PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL … Sucipta _15... · kemampuan mengisolasi sistem...

14
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086 Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK *) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN 15 PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF DI PULAU JAWA DAN SEKITARNYA Sucipta, Budi Setiawan, Pratomo B. Sastrowardoyo, Dadang Suganda*) ABSTRAK PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF DI PULAU JAWA DAN SEKITARNYA. Telah dilakukan kegiatan kajian, survey literatur dan checking lapangan dalam rangka pemilihan wilayah potensial untuk disposal limbah radioaktif. Studi wilayah mencakup aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, seismotektonik, volkanologi, hidrologi, hidrogeologi, cebakan tambang, demografi, kawasan penting dan situs bersejarah. Penelitian dilakukan dengan metode evaluasi deskriptif dari hasil pengkajian data sekunder (literatur dan hasil penelitian terdahulu) dan interpretasi data primer dari checking lapangan. Wilayah yang menjadi obyek kegiatan berada dalam wilayah Serang, Bogor, Karawang, Subang, Majalengka, Rembang, Tuban dan Madura. Dari evaluasi yang telah dilakukan berhasil diperoleh beberapa wilayah di daerah kabupaten Serang, Subang, Sumedang, Rembang dan Tuban memiliki kesesuaian sebagai wilayah potensial untuk disposal limbah radioaktif. Kata kunci : pemilihan, wilayah potensial, disposal, limbah radioaktif. ABSTRACT SELECTION OF POTENSIAL REGION FOR RADIOACTIVE WASTE DISPOSAL IN JAVA ISLAND AND THE SURROUNDING.. Research activity, literature survey and field checking to select the potential region for radioactive waste disposal have been done. Regional study includes geomorphology, lithostratigraphy, seismotectonic, volcanology, hydrology, hydrogeology, mineral resources, demography, important place and hystorical situs. Research was conducted by descriptive evaluation method based on the results of secondary data assessment and the interpretation of primary data obtained from field survey. The covering area of the study are Serang, Bogor, Karawang, Subang, Majalengka, Rembang, Tuban and Madura. Based on the evaluation, some part of the study area have suitability as potential region for radioactive waste disposal, such as Serang, Subang, Sumedang, Rembang and Tuban. Keywords : selection, potensial region, radioactive waste, disposal PENDAHULUAN Penyiapan tapak disposal limbah radioaktif di Pulau Jawa dan sekitarnya dilatar belakangi oleh kebutuhan akan tersedianya disposal untuk limbah radioaktif dari kegiatan aplikasi iptek nuklir di bidang industri, kesehatan dan riset, serta bidang energi yang masih dalam tahap perencanaan. Wilayah studi difokuskan di Pulau Jawa dan sekitarnya, dengan pertimbangan bahwa sebagian besar kegiatan yang berpotensi menimbulkan limbah radioaktif ada di Pulau Jawa. Hal tersebut sekaligus juga mempertimbangkan masalah transportasi dan keselamatan. Pemilihan wilayah potensial ini merupakan lanjutan dari tahap sebelumnya yang berupa pengembangan konsep dan rencana penyiapan tapak, yang kemudian akan dilanjutkan dengan pemilihan tapak potensial dan terpilih pada tahapan-tahapan berikutnya. Tahapan-tahapan tersebut mengacu pada sistematika pemilihan tapak disposal yang direkomendasikan oleh International Atomic Energy Agency (IAEA) [1]. Tujuan disposal limbah radioaktif ialah untuk mengisolasi limbah sehingga tidak ada akibat paparan radiasi terhadap manusia dan lingkungan. Tingkat pengisolasian yang diperlukan dapat diperoleh dengan mengimplementasikan berbagai metode penyimpanan, di antaranya dengan model near surface disposal (NSD) dan deep geological disposal (DGD) sebagai pilihan yang umum dan digunakan di beberapa negara[1]. Opsi near surface disposal telah diterapkan selama beberapa dekade dengan variasi yang luas dalam hal tapak, tipe dan kuantitas limbah, serta desain fasilitasnya. Pengalaman telah menunjukkan bahwa

Transcript of PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL … Sucipta _15... · kemampuan mengisolasi sistem...

Page 1: PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL … Sucipta _15... · kemampuan mengisolasi sistem disposal A. Geomorfologi tidak akan terancam bahaya. - Proses-proses permukaan Proses-proses

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

*) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN 15

PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL

LIMBAH RADIOAKTIF DI PULAU JAWA DAN SEKITARNYA

Sucipta, Budi Setiawan, Pratomo B. Sastrowardoyo, Dadang Suganda*)

ABSTRAK

PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL LIMBAH

RADIOAKTIF DI PULAU JAWA DAN SEKITARNYA. Telah dilakukan kegiatan kajian,

survey literatur dan checking lapangan dalam rangka pemilihan wilayah potensial untuk disposal

limbah radioaktif. Studi wilayah mencakup aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi,

seismotektonik, volkanologi, hidrologi, hidrogeologi, cebakan tambang, demografi, kawasan

penting dan situs bersejarah. Penelitian dilakukan dengan metode evaluasi deskriptif dari hasil

pengkajian data sekunder (literatur dan hasil penelitian terdahulu) dan interpretasi data primer dari

checking lapangan. Wilayah yang menjadi obyek kegiatan berada dalam wilayah Serang, Bogor,

Karawang, Subang, Majalengka, Rembang, Tuban dan Madura. Dari evaluasi yang telah dilakukan

berhasil diperoleh beberapa wilayah di daerah kabupaten Serang, Subang, Sumedang, Rembang

dan Tuban memiliki kesesuaian sebagai wilayah potensial untuk disposal limbah radioaktif.

Kata kunci : pemilihan, wilayah potensial, disposal, limbah radioaktif.

ABSTRACT

SELECTION OF POTENSIAL REGION FOR RADIOACTIVE WASTE DISPOSAL IN JAVA ISLAND AND THE SURROUNDING.. Research activity, literature survey and field

checking to select the potential region for radioactive waste disposal have been done. Regional

study includes geomorphology, lithostratigraphy, seismotectonic, volcanology, hydrology,

hydrogeology, mineral resources, demography, important place and hystorical situs. Research

was conducted by descriptive evaluation method based on the results of secondary data

assessment and the interpretation of primary data obtained from field survey. The covering area of

the study are Serang, Bogor, Karawang, Subang, Majalengka, Rembang, Tuban and Madura.

Based on the evaluation, some part of the study area have suitability as potential region for

radioactive waste disposal, such as Serang, Subang, Sumedang, Rembang and Tuban.

Keywords : selection, potensial region, radioactive waste, disposal

PENDAHULUAN

Penyiapan tapak disposal limbah

radioaktif di Pulau Jawa dan sekitarnya

dilatar belakangi oleh kebutuhan akan

tersedianya disposal untuk limbah radioaktif

dari kegiatan aplikasi iptek nuklir di bidang

industri, kesehatan dan riset, serta bidang

energi yang masih dalam tahap perencanaan.

Wilayah studi difokuskan di Pulau Jawa dan

sekitarnya, dengan pertimbangan bahwa

sebagian besar kegiatan yang berpotensi

menimbulkan limbah radioaktif ada di Pulau

Jawa. Hal tersebut sekaligus juga

mempertimbangkan masalah transportasi

dan keselamatan.

Pemilihan wilayah potensial ini

merupakan lanjutan dari tahap sebelumnya

yang berupa pengembangan konsep dan

rencana penyiapan tapak, yang kemudian

akan dilanjutkan dengan pemilihan tapak

potensial dan terpilih pada tahapan-tahapan

berikutnya. Tahapan-tahapan tersebut

mengacu pada sistematika pemilihan tapak

disposal yang direkomendasikan oleh

International Atomic Energy Agency (IAEA)

[1].

Tujuan disposal limbah radioaktif

ialah untuk mengisolasi limbah sehingga

tidak ada akibat paparan radiasi terhadap

manusia dan lingkungan. Tingkat

pengisolasian yang diperlukan dapat

diperoleh dengan mengimplementasikan

berbagai metode penyimpanan, di antaranya

dengan model near surface disposal (NSD)

dan deep geological disposal (DGD) sebagai

pilihan yang umum dan digunakan di

beberapa negara[1].

Opsi near surface disposal telah

diterapkan selama beberapa dekade dengan

variasi yang luas dalam hal tapak, tipe dan

kuantitas limbah, serta desain fasilitasnya.

Pengalaman telah menunjukkan bahwa

Page 2: PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL … Sucipta _15... · kemampuan mengisolasi sistem disposal A. Geomorfologi tidak akan terancam bahaya. - Proses-proses permukaan Proses-proses

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

16

isolasi limbah yang efektif dan aman

tergantung pada unjuk kerja sistem disposal

secara keseluruhan, yaitu terbentuk dari tiga

komponen atau penghalang (barrier) : tapak,

fasilitas disposal dan kemasan limbah. NSD

perlu juga dilengkapi dengan kontrol

institusional aktif secara kontinyu, seperti

pemantauan dan pemeliharaan.

Kesesuaian tapak terutama

tergantung pada kapasitasnya untuk

mengungkung limbah radioaktif dalam

periode waktu yang dibutuhkan, dan untuk

membatasi laju pelepasan radionuklida, dan

kemampuannya untuk membatasi potensi

penyebaran dampak dari sistem disposal

terhadap manusia dan lingkungan [1].

Tujuan dari pemilihan tapak ialah

untuk mencari suatu tapak, yang apabila

dilengkapi dengan desain, bentuk limbah,

tipe dan kuantitas kemasan limbah,

penghalang rekayasa dan kontrol

institusional yang memadai, akan menjamin

proteksi radiasi terhadap persyaratan yang

telah ditentukan oleh badan pengawas.

Standar IAEA [2], dan rekomendasi serta

petunjuk internasional yang telah ada dapat

dipertimbangkan.

Seperti pada umumnya kegiatan di

dunia, seleksi tapak diawali dengan studi

wilayah yang mempertimbangkan banyak

aspek. Pada tahun 2008 dan 2009 telah

dilaksanakan kegiatan seleksi wilayah

berdasarkan aspek-aspek geomorfologi,

litostratigrafi, seismotektonik, volkanologi,

hidrologi, hidrogeologi, cebakan tambang,

demografi, kawasan penting dan situs

bersejarah. Berdasarkan tipe batuan

(lempung dan batuan beku) wilayah-wilayah

potensial telah dipilih untuk dilakukan studi

lebih lanjut, yang meliputi Serang, Bogor,

Krawang, Subang, Majalengka, Rembang,

Tuban dan Madura.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Kegiatan penelitian ini dilakukan di

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR),

Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)

pada tahun 2009, sebagai bagian dari

kegiatan penelitian yang berjudul

“Penyiapan Tapak Penyimpanan Lestari

Limbah Radioaktif di Pulau Jawa dan

Sekitarnya”.

B a h a n

Daerah penelitian untuk pemilihan

wilayah potensial disposal limbah radioaktif

meliputi wilayah Serang, Bogor, Karawang,

Subang, Majalengka, Rembang, Tuban dan

Madura. Bahan penelitian berupa peta

topografi, peta rupa bumi, peta geologi, peta

hidrogeologi, peta seismotektonik, peta

gunungapi, peta penggunaan lahan dan data

terkait lainnya.

Metode

Dalam pemilihan tapak, idealnya

perlu menerapkan prosedur sistematis yaitu

dengan sistem penapisan dari wilayah yang

luas ke tapak spesifik. Pemilihan tapak

sistematis untuk fasilitas NSD meliputi

empat tahapan yaitu : 1) tahap konsep dan

perencanaan; 2) tahap survey daerah; 3)

tahap karakterisasi tapak; dan 4) tahap

konfirmasi tapak [3].

Pemilihan wilayah potensial

dilakukan dengan metode deskriptif,

pengharkatan (scoring) dan atau tumpang-

susun (overlay), untuk mendapatkan wilayah

potensial dari beberapa wilayah studi.

Pemilihan wilayah potensial didasarkan

pada kriteria tapak yang telah ditetapkan

pada tahap penyusunan konsep dan rencana.

Berbagai faktor penting yang wajib

dipertimbangkan dalam pemilihan tapak

disposal limbah radioaktif adalah sebagai

berikut :

- Geologi

Tata geologi dari tapak harus mampu

mengisolasi limbah dan membatasi lepasnya

radionuklida ke biosfer. Tata geologi juga

harus menunjang stabilitas sistem disposal,

dan menjamin volume yang cukup serta

sifat-sifat teknis yang memadai untuk

implementasi disposal.

- Hidrogeologi

Tata hidrogeologi dari tapak harus

dengan aliran air tanah yang rendah dan

memiliki jalur pengaliran yang panjang

untuk menghambat transportasi

radionuklida.

- Geokimia

Aspek kimia air tanah dan media

geologi menunjang pembatasan lepasnya

radionuklida dari fasilitas disposal dan tidak

mengurangi keawetan penghalang rekayasa

(engineered barrier) secara nyata.

Page 3: PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL … Sucipta _15... · kemampuan mengisolasi sistem disposal A. Geomorfologi tidak akan terancam bahaya. - Proses-proses permukaan Proses-proses

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

17

- Tektonik dan kegempaan

Tapak seharusnya ditempatkan dalam

suatu daerah dengan aktivitas tektonik dan

kegempaan yang rendah sehingga

kemampuan mengisolasi sistem disposal

tidak akan terancam bahaya.

- Proses-proses permukaan

Proses-proses permukaan seperti

banjir, tanah longsor atau erosi pada daerah

tapak seharusnya tidak terdapat dengan

frekuensi dan intensitas yang dapat

mempengaruhi kemampuan sistem disposal

memenuhi standar/persyaratan keselamatan.

- Meteorologi

Meteorologi daerah tapak harus

dikarakterisasi secara cukup memadai

sehingga adanya pengaruh kondisi

meteorologi ekstrim yang tidak diharapkan

dapat dipertimbangkan secara seksama

dalam desain dan perijinan fasilitas

disposal.

- Man-induced events

Tapak harus terletak pada daerah

dimana aktivitas generasi saat ini maupun

yang akan datang, pada atau dekat dengan

tapak, tidak akan mempengaruhi

kemampuan isolasi sistem disposal.

- Transportasi limbah

Tapak seyogyanya terletak

sedemikian rupa sehingga jalur akses akan

memudahkan transportasi limbah dengan

resiko minimal terhadap masyarakat.

-Penggunaan lahan

Penggunaan lahan dan kepemilikan

lahan harus dipertimbangkan terhadap

pengembangan masa depan dan

perencanaan wilayah.

- Distribusi penduduk

Tapak seharusnya terletak pada

lokasi tertentu sehingga potensi bahaya dari

sistem disposal terhadap penduduk saat ini

dan proyeksi masa depan masih dalam batas

yang dapat diterima.

- Proteksi lingkungan

Tapak seyogyanya ditempatkan

sedemikian rupa sehingga lingkungan akan

terlindungi secara cukup memadai

sepanjang umur fasilitas disposal, dan

dampak penyebaran secara potensial dapat

ditanggulangi ke dalam tingkat yang aman,

dengan memperhitungkan aspek teknis,

ekonomi dan lingkungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Geomorfologi

Secara regional, menurut

PANEKOEK, 1949 [6], daerah penelitian

Serang termasuk dalam wilayah Karang-

Merak yang merupakan bekas tubuh

gunungapi Karang dan Gede. Daerah Bogor,

Karawang, Subang dan Majalengka

merupakan bagian dari wilayah Lipatan

Utara Jawa Barat, yang memanjang dari

selatan Rangkasbitung hingga Kuningan.

Daerah Rembang merupakan bagian dari

wilayah Pegunungan Kapur Pantai Utara,

sedangkan daerah Tuban termasuk ke dalam

wilayah Lipatan Utara dan sebagian

merupakan dataran rendah Tuban. Daerah

Madura termasuk dalam wilayah Lipatan

Madura. Menurut Van BEMMELEN, 1949

[7], daerah penelitian Bogor, Karawang,

Subang dan Majalengka berada pada jalur

zona Antiklinorium Bogor yang termasuk

zona utara dari Jawa Barat. Zona Bogor

merupakan suatu antiklinorium akibat

intensitas perlipatan yang sangat kuat dari

perlapisan-perlapisan yang terbentuk pada

subzaman Neogen, dengan beberapa intrusi

hypabyssal volcanic necks, stocks dan

bosses. Daerah Rembang dan Tuban

termasuk dalam Antiklinorium Rembang.

Selain daerah Serang (Bojonegara)

yang merupakan daerah berbukit, secara

umum daerah penelitian merupakan daerah

dataran bergelombang dengan kemiringan

lereng antara 0 – 13% dengan beda tinggi

antara 0 – 50 m, yang dapat dikategorikan

sebagai satuan dataran bergelombang

(ZUIDAM, R.A., et al., 1979) [8].

Kondisi proses geomorfologi

permukaan seperti erosi dan gerakan tanah

relatif tidak intensif, karena kondisi

topografi yang berupa dataran

bergelombang. Secara morfogenesa daerah

penelitian merupakan daerah yang

dipengaruhi oleh struktur geologi berupa

lipatan dan patahan. Oleh karena itu daerah

penelitian (selain Serang) dapat

diklasifikasikan sebagai satuan dataran

bergelombang struktural berbatuan

lempung/napal.

Berdasarkan aspek geomorfologi,

daerah penelitian memiliki kesesuaian

sebagai wilayah potensial untuk fasilitas

Page 4: PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL … Sucipta _15... · kemampuan mengisolasi sistem disposal A. Geomorfologi tidak akan terancam bahaya. - Proses-proses permukaan Proses-proses

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

18

disposal limbah radioaktif. Untuk

memperkuat kesimpulan maka diperlukan

penelitian lebih lanjut dan wajib

diintegrasikan dengan aspek-aspek lain

seperti litostratigrafi, seismotektonik,

hidrogeologi, hidrologi, volkanologi,

cebakan tambang, kawasan penting, situs

bersejarah, demografi, tata ruang dan

penggunaan lahan.

B. Litostratigrafi

1. Serang

Batuan yang tersingkap di daerah

penelitian meliputi (urut dari tua ke muda)

hasil gunungapi Gede, tufa Banten,

batugamping koral dan endapan aluvium

(Gambar 1). Hasil gunungapi Gede berupa

lava, lahar dan breksi termampatkan, yang

berumur Plistosen. Penyebaran hasil

gunungapi Gede paling luas di daerah

penelitian meliputi luas lebih kurang 70%.

Tufa Banten terdiri dari tufa, tufa batuapung

dan batupasir tufaan, yang berumur sedikit

lebih muda daripada hasil gunungapi Gede.

Penyebaran tufa Banten mencakup luas

kurang lebih 20% dari daerah penelitian.

Batugamping koral terdiri dari

koloni koral, pecahan cangkang dan

moluska; dengan umur Holosen Awal, yang

tersebar di P. Panjang dan pulau-pulau kecil

di sekitarnya, yang mencakup luas sekitar

5%. Endapan aluvium berupa kerakal, pasir,

lanau dan lumpur, yang tersebar di

sepanjang pantai daerah penelitian dengan

luas sebaran mencapai 5%.

Stratigrafi daerah penelitian yang

hanya terdiri dari dua satuan batuan dapat

disimpulkan relatif sederhana. Batuan yang

dapat dipilih sebagai batuan potensial adalah

batuan beku andesit dari hasil gunungapi

Gede. Ketebalan batuan tersebut diduga

mencapai lebih dari 500 m, dengan luas

pelamparan mencapai 10x10 km2.

2. Bogor

Batuan yang tersingkap di daerah

penelitian meliputi (urut dari tua ke muda)

Formasi Jatiluhur, Formasi Klapanunggal,

batuan terobosan andesit, breksi dan lava

gunung Kancana dan gunung Limo

(kelompok batuan gunungapi Gede), kipas

aluvium dan endapan aluvium.

Formasi Jatiluhur tersusun oleh

napal dan serpih lempungan, dan sisipan

batupasir kuarsa, bertambah pasiran ke arah

timur. Bagian atas dari formasi ini

menjemari dengan Formasi Klapanunggal.

Gambar 1. Peta geologi daerah gunung Gede, Serang, Banten [9]

0

U Hasil Gunungapi Gede

Hasil Gunungapi Gede

Tufa Banten

Hasil Gunungapi Gede

10 km

Page 5: PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL … Sucipta _15... · kemampuan mengisolasi sistem disposal A. Geomorfologi tidak akan terancam bahaya. - Proses-proses permukaan Proses-proses

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

19

Penyebaran formasi ini di daerah penelitian

meliputi luas sekitar 50%. Formasi

Klapanunggal terutama tersusun oleh

batugamping terumbu padat dengan

foraminifera besar dan fosil-fosil lainnya.

Penyebaran formasi ini di daerah penelitian

meliputi luas sekitar 10%.

Batuan terobosan andesit yang

dijumpai di G. Pancar dan bukit kecil di

timur lautnya, mengandung oligoklas-

andesin, augit, hipersten dan hornblenda,

membentuk sumbat dan retas. Breksi dan

lava gunung Kancana dan gunung Limo

tersusun dari bongkahan andesit dan breksi

andesit dengan banyak sekali fenokris

piroksen dan lava basal. Satuan batuan ini

tersebar terutama di bagian selatan daerah

penelitian seluas lebih kurang 20%.

Kipas aluvium tersusun oleh lanau,

batupasir, kerikil dan kerakal dari batuan

gunungapi kuarter yang terendapkan

kembali sebagai kipas aluvium. Endapan

aluvium terdiri dari lempung, lanau, pasir,

kerikil dan kerakal endapan sungai.

Stratigrafi daerah penelitian dapat

dikatakan relatif sederhana. Batuan potensial

yang bisa dipilih sebagai hostrocks untuk

pengungkung limbah radioaktif adalah napal

dan serpih lempungan dari Formasi

Jatiluhur. Berdasarkan penampang geologi

regional, ketebalan formasi tersebut

diperkirakan mencapai > 2000 m, dengan

luas singkapan di daerah penelitian sekitar

6x15 km2.

3. Karawang

Batuan yang tersingkap di daerah

penelitian meliputi (urut dari tua ke muda)

Formasi Jatiluhur, anggota Pasirgombong,

Formasi Parigi, Formasi Subang dan

anggota Tanjakan Pacol, Formasi

Kaliwungu dan Formasi Cihoe. Endapan

permukaan yang dijumpai berupa satuan

batupasir konglomeratan dan batulanau,

satuan batupasir tufan dan konglomeratan,

endapan dataran banjir dan endapan sungai

muda.

Penyebaran Formasi Jatiluhur di

daerah penelitian meliputi luas lebih kurang

5%. Anggota Pasirgombong mencakup luas

kurang lebih 2% dari daerah penelitian.

Formasi Parigi memiliki pelamparan hingga

5%, sedangkan anggota Tanjakan Pacol

meliputi luas kurang lebih 5%. Formasi

Subang tersingkap dalam luasan sekitar

40%, Formasi Kaliwungu dan Formasi

Cihoe masing-masing 1% dan 10%.

Endapan permukaan secara keseluruhan

menutup area seluas 33% dari daerah

penelitian.

Stratigrafi daerah penelitian yang

hanya terdiri dari 5 formasi dan endapan

permukaan dapat disimpulkan relatif

sederhana. Batuan yang dapat dipilih

sebagai batuan potensial untuk hostrocks

disposal limbah radioaktif adalah

batulempung Formasi Subang. Ketebalan

batuan tersebut diduga mencapai lebih dari

1000 m, dengan luas pelamparan mencapai

9x13 km2 dan 6x6 km

2.

4. Subang

Batuan yang tersingkap di daerah

penelitian meliputi (urut dari tua ke muda)

anggota batulempung Formasi Subang,

anggota batupasir Formasi Subang, Formasi

Kaliwungu, Formasi Citalang, batupasir

tufan-lempung dan konglomerat, dan

endapan sedimen dalam.

Batuan gunungapi daerah Subang

yang terbentuk pada jaman Kuarter meliputi

hasil gunungapi lebih tua, dan hasil

gunungapi lebih muda tak teruraikan.

Sedangkan endapan permukaan terdiri dari

aluvium.

(Gambar 2 dan 3).

Anggota batulempung Formasi

Subang tersusun oleh batulempung,

beberapa mengandung batugamping napalan

yang keras, napal dan batugamping abu-abu

tua. Kadang-kadang juga dijumpai sisipan

batupasir glaukonit hijau. Mengandung fosil

foraminifera. Penyebaran formasi ini di

daerah penelitian meliputi luas sekitar 40%.

Anggota batupasir Formasi Subang terutama

tersusun oleh batupasir andesit, batupasir

konglomerat, breksi, lapisan batugamping

dan batulempung. Ketebalan satuan ini 0-

300 m. Penyebaran formasi ini di daerah

penelitian meliputi luas sekitar 5%.

Formasi Kaliwungu tersusun oleh

batupasir tufan, konglomerat, batulempung

dan kadang-kadang lapisan-lapisan batupasir

gampingan dan batugamping. Selain itu

terdapat lapisan-lapisan tipis gambut dan

lignit. Pada batupasir dan konglomerat

banyak dijumpai fosil moluska. Ketebalan

formasi ini sekitar 600 m, dengan

pelamparan mencapai sekitar 10%. Formasi

Citalang tersusun oleh lapisan-lapisan napal

tufan, diselingi batupasir tufan dan

Page 6: PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL … Sucipta _15... · kemampuan mengisolasi sistem disposal A. Geomorfologi tidak akan terancam bahaya. - Proses-proses permukaan Proses-proses

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

20

konglomerat. Ketebalan formasi ini berkisar

antara 500-600 m, dengan pelamparan

mencapai sekitar 5%.

Batupasir tufan-lempung dan

konglomerat secara rinci berupa batupasir

tufan, kadang-kadang mengandung

batuapung, lempung mengandung sisa-sisa

tumbuhan, konglomerat, breksi dan pasir

halus. Satuan batuan ini berlapis-lapis

mendatar dan membentuk dataran (hampir

datar) di bagian utara daerah penelitian

seluas 40%. Endapan sedimen dalam

tersusun oleh lempung tufan, batupasir,

konglomerat dan breksi, dengan ketebalan 0-

100 m.

Hasil gunungapi lebih tua (600 m)

tersusun oleh breksi, lahar dan pasir tuff

berlapis-lapis dengan kemiringan yang kecil.

Sedangkan hasil gunungapi muda tak

teruraikan tersusun oleh pasir tufan, lapili,

breksi, lava, dan aglomerat. Sebagian

berasal dari G. Tangkubanperahu dan

sebagaian berasal dari G. Tampomas.

Endapan aluvium terdiri dari lempung,

lanau, pasir, kerikil dan kerakal endapan

sungai sekarang.

Gambar 2. Geologi daerah Jelupang dan sekitarnya, Subang, Jawa Barat [12]

Gambar 3. Peta geologi daerah Buahdua dan sekitarnya, Sumedang, Jawa Barat [12]

0

U

10 km

Batulempung Formasi Subang

Hasil Gunungapi Gede Formasi Kaliwungu

Formasi Citalang

0 10 km

Formasi Kaliwungu

Formasi Citalang U

Batulempung Formasi Subang

Page 7: PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL … Sucipta _15... · kemampuan mengisolasi sistem disposal A. Geomorfologi tidak akan terancam bahaya. - Proses-proses permukaan Proses-proses

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

21

Stratigrafi daerah penelitian dapat dikatakan

relatif sederhana. Batuan potensial yang bisa

dipilih sebagai hostrocks untuk

pengungkung limbah radioaktif adalah

batulempung dari anggota batulempung

Formasi Subang. Menurut TJIA (1963) [13]

tebal dari anggota batulempung ini 2900 m.,

dengan luas singkapan di daerah hulu sungai

Cilamaya sekitar 6x13 km2, di daerah

selatan Jalupang sekitar 6x3,5 km2 dan di

daerah Wanareja-Nagrak lebih kurang 6x24

km2.

5. Majalengka

Batuan yang tersingkap di daerah

penelitian meliputi (urut dari tua ke muda)

anggota batulempung Formasi Subang,

Formasi Kaliwungu, lensa batugamping

Formasi Citalang, Formasi Citalang,

batupasir tufan-lempung-konglomerat dan

breksi terlipat. Batuan gunungapi yang

tersingkap adalah hasil gunungapi muda tak

teruraikan. Batuan terobosan yang

tersingkap adalah andesit hornblenda.

Endapan permukaan berupa aluvium.

Anggota batulempung Formasi

Subang tersusun oleh batulempung

mengandung lapisan batugamping napalan

abu-abu tua dan batugamping. Setempat

juga dijumpai sisipan batupasir glaukonit

hijau. Penyebaran formasi ini di daerah

penelitian meliputi luas sekitar 30%.

Formasi Kaliwungu tersusun oleh

batulempung dengan sisipan batupasir tufan,

konglomerat, setempat ditemukan lapisan-

lapisan batupasir gampingan dan

batugamping. Ketebalan formasi ini sekitar

600 m, dengan pelamparan mencapai sekitar

5%. Formasi Citalang tersusun oleh

batupasir tufan, lempung tufan, konglomerat

dan setempat-setempat ditemukan lensa-

lensa batupasir gampingan yang keras.

Ketebalan formasi ini berkisar antara 500-

600 m, dengan pelamparan mencapai sekitar

10%.

Batupasir tufan-lempung dan

konglomerat secara rinci berupa batupasir

tufan, pasir, lanau tufan, lempung,

konglomerat, breksi tufan mengandung

batuapung. Satuan batuan ini tersingkap

sangat luas membentuk dataran

bergelombang lemah di bagian utara daerah

penelitian seluas 30%. Breksi terlipat

tersusun oleh breksi gunungapi bersifat

andesit, breksi tufan, batupasir kasar,

lempung tufan, dan graywacke. Penyebaran

breksi terlipat hanya meliputi luas ± 1% dari

daerah penelitian.

Hasil gunungapi muda tak

teruraikan tersusun oleh breksi, lava bersifat

andesit dan basal, pasir tufan dan lapili.

Sebagian berasal dari G. Cerme dan

sebagaian berasal dari G. Tampomas.

Endapan aluvium terdiri dari lempung,

lanau, pasir, kerikil dan kerakal endapan

sungai Holosen.

Stratigrafi daerah penelitian dapat

dikatakan relatif sederhana. Batuan potensial

yang bisa dipilih sebagai hostrocks untuk

pengungkung limbah radioaktif adalah

batulempung dari anggota batulempung

Formasi Subang.

Menurut TJIA (1963) [13] tebal dari anggota

batulempung ini 2900 m., dengan luas

singkapan di daerah hulu sungai Majalengka

2x4,5 km2, dan di daerah Sumedang lebih

kurang 6-10x21 km2.

6. Rembang

Batuan yang tersingkap di daerah

penelitian meliputi (urut dari tua ke muda)

Formasi Ngrayong, Formasi Bulu, Formasi

Wonocolo, Formasi Ledok dan Formasi

Mundu. Di atas formasi-formasi tersebut

ditumpangi secara takselaras oleh anggota

Selorejo dan Formasi Lidah pada jaman

Plistosen. Formasi-formasi tersebut

diterobos dan ditumpangi oleh andesit dan

breksi hasil dari gunungapi Lasem. Di atas

formasi-formasi tersebut diendapkan

aluvium (Gambar 4).

Formasi Ngrayong tersusun oleh

batupasir, serpih, batulempung, batulanau

dengan sisipan batugamping, batubara dan

lignit. Formasi Bulu tersusun oleh

batugamping putih abu-abu, pasiran,

kadang-kadang berlapis tipis, di bagian

tengah terdapat sisipan tipis napal. Formasi

Wonocolo tersusun oleh batu lempung

dengan sisipan tipis batugamping, bagian

bawah dicirikan oleh batupasir glaukonitan.

Page 8: PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL … Sucipta _15... · kemampuan mengisolasi sistem disposal A. Geomorfologi tidak akan terancam bahaya. - Proses-proses permukaan Proses-proses

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

22

Gambar 4. Peta geologi daerah selatan Rembang, Jawa Tengah [15]

Formasi Ledok secara rinci berupa

batulempung abu-abu, napal dan

batugamping (kalkarenit) berlapis tipis,

kadang-kadang mengandung batupasir

glaukonit. Formasi Mundu tersusun oleh

napal masif, abu-abu keputihan, kaya akan

foraminifera plankton.

Anggota Selorejo terdiri dari

perselingan batugamping dan batupasir,

kaya akan fosil rombakan foraminifera

plankton.

Fosil berfungsi sebagai butiran

pasir (kalkarenit).

Gambar 5. Peta geologi daerah Sedan-Sale Rembang, Jawa Tengah [16]

U

0 10 km

Formasi Mundu

Formasi Lidah

Aluvium

U

0 8 km

Formasi Mundu

Aluvium

Formasi Wonocolo

Anggota Ngrayong

Anggota Tawun

Formasi Bulu

Formasi Ledok

Breksi Gunungapi

Page 9: PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL … Sucipta _15... · kemampuan mengisolasi sistem disposal A. Geomorfologi tidak akan terancam bahaya. - Proses-proses permukaan Proses-proses

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

23

Formasi Lidah tersusun oleh

batulempung abu-abu kehitaman bersisipan

batupasir bermoluska. Batuan ini kadang-

kadang mengandung horizon yang kaya

akan moluska (Ostrea) dan lapisan tipis

batubara. Andesit dari gunungapi Lasem

berupa lava andesit, dan breksi hasil

aktivitas Lasem berupa breksi, konglomerat

dan batupasir tufan. Endapan aluvium terdiri

dari lempung, lanau, pasir, kerikil dan

kerakal endapan Holosen.

Stratigrafi daerah penelitian dapat

dikatakan relatif sederhana. Batuan potensial

yang bisa dipilih sebagai hostrocks untuk

pengungkung limbah radioaktif di wilayah

Selatan Rembang adalah napal masif dari

Formasi Mundu yang memiliki ketebalan

250-1500 m, dan batulempung dari Formasi

Lidah dengan ketebalan > 200 m. Luas

singkapan di daerah penelitian Selatan

Rembang masing-masing 12x24 km2 dan

6x15 km2.

Di sebelah utara dan timur Sedan,

batuan potensial dari Formasi Mundu dan

Formasi Wonocolo tersingkap secara blok-

blok dengan tebal sekitar 200 m dan luas ±

2x5 km2. Di sebelah selatan Sale tersingkap

Formasi Mundu dengan ketebalan ± 200 m

luas sekitar 2,5x9 km2, sedangkan di sebelah

utaranya tersingkap Formasi Wonocolo

setebal 250 m dan luas pelamparan sekitar

5x10 km2.

7. Tuban

Batuan yang tersingkap di daerah

penelitian meliputi (urut dari tua ke muda)

anggota Tawun Formasi Tuban, anggota

Ngrayong Formasi Tuban, Formasi Bulu,

Formasi Wonocolo, Formasi Ledok,

Formasi Mundu dan Formasi Paciran. Di

atas formasi-formasi tersebut ditumpangi

secara takselaras oleh Formasi Lidah pada

jaman Plistosen. Formasi-formasi tersebut

diterobos dan ditumpangi oleh andesit dan

breksi hasil dari gunungapi Lasem. Di atas

formasi-formasi tersebut diendapkan

aluvium (Gambar 5).

Anggota Tawun Formasi Tuban

tersusun oleh napal pasiran berselingan

dengan batugamping bioklastik. Anggota

Ngrayong tersusun oleh batupasir kuarsa

berselingan dengan batugamping dan

batulempung. Formasi Bulu tersusun oleh

batugamping pasiran dan batunapal pasiran.

Formasi Wonocolo tersusun oleh napal

pasiran berselingan dengan batugamping

pasiran.

Formasi Ledok secara rinci berupa

batupasir glaukonitan dengan sisipan

batugamping pasiran. Formasi Mundu

tersusun oleh batunapal, batulempung

lanauan dan batugamping napalan. Formasi

Paciran tersusun oleh batugamping pejal dan

batugamping dolomitan. Formasi Lidah

tersusun oleh batulempung, lempung hitam

dan batupasir. Andesit dari gunungapi

Lasem berupa lava andesit, dan breksi hasil

aktivitas Lasem berupa breksi, konglomerat

dan batupasir tufan. Endapan aluvium terdiri

dari lempung, lanau, pasir, dan kerikil.

Gambar 6. Peta geologi daerah Jatirogo Tuban, Jawa Timur [16]

U

Anggota Ngrayong

Anggota Tawun

15 km

Formasi Mundu

Formasi Wonocolo

0

Formasi Ledok

Page 10: PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL … Sucipta _15... · kemampuan mengisolasi sistem disposal A. Geomorfologi tidak akan terancam bahaya. - Proses-proses permukaan Proses-proses

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

24

Stratigrafi daerah penelitian dapat

dikatakan relatif sederhana. Batuan potensial

yang bisa dipilih sebagai hostrocks untuk

pengungkung limbah radioaktif di wilayah

Tuban sebelah selatan Bancar adalah napal

pasiran dari Formasi Wonocolo yang

memiliki ketebalan sekitar 250 m luas

sekitar 3x5 km2. Batuan potensial lainnya

adalah batunapal dan batulempung dari

Formasi Mundu di daerah sebelah utara

Jatirogo dengan ketebalan > 200 m dan luas

singkapan kurang lebih 3x21 km2.

8. Madura

a. Madura Barat

Menurut SUKARDI (1992) [17],

secara geologi regional daerah Madura Barat

terdiri dari formasi-formasi yang secara urut

dari tua ke muda adalah Formasi Tawun

(umur Miosen Awal), Formasi Watukoceng

(umur Miosen Tengah), Formasi Madura

(umur Miosen-Pliosen), Formasi Pamekasan

(umur Plistosen) dan aluvium.

Formasi Tawun tersusun oleh

batulempung gampingan di bagian bawah,

dan napal pasiran bersisipan batugamping

dan batupasir gampingan. Formasi

Watukoceng tersusun oleh batupasir kuarsa

berselingan dengan batugamping orbitoid

dan batupasir berlapis tipis (di bagian

bawah), serta selang-seling napal pasiran

dengan batugamping (di bagian atas).

Formasi Madura tersusun oleh

batugamping kapuran dan batugamping

terumbu. Formasi Pamekasan tersusun oleh

batupasir, batulempung dan konglomerat

berfragmen utama batugamping. Endapan

aluvium terdiri dari lempung, lanau, pasir,

kerikil dan kerakal, secara setempat

dijumpai fragmen fosil.

Stratigrafi daerah penelitian relatif

sederhana. Batuan potensial yang bisa

dipilih sebagai hostrocks untuk

pengungkung limbah radioaktif di wilayah

Madura Barat adalah selang-seling napal

pasiran dengan batugamping dan batupasir

kuarsa dari Formasi Watukoceng.

Batuan potensial lainnya adalah

dari Formasi Tawun yang berupa

batulempung gampingan dan napal pasiran

bersisipan batugamping dan batupasir

gampingan.

Formasi Tawun dan Formasi

Watukoceng bertumpangan secara selaras

dan memiliki ketebalan sekitar 200 m dan

luas sekitar 15x18 km2.

b. Madura Tengah

Menurut AZIS dkk (1992) [18],

secara geologi regional daerah Madura

Tengah terdiri dari formasi-formasi yang

secara urut dari tua ke muda adalah Formasi

Tawun (umur Miosen Awal), Formasi

Ngrayong (umur Miosen Tengah), Formasi

Bulu (umur Miosen Tengah), Formasi

Pasean (umur Miosen Akhir), Formasi

Madura (umur Mio-Pliosen), Formasi

Pamekasan (umur Plistosen) dan aluvium.

Formasi Tawun tersusun oleh

batulempung bersisipan batupasir,

batugamping dan konglomerat. Formasi

Ngrayong tersusun oleh batupasir bersisipan

batulempung, napal dan batugamping.

Formasi Bulu merupakan perselingan antara

batugamping dan napal, sedangkan Formasi

Pasean merupakan perselingan antara napal

pasiran dengan batugamping lempungan dan

batugamping pasiran.

Formasi Madura tersusun oleh

batugamping pasiran dan batugamping

terumbu pejal. Formasi Pamekasan tersusun

oleh batulempung, batupasir kuarsa dan

konglomerat. Endapan aluvium terdiri dari

lempung, lanau, pasir, kerikil dan kerakal.

Stratigrafi daerah penelitian relatif

sederhana. Batuan potensial yang bisa

dipilih sebagai hostrocks untuk

pengungkung limbah radioaktif di wilayah

Madura Tengah adalah batulempung

bersisipan batupasir, batugamping dan

konglomerat dari Formasi Tawun yang

memiliki ketebalan sekitar 500 m dan luas

sekitar 4-11x43 km2.

c. Madura Timur

Menurut SITUMORANG dkk

(1992) [19], secara geologi regional daerah

Madura Timur terdiri dari formasi-formasi

yang secara urut dari tua ke muda adalah

Formasi Tawun (umur Miosen Awal),

Formasi Ngrayong (umur Miosen Tengah),

Formasi Bulu (umur Miosen Tengah),

Formasi Pasean (umur Miosen Akhir),

Formasi Madura (umur Mio-Pliosen),

Formasi Pamekasan (umur Plistosen) dan

aluvium.

Page 11: PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL … Sucipta _15... · kemampuan mengisolasi sistem disposal A. Geomorfologi tidak akan terancam bahaya. - Proses-proses permukaan Proses-proses

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

25

Formasi Tawun tersusun oleh

batulempung, napal, batugamping

lempungan dengan sisipan batugamping

orbitoid. Formasi Ngrayong tersusun oleh

perselingan batupasir kuarsa dengan

batugamping orbitoid dan batulempung.

Formasi Bulu tersusun oleh batugamping

pelat dengan sisipan napal pasiran,

sedangkan Formasi Pasean merupakan

perselingan antara napal pasiran dengan

batugamping lempungan, batugamping

pasiran dan batugamping oolitan.

Formasi Madura tersusun oleh

batugamping terumbu dan batugamping

dolomitan. Formasi Pamekasan tersusun

oleh konglomerat, batupasir, batulempung

dan batugamping. Endapan aluvium terdiri

dari pasir kuarsa, lempung, lumpur, kerikil

dan kerakal.

Stratigrafi daerah penelitian relatif

sederhana. Batuan potensial yang bisa

dipilih sebagai hostrocks untuk

pengungkung limbah radioaktif di wilayah

Madura Timur adalah batulempung, napal,

batugamping lempungan dengan sisipan

batugamping orbitoid dari Formasi Tawun,

serta perselingan antara napal pasiran

dengan batugamping lempungan,

batugamping pasiran dan batugamping

oolitan dari Formasi Pasean. Tebal formasi-

formasi tersebut sekitar 200-250 m dan luas

sekitar 2-4x35 km2.

C. Seismotektonik

Daerah penelitian Serang berada

pada daerah dengan percepatan batuan dasar

yang relatif rendah, yaitu sekitar 0,2 g [20].

Daerah penelitian Bogor, Karawang, Subang

dan Majalengka berada pada daerah dengan

percepatan batuan dasar relatif rendah, yaitu

sekitar 0,15 g. Wilayah Rembang, Tuban

dan Madura berada pada daerah dengan

percepatan batuan dasar yang rendah, yaitu

sekitar 0,1 g. Percepatan ini sangat

dipengaruhi oleh kemasifan/kerapatan jenis

batuan di daerah tersebut, selain dipengaruhi

oleh struktur pelapisan dan ketebalannya.

Kondisi-kondisi yang seperti ini sangat

menguntungkan bagi suatu wilayah yang

nantinya akan digunakan sebagai fasilitas

disposal limbah radioaktif.

Untuk aspek seismotektonik

berdasarkan peta wilayah gempa Indonesia

dengan percepatan puncak batuan dasar

dengan periode ulang 500 tahun, peta zona

sumber gempa bumi di Indonesia, dan peta

sebaran lokasi kejadian tsunami di kawasan

Asia Pasifik secara umum daerah penelitian

berada pada wilayah dengan bahaya

goncangan gempa bumi rendah sebesar 100-

150 gal(<400gal), dan wilayah yang sangat

kecil potensi terjadinya tsunami. Menurut

peta wilayah rawan bencana gempa bumi

Indonesia (KERTAPATI dkk, 2001) [21],

daerah Serang masuk dalam kategori skala

MMI IV-V dari maksimum skala XII, daerah

Bogor masuk dalam skala MMI IV-VI,

daerah Karawang dan Subang masuk skala

MMI < IV, dan daerah Majalengka,

Rembang, Tuban dan Madura berada dalam

skala MMI IV-V.

D. Vulkanologi

Dari aspek vulkanologi, gunungapi

aktif terdekat dari daerah Serang adalah

Gunung Krakatau (gunungapi tipe A) yang

berjarak 70 km arah baratdaya. Lokasi

penelitian daerah Bogor berjarak sekitar 25

km dari gunungapi terdekat yaitu G. Gede

dan G. Salak (gunungapi tipe A). Daerah

Karawang berjarak minimal 45 km dari

gunungapi aktif terdekat yaitu G. Gede dan

G. Tangkubanperahu (gunungapi tipe A).

Daerah penelitian Subang berada pada jarak

30 km dari gunungapi aktif terdekat yaitu G.

Tangkubanperahu. Daerah penelitian

Majalengka berada pada jarak sekitar 22.5

km dari gunungapi terdekat yaitu G. Cerme

(gunungapi tipe A). Daerah penelitian

Rembang dan Tuban relatif jauh dari

gunungapi terdekat G. Lawu dan G. Ungaran

(gunungapi tipe B) yaitu > 100 km. Daerah

penelitian Madura secara umum jauh dari

gunungapi aktif yang ada di Pulau Jawa

yaitu lebih dari 60 km terhadap G. Kelud, G.

Arjuna-Welirang, G. Bromo, G. Lamongan

dan G. Argopuro.

Sebagai gambaran perlu

disampaikan bahwa gunungapi tipe A adalah

gunungapi yang pernah mengalami erupsi

magmatik atau proses-proses lain yang

berhubungan sekurang-kurangnya sekali

setelah tahun 1.600 M [23]. Gunungapi tipe

B merupakan gunungapi yang berada dalam

tahap solfatara dan fumarola, dan tidak ada

erupsi magmatik yang diketahui/tercatat

sejak tahun 1.600 M.

Berdasarkan aspek volkanologi,

kiranya daerah penelitian Bogor dan

Majalengka memiliki jarak terhadap

gunungapi aktif hanya sekitar 22,5 – 25 km,

dikhawatirkan akan terancam dari bahaya

aktivitas dan letusan gunung-gunung Gede

Page 12: PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL … Sucipta _15... · kemampuan mengisolasi sistem disposal A. Geomorfologi tidak akan terancam bahaya. - Proses-proses permukaan Proses-proses

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

26

dan Cerme, sehingga tidak memenuhi syarat

untuk disposal limbah radioaktif.

E. Hidrogeologi

Hidrogeologi mempelajari penye-

baran, pergerakan air tanah dalam tanah dan

batuan di kerak bumi (umumnya dalam

akuifer) serta kondisi produktivitas

aquifer/air tanah. Secara umum daerah

penelitian Serang, Bogor, Karawang,

Subang, Majalengka, Rembang, Tuban dan

Madura termasuk dalam wilayah bukan

cekungan air tanah. Daerah penelitian rata-

rata batuannya tersusun dari batuan tua dan

lempungan sehingga mempunyai kondisi

akuifer langka dan batuannya memiliki

kelulusan air sangat rendah [24-27].

F. Hidrologi

Aspek hidrologi yang menjadi

fokus penelitian dalam pemilihan wilayah

potensial untuk PL-LR adalah adanya pola

aliran sungai dan aliran air dengan debit

yang terlalu besar akibat curah hujan yang

tinggi yaitu banjir.

Berdasarkan peta daerah rawan

banjir dan longsor P. Jawa periode 2006

dan peta zona kerentanan gerakan tanah,

daerah penelitian Serang, Bogor, Karawang,

Subang, Majalengka, Rembang, Tuban dan

Madura termasuk dalam daerah [28] : a.

tingkat aman terhadap rawan banjir dan

longsor, b. tingkat rendah terhadap

kerentanan gerakan tanah.

G. Demografi

Berdasarkan laporan BPS masing-

masing pemerintah kabupaten dari daerah

penelitian ditemukan fenomena kepadatan

penduduk yang kurang dari 1000 jiwa/km2

di daerah Serang, Subang, Rembang, Tuban

dan Madura. Daerah penelitian Bogor,

Karawang dan Majalengka memiliki

kepadatan penduduk yang relatif tinggi yaitu

melebihi 1000 jiwa/km2.

H. Cebakan Tambang

Potensi cebakan tambang atau

sumberdaya mineral dari suatu daerah

merupakan aset yang sangat berharga bagi

pemasukan daerah setempat. Potensi

cebakan tambang tersebut tentunya juga

sangat menentukan bagi kesejahteraan

rakyat. Untuk itu daerah yang memiliki

cadangan sumberdaya alam terutama yang

bernilai strategis dan vital (golongan A dan

B) perlu dihindari untuk tidak

dipertimbangkan sebagai calon wilayah

potensial disposal limbah radioaktif.

I. Kawasan Penting dan Situs Bersejarah

Yang dimaksud dengan kawasan

penting dan situs bersejarah meliputi 1)

kantor pemerintahan, 2) fasilitas kesehatan

(rumah sakit dan puskesmas), 3) pangkalan

militer, 4) tempat peribadatan, 5) fasilitas

pendidikan (SD s/d PT), 6) prasarana

transportasi dan telekomunikasi, 7)

pemakaman umum, 8) wisata dan hiburan,

9) kebudayaan, 10) sarana perekonomian

dan industri, 11). situs bersejarah (meliputi:

candi, pemakaman tokoh terkenal dan

bangunan-bangunan bersejarah lain).

Kawasan penting biasanya

merupakan kawasan yang penggunaan

lahannya telah diatur oleh pemerintah daerah

setempat dan merupakan wilayah untuk

kepentingan publik (umum). Situs bersejarah

berupa suatu benda atau tapak yang

merupakan peninggalan bersejarah yang

harus dilindungi oleh undang-undang atau

peraturan. Dalam pemilihan wilayah

potensial untuk fasilitas disposal limbah

radioaktif, maka wilayah yang terdapat

kawasan penting dan situs bersejarah perlu

dihindari.

KESIMPULAN

Telah dilakukan studi dalam rangka

penyiapan tapak untuk disposal limbah

radioaktif di Pulau Jawa dan sekitarnya,

yang dilakukan di daerah Serang, Bogor,

Karawang, Subang, Majalengka, Rembang,

Tuban dan Madura. Aspek-aspek yang

dipertimbangkan sebagai dasar pemilihan

wilayah potensial meliputi geomorfologi,

litostratigrafi, seismotektonik, vulkanologi,

hidrologi, hidrogeologi, cebakan tambang,

demografi, kawasan penting dan situs

bersejarah.

Di sejumlah daerah penelitian

terutama yang berbatuan lempung dan

batuan beku, dari aspek geomorfologi

memiliki kesesuaian yang cukup sebagai

wilayah potensial disposal limbah radioaktif.

Secara litostratigrafi menunjukkan

bahwa daerah-daerah tersebut memiliki

stratigrafi yang relatif sederhana, dan

terutama tersusun dari batuan sedimen

berupa batulempung dan asosiasinya,

kecuali di daerah Serang yang tersusun oleh

batuan beku (lava) andesit piroksen. Daerah

Page 13: PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL … Sucipta _15... · kemampuan mengisolasi sistem disposal A. Geomorfologi tidak akan terancam bahaya. - Proses-proses permukaan Proses-proses

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

27

penelitian Madura yang secara litologi sulit

ditentukan sebagai wilayah potensial karena

tidak ditemukan batuan lempungan atau

batuan beku dengan homogenitas yang

memadai.

Berdasarkan peta wilayah gempa

Indonesia dengan percepatan puncak batuan

dasar dengan periode ulang 500 tahun,

daerah Serang berada pada wilayah 4

dengan percepatan 0,2 g. Daerah Bogor,

Karawang, Subang dan Majalengka berada

pada wilayah 3 dengan percepatan gempa

0,15 g. Daerah Rembang, Tuban dan Madura

berada pada wilayah 2 dengan percepatan

0,1 g.

Untuk aspek seismotektonik

berdasarkan peta wilayah gempa Indonesia

dengan percepatan puncak batuan dasar

dengan periode ulang 500 tahun, peta zona

sumber gempa bumi di Indonesia, dan peta

sebaran lokasi kejadian tsunami di kawasan

Asia Pasifik seluruh daerah studi berada

pada wilayah dengan bahaya goncangan

gempa bumi sebesar 100-150 gal(<400gal),

dan merupakan daerah dengan potensi

ancaman bahaya tsunami yang sangat kecil.

Keberadaan struktur geologi yang

kompleks juga menjadi bahan pertimbangan

untuk tidak dipilihnya daerah Bogor,

sebagian daerah Subang dan Madura, karena

banyak dijumpai patahan dan lipatan.

Dari studi data sekunder dan

peninjauan ke lapangan menunjukkan bahwa

pada umumnya daerah penelitian Serang,

Karawang, Subang, Rembang, Tuban dan

Madura berada jauh (>30 km) dari gunung

api aktif tipe A atau tipe B. Hanya daerah

Bogor dan Majalengka yang relatif dekat

(jarak < 25 km) dengan gunungapi aktif tipe

A.

Dari aspek hidrogeologi/

keterdapatan air tanah menunjukkan bahwa

semua daerah penelitian termasuk daerah

bukan cekungan air tanah dengan kelulusan

batuan sangat rendah. Daerah penelitian

pada umumnya berada pada daerah aman

terhadap potensi banjir dan longsor

(kerentanan gerakan tanah tingkat rendah).

Daerah penelitian Serang, Subang,

Rembang, Tuban dan Madura memiliki

tingkat kepadatan penduduk kurang dari

1000 jiwa/km2, sedangkan daerah Bogor,

Karawang dan Majalengka memiliki tingkat

kepadatan penduduk > 1000 jiwa/km2.

Berdasarkan pola tata guna lahan,

sebagian wilayah studi yang merupakan

daerah cebakan tambang maupun kawasan

penting dan situs bersejarah, perlu

dipertimbangkan dalam pemilihan wilayah

potensial untuk disposal limbah radioaktif.

Sehingga secara umum dapat

disimpulkan bahwa berdasarkan aspek-aspek

tersebut di atas daerah penelitian Serang,

Subang, Sumedang (hasil ekstrapolasi

Majalengka dan Subang), Rembang dan

Tuban memiliki kesesuaian sebagai calon

wilayah potensial untuk PL-LR di Pulau

Jawa dan sekitarnya, sedangkan daerah

penelitian Bogor, Karawang, Majalengka

dan Madura kurang sesuai untuk

dipertimbangkan sebagai wilayah potensial.

DAFTAR PUSTAKA :

1. IAEA, Siting of Near Surface Disposal

Facilities, Safety Series No. 111 G-3.1,

IAEA, Vienna, 1994.

2. IAEANear Surface Disposal of

Radioactive Wastes, Safety Series No.

111-S.3, IAEA, Vienna, 1994.

3. IAEA, Site Investigations for

Repositories for Solid radioactive

Wastes in Shallow Ground, Technical

Reports Series No. 216, IAEA, Vienna,

1982.

4. IAEA, Criteria for Underground

Disposal of Solid Radioactive Wastes,

Sefety Series No. 60, IAEA, Vienna,

1983

5. SQUIRES, D.J., Siting of Shallow

Land Repositories, Regional Training

Course on National Infrastructure for

Radioactive Waste Management,

Jakarta, Indonesia, 1991.

6. PANEKOEK, The Outline of

Geomorphology, 1949

7. BEMMELEN, R.W. Van, The Geology

of Indonesia, Vol. 1A, Martinus

Nijhoff, The Hague, 1949.

8. ZUIDAM, R.A., et al., Terrain

Analysis and Classification Using

Aerial Photographs : A

Geomorphological Approach, ITC,

Netherland, 1979.

9. RUSMANA, E., SUWITODIRDJO, K.

dan SUHARSONO, Peta Geologi

Lembar Serang, P3G ESDM, Bandung,

1991.

10. EFFENDI A.C., KUSNAMA dan B.

HERMANTO, Peta Geologi Lembar

Bogor, P3G ESDM, Bandung, 1998.

Page 14: PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL … Sucipta _15... · kemampuan mengisolasi sistem disposal A. Geomorfologi tidak akan terancam bahaya. - Proses-proses permukaan Proses-proses

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

28

11. ACHDAN dan SUDANA, Peta

Geologi Lembar Karawang, P3G

ESDM, Bandung,1992

12. SILITONGA, Peta Geologi Lembar

Bandung, P3G ESDM, Bandung, 2003.

13. TJIA, H.D., Peta Geologi Bersistem

Djawa, lembar 35 Subang. Field

Report 1, Field Report 2, Field Report

3, Field Report 4, Unpublished Report,

Geological Survey of Indonesia, 1963..

14. DJURI, Peta Geologi Lembar

Arjawinangun, P3G ESDM, Bandung,

1995.

15. DARWIN, K. & SUDIJONO, Peta

Geologi Lembar Rembang, P3G

DESDM, Bandung, 1993.

16. SITUMORANG, R.L., Peta Geologi

Lembar Jatirogo – Jawa, Puslitbang

Geologi, Dept. ESDM, Bandung, 1992.

17. SUKARDI, Peta Geologi Lembar

Surabaya dan Sapulu, P3G ESDM,

Bandung, 1992.

18. AZIS, S., SUTRISNO, NOYA, Y dan

K. BRATA, Peta Geologi Lembar

Tanjungbumi-Pamekasan, P3G ESDM,

Bandung, 1992.

19. SITUMORANG, R.L.,

AGUSTIYANTO, D.A dan M.

SUPARMAN, Peta Geologi Lembar

Waru-Sumenep, P3G ESDM,

Bandung, 1992.

20. KERTAPATI, E.K., SETIAWAN, Y.B.

& IPRANTA, Peta Bahaya Goncangan

Gempabumi Indonesia, P3G DESDM,

Bandung, 1999.

21. Sebaran lokasi kejadian tsunami di

kawasan Asia Pasifik

22. http://ciptakarya.pu.go.id/peta/list-

at.php, diunduh Desember 2008

23. Dir. Volkanologi dan Mitigasi Bencana

Geologi, Peta Sebaran Gunungapi

Aktif di Indonesia, DVMBG DESDM,

Bandung, 2001.

24. SUKRISNA, A., MURTIANTO, E. &

S. RUCHIJAT, Peta Cekungan Air

Tanah Propinsi Banten, PLG ESDM

Bandung, 2008.

25. SUKRISNA, A., MURTIANTO, E.,

RUCHIJAT, S. & H. SETIADI, Peta

Cekungan Air Tanah Propinsi DKI dan

Jawa Barat, PLG ESDM Bandung,

2008.

26. SETIADI, H., Peta Cekungan Air

Tanah Propinsi Jawa Tengah, PLG

ESDM Bandung, 2008.

27. ARIFIN, M.B., Peta Cekungan Air

Tanah Propinsi Jawa Timur, PLG

ESDM Bandung, 2008.

28. KEMENEG. LINGKUNGAN HIDUP,

Peta daerah rawan banjir dan longsor P.

Jawa, 2006.