Pemodelan Spasial Untuk Meminimalisir Korban Bencana Tsunami

7
Pemodelan Spasial untuk Meminimalisir Korban Akibat Bencana Tsunami Pesisir Selatan Kabupaten Cilacap 1) Nuril Umam, 2) Diyan Prabandaka 1) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, 085729087941, [email protected] 2) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, 08562878531, [email protected] abstrak Bencana tsunami merupakan bencana yang sulit di prediksikan kapan terjadinya namun hanya bisa di ketahui ciri ciri akan datangnya tsunami, meskipun ciri ciri akan datangnya tsunami dapat diketahui namun bagi masyarakat awam sulit juga memperhitungkan seberapa besar gelombang tsunami yang akan sampai ke bibir pantai. Kabupaten Cilacap merupakan kabupaten yang terluas di Jawa tengah dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia sehingga bisa di katakan bahwa Kabupaten Cilacap merupakan daerah rawan akan bencana tsunami. Strategi utama dalam meminimalisir korban bencana tsunami adalah dengan menyelamatkan orang sebanyak mungkin. Penelitian ini bertujuan mengaplikasikan Sistem Informasi Geografi dalam meminimalisir korban akibat bencana tsunami dengan pembuatan Jalur evakuasi tercepat dan terefektif sebagai usaha untuk evakuasi secara horizontal. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk membuat jalur evakuasi tsunami adalah dengan metode least costpath, dimana least costpath adalah salah satu metode untuk pembuatan jalur evakuasi tsunami dengan mempertimbangkan parameter parameter tertentu, least costpath terbentuk dari dua input data raster yaitu cost distance dan cost backlink. Kata kunci : Sistem Informasi Geografi, Jalur Evakuasi, Evakuasi Horizontal, least costpath, 1. PENDAHULUAN Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi bencana yang paling banyak, termasuk di dalamnya ialah bencana tsunami. Bencana tsunami dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya oleh gempa bumi, erupsi gunung api, maupun oleh longsoran. Tsunami paling sering di sebabkan oleh adanya gempa bumi. Gempa bumi terjadi akibat adanya tumbukan yang terjadi antara dua lempeng dan jika terdapat di laut dengan kekuatan yang tinggi maka dapat menyebabkan tsunami. Lempeng yang paling rawan terjadi gempa bumi berada di barat Pulau Sumatera dan selatan Pulau Jawa. Daerah pada batas lempeng Sunda dan Australia merupakan salah satu daerah yang paling sering terjadi gempa. Beberapa bencana tsunami yang telah terjadi dan banyak menimbulkan korban jiwa seperti pada tanggal 2 Juni 1994 terjadi gempa di timur Ciamis dengan 7,8 skala richter dan menimbulkan tsunami setinggi 13 meter yang menyebabkan meninggalnya sekitar 200 orang. Sementara pada tanggal 20 Agustus 1997 terjadi gempa dengan kekuatan 8,3 skala richter di sebelah timur- tenggara Ciamis juga menimbulkan gelombang tsunami setinggi 15 meter menyebabkan meninggalnya sekitar 200 orang . Gempa dengan kekuatan diatas 6,5 skala richter dan terjadi di laut sangat berpotensi menimbulkan tsunami yang telah terjadi pada beberapa peristiwa di wilayah Ciamis dan Cilacap. Dengan mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana tsunami, maka dapat dibuat suatu peringatan dini agar resiko dapat diminimalisir, salah satunya dengan pembuatan jalur evakuasi tsunami yang efektif. 1.1 Tujuan Penelitian ini ditujukan untuk mengaplikasikan Sistem Informasi Geografi dalam meminimalisir korban bencana Tsunami di Kabupaten cilacap, Menemukan beberapa jalur alternatif menuju titik yang dianggap aman dan mengetahui potensi dan peran penginderaan jauh dalam meminimalisir korban bencana tsunami, dengan begitu di harapkan penelitian ini mampu meberikan informasi mengenai beberapa jalur alternatif menuju titik / lokasi yang dianggap lebih aman untuk menyelamatkan diri pada situasi bencana tsunami, memberikan evaluasi dan rekomendasi beberapa jalur alternatif kepada pemerintah untuk pertimbangan sebagai jalur evakuasi alternatif, dan meningkatkan sistem mitigasi bencana tsunami yang telah ada.

Transcript of Pemodelan Spasial Untuk Meminimalisir Korban Bencana Tsunami

Page 1: Pemodelan Spasial Untuk Meminimalisir Korban Bencana Tsunami

Pemodelan Spasial untuk Meminimalisir Korban Akibat Bencana Tsunami Pesisir Selatan Kabupaten Cilacap

1)Nuril Umam,

2)Diyan Prabandaka

1) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, 085729087941, [email protected]

2) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, 08562878531, [email protected]

abstrak

Bencana tsunami merupakan bencana yang sulit di prediksikan kapan terjadinya namun hanya bisa di ketahui ciri ciri akan datangnya tsunami, meskipun ciri ciri akan datangnya tsunami dapat diketahui namun bagi masyarakat awam sulit juga memperhitungkan seberapa besar gelombang tsunami yang akan sampai ke bibir pantai. Kabupaten Cilacap merupakan kabupaten yang terluas di Jawa tengah dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia sehingga bisa di katakan bahwa Kabupaten Cilacap merupakan daerah rawan akan bencana tsunami. Strategi utama dalam meminimalisir korban bencana tsunami adalah dengan menyelamatkan orang sebanyak mungkin. Penelitian ini bertujuan mengaplikasikan Sistem Informasi Geografi dalam meminimalisir korban akibat bencana tsunami dengan pembuatan Jalur evakuasi tercepat dan terefektif sebagai usaha untuk evakuasi secara horizontal. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk membuat jalur evakuasi tsunami adalah dengan metode least costpath, dimana least costpath adalah salah satu metode untuk pembuatan jalur evakuasi tsunami dengan mempertimbangkan parameter parameter tertentu, least costpath terbentuk dari dua input data raster yaitu cost distance dan cost backlink.

Kata kunci : Sistem Informasi Geografi, Jalur Evakuasi, Evakuasi Horizontal, least costpath,

1. PENDAHULUAN Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi bencana yang paling banyak,

termasuk di dalamnya ialah bencana tsunami. Bencana tsunami dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya oleh gempa bumi, erupsi gunung api, maupun oleh longsoran. Tsunami paling sering di sebabkan oleh adanya gempa bumi. Gempa bumi terjadi akibat adanya tumbukan yang terjadi antara dua lempeng dan jika terdapat di laut dengan kekuatan yang tinggi maka dapat menyebabkan tsunami. Lempeng yang paling rawan terjadi gempa bumi berada di barat Pulau Sumatera dan selatan Pulau Jawa. Daerah pada batas lempeng Sunda dan Australia merupakan salah satu daerah yang paling sering terjadi gempa.

Beberapa bencana tsunami yang telah terjadi dan banyak menimbulkan korban jiwa seperti

pada tanggal 2 Juni 1994 terjadi gempa di timur Ciamis dengan 7,8 skala richter dan menimbulkan tsunami setinggi 13 meter yang menyebabkan meninggalnya sekitar 200 orang. Sementara pada tanggal 20 Agustus 1997 terjadi gempa dengan kekuatan 8,3 skala richter di sebelah timur-tenggara Ciamis juga menimbulkan gelombang tsunami setinggi 15 meter menyebabkan meninggalnya sekitar 200 orang . Gempa dengan kekuatan diatas 6,5 skala richter dan terjadi di laut sangat berpotensi menimbulkan tsunami yang telah terjadi pada beberapa peristiwa di wilayah Ciamis dan Cilacap. Dengan mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana tsunami, maka dapat dibuat suatu peringatan dini agar resiko dapat diminimalisir, salah satunya dengan pembuatan jalur evakuasi tsunami yang efektif. 1.1 Tujuan

Penelitian ini ditujukan untuk mengaplikasikan Sistem Informasi Geografi dalam meminimalisir korban bencana Tsunami di Kabupaten cilacap, Menemukan beberapa jalur alternatif menuju titik yang dianggap aman dan mengetahui potensi dan peran penginderaan jauh dalam meminimalisir korban bencana tsunami, dengan begitu di harapkan penelitian ini mampu meberikan informasi mengenai beberapa jalur alternatif menuju titik / lokasi yang dianggap lebih aman untuk menyelamatkan diri pada situasi bencana tsunami, memberikan evaluasi dan rekomendasi beberapa jalur alternatif kepada pemerintah untuk pertimbangan sebagai jalur evakuasi alternatif, dan meningkatkan sistem mitigasi bencana tsunami yang telah ada.

Page 2: Pemodelan Spasial Untuk Meminimalisir Korban Bencana Tsunami

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tsunami

Tsunami berasal dari dua kata yang berasal dari bahasa jepang yaitu tsu dan nami, tsu yang berarti pelabuhan dan nami yang berarti ombak besar, sehingga secara ilmiah tsunami merupakan ombak besar yang datang secar tiba-tiba, yang di sebabkan oleh terganggunya kestabilan air laut dan menghempas pantai hingga menimbulkan bencana (Bien et al., 2005 dalam Ari Cahyono 2010). Berdasarkan kajian dari BMKG (2007) tsunami dapat terjadi jika Kekuatan tanaga pemicu setara dengan kekuatan gempa > 6,3 SR, lokasi tenaga pemicu tsunami berada dilaut, kedalaman dangkal < 40km, dan terjadi deformasi vertikal dasar laut.

Metode yang digunakan untuk menyelamatkan diri dari bahaya tsunami ada dua yaitu evakuasi horozontal dan evakuasi vertikal. Evakuasi horizontal adalah memindahkan penduduk yang berada di zona bahaya ketempat yang lebih jauh atau ke dataran yang lebih tinggi, sedangkan evakuasi vertikal adalah memindahkan penduduk ke lantai lantai pada bangunan yang lebih tinggi, keberhasilan dari evakuasi vertikal ini bergantung pada struktur dan desain bangunanya (NTHMP, 2001). Kerentanan akan bencana tsunami di dasarkan pada kepadatan penduduk, komposisi penduduk dan fasilitas yang ada di sekitar pesisir, daerah di katakan sangat rawan apabila suatu daerah berada di sekitar pesisir pantai dengan kepadatan tinggi. 2.2. Jalur evakuasi

Menurut SDC (2007), Sulaeman et al. (2008) dan Harsanugraha & Atriyon (2008), ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam pemilihan jalur evakuasi tsunami yaitu, titik awal evakuasi merupakan titik rawan yang paling dekat dengan laut dan resiko tsunami tinggi, serta permukiman padat, jalur evakuasi dirancang menjauhi garis pantai dan menjauhi aliran sungai, jalur yang dipilih merupakan jalur lingkungan, jalan raya, jalan nasional, jalan provinsi dan by pass sehingga akan memudahkan proses evakuasi, jalur evakuasi sebaiknya adalah jalur terpendek menuju lokasi aman, jalur evakuasi diusahakan tidak melintangi sungai atau jembatan, jalur evakuasi perlu dibuat parallel supaya tidak terjadi penumpiukan massa, di daerah berpenduduk padat, dirancang jalur evakuasi berupa sistem blok yang bertujuan agar tidak terjadi kemacetan pergerakan massa, di daerah berbukit, lokasi pengungsian dapat di wilayah yang memiliki topografi yang lebih tinggi daripada ketingggian tsunami yang mungkin terjadi 2.3. Sistem Informasi Geografi

SIG merupakan ilmu pengetahuan yang berbasis pada perangkat lunak komputer yang digunakan untuk memberikan bentuk digital dan analisis terhadap permukaan geografi bumi, sehingga membentuk suatu informasi keruangan yang tepat dan akurat (Agus Suryantoro, 2009). Telah dikemukakan oleh Diposaptono dan Budman (2006) bahwa kemampuan SIG yang mengintegrasikan informasi alam sosial-ekonomi dan bencana bisa menjadi suatu alat penilai yang ideal guna mendukung upaya perencanaan kawasan tsunami. Komponen utama SIG dalam menyajikan informasi keruangan beserta data atributnya (Lukman, 1993) yaitu masukan data, penyimpanan dan pemanggilan kembali data, manipulasi data dan analisis, serta penyajian data. 3. METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan bahan

3.1.1. Bahan Penelitian

No Nama Bahan Sumber

1 Citra Quickbird Tahun 2003 Kabupaten Cilacap

Capture Google Earth

2 Peta Rupabumi Digital Indonesia Lembar Cilacap

BAKOSURTANAL

3 Peta Jalur evakuasi Tsunami Kabupaten Cilacap

BPBD Cilacap

4 Peta Rawan Bahaya Kabupaten Cilacap BPBD Cilacap

Page 3: Pemodelan Spasial Untuk Meminimalisir Korban Bencana Tsunami

Gambar 1. Lokasi Penelitian

3.1.2.Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. GPS (Global Positioning System) 2. Altimeter 3. Kamera digital 4. Alat tulis 5. Stop watch 6. Seperangkat Komputer/Laptop + software pendukung (ArcGIS 9.3.1)

3.2. Daerah Penelitian

Cilacap adalah suatu wilayah Kabupaten di Jawa Tengah, sebagian dari wilayahnya dilindungi Oleh Pulau Nusakambangan, dan sebagian lainnya berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Meskipun beberapa daerah dilindungi pulau Nusakambangan, tetapi banyak terjadi kehancuran yang diakibatkan oleh tsunami yang terjadi diselatan Pulau Jawa pada 17 Juli 2006. Bencana tersebut mengakibatkan korban ratusan jiwa, merusak pantai, merusak kapal-kapal dan rumah-rumah nelayan (BAKORNAS PBP 2006, Ratna Sari Dewi 2011).

Kabupaten Cilacap merupakan daerah terluas di Jawa Tengah, dengan batas wilayah sebelah selatan Samudra Indonesia, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes dan Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kebumen dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar Propinsi Jawa Barat. Letak Kabupaten Cilacap berada pada 108

o4’30”- 109

o 22’30” BT dan 7

o

30’20” - 7 o

45’ LS, dengan luas wilayah 225.361 Km2, yang terbagi menjadi 24 kecamatan, 269

desa dan 15 kelurahan. Wilayah tertinggi adalah Kecamatan Dayeuhluhur dengan ketinggian 198 m dari permukaan laut dan wilayah terendah adalah Kecamatan Cilacap Tengah dengan ketinggian 6 m dari permukaan laut. Jarak terjauh dari barat ke timur 152 km dari Kecamatan Dayeuhluhur ke Kecamatan Nusawungu dan dari utara ke selatan sepanjang 35 km yaitu dari Kecamatan Cilacap Selatan ke Kecamatan Sampang. Wilayah terluas adalah Kecamatan Wanareja (19.063 ha) dan terkecil adalah Kecamatan Cilacap Selatan (911,00 ha). Ibukota kecamatan terjauh dari ibukota kabupaten adalah Dayeuhluhur (107 km). Kabupaten Cilacap terdiri atas 24 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Desa-desa tersebar di 21 kecamatan, sedangkan kelurahan ada di 3 kecamatan eks-kota administratif Cilacap. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah Dayeuhluhur, Wanareja, Majenang, Cimanggu, Karangpucung, Sidareja, Gandrungmangu, Kedungreja, Patimuan, Cipari, Bantarsari, Kawunganten, Jeruklegi, Kesugihan, Maos, Sampang, Kroya, Adipala, Binangun, Nusawungu, Kampung Laut, Cilacap Utara, Cilacap Tengah dan Cilacap Selatan.

Page 4: Pemodelan Spasial Untuk Meminimalisir Korban Bencana Tsunami

3.3. Prosedur pengolahan Data

3.3.1. Kalibrasi Ketinggian Kalibrasi data ketinggian di sini dimaksudkan untuk mengkalibrasi piksel dengan nilai

ketinggian yang minus (di bawah nol). Ketinggian di bawah nol tersebut biasanya terdapat di obyek perairan, dengan kalibrasi ketinggian tersebut maka piksel yang nilainya minus tersebut akan memiliki nilai ketinggian nol. Rumus untuk kalibrasi ketinggian tersebut adalah con([citraSRTM] < 0, 0, [citraSRTM]) 3.3.2. Titik Prioritas Evakuasi

Titik prioritas evakuasi ini dibuat dengan input peta penggunaan lahan (penutup lahan yang didetailkan informasinya) dan juga layer bangunan-bangunan penting dari peta RBI. Penutup lahan dengan prioritas evakuasi utama adalah lahan terbangun. Sedangkan bangunan-bangunan utama yang menjadi prioritas evakuasi adalah kantor pemerintahan, rumah sakit, sekolah, bandara, obyek wisata, dan lain-lain. 3.3.3. Pembuatan Jalur Evakuasi (least costpath)

Pembuatan peta jalur evakuasi ini menggunakan analisis raster, yaitu dengan cost backlink dan cost distance sebagai input dalam pembuatan jalur evakuasi dengan metode least costpath. Parameter yang digunakan dalam pembuatan jalur evakuasi ini adalah jalan, sungai, penggunaan lahan dan kemiringan lereng, dimana tiap parameter memiliki bobot masing masing, yang nantinya dijumlahkan. Least costpath akan mencari jalur dengan bobot yang terendah. Jalan dan sungai di kelaskan berdasarkan jaraknya semakin dekat dengan jalan bobotnya semakin rendah supaya jalur yang terbentuk diusahakan melewati jalan, sedangkan sungai, semakin dekat dengan sungai bobot yang di berikan semakin tinggi dengan tujuan jalur yang terbentuk akan menjauhi sungai, sedangkan lereng, semakin datar suatu lereng nilainya semakin rendah karena jalur yang di buat diusahakan melalui lereng yang datar dan mudah dilewati, untuk penggunaaan laan bobot dibuat berdasarkan penggunaan lahan yang akan di lalui, penggunaan lahan prioritas utama di beri bobot terendah begitu juga sebaliknya penggunaan lahan yang dihindari di beri bobot tinggi.

Gambar 2. Bagan Pemodelan Sumber Data Pembentukan Peta Raster Hasil

Weight Sum

Peta raster kelas lereng

Peta raster kelas sungai

Peta raster kelas jalan

Peta raster kelas PL

Peta Raster Hasil Weight

Sum

Page 5: Pemodelan Spasial Untuk Meminimalisir Korban Bencana Tsunami

3.3.4. Diagram Alir penelitian

Gambar.3. Diagram alir penelitian 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bencana tsunami merupakan bencana yang tidak dapat di prediksikan kapan terjadinya namun hanya bisa di ketahui ciri ciri akan datangnya tsunami, meskipun ciri ciri akan datangnya tsunami dapat diketahui namun bagi masyarakat awam sulit juga memperhitungkan seberapa besar gelombang tsunami yang akan sampai ke bibir pantai. Kabupaten Cilacap merupakan kabupaten yang terluas di Jawa tengah dan berbatasan langsung dengan samudera hindia sehingga bisa di katakan bahwa Kabupaten Cilacap bagian selatan rawan akan bencana tsunami, namun sebagian daerah di cilacap dilindungi oleh pulau nusakambangan sehingga jika terjadi tsunami, gelombang besar bisa di hambat oleh pulau nusakambangan tersebut. Untuk mengurangi dampak akan bencana tsunami harus di lakukan beberapa antisipasi atau persiapan persiapan yang harus di siapkan secara matang untuk meminimalisir korban dan kerugian akibat bencana tsunami, salah satunya dengan jalur evakuasi tercepat menuju titik aman, dengan jalur tercepat ini di harapkan masyarakat mengetahui akan jalur tercepat yang dapat dilalui untuk menuju titik aman, jalur tercepat ini di buat dengan menggunakan least costpath. Hal yang penting untuk dilakukan adalah menentukan titik rawan yang di jadikan sebagai titik awal evakuasi dan titik aman sebagai titik akhir yang dianggap aman dari bencana tsunami, dalam hal ini titik yang diambil sebagai titik awal hanya beberapa blok permukiman saja yang dianggap padat dan paling rawan karena daerah dikatakan sangat rawan apabila daerah tersebut memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Setelah ditentukan titik rawan dan titik evakuasi, kemudian dibuat jalur evakuasi dengan menggunakan least costpath, dari hasil yang diperoleh akan dibandingkan dengan peta jalur evakuasi yang dibuat oleh pemerintah melalui BPBD.

Page 6: Pemodelan Spasial Untuk Meminimalisir Korban Bencana Tsunami

Gambar 4. Peta Rencana Evakuasi dari BPBD Kab. Cilacap

Pembuatan jalur evakuasi yang digunakan yaitu evakuasi jenis horizontal maksudnya yaitu dengan mencari daerah sejauh-jauhnya dari daerah rawan tsunami. Dikarenakan pada awal pembuatan jalur evakuasi ini belum terdapat data tentang kendaraan, sehingga data awal ini dibuat berdasarkan pada kemampuan orang berjalan. Kecapatan rata-ratanya berkisar kurang lebih 1,3 meter/detik. Dari data ini sehingga bisa diketahui waktu tempuh dari titik rawannya hingga daerah yang ditentukan amannya. Dengan begitu kita akan mengetahui jalur tercepat menuju titik aman, jalur tercepat yang dibuat di usahakan menuju jalan yang memiliki tingkatan yang lebih tinggi (lebih lebar ) dan jalur yang dibuat hanyalah jalur terefektif atau tercepat saja, yang bisa dijadikan referensi menuju lokasi aman ketika terjadi bencana tsunami

Gambar 5. Peta Jalur evakuasi tercepat 1.

Page 7: Pemodelan Spasial Untuk Meminimalisir Korban Bencana Tsunami

Peta diatas menunjukan jalur evakuasi yang paling efektif dari masing masing blok permukiman, Pada peta kerawanan tsunami yang dibuat sekitar 122.200 ha yang masuk dalam daerah sangat rawan dan perlu di waspadai atau sekitar 52,13 % dari luas keseluruhan kabupaten cilacap, sehingga jalur evakuasi yang dibuat diutamakan untuk mengevakuasi penduduk pada zona sangat rawan tersebut. Tempat tempat yang dijadikan sebagai lokasi aman/barak pengungsian diantaranya adalah sekolah, kantor pemerintahan, bandara, masjid, dan gedung gedung yang dianggap memiliki daya tamping yang tinggi. Sebenarnya evakuasi tsunami tidak hanya bias dilakukan secara horizontal namun dapat juga dilakukan evakuasi secara vertical yaitu dengan memindahkan penduduk ke gedung gedung yang tinggi, akan tetapi karena belum ada data mengenai bangunan tinggi yang dapat digunakan sebagai lokasi evakuasi, maka jalur evakuasi yang dibuat hanyalah jalur evakuasi secara horizontal.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Ari. 2009. Penentuan Jalur Evakuasi Tsunami dalam Berbagai Variasi Ketinggian Gelombang Tsunami di Wilayah Pesisir Bantul, Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Carolita, Ita dkk. 2007. Simulasi Jalur Evakuasi Untuk Bencana Tsunami Berbasis Data Pengindraan Jauh. Kota Padang Provinsi Sumatra Barat.

Carolita, Ita dkk. 2007. Integrasi Data ALOS dengan Model Simulasi Prediksi Gelombang Gempa untuk Penentuan Wilayah Genangan Tsunami. Jakarta : LAPAN

Damanik, Muhammad Ridha Syafii. Permodelan Tingkat Risiko Tsunami Kota Denpasar Menggunakan Citra ASTER dan Sistem Informasi Geografis. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Dewi, Ratna Sari. 2010. Permodelan Evakuasi vertikal Sebagai Upaya Mitigasi Tsunami. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Dewi, Ratna Sari. 2010. A GIS-Based Approach to the Selection of Evacuation Shelter Building and Routes for Tsunami Risk Reduction. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Harsanugraha, Wawan K dan Julzarika Atriyon. 2008. Analisa Permodelan Tsunami dengan Pembuatan Peta Kerawanan dan Jalur Evakuasi dari Turunan SRTM90. Kota Padang Sumatra Utara.

Keshkamat, Sukhad. 2007. Formulation & Evaluation of Transport Planning Alternative Using Spatial Multi Criteria Assesment and Network Analysis.

Kongko, Widjo dkk. The Java Tsunami Model : Using Highly-Resolved Data To Model The Past Event And To Estimate The Future Hazard.

Nugroho, Sapto. 2007. Post Processing Permodelan Numerik Run Up Tsunami. Jakarta : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Saruksuk, Johannes Hanzen. 2006. Konsep Jaringan Jalan pada Kota yang Rawan Bencana Gempa dan Tsunami di Kota Sibolga. Semarang : Universitas Diponegoro.

Sekarsih, Fitria Nuraini. Kajian Bahaya Tsunami Pada Variasai Ketinggian Run-Up dan Arah Tsunami. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

SDC-R-70022. 2007. Pedoman Perencanaan Pengungsian Tsunami (Tsunami Refuge Planning)