Penandatanganan Perjanjian Ekstradisi Dan Perjanjian Kerja Sama Pertahanan, Bukti Ketakutan...

3

Click here to load reader

Transcript of Penandatanganan Perjanjian Ekstradisi Dan Perjanjian Kerja Sama Pertahanan, Bukti Ketakutan...

Page 1: Penandatanganan Perjanjian Ekstradisi Dan Perjanjian Kerja Sama Pertahanan, Bukti Ketakutan Indonesia Pada Singapura

Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia.

Penandatanganan Perjanjian Ekstradisi dan Perjanjian Kerja Sama Pertahanan,

Bukti Ketakutan Indonesia pada Singapura

Oleh Erika, 0706291243

Judul : Ekstradisi : Pengembalian Buronan, Bukan Asset

Pengarang : Muslimin Beta

Data Publikasi : http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=8&dn=20070601

233436

Ditandatanganinya Perjanjian Ekstradisi antara Pemerintah Indonesia dan Singapura di

Istana Kepresidenan Tapaksiring, Bali pada tanggal 27 April 2007 lalu menimbulkan

banyak reaksi dari berbagai pihak. Ada yang menganggap penandatanganan perjanjian

ini merupakan angin segar bagi upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Ada pula

pihak yang menganggap perjanjian ini menguntungkan Singapura dan meminta

pemerintah untuk mencabut dan memperbaikinya. Masalah penandatanganan perjanjian

ekstradisi ini pun menjadi semakin menarik bila dilihat dari sudut pandang geopolitik

dan geostrategi dari Singapura sendiri. Sebelum membahas mengenai geopolitik dan

geostrategi dari Singapura, ada baiknya penulis membahas mengenai pengertian

geopolitik dan geostrategi terlebih dahulu.

Dalam buku Modul III : Mata kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi (MPKT)

karangan Drs. Hari Kartono, M.S. dan Drs. Slamet Soemiarno, M.Si. dikatakan istilah

geopolitik mengacu pada “pengetahuan tentang sesuatu yang berhubungan dengan

konsep geomorfologi (ciri khas negara, yang berupa bentuk, luas, letak, iklim, dan

sumber daya alam) suatu negara untuk membangun dan membina negara”. Sementara

geostrategi diartikan sebagai “kebijakan untuk menentukan sarana-sarana, untuk

mencapai tujuan politik, dengan memanfaatkan konstelasi geografi”. Implementasi dari

konsep geostrategi ini adalah geostrategi menjadi upaya untuk menguasai sumber daya

alam untuk tujuan kepentingan bersama.

Dalam artikelnya, Muslimin Beta mengatakan :

“Ekstradisi adalah suatu upaya dari Negara untuk mengembalikan buronan (bukan asset) dari suatu

Negara ke negara lain, baik status sebagai tersangka, terdakwa, terpidana yang melarikan diri dari

Page 2: Penandatanganan Perjanjian Ekstradisi Dan Perjanjian Kerja Sama Pertahanan, Bukti Ketakutan Indonesia Pada Singapura

Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia.

proses hukum baik di kejaksaan, pengadilan maupun di kepolisian”. Demikian pendapat Arif Havas

Ogresono, Direktur Polkamwil, Departemen Luar Negeri RI pada sebuah diskusi yang digelar

KAHMI pada 25 Mei 2007 lalu.

Lebih lanjut lagi, penulis menambahkan ekstradisi adalah upaya perluasan kekuasaan

hukum dari suatu negara ke dalam wilayah negara lain, sehingga negara tersebut berhak

untuk menangkap warganya yang terlibat kasus tindak pidana apabila warganya

melarikan diri ke negara yang sudah memiliki perjanjian ekstradisi dengan negara

tersebut.

Yang menarik di sini adalah, penandatangan perjanjian ekstradisi antara Indonesia

dengan Singapura tersebut ternyata diikuti dengan adanya kerja sama pertahanan

(defence cooperation agreement/DCA).

Dalam DCA itu disebutkan bahwa Indonesia setuju untuk menyediakan fasilitas latihan milik TNI

AD di Batu Raja, Sumatera Selatan. Selain itu, dalam DCA juga ada ketentuan bahwa Singapura

diperbolehkan mengajak negara ketiga dalam latihan bersama yang diadakan di wilayah Indonesia 1.

Di sinilah letak keanehan dari penandatanganan perjanjian ekstradisi tersebut,

seharusnya perjanjian ekstradisi tidak boleh diikutsertakan dengan perjanjian-perjanjian

lain, apalagi perjanjian yang sangat krusial seperti perjanjian kerja sama pertahanan.

Adanya DCA dapat mengakibatkan kedaulatan Republik Indonesia hilang karena DCA

menyebabkan militer Singapura dapat dengan bebas keluar-masuk Indonesia. Belum lagi

adanya kemungkinan Singapura dapat mengajak Amerika sebagai negara ketiga dalam

latihan bersama militer di Indonesia. Hal ini sangat mungkin mengingat secara

geostrategi, orientasi Singapura terlalu pro Amerika, padahal Indonesia sedang menjaga

jarak dan tidak mau didikte Amerika. Dengan membiarkan Singapura, yang secara

geostrategis sangat pro Amerika untuk masuk ke dalam wilayah Indonesia, sama saja

dengan membiarkan negara kita kembali didikte oleh Amerika.

Sementara secara geopolitik, Singapura memiliki banyak konflik dengan Indonesia,

seperti masalah TKI, dan sebagainya. Penandatangan perjanjian ekstradisi Indonesia-

Singapura, yang diikuti dengan DCA, akan memungkinkan Singapura untuk semakin

bertindak semena-mena pada Indonesia. Mengutip apa yang dikatakan oleh Mantan

Wakasad, Letjen (Purn) Kiki Syahnarki dalam artikel Muslimin Beta, “Kalau diberi

kesempatan, bagaimana pada saat menjadi lawan?”, bila sebelum adanya DCA saja

1 Kedekatan Singapura-AS, Ancaman DCA. http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp? id=294471&ka

t_id=3, diakses pada 13 November 2007, pukul 21.29.

Page 3: Penandatanganan Perjanjian Ekstradisi Dan Perjanjian Kerja Sama Pertahanan, Bukti Ketakutan Indonesia Pada Singapura

Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia.

Singapura sudah bertindak semena-mena dengan Indonesia, bagaimana dengan nanti

ketika DCA sudah disetujui? Tentunya Singapura menjadi semakin bebas „mengutak-

atik‟ dan mencoreng kedaulatan Indonesia. Lantas, bila kedaulatan saja sudah tidak kita

miliki, mau jadi apa negara kita ini?

Solusi dari permasalahan ini, menurut penulis, adalah dengan mensosialisasi terlebih

dahulu setiap kebijakan dengan rakyat, sebelum merumuskan dan menandatangani

berbagai macam perjanjian. Jangan sampai, semua perjanjian itu ditandatangani tanpa

diketahui masyarakat, seperti yang terjadi dengan perjanjian ekstradisi Indonesia-

Singapura ini. Selain itu, penulis menganggap perlu adanya pembatalan perjanjian kerja

sama pertahanan (defence cooperation agreement/DCA) dengan Singapura, tetapi hal

tersebut bukan berarti membatalkan perjanjian ekstradisi antara Indonesia dengan

Singapura. Perjanjian ekstradisi mutlak diperlukan, dengan catatan tanpa diikuti oleh

perjanjian kerja sama pertahanan. Karena adanya perjanjian kerja sama pertahanan

dengan Singapura tersebut akan menyebabkan negara kita semakin mudah didikte oleh

Singapura. Sebagai salah satu negara yang memiliki wilayah cukup besar, sudah

sepatutnya kita merasa bangga dengan negara kita, bukannya malah takut dengan

keberadaan negara kecil macam Singapura.