada site. Dengan tidak berfungsinya jalan saat banjir, maka keberadaan pos juga tidak begitu dibutuhkan. Sebagai gantinya, adanya jalur sirkulasi temporer untuk kondisi banjir lebih membutuhkan pengamanan lebih.

- Pada unit rumah, penerapan wet flood proofing konsekuensinya yaitu ruangan rumah harus berbagi dengan banjir. Ruang tamu atau ruang bersama dianggap sebagai ruang dengan sifat yang fleksibel dan cenderung multifungsi tanpa adanya ketentuan ruang dan perabot penyusunnya sehingga dapat menyesuaikan kondisi ruang untuk kemudahan evakuasi. Ruang tamu/bersama ini diletakkan pada lantai dasar.

Kesimpulannya, fungsi-fungsi yang direncanakan ada pada tatanan baru

permukiman bantaran sungai di Sangkrah ini antara lain sebagai berikut. - Fungsi tempat tinggal (hunian). - Mushola.

Page 67: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 22

- Pos keamanan. - Communal space. - Tempat bermain.

4. Menentukan Besaran Ruang

a. Besaran Ruang Unit Rumah

Pertimbangannya adalah sebagai berikut. - Sesuai dengan kondisi sosial ekonomi, kecenderungan ukuran rumah awal,

dan lahan yang terbatas, ukuran rumah berorientasi pada ukuran minimum rumah dengan beberapa toleransi.

- Berdasarkan standar rumah sehat yaitu 9 m2 per orang atau batas minimumnya 7,2 m2 per orang.

- Rumah tipikal dengan perbedaan berdasarkan jumlah anggota keluarga/penghuninya yaitu 3 orang, 4 orang, dan 5 orang.

- Dengan penerapan flood proofing, fungsi selain ruang tamu/bersama berada di atas elevasi banjir rencana (di lantai atas). Lantai dasar yang hanya berupa ruang tamu/bersama besarannya menyesuaikan dengan lantai atasnya sehingga wujudnya lebih berupa ruang yang lapang dan selanjutnya lebih multifungsi. Semakin banyak tipikal jumlah penghuninya, ruang tamu/bersama yang ada juga ukurannya semakin besar.

- Tangga sebagai akses penghubung antara lantai dasar dengan lantai atas besaran ruangnya menyesuaikan.

Analisanya sebagai berikut.11

o Rumah Tipe Kecil (3 Penghuni)

Secara umum, berdasarkan standar minimum rumah sehat, besaran minimum untuk rumah tipe kecil ini adalah 27 m2 atau batas terkecil 21,6 m2.

Tabel 4.3 Besaran Ruang Rumah Tipe Kecil

No. Kapasitas Perhitungan (m2)

Sirkulasi Total

1 Ruang tidur besar 1,8 . 2 = 3.6 2 Ruang tidur kecil 0,9 . 2 = 1,8 3 Dapur 1,5 . 2 = 3 4 Kamar mandi 1,2 . 1,5 = 1,8 5 Tempat jemur 0,5 . 1 = 0,5 6 Ruang

tamu/bersama 10,7

80 %

38,52 m2

19,26 m2 per lantai

11 Dengan menggunakan ukuran dari data Arsitek dan asumsi.

Page 68: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 23

o Rumah Tipe Sedang (4 Penghuni)

Secara umum, berdasarkan standar minimum rumah sehat, besaran minimum untuk rumah tipe sedang ini adalah 36 m2 atau batas terkecil 28,4 m2.

Tabel 4.4

Besaran Ruang Rumah Tipe Sedang No. Kapasitas Perhitungan

(m2) Sirkulasi Total

1 Ruang tidur besar 1,8 . 2 = 3.6 2 Ruang tidur kecil 0,9 . 2 = 1,8 3 Ruang keluarga 1,5 . 2 = 3 4 Dapur 1,5 . 2 = 3 5 Kamar mandi 1,2 . 1,5 = 1,8 6 Tempat jemur 0,5 . 1 = 0,5 7 Ruang

tamu/bersama 13,7

80 %

49,32 m2

24,66 m2 per lantai

o Rumah Tipe Besar (5 Penghuni)

Secara umum, berdasarkan standar minimum rumah sehat, besaran minimum untuk rumah tipe besar ini adalah 45 m2 atau batas terkecil 36 m2.

Tabel 4.5

Besaran Ruang Rumah Tipe Besar No. Kapasitas Perhitungan

(m2) Sirkulasi Total

1 Ruang tidur besar 1,8 . 2 = 3,6 2 2 ruang tidur kecil 2 . 0,9 . 2 =

3,6 3 Ruang keluarga 1,5 . 2 = 3 4 Dapur 1,5 . 2 = 3 5 Kamar mandi 1,2 . 1,5 = 1,8 6 Tempat jemur 0,5 . 1 = 0,5 7 Ruang

tamu/bersama 15,5

80 %

55,8 m2

27,9 m2 per lantai

b. Besaran Ruang Mushola

Pertimbangannya adalah sebagai berikut. - Esensi dari mushola secara harfiah adalah tempat sholat. Ruangan utamanya

terpenting adalah tempat sholat dan beberapa pendukungnya.

Page 69: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 24

- Mushola yang ada pada permukiman bantaran sungai di Sangkrtah ini diadakan dengan urgensi biasanya berkaitan dengan ibadah Sholat Jumat sehingga kapasitasnya paling tidak cukup untuk kegiatan ini yaitu seorang imam, 40 jamaah sebagai jumlah minimum, ditambah toleransi asumsi jamaah berlebih totalnya 50 orang.

Analisanya sebagai berikut.

Tabel 4.6 Besaran Ruang Mushola

No. Ruang Kapasitas (m2)

Perhitungan

Total

1 Ruang sholat 50 orang 60 m2 5 orang Standar lavatori 2 . 1 = 2 Wastafel 0,4 . 0.5 . 2 = 0,4 Flow 40 %

2 Tempat wudlu

Tempat wudlu

28 m2

2 lemari 2 . 0,6 . 2,25 3 Penyimpanan Flow 40%

4 m2

92 m2

c. Besaran Ruang Pos Keamanan

Pertimbangannya adalah sebagai berikut. - Jumlah pos kemaman yang ada di areal bantaran sungai di Sangkrah

jumlahnya hanya 2 buah. - Pengelolaan pos keamanan biasanya dalam lingkup permukiman RT dan

biasanya sifat operasionalnya sistem radius (namun tentu saja untuk masalah keamanan yang terjadi dihadapi secara gotong royong dan bersama-sama).

- Perletakan pos keamanan berada di persimpangan jalan. Pada lokasi, persimpangan jalan yang ada terbentuk dari ekstensi jalan lingkungan yang ada sebanyak 4 buah jalan. Dengan adanya jalan yang melintang terhadap keempat jalanlingkungan tersebut maka secara garis besar akan terdapat 4 simpul persimpangan jalan.

Perhitungannya, jumlah pos keamanan diasumsikan berjumlah 4 unit berada pada tiap-tiap simpul jalan. Masing-masing memiliki ukuran 2m . 2 m atau 4 m2, totalnya 16 m2.

d. Besaran Ruang Communal Space dan Tempat Bermain

Ruang-ruang ini cenderung memiliki besar yang fleksibel, karena berupa ruang-ruang outdoor, menyesuaikan dengan fungsi masif (bangunan) yang ada sebagai pembatas ruangnya selain unsur landscaping.

Page 70: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 25

5. Menentukan Pola Hubungan Ruang

Pola hubungan ruang ditentukan berdasarkan asumsi. Keterangan: Memiliki hubungan erat. Perlu untuk dipisah. Akses entrance. a. Pola Hubungan Ruang Makro

b. Pola Hubungan Ruang Mikro Pola hubungan ruang mikro meliputi pola hubungan ruang pada unit hunian

dan mushola yang memiliki peruangan majemuk.

1) Hunian

2) Mushola

Page 71: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 26

6. Analisa Site Secara Umum

o Input

o Analisa - Jln. Untung Suropati merupakan jalan formal terbesar menuju lokasi lahan.

Jalan yang lain selebihnya hanya berupa gang dan jalan lingkungan yang lebih kecil serta jalan tanggul. Selain itu, Jln. Untung Suropati arahnya langsung menuju ke jalan yang lebih besar sehingga (jika diperlukan) kendaraan besar seperti mudah untuk mencapai dan melaluinya dibandingkan dengan jalan kecil yang lain untuk kemudian menuju lahan permukiman.

Oleh karena itu, Jln. Untung Suropati menjadi akses utama pada lokasi yang dapat menunjang kemudahan akses kendaraan besar. Untuk sirkulasi sehari-hari keluar masuk area lahan, masyarakat biasa melalui berbagai jalan yang ada dengan bebas dan mudah terutama bila hanya berjalan kaki atau menggunakan kendaraan roda dua, tergantung pertimbangan masing-

Gambar 4.19 Analisa Lokasi Secara Umum

Sumber: Dokumentasi pribadi

Jln. Untung Suropati sebagai jalan formal terbesar menuju lokasi.

Makam Kleco menjadi sumber view negatif pada lokasi.

Titik lokasi penyeberangan alternatif perahu tradisional.

Jalan lingkungan pada lokasi menjadi akses menuju titik penyeberangan tradisional.

Pepohonan alami di sepanjang tepi sungai.

Jalan lingkungan pada lahan merupakan ekstensi dari jalan di luar area bantaran.

Tanggul Bengawan Solo, juga berperan sebagai jalur sirkulasi

Lahan-lahan tempat unit-unit bangunan tempat tinggal dan jalan lingkungan yang lebih informal.

Page 72: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 27

masing. Sehingga jalan-jalan kexil tetap menjadi jalur akses alternatif pada lahan.

- Titik penyeberangan perahu tradisional Bengawan Solo yang ada pada lokasi dipertahankan, karena keberadaannya dibutuhkan sebagian masyarakat untuk menunjang kemudahan menyeberang sungai tanpa harus memutar untuk menggunakan jembatan penyeberangan yang jaraknya relatif sangat jauh dari daerah sekitar lokasi tersebut.

Jalan lingkungan pada lahan bantaran sungai di Sangkrah ini yang menjadi akses menuju titik penyeberangan tersebut menggambarkan bahwa adanya penggal jalan tersebut dibutuhkan tidak hanya masyarakat penghuni bantaran sebagai jalur sirkulasi sehari-hari tapi juga masyarakat yang umum. Oleh sebab itu, penataan penggal jalan tersebut ditujukan tidak hanya sebagai jalan lingkungan intern pada suatu permukiman tapi juga sebagai jalan penghubung.

- Adanya vegetasi alami di sepanjang tepian sungai pada lahan yang masih ada menjadi suatu potensi yang dapat dimanfaatkan, mengingat pengembangan lahan salah satunya ditujukan untuk sebisa mungkin mengembalikan fungsi “hijau” bantaran sungai. Untuk itu keberadaan pepohonan dan vegetasi di sepanjang tepi sungai yang ada dipertahankan.

- Jalan lingkungan utama yang ada pada lokasi merupakan ekstensi dari jalan di luar bantaran. Keberadaannya sudah menjadi satu dengan sistem jalan di luar lahan bahkan sudah ada sebelum dibangun tanggul sebagai pencipta lahan bantaran sungai di Sangkrah ini.

Dengan adanya suatu penataan permukiman di mana keseluruhan komponen pada lahan ditata ulang termasuk tata bangunannya, maka jalan lingkungan pada lahan bantaran yang “hanya” bersifat informal ini termasuk pula di dalamnya dan dapat diubah secara keseluruhan.

Dengan pertimbangan kemudahan efektifitas sirkulasi pada simpang jalan tanggul, jalan di luar dan jalan lingkungan yang ada, bentuk perpanjangan jalan dariluar lahan dipertahankan, selebihnya dapat berubah menyesuaikan dengan akses pada fungsi dan sirkulasi pada lahan bantaran.

- Tanggul merupakan bangunan pelindung yang memerlukan struktur yang kuat. Kuatnya struktur tanggul dapat terganggu dengan adanya bangunan-bangunan atau massa-masa yang menempel atau berada pada badan tanggul atau sesuatu yang dapat merusak tanggul. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya konservasi tanggul.

Pada penataan permukiman bantaran sungai di Sangkrah ini, bentuk konservasi terhadap tanggul dilakukan dengan menghindari pembangunan berdekatan dengan tanggul. Oleh karena itu pada jarak ± 2 meter dari tanggul diperuntukkan sebagai ruang kosong untuk memisahkan tanggul dari area terbangun. Ruang kosong tersebut dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka dan taman.

Page 73: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 28

- Di sebelah utara lahan terdapat area Makam Kleco yang berperan sebagai sumber view negatif pada site. Oleh sebab itu dalam perencanaan penataan permukiman bantaran sungai di Sangkrah ini perlu dipikirkan bagaimana merespon view negative tersebut.

Pemecahannya, pada penataan permukiman orientasi fungsi dan view umum ke arah area makam tersebut dibatasi. Pemberian barrier terhadap view juga dapat dilakukan.

o Output

7. Mengenai Fungsionalitas Permukiman

Keberhasilan fungsional permukiman maksudnya permukiman dapat menjadi

tempat bermukim bagi masyarakatnya. Indikasinya, masyarakat sebagai target permukiman dapat menempati atau menggunakan permukiman sebagai tempat bermukim.

Gambar 4.20 Output Analisa Lokasi Secara Umum

Sumber: Dokumentasi pribadi

Akses utama menuju lokasi.

Jalur-jalur akses yang lebih kecil menuju lokasi.

Pepohonan dipertahankan.

Bentuk ekstensi jalan lingkungan dari luar bantaran dipertahankan.

Penjarakan terhadap tanggul sebagai ruang kosong.

Barrier view ke arah Astana Kleco.

Jalan yang ditata sebagai jalur penghubung menuju ke titik penyeberangan perahu tradisional.

Page 74: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 29

a. Makro Pada penataan permukiman bantaran sungai di Sangkrah ini, secara umum,

fungsi permukiman akan dapat berjalan apabila dapat lepas dari permasalahan banjir. Lebih lanjut, karena adanya penataan (redesign) maka tiap-tiap aktivitas harus dapat diwadahi kembali tercermin dalam kebutuhan ruang dengan besaran sesuai dengan kondisi masyarakatnya.12

Untuk mendukung fungsional tersebut, permukiman dilengkapi dengan fasilitas sarana prasarana yang memadahi. Di sini dibatasi yang terpenting yaitu ketersediaan listrik dan air bersih, serta aspek kenyamanan penyuasanaan dan visual berkaitan dengan tata lahan (landscaping).

1) Menentukan Jaringan Listrik

Pertimbangannya, ssesuai kondisi awalnya, permukiman bantaran sungai di sangkrah telah dijangkau dan menggunakan jaringan listrik PLN. Skemanya adalah sebagai berikut.

Untuk tetap dapat berfungsi pada saat banjir, jaringan listrik dan aplikasi elektronik yang menggunakan energi listrik tidak ditempatkan di bawah design flood level pada lahan yaitu sekitar 2 meter di atas permukaan tanah. Jika dengan terpaksa tidak dapat dilakukan, maka penerapannya dengan menggunakan water proofing atau perlindungan terhadap air.

2) Menentukan Jaringan Air Bersih

Pertimbangan: - Lahan belum difasilitasi jaringan air bersih PDAM. - Potensi air bersih swadaya dapat diupayakan berasal dari air tanah dan

air sungai yang dimurnikan, seperti yang telah dilakukan masyarakat.. - Kamar mandi pada tiap-tiap rumah menggantikan keberadaan MCK

umum sebagai titik pemenuhan kebutuhan air masyarakat. Tidak adanya fasilitas jaringan air bersih PDAM pada lahan membuat suplai air bersih diupayakan melalui pemanfaatan air tanah melalui sumur atau pompa. Pemanfaatan air sungai harus melalui proses pemurnian karena

12 Kedua hal tersebut telah dibahas sebelumnya.

PLN GARDU DISTRIBUSI

METERAN UNIT

DISTRIBUSI

METERAN UNIT

DISTRIBUSI

METERAN UNIT

DISTRIBUSI

Gambar 4.21 Skema Jaringan Listrik

Sumber: Dokumentasi pribadi

Page 75: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 30

kualitas kebersihannya yang tidak terjamin, berbeda dengan air tanah yang cenderung bersih.

Pada permukiman yang ada, warga yang tidak memiliki sumber air dan kamar mandi sendiri sebagai tempat MCK, kebutuhan air ditunjang oleh sumur bersama. Dengan adanya fasilitas kamar mandi sendiri pada tiap rumah, suplai air bersih dibutuhkan pada setiap unit rumah. Dengan pertimbangan efisiensi, pemanfaatan sumur tetap digunakan bersama namun dengan sistem distribusi ke masing-masing unit rumah dan fungsi lain yang membutuhkan jaringan air bersih. Satu sistem distribusi mencakup sekelompok unit distribusi sehingga ada beberapa sistem jaringan air bersih ini untuk menghindari distribusi air tidak merata. Skemanya adalah sebagai berikut.

3) Menentukan Tata Lahan (Landscaping) Pertimbangannya, tata lahan dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan penyuasanaan lingkungan dan visual lingkungan selain tentu saja untuk tyujuan meningkatkan fungsi hijau bantaran sungai dengan optimalisasi bagian lahan yang tidak terbangun. Terdapat beberapa elemen dalam tata lansekap yaitu: - Softscape landscape, meliputi vegetasi pada taman maupun pada jalur

sirkulasi. Vegetasi memiliki fungsi bermacam-macam, yaitu selain digunakan sebagai elemen estetika juga dapat dimanfaatkan sebagai buffer debu, udara dan panas matahari.

- Hardscape landscape, penggunaannya pada sebuah tapak dimanfaatkan sebagai pendukung kegiatan seperti jalur pedestrian dan kendaraan, memberikan perkuatan terhadap karakter dan estetika bangunan. Selain itu juga dapat dimanfaatkan sebagai area tangkapan air hujan. Hardscape landscape juga dapat berupa material penutup jalan, air, taman dan furnitur (meliputi lampu taman, tempat sampah, bangku taman, fountain) dan lain-lain.

Pada penataan permukiman bantaran sungai di Sangkrah, pendekatan landscape yang digunakan yaitu:

Gambar 4.22 Skema Satuan Jaringan Air Bersih

Sumber: Dokumentasi pribadi

AIR TANAH

POMPA

TANGKI PENYIMPANAN UNIT

DISTRIBUSI

UNIT DISTRIBUSI

UNIT DISTRIBUSI

Page 76: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 31

o Lansekap Sebagai Pengendali Fisik - Menciptakan lansekap dalam gunanya sebagai pengendali

pencahayaan pada tapakdan sekitarnya. - Menciptakan lansekap sebagai buffer debu, panas dan angin. - Perencanaan lansekap dengan memperhatikan kondisi fisik tanah,

meliputi kondisi kontur, daya serap dan kekuatan. Pemberian pohon pada tanah kosong, terutama pada tanah di pegunungan yang notabene sangat rentan, dapat meningkatkan kekuatan tanah. Penggunaan paving grass juga berfungsi sebagai media penyerapan air ke dalam tanah dibandingkan dengan perkerasan yang sulit ditembus air.

o Lansekap Sebagai Pengendali Sirkulasi Keberadaan lansekap sebagai pendukung sirkulasi secara langsung

dapat memberikan fungsi kontrol sirkulasi berupa: - Sebagai pengarah sirkulasi. - Mempertegas dan memperjelas jalur dan batas area sirkulasi.

Komponen lansekap sebagai unsur pembentuk ruang. - Melindungi area sirkulasi.

o Lansekap Sebagai Elemen Pembentuk Visual Tata lansekap merupakan aspek pembentuk visual dalam tapak,

dimana aspek visual tersebut akan turut menentukan karakter yang tercipta dalam perencanaan tapak. Penambahan elemen-elemen dekoratif buatan, seperti sclupture, kolam dapat menambah nilai estetika.

Berikut merupakan perencanaan landscape pada penataan permukiman

bantaran sungai di Sangkrah dikelompokkan berdasarkan kriteria elemennya. o Softscape Landscape

­ Tanaman hias sebagai elemen pembentuk visual antara lain tanaman bunga-bungaan.

­ Tanaman sebagai pengarah sirkulasi, digunakan seperti pohon palem pendek atau pohon berpostur tinggi.

­ Paving grass pada sebagian jalur sirkulasi terutama di communal space.

­ Pohon rindang antara lain sebagai peneduh (buffer panas) dan barrier angin dalam fungsinya sebagai pengendali fisik kondisi lingkungan tapak. Penggunaannya antara lain sebagai pelindung bangunan, juga sebagai pelindung user pada outdoor, dan juga peneduh area-area seperti taman, arena bermain dan communal space.

­ Tanaman sebagai pengisi ruang terbuka, digunakan rumput. o Hardscape Landscape

Page 77: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 32

­ Unsur-unsur pendukung kenyamanan dan aksesibilitas sirkulasi outdoor antara lain lampu, tanda petunjuk, tempat sampah, dan sebagainya.

­ Material keras sebagai penutup jalur sirkulasi seperti batu kali, batu alam dan kayu.

b. Mikro

Di sini, rumah merupakan unsur utama pada permukiman yang ada yang mendominasi, wadah aktivitas bermukim pada skala yang lebih kecil, permukiman dipandang secara mikro.

Secara fungsional, rumah harus bisa menjadi wadah bagi aktifitas bermukim/berhuni masyarakat yang ada, sehingga masyarakat harus dapat menempati rumah tersebut. Apabila rumah yang ada tidak dapat ditempati oleh masyarakat bantaran sungai di Sangkrah sebagai objek dan target penghuni permukiman, maka rumah tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat tinggal yang mewadahi kembali aktivitas bermukim (atau dalam skala ini disebut merumah) sehingga kegagalan fungsional dari terjadinya mistarget pengadaan hunian tidak dapat teratasi.

Agar rumah dapat ditempati maka perlu dipikirkan mengenai rumah seperti apa yang dapat ditempati/digunakan masyarakat bantaran sungai di Sangkrah ini. Pada lahan banjir bantaran ini, rumah tentu saja harus bebas dari permasalahan banjir (seperti yang telah dibahas) dengan penerapan flood proofing. Sistem kebutuhan ruang rumah juga harus sesuai dengan kebutuhan dan aktivitas masyarakat penghuninya.

Selanjutnya, untuk dapat menghuni/menggunakan rumah sebagai tempat tinggal masyarakat perlu memiliki hak untuk menempati atau menggunakan rumah tersebut baik hak milik maupun hak guna. Hak tersebut dapat diperoleh melalui proses pembayaran atau pembelian produk properti tersebut yang besar nominalnya biasanya disesuaikan dengan biaya pembuatannya.

Masyarakat bantaran sungai di Sangkrah secara umum kondisi ekonominya digolongkan menengah ke bawah, meskipun telah mapan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, akan tetapi kebutuhan rumah masih merupkan sesuatu yang mahal. Pengadaan bangunan rumah dengan pertimbangan rumah yang murah dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan untuk menekan biaya konstruksi maupun material.

1) Efisiensi

Keefisienan diukur dari karakter bangunan dalam pembentukan ruang. Hal ini berpengaruh pada seberapa besar bangunan rumah tersebut. Makin kecil rumah dengan kebutuhan ruang yang sama maka efisiensinya semakin tinggi. Yang diketahui, besaran ruang hunian yang telah ditentukan ukurannya minimum, sehingga perhatian terhadap efisiensi perlu dilakukan.

Page 78: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 33

Gambar 4.24 Penggunaan Dinding Bersama Antar Unit Rumah

Sumber: Dokumentasi pribadi

Pembentukan ruang dalam rumah merupakan konfigurasi dua dimensional sistem peruangan yang ada. Penyusunan bidang-bidang ruang menghasilkan satu bentuk bidang dasar unit rumah, atau sebaliknya, pembagian bentuk bidang dasar unit rumah menghasilkan susunan bidang-bidang ruang rumah.

Efisiensi dapat diperoleh dengan menggunakan bentuk kotak sebagai bentuk bidang dasar rumah. Sebaliknya, bentuk-bentuk miring atau lengkung dihindari karena dalam penataan ruang atau perabot rumah13 akan menghasilkan ruang-ruang yang tidak efektif untuk dimanfaatkan misalnya pada sudut-sudut rumah. Bentuk rumah yang ornamental atau simbolik dihindari karena memang yang terpenting bagi masyarakat menengah ke bawah, rumah dapat berperan fungsional, memberikan keamanan dan kenyamanan, bukan sebagai aktualisasi diri atau menonjolkan ego dan harga diri dengan pembentukan citra visual tertentu.14

Efisiensi bentuk juga berimbas secara tidak langsung pada efisiensi

konstruksi. Pembahasan efisiensi konstruksi lebih mengarah kepada penggunaan material secara kuantitatif. Dengan konfigurasi dasar unit rumah berbentuk kotak, dengan pola susunan rumah yang berderet memungkinkan adanya pemakaian dinding bersama untuk efisiensi konstruksi.

Efisiensi konstruksi juga dapat dilakukan dengan ekspos pada material

seperti dinding bata ekspos atau hanya plesteran, kayu ekspos pada kusen dan pintu. Hal lain yang dapat dilakukan yaitu pada aplikasi dinding,

13 Kebanyakan perabot yang ada dibuat berbentuk kotak, balok, kubus juga dengan pertimbangan

efisiensi. 14 Sesuai diagram kebutuhan pada teori Abraham Maslow.

Gambar 4.23 Kotak Sebagai Bentuk Dasar Bidang Rumah

Sumber: Dokumentasi pribadi

Page 79: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 34

Gambar 4.25 Material Lama yang Masih Dapat Digunakan

Sumber: ruang17.wordpress.com, 10 Januari 2011

penutupan tidak dikaukan secara penuh menghasilkan dinding dengan karakter yang berlubang-lubang yang memberikan estetika visual tersendiri. Begitu pula dengan material kayu.

2) Penggunaan Material Murah

Penggunaan material yang murah merupakan pertimbangan penggunaan material secara kualitatif. Hal ini dapat diperoleh melalui beberapa cara alternatif. o Penggunaan Material Bangunan Lama

Yang seragam, bangunan lama secara keseluruhan menggunakan atap berbentuk kampung dengan penutup atap genteng tanah. Untuk rumah baru yang tipikal, genteng atap dapat dimanfaatkan kembali sebagai penutup atapnya. Material yang lain di antaranya batu bata dan kayu serta bambu dalam jumlah yang kecil yang dpat digunakan pada bagian-bagian yang tidak dominan pada tipikal rumah yang baru.

o Penggunaan Alternatif Material yang Paling Murah Misalnya penutup lantai menggunakan standar minimum rumah

sehat yaitu tidak beralaskan tanah, maka dapat digunakan minimal ubin atau lantai plesteran halus. Selebihnya, dalam perkembangannya material dapat diganti menjadi yang lebih bagus misalnya keramik oleh masing-masing penghuninya.

C. MENGEMBALIKAN FUNGSI HIJAU BANTARAN SUNGAI

Sebagai salah satu prasyarat dilakukan penataan permukiman (bukan relokasi) sebagai pemecahan permasalahan kefungsian pada bantaran sungai di Sangkrah ini, yaitu asumsi bahwa tatanan baru permukiman dapat menghasilkan “sesuatu yang lebih baik”. Ke-“lebih-baik”-an tersebut ukurannya bahwa pemanfaatan bantaran sungai untuk permukiman yang baru tidak lagi merugikan masyarakat penghuninya karena bantaran sungai merupakan ruang air sehingga rawan banjir (seperti yang telah dibahas di atas) dan juga tidak lagi merugikan aspek keairan sebagai tujuan dari pemanfaatan bantaran sungai yang semestinya, yaitu untuk ruang hijau. Secara khusus bantaran Bengawan Solo sendiri seharusnya memiliki peran sebagai green belt dan aset hutan kota, sehingga peran bantaran sungai di Sangkrah yang seharusnya mendukung fungsi tersebut menghilang.

Page 80: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 35

Pertimbangannya, karena secara umum permukiman pada bantaran sungai selalu memberikan aspek negatif pada lingkungan (yang kemudian mengarah pada kepentingan air sebagai tujuan dari fungsi green belt). Secara umum permasalahan yang terjadi seperti halnya oleh keberadaan permukiman pada bantaran sungai di Sangkrah ini adalah sebagai berikut. o Objek buatan yang ada menggantikan keberadaan ruang/lahan alami.

Hal tersebut mengakibatkan antara lain: - Ruang resapan berkurang. Hal ini tidak mendukung konservasi air dalam hal

konversi air permukaan menjadi air tanah. - Berkurangnya vegetasi alami. Dalam keairan vegetasi alami berperan serta

menjaga keseimbangan siklus hidrologi melalui proses penguapan yang terjadi via vegetasi tersebut. Sebagai aset hutan kota, vegetasi alami berperan sebagai produsen oksigen untuk kebutuhan sekitar.

- Berkurangnya habitat makhluk hidup. o Pencemaran air.

Kehidupan manusia memproduksi limbah dan sampah. Tanpa adanya pengelolaan hal tersebut dapat mencemari lingkungan. Pada permukiman bantaran sungai di Sangkrah ini, pembuangan limbah rumah tangga langsung diarahkan ke sungai. Hal ini dapat mengotori sungai dan mendukung permasalahan air.

Seluruh permasalahan tersebut memerlukan pemecahan dengan catatan bahwa

kondisi lahan bantaran tetap sebagai permukiman/kawasan budidaya. Pembahasannya adalah sebagai berikut. - Kurangnya ruang resapan diakibatkan oleh tertutupnya lahan terbuka dan

meningkatnya kepadatan tanah serta berkurangnya kemampuan tanah menyerap air oleh adanya fungsi terbangun menggantikan pepohonan alami. Dengan adanya skenario penataan, praktis nantinya efisiensi pemakaian lahan oleh bangunan dapat ditingkatkan, tidak ada ruang-ruang sisa/mati dengan fungsi yang tidak jelas seperti yang ada pada permukiman bantaran sungai di Sangkrah ini, sehingga keberadaan ruang terbuka dapat dipastikan.

- Dengan adanya penutupan lahan, proses peresapan alami air ke dalam tanah sebagai pendukung konservasi air pun berkurang. Untuk tetap dapat mendukung konservasi air, proses peresapan dapat dilakukan secara buatan melibatkan air yang beredar pada fungsi budidaya tersebut, meliputi air kotor dan limbah rumah tangga, serta air hujan yang jatuh pada kawasan permukiman. Di sini berarti proses pembuangan limbah dan drainase diusahakan berakhir pada sumur-sumur resapan (namun tidak menutup kemungkinan aliran drainase berakhir pada sungai karena secara alami pun demikian).

- Peran vegetasi alami sebagai bagian dari siklus hidrologi dan produsen oksigen sangat penting dan tidak dapat digantikan. Oleh karena itu keberadaannya penting pada lahan. Solusi yang dapat dilakukan yaitu dengan tetap memberikan ruang bagi vegetasi alami untuk hidup bersama dengan fungsi terbangun yang ada. Usaha yang dapat dilakukan seperti taman pada unit-unit rumah dan juga vegetasi pada bidang-

Page 81: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV - 36

Gambar 4.26 Green Wall, Tanaman pada Bidang Vertikal

Sumber: www.treehugger.com, 18 Desember 2010

PASIR DAN KERIKIL

ZAT CEMAR MENGENDAP

AIR MENUJU SUNGAI

Gambar 4.27 Bak Penangkap Lumpurr

Sumber: Dokumentasi pribadi

bidang vertikal yang tidak membutuhkan lahan dan dapat diaplikasikan di tiap-tiap rumah sehingga banyaknya sebanding dan sedikit mendekati jumlah yang tereliminasi oleh adanya fungsi terbangun tersebut.

- Agar tidak mengotori sungai dan mencemari air, maka air kotor/limbah memerlukan pengolahan sebelum dialirkan pada muaranya. Pada muara pembuangan menuju sungai perlu dibuat bak penangkap lumpur untuk menyaring sedimen atau zat cemar pada air.

Page 82: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V - 1

BAB V

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PENATAAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI DI SANGKRAH DENGAN ARSITEKTUR SEBAGAI RESPON TERHADAP BANJIR

A. LOKASI

Lokasi penataan permukiman secara administratif dan geografis berada di wilayah Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta. Sesuai dengan namanya, “bantaran”, kondisi fisik lahan yaitu berupa area di dalam ruang toleransi sungai, yang dibatasi oleh tanggul bernama Tanggul Upper Solo River Improvement dan badan Sungai Bengawan Solo.

Secara fisik, lahan lahan cenderung memiliki topografi yang datar. Variasi perbedaan ketinggian permukaan tanah berada di luar lahan karena adanya tanggul dan sungai. Posisi permukaan tanggul lebih tinggi sekitar 2,5 meter dari lahan, sedangkan area sungai lebih rendah kurang lebih 3 meter.

Gambar 5.1 Lokasi Lahan Penataan Permukiman Bantaran Sungai di Sangkrah

Sumber: Dokumentasi pribadi

Keterangan:

1. Makam Kleco (batas utara) 2. Bengawan Solo (batas timur) 3. Lahan bantaran kosong (batas selatan) 4. Jalan pada permukiman di luar tanggul 5. Tanggul (batas barat)

Page 83: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V - 2

B. SKENARIO PENATAAN

Penataan permukiman dilakukan terhadap bentukan fisik dari fungsi yang ada pada

batasan lokasi. Dengan urgensi utama yaitu persoalan banjir, penataan juga termasuk redesign bangunan dengan penerapan flood proofing termasuk kemudian menatanya kembali dalam susunan baru, selain juga penataan lanskap sebagai pendukung fungsi utama pada permukiman itu sendiri.

Adapun fungsi-fungsi yang ada pada tatanan permukiman di segmen bantaran sungai di Sangkrah yang direncanakan yaitu antara lain: - Fungsi tempat tinggal (hunian), merupakan fungsi utama pada permukiman yang

ada di bantaran sungai di Sangkrah ini. Redesign hunian-hunian yang ada dilakukan dengan cara desain berupa bentuk rumah tipikal berdasarkan banyaknya penghuni yaitu untuk 3 hingga 5 orang dengan jumlah total 116 unit.

- Mushola, merupakan bangunan eksisting pendukung kawasan yang didesain kembali agar befungsi sebagaimana sebelumnya.

- Pos keamanan, bangunan yang ada untuk satuan skala permukiman yang lebih kecil pada kawasan yaitu biasanya pada lingkup RT, yang berfungsi untuk menunjang keamanan tiap bagian-bagian pada lokasi.

- Communal space dan tempat bermain, merupakan fungsi baru yang ada oleh karena padatnya permukiman oleh bangunan membuat kurangnya ruang bermain dan geliat interaksi dan kegiatan sosial. Fungsi tersebut kemudian dapat diusahakan dari kompensasi lahan untuk bangunan yang dilegitimasi menjadi area-area terbuka yang kemudian dapat dimanfaatkan tanpa mengurangi fungsinya sebagai ruang terbuka hijau untuk resapan. Adanya penataan kawasan membuat lokasi berpotensi untuk hal tersebut, sehingga ruang komunal tidak hanya dapat dimanfaatkan dalam lingkup permukiman pada lokasi saja, namun juga pada lingkup permukiman yang lebih luas, misalnya kelompok hunian sekitar lokasi yang juga padat.

C. PERUANGAN DAN BESARAN RUANG

Tabel 5.1 Peruangan dan Besaran Ruang

No. Fungsi Peruangan Besaran Banyaknya Rumah o Tipe kecil - Ruang serbaguna

- Kamar tidur besar - Kamar tidur kecil - Dapur - Kamar mandi - Tempat jemur

38,52 m2 per 2 lantai

1

o Tipe - Ruang serbaguna 49,32 m2

116 unit

Page 84: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V - 3

sedang - Kamar tidur besar - Kamar tidur kecil - Dapur - Kamar mandi - Tempat jemur - Ruang Keluarga

per 2 lantai

o Tipe besar - Ruang serbaguna - Kamar tidur besar - Kamar tidur kecil - Dapur - Kamar mandi - Tempat jemur - Ruang Keluarga

55,8 m2 per 2 lantai

2 Mushola - Ruang sholat - Tempat wudlu - Penyimpanan

92 m2 1 unit

3 Pos keamanan

- 4 m2 4 unit

4 Ruang komunal

- Fleksibel Menyesuaikan

5 Tempat bermain

- Fleksibel Menyesuaikan

D. POLA HUBUNGAN RUANG

Pola hubungan ruang yaitu meliputi pola hubungan ruang makro yaitu hubungan ruang pada keseluruhan lahan meliputi hubungan antar fungsi, dan juga hubungan ruang mikro yaitu hubungan ruang intern masing-masing fungsi.

1. Pola Hubungan Ruang Makro

2. Pola Hubungan Ruang Mikro Pola hubungan ruang mikro meliputi pola hubungan ruang pada unit hunian dan

mushola yang memiliki peruangan majemuk.

Page 85: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V - 4

a. Hunian

b. Mushola

Keterangan: Memiliki hubungan erat.

Perlu untuk dipisah. Akses entrance.

E. KONSEP BANGUNAN

Konsep bangunan antara lain membahas tentang bentukan fungsi rumah, mushola, dan juga pos keamanan sebagai pengisi lahan.

1. Konsep Unit Hunian

Seperti diketahui, desain kembali rumah pada kawasan ini berupa desain tipikal

berdasarkan jumlah penghuni. Secara garis besar konsep rumah dapat dijabarkan dalam 3 frase, flood-proof sebagai respon terhadap banjir, low-cost sebagai penyesuaian dengan penghuninya, serta land-friendly untuk menjaga keseimbangan lahan sebagaimana mestinya guna tetap menunjang fungsi ekologis dan hidrologis lahan, sebagai massa buatan yang mendominasi penutupan lahan.

a. Flood Proof

Respon banjir pada bangunan rumah dengan menggunakan rekayasa elevasi bangunan namun karena frekuensi banjir yang tidak sering maka cenderung menyerupai bangunan berlantai ganda dengan bagian bawah bangunan inti tetap dimanfaatkan menjadi ruang yang lebih fungsional daripada sekedar ruang toleransi ketinggian banjir, dengan sifat ruang yang fleksibel, serta di satu sisi tetap menjadi ruang yang dikorbankan saat banjir.

Page 86: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V - 5

Gambar 5.2 Ramp pada Bangunan Rumah Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 5.3 Model Partisi Pelingkup Lantai Dasar Bangunan

Sumber: Dokumentasi pribadi

Ruang fleksibel maksudnya yaitu ruang yang fungsinya cenderung tidak ditentukan atau serbaguna karena hanya berupa space kosong tanpa adanya perabot tertentu sebagai syarat ruang. Sebagai ruangan pertama akses menuju bangunan, ruang serbaguna dapat dimanfaatkan sebagai ruang tamu, interaksi sosial, berjualan, wirausaha, bahkan penyimpanan seperti kendaraan bermotor dan gerobag sehingga bukan berarti tanpa perabot.

Aksesibilitas pada bangunan rumah menjadi penting antara lantai dasar dengan lantai atas rumah sebagai bagian aman dari banjir untuk mempermudah evakuasi jika diperlukan pada properti di lantai dasar. Akses dari lantai dasar menuju lantai atas ditunjang dengan menggunakan ramp.

Jaringan listrik, meliputi lampu, stop kontak, saklar, dan kabel tidak

diaplikasikan di bawah elevasi banjir rencana atau paling tidak pada lantai dasar bangunan demi keamanan dan terjaminnya pemakaian listrik selama kondisi banjir.

Material pelingkup lantai dasar menggunakan sistem knock down dengan pertimbangan agar pada saat banjir, arus tidak merusak material itu sendiri dan juga agar tidak menjadi hambatan aliran banjir. Metodenya dengan membuat sistem partisi yang dapat melipat ke atas di atas elevasi muka banjir sehingga dapat mereduksi kesulitan untuk menyimpan partisi ketika harus melepasnya saat banjir.

b. Low Cost Konsep low cost diterapkan pada desain untuk menunjang keterjangkauan

biaya rumah oleh penghuninya yang diketahui merupakan masyarakat menegah

Page 87: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V - 6

Gambar 5.4 Material yang Masih Dapat Digunakan

Sumber: ruang17.wordpress.com, 10 Januari 2011

ke bawah sehingga masyarakat sebagai target hunian dapat mampu untuk kembali menempati.

Di sini penggunaan material bekas menjadi pilihan karena material bangunan lama masih layak pakai, seperti genteng, batu bata, kayu, bambu. Beberapa penggunaan material diserahkan sepenuhnya kepada penghuni masing-masing misalnya dalam hal penutupan lantai di mana tiap rumah memiliki material penutup yang berbeda-beda.

Untuk efisiensi ruang dan besaran ruang, rumah memiliki bentuk dasar sederhana, kotak, yang lebih familiar dengan perabotan yang ada, yang cenderung berbentuk dasar kotak juga. Efisiensi juga digambarkan dengan pemakaian dinding bersama sebagai pemisah antar rumah dengan sisi yang lain tetap bebas, agar tetap memungkinkan hunian dapat tumbuh sesuai perkembangan kebutuhan ruang dan pertumbuhan keluarga. Sehingga wujud rumah menjadi rumah couple, satu bangunan untuk dua unit rumah.

Material bangunan dibiarkan tanpa finishing seperti dinding, lantai, kusen sehingga mengurangi biaya kolektif pembangunan keseluruhan. Seiring proses menghuni, masyarakat dapat menambah kualitas hunian masing-masing sesuai kemampuan dan keinginan dengan mengganti materialnya.

c. Land-friendly

Untuk kepentingan lahan, agar tidak mengganggu sistem alami yang ada maka konsep land-friendly ini diterapkan pada bangunan. Isu yang diangkat yaitu berkaitan dengan masalah berkurangnya fungsi bantaran sungai sebagai sabuk hijau Bengawan Solo sebagai penghasil oksigen, serta tidak seimbangnya siklus hidrologi apabila lahan bantaran dimanfaatkan untuk fungsi terbangun.

Sebelumnya, luasan dasar rumah dibuat lebih kecil dari ukuran semula, selain untuk kepentingan efisiensi juga untuk menambah jumlah ruang terbuka untuk resapan dan area tanaman serta rumput.

Bangunan rumah sebagai massa yang mendominasi penutupan lahan dapat dimanfaatkan sebagai potensi. Salah satunya yaitu bahwa dengan adanya bangunan rumah tetap dapat menunjang tempat untuk tumbuhnya vegetasi. Dinding bertanaman dapat diterapkan pada bagian eksterior rumah sehingga nantinya secara komulatif jumlahnya dapat seimbang dengan banyaknya bangunan yang ada paling tidak.

Page 88: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V - 7

Penggunaan sumur resapan sebagai muara utama air buangan yang melalui rumah meliputi air kotor, septic tank, dan air hujan yang jatuh di atap rumah. Hal tersebut artinya rumah juga berfungsi untuk memastikan air yang jatuh pada lahan khususnya pada penampang rumah akan diresapkan ke tanah.

Penjabaran konsep unit hunian telah dipaparkan di atas. Gambaran konsep

rumah secara keseluruhan dapat dilihat dari gambar ilustrasi berikut ini

Rumah memiliki bentuk bangunan berlantai dua berbentuk dasar geometri kotak sederhana. Strukturnya dapat menggunakan sistem rangka dengan sub-structure menggunakan pondasi sumuran. Atapnya menggunakan bentuk atap miring.

2. Konsep Mushola

Sama dengan bangunan rumah, pada bangunan mushola perlu juga diterapkan

flood proofing. Sebagai bangunan pendukung fungsi utama, metode flood proofing yang diterapkan cukup sederhana yaitu dengan rekayasa elevasi bangunan menyerupai bentuk panggung karena hanya satu massa mushola pada kawasan. Akses menuju peruangan mushola dapat melalui tangga.

Untuk mencapai unity, bentuk massa mushola manyesuaikan dengan massa lain dalam hal ini bngunan hunian dengan dibuat senada dengan bentuk massa dasar yang sama. Sehingga di sini penggunaan strukturnya pun sama dengan menggunakan sistem rangka dengan pondasi sumuran dan bentuk atap miring.

Materail genteng bekas.

Dinding bertanaman

Partisi gedhek knock down.

Material ekspos.

Air kotor dan air hujan serta septic tank berakhir di sumur resapan.

Bagian inti rumah.

Bagian bawah rumah untuk fungsi fleksibel.

Gambar 5.5 Konsep Bangunan Rumah

Sumber: Dokumentasi pribadi

Page 89: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V - 8

Gambar 5.6 Gambaran Desain Mushola

Sumber: Dokumentasi pribadi

3. Konsep Pos Keamanan

Pos kemanan pada kawasan tidak direkayasa dengan menggunakan flood

proofing. Atapnya dapat dimaksimalkan dengan dimanfaatkan sebagai atap bertanaman untuk sedikit menambah ruang hijau kawasan sebagai kompensasi dari pemanfaatan lahan.

F. SIRKULASI PADA LAHAN

Secara garis besar, sirkulasi pada lahan dibedakan menjadi 2. Yang pertama yaitu sirkulasi lahan pada kondisi normal, yang kedua sirkulasi lahan pada saat banjir.

Jalur sirkulasi normal berupa jalan-jalan lingkungan.

Gambar 5.7 Sirkulasi pada Lahan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Jalur sirkulasi temporer berorientasi ke arah tanggul.

Unit-unit fungsi (bangunan) pada site..

Tanggul sebagai area aman juga sebagai akses keluar site.

Page 90: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V - 9

1. Sirkulasi pada Kondisi Normal

Sirkulasi pada kondisi normal merupakan jalan normal yang berada di permukaan lahan. Wujudnya berupa jalan lingkungan pada lahan. Jalur sirkulasi pada kondisi normal terdiri dari jalan eksisting yang sudah ada pada site, termasuk jalan-jalan melintang yang merupakan ekstensi dari jalan atau gang di luar tanggul, termasuk juga salah satunya Jln. Untung Suropati sebagai akses utama (terbesar) menuju site, satu-satunya yang dapat dilalui mobil atau kendaraan seukuran. Sisanya merupakan jalan lingkungan lebih kecil yang direncanakan dengan berorientasi untuk menunjang akses menuju fungsi-fungsi pada lahan.

Ekstensi Jalan Untung Suropati.

Jalan lingkungan menuju ke dermaga penyeberangan perahu

Jalan baru yang disusun dengan orientasi untuk akses ke fungsi-fungsi yang ada.

Jalan-jalan eksisting.

Gambar 5.8 Sirkulasi pada Kondisi Normal Sumber: Dokumentasi Pribadi

Page 91: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V - 10

Jalan lingkungan eksisting merupakan jalan lingkungan dengan lebar antara 2 hingga

3 meter dan hanya digunakan untuk pejalan kaki, sepeda, motor dan gerobag dan memang jalan yang paling besar yaitu perpanjangan Jalan Untung Suropati pada lahan.

Jalan sebagai akses menuju ke titik dermaga perahu penyeberangan dibuat lebih besar karena intensitas user-nya cenderung lebih banyak, tidak hanya penduduk pada lahan tapi juga masyarakat luar.

Jalan lingkungan baru yang direncanakan relatif lebih kecil sekitar 2 meter sebagai akses pedestrian menuju masing-masing fungsi pada lahan.

2. Sirkulasi pada Saat Banjir

Sirkulasi pada saat banjir dimaksudkan untuk menunjang kegiatan bermukim yanga

ada baik pada lingkup kawasan maupun skala yang lebih luas. Konsepnya yaitu dengan memandang bahwa area banjir meupakan perairan, maka jalur sirkulasi ini diibaratkan menyerupai dermaga untuk menghubungkan tepi perairan (dalam hal ini tanggul) dengan fungsi-fungsi yang masih ada pada lahan. Atau dapat dikatakan berwujud flying pedestrian karena posisinya di ketinggian kurang lebih 2,5 meter di atas permukaan banjir dan elevasi banjir rencana.

Gambar 5.9 Ekstensi Jln. Untung Suropati (kiri) dan

Jalan Lingkungan Eksisting (kanan) Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 5.10 Skema Konektivitas Fungsi pada Lahan Saat Banjir

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Page 92: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V - 11

Gambar 5.12 Tata Lahan

Sumber: Dokumentasi pribadi

G. TATA LAHAN

Tata lahan meliputi bagaimanakah tatanan bentukan yang ada pada lahan secara keseluruhan termasuk penataan massa dan pengelolaan landscaping.

Pola dasar tata massa bangunan sedemikian linear dengan diutamakan berorientasi kepada tanggul sebagai daerah aman di luar lahan banjir.

Penataan jalan menyesuaikan dengan pola tata massa bangunan

“Sisa” lahan terbuka yang dimanfaatkan untuk fungsi-fungsi outdoor seperi tempat bermain dan communal space serta optimalisasi landscaping.

Pepohonan yang ada di tepian lahan untuk menghambat arus kuat sungai terhadap lahan.

Perletakan barrier atau pemecah arus air untuk mengurangi kekuatan arus dan pengarah aliran.

Penjarakan terhadap tanggul sebagai ruang kosong.

Barrier view ke arah Astana Kleco.

Gambar 5.11 Flying Pedestrian pada Desain Sumber: Dokumentasi Pribadi

Page 93: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V - 12

Gambar 5.13 Susunan Dinding-dinding Unit Hunian Terhadap Kecenderungan Arus Air

Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 5.14 Ruang Komunal di Koridor Antar Kelompok Hunian

Sumber: Dokumentasi pribadi

Penjelasan: ­ Massa rumah sebagai bangunan yang mendominasi lahan disusun linear sejajar arah

aliran air. Dinding pada bangunan rumah yang juga diletakkan saling sejajar dengan aliran air juga sejajar satu sama lain seperti membentuk saluran/terowongan air yang terputus-putus.

­ Adanya ruang komunal merupakan tambahan dari “sisa” lahan hijau yang merupakan kompensasi dari mengecilnya unit bangunan yang kemudian dapat dimanfaatkan bersama sebagai ruang terbuka untuk resapan air dan vegetasi. Ruang komunal juga muncul dari kurangnya space untuk intensitas interaksi sosial dan tempat bermain. Wujudnya berupa penutupan sebagian are terbuka yang ada dengan grass block sebagai legitimasi ruang, tanpa kemudian mengurangi kemampuan tanah untuk resapan air. ruang komunal juga diselingi dengan vegetasi peneduh dan taman.

­ Barrier buatan pada selatan lahan dibuat untuk mendukung pepohonan yang ada sebagai barrier alami, sebagai pemecah air dan juga penahan material bawaan yang ukurannya besar. Wujudnya berupa tiang-tiang struktural berukuran besar yang berjajar dengan jarak tertentu seperti memagari kawasan.

Di samping fungsi teknis, barrier tiang ini secara non teknis dapat juga menunjang landscaping sebagai elemen keras, semacam sculpture, juga bidang-bidangnya dapat dimanfaatkan untuk menyalurkan ekspresi dan kreativitas anak-

Page 94: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V - 13

Gambar 5.15 Barrier Buatan

Sumber: Dokumentasi pribadi

anak muda dan masyarakat dengan menuangkan karya seni berupa coretan yang menarik atau lukisan.

­ Barrier view ke arah Astana Kleco di sebelah utara lahan dapat memanfaatkan pepohonan penyusun landscape yang rindang untuk memblok pandangan.

­ Pada tempat bermain dan ruang komunal diselingi oleh taman-taman masyarakat yang berisi tanaman bunga dan vegetasi pengisi lainnya. Keseluruhan lahan yang merupakan area terbuka terutama di sekitar pekarangan hunian berisi ditanami rumput dan juga vegetasi penghias.

H. SISTEM UTILITAS KAWASAN

1. Jaringan Air Bersih

Sistem jaringan air bersih kawasan menggunakan sumber air deep well atau

sumur dalam dengan pertimbangan bahwa kawasan tidak difasilitasi jaringan air bersih PDAM. Selama ini memang masyarakat telah menggunakan pompa-pompa sederhana untuk memenuhi suplai air bersih. Distribusinya menggunakan sistem down feed dengan terlebih dahulu air tanah disimpan dalam public water tower atau menara air untuk bersama, kemudian barulah distribusi tanpa menggunakan pompa karena mengandalkan gaya gravitasi menuju ke masing-masing unit. Satu sistem distribusi mencakup sekelompok unit distribusi sehingga pada lahan ada beberapa sistem jaringan air bersih ini.

Gambar 5.16 Skema Satuan Jaringan Air Bersih

Sumber: Dokumentasi pribadi

AIR TANAH

POMPA

TANGKI PENYIMPANAN

UNIT DISTRIBUSI

UNIT DISTRIBUSI

UNIT DISTRIBUSI

Page 95: penataan permukiman bantaran sungai di sangkrah rahardi adhitya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V - 14

PASIR DAN KERIKIL

ZAT CEMAR MENGENDAP

AIR MENUJU SUNGAI

Gambar 5.18 Bak Penangkap Lumpur

Sumber: Dokumentasi pribadi

2. Jaringan Air Kotor dan Drainase

Jaringan ini meliputi jaringan air hujan, air kotor dan juga pembuangan dari kamar mandi. Seperti yang telah dikemukakan, air yang melalui bangunan dipastikan meresap ke dalam tanah, sehingga jaringan ini diutamakan bermuara ke sumur resapan. Sedangkan air hujan yang jatuh langsung ke tanah akan ditampung ke saluran drainase (got) dan bermuara ke sungai dalam jumlah yang relatif lebih sedikit. Untuk mengurangi pencemaran dan pendangkalan sungai oleh sedimen bawaan, muara menuju sungai diberi bak penangkap lumpur.

3. Jaringan Listrik

Seperti yang sudah ada sebelumnya, jaringan listrik yang digunakan pada

kawasan permukiman bantaran sungai di Sangkrah ini bersumber dari PLN.

Gambar 5.17 Skema Jaringan Air Kotor dan Drainase

Sumber: Dokumentasi pribadi

AIR HUJAN

KOTORAN PADAT

KOTORAN CAIR

BAK PENGOLAHAN LIMBAH

SEPTIC TANK

SUMUR RESAPAN

BAK PENANGKAP LUMPUR

SUNGAI

BAK KONTROL

Gambar 5.19 Skema Jaringan Listrik

Sumber: Dokumentasi pribadi

PLN GARDU DISTRIBUSI

METERAN UNIT

DISTRIBUSI

METERAN UNIT

DISTRIBUSI

METERAN UNIT

DISTRIBUSI