Penanaman Modal Paper

60
KATA PENGANTAR Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat- Nya, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam makalah ini kami membahas “Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri”. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman materi Hukum Penanaman Modal, yang sangat diperlukan dalam suatu harapan untuk mendapatkan pengetahuan dan pemahaman, dan juga sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Hukum Penanaman Modal” Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan kepada Bapak Nurrohim SH,. MH, selaku dosen mata kuliah “Hukum Penanaman Modal” Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan Demikian makalah ini kamu buat semoga bermanfaat.

description

-

Transcript of Penanaman Modal Paper

Page 1: Penanaman Modal Paper

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya, karena berkat

kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan. Dalam makalah ini kami membahas “Penanaman Modal Asing dan

Penanaman Modal Dalam Negeri”.

Makalah  ini dibuat dalam  rangka memperdalam  pemahaman  materi Hukum

Penanaman Modal, yang sangat diperlukan dalam suatu harapan untuk mendapatkan

pengetahuan dan pemahaman, dan juga sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas

mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Hukum Penanaman Modal”

Dalam proses pendalaman materi  ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan,

koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan

kepada Bapak Nurrohim SH,. MH, selaku dosen mata kuliah “Hukum Penanaman

Modal”

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi

maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman

penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan

Demikian makalah ini kamu buat semoga bermanfaat.

 

Pekanbaru, 13 Mei  2013

  

Penyusun

Page 2: Penanaman Modal Paper

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR

…………………………………………………………………………………………….. 1

DAFTAR ISI

………………………………………………………………………………………………………

…. 2

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

…………………………………………………………………………………………….. 3

2. Rumusan Masalah

………………………………………………………………………………………… 3

3. Tujuan dan Manfaat

……………………………………………………………………………………… 3

BAB II PEMBAHASAN

1. Penanaman  Modal Asing

……………………………………………………………………………… 4

2. Penanaman  Modal Dalam  Negeri

…………………………………………………………………. 15

3. Penyelesaian  Sengketa Penanaman  Modal

…………………………………………………….. 18

4. Kasus

………………………………………………………………………………………………………

…. 27

Page 3: Penanaman Modal Paper

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

…………………………………………………………………………………………………. 32

2. Saran

………………………………………………………………………………………………………

….. 33

DAFTAR PUSTAKA

…………………………………………………………………………………………….. 34

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: Penanaman Modal Paper

BAB I

PENDAHULUAN 

1. A.    Latar Belakang

 

Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

menjadi salah satu sumber pembiayaan yang penting bagi wilayah yang sedang

berkembang dan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan.

Sebagai salah satu komponen aliran modal, PMA dianggap sebagai aliran  modal  yang

relatif  stabil dibandingkan dengan  aliran modal lainnya, misalnya investasi portofolio

maupun  utang luar negeri.  Berbagai kebijakan telah di lakukan oleh pemerintah

Indonesia guna untuk mencapai suatu tujuan yaitu menjadikan masyarakat Indonesia

sejahtera dengan perekonomian yang ada saat ini, salah satu caranya yaitu dengan

investasi  (penanaman modal) baik yang dilakukan oleh investor Domestik maupun

investor Asing.

 

Makalah  ini bertujuan untuk memberikan gambaran penanaman modal asing dan

penanaman modal dalam negeri di Indonesia.

 

1. B.     Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing?

2. Apa yang dimaksud dengan Penanaman Modal Dalam Negeri?

3. Bagaimana Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal?

4. Kasus PT.Indosat

Page 5: Penanaman Modal Paper

1. C.    Tujuan dan Manfaat

1. Agar mahasiswa mengetahui Penanaman Modal Asing

2. Agar mahasiswa mengetahui Penanaman Modal Dalam Negeri

3. Agar mahasiswa mengetahui bentuk Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal

4. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami contoh kasus penanaman modal yang

pernah terjadi di Indonesia

 

Page 6: Penanaman Modal Paper

BAB II

PEMBAHASAN

 

1. A.    PENANAMAN MODAL ASING

 

1. 1.      Pengertian dan Dasar Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia

Penanaman  modal  asing  merupakan  suatu  usaha  yang  dilakukan  oleh pihak asing

dalam rangka menanamkan modalnya disuatu negara dengan tujuan untuk

mendapatkan laba melalui penciptaan suatu produksi atau jasa.

Undang – undang nomor 11 tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing

menyebutkan bahwa :“pengertian penanaman modal dalam undang – undang ini

hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut

atau berdasarkan ketentuan – ketentuan undang – undang ini dan yang digunakan 

untuk  menjalankan  perusahaan  di  Indonesia,  dalam  artian  bahwa pemilik modal

secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut”.

Sedangkan  pengertian  modal  asing  dalam  undang  -  undang  tersebut adalah:

a)      Alat  pembayaran  luar  negeri  yang tidak  merupakan  bagian  dari  kekayaan

devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan

perusahaan di Indonesia.

b)      Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang

asing  dan  bahan-bahan,  yang  dimasukkan  dari  luar  ke  dalam  wilayah Indonesia,

selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia.

Page 7: Penanaman Modal Paper

c)      Bagian   dari   hasil   perusahaan   yang  berdasarkan   undang  -  undang   ini

keuntungan yang diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai

perusahaan di Indonesia.

Aliran modal dari suatu negara ke negara lainnya bertujuan untuk memperoleh

pendapatan yang lebih tinggi, yang lebih produktif dan juga sebagai diversifikasi usaha.

Hasil yang diharapkan dari aliran modal internasional adalah meningkatnya output dan

kesejahteraan dunia. Disamping peningkatan income dan output, keuntungan bagi

negara tujuan dari aliran modal asing adalah :

a)      Investasi asing membawa teknologi yang lebih mutakhir. Besar kecilnya

keuntungan bagi negara tujuan tergantung pada kemungkinan penyebaran teknologi

yang bebas bagi perusahaan.

b)      Investasi   asing   meningkatkan   kompetisi   di   negara   tujuan.   Masuknya

perusahaan  baru  dalam  sektor  yang  tidak  diperdagangkan  (non  tradable sector)

meningkatkan output industri dan menurunkan harga domestik, sehingga pada akhirnya

akan meningkatkan kesejahteraan.

c)       Investasi  asing  dapat  berperan  dalam  mengatasi  kesenjangan  nilai  tukar

dengan negara tujuan (investment gap).

Investasi asing di Indonesia dapat dilakukan dalam dua bentuk investasi, yaitu (Pandji

Anoraga, 1995: 46) :

1)      Investasi Portofolio

Investasi portofolio dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat berharga

seperti saham dan obligasi. Dalam investasi portofolio, dana yang masuk ke

perusahaan yang menerbitkan surat berharga (emiten), belum tentu membuka

lapangan kerja baru. Sekalipun ada emiten yang setelah mendapat dana dari pasar

modal untuk memperluas usahanya atau membuka usaha baru, hal ini berarti pula

Page 8: Penanaman Modal Paper

membuka lapangan kerja. Tidak sedikit pula dana yang masuk ke emiten hanya untuk

memperkuat struktur modal atau mungkin malah untuk membayar hutang bank.  Selain 

itu,  dalam  proses  ini  tidak  terjadi  alih  teknologi  atau  alih keterampilan manajemen

2)      Investasi Langsung

Investasi langsung atau disebut juga dengan penanaman modal asing (PMA)

merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau

mengakuisisi perusahaan. Penanaman modal asing (PMA) atau Foreign direct

investment (FDI) lebih banyak mempunyai kelebihan. Selain sifatnya yang permanen/

jangka panjang, penanaman modal asing memberi andil dalam alih teknologi, alih

keterampilan manajemen dan membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini

penting diperhatikan, mengingat bahwa masalah menyediakan lapangan kerja

merupakan masalah yang cukup memusingkan pemerintah.

Penanaman Modal Asing hanya meliputi PMA secara langsung (foreign direct

investment/FDI) berdasarkan Undang-Undang Nomor  11 tahun 1970 maka pemilik

modal secara langsung menanggung risiko dari investasi tersebut.

Dikalangan masyarakat, kata investasi memiliki pengertian yang lebih luas karena

dapat mencakup baik investasi langsung (direct investment) maupun investasi tidak

langsung (portfolio investment), sedangkan kata penanaman modal lebih mempunyai 

konotasi kepada investasi  langsung.  Penanaman  modal baik langsung atau tidak

langsung memiliki unsur-unsur, adanya motif untuk meningkatkan  atau setidak-

tidaknya mempertahankan nilai modalnya.

Dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal telah ditentukan secara jelas tentang bentuk hukum perusahaan penanaman

modal asing. Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas. Secara

lengkap, bunyi Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman modal:

Page 9: Penanaman Modal Paper

“penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum

Indonesia   dan   berkedudukan   di   wilayah   negara   Republik   Indonesia,   kecuali

ditentukan lain oleh undang-undang.”

Unsur yang melekat dalam ketentuan ini meliputi:

1.  bentuk hukum dari perusahaan penanaman modal asing adalah perseroan terbatas

(PT);

2. didasarkan pada hukum Indonesia;

3.  berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia.

Penanaman modal asing di Indonesia dapat dilakukan oleh pihak asing/perorangan

atau badan hukum ke dalam suatu perusahaan yang seratus persen diusahakan oleh

pihak asing atau dengan menggabungkan modal asing itu dengan modal nasional.

Menurut  Ismail  Suny  ada  3  (tiga)  macam  kerjasama  antara  modal  asing dengan

modal nasional berdasarkan undang-undang penanaman modal asing No. 1 Tahun

1967 yaitu joint venture, joint enterprise dan kontrak karya.

1. a.      Joint Venture

Joint  venture  merupakan  kerjasama  antara  pemilik  modal  asing  dengan pemilik 

modal  nasional  semata-mata  berdasarkan  suatu  perjanjian  belaka (contractual). 

Misalnya bentuk kerjasama antara Van Sickle Associates Inc.,(suatu badan   hukum  

yang   berkedudukan   di   Delaware,   AmerikaSerikat)   dengan   PT Kalimantan

Plywood Factory (suatu badan hukum Indonesia) untuk bersama-sama mengolah kayu

di Kalimantan Selatan. Kerjasama ini juga biasa disebut dengan “Contract  of

Cooperation”  yang  tidak  membentuk  suatu  badan  hukum  Indonesia seperti yang

dipersyaratkan dalam Pasal 3 UU PMA.

 

Page 10: Penanaman Modal Paper

Berbagai macam corak atau variasi dari joint venture yang ditemukan dalam praktik

aplikasi penanaman modal asing dikemukakan sebagai berikut:

1)      Technical Assistance (service) Contract : suatu bentuk kerjasama yang dilakukan

antara pihak modal asing dengan modal nasional sepanjang yang bersangkut paut

dengan skill atau cara kerja (method) misalnya; suatu perusahaan modal nasional yang

ingin memajukan atau meningkatkan produksinya. Membutuhkan suatu peralatan baru

disertai cara kerja atau metode kerja. Dalam hal demikian, maka dibutuhkan

(diperlukan) technical assistance dari perusahaan modal asing di luar negeri dengan

cara pembayaran sejumlah uang tertentu yang dapat diambilkan dari penjualan

produksi perusahaan yang bersangkutan.

2)      Franchise  and  brand-use  Agreement  :  suatu  bentuk  usaha  kerjasama  yang

digunakan, apabila suatu perusahaan nasional atau dalam negeri hendak memproduksi

suatu barang yang telah mempunyai merek terkenal seperti: Coca- Cola, Pepsi-Cola,

Van Houten, Mc’ Donalds, Kentucky Fried Chicken, dan sebagainya.

3)      Management Contract: suatu bentuk usaha kerjasama antara pihak modal asing

dengan  modal  nasional  menyangkut  pengelolaan  suatu  perusahaan  khusunya

dalam hal pengelolaan manajemen oleh pihak modal asing terhadap suatu perusahaan 

nasional.  Misalnya  yang  lazim  dipergunakan  dalam  pembuatan maupun 

pengelolaan  hotel  yang  bertaraf  internasional  oleh  pihak  Indonesia diserahkan  

kepada   swasta   luar   negeri   seperti;   Hilton   International   Hotel, Mandarin

International Hotel, dan sebagainya.

4)      Build, Operation, and Transfer (B.O.T) : suatu bentuk kerjasama yang relatif baru

dikenal  yang  pada  pokoknya  merupakan  suatu  kerjasama  antara  para  pihak,

dimana suatu objek dibangun, dikelola, atau dioperasikan selama jangka waktu tertentu

diserahkan kepada pemilik asli.

 

Page 11: Penanaman Modal Paper

1. b.      Joint Enterprise

Joint enterprise merupakan suatu kerjasama antara penanaman modal asing dengan

penanaman modal dalam negeri dengan membentuk suatu perusahaan atau badan

hukum baru sesuai dengan yang diisyaratkan dalam Pasal 3 UU PMA. Joint Enterprise

merupakan suatu perusahaan terbatas, yang modalnya terdiri dari modal dalam nilai

rupiah maupun dengan modal yang dinyatakan dalam valuta asing.[5]

 

1. c.       Kontrak Karya

Pengertian kontrak karya (contract of work) sebagai suatu bentuk usaha kerjasama

antara penanaman modal asing dengan modal nasional terjadi apabila penanam 

modal  asing  membentuk  badan  hukum  Indonesia  dan badan  hukum  ini

mengadakan perjanjian kerja sama dengan suatu badan hukum yang mempergunakan

modal nasional. Bentuk kerjasama kontrak karya ini hanya terdapat dalam perjanjian

kerja sama antara badan hukum milik negara (BUMN) seperti; Kontrak karya antara

PN.  Pertamina  dengan  PT.  Caltex  International  Petroleum  yang  berkedudukan  di

Amerika Serikat.

Disamping ketiga bentuk kerjasama di atas masih terdapat bentuk kerjasama yang lain

seperti production sharing, management contract, penanaman modal asing dengan

disc-rupiah dan kredit untuk proyek (barang modal).

Keberadaan   penanaman   modal   asing   secara   langsung   (foreign   direct

investment)  tidak  dapat  dipungkiri  telah  memberi  banyak  manfaat  bagi  negara

penerima modal (host country), begitu pula bagi investor maupun bagi negara asal

(home country).

Bagi negara penerima modal (host country) keberadaaan investasi yang ditanamkan 

oleh  investor,  khususnya  penanaman  modal  asing  secara  langsung (foreign direct

Page 12: Penanaman Modal Paper

investment), ternyata telah memberikan dampak positif atau manfaat di dalam

pembangunan.

Terlepas dari pendapat pro dan kontra terhadap kehadiran   investasi asing, namun

secara teoritis kiranya dapat dikemukakan, bahwa kehadiran investor asing di suatu

negara mempunyai manfaat yang cukup luas (multiplier effect). Manfaat yang

dimaksud,  yakni kehadiran  investor asing dapat menyerap  tenaga kerja di negara

penerima modal, dapat menciptakan demand bagi produk dalam negeri sebagai bahan

baku, menambah devisa apalagi investor asing yang berorientasi ekspor, dapat

menambah penghasilan negara dari sektor pajak, adanya alih teknologi (transfer of

technology)  maupun  alih  pengetahuan  (transfer  of know  how).  Dilihat  dari sudut

pandang ini terlihat bahwa, kehadiran investor cukup berperan dalam pembangunan

ekonomi  suatu  negara,  khususnya  pembangunan  ekonomi  di  daerah  dimana  FDI

menjalankan aktifitasnya.

Arti pentingya kehadiran investor asing dikemukakan Gunarto Suhardi:

 “investasi langsung lebih baik  jika dibandingkan dengan investasi portofolio, karena

langsung lebih permanen. Selain itu  investasi langsung:

1. a.       memberikan kesempatan kerja bagi penduduk;

2. b.       mempunyai kekuatan penggandaan dalam ekonomi lokal;

3. c.       memberikan residu baik berupa peralatan maupun alih teknologi;

4. d.      apabila produksi diekspor memberikan jalan atau jalur pemasaran yang dapat

dirunut oleh pengusaha lokal disamping seketika memberikan tambahan devisa dan

pajak bagi negara;

5. e.       lebih tahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing;

6. f.        memberikan  perlindungan  politik  dan  keamanan  wilayah  karena  bila  investor

berasal dari negara kuat niscaya bantuan keamanan juga akan diberikan.”

 

Page 13: Penanaman Modal Paper

1. 2.      Kontrak Penanaman Modal Asing

Sebagaimana diketahui, penanaman modal asing di Indonesia dapat dilakukan :

a)      Oleh pihak asing (perorangan atau badan hukum), ke dalam suatu perusahaan

yang seratus persen diusahakan oleh pihak asing.

b)      Dengan menggabungkan modal asing itu dengan modal nasional.

                                       

Secara yuridis hal yang pertama itu tidak menimbulkan persoalan yang terlalu rumit,

karena sudah jelas bahwa bukan hanya modal akan tetapi kekuasaan dan pengambilan

keputusan (decision making) dilakukan oleh pihak asing, sepanjang segala sesuatu itu

memperoleh persetujuan dari pemerintah Indonesia atau  selama kebijakan -

kebijakannya tidak  melanggar hukum  dan  ketertiban umum yang berlaku di Indonesia.

Yang lebih sulit diatur adalah berbagai – bagai bentuk kerjasama antara modal asing

dan modal nasional. Sebab disini kita benar-benar harus menghadapi berbagai variasi

antara perimbangan modal dan kekuasaan (management) yang sesungguhnya.  

Sehingga   disini   kita   harus   lebih   memperhatikan   keadaan perusahaan yang

sebenar -benarnya daripada dalam hal perusahaan yang semata-mata bekerja dengan

modal asing saja.

 

1. 3.      Teori Penanaman Modal Asing

 

a)      Teori R. Vernon

Page 14: Penanaman Modal Paper

Vernon (1966) menjelaskan penanaman modal asing dengan model yang disebut

Model Siklus Produk (Pandji Anoraga, 1995: 53). Dalam model ini, introduksi dan

pengembangan produk baru di pasar mengikuti tiga tahap. Pendorong untuk

mengembangkan produk baru  diberikan oleh kebutuhan dan peluang pasar. Dalam

tahap satu, pada waktu produk pertama kali dikembangkan dan dipasarkan, 

diperlukan  suatu  hubungan  yang  erat  antara  kelompok  desain, produksi  dan 

pemasaran  dari  perusahaan  dan  pasar  yang  akan  dilayani  oleh produk itu. Untuk

itu produksi dan penjualan perlu dilakukan di dalam negeri. Tahap kedua yakni

perusahaan mulai memikirkan kemungkinan mencari pasar – pasar baru di negara –

negara yang relatif maju dan ekspor pun mulai dilakukan dengan tujuan negara dunia

ketiga. Keuntungan perusahaan terletak pada skala ekonomi dalam produksi,

pengangkutan dan pemasaran. Strategi – strategi penentuan harga dan lokasi

didasarkan atas aksi dan reaksi multinational corporation yang lain dan bukan pada

biaya komperatif. Tahap  ketiga  atau  tahap  terakhir  yakni  dimana  produk  telah 

terbuat dengan baik dengan desain  yang distandarisasi, sehingga risetan keterampilan

manajemen tidak lagi penting. Tenaga kerja yang tidak terampil dan setengah terampil

mulai mendapat tempat dan konsekuensinya, produk bergerak ke negara-negara yang

sedang berkembang, dimana ongkos tenaga kerjanya masih lebih rendah. Produk –

produk yang dihasilkan di negara berkembang tersebut akan diimpor kembali ke negara

asal dan juga ke pasar negara yang lebih maju. Oleh karena itu, lokasi produksi akan

lebih ditentukan oleh perbedaan biaya dari jarak pasar. Investasi luar negeri akan dilihat

sebagai suatu cara untuk dapat   mempertahankan   daya   saing   perusahaan  

dalam   produk-produk inovatifnya.

 

b)       Teori J.H Dunning

John Dunning (1977) dalam menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi

penanaman modal asing melalui teori ancangan eklektis (Pandji Anoraga, 1995: 57).

Teori eklektis menetapkan suatu set yang terdiri dari tiga persyaratan yang diperlukan

bila sebuah perusahaan akan berkecimpung dalam penanaman modal asing. Yang

Page 15: Penanaman Modal Paper

pertama adalah adanya keunggulan spesifik perusahaan. Rentang keunggulan yang

dapat menumbuhkan FDI adalah :

1)      Teknologi     pemilikan     disebabkan     karena     kegiatan     penelitian     dan

pengembangan.

2)      Keterampilan manajerial, pemasaran, atau lainnya yang spesifik untuk fungsi

organisasi perusahaan.

3)      Deferensiasi produk, merk dagang atau nama cap. d.   Ukuran besar, yang

mencerminkan skala ekonomi.

4)      Keperluan modal yang besar untuk pabrik dengan ukuran efisien minimum.

Yang kedua adalah keunggulan internalisasi. Kondisi yang menyokong internalisasi

meliputi :

1)    Biaya tinggi dalam membuat dan melaksanakan kontrak.

2)    Ketidakpastian pembeli tentang nilai teknologi yang dijual.

3)   Kebutuhan untuk mengendalikan penggunaan atau penjualan kembali produk.

4)   Keunggulan untuk menggunakan diskriminasi harga atau subsidi ulang (cross-

subsidization).

Yang  ketiga  adalah  keunggulan  spesifik  negara.  Keunggulan  spesifik lokasi dari

negara tuan rumah dapat meliputi :

1)    Sumber daya alami.

2)    Kekuatan tenaga kerja biaya rendah yang efisien dan terampil.

Page 16: Penanaman Modal Paper

3)    Rintangan perdagangan membatasi impor.

 

c)      Teori David K. Eiteman

Menurut David K. Eiteman (1989), motif yang mendasari penanaman modal asing ada

tiga, yaitu : motif strategis, motif perilaku dan motif ekonomi. Dalam motif strategis

dibedakan dalam :

1)      Mencari pasar

2)      Mencari bahan baku

3)      Mencari efisiensi produks

4)       Mencari pengetahuan

5)       Mencari keamanan politik.

 

Sedangkan motif perilaku merupakan ransangan lingkungan eksternal dan yang lain

dari organisasi didasarkan pada kebutuhan dan komitmen individu atau kelompok. Motif

ekonomi merupakan motif untuk mencari keuntungan dengan cara memaksimalkan

keuntungan jangka panjang dan harga pasar saham perusahaan.

 

 

d)      Teori Robock & Simmonds

Page 17: Penanaman Modal Paper

Teori  PMA  yang  lain  dijelaskan  oleh  Robock  &  Simmonds  (1989), melalui

pendekatan global, pendekatan pasar yang tidak sempurna, pendekatan internalisasi,

model siklus produk, produksi internasional dan model imperalisasi marxis. Pendekatan

Global. Menurut pendekatan global, kekuatan intern yang mempengaruhi PMA yaitu

pengembangan teknologi/ produk baru, ketergantungan pada sumber – sumber bahan

baku, memanfaatkan mesin – mesin yang sudah usang, mencari pasar yang lebih

besar. Sedangkan kekuatan eksternal yang mempengaruhi PMA yaitu pelanggan,

pemerintah, ekspansi ke luar negeri dari pesaing dan pembentukan Masyarakat

Ekonomi Eropa (MEE).

 

Model Siklus Produk. Model ini menerangkan bahwa penanaman modal asing melalui

tiga tahap, yaitu tahap produk baru, tahap produk matang dan tahap produk yang

distandardisasi. Pada tahap produk baru, produk dihasilkan di dalam negeri.

Sedangkan untuk pasar luar negeri dilayani dengan ekspor. Pada  tahap  produk 

matang,  harga  produk  menjadi  penting.  Pasar  luar negeri telah dilayani oleh

produksi lokal. Pada  tahap  ketiga,  persaingan  menjadi  lebih  penting  dan  produksi

diarahkan pada lokasi/ tempat yang biayanya rendah (kecil) dalam lingkup negara yang

berpenghasilan rendah.

 

e)      Teori Stephen Hymer

Investasi   langsung   merupakan   persoalan   yang   kompleks   dan   sulit dijelaskan

dengan cara yang sederhana, namun Stephen Hymer telah mengembangkan suatu

teori yang cukup kuat untuk menjelaskan cara bekerja internasional dari perusahaan –

perusahaan nasional. Menurut Hymer, invetasi langsung termasuk dalam teori

persaingan tidak sempurna, dan bukan dalam teori persaingan biasa atau teori

mengenai pergerakan modal secara internasional. Hymer mengemukakan bahwa inti

pokok dari penanaman modal secara langsung adalah meratakan beberapa

Page 18: Penanaman Modal Paper

keuntungan monopolistik yang dinikmati oleh perusahaan induk. Menurut pendekatan

ini, pengembalian investasi yang lebih tinggi di luar negeri tidak menjamin kelengkapan

penjelasan arus modal, karena pengembalian investasi  itu  sendiri  berarti  bahwa

modal  akan  lebih  efisien  bila dialokasikan melalui pasar modal dan tidak memerlukan

pemindahan perusahaan. Kemungkinan memperoleh pengembalian investasi yang

lebih tinggi akan timbul bila perusahaan memiliki keunggulan tertentu atas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 19: Penanaman Modal Paper

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 20: Penanaman Modal Paper

 

 

1. B.     PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI

 

1. 1.      Pengertian dan Dasar Hukum

 

Dalam Undang-Undang no 6 tahun 1968 dan Undang-Undang nomor 12 tahun  1970 

tentang  Penanaman  Modal  Dalam  Negeri  (PMDN),  disebutkan terlebih dulu definisi

modal dalam negeri pada pasal 1, yaitu sebagai berikut :

a)      Undang-undang ini dengan “modal dalam negeri” adalah : bagian dari kekayaan 

masyarakat  Indonesia  termasuk  hak-hak  dan  benda-benda, baik yang dimiliki

Negara  maupun swasta asing yang berdomosili di Indonesia  yang  disisihkan  atau 

disediakan  guna  menjalankan  suatu usaha sepanjang modal  tersebut tidak diatur

oleh ketentuan-ketentuan pasal 2 UU No. 12 tahun 1970 tentang penanaman modal

asing.

b)      Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri tersebut dalam ayat 1 pasal ini

dapat terdiri atas perorangan dan/ atau badan hukum yang didirikan berdasarkan

hukum yang berlaku di Indonesia. Kemudian dalam Pasal 2 disebutkan bahwa, Yang

dimaksud dalam Undang- Undang   ini   dengan   “Penanaman   Modal   Dalam  

Negeri”   ialah penggunaan daripada kekayaan seperti tersebut dalam pasal 1, baik

secara langsung atau tidak langsung untuk menjalankan usaha menurut atau

berdasarkan ketentuanketentuan Undang-Undang ini.

 

Page 21: Penanaman Modal Paper

Penyelenggaraan pembangunan ekonomi nasional adalah untuk mempertinggi

kemakmuran rakyat, modal merupakan factor yang sangat penting dan menentukan

Perlu diselenggarakan pemupukan dan pemanfaatan modal dalam negeri dengan cara

rehabilitasi pembaharuan, perluasan, pemnbangunan dalam bidang produksi barang

dan jasa. Perlu  diciptakan  iklim  yang  baik,  dan  ditetapkan  ketentuan-ketentuan 

yang mendorong investor dalam negeri untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Dibukanya   bidang-bidang   usaha   yang   diperuntukan   bagi   sector   swasta.

Pembangunan ekonomi selayaknya disandarkan pada kemampuan rakyat Indonesia

sendiri. Untuk memanfaatkan modal dalam negeri yang dimiliki oleh orang asing

 

Penanaman  modal  (investment), penanaman  uang  aatau  modal  dalam  suatu 

usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan dari usaha tsb. Investasi sebagai

wahana dimana dana ditempatkan dengan harapan untuk dapat memelihara atau

menaikkan nilai atau memberikan hasil yang positif

 

Pasal 1 angka 2 UUPM meneyebutkan bahwa PMDN adalah kegiatan menanam modal

untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh

penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri Sedangkan

yang dimaksud dengan  penanam  modal  dalam  negeri  adalah  perseorangan  WNI, 

badan  usaha Indonesia, Negara RI, atau daerah yang melakukan penanaman modal di

wilayah Negara RI (Pasal 1 angka 5 UUPM)

 

Kriteria Perusahaan Penanaman Modal Negeri yang mendapatkan fasilitas antara lain:

a)      Menyerap banyak tenaga kerja

Page 22: Penanaman Modal Paper

b)      Termasuk skala prioritas tertinggi

c)      Melakukan alih teknologi

d)     Melakukan industri pionir

e)      Menjaga kelestarian lingkungan hidup

 

1. 2.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Dalam Neegeri

Faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Dalam Negeri adalah sebagai

berikut:

a)      Potensi dan karakteristik suatu daerah

b)      Budaya masyarakat

c)      Pemanfaatan era otonomi daerah secara proposional

d)     Peta politik daerah dan nasional

e)      Kecermatan pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan local dan peraturan

daerah yang menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia bisnis dan investasi

 

1. 3.      Syarat-Syarat Melakukan Penanaman Modal Dalam Negeri

1)      Permodalan: menggunakan modal yang merupakan kekayaan masyarakat

Indonesia baik langsung maupun tidak langsung

Page 23: Penanaman Modal Paper

2)      Pelaku Investasi : Negara dan swasta Pihak swasta dapat terdiri dari orang dan

atau badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum di Indonesia

3)      Bidang usaha : semua bidang yang terbuka bagi swasta, yang dibina, dipelopori

atau dirintis oleh pemerintah.

4)      Perizinan dan perpajakan : memenuhi perizinan yang ditetapkan oleh pemerintah

daerah. Antara lain : izin usaha, lokasi, pertanahan, perairan, eksplorasi, hak-hak

khusus, dll.

5)      Batas waktu berusaha : merujuk kepada peraturan dan kebijakan masing-masing

daerah

6)      Tenaga kerja: wajib menggunakan tenaga ahli bangsa Indonesia, kecuali apabila

jabatan-jabatan tertentu belum dapat diisi dengan tenaga bangsa Indonesia. Mematuhi

ketentuan UU ketenagakerjaan (merupakan hak dari karyawan)

 

1. 4.      Tata Cara Penanamam Modal Dalam Negeri

Keppres No. 29/2004 ttg penyelenggaraan penanam modal dalam rangka PMA dan

PMDN melalui system pelayanan satu atap. Meningkatkan efektivitas dalam menarik

investor, maka perlu menyederhanakan system pelayanan penyelenggaraan

penanaman modal dengan metode pelayanan satu atap. Diundangkan peraturan

perundang-undnagan yang berkaitan dengan otonomi daerah, maka perlu ada

kejelasan prosedur pelayanan PMA dan PMDN

1. Instansi  pemerintah  yang  menangani  kegiatan  penanaman  modal dalam rangka

PMA dan PMDN Pelayanan persetujuan, perizinan, fasilitas penanaman modal dalam

rangka PMA dan PMDN dilaksanakan oleh BKPM berdasarkan pelimpahan kewenagan

Page 24: Penanaman Modal Paper

dari Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Dept yang membina bidang-bidang

usaha investasi yang bersangkutan melalui pelayanan satu atap.

 

 

 

 

 

 

1. C.    PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL

 

Pada prinsipnya, investor yang menanamkan investasi selalu mengharapkan bahwa

investasi yang ditanamkan dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya tanpa

menimbulkan  sengketa/konflik.  Akan tetapi tidak dapat dipungkiri  pula bahwa di dalam

menjalankan usahanya tidak tertutup kemungkinan terjadinya suatu sengketa/konflik

antara investor dengan pemerintah serta masyarakat sekitarnya.

Apabila  kita perhatikan  pengertian  penanaman  modal  yang  termuat  dalam Pasal 1

angka (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007  tentang Penanaman Modal, dapat

sangat jelas dilihat bahwa investor yang menanamkan modalnya di Indonesia dapat

dibagi menjadi dua macam, yaitu investor domestik dan investor asing.

 

Page 25: Penanaman Modal Paper

Maka  yang  menjadi  pertanyaan  kini  adalah  hukum  dan  cara apakah  yang

digunakan untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi antara investor dengan pihak

pemerintah, terlebih mengingat bahwa investor yang menanamkan modalnya di

Indonesia dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu investor domestik dan investor

asing.  Dimana  pembagian  jenis  investor  tersebut  tentunya  membawa  perbedaan

dalam hukum dan cara yang digunakan untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi

antara investor dengan pihak pemerintah. Oleh   karena   itu,   penyelesaian   sengketa

penanaman modal tersebut dapat dibagi menjadi:

 

1)      Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal yang Timbul antara Pemerintah

dengan Investor Domestik.

 

Apabila sengketa yang terjadi antara investor domestik dengan pihak Pemerintah 

Indonesia  dan  masyarakat  sekitarnya,  hukum  yang  digunakan  adalah hukum

Indonesia.[6]

Dalam Pasal 32 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

telah ditentukan cara penyelesaian sengketa yang timbul dalam penanaman modal

antara pemerintah dengan investor domestik. Dalam ketentuan itu, ditentukan empat

cara dalam penyelesaian sengketa dalam penanaman modal. Keempat cara itu, antara

lain:[7]

1)       Musyawarah dan mufakat;

2)      Arbitrase;

3)       Alternatif penyelesaian sengketa; dan

Page 26: Penanaman Modal Paper

4)      Pengadilan.

 

Penyelesaian dengan musyawarah dan mufakat merupakan cara untuk mengakhiri 

sengketa  yang  timbul  antara  pemerintah  dengan  investor  domestik, dimana di

dalam penyelesaian itu dilakukan pembahasan bersama dengan maksud untuk 

mencapai  keputusan  dan  kesepakatan  atas  penyelesaian  sengketa  secara

bersama-sama.

 

Penyelesaian  sengketa  melalui  lembaga  arbitrase  merupakan  cara  untuk

mengakhiri sengketa dalam penanaman modal antara pemerintah Indonesia dengan

investor domestik, dimana dalam penyelesaian sengketa itu menggunakan jasa arbiter

atau majelis arbiter. Arbiter atau majelis arbiterlah yang menyelesaikan sengketa

penanaman modal tersebut.

 

Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda

pendapat melalui prosedur yang disepakati antara pemerintah Indonesia dengan

investor domestik, yaitu penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi,

negosiasi,  mediasi,  konsiliasi,  atau  penilaian  ahli.  Ada  lima  cara  penyelesaian

sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa, yaitu:120

1)       konsultasi;

2)       negosiasi;

3)      mediasi;

Page 27: Penanaman Modal Paper

4)      konsiliasi;

5)      penilaian ahli.

 

Penyelesaian sengeta melalui pengadilan merupakan cara untuk mengakhiri sengketa  

yang   timbul   antar penyelesaian itu dilakukan di muka dan dihadapan pengadilan.

Dan pengadilan lah yang nantinya akan memutuskan  tentang perselisihan  tersebut.

Ada tiga tingkatan pengadilan yang harus diikuti oleh salah satu pihak, apakah

pemerintah Indonesia atau investor domestik, yaitu Pengadilan Negeri, Pengadilan

Tinggi dan Mahkamah Agung.

 

2)      Penyelesaian Sengketa Penanam Modal yang Timbul Antara Pemerintah

dengan Investor Asing

 

Dalam  Pasal  32  ayat  (4)  Undang-Undang  Nomor  25  Tahun  2007  tentang

Penanaman Modal dikatakan bahwa:[8]

“Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan

penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melalui

arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para pihak.”

 

Penyelesaian sengketa melalui arbitrase internasional merupakan cara untuk

mengakhiri perselisihan yang timbul antara Pemerintah Indonesia dengan investor

Page 28: Penanaman Modal Paper

asing, dimana kedua belah pihak sepakat menggunakan lembaga arbitrase atau arbiter

perorangan di luar wilayah hukum Republik Indonesia.

 

Dalam rangka penyelesaian sengketa oleh arbitrase telah ditetapkan bahwa hukum

yang berlaku dan yang menjadi dasar pemakaian oleh dewan wasit dalam

menyelesaikan sengketa  tersebut adalah hukum yang dipilih oleh para pihak.124

Republik  Indonesia  meratifikasi  Konvensi  ICSID  dengan  Undang-Undang

 

Nomor 5 Tahun 1968 (Lembaran Negara No. 32 Tahun 1968) yakni undang-undang

persetujuan atas konvensi tentang penyelesaian perselisihan antara  negara dan warga

negara asing mengenai penanaman modal. Undang-undang  ini singkat saja, hanya

berisi 5 Pasal 125. Dengan  telah  diratifikasinya  konvensi  tersebut,  secara  yuridis 

Indonesia terikat dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam konvensi tersebut,

sehingga setiap penyelesaian perselisihan atau penyelesaian sengketa penanaman

modal  asing akan  dilakukan  menurut  tata  cara  dan  prosedur  yang  diatur  dalam 

International Centre for the Settlement of Investment Dispute (ICSID).

 

International Centre for the Settlement of Investment Dispute (ICSID) terdiri atas 9 bab

(chapter) dan 75 pasal (artikel). Hal-hal yang diatur dalam ICSID ini, meliputi:127

a)      Chapter I International Centre for the Settlement of Investment Dispute (ICSID)

(Artikel 1 sampai dengan Artikel 24);

b)       Chapter II Jurisdiction of the Centre (Artikel 25 sampai dengan Artikel 27);

Page 29: Penanaman Modal Paper

c)      Chapter III Conciliation (Artikel 28 sampai dengan Artikel 35);

d)     Chapter IV Arbitration (Artikel 36 sampai dengan Artikel 55);

e)       Chapter  V  Replacement  and  Disqualification  of  Conciliators  and  Arbitrator

f)       (Artikel 56 sampai dengan Artikel 58);

g)      Chapter VI Cost of Procedings (Artikel 59 sampai dengan Artikel 63);

h)      Chapter VII Disputes between Contracting States (Artikel 64);

i)        Chapter VIII Amandment (Artikel 65 sampai dengan Artikel 66);

j)        Chapter IX Final Provisions (Artikel 67 sampai dengan Artikel 75)

Penyelesaian dengan menggunakan arbitrase diatur dalam Artikel 36 sampai dengan

Artikel 55 ICSID. Sementara itu, tata cara pengajuan permohonan sampai dengan

pengambilan putusan disajikan berikut ini:

1)      Tata Cara Pengajuan Permohonan Arbitrase

Dalam Artikel 36 ICSID telah ditentukan tata cara pengajuan permohonan penyelesaian

sengketa kepada Centre, melalui forum Arbitrase (Arbitral tribunals). Dalam ketentuan

itu, ditentukan tata cara sebagai berikut:

                                                        i.            Pengajuan    permohonan    disampaikan   

kepada   Sekretaris    Jenderal    Dewan Administratif Centre.

                                                      ii.            Permohonan diajukan secara tertulis,

                                                    iii.            Permohonan membuat penjelasan tentang:

Page 30: Penanaman Modal Paper

ü  pokok-pokok perselisihan;

ü   identitas para pihak; dan

ü  mengenai adanya persetujuan mereka mengajukan perselisihan yang timbul menurut

ketentuan Centre.

Setelah menerima permohonan tersebut, Sekretaris Jenderal mendaftar permohonan,  

kecuali   dia   menemukan   dalam   penjelasan   permohonan   bahwa perselisihan

yang timbul nyata-nyata berada di luar yuridiksi Centre, Dalam hal perselisihan  yang 

diajukan  berada  di  luar  yuridiksi  Centre,  Sekretaris  Jenderal menolak  untuk 

mendaftar.  Untuk  itu,  Sekretaris  Jenderal  membuat  dan menyampaikan  penolakan

dalam bentuk “pemberitahuan”  atau notice kepada para pihak. Dalam permohonan

memenuhi syarat, dan permohonan telah didaftar, maka Sekretaris Jenderal

menyampaikan “pemberitahuan” kepada para pihak dan salinan permohonan kepada

pihak lain.

2)      Pembentukan Tribunal Arbitrase

Apabila Sekretaris Jenderal telah menerima dan mendaftar permohonan perselisihan  

yang  diajukan   salah  satu  pihak,  Centre  harus  sesegera  mungkin membentuk

Mahkamah Arbitrase (Tribunal Arbitral).Menurut Artikel 37 ayat (2) ICSID, telah

ditentukan pembentukan Mahkamah Arbitrase yang dilakukan Centre. Mahkamah

Arbitrase:

a)      boleh hanya terdiri dari seorang arbiter (arbitrator) saja;

b)       tetapi boleh juga arbiternya terdiri dari beberapa orang yang jumlahnya ganjil

(any uneven number of arbitrator).

 

Page 31: Penanaman Modal Paper

 

Jika para pihak menyetujui jumlah arbiter yang ditunjuk atau mereka tidak dapat

menerima tata cara penunjukkan yang dilakukan Centre, cara lain penunjukan arbiter

merujuk kepada ketentuan Artikel 37 ayat (2) huruf b ICSID, dengan acuan penerapan:

a)      anggota harus terdiri dari tiga orang arbiter;

b)      masing-masing menunjuk seorang arbiter; dan

c)      anggota yang ketiga ini, langsung mutlak menjadi ketua (presiden) dari tribunal

arbitrase yang bersangkutan.

 

Para pihak dapat menyetujui arbiter yang ditunjuk Centre. Sebaliknya dapat menolak

apabila arbiter yang ditunjuk tidak mereka setujui, atau apabila metode dan tata cara

penunjukan mereka anggap kurang sesuai. Dalam hal yang demikian, pengangkatan

anggota arbiter sepenuhnya menjadi hak dan kewenangan para pihak untuk

mengangkat masing-masing seorang arbiter. Sementara itu, pengangkatan  atau

penunjukan arbiter ketiga harus atas persetujuan bersama dari semua pihak. Dan

anggota yang ketiga ini langsung akan bertindak sebagai Ketua (Presiden).

 

Selanjutnya  menurut  Artikel  38 ICSID,  apabila  dalam tempo  90 hari dari tanggal

pemberitahuan  pendaftaran permohonan tribunal arbitrase belum dibentuk, Ketua  

Dewan   Administratif   Centre   (Chairman   of   the   Administratif   Council)

berwenang  menunjuk  seorang  atau  beberapa  orang  arbiter.  Kewenangan  yang

demikian ada pada diri   Ketua Dewan Administratif apabila telah ada permohonan dari

salah satu pihak. Di samping itu, kewenangan penunjukkan arbiter yang seperti itu tidak

boleh diambil dari negara peserta konvensi yang sedang berselisih.

Page 32: Penanaman Modal Paper

Satu hal lagi yang perlu diketahui  dalam komposisi  anggota  arbiter, yaitu mayoritas

anggota arbitrase harus ditunjuk dari luar negara peserta Konvensi yang sedang

berselisih. Hal itu ditegaskan dalam Artikel 39 Konvensi. Namun demikian, ketentuan 

ini dapat dikesampingkan  apabila  para pihak  menyetujui  bahwa  arbiter tunggal 

ditunjuk  dari  salah  satu  negara  para  pihak  atau  mereka  setuju  mayoritas anggota

arbiter dapat ditunjuk dari salah satu negara para pihak.

 

3)      Kewenangan dan Fungsi Tribunal Arbitrase

 

Arbitrase Centre merupakan mahkamah yang bersifat internasional. Kewenangan dari

Arbitrase Centre adalah untuk mengadili atau memutus perselisihan sesuai dengan

kompetensinya (Artikel 40 ICSID). Berarti, selama apa yang disengketakan para pihak  

masih termasauk yuridiksi yang ditentukan Pasal 32 dan Artikel 25 ICSID. Para anggota

arbiter sepenuhnya berwenang untuk memutus perselisihan.

 

Dalam hal ada bantahan (objection) dari salah satu pihak yang menyatakan apa yang

diperselisihkan adalah diluar yuridiksi Centre atau berdasar alasan lain yang

memperlihatkan apa yang diperselisihkan di luar kewenangan tribunal arbitrase yang

dibentuk, tribunal yang bersangkutan lebih dahulu mempertimbangkan dan memutus

tentang hal tersebut dalam bentuk putusan pendahuluan (preliminary). Akan tetapi,

bisa   juga   hal   itu   dipertimbangkan   dan   diputus   bersamaan   dengan   pokok

persengketaan apabila tata cara yang demikian lebih bermanfaat.

 

Page 33: Penanaman Modal Paper

Sehubungan  dengan  kewenangan  dan  fungsi    memutus  perselisihan  yang terjadi,

lebih lanjut diuraikan dalam hal-hal di bawah ini:

a)      Memutus sengketa menurut hukum

Menurut  Artikel  42  Konvensi,  arbitrase  Centre  terikat  pada  ketentuan  hukum (rules

of law) dalam memutus perselisihan yang terjadi. Prinsip ini merupakan patokan 

utama  yang  acuan  penerapannya  dapat  dijabarkan  secara  ringkas, sebagai berikut:

ü  Centre harus memutus berdasarkan hukum yang telah disepakati para pihak dalam

perjanjian.

ü  Dalam perjanjian tidak menentukan tata hukum mana yang akan diterapkan, Centre

menerapkan tata hukum dari negara peserta yang sedang berselisih.

ü  Centre dilarang menerapkan hukum yang tidak dikenal oleh para pihak-pihak yang

berselisih.

ü  Akan tetapi Centre dapat memutus perselisihan berdasar “kepatutan” atau “ex aequo

et bono”, jika hal itu disepakati para pihak dalam perjanjian.

b)      Memanggil dan melakukan pemeriksaan setempat

Dalam Artikel 43 ICSID telah ditentukan kewenangan Tribunal. Kewenangan itu

meliputi:

ü  memanggil atau meminta pihak-pihak untuk menyerahkan dokumen atau alat bukti

yang dianggap penting,

ü   melakukan  pemeriksaan  setempat  atau memeriksa  langsung  barang,  orang,

serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dianggap patut dan bermanfaat dalam

Page 34: Penanaman Modal Paper

penyelesaian perselisihan. Kewenangan itu akan gugur jika hal para pihak menentukan

lain dalam perjanjian.

ü  Putusan Provisi

Dalam Artikel 47 ICSID telah ditentukan kewenangan dari Centre. Kewenangan itu

adalah menjatuhkan:

1)    putusan pendahuluan; atau

2)    putusan provisi; maupun

3)     tindakan sementara.

Penjatuhan putusan itu didasarkan pada pertimbangan untuk melindungi dan

menghormati hak dan kepentingan salah satu pihak. Dalam tindakan atau putusan

sementara, dapat dimasukkan penyitaan barang-barang yang disengketakan, agar

gugatannya   tidak   mengalami   illusoir   dikemudian   hari.   Bisa   juga   pelarangan

penjualan  atau  pemindahan  barang,  asalkan  itu  merupakan  objek  yang  langsung

terlibat dalam persetujuan.

 

4)      Putusan Arbitrase Centre

Tujuan  utama  arbitrase  Centre  ialah  memutus  perselisihan  yang  timbul apabila 

perselisihan  itu telah  diajukan  kepadanya.  Dalam  Artikel  48 ICSID  telah ditentukan 

tata cara pengambilan  putusan.  Tata cara pengambilan  keputusan  oleh Arbitrase

Centre disajikan berikut ini

a)      Putusan diambil berdasar  suara mayoritas anggota arbiter.

b)      Putusan arbiter yang sah ialah:

Page 35: Penanaman Modal Paper

ü  dituangkan dalam putusan secara tertulis; dan

ü  ditandatangani oleh anggota arbiter yang menyetujui putusan.

ü  Putusan memuat segala segi permasalahan serta alasan-alasan yang menyangkut

dasar pertimbangan putusan.

c)      Setiap  anggota  arbiter dibenarkan  mencantumkan  pendapat  pribadi  (individual

opinion) dalam putusan, meskipun pendapat tersebut berbeda dan menyimpang dari

pendapat mayoritas anggota. Bahkan, boleh juga seorang anggota mencantumkan  

suatu   pernyataan   mengapa   dia   berbeda   pendapat   dengan mayoritas anggota

arbiter.

d)     Centre tidak boleh memublikasi putusan, tanpa persetujuan para pihak.

 

Selanjutnya,  Sekretaris Jenderal harus segera mengirimkan  salinan putusan kepada

para pihak. Putusan dianggap memiliki daya mengikat atau binding terhitung dari

tanggal pengiriman salinan. Selama dalam jangka waktu 45 hari dari tanggal

dimaksud,   para   pihak   dapat   mengajukan   pertanyaan   yang   berkenaan   dengan

kesalahan pengetikan, perhitungan atau kekeliruan lain yang sejenis. Walaupun

putusan itu telah diputuskan oleh Centre, namun para pihak atau salah satu pihak

diperkenankan melakukan:

a)       interprestasi putusan;

b)       revisi putusan; atau

c)      pembatalan putusan.

 

Page 36: Penanaman Modal Paper

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1. D.    KASUS PT.INDOSAT

Page 37: Penanaman Modal Paper

Menerima surat resmi dari negara lain (G to G  atau government to government) adalah

salah satu  indikasi adanya ketidakpercayaan negara lain terhadap proses hukum yang

dijalankan oleh pemerintah Indonesia. Indosat (yang mayoritas sahamnya dimiliki

Qatar) saat ini sedang dikasuskan oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia terkait

dugaan penyalahgunaan frekuensi 3G yang melibatkan Indosat dan anak usahanya

Indosat Mega Media (IM2). Sebuah tuduhan yang banyak dibantah oleh berbagai pihak.

Bantahan paling keras dilakukan Masyarakat Telekomunikasi (MasTel) yang

menyatakan bahwa penggunaan frekuensi Indosat oleh IM2 sama sekali tidak

melanggar peraturan.

Menkominfo Tifatul Sembiring juga telah mengirimkan surat ke Presiden SBY

ditembuskan kepada Presiden SBY, Wakil Presiden Boediono, Menkopolhukam, Menko

Perekonomian, Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), terkait kasus yang membelit

Indosat dan IM2. Dalam surat bernomor T684/M.KOMINFO/KU.O4.01/11/2012 tersebut

ditegaskan bahwa kerjasama Indosat dan IM2 terkait penyelanggaraan internet 3G di

frekuensi 2,1 GHz tidak melanggar aturan.

Padahal dalam UU Telekomunikasi No. 3/1999 Pasal 44 dinyatakan masalah

penyalahgunaan frekuensi diselidiki oleh PPNS Kemenkominfo. Sedangkan di Pasal 36

UU Kejaksaan juga ditegaskan, jaksa harus menghormati instansi lain dalam

melaksanakan kewenangannya.

Bila antar lembaga pemerintah sendiri sudah tidak ada saling percaya terhadap

lembaga pemerintah lainnya, ini preseden buruk bagi negara ini. Wajar bila Qatar

meragukan Indonesia mampu menangani kasus ini dengan baik.

Hingga kini, tidak jelas apa alasan Kejagung seolah memperlambat proses penanganan

kasus IM2. Bahkan untuk tersangka-tersangka yang telah ditetapkan pun Kejagung

masih merahasiakan bukti-bukti yang menunjukkan keterlibatan mereka dalam kasus

ini. Jika bukti sudah ada, kenapa tidak langsung disidangkan agar jelas ‘bersalah atau

tidak’-nya.

Page 38: Penanaman Modal Paper

Situasi ini jelas membuat industri telekomunikasi berada dalam ketidakpastian

hukum. Jika IM2 & Indosat dinyatakan bersalah, maka seluruh penyedia layanan

internet se-Indonesia juga bisa dinyatakan bersalah. Sebab kerjasama yang

perusahaan-perusahaan ini lakukan untuk menjalankan bisnisnya sama persis dengan

perjanjian bisnis antara Indosat dengan IM2.

Jika diteruskan, efek jangka panjangnya adalah perusahaan-perusahaan asing akan

malas untuk berinvestasi di Indonesia.

ANALISA KASUS PT.INDOSAT:

Kepastian hukum merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung peningkatan

kegiatan FDI di Indonesia. Dalam konteks perdagangan bebas, kepastian hukum dalam

kegiatan FDI merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Hal ini dilatarbelakangi

oleh kenyataan bahwa kebijakan investasi suatu negara dapat mempengaruhi

perdagangan, terutama pada era globalisasi perdagangan dan investasi. Kegiatan

investasi akan mendorong peningkatan aktivitas perdagangan, dan sebaliknya

perdagangan akan mendorong investasi lebih lanjut.8)

Apabila dicermati lebih seksama, ketidakpastian hukum yang dikeluhkan investor asing

tersebut, disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1)      Berlakunya otonomi daerah. Dengan diundangkannya UU Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah digantikan dengan UU Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka daerah dapat melaksanakan otonomi

sendiri. Sesuai dengan ketentuan undang-undang tersebut bahwa penanaman modal

merupakan salah satu bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah. Hal

ini menyebabkan banyak daerah kabupaten atau kota yang menerbitkan peraturan

daerah untuk mengatur investasi, sehingga terjadi tumpang tindih regulasi antara

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah serta antara pemerintah daerah yang satu

dengan pemerintah daerah lainnya. Pada gilirannya, keadaan tersebut justeru

membingungkan investor asing karena tidak ada kepastian hukum.

Page 39: Penanaman Modal Paper

2)      Tidak konsistennya penegakan hukum. Dalam beberapa hal, ketidakpastian

hukum yang dikeluhkan investor asing disebabkan oleh tidak konsistennya penegakan

hukum di Indonesia. Hal ini tampak jelas dalam kasus PT. Asuransi Jiwa Manulife

Indonesia (PT. AJMI). Duta Besar Perancis untuk Indonesia, Herve Ladseus

mengatakan, kasus PT. AJMI merupakan suatu preseden buruk terhadap iklim investasi

di Indonesia, sehingga investor asing akan semakin enggan menginvestasikan

modalnya di Indonesia.

3)      Lambannya pemerintah melakukan  reformasi hukum  investasi. Hal ini

didasarkan pada kenyataan bahwa pemerintah belum melakukan harmonisasi hukum

yang komprehensif terhadap peraturan perundang-undangan investasi dengan

perjanjian-perjanjian internasional di bidang investasi. Sebagai contoh: sampai saat ini,

Indonesia masih membedakan investasi domestik dan investasi asing, padahal

Indonesia merupakan negara anggota WTO yang harus melaksanakan Agreement on

Trade-Related Investment Measures (Perjanjian TRIMs). Keadaan ini menimbulkan

rasa skeptis di kalangan investor asing mengenai komitmen pemerintah Indonesia

untuk melaksanakan aturan-aturan hukum internasional yang telah disepakati.

 

Faktor lain yang menyebabkan tidak adanya kepastian hukum dalam penyelenggaraan

kegiatan investasi di Indonesia adalah, terbitnya peraturan perundang-undangan yang

tidak mendukung kegiatan dunia usaha. Sebagai contoh adalah, Keputusan Menaker

Nomor 150 Tahun 2000. Daya saing Indonesia untuk menarik investor asing semakin

berkurang dengan terbitnya Kepmenaker Nomor 150 Tahun 2000 tentang Penyelesaian

Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan

Masa Kerja, dan Ganti Kerugian di Perusahaan.

 

Hal yang menjadi masalah dalam Kepmenaker tersebut adalah, menyangkut kewajiban

perusahaan untuk memberikan pesangon dan penghargaan bagi pekerja yang

Page 40: Penanaman Modal Paper

mengundurkan diri. Jika diimplementasikan, ketentuan tersebut sangat merugikan dunia

usaha karena perusahaan harus membayar uang penghargaan jasa kepada pekerja

yang mengundurkan diri. Masalah perburuhan ini dianggap sebagai salah satu

penyebab ketidakpastian iklim investasi. Investor tidak akan masuk ke Indonesia

apabila ketentuan perburuhan tidak jelas dan sangat membebani dunia usaha. Apabila

Kepmenaker tersebut tidak direvisi, maka tidak akan ada investor yang berminat untuk

menanamkan modal di Indonesia.

Pasca berlakunya otonomi daerah, keadaan hukum investasi di Indonesia dapat

dikatakan sangat “memprihatinkan”. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa

berdasarkan UU Pemerintahan Daerah, penanaman modal merupakan salah satu

bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten atau kota. Dalam

praktik investasi pasca-otonomi daerah, banyak terjadi konflik kewenangan antara

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah kabupaten atau kota serta konflik

kewenangan antar-pemerintah daerah yang merugikan investor asing. Di satu pihak,

penyerahan kewenangan untuk menangani investasi kepada daerah merupakan

langkah positif dalam rangka mewujudkan otonomi daerah. Namun di lain pihak, hal

tersebut justeru menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor asing. Investor asing

mengeluhkan munculnya gejala tindakan sewenang-wenang pemerintah daerah, antara

lain dalam hal pengaturan izin lokasi investasi. Di samping masalah tersebut, investor

juga mengeluhkan banyaknya pungutan pajak yang harus dibayar dan tumpang

tindihnya regulasi pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Bahkan sejumlah

investor menilai, pemerintah daerah bertindak sewenang-wenang hanya karena merasa

lebih berhak menentukan siapa yang boleh mendapat izin lokasi.

 

Banyak faktor yang menimbulkan masalah ketidakpastian hukum dalam

penyelenggaraan investasi pasca-otonomi daerah. Salah satunya adalah karena tidak

adanya kepastian hukum mengenai pengaturan kewenangan pemerintah pusat dan

pemerintah daerah serta kewenangan antar-pemerintah daerah dalam hal penanganan

investasi asing. Sampai saat ini, dalam beberapa hal, antara pemerintah pusat dan

Page 41: Penanaman Modal Paper

pemerintah daerah terjadi tarik-menarik kewenangan dalam penanganan investasi

asing. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, pemerintah pusat belum menerbitkan

peraturan yang jelas dan komprehensif mengenai kewenangan pemerintah pusat dan

pemerintah daerah dalam hal penanganan investasi asing. 

Belum adanya pengaturan yang jelas dan komprehensif dalam hal penanganan

investasi asing, menyebabkan investor “bingung,” karena tidak adanya kepastian

hukum sebagai akibat terjadinya konflik kewenangan antara pemerintah pusat dengan

pemerintah daerah, serta konflik kewenangan antar-pemerintah daerah dalam

penanganan investasi asing. Selain menyebabkan tidak jelasnya penanganan kegiatan

investasi asing, otonomi daerah juga telah menimbulkan ketidakpastian hukum dalam

hal pungutan pajak dan sejenisnya terhadap investor asing. Di satu pihak, investor

asing harus membayar pajak kepada pemerintah pusat, dan di lain pihak harus

membayar beberapa jenis pungutan baru kepada pemerintah daerah berdasarkan

peraturan daerah yang pada dasarnya bertentangan dengan undang-undang mengenai

perpajakan. Hal ini dikeluhkan investor asing karena akan mengurangi keuntungan

yang telah diprediksikan sebelumnya. Lebih dari itu, pungutan-pungutan baru yang

dilakukan pemerintah daerah, tidak memiliki dasar hukum yang jelas. Masalah

ketidakpastian hukum yang dikeluhkan investor pasca-otonomi daerah, dipertegas oleh

hasil penelitian Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD). Hasil

penelitian KPPOD menunjukkan, 42% dari total jawaban responden (kalangan dunia

usaha) menyatakan, kepastian hukum masih rendah. KPPOD melihat masalah

ketidakpastian hukum tersebut dari dua aspek, yaitu terjadi ketidaktetapan peraturan,

sehingga “membingungkan” dunia usaha dan terjadinya ketidakkonsistenan dalam

penegakan peraturan.13)

Fakta mengenai tidak adanya kepastian hukum yang dikeluhkan investor asing semakin

nyata dalam konteks penegakan hukum di Indonesia. Hasil survei Political and

Economic Risk Consultancy Ltd., menunjukkan bahwa Indonesia paling buruk dalam

skor sistem hukum di Asia. Indonesia berada pada posisi teratas dengan skor hampir

mencapai angka 10. Tidak adanya kepastian hukum, menyebabkan investor asing

merasa tidak nyaman untuk menginvestasikan dananya di Indonesia.

Page 42: Penanaman Modal Paper

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

Page 43: Penanaman Modal Paper

PENUTUP

 

1. A.    Kesimpulan

1. Undang – undang nomor 11 tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing

menyebutkan bahwa : “pengertian penanaman modal dalam undang – undang ini

hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut

atau berdasarkan ketentuan – ketentuan undang – undang ini dan yang digunakan 

untuk  menjalankan  perusahaan  di  Indonesia,  dalam  artian  bahwa pemilik modal

secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut”

2. Dalam Undang-Undang no 6 tahun 1968 dan Undang-Undang nomor 12 tahun  1970 

tentang  Penanaman  Modal  Dalam  Negeri  (PMDN),  disebutkan terlebih dulu definisi

modal dalam negeri pada pasal 1, yaitu sebagai berikut :

c)      Undang-undang ini dengan “modal dalam negeri” adalah : bagian dari kekayaan 

masyarakat  Indonesia  termasuk  hak-hak  dan  benda-benda, baik yang dimiliki

Negara  maupun swasta asing yang berdomosili di Indonesia  yang  disisihkan  atau 

disediakan  guna  menjalankan  suatu usaha sepanjang modal  tersebut tidak diatur

oleh ketentuan-ketentuan pasal 2 UU No. 12 tahun 1970 tentang penanaman modal

asing.

d)     Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri tersebut dalam ayat 1 pasal ini

dapat terdiri atas perorangan dan/ atau badan hukum yang didirikan berdasarkan

hukum yang berlaku di Indonesia. Kemudian dalam Pasal 2 disebutkan bahwa, Yang

dimaksud dalam Undang- Undang   ini   dengan   “Penanaman   Modal   Dalam  

Negeri”   ialah penggunaan daripada kekayaan seperti tersebut dalam pasal 1, baik

secara langsung atau tidak langsung untuk menjalankan usaha menurut atau

berdasarkan ketentuanketentuan Undang-Undang ini.

1. Penyelesaian sengketa penanaman modal dibagi menjadi:

1. Penyelesaian sengketa penanaman modal antara pemerintah dengan investor asing

Page 44: Penanaman Modal Paper

2. Penyelesaian sengketa penanaman modal antara pemerintah dengan investor

Domestik

2. Ada beberapa kasus yang berkaitan dengan penanaman modal di Indonesia. Salah

satunya adalah kasus PT.Indosat. dan jika dilihat dari sebagian besar kasus yang ada,

maka permasalahan dalam bidang penanaman modal adalah karena kurangnya

kepastian hukum bagi para investor, khususnya investor asing di Indonesia.

 

Saran

1. Dalam jangka pendek, pemerintah harus segera memperbaiki iklim investasi. Untuk

memperbaiki iklim investasi tersebut, pemerintah perlu melakukan beberapa tindakan

nyata, antara lain segera menerbitkan undang-undang investasi yang baru,

menetapkan batas waktu pemberian perizinan investasi, dan menerbitkan peraturan

pelaksanaan UU Pemerintahan Daerah yang dapat menjamin kepastian hukum.

2. Membenahi tatanan hukum, khususnya dalam hal penegakan hukum.

Page 45: Penanaman Modal Paper

DAFTAR PUSTAKA

 

Ismail Suny dan Rochmat Rudiro, Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang

Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri, (Jakarta: Pradjna Paramita, 1998)

 

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media,

2004)

 

Ida  Bagus  Rahmdi  Supancana,  Kerangka  Hukum  dan  Kebijakan  Investasi 

Langsung  di Indonesia, (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2006)

 

Page 46: Penanaman Modal Paper

Salim H. S. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2008)

 

Undang-Undang  Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal

 

[1] Ida  Bagus  Rahmdi  Supancana,  Kerangka  Hukum  dan  Kebijakan  Investasi 

Langsung  di Indonesia, (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2006), hal. 1.

[2] Salim H. S. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2008), hal. 174.

[3] Ismail Suny dan Rochmat Rudiro, Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang

Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri, (Jakarta: Pradjna Paramita, 1998),

hal. 108.

[4] Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media,

2004)

[5] Ibid., hal. 62-63.

[6] Salim H. S. dan Budi Sutrisno, op. cit., hal. 354.

[7] Ibid., hal. 355.

[8] Undang-Undang Penanaman Modal, Psl. 32 ayat  (4).

Share this: