Pemuliaan Kelainan Genetik Dan Sitogenetik

download Pemuliaan Kelainan Genetik Dan Sitogenetik

of 36

description

kelainan genetik dan sitogenetik

Transcript of Pemuliaan Kelainan Genetik Dan Sitogenetik

  • 1

    V. PEMULIAAN KELAINAN GENETIK

    DAN SITOGENETIK PADA TANAMAN

    Ir.Wayan Sudarka, M.P.

    5.1. Pendahuluan

    Dalam Bab ini dijelaskan mengenai pengertian mutasi, penggolongan mutasi dan

    manfaat mutasi dalam pemuliaan tanaman. Mutasi dapat terjadi pada gen, kromosom

    atau genoom dalam inti sel atau pada materi genetik yang ada pada sitoplasma.

    Dijelaskan pula mengenai penyebab terjadinya mutasi, terutama radiasi gelombang

    pendek dan zat kimia mutagenik. Mutasi digolongakan menjadi mutasi gen, kromosom

    dan genoom, dan kelainan sitogenetik.

    Perubahan pada struktur kromosom dibedakan menjadi: defisiensi, duplikasi,

    inversi, dan translokasi. Mutasi genoom dibedakan menjadi aneuploid dan euploid.

    Aneuplid dibedalan menjadi: nulisomi, monosomi, trisomi dan tetrasomi. Euploid

    dibedakan menjadi autopoliploid dan allopoliploid. Dijelaskan pula mengenai

    keberhasilan yang mengagumkan pada pemuliaan autopoliploid, allopoliploid,

    dan kelainan sitogenetik.

    5.2. Pengertian Mutasi

    Mutasi merupakan perubahan yang terjadi pada organisme yang bersifat menurun

    (hereditas), dan hasil perubahan tersebut disebut mutan. Mutasi merupakan sumber aneka

    alela, yaitu bahan baku bagi alternatif-alternatif genotipe. Mutasi memberi alam

    variabilitas yang diwariskan, dan merupakan kunci keberhasilan seleksi alam.

    Manfaat mutasi dalam pemuliaan tanaman adalah meningkatkan keragaman/ variabilitas

    genetik tanaman, sehingga pemilihan / seleksi untuk sifat-sifat baik lebih mudah

    dilakukan.

    Mutasi dapat terjadi secara alami dan buatan/ induksi. Penyebab mutasi alami

    belum diketahui secara pasti. Radiasi gelombang pendek seperti: ultra violet, sinar

    radioaktif, neutron, sinar kosmis dapat sebagai penyebab mutasi alam. Mutasi buatan

    dapat dilakukan dengan: a) zat kimia mutagenik seperti : colchisin, mustard nitrogen,

  • 2

    ethyl meta sulfonat (EMS), etilinimin, diefoksibutan, etilinoksida. Zat kimia mutagenik

    yang banyak digunakan untuk menimbulkan mutasi adalah: colchisin dan EMS.

    b). Radiasi gelombang pendek, seperti: , , , sinar X, neutron. Radiasi yang banyak

    digunakan untuk menimbulkan mutasi adalah sinar X.

    Mutasi yang terjadi di alam ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan.

    Sebagian besar mutasi yang terjadi merugikan, tetapi 1/1000 diperkirakan ada yang

    bermanfaat, seperti mutan yang tahan terhadap hama dam penyakit. Fenotipe hasil

    mutasi di kelompokkan ke dalam lima kelas: mutasi morfologi, mutasi letal, mutasi

    kondisional, mutasi biokimia, dan mutasi resiten.

    1. Mutasi morfologi, perubahan yang terjadi dapat dilihat langsung pada organ

    mahluk hidup, seperti warna mata putih pada lalat buah (Drosophila

    melanogaster), tanaman kate pada kacang polong (Pisum sativum), dan lain-lain.

    2. Mutasi letal, perubahan yang terjadi pada mahluk hidup bersifat mati (lethal),

    seperti tidak adanya khlorofil pada organ fotosintesis tanaman jagung, kedelai dan

    lain-lain.

    3. Mutasi kondisional, perubahan yang terjadi baru tampak pada kondisi tertentu

    (kondisi restriktif), sedangkan pada kondisi lain mengekspresikan normal (kondisi

    permisif). Dijumpai pada lalat buah (Drosophila melanogaster) dominant lethal

    peka terhadap suhu. Individu (H+/H) fenotipenya normal pada suhu 20

    o C

    (kondisi permisif), tetapi lalat buah tersebut mati bila suhu dinaikkan 30 o C

    (kondisi restriktif).

    4. Mutasi biokimia, perubahan terjadi pada organisme yang menyebkan hilangnya

    fungsi biokimia dari sel. Contoh pada cendawan/ fungi tertentu terdapat mutan ad.

    yang yang baru akan hidup bila ditambah adenine. Mutan biokimia sering

    bersifat auksotrofik, artinya untuk pertumbuhan mikro organisme memerlukan

    tambahan nutrisi komplek. Sedangkan kebanyakan mikroorganisme bersifat

    prototropik artinya mikroorganisme tersebut dapat mandiri untuk nitrisinya.

    5. Mutasi resisten, perubahan yang terjadi pada sel atau organisme bersifat resisten

    terhadap inhibitor, pathogen tertentu. Mutan jenis ini banyak dimanfaatkann

    dalam pemuliaan tanaman untuk mendapatkan varietas unggul baru yang tahan

    terhadap hama dan penyakit tertentu.

  • 3

    Berdasarkan perubahan yang terjadi pada material genetic dalam sel, mutasi dibedakan

    menjadi: mutasi gen, mutasi kromosom, mutasi genoom, dan mutasi gen sitoplasma

    5.3. Mutasi Gen

    Mutasi gen yaitu prubahan terjadi pada material genetik, dalam prosesnya mutasi

    terjadi kerena adanya perubahan urutan (sequence) nukleotida DNA kromosom, yang

    mengakibatkan terjadinya perubahan pada bentuk protein enzim. Perubahan yang umum

    terjadi ialah penggantian satu nukleotida dengan yang lainnya pada saat berlangsungnya

    replikasi DNA. Selama kode genetik cukup berlimpah, seluruh penggantian nukleotida

    tidak mengakibatkan terjadinya perubahan protein. Yang dimaksud dengan kode genetik

    berlimpah, ialah adanya beberapa kode yang mereplikasikan nukleotida yang sama

    dengan asam amino. Alternatif lain ialah adanya penambahan atau hilangnya nukleotida,

    sehingga mengubah informasi genetic yang terbaca mulai dari saat terjadinya perubahan

    sampai pada gen-gen yang terahir. Proses-proses tadi mengakibatkan perubahan besar,

    karena dapat mengubah jumlah replikasi dan sebagian besar penampilannya akan hilang

    dari populasi melalui seleksi.

    Perubahan gen dapat diarahkan kearah dominant atau kearah resesif, tetapi

    kebanyakan terjadi kearah resesif, sehingga menampilkan sifat-sifat yang tidak

    diinginkan.Secara singkat dapat digambarkan:

    AA Aa aa, dimana

    A = alela dominant, dan a = alela resesif. AA = gen hosigot dominant, Aa = gen

    heterosigot, dan aa = gen homosigot resesif.

    4.4. Mutasi Kromosom

    Mutasi kromosom adalah prubahan terjadi pada struktur kromosom, diberi nama

    umum Aberasi khromosom, dibedakan atas:

  • 4

    a. Defisiensi, adalah hilangnya sebuah/ sebagian gen karena putusnya kromosom:

    1). Defisiensi terminal atau delesi, adalah gen pada ujung kromosom hilang

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

    ____.____________________________

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 (hancur tanpa sentromer)

    ____._________________ __________

    2). Defisiensi interkalar, adalah hilangnya bagian tengah lengan kromosom

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

    ___.______________________________

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

    ___._____________ _____ ___________

    1 2 3 4 5 8 9 10 11 6 7

    ___.___________________________ defisiensi _____ (asentris hancur)

    Mengidentifikasi kromosom defisiensi, yaitu dengan melihat bentuk pasangan kromosom

    pada tanaman heterosigot. Kromosom normal akan berpasangan dengan kromosom

    defisiensi.

    1). Defisiensi terminal

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

    ____.____________________________

    ____.___________________________

    1 2 3 4 5 6 7 8 10

    11

  • 5

    2). Defisiensi interkalar

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

    ____._______________________________________

    ____._______________________________________

    1 2 3 4 5 8 9 10 11

    6 7

    1 2 3 4 5 8 9 10 11

    ___.______________________ ________________

    ___._____________________________________________

    1 2 3 4 5 8 9 10 11

    b. Duplikasi, adalah keadaan dimana kromosom memiliki gen-gen terulang.

    Duplikasi terjadi karena kromosom putus di dua tempat dan penggabungan ujung-

    ujung yang terluka terjadi setelah kromosom mengalami replikasi, maka potongan-

    potongan kromosom itu dapat membentuk segmen-segmen yang memiliki gen

    terulang.

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

    ___._______________________________

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

    ___._______________________________

    ___._______________________________

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

    ___.___________ ________ __________________ kromosom putus di dua

    ___.___________ ________ __________________ tempat

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

    1 2 3 4 5 6 7 5 6 7 8 9 10 11 duplikasi 5 6 7

    ___.___________________________________________

    ___. ____________________________

    1 2 3 4 8 9 10 11 defisiensi 5 6 7

  • 6

    c. Inversi, adalah suatu segmen dari kromosom mempunyai urutan gen yang

    terbalik. Inversi dapat terjadi karena kromosom melengkung, kemudian putus di dua

    tempat dimana lengkung tersebut bertemu. Ujung-ujung yang putus dam lekat tersebut

    bersambungan lagi tetapi tidak kembali seperti semula, melainkan dibagian yang putus

    itu urutan letak gen-gen menjadi terbalik.

    ___.________________

    1 2 3 4 5

    Radiasi

    _________

    ___. ___ 2 3 4 _______

    1 5

    3

    4 2

    __._____ ______

    1 5

    3

    4 2

    __.____ _______

    1 5

    __.______________

    1 4 3 2 5

  • 7

    Inversi dibedakan menjadi:

    1). Inversi parasentris, ialah inversi yang tidak mengikut sertakan sentromer, berarti

    bahwa sentromer terdapat di samping bagian kromosom yang mengalami inverse.

    3

    4 2

    ___.___ _____

    1 5

    ___._______________

    1 4 3 2 5

    2). Inversi perisentris, inverse yang mengikut sertakan sentromer, berarti bahwa

    sentromer terdapat di dalam bagian kromosom yang mengalami inverse.

    3 . sentromer

    4 2

    ______ _____

    1 5

    _________.______

    1 4 3 2 5

    d. Tranlokasi, adalah peristiwa pemindahan bagian dari sebuah kromosom ke bagian

    dari kromosom yang bukan homolognya. Tranlokasi dapat terjadi bila sel/ jaringan

    diradiasi dengan radiasi glombang pendek (seperti sinar radioaktif), kromosom putus dan

    potongan tersebut dapat bersambungan dengan potongan kromosom lain yang bukan

    homolognya. Berdasarkan cara terbentuknya dibedakan 3 tipe translokasi:

  • 8

    1). Translokasi sederhana, adalah bila pada satu kromosom terjadi pematahan tunggal,

    dan bagian yang patah tersebut langsung pindah ke bagian unjung kromosom lain yang

    bukan homolognya. Akan tetapi tipe translokasi ini jarang sekali terjadi, karena ujung

    kromosom lainnya memiliki telomer dam telomere ini tidak lengket.

    A A

    B B

    C O C O

    D P D P

    E Q E Q

    F R F R

    G S G S

    H T H T

    2). Translokasi Pemindahan, adalah patahan dalam satu kromosom terjadi di tiga

    tempat, dimana bagian tengah di antara dua patahan tersebut disisipkan pada

    kromosom lain yang tidak homolog yang putus di satu tempat.

    A b c d e f g h a b e f g h a b e f g h

    __.__________________ ___ ___ ___ __.___________

    C D

    ____

    O P Q R O P Q R O P C D Q R

    __.___________ __. ____ ____ _.____________

    3). Translokasi resiprok, ialah bila patahan-patahan tunggal terjadi pada dua

    kromosom tidak homolog dan bagian patahan saling tertukar. Jenis tranlikasi ini

    paling banyak terjadi dam diplajari baik pada tumbuhan maupun hewan. Untuk

    jelasnya mengenai translokasi resiprok disajikan seperti bagan berikut.

  • 9

    A A

    B B L L

    C C M M

    . . . .

    N N D D

    O O E E

    A A

    B B L L Translokasi heterosigot

    C C M . M

    . . . .

    D D N N A A

    E E O O B B L L

    C C M M

    Dua pasang kromosom . . . .

    homolog D N D N

    E O E O

    5.5. Mutasi Genoom.

    Perubahan yang terjadi pada jumlah kromosom mahluk hidup.

    Genom adalah satu set kromosom haploid dari mahluk hidup. Berdasarkan perubahan

    yang tertjadi pada jumlah kromosom, maka mahluk hidup di bedakan menjadi:

    aneuploid dan euploid

    a. Aneuploid

    Aneuploid adalah suatu organisme dimana selnya kekurangan atau kelebihan

    kromosom tertentu bila dibandingkan dengan mahluk hidup diploid normal.

    Kejadian ini dapat dijumpai pada tumbuhan, hewan dam manusia. Berbagai

    kemungkinan variasi dalam aneuploid disajikan seperti pada Tabel .

  • 10

    Tabel Berbagai kemungkinan ragam dalam aneuploid

    Tipe

    Formula

    Kemungkinan kromosom

    dengan (ABC) sebagai set

    kromosom haploid

    Disomi (normal)

    Aneuploid:

    1. Monosomi 2. Nullisomi 3. Polisomi (ada tambahan

    kromosom)

    a. Trisomi

    b. Dobel Trisomi

    c. Tetrasomi

    d. Pentasomi

    2n

    2n-1

    2n -2

    2n + 1

    2n + 1 + 1

    2n + 2

    2n + 3

    (ABC) (ABC)

    (ABC) (AB)

    (AB)(AB)

    (ABC)(ABC)(C)

    (ABC)(ABC)(B)(C)

    (ABC)(ABC)(C)(C)

    (ABC)(ABC)(C)(C)(C)

    Penyebab terjadinya sel aneuploid adalah:

    1). Hilangnya sel-sel hasil mitosis atau miosis, disebabkan terlambat datangnya

    kromosom, yang ditandai dengan bergeraknmya kromosom pada fase anaphase.

    Kromosom demikian disebut juga laggad artinya selalu terlambat. Kejadian ini

    menghasilkan kromosom yang hipo ploid, seperti: 4n-1, 4n-2, 2n-1 dan sebagainya.

    2). Nondisjuction (gagal memisah), kromosom-kromosom atau kromatid-kromatid

    selama mitosis atau miosis gagal memisahkan diri, sehingga sel anak memiliki jumlah

    kromosom yang berbeda, seperti bagan berikut.

    P AA XX (2n) AA XY (2n)

    Nondisjunction AXX AX Normal

    (n+1) (n)

    AO AY

    (n-1) (n)

    F1 AAXXX AAXXY AAXO AAYO

    Trisomi (2n+1) Monosomi (2n-1)

  • 11

    1). Monosomi

    Monosomi adalah organisme dimana selnya kekurangan satu kromosom

    dibandingkan jumlah kromosom sel normal. Di kenal tiga macam monosomi:

    1). Monosomi primer, adalah keadaan dimana satu kromosom hilang, tetapi kromosom

    homolog lainnya dengan kromosom yang hilang itu mempunyai struktur normal.

    2). Monosomi sekunder, adalah keadaan dimana satu pasang kromosom homolog hilang

    dan digantikan oleh kromosom skunder atau oleh isokromosom untuk satu lengan dari

    pasangan kromosom yang hilang itu.

    3). Monosomi tersier, bila dua kromosom non homolog terpotong-potong di daerah

    sentromer karena iradiasi. Dua lengan dari kromosom non homolog `ini bersatu dam

    membentuk kromosom tersier dengan sentromer yang berfungsi, sedangkan dua lengan

    lainnya hilang. Tanaman dengan putik yang dibuahi oleh serbuk sari demikian akan

    menghasilkan tanaman monosomi tersier.

    Monosomi telah digunakan secara intensif dalam pemuliaan tanaman gandum roti

    (Triticum aestivum). Tanaman ini yang seharusnya mempunyai spasang kromosom no 5,

    tetapi hanya ada sebuah saja.

    Dalam tahun 1926 Clusen dan Goodspeed untuk pertama kali menemukan

    monosomi pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum), yang memiliki 47 kromosom

    (2n-1). Menurut mereka dapat terjadi: a). Secara spontan terjadi pada keturunan

    tanaman normal. b). Terjadi pada keturunan tanaman monosomi lainnya, dan c). Terjadi

    pada keturunan dari Backcros N. tabacum (n = 24) x N. sylvestris (n = 12) x N. tabacum.

    Krakteristik tanaman N. tabacum relative kurang, bila dibandingkan dengan tanaman

    normal, seperti: ukuran tanaman, ukuran daun, intensitas klorofil, mahkota bunga, daun

    klopak, ukuran buah, dan pertumbuhan tanaman.

    Tanaman monosomi mempunyai formula kromosom (2n-1), dan akan membentuk

    dua macam gamet yaitu n dan n +1, walaupun serbuk sari n-1 dibentuk tetapi biasanya

    tidak berfungsi pada pembuahan, sebagai contoh:

  • 12

    P Monosomi x Monosomi 2n 1 2n - 1

    Sel telur: n -1 (75%) seperma: n -1 (8 %)

    n (25%) n (92%)

    F1 2n (23 %) diploid

    2n -1 (71 %) monosomi

    2n 2 (6 %) nullisomi

    Dari hasil persilangan biasanya tanaman nulisomi tidak bisa hidup, sehingga

    perbandingan menjadi monosomi (71 %) dan diploid (23 %) = 3 : 1

    Pada tembakau (Nicotiana tabacum) dikenal dua lokus gen yaitu gen dominant A

    maupun B (kemungkinan sendirian atau bersama-sama) dalam genotype, menyebabkan

    daun berwarna hijau tua. Jika gen dominan itu absent sama sekali dalam genotype maka

    daun berwarna hijau muda.

    Bila tanaman monosomi daun hijau tua (ABB) disilangkan dengan tanaman diploid hijau

    muda (aabb) maka turunannya sebagai berikut.

    P ABB x aabb Starain monosomi stain diploid

    daun hijau tua daun hijau muda

    Gamet: AB (n) serbuk sari ab (n)

    B (n-1)

    F1 AaBn diploid (daun hijau tua) dan ABb monosomi (daun hijau tua)

    F2 Bila diploid AaBb (daun hijau tua) diinbriding maka didapatkan segregasi

    hijau tua bebanding hijau muda 15 : 1. Tetapi bila tanaman F1 monosomi

    diinbriding maka didapatkan segregasi sebagai berikut:

  • 13

    F1 monosomi (aBb) x F1 monosomi (aBb)

    sel telur: ab (n) tepung sari: ab (n)

    B (n-1) B (n-1) (tak berfungsi)

    aB (n) aB (n)

    b (n-1) b (n-1) (tak berfungsi)

    F2 aabb (diploid) daun hijau muda

    aaBb (diploid) daun hijau tua

    aBb (monosomi) daun hijau tua

    aBB (monosomi) daun hijau tua

    aaBb (diloid) daun hijau tua

    aaBB (diloid) daun hijau tua

    abb (monosomi) daun hijau muda

    aBb (monosomi) daun hijau tua

    Fenotipe pada F2 tanaman tembakau berdaun hijau tua : tanaman berdaun hijau

    muda = 3 : 1

    2). Nullisomi

    Organisme dimana selnya memiliki jumlah kromosom kurang dua dibanding

    dengan jumlah kromosom sel normal. Organisme nullisomi dengan formula (2n-2)

    secara alami tidak dijumpai, tetapi pada tanaman dapat terjadi dengan melakukan

    penyerbukan sendiri tanaman monosomi (2n -1) seperti diterangkan di muka. Gamet

    jantan yang kehilangan kromosom biasanya kurang dapat berfungsi, maka persentase

    nulisomi sangat rendah dalam keturunan dari penyerbukan sendiri tanaman nullisomi.

    Contoh pada tanaman gandum, nulisomi antara

    0 - 100 %.

    Ciri tanaman nullisomi antara lain: tanaman umumnya kerdil, lemah sehingga

    sulit untuk dibudidayakan, fertilitasnya kurang, dam tidak mempunyai arti penting dalam

    agronomi. Walaupun demikian tanaman nulisomi digunakan untuk penelitian genetika,

    karena memiliki sifat-sifat morfologi berbeda, yang dapat memberi petunjuk tentang

    pengaruh genetic dari kromosom yang hilang.

    Analisis nullisomi dapat digunakan untuk menentukan gen dominant terhadap

    kromosom tertentu. Tanaman diploid homozigot dominant AA disilangkan dengan

    tanaman nullisomi yang mempunyai sifat resessif. Keturunan dari persilangan ini

    adalah homosigot (Aa) dan hemisigot (AO). Bila tanaman heterosigot (Aa) mengadakan

  • 14

    penyerbukan sendiri maka turunan adalah 3 A : 1a. Sedangkan bila tanaman monosomi

    AO diserbuk sendiri maka sebagain besar turunannya adalah AA + AO, dan sebagian

    kecil nullisomi (resesif). Tanaman nullisomi yang disilangkan tadi yang menghasilkan

    tanaman hemisigot F1 dengan pemisahan normal 3 : 1, dam pada F2 salah satu membawa

    gen dominant.

    P seri nulisomi x AA (2n-2) (norma = 2n)

    __________________________________

    F1 Aa x Aa AO x AO

    Heterosigot (normal =2n) hemisigot (monosomi =2n-1)

    _______________ ________________________

    F2 AA Aa Aa aa AA AO AO OO

    Normal (2n) (normal=2n) monosomi nulisomi

    (2n-1) (2n-2)

    Tanaman nullisomi dihasilkan dengan menyerbuk sendiri tanaman monosomi,

    tetapi dalam keturunan jumlah sangat kecil. Hal ini disebabkan nullisomi berasal dari

    gamet jantan, bukan dari sel telur, sedangkan serbuk sari (n + 1) yang dapat menjalankan

    fungsinya pada pembuahan persentasenya kecil, seperti pada tanaman gandum (Triticum

    aestivum). Pada tanaman gandum banyaknya sel telur n (25 %), sel telur n-1 (75 %),

    tetapi serbuk sari n 90 100 % (rata-rata 96 %), sedang serbuk sari n-1 0 10 % (rata-

    rata 4 %). Keturunan yang diharapkan dari penyerrbukan sendiri tanaman monosomi

    adalah sebagai berikut.

  • 15

    P gandum monosomi x gandum monosomi

    (2n -1) (2n -1)

    Sel telur n = 25 % Serbuk sari n = 96 %

    n 1 = 75 % n-1 = 4 %

    F1

    Betina/ Jantan N = 21

    kromosom 96%

    (90 100 %)

    n-1 = 20

    kromosom 4 %

    (0-10 %)

    N = 21 kromosom

    25 %

    Diploid 2n = 24

    %

    Monoploid 2n-1

    = 1 %

    n-1 = 20

    kromosom 75 %

    Monosomi 2n-1 =

    72 %

    Nullisomi 2n-2

    = 3 %

    Tanaman gandum nullisomi yang diperoleh tidak dapat bertahan hidup sehingga dalam

    kenyataannya dalam keturunan diperoleh 24 % diploid dan 73 % monosomi (1 diploid : 3

    monosomi). Pada manusia dan hewan tidak dijumpai nullisomi, karena hilangnya

    kromosom berakibat lethal.

    3). Trisomi

    Trisomi adalah organisme dimana selnya mempunyai sebuah kromosom

    tambahan dibandingkan dengan organisme diploid normal, sehingga formulanya 2n + 1.

    Jika kromosom tambahan itu lebih dari satu maka dinamakan double trisomi dengan

    formula 2n + 1 + 1. Trisomi di ketemukan pada tanaman, hewan dam manusia. Pada

    tanaman di jumpai pada jagung, tomat, gandum, tembakau.

    Dikenal lima macam trisomi, ialah: 1). Trisomi primer adalah kromosom

    tambahan benar-benar homolog dengan salah satu dari pasangan kromosom dari

    komplemen. 2). Trisomi sekunder, adalah kromosom tambahan adalah kromosom

    sekunder atau suatu isokromosom. 3). Trisomi tersier, adalah kromosom tambahan

    adalah kromosom yang ditranslokasi atau kromosom tersier terdiri dari dua segmen

    kromosom nonhomolog. 4). Trisomi konpensasi, adalah sebuah kromosom hilang dan

    dikonpensasi oleh dua kromosom lain yang mengalami modifikasi. 5). Trisomi telosomi,

    adalah kromosom tambahannya adalah kromosom telosentris.

  • 16

    Trisomi pada jagung manis telah banyak dipelari oleh Mc.Clintock Iowa State

    University (USA), telah mencoba berbagai persilangan dengan jagung manis (sweet corn)

    Trisomi. Gen yang berperan dalam persilangan tersebut adalah: Su (gen dominant untuk

    sifat manis/ sugary), su (gen resesif untuk sifat tawar/ jagung biasa). Bila disilangkan

    jagung trisomi (SuSusu) dengan jagung tawar (susu), maka turunannya sebagai berikut.

    P jagung manis(trisomi) x jagung tawar (diploid) SuSusu susu

    Sele telur: 1 SuSu (n+1) tepung sari: su

    2 Susu (n+1)

    2 Su (n)

    1 su (n)

    F1 1 SuSusu (trisomi) manis

    2 Sususu (trisomi) manis

    2 Susu (diploid) manis

    1 susu (diploid) tawar

    Perbandingan genotipe pada F1 adalah 3 trisomi : 3 diploid = 1 : 1

    Perbandingan fenotipe pada F1 adalah Manis : tawar = 5 : 1

    Bila dilakukan persilangan resiprok maka didapatkan turunan sebagai berikut:

    P Jagung tawar (diploid) x jagung manis (trisomi) susu SuSusu

    Sel telur: su tepung sari: 1 SuSu (n +1) tidak berfungsi

    2 Susu (n + 1) tidak berfungsi

    2 Su (n)

    1 su (n)

    F1 2 Susu (diploid) manis

    1 susu (diploid) tawar

    Genotipe tanaman F1 semuanya diploid, dengan perbandingan fenotipe manis : tawar

    = 2 : 1

  • 17

    b. Euploid

    Euploid adalah organisme dimana jumlah kromosom sel somatisnya merupakan

    kelipatan dari kromosom haploidnya. Haploid adalah organisme dimana selnya

    memiliki genom tunggal atau satuset kromosom. Genom adalah satu set kromosom

    haploid. Diploid adalah organisme dimana selnya memiliki dua set kromosom haploid.

    Poliploid adalah mahluk hidup dimana sel somatisnya memiliki lebih dari dua set

    kromosom haploid (lebih dari dua genom). Bila individu haploid setiap selnya memiliki

    satu genom (n), maka diploid (2n), triploid (3n), tetraploid (4n), pentaploid (5n), dan

    seterusnya.

    Tabel 1. Berbagai kemungkinan ragam dalam euploid

    Tipe euploid

    Formula

    Kemungkinan kromosom

    dengan ABC sebagai set

    kromosom haploid

    (genom)

    Monoploid

    Diploid

    Poliploid:

    - Triploid

    - Tetraploid

    - Pentaploid

    - dan sebagainya

    N

    2n

    >2n

    3n

    4n

    5n

    ABC

    AABBCC

    AAABBBCCC

    AAAABBBB CCCC

    AAAAABBBBB CCCCC

    1). Monoploid

    Monoploid adalah organisme dimana selnya memiliki satu genom (n kromosom).

    Istilah monoploid digunakan untuk menggambarkan sifat suatu organisme. Sedangkan

    istilah haploid digunakan untuk menggambarkan sifat dari gamet yang dibentuk oleh

    organisme diploid.

    Beberapa contoh organisme haploid alami antara lain: bakteri (Bacteria), jamur

    (Fungi), alga biru (Cyanophyta), gametopfit Lumut Hati (Hepaticeae) dan Lumut Daun

    (Bryophyta), lebah madu jantan/ sawflies (Hymenoptera) terjadi karena partogenesis,

    juga dijumpai pada tanaman kentang (kentang monoploid lebih renyah/ enak). Tanaman

    monoploid juga dapat dibentuk dengan menumbuhkan gamet jantan (tepung sari)/ betina

    (n kromosom) pada media kultur jaringan.

  • 18

    Ciri tanaman monoploid antara lain: tanaman tampak lebih kerdil, kurang tahan terhadap

    serangan hama dan penyakit dan pengaruh lingkungan yang kurang baik. Tanaman

    monoploid bersifat steril karena kromosom tidak bisa berpasangan (tidak ada

    homolognya), tidak ada kemungkinan heterosigot, serta tida ada segregasi.

    Tanaman monoploid dapat dimanfaatkan untuk membentuk tanaman homosigot/

    galur murni, dengan melipat gandakan kromosomnya (dengan kolkhisin). Galur murni

    penting untuk program pemuliaan tanaman, terutama untuk pembetukan varietas hibrida

    (hybrid vigor).

    2). Pollipoid

    Poliploid adalah mahluk hidup dimana sel somatisnya memiliki lebih dari dua set

    kromosom haploid (lebih dari dua genom). Poliploid banyak di jumpai pada tumbuhan,

    sedangkan pada hewan atau manusia sangat jarang dijumpai karena poliploid dapat

    menyebakan kelainan atau kematian/letal.

    Ciri umum tanaman poliploid (dibanding tanaman diploid), antara lain: tanaman

    tampak lebih kekar, ukuran organ tanaman lebih besar (akar, batang, daun, bunga dan

    buah), ukuran sel dan inti selnya lebih besar, buluh pengangkutan (xylem dan phloem)

    lebih besar, stomata juga lebih besar, daun lebih tebal dan warna hijau daun lebih tua,

    ukuran bunga lebih besar dan waktu berbunganya lebih lama. Berlipatnya jumlah

    kromosom tanaman poliploid dapat menyebabkan kandungan protein, vitamin dam asam

    organik lainnya meningkat, tetapi tekanan osmotik sel-sel berkurang, pembelahan sel

    terlambat, masa vegetatif lebih panjang, fertilitas berkurang, tanaman kurang tahan

    terhadap hama dan penyakit.

    Tanaman poliploid diketahui mempunyai fertilitas relatif rendah, maka

    pengembangannya akan lebih menguntungkan pada tanaman yang tidak mementingkan

    biji, seperti: sayuran-sayuran, bunga-bungaan, buah-buahan.

    Terjadinya poliploid pada tumbuhan, sebagai berikut:

  • 19

    (1). Poliploid terjadi secara alami, yaitu:

    a). Kelipatan kromosom sel somatis, terjadi karena kromosom melakukan pemisahan

    yang tida teratur selama mitosis, sehingga sel-sel anak yang baru ada memeliki

    jumlah kromosom berlipat.

    b). Sel-sel reproduktif dapat mengalami pembelahan yang tak teratur, sehingga

    kromosom tidak memisah secara sempurna ke kutub-kutub pda waktu anafase.

    (2) Poliploid terjadi secara buatan, yaitu dengan memberi perlakuan zat kimia tertentu

    pada sel, sehingga jumlah kromosom sel anak dapat digandakan. Zat kimia yang biasa

    digunakan untuk menimbulkan poliploid pada sel tumbuhan adalah: kolhkisin, asenaften,

    kloralhidrat, sulfanilamid, etil-merkuri-klorid,dan heksklorosikloheksan. Kolkhisinlah

    yang paling banyak digunakan untuk kegiatan ini karena mudah larut di dalam air.

    Sedangkan zat kimia lainnya harus dilarutkan di dalam gliserol.

    Kholkhisin dengan rumus (C22H25O6N) merupakan suatu alkaloid yang

    dihasilkan oleh tanaman Autumn crocus (Cochicum autonale) famili Liliaceae.

    Kolkhisin merupakan racun kuat, diperoleh dari biji dan umbi tanaman tersebut.

    Kokhisin pada konsentrasi tertentu mencegah terbentuknya benang spindel selama

    pembelahan sel, sehingga fase anafase tidak dapat berlangsung dan kromosom-kromosom

    tetap berserakan di dalam sitoplasma, sehingga inti sel yang terbentu kromosomnya

    berlipat. Kolkhissin dapat dilarutkan dalam air (tidak air panas), gliserol, dapat dicampur

    dengan agar atau lanolin. Larutan kolkhisin bekerja efektif pada konsentrasi 0,01 1,0 %,

    lama perendaman berkisar antara 3-24 jam tergantung jenis tanaman. Konsentrasi larutan

    kolkhisin yang sering dipakai untuk kebanyakan tanaman adalah 0,2 %.

    Tehnik pemberian kolkhisin yaitu:

    (a). Merendam benih/ biji dalam larutan kolhisin, makin keras kulit biji makin pekat

    konsentrasi larutan yang dipakai.

    (b). Meneteskan larutan kolkhisin pada mata tunas, dilakukan secara berulang-ulang agar

    jangan sampai kering.

    (c). Merendam kecambah dalam larutan kolkhisin. Kecambah dari benih tanaman

    monokotil lebih sulit diberi perlakuan kolkhisin dibanding dengan tanaman dikotil

    karena titik tumbuhnya dilindungi oleh koleoptil.

  • 20

    (d). Merendam akar tanaman dalam larutan kolkhisin, dapat dilakukan pada berbagai

    jenis tanaman dengan interval waktu 12 jam. Interval waktu 12 jam maksudnya

    adalah 12 jam dalam larutan kolkhisin, 12 jam dalam air, 12 jam lagi dalam larutan

    kolkhisin.

    (e). Meredam batang dalam larutan kolkhisin, sebaiknya menunggu batang melewati

    masa dorman.

    Tanaman poliploid dibedakan menjadi dua yaitu:

    (1). Tanaman Autopoliploid yaitu apabila genom yang sama mengalami kelipatan.

    (2.) Allopoliploid yaitu apabila genom-genom berbeda berkumpul melalui hibridisasi.

    (1). Autopoliploid

    Tanaman autopoliploid adalah tanaman mempunyai kelipatan genom yang sama,

    dam berdasarkan banyaknya kelipatan itu dapat dibedakan tanaman yang triploid (3n),

    tetraploid (4n), pentaploid (5n), heksaploid (6n), dan seterusnya. Tanaman autopoliploid

    sama dengan induknya hanya jumlah kromosomnya yang berbeda.

    Beberapa ciri tanaman autopoliploid adalah :

    1). Inti dan isi sel lebih besar, yang ditunjukkan oleh ukuran stomata dam butir tepung

    sari.

    2). Daun dam bunga bertambah besar, pertambahan ukuran ini ada batasnya sehingga

    dengan penambahan jumlah kromosom, tidak akan menyebabkan menambah secara

    berlanjut.

    3). Adanya perubahan komposisi senyawa kimia, seperti peningkatan kadar karbohirat/

    gula, protein, asam organik dan alkaloid.

    4). Laju pertumbuhan tanaman menjadi lebih lambat, demikian pula waktu pembungaan

    juga menjadi lambat.

    5). Meiosis sering tidak teratur, sehingga dapat terjadi kromosom tidak berpasangan, hal

    ini disebabkan karena terbentuknya bevalent, trivalent, quadrivalent dam seterusnya.

    6). Terjadi perubahan segregasi genetik, yang berbeda dengan segregasi genetik tanaman

    diploid.

  • 21

    7). Terjadinya penurunan fertilitas pada tepungsari/ biji, hal ini perlu diperhatikan dalam

    program pemuliaan tanaman. Seperti pada jagung penurunan mencapai 80 %, pada

    selada mencapai 5 15 % dibanding dengan tanaman diploid.

    8). Autopoliploid ganjil (triploid, pentaploid) hampir seruhnya steril, karena pemisahan

    tidak teratur dari miosis, sehingga memberikan gamet yang tidak seimbang.

    a. Autotriploid

    Tanaman autotriploid mengandung tiga set kromosom (3n), dapat terjadi:

    1). Pembelah miosis yang abnormal menyebabkan ada sel (gamet) yang tetap memiliki

    2n kromosom. Bila gamet (2n) dibuahi oleh gamet haloid (n), maka akan dihasilkan

    keturunan (3n).

    2). Persilangan antara tanaman diploid (gamet n) dengan tanaman tetraploid ( gamet 2n),

    maka dihasilkan turunan triploid (3n).

    Pembentukan tanaman autotriploid dari tanaman diploid dan tetraploid, hasilnya

    akan lebih baik bila tanaman tetraploid digunakan sebagai induk betina dan tanaman

    diploid sebagai pejantan, seperti contoh berikut.

    P. AAAA x aa Tetraploid Diploid

    Sel telur: 4 AA (2n) Serbuk sari: a (n)

    4 A (n)

    F1 4 AAa (3n) : 4 Aa (2n)

    Triploid Diploid

    Bila dilakukan inbriding terhadap tanaman F1 triploid (AAa), maka akan diproleh

    keturunan sebagai berikut:

    F1 AAa x AAa

    Triploid Triploid

    Sel telur: 1 AA (2n) Tepung sari: 1 AA (2n)

    2 Aa (2n) 2 Aa (2n)

    2 A (n) 2 A (n)

    1 a (n) 1 a (n)

  • 22

    F2

    1 AA 2 Aa 2 A 1 a

    1 AA 1 AAAA (4n) 2 AAa (3n) 2 AAA 1AAa

    2 Aa 2 AAAa (4n) 4AAaa (4n) 4 AAa (3n) 3 Aaa (3n)

    2 A 2 AAA (3n) 4 AAa (3n) 4 AA (2n) 2 Aa (2n)

    1 a 1 AAa (3n) 2 Aaa (3n) 2 Aa (2 Aa) 1 aa (2n)

    Perbandingan genotip dalam keturunan = 9 tetraploid : 18 triploid : 9 diploid atau = 1

    tetraploid : 2 triploid : 1 diploid. Perbandingan fenotipe adalah 35 A : 1 a, sedangkan

    untuk tanaman diploid monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan segregasi fenotipe 3 A : 1a.

    Jadi dengan merubah tanaman diploid menjadi triploid, maka penyerbukan sedirinya

    diharapkan mendapatkan sifat dominan = 35/3 = + 12 kali lebih banyak. Bila gen

    dominan untuk sifat menguntungkan, maka dengan merubah tanam diploid menjadi

    triploid, maka diperoleh sifat yang menguntungkan sekitar 12 kali lipat.

    Sifat steril dari tanaman triploid sering dimanfaatkan orang untuk memproleh

    keuntungan, seperti: pisang yang dikonsumsi buahnya (tanpa biji), pengembangan buah

    semangka tanpa biji (seedles watermelon), tanaman apel varietas Baldwin dan Mc Iintos,

    tanaman pear yang dikembangkan di Eropah. Beberapa jenis sayur-sayuran dan bunga

    potong banyak yang triploid.

    Tanaman semangka diploid (2n) memiliki 22 kromosom, triploid (3n) memiliki

    33 kromosom, dam tanaman tetraploid (4n) memiliki 44 kromosom. Cara membuat

    beberapa ploidi pada tanaman semangka seperti berikut.

    2n

    Normal Kolkhiosin

    2n ------------x---------------------x------------ 4n

    betina x jantan betina x jantan

    (2n) (4n) (4n) (2n)

    Biji (2n) Biji kosong Biji (3n) Biji (4n)

    Tanaman Tanaman Tanaman

    dengan dengan buah dengan

    buah berbiji tanpa biji buah berbiji

  • 23

    b. Autotetraploid

    Tetraploid umumnya dijumpai pada tanaman dan tidak dijumpai pada hewan atau

    manusia. Tetrapolid dapat terjadi secara alami dan secara buatan

    yaitu:

    1. Penyimpangan pada meioses, yaitu pada pembelahan meiosis tahap pertama dimana

    kromosom yang berpasangan gagal memisah pada anafase I, sehingga satu sel

    telofase menerima seluruh seluruh kromosom diploid dan sel yang lain tidak

    menerima satupun. Sel yang pertama dapat mengalami pembelahan mioses II untuk

    menghasilkan gamet diploid. Penggabungan satu dari gamet ini dengan gamet

    haploid akan menghasilkan zigot triploid, tetapi penggabungan dengan gamet diploid

    yang lain menghasilkan zigot tetraploid, tetapi jarang terjadi.

    2.. Penggunaan zat kimia mutagenik. Zat kimia kolkhisin banyak digunakan untuk

    melipatgandakan kromosom dari sel diploid (2n) menjadi sel tetraploid (4n).

    Tetetraploid biasanya sering mengalami sterilitas, hal ini disebabkan karena

    adanya miosis yang tidak teratur, yang menyebabkan terjadinya kromosom univalent,

    bevalent dan trivalent. Adanya genom-genom yang tidak sempurna menyebabkan gamet

    yang terbentuk steril.

    Penambahan kromosom menyebabkan kerumitan nisbah gamet. Misal pasang

    alel A dan a pada tetraploid ada lima macam kemungkinan genotipe, yaitu: AAAA

    (kuadruplek), AAAa (triplek), AAaa (duplek), Aaaa (simplek) dan aaaa (nuliplek)

    Tanaman autotetraploid membuat gamet 2n, karena itu berpasangannya kromosom-

    kromosom homolog selama miosis berlangsung lebih teratur dari tanaman triploid.

    Bila gen-gen letaknya dekat dengan sentromer, sehingga gen-gen tidak

    mengalami pindah silang (crosing over). Tanaman autotetraploid duplek (AAaa) akan

    membentuk gamet diploid dengan perbandingan 1 AA : 4 Aa : 1 aa, seperti berikut.

    ___._______________

    A

    ___._______________

    A

    ___._______________

    a

    ___._______________

    a

  • 24

    A A A A

    A - AA Aa Aa

    A - - Aa Aa

    A - - - Aa

    A - - - -

    Penyerbukan sendiri tanaman heterzigot AAaa, akan menghasilkan nisbah seperti

    berikut.

    1AA 4Aa 1aa

    1AA 1AAAA 4AAAa 1AAaa

    4Aa 4AAAa 16AAaa 4Aaaa

    1aa 1Aaaa 4Aaaa 1aaaa

    Perbandingan genotipe tada F1 adalah 1 kuadruplek: 8 triplek : 18 duplek : 8 simplek : 1

    nuliplek. Perbandingan fenotipenya adalah 35 A : 1 a. Sedangkan segregasi F1 tanaman

    diploid (Aa x Aa) adalah 3 A : 1a. Jadi dengan merubah tanaman diploid menjadi

    tetraploid kita akan mendapatkan sifat dominan 35/3 = 12 kali lebih banyak.

    Bila gen-gen letaknya jauh dari sentromer, sehingga gen-gen dapat mengalami

    pindah silang. Seperti diketahui pindah silang akan berlangsung setelah masing-masing

    kromosom membelah memanjang menjadi kromated.

    ____.__________________

    A

    ____.______________ _____.__________________

    A A

    ____.______________ _____.__________________

    A A

    _____.__________________

    A

    ____.______________ _____.__________________

    a a

    ____.______________ _____.__________________

    a a

    _____. __________________

    a

    _____.___________________

    a

    4 kromated 8 kromated

  • 25

    Gen-gen yang mengalami segregasi tidak lewat kromosom melainkan lewat kromated.

    Segregasi demikian disebut juga segregasi random kromated. Sehingga tanaman

    autotetraploid dupleks AAaa akan membentuk gamet-gamet diploid (2n) dengan

    perbandingan 6 AA: 166 Aa: 6aa atau 2 AA : 5 Aa : 2 aa, seperti bagan berikut.

    A A A A A A A A

    A - AA AA AA Aa Aa Aa Aa

    A - AA AA Aa Aa Aa Aa

    A - AA Aa Aa Aa Aa

    A - Aa Aa Aa Aa

    A - Aa Aa Aa

    A - Aa Aa

    A - Aa

    A -

    Bila terjadi penyerbukan sendiri maka keturunan yang dapat diharapkan adalah:

    2 AA 5 Aa 2 aa

    2AA 4 AAAA 10 AAAa 4 AAaa

    5Aa 120 AAAa 25 AAaa 10 Aaaa

    2aa 4 AAaa 10 Aaaa 4 aaaa

    Hasil penyerbukan sendiri tersebut mendapatkan perbandingan genotipe = 4 kuadruplek :

    20 triplek : 4 nulipleks, dan dengan perbandingan fenotipe yaitu: 77 A : 4 a atau

    19,25 A : 1a. Bila hasil ini dibandingan dengan diploid monohibrid (Aa x Aa), maka

    masih dapat diharapkan memperoleh kelipatan sifat dominan 19,25 / 3 = + 6,5 kali.

    Sekarang telah banyak tanaman yang dibudidayakan dan mempunyai nilai dalam

    perdagangan sengaja dibuat tetraploid dengan menggunakan kolkhisin, seperti tanaman

    hias, bunga potong, ketang, gula bit, kacang tanah, buah amggur, buah peer Bartlett, Apel

    Mc Intossh dan lain-lain.

    2.1.2. Allopoliploid

    Tanaman allopoliploid adalah tanaman yang berasal dari pelipatan jumlah

    kromosom tanaman hibrida interspesifik. Tanaman hibrida interspesifif diperoleh dengan

  • 26

    menyilangkan dua spesies atau genus yang berlainan, tetapi masih mempunyai hubungan

    kerabat dekat (famili). Jumlah genom hibrida interspesifik ini berlainan dengan genom

    kedua tetuanya, sehingga bersifat sangat steril. Untukmendapatkan tanaman tanaman

    allopoliploid yang fertil ada dua kemungkinan yaitu:

    1) Tanaman hibrid interspesifik yang steril itu tanpa mengalami reduksi kromosom

    (meiosis) dapat membentuk gamet-gamet yang bila bersatu akan menghasilkan

    tanaman allopoliploid yang fertil. Cara yang terjadi secara alamiah ini sangat jarang

    terjadi di alam.

    2) Tanaman hibrida interspesif yang steril itu dilipat gandakan kromosomnya dengan

    perlakuan zat kimia tertentu seperti kolkhisin. Karena jumlah kromosom berlipat

    dua, maka dapat membentuk pasangan-pasangan kromosom selama meosis, sehingga

    tanaman yang terbentuk sifat allopoliploid yang fertil. Cara ini umum dilakukan

    oleh para ahli pemulia tanaman.

    Untuk lebih jelasnya mengenai cara untuk membentuk tanaman allopoliploid, disajikan

    seperti bagan berikut.

    P Spesies A x Spesies B

    diploid diploid

    2n = 4 2n = 4

    Gamet n = 2 n = 2

    F1 Hibrida interspesifik

    2n = 4

    sangat steril Cara II

    Cara buatan yaitu

    Cara I dengan memberi

    Perlakuan kolkhisin

    Kemungkinan dapat

    menghasilkan 2n = 4 2n = 4

    beberapa gamet Persatuan

    tanpa reduksi gamet-gamet

    Tanaman allopoliploid

    4n = 8

    fertil

  • 27

    Karpechenkov (1928) berkebangsaan Rusia, berhasil menyilangkan tanaman radis

    (Rapanus satvus) dengan tanaman kubis (Brassica oleracea), keduanya termasuk dalam

    famili Cruciferae. Masing-masing tanaman tadi memiliki kromosom somatis 2n = 18,

    akan tetapi kromosom radis memiliki gen-gen yang tidak dijumpai pada kromosom kubis.

    Turunan pertama (F1) hasil persilangan ini merupakan hibrida interspesifik yang bersifat

    sangat steril. Pelipat gandaan hibrida interspesifik ini dengan kolkhisin menghasilkan

    tanaman fertil yang disebut Rhapanobrassica bersifat allopoliploid atau amphidiploid.

    P Raphanus sativus x Brassica oleracea

    2n = 18 R 2n = 18 B

    Gamet: n = 9 R n = 9 B

    F1 Hibrid interspesifik

    (sangat steril)

    2n = 9R + 9B = 18

    Kromosom dilipat

    gandakan dengan

    kolkhisin

    Raphanobrassica

    Amphidiploid

    Allotetraploid

    (fertil)

    4n = 18 R + 18 B = 36

    Antara tanaman autopolliploid dengan allopoliploid terdapat beberapa perbedaan pokok,

    yaitu:

    1. Tanaman autopoliploid, diperoleh dengan menginduksi jenis tanaman tertentu dengan

    menggunakan zat kimia seperti kolkhisin. Tanaman poliploid yang diperoleh sama

    dengan jenisnya, misalnya tanaman tomat diloid (2n) menjadi tomat tetraploid (4n).

    Karena jumlah kromosom berlipat ganda, maka beberapa sifat tertentu mengalami

    perubahan, seperti: tanaman lebih kekar, daun-daun lebih lebar dan hijau, buah lebih

  • 28

    besar, kandungan protein meningkat. Karena sterilitas meningkat, jumlah buah dan

    biji berkurang.

    2. Tanaman allopoliploid dibuat dengan melipatgandakan jumlah kromosom hibrida

    interspesifik dengan zat kimia seperti kolkhisin. Hibrida interspesifik ini dibuat

    dengan menyilangkan antara spesies atau genus yang berbeda tetapi masih

    mempunyai hubungan kerabat 9famili). Tanaman allopoliploid ini bersifat fertil dan

    merupakan jenis baru yang sebelumnya tidak dikenal.

    3. Dibandingkan dengan tanaman autopoliploid, maka tanaman allopoliploid yang

    merupkan jenis baru, mempunyai arti lebih peting dari segi agronomi dan evolusi

    tanaman

    Pengembangan tanaman allopoliploid oleh pemulia tanaman untuk pembangunan

    pertanian dibeberapa negara didunia antara lain:

    1). Tanaman tembakau allotetraploid

    Tanaman tembakau (Nicotiana tabcum) adalah peka terhadap penyakit virus mosaik

    tembakau (TMV), sedangkan spesies tembakau lainnya yaitu Nicotiana glutinosa

    lebih tahan. Clausen dan Goodspeed dalam tahun1925 menyilangkan Nicotiana

    tabcum (2n 48, gamet n = 23) dengan Nicotiana glutinosa (2n = 24, gamet n = 12),

    menghasilkan sangat sedikit tanaman F1 yang kebanyakan steril. Satu dari tanaman

    F1 menghasilkan beberapa tanaman F2 yang fertil. Penelitian sitologis membuktikan

    tanaman F2 tersebut bersifat allotetraploid dengan jumlah kromosom 72 buah, yaitu

    sama dengan jumlah kromosom kedua induknya. Jenis tembakau bari ini dinamakan

    icotiana digluta, mempunyai sifat lebih tahan terhadap TMV serta memberi hasil

    lebih baik.

    2) Tanaman Rubus alloheksaploid

    Di Eropah dikenal dua jenis Rubus yaitu Rubus idaeus diploid (2n = 14) dan Rubus

    caesius tetraploid (4n = 28), persilangan kedua jenis tanaman ini menghasilkan tanaman

    F1 triploid 3n = 21 kromosom dan bersifat steril. Pelipat gandaan khromosom tanaman

    F1 dengan kolkhisin akan menghasilkan tanaman baru heksaploid (6n = 42)yang diberi

    nama Rubus maksimus.

  • 29

    P Rubus caesius x Rubus idaeus

    (4n = 28) (2n = 14)

    C1C1C2C2 I I

    Gamet: C1C2 I

    F1 Hbrid interspesifik

    Triploid (3n = 21) steril

    C1C2I

    Kromosom dilipat gandakan

    dengan kolkhisin

    Rubus maximus

    Allohexaploid (6n = 42) fertil

    C1C1C2C2 II

    Rubus maksimus menghasilkan serat batang yang kuat dan baik untuk pembuatan karung

    goni.

    3). Tanaman kubis allotetraploid

    Dikenal tiga spesies diploid dari genus Brassica ialah: B. oleracea (n = 9), B,

    nigra (n = 8), dan B. campestris (n = 10). Nagahara U pemulia tanaman bangsa Jepang

    tahun 1935, melakukan penelitian terhadap hasil persilangan alami diantara spesies

    tanaman kubis tersebut, dan ternyata turunannya merupakan tanaman amphidiploid atau

    allotetraploid. Untuk memudahkan mempelajari hubungan satu dengan yang lainnya,

    Nagahara U menciptakan hubungan yang berbentuk segi tiga yang disebut segi tiga U,

    seperti berikut.

    B.nigra

    ( n = 8)

    carinata (n=17) B. juncea (n = 18)

    B. oleracea B. nafus B. campestris

    (n = 9) (n = 19) (n = 10)

    B. carnata (n = 17), B juncea (n = 18) dan B. nafus (n = 19) merupakan jenis kubis baru

    yang bersifat ampidiploid atau allotetraploid. Diketemukannya kubis jenis baru ini

  • 30

    sangat membantu pemulia tanaman untuk mengembangkan varietas kubis yang

    mempunyai nilai komersial tinggi.

    4).. Gandum heksaploid

    Tanaman gandum Triticum monococcum merupakan bahan baku pembuatan roti,

    diketahui peka terhadap penyakit cendawan karat daun (2n = 14). Jenis lain yang masih

    ada hubungan kerabat dengan gandum yaitu genus Aegilop dengan dua spesies

    yaitu.Aegilop speltoides (2n = 14),dan Aegilop squarrosa (2n = 14). Persilangan

    diantara ke tiga jenis spesies tersebut dilakukan oleh J. Percival di Inggris, menghasilkan

    tanaman gandum alloheksaploid yang disebut Triticum aestivum (6n = 42), fertil.

    P Triticum monococcum x Aegilops speltoides

    (2n = 14) (2n = 14)

    (AA) (BB)

    F1 Hibrid interspesifik

    Sangat steril

    (2n = 14)

    (AB)

    Kromosom dilipatgandakan

    dengan kokhisin

    P Triticum dicocoides x Aegilops speltoides

    Gandum allotetraploid (2n = 14)

    (4n = 28), fertil (CC)

    (AABB)

    F1 Hibrida interspesifik

    Sangat steril

    (3n = 21)

    (ABD)

    Kromosom dilipat gandakan

    Triticum aestivum

    Gandum roti alloheksaploid

    (6n = 42), fertil

    (AABBDD)

    Triticum aestivum (alloheksaploid) dapat tumbuh baik pada berbagai lingkungan, tahan

    terhadap penyakit cendawan karat daun, dan bijinya menghasilkan roti yang enak

    rasanya. Jenis gandum baru ini ditanam secara luas di Eropah dan Amerika.

  • 31

    5). Triticale allopoliploid

    Jenis serealia ini merupakan bahan roti yang diproleh dengan dengan

    menyilangkan tanaman gandum durum (Triticum turgidum) tetraploid (4n = 28) dengan

    tanaman rye/ rogge (Secale sereal) diploid (2n = 14). Turunan F1nya merupkan hibrida

    interspesifik sangat steril, penggandaan kromosom menghasilkan Triticale

    alloheksaploid (6n = 42) yang fertil, skema persilngannya seperti berikut.

    P Triticum turgidum x Secale sereal

    Tetraploid (4n = 28) Diploid (2n = 14)

    AABB RR

    F1 Hibrida interspesifik

    Sangat steril

    ABR

    Kromosom dilipat gandakan

    dengan kolkhisin

    Triticale

    Alloheksaploid

    (6n = 42)

    AABBRR

    Triticale alloheksaploid mempunyai ciri batang kuat, umur genjah, hasil tinggi, tahan

    terhadap serangan cendawan karat daun, bijinya menghasilkan roti yang enak rasanya.

    5.6. Kelainan sitogenetik

    Salah satu contoh kelainan sitogenetik adalah jantan madul (male steril) yang

    banyak dijumpai pada tanaman yang mempunyai bunga. Pada tanaman seperti jagung,

    gandum, gula bit, bawang merah dan beberapa tanaman lainnya, bahwa fertilitas

    dikendalikan oleh faktor genetik yang ada dalam sitoplasma. Tetapi tanaman lainya yang

    jantan madul dapat dikendalikan oleh gen yang ada dalam inti sel.

  • 32

    Jantan madul adalah keadaan tidak berfungsinya gamet jantan karena faktor genetik.

    Pada tanaman jagung misalnya, dijumpai bunga jantan tumbuh seperti biasa, tetapi tidak

    menghasilkan serbuk sari (pollen). Dengan demikian penyerbukan pada bungan betina

    memerelukan serbuk sari dari tanaman lain yang fertil.. Hal ini kemudian dimanfaatkan

    untuk memproduksi varietas hibrida dalam rangka mengatasi biaya untuk melakukan

    pemotongan bunga jantan (detasseling).

    Mekanisme pewarisan maternal yang memindahkan jantan madul pada jagung

    telah diteliti dengan cermat oleh M.M. Rhodes. Tidak terbentuknya tepung sari pada

    tanaman tertentu, sehingga menyebabkan tanaman tersebut jantan mandul, tetapi struktur

    bunga betina dan fertilitasnya normal. Gen-gen inti sel tidak mengontrol tipe jantan

    mandul ini. Jantan madul ini diwariskan dari generasi ke generasi melalui sitoplasma

    dari sel telur.

    Varietas jantan madul tertentu diserbuki oleh tepung sari tanaman jagung normal,

    akan menghasilkan keturunan jantan madul saja. Keturunan jantan mandul ini kemudian

    di silang balik (back cross) dengan tanaman normal jantan fertil. Turunan hasil silang

    balik ini akan tertap jantan mandul, walaupun hampir semua gen-gen inti sel dari

    tanaman jantan mandul itu telah diganti. Jadi jelaslah sifat jantan mandul diturunkan

    lewat pewarisan maternal, bukan oleh gen-gen kromosom. Penelitian lebih lanjut

    menunjukkan dari tanaman jantan mandul ternyata masih ada beberapa tepung sari yang

    fertil, sehingga masih memungkinkan terjadinya persilangan resiprok. Hasil persilangan

    resiprok itu berupa tanaman jantan madul. Dengan demikian terbukti bahwa jantan fertil

    diwariskan secara maternal seperti berikut.

  • 33

    Jantan steril 0 o0 Sitoplasma Jantan fertil

    Gamet jantan

    fertil

    Sel telur

    Jantan steri Jantan fertil

    Beberapa kali

    Silang balik

    Jantan steril

    Jantan steril

    Faktor genetik dalam sitoplasma yang ikut mengambil bagian dalam jantan

    mandul, tidak hanya sendirian tetapi faktor genetik itu mengadakan interaksi dengan gen-

    gen inti tertentu. Misal gen inti R (dominan) pada jagung dapat memulihkan fertilitas

    dari tanaman yang pada mulanya jantan steril. Jagung yang memiliki sitoplasma S

    (jantan mandul) dan genotipe inti rr (Srr) menghasilkan antera yang tidak normal dan

    tidak memiliki tepung sari. Sedangkan tanaman dengan sitoplasma F (fertil jantan) atau

    genotipe inti R- atau kedua-duanya (F-, SR-, atau Frr) dapat menghasilkan tepung sari

    normal. Para pemulia tanaman menggunakan interaksi faktor genetik dalam sitoplasma

  • 34

    dengan dengan gen inti sel, untuk memproduksi benih hibrida secara komersiil. Sebagai

    contoh bila salah satu induk adalah galur inbrida jantan mandul (Srr) disilangkan dengan

    galur inbrida fertil (FRR,) maka akan diproleh F1 hibrida SRr (fertil), seperti berikut

    P Galur A Galur B Galur C Galur D

    Galur inbrida x x

    Jantan mandul Jantan fertil Jantan mandul Jantan fertil

    F1 hibrida

    Silang tunggal x

    Jantan fertil Jantan mandul

    F1 Hibrida

    Silang ganda

    Jantan fertil Jantan mandul

    Tehnik pembuatan jagung hibrida komersiil di lapangan dengan pemanfaatan

    jantan mandul, dilakukan sebagai berikut: misalnya persilangan dibuat antara galur

    inbrida A dengan B, dan antara galur inbrida C dengan D, sehingga dihasilkan dua F1

    hibrida silang tunggal AB dan CD. Kedua hibrida ini kemudian disilangkan untuk

    menghasilkan F1 hibrida silang ganda ABCD, selanjutnya dijual kepada petani

    Untuk jelasnya disajikan seperti pada bagan berikut.

    rr

  • 35

    P inbrida B x inbrida A inbrida C x inbrida D jantan subur jantan mandul jantan subur jantan subur

    inbred b dan inbred B

    atau keduanya,

    memiliki restorer genes

    (gen pengendali untuk

    pollen subur)

    F1 (A x B) x (C x D) tanaman single tanaman single

    cross jantan cross jantan

    mandul subur

    F1 (AB)(CD)

    biji double cross dijual

    swecara komersil sebagai

    benih varietas hibrida

    Daftar Pustaka

    Allard, R.W. 1960. Principles of Plant Breeding. John Willey& Sons, Inc. New York,

    London, Sydney.

    Mangoendijdojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Penerbit Kanisius

    (Anggota IKAPI), Yogyakarta. 182 h.

    Poehlman, J.M. 1977. Breeding Field Crops. The AVI Publishing Company, Inc.

    Westport Connecticut, USA.

    Soetarso, 1991. Ilmu Pemuliaan Tanaman. Jurusan Budidaya Pertanian, Fak. Pertanian,

    Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta. 164 h.

    Suryo, H. 1995. Sitogenetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

    Swanson, C.P., T. Merz, W. J. Young. 1981. Cytogenetics. Presentice, Inc.,

    Englewood Clifts, NJ 07632. Prented in the USA.

    Schulz-Schaeffer, J. 1980. Cytogenetics. Pants, Animals, Humans. Springer-Verlag.

    New York, Heidelberg, Berlin.

  • 36