penanganan asma eksaserbasi akut
-
Upload
aleydis-martiana-helena -
Category
Documents
-
view
207 -
download
1
description
Transcript of penanganan asma eksaserbasi akut
PENANGANAN ASMA EKSASERBASI AKUT
Definisi
gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang berperan antara lain sel mast, eosinofil, dan limfosit T yang menyebabkan episode mengi berulang, sesak napas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya malam dan dini hari.
Berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas dan bervariasi, sebagian besar bersifat reversibel, juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan nafas terhadap berbagai rangsangan.
Anamnesis
Identitas Keluhan utama Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit keluarga Pengobatan
Pemeriksaan fisik
Inspeksi: pernapasan cepat dan sukar, retraksi sela iga, pernapasan cuping hidung
Palpasi Perkusi: terdengar hipersonor Auskultasi: terdengar suara wheezing di
akhir ekspirasi
Pemeriksaan penunjang
Uji faal paruUji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit.
Foto rontgen thoraksPada foto thoraks akan tampak corakan paru yang meningkat.
Pemeriksaan darah, eosinofil dan uji tuberkulinEosinofil dapat ditemukan pada darah tepi, sekret hidung dan sputum. Bila ada infeksi didapatkan pula leukositosis PMN.Uji tuberkulin diindikasikan karena jika terdapat tuberkulosis dan tidak diobati, maka asmanya pun akan sulit dikontrol.
Test provokasiPemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Alergen yang digunakan adalah alergen yang banyak didapat di daerahnya.
Diagnosis
Episode akut paling sering disebabkan oleh pemaparan terhadap iritan seperti udara dingin dan gas (asap) beracun (rokok,cat basah) atau pemaparan terhadap alergen
Sesak nafas lama dan berulang Suara tambahan wheezing/mengi Serangan batuk malam yang menetap Riwayat asma pada keluarga
Etiologi
Diduga yang memegang peranan penting ialah reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus (hiperreaktivitas bronkus)
3 tipe: Asma bronkial tipe non atopi (intrinsik) Asma bronkial tipe atopi (ekstrinsik) Asma bronkial tipe campuran
Tipe non atopi: disebabkan oleh stress, infeksi saluran nafas dan kondisi lingkungan yang buruk
Tipe atopi: reaksi alergi penderita terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat
Epidemiologi
Kira-kira 2-20% populasi anak dilaporkan pernah menderita asma. Belum ada penyelidikan menyeluruh mengenai angka kejadian asma pada anak Indonesia, namun diperkirakan berkisar antara 5-10%. Asma dapat timbul pada segala umur; 30% penderita bergejala pada umur 1 tahun, sedang 80-90% anak asma mempunyai gejala pertama sebelum umur 4-5 tahun
Patofisiologi
Manifestasi penyumbatan jalan nafas pada asma disebabkan oleh bronkokonstriksi, hipersekresi mukus, edema mukosa, infiltrasi seluler, dan desquamasi sel epitel serta sel radang.
Sel mast dapat terangsang oleh berbagai pencetus misalnya allergen, infeksi, exercise dan lain-lain. Sel ini akan mengalami degranulasi dan mengeluarkan bermacam-macam mediator.
Bila alergen sebagai pencetus, maka alergen yang masuk kedalam tubuh merangsang sel plasma atau sel pembentuk antibodi lainnya untuk menghasilkan IgE
Selanjutnya IgE beredar dan menempel pada reseptor yang sesuai pada dinding sel mast. Sel mast yang demikian disebut sel mast yang tersensitisasi
Apabila alergen yang serupa masuk kedalam tubuh, alergen tersebut akan menempel pada sel mast yang tersensitisasi dan kemudian akan terjadi degradasi dinding dan degranulasi sel mast.
Mediator dapat bereaksi langsung dengan reseptor di mukosa bronchus sehingga menurunkan siklik AMP kemudian terjadi bronkokonstriksi.
Klasifikasi asmaParameter klinis,
fungsi paru,
laboratorium
Ringan Sedang Berat Ancaman henti nafas
Sesak timbul pada saat Berjalan Berbicara Istirahat
Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata
Posisi Bisa berbaring Lebih suka duduk Duduk bertopang
lengan
Kesadaran Mungkin iritable Biasanya iritable Biasanya iritable kebingungan
Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada nyata
Mengi Sedang, sering hanya
pada akhir ekspirasi
Nyaring, sepanjang
ekspirasi+ inspirasi
Sangat nyaring,
terdengar tanpa
stetoskop
Sulit/tidak terdengar
Sesak nafas Minimal Sedang Berat
Otot bantu nafas Biasanya tidak Biasanya iya Iya
Retraksi Dangkal, retraksi
intercostal
Sedang, ditambah
retraksi suprasternal
Dalam, ditambah nafas
cuping hidung
Gerakan paradok
torako-abdominal
Laju nafas Meningkat Meningkat Meningkat Menurun
Laju nadi Normal Takikardi Takikardi Bradikardi
SaO2>95% 91 - 95% <90%
PaO2Normal >60 mmHg <60 mmHg
PaCO2<45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg
Komplikasi
Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama, maka akan terjadi emfisema, perubahan bentuk thoraks yaitu membungkuk ke depan dan memanjang, bentuk dada burung dara.
Pengobatan
Tujuan tata laksana: Pasien dapat menjalani aktivitas normal Sedikit mungkin angka absensi sekolah Gejala tidak timbul siang atau malam
hari Uji fungsi paru senormal mungkin Kebutuhan obat seminimal mungkin Efek samping obat dapat dicegah
Medikamentosa
Bronkodilator Agonis B2
Obat ini mempunyai efek bronkodilatasi. Terbutalin, salbutamol, dan feneterol memiliki lama kerja 4-6 jam, sedangkan agonis B2 long-acting bekerja lebih dari 12 jam, seperti salmeterol, formoterol, bambuterol, dan lain-lain. Metilxantin
Teofilin termasuk golongan ini. Efek bronkodilatornya berkaitan dengan konsentrasinya di dalam serum. Antikolinergik
Golongan ini menurunkan tonus vagus intrinsik dari saluran napas.
AntiinflamasiAntiinflamasi menghambat inflamasi jalan napas dan mempunyai efek supresi dan profilaksis Kortikosteroid Natrium kromolin merupakan
antiinflamasi nonsteroid.
Terapi awal: Oksigen 4-6 liter/menit Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau feneterol 2,5 mg
atau terbutalin 10 mg) inhalasi nebulasi dan pemberiannya dapat diulang setiap 20 menit sampai 1 jam.
Aminofilin bolus iv 5-6 mg/kgBB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg iv jika tidak ada respon segera atau pasien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.
Respon terhadap terapi awal baik, jika didapatkan keadaan berikut:
Respon menetap selama 60 menit setelah pengobatan
Pemeriksaan fisik normal Arus puncak ekspirasi (APE) > 70% Jika respon tidak ada atau tidak baik
terhadap terapi awal maka pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit.
Non medikamentosa
Pengobatan non medikamentosa terdiri dari :
Penyuluhan Menghindari faktor pencetus Pengendalian emosi Pemakaian oksigen
Asma Derajat Ringan
Cukup diobati dengan obat pereda berupa bronkodilator β agonis hirupan kerja pendek bila perlu saja.bila obat hirupan tidak ada atau tidak dapat digunakan maka β agonis diberikan peroral.
Asma Derajat Sedang
Jika penggunaan β agonis hirupan sudah lebih dari 3 kali perminggu,atau serangan sedang/berat terjadi lebih dari sekali dalam sebulan , maka penggunaan anti inflamasi sudah terindikasi
Asma berat.Steroid hirupan biasanya efektif dengan dosis rendah. Sebelum menaikkan dosis steroid hirupan, dapat dipertimbangkan penambahan salah satu obat seperti β agonis kerja panjang atau β agonis lepas terkendali,atau teofilin lepas lambat atau anti leukotrien.
Prognosis
Prognosis baik karena pada dasarnya serangan asma sangat sedikit menimbulkan kematian karena pengobatannyapun tergolong mudah. Bila penanganan cepat dilakukan, maka harapan hidup pasien akan meningkat
Terimakasih