Pemodelan Matematika Berbasis Grafik Untuk Menganalisis ... · dari 3 juta jiwa merupakan kota...

14
Alamanda, D. T. (2011). Pemodelan Matematika Berbasis Grafik Untuk Menganalisis Konflik Bisnis Perkotaan. Studi Kasus: Manajemen Pedagang Kaki Lima Bandung. Forum Manajemen Indonesia ke-3. Bandung. Pemodelan Matematika Berbasis Grafik Untuk Menganalisis Konflik Bisnis Perkotaan. Studi Kasus: Manajemen Pedagang Kaki Lima Bandung Dini Turipanam Alamanda, Institut Manajemen Telkom, [email protected] Abstract The main purpose of this paper is to model the conflict between street vendors (PKL) of Bandung with several parties, namely the Government of Bandung (Pemkot), and Thugs. The Graph Model for Conflict Resolution (GMCR) is used to create an understanding of the position of PKL conflict in a strategy. The conflict occurred in connection with the implementation of K3 (Nicety, Cleanliness, Beauty) and the enforcement area 7-point-free street vendors. Graph-based mathematical modeling approach was chosen because it is considered appropriate to explain why the efforts that have made by government to curb street vendors have not been able to show the maximum results. Assuming that all parties in the conflict think rationally and use the two concepts of Nash and sequential stabilities, the results of this modeling show that current conditions are not the most stable condition that can be accepted by all parties. The government as a regulator should be able to bring all the parties involved to think with another frame that is more stable than current conditions to create win-win urban business collaboration. Key words: GMCR, Street Vendor (PKL) Conflict, Urban Business Collaboration I. Pendahuluan Sebagaimana di kota-kota besar lainnya, kota Bandung yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 3 juta jiwa merupakan kota perdagangan dengan potensi pasar yang besar dimana wajar apabila para pengangguran melakukan kompensasi positif dengan memilih bekerja di sektor informal. Salah satu sektor informal yang banyak diminati para pengangguran (selain yang sudah lama bekerja di sektor ini) yaitu pedagang kaki lima (PKL). Dalam perkembangannya, PKL di kawasan perkotaan Indonesia sudah mengalami banyak pergeseran, dan mereka pun tidak harus menggunakan gerobak dorong. Dan seringkali pemberitaan televisi menyiarkan masalah-masalah yang terkait dengan keberadaan PKL, seperti gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat. Kesan kumuh, liar, dan merusak keindahan, seakan sudah menjadi citra buruk yang melekat pada usaha mikro ini. Mereka berjualan di trotoar jalan, di taman-taman kota, di jembatan penyebrangan, bahkan di badan jalan. Pemerintah kota berulangkali menertibkan para PKL yang diduga menjadi penyebab kemacetan lalu lintas ataupun merusak keindahan kota. Untuk mengatasi permasalah tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Bandung No. 11 tahun 2005 sebagai perubahan dari Peraturan Daerah No. 3 tahun 2005 yang lebih dikhususkan pada 7 titik kawasan bebas PKL, yaitu: Jl. Asia Afrika, Jl. Dewi Sartika, Jl. Kepatihan, Jl. Dalem Kaum, Jl. Merdeka, Jl. Oto Iskandardinata, dan sekitar Alun-Alun. Perda

Transcript of Pemodelan Matematika Berbasis Grafik Untuk Menganalisis ... · dari 3 juta jiwa merupakan kota...

Alamanda, D. T. (2011). Pemodelan Matematika Berbasis Grafik Untuk Menganalisis Konflik Bisnis Perkotaan. Studi Kasus: Manajemen

Pedagang Kaki Lima Bandung. Forum Manajemen Indonesia ke-3. Bandung.

Pemodelan Matematika Berbasis Grafik Untuk Menganalisis Konflik

Bisnis Perkotaan. Studi Kasus: Manajemen Pedagang Kaki Lima

Bandung

Dini Turipanam Alamanda, Institut Manajemen Telkom, [email protected]

Abstract

The main purpose of this paper is to model the conflict between street vendors (PKL) of Bandung

with several parties, namely the Government of Bandung (Pemkot), and Thugs. The Graph

Model for Conflict Resolution (GMCR) is used to create an understanding of the position of PKL

conflict in a strategy.

The conflict occurred in connection with the implementation of K3 (Nicety, Cleanliness, Beauty)

and the enforcement area 7-point-free street vendors. Graph-based mathematical modeling

approach was chosen because it is considered appropriate to explain why the efforts that have

made by government to curb street vendors have not been able to show the maximum results.

Assuming that all parties in the conflict think rationally and use the two concepts of Nash and

sequential stabilities, the results of this modeling show that current conditions are not the most

stable condition that can be accepted by all parties. The government as a regulator should be

able to bring all the parties involved to think with another frame that is more stable than current

conditions to create win-win urban business collaboration.

Key words: GMCR, Street Vendor (PKL) Conflict, Urban Business Collaboration

I. Pendahuluan

Sebagaimana di kota-kota besar lainnya, kota Bandung yang memiliki jumlah penduduk lebih

dari 3 juta jiwa merupakan kota perdagangan dengan potensi pasar yang besar dimana wajar

apabila para pengangguran melakukan kompensasi positif dengan memilih bekerja di sektor

informal. Salah satu sektor informal yang banyak diminati para pengangguran (selain yang sudah

lama bekerja di sektor ini) yaitu pedagang kaki lima (PKL).

Dalam perkembangannya, PKL di kawasan perkotaan Indonesia sudah mengalami banyak

pergeseran, dan mereka pun tidak harus menggunakan gerobak dorong. Dan seringkali

pemberitaan televisi menyiarkan masalah-masalah yang terkait dengan keberadaan PKL, seperti

gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat. Kesan kumuh, liar, dan merusak keindahan,

seakan sudah menjadi citra buruk yang melekat pada usaha mikro ini. Mereka berjualan di

trotoar jalan, di taman-taman kota, di jembatan penyebrangan, bahkan di badan jalan. Pemerintah

kota berulangkali menertibkan para PKL yang diduga menjadi penyebab kemacetan lalu lintas

ataupun merusak keindahan kota.

Untuk mengatasi permasalah tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan Daerah Kota

Bandung No. 11 tahun 2005 sebagai perubahan dari Peraturan Daerah No. 3 tahun 2005 yang

lebih dikhususkan pada 7 titik kawasan bebas PKL, yaitu: Jl. Asia Afrika, Jl. Dewi Sartika, Jl.

Kepatihan, Jl. Dalem Kaum, Jl. Merdeka, Jl. Oto Iskandardinata, dan sekitar Alun-Alun. Perda

Alamanda, D. T. (2011). Pemodelan Matematika Berbasis Grafik Untuk Menganalisis Konflik Bisnis Perkotaan. Studi Kasus: Manajemen

Pedagang Kaki Lima Bandung. Forum Manajemen Indonesia ke-3. Bandung.

K3 terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama meliputi tertib jalan, fasilitas umum dan jalur hijau,

tertib lingkungan, tertib sungai, saluran air dan sumber air, tertib penghuni bangunan, serta tertib

tuna sosial dan anak jalanan. Bagian kedua, bersih sampah, air, dan udara. Bagian terakhir adalah

keindahan. Terdiri dari 8 Bab dan 49 pasal, dimulai dari deskripsi keadaan ideal sebuah kota,

aturan dan larangan hingga membahas mengenai pembinaan, pengendalian, pengawasan,

penertiban, penghargaan dan sangsi.

Kondisi PKL sejak diberlakukannya Perda No 11 Tahun 2005 dan Peraturan Daerah No. 3 tahun

2005 adalah sebagai berikut:

Pada bulan November 2005 (detikcom, 2005), terjadi penertiban PKL di tujuh titik yang

membandel

Pada bulan September 2006, (metronews, 2006), penertiban PKL di Bandung diwarnai aksi

kejar antara petugas Satpol PP dengan sejumlah pedagang yang berupaya kabur

Pada bulan Mei 2007 (Krisdinar, 2008), lokakarya usulan atas Raperda tentang perdagangan

di kota Bandung digelar, yang dihadari oleh perwakilan DPRD Komisi B, Bappeda, Pemkot

kota Bandung, pedagang asongan, pengusaha kecil eks napi, kaum difable, PKL, pedagang

pasar tradisional, LSM dan mahasiswa. Lokakarya diwarnai demo dari para PKL.

Pada bulan Maret tahun 2008 (Krisdinar, 2008), terjadi konflik dan demo PKL di seputaran

Cicadas dan kawasan lain

Pada bulan April tahun 2009 (Siswandi, 2009), Ketua Masyarakat Peduli Sektor Informal

Armen Efendi, mengancam pihaknya akan melakukan perusakan pertokoan pada tanggal 1

Mei 2009, karena sejak 7 bulan lalu mereka diusir pemilik lahan lokasi pembangunan

pertokoan baru

Pada bulan April tahun 2011 (Ibin, 2010), Ratusan lapak PKL milik para pedagang di Pasar

Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, di bongkar paksa petugas Satpol PP karena

dinilai melanggar Perda ketertiban pemerintah setempat.

Pada bulan Februari tahun 2011 (Gandapurnama, 2011), dianggap sebagai biang

kemacetanWakil Walikota Bandung, Ayi Avivanda menegaskan PKL yang berasal dari luar

kota Bandung yang jumlahnya hampir 30 persen dilarang berjualan di kawasan Gasibu dan

hanya akan memperbolehkan pedagang yang berasal dari kota Bandung.

Penelitian akan menganalisis kondisi yang stabil dan ekuilibrium untuk konflik ini dengan

menggunakan Graph Model for Conflict Resolution (GMCR). Kondisi ekuilibrium merupakan

kondisi yang bisa diterima oleh semua pihak meskipun bukan kondisi yang terbaik untuk semua

pihak.

II. Studi Pustaka

2.1 Konflik dan Resolusi Konflik

Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan

kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya

perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace &

Faules, 1994:249).

Alamanda, D. T. (2011). Pemodelan Matematika Berbasis Grafik Untuk Menganalisis Konflik Bisnis Perkotaan. Studi Kasus: Manajemen

Pedagang Kaki Lima Bandung. Forum Manajemen Indonesia ke-3. Bandung.

Resolusi konflik menurut Fang, Hipel dan Kilgour (1993) adalah memodelkan konflik ke dalam

model grafik yang dikenal dengan Graph Model for Conflict Resolution (GMCR). GMCR

menjadi terobosan baru resolusi konflik melalui pendekatan game theory (teori permainan).

2.2 Teori Permainan dan Perkembangannya

Teori permainan merupakan sebuah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari interaksi antara

self-interested agents (Ramchurd, Jenning., dan Sierra, 2003). Perkembangan teori permainan

terus berlanjut dari waktu ke waktu, Kilgour, D.M (1987,1994,1995,2001,2003), Hagihara

(2004), Zeng dkk. (2005), mengembangkan teori permainan ke dalam bentuk graph model

dengan berbagai studi kasus untuk Sensarma dkk. (2005), Okada dkk. (2006), Obeidi (2006,

2009), Ke (2007), menghasilkan resolusi konflik. Bradenburger dan Nalebuff (1995)

mempopulerkan istilah ko-opetisi (co-opetition) dan mengembangkan pola pikir baru dalam

bentuk teori permainan sebagai alat untuk memadukan persaingan dan kerjasama yang

merupakan makna dari ko-opetisi. Wirjodirdjo (2007) mengembangkan model teori permainan

dengan programa linier dalam menganalisis pasar oligopoli studi kasus industri mobil di

Indonesia. Howard (1996) meneliti teori permainan dengan hasil negosiasi sebagai drama dan

menyempurnakannya menjadi drama theory. Melanjutkan Howard, Putro dkk. (2009)

mengembangkan teori permainan dengan drama theory dan Agent-based Modeling untuk melihat

dinamika emosi agen terhadap dilema-dilema yang muncul sehingga bisa dianalisis sekaligus

memperlihatkan interaksi yang berlangsung diantara agen pada kasus bencana alam banjir

Citarum. Dan di tahun yang sama, Putro dkk. (2009), mengembangkan teori permainan dengan

Agent-based Modeling dalam dunia pendidikan yaitu mengenai pertimbangan agen dalam

memilih SMU di kota Bandung. Selanjutnya, Handayati dan Togar (2009) menggabungkan

drama theory sebagai cabang dari teori permainan ke dalam konsep rantai pasok untuk melihat

efek cambuk sapi (bullwhip effect) sekaligus melihat interaksi antara peritel dan pemasok.

Alamanda, Pri, Utomo dan Dhanan (2010) menggabungkan GMCR, koopetisi dan Simple Multi

Attribute Ranking Technique (SMART) dan diaplikasikan modelnya ke dalam studi kasus

konflik Trans Metro Bandung.

Dengan menggunakan GMCR, opsi-opsi dari pihak-pihak yang berkonflik disusun secara

sistematis, kemudian dianalisis preferensinya untuk menghasilkan analisa stabilitas yaitu kondisi

yang menggambarkan keseimbangan antara pihak-pihak yang berkonflik. Tahap pemodelan

konflik GMCR dijelaskan menggunakan diagram alir pada Gambar 1.

Alamanda, D. T. (2011). Pemodelan Matematika Berbasis Grafik Untuk Menganalisis Konflik Bisnis Perkotaan. Studi Kasus: Manajemen

Pedagang Kaki Lima Bandung. Forum Manajemen Indonesia ke-3. Bandung.

Informasi untuk

Pengambil Keputusan

Interpretasi dan

analisis sensitifitas

Kesetimbangan

Stabilitas Individu

Preferensi

Keadaan

Tindakan

Pengambil Keputusan

Konflik di Dunia Nyata

Pemodelan

Analisis

Gambar 1. Prosedur untuk mengaplikasikan GMCR (diambil dari Fang dkk., 1993)

Asumsi-Asumsi GMCR:

• Pertama, GMCR secara umum mengasumsikan bahwa pengambil keputusan (player)

jumlahnya lebih dari satu dimana masing-masing mempunyai opsi.

• Jumlah opsi menentukan banyaknya state yang mungkin muncul, dimana jika jumlah

opsi dari seluruh player adalah 7 (n=7), maka jumlah state yang mungkin sebanyak 27.

Tidak semua state harus digunakan, karena pada praktiknya mungkin saja banyak state

yang tidak feasible baik secara kondisi di lapangan maupun secara logika.

• Player telah menentukan preferensinya terhadap state yang feasible, player dianggap

tidak akan berpindah ke state yang lebih buruk nilai payoff nya dan kondisi demikian

dianggap kondisi stabil Nash Equilibrium.

• Seorang player yang mengikuti stabilitas sekuensial akan mengambil pertimbangan tidak

hanya langkah yang mungkin untuk dirinya tapi juga mempertimbangkan unilateral

improvement dari pihak lawan.

Alamanda, D. T. (2011). Pemodelan Matematika Berbasis Grafik Untuk Menganalisis Konflik Bisnis Perkotaan. Studi Kasus: Manajemen

Pedagang Kaki Lima Bandung. Forum Manajemen Indonesia ke-3. Bandung.

2.3 Stabilitas Nash dan Sekuensial

Stabilitas Nash terjadi untuk state i ∈ N adalah Nash stabil untuk player i, dilambangkan dengan

jika dan hanya jika (IFF) . Di bawah konsep solusi Nash, player yang

akan pindah ke state yang lebih disukai bila mungkin, tanpa mempertimbangkan kemungkinan

perlawanan (countermoves) dari lawan. Oleh karena itu, state s Nash stabil untuk player i IFF i

tidak ada unilateral improvement dari s.

Sedangkan stabilitas sekuensial (SEQ) terjadi untuk Ni , state Ss merupakan sekuensial

stabil untuk player i, dilambangkan dengan SEQSs , IFF )(sRt i

terdapat

. Sebuah state merupakan stabilitas sekuensial untuk player i IFF setiap

unilateral improvement dari s, hukumannya kredible dari pemberi hukuman, player j. Hukuman

kredible merupakan hukuman bahwa secara langsung keuntungan berada di pihak lawan, yang

merupakan unilateral improvement dari lawan.

III. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan melihat fenomena konflik yang terjadi dalam dunia nyata, dalam

penelitian ini dipilih konflik manajemen perkotaan khususnya permasalahan PKL kota Bandung.

Situasi konflik akan dianalisis kestabilannya dengan menggunakan GMCR. Analisis GMCR bisa

menghasilkan kondisi ekuilibrium (E) yang jumlahnya bisa lebih dari 1.

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan survei, wawancara dan kajian pustaka. Survei

dilakukan di kawasan 7 titik kota Bandung, pasar kaget Ganesha ITB, pasar kaget Pusdai, pasar

kaget Gasibu, PKL malam Burangrang, PKL malam Dago, dan PKL malam Taman Sari.

Wawancara dilakukan kepada 30 PKL, wakil pemerintah kota Bandung, anggota satpol PP,dan 6

preman kawasan 7 titik yang dilakukan selama 6 bulan (Januari 2011-Juli 2011).

Dibawah ini merupakan daftar player dan opsi yang diajukan:

Pemerintah Kota Bandung (PK, mewakili badan yang mempunyai otoritas wilayah untuk

perdagangan Kota Bandung.

• Memberantas preman liar, saat ini PEMKOT sering menggunakan jasa preman untuk

pengambilan retribusi terhadap PKL namun tanpa kontrol yang baik, sehingga wewenang

ini sering disalahgunakan oleh preman-preman liar yang tidak bertanggung jawab

memungut retribusi illegal dari para PKL

• Memungut retribusi dari PKL liar, PEMKOT seharusnya sudah menyeleksi mana PKL

yang wajib membayar retribusi mana PKL yang tidak wajib retribusi dan PKL yang

langsung dikenakan penertiban karena statusnya liar

Alamanda, D. T. (2011). Pemodelan Matematika Berbasis Grafik Untuk Menganalisis Konflik Bisnis Perkotaan. Studi Kasus: Manajemen

Pedagang Kaki Lima Bandung. Forum Manajemen Indonesia ke-3. Bandung.

Preman (P, mewakili yang secara tidak resmi mempunyai kekuasaan pada suatu wilayah

perdagangan Kota Bandung)

• Menyetor seluruh pendapatan ke PEMKOT, para PKL kerap bentrok dengan satpol PP

dengan alasan bahwa para PKL tidak membayar retribusi kepada petugas retribusi

(preman), PKL tidak menerima penggusuran karena merasa sudah membayar retribusi.

Isu yang beredar adalah para preman tidak menyetorkan seluruh retribusi kepada

pemerintah dan para PKL tidak bisa membedakan mana preman penarik retribusi dari

PEMKOT dan preman liar.

PKL (PKL, pihak yang melakukan kegiatan perdagangan sektor informal)

• Pindah, ada kalanya setelah menjalankan K3, kebijakan pemerintah yang berubah-ubah

membuat keberadaan PKL sering terancam pengusiran meskipun telah membayar

retribusi, PKL yang sadar dengan ancaman ini biasanya akan memilih langkah aman

dengan pindah ke daerah khusus PKL daripada mendapat pengusiran tiba-tiba

• Protes (demo lisan), PKL melakukan protes terhadap pemerintah karena kedatangan

satpol PP yang mengganggu aktivitas perdagangan mereka dan lebih jauhnya lahan

mereka di tutup paksa.

• Protes (lawan), Opsi ini muncul ketika Satpol PP datang menggusur lapak PKL

Dalam GMCR, terdapat beberapa istilah yang mempunyai definisi khusus, berikut merupakan

daftar istilahnya:

• Daftar pemain

Dalam GMCR ini terdapat tiga player, (1) Pemerintah Kota Bandung (PK) (2) Preman (P) (3)

dan Pedagang Kaki Lima (PKL)

• Opsi

Opsi merupakan kebebasan untuk memilih dari sejumlah alternatif pilihan. Opsi yang dipilih

dalam GMCR ini berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan sumber data sekunder dari

media massa dan media internet.

• Feasible State

Merupakan skenario terpilih dari sejumlah skenario yang mungkin terjadi. Jumlah skenario

yang dihasilkan dirumuskan dengan 2n, dimana 2 adalah kemungkinan “Yes” (Y) dan “No”

(N) dan n diisi sejumlah opsi yang tersedia. Setelah skenario disusun, kemudian dipilih oleh

peneliti hanya yang mungkin terjadi berdasarkan hasil observasi, sumber data sekunder dan

wawancara. Dengan demikian total skenario yang didapat adalah 64, namun hanya 8 skenario

yang dianggap feasible oleh peneliti.

Alamanda, D. T. (2011). Pemodelan Matematika Berbasis Grafik Untuk Menganalisis Konflik Bisnis Perkotaan. Studi Kasus: Manajemen

Pedagang Kaki Lima Bandung. Forum Manajemen Indonesia ke-3. Bandung.

• Preferensi

Preferensi merupakan kecenderungan pemain. Dalam penulisan, semakin ke kiri, artinya

semakin tinggi preferensi tersebut bagi pemain.

• Stabilitas

Analisis untuk melihat kemungkinan skenario-skenario mana saja yang ekuilibrium bagi

semua pemain.

• Pengembalian (payoff)

Payoff adalah angka yang dikaitkan dengan segala kemungkinan hasil.

• Ekuilibrium (E)

Artinya bahwa setiap pemain menggunakan strategi yang sangat bagus menanggapi strategi

pemain lainnya. Posisi diberi tanda E jika posisi tersebut terbukti stabil bagi semua pemain.

• Stabilitas Nash (r)

Stabilitas Nash terjadi jika pemain tidak mempunyai insetif untuk berpindah posisi, karena

posisi lain yang mungkin tidak lebih baik dari posisinya sekarang.

• Unstable (u)

Unstable (u) merupakan kondisi dimana pemain mempunyai insentif untuk berpindah ke

posisi, dimana posisi baru mempunyai payoff yang lebih tinggi dengan posisinya sekarang.

Batasan Model:

Seperti halnya model lainnya, GMCR pun mempunyai batasan yaitu pertama dalam penentuan

feasible skenario yang bergantung dari wawasan peneliti. Batasan kedua, dalam GMCR pemain

dianggap berpikir rasional dalam melakukan tindakan. Batasan ketiga, penentuan payoff yang

lebih baik di dasarkan pada preferensi player, tidak menggunakan nilai agregat.

Alamanda, D. T. (2011). Pemodelan Matematika Berbasis Grafik Untuk Menganalisis Konflik Bisnis Perkotaan. Studi Kasus: Manajemen

Pedagang Kaki Lima Bandung. Forum Manajemen Indonesia ke-3. Bandung.

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Tabel 1. Daftar Player, Opsi dan Feasible State

Players dan Opsi States

PK

Memberantas preman liar N Y N N N Y N N

Memungut retribusi dari PKL liar Y N Y Y Y Y Y Y

P

Menyetor seluruh pendapatan ke PEMKOT N Y N N N Y N Y

PKL

Pindah N N N Y N N N N

Demo Y N Y N N Y N Y

Lawan Y N N N Y Y N Y

Label 1 2 3 4 5 6 7 8

State yang mungkin terjadi dalam konflik PKL Bandung digambarkan dalam Tabel1. Opsi

terdiri dari Yes dan No, misalnya pada PK di state 1 opsi memberantas preman liar ‘N’ artinya

PEMKOT memilih tidak memberantas preman liar.

State 1 dalam Tabel 1. Menggambarkan existing condition dimana PK tidak memberantas

preman liar, memungut retribusi dari PKL liar, preman tidak menyetor seluruh pendapatan ke

PEMKOT dengan alasan sebagian retribusi diambil preman liar, PKL tidak mau pindah ke

tempat relokasi yang disediakan dengan alasan sepi pengunjung, PKL kerap melakukan demo

karena terancam pengusiran padahal mereka sudah membayar retribusi, dan PKL melakukan

perlawanan terhadap satpol PP ketika petugas pemerintah tersebut menjalankan tugasnya

menertibkan PKL liar. PEMKOT tidak akan memberantas preman liar jika memang tidak ada

demo dan PKL tidak pindah.

Alamanda, D. T. (2011). Pemodelan Matematika Berbasis Grafik Untuk Menganalisis Konflik Bisnis Perkotaan. Studi Kasus: Manajemen

Pedagang Kaki Lima Bandung. Forum Manajemen Indonesia ke-3. Bandung.

Dari informasi lapangan, didapat preferensi dari masing-masing player yang disajikan pada

Tabel 2.

Tabel 2. Preferensi Player dan Analisis Stabilitas

Pemerintah Kota

E E E

Stability r u r r r r r r

State Ranking 8 6 4 7 3 5 1 2

Uis 8

Preman

E E E

Stability r r r r r r r r

State Ranking 7 3 5 1 4 6 2 8

Uis

PKL

E E E

Stability r r r u u r u u

State Ranking 2 6 7 3 5 8 1 4

Uis 7 7 7 7

3 3 3

5 5

1

Tabel 2 menjelaskan bahwa urutan state dari kiri ke kanan adalah state yang paling disukai ke

state yang paling tidak disukai. Sebagai contoh urutan state PEMKOT adalah 8 >

6>4>7>3>5>1>2 artinya state yang paling disukai PEMKOT adalah state 8 dimana tidak

memberantas preman liar karena ada lembaga lain yang lebih berkewajiban (polisi), tetap

memungut retribusi dari PKL liar, preman menyetorkan seluruh hasil retribusi kepada PEMKOT,

PKL tidak pindah, PKL boleh berdemo dan melakukan perlawanan. Di state ini bisa dilihat

bahwa bukan state terbaik yang diinginkan PEMKOT tapi yang terbaik dari pilihan state yang

feasible.

Kemudian di tabel 2 dianalisis stabilitas, ternyata dari 2 stabilitas yang diajukan hanya satu yang

muncul yaitu Nash Stability (r ) sisanya unstable (u). Unilateral Improvement (UI) didapatkan

jika terdapat pilihan state yang sama dengan state yang sedang dianalisis. Misalnya, pada state 6

Alamanda, D. T. (2011). Pemodelan Matematika Berbasis Grafik Untuk Menganalisis Konflik Bisnis Perkotaan. Studi Kasus: Manajemen

Pedagang Kaki Lima Bandung. Forum Manajemen Indonesia ke-3. Bandung.

di PK adalah unstable, hal tersebut karena PK bisa berpindah dari state 6 ke 8 karena pada state

6, P (Y), PKL (N,Y,Y), state serupa ada di state 8. Payoff state 8 lebih besar daripada state 6,

dengan demikian PK bisa pindah dari state 6 ke 8. 7 dari 8 state yang feasible PK adalah stabil

secara Nash, sedangkan untuk preman seluruh state stabil secara Nash. Berbeda dengan PKL,

hanya state 2, 6 dan 8 yang stabil secara Nash.

Setelah menganalisis kestabilan dipilih state yang Equilibrium (E ) dengan dasar pertimbangan

state tersebut stabil di untuk semua player. Didapat 3 equlibrium yaitu di state 2, 8 dan 7.Untuk

melihat apakah mungkin terjadi perpindahan state, hingga ke posisi bersama bagi seluruh player,

bisa dilihat dengan menggunakan sensitivity analysis (analisis sensitivitas) dalam Tabel 3.

Analisis sensitivitas adalah analisis untuk mengetahui apa yang akan dialami pengambil

keputusan jika bergerak dari sebuah state (biasanya dari state status quo) ke state lain. Dalam

beberapa aplikasi seseorang mungkin menggunakan analisis-analisis sensitivitas untuk

memutuskan bagaimana preferensi pengambil keputusan harus berubah guna menghasilkan

equilibria yang lebih diinginkan bagi pengambil keputusan lain (Fang dkk., 1993).

Tabel 3. Analisis Sensitivitas PKL Bandung 1

Player dan Opsi PEMKOT Preman PKL

PEMKOT

Memberantas preman liar Y =====> N Y

N Y =====> N

Memungut retribusi dari

PKL liar N Y N

Y N Y

Preman

Menyetor seluruh pendapatan

ke PEMKOT Y N Y N Y N

=====>

=====>

PKL

Pindah N N N N N N

Demo N N N N N N

Lawan N N N

N N N

Label 2 UI 7 2 UI 7 2 UdisI 7

Dari Tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa kondisi ekuilibrum 2 bisa berpindah ke kondisi

ekuilibrium 7 untuk PK dan P tetapi tidak untuk PKL. Namun, kondisi ekuilibrium 8 bisa

berpindah bersama-sama ke ekuilibrium state 7 untuk PKL dan P seperti yang digambarkan pada

Tabel 4.

Alamanda, D. T. (2011). Pemodelan Matematika Berbasis Grafik Untuk Menganalisis Konflik Bisnis Perkotaan. Studi Kasus: Manajemen

Pedagang Kaki Lima Bandung. Forum Manajemen Indonesia ke-3. Bandung.

Tabel 4. Analisis Sensitivitas PKL Bandung 2

Player dan Opsi PEMKOT Preman PKL

PEMKOT

Memberantas preman liar N =====> N N

N N =====> N

Memungut retribusi dari

PKL liar Y Y Y

Y Y Y

Preman

Menyetor seluruh pendapatan

ke PEMKOT Y N Y N Y N

=====>

=====>

PKL

Pindah N N N N N N

Demo Y N Y N Y N

Lawan Y N Y

N Y N

Label 8 UdisI 7 8 UI 7 8 UI 7

Meskipun terdapat perbedaan perpindahan PK, P, dan PKL bisa dilihat bahwa dari status quo

state 1 saat ini, semua player bisa melakukan perpindahan bersama ke state 7. Seperti terlihat

pada Tabel 5. Dapat terlihat bahwa kondisi win-win ada di state 7, dimana PEMKOT tidak perlu

memberantas preman liar, PEMKOT juga bisa memungut retribusi dari PKL liar, preman tidak

menyetorkan seluruh pendapatan ke PEMKOT selalu PKL tidak diusir dan masih bisa berjualan,

PKL pun diharapkan tidak melakukan demo apalagi berontak terhadap pemerintah.

Tabel 5. Analisis Sensitivitas PKL Bandung 3

Player dan Opsi PEMKOT Preman PKL

PEMKOT

Memberantas preman liar N =====> N N

N N =====> N

Memungut retribusi dari

PKL liar Y Y Y

Y Y Y

Preman

Menyetor seluruh pendapatan

ke PEMKOT N N N N N N

Alamanda, D. T. (2011). Pemodelan Matematika Berbasis Grafik Untuk Menganalisis Konflik Bisnis Perkotaan. Studi Kasus: Manajemen

Pedagang Kaki Lima Bandung. Forum Manajemen Indonesia ke-3. Bandung.

=====>

=====>

PKL

Pindah N N N N N N

Demo Y N Y N Y N

Lawan Y N Y

N Y N

N

Label 1 UI 7 1 UI 7 1 UI 7

V. Kesimpulan dan Saran

Konflik PKL kota Bandung terjadi karena tidak terdapat satu kondisi bersama antara

PEMKOT, preman sebagai front liner retribusi dan PKL. Keberadaan PKL Bandung yang

menjadi daya tarik wisata kota Bandung memang penting, namun tumpang tindih kebijakan

membuat keberadaannya selalu dipermasalahkan banyak pihak. Dari hasil analisis GMCR

didapatkan bahwa kondisi terbaik yang stabil dan mampu diterima oleh semua pihak yang

berkonflik adalah state 7 dimana PEMKOT tidak perlu memberantas preman liar, PEMKOT

juga bisa memungut retribusi dari PKL liar, preman tidak menyetorkan seluruh pendapatan

ke PEMKOT selalu PKL tidak diusir dan masih bisa berjualan, PKL pun diharapkan tidak

melakukan demo apalagi berontak terhadap pemerintah.

Saran bagi PEMKOT Bandung sebagai regulator adalah mengajak semua pihak untuk

mengikuti frame baru yaitu cara berpikir state 7 agar konflik bisa diredam. State 7 dipilih

karena merupakan state yang menghasilkan good solution (win-win) bukan the best solution

bagi semua pihak.

Untuk penelitian selanjutnya, peneliti bermaksud untuk memasukan nilai agregat sebagai

dasar pemilihan ranking dengan menggunakan SMART (Simple Multiple Attributed Rating

Technique). Dari segi validitas, metode triangulasi sangat penting dilakukan untuk

memperkuat argumentasi state yang stabil. Pengembangan lebih lanjut juga bisa

mempertimbangkan bahwa player mampu berfikir irrasional dengan menggunakan tools

yang tepat seperti menggunakan confrontation manager.

Daftar Pustaka

Alamanda, Utomo, Pri dan Dhanan (2010). “Model Grafik dengan Rating Multi Atribut

(GMMR) dalam Resolusi Konflik Trans Metro Bandung.” Jurnal Manajemen

Teknologi, Volume 9 No 2. Page 212-215, 2010

Brandenburger, A.M. dan Barry, N. (1997). “Coopetition”, Harper Collins Business,

Hammersmith, London, UK

Detikcom, 2005. PKL dan Pasar Tumpah Kosambi Akan Ditertibkan.

http://m.detik.com/read/2005/11/12/180854/477991/131/pkl-dan-pasar-tumpah-

kosambi-akan-ditertibkan. [1 Oktober 2011]

Alamanda, D. T. (2011). Pemodelan Matematika Berbasis Grafik Untuk Menganalisis Konflik Bisnis Perkotaan. Studi Kasus: Manajemen

Pedagang Kaki Lima Bandung. Forum Manajemen Indonesia ke-3. Bandung.

Fang, L; Keith, W. H; Marc, K. (1993). “Interactive Decision Making – The Graph Model

for Conflict Resolution”, Wiley, New York.

Gandapurnama (2011). Pemkot Pilih PKL Gasibu Ditata Di Sepanjang Jalan Diponegoro.

Detikbandung [online]

http://us.bandung.detik.com/comment/2011/01/17/183738/1548667/486/tv/bacakomenta

r.html. [1 Oktober 2011]

Hagihara,Y., Sakamoto, M. (2004). “Conflict Management on Utilization of the Gages Water

Resources Between Bangladesh and India.”, Annual of Disas. Prev.Inst.,Kyoto univ, No.

47 B, Japan

Handayati, Y., Togar, S., Sidharan, R. (2009). “Retailer and Supplier Collaboration: An

Application of Drama Theory.”, International Conference on Technology and

Operations Management (ICTOM), 2.

Howard, N. (1996). “Negotiation as Drama: How “Games” Become Dramatic.”,

International Negotiation Journal, 1:125-152,1996

Ibin, Dede (2011). Ratusan Lapak PKL Dibongkar Paksa Satpol PP. stv [ Online]

http://www.stv.co.id/index.php?mod=content&act=read&id=100&cat=berita&title=ratu

san-lapak-pkl-dibongkar-paksa-satpol-pp. [1 Oktober 2011]

Kilgour, D. Marc , Keith W. Hipel , and Liping Fang (1987). “The Graph Model for

Conflicts,” Automatica 23, 1, 41-55.

Kilgour, M., Keith W. H., Liping, F. (1994). “Negotiation Support Using the Graph Model

for Conflict Resolution.”, Group Decision and Negotiation, 3, 1:29-46,1994

Kilgour, M., Liping, F., Keith W. H. (1995). GMCR in Negotiations, Negotiation Journal 11,

2:151-156,1995

Kilgour, M., Keith W. H., Xiaoyong, J.P., Liping, F. (2001). Coalition Analysis in Group

Decision Support, Group Decision and Negotiation, 10:159-175, 2001

Kilgour, M. (2003). “The Graph Model for Conflict Resolution as a Tool for Negotiators”,

Wilfrid Laurier University, Canada

Krisdinar (2008). Pedagang Kaki Lima Kota Bandung Mau Kemana? [Online]

http://bandungvariety.wordpress.com/2008/03/14/ [1 Oktober 2011]

Metronews, (2006). Memasuki Puasa, Penertiban PKL Bandung Digiatkan. [Online]

www.metrotvnews.com/.../2006/.../-Memasuki-Puasa-Penertiban-PK... [1 Oktober 2011]

Obeidi, A. (2006). Emotion, Perception and Strategy in Conflict Analysis and Resolution,

Tesis Program Magister University of Waterloo, Ontario: Kanada.

Obeidi, A., Marc, K., Keith, W. H. (2009). “Perceptual Graph Model System”, Springer.

Alamanda, D. T. (2011). Pemodelan Matematika Berbasis Grafik Untuk Menganalisis Konflik Bisnis Perkotaan. Studi Kasus: Manajemen

Pedagang Kaki Lima Bandung. Forum Manajemen Indonesia ke-3. Bandung.

Okada, N., Liping, F., Keith, W.H. (2006). Perspectives in Participatory Infrastructure

Management, Journal Doboku Gakkai Ronbunshuu D, 62 No. 3:417-429, 2006

Pace, W dan Faules, F,. (1994). Organizational Communication. Allyn and Bacon.

Putro, U.S., Pri, H., Manahan, S., Santi, N., Danan, S.U. (2009). Agent-Based Model of

Emotional Interaction during Negotiation Process among Agents in Citarum River Basin

Conflict, A paper, Bandung

Ramchurn, S. D., N. R. Jennings, and C. Sierra (2003). Persuasive negotiation for

autonomous agents: a rhetorical approach. In C. Reed, F. Grasso, and G. Carenini (Eds.),

Proceedings of the IJCAI Workshop on Computational Models of Natural Argument, pp.

9{17. AAAI Press.

Sensarma, S. R., Norio, O. (2005). Modeling-Actor Decision Process in Conflict Situation: A

Case of Community Disaster Risk Mitigation in Ichinose Community, Tottori

Prefecture, Japan, Annual of Disas. Prev. Res. Inst, Kyoto Univ., No. 48 B,2005

Sensarma, S. R., Norio, O. (2005). Conflict over Natural Resource Exploitation in a

Mountainous Community: The Trade Off Between Economic Development and Disaster

Risk Mitigation – A Case Study, Journal of Natural Disaster Science, 27, No. 29:5-100,

2005

Siswandi (2009). PKL Ancam Rusak Kios. Tempointeraktif [Online].

ramadan.tempointeraktif.com/.../2009/.../brk,20090427-172988,id.ht. [1 Oktober 2011]

Utomo, D.S., Utomo, S.P., Pri, H. (2009). Agent-Based Simulation of School Choice in

Bandung, Indonesia: The Emergence of Enrollment Pattern Through Individual

Preferences, The Asian Journal of Technology Management, 2, No. 1, Juni, 2010

Wirjodirdjo, B. (2007): Pendekatan Teori Permainan dalam Analisa Persaingan Oligopoli

pada Industri Automotif: Studi Kasus Persaingan Pasar Mobil Jenis Multi Purpose

Vehicle di Indonesia, Jurnal Eksekutif, 4, Nomor 2, Agustus, 2007