PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA...

5
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 Abstrak—Kabupaten Pacitan memiliki tiga titik di pesisir yang rawan bencana tsunami. Pesisir Kecamatan Ngadirojo, salah satu titik rawan, memerlukan adanya peta pemintakatan tingkat risiko bencana tsunami sebagai bagian dari upaya mitigasi. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk mencapai sasaran antara lain: mengidentifikasi karakteristik ancaman bahaya bencana tsunami; mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan bencana tsunami; menentukan zona bahaya bencana tsunami ; dan menentukan rekomendasi arahan kebijakan terkait masing-masing zona risiko di pesisir Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan. Semua tahapan analisis yang ditempuh dalam penelitian ini termasuk ke dalam upaya mitigasi bencana yang bertujuan untuk mengurangi ataupun mengantisipasi kemungkinan dampak bencana tsunami. Adapun hasil dari penelitian ini adalah peta zonasi tingkat risiko bencana tsunami di pesisir Kecamatan Ngadirojo. Dari peta tersebut dapat diketahui bahwa desa yang paling berisiko terhadap bencana tsunami adalah Desa Hadiwarno yang berada paling dekat dari pantai. Kata Kuncibencana tsunami, Kabupaten Pacitan, mitigasi bencana, pemintakatan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh tahun 2004 dan Yogyakarta tahun 2006 merupakan pelajaran bagi bangsa Indonesia untuk lebih bersikap arif menghadapi ancaman bencana tsunami. Dengan modal pengalaman dalam menghadapi bencana tsunami tersebut bangsa ini seharusnya sadar bahwa seluruh stakeholder harus siap setiap saat dalam mengantisipasi terjadinya bencana dari potensi bencananya, terutama sebelum terjadinya bencana. Terlebih lagi bagi daerah-daerah yang berada di pesisir selatan Pulau Jawa, yang mana potensi akan bencana gempa sangat tinggi. Hal itu disebabkan oleh pertemuan silang antara 2 lempeng Samudera (Pasifik dan Hindia/Indonesia) dan 2 lempeng benua (Asia dan Australia). Dari sepuluh negara yang mengalami jumlah kejadian terbesar tsunami di dunia, dari kurun waktu 2000 tahun sebelum masehi sampai tahun 2005, Indonesia menempati posisi rangking ketiga dari sisi banyaknya kejadian setelah Jepang dan USA, namun dari jumlah korban yang meninggal menempati rangking satu (Kodoatie, 2006). Karenanya, kesadaran semua pihak atas potensi bencana harus ditingkatkan dengan berbagai cara dan upaya. Mengingat hal yang paling penting dalam menajemen bencana adalah kewaspadaan, maka diperlukan suatu upaya meningkatkan persiapan dan kesiagaan (preparedness) sehingga dalam proses tersebut pemerintah, organisasi, masyarakat, perorangan (stakeholder) dapat merespon bencana yang bakal terjadi dengan cepat, tepat, efektif, efisien, dan benar (Carter, 1991; UNESCO, 1995) Dibandingkan dengan pulau-pulau besar seperti Sumatera dan Kalimantan, luas Pulau Jawa hanya berturut-turut dua per tujuh dan seperempat dari luas kedua pulau tersebut. Dengan kata lain Pulau Sumatera lebih dari tiga setengah kali luas Pulau Jawa dan luas Pulau Kalimantan lebih dari empat kali dari Pulau Jawa. Namun penduduk perkotaan di Jawa hampir empat kali dari yang di Sumatera dan hampir sepuluh kali dari yang di Kalimantan (http://www.ri.go.id/; Sidabutar, 1992; Kodoatie dan Sjarief, 2006). Fakta tersebut memberikan gambaran bahwa Pulau Jawa memiliki kerentanan yang lebih besar daripada pulau lain ditinjau dari kepadatan penduduk. Oleh karenanya Pulau Jawa memiliki prioritas tertinggi dalam hal mitigasi bencana. Pesisir Jawa Timur, yang merupakan salah satu kawasan yang menyimpan banyak potensi sumber daya kelautan, pun tak luput dari ancaman bencana. Pesisir Jawa Timur memiliki beberapa karakteristik yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain. Pacitan, sebagai salah satu kabupaten yang berada di pesisir selatan Jawa Timur, memiliki ciri fisik pesisir yang khas, di mana terdapat pantai yang membentuk ceruk (teluk) tepatnya di Kecamatan Ngadirojo. Sukandarrumidi, 2010, dalam salah bukunya tentang mitigasi bencana, menyatakan bahwa daerah teluk yang menyempit merupakan daerah yang rawan tsunami, mengingat di lokasi tersebut energi gelombang akan terkumpul. Dengan kata lain, apabila terjadi tsunami maka gelombang yang tersebut memiliki kekuatan yang lebih besar sehingga sapuan gelombang mampu masuk ke arah daratan lebih jauh. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan kewaspadaan seluruh stakeholder di Kecamatan Ngadirojo melalui mitigasi bencana yang salah satunya adalah dengan membuat pemintakatan (zonasi) kawasan rawan bencana tsunami agar dampak yang timbul ketika bencana datang dapat diminimalisasi. PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA TSUNAMI DI PESISIR KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN Alhuda Rohmatulloh dan Haryo Sulistyarso Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: [email protected]

Transcript of PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA...

Page 1: PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-26912-3608100061-Paper.pdf · rawan bencana tsunami. ... titik rawan, memerlukan adanya peta pemintakatan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271

1

Abstrak—Kabupaten Pacitan memiliki tiga titik di pesisir yang rawan bencana tsunami. Pesisir Kecamatan Ngadirojo, salah satu titik rawan, memerlukan adanya peta pemintakatan tingkat risiko bencana tsunami sebagai bagian dari upaya mitigasi. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk mencapai sasaran antara lain: mengidentifikasi karakteristik ancaman bahaya bencana tsunami; mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan bencana tsunami; menentukan zona bahaya bencana tsunami ; dan menentukan rekomendasi arahan kebijakan terkait masing-masing zona risiko di pesisir Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan. Semua tahapan analisis yang ditempuh dalam penelitian ini termasuk ke dalam upaya mitigasi bencana yang bertujuan untuk mengurangi ataupun mengantisipasi kemungkinan dampak bencana tsunami. Adapun hasil dari penelitian ini adalah peta zonasi tingkat risiko bencana tsunami di pesisir Kecamatan Ngadirojo. Dari peta tersebut dapat diketahui bahwa desa yang paling berisiko terhadap bencana tsunami adalah Desa Hadiwarno yang berada paling dekat dari pantai.

Kata Kunci—bencana tsunami, Kabupaten Pacitan, mitigasi bencana, pemintakatan.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejadian bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh tahun 2004 dan Yogyakarta tahun 2006 merupakan pelajaran bagi bangsa Indonesia untuk lebih bersikap arif menghadapi ancaman bencana tsunami. Dengan modal pengalaman dalam menghadapi bencana tsunami tersebut bangsa ini seharusnya sadar bahwa seluruh stakeholder harus siap setiap saat dalam mengantisipasi terjadinya bencana dari potensi bencananya, terutama sebelum terjadinya bencana. Terlebih lagi bagi daerah-daerah yang berada di pesisir selatan Pulau Jawa, yang mana potensi akan bencana gempa sangat tinggi. Hal itu disebabkan oleh pertemuan silang antara 2 lempeng Samudera (Pasifik dan Hindia/Indonesia) dan 2 lempeng benua (Asia dan Australia).

Dari sepuluh negara yang mengalami jumlah kejadian terbesar tsunami di dunia, dari kurun waktu 2000 tahun sebelum masehi sampai tahun 2005, Indonesia menempati posisi rangking ketiga dari sisi banyaknya kejadian setelah Jepang dan USA, namun dari jumlah korban yang meninggal menempati rangking satu (Kodoatie, 2006). Karenanya, kesadaran semua pihak atas potensi bencana harus

ditingkatkan dengan berbagai cara dan upaya. Mengingat hal yang paling penting dalam menajemen bencana adalah kewaspadaan, maka diperlukan suatu upaya meningkatkan persiapan dan kesiagaan (preparedness) sehingga dalam proses tersebut pemerintah, organisasi, masyarakat, perorangan (stakeholder) dapat merespon bencana yang bakal terjadi dengan cepat, tepat, efektif, efisien, dan benar (Carter, 1991; UNESCO, 1995)

Dibandingkan dengan pulau-pulau besar seperti Sumatera dan Kalimantan, luas Pulau Jawa hanya berturut-turut dua per tujuh dan seperempat dari luas kedua pulau tersebut. Dengan kata lain Pulau Sumatera lebih dari tiga setengah kali luas Pulau Jawa dan luas Pulau Kalimantan lebih dari empat kali dari Pulau Jawa. Namun penduduk perkotaan di Jawa hampir empat kali dari yang di Sumatera dan hampir sepuluh kali dari yang di Kalimantan (http://www.ri.go.id/; Sidabutar, 1992; Kodoatie dan Sjarief, 2006). Fakta tersebut memberikan gambaran bahwa Pulau Jawa memiliki kerentanan yang lebih besar daripada pulau lain ditinjau dari kepadatan penduduk. Oleh karenanya Pulau Jawa memiliki prioritas tertinggi dalam hal mitigasi bencana.

Pesisir Jawa Timur, yang merupakan salah satu kawasan yang menyimpan banyak potensi sumber daya kelautan, pun tak luput dari ancaman bencana. Pesisir Jawa Timur memiliki beberapa karakteristik yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain. Pacitan, sebagai salah satu kabupaten yang berada di pesisir selatan Jawa Timur, memiliki ciri fisik pesisir yang khas, di mana terdapat pantai yang membentuk ceruk (teluk) tepatnya di Kecamatan Ngadirojo. Sukandarrumidi, 2010, dalam salah bukunya tentang mitigasi bencana, menyatakan bahwa daerah teluk yang menyempit merupakan daerah yang rawan tsunami, mengingat di lokasi tersebut energi gelombang akan terkumpul. Dengan kata lain, apabila terjadi tsunami maka gelombang yang tersebut memiliki kekuatan yang lebih besar sehingga sapuan gelombang mampu masuk ke arah daratan lebih jauh. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan kewaspadaan seluruh stakeholder di Kecamatan Ngadirojo melalui mitigasi bencana yang salah satunya adalah dengan membuat pemintakatan (zonasi) kawasan rawan bencana tsunami agar dampak yang timbul ketika bencana datang dapat diminimalisasi.

PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA TSUNAMI DI PESISIR KECAMATAN NGADIROJO,

KABUPATEN PACITAN Alhuda Rohmatulloh dan Haryo Sulistyarso

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: [email protected]

Page 2: PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-26912-3608100061-Paper.pdf · rawan bencana tsunami. ... titik rawan, memerlukan adanya peta pemintakatan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271

2

B. Rumusan Masalah

Daerah pesisir Kecamatan Ngadirojo merupakan salah satu spot yang rentan akan bencana tsunami. Kecamatan tersebut menempati urutan kedua daerah yang paling rentan setelah Kecamatan Pacitan. Dalam hal upaya mitigasi bencana, Kecamatan Pacitan telah memiliki zonasi risiko bencana tsunami, sementara itu Kecamatan Ngadirojo belum ada zonasi risiko bencana tsunami.

Berkaitan dengan hal tersebut pertanyaan penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian adalah bagaimana tingkat risiko terhadap ancaman bencana tsunami di pesisir Kecamatan Ngadirojo?

C. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan pemintakatan tingkat risiko bencana tsunami di Kecamatan Ngadirojo sebagai upaya mitigasi bencana. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat beberapa sasaran yang harus dicapai, yaitu:

1. Mengidentifikasi karakteristik ancaman bahaya bencana tsunami di pesisir Kecamatan Ngadirojo.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan bencana tsunami di pesisir Kecamatan Ngadirojo.

3. Menentukan zona risiko bencana tsunami di Pesisir Kecamatan Ngadirojo.

D. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Wilayah

Kecamatan Ngadirojo terdiri dari 7 desa, yakni: Sidomulyo, Hadiwarno, Hadiluwih, Tanjungpuro, Pagerejo, Wiyoro, dan Ngadirojo. Ruang Lingkup Substansi

Ruang lingkup substansi penelitian ini adalah kebencanaan terkait konsep risiko (risk), yang mana meliputi bahaya (hazard) dan kerentanan (vulnerability) serta teori tentang mitigasi tsunami. Ruang Lingkup Pembahasan

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan asumsi kondisi tsunami yang terjadi di Pesisir Kecamatan Ngadirojo. Walaupun belum pernah terjadi bencana tsunami di

Kecamatan Ngadirojo, upaya mitigasi bencana berupa perumusan pemintakatan risiko bencana tsunami tetap menjadi suatu hal yang sangat diperlukan dalam rangka mengakomodasi salah satu tahap pengelolaan bahaya tsunami yakni kesiapan menghadapi tsunami (pre Tsunami Action). Dalam penelitian ini akan membahas pemintakatan risiko bencana tsunami di Kawasan Pesisir Kecamatan Ngadirojo berdasarkan tingkat bahaya dan kerentanan terhadap bencana, khususnya bencana tsunami.

II. PEMBAHASAN

A. Metode Penelitian

Metode analisis digunakan untuk mendapatkan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. Berikut adalah metode analisis dan penjabaran dari analisis yang digunakan berdasarkan pada sasaran yang dicapai sehingga dapat mencapai tujuan penelitian.

Tabel Urutan Analisis Dalam Penelitian No Sasaran Teknik analisis Hasil

1 Analisis identifikasi karakteristik ancaman bahaya (hazard) tsunami

- Analisis deskriptif - Analisis menggunakan software ArcGIS - Weighted overlay

Peta zona bahaya

2 Analisis penentuan zona kerentanan (vulnerability) tsunami di pesisir Ngadirojo

- Analisis deskriptif - Analisis stakeholder, analisis delphi - AHP

Faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap

kerentanan tsunami

Overlay weighted sum Peta zona kerentanan

3 Analisis penentuan zonasi risiko tsunami di peisisir Ngadirojo

Map algebra (menggunakan alat analisis GIS: spatial

analyst tool “Raster Calculator”)

Peta Zonasi risiko tsunami

Sumber: Hasil Identifikasi, 2012

B. Variabel

Penentuan variabel dalam proses penelitian ini berasal dari indikator-indikator penelitian yang didapatkan melalui hasil kajian teori terkait dengan teori kebencanaan, teori tsunami dan studi-studi terkait. Indikator-indikator penelitian ini terlebih dahulu mengalami iterasi dari observasi awal di lapangan yang dilakukan peneliti untuk menangkap fenomena yang terjadi di wilayah penelitian serta mencocokannya dengan teori yang ditinjau. Indikator tersebut terbagi dalam 2 kelompok yakni identifikasi variabel dalam indikator bahaya (hazard) bencana tsunami dan identifikasi variabel dalam indikator kerentanan (vulnerability) bencana tsunami.

Berdasarkan kajian tentang paradigma risiko bencana maka dapat disintesakan bahwa indikator penelitian dari risiko bencana tsunami di Kecamatan Ngadirojo yang efektif dan relevan untuk diaplikasikan pada penelitian ini adalah kombinasi dari hazard (bahaya) dan vulnerability

Page 3: PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-26912-3608100061-Paper.pdf · rawan bencana tsunami. ... titik rawan, memerlukan adanya peta pemintakatan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271

3

(kerentanan). Definisi dan sub-indikator dari hazard (bahaya) dan vulnerability (kerentanan) akan dijelaskan pada sub-bab selanjutnya. Visualisasi hubungan antara bahaya, kerentanan dan risiko terhadap kejadian bencana ditunjukkan pada skema di berikut.

C. Bahaya (hazard)

Tabel Kajian Teori Bahaya Bencana Tsunami

SUMBER SUB-INDIKATOR PENELITIAN DALAM TEORI

SUB-INDIKATOR PENELITIAN YANG AKAN

DITELITI Bakornas PB 2007

Tinggi gelombang Panjang sapuan ke daratan Luas daratan yang terkena sapuan

gelombang

Tinggi gelombang

Panjang sapuan ke daratan

Luas daratan yang terkena sapuan gelombang

Berryman (2006 dalam Fitria, 2008)

Elevasi Kekasaran permukaan

Oki dan Wawan (2010)

Kondisi tingkat kelerengan pantai Peringkat jenis batuan Peringkat kekasaran pantai Genangan tsunami Akumulasi energi gempa dan

intensitas gempa Sumber: Kajian teori penulis, 2012

Bahaya tsunami merupakan peristiwa akibat fenomena alam yang terjadi di alam atau lingkungan yang berpotensi merugikan kehidupan manusia, harta benda atau aktivitas masyarakat di kawasan pesisir. Variabel karakteristik bahaya tsunami dalam penelitian ini adalah tinggi gelombang, dan panjang sapuan gelombang ke darat dan luas sapuan ke darat.

Peta ancaman bahaya tsunami disajikan pada peta di berikut.

D. Kerentanan (vulnerability)

Tabel Kajian Teori Kerentanan Bencana Tsunami

SUMBER SUB-INDIKATOR

PENELITIAN DALAM TEORI

SUB-INDIKATOR PENELITIAN YANG

AKAN DITELITI

Bakornas PB (2007) Fisik (infrastruktur) Sosial Ekonomi

Fisik Sosial Ekonomi Lingkungan

Ramesh, dkk (2007) Fisik Sosial

Roland, dkk (2007) Fisik Sosial Ekonomi Lingkungan

Sumber: Kajian teori penulis, 2012

Dari beberapa sub-indikator dalam indikator kerentanan tsunami berdasarkan sumber di atas, dapat disintesakan bahwa:

• Kerentanan lingkungan, berkaitan dengan kerentanan lokasi penelitian yang dipengaruhi oleh kemiringan lahan terkait dengan kelandaian bentuk permukaan tanah, sempadan pantai dan sungai sebagai wilayah yang memiliki potensi rentan terhadap sapuan gelombang (run up tsunami), topografi terkait dengan ketinggian daratan terhadap permukaan air laut, tata guna lahan terkait dengan jenis peruntukan lahan yang digunakan sebagai kawasan budidaya maupun kawasan lindung.

• Kerentanan fisik (infrastruktur) menurut buku Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia Edisi II menggambarkan suatu kondisi fisik yang rawan terhadap faktor bahaya (hazard) tertentu. Melihat dari berbagai indikator sebagai berikut: persentase kawasan terbangun; kepadatan bangunan; persentase bangunan konstruksi darurat; jaringan listrik; rasio panjang jalan; jaringan telekomunikasi; jaringan PDAM; dan jalan KA.

• Kerentanan sosial menurut buku Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia Edisi II menggambarkan kondisi tingkat kerapuhan sosial dalam menghadapi bahaya (hazard). Pada kondisi sosial yang rentan maka jika terjadi bencana dapat dipastikan akan menimbulkan dampak kerugian yang besar. Dari beberapa indikator antara lain kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, persentase penduduk usia tua-balita dan penduduk wanita.

Gambar Korelasi antara bahaya, kerentanan, risiko dan

kejadian bencana

Page 4: PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-26912-3608100061-Paper.pdf · rawan bencana tsunami. ... titik rawan, memerlukan adanya peta pemintakatan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271

4

• Kerentanan ekonomi menurut buku Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia Edisi II menggambarkan besarnya kerugian atau rusaknya kegiatan ekonomi (proses ekonomi) yang terjadi bila terjadi ancaman bahaya. Indikator yang dapat kita lihat menunjukkan tingginya tingkat kerentanan ini misalnya adalah persentase rumah tangga yang bekerja di sektor rentan dan persentase rumah tangga miskin persentase rumah tangga miskin.

Peta kerentanan tsunami disajikan pada peta berikut.

E. Karakteristik Dan Pemintakatan Risiko Bencana Tsunami

Di Wilayah Penelitian

Risiko merupakan fungsi dari bahaya (hazard) dan kerentanan (vulnerability) dan kemampuan. Namun dalam penelitian ini tidak menggunakan kemampuan karena keterbatasan waktu dan data. Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu wilayah maka semakin tinggi risiko daerah tersebut terkena bencana.

Hal itu berlaku juga untuk kerentanan, di mana semakin tinggi tingkat kerentanan maka semakin tinggi risikonya. Rumus fungsi penilaian risiko yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar Operasional Matematis Fungsi Risiko pada Raster

Calculator

Peta risiko disajikan pada peta berikut.

[RISIKO] = [BAHAYA]*[KERENTANAN]

Page 5: PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-26912-3608100061-Paper.pdf · rawan bencana tsunami. ... titik rawan, memerlukan adanya peta pemintakatan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271

5

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Persebaranan zona bahaya tsunami di Pesisir Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan hampir di seluruh desa. Wilayah yang mendapatkan ancaman bahaya paling tinggi terhadap bencana tsunami adalah Desa Sidomulyo, Desa Hadiwarno dan Desa Hadiluwih.

Persebaran zona tingkat kerentanan bencana akibat tsunami di Pesisir Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan berada di hampir semua desa. Wilayah dengan tingkat kerentanan paling tinggi adalah Desa Wiyoro dan Desa Ngadirojo yang terletak di daratan paling dalam dari semua desa yang ada.

Persebaran zona tingkat risiko bencana tsunami di Pesisir Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan berada di seluruh desa pada wilayah penelitian. Sedangkan desa yang memiliki tingkat risiko terhadap bencana tsunami paling tinggi adalah Desa Hadiwarno yang berada paling dekat dengan pantai.

Faktor yang berpengaruh dalam perumusan zona risiko bencana tsunami di Pesisir Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan adalah tinggi gelombang, luas sapuan, panjang sapuan, faktor lingkungan, faktor fisik, faktor ekonomi, dan faktor sosial.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut adalah saran untuk meminimalkan risiko bencana tsunami di Pesisir Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan:

1. Menata kembali rencana pengembangan permukiman di Kecamatan Ngadirojo agar dapat meminimalkan dampak dari bencana tsunami, terutama desa-desa yang memiliki topografi rendah. Hal ini dikarenakan desa yang memiliki topografi rendah sangat rentan terkena dampak gelombang jika terjadi tsunami.

2. Membuat suatu peraturan terkait jarak aman dari garis pantai untuk membatasi pendirian bangunan.

3. Sosialisasi kepada masyarakat terkait bencana tsunami di Pesisir Kecamatan Ngadirojo.

4. Menciptakan komunitas tanggap bencana (community

resilience) di tengah-tengah masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap upaya mitigasi bencana tsunami.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian ini maka beberapa rekomendasi yang dapat diberikan antara lain adalah:

Rekomendasi dari hasil penelitian

Penentuan zona risiko bencana tsunami di Pesisir Kecamatan Ngadirojo dapat dijadikan sebagai informasi awal dan masukan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Pacitan.

DAFTAR PUSTAKA [1] BAKORNAS Penanggulangan Bencana. Rencana Nasional

Penanggulangan Bencana. 2010-2014. [2] BAKORNAS Penanggulangan Bencana. Pengenalan Karakter Bencana

dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. 2007. [3] BNPB. Buku Panduan Mitigasi Bencana (Program Pelatihan

Manajemen Bencana). [4] BPBD Kabupaten Pacitan. Juknis Geladi Posko Penanggulangan

Bencana Gempa Bumi Tsunami Kabupaten Pacitan Tahun 2011 [5] BPBD Kabupaten Pacitan. Juknis Geladi Lapang Penanggulangan

Bencana Gempa Bumi Tsunami Kabupaten Pacitan Tahun 2011. [6] BPBD Kabupaten Pacitan. Rencana Kontinjensi Pacitan. 2010. [7] Diposaptono, Subandono dan Budiman. Tsunami. 2006. Bogor: Buku

Ilmiah Populer. [8] Kodoatie, Robert J. dan Roestam Sjarief. Pengelolaan bencana terpadu.

2006. Jakarta: yarsif Watampone. [9] Pujotomo, Muhammad Sigit. Coastal Change Assessment Using Multi

Spatio-Temporal Data For Coastal Planning Parangtritis Beach Yogyakarta Indonesia. 2009.

[10] Rine Hartuti, Evi. Buku Pintar Gempa. 2009. Yogyakarta: Diva Press. [11] Sekarsih, Fitria Nuraini. Kajian Bahaya Tsunami Pada Variasi

Ketinggian Run-Up dan Arah Tsunami. 2008. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

[12] Sudiharto. Manajemen Disaster. 2011. [13] Suryanti, Emi dkk. Multi-Hazard Vulnerability Map to Support The

Disaster Information System (Case study: Bantul Regency, Yogyakarta Province – Indonesia). 2011.

[14] USGS. Surviving a Tsunami – Lessons From Chile, Hawaii, and Japan. 1187.

[15] Usman, Fadly. Strategi Penataan Kawasan Permukiman Tepi Pantai Sebagai Upaya Mitigasi Terhadap Gelombang Tsunami di Pacitan. 2009.