Penalaran Hukum (Part 1)

17
PENALARAN PENALARAN HUKUM HUKUM

Transcript of Penalaran Hukum (Part 1)

Page 1: Penalaran Hukum (Part 1)

PENALARAN PENALARAN HUKUMHUKUM

Page 2: Penalaran Hukum (Part 1)

PrologProlog

Identitas Pengajar:Identitas Pengajar:

Nama Nama : : Dr. Dr. Jonaedi Efendi, S.H.I., M.H.Jonaedi Efendi, S.H.I., M.H.

Pendidikan TerakhirPendidikan Terakhir : S3 Ilmu Hukum Univ. Brawijaya : S3 Ilmu Hukum Univ. Brawijaya MalangMalang

Pekerjaan Pekerjaan : Dosen FH. Ubhara: Dosen FH. Ubhara

Dosen FS. IAIN Dosen FS. IAIN

Ketua Pusat Studi & Advokasi InvestasiKetua Pusat Studi & Advokasi Investasi

Pascasarjana Univ.BhayangkaraPascasarjana Univ.Bhayangkara

Ketua Program Studi Magister HukumKetua Program Studi Magister Hukum

EmailEmail : : [email protected]

FacebookFacebook : Jonaedi Efendi/: Jonaedi Efendi/ [email protected]

MobileMobile : 081 230 444 797: 081 230 444 797

Page 3: Penalaran Hukum (Part 1)

Kontrak BelajarKontrak Belajar1.1. Toleransi Keterlambatan 15 Menit (Berlaku Bagi Toleransi Keterlambatan 15 Menit (Berlaku Bagi

Dosen & Mahasiswa)Dosen & Mahasiswa)2.2. Masing-Masing Mahasiswa Harus memiliki Masing-Masing Mahasiswa Harus memiliki

Akun Email.Akun Email.3.3. Mahasiswa diperkenankan tidak masuk kelas Mahasiswa diperkenankan tidak masuk kelas

maksimal 4 kali tatap muka, lebih dari itu maksimal 4 kali tatap muka, lebih dari itu langsung diberikan nilai D.langsung diberikan nilai D.

4.4. Dosen Minimal harus mengisi 10 kali tatap Dosen Minimal harus mengisi 10 kali tatap muka, kurang dari itu dapat diprotes ke Dekan muka, kurang dari itu dapat diprotes ke Dekan dan tidak berhak menyelenggarakan UAS dan tidak berhak menyelenggarakan UAS

Page 4: Penalaran Hukum (Part 1)

Sistem PenilaianSistem Penilaian

1.1. Bagi Mahasiswa dengan Absensi Penuh diapresiasi Bagi Mahasiswa dengan Absensi Penuh diapresiasi dengan Nilai A (dengan tetap mengikuti UTS, UAS dengan Nilai A (dengan tetap mengikuti UTS, UAS dan Tugas)dan Tugas)

2.2. Bagi Mahasiswa dengan 2 kali absen, Bagi Mahasiswa dengan 2 kali absen, dipertimbangkan untuk tidak mendapatkan nilai A.dipertimbangkan untuk tidak mendapatkan nilai A.

3.3. Nilai UTS, UAS dan Tugas diperlukan untuk Nilai UTS, UAS dan Tugas diperlukan untuk mengkategorikan nilai mahasiswa (A-, A, A+,dll)mengkategorikan nilai mahasiswa (A-, A, A+,dll)

4.4. Penugasan dengan Standar Ilmiah dan dikirim Penugasan dengan Standar Ilmiah dan dikirim melalui email.melalui email.

5.5. Selamat belajar & Semoga SuksesSelamat belajar & Semoga Sukses

Page 5: Penalaran Hukum (Part 1)

Sistem PerkuliahanSistem Perkuliahan

Page 6: Penalaran Hukum (Part 1)

SilabusSilabus

Page 7: Penalaran Hukum (Part 1)

Sebuah Ungkapan Sebuah Ungkapan Dirimu dan diriku adalah para pencariDirimu dan diriku adalah para pencariMencari bagian-bagian terindah dari Ilmu Mencari bagian-bagian terindah dari Ilmu

TuhanTuhan

Bila mencari..carilah dengan sepenuh hati,Bila mencari..carilah dengan sepenuh hati,

bingkailah dengan komitmen dan keyakinanbingkailah dengan komitmen dan keyakinan

hiasilah dengan ketekunan dan kedisiplinanhiasilah dengan ketekunan dan kedisiplinan

Maka disuatu hari yang tak pasti Maka disuatu hari yang tak pasti

Dirimu dan diriku akan tibaDirimu dan diriku akan tiba

Pada saat yang indahPada saat yang indah

Page 8: Penalaran Hukum (Part 1)

PeristilahanPeristilahan Istilah logika berasal dari bahasa Yunani : “Logike” Istilah logika berasal dari bahasa Yunani : “Logike”

(kata sifat), “Logos” (kata benda). Definisi Logika : (kata sifat), “Logos” (kata benda). Definisi Logika : “Ilmu atau disiplin ilmiah yang mempelajari jalan “Ilmu atau disiplin ilmiah yang mempelajari jalan pikiran yang dinyatakan atau diungkapkan dalam pikiran yang dinyatakan atau diungkapkan dalam bahasa”.bahasa”.

Legal Reasoning/legal Method/ Argumentasi Yuridik/ Legal Reasoning/legal Method/ Argumentasi Yuridik/ Metode Berpikir yuridis/ Element of argument of Metode Berpikir yuridis/ Element of argument of law/ Penalaran hukumlaw/ Penalaran hukum

Definisi Logika : “Ilmu atau disiplin ilmiah yang Definisi Logika : “Ilmu atau disiplin ilmiah yang mempelajari jalan pikiran yang dinyatakan atau mempelajari jalan pikiran yang dinyatakan atau diungkapkan dalam bahasa”.diungkapkan dalam bahasa”.

Obyek studi Logika : kegiatan berfikir (bukan proses Obyek studi Logika : kegiatan berfikir (bukan proses berfikir)berfikir)

Page 9: Penalaran Hukum (Part 1)

Penalaran tentang hukum yaitu pencarian Penalaran tentang hukum yaitu pencarian “reason” tentang hukum atau pencarian dasar “reason” tentang hukum atau pencarian dasar

tentang bagaimana seorang hakim memutuskan tentang bagaimana seorang hakim memutuskan perkara/ kasus hukum, seorang pengacara meng-perkara/ kasus hukum, seorang pengacara meng-argumentasi-kan hukum dan bagaimana seorang argumentasi-kan hukum dan bagaimana seorang

ahli hukum menalar hukumahli hukum menalar hukum

PengertianPengertian

Page 10: Penalaran Hukum (Part 1)

Suatu kegiatan untuk mencari dasar hukum yang Suatu kegiatan untuk mencari dasar hukum yang terdapat di dalam suatu peristiwa hukum, baik terdapat di dalam suatu peristiwa hukum, baik yang merupakan perbuatan hukum (perjanjian, yang merupakan perbuatan hukum (perjanjian,

transaksi perdagangan, dll) ataupun yang transaksi perdagangan, dll) ataupun yang merupakan kasus pelanggaran hukum (pidana, merupakan kasus pelanggaran hukum (pidana,

perdata, ataupun administratif) dan perdata, ataupun administratif) dan memasukkannya ke dalam peraturan hukum memasukkannya ke dalam peraturan hukum

yang ada.yang ada.

Page 11: Penalaran Hukum (Part 1)
Page 12: Penalaran Hukum (Part 1)

Fungsi Penalaran HukumFungsi Penalaran Hukum

Page 13: Penalaran Hukum (Part 1)

Penalaran Hukum/Argumentasi Penalaran Hukum/Argumentasi HukumHukum

Berpikir Yuridik adalah suatu cara berpikir tertentu, yakni Berpikir Yuridik adalah suatu cara berpikir tertentu, yakni terpola dalam konteks sistem hukum positif dan kenyataan terpola dalam konteks sistem hukum positif dan kenyataan kemasyarakatan, untuk memelihara stabilitas dan predikbilitas kemasyarakatan, untuk memelihara stabilitas dan predikbilitas demi menjamin ketertiban, dan kepastian hukum, untuk demi menjamin ketertiban, dan kepastian hukum, untuk menyelesaikan kasus konkret secara impersial- objektif-adil menyelesaikan kasus konkret secara impersial- objektif-adil manusiawi.manusiawi.

Berfikir yuridik adalah metode berpikir yang digunakan untuk Berfikir yuridik adalah metode berpikir yang digunakan untuk memperoleh, menata, memahami dan mengaplikasikan memperoleh, menata, memahami dan mengaplikasikan pengetahuan hukum.pengetahuan hukum.

Model berpikirnya adalah model berpikir problematik-Model berpikirnya adalah model berpikir problematik-tersistematisasi mengacu tujuan hukum, fungsi hukum, dan tersistematisasi mengacu tujuan hukum, fungsi hukum, dan cita hukum.cita hukum.

Page 14: Penalaran Hukum (Part 1)

Dipandang dari sudut cara bekerjanya, berpikir yuridik Dipandang dari sudut cara bekerjanya, berpikir yuridik adalah berpikir secara analitik-sistematik-logikal-rasional adalah berpikir secara analitik-sistematik-logikal-rasional terorganisasi dalam kerangka tertib kaidah-kaidah hukum terorganisasi dalam kerangka tertib kaidah-kaidah hukum positif secara kontekstual. positif secara kontekstual.

Penalaran hukum adalah proses menalar dalam kerangka Penalaran hukum adalah proses menalar dalam kerangka dan berdasarkan tata hukum positif mengidentifikasi hak-dan berdasarkan tata hukum positif mengidentifikasi hak-hak dan kewajiban- kewajiban yuridik dari subyek-subyek hak dan kewajiban- kewajiban yuridik dari subyek-subyek hukum tertentu. Penalaran hukum adalah pproses hukum tertentu. Penalaran hukum adalah pproses penggunaan alasan-alasan hukum (legal reasons) dalam penggunaan alasan-alasan hukum (legal reasons) dalam menetapkan pendirian hukum yang dirumuskan dalam menetapkan pendirian hukum yang dirumuskan dalam putusan hukum.putusan hukum.

Penalaran adalah suatu proses, suatu kegiatan dalam akal Penalaran adalah suatu proses, suatu kegiatan dalam akal budi manusia yang didalamnya berlangsung gerakan/alur budi manusia yang didalamnya berlangsung gerakan/alur dari suatu premis ke premis-premis lainnya untuk mencapai dari suatu premis ke premis-premis lainnya untuk mencapai suatu kesimpulan.suatu kesimpulan.

Page 15: Penalaran Hukum (Part 1)

Kesimpulan adalah suatu pendirian yang dibangun atas Kesimpulan adalah suatu pendirian yang dibangun atas dasar premis-premis yang diajukan dalam penalaran itu.dasar premis-premis yang diajukan dalam penalaran itu.

Tiap premis dan kesimpulan mewujudkan diri sebagai Tiap premis dan kesimpulan mewujudkan diri sebagai sebuah pernyataan yang dalam logika disebut proposisi. sebuah pernyataan yang dalam logika disebut proposisi. Dalam Logika produk dari kegiatan itu disebut argumentasi.Dalam Logika produk dari kegiatan itu disebut argumentasi.

Sebuah argumentasi tersusun atas sekelompok pernyataan Sebuah argumentasi tersusun atas sekelompok pernyataan yang didalamnya salah satu pernyataan pernyataan lainnya yang didalamnya salah satu pernyataan pernyataan lainnya dari kelompok pernyataan tersebut yang masing-masing dari kelompok pernyataan tersebut yang masing-masing disebut premis atau argumen. Produk dari penalaran hukum disebut premis atau argumen. Produk dari penalaran hukum ( legal reasoning) disebut argumentasi yuridik. ( legal reasoning) disebut argumentasi yuridik. kesimpulannya disebut pendirian hukum atau pendapat kesimpulannya disebut pendirian hukum atau pendapat hukum, yakni substansi putusan hukum. Premis-premisnya hukum, yakni substansi putusan hukum. Premis-premisnya terdiri atas kaidah-kaidah hukum positif dan fakta-fakta.terdiri atas kaidah-kaidah hukum positif dan fakta-fakta.

Page 16: Penalaran Hukum (Part 1)

Asas-asas hukum berfikir : Asas-asas hukum berfikir : (the laws of thought)(the laws of thought)

1. Asas identitas (1. Asas identitas (principle of identityprinciple of identity) yang dapat ) yang dapat dirumuskan : A adalah A dirumuskan : A adalah A

(A = A), setiap hal adalah apa dia itu adanya, setiap (A = A), setiap hal adalah apa dia itu adanya, setiap hal adalah sama (identik) dengan dirinya sendiri, hal adalah sama (identik) dengan dirinya sendiri, setiap subyek adalah predikatnya sendiri.setiap subyek adalah predikatnya sendiri.

2. Asas kontradiksi (2. Asas kontradiksi (principle of contradictionprinciple of contradiction) yang ) yang dapat dirumuskan A adalah tidak sama dengan bukan dapat dirumuskan A adalah tidak sama dengan bukan A (non-A) atau A adalah bukan non-A; keputusan-A (non-A) atau A adalah bukan non-A; keputusan-keputusan yang saling berkontradiksi tidak dapat dua-keputusan yang saling berkontradiksi tidak dapat dua-duanya benar, dan sebaliknya tidak dapat dua-duanya duanya benar, dan sebaliknya tidak dapat dua-duanya salah.salah.

Page 17: Penalaran Hukum (Part 1)

3. Asas pengecualian kemungkinan ketiga (3. Asas pengecualian kemungkinan ketiga (principle of principle of excluded middleexcluded middle) dapat dirumuskan; setiap hal adalah ) dapat dirumuskan; setiap hal adalah A atau bukan-A; Keputusan-keputusan yang saling A atau bukan-A; Keputusan-keputusan yang saling berkontradiksi tidak dapat dua-duanya salah. Juga berkontradiksi tidak dapat dua-duanya salah. Juga keputusan-keputusan itu tidak dapat menerima keputusan-keputusan itu tidak dapat menerima kebenaran dari sebuah keputusan ketiga atau diantara kebenaran dari sebuah keputusan ketiga atau diantara keduanya; salah satu dari dua keputusan tersebut keduanya; salah satu dari dua keputusan tersebut harus benar, dan kebenaran yang satu bersumber pada harus benar, dan kebenaran yang satu bersumber pada kesalahan yang lain.kesalahan yang lain.

4.4. Asas alasan yang cukup (Asas alasan yang cukup (principle of sufficient principle of sufficient reasonreason) dapat dirumuskan : tiap kejadian harus ) dapat dirumuskan : tiap kejadian harus mempunyai alasan yang cukup.mempunyai alasan yang cukup.

5. Asas bahwa kesimpulan tidak boleh melampaui daya 5. Asas bahwa kesimpulan tidak boleh melampaui daya dukung dari premis-premisnya atau pembuktiannya dukung dari premis-premisnya atau pembuktiannya ((do not go beyond the evidencedo not go beyond the evidence).).