Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf dan Asy-Syaibani

7
PEMIKIRAN EKONOMI ABU YUSUF DAN AS-SYAIBANI A. PENDAHULUAN Dalam Islam, prinsip utama dalam kehidupan umat manusia adalah Allah swt merupakan Zat Yang Maha Esa. Ia adalah satu-satunya Tuhan dan Pencipta seluruh alam semesta, sekaligus Pemilik, Penguasa serta Pemelihara Tunggal hidup dan kehidupan seluruh makhluk yang tiada bandingan dan tandingan, baik di dunia maupun di akhirat. Ia adalah Subbuhun dan Quddusun, yakni bebas dari segala kekurangan, kesalahan, kelemahan, dan berbagai kepincangan lainnya, serta suci dan bersih dalam segala hal. Kontribusi kaum muslimin yang sangat besar terhadap kelangsungan dan perkembangan pemikiran ekonomi pada khususnya dan peradaban dunia pada umumnya, telah diabaikan oleh para ilmuwan Barat. Buku-buku teks ekonomi Barat hampir tidak pernah menyebutkan peranan kaum muslimin ini. Menurut Chapra, meskipun sebagian kesalahan terletak di tangan umat Islam karena tidak mengartikulasikan secara memadai kontribusi kaum muslimin, namun Barat memiliki andil dalam hal ini, karena tidak memberikan penghargaan yang layak atas kontribusi peradaban lain bagi kemajuan pengetahuan manusia. Dalam kesempatan pembuatan makalah ini kami akan membahas tentang sejarah pemikiran ekonomi Abu Yusuf dan as-Syaibani. I. PEMIKIRAN EKONOMI ABU YUSUF (113-182 H/731-798 M) A. Riwayat Hidup Ya’qub bin Ibrahim bin Habib bin Khusnais bin Sa’ad Al-Ashari Al-Jalbi Al- Kufi Al- Bagdadi, atau yang lebih dikenal sebagai Abu Yusuf, lahir di Kufah pada tahun 113 H (731 M) dan meninggal dunia di Baghdad pada tahun 182 H (798 M). Abu Yusuf meninba ilmu kepada banyak ulama besar,diantaranya adalah Imam Abu Hanifah yaitu pendiri maszhab Hanafi. Berkat bimbingan para gurunya serta di tunjang oleh ketekunan dan kecerdasanya, Abu Yusuf tumbuh sebagai alim ulama yang sangat dihormati oleh berbagai kalangan, baik ulama maupun penguasa masyarakat umum. Abu Yusuf dikenal sebagai Qadhi/ hakim, bahkan

Transcript of Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf dan Asy-Syaibani

Page 1: Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf dan Asy-Syaibani

PEMIKIRAN EKONOMI ABU YUSUF DAN AS-SYAIBANI

A.    PENDAHULUANDalam Islam, prinsip utama dalam kehidupan umat manusia adalah Allah swt merupakan Zat Yang Maha Esa. Ia adalah satu-satunya Tuhan dan Pencipta seluruh alam semesta, sekaligus Pemilik, Penguasa serta Pemelihara Tunggal hidup dan kehidupan seluruh makhluk yang tiada bandingan dan tandingan, baik di dunia maupun di akhirat. Ia adalah Subbuhun dan Quddusun, yakni bebas dari segala kekurangan, kesalahan, kelemahan, dan berbagai kepincangan lainnya, serta suci dan bersih dalam segala hal.Kontribusi kaum muslimin yang sangat besar terhadap kelangsungan dan perkembangan pemikiran ekonomi pada khususnya dan peradaban dunia pada umumnya, telah diabaikan oleh para ilmuwan Barat. Buku-buku teks ekonomi Barat hampir tidak pernah menyebutkan peranan kaum muslimin ini. Menurut Chapra, meskipun sebagian kesalahan terletak di tangan umat Islam karena tidak mengartikulasikan secara memadai kontribusi kaum muslimin, namun Barat memiliki andil dalam hal ini, karena tidak memberikan penghargaan yang layak atas kontribusi peradaban lain bagi kemajuan pengetahuan manusia. Dalam kesempatan pembuatan makalah ini kami akan membahas tentang sejarah pemikiran ekonomi Abu Yusuf dan as-Syaibani.  I. PEMIKIRAN EKONOMI ABU YUSUF (113-182 H/731-798 M)

A.    Riwayat HidupYa’qub bin Ibrahim bin Habib bin Khusnais bin Sa’ad Al-Ashari Al-Jalbi Al- Kufi Al-Bagdadi, atau yang lebih dikenal sebagai Abu Yusuf, lahir di Kufah pada tahun 113 H (731 M) dan meninggal dunia di Baghdad pada tahun 182 H (798 M). Abu Yusuf meninba ilmu kepada banyak ulama besar,diantaranya adalah Imam Abu Hanifah yaitu pendiri maszhab Hanafi.Berkat  bimbingan  para gurunya serta di tunjang oleh ketekunan dan kecerdasanya, Abu Yusuf tumbuh sebagai alim ulama yang sangat dihormati oleh berbagai kalangan, baik ulama maupun penguasa masyarakat umum. Abu Yusuf dikenal sebagai Qadhi/ hakim, bahkan sebagai Qadi al- Qudah (hakim agung) pada dinasti Abassiyah yaitu pada masa pemerintahan Kholifah Harun Ar-Rasyid.

B.     Karya-karya Abu Yusuf Sekalipun disibukkan dengan berbagai aktivitas mengajar dan birokrasi, Abu Yusuf masih meluangkan waktu untuk menunlis . Beberapa karya tulisnya adalah al- Jawami’, ar-Radd’ala Siyar al-Auza’i, al-Atsar, Ikhtilaf Abi Hanifah wa Ibn Abi Laila, Adad al-Qadhi, dan al-Kharaj. Hadist diperoleh dari Abu Ishak As-Syaibani, Sulaiman Al Tamyi, yahya bin Said al Anshari, A’masi, Hisyam bin Urwah, Atha’ bin Said, dan Muhammad bin Sihaq bin Yasir. Dan beliau juga aktif mengikuti pengajian Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Laili. Adapun kitab yang  paling terkenal adalah kitab Al-Kharaj (pajak). Kitab ini ditulis atas permintaan kholifah Harun Ar-Rasyid untuk pedoman dalam menghimpun pemasukan atau pendapatan Negara dari kharaj, usyr, zakat, dan jizyah. Kemudian Kitab ini  digolongkan sebagai public finance dalam pengertian ekonomi modern. Kharaj adalah pajak tanah yang harus dibayar oleh nonmuslim  kepada baitul mal dimana tanahnya dikuasai oleh orang muslim baik karena peperangan maupun bea cukai yang harus

Page 2: Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf dan Asy-Syaibani

dibayar para pedagang muslim maupun non muslim yang melintas diwilayah daulah islamiyah sebesar sepersepuluh/ 10 persen. Sedangkan jizyah adalah pajak yang harus dibayar oleh orang nonmuslim yang tinggal dan dilindungi dalam suatu Negara islam.

C.    Pemikiran-pemikiran Abu YusufPenekanan terhadap tanggung jawab penguasa merupakan tema pemikiran ekonomi Islam yang selalu dikaji sejak awal, tema inilah yang menjadi kajian utama dari Abu Yusuf. Pemikiran-pemikirannya adalah seperti yang tertuang dalam kitab Al-Kharaj. Diantaranya ialah:

a.      Tentang pemerintahanSeorang khalifah adalah wakil Allah dimuka bumi untuk melaksanakan perintah-Nya dan mengaturnya. Dalam hubungan hak dan tanggung jawab pemerintah terhadap rakyatnya. Dalam hal ini Abu Yusuf menyusun sebuah kaidah fiqih yang sangant popular yaitu tasarruf al imam ala ra’iyyah manutun bi al-maslahah (setaip tindakan pemerintah yang berkaitan dengan rakyat terkait dengan kemaslahatan mereka). Alokasi anggaran keuangan  negara harus didistribusikan pada pengadaan barang-barang publik demi  terwujudnya kesejahteraan umum.

b.      Tentang keuangan dan perekonomianUang Negara bukan milik kholifah akan tetapi milik Allah dan rakyatnya yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab. Hal kontroversial dalam pemikiran ekonomi abu yusuf adalah pada masalah pengendalian harga. Beliau menentang pemerintah dalam menetapkan harga[3]. Karena bukan menjadi alasan untuk menurunkan harga bila terjadi banyak barang  yang beredar dipasar. Dan sebaliknya kelangkaan tidak dijadikan sebagai alasan harga melambung tinggi. Dalam hal ini beliau mengutip hadis Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa “Tinggi dan rendahnya barang merupakan bagian dari keterkaitan dengan keberadaan Allah, dan kita tidak bisa mencampuri terlalu jauh bagian dari ketetapan tersebut,” (HR Abdur Rahman bin Abi Laila dari Hikam bin Utaibah).Pemikiran utama Abu Yusuf dalam masalah keuangan publik beliau menyarankan tentang cara-cara mendapatkan sumber pendapatan untuk pembangunan jangka panjang. Sepeti pembangunan jembatan, jalan-jalan, bendunagan, serta membangun saluran-saluran air besar maupun kecil.

c.       Tentang pertanahanTanah yang diperoleh dari pemberian dapat ditarik kembali jika tidak digarap selama 3 tahun dan diberikan kepada yang lain. Abu Yusuf cenderung menyetujui negara mengambil bagian dari hasil pertanian dari para penggarap daripada menarik sewa dari lahan pertanian. Dalam pandangannya, cara ini lebih adil dan tampaknya akan memberikan hasil produksi yang lebih besar dengan memberikan kemudahan dalam memperluas tanah garapan.

d.      Tentang perpajakanDalam konsep perpajakan, Abu Yusuf lebih mengunggulkan sistem pajak proporsional (muqasamah) dibandingkan sistem pajak tetap (misahah). Misahah adalah metode penghitungan kharaj yang didasarkan pada  pengukuran tanah tanpa mempertimbangakan unsur kesuburan tanah, irigasi  dan jenis tanaman. Sedangkan metode muqasamah, tingkat pajak didasarkan  pada ratio tertentu dari total produksi yang dihasilkan. Beliau menilai  sistem pajak proporsional (muqasamah) lebih adil dan tidak memberatkan  bagi para petani sedangkan sitem pajak tetap (misahah) tidak memiliki  ketentuan apakah harus ditarik dalam jumlah uang atau barang. 

Page 3: Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf dan Asy-Syaibani

Konsekuensinya, ketika terjadi fluktuasi harga bahan makanan, antara  perbendaharaan negara dengan para petani akan saling memberikan pengaruh negatif.Dalam hal ini beliau berpendapat menekankan pentingnya menunjuk administrator pajak yang  amanah dan tidak koruptif. Mereka harus bekerja secara professional dan ia menganjurkan gaji mereka diambil dari baitul mal dan bukan dari  pembayar kharaj langsung.

e.       Tentang peradilanHukum tidak dibenarkan berdasarkan hal yang subhat (sesuatu yang tidak pasti). Kesalahan dalam mengampuni lebih baik daripada kesalahan dalam menghukum. Jabatan tidak boleh menjadi bahan pertimbangan dalam peradilan. II. PEMIKIRAN EKONOMI AS-SYAIBANI (132 – 189 H/750 – 804) 

A. Riwayat HidupAbu Abdilah Muhammad bin Al-Hasan bin Farqad Al-Syaibani lahir pada tahun 132 H (750 M) di kota Wasith, ibu kota Irak pada akhir masa pemerintahan Bani Umayyah.Ayahnya berasal dari negari Syaibani di wilayah jazirah Arab.Di kota tersebut ia belajar fiqih, sastra, bahasa, dan hadis kepada para ulama setempat, seperti Mus’ar bin Kadam, Syufan Tsauri,Umar bin Dzar, dan Malik bin Maghul[5].Setalah memperoleh ilmu yang memadai, Al-Syaibani kembali ke Baghdad yang saat itu telah berada dalam kekuasaan Daulah Bani Abbasiyah. Di tempat ini ia mempunyai peranan penting dalam majelis ulama dan kerap didatangi ara penuntut ilmu. Namun tugas ini hanya berlangsung singkat karena ia kemudian mengundurkan diri untuk lebih berkonsentrasi pada pengajaran dan penulisan fiqih. Al-Syaibani meninggal dunia pada tahun 189 H (804 M) di kota al-Ray, daket Teheran, dalam usia 58 tahun.

B. Karya-karya as-SyaibaniZhahir al-Riwayah, yaitu ditulis berdasrkan pelajaran yang diberikan Abu Hanifah, seperti al-Mabsut, al-Jmi’ al-Kabir, al-Jami’ al-Shaghir, al-Syiar al-Kabir,al-Syiar al-Shaghir, dan al-Ziyadat. Kesemuanya ini dipimpin Abi Al-Fadhl Muhammad abn Ahmad Al-Maruzi (w. 334 H/945 M) dalam satu kitab yang berjudul al-kafi.Al-Nawadir, yaitu kitab yang ditulis berdasarkan pandanganya sendiri, seperti Amali Muhammad fi al-fiqih, al-Ruqayyat, al-Makharij fi al-Hiyal, al-Radd ’ala Ahl Madinah,  al-Ziyadah, al-Atsar, dan al-Kasb.

C. Pemikiran-pemikiran as-SyaibaniDalam mengungkapkan pemikiran ekonomi Al-Syaibani, para ekonom muslim banyak merujuk pada kitab al-Kasb. Kitab tersebut termasuk kitab pertama di dunia Islam yang membahas tentang teori pendapatan dan sumber-sumbernya, serta teori produksi dan konsumsi. Oleh karena itu, tidak berlebihan bila Dr. Al-Janidal menyebut  Al-Syaibani sebagai salah seorang perintis ilmu ekonomi islam.

1. Al-Kasb (kerja)As-Syaibani mendefinisikan al-kasb sebagai mencari perolehan harta melalui berbagi cara yang halal. Dalam ekonomi islam ini termasuk aktivitas produksi. Berbeda dengan ekonomi semua 

Page 4: Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf dan Asy-Syaibani

yang menhasilkan barang dan jasa termasuk dalam aktivitas produksi. Dalam ekonomi islam dibatasi dengan halal haramnya barang atau jasa tersebut.Dalam ekonomi konvensional nilai guna suatu barang atau jasa ditentukan oleh keinginan. Tetapi dalam ekonomi islam utility suatu barang atau jasa bertujuan untuk kemaslahatan orang banyak.As-Syaibani menegaskan bahwa kerja yang merupakan unsur pertama dalam produksi yang mempunyai kedudukan penting dalam menunjang pelaksanaan ibadah kepada kepada Allah hukumnya adlah wajib. Rosulullah bersabda “ mencari pendapatan adalah wajib bagi setip muslim”. Allah berfirman “apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebarlah kamu dimuka bumi dan crilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (al-jumu’ah:10)

2. Kekayaan dan kefakiranSetelah membahas kasb kemudian pokok pikiran as-Syaibani yang selanjutnya adalah kaya dan fakir. Menurutnya banyak dalil yang menujukkan keutamaan sifat-sifat kaya, tapi kedudukan sifat-sifat fakir yang lebih tinggi. Apabila kebutuhan mereka sudah merasa terpenuhi maka mereka bergegas pada kebajikan, sehingga mencurahkan perhatiannya pada urusan akherat. Pada intinya as-Syaibani menyerukan agar hidup dalam kesederhanaaan (kecukupan). Sekalipun begitu tidak menentang akan orang yang berlebihan, tapi dalam catatan untuk hal kebaikan.

3. Klasifikasi usaha-usaha PerekonomianMenuruut as-Syaibani usaha perekonomian terbagi atas empat macam yaitu ; sewa-menyewa, perdagangan, pertanian dan perindustrian.[7] Sedangkan dalam ekonom kontemporer terbagi dalam tiga bidang yaitu; pertanian, perindustrian dan jasa. Menurutnya usaha pertanianlah yang paling utama daripada yang lainnya. Karena merupakan kebutuhan dasar manusia untuk menunjang dalam  berbagai kewajibannya.Dari segi hukum as-Syaibani membagi usaha-usaha perekonomian dalam dua hal yaitu;Fardhu Kifayah: yaitu jika telah ada orang yang menjalankannya roda perekonomian akan terus berjalan. Dan apabila tidak ada seorangpun yang menjalankannya maka akan menimbulkan banyak kesengsaraan.Fardhu ‘Ain; yaitu setiap orang mutlak untuk melakukannya guna memenuhi kebutuhannya sendiri dan orang yang ditanggungnya. Bila tidak akan mebahayakan dirinya dan orang yang ditanggungnya. 

4. Kebutuhan-kebutuhan EkonomiMakan, minum, pakaian, dan tempat tiggal adalah kebutuhan pokok dalam ekonomi islam maupun konvesional. Jika keempat kebutuhan itu tidak dapat terpenuhi maka manusia tidak akan bias hidup dan akan masuk neraka karenanya.

5. Spesialisasi dan Distribusi PekerjaanBeliau berpendapat manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain maka dari itu harus bekerjasama. Lebih jauh lagi apabila sesorang bekerja dengan niat ibadah dan membantu saudaranya maka pekerjaanya tersebut akan diberi ganjaran yan lebih. Rosulullah SAW bersabda ‘sesungguhnya Allah SWT selalu menolong hambNya selama hamba-Nya tersebut menolong saudara muslimnya “ (HR Bukhori-Muslim)

D.    KESIMPULAN

Page 5: Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf dan Asy-Syaibani

 Konsep utama pemikiran ekonomi Abu Yusuf  adalah pada penekanan terhadap tanggung jawab penguasa, yang meliputi pada bidang :~ Dalam bidang pemerintahan~ Bidang perekonomian dan keuangan~ Bidang pertanahan~ Bidang perpajakan~ Dan dalam hal peradilanKonsep utama pemikran ekonomi as-Syaibani menekankan pada teori Kasb (pendapatan) dan sumber-sumbernya serta pedoman perilaku produksi dan konsumsi. E.     PENUTUP Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi pembacanya. Dan tidak lupa kritik dan sarannya sangat kami harapkan guna memperbaiki pembuatan selanjutnya. Dan apabila ada kesalahan penulisan maupun penyampain, mungkin karena kebodohan serta kurangnya pengetahuan kami, dan apabila ada kebenaran semata hanya dari Allah SWT. Semoga bermanfaat dan disebarluaskan……Wallahu ‘alam Bisshowab…… DAFTAR PUSTAKA

http://agoesfarianto.wordpress.com/2012/03/14/pemikiran-ekonomi-abu-ubaid-dan-as-syaibani/ 

http://www.facebook.com/#!/notes/ali-rama/pemikiran-ekonomi-abu-yusuf/ http://www.facebook.com/#!/notes/ali-rama/pemikiran-ekonomi-abuyusuf/402048274425