Pemuridan Seni Yang Hilang

download Pemuridan Seni Yang Hilang

of 84

Transcript of Pemuridan Seni Yang Hilang

PEMURIDAN SENI YANG HILANG (The Lost Art of Disciple-Making) - LeRoy Eims -

DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN II. PRAKATA III. ISI 1. PENTINGNYA MELIPATGANDAKAN MURID o Murid yang Bertindak o Unsur Penting: Pertolongan Perorangan o Melipatgandakan atau Tidak 2. CONTOH-CONTOH LATIHAN PEMURIDAN DALAM ALKITAB o Prinsip Pemilihan o Prinsip Hubungan Akrab o Prinsip Pembinaan 3. MENJADIKAN MURID DALAM GEREJA YANG MULA-MULA o Teladan dan Amanat Yesus o Hari Pentakosta o Pelayanan Bimbingan Orang Kristen Baru o Teladan Rasul Paulus 4. SEORANG MENOLONG ORANG LAIN o Motivasi untuk Pemuridan dan Pelibatan dengan Orang Lain o Persekutuan dengan Tuhan o Bersaksi Bagi Tuhan 1

5. PROSES MENJADIKAN MURID o Keperluan-Keperluan Seorang yang Bertobat o Keperluan-Keperluan Dasar Bagi Seorang Kristen yang Bertumbuh o Ciri-ciri Utama Dalam Pertumbuhan 6. TUJUAN LATIHAN BAGI SEORANG MURID o Tujuan Latihan o Kesaksian Pribadi o Penerapan Firman Tuhan o Gambar Roda o Gambar Tangan Firman 7. PEMBINA-PEMBINA MURID MASIH SEDIKIT o Ciri-ciri Calon Pembina Murid o Prinsip Pelibatan Diri o Apa yang Dicari Dalam Diri Seorang Calon Pembina Murid o Apa yang Perlu Diutamakan dalam Melatih Seorang Pembina Murid 8. BAGAIMANA MENGEMBANGKAN PEMBINA-PEMBINA MURID o Pembinaan Melalui Teladan o Latihan Secara Perorangan o Cara Memecahkan Persoalan 9. TUJUAN LATIHAN BAGI SEORANG PEMBINA MURID o Hati yang Mengasihi Orang o Gairah akan Visi Pelipatgandaan o Sikap Sebagai Pelayan o Anggota Penting dalam Regu Pemuridan o Sikap Sukarela o Teladan Baik o Seorang Saksi yang Berhasil o Seorang Pemimpin Pelajaran Alkitab o Seorang yang Peka Terhadap Orang Lain o Seorang Pemikir 10. PERLUNYA KEPEMIMPINAN o Pentingnya Pemilihan o Unsur Waktu 11. BAGAIMANA MELATIH PEMIMPIN-PEMIMPIN o Mengembangkan Kehidupan Rohani yang Mendalam o Menemukan Pekerjaan dan Karunia-karunianya o Mengembangkan Kekuatannya o Melatih Dia dalam Kepemimpinan o Mengambil Langkah-Langkah untuk Penambahan Imannya o Menghaluskan Kemampuan Pelayanannya o Belajar Menjadi Bijaksana o Belajar Kemahiran Berkomunikasi o Mempunyai Dasar Asas Kepercayaan yang Kuat 12. YAKIN DAN TIDAK MALU LAMPIRAN 1 TUJUAN-TUJUAN PEMBINAAN MURID YESUS LAMPIRAN 2 CARA MELIPATGANDAKAN PELAYANAN LAMPIRAN 3 CIRI-CIRI KHAS CALON MURID, MURID PEMBINA MURID, DAN PEMIMPIN LAMPIRAN 4 UNSUR WAKTU TERLIBAT DALAM TIGA PROSES LATIHAN

2

PENDAHULUAN Tuhan Yesus telah datang untuk menyelamatkan manusia, dan untuk maksud inilah Ia mati. Namun dalam pelayananNya menuju salib, Ia memusatkan pelayananNya kepada pembentukan beberapa murid. Murid- murid-Nya digembleng agar mereka dapat melanjutkan pekerjaanNya sehingga melalui proses pelipatgandaan tersebut, Injil akan sampai ke ujung bumi. Dengan cara demikian teladan Tuhan Yesus menjadi pola bagi mereka yang bermaksud mengikuti jejakNya -- suatu patokan yang dijelaskan dalam Amanat AgungNya untuk "menjadikan semua bangsa muridKu." Setiap orang yang menerima Kristus terpanggil untuk menjadikan murid menurut karunianya. Sayang sekali banyak orang Kristen yang tidak mengerti maksud Tuhan ini. Demikian pula dengan orang-orang Kristen yang menduduki jabatan kepemimpinan di dalam gereja. Mereka sering kali tidak mengetahui bagaimana cara mengajar orang lain untuk melakukan segala sesuatu yang dipesankan Tuhan kepada kita. Jadi tidaklah mengherankan jika banyak orang yang gagal dalam perjalanan imannya, apalagi dalam menumbuhkan potensi pelayanan mereka. Oleh karena itu saya mengusulkan buku catatan ini. Buku ini berisi cara-cara yang nyata dalam pemuridan orang lain; bukan sesuatu program yang melembaga, tetapi suatu pedoman yang sangat jelas bagi setiap diri pribadi. LeRoy Eims menulis bukan hanya berdasarkan teori saja tetapi berdasarkan pengalaman. Bertahuntahun ia sendiri yang aktif terjun dalam pembinaan kehidupan banyak orang. Ada puluhan orang yang sekarang sedang menuai ladang yang luas di seluruh dunia yang dapat bersaksi tentang kesetiaan Eims dalam pelayananya dengan mereka. Cara penulisannya mencerminkan dasar-dasar pemuridan dalam Perjanjian Baru. Setiap orang yang membaca buku ini pasti akan memperoleh manfaatnya. Namun lebih dari itu penerapannya akan menghasilkan banyak jiwa yang hidup dan bergerak untuk melaksanakan Amanat Agung. - Robert E. Coleman PRAKATA Pada waktu anak saya masih di sekolah dasar, kami sering berjalan-jalan bersama. Kami berjalan di antara pohon-pohon yang tinggi dan di antara bermacam-macam tanaman serta bunga di daerah yang indah tak jauh dari tempat tinggal kami. Pada suatu hari kami bercakap-cakap tentang sebuah pohon kecil di pinggir jalan. Saya menjelaskan kepadanya bahwa kita harus bangga akan pohon kecil itu. Walaupun ia tidak sebesar pohon cemara, tetapi ia sudah bertumbuh semaksimal mungkin menurut kekuatannya. Ia bertumbuh sesuai dengan sinar dan air hujan yang diserapnya. Para bayi juga serupa dengan contoh pohon itu. Mereka bertumbuh jika ada orang yang mau menolongnya. Mereka senang sekali jika ada orang yang mau memberinya makan. Sekarang anak saya sudah bertumbuh, menikah, dan mempunyai anak. Saya kagum menyaksikan bagaimana ia memberi makan anaknya. Pada waktu anaknya melihat makanan, kegembiraannya luar biasa. Yang kami lakukan adalah meletakkan makanan itu di tempat yang terjangkau olehnya, dan dia sendirilah mengambilnya. Semua orang yang percaya dalam Yesus Kristus mempunyai hak untuk memperoleh pemeliharaan dan pertumbuhan. Setiap orang Kristen baru, diharapkan menumbuhkan kemampuannya secara penuh bagi Allah. Dan kebanyakan dari mereka akan bertumbuh demikian. Jika ada seseorang yang memberikan makanan di tempat yang terjangkau olehnya; jika ada seseorang yang cukup mau memperlihatkannya dan sedikit menderita, sedikit berkorban, dan banyak berdoa untuk dia. Dalam buku ini kita akan melihat proses pertumbuhan dalam diri seorang Kristen, dari saat orang itu datang kepada Kristus sampai orang itu menjadi murid dan kemudian menjadi seorang pembina murid. Kita akan memeriksa pemeliharaan dan bimbingan apakah yang diperlukan untuk mengembangkan seorang pekerja yang memenuhi syarat rohani di dalam gereja Yesus Kristus. 3

Konsep-konsep yang akan kami kemukakan dan periksa tidak akan menghasilkan pertumbuhan cepat atau kematangan yang segera. Pertumbuhan yang sungguh-sungguh membutuhkan air mata dan kasih dan kesabaran. Seorang pemimpin memerlukan iman untuk melihat orang-orang lain menjadi seperti yang diharapkan dan diinginkan Allah. Untuk menolong mereka sampai pada tujuan itu ada juga pengetahuan yang diperlukan. Buku ini tidak merupakan buku yang sempurna berkenaan dengan proses melatih. Buku ini juga tidak mengandung seluruh jawaban dari persoalan pertumbuhan rohani. Buku ini mencoba menyediakan keterangan untuk menolong para pemimpin Kristen menguatkan suatu bagian dari keseluruhan rangkaian mata rantai pelayanan mereka bagi Kristus. Buku ini tidak juga merupakan semua mata rantai itu. Buku ini hanya berkenaan dengan satu mata rantai; bagaimana melatih pekerja-pekerja Kristen yang kerohaniannya memenuhi syarat bagi Kristus. Buku ini didasarkan pada penyelidikan Firman Allah dan pengalaman banyak orang yang mengabdikan dirinya untuk menjadikan murid dan menolong menghasilkan pekerja-pekerja demi Kristus. Buku ini diterbitkan dengan doa kiranya Roh Kudus akan memakainya untuk menguatkan kelemahan di sana sini, yaitu menolong orang-orang Kristen agar menjadi alat yang lebih efektif dalam pelayanannya bagi Tuhan. -LeRoy Eims-

1. Pentingnya Melipatgandakan Murid Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak (Kisah 6:7). Pada suatu hari seorang pendeta yang sibuk minta saya untuk bertemu dengan dia untuk membicarakan tentang cara melatih orang di gerejanya. Ia menggembalakan sebuah gereja yang bertumbuh dan sehat. Sering ada orang yang menerima Kristus. Jumlah hadirin bertambah sampai ia harus mengadakan kebaktian Hari Minggu pagi dua kali. Ternyata Allah memberkati pelayanannya. Tetapi pendeta itu juga mempunyai persoalan. Kecuali ia melatih pekerja-pekerja yang kerohaniannya memenuhi syarat, ia tahu bahwa banyak orang Kristen baru tidak dapat memperoleh pertolongan yang diperlukannya dalam pertumbuhan rohani. Juga mereka tidak dapat berkembang menjadi murid Yesus Kristus yang kuat. Dan pendeta itu tahu bahwa ia adalah kuncinya. Keseluruhan proses itu harus dimulai dari dia. Ia tidak dapat menyerahkannya kepada orang lain. Sebagai pemimpin rohani dari orang- orang itu, ia harus menjadi perintis dalam pelayanan itu. Persoalan yang lain: ia sibuk sekali. Banyak hal menuntut perhatiannya; banyak orang menuntut waktunya. Seperti banyak pendeta lainnya, ia memakai banyak waktunya untuk mengatasi persoalanpersoalan kecil dalam gerejanya. Satu soal belum selesai, soal lainnya sudah timbul. Pendeta itu menggunakan terlalu banyak waktu untuk melayani orang-orang yang selalu mempunyai banyak persoalan. Dia sibuk membereskan persoalan, mendamaikan seorang dengan yang lain, mengurus perselisihan keluarga yang sulit, dan menghadapi 1001 soal lainnya. Ia menjadi frustasi. Tetapi ia mempunyai angan-angan. Kadang-kadang ia masuk ke dalam kamar belajarnya, dan memikirkan keadaannya dari segi lain. Ia melamun, tidakkah lebih baik jika ia memiliki orang-orang yang kerohaniannya telah bertumbuh untuk menolong mengatasi persoalan-persoalan "rohani" yang terus-menerus timbul digereja ini? Yang ia maksudkan bukanlah orang-orang yang hanya membawakan pita rekaman khotbah pendeta untuk orang-orang di penjara, membagikan makanan, pakaian dan bantuan keuangan untuk yang memerlukan, mengajar di Sekolah Minggu, atau menolong pendeta mengatur urusan dan keungan gereja. Maksudnya ialah orang-orang yang mengetahui bagaimana memenangkan orang kepada Kristus dan kemudian membimbingnya dari saat pertobatannya sampai menjadi seorang murid yang kokoh, berserah, mengabdi, berbuah, dan dewasa; dan yang pada suatu waktu dapat mengulangi proses itu dalam kehidupan orang lain.

4

Teman saya tersenyum di dalam kamar belajarnya sebab lamunan yang indah itu. Kemudian ia merasa gentar kembali melihat kenyataan yang sebenarnya. Dan ialah orang satu-satunya di dalam sidang itu yang memenuhi syarat secara rohani dan dapat menolong. Maka ia mengesampingkan lamunannya, membawa Alkitabnya, dan keluar pintu. Sesudah kami membicarakan bersama-sama mengenai bagaimana menjadikan orang murid dan bagaimana melatih pekerja, pendeta itu kembali kegerejanya dan mulai menjalankan prinsip-prinsip yang saya utarakan kepadanya dan yang diajarkan di dalam buku ini. Dewasa ini, melalui pelayanannya timbul secara tetap arus murid- murid dan pekerja-pekerja yang mempengaruhi masyarakat sekitarnya bagi Kristus. Orang-orang dari gereja ini dipakai oleh Allah untuk memenangkan orang lain kepada Kristus dan menolong orang-orang yang bertobat itu, supaya mengulangi proses itu. Murid yang Bertindak Marilah kita melihat pada adegan lainnya. Ada empat pasang suami istri yang mengadakan pertemuan satu malam setiap minggu untuk mempelajari Alkitab. Sejak pertemuannya dimulai empat bulan sebelumnya, tiga diantaranya bertobat kepada Kristus. Pertemuan itu dipimpin oleh salah seorang awam dari gereja. Pada suatu malam baru saja mereka memulai suatu diskusi yang menarik, telepon berdering. "Joe ada di sana?" Joe adalah salah seorang Kristen baru yang baru empat bulan lamanya percaya. "Ya, tetapi ia sedang sibuk saat ini. Ia sedang mengikuti pelajaran Alkitab." "Tolonglah, saya harus berbicara dengan dia." Suara itu iba sekali. "Baiklah." Joe mengangkat telepon itu dan mendengarkan. "Baik," katanya. "Saya segera datang." Joe menjelaskan kepada kelompok itu. Teman kerjanya ingin agar ia datang dan menolongnya. Ada pertengkaran di antara suami dan istrinya, dan istri temannya itu sudah tidak menghiraukan dia lagi. Sudah lama keluarga ini berantakan, dan joe merasa ia harus pergi dan berbuat sedapatnya. Pemimpin kelompok pelajaran Alkitab itu merasa tindakan Joe itu benar. Dan sedang Joe pergi, kelompok itu berdoa. Maka Joe, seorang Kristen yang telah percaya baru empat bulan itu, mengambil Alkitabnya dan pergi untuk mencoba menyelamatkan suatu pernikahan. Kelompok Pelajaran Alkitab itu berubah menjadi kelompok doa. Tiga minggu kemudian saya berjumpa dengan pemimpin kelompok itu dan mendengar berita yang hebat. Joe telah dipakai oleh Allah untuk memimpin suami istri itu kepada Kristus. Sekarang Joe sedang dalam proses pemimpin mereka dalam mempelajari Firman Tuhan. Sebagai akibatnya, pemimpin itu harus mulai meluangkan waktu sedikit dengan Joe untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya, sebab ia dengan istrinya telah mulai memimpin orang Kristen baru untuk mempelajari Firman Tuhan. Memang sebelumnya juga Joe adalah seorang yang selalu ingin tahu. Terlebih lagi sekarang. Ia tahu bahwa ia memerlukan banyak pertolongan. Pemimpinnya senang menolong dia. Ia dapat melihat bahwa Tuhan memakai waktu itu untuk memperdalam hubungan mereka dan memperdalam kehidupan Joe di dalam Tuhan. Keadaan ini juga merupakan tantangan bagi anggota lainnya dalam kelompok Joe. Jelas sekali bagi mereka bahwa lambat atau cepat Tuhan juga akan memberi kesempatan untuk membagikan apa yang telah mereka pelajari. Keadaan itu menjadikan pelajaran Alkitab itu lebih berarti bagi mereka semua. Adegan di atas, dengan berbagai keadaan yang berlainan, terulang di banyak tempat di dunia ini. 5

Dahulu konsep melipatgandakan murid itu tidak dapat diterima seperti pada dewasa ini. Sebenarnya, beberapa waktu yang lalu, hanya sedikit orang yang melakukannya. Tetapi sekarang lebih banyak orang yang kembali kepada proses Alkitabiah. Unsur Penting: Pertolongan Perorangan Tak lama sesudah istri saya, Virginia, dan saya menjadi orang Kristen, kami berjumpa dengan Waldron Scott, seorang pemuda yang sebaya dengan kami dan yang menaruh minat secara pribadi terhadap kami. Ia pernah mendapat pertolongan di dalam kehidupan Kristennya oleh seorang temannya ketika ia masih berada di Angkatan Udara. Kami adalah teman sekuliah, dan dia datang sekali seminggu ke rumah kami untuk membagikan kebenaran kerohanian dengan kami dan menolong kami dalam pertumbuhan rohani kami. Pekerjaannya yang sesungguhnya dengan kami mulai pada suatu hari ketika saya bertanya mengapa ada perbedaan yang sangat menyolok di antara kehidupan kekristenan kami. Mengapa demikian kerohaniannya dan Virginia dengan saya tidak seperti dia? Waldron dapat mengutip ayat- ayat seakanakan ia telah menghafalkannya. Sering kali ia menceritakan bagaimana Allah menjawab doanya. Kelihatannya ia mengenal Alkitabnya dengan baik. Malam itu Waldron datang kerumah kami dan menanyakan beberapa pertanyaan. Apakah saya membaca Alkitab dengan teratur? Tidak, hampir tak pernah. Apakah saya mempelajarinya? Oho, sekali ini saya menang. Minggu yang baru lalu pendeta kami berkhotbah dari Mat 6:33, dan saya sangat terkesan dengan ayat itu sehingga saya menghafalkannya sesampai di rumah. "Hebat!" kata Waldron. "Coba katakan ayat itu. Mari kita mendengarkannya." Saya tidak dapat mengingatnya lagi. Maka saya sadar bahwa ada sesuatu yang kurang dalam cara saya menghafalkan Firman Tuhan. Kemudian ia bertanya, "Apakah kau berdoa?" "Ya, tentu, "jawab saya kepadanya. "Saya selalu berdoa sebelum makan dengan doa yang telah saya hafalkan." Waktu itu kami sedang duduk-duduk dan makan makanan kecil. Maka saya berdoa: "Syukur, Tuhan, kami ucapkan, atas makanan yang Engkau berikan, mohon berkat Yesus Kristus, Amin." Pada suatu malam hari ketika mempelajari Alkitab, saya baru mengerti bahwa ternyata arti dan isi dan praktek doa itu lebih daripada hanya yang saya ucapkan. Waldron menawarkan kalau kami mau bertemu dengan dia dan membicarakan hal-hal yang telah menolong dia. Kami ingin sekali. Maka kami mulai. Waldron mengajar kami bagaimana membaca Alkitab dan mendapatkan sesuatu daripadanya. Ia mengajar kami bagaimana belajar Alkitab secara perorangan dan, dengan pertolongan Roh Kudus, menggunakan pelajaran-pelajaran itu dalam kehidupan kami. Ia mengajar kami untuk menghafalkan Firman supaya selama 24 jam sehari kehadiran Roh Kudus dirasakan. Ia mengajar kami bagaimana merenungkan Firman supaya Firman Tuhan itu mendarah daging dalam kehidupan. Ia mengajar kami bagaimana berdoa dan mengharapkan jawaban dari Allah. Tahun itu merupakan tahun yang penuh berkat bagi kami. Kami haus untuk belajar, dan Waldron bersedia meluangkan waktunya dengan kami. Tahun berikutnya saya mulai pada tingkat ke dua, dan Waldron masih meneruskan bertemu dengan kami. Kami tetap terus bertumbuh dan kehidupan Kristen saya penuh dengan pertemuan-pertemuan baru. Kami telah menemukan petualangan yang bermutu tinggi dari kehidupan yang berkelimpahan. Tuhan lebih menjadi bersifat pribadi dan nyata dalam hidup kami. Pada pertengahan semester pertama, seorang teman sekuliah datang kepada saya dan bertanya, "Tahukah LeRoy, saya memperhatikan kamu. Kehidupan Kristenmu sungguh sangat berbeda dengan saya." Dan ia menanyakan beberapa pertanyaan sama seperti yang pernah saya tanyakan kepada Waldron setahun sebelumnya. Saya tersenyum dan bertanya, "Yah, apakah Saudara membaca Alkitab secara teratur?" 6

"Tidak!" "Apakah Saudara mempelajarinya?" Tidak, lagi. "Apakah Saudara menghafalkan Firman Tuhan?" Tidak, ia juga tidak melakukannya. "Apakah Saudara berdoa?" Masih tidak. Saya menyarankan agar kami bertemu dan membicarakan hal-hal itu. Ia bergairah sekali. Maka kami mulai. Saya membagikan apa yang pernah dibagi Waldron kepada saya, dan teman itu mulai bertumbuh dalam kehidupan Kristen. Ia mulai menggali Alkitab, berdoa, dan bersaksi. Dan Roh Tuhan bekerja dengan sangat hebatnya dalam kehidupannya tahun itu. Tahun berikutnya saya pindah ke universitas lain, dan kawan saya itu pindah ke universitas yang lain lagi. Beberapa bulan sesudah kuliah mulai, saya menerima surat dari dia yang menarik sekali. Ia telah menghadiri persekutuan Kristen di kampus, dan seorang kawannya datang kepadanya dan menanyakan tentang kehidupan Kristennya. Kelihatannya mahasiswa itu menemukan perbedaan, dan ia ingin mengetahui sebabnya. Maka bertanyalah kawan saya itu kepada temannya beberapa pertanyaan yang berkenaan dengan pembacaan Alkitab, penyelidikan, hafalan, dan doa. Ia berminat melakukan hal-hal itu. Maka kawan saya itu mulai membagikan petunjuk-petunjuk dasar yang ia pernah pelajari dari saya dan yang pernah saya pelajari dari Waldron. Sementara itu, seorang mahasiswa Kristen datang kepada saya di kampus universitas saya .... dan demikianlah seterusnya. Sudah banyak tahun sampai saat ini saya terlibat dalam monolong orang lain secara perorangan dalam kehidupan Kristen mereka. Dewasa ini terlihat di banyak gereja dan oleh orang banyak minat yang bertumbuh dalam melipatgandakan murid. Melipatgandakan Atau Tidak? Beberapa tahun yang lalu saya bercakap-cakap dengan seorang Kristen muda yang bersemangat. "Bob," tanya saya, "hal apakah yang bagimu paling membawa sukacita dalam hidup ini?" "Akh, LeRoy, mudah sekali," jawabnya. "Membimbing seseorang kepada Kristus." Saya setuju dengannya. Setiap orang merasa bahagia pada waktu hal itu terjadi. Saudara bahagia, orang yang baru bertobat itu juga bahagia. Ada sukacita di dalam surga. "Tetapi," saya katakan kepada Bob, "ada sesuatu yang lebih menyenangkan daripada itu." Dia heran. Apa yang lebih hebat daripada membawa seseorang kepada Kristus? Saya melanjutkan. "Jika orang yang kau bawa kepada Kristus itu bertumbuh dan berkembang menjadi seorang murid yang mengabdikan diri kepada Tuhan, berbuah, menjadi dewasa, dan kemudian membimbing orang lain kepada Kristus dan menolong mereka melakukan hal yang sama." "Aha!" serunya. "Saya belum pernah memikirkannya!" Ia tidak pernah mendengar atau memikirkan hal itu, tetapi ia siap mulai menggunakan waktu untuk belajar, dan ia melakukannya. Dewasa ini banyak murid yang masak, menyerahkan diri, dan berbuah di dua benua oleh sebab pengaruh kehidupan Bob dan visinya untuk melipatgandakan murid. Pada suatu waktu, seorang kawan sekuliah saya dan saya memberikan suatu loka karya penginjilan di sebuah Seminari. Lokakarya itu berlangsung selama tiga hari, untuk dua setengah jam setiap pertemuan, dan hadirin cukup banyak. Pokok kami mengenai "Pemuridan di Gereja Setempat." Pada saat diskusi, seorang pendeta yang agak tua berbicara dan menceritakan pengalamannya dalam menjadikan murid diantara anggotanya di gereja. Ia telah memulai tiga tahun sebelumnya dan sekarang memiliki sekelompok orang yang setia yang dapat dipanggil sewaktu-waktu mereka diperlukan. Ia memulai dengan seorang; kemudian ia dan orang itu bekerja dengan dua orang lainnya yang sudah menyatakan minatnya. Proses pemuridan itu di teruskan, dan selang beberapa waktu 7

keempat mereka mulai bertemu dengan empat orang lainnya. Pelayanan itu berlipat ganda sampai sekarang ia memiliki kelompok orang-orang yang mengabdi dan yang sungguh-sungguh kerohaniannya memenuhi syarat dalam pekerjaan gereja. Pendeta tua itu mengatakan bahwa pelayanan ini lebih menguntungkan, memuaskan, dan menggairahkan daripada pelayanannya yang lain selama tigapuluh lima tahun. Sesudah semua itu dipaparkan, mata dari banyak mahasiswa seminari itu memancar dengan penuh gairah. Hampir-hampir mereka tidak tahan untuk menunggu-nunggu lagi untuk pergi ke tempat pelayanan mereka dan mulai melipatgandakan murid. Yang sangat saya sukai tentang pelayanan melipatgandakan murid ialah bahwa hal itu berdasarkan Alkitab dan dapat dijalankan. Pertama, hal itu adalah cara Alkitabiah untuk menolong menaati Amanat Agung Kristus (Matius 28:18-20), dan untuk menolong melatih pekerja - pekerja (Matius 9:37,38) yang dewasa ini, seperti pada zaman Kristus, masih sedikit. Kedua, saya telah menyaksikan pelaksanaannya dan hasilnya lebih dari duapuluh lima tahun. Ketika kami beberapa orang terlibat dalam pelayanan melipatgandakan murid dalam tahun 1950an, kami masih belum menyusun dan mengorganisasikannya dengan baik. Kami hanya menyebutnya "bekerja dengan beberapa orang." Tetapi sejak itu saya telah memperhatikan pendeta, ibu rumah tangga, utusan Injil, perawat, kontraktor bangunan, guru sekolah, dan pemilik toko terlibat dalam kehidupan beberapa orang itu. Saya telah melihat Tuhan memberkati usaha mereka dan melipatgandakan hidup mereka dalam Kristus ke dalam hidup orang lain. Pada waktu Saudara mulai memakai waktu Saudara secara pribadi dengan orang Kristen lain dengan maksud membangun dalam kehidupannya --waktu bersama membaca Firman, berdoa, bersekutu, berlatih secara sistematik-- ada sesuatu yang terjadi dalam hidup Saudara juga. Biarlah kiranya Allah mengaruniakan kesabaran, kasih dan ketekunan pada waktu Saudara membagikan kehidupan yang telah diberiNya kepada Saudara dengan orang lain. 2. Contoh-contoh Latihan Pemuridan Dalam Alkitab Ketika hari siang, Ia memanggil murid-muridNya kepadaNya, lalu memilih dari antara mereka duabelas orang, yang disebutnya rasul (Lukas 6:13). Bila seorang gembala sidang memperhatikan sidangnya, apa yang dilihat? Banyak macam kebutuhan. Barangkali ada orang yang belum menjadi Kristen. Ada orang yang sedang mencari-cari. Ada yang ingin tahu, dan ada sebagian yang telah dibawa ke gereja oleh seorang kawan yang menaruh perhatian. Ia melihat orang-orang yang berbeban berat dengan penderitaan dan orang-orang yang ditimpa tekanan-tekanan, keputusasaan, dan sakit hati. Gembala sidang itu melihat orang-orang Kristen muda yang bergairah dalam kehidupan barunya dalam Kristus. Ia melihat orang Kristen lama yang sudah pernah mendengar tentang semua itu tetapi acuh tak acuh. Ia melihat orang-orang yang setia hadir dalam semua kegiatan gereja. Gembala sidang itu melihat pengantin baru. Ia melihat mereka yang mengalami kesulitan dalam rumah tangganya. Ia melihat keluarga yang ada dalam kesukaran ekonomi; usahanya tidak berjalan lancar. Ia melihat usahawan yang berhasil dan suami yang kehilangan pekerjaan. Ia melihat petani yang menantikan hujan turun; kalau tidak, panennya akan gagal. Dan berbagai hal lainnya dilihatnya pada sidang itu. Pada waktu pengkhotbah itu berdiri dihadapan orang-orang itu, terlintas dalam pikirannya: "Bagaimana dapat saya melayani orang-orang itu dan memenuhi kebutuhan mereka hanya dengan satu atau dua kali berkhotbah saja setiap minggu?" Mungkin setiap orang di dalam sidang itu masing-masing mempunyai kebutuhannya sendiri. Apa jawaban bagi soalnya itu? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita harus bertanya dulu, "Apakah Yesus pernah menghadapi soal seperti itu?" Pelayanannya dipenuhi dengan mijizat-mujizat, kerumunan orang banyak, pekerjaan yang berat, kelesuan dan pertentangan rohani. Orang-orang kusta datang memerlukan sentuhanNya. Orang buta memanggil namaNya ketika ia lewat. Para ahli hukum mencoba untuk menipu Dia. Orang berdosa yang bermacam-macam mengasihi Dia, menyediakanNya makan, dan membasuh kakinya dengan air 8

mata. Berbondong-bondong orang mengikut dan mengelu-elukan Dia; orang - orang banyak itu kemudian menuntut kematianNya. HidupNya dipenuhi dengan segala macam bentuk emosi, segala macam perlawanan, dan segala macam kegiatan. Mendekati akhir pelayananNya, Yesus berbicara kepada BapaNya dalam doa syafaatNya yang dinaikkan untuk murid-muridNya. Ia mengatakan sesuatu yang mengejutkan: Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya (Yohanes 17:4). Mengapa hal itu sedemikian hebatnya? Tidakkah Yesus mempermuliakan Allah dengan segala pikiran, kata, dan perbuatan pada setiap saat dalam setiap hari selama hidupNya diantara manusia? Ya, memang betul. Dan itulah yang mengagumkan kalau dibandingkan dengan kegagalan kita. Tetapi yang mengherankan dalam pernyataanNya itu, Dan saya sudah menyelesaikan pekerjaan yang Bapa tugaskan kepada saya (KBMK). Kita sudah paham akan pekerjaan penebusan Kristus dan ingat kata-kataNya dari salib, Sudah selesai (Yoh 19:30). Oleh perbuatanNya yang mulia dan lengkap itu, Ia menebus kita; Ia mati bagi dosa-dosa kita; Ia membebaskan kita. Lalu apakah yang dimaksudkan pada waktu Ia mengatakan dalam doaNya, Aku telah menyelesaikan pekerjaan? Pada waktu Saudara membaca doanya dengan teliti, Saudara akan mendapatkan bahwa Ia tidak menyebutkan mujizat atau orang banyak, tetapi limapuluh kali Ia menyebutkan orang-orang yang Allah berikan di dunia ini, yaitu murid- muridNya. PekerjaanNya adalah dengan orang-orang itu. PelayananNya menyentuh beribu-ribu orang, tetapi Ia melatih duabelas orang. Ia menyerahkan nyawanya disalib bagi berjuta-juta orang, tetapi selama tiga setengah tahun Ia memberikan hidupNya secara khusus kepada duabelas orang. Dalam pengajaran dan khotbah kita sering kita tekankan dengan jelas tentang pelayanan Kristus dalam penebusan dosa, dan memang kita harus berbuat demikian. Tetapi kita juga perlu mempelajari, mengerti, dan mengajarkan tentang pelayananNya dalam melatih beberapa orang itu. Dalam hal melatih murid ini dapat kita temukan tiga prinsip. Prinsip Pemilihan Orang-orang yang dipilih oleh Yesus adalah orang-orang biasa -- penjala ikan, pemungut cukai, dan lain sebagainya. Pada saat sebelum Ia memilih orang-orang yang akan Ia latih, Ia berdoa sepanjang malam (Lukas 6:12,13). Ini adalah segi yang penting dalam pemilihan. Ia tidak terburu- buru menangkap orang pertama yang menunjukkan minat. Bagi-Nya keputusan ini merupakan keputusan yang sangat penting yang akan berakibat langgeng. Sejauh mana jangkauannya? Secara manusiawi kita tidak akan dapat menerkanya, tetapi inilah yang kita ketahui. Hasil daripada pelayanan Yesus masih terasa dan bahkan terus berlangsung hingga saat ini dan dengan Anugerah Allah akan terus berlangsung melalui hidup kita bagi ribuan orang ditahun-tahun mendatang. Siapapun yang berminat atau yang sekarang terlibat dalam pelayanan pemuridan (Mat 28:19) hendaklah berpikir dengan bijaksana mengenai perkara pemilihan ini. Lebih mudah bagi Saudara untuk meminta orang mulai ikut bersama Saudara daripada meminta seseorang berhenti karena ternyata bahwa Saudara telah memilih orang yang salah. Mengapa Yesus memilih orang-orang dengan kecenderungan kemanusiaannya dan kelemahannya? Misalkan ia hanya memilih orang yang terpelajar, berada dan pandai, yang tidak pernah merasa takut atau ragu-ragu; orang yang tidak pernah berbuat salah atau mengatakan sesuatu yang tak mengenal kelemahan, nafsu, persoalan, dan dosa kita semuanya. Bagaimana pengaruhnya terhadap kita? Kita tidak dapat menyamakan diri dengan orang semacam itu. Mungkin kita akan dicobai untuk berputus asa, berbalik, dan meneruskan jalan kita yang biasa lagi. Bukan saja bahwa mereka itu adalah orang-orang biasa, mereka adalah orang-orang yang mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Mereka tidak sama satu dengan yang lainnya. Mereka tidak

9

merupakan fotocopy satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, Simon orang Zelot membenci orang Romawi yang menguasai Palestina, sedang Matius adalah pemungut cukai yang bekerja bagi mereka. Pelajaran apakah yang kita dapat daripadanya? Manfaat apakah yang dapat kita ambil bagi kehidupan kita? Sudah pasti ada satu pelajaran. Kalau kita ingin menjadikan orang murid Yesus, jangan kita hanya memilih mereka yang sama dengan kita dalam perangai dan kepribadian. Juga kita tidak hanya memilih mereka yang kita sukai dan tingkah lakunya yang cocok dengan kita dalam standar yang dapat kita terima. Baik sekali jika dalam tim kita ada orang yang kasar dan juga yang terpelajar dan yang tenang. Pekerjaan Kristus adalah sesuatu yang penuh dengan kesemarakan, dan ada kalanya orang yang kasar dan siap itu lebih cocok bagi suatu pekerjaan tertentu daripada orang pemikir dan sebaliknya. Allah menyukai keanekaragaman. Dalam alam Saudara akan menemukan bunga mawar, pohon cemara, pohon palem, tanaman kaktus, bungan seruni dan bunga matahari. Di kebun binatang Saudara akan kagum pada jerapah, kuda nil, rusa, ular sawah, burung colibri, dan burung rajawali. Dalam memilih orang, Saudara harus menghilangkan kecenderungan Saudara untuk menyesuaikan diri dan mengikuti contoh Yesus. Murid-muridNya disebut orang-orang Galilea. Mereka adalah orang-orang yang dianggap agak kedesadesaaan dan kuno oleh saudara-saudaranya yang lebih pintar di Yerusalem. Pada umumnya mereka adalah orang-orang yang bekerja keras dibandingkan dengan pemimpin-pemimpin yang berfilsafat dan ilmuwan-ilmuwan dari kota besar. Mereka belum merasa diri terdidik, itulah sebabnya mereka lebih mudah diajar daripada orang-orang yang terpelajar di Yerusalem. Ini bukan berarti bahwa Yesus adalah orang yang menolak pendidikan dan kepandaian. Ia bercakap-cakap lama sekali dengan Nikodemus. Kemudian ia memilih Saulus dari Tarsus untuk menjadi seorang pemimpinNya di gereja. Prinsip Hubungan Akrab Untuk tujuan apakah Yesus memilih duabelas rasul? Ia menetapkan duabelas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutusNya memberitakan Injil (Markus 3:14). Yesus memilih orang-orang ini untuk menyertai Dia. Ini bukanlah buah pikiran yang revolusioner pada zamanNya, sebab ada beberapa kasus dalam Perjanjian Lama di mana orang-orang dilatih untuk pekerjaan Allah dengan menjalin hubungan akrab dengan hamba-hamba Allah. Allah menyuruh Elia memilih Elisa untuk menolongnya dan meneruskan pekerjaannya setelah ia tiada. Elia tidak menemukan Elisa sedang belajar dan bermeditasi di sekolah nabi-nabi, tetapi di lapangan sedang bekerja (1Raja 19:15-16,19). Para murid juga dipanggil dari pekerjaan sehari-hari mereka untuk pergi bersama-sama Yesus (Mat 4:18-22; 9:9). Elia tidak memohon Elisa untuk pergi dengannya atau menggunakan jabatan kenabiannya untuk memaksa dia ke dalam pelayanan. Setiap orang harus memperhitungkan untung dan ruginya dan masuk ke dalam latihan pemuridan dengan rela. Sebetulnya, dari catatan pembicaraan mereka, Elia tidak keberatan jika Elisa tidak jadi mengikut dia. Jika ia mau bekerja sama dengan Elia ia harus belajar darinya dengan sukarela (1Raja 19:19-21). Mengikut Elia merupakan suatu pengorbanan bagi Elisa. Karena amukan Ratu Izebel dari Israel, waktu itu bagi nabi Allah atau siapa saja yang berhubungan dengan dia merupakan waktu yang tidak menentu. Jika Elisa bertanya dahulu kepada orang lain, tentu ia akan menerima nasihat agar ia tetap tinggal bersama lembu-lembunya di ladang. Itu lebih aman dan menguntungkan. Tetapi Elisa sadar bahwa akan diperkaya kerohaniannya jika ia meluangkan waktu bersama-sama dengan nabi Allah yang mulia itu. Maka setelah ia beristirahat dan membunuh lembu-lembunya, atau alat untuk kehidupannya--suatu perbuatan yang final bagi penyerahan yang sepenuhnya--ia pergi dengan Elia (1Raja 19:21). Apa yang ia perbuat? Melayani Elia. Memang benar bagi mereka yang akan memimpin harus belajar melayani. Begitu juga seseorang yang akan melatih orang- orang lain harus dengan rela meluangkan waktunya dengan mereka dalam percakapan yang memakan waktu berjamjam dan menjalin hubungan dalam kehidupan sehari-hari.

10

Itulah salah satu sebabnya mengapa Saudara tidak dapat melatih terlalu banyak orang sekaligus. Saudara tak akan dapat membagi diri Saudara secukupnya dengan mereka. Saudara hanya mempunyai persediaan emosi terbatas. Maka dalam satu hari Saudara dapat melatih orang dalam jumlah yang terbatas oleh waktu yang tersedia dan kapasitas rohani dan emosi dalam kehidupan Saudara sendiri. Kesalahan yang umum ialah orang ingin mencoba melakukan terlalu banyak, terlalu cepat, dan dengan terlalu banyak orang. Kita belajar dari hubungan antara dua orang ini bahwa Elia tak pernah mendorong Elisa untuk selalu menyertai dia dalam pekerjaannya. Sebaliknya, tiga kali Elia mendorong Elisa untuk meninjau kembali hubungan mereka dan meninggalkannya jika ia mau, tetapi tiga kali Elisa menolaknya. Elia telah memilih orang yang betul. Di Gilgal, Betel, dan Yeriko Elisa diberi kesempatan untuk berhenti, tetapi ia memilih untuk tetap tinggal disisi Elia (2Raja 2:1-6). Pada waktu Elisa memutuskan untuk mengikut Elia dan melayani Dia, itu merupakan suatu keputusan yang tetap. Ia telah memperhitungkan untung ruginya dan memilih hidup ini sebagai yang terbaik baginya. Maka dalam pemilihan Saudara dan hubungan selanjutnya dengan mereka dalam pelayanan, penting sekali bahwa Saudara membiarkan orang-orang itu mencari kehendak dan pikiran Allah, mengetahui sebenarnya apa yang terlibat dalam pemuridan, dan menyadari bahwa pertemuanpertemuan itu bukan semata-mata untuk manfaat Saudara tetapi untuk manfaat mereka. Hubungan Musa dengan Yosua merupakan gambaran yang lain mengenai hubungan pekerjaan dan muridnya. Allah memberikan Yosua kepada Musa sebagai jawaban doa Musa. Salah satu hal yang pertama-tama dilakukan oleh Musa adalah untuk memberikan sebagai kewibawaannya kepada Yosua (Bil 27:15-20). Hal itu merupakan segi yang penting. Saya pernah berbicara dengan orang-orang yang takut melatih orang lain sebagai pemimpin rohani dalam sidang sebab kuatir kehilangan kesetiaan atau penghargaan dari orang-orang di sidang itu. Pemimpin-pemimpin semacam itu senang menjadi pusat perhatian. Mereka senang karena orang-orang itu bersandar kepada mereka dan hanya mereka. Musa membagikan kekuasaannya kepada Yosua. Pada waktu kita memperhatikan Musa dalam konteks ini, kita melihat bahwa Musa merasa aman di dalam Allah. Ia bersukacita melihat Yosua mulai menanggung sebagian bebannya. Dalam hubungan mereka, Yosua ada untuk menolong Musa dalam pelayanannya dan meneruskan pekerjaannya setelah Musa tiada. Ia berhasil dalam kepemimpinannya beberapa tahun kemudian (Yosua 1:1-2). Perjanjian Lama memberikan banyak contoh bagaimana melatih pekerja. Itu bukanlah metode yang baru timbul pada masa Yesus. Ketika Yesus mengemukakan maksudNya kepada murid-muridNya, mereka mengerti metode itu dan gembira mendapat kesempatan itu. Pada mulanya mereka tidak mengetahui seluruhnya tentang apa saja yang termasuk dalamnya. Walaupun demikian mereka tidak ragu-ragu tetapi gembira dan menghargai pemilihannya. Kemudian, pada waktu gereja berkembang di bawah pimpinan mereka, prosedur itu diteruskan. Ada orang-orang yang menyertai Petrus pada waktu ia pergi ke rumah Kornelius atas undangan yang dikirim oleh perwira pasukan itu (Kisah 11:12). Kemudian Rasul Paulus meneruskan pelyanan ini, yaitu melatih orang dengan menjalin hubungan akrab (Kisah 20:4). Pada waktu ia menulis surat yang terakhir kepada Timotius, Paulus mengingatkannya akan sebagian yang telah ia ajarkan. Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku (2Timotius 3:10). Dalam pelayanan pemuridan hubungan akrab adalah unsur yang menguatkan, bahkan mengubah hidup murid. Hampir tidak dapat dipercaya jika kita melihat perubahan yang terjadi dalam kehidupan keduabelas murid itu. Kejadian itu merupakan mujizat yang terbesar di dalam Firman Tuhan. Kita perhatikan mereka pergi dari kalangan sederhana di Galilea kepada pusat kalangan atas di Yerusalem. Di situ mereka mampu mempertahankan keyakinannya dihadapan Mahkamah Agama Yahudi, yaitu dewan kekuasaan yang tertinggi di Yerusalem. Kenyataan itu sangat mentakjubkan. Setiap gembala memiliki orang-orang di dalam sidangnya yang hanya sebagai penonton dalam Kerajaan Allah, tetapi sebenarnya mereka rela terlibat dalam pelayanan yang penting. Tetapi pelayanan itu memerlukan pengorbanannya. Orang yang demikian itu memerlukan khotbah dan ajaran, tetapi gembala juga harus membagikan hidupnya dengan mereka. Dan itulah pengorbanan. 11

Rasul Yohanes mengatakan, Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawanya untuk; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita (1Yohanes 3:16). Apakah hal itu sedemikian berharganya? Apakah untungnya pelayanan semacam itu? Yesus menetapkan dua belas orang supaya mereka bersekutu dengan Dia, dan supaya Dia dapat mengutus mereka keluar untuk memberitakan FirmanNya. Ia mempunyai dua tujuan dalam melatih duabelas orang itu. Pertama, ialah agar mereka dapat menolongNya dalam pelaksanaan pekerjaanNya. Kedua, agar mereka dapat melanjutkan pekerjaan itu sesudah ia pergi. Ia akan mengirim mereka untuk berkhotbah kepada Mahkamah Agama Yahudi, kepada ahli filsafat di Atena, kepada penyembah berhala, kepada orang-orang barbar, kepada serdadu-serdadu Romawi-kepada siapa saja yang mau mendengarkannya. Ia tahu bahwa Ia harus melatih mereka secara mendalam sebab mereka akan menghadapi perlawanan yang berat. Mereka akan dirajam, dipukuli, dan dijebloskan ke dalam penjara. Maka persiapan mereka sangat penting sekali. Latihan yang dangkal dan penyerahan yang setengah-setengah tidak akan tahan uji. Mereka diselamatkan untuk menyelamatkan orang lain, tetapi kebanyakan perjalanannya itu sulit dan berbatu-batu. Prinsip Pembinaan Di samping menjalin hubungan akrab dengan murid-muridNya dalam pelayanan sehari-hari, Yesus juga meluangkan waktu yang khusus untuk membina mereka. Mereka tahu bahwa hal itu akan seringan berpiknik. Yesus mempersiapkan mereka untuk menghadapi perlawanan, bahkan penolakan (Matius 10:16-18; Markus 6:11). Lebih baik kalau orang-orang tidak begitu saja masuk pemuridan. Ketika Yesus memilih Paulus, Ia memberikan penglihatan melalui Ananias tentang penderitaan yang akan dialaminya (Kisah 9:15-16). Pada waktu Saudara sedang melatih calon murid dan pekerja, beritahu kepada dia tentang sebagian kesulitan pelayanan yang pernah Saudara hadapi. Berbicaralah dengan dia tentang saat-saat Saudara ditolak pada waktu bersaksi kepada tetangga. Beritahu dia tentang risiko pemuridan. Yesus memberitahu murid-muridNya, Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan aku telah menetapkan kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam namaKu, diberikanNya kepadamu (Yohanes 15:16). Ia melatih langsung di medan pertempuran. Sewaktu-waktu Ia membawa orang-orangNya menyepi untuk waktu yang khusus bersama-sama, tetapi kebanyakan latihanNya diberikan langsung di lapangan. Mereka melayani bersama-sama dengan Dia. Yesus selalu dapat dicari oleh murid-muridNya. Firman kekal itu menjelma supaya dapat didengar, dilihat, dan disentuh. Mereka dekat kepadaNya. Mereka dipilih untuk bersama-sama dengan Dia, tetapi bagi tujuan yang agung yaitu mempersiapkan mereka bagi pelayanan. Ia merancanglkan latihanNya sedemikian sehingga hidup mereka harus menghasilkan buah kekal. Ia tidak menyiapkan mereka untuk kehidupan persekutuan yang tertutup, maka Ia tidak mempersiapkan mereka dalam persekutuan yang menyendiri. Dalam hal ini saya pernah berbuat kesalahan. Saya pernah berusaha untuk melatih orang dengan cara mengumpulkan mereka di tempat yang tenang sekali seminggu untuk mendiskusikan kehidupan Kristen dan kemudian ditambah dengan sekali-kali seminar atau pertemuan yang khusus. Cara itu tidak berhasil. Tetapi orang yang pernah bekerja dengan saya dalam liku-liku hidup, di mana kita menghadapi kemenangan dan kekalahan sehari-hari, di dunia atau kehidupan yang nyata, mereka yang sekarang produktif bagi Kristus. Saya telah melihat mereka mengeluarkan buah yang masih tetap. Sebagai kesimpulan, ada tiga hal yang harus dilakukan bagi orang yang ingin menolong orang lain menjadi kuat imannya, setia dan berhasil di dalam pelayanan Yesus Kristus. 12

1. Ia harus mempunyai tujuan jelas tentang apa yang ia kehendaki agar mereka mengetahui dan mengerti mengenai Allah dan kebenaranNya. Ia harus tahu unsur-unsur dasar dalam kehidupan seorang murid Kristus. 2. Ia harus memiliki suatu gambar yang jelas tentang apa yang seharusnya murid-murid ini menjadi nantinya. Ia harus mengetahui unsur dasar watak Kristen yang harus mereka miliki dan orang macam bagaimana yang mereka harus menjadi. 3. Ia harus memiliki visi yang baik akan apa yang harus mereka pelajari supaya tercapai tujuannya dan rencana untuk menolong mereka menjalankannya. Dalam pasal ini telah kita lihat bahwa Kristus Yesus, para murid, dan nabi-nabi Perjanjian Lama memilih pengikut mereka dengan hati-hati. Mereka menggunakan priinsip besertaNya--konsep menjalin hubungan dan teladan. Dan mereka mempunyai waktu yang khusus untuk pembinaan yang kokoh dan jelas. Menarik sekali bahwa hal-hal itu tak ada yang di luar jangkauan orang Kristen biasa. Kita semua dapat saling membagi apa yang telah kita pelajar. Dan kita dapat berdoa agar hidup kita dapat menjadi teladan bagi orang lain untuk menolong mereka bertumbuh dalam penyerahan mereka kepada Kristus dan dalam keefektifan mereka demi Kristus. 3. Menjadikan Murid Dalam Gereja Yang Mula-mula Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (Kisah 2:42). Pada waktu kita melihat pembangunan sebuah gedung baru, sungguh mengherankan kalau mengetahui seberapa banyak waktu yang diberikan untuk membuat fondasinya. Kelihatannya pekerja-pekerja konstruksi itu tidak akan pernah memulai pembangunan gedungnya. Kadang-kadang mereka memerlukan beberapa bulan hanya untuk menggali lubang di tanah. Semakin banyak waktu yang dipergunakan untuk membuat dasarnya semakin besarlah bangunan yang dapat ditunjang. Hampir dua ribu tahun yang lalu, Tuhan Yesus Kristus memulai suatu gerakan yang akan disebarkan sampai ke ujung bumi. Injilnya itu akan disampaikan kepada raja yang mulia dan sampai kepada buruh yang paling sederhana sekalipun. Gerakannya dirancangkan untuk menjangkau seluruh dunia dengan Kabar Baik tentang keselamatan yang tersedia untuk manusia. Teladan dan Amanat Yesus Kristus Yesus memulai misiNya dengan pelayanan secara pribadi selama tiga tahun lebih sedikit. Salah satu segi utama dari masa pelayananNya ialah latihanNya kepada keduabelas muridNya. Latihan itu merupakan dasar dari keseluruhan pelayananNya. Kebanyakan waktuNya dalam tiga tahun lebih sedikit itu dipusatkan kepada orang-orang itu. Ia menyadari jika pekerjaanNya mau berhasil, sebagian besar harus bergantung dari pengabdian, kesetiaan, keberanian, dan iman orang-orang yang telah dipilih dan dilatihNya. Mula-mula saya insaf akan pentingnya metode ini ketika saya masih menjadi seorang Kristen baru. Saya mengikuti sebuah konferensi Kristen dan dalam salah satu khotbah yang disampaikan ditekankan betapa penting keduabelas murid itu bagi pekerjaan Yesus. Ia membicarakan tentang kenaikan Yesus ke surga dan kegembiraan diantara para malaikat. Penceramah mengisahkan bagaimana ketika salah satu malaikat itu bertanya kepada Anak Allah yang baru kembali itu, "Rencana apa yang kau miliki untuk meneruskan pekerjaanMu di bumi?" Yesus menjawab tanpa ragu-ragu jawab Yesus, "Aku tidak mempunyai rencana lainnya!" Malaikat yang lain bertanya, "Bagaimana jika mereka gagal?" Sekali lagi tanpa ragu-ragu jawab Yesus, "Aku tidak mempunyai rencana lainnnya!"

13

Pembicara itu menjelaskan bahwa dialog itu hanya merupakan sebuah dongeng, tetapi gambaran itu sampai pada sasarannya. Hari depan jatuh bangunnya agama Kristen tergantung pada pelayanan orang-orang ini. Kata-kata Yesus yang terakhir kepada murid-muridNya ialah, Kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kisah 1:8). Kata-kata kamu akan menjadi saksiKu adalah kunci bagi perkembangan pekerjaan Yesus dalam buku Kisah Para Rasul. Siasat penjangkauan pertamatama ialah pergi ke Yerusalem, kemudian Yudea dan Samaria, dan akhirnya sampai ke ujung bumi. Apakah kiranya tanggapan para rasul akan amanat agung Yesus? Tentunya pernah terlintas dalam pikiran mereka bahwa tugas Yesus bagi mereka itu merupakan suatu pekerjaan yang sangat besar. Bumi itu besar, dan ada banyak orang serta banyak bahasa. Siapa diantara mereka yang mengenal bahasa Partia atau Media? Apakah ada diantara mereka yang mengenal bahasa Mesopotamia dan Kapadokia?. Jika seandainya mereka kuatir mengenai hal itu, semestinya mereka tidak sanggup. Seperti biasanya, Yesus selalu mempunyai suatu rencana. Ia sudah memberitahu murid-muridNya agar mereka jangan meninggalkan Yerusalem. Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang--demikian katanya-- "Telah kamu dengar daripadaKu. Sebab Yohanes Pembabtis membaptiskan dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus" (Kisah 1:4-5). Hari Pentakosta Janji kedatangan Roh Kudus dipenuhi pada hari Pentakosta, yaitu sepuluh hari seseudah kenaikan Tuhan Yesus (Kisah 2:1-4). Dalam perayaan Pentakosta--sama dengan perayaan Yahudi lainnya yang sudah lama--orang-orang Ibrani dari negara-negara yang dekat datang ke Yerusalem. Mereka merayakan hari itu, bergembira mengingat kebaikan dan berkat Allah, kemudian berpisah kembali. Pada hari Pentakosta itu para rasul dipenuhi dengan Roh Kudus dan diberi kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa asing. Mereka memberitakan Injil di jalan-jalan Yerusalem. Orang-orang dari negeri lainnya mendengarkan mereka berbicara dalam bahasa mereka sendiri (Kisah 2:5-11). Orang-orang Yerusalem menjadi kagum. Sebenarnya banyak dari mereka yang datang untuk berbagai hari raya selama bertahun-tahun dan belum pernah melihat atau mendengar hal seperti itu. Ada orang yang menuduh bahwa para rasul itu mabuk. Lalu Petrus berdiri dan menyampaikan khotbah yang pertama yang dicatat di dalam buku Kisah Para Rasul. Untuk menjawab orang-orang yang mengumpat mereka, ia memulai dengan mengutip bagian dari Firman Tuhan. Inilah dia, penjala ikan dari Galilea yang seherhana. Dia berdiri dipusat kota Yerusalem, mengangkat suaranya dan membuat jalan-jalan kuno itu berkumandang dengan kabar tentang Kristus yang telah bangkit. Bagaimana hal itu terjadi padanya untuk menjawab pengejekpengejek itu dengan kutipan dari Firman Tuhan? Jawabannya jelas sekali. Ia telah berjalan bersama Yesus lebih dari tiga tahun, dan ia pernah melihat Yesus menjawab kritik-kritik yang dilontarkan banyak kali. Ia telah melewatkan waktu lebih dari tiga tahun dengan orang yang sering mengutip Firman Tuhan. Petrus telah belajar dengan baik dan pada waktu itu mengutip Yoel 2:28-32. Kemudian Petrus langsung masuk kepada inti dari masalah itu: berita Injil. Ia berkhotbah mengenai Kristus yang telah disalibkan dan bangkit dan mendukung apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan (Kisah 2:22-24). Hasil sangat mengejutkan: Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul- rasul yang lain: `Apakah yang harus kami perbuat, saudarasaudara?' (Kisah 2:41). Ujian bagi berita suci yang mana saja tidak didasarkan kepada khotbah yang baik atau jelek, tetapi Apakah Allah memakainya. Adakah berkat Allah atas berita itu? Di sini Allah memberkati secara luar biasa dengan tiga ribu orang yang menerima Injil itu (Kisah 2:41).

14

Kemudian diikuti dengan pernyataan yang paling menarik di dalam Firman Tuhan. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (Kisah 2:42). Yang lebih menarik ialah apa yang tidak dicatat. Apa yang terjadi diantara ayat 41 dan 42? Bagaimana rasul-rasul itu pergi berkeliling untuk mengumpulkan orang-orang itu dalam persekutuan yang tekun? Pernahkah Saudara mencoba untuk mengadakan pertemuan bagi orang-orang yang baru bertobat sesudah pertemuan kebangunan rohani atau kebaktian istimewa? Berapa di antara mereka yang muncul? Biasanya tidak terlalu banyak. Tetapi rasul-rasul itu telah dilatih oleh Yesus, dan mereka dapat melakukannya. Pelayanan Bimbingan Orang Kristen Baru Coba bayangkan situasi ini: para rasul dengan ketiga ribu orang yang baru bertobat. Apa rencana tindak lanjut untuk orang-orang itu? Mungkin yang biasa mereka lakukan--menikmati pesta dan pulang, terpencar ke empat penjuru angin. Tetapi rasul-rasul itu mempunyai rencana lain. Apakah tugas mereka? Mencari pengikut? Bukan, tugas mereka (dan kita) adalah untuk menjadikan orang murid (Mat 28:19). Bagi Yesus hal itu tidak menjadi masalah, dan orang-orang ini telah mendengar Dia membicarakan tentang pemuridan banyak kali. Mereka tahu harkatNya dan apa yang diharapkan dari pengikut-pengikutNya. Harkat Yesus. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan FirmanKu tinggal di dalam kamu, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah BapaKu dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu (Yohanes 15:7-8). Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: "Jikalau kamu tetap di dalam FirmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 8:31,32). Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi (Yoh 13:34-35). Jikalau seorang darang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi muridKu (Lukas 14:26-27). Demikian pulalah tiap-tiap orang diantara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu (Lukas 14:26-27). Rencana Yesus. Apakah yang harus diperbuat oleh rasul-rasul terhadap orang-orang yang bertobat? Berdiam diri saja sedang ketiga ribu orang yang baru mengaku percaya itu begitu saja berjalan ke luar kota? Sama sekali tidak! Pada peristiwa lainnya sesudah kebangkitan, Yesus bertanya kepada Petrus dengan pertanyaan yang agak tajam. Bacalah Yohanes 21:15-17 sambil memperhatikan pertanyaan Yesus, jawaban Petrus, dan perintah Yesus. Apa yang terutama diperintahkan Yesus ialah untuk memelihara domba-dombaNya. Ada tiga ribu domba yang baru lahir ke dalam Kerajaan Allah. Dan Yesus menugaskan mereka agar memberi makan dan menjadikan orang itu murid. Kegiatan rasul-rasul. Para rasul mengambil tindakan darurat. Karena harus memberi makan dan tempat tinggal bagi mereka yang memerlukan pemeliharaan dan pelayanan sebagai murid baru. Tadinya mereka tidak bermaksud untuk tinggal lebih lama lagi di Yerusalem. Dengan demikian orangorang baru itu dapat tinggal dan menerima latihan dan pertolongan sebagai tindak lanjut yang mereka butuhkan (Kisah 2:44-47). Dalam laporan berikutnya di dalam Kisah Para Rasul, orang-orang yang baru percaya itu tidak lagi disebut-sebut. Tentunya mereka sama seperti kanak-kanak di dalam sebuah 15

keluarga, memperhatikan segala sesuatu, mendengarkan segala sesuatu, dan kemudian menirukan segalanya itu. Jumlah mereka mulai bertambah. Pada suatu saat jumlah mereka bertambah menjadi lima ribu orang (Kisah 4:4). Kemudian, jumlah orang yang percaya bertambah banyak (Kisah 5:14). Teladan bagi orang-orang yang baru percaya,. Ketika ribuan orang dimenangkan ke dalam kerajaan, apa yang terjadi dalam hidup orang-orang yang baru bertobat itu? Mereka melihat rasul-rasul dipukuli, dianiaya, dan dijebloskan ke dalam penjara karena kesaksian mereka bagi Kristus (Kisah 4:17; 5:18,40). Mereka memperhatikan para rasul pada waktu mereka mengkhotbahkan Injil pada setiap kesempatan. (Kisah 3:14-15; 4:10,33; 5:30-31). Mereka berada di saa pada waktu rasul-rasul dengan sukacita menerima penganiayaan yang harus diderita (Kisah 5:41). Dan mereka mendengarkan dengan cermat pada waktu rasul-rasul itu mengajar mereka dengan setia perkara-perkara dari Tuhan (Kisah 5:42). Pengaruh apakah yang terjadi dalam hidup murid-murid yang bertumbuh itu? Pelajaran apakah yang mereka peroleh? Jawabnya menjadi jelas pada waktu kita melihat mereka menjada murid-murid dan pekerja-pekerja yang berguna di dalam tubuh Kristus. Latihan yang mereka terima dari tubuh Kristus. Latihan yang mereka terima dari para rasul meresap dalam. Mereka menjadi seperti alat perekam yang dijalankan. Kemudian mereka akan menjalankan kembali pita rekaman itu kepada dunia. Saat ujian. Maka datanglah saat mereka diuji. Sesudah kematian Stefanus, mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria (Kisah 8:1). Menarik sekali bahwa kejadian ini merupakan langkah yang berikutnya dalam pemenuhan dari amanat yang diberikan (Kisah 1:8). Perhatikan bahwa semua murid berpencar kecuali rasul-rasul. Mengapa rasul itu tidak tersebar? Sebab mereka diberi suaka keagamaan oleh Gamaliel, yang menyatakan, Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah (Kisah 5:38-39). Pemimpin-pemimpin agama setuju akan hal itu, tetapi tidak ada perlindungan untuk orang-orang percaya yang biasa. Jadi mereka melarikan diri, tetapi tidak dalam kepanikan. Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil (Kisah 8:4). Mengapa mereka melakukan itu? Mengapa mereka pergi ke mana-mana memberitakan Injil? Sebab mereka sudah didewasakan dari dalam suatu suasana bersaksi. Mereka menganggap bahwa itulah hal wajar yang harus mereka lakukan. Itulah yang mereka ketahui tentang iman pada Kristus. Mereka telah diajar dan sudah diberi teladan. Pada waktu kita memikirkan pelayanan menjadikan orang murid Yesus, kita harus memperhatikan segi ini dengan sungguh-sungguh. Jika kita ingin melihat tindakan tertentu atau kelakuan tertentu yang berkembang dalam diri mereka yang bekerja bersama kita, kita harus ingat akan kekuatan teladan perorangan. Orang-orang Kristen yang baru ini hanya mengikuti teladan dari pemimpin mereka. Pelayanan Filipus. Kemudian Roh Allah mengalihkan perhatian kita kepada salah satu dari orang-orang itu, seorang diakon. Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orangorang di situ (Kisah 8:5). Dia memberitakan Kristus di daerah itu dan mengakibatkan sukacita yang besar dalam kota itu (Kisah 8:8). Kemudian, dia bersaksi kepada seseorang dalam kereta kuda. Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya (Kisah 8:35). Sekali lagi, itulah apa telah diperlihatkan kepadanya dan diajarkan kepadanya yang menjadikan dia seorang saksi yang efektif. Latihan yang telah diperolehnya mempersiapkan dia bagi tanggung jawab ini. Pelayanan orang-orang lain. Sebagian dari orang-orang yang di Yeruselem pada hari Pentakosta berasal dari Kirene (Kisah 2:10). Sebagian dari mereka menerima berita Injil ini dan menerima latihan pemuridan dari rasul-rasul. Setelah mereka tercerai berai oleh penganiayaan, mereka muncul kembali memberitakan Yesus Kristus (Kisah 11:19-21). Kesaksian mereka sangat berkuasa, seakan-akan tangan 16

Tuhan ada pada hidup mereka. Berita mereka sederhana; mereka memberitakan tentang Tuhan Yesus. Dan banyak orang yang percaya. Minat yang terus menerus dari para rasul. Pada waktu murid-murid itu meninggalkan para rasul, mereka tidak dilupakan. Para rasul mengikuti mereka dengan doa dan dengan perhatiannya. Maka sampailah kabar tentang mereka itu kepada jemaat di Yerusalem, lalu jemaat itu mengutus Barnabas ke Antiokhia. Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan (Kisah 11:22-24). Prinsip latihan yang penting ternyata di sini. Orang-orang ini tidak nampak tetapi tidak dilupakan. Pada waktu terjadi sesuatu hal kepada mereka yang memerlukan bantuan dalam pelayanannya, mereka mendapatkannya dari pemimpinnya. Kesimpulan dan tambahan. Kita telah meninjau pelayanan para rasul sesudah kenaikan Yesus dan pelayanan berikutnya dari murid-murid yang mereka latih. Semua itu sangat berguna bagi hidup kita dan pelayanan kita. Gembala-gembala sidang pernah bertanya kepada saya, "Tetapi apakah kiranya latihan pemuridan ini dapat berjalan di dalam gereja kami dewasa ini?" Jawaban saya selalu sama: Hal itu berjalan di gereja di Yerusalem. Hal itu juga berjalan di gereja di Antiokhia. Semua ini dimulai dalam gereja Perjanjian Baru. Latihan pemuridan itu bertumbuh dan subur dalam gereja-gereja ini. Dan tak ada alasan di bumi ini mengapa hal itu tak dapat dilaksanakan dewasa ini. Amanat Agung masih tetap sama. Berita Injil itu masih tetap sama. Kita melayani dengan kuat kuasa dari Roh Kuds yang sama. Kita memiliki Firman Allah yang sama. Dan kita memiliki janji yang diberikan oleh Yesus beserta dengan perintah untuk menjadikan murid. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Matius 28:20). Lalu apakah persoalannya dewasa ini? Mengapa kita tidak melihat latihan pemuridan lebih sering dipraktekkan? Mengapa murid-murid yang menghasilkan buah, mengabdikan diri, dan matang sedemikian jarangnya? Alasan yang terbesar ialah bahwa kita terlalu sering bersandarkan program atau bahan-bahan atau hal-hal lainnya dalam melakukan pekerjaan Tuhan. Pelayanan itu harus dijalankan oleh orang-orang bukan program. Pemuridan harus disampaikan oleh seseorang bukan oleh sesuatu. Murid - murid tidak dapat dihasilkan secara massal. Kita tidak dapat memasukkan orang ke dalam suatu "program" dan melihat murid muncul sebagai hasil produksi. Menjadikan orang murid memakan waktu. Perhatian secara pribadi dan perorangan diperlukan. Waktu berjam-jam untuk mendoakan mereka diperlukan. Pengertian dan kesabaran diperlukan untuk mengajar bagaimana menghayati Firman Allah bagi mereka sendiri, bagaimana memelihara jiwa mereka, dan oleh kuat kuasa Roh Kudus bagaimana memakai Firman itu bagi hidup mereka. Lebih dari semua itu kita perlu menjadi teladan bagi mereka. Teladan Rasul Paulus Pelayanan menjadikan orang murid Yesus memakan waktu dan usaha, tetapi hasilnya abadi. Rasul Paulus adalah suatu contoh dari apa yang diperlukan dan apakah untung ruginya dari pelayanan semacam itu. Pernah Ia selesai dengan perjalanan pengutusan Injilnya, dan Allah telah memberkati usahanya dengan berkelimpahan. Banyak orang telah dibawa kepada Tuhan. Beribu-ribu orang telah mendengarkan Injil. tugasnya hampir saja merenggut nyawanya. Tetapi pada perjalanan itu, sesudah ia dilempari batu dan ditinggalkan karena disangka telah mati, ia kembali ke tempat di mana permusuhannya merupakan yang terhebat. Dan di situ dia menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman (Kisah 14:22). Kemudian ia kembali ke Antiokhia dan tinggal di sana untuk beberapa waktu. Paulus merasa terbeban bagi orang-orang itu yang telah percaya dan berkata kepada Barnabas Baiklah kita kembali kepada saudara-saudara kita du setiap kota, di mana kita telah memberitakan Firman Tuhan, untuk melihat, bagaimana keadaan mereka (Kisah 15:36). Sering kita menyebut perjalanan ini sebagai perjalanan 17

pengutusan Injil Paulus yang kedua. Sebetulnya perjalanan ini merupakan permulaan dari perjalanan pemuridan yang pertama. Berangkatlah ia mengelilingi Siria dan Kilikia sambil meneguhkan jemaatjemaat di situ" (Kisah 15:41). Sesudah perjalanan yang lama dan sulit itu, ia kembali ke Antiokhia. Roh Allah bergerak dalam hatinya, dan ia pergi sekali lagi pada perjalanan pengutusan Injil yang berikutnya. Setelah beberapa hari lamanya ia tinggal di situ, ia berangkat pula, lalu menjelajahi seluruh tanah Galatia dan Frigia untuk meneguhkan hati semua murid. (Kisah 18:23). Ya, memang hal itu memerlukan waktu dan usaha, tetapi Rasul Paulus adalah seorang pembina murid yang sejati. Kemudian dalam suratnya Paulus mengutarakan aspek ini dari pelayanannya. Dalam membicarakan Yesus ia berkata: Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasaNya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku (Kolose 1:28-29). Perhatikanlah kesaksian Paulus. Ia menguasahakan dan menggumulinya dengan segala kuat kuasa yang diberikan Allah. Apa yang dikerjakannya? Ia memenangkan orang-orang kepada Kristus dan membawa mereka sampai kepada kematangan yang penuh di dalam Dia. Proses ini sangat memerlukan waktu dan pengorbanan. Pada suatu saat ia menyatakan hal itu kepada mereka yang akan meneruskan pelayanannya: Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata (Kisah 20:31). Ia juga melayani demikian di antara orang-orang Tesalonika. Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaanNya (1Tesalonika 2:11-12). Kita sudah meninjau sepintas lalu pelayanan rasul-rasul yang dipilih oleh Yesus untuk meneruskan pekerjaanNya. Pelayanan mereka ditempatkan dalam latar belakang penjara, penganiayaan, ancaman, gempa bumi, kecelakaan kapal, komplotan pembunuh, mujizat, dan banyak kejadiankejadian lainnya yang terjadi di jalanan dan di lautan di sekitar dunia Laut Tengah. Iblis telah mencoba sedapatnya untuk menghentikan mereka, tetapi mereka dapat menyelesaikan pekerjaannya. Mereka bertekun terus. Tugas mereka sudah jelas: Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu (Matius 28:19). Dan mereka melakukannya. Mereka berdiri tegak, tidak goyah, dan selalu giat dalam pekerjaan yang telah ditugaskan oleh Tuhan. 4. Seorang Menolong Orang Lain Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu dihadapanKu (Yeh 22:30). Di dalam jemaat mana selau saja selalu ada minat yang beraneka ragam mengenai pekerjaan Tuhan. Ada orang yang hanya menjadi penonton, yaitu mereka yang hanya datang untuk melihat dan mendengarkan. Mereka berada di sana karena bermacam-macam alasan: kebiasaan, rasa tanggung jawab, desakan kawan, keperluan perusahaannya, atau keperluan sosial. Sebagian adalah orang-orang yang bukan Kristen yang hanya ikut-ikutan. Sebagian adalah orang-orang yang bukan Kristen yang kebetulan menghadiri kegiatan gereja. Selain penonton, ada juga kelompok orang yang giat mengambil bagian. Orang-orang ini mau mengambil bagian dalam pelayanan gereja, dan di dalam kebanyakan hal mereka memberikan yang terbaik. Mungkin mereka melayani sebagai penyambut tamu di Sekolah Minggu atau di kebaktian, dan mungkin melayani dalam panitia-panitia atau sebagai petugas lain di jemaat. Sebagian mungkin mengajar di Sekolah Minggu atau terlibat dalam kegiatan pelayanan yang aneka ragam. Orang-orang yang berpartisipasi ini merupakan tulang punggung gereja. Gereja tidak dapat berjalan tanpa mereka. Maka pada waktu kita membicarakan pelayanan pemuridan di dalam gereja, jangan kita melalaikan orang-orang ini yang memainkan peranan yang berharga. Gereja harus tetap 18

menyuguhkan acara yang bermacam-macam supaya semua orang merasa disambut dan kerasan. Sekolah Minggu harus tetap menjalankan kelas-kelas untuk segala umur. Organisasi lainnya harus menyediakan persekutuan bagi orang-orang yang minat dan keperluannya berlainan. Di dalam semua program ini yang terutama ialah orangnya. Pada mereka akhirnya tidak dapat ditolong oleh sesuatu tetapi harus ditolong oleh seseorang. Kita semua mempunyai keperluan yang khas yang hanya dapat dipenuhi oleh orang lain. Tak ada program atau sistem yang dengan sendirinya dapat memenuhi kebutuhan manusia. Sebab kita adalah individu, dan masing-masing mempunyai kebutuhan yang khas yang hanya dapat dipenuhi oleh sesamanya. Dalam hal ini ada suatu bahaya yang timbul ketika kita tidak menyadari bahwa ada orang yang belum siap atau yang tidak menginginkan pemuridan. Dalam semangatnya yang baru untuk mengadakan pelayanan pemuridan dan ketergesaannya untuk menjalankannya ke dalam kehidupan gereja, ada gembala yang akan mengesampingkan beberapa anggota yang baik atau akan menyebabkan mereka merasa seperti warga Kerajaan Allah kelas II. Seringkali pendeta-pendeta itu tergesa-gesa dalam usahanya dengan memaksakan tuntutan pemuridan pada setiap orang secara sekaligus. Mereka tidak akan memperoleh hasil yang diharapkan dari orang-orang itu, tetapi sebaliknya banyak dari antara mereka akan kecewa di dalam proses ini. Gereja agar dapat berfungsi secara efektif, harus memakai berbagai macam cara untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Kristen sungguh-sungguh. Untuk melibatkan anggota gereja dalam pelayanan pemuridan dan untuk menolong mereka menjadi murid, sebagai langkah permulaan ada tiga hal yang perlu diikuti. (1) Mereka harus diberi motivasi untuk menjadi murid. (2) Mereka harus mengadakan persekutuan dengan Yesus Kristus secara teratur. (3) Mereka harus bersaksi bagi Dia. Motivasi Untuk Pemuridan dan Pelibatan Dengan Orang Lain Langkah pertama untuk membentuk sekelompok orang yang berminat bagi pemuridan ialah motivasi pada dua arah--ke dalam dan ke luar. Secara ke dalam mereka harus diberi motivasi untuk mengadakan persekutuan dengan Yesus Kristus. Dan secara keluar mereka harus menjadi saksi bagi Kristus Yesus. Proses keseluruhannya harus dijalankan dengan banyak doa dan pikiran. Mungkin proses itu dapat digambarkan dengan sebuah proyek bangunan. Pernah gereja kami menyadari bahwa fasilitas pendidikan perlu diperluas. Keperluan ini diumumkan dari minggu ke minggu di dalam Sekolah Minggu. Karena pertumbuhan SM, kami harus memindahkan tempat pertemuan beberapa kelas, dan kelas kami adalah salah satunya. Kelas dewasa kami tidak mempergunakan seluruh ruangan, maka kami bertukar ruangan pertemuan kelas dengan kelas lain yang lebih besar. Hal ini tidak dilaksanakan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Kami mendiskusikannya untuk beberapa minggu. Kebutuhan menjadi jelas, dan pada waktu tiba hari pertukaran ruangan kelas maka kami sudah mengerti maksudnya. Kemudian kami diberitahu bahwa telah dibentuk suatu panitia untuk mempelajari tentang kebutuhan penambahan ruang kelas. Mereka memikirkan dan membahas segala kemungkinan dan pilihan, dan gagasan untuk membangun tambahan pada fasilitas yang sudah ada disebutkan. Perubahan pemikiran berjalan untuk beberapa bulan dan setiap ada perubahan kami diberi laporan tentang perkembangan dari panitia. maka jemaat lama kelamaan mengerti akan kebutuhan ini. Karena pertumbuhan yang terus menerus, keadaannya semakin mendesak, dan keperluan untuk perluasan makin dibutuhkan. Akhirnya datanglah pengumuman: kita akan membangun! Sedikit orang tidak yakin bahwa itulah jalannya, tetapi kebanyakan dari kami merasa pasti bahwa itulah langkah yang benar. Kesempatan pertama diberikan kepada kami untuk berjanji akan memberikan persembahan yang melebihi ongkosnya! Orang-orang mempunyai hati untuk memberi. Apa yang akan terjadi jika semua itu dilakukan dengan tiba-tiba tanpa ada pembicaraan sebelumnya? Misalnya, pada suatu kebaktian Minggu pagi, pendeta mengedarkan kartu dan menuntut agar segera kami memberikan janji persembahan untuk bangunan baru? Tentunya kami tidak siap bahkan terkejut. Hal itu merupakan pemikiran yang baru, dan kebanyakan orang akan menolak hal baru yang tiba-tiba timbul. Tanpa persiapan yang sepatutunya, tentu tak akan ada tanggapan yang positif. 19

Untuk memulai pelayanan pemuridan di dalam gereja, kita memerlukan pandangan dan rencana yang serupa dengan pembangunan gedung tambahan tadi. Kuncinya ialah melaksanakannya dengan perlahan-lahan, dan jangan mencoba untuk melakukannya terlalu cepat dengan terlalu banyak. Para penonton masih ada di sana, dan kebanyakan dari mereka ingin tetap begitu saja. Memberi motivasi untuk pemuridan orang adalah proyek yang sangat menarik. pada suatu waktu Saudara akan dapat menyorot mereka yang menunjukkan minat untuk menjadi murid. Mereka akan menjadi sadar akan keperluan mereka sendiri dan mengadakan waktu untuk Firman -membacakannya, menyelidikinya, menghafalkannya -- dan menentukan waktu doa setiap hari. (Penjelasan lebih lanjutan terdapat dalam pasal 5.) Persekutuan Dengan Tuhan Pada waktu Saudara mulai melihat di antara anggota gereja ada yang berminat dalam pemuridan maka Saudara siap untuk menekankan pokok yang lain, yaitu persekutuan dengan Tuhan dengan teratur. Sasaran Saudara ialah melihat munculnya sekelompok orang yang mempelajari Firman Tuhan secara pribadi dengan teratur dan yang berdoa secara efektif. Orang-orang itu hidup di dalam persatuan dengan Yesus Kristus yang vital hari demi hari, dan melalui hidup mereka kehidupan Yesus Kristus mengalir dalam kuat kuasa penyelamatan kepada orang lain di sekitar mereka. Untuk menyempurnakan hal ini Saudara harus pasti bahwa anggota-anggota Saudara itu tidak hanya bergantung pada makanan dari khotbah mingguan tetapi yang dapat mengambil makanan sendiri sehari-hari dari Firman Tuhan. Pada suatu kali keluarga saya dan saya mengadakan perjalan melalui Florida, di Amerika Serikat. Dalam perjalanan itu saya sangat terkesan dengan keindahan rumpun tanaman jeruk yang berhektarhektar luasnya. Seajuh mata memandang, semua pohon-pohon itu penuh dengan buah jeruk. Pada waktu kami berhenti untuk bermalam di sebuah hotel, kami masih berada di tengah-tengah daerah perkebenan kebun jeruk. Pada keesokan paginya kami pergi ke rumah makan untuk makan pagi, dan saya memesan air jeruk dengan telur. Tak lama kemudian pelayan datang dengan kabar buruk. "Pak," katanya, "Kami tidak dapat menyajikan air jeruk. Mesin kami rusak." Pada mulanya saya tidak dapat mengerti. Saya tahu bahwa kami dikelilingi dengan berjuta-juta buah jeruk, dan saya tahu bahwa di dapur ada jeruk. Tetapi saat itu saya menginginkan air jeruk, dan saya tidak bisa memperolehnya. Saya mulai memikirkan keadaannya. Apa persoalannya? Tak ada air jeruk? Pada hal kami berada di tengah-tengah ribuan liter air jeruk. Persoalannya ialah bahwa pelayanan itu bergantung pada alat, dan jika alat itu rusak ia tidak dapat menyajikan air jeruk. Kadang-kadang orang orang Kristen juga seperti itu. Mungkin mereka dikelilingi Alkitab dirumahnya. Tetapi jika pada suatu hari Minggu sesuatu terjadi sehingga tak ada kebaktian, mereka pulang tanpa makanan rohani. Mereka tidak mendapat santapan rohani bagi jiwa mereka. Jika tak ada orang yang dapat membuka Firman Allah dan memberi makan mereka, mereka pulang kelaparan. Persoalannya bukanlah bahwa tidak ada makanan rohani. Persoalannya ialah bahwa banyak orang Kristen tidak tahu bagaimana memperolehnya bagi dirinya sendiri. Mereka sama seperti bayi di dalam gudang yang penuh dengan kaleng-kaleng susu. Tetapi mereka akan mati kelaparan kecuali ada orang yang membukakan kaleng-kaleng itu bagi mereka. Sesudah kebangkitanNya, Yesus Kristus memberitahu Petrus agar memelihara domba-dombaNya. Sebagian dari perintah itu ialah untuk memimpin mereka supaya mereka dapat makan sendiri. pada waktu seorang datang kepada Kristus, ia membutuhkan seseorang untuk menolongnya belajar bagaimana makan sendiri. Dan mungkin ada orang-orang di gereja yang tidak belajar bagaimana memelihara diri mereka sendiri dari Alkitab. 20

Tanggung jawab kita yang pertama dan yang utama sebagai orang Kristen adalah untuk tetap hari demi hari tinggal di dalam persekutuan dengan Tuhan Yesus dengan makan dari FirmanNya. Dan kita perlu menolong orang lain untuk melakukan hal yang sama. Bersaksi Bagi Tuhan Melatih orang untuk bersaksi adalah salah satu aspek yang paling memuaskan dalam pelayanan pemuridan. Tetapi seseorang tidak akan bersaksi kecuali mereka sudah berpengalaman mengadakan waktu bersama Yesus Kristus. Dua prinsip harus diajarkan kepadanya: pertama, Allah yang mengerjakannya; dan kedua, Ia menggunakan orang. Allah yang mengerjakannya. Prinsip pertama dari bersaksi ialah menyadarkan orang akan kenyataan bahwa Allah yang mengerjakannya. Bersaksi bukanlah ciptaan manusia dan juga tidak dilakukan dalam kekuatan manusia sendiri. Jika kita melihat kembali kepada hari Pentakosta dan melihat kepada Petrus yang mengkhotbahkan khotbahnya yang hebat, (Kisah 2:1-47), apa yang kita perhatikan? Kita akan mengagumi bahwa ia memproklamirkan berita tentang Yesus Kristus dengan berani sekali. Dengan mudah kita akan menyatakan, "Orang itu hebat!" Tetapi kemudian kita akan mengetahui apa yang dinyatakan oleh penulis yang telah diilhami itu sesudah hari yang penting itu: Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan (Kisah 2:47). Itu bukan pekerjaan Petrus. Itu pekerjaan Allah. Jika ada sesuatu rohani yang terjadi di dunia ini, itu sebab Allah yang mengerjakannya. Hal itu nyata di dalam seluruh Firman Tuhan, baik di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Hal ini digambarkan di dalam kehidupan Daud dan para pahlawan yang mengiringinya. (2 Sam 23:8) Salah satu pahlawan adalah Eleazar, anak Dodo. Ia adalah orang yang melawan orang Filistin sesudah semua orang Israel melarikan diri. Ia berperang sedemikian hebatnya sehingga tangannya melekat pada pedang. Kita melihat keberaniannya dan ketekunannya dan mengaguminya sebagai seorang pahlawan di dalam pasukan Allah. Dan memang betul demikian. Tetapi perhatikan kata-kata ini, Tuhan memberikan pada hari itu kemenangan yang besar (2Sam 23:9-10). Tuhan? Kita kiranya itu adalah Eleazar. Tetapi penulis mengatakan bahwa Allahlah yang memberi kemenangan. Prinsip ini harus diyakini orang jika mereka mau menghasilkan buah, mengabdikan dirinya, dan seumur hidupnya bersaksi bagi Yesus Kristus. Pengertian dari prinsip ini dapat mengurangi ketakutan dan kegentaran orang bersaksi, sebab mereka menaruh kepercayaannya kepada Allah. Dia yang melakukan semua itu melalui mereka. Allah menggunakan orang. Prinsip kedua dari bersaksi ialah bahwa Allah menggunakan orang-orang. Pria dan wanita Kristen adalah alat pilihanNya bagi meluaskan Injil kepada orang yang perlu mendengar Kabar Baik. Salah satu gambaran yang jelas dan menarik ialah peristiwa pertobatan Kornelius. Ia adalah seorang perwira pasukan Romawi yang takut akan Allah dan yang suka memberi sedekah kepada orang yang memerlukannya. Lagi dia senantiasa berdoa. Pada suatu sore seorang malaikat berkata kepadanya, Dan sekarang, suruhlah beberapa orang ke Yope untuk menjemput seorang yang bernama Simon dan yang disebut Petrus. Ia menumpang di rumah seorang penyamak kulit yang bernama Simon, yang tinggal di tepi laut (Kisah 10:5-6). Pada waktu kita mempelajari kejadian ini kita dihadapkan kepada sebuah pertanyaan. Mengapa malaikat itu tidak berkata saja demikian, Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu" (Kisah 16:31). Pada hal ia merupakan orang yang setia berdoa, telah memberikan uangnya dan jujur--seorang yang selalu taat akan Allah. Mengapa malaikat itu tidak memberikan berita Injil secara langsung? Sebaliknya ia meninggalkan perwira pasukan itu dengan perintah yang agak rumit. Bagaimana jika ia lupa nama kotanya atau nama orangnya, atau nama orang yang rumahnya ditinggali Petrus? Lalu bagaimana?

21

Alasan mengapa malaikat itu tidak melakukan semua hal itu agak sederhana. Allah tidak menggunakan malaikat sebagai saksiNya. Ia menggunakan manusia. Coba bayangkan sebenarnya apa saja yang dapat dilakukan Allah untuk menyampaikan Kabar Baik tentang Yesus Kristus kepada dunia yang membutuhkannya. Ia dapat saja merencanakan agar bintangbintang disusun sehingga tertulis Yohanes 3:16 di langit dalam segala bahasa di dunia agar semua dapat melihat. Ia juga dapat mengorbitkan malaikat untuk memancarkan Injil dalam segala bahasa. Tetapi ia tidak berbuat demikian. Ia memilih untuk menggunakan orang. Manusia adalah saksi-saksi Allah, dan mereka menjadi demikian karena tinggal di dalam Kristus (Yohanes 15:4,5). Kita dapat menghasilkan buah itu sebagai akibat dari tinggal di dalam Kristus. Maka persekutuan dengan Kristus itu harus terjadi lebih dulu, sebab bersaksi itu bukanlah pekerjaan yang melampaui batas tenaga tetapi hasil tenaga yang meluap. Itu adalah Kristus berbicara melalui seorang kepada orang lain. Perlunya bersaksi itu diajarkan oleh banyak bagian dalam Firman Tuhan. Kata-kata Yesus yang terakhir di bukit Zaitun adalah kamu akan menjadi saksiKu (Kisah 1:8). Banyak tahun kemudian rasul Paulus menulis surat kepada gereja di Roma, dan memberitahu kepada mereka bahwa kehidupannya itu dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah (Roma 1:1). Ia hidup dalam kerangka kehidupan itu--ia telah dipisahkan untuk Injil. Dari mana ia mendapat pendapat itu? Dalam kesaksiannya di hadapan raja Agripa, ia mengulangi bagian dari kata-kata Kristus yang pertama kepadanya pada jalan menuju Damsyik. Yesus mengatakan, Tetapi sekarang bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat daripadaKu dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti (Kisah 26:16). Menarik sekali bahwa kata-kata akhir Kristen kepada murid-muridNya di bukit Zaitun dan kata-kata pertamanya kepada rasul baruNya pada jalan menuju Damsyik berkenaan dengan hal bersaksi. Inilah juga yang dalam hati Allah bagi umatNya yang telah ditebus. Allah menyelamatkan Paulus untuk dipakai dalam usaha yang besar untuk menyampaikan Injil. Ia diselamatkan untuk bersaksi. Penginjilan adalah hal yang menjamin program pemuridan yang hidup. Tanpa penginjilan tujuan Allah akan terhalang. Umat Allah itu bukanlah hanya untuk menampung segala kekayaan Kristus, tetapi mereka adalah penyalur berkat untuk membawa Kristus kepada dunia. Penginjilan pribadi dimulai dengan banyak doa, pemikiran, dan perencanaan. Dan orang yang akan melakukannya adalah murid yang telah Saudara latih sehingga masak dan penuh penyerahan. Kesempatannya tidak terbatas, dan kebutuhannya besar sekali. Tetapi murid yang penuh penyerahan, yang mengadakan persekutuan dengan Tuhan, dapat mengambil kesempatan itu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu. Pertanyaan yang sering saya ajukan kepada pemimpin gereja adalah, "Mana yang lebih Saudara inginkan dalam jemaat Saudara: 100 orang yang menyerahkan diri 90% atau 10 orang yang menyerahkan diri 100%?" Jawaban Saudara akan pertanyaan ini akan menentukan filsafat pelayanan Saudara dan seberapa banyak usaha yang akan Saudara tanamkan untuk mengembangkan sekumpulan pekerja-pekerja yang memenuhi syarat rohani bagi Yesus Kristus. Dewasa ini ada banyak orang digereja yang minat mengetahui Alkitab. Banyak yang menginginkan pengetahuan Firman Allah yang praktis. Banyak yang rindu untuk menjadi saksi yang lebih efektif bagi Kristus. Banyak orang Kristen yang kecewa karena ketidakefektifan mereka sendiri dalam doa. Mereka merindukan untuk menjadi orang-orang Allah yang gagah--kuat dalam iman, sungguh-sungguh dalam semangat, dan setia dalam pengabdian mereka kepada Kristus. Mereka membanjiri toko-toko buku untuk mendapatkan buku terbitan penerbit Kristen yang terbaru. Mereka membanjiri seminari Injili dan sekolah-sekolah Alkitab untuk mendapatkan latihan Alkitab. 22

Mereka membanjiri seminar-seminar dan pertemuan kebangunan rohani yang dipimpin oleh orang yang terkenal. Tetapi jawaban bagi kebanyakan orang-orang yang haus akan realitas rohani dapat didapatkan dalam program pemuridan yang tenang dan kuat tetapi terus-menerus dalam gereja setempat mereka. Itulah tantangan bagi generasi kita sekarang. 5. Proses Menjadikan Murid Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan di bangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur (Kolose 2:6-7). Bayangkan sebuah pabrik besar yang menghasilkan tekstil. Pimpinan pabrik itu menanamkan modal uang yang besar sekali dan tenaga kerja yang banyak sekali untuk menghasilkan tekstil yang sebaik mungkin. Uang dikeluarkan untuk membayar gaji para karyawan dan membeli perlengkapan dan bahan-bahan pembuatan tekstil itu. Pabrik itu berjalan dengan ratusan karyawan yang mondar-mandir dengan tergesa-gesa. Mesin-mesin dijalankan dengan kecepatan penuh, dan kegiatan dilakukan semaksimal mungkin. Pada suatu hari direktur pabrik bertanya kepada koordinator bagian produksi, "Sudah berapa banyak tekstil yang kita hasilkan sampai sekarang?" "Belum ada hasilnya?" tanya direktur itu dengan heran. "Sudah berapa lama pabrik kita berjalan?" "Dua tahun." "Dua tahun, dan belum ada hasilnya?" "Memang betul," kata koordinator itu "Belum ada tekstil yang jadi, tetapi kita sungguh sibuk sekali. Sebetulnya, kami sedemikian sibuknya sampai-sampai kami kelelahan. Kami semua bekerja dengan rajin pada bagian kami masing-masing." Diagram pabrik yang tidak menghasilkan ini kurang lebih seperti gambar A. --------------Uang ) -----------------: : --------