Pemikiran Filsafat Pendidikan Islam

39
1 MAKALAH PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM K.H.AHMAD DAHLAN ( Pemecahkan Problema Pendidikan Bangsa ) Oleh Dr.H.Ridjaluddin.FN.,M.Ag. Kepada Yth. Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Lemlit ) Uhamka Jakarta Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

description

Makalah

Transcript of Pemikiran Filsafat Pendidikan Islam

  • 1

    MAKALAH

    PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM K.H.AHMAD DAHLAN

    ( Pemecahkan Problema Pendidikan Bangsa )

    Oleh Dr.H.Ridjaluddin.FN.,M.Ag.

    Kepada Yth. Lembaga Penelitian dan Pengembangan

    (Lemlit ) Uhamka Jakarta

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 2

    Abstraction

    KH Ahmad Dahlan is a man of action types that are already in place when leaving quite a lot of charitable efforts are not made. Therefore, to explore how the philosophical orientation of education Ahmad Dahlan more properly refers to how he built the educational system. With his efforts in education, he can be considered as a " model Center / titik pusat; of the rise of a generation that is central point model; of a movement that rose to address the challenges faced by Islamic groups in the form of backwardness in education systems and kejumudan understand Islam.

    Analysis of sections of thought Dahlan done with methodical steps: deductive,

    inductive; Library Research, observation and interviews etc.. Using the methodology of this paper are expected to provide information about the dimensions that show the advantages and disadvantages compared to the views of his view that existed previously.

    Finding and try to find a different view of Ahmad Dahlan with national figures

    of his day is more concerned with political and economic issues, Dahlan was completely absorbed in the field of education. Aiming point on the world of education in turn drove him into the heart of the people who actually matter. Based on the description of this concept can be used later to build a more effective nation that is through education. Keywords: Education, education, instruction, tarbiyah, taklimi, pedaegogik

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 3

    A. PENDAHULUAN

    Latar Belakang Masalah

    Mengutip Taufik Abdullah, James L.Peacock mengatakan bahwa para

    pembaharu pendidikan Islam selalu kembali ke kampung asalnya [Peacock ,1986:48 ]

    Demikian pula KHA Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912 di

    kampung, Kauman, Yogyakarta.1 Tentu saja itu merupakan aktualisasi perintah Allah

    untuk menjaga diri sendiri dan keluarga dari api neraka [QS Al-Tahrim [66]: 6; M,

    Djindar, 1990:3]. Maka gejala ini pasti bukan suatu kebetulan tapi perilaku yang

    diatur. Ia mewakili sebuah kesadaran, sebut saja teosentrisme. Karena itu KH Ahmad

    Dahlan dan Muhammadiyah, bergerak dari dalam, bukan dari luar.

    Filsafat Pendidikan Islam menurut KH.Ahmad Dahlan merupakan penyebab

    munculnya dan berkembangnya tradisi keilmuan, pemikiran, dan filsafat di dunia

    Islam dan tidak dapat dipisahkan dari kondisi lingkungan, kebudayaan dan peradaban

    yang mengitari munculnya pandangan tentang filsafat pendidikan Islam ini. Karena

    itu, penulis memiliki permasalahan tentang hal yang berkaitan dengan filsafat

    pendidikan Islam; Bagaimana pemikiran KH. Ahmad Dahlan mengenai pendidikan

    [education] terutama filsafat pendidikan Islam di Indonesia? Bagaimana pandangan

    para tokoh Islam tentang filsafat Pendidikan Islam ? Bagaimana keterkaitan filsafat

    pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan dengan permasalahan pendidikan masa Kini ?

    Bagaimana tinjauan kritis terhadap filsafat pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan?

    Dalam penulisan ini, bahwa pembahasan tentang Pemikiran Filsafat

    Pendidikan Islam menurut KH.Ahmad Dahlan, Keterkaitannya dengan Pemecahan

    Persoalan Pendidikan masa kini merupakan studi pemikiran K.H.Ahmad Dahlan

    tentang Falsafah Pendidikan Islam dan memberikan manfaat bagi agama dan bangsa.

    Adapun Tujuan penelitian ini merupakan telaah permasalahan baru dalam melihat

    kacamata masyarakat mengenai pendidikan terutama Islam. Menggambarkan corak

    pemikiran Filsafat Pendidikan Islam menurut K.H.Ahmad Dahlan. Menjelaskan

    konsep-konsep Pendidikan Islam menurut K.H.Ahmad Dahlan. Mengkritisi pemikiran

    1 PP.Muhammadiyah, Mukaddimah AD/ART, [Yogyakarta, PP Muhammadiyah, 199], hal.7

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 4

    K.H.Ahmad Dahlan tentang Pendidikan Islam di tanah air Indonesia Memberikan

    perspektif baru tentang filsafat pendidikan Islam

    B. KAJIAN TEORI

    Berbicara tentang Pendidikan Islam sangat erat kaitannya dengan pemikiran

    K.H.Ahmad Dahlan yang mengenal pendidikan di Barat dan Timur. Dari latar

    belakang permasalah di atas, maka penulis mencoba memberikan gambaran

    pendidikan Islam menurut K.H.Ahmad Dahlan ditinjau dari aspek filsafat.

    Aspek filsafat berusaha mengkaji beberapa teori guna membantu adanya tema

    Telaah Terhadap Pemikiran Filsafat Pendidikan Islam menurut KH.Ahmad Dahlan,

    Keterkaitannya dengan Pemecahan Problema Pendidikan Bangsa. Maka idzinkan

    penulis memberikan keterangan yang sederhana ini. Dalam karya-karya intelektual

    Muslim yang berhubungan dengan filsafat pendidikan Islam, diantaranya;

    Dalam karya Yunus Salam, Riwayat Hidup K.H Ahmad Dahlan, Amal dan

    perjuangannya, Dalam buku ini bahan-bahan terpencar yang berisi nasehat-nasehat

    Dahlan kepada murid-muridnya, ada dua buku tapi yang umumnya dirujuk sebagai

    sumber utama mengenai kehidupan KH.Ahmad Dahlan. Yang pertama ditulis oleh

    R.H.Hadjid, kawan dekat dan pengikut Dahlan, berjudul KH.Ahmad Dahlan dengan

    17 kelompok ayat-ayat al-Quran, pengajarannya kepada santri-santrinya di

    Yogyakarta dan yang kedua adalah karangan H.M.Sjoedja, berjudul Riwayat Hidup

    KH.Ahmad Dahlan, Pembina Muhammadiyah Indonesia, menceriterakan kehidupan

    KH.Ahmad Dahlan sejak kecil sampai dewasa..

    Dalam karya Samsul Nizar, di dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam:

    Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis. Dalam hal ini menjelaskan teori dan

    praktek kependidikan Islam yang didasarkan pada konsepsi dasar filosofi penciptaan

    manusia tanpa kejelasan tentang konsep ini. Pendidikan akan meraba-raba dan

    kehilangan arah. Bahkan pendidikan Islam tidak akan dapat difahami secara jelas

    tanpa memahami penafsiran pengembangan individu dan manusia seutuhnya. Untuk

    keberhasilan pendidikan umat, dalam prosesnya, konsep penciptaan manusia dan

    fungsi penciptaannya dalam alam semesta harus sepenuhnya diakomodasikan dalam

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 5

    rumusan teori-teori pendidikan Islam melalui pendekatan kewahyuan, empirik

    keilmuan dan rasional filosofis. Pendekatan keilmuan dan filosofis hanya merupakan

    media untuk menalar pesan-pesan Tuhan yang absolut, baik melalui ayat-ayatnya

    yang bersifat tekstual (Quraniyah), maupun bersifat kontekstual (Kauniyah) yang

    telah dijabarkannya melalui Sunnatullah.

    Dalam karya Yusuf A.Puar Kenangan Hari Wafat Kiai Hadji Ahmad Dahlan

    dan Pembaharuan Pembangunan Islam, majalah Panji Masyarakat, juga Yusron

    Asrafie, Kiai Ahmad Dahlan: Pemikiran dan Kepemimpinannya, Yogyakarta Offset,

    1983. dalam buku ini dijelaskan tentang jasa-jasa Kiai dalam pembaharuan

    pendidikan Islam di Indonesia dan sejarah berdirinya organisasi Muhammadiyah.

    Juga karya Puar yang berjudul : Perjuangan Muhammadiyah.

    Dalam karya Munir Mulkhan, di dalam bukunya yang berjudul Pesan dan

    Kisah Kiai Ahmad Dahlan; dalam Hikmah Muhammadiyah. Dalam buku ini

    menjelaskan mengenai pesan dan kisah K.H. Ahmad Dahlan. Dalam kajian buku ini

    pula menjelaskan bagaimana cita-cita beliau mendirikan organisasi ini yakni

    menciptakan para pendidik Islam di nusantara ini menjadi seseorang yang memiliki

    daya intelektual yang tinggi. Agar menjadi contoh bagi masyarakat lainnya. Dalam

    untaian hikmah Muhammadiyah, merupakan nisbat pandangan keagamaan dan

    penyebaran nilai-nilai kehidupan daripada pemimpin para tokoh-tokoh

    Muhammadiyah. Demikian pula pola kehidupan pendiri gerakan ini, K.H. Ahmad

    Dahlan, yang hingga kini beberapa nasehatnya masih terus hidup dalam sanubari

    aktivis Muhammadiyah di pusat kota atau yang berada jauh di daerah terpencil.

    Dalam karya Munir Mulkhan, di dalam bukunya yang berjudul Warisan

    Intelektual K.H. Ahmad Dahlan dan Amal Muhamammadiyah. Dalam buku ini

    menjelaskan kritik yang cukup tajam terhadap Muhammadiyah. Kritik ini berkaitan

    dengan keberadaan Muhammadiyah, baik sebagai gerakan Islam dan tajdid, maupun

    sebagai gerakan dakwah yang diartikan sebagai gerakan non-politik praktis. Model

    pemahaman Muhammadiyah tentang Islam menyebabkan Muhammadiyah dinyatakan

    sebagai Pembaharu pemikiran Islam. Suatu konsep metodologis yang secara tehnis

    disebut dengan tajdid melalui ijtihad. Konsep tersebut kemudian melembaga dalam

    sebuah majlis yaitu majlis tarjih dengan lajnah tarjihnya.

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 6

    Dalam buku Muhammadiyah; Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha. Yang

    dihimpun oleh Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas

    Muhammadiyah Malang Indonesia. Di sini menjelaskan sejarah dan berdirinya

    Muhammadiyah sebagai organisasi Islam di Indonesia. Dengan adanya pemikiran

    K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri dan ketua muhammadiyah yang pertama pada

    tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H (bertepatan tanggal 18 November 1912 M).2 di sini

    menjelaskan pula sejarah dan latar belakang Muhammadiyah sampai kependidikan

    hingga keperguruan tinggi. Banyak sekali yang ditulis oleh kalangan Intelektual

    Muslim mengenai Muhammadiyah baik ditinjau dari agama, misi, organisasi hingga

    pendidikan. Tema umum yang mencuat dalam buku ini ialah bagaimana realitas

    Muhammadiyah di tengah-tengah masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang

    mengalami perkembangan dahsyat sejak akhir dasa warsa 1970-an sampai akhir

    dekade berikutnya menurut persepsi masing-masing penulis. Sebagai suatu kumpulan

    karangan kekuatan buku ini terletak pada kemampuan abstraksi dalam melihat

    pergumulan Muhammadiyah dengan lingkungan. Kenyataan ini menimbulkan obsesi

    berupa harapan tentang bagaimana mengaktualisasikan Muhammadiyah di masa

    depan.

    Mencoba mengungkapkan karya Imam Prakoso Ciptohadiwardoyo, Al-Islam

    dan Al-Quran, dalam Fajar, II,no.8, 1960, sebuah terjemahan dari bahasa Jawa yang

    awalnya ditulis oleh KH Ahmad Dahlan sendiri. Edisi asli bahasa Jawa artikel ini

    ditemukan dalam perpustakaan Muhammadiyah di Surakarta, Jawa Tengah, pada

    tahun 1926. Dan dalam karya Abdullah Idi dan Toto Suharto, di dalam bukunya

    Revitalisasi Pendidikan Islam. Melalui pendekatan historis dan filosofis, kajian buku

    ini menapaki ikhtiar perkembangan lembaga pendidikan Islam dan metode-metode

    pengajaran yang mengiringnya.

    Seperti halnya Mohammad Abid Al-Jabiri melalui kitabnya Al-Turas Wa Al-

    Hadasah. Ia menggagas reformasi pemikiran pemikiran Islam dengan prespektif

    dekonstruksi untuk mendamaikan pertarungan antara tradisi dan modernitas. Dengan

    buku ini diharapkan mampu menjembatani antara tuntutan masyarakat di satu sisi, dan

    2 Tim Pembina Al-Islam dan Ke-Muhammadiyahan, Muhammadiyah Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha, [Malang,Pus.Dok.Publ, UMM, tt], hal.39

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 7

    kesiapan konsep pemikiran dari para perancang system pendidikan di sisi lain, dalam

    menyusun cetak biru bagi reformulasi dan reorientasi sistim pendidikan Islam di

    Indonesia.

    Dalam karya Amelz, HOS Cokroaminoto Hidup dan Perjuangannya, (Jakarta:

    Bulan Bintang, 1952. Banyak gagasan-gagasan tentang filsafat pendidikan Islam, lihat

    pula karya dari Acery T.Willis, Jr.,Indonesia Revival: Why Two Million Came to

    Christ, William Carey Library, Colifornia,t.t..

    Al-Attas, Naquib, Syekh Muhammadiyah, The Mysticism of Hamzah Fansuri,

    (Kuala Lumpur, Universitas of Malaya, 1970). Karya tokoh Muhammadiyah

    Hadikusumo, Djarnawi, Matahari-Matahari Muhammadiyah: Dari KHA Dahlan

    sampai dengan KH.Mas Mansyur, (Yogyakarta: Persatuan, tt). . Membantu penjelasan

    lihat pula Lewis.B, The Encyclopaedia of Islam, III

    Karya sebuah desertasi dosen IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Suminto,

    Aqib, H, memaparkan tentang upaya Kristenisasi di Jawa oleh Pemerintah kolonial

    Belanda dalam disertasi Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta: LP3ES, 1985).Lihat

    pula buku karya Mahmud Yunus yang terkenal dengan judul bukunya, Sejarah

    Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1985). Pembahasan

    tentang pondok pesantren dosen Paramadina yang pernah mengecam pendidikan di

    Pondok Pesantren Gontor Ponorogo ialah Nurholis Majid, Tradisi Pesantren,

    (Jakarta: Paramadina, 2003). Membantu penjelasan pendidikan seorang tokoh Islam

    Dawam,Raharjo dengan judul bukunya : Intelektual Intelegensia dan Prilaku Politik

    Bangsa, (Bandung: Mizan, 1993).

    Karya tokoh pergerakan pada masa 45 Muhammad Roem, dalam tulisannya

    yang termasyhur, "Jong Islamieten Bond Yang Saya Alami". Panji Masyarakat,

    th.XXIII, no.348, Januari, 1982. Membantu penjelsan Kamus Besar Bahasa

    Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, edisi kedua,1998. Tim

    Penyusun Ensiklopedi Muhammadiyah, Pengarah Prof.Dr.H.Amien Rais, dkk

    Ensiklopedia Muhammadiyah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, tahun 2005. Lihat

    pula Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Islam Indonesia, IAIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta, 1992.

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 8

    C. METODE PENELITIAN

    Kajian dan pembahasan mengenai masalah yang ditulis ini sangat bergantung

    pada sumber-sumber data. Data penelitian ini diperoleh dari sumber-sumber yang

    mengenai tokoh K.H. Ahmad Dahlan yang relevan dengan masalah yang akan

    dibahas. Adapun sumber primer yang dipakai dalam penulisan adalah sebagai berikut:

    KRH. Hadjid, 2005. Pelajaran KHA Dahlan; 7 Falsafah Ajaran & 17

    Kelompok Ayat Al-Quran, Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Malang Press.

    Sebagai man of action, Kiai Dahlan memang tidak banyak meninggalkan karya-karya

    tertulis. Bukan karena tidak adanya sarana untuk mengungkapkan buah pikiran dalam

    tulisan, tetapi lebih disebabkan oleh adanya tuntunan untuk tidak hanya menjadikan

    ajaran agama sebagai doktrin, tetapi mesti diwujudkan dalam praksis sosial. Buku ini

    merupakan upaya untuk memperkenalkan lebih lanjut ajaran-ajaran Kiai Dahlan yang

    dimaksudkan.

    M. Yunan Yusuf dan Piet Hizbullah Khaidir, 2000, Filsafat Pendidikan

    Muhammadiyah (naskah awal), Jakarta: Dikdasmen PP. Muhammadiyah.

    Buku ini merupakan hasil Seminar Nasional Filsafat Pendidikan Muhammadiyah

    yang dilaksanakan oleh majlis pendidikan dasar dan menengah pimpinan pusat

    Muhammadiyah tanggal 25 maret 2000 di Jakarta.

    Adapun sumber skunder yang dipakai dalam penulisan adalah sebagai

    berikut: Munir Mulkhan, 2007. Pesan dan Kisah Kiai Ahmad Dahlan; dalam Hikmah

    Muhammadiyah, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. Munir Mulkhan, 1990. Warisan

    Intelektual K.H. Ahmad Dahlan dan Amal Muhamammadiyah, Yogyakarta: PT.

    Percetakan Persatuan. Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas

    Muhammadiyah Malang Indonesia, 1990. Muhammadiyah; Sejarah, Pemikiran dan

    Amal Usaha, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya dan Universitas Muhammadiyah

    Malang Press.dan lain-lain sebagainya.

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 9

    Analisis Data

    Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap argumentasi yang menjadi corak

    pemikiran filsafat pendidikan menurut K.H. Ahmad Dahlan. Analisis terhadap bagian-

    bagian dari pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dilakukan dengan langkah-langkah

    metodis sebagai berikut:

    Metode analisa data; Data yang telah dihimpun itu selanjutnya dianalisa

    dengan cara atau metode berpikir sebagai berikut :

    Metode Deduktif3 ; yaitu metode berpikir, berangkat dari pengetahuan yang

    bersifat umum dan bertitik tolak pada pengetahuan umum itu kita hendak menilai

    suatu yang khas. Suatu cara yang dilakukan untuk menyingkap kebenaran

    berdasarkan pemahaman yang benar apa yang diteliti. Melalui cara ini peneliti

    bermaksud memahami secara benar corak pemikiran K.H. Ahmad Dahlan, baik yang

    merupakan sumber dari pengalaman murid-muridnya, maupun komentar dan tulisan

    yang diberikan oleh tokoh-tokoh lain.

    Metode Induktif; adalah metode berpikir, berangkat dari fakta-fakta yang

    khusus, peristiwa-peristiwa yang konkrit kemudian dari fakta atau peristiwa yang

    konkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum.

    Metode Komperatif ; Yaitu membuat perbandingan antara pendapat satu

    dengan pedapat yang lainnya diperoleh dari data tersebut. Di antara perbandingan

    tersebut lalu dipilih salah satu yang dianggap paling falid dan utama.

    Kesinambungan Historis. Penulis akan memberikan interpretasi mengenai

    corak pemikiran K.H. Ahmad Dahlan tentang filsafat pendidikan Islam dan

    relevansinya terhadap solusi problem pendidikan dewasa ini. Dan semua konsep

    mengenai pendidikan secara rinci dilihat menurut keselarasannya satu sama lain,

    sehingga terjalin kesinambungan pemikiran secara logis sistematis. Deskripsi. Dengan

    cara ini pemikiran K.H. Ahmad Dahlan tentang filsafat pendidikan Islam akan

    dipaparkan secara rinci, sehingga diperoleh bahan masukan selengkap mungkin bagi

    pembahasan berikutnya.

    Library Research [penelitian kepustakaan], pengumpulan data, dengan

    metode ini adalah untuk meneliti beberapa banyak karya ilmiah yang telah dihimpun.

    3 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, [Yogyakarta : UGM, 1990, Cetakan XXII ], hal 42

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 10

    Untuk penulisan ini adalah berdasarkan riset atau penelitian kepustakaan, yaitu

    mengumpulkan bahan-bahan yang ada hubungannya dengan pokok bahasan.

    Observasi [pengamatan lapangan], yaitu melakukan kunjungan secara

    langsung ke Pimpinan Pusat Muhammadiyah, guna memperoleh data yang lebih valid

    dan bisa dipertanggung jawabkan secara ilmah tentang filsaafat pendidikan Islam

    menurut KH.Ahmad Dahlan. Observasi akan dilakukan selama 4 [empat] bulan, yaitu

    dari bulan Januari 2009. Selama observasi, penulis mencar informasi yang akurat

    tentang keterkaitan Muhammadiyah dalam filsafat pendidikan Islam KH.Ahmad

    Dahlan.

    Interview [wawancara], Yaitu melakukan tanya jawab secara mendalam

    mengenai beberapa aspek yang diperlukan peneliti khususnya menyangkut proses

    perkembangan Muhamamadiyah, keterkaitan Muhammadiyah dengan pemecahan

    masalah penddikan masa kini.

    Dengan metodologi tersebut diharapkan penulisan ini dapat memberikan

    informasi mengenai dimensi-dimensi yang menunjukan kelebihan dan kekurangan

    pandangan K.H. Ahmad Dahlan dibanding pandangan-pandangan yang ada

    sebelumnya, sehingga penulisan ini menghasilkan suatu penilaian yang obyektif

    dalam persoalan filsafat pendidikan Islam ini.

    D.HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Dinamika Pemikiran Pendidikan Islam KH.Ahmad Dahlan.

    Perumusan tujuan pendidikan dalam persyarikatan Muhammadiyah didasarkan

    pada orientasi tajdid 4 dan kondisi sosio kultural umat Islam pada saat

    kemunculannya. Persyarikatan Muhammadiyah sebagai suatu gerakan Islam, amr

    maruf nahi munkar dengan etos kerja yang disebut tajdid, pembaharuan dalam Islam

    pertama kali didirikan pada tanggal 10 Nopember 1912.M bertepatan dengan 8

    Dzulhijjah 1330.H, oleh Kyai Ahmad Dahlan di Yogyakarta dengan diiringi pesta

    kecil yang bertempat di Jalan Malioboro Yogyakarta dan dihadiri oleh 60 sampai 70

    4 Malik Fajar memberi penegasan terhadap eksistensi Muhammadiyah, bukan hanya sekedar organisasi, tetapi juga

    sebagai state of mind, suasana berpikir dengan etos kerja tajdid, karena jika hanya diidentifikasi sebagai organisasi, ia akan terkungkung oleh batas-batas struktur , meknisme serta keanggotaan, lhat Imron Nasti, dkk.,Di Seputar Percakapan Pendidikan dalam Muhammadiyah, Yogyakarta: Pustaka SM, 14,hal.23

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 11

    orang dari kalangan para haji, priyayi, pamong praja, orang umum dan pengurus

    pergerakan Boedi Oetomo.5 Tujuan didirikan persyarikatan Muhammadiyah ini

    adalah untuk membebaskan umat Islam dari kebekuan dalam segala bidang

    kehidupannya, dan praktek-praktek agama yang menyimpang dari kemurnian ajaran

    Islam.

    Saat munculnya persyarikatan Muhammadiyah, bangsa Indonesia tengah

    berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda, tahun 1912-1942 dalam suasana yang

    kebanyakan umat Islam berada dalam kebodohan, keterbelakangan dan penindasan-

    penindasan penjajah.6 Kalaupun waktu itu terdapat lembaga pendidikan Islam,

    keberadaannya tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman, akibat mengisolasi diri

    dari pengaruh luar.7

    Bangsa Indonesia yang menerima pendidikan dari Barat terbatas pada calon-

    calon pamong praja. Anak Aristokrat ada yang dididik dalam rumahnya

    sendiri,pendidikannya ditujukan untuk mempertinggi budi pekerti, akhlakkul

    karimah dan kepandaian bergaul, ditambah dengan adatistiadat nenek moyang. Bagi

    wanita kalau dikatakan belajar, pelajarannya terbatas kepada pengetahuan kehidupan

    dalam rumah tangga agar nantinya menjadi istri yang baik. Adapun rakyat jelata

    umumnya tidak terdidik, kalau mereka ingin belajar merekapun masuk pondok

    pesantren.8

    Sementara pondok pesantren sendiri menolak semua pengaruh yang datang

    dari negeri Barat secara total, sampai-sampai cara berpakaian, huruf latin dan

    termasuk ilmu-ilmu yang datang dari Barat ditolaknya, maka lengkaplah isolasi,

    mengucilan terhadap kehidupan modern.9

    Adanya dikotomi, pemisahan antara pendidikan agama dan pendidikan sains

    Barat, terlihat pula pada orientasi berikut yaitu di satu pihak lembaga-lembaga

    pendidikan Islam saat itu tidak bisa menghasilkan ilmuwan yang mempunyai otoritas

    5 M.T.Arifin, Op.Cit., hal.20 6 Ibid., hal.9 7 Malik Fadjar, Op.Cit, hal. 45 8 Nurhadi M.Munasir, ed, Dinamika Pemikiran Islam dan Muhammadiyah, Yogyakarta: PP Muhammadiyah, 1997,

    hal.24 9 Ibid.,hal.31

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 12

    karena mementingkan masalah keakhiratan semata, dan di pihak lain pendidikan yang

    diselenggarakan oleh kolonial penjajah Belanda sama sekali tidak memperhatikan

    masalah-masalah kehidupan keakhiratan, hanya mementingkan kehidupan

    keduniawiaan. Akibatnya terjadilah pemisahan, dikotomi yang sangat lebar antara

    lulusan lembaga pendidikan Islam dan lulusan sekolah Barat, yang sekuler,10

    (menjauhkan ajaran Islam, pendangkalan ajaran Islam.)

    Pendidikan Islam yang dalam hal ini diwakili oleh pondok pesantren telah

    tersebar sebelum kedatangan penjajah kolonial Belanda ke Indonesia. Ia merupakan

    lembaga pendidikan tingkat menengah dan tinggi. Pendidikan Islam untuk tingkat

    permulaan diberikan di masjid, langgar, musallah atau surau. Santri diberi kebebasan

    memilih bidang studi dari guru yang diingininya. Ada santri senior yang diberi

    wewenang untuk mengajar. sorogan dan bandongan atau weton.11 Di pondok

    pesantren tidak ada sistem kelas, tidak ada ujian atau pengontrolan (evaluasi proses

    belajar) kemajuan santri dan tidak ada batas lamanya belajar [kelas]. Penekanannya

    pada kemampuan menghafal saja, tidak merangsang santri untuk berdiskusi dengan

    sesama santri. Cabang-cabang ilmu yang dipelajari terbatas pada ilmu-ilmu agama

    Islam yang meliputi hadits, musthalah hadits, fikih sunnah/ushul fikih, ilmu tauhid,

    ilmu tasauf, ilmu mantik, ilmu falaq dan bahasa Arab.12

    Kyai Ahmad Dahlan, melihat kondisi sosial pendidikan umat Islam pada

    waktu itu, tergerak untuk melakukan aktivitas yang menerapkan sistematika kerja

    organisasi ala Barat. Melalui pelembagaan amal usahanya, Kyai Ahmad Dahlan

    melakukan penangkalan kultural (budaya) atas penetrasi pengaruh kolonial Belanda

    dalam kebudayaan, peradaban dan keagamaan, utamanya adalah intensifnya upaya

    Kristenisasi yang dilakukan misi zending dari Barat.13

    Kondisi objektif yang mendorong lahirnya persyarikatan Muhammadiyah

    adalah juga kenyataan terhadap kemajuan zending Kristen dan misi Katolik.

    Penyebaran agama Kristen dan agama Katolik mendapat dukungan dari pemerintahan

    10 Din Syamsuddin, ed,Muhammadiyah Kini dan Esok, hal.220 11 Sorogan adalah system pendidikan dimana seorang santri menghadap kyai dan membawa kitabnya. Kemudin Kyai

    membaca teks dan santri mengikuti bacaan sang kyai. Sedangkan bandongan sang kyai membaca, mengartikan dan menerangkan maksud teks dari kitab tertentu di hadapan sejumlah santri, dan santri tingkat intermadiete dan advance, lihat Ibid., hal 221.

    12 Ibid., hal 220-221 13 M.T. Arifin, Op.Cit., hal 4

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 13

    kolonial Belanda. Untuk menyiarkan agama mereka di kalangan masyarakat

    Indonesia, terutama di tanah Jawa. Dengan peralatan yang cukup canggih dan

    organisasi yang teratur berujud sekolah-sekolah, rumah-rumah sakit dan lain

    sebagainya memperoleh kemajuan besar dalam merebut hati rakyat. Sebaliknya umat

    Islam dalam kondisi kemunduran apalagi alat-alat tabligh, penyiaran yang digunakan

    masih secara kuno, tempat-tempat pendidikan Islam masih ketinggalan zaman.14

    Usaha-usaha pembaharuan Islam bidang pendidikan yang dilakukan Kyai

    Ahmad Dahlan dan para pemimpin persyarikatan Muhammadiyah meliputi dua segi

    yaitu segi cita-cita dan tehnik pendidikan dan pengajaran.15

    Kyai Ahmad Dahlan dianggap sebagai tokoh pembaharuan Islam yang cukup

    unik,dan dikagumi karena usaha pembaharuan Islamnya merupakan upaya terobosan-

    terobosan terhadap masalah-masalah umat yang mendesak untuk diatasi. Ia juga tidak

    memiliki background pendidikan Barat, tetapi gagasannya yang maju membuka lebar-

    lebar pintu ijtihad, (kesungguhan perubahan dalam Islam) dan melarang pengikutnya

    bertaklid,16 (mengikuti tanpa mengetahui alasan dalilnya yang tepat).

    Format pembaharuan dalam Islam persyarikatan Muhammadiyah dalam

    bidang pendidikan Islam, tercermin dan dapat dilihat dari ide-ide dasar yang

    merupakan cita-cita penyelenggaraan pendidikan, seperti yang dituturkan pendirinya

    yaitu konsepsi kyai intelek dan intelek kyai. Kepada beberapa muridnya ia

    menegaskan dengan kata-kata:

    Dadiyo Kiyai sing kemajuan, lan kanggo Muhammadiyah yang artinya,

    jadilah ulama yang berpikir maju, dan jangan berhenti untuk kepentingan

    pengabdian kepada organisasi Muhammadiyah.17

    Konsep tentang kyai intelek dan intelek kyai sebagai tujuan yang hendak

    dicapai dari produk pendidikan Muhammadiyah, mengandung maksud bahwa

    pendidikan diarahkan dalam pembentukan manusia muslim yang sempurna baik budi

    14 PP Muhammadiyah, Op.Cit,hal.59 15 Din Syamsuddin, Op.Cit.,hal.222 16 Malik Fadjar, Op.Cit., hal.89 17 Ibid.,hal.73

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 14

    pekertinya, patuh dan alim dalam melaksanakan ajaran agamanya, luas dalam

    pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan dan bersedia berjuang untuk kemajuan

    masyarakatnya.18

    Sebagai organisasi dakwah da pendidikan, persyarikatan Muhammadiyah

    mengharapkan agar dapat membentuk manusia muslim yaitu manusia yang

    beridentitas Islam dengan ciri khas dapat mengamalkan ajaran Islam yang bersumber

    pada al-Quran dan Sunnah Rasul.19

    Tegasnya,tujuan penyelenggaraan pendidikan di kalangan persyarikatan

    Muhammadiyah adalah menanamkan semangat Islam (spirit of Islam) dalam nuansa

    wawasan keilmuan (science). Sehingga hasil dari pendidikan Muhammadiyah adalah

    manusia-manusia yang berhati penuh dengan iman dan taqwa. Dari pemikirannya

    melimpah berbagai pengetahuan dan di tangannya tergenggam sejuta ketrampilan.

    Maka oleh sebab itu, tidaklah sasaran persyarikatan Muhammadiyah dalam

    pendidikannya mencetak ilmuan agama saja tetapi ilmuan yang berjiwa agamis

    Islamy.

    2. Sistem Pendidikan Islam KH.Ahmad Dahlan

    Sistem pendidikan yang dikembangkan persyarikatan Muhammadiyah bersifat kreatif

    dalam mengintregasikan tuntutan idealisme, korektif dan modernis. Aspek idealisme

    merupakan substansi dari pendidikan persyarikatan Muhammadiyah, sedangkan aspek

    korektif, inovatif dan modernis merupakan instrumennya. Secara idealistis

    Muhammadiyah konsisten terhadap upaya menegakkan ajaran Islam yang

    bersumber dari al-Qur'an dan hadits, menghilangkan bidah dan khurafat serta

    komitmen terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Aspek korektif dan inovatif

    terlihat pada adanya usaha-usaha mengembangkan pondok pesantren dan dalam

    memenuhi tuntutan modernisasi, dengan mencangkok sistem pendidikan yang bersifat

    sekuler dalam bentuk persekolahan.

    18 Munir Mulkan, Op.Cit., hal.120 19 Ibid., hal.154

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 15

    Usaha modernisasi dan pembaharuan dalam bidang pendidikan Islam yang

    dilakukan persyarikatan Muhammadiyah pada awal kelahiran organisasi ini, nampak

    dari pengembangan kurikulum melalui dua jalan yaitu : Mendirikan tempat-tempat

    pendidikan dimana ilmu agama dan ilmu umum diajarkan bersama-sama.

    Memberikan tambahan pelajaran agama pada sekolah sakolah umum yang sekuler.20

    Usaha yang dirintis Kyai Haji Ahmad Dahlan memperbaharui sistem pendidikan

    Islam dan kurikulum mata pelajaran seorang aktifis Muhammadiyah Rader

    Sasrosugondo menceriterakan yang dimuat dalam majalah Adil No. 51 tahun 193621

    sebagai berikut :

    Sepanjang penganggapannya para santri di Kauman, dan di pondok lainnya,

    pada ketika itu, bahwa anak atau orang yang pernah bersekolah itu sudah tidak Islam

    lagi, bahkan dianggap sudah memasuki agama Nasrani. Oleh karena itu para santri

    ataupun haji tidak bisa leluasa perhubungannya dengan priyayi-priyayi gupernumen

    tersebut.

    Para santri sama merendahkan priyayi-priyayi di dalam hati. Sebaiknya para

    priyayi-priyayi berganti sama merendahkan pada dirinya santri-santri, sebabnya

    mereka itu dianggap rendah pengetahuannya tentang pelajaran di bangku sekolah.

    Misalnya soal berhitung, ilmu bumi, sejarah, ilmu alam,ilmu ukur dan lain

    sebagainya. Mereka mengira bahwa bahwa santri itu terutama hanya pandai soal

    agama belaka. Lebih-lebih priyayi-priyayi itu perasaannya sudah memegang ilmu

    sesungguhnya. Mengerti tentang seluk beluknya hidup mengerti tentang yang

    dinamai Allah yang sejati dari sebab ajarannya guru yang disebut guru kasampurna,

    mengajar ilmu tua.

    Jadi dua golongan di atas dalam hati satu sama lain sama rendah

    merendahkan. Setelah Kyai Haji Ahmad Dahlan sudah bisa berkenalan dengan

    priyayi-priyayi sementara banyak, para priyayi-priyayi sama mengerti bahwa Kyai

    Ahmad Dahlan itu pengetahuannya bukan saja tentang agama, tetapi beliau mengerti

    berbagai macam pengetahuan juga. Malahan pengetahuan yang diajarkan di sekolah

    rendah itu atau di sekolah bakal guru, Mulo dan A.M.S. ada sementara yang termasuk

    20 Malik Fadjar, Op.Cit, hal. 63. 21 Majalah yang diterbtkan oleh persyarikatan Muhammadiyah

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 16

    rendah kalau dibandingkan sama pengetahuannya Kyai Ahmad Dahlan, misalnya hal

    perbintangan, kimiyah dan ilmu alam.

    Demikianlah itu lalu kyai Haji Ahmad Dahlan bisa mengerti atau merasa

    bahwa para priyayi itu ada yang melebihi di atasnya santri-santri tentang luasnya

    pengetahuan, biarpun masih rendah. Segala-galanya serba teratur di atasnya pada

    santri, hanya tentang berlakunya kebutuhan,para priyayi banyak yang menunjukkan

    korat-koritnya.

    Perkara yang baik yang terdapat pada kedua golongan tadi menurut kehendak

    Kyai Haji Ahmad Dahlan akan diletakkan pada santri-santri dan priyayi-priyayi yang

    termasuk bangunan baru. Sedang cacatnya yang buruk hendak disingkirkan. Oleh

    karena itu maka Kyai Haji Ahmad Dahlan berhajad hendak menggabungkan

    sekolahan dengan pondok. Penggabungannya demikian :

    Caranya mengajar di pondok-pondok diikhtiarkan sebagai di sekolah-sekolah

    dengan memakai bangku, meja tulis alat lainnya. Lain dari pada itu yang diajarkan

    bukan melulu soal agama saja dan juga diajarkan pengetahuan sekolah yang paling

    kurang menyamai sama perguruan gupermen. Juga di sekolah lainnya yang sudah ada

    akan didaya-upayakan supaya bisa diberi pelajaran agama kepada murid-muridnya.22

    Walaupun usaha-usaha Kyai Haji Ahmad Dahlan mendapat tantangan dan

    reaksi yang keras dari kebanyakan umat Islam waktu itu, bahkan ditentang oleh

    keluarganya sendiri, akan tetapi ia tidak surut dan mundur dalam mewujudkan model

    pendidikan ala baru bagi umat Islam. Hal ini seperti yang dituturkan Raden

    Sasrosugondo simpatisan Muhammadiyah sebagai berikut :

    Sering di dalam perjamuan Kyai Dahlan mesti membicarakan tentang baiknya

    peraturan di dalam perguruan Gupermen. Orang-orang sama dipancing supaya sama

    tertarik pada buahnya perguruan dan peraturan sekolahan. Para santri yang

    mendengarkan keterangan itu hampir semuanya sama membantah, sebab mereka

    sama tidak cocok sama caranya memberi pelajaran di sekolah gupermen itu termasuk

    22 PP Muhammadiyah, Op.Cit.,hal.63

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 17

    bidah artinya cara ketika hidupnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Cara baru yang

    dibicarakan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan tadi disebut cara yang jelek.23

    Kyai Ahmad Dahlan dalam menghadapi tantangan, baik yang datang dari para

    santri maupun sanak familinya sendiri, senantiasa bersabar dan istiqomah dengan

    memberikan penjelasan bahwa meningkatkan sarana dan menyempurnakan metoda

    dalam penyelenggaraan pendidikan tidak termasuk perbuatan bidah (menambah-

    nambah dalam pelaksanaan agama Islam) . Meskipun tidak ada bantuan sedikitpun

    dari mereka, namun tetap tidak ada dukungan terhadap cita-cita pembaharuan

    pendidikan dalam Islam itu. Dengan tekad yang kuat, tanpa menunggu dukungan dan

    bantuan orang luar, ia mendirikan sekolah sendiri. Dengan mengambil tempat di

    serambi, pinggiran rumah tinggalnya, diletakkan bangku-bangku dan meja tulis untuk

    tempat belajar para murid. Belajar dengan cara sedemikian pada saat itu sangat asing

    di kalangan para santri dan dianggap bertentangan dengan ajaran agama Islam.

    Dengan upaya pembaharuan pendidikan Islam seperti itu, sanak saudara,

    handai taulan dan keluarga yang semula dekat, semakin menjauh. Demikian pula para

    kenalan, bahkan hampir semua penduduk Kauman Yogyakarta tidak seorangpun yang

    mendukung usaha kyai. Mereka yang semula sering membantu dalam hal-hal yang

    berhubungan dengan masalah keagamaan ataupun perdagangan semakin menjauhkan

    diri dan tidak mau bicara lagi. Namun demikin, keadaan seperti itu tidak melemahkan

    tekad Kyai Haji Ahmad Dahlan untuk melanjutkan usahanya.

    Untuk kelancaran jalannya pendidikan sekolah tersebut, Kyai Haji Ahmad

    Dahlan pertama sekali mengusahakan adanya subsidi diakui sebagai milik Boedi

    Oetomo cabang Yogyakarta.

    Pembaharuan sistem pendidikan Islam yang dilakukan Kyai Haji Ahmad

    Dahlan terlihat dari pengembangan bentuk pendidikan dari model pondok pesantren

    dengan menerapkan metode sorogan, bandongan dan wetonan menjadi bentuk

    madrasah atau sekolah dengan menerapkan metode belajar secara klasikal. Adapun

    tujuan pendidikan lebih difokuskan pada pembentukan akhlak manusia.24

    23 Ibid., hal.72-74 24 Ibid., hal 93-95

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 18

    Dalam perkembangan selanjutnya pendidikan yang diselenggarakan

    persyarikatan Muhammadiyah, terutama dalam bentuk sekolah mendapat dukungan

    dari kalangan kaum muslim yang memiliki status sosial ekonomi menengah ke atas.

    Dan didalamnya diintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama, dengan harapan mampu

    menghasilkan cendekiawan-cendekiawan muslim yang mampu berkiprah dalam

    banyak bidang keahlian.25

    3. Kurikulum Pendidikan Islam KH.Ahmad Dahlan

    Pendidikan yang dikembangkan persyarikatan Muhammadiyah tidak hanya

    menitik beratkan segi-segi moral dan keagamaan saja, akan tetapi juga

    mengembangkan kecerdasan, intelektual. Oleh karena itu, muatan kurikulum dalam

    sekolah Muhammadiyah lebih memberikan muatan yang besar kepada ilmu-ilmu

    umum, sedangkan dalam aspek keagamaan minimal alumni sekolah Muhammadiyah

    dapat melaksanakan ibadah shalat lima waktu, dan shalat-shalat sunatnya, membaca

    kitab suci al-Quran dan menulis huruf Arab (al-Quran) mengetahui prinsip-prinsip

    akidah dan dapat membedakan bidah, khurafat, syirik dan muslim yang muttabi

    dalam pelaksanaan ibadah.

    Pengembangan kemampuan akhlak dan pembekalan peserta didik dalam

    kehidupannya dijadikan program prioritas dalam pendidikan Muhammadiyah karena

    anggapan bahwa pendidikan akal harus diutamakan dan kebutuhannya harus dipenuhi.

    Kebutuhan akal tiada lain adalah ilmu pengetahuan. Pendidikan dan pengajaran bagi

    umat Islam harus berorientasi kepada pembinaan akalnya. Pengajaran yang berguna

    dalam mengisi akal itu lebih dibutuhkan oleh manusia daripada makanan yang

    mengisi perutnya, dan mencari harta benda dunia itu tidak lebih payah dari mencari

    pengetahuan yang berguna dalam memperbaiki perbuatan dan kelakuan.

    Lembaga-lembaga pendidikan Islam pada waktu itu lebih mementingkan

    hafalan dalam proses pendidikannya, maka persyarikatan Muhammadiyah

    menyatakan bahwa pendidikan akal adalah merupakan kebutuhan hidup yang

    25 Noeng Muhajir, Pendidikan Islam bagi Masa Depan Umat Manusia dalam Nurhadi M.Munasir, ed, Dinamika

    Pemikiran Islam dan Muhammadiyah, Yogyakarta: PP Muhammadiyah, 1997, hal. 96-102

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 19

    terpenting.26 Pandangan Kyai Haji Ahmad Dahlan tentang pendidikan Islam bertitk

    tolak dari upaya pengembangan akal melalui proses pendidikan yng pada akhirnya

    akan bermuara pada tumbuhnya kreatifitas dan memberikan implikasi bagi warga

    Muhammadiyah untuk memiliki semangat tajdid,27 pembaharuan pendidikan Islam

    Pendidikan Muhammadiyah sejak awal menekankan dan mendorong

    kreatifitas. Hal ini sejalan dengan jiwa pembaharuan yang dicita-citakan yaitu

    mengembangkan nalar, menolak bidah, khurafat dan taqlid. Muhammadiyah

    menanamkan utamanya adalah ijtihad. Hal ini menjadikan produk didikan

    Muhammadiyah menampilkan wawasan yang luas, tidak picik, tidak tradisional,

    toleransi tetapi bukan sinkretis lebih jauh lagi umumnya menjadi manusia

    berpandangan bebas dan tidak bersedia didikte28.

    Jalur pendidikan yang dikembang kan warga Muhammadiyah meliputi jalur

    sekolah atau madrasah dan jalur luar sekolah. Jalur sekolah yang terdiri dari Madrasah

    Mualimin Muhammadiyah29 dan sekolah umum dengan menambah pelajaran agama

    Islam berkisar antara 10-15 % dalam kurikulumnya.30

    Sedangkan jalur luar sekolah diselenggarakan kursus-kursus yang khusus

    memberikan pelajaran agama Islam, seperti kursus Mubalighin, Wustho Mualimin,

    Zuama, Zaimat dan majlis-majlis taklim.31 Lembaga pendidikan madrasah yang

    sebelumnya merupakan pondok pesantren Muhammadiyah memberikan pelajaran

    agama dan ilmu umum secara bersama-sama. Adapun pendidikan agama yang

    diajarkan terutama yang bersumber dari kitab-kitab fiqh dari madzhab Imam Syafii,

    ilmu tasawuf karangan Imam Ghazali, tauhid dari kitab Risalah Tauhid dan kitab

    tafsir Jalalain dan tafsir al-Manar. Sedangkan pengetahuan umum meliputi ilmu

    26 Malik Fadjar, Op.Cit., hal. 19 27 Munir Mulkhan, Op.Cit,hal. 94 28 Malik Fadjar, Op.Cit.,hal.4 29 Madrasah Mualimin Muhammadiyah cikal bakalnya adalah pondok Muhammadiyah yang didirikan KH.Ahmad

    Dahlan tahun 1920, kemudian pada tahun 1924 berubah nama menjadi Kweek School Muhammadiyah yang kemudan dikenal dengan madrasah Mualimin /Mualimat Muhammadiyah. Dengan adanya perubahan peraturan, bentuk madrasah yang ada sekarang dikenal Raudhatul Atfal, Ibtidaiyyah, Tsanawiyah dan Aliyah, lihat Din Syamsuddin, Op.Cit., hal.223

    30 Sekolah umum Muhammadiyah sudah dirintis penyelenggaraannya sejak tahun 1926 yang bernama HIS met de Quran, kemudian berganti nama menjadi Holland Inlandse School [HIS] Muhammadiyah tidak lama berdiri pula MULO HIK dan Schakel School Muhammadiyah dan saat sekarang tingkatan lembaga sejenis adalah Taman Kanak-Kanak, SD,SLP dan SLA bahkan sampai Perguruan Tinggi. Bersarakan laporan Muktamar ke 41 jumlah madrasah dan sekolah mencapai + 14384 buah sedngkan Perguruan Tinggi dari berbagai jenis; Universitas, Institut, Sekolah Tinggi dan Akademi sebanyak 67 buah dengan + 120 Fakultas, lihat Ibid., hal.224

    31 Ibid., hal. 223

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 20

    sejarah, ilmu hitung, menggambar, bahasa Melayu, bahasa Belanda dan bahasa

    Inggris.32

    Pendidikan agama Islam yang diberikan pada sekolah-sekolah di

    Muhammadiyah terangkum dalam mata pelajaran Al-Islam.33 Dan

    Kemuhammadiyahan yang merupakan sistematisasi dan metodologis interaksi formal

    usaha pengarahan perkembangan manusia sebagai abid dan khalifah yang terikat

    dalam sistematika gerakan Islam dan dakwah.34 Pendidikan dalam Muhammadiyah

    menerapkan sekolah dengan memberi muatan pendidikan keagamaan. Hal ini terlihat

    dari data yang dikemukakan Delier Noer sebagai berikut :

    Pada tahun 1925 dalam bidang pendidikan Muhammadiyah memiliki delapan

    Hollands School, sebuah sekolah guru di Yogyakarta, 32 sekolah dasar lima tahun,

    sebuah schakelschool, dan 14 buah, yang seluruhnya sebanyak 119 orang guru dan

    4.000 murid.35 Pada tahun 1929. organisasi ini telh mempublikasikan penerbitan

    sejumlah 700.000 buku buku dan brosur, kemudian pada tahun 1938 telah memiliki

    31 perpustakaan umum dan 1.774 sekolah.36

    Nampak dari data-data di atas, sekolah Muhammadiyah lebih menekankan

    pengembangan ilmu umum dengan peranan sekolah sebagaimana yang berkembang

    sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Kondisi seperti ini merupakan hal

    yang baru pada waktu itu.

    Dalam perkembangan kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai hal yang biasa,

    karena hampir semua lembaga pendidikan telah mengintegrasikan ilmu umum dan

    ilmu agama dalam kurikulum pendidikannya. Terlebih-lebih dewasa ini telah ada

    Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SPN tahun 2003).

    32 Amir Hamzah Wiryosukarto, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam, Singasar UP, Ken Mutia, 1966, hal

    122-123 33 Penyebutan Al-Islam menjadi ciri khas pendidikan Muhammadiyah adalah agar warga Muhammadiyah menjadi

    manusia muslim yang melaksanakan semua komponen pendidikan Islam yang mantap dan terpadu, lihat Di Seputar Percakapan Pendidikan dalam Muhammadiyah, hal.46-47

    34 Ibid., hal. 17 35 Deliar Noer, Op.Cit., hal.95. 36 Deliar Noer, Op.Cit.,hal 97

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 21

    Pendidikan umat Islam di Indonesia pada awal abad ke 20 masih dalam

    keadaan belum memprioritaskan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, mereka belum

    ada kesanggupan untuk melaksanakan ajaran Islam dengan sebenar-benarnya. Bahwa

    persyarikatan Muhammadiyah berpandangan hanya dengan melalui pendidikan Islam

    yang diterapkan dengan metode yang tepat, kiranya ketertinggalan umat Islam akan

    dapat terkejar.37

    Persyarikatan Muhammadiyah pada dasarnya tidak terpaku pada salah satu

    cara dalam mencapai tujuan pendidikan. Hal ini terlihat dari upaya yang dilakukan

    warga Muhammadiyah dalam mengembangkan pendidikan dengan melalui berbagai

    cara, baik formal maupun non formal. Yang penting,bahwa pengembangan tersebut

    dititik beratkan pada memberikan bimbingan agar peserta didik dapat bertindak secara

    aktif, kreatif, inovatif dan dinamis dalam kehidupannya.

    Dengan demikian, persyarikatan Muhammadiyah telah membawa ide-ide baru

    pada awal kelahirannya. Namun pembaharuan Islam yang dilaksanakan berorientasi

    pada bidang pendidikan, yang meliputi kelembagaan, metode dan kurikulum.

    Sedangkan dalam bidang pemikiran keagamaan, persyarikatan Muhammadiyah masih

    tergolong kepada tradisional.

    4. Pandangan K.H.Ahmad Dahlan Tentang Kehidupan

    Sekalipun cukup banyak kitab-kitab yang dibaca dan dipelajari, KH. Ahmad

    Dahlan termasuk pemikir dan pembaharu yang tidak meninggalkan tulisan dalam

    bentuk kitab atau catatan tertulis. Tidak adanya peninggalan karya tulis ini karena

    yang ditinggalkan adalah berupa pesan-pesan lisan dalam berbagai forum agar

    kembali pada petunjuk alQur'an dan as-Sunnah dan juga dikarenakan adanya

    kekhawatiran pengikutnya hanya akan berpegang pada tulisan atau ajarannya saja

    yang justru akan memandekkan dalam berfikir dan berpendapat. KH. Ahmad Dahlan

    menempatkan al-Qur'an dan as-Sunnah sehagai rujukan utama yang menghargai

    kebebasan berfikir dan berpendapat agar ada dinamika dan kemajuan dalam ber-

    37 Ibid.,hal. 166

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 22

    Islam. Dengan demikian, Islam dirasakan akan selalu segar dalam zaman yang selalu

    berubah ini.38

    Juga dikatakan;

    Dahlan is a pragmatist, he didn't leave any writing about his, life or his ideas. There

    are few sketchy biographies- in the, form of brief articles or slim books and a few

    unecdots but most of these contain personal interperiation and speculative assasments

    about him and his alleghed teaching.39

    Namun ada seorang murid yaitu R.H Hadjid yang secara tekun berguru dan

    bergaul selama bertahun-tahun sampai akhir hayat KH. Ahmad Dahlan dan

    menuangkan inti sari pelajaran yang dipelajarinya secara tertulis dalam bentuk buku

    kecil yang diberi judul falsafah Pelajaran KH. A Dahlan. Menurut Hadjid dalam

    pelajaran yang diberikan berkali-kali KH.Ahmad Dahlan menampakkan rasa takutnva

    kepada berita besar" (Nabaal Adziem) yang disebut dalam al-Qur'an surat an-Naba'.

    Ini tercermin dalam kata-kata, pelajaran dan nasehat yang KH Ahmad Dahlan

    sampaikan, disamping itu pada akhir usianya KH Ahmad Dahlan lebih menampakkan

    sifat raja' (mengharapkan rahmat dan pertolongan Tuhan.)40' Rasa takut yang

    menyelimuti KH Ahmad Dahlan dengan didasari kecerdasan dan dibekali ilmu agama

    yang dimilikinya justru menumbuhkan keberanian mengadakan reformasi dalam

    mensikapi berbagai persoalan dalam hidup ini. Apakah akan terbelenggu dalam

    ketertutupan dan keterbelakangan atau maju menuju keterbukaan dan kemajuan.

    Dalam kesempatan lain yang juga diulang-ulang KH Ahmad Dahlan mengingatkan

    manusia bahwa hidup di dunia ini hanya sekali sebagaimana dikatakan: "Kita

    manusia ini hanya di dunia sekali, sesudah itu akan mendapat kebahagiaankah atau

    kesengsaraankah.

    Seringkali KH Ahmad Dahlan mengutarakan kata ulama yang artinya:

    38 M.Rusli Karim, Op.Cit, tahun 1986, halaman 14 39 Alfian, Op.Cit, tahun 1989. halaman 136

    40 RH Hajid, Op.Cit.,tt., halaman 5.

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 23

    "Manusa itu semuanya mati perasaannya kecuali orang-orang yang beramal, dan

    orang-orang berilmupun dalam keadaan kebingungan kecuali mereka yang beramal,

    dan orang yang beramalpun dalam kekhawatiran kecuali mereka yang ikhlas.

    KH Ahmad Dahlan juga memberikan gambaran tentang kehidupan manusia,

    dikatakan bahwa hidup manusia itu ibarat orang yang sedang berdiri di atas pagar

    sumur, tanah di bawahnya telah roboh, lagipula di dalam sumur itu ada seekor ular

    yang sangat besar. Dia berpegang pada tali timba yang hampir putus yang akhirnya

    akan putus juga. Orang yang berdiri di atas sumur tadi tidak menyadari bahwa dia

    dalam keadaan mukanya menengadah ke atas lidahnya menjulur sambil mengecap

    menikmati manisnya madu yang menetes dari atas. Ia lengah dan lupa akan tali yang

    hampir putus, pagar sumur yang akan roboh dan lubang sumur yang menganga. 41

    Rasa takut terhadap masa depan sebagaimana dirasakan oleh KH Ahmad

    Dahlan dan bahaya yang akan menerpa justru memunculkan keberanian yang luar

    biasa untuk menghadapi tantangan hidup, apalagi KH Ahmad Dahlan selalu

    mengatakan bahwa hidup ini hanya sekali yang penuh spekulasi. Dalam menghadapi

    tantangan hidup tersebut perlu membekali diri dengan penuh keyakinan diri agar tidak

    berspekulasi dalam menghadapi kehidupan. Problema kehidupan tidak dihindari dan

    ditinggalkan serta mengisolasi diri tetapi justru dihadapi dan diselesaikan.

    Ada tiga hal yang ditekankan oleh KH Ahmad Dahlan dalam memandang dan

    mensikapi berbagai persoalan kehidupan ini yaitu hidup yang dikaitkan dengan ilmu,

    amal dan sikap ikhlas.

    Dalam kaitannya dengan ilmu KH Ahmad Dahlan melihat adanya faktor

    internal umat Islam yang dirasakan tidak memberdayakan ilmunya secara optimal. Di

    samping itu secara eksternal adanya umat lain dalam kehidupan yang lebih maju

    karena ilmunya dan juga timbulnya kebangkitan dunia Islam dengan pembaharuan

    dalam pemikiran untuk mengejar ketertinggalan. Oleh karena itu yang dilaksanakan

    KH. Ahmad Dahlan adalah menghadapi berbagai persoalan hidup, dengan ilmu yang

    bentuk konkritnya dengan menyelenggarakan pendidikan dan dakwah. Bahkan

    41 RH.Hajid, Op.Cit,tt, halaman 6

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 24

    sebelum mendirikan persyarikatan Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan sudah

    mendirikan sekolah Islam modern yang sangat maju untuk ukuran umat Islam saat itu,

    seperti mendirikan Kweekschool Islam dan HIS met de Quran.

    Di samping itu dia juga mengajar di sekolah-sekolah yang didirikan oleh

    Gubernur Belanda seperti, Kweekschool dan AMS.42 Hal ini dilakukan mengingat

    ketidak berdayaan lembaga pendidikan Islam yang ada dalam mengejar ketertinggalan

    karena adanya keyakinan bahwa dengan memodernisir lembaga pendidikan

    tradisional berarti identik dengan Belanda yang kafir dan karena identik dengan yang

    kafir, ia juga akan menjadi kafir43.

    Namun di sini KH Ahmad Dahlan justru berpendapat lain, dia mendirikan

    sekolah Islam yang menggunakan sistem Belanda tanpa harus menjadi Belanda, dia

    menggunakan sistem klas dengan meja dan papan tulis, menggunakan metode

    pengajaran yang baru dan memvariasikan kurikulumnya dengan kurikulum umum.

    Itulah makanya dimana-mana didirikan sekolah agama untuk menggapai ilmu ini.

    Data statistik menunjukkan menurut catatan Muhammadiyah tetah memiliki

    ratusan lembaga pendidikan dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) hingga perguruan

    tinggi, karena bidang pendidikan memang menjadi salah satu garapan utamanya. Bagi

    KH Ahmad Dahlan kemajuan suatu bangsa salah satu seginya dapat diukur dengan

    kemajuan ilmu pengetahuan yang telah dicapainya. Yang diwasiatkan KH Ahmad

    Dahlan kepada para muridnya dalam kaitannya dengan ilmu adalah:

    (1) Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam

    di tanah Indonesia.

    (2) memajukan dan mengembirakan hidup sepanjang kemauan agama Islam

    dalam kalangan sekutu-sekutunya. Dikatakan selanjutnya Islam tidak akan hapus dari

    permukaan bumi, tapi bisa hapus dari bumi Indonesia, jika umat Islam tidak

    memeliharanya44

    42 Sejarah Hidup Wahid Hasyim,Panitia Buku Peringatan Almarhum KH.A. Wahid Hasyim, tahun

    175, halaman 241. 43 M.Rusli Karim (ed), Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar, CV Rajawali, Jakarta, tahun 1986,

    halaman 5 44 H.Djarnawi Hadikusumo, Op,Cit, tt, halaman 6

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 25

    Dalam kaitan dengan ilmu ini maka memelihara agama adalah dengan

    melestarikan ilmu agama itu sendiri dan mengajarkannya serta mempelajarinya, tentu

    saja untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. tentang pengamalan ini akan

    dibahas tersendiri setelah uraian masalah ilmu ini. Faktor ilmu ini pula yang

    mendorong KH Ahmad Dahlan untuk mengadakan pembaharuan agar Islam selalu

    dirasakan tetap segar dan mampu menjawab tantangan zaman.

    Adanya kemunduran dalam berbagai bidang kehidupan, kemunduran dalam

    berakidah, kemunduran dalam memegang kepada sumber-sumber ajaran Islam serta

    kemunduran dalam bidang ekonomi dengan tidak melaksanakan dalam kaitannya

    dengan harta benda dan kesejahteraan umum, ini dikarenakan oleh adanya

    kemunduran dalam bidang pendidikan baik sistem kelembagaannya, materi dan

    metodologinya. sehingga pendidikan Islam tidak mampu menghadapi kehidupan ini.

    Atas dasar hal tersebut maka yang dilaksanakan KH Ahmad Dahlan adalah

    mengembalikan pegangan umat Islam kepada sumber aslinya yaitu al-Qur'an dan as-

    Sunnah, mendirikan lembaga pendidikan, lembaga penyantunan sosial dalam wujud

    panti asuhan anak yatim dan orang-orang miskin, balai pengobatan dan sebagainya

    untuk mengentaskan kemiskinan dan memperdayakan umat. Hal ini selanjutnya

    dijabarkan oleh KH Mas Mansyur dalam perumusan tujuan yang akan dicapai yaitu

    memperkuat aqidah lslamiyah, memperluas pengetahuan agama, kemampuan untuk

    evaluasi diri. menanamkan budi pekerti/akhlakul karimah, menegakkan keadilan dan

    menumbuhkan sikap bijaksana.

    Dalam hal ini Prof Dr. Hamka mengemukakan bahwa untuk melaksanakan

    idealisme ini perlu adanya kekuatan yang menggerakkan, kekuatan itu bukan pedang

    tetapi organisasi yang teratur dan rapi serta disiplin. Muhammadiyah dengan

    organisasi otonominya didirikan untuk mewujudkan idealisme ini.45

    Hal kedua yang mendapat penekanan dalam sikap hidup KH Ahmad Dahlan

    adalah bidang amal usaha dan ini merupakan identitas kehidupannya. Menurut

    pandangannya beragama adalah beramal, artinya berbuat sesuatu melakukan tindakan

    45 Sejarah Hidup KH Wahid Hasyim, tahun 1957, halaman 248 "Abdul Minir Mulkan. op.cit. tahun 1990, halaman 8.

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 26

    sesuai dengan isi pedoman al-Qur"an dan as-Sunnah.46 Dikatakan pula bahwa

    didirikannya persyarikatan Muhammadiyah ,justru untuk beramal, tidak ada gunanya

    Mendirikan parsyarikatan kalau tidak ada amal usaha yang nyata. Suatu saat

    dalam pengajian KH Ahmad Dahlan menyampaikan pesan;

    "Kamu tidak mau menjalankan tugas amal itu karena kamu tidak bisa, bukan

    ? Beruntunglah ! Marilah saya ajarkan soalnya itu. Jadi kalau sudah dapat dan

    mengerti kamu harus menjalankan. Dan soalnya kalau kamu tidak mau, asal tidak

    mau saja. Siapakah yang dapat mengatasi orang yang sengaja sudah tidak mau.47

    Ilmu dan amal merupakan suatu kesatuan, juga dikatakan ajaran Islam

    mewajibkan pemeluknya untuk mencari ilmu setinggi mungkin dan dengan ilmu yang

    dicapainya itu setiap orang harus melakukan sesuatu dalam rangka mengamalkan

    ilmunya.

    Suatu ketika KH Ahmad Dahlan memberikan pengajian tafsir kepada murid-

    muridnya. Pengajian berhenti pada tafsir surat Al-Maun, dan kyai tidak bersedia

    menamhah surat lagi melainkan surat Al-Maun itu saja yang diulang-ulang.Murid--

    murid menjadi bosan dan salah seorang diantaranya yang bernama Sudjak

    memberanikan diri menyatakan kebosanannya. Atas pernyataan ini kyai menjawab

    bahwa pelajaran tidak akan ditambah sebelumnya yang diajarkan diamalkan lebih

    dahulu. Murid-murid tercengang dan menanyakan bagaimana cara mengamalkan

    surat AI-Maun itu agar tidak menjadi orang yang membohongi agama. Oleh KH

    Ahmad Dahlan murid-muridnya diajak ke pasar dan jalan-jalan untuk mencari anak

    yatim dan pengemis kemudian mereka diajak ke masjid untuk dimandikan dengan

    sabun dan diganti pakaiannya dengan pakaian bekas yang bersih dan masih baik dan

    utuh. Pekerjaan ini dilakukan beberapa hari berturut-turut dan para murid disibukkan

    untuk mendatangi rumah-rumah mengumpulkan pakaian. sabun dan uang.48 .

    46 Abdul Munir Mulkan, Op.Cit, tahun 1990, halaman 8 47 Solihin Salam, Op.Cit, tahun 1962, halaman 24 48 H.Djarnawi Hadikusumo,Dari Jamaluddin Al-Ghani sampai KH Ahmad Dahlan, tt.halaman 51, dan Nurholis

    Majid,dkk, Aspirasi Umat Islam Indonesia, Op.Cit, 1983, halaman 131

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 27

    Pada kesempatan lain dengan semboyan sedikit bicara banyak bekerja dalam

    pengajian yang diadakan di kalangan jama'ah AI-Irsyad di Jakarta, KH. Ahmad

    Dahlan dalam pidato vang tajam dan memukau menerangkan betapa pentingnya hidup

    ini di isi amal usaha yang konkrit sebagaimana yang telah dirintisnya dalam

    mendirikan sekolah-sekolah Islam yang saat itu masih merupakan suatu hal yang

    baru. Anggota ,jamaah menyambutnya dengan antusias dan senang hati berlomba--

    lomba untuk beramal. Dalam waktu yang singkat bagaikan pohon yang dirontokkan

    buahnya dapat dikumpulkan derma sampai ribuan rupiah yang luar biasa banyaknya

    untuk ukuran saat itu.49

    Sebagai wujud dari amal usahanya pada tahun 1916, empat tahun setelah

    Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan persyarikatan telah itu

    membangun 266 lembaga PKU yang didirikan dari 210 panti asuhan, 13() BP/RB. 8

    RS dan 8 sekolah kesehatan.50 Saat Direktur Jenderal Agraria membuka pengurusan

    sertifikat tanah melalui Prona ada 8500 sertifikat tanah yang diurus oleh PP

    Muhammadiyah dengan luas tanah yang beragam dari hanya 100 - 200 m2 sampai

    dengan 8-12 ha51 Oleh Alfian dikatakan bahwa salah satu keberhasilan KH Ahmad

    Dahlan adalah sebagaimana diungkapkannya :

    "He appeared to have shrewdly ludged his societs and for that matter he had

    been able to create a more or less favourable surrounding of Muhammadiyah,

    thereby enabling him to work quietly but tiredly in building he solid foundation of

    movement. This was the secret of Dahlan success.52

    Hal ketiga yang ditekankan dalam sikap hidup KH Ahmad Dahlan adalah

    keikhlasannya dalam beramal. Keikhlasan ini telah dicontohkan sendiri dalam segala

    tindakannya seperti halnya ketika membangun musholla dan menggunakan rumahnya

    untuk tempat sekolah. KH Ahmad Dahlan menekankan bahwa dalam hati seseorang

    harus ditanamkan gairah dan gerak hati untuk maju dengan landasan moral dan

    49 Solichin Salam, Op.Cit, tahun 1963, halaman 60, :Sejarah Hidup Wahid Hasyim,tahun 1957, halaman 243. 50 M.Rusli, Op.Cit, tahun 1986, halaman 224 51 Ibid, halaman 203 52 Alfian, Op.Cit, tahun 190, halaman 9

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 28

    keikhlasan dalam beramal.53 Keikhlasan beramal inilah yang dapat dirasakan dalam

    wasiat menjadi pedoman dalam beramal sebagaimana dikemukakan :

    "Jangalah kamu mencari penghidupan dalam persyarikatan, tapi hidupkanlah

    Muhammadiyah !.54

    Dari tiga hal tersebut di atas yaitu ilmu, amal dan ikhlas sebagaimana

    dipesankan oleh KH Ahmad Dahlan dan menjadi sikap hidupnya, pertumbuhan dan

    perkembangan persyarikatan yang dibina oleh KH Ahmad Dahlan dapat maju dengan

    pesat. Dengan demikian tidak adanya peninggalan KH Ahmad Dahlan dalam bentuk

    tulisan dan kitab-kitab, itu menandakan justru seluruh amal usaha yang dirintisnya itu

    merupakan tulisan KH Ahmad Dahlan yang sebenarnya.

    Tulisan dalam bentuk amal usaha yang berkembang pesat baik kuantitas

    maupun kualitas merupakan refleksi dari sikap hidupnya dan itu untuk menjawab

    tantangan kemunduran umat Islam saat itu dan untuk memenuhi kemajuan umat.

    Berkali-kali KH Ahmad Dahlan mengingatkan bahwa hidup itu hanya sekali yang

    diterjemahkan hidup sekali itu harus dioptimalkan aspek keduniaannya dengan tidak

    mengisolasi diri tetapi justru untuk memajukan kehidupan dunia dalam rangka

    menatap kehidupan yang abadi di akhirat.

    Kelengahan dalam hidupnya yang dijabarkan oleh KH.Ahmad Dahlan dalam

    pengajiannya seperti yang digambarkan sebagai orang yang sedang berdiri di pagar

    sumur tua yang akan runtuh dan pasti runtuh sambil berpegang pada tali yang akan

    putus sementara di dalam sumur ada ular besar dan orang tadi sedang menikmati

    kelezatan manisnya madu. Gambaran ini justru menguatkan semangat untuk

    mengingatkan umat Islam akan kandungan surat A1-Ashr yang dibiasakan dibaca

    dalam setiap pengajian agar bisa diresapi kandungannyam dijadikan motor pengerak

    kehidupan dengan meneguhkan- iman dan meningkatkan amal shaleh dan saling ingat

    mengingatkan akan kebenaran dan sikap sabar, itu semua dilakukan agar hidup tidak

    merugi. Tali pegangan yang akan putus mengingatkan manusia yang suatu saat akan

    kehabisan usia karena waktu, itu selalu berjalan tiada henti, pagar tembok sumur yang

    53AM.Mulkan, Op.Cit, tt, halamn 51 54 Solihin Salam, Op.Cit, tt, halaman 51

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 29

    akan runtuh mengibaratkan datangnya hari akhir. manisnya madu diibaratkan

    kenikmatan dunia yang hanya sesaat namun melengahkan kehidupan manusia itu

    sendiri. Untuk umat Islam saat itu penggambara kehidupan seperti yang disampaikan

    oleh KH.Ahmad Dahlan itu sangat diperlukan untuk memudahkan di dalam

    memahami hidup.

    Surat Al-Imran ayat 104 yang dijadikan rujukan dalam persyarikatan yang

    dirintisnya merupakan identitas dari setiap gerak dan langkahnya, yaitu gerakan amar

    maruf nahi munkar agar umat manusia dapat meraih keberuntungan hidup baik di

    dunia yang hanya sekali ini maupun juga keberuntungan hidup yang lebih abadi di

    akherat. D sinilah letak kekuatan moral dari gerak sosial vang disebarluaskan diantara

    para muridnya, karena untuk dapat beramar ma'ruf dan bernahi munkar terhadap

    orang lain, para murid KH Ahmad Dahlan harus lebih dahulu beramar ma'ruf dan

    bernahi munkar terhadap dirinya sendiri.

    Salah satu contoh yang jelas dan yang benar-benar berat untuk dilaksanakan

    pada saat itu, sebelum mendirikan persyarikatan adalah upaya KH Ahmad Dahlan

    dalam meluruskan kiblat sholat vang sudah mentradisi menghadap ke barat yang

    mendapat tantangan dari para kyai yang ada dan juga mengadakan gerakan kebersihan

    lingkungan seperti selokan dan jalan kampung. untuk ukuran sekarang upaya

    kebersihan dalam contoh tersebut sangatlah sederhana, tetapi untuk memahami

    kebersihan di mana kadar kesadaran sosial tentang kebersihan masih sangat rendah

    dan yang lebih mementingkan kesucian formal ketimbang kebersihan riel gerakan KH

    Ahmad Dahlan tersebut merupakan gerakan yang luar biasa. Karena kebersihan

    lingkungan masih merupakan acuan normatif teoritik ketimbang sebagai amalan

    praktek.

    Menurut Kuntowijoyo memang gebrakan kepeloporan KH Ahmad Dahlan itu

    hanya dilakukan satu kali pada saat itu, yaitu saat KH Ahmad Dahlan meletakkan

    dasar-dasar pembaharuan sebagaimana tercermin dalam sikap hidupnya yang

    kemudian dikembangkan dengan konsep-konsep yang lebih rasional dan

    dikongkritkan dalam kehidupan sosial dalam bentuk amal usaha. Disebutkan bahwa

    ada empat aspek potensial yang menampakkan diri dalam masyarakat muslimin

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 30

    Indonesia pada saat KH Ahmad Dahlan mengadakan pembaharuan yang kemudian

    dikelompokkan ke dalam kelompok "tradisional" dan Muhammadiyah.

    Empat aspek potensial yang tampak itu adalah untuk kelompok tradisional dari

    segi SDM-nya adalah petani, ideologinya madzhab (faham golongan), produknya

    pesantren, dan efeknya adalah penerimaan secara dogmatik/konservatif; sebaliknva

    kelompok Muhammadiyah tampak dari segi SDMnya adalah kelas menengah

    commercial class. ideologi tajdid, produk sekolah modern, panti asuhan, rumah sakit,

    poliklinik dan lain-lain, sedang dari segi efeknya adalah munculnya rasionalis dalam

    kehidupan.55

    Sebagai penutup perlu direnungkan "Ruh" yang menyemangati sikap hidup

    KH Ahmad Dahlan dan perlu dibedakan dengan Jasad fisik" yang tampak dalam

    gerakannya. Dengan meminjam istilah Hamka dalam buku M Rusli Karim: "Ruhnya'"

    adalah semangat gerakan tajdid /pembaharuan Islam di Indonesia untuk mengamalkan

    Islam dengan sebenar-benarnya dan jasad fisiknya adalah organisasi Muhammadiyah

    yang didirikan dengan segala sarana prasarana dan aktivitasnya, baik bangunan fisik

    maupun adminstrasi managemennya. Dengan demikian organisasi Muhammadiyah

    adalah sekedar kendaraan yang ditumpanginya untuk mengantarkan ke pencapaian

    tujuan. hal ini perlu dimengerti karena banyak umat yang tidak berkendaraan

    Muhammadiyah tetapi mempunyai "Ruh atau gerakan seperti Muhammadiyah.

    6. Tawaran Konsep dan Saran Strategis Pendidikan Islam.

    Dibawah ini ini dikemukakan beberapa konsep dan saran strategis diharapkan

    berguna bagi pelaksanaan pendidikan Islam menuju masa depan yang cerah,

    1. Pendidikan Islam berwatak dinamis dan merupakan bagian integral dari

    konsep tentang kehidupan yang lahir dari risalah Islam. Oleh sebab itu, lingkungan

    pendidikan yang benar-benar sesuai dengan kehidupan hanya terdapat dalam suasana

    Islami masyarakat muslim ideal, karena mereka diseru untuk menerapkan Islam

    sebagai akidah, syariat, dan sistem, kehidupan. Sistem perundang-undangan yang

    55 M.Rusli Karim, Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar, CV Rajawali, Jakarta, tahun 1986, halaman 140

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 31

    diterapkannya digali dari syariat Islam. Sistem tersebut menjadi sumber asasi setiap

    undang-undang dan peraturan teknis di semua aspek kehidupan. Manusia merupakan

    agen perubahan dan pendidikan merupakan alat perubahan. Maka untuk menciptakan

    masyarakat yang Islami, pendidikan Islam harus dijadikan alat perubahan dan

    pendidikan merupakan alat perubahan. Maka untuk menciptakan masyarakat yang

    Islami, pendidikan Islam harus dijadikan alat perubahannya. Sesungguhnya Allah

    Tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan

    yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Raad, 13 : 11)

    Guru atau tenaga pendidik merupakan pemimpin proses perubahan tersebut.

    Rasulullah Saw. bersabda- Sesuagguhnya aku di utus tidak lain sebagai guru.

    Allah berfirman: Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul

    rasul di antara mereka yang membacakan ayat- ayat-Nya kepada mereka, mensucikan

    mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan hikmah (al Sunnah) Dan

    sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar kesesatan yang nyata .(QS al- Jumu

    ah, 62-2)

    Dapat dikatakan, pendidikan adalah proses pengubahan tingkah laku manusia

    menuju tujuan yang dikehendaki. Selama tiga belas tahun di Mekah Rasulullah Saw.

    telah mendidik sahabat-sahabatnya dengan akidah dan akhlak Islam sehingga tabah

    dalam memikul beban dakwah Islam dan tugas membentuk masyarakat Islam. Hasil

    pendidikan tersebut nampak pada masyarakat Madinah ketika Islam, menjadi negara

    dan masyarakat Islam hidup di bawah naungan Negara Islam. Kaum muslimin yang

    dididik di sekolah Muhammad saw. itu kemudian menjadi contoh teladan bagi setiap

    orang yang menganut Islam dan menjadi anggota masyarakat Islam. Pendidikan Islam

    di masyarakat Madinah telah berhasil membentuk manusia yang beriman kepada

    Allah dan RasulNya: menaati ketetapan serta rida dengan hukum dan perundang-

    undangan Islam di semua lapangan kehidupan.Mereka digambarkm oleh Allah di

    dalam firman-Nya di bawah ini:

    Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak berimam sehingga

    mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian

    mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu

    berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. A1-Nisa ; 4:65)

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 32

    Di masa sekarang, tanggung jawab pendidikan Islam berada di pundak

    pendidik muslim. Mereka bertugas mendidik generasi muda dengan akidah dan

    akhlak Islam agar menjadi manusia yang saleh. Tugas pendidikan itu berorientasi

    pada niat dakwah untuk menegakkan ajaran-ajaran Allah di muka bumi dan

    membentuk masyarakat Islam sesuai dengan agama-Nya. Siapakah yang lebih baik

    perkataannya dari pada orang menyeruh kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh,

    dan berkata, Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" (QS.

    Fushsilat, 41:33)

    2. Para pendidik muslim dan departemen / kementerian pendidikan di negara

    muslim perlu membangun filsafat pendidikan Islam bagi lembaga-lembaga

    pendidikan di Semua jalur dan jenjang. Dengan filsafat tersebut dirumuskan tujuan-

    tujuan pendidikan, baik pendidikan jalur sekolah maupun luar sekolah, baik jenjang

    sekolah maupun perguruan tinggi. Dengan filsafat itu pula dikembangkan kurikulum

    yang bersumber pada warisan Islam dan sejalan dengan perkembangan zaman serta

    metode ilmiahnya. Filsafat pendidikan di sebagian besar negara Islam sudah banyak

    dipengaruhi kebudayaan asing, terutama Barat. Sebagian cenderung kepada pemikiran

    kapitalis demokratis, sebagian kepada pemikiran Marxis atau sosialis, sebagian masih

    dalam kebingungan, dan sebagian lain malu-malu untuk mencoba mengambil

    pandangan Islam. Setiap aliran filsafat di atas mempunyai pengaruh terhadap

    pengembangan kurikulum pendidikan di negara-negara Islam, sehingga berakibat

    buruk pada jiwa dan kepribadian para pemudanya. Konsekuensinya, para pemuda

    muslim tidak mampu menghadapi berbagai tantangan intelektual dan kultural yang

    berkembang di masa sekarang.

    Peran filsafat pendidikan sangat penting dalam mendefinisikan orientasi

    pendidikan, memilih isi dan metodenya, serta menentukan proses evaluasi

    berdasarkan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan menurut filsafat pendidikan. Tidak

    ada pendidik yang mengingkari hal itu. Karenanya, negara atau masyarakat Islam

    perlu menegaskan bahwa sumber filsafat pendidikan Islam adalah Islam. Dengan

    demikian, filsafat pendidikan Islam dapat dibangun dari konsep Islam tentang alam,

    manusia, dan kehidupan.

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 33

    Berdasarkan filsafat pendidikan Islam ini dirumuskan tujuan-tujuan umum

    pendidikan yang selanjutnya dijabarkan dalam tujuan-tujuan institusional di semua

    jenjang perdidikan= umum, perguruan tinggi, dan pendidikan sepanjang hayat. Dari

    tujuantujuan tersebut kemudian dirumuskan tujuan kurikuler bagi setiap mata

    pelajaran atau bidang studi dengan mempertimbangkan hakikat berbagai disiplin ilmu

    dan epistemologinya sesuai dengan perkembangan ilmiah mutakhir.Apabila semua

    itu telah dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa system pendidikan Islam di

    negara-negara Islam telah memadukan orisinalitasnya dengan perkembangan modern.

    3. Perlu perhatian terhadap profesi pendidikan dan usaha praktis untuk

    menyeragamkan azas-azas kurikulum berdasarkan Islam di negara-negara muslim.

    Demildan pula perhatian terhadap usaha mempersiapkan guru muslim agar menjadi

    teladan bagi para siswa dan generasi muda serta l.ambang akhla.k dan keutamaan di

    dalam masyarakat, sehingga lahir generasi mulanin yang sadar dan benar-benar

    menghargai tanggung jawab sosiaL Pendidikan terpadu yang lahir dari konsep Islam

    ini mungkin sekali dapat berbuat banyak bagi kesatuan masyarakat musli.m dan

    realisasi cita-cita Islam yang ti.dak dapat dilakukan melalui usaha-usaha politis-

    formal.

    Pendidikan merupakan profesi para nabi, pembaharu, da'i, dan guru.

    Karenanya, pendidikan merupakan risalah yang suci, profesi yang luhur, dan induk

    semua pmfesi. Pada jenjang pendidikan umum calon pendidik perlu dibekali

    pengetahuan umum; baru pada jenjang pendidikan tinggi dibekali pengetahuan

    keahlian profesi dan spesialisasi yang dibutuhkan masyarakat. Jika memang

    dikehendaki adanya diversifikasi kaum terpelajar di kalangan masyarakat musli.m

    dengan berbagai tingkat profesionalismenya, maka profesi pendidikan harus

    diperhatiksn dan mutu para pendidik, baik ilmu maupun akhlaknya, perlu diupayakan

    sama. Suatu kenyataan yang disayangkan terjadi di beberapa bagian dunia Islam ialah

    berpengaruhnya ukuran material kebudayaan sarat terhadap profesi pendidik dan

    tenaga kependidikan. Hal tu beraloibat negatif pada input dalam profesi-pmfesi

    lainnya, ; sebab input tersebut merupakan output dari sastem pendidikan. Dalam

    pemecahan terhadap problem tersebut adalah memberi perhatian yang baik terhadap

    profesi keguruan, dimulai dengan melihat kualifikasi seseorang dalam memilih

    profesi keguruan; lalu kesiapannya sebelum dan ketika mengabdi; kemudian taraf

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 34

    kehidupan sosial dan materialnya agar memperoleh penghargaan soaial dan imbalan

    material yang layak.

    Usaha terus-menerus untuk memberantas buta huruf secara tuntas di dunia

    muslim. Sebuah ironi yang tidak dapat ditolerir ialah masih adanya orang yang tidak

    mampu membaca di tengah-tengah masyarakat yang disebut sebagai umat membaca,

    menelaah (iqra ) Padahal kemajuan sosial budaya dan ekonomi umat tidak dapat

    dipisahkan dari kemajuan ilmiah, peradaban, dan teknologi. Peningkatan taraf hidup

    individu dan masyarakat serta pertumbuhan produktivitas tergantung pada taraf

    kemajuan ilmiah serta penguasaan, ilmu dan teknologi di segala lapangan kehidupan.

    Langkah pertama penguasaan ilmu adalah penguasaan keterampilan dasar belajar,

    yaitu baca-tulis dan pemberantasan buta huruf secara total. Allah bersumpah dengan

    pena : Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis.(QS. Qalam , 68:1)

    Allah menganjurkan penggunaan peralatan belajar dalam mengungkapkan hal-hal

    yang belum diketahui :

    Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan

    kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS al- Alaq, 96; 4-5). Allah menyebut-

    nyebut yang dilimpahkan kepada Rasul-Nya; yaitu ilmu dan kegiatan mengajarkan

    ilmu kepada umat Islam: Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf

    seorang rasul diantara mereka yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,

    mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah (As Sunnah)

    (QS al-Jumua'ah, 62; 2)

    7. Keterkaitan Pemikiran K.H.Ahmad Dahlan untuk Pendidikan Indonesia

    Untuk membangun upaya tarbiyah (pendidikan umat manusia) tersebut,

    khususnya di negara Indonesia ini. maka langkah awal yang digagas Dahlan adalah

    gigih membina angkatan muda untuk turut bersamasama melaksanakan upaya

    membangun sistem pendidikan muda muhammadiyah tersebut, dan juga untuk

    meneruskan dan melangsungkan cita-citanya membangun dan memajukan bangsa ini

    dengan membangkitkan kesadaran akan ketertindasan dan ketertinggalan ummat

    Islam di Indonesia. Strategi yang dipilihnya untuk mempercepat dan memperluas

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 35

    gagasannya tentang gerakan pendidikan Muhammadiyah ialah dengan mendidik para

    calon pamongpraja (calon pejabat) yang belajar di OSVIA Magelang dan para calon

    guru yang belajar di Kweekschool Jetis Yogyakarta, karena ia sendiri diizinkan oleh

    pemerintah kolonial untuk mengajarkan agama Islam di kedua sekolah tersebut.

    Dengan mendidik para calon pamongpraja tersebut diharapkan akan dengan

    segera memperluas gagasannya tersebut, karena mereka akan menjadi orang yang

    mempunyai pengaruh luas di tengah masyarakat. Demikian juga dengan mendidik

    para calon guru yang diharapkan akan segera mempercepat proses transformasi ide

    tentang gerakan dakwah Muhammadiyah, karena mereka akan mempunyai murid

    yang banyak. Oleh karena itu, Dahlan juga mendirikan sekolah guru yang kemudian

    dikenal dengan Madrasah Mu'allimin (Kweekachool Muhammadiyah) dan Madrasah

    Mu'allimat (Kweekschool Istri Muhammadiyah). Dahlan mengajarkan agama Islam

    dan tidak lupa menyebarkan cita-cita pembaharuannya.

    Kesimpulan

    Filsafat Pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan tidak terlepas dari peran dan

    amal usaha yang ia terapkan kepada umatnya, dan juga gerakan yang didirikannya

    Muhammadiyah di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330

    H/18 Nopember 1912. ia bukan seorang pemikir Islam dan juga bukan seorang

    intelektual. Tapi ia seorang tokoh dalam memerankan pendidikannya melalui dakwah.

    Maka jarang sekali kita melihat karya Ahmad Dahlan. Bahkan para murid-muridnya

    yang selalu mencatat apa yang beliau sampaikan. Seperti KRH, Hadjid yang menulis

    tentang pelajaran Ahmad Dahlan mengenai 7 falsafah ajaran & 17 kelompok ayat al-

    Quran.

    Saran dan Kritik

    Saran saya terhadap filsafat pendidikan Islam menurut K.H. Ahmad Dahlan

    adanya peran dalam beramal dan berusaha. Itu sebenarnya yang dikedepankan oleh

    K.H. Ahmad Dahlan. Walaupun pada saat-saat ini gagasan yang ia tancapkan di ibu

    pertiwi sangatlah urgens, bagi pemikir modernis di Indonesia.

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 36

    Kritik saya terhadap K.H. Ahmad Dahlan, dia seorang tipe man of action.

    Tidak memberi karya satupun. Tapi mampu memberi warisan intelektualnya, ini

    sungguh magic bagi intelektual manapun. Pasti dalam pribadinya ada kekurangan

    dalam gagasan beliau, akan tetapi mampu membuat pendidikan Islam di Indonesia ini

    menjadi modern.

    DAFTAR KEPUSTAKAAN

    Alfian. Muhammadiyah, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, tahun

    1989.

    Abdul Munir Mulkhan, Pesan dan Mas Kiai Ahmad Dahlan; dalam Hikmah

    Muhammadiyah, Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2007.

    Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy. 1979. Terj. Hasan Langgulung.

    Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta : Bulan Bintang.

    Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim, (Yogyakarta: Sipreas,

    1993).

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 37

    Agama, Departemen Agama Rl, Ensiklopedi Islam.Vol.1, Jakarta, tahun l993

    Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair. 1990, Metodologi Penelitian

    Filsafat, Yogyakarta: KANISIUS.

    Djarnawi, Hadikusumo,H. Dari Jamaluddin al-.Afgahani sampai KH Ahmad

    Dahlan, Persatuan, Yogyakarta, tt.

    K Hadjid, 2005. Pelajaran KHA Dahlan; 7 Falsafah Ajaran & 17 Kelompok

    Ayat Al-Quran, Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah Malang Press.

    Kartanegara, Mulyadi, 2006, Gerbang Kearifan, Jakarta: Lentera Hati.

    Karim Rusli ed ; Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar, CV Rajawali,

    Jakarta, tahun 1986

    R. H. Hadjid, Ajaran KHA Dahlan dengan 17 Kelompok Ayat-ayat al-Qur'an,

    Penerbit : PWM Jawa Tengah Semarang. 2004

    Thalhas, Alam Pikiran KH.Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari 1992

    M. Yunan Yusuf dan Piet Hizbullah Khaidir, FiIsafat Pendidikan

    Muhammadiyah (naskah awal), Jakarta: Dikdasmen PP. Muhammadiyah.2000

    Mulkhan, Abdul Munir. 1990, Warisan Intelektual K.H. Ahmad Dahlan dan

    Amal Muhamammadiyah, Yogyakarta: PT Percetakan Persatuan.

    Mulkhan, Abdul Munir. 2007, Pesan dan Kisah Kiai Ahmad Dahlan; dalam

    Hikmah Muhammadiyah, Yogyakarta : Suara Muhammadiyah.

    Mulkan, Abdul Karim, Pemikiran KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah

    dalam Prespektif Perobahan Sosial, Bumi Aksara, Jakarta, tahun 1990.

    Madjid, Nurholis, dkk, Aspirasi Umat Islam, Lappenas, Jakarta, tahun 1983.

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 38

    Nizar, Samsul. 2002, Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Histories,

    Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Press.

    Noer, Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, LP3ES, Jakarta,

    tahun 1966.

    Nasution, Harun, Ensiklopedia Islam Indonesia. Jambatan Jakarta, tahun 1992.

    Sidi, Indra Djati. 2003, Menuju Masyarakat Belajar; Menggagas Paradigma

    Baru Pendidikan. Jakarta: Paramadina.

    Sucipto, Hery. 2004, Menegakkan Indonesia; Pemikiran Dan Kontribusi 50

    Tokoh Bangsa Berpengaruh. Jakarta: Grafindo

    Suwito, 2004, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih, Yogyakarta:

    Belukar.

    Salam, Solichin, KH Ahmad Dahlan, Cita-Cita dan Perjuangan : Depot

    Pergerakan Muhammadiyah, Jakarta, tahun 1962.

    Sujarwanto dkk, Muhammadiyah dan Tantangan Masa Depan, PT Tiara

    Wacana, Yogyakarta, tahun 1990.

    Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah

    Malang, Muhammadiyah; Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha, Yogyakarta: PT Tiara

    Wacana Yogya dan Universitas Muhammadiyah Malang Press, 1990.

    Tanfidz Keputusan Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah,

    Semarang, tahun 1991.

    Yusuf, M. Yunan dan Piet Hizbullah Khaidir. 2000, Filsafat Pendidikan

    Muhammadiyah (naskah awal), Jakarta: Dikdasmen PP. Muhammadiyah.

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

  • 39

    Hadjid RH, Falsafah Pelajaran KH Ahmad Dahlan, Pena Siaran Yogyakarta,

    tt.

    Panitia Buku Peringatan Almarhum KHA Wahid Hasyim, Jakarta 1957.

    Sejarah Hidup KH.A Wahid Hasyim

    Idi, Abdullah dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta:

    Tiara Wacana, 2006

    Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.