PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

176
PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN Dr. H. NGUSMANTO, M.Si Editor: Dr. Erdi Bima Sujendra, S.IP, M.Si Mitra Media Wacana P E N E R B I T

Transcript of PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

Page 1: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

Dr. H. NGUSMANTO, M.Si

Editor:

Dr. Erdi

Bima Sujendra, S.IP, M.Si

Mitra

MediaWacana

P E N E R B I T

Page 2: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN Dr. H. Ngusmanto, M.Si

Editor:Dr. ErdiBima Sujendra, S.IP, M.Si

Ngusmanto

Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan/Dr. H. Ngusmanto, M. Si—Jakarta: Mitra Wacana Media, 20151 jil., 14,5 x 21cm 176 hal.

ISBN:

1. Administrasi 2. Pemikiran dan Praktik Administrasi PembangunanI. Judul II. Dr. H. Ngusmanto, M.Si

Edisi AsliHak Cipta © 2015, Penerbit Mitra Wacana MediaTelp. : (021) 824-31931Faks. : (021) 824-31931Website : http//www.mitrawacanamedia.comE-mail : [email protected]

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Mitra

MediaWacana

P E N E R B I T

Page 3: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

iii

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur serta memohon ridha ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan karya ilmiah dalam

bentuk buku yang berjudul: Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan. Ada 2 (dua) keuntungan apabila membaca dan memahami isi buku ini yaitu keuntungan mendapat teori dan aplikasinya. Keuntungan teori terlihat dari konsep-konsep yang diperkenalkan dan prinsif administrasi pembangunan, sedangkan keuntungan praktis terlihat dari implementasi kaidah-kaidah teoritis dalam praktik penyelenggaraan negara, khususnya oleh aparatur pemerintah, dalam rangka memajukan bangsa dan Negara serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Di sisi lain, pembaca buku juga akan mengetahui betapa pentingnya suatu pendekatan, pendekatan yang digunakan dan bagaimana mengaplikasikan pendekatan yang dipakai. Beberapa pendekatan yang dipergunakan dalam buku ini terdiri dari pendekatan organisasi, manajemen, sejarah, ekologi dan partisipasi. Untuk pembangunan administrasi dijelaskan melalui pendekatan organisasi, sehingga organisasi yang dibahas lebih difokuskan pada birokrasi negara (khususnya pemerintah) atau organisasi publik. Pendekatan berikutnya adalah pendekatan

Page 4: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

iv Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

manajemen. Pendekatan ini untuk menjelaskan administrasi bagi pembangunan atau untuk menjelaskan sumbangan administrasi bagi pembangunan nasional dan daerah. Pendekatan selanjutnya adalah pendekatan sejarah. Pendekatan sejarah dipergunakan untuk menjelaskan perkembangan pemikiran administrasi pembangunan dari waktu ke waktu, termasuk penjelasan embrio perkembangan administrasi pembangunan, sedangkan pendekatan ekologi dipergunakan untuk menjelaskan bahwa keberhasilan pembangunan administrasi sangat dipengaruhi atau ditentukan pula oleh faktor ekologi (lingkungan) mulai dari aspek atau variabel politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan keamanan. Pendekatan terakhir yang dipergunakan dalam penulisan buku ini adalah pendekatan partisipatif untuk menjelaskan bahwa partisipasi stakeholders atau pemangku kepentingan menjadi penentu sukses tidaknya berbagai aktivitas mulai dari tahap perencanaan pembangunan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan, yang dipopulerkan dengan pendekatan partisipasi. Adanya wahana partisipasi bagi stakeholders akan memunculkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki, tumbuh rasa cinta dan siap berkorban untuk nusa dan bangsa.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa isi buku ini pasti belum sempurna, sehingga pembaca yang kritis akan mengetahui banyak kelemahan dan kekurangannya, sebagai akibat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu, penulis dengan segala kerendahan hati sangat berharap adanya kritik, saran dan masukan dalam perbaikan isi buku, sehingga isi buku ini dapat memenuhi kelayakan akademik. Sungguh pun begitu, penulis tetap berharap bahwa isi buku ini dapat menjadi bahan bacaan mahasiswa yang mengambil mata kuliah administrasi pembangunan dan administrasi publik ( Negara) serta sumber daya aparatur (birokrasi), sekaligus melengkapi buku-buku administrasi pembangunan yang telah terbit lebih dahulu.

Page 5: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

vKata Pengantar

Selain itu, proses penulisan dan penyusunan buku ini berlangsung kurang lebih selama 2 (dua) tahun, sebagai konsekuensi kesibukan kerja penulis. Dalam proses penulisan buku, banyak pihak yang membantu dan terus memotivasi penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan banyak terima kasih serta penghargaan kepada unsur pimpinan Untan dan Fisip, dosen dan mahasiswa Fisip Untan. Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi mahasiswa, pejabat birokrasi dan masyarakat secara umum. Amin.

Pontianak, 01 April 2015Penulis,

Dr. H. Ngusmanto, M.Si

Page 6: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

vi Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

Page 7: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

vii

Daftar Isi

Kata Pengantar ..................................................................... iii

Daftar Isi ................................................................................ vii

BAB 1 Pendahuluan .......................................................... 1

A. Gambaran Umum .............................................. 1B. Metodologi .......................................................... 6

BAB 2 Pemahaman Konsep Administrasi Dan

Pembangunan ........................................................ 9

A. Administrasi........................................................ 9B. Pembangunan ..................................................... 24

BAB 3 Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan ...... 33

A. Embrio Administrasi Pembangunan ............... 33B. Pengertian Administrasi Pembangunan ......... 41C. Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan 50

BAB 4 Administrasi Pembangunan ................................. 57

A. Kegiatan Dasar Administrasi Pembangunan . 58B. Pembangunan Aspek Sosial ............................. 77

Page 8: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

viii Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

BAB 5 Pembangunan Administrasi ................................. 101

A. Argumentasi Pentingnya Pembangunan Administrasi ...................................................... 101

B. Prioritas Pembangunan Administrasi ............. 108

BAB 6 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan .... 131

A. Pengertian Partisipasi ........................................ 132B. Penumbuhan Partisipasi ................................... 135C. Variabel Penting Dalam Partisipasi ................. 140D. Pembangunan Yang Partisipatif ...................... 147

BAB 7 Penutup .................................................................. 151

Daftar Pustaka ...................................................................... 155

Daftar Singkatan .................................................................. 161

Indeks..... ............................................................................... 165

Page 9: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

1

BAB 1

Ada 2 (dua) hal penting yang menjadi isi dari Bab pendahuluan yaitu gambaran umum dan metodologi. Gambaran umum berisi tentang isi buku secara garis besar

yang disajikan mulai dari Bab I sampai dengan Bab VII, sedangkan metodologi berisi tentang pendekatan yang dipergunakan penulis buku pada masing-masing bab. Penjelasan kedua hal ini diuraikan seperti penjelasan berikut.

A. Gambaran Umum

Kerangka pikir dan isi suatu karya ilmiah akan dapat dipahami oleh pengguna karya atau buku secara lebih baik apabila mereka berusaha membaca semua bab yang dipersiapkan oleh penulis. Tuntutan demikian menjadi persoalan tersendiri bagi mereka yang memiliki waktu sempit atau sibuk. Untuk mengatasi persoalan tersebut ada 2 (dua) pilihan. Pertama membaca daftar isi buku dan hanya memilih dan membaca pada bab yang diperlukan saja. Kedua membaca bab pendahuluan yang umumnya telah memberikan ringkasan isi buku secara garis besar. Dalam bab pendahuluan yang dituangkan dalam Bab 1 pada buku ini, si pengguna atau pembaca akan mengetahui tema-tema sentral apa saja yang akan dibahas, sehingga pembaca buku akan mendapat

Pendahuluan

Page 10: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

2 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

gambaran awal atau garis besar tentang isi buku serta metodologi yang dipergunakan oleh penulis buku. Penegasan ini perlu mendapat perhatian karena banyak pembaca buku yang sering kali melewatkan untuk membaca isi bab pendahuan dan banyak yang berpendapat bahwa bab pendahuluan tidak penting. Pada hal isi bab pendahuluan sesungguhnya sangat penting dan dapat membantu si pembaca buku. Tentang pilihan sub-sub pembahasan atau tema pokok dalam buku Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan oleh penulis banyak terkait dengan kebutuhan mahasiswa yang menekuni kajian ilmu sosial. Pilihan tema dan sub tema dalam buku ini, dapat dijelaskan seperti uraian berikut.

Ada 2 (dua) konsep besar dari Administrasi Pembangunan yang harus dipahami terlebih dahulu, sebelum kita memahami konsep-konsep penting berikutnya sebagai sub-sub bahasan administrasi pembangunan. Pertama konsep administrasi dan kedua pembangunan. Untuk itu, titik awal dalam pemahaman Administrasi Pembangunan tidak akan dapat melepaskan diri dari administrasi dan pembangunan. Kedua konsep yang harus dipahami tersebut akan dijelaskan pada Bab II yang diberi tema Pemahaman Konsep Administrasi dan Pembangunan.

Selanjutnya, Administrasi Pembangunan sebagai suatu disiplin ilmu administrasi publik menurut para ahli memiliki 2 (dua) ruang lingkup yang penting yaitu pembangunan administrasi (the development of administration) atau penyempurnaan administrasi negara ( publik) dan Administrasi Pembangunan (the administration of development) atau administrasi bagi pembangunan itu sendiri. Kartasasmita (1997: 2) menegaskan bahwa pembangunan administrasi dapat dijelaskan dari pendekatan organisasi, sedangkan administrasi bagi pembangunan dapat dijelaskan menggunakan pendekatan manajemen. Mengenai ruang lingkup Administrasi Pembangunan dijelaskan pada Bab III. Pemahaman penting berikutnya yang juga dijelaskan dalam Bab III berkaitan dengan embrio kelahiran Administrasi Pembangunan.

Page 11: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

3BAB 1 – Pendahuluan

Berdasarkan perspektif kelahirannya, Administrasi Pembangunan bersumber dari teori administrasi negara (sekarang dikenal sebagai administrasi publik) dengan setting budaya negara maju, terutama Eropa Barat dan Amerika Serikat. Administrasi negara dengan setting budaya negara maju ini, oleh para pemimpin di negara-negara sedang berkembang langsung diaplikasikan di negaranya. Tekat dan semangat mengaplikasikan teori administrasi negara yang bersumber dari negara maju tersebut dalam realita banyak negara sedang berkembang yang mengalami kegagalan. Bermula dari kegagalan ini lantas muncul temuan dan kesadaran para ahli bahwa ada kegagalan dalam aplikasi teori administrasi publik di Negara sedang berkembang dan perlu dicari akar masalahnya. Mengapa mereka gagal mengaplikasikan teori administrasi negara? Hasil kajian dari ahli-ahli administrasi negara ditemukan bahwa penyebab utama kegagalan tersebut lebih didominasi dan atau berkaitan dengan perbedaan lingkungan atau ekologi, khususnya perbedaan budaya yang sangat mendasar antara negara maju dengan sedang berkembang menurut paradigma budaya. Beberapa budaya yang dianggap menghambat kemajuan atau modernisasi di kebanyakan masyarakat negara sedang berkembang antara lain banyak warga yang tergolong pemalas atau kurang kerja keras, kurang disiplin, cepat puas, lamban, mudah tersinggung, banyak pemimpinan yang tidak mau dikritik, mau benar sendiri, dan tidak dapat menjadi contoh atau tauladan, kurang bertanggung jawab dan kurang komitmen, kurangnya rasa memiliki, suka mengekor, suka mencari jalan pintas, tidak berterus terang dan masih banyak kelemahan lainnya. Riggs (1985) dalam persoalan demikian memberikan sebutan atau istilah bagi masyarakat di negara sedang berkembang sebagai masyarakat “Prismatis” atau masyarakat transisi atau masyarakat dalam situasi dan kondisi campuran antara masyarakat tradisonal di satu sisi dan masyarakat modern di sisi lainnya. Aplikasi teori yang mengalami kegagalan karena ada perbedaan budaya

Page 12: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

4 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

dan lingkungan yang mendasar dari kedua kelompok Negara (maju dan sedang berkembang) seperti yang telah dijelaskan, menjadi tantangan tersendiri bagi para ahli untuk menemukan solusi untuk memajukan Negara sedang berkembang. Solusi yang ditawarkan para ahli adalah penerapan teori administrasi publik yang disesuaikan dengan budaya dan lingkungan Negara-negara sedang berkembang, yang dikenal sebagai administrasi pembangunan. Dalam bab ini juga dilengkapi dengan perbedaan antara administrasi Negara dengan administrasi pembangunan.

Kajian keempat dalam buku ini membicarakan tentang Administrasi Pembangunan (the administration of development) atau administrasi bagi pembangunan itu sendiri. Kajian keempat ini melihat sumbangan atau kontribusi Administrasi Pembangunan terhadap pembangunan nasional yang mencakup berbagai aspek kehidupan, yang dapat dijelaskan melalui pendekatan manajemen pembangunan. Berdasarkan pendekatan manajemen pembangunan maka setiap pembangunan tidak akan terlepas dari kegiatan dasar administrasi atau fungsi manajemen. Fungsi utama dari manajemen pembangunan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Fungsi manajemen pembangunan yang lebih lengkap menurut Ginanjar (1997: 2) terdiri dari perencanaan, pengerahan (mobilisasi) sumber daya, pengerahan (menggerakkan) partisipasi masyarakat, penganggaran, pelaksanaan pembangunan yang ditangani langsung oleh pemerintah, koordinasi, pemantauan dan evaluasi serta pengawasan. Hal ini akan dijelaskan lebih mendalam dalam Bab IV.

Kajian kelima dalam buku ini sebagai wujud kesadaran bahwa objek dan sasaran Administrasi Pembangunan yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan pembangunan atau penyempurnaan administrasi itu sendiri atau reformasi administrasi publik. Banyak hal yang perlu diperbaiki atau diperbaharui, sehingga administrasi sebagai wujud pelayanan publik dan sebagai pelaksanaan dari keputusan dapat semakin

Page 13: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

5BAB 1 – Pendahuluan

baik dan diandalkan di masa kini dan mendatang. Ginanjar (1997: 3) menegaskan bahwa pendekatan terhadap kajian pembangunan atau pembaharuan dapat dilakukan dari sisi administrasi sebagai organisasi pemerintahan, yang lebih terpokus atau cenderung pada birokrasi, baik sebagai institusi nasional maupun dalam hubungan dengan lingkungannya. Pembangunan atau penyempurnaan administrasi akan dijelaskan pada Bab V.

Beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian dalam birokrasi pemerintahan berkaitan dengan perbaikan atau penyempurnaan birokrasi yang antara lain belum diterapkannya prinsif ramping dalam struktur, tetapi kaya dalam hal fungsi atau malahan menerapkan struktur yang gemuk, tetapi fungsi yang minim, sehingga fakta yang bermunculan di lapangan menjadi tidak efi sien, sulit melakukan perubahan atau penyesuaian atau boros dalam penganggaran. Kualitas sumber daya aparatur pemerintah yang dipersoalkan oleh banyak pihak terkait dengan profesionalisme dalam bekerja, budaya kerja dan kerja, tanggung jawab, perilaku korup atau lengkapnya korupsi, kolusi, konspirasi dan nepotisme (K3N), kerja keras, disiplin dan persoalan karaktar lainnya, jumlah sumber daya aparatur yang besar dan menumpuk di perkotaan, terutama guru dan tenaga kesehatan.

Riggs (1994) berkesimpulan bahwa fokus atau kajian Administrasi Pembagunan mencakup 2 hal. Pertama, Administrasi Pembangunan berkaitan dengan proses administrasi dari suatu program pembangunan, dengan metode-metode yang digunakan oleh organisasi besar (pemerintah) untuk melaksanakan kebijakan- kebijakan dan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan guna menemukan sasaran-sasaran pembangunan. Kedua, istilah Administrasi Pembangunan dikaitkan dengan implikasinya, termasuk di dalamnya adalah peningkatan kemampuan administratif. Pandangan dan kesimpulan Riggs tersebut secara singkat dapat ditegaskan bahwa kajian Administrasi Pembangunan difokuskan atau mempunyai 2 (dua) ruang lingkup

Page 14: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

6 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

yaitu pembangunan administrasi dan administrasi pembangunan atau administrasi bagi pembangunan itu sendiri. Selain 2 (dua) ruang lingkup seperti pendapat Riggs (1994) yang telah diungkapkan, Tjokroamidjojo (1996: 31) menambah satu ruang lingkup dari administasi pembangunan yaitu pembangunan partisipasi masyarakat. Kegiatan apa pun, termasuk pembangunan akan banyak terhambat dan bahkan akan mengalami kegagalan apabila tidak melibatkan partisipasi atau kontribusi masyarakat. Ruang lingkup administrasi pembangunan yang ketiga atau salah satu tugas dan fungsi administrasi Negara yaitu pembangunan partisipasi masyarakat. Pembahasan tentang pembangunan partisipasi masyarakat disajikan pada Bab VI. Selanjutnya, buku ini diakhiri Bab VII, dengan fokus kajian pada pemikiran administrasi pembangunan ke depan.

B. Metodologi

Untuk memahami isi buku yang diberi judul Pemikiran Dan Praktik Administrasi Pembangunan ini, pertama dan yang utama perlu diketahui terlebih dahulu oleh pembaca buku berkaitan dengan pendekatan- pendekatan yang digunakan oleh penulis buku. Dengan pernyataan lain, pendekatan yang dipergunakan dapat membantu pembaca buku tentang logika berpikir, cara atau sudut pandang atau metodologi atau kerangka berpikir si penulis buku. Untuk itu, kita bisa bertanya, di mana nilai penting dari suatu pendekatan dalam penulisan buku? Nilai penting suatu pendekatan yang dipergunakan dalam penulisan buku adalah setiap pendekatan yang dipergunakan dapat membantu pembaca, untuk menjawab pertanyaan mengapa isi buku administrasi pembangunan tidak sama antara satu penulis dengan penulis buku lainnya. Isi buku satu dengan buku lain dengan topik sama, tetapi isinya berbeda karena penulis buku tersebut memiliki pendekatan yang berbeda. Pemahaman inilah yang dapat membantu

Page 15: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

7BAB 1 – Pendahuluan

pembaca buku atau karya ilmiah, sekaligus menyadarkan tentang pentingnya metodologi dalam menulis suatu karya ilmiah.

Beberapa pendekatan yang dipergunakan dalam buku ini terdiri dari pendekatan organisasi, manajemen, sejarah, ekologi dan partisipasi. Untuk pembangunan administrasi dijelaskan melalui pendekatan organisasi, sehingga organisasi yang dibahas lebih difokuskan pada birokrasi negara (khususnya pemerintah) atau organisasi publik. Pendekatan berikutnya adalah pendekatan manajemen. Pendekatan ini untuk menjelaskan administrasi bagi pembangunan atau untuk menjelaskan sumbangan administrasi bagi pembangunan nasional dan daerah. Pendekatan selanjutnya adalah pendekatan sejarah. Pendekatan sejarah dipergunakan untuk menjelaskan perkembangan pemikiran administrasi pembangunan dari waktu ke waktu, termasuk penjelasan embrio perkembangan administrasi pembangunan, sedangkan pendekatan ekologi dipergunakan untuk menjelaskan bahwa keberhasilan pembangunan administrasi sangat dipengaruhi atau ditentukan pula oleh faktor ekologi (lingkungan) mulai dari aspek atau variabel politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan keamanan. Pendekatan terakhir yang dipergunakan dalam penulisan buku ini adalah pendekatan partisipatif untuk menjelaskan bahwa partisipasi stakeholders atau pemangku kepentingan menjadi penentu sukses tidaknya berbagai aktivitas mulai dari tahap perencanaan pembangunan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan, yang dipopulerkan dengan pendekatan partisipasi. Adanya wahana partisipasi bagi stakeholders akan memunculkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki, tumbuh rasa cinta dan siap berkorban untuk nusa dan bangsa.

Selain itu, penulisan buku yang berjudul Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan diinspirasi oleh pengalaman penulis yang mengajar mata kuliah Adminitrasi Pembangunan sejak tahun 1990. Dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh penulis sering kali muncul pertanyaan-pertanyaan kritis

Page 16: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

8 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

mahasiswa seperti bagaimana membedakan antara administrasi negara dengan administrasi pembangunan, apa kontribusi administrasi pembangunan terhadap pembangunan nasional, apa yang salah dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang banyak prof (guru besar) dan Doktor di bidang administrasi publik, tetapi beberapa pelayanan akademik masih kurang membanggakan dibandingkan fakultas lainnya, mengapa birokrasi pemerintah malahan jadi penghambat pembangunan, mengapa partisipasi masyarakat semakin menurun dalam berbagai aktivitas, termasuk pembangunan di negara kita. Mengapa penulis tentang administrasi pembangunan yang membicarakan tema yang sama, tetapi isinya kok begitu berbeda.

Beberapa pertanyaan yang muncul menimbulkan tantangan tersediri, dan sekaligus mendorong penulis untuk menulis buku ini. Di sisi lain, penulisan buku ini juga diinspirasi dari beberapa penulis buku tentang administrasi pembangunan dan administrasi publik yang berasal dari dalam dan luar negeri, yang sekaligus menjadi sumber literatur yang diacu oleh penulis. Hal penting berikutnya, ada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh penulis buku, sehingga isi buku ini sebagian mengambil atau bersumber dari hasil penelitian, khususnya penelitian tentang perilaku birokrasi dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan. Tidak ketinggalan pula bahwa isi buku ini sebagian bersumber dari diskusi dengan beberapa staf pengajar yang mengampu mata kuliah administrasi pembangunan, terutama dalam pembicaraan pokok-pokok bahasan. Oleh karena itu, secara metodologi atau kerangka pemikiran penulisan buku dapat dilihat dari pendekatan yang dipergunakan, pengalaman mangajar dan berinteraksi dengan mahasiswa strata 1 dan 2, studi literatur dan temuan penelitian yang pernah dilakukan oleh penulis serta hasil diskusi dengan beberapa staf pengajar mata kuliah administrasi pembangunan.

Page 17: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

9

BAB 2

Pemahaman

Konsep Administrasi

Dan Pembangunan

Pembicaraan tentang administrasi pembangunan jauh lebih baik apabila kita mengawali dari pemahaman tentang ilmu administrasi dan administrasi itu sendiri terlebih dahulu,

baru dilanjutkan pemahaman tentang pembangunan dan konsep administrasi pembangunan (yang akan dijelaskan dalam bab tersendiri). Konsep atau batasan dari kedua tema besar tersebut perlu dijelaskan terlebih dahulu, agar pembaca buku memiliki pemahaman yang baik terhadap konsep-konsep dimaksud seperti yang diharapkan oleh penulis buku. Penjelasan secara rinci dan mendalam dari masing-masing konsep administrasi dan pembangunan dapat diuraikan seperti penjelasan berikut.

A. Administrasi

Penulis mengenal dan memahami apa itu administrasi dimulai sejak awal kuliah, tepatnya pada bulan Juli 1981, terus diperkuat dan lebih mendalami ilmu administrasi sejak April 1987–Sekarang, setelah penulis menjadi tenaga pengajar pada jurusan Ilmu Administrasi, dengan program studi Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tanjungpura (UNTAN) Pontianak Kalimantan Barat (Kalbar). Dalam perjalanan selama 28 tahun (masa kerja penulis

Page 18: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

10 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

sebagai dosen sampai dengan tahun 2014), penulis masih sering mendengar orang-orang yang meremehkan atau mengecilkan apa itu ilmu administrasi dan administrasi. Sebagian orang tersebut bukan sekedar meremehkan, malahan mereka berpandangan bahwa administrasi lebih dikesankan menimbulkan beban dan menyulitkan urusan mereka. Ia mengambil contoh ada biaya administrasi dalam banyak pelayanan, persyaratan administrasi yang rumit dan terlalu banyak, terutama blangko atau form-form yang harus diisi, sehingga banyak waktu yang terbuang secara sia-sia, harus bolak-balik dalam suatu urusan, urusan menjadi terganggu, ia harus sabar menunggu tanda tangan pejabat yang begitu lama, serta ada kalanya tidak menyiapkan biaya administasi sebagai ucapan terima kasih akan menghadapi kesulitan atau malahan dipersulit urusannya dan atribut jelek administrasi lainnya. Pertanyaannya adalah seberapa banyak keluhan-keluhan ini terjadi, sudah berlangsung berapa lama dan unit pelayanan apa dan di unit mana hal demikian masih terjadi.

Kesan jelek dan mengecilkan administrasi seperti yang telah diungkapkan menjadi titik awal munculnya pandangan bahwa administrasi dan atau ilmu administrasi tidak penting dan tidak diperlukan oleh mereka. Pandangan demikian memiliki pendukung yang signifi kan dari segi kuantitas (jumlah) orang dan sepintas lalu pandangan sinis demikian terkesan masuk akal atau logis bagi mereka yang tidak menekuni apa itu administrasi dan ilmu administrasi. Logika berpikir mereka makin mendapat pembenaran karena realitas menunjukkan bahwa di suatu instansi sudah begitu banyak tenaga (sarjana ilmu administrasi negara atau publik) yang memahami dengan benar apa itu administrasi, tetapi diinstansinya juga kurang mampu membangun kerja sama yang sinergis, banyak masalah yang terkait atau berhubungan dengan administrasi atau pelayanan publik seperti pelayanan yang “ambul radul”, lamban, mahal, diskriminaif dan tujuan yang ingin dicapai sulit diwujudkan. Pandangan yang telah diungkapkan

Page 19: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

11BAB 2 – Pemahaman Konsep Administrasi Dan Pembangunan

tersebut, sangat berbeda bagi mereka yang mempelajari dan menekuni ilmu administrasi. Mereka tentu tidak menerima begitu saja dan menganggap bahwa padangan demikian merupakan pandangan bagi orang-orang yang “picik”, orang yang tidak tahu tentang apa administrasi dan ilmu administrasi atau pandangan sinis demikian hanyalah diungkapkan orang-orang “bodoh” kata sebagian ahli administrasi. Hal ini bermakna bahwa ada kelompok yang meremehkan administrasi dan ilmu administrasi di satu sisi dan kelompok lain yang berpandangan bahwa mengecilkan dan sinis terhadap administrasi dan ilmu administrasi sebagai wujud atau bentuk kebodohan sebagai akibat mereka tidak tahu atau tidak mau mempelajari administrasi.

Dalam menyikapi kedua pandangan tersebut, penulis menilai bahwa kedua pandangan tersebut ada benarnya juga, tetapi yang lebih benar adalah konsep dan pemikiran administrasi dan ilmu administrasi karena administrasi menjadi kunci: (1) Suksesnya suatu kegiatan sangat memerlukan adanya

kerja sama orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya;

(2) Penentu maju mundurnya bangsa dan negara, sekaligus menjadi kunci dan penentu kemajuan suatu bangsa;

(3) Manusia menjadi manusia yang modern. Realitas menunjukkan bahwa urusan-urusan yang bersifat

administratif memang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan umat manusia di muka bumi yang dimulai sejak ada 2 (dua) orang manusia sampai masa yang akan datang. Urusan-urusan tersebut dan tidak jarang menimbulkan kegerahan antara lain: (1) Tidak bisa memindahkan barang seorang diri.(2) Banyak persyaratan administratif dalam mengurus berbagai

perizinan.(3) Perlu waktu yang lama dan biaya sering kali juga mahal bagi

kelompok-kelompok masyarakat tertentu.

Page 20: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

12 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

(4) Persyaratan administrasi yang tidak mudah seperti untuk mencalokan diri sebagai wakil rakyat atau kepala daerah, pengurusan sertifi kat tanah yang begitu lama dan sulit, pengurusan izin mendirikan bangunan (IMB) atau membuka suatu usaha, pembuatan pasport dan berbagai urusan lain yang memerlukan waktu lama. Contoh demikian dapat menimbulkan pandangan bahwa urusan administrasi “menjengkelkan”, menyulitkan, memerlukan waktu lama dan biaya besar, tidak mudah dan petugas pelayanan kurang ramah dan sering tidak berada di tempat atau begitu sibuk dengan berbagai tugas pokok dan fungsi (Tupoksi).

Persoalannya adalah pandangan demikian masih banyak ditemukan dan memang dalam realitas masih terjadi di lapangan. Belum lagi, ada sebagian petugas pelayanan yang kurang ramah atau tidak ditempat. Hal penting yang perlu kita sadari adalah persyaratan administrasi tersebut hanya sebagian kecil dari administrasi dan ilmu administrasi itu sendiri. Lalu timbul pertanyaan, bagaimana pandangan yang dianggap lebih benar dari administrasi dan ilmu administrasi yang seharusnya diketahui oleh semua orang yang berurusan dengan administrasi dan ilmu administrasi. Pertanyaan demikian dapat dijawab seperti uraian berikut.

Jawaban atas pertanyaan tersebut akan diawali dari penjelasan akan konsep administrasi. Konsep atau pengertian administrasi dapat dijelaskan melalui 3 (tiga) sudut pandang. Pertama dari asal usul kata, kedua dari pengertian sempit dan ketiga dari makna atau sudut pandang yang luas. Menurut asal usul kata, administrasi berasal dari bahasa latin dari kata ad dan ministrare. Ad memiliki makna intensif dan baik, sedangkan ministrare memiliki makna melayani, memenuhi, menolong dan membantu. Untuk itu, apabila kedua kata dan makna tersebut digabungkan maka administrasi dari kajian asal usul kata mempunyai pengertian

Page 21: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

13BAB 2 – Pemahaman Konsep Administrasi Dan Pembangunan

melayani secara intensif atau yang baik. Lebih mudah lagi, makna administrasi sama dengan memberikan pelayanan yang terbaik (mudah, cepat dan murah). Pengertian kedua adalah makna administrasi dari sudut pandang pengertian sempit. Administrasi di sini disamakan dengan tata usaha kantor, tata usaha warkat, tulis menulis, surat menyurat, arsip, ketik mengetik dan pekerjaan kantor (clerical work). Pengertian sempit demikian merupakan pengertian yang ditanamkan oleh penjajah Belanda sewaktu berkuasa di Ibu Pertiwi. Pengertian sempit ini sangat populer dan banyak pendukung hingga dewasa ini. Bermula dari pemahaman makna sempit inilah yang memunculkan pandangan sinis, jelek serta mengecilkan makna dan arti penting dari administrasi dan ilmu administrasi seperti yang telah diungkapkan.

Sebenarnya, makna administrasi dari sudut pandang sempit yang diajarkan oleh penjajah Belanda karena ada beberapa motivasi atau alasan, yang terkait dengan kepentingan penjajah. Pertama, penjajah Belanda hanya membutuhkan pegawai rendahan, dengan tugas pokok terkait dengan pekerjaan kantor. Kebutuhan pegawai yang demikian, oleh mereka cukup dipenuhi dari orang pribumi atau rakyat jajahan dibandingkan medatangkan orang Belanda, yang biayanya jauh lebih besar dan mahal atau menjadi tidak ekonomis. Kedua, penjajah Belanda tidak menghendaki rakyat jajahan menjadi lebih pintar dari penjajah. Mereka sadar di masa itu bahwa rakyat jajahan yang pintar dapat menimbulkan ancaman bagi kelangsungan kekuasaanya, sehingga konsep administrasi dimaknai dalam arti sempit saja. Ketiga, hampir semua wilayah jajahan Belanda diberikan pemahaman administrasi sama dengan tata usaha.

Pengertian ketiga dari administrasi dikaji dari sudut pandang yang luas. Dalam pengetian ini, penulis mengutif beberapa pengertian yang ditulis oleh pakarnya. White (1955) menegaskan bahwa administration is a common process to all group efforts, public or private, civil or militery, large scale or small scale (administrasi

Page 22: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

14 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

merupakan proses umum dalam semua kegiatan (usaha) manusia, baik kegiatan publik maupun privat, sipil maupun militer, besar atau kecil). Pendapat White ini masih sering diacu banyak penulis buku karena ia termasuk pakar dikajian administrasi publik, walaupun buku yang ditulis sudah cukup lama.

Pendapat berikutnya yang dijadikan referensi dari sudut pandang arti luas seperti yang ditulis Chandler dan Plano (1988) dalam Ngusmanto (2013) menegaskan bahwa administrasi adalah proses di mana keputusan dan kebijakan diimplementasikan. Pendapat yang hampir senada diungkapkan oleh Siagian (2003:2) yang menegaskan bahwa administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan daripada keputusan- keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan itu pada umumnya dilaksanakan oleh dua orang manusia atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kata kunci dari pendapat Chandler dan Plano serta Siagian tentang pengertian administrasi adalah pelaksanaan atau implementasi dari keputusan dan kebijakan. Setiap keputusan apa pun dan dalam level bagaimana pun yang terkait dengan Negara boleh dibilang belum begitu bermakna dan belum tampak peran administrasi, sebelum dilaksanakan atau diimplementasikan. Dalam pemikiran ini semakin membuktikan ada pengaruh yang masih kuat dari paradigma pemisahan antara kegiatan politik dengan administrasi yang menyatakan bahwa when politic end, administration begin (Ucapan Wilson pada tahun 1941 sewaktu menjabat sebagai Presiden Amirika Serikat). Jadi, keputusan politik bukan wilayah kerja administrasi. Kerja administrasi baru dimulai pada saat pelaksanaan atau implementasi dari keputusan dan kebijakan Negara (politik) tersebut.

Berdasarkan pengertian administrasi dari 3 (tiga) sudut pandang seperti yang telah dijelaskan dapat ditegaskan oleh penulis bahwa setiap berbicara administrasi paling tidak kita tahu dan memiliki 3 (tiga) pengertian mendasar yaitu: (1) Berbicara pelayanan yang terbaik, (2) Tata usaha dan (3) Pelaksanaan

Page 23: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

15BAB 2 – Pemahaman Konsep Administrasi Dan Pembangunan

atau implementasi keputusan dan kebijakan. Perlu ditegaskan pula bahwa pemahaman akan pengertian administrasi seperti yang telah diungkapkan masih belum dapat menjawab secara meyakinkan di mana nilai penting dari administrasi, sekaligus dalam rangka meminimalkan cibiran, keluhan, peremehan, pelecehan dan pandangan sebelah mata yang masih kita dengar dalam kehidupan sehari-hari tentang administrasi. Nilai strategis administrasi dapat mengacu pada pandangan Atmosudirdjo.

Atmosudirdjo (1980:11) menegaskan bahwa administrasi adalah sesuatu yang terdapat di dalam suatu organisasi modern dan yang memberi hayat kepada organisasi tersebut, sehingga organisasi itu dapat berkembang, tumbuh dan bergerak. Administrasi itu ada oleh sebab dibangkitkan oleh seseorang yang disebut administrator. Administrator adalah setiap kepala organisasi yang harus membuat organisasi yang dipimpinnya hidup, tumbuh dan bergerak. Cara administrator menjalankan adminitrasi adalah dengan: (1) Mengembangkan organisasi, (2) Mengembangkan sistem informasi, terutama tata usaha, dan (3) Mengembangkan sistem manajemen.

Lebih konkret lagi, administrasi memiliki kontribusi atau sumbangan yang sangat besar terhadap kemajuan suatu negara, bangsa dan masyarakat menuju dan menjadi suatu negara, bangsa dan masyarakat yang modern, yang dapat dirinci sebagai berikut:a. Administrasi menyelenggarakan, mengatur, melaksanakan

dan mewujudkan apa yang menjadi tujuan organisasi (bisa organisasi negara, politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan). Tidak ada administrasi, sudah dapat dipastikan bahwa tujuan organisasi akan gagal diwujudkan.

b. Administrasi menjadi alat untuk melayani organisasi apa pun dan dimanapun, sehingga organisasi menjadi maju dan berkembang, beraktivitas dan bergerak untuk mewujudkan tercapainya tujuan.

Page 24: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

16 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

c. Manusia memiliki kelemahan dan keterbatasan. Tidak mungkin mereka memenuhi segala macam kebutuhan dengan usaha sendiri. Realitas demikian akan dapat diatasi atau diminimalkan melalui kerja sama orang-orang (administrasi). Kerja sama antar manusia menuntut adanya pembagian kerja antar mereka, sehingga kerja sama dapat menjadi kunci untuk mengatasi kelemahan dan keterbatasan.

d. Administrasi menjadi kunci atau sarana terwujudnya masyarakat dan manusia modern. Masyarakat dan manusia modern sudah dapat dipastikan memiliki administrasi yang terlihat dari adanya kerja sama orang-orang dalam organisasi, ada penggeraknya (adminitrator), melakukan pembagian kerja, memerlukan keteraturan, memerlukan cara berpikir yang rasional dan menggunakan logika, membuat perencanaan, memerlukan pengorganisasian, pendorongan dan pengawasan, memerlukan teknologi seperti mesin, computer, jaringan internet (web dan email) dan Handphone (HP) dalam rangka memudahkan kerja dan penyelesaian kerja yang efektif dan efi sien.

e. Administrasi yang menyelenggarakan tata usaha organisasi apa pun (besar atau kecil, negara atau swasta, bisnis atau nirlaba) seperti melakukan registrasi, menyimpan berbagai dokumen (kearsipan), menyiapkan berbagai surat menyurat atau korespondensi, melakukan pembukuan, dokumentasi serta mempertanggung jawabkan segala aktivitas yang dilakukan, sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku, melakukan pemeliharaan, pengelolaan, membuat berita acara, laporan kegiatan dan keuangan, serta pembukuan atau akuntansi. Kita bisa membayangkan betapa kacaunya jika suatu organisasi tidak memiliki administrasi. Secara singkat orang dengan mudah dapat mengatakan bahwa jika administrasi rapi, efektif dan efi sien atau beres maka manajemen dan organisasi juga akan beres atau sukses.

Page 25: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

17BAB 2 – Pemahaman Konsep Administrasi Dan Pembangunan

f. Menjalankan administasi dengan efektif dan efi sien berarti mengembangkan dan memajukan organisasi, memajukan tata usaha, khususnya pengembangan informasi untuk pengambilan keputusan yang tepat serta memajukan dan mempertangungjawabkan manajemen dalam mengelola sarana manajemen mulai dari sumber daya manusia, fi nansial (keuangan), material atau bahan-bahan dan peralatan. Tidak ada administrasi akan terjadi pemborosan, tidak ada pengaturan dan tidak ada kerja sama.

Administrasi terlihat dengan jelas dari maju mudurnya atau berkembang tidaknya organisasi pemerintah (negara) dan non pemerintah. Administrasi tidak akan dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sampai kapan pun. Manusia tidak akan memiliki kapasistas yang mencukupi untuk beraktivitas sendiri. Manusia sangat membutuhan kerja sama untuk mencapai tujuan. Dalam kerja sama tersebut pasti akan terjadi pembagian kerja. Oleh karena itu, kerja sama inilah wujud konkret dari kehadiran administasi. Contoh gambaran tentang pentingnya administrasi dapat dilihat dari pembangunan lapangan futsal. Dalam pembangunan ini memerlukan seorang administrator yang memimpin dan mengatur mulai dari persiapan sampai dengan selesai pembangunan lapangan.

Adminsitrator pembangunan lapangan futsal harus membuat perencanaan tentang bahan-bahan bangunan yang diperlukan seperti kayu, semen, seng, besi dan bahan lainnya. Ia wajib merencanakan tenaga kerja apa saja yang dibutuhkan seperti mandor atau pengawas, tukang kayu dan semen, tukang pengaduk semen dan pengangkut hasil adukan serta berapa banyaknya? Ia juga merencanakan tentang kebutuhan peralatan seperti cangkul, penggali, pemotong besi, jaring lapangan, lem, karpet, lampu dan masih banyak yang lainnya. Untuk itu, ia memerlukan organisasi, tata usaha dan manajemen pembangunan lapangan

Page 26: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

18 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

futsal. Semua pekerjaan harus selesai sesuai yang ditargetkan, semua personel dapat bekerja sesuai yang diharapkan, kerja sama berjalan dengan optimal dan kebutuhan bahan tercukupi. Ia harus membuat laporan kegiatan, membuat dokumentasi, melakukan korespondensi, memiliki arsip, membuat pertanggung jawaban kepada pemilik lapangan dan berita acara penyelesaian pekerjaan dan penyerahan bangunan. Semua hal yang telah diungkap berkaitan dengan administrasi. Lantas timbul pertanyaan, mengapa ada pembangunan lapangan futsal yang gagal? Salah satu penyebabnya adalah administrasi seperti kerja sama tidak jalan, pembagian kerja tidak dilaksanakan, personel tidak sesuai kebutuhan, tidak ada koordinasi, tidak ada laporan dan pertanggungjawaban. Bisa juga terjadi bahwa administrator tidak memahami organisasi, tata usaha dan manajemen, sehingga pelaksanaan pekerjaan menjadi kacau balau.

Beberapa penjelasan seperti yang telah diungkapkan dapat ditegaskan bahwa tata usaha menjadi kunci sukses dari administrasi dan administrator. Ia harus mempertanggungjawabkan setiap pelaksanaan kegiatan organisasi melalui penyelenggaraan tata usaha seperti adanya pencatatan, registrasi, inventarisasi, pembukuan, dokumentasi, surat menyurat (dokumentasi), korespondensi, kearsipan, pembuatan berita acara, akta, laporan, neraca dan dokumen- dokumen pendukung lainnya. Apabila segala sesuatu yang terkait dengan tata usaha tidak terdokumentasi dengan baik maka orang dengan mudah akan memberikan penilaian bahwa manajemen yang dilakukan oleh administrator berlangsung dengan jelek atau “amburadul”.

Berdasarkan penjelasan seperti yang telah diungkapkan maka kegiatan administrasi memiliki karaktaristik atau ciri khas sebagai berikut:a. Adanya kegiatan yang dilakukan oleh 2 (dua) orang atau lebihb. Dalam kegiatan tersebut ada kerja sama yang sinergis dan

pembagian kerja

Page 27: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

19BAB 2 – Pemahaman Konsep Administrasi Dan Pembangunan

c. Dalam kegiatan tersebut ada organisasi, tata usaha dan manajemen yang mewadahi dan mendukung

d. Ada keteraturane. Ada tujuan yang ingin dicapai

Perhatian selanjutnya dalam rangka memperkuat argumentasi seperti yang telah diungkapkan dan kehadiran administrasi itu sendiri tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia dapat mengacu pada pendapat Lepawsky. Lepawsky (1960) berpandangan bahwa ada beberapa peranan penting administrasi, yang dapat dirinci sebagai berikut:a. The universal importance of administration (kepentingan umum),

dengan mengambil contoh kegiatan dasar administrasi atau fungsi manajemen yang populer dengan akronim POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controlling)

b. The stabilizing role of administration in society (alat stabilisasi institusi sosial)

c. The role administration in social change (alat perubahan sosial)d. The treat of managerial revolution (perubahan yang cepat dalam

mengelola)e. The fris peat of managerial (merupakan organ manajerial)f. Administration as the key to modern society ( Administrasi kunci

masyarakat modern)

Peranan penting administrasi sesuai dengan pendapat Lepawsky makin menegaskan bahwa administrasi tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern. Malahan ia menegaskan bahwa administrasi menjadi kunci lahirnya masyarakat modern dan alat perubahan sosial. Pandangan yang hampir sama diungkapkan oleh Atmosudirdjo (1980:56) yang menegaskan tentang pentingnya studi administrasi, yang dapat dirinci sebagai berikut:

Page 28: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

20 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

a. Dalam kehidupan masyarakat dan negara Indonesia maka peran administrasi sangat penting sebagai akibat dari adanya perubahan pola kehidupan di segala bidang menjadi pola kehidupan berdasarkan organisasi

b. Pola kehidupan berorganisasi ini berkaitan dengan pola kehidupan modern dan cara berpikir serta bekerja secara rasional

c. Cara berpikir dan bekerja secara rasional ini berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi modern

d. Berpikir dan bekerja secara rasional, ilmiah dengan dukungan teknologi modern, di dalam pola kehidupan berorganisasi yang modern memerlukan adanya administrasi.

Jadi, kehidupan modern yang banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat dan menjadi salah satu ciri orang modern adalah ia (manusia) menjadi anggota beberapa organisasi sekaligus. Kehadiran dan pembentukan organisasi apa pun dalam kehidupan umat manusia tidak lain dan tidak bukan karena alasan keterbatasan kemampuan manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup dan kehidupannya. Realitas kehidupan manusia sejak lahir sampai dengan berusia lanjut mempunyai kelemahan dan kebutuhan yang tidak terbatas. Jadi, manusia membentuk organisasi dalam rangka mengatasi kelemahan dan pemenuhan kebutuhannya yang tidak terbatas tersebut seperti kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan prestise dan realisasi diri atau untuk memenuhi kebutuan primer, sekunder dan tersier.

Melalui organisasi yang mereka dirikan, manusia dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan. Mereka yang ingin memenuhi kebutuhan sosial budaya mendirikan organisasi pendidikan, dan kesenian, mereka yang ingin memenuhi kebutuhan keamanan mendirikan organisasi keamanan, sedangkan mereka yang ingin memenuhi kebutuhan kesejahteraan, mereka mendirikan

Page 29: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

21BAB 2 – Pemahaman Konsep Administrasi Dan Pembangunan

organisasi ekonomi seperti koperasi, CV, PT dan bentuk-bentuk usaha ekonomi lainnya. Hal ini juga bermakna bahwa organisasi apa pun yang didirikan oleh manusia harus dapat dijadikan wadah atau kendaraan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan menghantarkan manusia menuju kehidupan yang lebih baik dan sukses. Untuk itu, manusia modern mempunyai kecenderungan tidak hanya aktif dalam satu organisasi, melainkan aktif ke dalam beberapa organisasi sekaligus. Apabila organisasi yang didirikan tidak dapat menghantarkan manusia menuju kehidupan yang lebih baik dan sukses, maka organisasi tersebut tidak dapat dijadikan wadah atau sarana atau kendaraan orang yang bersangkutan dan harusnya ditinggalkan. Jadi, ukuran keberhasilan organisasi bukan hanya dilihat dari dapat menghantarkan kesuksesan pemimpinnya, melainkan juga dapat mensukseskan pencapaian tujuan semua anggota organisasi dan bila memungkinkan bermanfaat bagi anggota masyarakat di sekitarnya.

Dambaan demikian akan dapat diwujudkan apabila anggota organisasi bersedia mematuhi aturan main yang telah ditetapkan dalam organisasi, dapat bekerja sama secara bersinergis, melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi dan kedudukannya, sekaligus dibarengi oleh tumbuhnya rasa memiliki pada setiap diri anggota organisasi dan rasa tanggung jawab. Semua tuntutan yang demikian akan dapat direalisasikan, apabila setiap anggota organisasi merasakan bahwa organisasinya dapat dijadikan sarana atau kendaraan menuju kehidupan yang lebih baik, sukses dan kebutuhannya dapat terpenuhi. Demikianlah arti penting kehadiran organisasi bagi kehidupan manusia modern.

Pemahaman mendasar berikutnya tentang pentingnya peranan administrasi yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia modern, terkait dengan perkembangan teori administrasi. Teori administrasi dari awal muncul sampai perkembangan masa kini, dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) teori. Masing-masing teori ditulis oleh pemikir-pemikir administrasi yang

Page 30: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

22 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

memiliki reputasi hebat. Keempat teori tersebut terdiri dari: (1) Teori administrasi klasik (1841-1930-an), (2) Teori Administrasi Neoklasik (1940-1960-an), (3) Teori Modern (1960-an - 1990-an) dan (4) Teori Post Modern (1990-an - sekarang). Masing-masing teori ini memiliki dasar pemikiran dan gagasan dengan tokoh masing-masing. Rangkuman tentang penemu teori dan isi gagasannya, secara garis besar dapat dijelaskan seperti uraian berikut.

Teori pertama dikenal sebagai teori administrasi klasik yang diperkenalkan mulai tahun 1841–1930-an. Tokoh penemu dari teori dan memiliki nama populer antara lain: (1) F. Taylor yang menulis buku tentang Management Ilmiah (1841), (2) Henry Fayol yang memperkenalkan tentang prinsip-prinsip administrasi (1925) dan (3) Weber (1920) yang menulis buku tentang Birokrasi Ideal. Inti pemikiran teori administrasi klasik, secara garis besar dapat dijelaksan sebagai berikut:a. Manusia di masa itu termasuk makhluk yang dapat

dikategorikan sebagai pemalasb. Manusia termotivasi dengan materi c. Manusia dianggap sebagai mesin d. Hubungan di dalam organisasi berlangsung secara formale. Struktur organisasi kaku f. Pengawasan sangat ketat g. Spesialisasi tugas h. Kebijakan Top Down i. Kekuasaan terpusat

Teori kedua dikenal sebagai Teori Administrasi Neoklasik yang muncul dan bekembang mulai tahun 1940 – 1960-an. Tokoh utamanya adalah Elton Mayo, yang menulis karya yang diberi judul Human Relation. Teori ini muncul sebagai upaya perbaikan teori sebelumnya atau merupakan kritik terhadap teori klasik. Inti ajaran dari teori Neo Klasik, secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 31: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

23BAB 2 – Pemahaman Konsep Administrasi Dan Pembangunan

a. Tidak semua manusia pemalas b. Manusia belum tentu produktif kalau hanya di motivasi

dengan materic. Manusia punya perasaan, tidak bisa di samakan dengan mesind. Hubungan yang terlalu formal belum tentu produktif e. Struktur organisasi tidak terlalu kaku f. Pengawasan agak longgar/belum tentu produktif kalau

diawasi dengan ketat

Teori ketiga dikenal sebagai teori modern yang muncul dan bekembang mulai tahun 1960-an - 1990-an. Tokoh utama dari teori ini antara lain: (1) Chester I Barnard, yang menulis buku tentang Perilaku Organisasi, (2) Albout Lepawsky yang memperkenalkan Teori sistem (1960) dan (3) David Osborne A Ted Gaebler, yang menulis karya tentang Reinventing Goverment (1990). Inti ajaran dari teori ini secara garis besar dapat dirinci sebagai berikut:a. Keberhasilan organisasi ditentukan oleh semua sub sistem

yang saling ketergantungan b. Organisasi berhasil kalau mampu bersaing dalam pelayanan c. Organisasi berhasil kalau berorientasi pada hasil/keuntungan d. Organisasi berhasil kalau berupaya mencegah kerugian

daripada memperbaiki e. Adanya Desentralisasi f. Pemerintah hanya mengarahkan ke ( organisasi) di bawahnya

Teori keempat dikenal sebagai teori postmodern yang muncul dan bekembang mulai 1990-an – sekarang. Tokoh utama dari teori ini adalah David Osborne, yang menulis karya dengan tema Global Paradoks. Inti ajaran dari teori ini secara garis besar dapat dirinci sebagai berikut:a. Desentralisasi menghasilkan kekuasaan terpusat baru dalam

lingkup tidak lebih baik

Page 32: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

24 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

b. Organisasi berhasil kalau berorientasi pada risiko bukan hasil (profi t) serta ada pembagian risiko/ kerja sama

c. Buttom Up tidak selamanya positif, banyak faktor yang mempengaruhi

d. Organisasi berhasil kalau bisa membangun jaringan yang solid

e. Organisasi berhasil kalau bisa membangun citraf. Organisasi berhasil kalau bersifat kontingensi (cepat

menyesuaikan dengan perubahan)g. Dikembangkan Spiritual Questions … IQ (hanya berpengaruh

6 - 20 persen keberhasilan).

B. Pembangunan

Studi pembangunan menurut Hettne (2001:6) dianggap sebagai studi yang berorientasi pada masalah, bersifat terapan dan lintas ilmu, yang menganalisis perubahan masyarakat dalam kontek dunia, namun tetap memperhatikan kekhasan berbagai masyarakat dalam hal sejarah, ekologi, kebudayaan dan sebagainya. Berdasarkan pandangan yang demikian, wajar apabila tidak mudah memahami apa itu pembangunan, sebagai konsekuensi logis dari cakupan lintas ilmu dan aspek kehidupan manusia. Konsekuensi lebih lanjut, banyak makna pembangunan dan objek yang dikaji serta ditulis oleh banyak pakar yang begitu beragam. Ada makna pembangunan yang didasarkan pada sudut kepentingan serta ada makna dari sudut padang orang kecil, penguasa (pejabat), dan pendapat pakar. Ada pula makna pembangunan yang objektif dan ada makna yang subjektif. Ada makna pembangunan menurut pandangan negara maju dan ada makna pembangunan menurut pandangan negara sedang berkembang. Ada makna pembangunan menurut kajian ekonomi dan ada pula makna pembangunan menurut kajian sosiologis. Realitas demikian dapat ditegaskan bahwa kita bisa menemukan beragam pengertian tentang apa itu pembangunan.

Page 33: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

25BAB 2 – Pemahaman Konsep Administrasi Dan Pembangunan

Ahli ekonomi banyak yang memberikan makna pembangunan sebagai suatu usaha memajukan masyarakat di bidang ekonomi atau material. Untuk itu, jika secara ekonomi belum maju berarti pembangunan belum berhasil. Padangan demikian banyak mendapat kritikan karena hakikat pembangunan tidak semata-mata diukur dari fenomena ekonomi. Di sisi lain, banyak pihak yang mengakui bahwa salah satu ukuran utama keberhasilan pembangunan dikaji dari kemajuan ekonomi. Todaro (2000:92) menegaskan bahwa pembangunan harus dipahami sebagai proses yang multidimensional, melibatkan segenap pengorganisasian-pengorganisasian, peninjauan kembali atas sistem-sistem ekonomi dan sosial secara keseluruhan, peningkatan pendapatan dan output, perubahan yang bersifat mendasar atas stuktur-struktur kelembagaan, sosial dan administrasi, sikap-sikap masyarakat dan bahkan merambah adat istiadat, kebiasaan dan sistem kepercayaan yang hidup dalam masyarakat.

Pandangan Todaro tentang pembangunan sangat luas atau multidimensional, sehingga ia melihat keberhasilan pembangunan bukan hanya dari kacamata kemajuan materi atau khususnya peningkatan pendapatan, melainkan juga dari ukuran-ukuran non ekonomi. Pemahaman penting lain tentang begitu luasnya makna pembangunan bisa membaca apa yang ditulis Selo Sumarjan dan Romo Mangunwijaya. Ada pengalaman Selo Sumardjan dan Romo Mangunwijaya yang disarikan oleh Budiman (1995: 1) yang menjelaskan arti pembangunan menurut orang kecil atau pinggiran atau desa. Sewaktu Selo Sumardjan berbicara dengan orang miskin di kota kecil pinggiran Jakarta mengajukan pertanyaan: Dari mana orang itu datang? Dia menjawab: kami dulu tinggal di Jakarta, tetapi karena ada pembangunan maka ia terpaksa mengungsi ke sini. Pembangunan menurut mereka sama dengan sebuah malapetaka, yang mendamparkan hidup mereka. Hal senada ditemukan oleh Romo Mangunwijaya sewaktu ia berada di sebuah desa di daerah Gunung Kidul. Dia bertanya,

Page 34: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

26 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

apakah umumnya orang desa di sini dapat hidup dengan cukup? Jawab si orang desa: Cukup pak, kalau tidak ada pembangunan. Dia menjelaskan, kalau ada pembangunan, Pak Lurah menyuruh saya dan teman-teman untuk melakukan kerja bakti membuat gapura, pagar desa atau melebarkan jalan. Akibatnya, saya tidak dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan. Jika tidak bekerja berarti tidak ada penghasilan. Pembangunan menurut mereka sama dengan perintah kepala desa untuk kerja bakti.

Pandangan pembangunan berikutnya menurut Saul M. Katz dalam Tjokrowinoto (1993: 8) yang menegaskan bahwa pembangunan adalah pergeseran dari satu kondisi nasional yang satu (one state of national being) menuju ke kondisi nasional yang lain, yang dipandang lebih baik (more valued) tetapi apa yang disebut more valued (lebih baik/lebih berharga), berbeda dari satu negara ke negara lain (culture specifi c) atau dari satu periode ke periode lain (time specifi c). Lebih lanjut Todaro (2000:20) menegaskan bahwa pembangunan sebagai suatu proses multidemensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan, sedangkan hakikat pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian suatu sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik, secara material maupun spiritual.

Beberapa makna pembangunan yang telah diungkapkan masih ada satu dimensi yang belum dimasukkan yaitu berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup. Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bab I Ketentuan Umum Pasal 1,

Page 35: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

27BAB 2 – Pemahaman Konsep Administrasi Dan Pembangunan

ayat (3) diamanahkan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Todaro (2000:21) menegaskan konsep pembangunan secara luas sebagai suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih manusiawi. Oleh karena itu, Goulet dkk dan Todaro (dalam Todaro (2000:21) menegaskan bahwa ada 3 (tiga) komponen dasar atau nilai inti untuk memahami hakikat pembangunan yaitu (1) Kecukupan (sustenance) untuk memenuhi kebutuhan dasar, (2) Jati diri (self-esteem) menjadi manusia seutuhnya dan (3) Kebebasan (freedom) dari sikap menghamba: Kemampuan untuk memilih. Ketiga hal inilah yang merupakan tujuan pokok yang harus digapai oleh setiap orang dan masyarakat melalui pembangunan.

Ketiga nilai pembangunan tersebut dijelaskan lebih lanjut oleh Todaro yang secara garis besar dapat dijelaskan seperti uraian berikut. Kecukupan yang mengarah untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam hal ini bukan hanya mencakup kebutuhan pangan, melainkan juga mencakup kebutuhan dasar manusia secara fi sik. Kebutuhan dasar merupakan kebutuhan yang jika tidak terpenuhi akan menghentikan kehidupan seseorang. Jika kebutuhan dasar tidak terpenuhi akan melahirkan kemiskinan absolut. Kebutuahn dasar yang umum terdiri dari: (1) Makanan, (2) Air, (3) Pakaian, (4) Tempat Tinggal, (5) Kemanan, (6) Kesehatan, (7) Pendidikan,(8) Partisipasi dalam pengambilan keputusan dan (9) Pekerjaan.

Jati diri menjadi manusia seutuhnya bermakna bahwa ada dorongan dari diri sendiri untuk maju, untuk menghargai diri sendiri, untuk merasa diri pantas dan layak melakukan atau mengejar sesuatu. Bisa juga terkait dengan kepribadian, sosok utuh

Page 36: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

28 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

dan identitas. Apabila ada jati diri yang hilang maka seseorang akan kehilangan segala-galanya. Nilai kedua ini didasari oleh masuknya nilai-nilai modern yang berasal atau bersumber dari negara maju yang menimbulkan kejutan dan kebingungan di banyak negara sedang berkembang dan malahan ada yang sampai kehilangan harga diri dan jati diri.

Kebebasan dari sikap menghamba yang bermakna kemampuan untuk memilih merupakan bentuk suatu kemerdekaan seseorang. Kemerdekaan atau kebebasan harus diartikan secara luas yakni sebagai kemampuan untuk berdiri tegak, sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran aspek-aspek material dalam kehidupan. Sekali kita terjebak dalam perbudakan materi maka sederet kecenderungan negatif akan muncul seperti sikap acuh tak acuh terhadap lingkungan, sikap mementingkan diri sendiri, ego dan mengorbankan orang lain akan jadi racun dalam kehidupan sendiri. Kebebasan harus juga bermakna kita mampu berpikir jernih, menilai segala sesuatu atas keyakinan dan pikiran sehat.

Perlu ditegaskan pula bahwa pembangunan yang berhasil tidak semata-mata diukur dari kemajuan ekonomi. Untuk itu, muncul model pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan. Konsep pembangunan ini merupakan konsep yang mengintegrasikan ekologi, ekonomi, dan sosial yang disebut pembangunan berkelanjutan atau sustainable development, yang telah disepakati secara global sejak diselenggarakannya United Nation Conference On The Human Environment (UNCHE) di Stockholm pada tahun 1972. Model ini muncul sebagai upaya mengatasi kelemahan model-model pembangunan sebelumnya. Kelemahan model-model pembangunan sebelumnya antara lain: a. Munculnya kerakusan manusia untuk mengejar materi.b. Munculnya berbagai perilaku yang tidak manusia seperti

diinjak-ijaknya nilai-nilai kemanusiaan dan tidak dihargainya harkat dan martabat manusia.

Page 37: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

29BAB 2 – Pemahaman Konsep Administrasi Dan Pembangunan

c. Terjadinya kesenjangan yang makin lebar antara si kaya dan si miskin.

d. Terjadinya kesenjangan yang makin lebar antara negara kaya dengan negara sedang berkembang.

e. Pertumbuhan ekonomi tinggi, tetapi kemiskinan punduduk ditemukan di mana mana.

f. Pengangguran tinggi.g. Munculnya kerusakan sumber daya alam yang masif dan

mengalami kerusakan yang bersifat ekologis.h. Penyusutan sumber daya alam yang luar biasa.i. Timbulnya ketergantungan yang makin menjadi-jadi dari

masyarakat Negara sedang berkembang ke masyarakat negara maju.

j. Hilangnya beberapa nilai budaya yang adi luhung dan kearifan lokal sebagai akibat globalisasi.

k. Makin lebar atau senjang antara kemajuan fi sik dengan nonfi sik ( mental). Kemajuan fi sik maju pesat, sedangkan kemajuan nonfi sik tidak tampak dan malah bertambah memprihatinkan serta masalah lainnya.

Oleh karena itu, munculnya kesadaran tentang arti penting dan kebutuhan akan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan. Penegasan ini penting karena pakar-pakar pembangunan telah mengingatkan bahwa dalam kehidupan umat manusia akan dan telah menghadapi 3 (tiga) krisis dewasa ini yaitu energy, pangan dan lingkungan. Oleh karena itu, pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan menurut penulis adalah usaha sadar dan terencana dalam melakukan perubahan masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik, dengan memperhitungkan semua komponen lingkungan hidup yang terdiri dari abiotik, biotik dan kultural dalam pola pikir, pola sikap dan pola tindaknya.

Page 38: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

30 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

Perincian dari 3 (tiga) komponen lingkungan hidup yang dikenal publik selama ini terdiri dari: (1) Abiotik (A) atau yang mati mencakup tanah, air dan udara (2) Biotik (B) terdiri dari fl ola dan fauna serta (3) Komponen kultural (C) yang berisi semua interaksi manusia

yang mencakup sosial budaya, sosial ekonomi, demografi , spiko sosial dan kesehatan masyarakat.

Berdasarkan pemikiran yang demikian, maka pertanyaan yang berbunyi: Penting manusia atau gajah? tidak akan pernah diajukan atau tidak relevan dalam model pembangunan berkelanjutan atau sustainable development. Penegasan ini beralasan karena jika pertanyaan ini dijawab maka jawaban yang logis menurut kepentingan manusia adalah penting manusia dan otomatis gajah akan dimusnahkan. Idealnya adalah kedua mahkluk hidup tersebut dapat hidup berdampingan. Pertanyaan mendasar selanjutnya yang perlu diajukan adalah: Mengapa gajah, kera dan air marah kepada manusia? Jawaban yang tepat sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan adalah gajah, kera dan air marah dengan manusia karena ruang mereka terganggu. Ruang untuk habitat gajah dan kera dijadikan pemukiman, perkebunan dan pertanian, sehingga mereka menjadi marah, sedangkan air marah dengan manusia karena banyak sungai yang menjadi dangkal, tempat-tempat penampuangan air berubah menjadi pemukiman dan mall, parit-parit yang ada di lingkungan pemukiman yang ditutup, sehingga ruang air menjadi sempit dan bahkan tertutup sama sekali.

Persoalan-persoalan lingkungan hidup atau tuntutan akan kelayakan ekologi melahirkan konsep-konsep pembangunan terkini, yang populer dengan sebutan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan. Salah satunya pemikiran Budiman. Pembangunan yang berhasil menurut Budiman (1995:8) memiliki unsur-unsur yang dapat dibuat skema sebagai berikut:

Page 39: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

31BAB 2 – Pemahaman Konsep Administrasi Dan Pembangunan

Pertumbuhan Ekonomi Yang Tinggi

Berkesinambungan: a. Tidak Terjadi

kerusakan Sosial b. Tidak Terjadi

Kerusakan alam

Pembangunan Yang Berhasil

Dalam realitas masih sering ditemukan bahwa ada kelompok yang mempertentangkan antara paradigma atau kepentingan ekonomi di satu sisi, dengan paradigma atau kepentingan ekologi (lingkungan) di sisi lainnya. Pendukung paradigma ekonomi mementingkan produksi, sedangkan paradigma ekologi mementingkan kelestarian. Logika berpikir pendukung kepentingan ekonomi selalu menonjolkan kelayakan ekonomi seperti: (1) Investasi dari investor harus dijamin dapat kembali, (2) Investor mendapat keuntungan yang signifi kan atau sesuai yang diharapkan, (3) Usaha dapat tumbuh dan berkembang terus-menerus atau berkelanjutan, dan (4) Ada jaminan keamanan terhadap usahanya. Kepentingan ekonomi tersebut sangat berbeda dengan kepentingan ekologi. Logika dan layak ekologi atau lingkungan hidup antara lain berisi: (1) Semua aktivitas ekonomi wajib memperhitungkan komponen lingkungan hidup yang terdiri dari komponen abiotik (A), komponen biotik (B) dan komponen kultural (C), (2) Ada jaminan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan (3) selalu memperhatikan daya dukung lingkungan.

Perbedaan kepentingan tersebut dapat diatasi atau memiliki titik temu, melalui upaya memperhatikan hakikat pembangunan yang paling diinginkan, yang intinya bahwa setiap aktivitas proyek pembangunan umumnya dan ekonomi khususnya harus

Page 40: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

32 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

selalu dikaitkan dengan adanya keseimbangan, kesinambungan, keberlanjutan, keterkaitan, keanekaragaman, keselarasan dan keserasian. Oleh karena itu, dalam teknis implementasi pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan perlu memperhitungkan kelanyakan yang terdiri dari; (1) Layak teknologi, (2) Layak ekonomi, (3) Layak sosial budaya, (4) Layak keamanan dan (5) Layak ekologi atau lingkungan hidup, dalam makna tidak terjadi kerusakan sosial dan alam.

Page 41: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

33

BAB 3

Ruang Lingkup

Administrasi

Pembangunan

Pembicaraan ruang lingkup Administrasi Pembangunan akan diawali dari pemahaman tentang embrio lahirnya Administrasi Pembangunan dan pengenalan konsep

Administrasi Pembangunan terlebih dahulu, dilanjutkan pemahaman tentang pusat perhatian Administrasi Pembangunan dan unsur-unsurnya, perbedaan Administrasi Pembangunan dengan Administrasi Negara (Publik) dan diakhiri dengan pembahasan tentang ruang lingkup Administrasi Pembangunan. Semua subbahasan atau tema yang dipilih dalam bab ini perlu dijelaskan terlebih dahulu, agar pembaca buku memiliki pemahaman yang baik terhadap ruang lingkup Administrasi Pembangunan seperti yang diharapkan oleh penulis buku. Penjelasan secara rinci dari masing-masing sub tema dalam ruang lingkup Administrasi Pembangunan dapat diuraikan seperti penjelasan berikut.

A. Embrio Administrasi Pembangunan

Dalam istilah lain, embrio dapat disamakan dengan awal mula atau cikal bakal lahirnya administrasi pembangunan. Ia ada dan lahir tidak dapat dilepaskan dari administrasi Negara ( publik) karena teori, prinsif dan paradigma yang ada pada administrasi

Page 42: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

34 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

pembangunan banyak menggunakan teori, prinsif dan paradigma yang berlaku dalam administrasi Negara ( publik). Riggs (1994) menegaskan bahwa bagaimana membedakan secara umum antara studi tentang Administrasi Pembangunan dengan studi tentang Administrasi Negara? Tidak ada jawaban pasti yang dapat menjelaskan pertanyaan ini. Kenyataan ini memberikan jastifi kasi (pemberanan) dalam penggunaan kata frontier (batas-batas) atau sulit membedakan antar keduanya. Oleh karena itu tidak salah apabila dinyatakan bahwa Administrasi Pembangunan pada dasarnya bersumber dari Administrasi Negara, sehingga kaidah umum yang berlaku dan ada dalam administrasi Negara berlaku pula pada administrasi pembangunan.

Pertanyaan penting dalam sub bab ini adalah kapan Adminitrasi Pembangunan lahir? Jawaban atas pertanyaan ini tidak bisa dijawab seperti menjelaskan kapan Indonesia Merdeka atau kapan si pulan lahir. Jawaban kapan Administrasi Pembangunan lahir umumnya dijawab setelah berakhirnya perang dunia kedua yang terjadi pada tahun 1945. Mereka yang menjadi tokoh utama dalam embrio perkembangan Administrasi Pembangunan menyebutkan diri sebagai kelompok studi komperatif atau Comparative Administratif Group (CAG), yang antara lain terdiri dari: (1) F.W. Riggs; (2) John D. Montgommery; (3) Milton Esman; (4) Raiph Braibanti; (5) William J. Siffi n; (6) Edward W. Weidner, dan lain- lain. Perkembangan selanjutnya, kelompok ini memperluas diri dengan melibatkan dan mengundang beberapa ahli dari negara sedang berkembang seperti Thailand, Korea Selatan, Indonesia dan ahli lainnya seperti Ajit Bannerjee; Carlos P. Ramos; S.S. Husen; Hahn-Been Lee; Sondang P. Siagian dan lainnya.

Kembali ke cerita pasca perang dunia ke II, ada beberapa pembelajaran yang dapat diambil yang terkait dengan embrio Administrasi Pembangunan yaitu: (1) Perang menimbulkan kehancuran dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya kehancuran di bidang ekonomi. Negara yang hancur ekonominya

Page 43: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

35BAB 3 – Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan

bukan hanya dirasakan dan terjadi di Negara-negara yang kalah perang, melainkan juga terjadi di Negara-negara yang dianggap menang dalam perang; (2) Lahirnya banyak Negara baru yang merdeka karena hadiah dari penjajah maupun merdeka karena mampu mengusir penjajah dengan melawannya; (3) Negara yang baru mereka ini menghadapi berbagai persoalan seperti masalah pendidikan, kesehatan, infrastuktur, kemampuan sebagai penyelenggara Negara, kurang pengalaman, kebutuhan pokok belum dapat dipenuhi, tidak memiliki modal yang cukup, ilmu dan teknologi masih sangat ketinggalan dan intinya, mereka menghadapi masalah kemiskinan. Jadi, ketiga pembelajaran ini bermuara pada satu titik dan satu permasalahan yang sama yaitu masalah ekonomi dan kemiskinan.

Perkembangan menarik berikutnya menyambung cerita di atas adalah Amerika Serikat (AS) yang menang perang dan juga mengalami kehancuran ekonomi, menjadi Negara pertama di dunia yang cepat bangkit ekonominya dan dapat menempatkan negaranya sebagai kekuatan ekonomi terbesar atau nomor satu dunia. Dengan posisi ekonomi yang demikian, AS berinisiatif untuk membangun ekonomi dunia melalui pemberian bantuan kepada Negara-negara yang menjadi sekutu dalam perang maupun lawan-lawannya yang difokuskan di Negara Eropa Barat. Bantuan AS ini (Siagian, 1983:5) dituangkan dalam bentuk Undang-Undang yang terkenal dengan Point Four Program, yang kemudian lebih dikenal sebagai program Marshall Plan (disebut Marshall Plan karena Jenderal Marshall Plan yang menjadi arsitek utama atau menggunakan nama ini karena disesuaikan dengan nama Sekretaris Amerika Serikat yaitu George Marshall. Nama asli program adalah Program Rekoveri Eropa). Program ini dirasakan dan menunjukkan keberhasilan untuk membangun beberapa Negara Eropa Barat, sehingga program ini terus dilanjutkan, diperluas dan menjadi model bantuan luar negeri AS ke Negara yang berideologi Komunis dan ke Negara sedang berkembang yang tersebar di Asia, Afrika dan Amirika Latin.

Page 44: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

36 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

Pembelajaran yang dapat diperoleh dari implementasi program Marshall Plan sebagai model bantuan luar negeri AS adalah: (1) Bantuan ke Negara yang berideologi Komunis ditolak atau mereka tidak mau menerima bantuan AS. Mereka menolak bantuan AS karena negera-negara dimaksud harus berganti ideologi menjadi negara pendukung ideologi Liberal; (2) Negara-negara sedang berkembang (NSB) yang tersebar di Asia, Afrika dan Amirika Latin menerima bantuan, tetapi dalam implementasi program bantuan tersebut banyak yang mengalami kegagalan; (3) Bantuan luar negeri AS ini ternyata memiliki motif untuk kepentingan nasional AS. Pertama, bantuan diluncurkan sebagai upaya mencari dukungan NSB dalam upaya membendung perkembangan ideologi Komunis, sekaligus mengembangkan ideologi Liberal di negera penerima bantuan. Kedua, penduduk di NSB dijadikan sebagai pasar atau konsumen produk AS. Ketiga, NSB yang menerima bantuan dijadikan sebagai sumber bahan baku bagi produsen AS.

Persoalan yang kemudian muncul yang terkait langsung dengan embrio Administrasi Pembangunan dari implementasi program Marshall Plan sebagai model bantuan luar negeri AS adalah administrasi NSB mengalami kegagalan dalam mendukung dan mengoptimalkan bantuan AS. Mengapa adminisrasi NSB mengalami kegagalan? Jawaban yang bisa diterima secara umum adalah administrasi NSB belum memiliki kapasitas atau tidak memadahi untuk mengimplementasikan bantuan luar negeri. Berpijak dari realitas kegagalan yang demikian, beberapa ahli administrasi Negara dari AS ( Negara Barat) melakukan penelitian, diskusi dan kajian yang difokuskan pada: Mengapa administrasi di banyak NSB mengalami kegagalan dalam mengimplementasikan bantuan luar negeri AS? Hal ini dilakukan oleh mereka karena 2 (dua) tujuan yaitu: (1) Membuat konsep, teori dan model Administrasi Negara yang berguna bagi pembangunan dan cocok untuk diaplikasikan di NSB; dan (2) Untuk pengembangan Ilmu

Page 45: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

37BAB 3 – Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan

Administrasi Negara itu sendiri. Tekat dan semangat para ahli tersebut mendapat dukungan dari perserikatan bangsa-bangsa (PBB). Sejak tahun 1950-an, PBB mulai memberikan perhatian secara khusus terhadap administrasi NSB dan menjadikan tahun 1960 sebagai dasa warsa pembangunan pertama, tahun 1970 sebagai dasa warsa pembangunan kedua, tahun 1980 sebagai dasa warsa pembangunan ketiga dan seterusnya. Perkembangan tersebut menjadi momentum yang sinergis dan hasil konkret dari perjuangan para ahli tersebut, yang kemudian melahirkan administrasi Negara sedang berkembang yang mempergunakan pendekatan ekologi atau disesuaikan dengan keseluruhan kontek setting sosial, budaya, ekonomi, politik dan pertahanan keamanan, yang populer dengan nama Administrasi Pembangunan. Di sisi lain, perkembangan administrasi pembangunan itu sendiri terjadi karena administrasi pembangunan juga sangat diperlukan di NSB dalam rangka mendukung pembangunan di berbagai aspek kehidupan, terutama pembangunan di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

Kembali dengan bantuan luar negeri (yang sebenarnya menjadi beban utang Negara) harusnya dapat mengatasi keterpurukan ekonomi atau kemiskinan, dengan dukungan administrasi NSB. Harapan demikian ternyata sulit diwujudkan oleh para pemimpin di NSB karena bantuan luar negeri ( utang) tidak sepenuhnya diterima dalam wujud uang tunai, yang dengan bebas dapat dikelola oleh NSB, sesuai prioritas kebutuhan NSB. Hal demikian terjadi karena setiap bantuan luar negeri tidak akan terlepas dari kepentingan Negara yang memberikan bantuan. Mereka ( Negara pemberi) harus mendapatkan keuntungan ekonomi maupun sosial. Oleh karena itu, ada beberapa motif pemberian bantuan (untuk kepentingan nasional pemberi bantuan) dan secara umum bantuan luar negeri dan motifnya dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu:

Page 46: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

38 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

1. Bantuan di bidang ekonomi. Hal mendasar yang perlu dicermati oleh penerima bantuan di bidang ini adalah bantuan yang diberikan oleh Negara Barat tidak “gratis”, melainkan harus dikembalikan pokok utang dan bunganya. Selain itu, mereka memiliki motif agar NSB sebagai penerima bantuan menjadi sumber bahan mentah dan menjadi bagian dari pasar internasionalnya. Oleh karena bantuan ekonomi berbentuk utang, umumnya akan menjerat, mencekik dan menjadi beban generasi penerus. Selain itu, ada pembayaran lain dalam wujud sikap bersahabat dan tidak jarang menjadi pembela kepentingan Negara pemberi bantuan dalam berbagai forum internasional.

2. Bantuan di bidang politik pada umumnya berkaitan atau berhubungan dengan penguasa NSB sebagai upaya: (1) Mempertahankan kekuasaan kelas yang berkuasa atau kelompok elit yang dianggap sejalan dengan kepentingan nasional pemberi bantuan, (2) Memperluas lingkaran pengaruh dalam upaya memperkuat posisi penguasa, (3) Berupaya mencegah kekuasaan politik ke kelompok yang menjadi lawan penguasa negara tersebut serta menjaga sikap politisi negara yang diberi bantuan.

3. Bantuan di bidang militer diwujudkan dalam bentuk latihan bersama, pemberian hibah beberapa pelaralatan militer yang relatif tidak diperlukan lagi oleh Negara pemberi bantuan, penjualan senjata, pemberian bantuan pendidikan militer bagi perwira menengah ke atas serta pengiriman tenaga ahli dari negara maju ke NSB dalam upaya meningkatkan profesionalisme militer.

4. Bantuan di bidang teknik diwujudkan dalam bentuk pengiriman pakar untuk menjadi konsultan atau tenaga ahli di NSB. Bantuan ini menjadi satu paket dan persyaratan bantuan dari Negara maju ke NSB atau bantuan tenaga ahli sering kali menjadi persyaratan yang harus dipenuhi oleh

Page 47: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

39BAB 3 – Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan

NSB untuk mendapatkan bantuan, dan membangun institusi pendidikan di negara yang membutuhkan serta bantuan dalam bentuk bantuan fi sik.

Beberapa pengalaman bantuan luar negeri ( utang) dari Negara maju ke NSB banyak yang menimbulkan persoalan. Chalid (2006) yang berusaha merangkum dampak utang NSB dari awal mulai meminjam sampai dengan berkembangnya globalisasi ekonomi beberapa tahun yang lalu hingga kini, dapat disarikan sebagai berikut:1. Semua NSB terlilit utang dan kondisi ini akan berlangsung

sampai kapan pun. Jadi, tidak satu bangsapun yang memiliki utang akan sanggup keluar dari lilitan utang. Sebenarnya NSB sudah membayar 8 kali lebih besar dari utang yang sebenarnya, tetapi realitasnya masih diwajibkan membayar sebanyak 3 kali lagi. Hal ini berarti bahwa pinjaman pokok dan bunganya berkembang menjadi 11 kali lipat dan wajib dibayar oleh peminjam.

2. Pada saat yang bersamaan, NSB kehilangan nilai perdagangan, sehingga mau tidak mau atau dengan terpaksa bahwa NSB menjadi tertimbun utang. Nilai komoditas ekspor NSB terus turun sepanjang era bantuan luar negeri. Sepanjang tahun 1980-an harga komoditas turun rata-rata 5%, sehingga pada tahun 1990 mereka hanya menerima 45% lebih rendah dibandingkan tahun 1980.

3. Kecenderungan ini bertolak belakang dengan tekanan negara/lembaga kreditor pemberi utang bahwa mereka menghendaki kepada Negara miskin agar dapat mengentaskan kemiskinan. Bantuan bilateral maupun multilateral bertujuan untuk menurunkan kemiskinan di NSB. Selain itu, persyaratan pinjaman ditentukan oleh bank komersial biasa. Akhirnya, aliran bantuan dikerdilkan dengan aliran uang dari negara miskin ke negara kaya, bukan

Page 48: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

40 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

sebaliknya. Salah satu contohnya, besar pinjaman dari Negara maju harus dikembalikan 11 kali oleh NSB.

4. Utang membuat suatu bangsa kehilangan harga diri dan posisi tawarnya terhadap negara lain dan lembaga-lembaga keuangan internasional yang menjadi kreditor. Utang tidak dibuat dengan sendirinya oleh pemerintah NSB, tetapi dikondisikan oleh pemilik-pemilik uang, supaya NSB terus berutang karena memberi utang berarti suntikan kehidupan bagi kreditor.

5. Kreditor tidak pernah bersungguh-sungguh untuk menyelesaikan persoalan utang NSB. Yang mereka atur adalah kemampuan membayar, bagaimana utang itu bisa dibayar kembali tanpa peduli dampaknya pada masyarakat, dan bagaimana mereka ambil utang baru lagi. Sebernarnya mereka lebih membutuhkan NSB dari pada NSB membutuhkan NM.

6. Apabila negara tidak bisa membayar utang (antara tahun 1970-1980-an) maka resep yang dipergunakan oleh lembaga-lembaga keuangan internasional adalah privatitasi perusahaan negara yang bukan jasa. Privatisasasi bermakna diswastakan dalam manajemen atau pengelolaan.

7. Syarat yang harus dipenuhi negara pengutang pada Tahun 1990, adalah liberalisasi yang berkaitan dengan jasa yang menyangkut kepentingan umum seperti air bersih dan pelayanan kesehatan. Untuk mengatasi ini, AS, Bank Dunia dan Korporasi internasional membentuk Warld Water Council (WWC). Melalui WWC mereka mempromosikan bahwa air bukan merupakan hak dasar, tetapi merupakan kebutuhan dan korporasi internasional dapat memenuhi kebutuhan ini.

Beberapa persoalan yang terjadi di NSB, khususnya terkait dengan kegagalan atau kekurang berhasilan dalam implementasi bantuan luar negeri, bukan semata-mata sebagai akibat

Page 49: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

41BAB 3 – Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan

ketidaksiapan administrasi NSB, yang kemudian melahirkan administrasi pembangunan seperti yang telah diungkapkan, melainkan ada penyebab lain yang tidak kalah penting yaitu bantuan luar negeri tidak berwujud 100 persen uang tunai, tetapi berupa paket yang terdiri dari bantuan ekonomi, politik, militer dan teknik yang semuanya ditentukan oleh Negara pemberi bantuan dan semua paket bantuan tersebut dibiayai dan sumber dananya diambil dari bantuan/ utang tersebut. NSB dalam hal ini membutuhkan bantuan dan tidak ada pilihan lain (mau tidak mau menerima) ke-4 paket yang telah ditetapkan. Belum lagi pemanfaatan bantuan luar negeri oleh NSB yang banyak disalahgunakan atau dikorupsi oleh penguasa.

B. Pengertian Administrasi Pembangunan

Setelah dijelaskan embrio administrasi pembangunan maka pemahaman penting berikutnya terkait dengan konsep, defi nisi atau pengertian administrasi pembangunan. Banyak pengertian administrasi pembangunan yang diberikan oleh ahli administrasi Negara ( pembangunan). Beberapa ahli yang memberikan pengertian dan diplih dalam buku ini adalah:1. Sondang P. Siagian (1983) Administrasi Pembangunan adalah seluruh usaha yang

dilakukan oleh suatu masyarakat untuk memperbaiki tata kehidupannya sebagai suatu bangsa dalam berbagai aspek kehidupan bangsa tersebut dalam rangka usaha pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

2. Bintoro Tjokroamidjojo (1997) Administrasi Pembangunan adalah suatu administrasi bagi

usaha pembangunan sosial ekonomi yang bersifat dinamis dan inovatif serta mengupayakan perubahan berbagai aspek kehidupan masyarakat melalui berbagai pengerahan dan alokasi sumber daya untuk kegiatan pembangunan.

Page 50: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

42 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

3. Ginandjar Kartasasmita (1997) Administrasi pembangunan adalah bidang studi yang

mempelajari sistem administrasi negara di negara yang sedang membangun serta upaya untuk meningkatkan kemampuannya. Hal ini berarti bahwa dalam studi dan praktik administrasi pembangunan diperlukan adanya perhatian dan komitmen terhadap bilai-nilai yang mendasari dan perlu diwujudkan menjadi dasar etika birokrasi. Dengan demikian ada dua sisi dalam batasan pengertian administrasi pembangunan tersebut. Pada sisi pertama tercakup upaya untuk mengenali peranan administrasi negara dalam pembangunan, atau dengan kata lain administrasi dari proses pembangunan, yang membedakannya dengan administrasi negara dalam pengertian umum. Pada sisi kedua tercakup kehendak untuk mempelajari dengan cara bagaimana membangun administrasi negara dan tugas pembangunan. Namun, tidak kalah pentingnya perhatian dan komitmen terhadap kepentingan publik yang dapat menjadi ukuran bagi kredibilitas dan akuntabilitasnya.

4. Fred W. Riggs (1994) Pengertian administrasi dapat dirumuskan melalui 2

kesimpulan umum. Pertama, Administrasi Pembangunan berkaitan dengan proses administrasi dari suatu program pembangunan, dengan motode-metode yang digunakan oleh organisasi besar terutama pemerintah untuk melaksanakan kebijakan- kebijakan dan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan guna mencapai sasaran-sasaran pembangunan mereka. Kedua, arti dari istilah administrasi pembangunan dikaitkan dengan implikasinya, tidak dengan pengertiannya secara langsung. Termasuk di dalamnya adalah peningkatan kemampuan administratif. Jelasnya, apabila suatu program pembangunan berhasil dilaksanakan, dengan sendirinya akan mendorong terjadinya perubahan-perubahan di lingkungan

Page 51: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

43BAB 3 – Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan

masyarakat politik, termasuk perubahan kemampuan masyarakat dalam bidang administratif.

Berpijak pada beberapa pengertian administrasi pembangunan seperti yang telah diungkapkan maka ada 2 (dua) pernyataan (kalimat) kunci yang dapat dijadikan sebagai makna atau batasan (pengertian) administrasi pembangunan. Pertama kontribusi administrasi pembangunan terhadap pembangunan nasional yang dikenal sebagai administrasi bagi pembangunan nasional yang mencakup aktivitas-aktivitas yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pedorongan atau motivasi dan pengawasan. Fungsi ini merupakan fungsi yang harus dilakukan oleh administrator atau manajer dan harus didukung oleh pengaturan penggunaan atau pemanfaatan alat atau sarana (tools of management), yang terdiri dari atau meliputi atau mencakup 5 M, yaitu: (1) Men (orang), (2) Money (uang), (3) Materials (bahan-bahan), (4) Methode (cara) dan (5) Machines (mesin-mesin). Dalam administrasi pembangunan dikenal sebagai pendekatan manajemen. Kedua pembangunan, perbaikan dan atau reformasi administrasi itu sendiri. Pembangunan ini sebagai upaya agar administrasi pembangunan yang telah disempurnakan dapat mendukung penyelenggaraan tugas atau fungsinya secara lebih baik, tertib, berdaya guna dan berhasil guna, lebih professional, tertib, akuntabel, transparan dan lain-lain. Untuk pernyataan kedua dikenal sebagai pendekatan organisasi. Lebih singkat lagi dapat ditegaskan bahwa pengertian administrasi pembangunan merupakan pelaksanaan fungsi administrasi negara ( publik) itu sendiri plus fungsi pembangunan.

Administrasi bagi pembangunan dan pembangunan administrasi sebagai fokus inti dari administrasi pembangunan dalam praktiknya selalu berjalan beriringan atau bersamaan atau tidak perlu mempersoalkan mana yang harus didahulukan. Realitas menunjukkan bahwa banyak persoalan administrasi yang

Page 52: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

44 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

perlu dibangun menurut kajian pendekatan organisasi. Salah satu contoh untuk menganggambarkan masalah administrasi terkait dengan cikal bakal maraknya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) melalui masalah berikut. Belum diterapkan prinsip ramping dalam stuktur, tetapi kaya fungsi. Praktik yang banyak terjadi di dalam tubuh pemerintahan atau pemerintah saja, atau struktur birokrasi yang gemuk. Pilihan ini bukan hanya akan menimbulkan pemborosan, melainkan juga memunculkan lamban dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi), sehingga persoalan demikian banyak menimbulkan keluhan dan pelayanan publik yang jelek. Prinsip demikian bukannya tidak diketahui oleh para pemimpin atau elit yang berkuasa atau yang memimpin. Mereka memahami dengan persis persoalan ini, tetapi mau tidak mau harus memilih prinsip yang salah karena akibat tekanan politik atau politik balas budi kepada pengusung atau pendukungnya. Dalam instilah yang keren bagi-bagi kekuasaan atau sharing power. Mengapa hal demikian tidak bisa dihindari dan apa akar masalah yang menjadi penyebabnya? Jawabannya adalah akibat penggunaan politik transaksi. Menjabat apa pun tidak gratis dan memerlukan ongkos yang tidak kecil. Konsekuensi lebih lanjut, setelah sang pejabat berkuasa ya bagi-bagi jabatan, berusaha mengembalikan modal, cari untung dan cari modal untuk menyediakan upeti bagi pihak yang bisa mengamankan jabatan dan untuk modal berjuang di masa mendatang. Semua ini akan berujung dan berakumulasi ke dalam KKN. Dalam masyarakat banyak pandangan yang salah, tetapi dijadikan kelaziman. Contoh: Anda itu orang penting atau pejabat, masak anak, adik dan keluarga dibiarkan jadi pengangguran? Anda harus atasi masalah keluarga kita ini. Awalnya sang pejabat akan bekerja secara profesional, objektif, memiliki idealisme dan tidak akan KKN. Oleh karena kuatnya desakan istri, orang tua dan keluarga besarnya maka idealisme terus-menerus akan tergerogoti dan menjadi KKN atau menyalahgunakan jabatan dan kekuasannya.

Page 53: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

45BAB 3 – Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan

Apabila realitas permasalahan administrasi seperti yang telah diungkapkan direnungkan maka ada 2 (dua) kemungkinan pernyataan yaitu: (1) Administrasi belum siap untuk mendukung pelaksanaan pembangunan, (2) Sebelum melakukan pembangunan, sebaiknya melakukan pembangunan atau perbaikan administrasi terlebih dahulu. Jawaban yang bisa diterima secara umum adalah pembangunan berbagai aspek kehidupan tetap dilaksanakan, tidak harus menunggu sampai dengan masalah administrasi beres atau siap. Pembangunan tetap berjalan dan sekaligus melakukan perbaikan atau penyempurnaan administrasi. Kita tidak bisa berhenti memenuhi kebutuhan pokok manusia dan jika pemenuhan kebutuhan stop maka kita menjadi terancam kelangsungan hidupnya. Kebutuhan ini hanya bisa dipenuhi apabila kita melaksanakan pembangunan. Di sisi lain, pembangunan memerlukan administasi. Tidak ada administrasi sebagai pendukung pembangunan, maka pelaksanaan pembangunan akan menghadapi berbagai persoalan dan bahkan bisa mengalami kegagalan. Inilah sekilas pernyataan untuk mendukung penyataan yang membenarkan bahwa Administrasi bagi pembangunan dan pembangunan administrasi harus berjalan bersamaan, sekalipun dalam realita administrasi belum dapat mendukung sepenuhnya dalam pelaksanaan pembangunan sebagai akibat banyaknya masalah administrasi.

Setelah pengertian administrasi pembangunan diungkapkan, diikuti dengan penjelasan mengapa administrasi bagi pembangunan dan pembangunan administrasi harus berjalan serempak atau beriringan maka kajian atau pertanyaan menarik berikutnya yang dapat dijadikan bahan diskusi kita adalah pertanyaan tentang tema apa saja yang dapat menjadi kajian administrasi pembangunan di masa kini dan mendatang? Jawaban atas pertanyaan ini bisa dijelaskan seperti uraian berikut.

Pertama, administrasi pembangunan harus punya perhatian atau kajian tentang perbandingan administrasi NSB. Mengapa

Page 54: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

46 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

demikian? Hal ini menjadi tuntutan karena administrasi pembangunan merupakan bidang kajian yang unik dalam arti administrasi pembangunan yang sukses diaplikasikan di Korea Selatan belum tentu cocok dilaksanakan di Indonesia. Demikian juga administrasi pembangunan yang sukses diaplikasikan di Brazil, belum tentu cocok dan dapat diaplikasikan di negara Timor Timur atau Timor Leste, Uganda atau Libya, Kenya atau NSB lainnya. Hal demikian terjadi karena setiap Negara yang dikatorikan NSB memiliki lingkungan (ekologi) administrasi yang berbeda-beda. Lingkungan yang berbeda menghendaki administrasi pembangunan yang berbeda pula. Oleh karena itu, administrasi pembangunan merupakan administrasi di masing-masing NSB dilihat dari keseluruhan kontek (ekologi atau lingkungan) budaya, sosial, politik, ekonomi dan pertahanan keamanan. Berpijak dari argumentasi yang demikian maka tidak salah apabila salah satu kajian penting dari administrasi pembangunan adalah perbandingan administasi NSB. Kajian ini akan dapat mengembangkan pemikiran administrasi pembangunan.

Kedua, administrasi pembangunan harus punya perhatian atau kajian tentang manajemen pembangunan di NSB. Tuntutan demikian logis karena semua NSB sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan yang dilaksanakan sebagai upaya mereka untuk mengejar ketertinggalan dari negara maju (NB), memenuhi kebutuhan pokok rakyat dan sekaligus dalam rangka memperbaiki dan menyempurnakan seluruh tata kehidupan bangsa dan Negara. Sehubungan dengan pembangunan di NSB, ada 2 (dua) hal penting yang perlu diperhatikan yaitu: (1) Unsur/sarana atau alat manajemen atau Tools of Management yang terdiri dari Men, Money, Machines, Methods dan Materials ini harus diatur; (2) Bagaimana mengaturnya? Mengaturnya melalui Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Commanding

Page 55: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

47BAB 3 – Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan

(Pemberian Komando, perintah), Coordinating (Pengkoordinasian) dan Controlling (Pengawasan).

Ketiga, perhatian atau kajian berikutnya dari administrasi pembangunan adalah reformasi birokrasi. Reformasi di sini tidak hanya ditujukan pada reformasi fi sik (stuktur birokrasi), melainkan dan yang lebih penting juga terkait dengan reformasi budaya (culture change) dan perubahan pola pikir (mind set) dalam berbagai aspek kehidupan. Mengapa diperlukan reformasi fi sik dan budaya? Reformasi dalam hal ini penting karena realitas menunjukkan bahwa banyak organisasi yang tumpang tindih dalam pelaksanaan Tupoksi ( reformasi fi sik), munculnya organisasi- organisasi baru, yang sebenarnya sudah ada organisasi yang lama dengan Tupoksi yang kurang lebih sama di satu sisi dan di sisi lain, dalam praktik birokrasi pemerintahan masih banyak ditemukan patologi birokrasi atau penyakit birokrasi atau penyimpangan birokrasi (disfunction of bureaucracy). Penyakit ini sudah ada sejak zaman kerajaan, terus bertahan pada masa penjajahan, awal kemerdekaan dan perjungan fi sik sampai masa reformasi dewasa ini. Perlu disadari bahwa organisasi yang didirikan merupakan wadah atau alat kegiatan administrasi dan manajemen. Untuk itu, dalam kajian ketiga ini perlu dipahami perilaku orang dalam birokrasi. Bagaimana perilaku orang-orangnya, mengapa perilaku tersebut muncul, apa penyebabnya dan apa motivasinya?

Keempat, perhatian atau kajian administrasi pembangunan berikutnya terkait dengan pembangunan partisipasi masyarakat. Kehadiran partisipasi masyarakat bukan hanya penting untuk administrasi bagi pembangunan, melainkan juga penting bagi pembangunan administrasi. Pembangunan dalam bidang apa pun memerlukan kehadiran partisipasi masyarakat. Partisipasi dalam hal ini bukan hanya partisipasi dalam wujud menyumbangkan ide atau gagasan tentang apa yang perlu dibangun, menyumbangkan tenaga dan harta benda, melainkan juga partisipasi dalam wujud

Page 56: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

48 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

memelihara hasil-hasil pembangunan dan terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pengawasan penggunaan sumber daya manusia, fi nansial, material dan peralatan, pelaporan dan pertanggung jawaban berbagai kegiatan yang diperuntukkan bagi kepentingan publik. Partisipasi dalam hal ini bukan hanya berdampak positif terhadap hasil-hasil pelaksanaan aktivitas, meningkatkan daya guna dan hasil guna penggunaan sarana atau alat manajemen, tetapi juga akan mendorong munculnya rasa bertanggung jawab semua pihak dan kalangan, rasa memiliki, meningkatkan transparansi dan kepercayaan publik.

Kelima, perhatian atau kajian administrasi pembangunan selanjutnya adalah penguasaan dan pemanfaatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang diaplikasikan dalam mengatur atau mengelola Tupoksi. Dukungan dan aplikasi Iptek sebagai upaya memudahkan orang dalam bekerja dan mengakses informasi, sekaligus untuk membangun kepercayaan publik. Untuk memenuhi kebutuhan ini, setiap organisasi harus memiliki portal internet yang terkelola dengan baik dan terus ter-update data dan informasinya. Portal ini harus berfungsi untuk mengurangi frekuensi rapat kerja atau koordinasi yang berlangsung secara face to face, petunjuk, intruksi dan informasi- informasi dapat di upload terlebih dahulu pada web, agar diketahui oleh karyawan. Ada ruang untuk memberikan masukan, kritik dan jawaban pihak yang berkompeten. Publik dengan mudah dapat mengakses informasi dan data yang mereka perlukan. Semua ini dikenal sebagai e-government, yang menjadi kebutuhan birokrasi pemerintah di masa kini dan mendatang. Semua orang (yang melayani maupun yang dilayani) membutuhan kemudahan, kecepatan, murah, berkualitas dan yang terkini (ter-update).

Keenam, perhatian atau kajian penting administrasi pembangunan selanjutnya berhubungan dengan pelestarian fungsi lingkungan, salah satunya melalui pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan, yang telah menjadi agenda global melalui

Page 57: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

49BAB 3 – Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan

International Standardization for Organization (ISO) yang terkait dengan kualitas (mutu) dan lingkungan. Oleh karena itu, setiap organisasi perlu mengembangkan sistem manajemen organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan mengimplementasi kebijakan lingkungan dan mengelola aspek-aspek lingkungannya seperti keselatan kerja, pemberian perizinan, pengaturan limbah kantor dan kebijakan lainnya, yang disesuaikan dengan Tupoksi. Semua orang harus mendukung, peduli dan bertanggung jawab terhadap pelestarian fungsi lingkungan hidup sebagai gerakan bersama yang bersinergis.

Ketujuh, perhatian atau kajian penting administrasi pembangunan terakhir berhubungan dengan pembangunan kualitas sumber daya aparatur melalui penerapan norma-norma moral dan etika, yang berhubungan dengan aktivitas di dalam organisasi dan di luar organisasi, khususnya dalam pelaksanaan Tupoksi. Dalam kehidupan manusia pada umumnya dan sumber daya aparatur khususnya, nilai menjadi landasan, alasan atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku. Di sisi lain, kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya, yang mencerminkan atau menggambarkan moral seseorang. Moral mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Apabila manusia bermoral jelek atau tidak bermoral maka jatuh atau rusak integritas dan kepribandiannya. Sebagai aparatur Negara dan atau pegawai publik akan selalu disorati moralitasnya. Jika bermoral baik, ia akan beritegritas dan dipercaya oleh publik. Mereka juga akan memperoleh dukungan dan akan ada dihati publik. Kelemahan sumber daya aparatur yang banyak terjadi di NSB berkaitan dengan kualitas moral. Apabila kualitas ini bermasalah, akan muncul banyak persoalan seperti KKN, tidak disiplin serta keluhan dan ketidakpercayaan publik.

Page 58: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

50 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

C. Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan

Pemahaman tentang administrasi pembangunan tidak cukup hanya mengetahui embrio kehadirannya, tahu pengertian dan apa yang dikajinya, melainkan juga harus tahu pendekatan yang dipergunakan, unsurnya, ruang lingkup, ciri khas dan perbedaan antara administrasi pembangunan dengan administrasi Negara. Beberapa point di antaranya telah dijelaskan dan penjelasan berikut sebagai kelanjutannya. Riggs (1994), Siagian (1983) dan Tjokroamidjojo (1997) menegaskan bahwa administrasi pembangunan mempunyai 2 (dua) unsur yaitu: (1) Perumusan Kebijakan- kebijakan Negara (public policies) dan (2) Penyusunan Instrumen-instrumen untuk pelaksanaan kebijakan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan secara efektif. Hal ini bermakna bahwa administrasi pembangunan berkontribusi atau berperan dalam formulasi kebijakan, sekaligus pelaksana kebijakan itu sendiri.

Apabila perumusan kebijakan difokuskan pada kebijakan pembangunan di NSB maka kebijakan pembangunan menjadi kebijakan publik yang utama karena kebijakan ini untuk menjawab persoalan kemiskinan, pengangguran dan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. Oleh karena tugas pokok pemerintah di NSB berkaitan dengan pembuatan kebijakan, pengambilan keputusan untuk mengatur sumber daya publik yang sangat terbatas dibandingkan kebutuan manusia, mengarahkan kegiatan dan memotivasi warga masyarakat, memberikan pelayanan serta memberikan perlindungan, sehingga warga Negara (rakyat) meningkat kualitas hidup dan kehidupannya.

Tjokroamidjojo (1995) menegaskan bahwa administrasi pembangunan mempunyai tiga fungsi yaitu:(1) Penyusunan kebijaksanaan untuk penyempurnaan

administrasi negara yang mencakup upaya penyempurnaan organisasi, khususnya terkait dengan kepegawaian dan

Page 59: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

51BAB 3 – Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan

pengurusan sarana-sarana administrasi lainnya. Hal ini disebut the development of administration ( pembangunan administrasi) atau “Administrative Reform” ( reformasi administrasi).

(2) Perumusan kebijakan- kebijakan dan program-program pembangunan di berbagai bidang serta pelaksanaan secara efektif. Ini disebut the administration of development ( Administrasi untuk pembangunan). Administrasi untuk pembangunan (the development of administration) dapat dibagi menjadi dua; yaitu; (a) Perumusan kebijakan pembangunan (b) pelaksanaan kebijakan pembangunan secara efektif.

(3) Pencapaian tujuan-tujuan pembangunan tidak mungkin terlaksana dari hasil kegiatan pemerintahan semata. Faktor penting dalam hal ini adalah membangun partisipasi masyarakat.

Administrasi Pembangunan sebagai suatu disiplin ilmu administrasi publik menurut Riggs (1994), Siagian (1983) dan Tjokroamidjojo (1997) memiliki 2 (dua) ruang lingkup yang penting yaitu: (1) Pembangunan administrasi (the development of administration) atau penyempurnaan administrasi negara ( publik) dan (2) Administrasi Pembangunan (the administration of development) atau administrasi bagi pembangunan. Lebih lanjut Riggs (1994) menegaskan bahwa Administrasi Pembangunan berkaitan dengan proses administrasi dari suatu program pembangunan, dengan metode-metode yang digunakan oleh organisasi besar (pemerintah) untuk melaksanakan kebijakan- kebijakan dan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan guna menemukan sasaran-sasaran pembangunan. Selain itu, istilah Administrasi Pembangunan dikaitkan dengan implikasinya, termasuk di dalamnya adalah peningkatan kemampuan administratif.

Page 60: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

52 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

Kedua ruang lingkup dari Administrasi Pembangunan yang terdiri dari pembangunan administrasi dan administrasi pembangunan atau administrasi bagi pembangunan ini memerlukan dukungan dan atau kehadiran partisipasi masyarakat. Oleh karena pentingnya kehadiran partisipasi masyarakat maka Tjokroamidjojo (1983: 31) menambah satu ruang lingkup dari administasi pembangunan yaitu pembangunan partisipasi masyarakat sebagai ruang lingkup yang ketiga. Kita menyadari bahwa kegiatan apa pun, termasuk pembangunan akan banyak terhambat dan bahkan akan mengalami kegagalan apabila tidak melibatkan partisipasi aktif dan positif atau kontribusi masyarakat. Dengan demikian, ruang lingkup Administrasi Pembangunan terdiri dari:a. The administration of development atau Administrasi

Pembangunanb. The development of administration atau penyempurnaan atau

pembangunan administrasi Negara c. Pembangunan Partisipasi Masyarakat

Khusus ruang lingkup ketiga dari Administrasi Pembangunan yang berisi Pembangunan Partisipasi Masyarakat dari berbagai hasil studi dan atau penelitian menemukan dan menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat penting dan diperlukan dalam proses pembangunan. Oleh karena itu, pembangunan tidak akan pernah mencapai tujuan yang akan diwujudkan apabila manajemen berusaha meninggalkan masyarakat. Perkembangan terkini tentang partisipasi terlihat dari tuntutan akan pembangunan dan perencanaan partisipatif. Aplikasi dari perkembangan tersebut terlihat dari setiap tahapan pembangunan sangat membutuhan partisipasi masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, pengawasan, evaluasi dan pemerliharaan hasil-hasil pembangunan.

Page 61: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

53BAB 3 – Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan

Anggota masyarakat atau warga dalam hal ini diajak berpikir dan berkontribusi mulai dari awal pembangunan sampai berhasil diwujudkan tujuan pembangunan, dilanjutkan dengan pemeliharaan. Keterlibatan atau partisipasi warga dalam hal ini bukan hanya mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam proses pembangunan, melainkan juga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan memiliki terhadap pelaksanaan serta hasil-hasil pembangunan. Partisipasi dalam hal ini bukan hanya sebagai faktor penentu keberhasilan proses pembangunan, melainkan sekaligus sebagai indikator pembangunan yang berhasil.

Setelah dijelaskan ruang lingkup administrasi pembangunan maka ada 2 (dua) pertanyaan lagi yang harus dijawab yaitu apa ciri dan apa perbedaan administrasi pembangunan (Admpem) dengan administrasi Negara (Admneg). Ciri atau karaktaristik utama dari administrasi pembangunan menurut Riggs (1994), Siagian (1983) dan Ginanjar (1997) adalah:a. Menekankan kepada usaha-usaha ke arah penyempurnaan

dan perubahan yang lebih baik di masa depan. Beberapa tuntutan di masa depan antara lain transparansi, kecepatan, kualitas, inovatif, kreatif dan tuntutan global.

b. Perbaikan-perbaikan administrasi pembangunan dikaitkan dan disesuaikan dengan kemajuan di aspek pembangunan lain seperti bidang sosial, ekonomi, politik, budaya dan pertahanan keamaman.

Sehubungan dengan hal tersebut, Ginanjar (1997:14) menegaskan bahwa administrasi pembangunan berkembang karena adanya kebutuhan di negara-negara yang sedang membangun untuk mengembangkan lembaga-lembaga dan pranata-pranata sosial, politik, dan ekonominya, agar pembangunan dapat berhasil. Di sisi lain, Ginanjar juga menegaskan bahwa perbedaan antara Admpem dengan Admneg tidak terlalu tajam lagi karena administrasi negara modern juga

Page 62: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

54 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

menghendaki perubahan dalam dirinya dan ingin memprakarsai pembaharuan lingkungan sosialnya, seperti tercermin dalam paradigma administrasi negara baru. Perbedaannya mungkin terletak pada di mana Administrasi pembangunan diapikasikan untuk negara berkembang, dan umumnya tidak diterapkan di negara maju, meskipun administrasi Negara di negara maju juga secara aktif terlibat dalam upaya memperbaiki diri dan kehidupan masyarakatnya. Dengan demikian, latar belakang perbedaan antara keduanya terletak pada dua aspek: (1) tingkat perkembangan sosial ekonomi dan sosial politik sebagai ukuran kemajuan; dan (2) lingkungan budaya yang mempengaruhi perkembangan sistem nilai serta penerapan sasaran-sasaran pembangunan.

Mengenai perbedaan utama administrasi negara (Admneg) dengan administrasi pembangunan (Admpem) menurut pandangan Siagian (1983) dan Ginanjar (1997) dapat disarikan dan dirinci sebagai berikut:(1) Admneg ( publik) merupakan administrasi Negara maju

atau berkembang di negara maju, sedangkan Admpem merupakan administrasi NSB.

(2) Admneg memiliki fungsi lebih sedikit, sedangkan Admpem memiliki fungsi lebih banyak atau fungsi admneg ditambah fungsi pembangunan.

(3) Admneg disetting atau sesuai dengan budaya barat, sedangkan Admpem disetting atau disesuaikan dengan budaya NSB.

(4) Admneg berorientasi pada masa kini, sedangkan Admpem berorientasi pada masa depan.

(5) Admneg mempunyai fungsi dan berperan sebagai public service, law and order, lebih menekankan kepada tugas-tugas umum (rutin) dalam rangka pelayanan masyarakat (public service) dan tertib pemerintahan, Admpem

Page 63: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

55BAB 3 – Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan

mempunyai fungsi sebagai development function dan agent serta lebih berorientasi kepada pelaksanaan tugas-tugas pembangunan (Development Functions) dari pemerintah.

(6) Admneg netral atau kurang aktif dalam pembangunan, sedangkan Admpem lebih bersikap aktif terhadap pembangunan dan “Developmen Agent” (Penggerak Pembangunan).

(7) Admneg mempergunakan pendektan legalistic approach, sedangkan Admpem menggunakan pendekatan; echological approach, action oriented dan problem solving. Lebih berpendekatan lingkungan (Ekological Approach). Berorientasi pada kegiatan (acton oriented) dan bersifat pemecahan masalah (problem Solving).

(8) Admneg sebagai pelaksana kebijakan, sedangkan Admpem sebagai penentu kebijakan dan sebagai pelaksana change agent

(9) Admneg mengarah kepada terciptanya kerapian aparatur, sedangkan Admpem mengarah kepada administrasi kebijakan dan isi program pembangunan.

(10) Admneg lebih menekankan pada tugas-tugas rutin dalam rangka pelayanan kepada masyarakat, sedangkan Admpem lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas-tugas pembangunan yaitu kemampuan merumuskan kebijakan pembangunan dan pelaksanaan kebijakan.

Beberapa perbedaan antara Admneg dengan Admpem seperti yang telah diungkapkan tidak semua diterima sebagai perbedaan karena perbedaan keduanya lemah, sehingga hal ini akan menimbulkan perdebatan. Mengapa hal ini terjadi? Jawabannya adalah pekembangan dewasa ini, perbedaan antara Admneg dengan Admpem hanya kecil atau sulit dibedakan. Selanjutnya, Ginanjar (1997:15) menegaskan bahwa di negara maju, peranan pemerintah relatif kecil, karena insitusi-institusi

Page 64: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

56 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

masyarakat telah berkembang maju. Bahkan pemerintah yang kecil dan sedikit keterlibatannya lebih dikehendaki. Sebaliknya, di Negara berkembang, dengan segala kekurangannya, pemerintah adalah institusi yang paling maju. Oleh karena itu, tanggung jawab pembangunan terutama berada di pundak pemerintah (administrasi negara). Institusi lain, seperti usaha swasta, pada umumnya belum berkembang.

Page 65: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

57

BAB 4

Administrasi

Pembangunan

Administrasi pembangunan dalam buku ini akan membahas sumbangan atau kontribusi administrasi pembangunan terhadap pembangunan nasional yang

mencakup berbagai aspek kehidupan, terutama dan khususnya pembangunan di bidang sosial yang mencakup pembangunan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi atau sumbangan administrasi pembangunan terhadap pembangunan nasional dapat dikaji dari apa yang harus dilakukan oleh seorang administrator. Kegiatan dasar administrasi atau apa yang harus dilakukan oleh seorang administrator tidak lain dan tidak bukan sama dengan pelaksanaan fungsi- fungsi manajemen. George. R. Terry (1982) menegaskan bahwa fungsi manajemen berisi tentang Planning, Organizing, Actuating dan Controlling (popular dengan akronim POAC), sedangkan Fayol (1949) dalam bukunya yang berjudul Administrasi Industri dan Umum (General and Industrial Administration) mengelompokkan fungsi manajemen ke dalam lima fungsi utama yaitu: Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Commanding (Pemberian Komando, perintah), Coordinating (Pengkoordinasian) dan Controlling (Pengawasan). Fungsi menajemen demikian juga berlaku dan sama dengan fungsi manajemen pembangunan.

Page 66: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

58 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

Fayol (1949) juga menegaskan bahwa administrasi itu pada hakikatnya menyelenggarakan, mengatur, melaksanakan dan mewujudkan apa yang menjadi tujuan organisasi (bisa organisasi negara, politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan). Tidak ada administrasi, sudah dapat dipastikan bahwa tujuan organisasi akan gagal diwujudkan. Oleh karena itu, sumbangan atau kontribusi utama administrasi pembangunan terhadap pembangunan nasional selalu dikaji dari pendekatan manajemen. Dalam pendekatan manajemen ini, selain berbicara fungsi Planning, Organizing, Aktuating dan Controlling (POAC), sekaligus juga bicara tentang alat-alat atau sarana (tools of management). Sarana-sarana manajemen untuk kajian ekonomi dan dunia usaha meliputi atau mencakup 6 M, yaitu: (1) Men (orang), (2) Money (uang), (3) Materials (bahan-bahan), (4) Methode (cara), (5) Machines (mesin-mesin) dan (6) Market (pasar), sedangkan untuk kajian administrasi publik tidak sampai membicarakan Market (pasar). Untuk itu, George. R. Terry (1982) menegaskan bahwa unsur dasar (basic elements) yang merupakan sumber yang dapat digunakan (available resources) untuk mencapai tujuan dalam manajemen adalah Men, Money, Machines, Methods dan Materials. Penjelasan dari masing-masing fungsi manajemen ( pembangunan) dan alat-alat atau sarana (tools of management) seperti yang telah disebutkan, dapat ditelusuri pada penjelasan uraian berikut.

A. Kegiatan Dasar Administrasi Pembangunan

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan dasar administrasi identik dengan fungsi- fungsi manajemen ( pembangunan) yang terdiri dari fungsi Planning, Organizing, Aktuating dan Controlling (POAC). Masing-masing fungsi ini sangat diperlukan dalam pembangunan di bidang apa pun. Untuk itu, apabila salah satu fungsi ini tidak ada atau dihilangkan maka pembangunan yang dilaksanakan akan sulit mencapai hasil seperti yang diharapkan. Benarkah penyataan ini? Untuk menjawab pernyataan ini, tulisan

Page 67: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

59BAB 4 – Administrasi Pembangunan

dalam bab ini akan dimulai dari fungsi menajemen pembangunan yang pertama yaitu perencanaan. Perencanaan dalam bidang dan konteks apa pun, termasuk ruang lingkup nasional, daerah, kecamatan dan desa atau unit organisasi apa pun selalu dijadikan sebagai pengarah, petunjuk, dan penuntun langkah atau pedoman melangkah atau menjadi titik pijakan untuk mewujudkan tujuan. Dalam agama Islam, setiap aktivitas apa pun selalu diawali atau dimulai dengan ucapan “Bismilahirrahmanirrahim”. Apabila ucapan ini diaplikasikan dalam pembangunan nasional, daerah dan desa maka langkah awal pembangunan tersebut dimulai dari perencanaan. Boleh juga dikatakan bahwa fungsi utama perencanaan pembangunan merupakan pedoman pelaksanaan kegiatan, pengarah, dasar pijakan, dasar menyusunan skala prioritas dan sebagai alat (tool) untuk mengukur dan melakukan evaluasi berhasil tidaknya pelaksanaan pembangunan. Lantas timbul pertanyaan: Mengapa pelaksanaan pembangunan tidak berhasil dan adakah hubungan antara masalah pembangunan yang terjadi dengan perencanaan.

Penjelasan dan pertanyaan tersebut bermakna bahwa setiap langkah pembangunan nasional yang baik merupakan langkah pembangunan yang selalu direncanakan. Untuk itu, ada hubungan yang erat antara perencanaan dengan keberhasilan pembangunan. Suatu rencana pada prinsipnya merupakan suatu kegiatan yang ditentukan sebelum melakukan berbagai kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tidak ada perencanaan berarti pelaksanaan kegiatan akan terjadi kegagalan, pemborosan, kerugian, tidak mengarah ke tujuan dan menggunakan uang tanpa perhitungan, termasuk penggunaan sarana manajemen lainnya yang tidak direncanakan. Perencanaan juga dapat dikatakan sebagai suatu bentuk tindakan yang menyeluruh, yang berusaha mengoptimalkan sumber daya, dana, sarana dan sebagainya, dalam mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Perencanaan mau tidak mau harus disusun karena adanya

Page 68: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

60 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

keterbatasan sumber daya yang dimiliki, termasuk keterbatasan kemampuan sumber daya manusia. Untuk itu, sangat tepat apabila dikatakan bahwa perencanaan merupakan tugas pokok administrasi atau manajemen pembangunan yang utama dan pertama. Lantas timbul pertanyaan, apa itu perencanaan dan perencanaan pembangunan serta bagaimana ukuran perencanaan pembangunan yang baik? Untuk menjawab ketiga pertanyaan ini maka kita harus memberikan pengertian atau defi nisi keduanya serta menunjukkan ukuran suatu perencanaan pembangunan yang baik.

Handoko (2003;77-78) menegaskan bahwa perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa, sedangkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 8 tentang Tahapan, Tata Cara, Penyusunan, Pengendalian dan evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Bab I, Pasal 1, ayat (1) mengamanahkan bahwa perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

Selanjutnya, Tjokroamidjojo (1996;12) menegaskan bahwa arti dan fungsi perencanaan yang cukup lengkap adalah: (1) Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, (2) Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (macimum out put) dengan sumber-sumber yang ada, supaya lebih efi sien dan efektif, (3) Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa, (4) Albert Waterston menyebutkan perencanaan pembangunan adalah ”melihat kedepan dengan mengambil pilihan berbagai alternatif dari kegiatan untuk mencapai tujuan masa depan tersebut dengan terus mengikuti, agar supaya pelaksanaannya tidak menyimpang dari tujuan

Page 69: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

61BAB 4 – Administrasi Pembangunan

serta (5) perencanaan pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber pembangunan (termasuk sumber-sumber ekonomi) yang terbatas adanya, untuk mencapai tujuan-tujuan sosial ekonomi yang lebih baik, efi sien dan efektif.

Pendapat Tjokroamidjojo (1996) yang telah diungkapkan di atas diperkuat oleh Solihin (2008) yang menyatakan bahwa ada 6 (enam) fungsi perencanaan yaitu: (1) Perencanaan diharapkan menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan yang ditunjukan untuk mencapai tujuan tertentu, (2) Perencanaan membuat proses pencapaian tujuan lebih terarah, (3) Perencanaan dapat memperkirakan (forecast) terhadap hal-hal yang akan dilalui, (4) Perencanaan memberi kesempatan untuk memilih kombinasi cara terbaik, (5) Perencanaan dilakukan berdasarkan skala prioritas (tujuan, sasaran, maupun tindakan) dan (6) Dengan perencanaan maka akan ada alat ukur untuk melakukan evaluasi. Berdasarkan beberapa pengertian tentang perencanaan seperti yang telah diungkapkan dapat ditegaskan oleh penulis bahwa perencanaan adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar, efi sien dan efektif untuk menetapkan pilihan atau skala prioritas tindakan yang akan dilakukan dalam jangka waktu tertentu, dengan memperhitungkan kemampuan dan ketersediaan sumber daya.

Setelah makna perencanaan dijelaskan maka langkah berikutnya mendiskusikan tentang makna perencanaan pembangunan. Nitisastro (dalam Tjokroamidjojo: 1996;15) menyatakan bahwa aspek substansi perencanaan adalah penetapan tujuan dan alternatif tindakan. Ia berpendapat selengkapnya bahwa perencanaan ini pada asasnya berkisar kepada dua hal. Pertama, penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan konkret yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan. Kedua, pilihan diantara cara-cara alternatif serta rasional guna mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bratakusumah (2004) menegaskan bahwa Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses

Page 70: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

62 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

perumusan alternatif-alternatif atau keputusan- keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/aktivitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fi sik ( material) maupun non fi sik ( mental/spiritual), dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik.

Lebih tegas lagi, Conyers (1984: 5) menyatakan bahwa perencanaan melibatkan hal-hal yang menyangkut pengambilan keputusan atau pilihan mengenai bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada semaksimal mungkin guna mencapai tujuan-tujuan tertentu atau kenyataan-kenyataan yang ada di masa yang akan datang. PP Nomor 8 Tahun 2008, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1, ayat (3) mengamanahkan bahwa perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu. Beberapa pendapat tentang perencanaan pembangunan yang telah disebutkan menimbulkan pandangan penulis bahwa perencanaan pembangunan harus disusun dan ditetapkan menjadi dokumen perencanaan sebagai konsekuensi dari keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh suatu bangsa dan Negara, sedangkan amanah PP tersebut dapat dipahami bahwa dalam penyusunan perencanaan pembangunan dalam berbagai tingkatan sangat memerlukan adanya dukungan atau kontribusi atau partisipasi masyarakat atau stakeholders.

Melengkapi beberapa pengertian yang telah disebutkan, Ginanjar (1997: 49) menyatakan bahwa syarat perencanaan pembangunan yang baik pada umumnya harus memiliki, mengetahui dan memperhitungkan beberapa unsur pokok perencanaan yang terdiri dari:

Page 71: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

63BAB 4 – Administrasi Pembangunan

a. Tujuan akhir yang dikehendaki.b. Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya (yang

mencerminkan pemilihan dari berbagai alternatif).c. Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut.d. Masalah-masalah yang dihadapi.e. Modal atau sumber daya yang akan digunakan serta

pengalokasiannya.f. Kebijakan- kebijakan untuk melaksanakannya.g. Orang, organisasi, atau badan pelaksananya.h. Mekanisme pemantauan, evaluasi dan pengawasan

pelaksanaannya.

Berpijak pada pengertian perencanaan dan perencanaan pembangunan seperti telah diungkapkan dapat ditegaskan bahwa pertanyaan apa itu perencaaan dan apa itu perencanaan pembangunan telah selesai dijawab. Penyataan ini bukan berarti pilihan pengertian dalam tulisan ini merupakan pilihan terbaik. Pengertian yang dipilih di sini belum yang terbaik dan masih banyak tulisan lain yang menjelaskan pengertian perencanaan dan perencanaan pembangunan. Pertanyaan berikutnya yang harus dijawab adalah ukuran atau kriteria perencanaan pembanunan yang baik. Ukuran pertama yang dapat dijadikan bahan diskusi dan kajian tentang perencaaan pembangunan yang baik dapat ditelusuri dari cara perumusan perencaaan pembangunan. Cara perumusan perencanaan pembangunan yang baik perlu mengacu pada hal-hal berikut: (1) Transparan; (2) Responsif; (3) Efi sien; (4) Efektif; (5) Akuntabel; (6) Partisipatif; (7) Terukur; (8) Berkeadilan; (9) Akomodatif; (10) Realistis; dan (11) Berwawasan lingkungan. Masing-masing ukuran dapat dijelaskan sebagai berikut:(1) Transparan bermakna bahwa cara perumusan perencanaan

perlu membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif yang berhubungan dengan perencanaan.

Page 72: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

64 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

(2) Responsif bermakna bahwa cara perumusan perencanaan dapat mengantisipasi berbagai potensi, masalah dan perubahan yang terjadi dan memahami harapan masyarakat

(3) Efi sien dimaknai bahwa pencapaian tujuan atau keluaran tertentu dengan masukan terendah atau masukan terendah dengan keluaran maksimal dalam penggunaan sumber daya.

(4) Efektif merupakan kemampuan mencapai target dengan sumber daya yang dimiliki, dengan cara atau proses yang paling optimal.

(5) Akuntabel bermakna bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari perencanaan pembangunan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Partisipatif merupakan hak masyarakat untuk terlibat dalam setiap proses tahapan perencanaan pembangunan dari pemangku kepentingan ( stakeholders).

(7) Terukur bermakna bahwa penetapan target atau tujuan perencanaan akan dapat dicapai dan bagaimana cara-cara untuk mencapainya.

(8) Berkeadilan merupakan prinsip keseimbangan antarwilayah, sektor, pendapatan, gender dan usia.

(9) Akomodatif bermakna bahwa dokumen perencanaan yang dihasilkan merupakan hasil kesepakatan atau kompromi dari pemangku kepentingan.

(10) Realistis bermakna bahwa dokumen perencanaan yang dihasilkan telah memperhitungkan sumber daya yang diperlukan dan yang tersedia.

(11) Berwawasan lingkungan bermakna bahwa untuk mewujudkan kehidupan yang adil dan makmur tidak harus menimbulkan kerusakan lingkungan dan mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia, dengan

Page 73: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

65BAB 4 – Administrasi Pembangunan

cara menyerasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam yang menopangnya.

Ukuran kedua dari perencanaan pembangunan yang baik atau ideal adalah: (1) Penyusunan dan perumusan dokumen perencanaan melibatkan pemangku kepentingan dan pelaksana perencanaan; (2) Dokumen perencanaan yang dihasilkan sesuai kebutuhan yang menjadi prioritas masyarakat atau dapat menyelesaikan atau menjawab masalah yang dihadapi oleh publik; (3) Dokumen perencanaan yang dihasilkan didukung dan berpijak pada data dan fakta yang ada di lapangan; (4) Dokumen perencanaan yang dihasilkan dapat diimplementasikan oleh pelaksana di lapangan; (5) Dokumen perencanaan memegang prinsif berkesinambungan dalam arti tidak berhenti pada satu tahap, melainkan terus berkelanjutan, sehingga kesejahteraan yang akan diwujudkan akan terlihat tanda-tanda kemajuannya secara terus-menerus; (6) Dokumen perencanaan yang dihasilkan dapat dijadikan pedoman oleh pelaksana, tim monitoring dan evaluasi serta tim pengawas.

Selain itu, dalam perencanaan pembangunan juga perlu didukung oleh suatu sistem perencanaan pembangunan. Untuk itu, kita juga mengenal suatu sistem perencanaan pembangunan yang ideal. Sistem yang baik atau ideal harus dapat memenuhi beberapa indikator sebabagi berikut: (1) Harus bisa mensinergiskan berbagai kepentingan atau kebutuhan publik ( stakeholders), (2) Harus bisa menciptakan dan mendorong tumbuhnya wahana partisipasi publik, (3) Harus mampu menghasilkan kesepakatan publik yang efektif dan dapat meminimasi konfl ik, (4) Substansi atau isi dokumen perencanaan dapat dimengerti oleh pemangku kepentingan, dan (5) Mempunyai daya memotivasi kepada para pelaksana, menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab publik.

Page 74: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

66 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

Perhatian penting berikutnya, setelah dijelaskan mengenai ukuran perencanaan pembangunan yang baik, kita harus mengerti juga tentang pendekatan- pendekatan yang digunakan dalam penyusunan perencanaan pembangunan. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) pada bagian penjelasan ditegaskan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional di Indonesia menggunakan lima pendekatan, dalam seluruh rangkaian perencanaan pembangunan. Kelima pendekatan tersebut terdiri dari: (1) Politik; (2) Teknokratik; (3) Partisipatif; (4) Atas-Bawah (top-down); dan (5) Bawah-Atas (bottom-up). Pendekatan perencanaan pembangunan ini dapat dijelaskan seperti uraian berikut.

Pendekatan politik memandang bahwa program-program pembangunan yang ditawarkan oleh masing-masing calon presiden dan wakil presiden, kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih pada saat kampanye, dituangkan dan disusun ke dalam rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau Daerah (RPJMN/D). Pendekatan ini bermakna bahwa rakyat pemilih dalam menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan oleh masing-masing calon Presiden/Kepala Daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan dalam wujud dokumen RPJMN/D merupakan penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Presiden/Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Dalam praktik perencanaan pembangunan, pendekatan politik lebih mendominasi isi perencanaan pembangunan, khususnya pada dokumen RPJM dan RKP/RKPD dibadingkan pendekatan partisipatif dan Bawah-Atas (bottom-up).

Perencanaan pembangunan dengan pendekatan teknokratik bermakna bahwa penyusunan perencanaan dipersiapkan dan dilakukan oleh perencana profesional, atau oleh lembaga/unit organisasi atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas

Page 75: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

67BAB 4 – Administrasi Pembangunan

untuk itu atau tugasnya menyusun perencanaan pembangunan, menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah. Lembaga atau unit kerja yang memiliki tugas menyusun perencanaan pembangunan di Indonesia adalah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk perencanaan pembangunan di level nasional, sedangkan lembaga pada level daerah disebut Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Oleh karena tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) lembaga ini untuk menyusun perencanaan pembangunan dan mereka menjadi penyusun perencananaan pembangunan yang profesional.

Perencanaan pembangunan dengan pendekatan partisipatif bermakna bahwa proses penyusunan perencanaan dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan ( stakeholders) dalam pembangunan seperti unsur eksekutif, legislatif, yudikatif, perguruan tinggi, media massa, pemimpin-pemimpin informal (tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh agama), perwakilan pemuda, perwakilan perempuan, aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan lainnya. Pelibatan mereka sebagai upaya untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Selain itu, perencanaan partisipasif merupakan hak masyarakat untuk terlibat dalam setiap proses tahapan perencanaan pembangunan dan bersifat inklusif bagi kelompok yang termarginalkan, melalui jalur komunikasi khusus untuk mengakomodasi aspirasi kelompok masyarakat yang tidak memiliki akses dalam pengambilan kebijakan. Dalam praktik penyusunan perencanaan pembangunan, pendekatan partisipatif lebih mengesankan hanya untuk memenuhi mekanisme peraturan perundang-undangan. Perwakilan stakeholders yang diundang pada level desa atau kelurahan cukup mengambarkan dan dapat mencerminkan kondisi dan aspirasi publik. Persoalannya adalah untuk perwakilan warga masyarakat pada level kecamatan dan kabupaten makin tidak terlihat karena 3 (tiga) alasan yaitu: (1) Mereka yang diundang lebih didominasi oleh aparatur pemerintah

Page 76: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

68 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

(kelompok elite), (2) Kesempatan warga bicara hanya diberi waktu yang sedikit dan mereka yang bisa bicara juga hanya sedikit warga serta (3) Tidak sedikit usulan warga yang tidak diakomodasi. Konsekuensi lebih lanjut, penyelenggara Musrenbang pada level desa tidak sedikit yang berharap tidak usah diselenggarakan Musrenbang karena manfaat kegiatan kecil dan hanya membuang-buang waktu.

Pendekatan atas-bawah (top-down) dan bawah-atas (bottom-up) bermakna bahwa dalam penyusunan perencanaan pembangunan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Pendekatan perencanaan pembangunan daerah bawah-atas dan atas-bawah bisa juga bermakna bahwa hasil perencanaan pembangunan diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan mulai dari desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional, sehingga tercipta sinkronisasi dan sinergi pencapaian sasaran rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah. Apabila pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dipisahkan maka pendekatan ini menjadi Bottom-up (dari bawah - ke atas) dan Top down (dari atas - ke bawah). Pendekatan Bottom-up bermakna bahwa proses penyusunan perencanaan pembangunan wajib memperhatikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat seperti penjaringan aspirasi dan kebutuhan masyarakat sebagai upaya untuk melihat konsistensi dengan visi, misi dan program Kepala Daerah Terpilih dan atau memperhatikan dan mengakomodasi aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Pendekatan top down mempunyai makna bahwa proses penyusunan perencanaan pembangunan wajib bersinergi dengan rencana pembangunan dan komitmen pemerintahan di atasnya seperti rencana pembangunan jangka panjang nasional dan daerah (RPJN/D), perencanaan pembangunan jangka menengah nasional dan daerah (RPJMN/D) serta bersinergi dan berkomitmen dengan keputusan Pemerintah terkait dengan tujuan-tujuan pembangunan global seperti Millenium Development Goals, Sustainable Development, pemenuhan

Page 77: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

69BAB 4 – Administrasi Pembangunan

Hak Asasi Manusia, pemenuhan air bersih dan sanitasi, rencana tata ruang wilayah dan daerah (RTRWD), masyarakat ekonomi Asean ( MEA) serta perkembangan lainnya.

Boleh juga dipahami bahwa pendekatan “top down” atau “central approach” berarti isi dokumen perencanaan pembangunan utamanya datang atau berasal dari pemerintah Pusat dan daerah, atau dari lembaga pemerintah dibandingkan dari masyarakat bawah, sedangkan pendekatan lokal (bottom up atau local approach) dalam pembangunan sangat diperlukan, dengan beberapa alasan yaitu: (1). Memahami harapan atau kebutuhan masyarakat yang sesungguhnya, (2) adanya perbedaan potensi dan kemampuan, (3) Adanya keanekaragaman dan kondisi daerah, dan (4) pentingnya pemerataan dalam pembangunan. Pendekatan lokal atau bawah atas (bottom up atau local approach) dalam implementasinya boleh juga disamakan dengan pendekatan partisipatif. Pendekatan ini dilaksanakan hanya sekedar memenuhi persyaratan perundang-undangan sebagai akibat langsung dari dominasi pendekatan politik. Usulan masyarakat ditampung, tetapi usulan tersebut sering kali tidak masuk dalam dokumen RKPD dan atau tidak diakomodasi. Usulan hanya berhenti pada usulan, sedangkan kepastian tidak lanjut tidak dapat diketahui dengan pasti. Salah satu penyebab utamanya karena keterbatasan anggaran (yang selama ini dipandang sebagai alasan klasik).

Oleh karena itu, dalam setiap proses penyusunan perencanaan pembangunan perlu dilaksanakan dengan memasukkan prinsip pemberdayaan, pemerataan, demokratis, desentralistik, transparansi, akuntabel, responsif, dan partisipatif yang dapat melibatkan seluruh unsur lembaga negara, lembaga pemerintah, masyarakat, swasta dan pemangku kepentingan lainnya. Tuntutan penting lainnya adalah perencanaan pembangunan di pusat dan di daerah perlu dilaksanakan melalui lima jalur strategi, yaitu untuk mendukung adanya pertumbuhan (pro-growth), memperbanyak atau memperluas kesempatan kerja (pro-job), mendukung

Page 78: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

70 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

pemerataan, pengentasan kemiskinan (pro-poor) dan pelestarian lingkungan hidup (pro-environment), sekaligus memperhatikan tujuan-tujuan pembangunan global seperti Millenium Development Goals, Sustainable Development, pemenuhan Hak Asasi Manusia, pemenuhan air bersih dan sanitasi, rencana tata ruang wilayah dan daerah (RTRWD), masyarakat ekonomi Asean ( MEA) serta perkembangan lainnya.

Perhatian penting berikutnya di bidang perencanaan pembangunan terkait dengan perkembangan global, khususnya pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA) 2015. Realitas ini menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi oleh kita bersama ( Indonesia). Tantangan yang paling dekat dan sangat konkret berhubungan dengan upaya peningkatan pemahaman publik di kalangan Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat baik di tingkat Pusat maupun Daerah, khususnya apa itu MEA, apa manfaat, mengapa Indonesia mendukung, siapkah kita ini dan ada peluang apa yang dapat diperoleh atau bisa dioptimalkan oleh kita dengan pelaksanaan MEA 2015. Bisakah bangsa Indonesia memanfaatkan peluang dengan adanya pembentukan MEA. Di sana ada peluang dan tantangan, yang salah satunya akan terbuka pasar baru bagi barang, jasa, investasi, pekerja terampil dan arus modal di kawasan ASEAN. Di lain pihak, Bangsa Indonesia harus selalu siap untuk bekerja keras sebagai upaya menangkap peluang, sekaligus untuk meningkatkan daya saing dan memperkuat ketahanan nasional, agar dapat bersaing dengan negara ASEAN lainnya. Semua hal harus diperhitungkan dalam perencanaan pembangunan karena realitas menunjukkan bahwa: (1) Tantangan pembangunan ke depan jauh lebih sulit dan makin kompleks, (2) Memerlukan berbagai pendekatan dan disiplin ilmu, (3) Kebutuhan manusia lebih besar daripada sumber daya yang tersedia dan (4) Kita menginginkan adanya rumusan kegiatan perencanaan pembangunan secara efektif dan efi sien, sekaligus dapat memberi hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber

Page 79: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

71BAB 4 – Administrasi Pembangunan

daya yang ada dan terbatas jumlahnya, serta mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang ada.

Setelah membicarakan perencanaan pembangunan seperti yang telah dijelaskan maka fungsi manajemen pembangunan berikutnya yang akan didiskusikan adalah fungsi pengorganisasian. Ada beberapa aktivitas yang dapat dimasukkan ke dalam fungsi pengorganisasian yaitu: (1) Pengelompokkan kegiatan melalui penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi- fungsi dari setiap unit organisasi; (2) Mengelompokan orang-orang serta Pembagian kerja (division of labor), fungsi, wewenang serta tanggung jawab masing-masing orang; (3) Menetapkan kedudukan dan penetapan hubungan antar sumber daya manusia yang ada dan hubungan antar pekerjaan yang efektif; (4) Pemberian iklim serta fasilitas pekerjaan yang wajar, sehingga sumber daya manusia yang ada dapat bekerja secara efi sien; (5) Penetapan garis kewenangan agar setiap anggota dalam organisasi bisa mengetahui kepada siapa dia memberi perintah dan dari siapa dia menerima perintah; dan (6) Pengembangan sumber daya manusia;

Fungsi pengorganisasian ini apabila diaplikasikan dalam pembangunan nasional maka pengorganisasian pembangunan akan mencakup aktivitas: (1) Penyiapan dan dukungan kebijakan; (2) Penyiapan dan penguatan kelembagaan untuk pelaksanaan rencana pembangunan, pembagian tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab; (3) Penyiapan sumber daya manusia sebagai pengelola lembaga dan pelaksana pembangunan; (4) Penyiapan anggaran biaya pembangunan yang tidak sedikit jumlahnya dan pertanggungjawaban penggunaan anggaran; (5) Penyiapan dukungan teknologi yang dibutuhkan dalam pembangunan; (6) Penumbuhan dan mobilisasi partisipasi masyarakat yang terkait dengan dukungan anggaran dan pelaksanaan pembangunan, penumbuhan rasa memiliki, memelihara hasil dan tanggung jawab terhadap hasi-hasil pembangunan; dan (7) Mobilisasi dan alokasi sumber daya fi sik untuk mendukung pelaksanaan

Page 80: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

72 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

pembangunan. Persoalan partisipasi masyarakat (rakyat) dalam 2 (dua) dasa warsa terakhir yang terkait dengan penumbuhan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dalam realitasnya begitu sulit atau tidak mudah. Hal ini terjadi karena hampir semua kegiatan pembangunan (baik fi sik maupun nonfi sik) menggunakan pendekatan proyek, sehingga aparat desa dan warganya banyak yang tidak tahu atau tahu-tahu setelah proyek berjalan; Konsekunesi lebih lanjut dari pendekatan proyek adalah gotong royong menjadi makin tergerus atau secara perlahan-lahan tetapi pasti bahwa gotong royong semakin menghilang, dan berubah menjadi “cuek” atau masa “bodo” dengan pembangunan dan makin menghilang rasa memiliki terhadap barang-barang milik publik. Lebih ironis lagi, apabila hal demikian menimbulkan ketidak-percayaan kepada penguasa, sehingga warga masyarakat makin sulit berpartisipasi.

Setelah fungsi perencanaan dan pengorganisasian pembangunan dijelaskan maka penjelasan berikutnya berhubungan dengan fungsi pemberian komando, perintah, pengarahan dan atau penggerakan pembangunan (Directing atau Commanding, Coordinating atau Motivating). Secara umum, fungsi ini berisi aktivitas: (1) Memberikan bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi maing-masing; (2) Melakukan Koordinasi atau pengintegrasian kegiatan dari berbagai unit organisasi dalam mencapai tujuan atau kegiatan menghubungkan, menyatukan, dan menyelaraskan pekerjaan anggota organisasi; (3) Mengadakan pertemuan untuk memberikan penjelasan, bimbingan atau nasihat, dan mengadakan coaching dan bila perlu memberi teguran; (4) Pemberian inspirasi, membina, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara sukarela, senang hati dan lebih termotivasi dalam pelaksanaan tugas. George R. Terry (1986) menegaskan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok, sehingga mereka

Page 81: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

73BAB 4 – Administrasi Pembangunan

berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan ( organisasi) dan sasaran anggota-anggota perusahaan.

Pendorongan mencakup dorongan atau perangsang yang bersifat kerohanian seperti pemberian pujian di muka umum (lingkungan organisasi), dihargai pendapat dan saran-sarannya, kenaikan pangkat, pemberian pendidikan dan pengembangan karier, penambahan pengalaman, penyelenggaraan human relations dengan tepat, pemberian cuti dan lain-lain, sedangkan dorongan kejasmanian seperti sistem upah dan gaji yang menggairahkan, pemberian tunjangan-tunjangan, serta distribusi sandang dan pangan, penyediaan perumahan, kendaraan, jaminan pemeliharaan kesehatan dan lain-lain. Secara umum, tujuan fungsi aktuating (penggerakan): (1) Menciptakan iklim kebersamaan dan kebanggaan terhadap lembaga; (2) Menciptakan kerja sama yang lebih baik; (3) Pengembangkan kemampuan dan keterampilan staf; (4) Menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab serta cinta terhadap pekerjaan; (5) Untuk membangun iklim kerja yang dapat meningkatkan semangat membangun dan prestasi kerja; (6) Membuat organisasi berkembang lebih baik sesuai tuntutan zaman.

Fungsi manajemen terakhir adalah fungsi pengawasan pembangunan. Banyak argumentasi dan alasan mengapa fungsi pengawasan pembangunan begitu vital yaitu: (1) Untuk menjamin bahwa pelaksanaan pembangunan mengacu atau berpedoman pada perencanaan yang telah ditetapkan; (2) Untuk mengendalian penggunaan dan pemanfaatan sarana pembangunan yang terdiri dari Men, Money, Machines, Methods dan Materials, sesuai tahapan pelaksanaan pembangunan; (3) Untuk melakukan penilaian dan koreksi terhadap kelemahan-kelemahan dan kekurangan dalam pelaksanaan, sebagai upaya untuk melakukan perbaikan dan tindakan pencegahan (tindakan yang bersifat prefentif); (4) Masih tingginya tindak pidana korupsi dalam berbagai pelaksanaan pembangunan; (5) Temuan atau output pengawasan akan menjadi

Page 82: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

74 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

umpan balik (perbaikan, masukan serta penyempurnaan) bagi perencanaan di masa yang akan datang.

Lebih fokus lagi, mengapa pengawasan pembangunan sangat diperlukan karena tindak pidana korupsi telah menjadi salah satu penyakit kronis yang sangat mencemaskan di Indonesia. Malahan fenomena korupsi telah menjadi bagian hidup keseharian manusia, dilakukan oleh banyak orang dan tersebar di mana-mana, semakin meluas dan telah merambah berbagai lembaga mulai dari Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif di level pusat dan daerah serta berbagai unit kerja. Realitas ini telah menjadi faktor penghambat utama mengapa pelaksanaan pembangunan di Indonesia kurang berhasil dan mengalami kebocoran di sana sini. Lebih merisaukan lagi, fenomena korupsi telah menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah, terus berkembang menjadi ketidakpatuhan masyarakat terhadap hukum, serta semakin bertambahnya jumlah angka kemiskinan absolut.

Berpijak pada realitas yang telah diungkapkan menegaskan bahwa pengawasan pembangunan merupakan kegiatan yang abadi atau terus-menerus diperlukan. Setiap ada pembangunan sudah pasti diperlukan adanya pengawasan pembangunan. Dalam situasi yang demikian, kita bisa mempertanyakan atau mengajukan pertanyaan: Kapan pengawasan tidak penting atau tidak diperlukan lagi atau kapan pengawasan pembangunan berakhir? Pertanyaan demikian umumnya akan dijawab: (1) Pengawasan pembangunan sangat penting dan tidak akan berakhir, (2) Pengawasan berakhir setelah kegiatan pembangunan selesai. Jawaban demikian sudah ada nilainya, tetapi nilai yang didapat belum optimal. Lalu timbul pertanyaan: Bagaimana jawaban yang memiliki nilai optimal dan bisa berlaku kapan pun dan dimanapun. Jawabannya adalah pengawasan tidak kita perlukan atau pengawasan tidak penting lagi, setelah setiap orang (manusia) telah tumbuh internal kontrolnya. Maksud dari jawaban ini adalah orang yang telah tumbuh internal kontrolnya

Page 83: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

75BAB 4 – Administrasi Pembangunan

telah mampu dan menyadari mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan atau mana yang benar dan mana yang salah. Manusia dalam hal ini bukan sekedar tahu dan menyadari, tetapi juga tidak akan melakukan perbuatan yang salah, tercela dan perilaku-perilaku menyimpang lainnya. Apabila internal control demikian telah terpatri atau melekat dalam hati kecil semua manusia, khususnya Indonesia maka pengawasan pembangunan tidak penting untuk dilakukan atau pengawasan pembangunan tidak diperlukan. Bisakah tuntutan demikian diwujudkan? Jawaban kelompok optimis akan menjawab bisa, sedangkan yang pesimis akan menjawab tidak mungkin internal kontrol dapat tumbuh pada setiap manusia. Mereka akan selalu mendukung bahwa pengawasan pembangunan tetap penting dan diperlukan sampai kapan pun.

Ginanjar (1997:65) menegaskan bahwa pelaksanaan pembangunan pada hakikatnya melibatkan 3 (tiga) faktor yaitu: (1) Manusia dengan beragam prilakunya, (2) Faktor dana yang tergantung pada kemampuan keuangan Negara dan (3) Faktor alam yang sulit diramalkan. Untuk itu, agar pelaksanaan pengawasan pembangunan mencapai hasil yang optimal maka fokus pengawasan perlu diarahkan kepada pemanfaatan ketiga faktor tersebut. Lebih khusus lagi, pengawasan pembangunan lebih menekankan pada pengawasan penggunaan dan pemanfaatan sumber daya manusia dan uang untuk menjamin efektivitas dan efi siensi pelaksanaan pembangunan.

Pertanyaan berikutnya yang perlu dijawab adalah bagaimana ukuran atau kriteria pengawasan pembangunan yang berhasil? Ukuran atau kriteria pengawasan pembangunan yang berhasil adalah: (1) Pelaksanaan pengawasan mengacu atau berpedoman pada dokumen perencanaan; (2) Pelaksana pengawasan menguasai objek yang diawasi; (3) Pelaksana pengawasan bertindak objektif dalam pelaksanaan tugasnya dalam arti mengatakan atau menyebutkan apa adanya terhadap temuannya;

Page 84: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

76 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

(4) Memperhatikan secara sungguh-sungguh pengaduan awak media dan masyarakat; (5) Hasil temuannya dipublis; (6) Ada tindak lanjut yang jelas dan tegas dari hasil temuan, yang bisa menimbulkan efek jera; (7) Hasil temuan pengawasan yang berulang pada objek yang sama diambil tindakan atau sanksi yang lebih berat; dan (8) Untuk pengawasan pada pembangunan yang memerlukan dana besar, pelaksana pengawasan berbentuk tim pengawas terpadu yang berasal dari pusat dan daerah, dengan menyertakan awak media massa dan aktivis lembawa swadaya masyarat (LSM).

Selanjutnya, kegiatan dasar administrasi pembangunan seperti yang telah dijelaskan baru akan berfungsi atau akan berjalan dengan baik atau dapat mewujudkan tujuan pembangunan, apabila didukung oleh Men (orang) yang menjadi sarana terpenting atau yang paling penting. Manusia menjadi subjek dan ada pula yang menjadi objek pembangunan. Tanpa manusia sebagai penggerak sarana dan kegiatan dasar administrasi pembangunan, maka sarana dan kegiatan dasar tersebut tidak memiliki arti apa-apa. Semua memerlukan manusia sebagai penggerak dan pengatur, sehingga manusia menjadi faktor yang dominan dan menentukan. Manusia juga berfungsi sebagai penggerak, motivator maupun dinamisator pembangunan.

Supaya kerja keras dan semangat kerja manusia tetap terjamin maka manusia memerlukan dukungan sarana lainnya yaitu Money, Machines, Methods dan Materials. Manusia bisa hilang capeknya dan terus termotivasi setelah mendapat uang. Uang dalam hal ini menjadi sarana utama mencapai tujuan. Uang juga diperlukan untuk membiayai sumber daya manusia sebagai tenaga kerja, membeli atau pengadaan material pembangunan dan pembelian mesin serta dapat digunakan untuk membiayai penelitian dalam rangka menemukan cara-cara terbaik (methode) dalam pelaksanaan pembangunan. Di sisi lain, manusia juga bisa lelah dan tidak jarang merasa jenuh dengan tugas pokok dan fungsinya

Page 85: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

77BAB 4 – Administrasi Pembangunan

dalam pembangunan. Untuk itu, agar rasa lelah dan jenuh dapat diminimalkan maka manusia memerlukan peralatan atau mesin. Bekerja dengan menggunakan mesin akan sangat membantu menghilangkan rasa capek, mempercepat, memperlancar proses penyelesaian pekerjaan, serta melipatgandakan hasil produksi. Manusia juga memerlukan dukungan cara dan material. Bagaimana cara yang tepat untuk pelaksanaan pembangunan, pengelolaan keuangan atau memobilisasi dana pembangunan dan cara pengawasan yang baik atau pun cara-cara lainnya. Material dapat berupa informasi atau data, bahan mentah, bahan setengah jadi maupun bahan jadi. Material dalam pembangunan dapat berbentuk bahan mentah, bahan setengah jadi maupun bahan jadi.

Semua sarana seperti yang telah dijelaskan sangat diperlukan dalam pembangunan nasional dan harus diatur. Tidak ada dukungan sarana manajemen yang terdiri dari Men, Money, Machines, Methods dan Materials maka pembangunan tidak dapat berjalan. Tugas administrator pembangunan adalah mengatur dan mengendalikan penggunaan sarana pembangunan, sehingga pengaturan dan pengendalian yang dilakukan dapat mewujudkan tujuan pembangunan yaitu peningkatan dan perbaikan kesejahteraan rakyat seoptimal mungkin.

B. Pembangunan Aspek Sosial

Aspek-aspek dalam pembangunan tidak hanya berbicara aspek ekonomi, tetapi juga mencakup aspek ideologi, politik, sosial budaya, pertahanan keamanan, hukum, administrasi dan aspek sosial lainnya. Sungguh pun begitu, aspek pembangunan sosial dalam buku ini lebih menekankan pada pembangunan aspek Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Pertahanan Keamanan. Berbagai aspek pembangunan ini mempunyai hakikat tujuan yang sama yaitu mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan. Supaya aspek-aspek pembangunan ini dapat meningkatkan kesejahteraan

Page 86: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

78 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

rakyat maka aspek-aspek sosial ini perlu dan wajib dikelola atau dimanage (diatur) dengan baik. Dengan pernyataan lain, pembangunan aspek sosial memerlukan dukungan manajemen ( pembangunan) melalui fungsi-fungsinya yang terdiri dari Planning, Organizing, Aktuating dan Controlling (POAC) serta sarana manajemen yang terdiri dari Men, Money, Machines, Methods dan Materials, seperti yang telah dijelaskan. Selain dukungan manajemen pembangunan, pembangunan (development) pada aspek sosial ini, secara umum menganut 6 (enam) paradigma, yaitu (1) Pertumbuhan (growth), (2) Pemerataan yang berkeadilan (equity), (3) Perbaikan (improvement), (4) Perubahan (change), (5) Stabilitas (stability) dan (6) Berkelanjutan (sustainable). Penjelasan yang lebih mendalam tentang pembangunan aspek sosial, dijelaskan seperti uraian berikut.

Pembangunan pada aspek ideologi akan diawali dari pengertian tentang ideologi. Alfi an (1980:187) menegaskan bahwa Ideologi dapat diartikan sebagai suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam yang dipunyai dan dipegang oleh suatu masyarakat tentang bagaimana cara yang sebaiknya yaitu secara moral dianggap benar dan adil yang mengatur tingkah laku mereka bersama dalam berbagai aspek kehidupan duniawai. Pandangan Alfi an ini bisa dimaknai bahwa masalah-masalah kehidupan bernegara, bebangsa dan bermasyarakat akan dapat diselesaikan apabila semua anak bangsa berkomitmen untuk memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang dikandung dalam ideologi bangsa dan negara, termasuk bagaimana cara bangsa dan negara yang bersangkutan mengejar kebahagiaan lahir dan batin.

Persoalan ideologi bagi bangsa dan negara Indonesia masih masuk kategori masalah yang krusial. Hal ini bukan terkait dengan nama ideologi, melainkan terkait langsung dengan masalah pengamalan ideologi Pancasila. Beberapa indikasi kerawanan Pancasila yang terkait dengan pengamalan antara lain:

Page 87: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

79BAB 4 – Administrasi Pembangunan

(1) Masih cukup besar dari anak bangsa kita, termasuk pejabat kita yang merasa alergi untuk menyebut Pancasila, (2) Sebagian besar anak bangsa lupa dan mulai melupakan atau berpaling dari Pancasila dan beranggapan bahwa Pancasila merupakan masa lalu, (3) Sebagian warga Negara Indonesia (WNI) berpandangan bahwa menyebut Pancasila sama dengan tidak reformis dan atau orang Orde Baru (Orba), (4) Banyak anak bangsa yang tidak tahu dengan sila-sila Pancasila, (5) Banyak WNI hapal Pancasila di luar kepala, tetapi sangat kurang atau lemah dalam pengamalannya, (6) Banyak pemimpin kita (formal maupun Informal) yang tidak dapat dijadikan panutan (teladan) dalam pengamalan Pancasila dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (7) Banyak pemimpin kita yang munafi k, (8) Banyak penegak hukum yang memperjual belikan keadilan, yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, (9) Banyak orang yang sebenarnya salah yang seharusnya dihukum, tetapi tetap bebas di luar serta beberapa fenomena lainnya yang tidak sejalan dengan ideologi Pancasila.

Untuk level kelembagaan atau organisasi, secara legal formal memang telah mencantumkan Pancasila sebagai dasar lembaga atau organisasi. Persoalannya adalah pencantuman Pancasila tersebut hanya sekedar memenuhi persyaratan formal, tetapi secara material tidak mewarnai langkah perjuangan organisasi. Di sisi lain, hampir semua aspek kehidupan kita (politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan keamanan) menghadapi persoalan-persoalan besar yang dapat membahayakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mengapa berbagai persoalan tersebut muncul dan menimbulkan ancaman terhadap kelangsungan hidup masyarakat, bangsa dan negara? Jawaban atas pertanyaan ini tidak lain dan tidak bukan karena banyak anak bangsa, termasuk pemimpin-pemimpin kita yang melupakan Pancasila, tidak memiliki komitmen dan tidak serius dalam pengamalannya. Kita harus sadar bahwa Pancasila memiliki nilai strategis dilihat dari fungsi dan kedudukannya bagi bangsa dan

Page 88: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

80 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

negara Indonesia. Fungsi dan kedudukan Pancasila yang mulai ditinggalkan atau dilupakan adalah: (1) Pancasila sebagai Dasar Negara; (2) Pandangan Hidup Bangsa; (3) Kepribadian Bangsa Indonesia; (4) Jiwa Bangsa Indonesia; (5) Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia dan (6) Tujuan Hidup Bangsa Indonesia. Masing-masing fungsi dan kedudukan Pancasila ini dapat dijelaskan secara garis besar seperti uraian berikut.

Pancasila sebagai dasar Negara memiliki makna bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum yang belaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI). Untuk itu, semua produk hukum di negeri ini tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan menjadikan Pancasila sebagai sumber acuan atau pedoman dalam menyusun peraturan perundang-undangan. Pancasila sebagai pandangan hidup bermakna bahwa Pancasila yang mempersatukan kita semua dan memberi petunjuk kepada bangsa ini dalam mencapai kesejahteraan serta kebahagian lahir dan batin dalam masyarakat yang majemuk. Bermula dari sini, kita bisa mengajukan pertanyaan: Apa yang terjadi jika suatu bangsa tidak memiliki Ideologi sebagai pandangan hidup.

Hal-hal yang akan terjadi apabila suatu bangsa tidak memiliki pandangan hidup antara lain: (1) Bangsa Indonesia akan mudah terombang-ambing dalam menghadapi pesoalan-persoalan besar dari dalam negeri maupun luar negeri atau tidak dapat berdiri kokoh; (2) Bangsa ini tidak akan mengetahui kearah mana tujuan yang ingin dicapai; (3) Bangsa ini juga tidak akan mengetahui berbagai persoalan yang dihadapi dan tidak tahu bagaimana cara mengatasinya; (4) Tidak dapat menjawab persoalan ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan (Hankam); serta (5) Tidak mempunyai pegangan, penuntun, pembimbing dan pengarah supaya bisa berdiri kokoh dan selamat sampai ke tujuan. Sebaliknya, bangsa yang memiliki pandangan hidup: (1) Bangsa Indonesia akan mengetahui dengan persis tentang kehidupan yang dicita-citakan; (2) Bangsa ini akan memiliki gambaran tentang

Page 89: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

81BAB 4 – Administrasi Pembangunan

kehidupan yang dianggap baik, benar, bahagia lahir dan batin serta adil dan makmur; (3) Kita tidak akan mudah terombang-ambing atau dapat berdiri kokoh; (4) Kita akan dapat mengatasi berbagai permasalahan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Hankam; (5) Kita akan selamat sampai ketujuan yang ingin kita capai; (6) Kita akan memiliki pedoman, pegangan dan atau penuntun supaya kita menjadi selamat dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia bermakna bahwa nilai-nilai Pancasila telah menjadi budaya bangsa Indonesia dan telah menjiwai dan bahkan sudah ada nilai-nilai yang telah mendarah-daging atau telah menjadi bagian kehidupan keseharian. Untuk itu, mencabut Pancasila berarti menjabut jiwa bangsa Indonesia. Pancasila sebagai kepribadian Indonesia bermakna bahwa kepribadian bangsa Indonesia bersumber dari nilai-nilai Pancasila. Kedua fungsi dan kedudukan Pancasila ini bukan muncul secara tiba-tiba, melainkan telah ada dan diamalkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia, baik di masa pra kolonial, masa penjajahan, masa perjuangan mengusir penjajah, dan masa kemerdekaan. Beberapa contoh kepribadian yang diwariskan oleh nenek moyang kita antara lain: (1) Dalam berjuang tidak mengenal lelah dan pantang untuk menyerah; (2) Selalu berdoa dalam berjuang, (3) Bangsa Indonesia lahir atas kekuatan sendiri; dan (4) Percaya pada diri sendiri.

Beberapa nilai strategis Pancasila, sekaligus dapat menjadi acuan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang telah dijelaskan perlu dipahami dan diamalkan oleh semua anaka bangsa karena: (1) Hidup manusia akan bahagia jika ada keselarasan dan keseimbangan baik dalam hidup manusia sebagai pribadi, sebagai makhluk sosial, dalam hubungan manusia dengan masyarakat, hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagian rohaniah; (2) Memberikan inspirasi dan semangat

Page 90: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

82 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

hidup; (3) Menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi dan golongan; (4) Menumbuhkan rasa bangga terhadap bangsa dan Negara; (5) Menumbuhkan rasa cinta tanah air atau nusa dan bangsa; (6) Menumbuhkan kesadaran rela berkorban untuk nusa dan bangsa; (7) Menumbuhkan jiwa patriotisme atau nasionalisme; (8) Menumbuhkan rasa percaya diri; (9) Menumbuhkan rasa persatuan; (10) Menumbuhkan penghargaan terhadap orang lain; (11) Menumbuhkan tolerasi dan masih banyak lainnya serta (12) Memahami akan hak dan kewajiban dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Yudi Latif (2011) dalam Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara (2012) menegaskan bahwa ada beberapa pokok moralitas dan haluan kebangsaan-kenegaraan menurut alam Pancasila. Pokok Moralitas tersebut adalah: Pertama, Nilai ketuhanan (sila Pertama) menjadi sumber etika dan spiritualitas yang sangat penting sebagai fundamen etik kehidupan bernegara. Dalam hal ini Indonesia bukanlah Negara sekuler yang ekstrim, yang memisahkan agama dan Negara serta berpretensi untuk menyudutkan peran agama ke dalam ruang privat/komunitas. Negara menurut Pancasila harus dapat melindungi dan mengembangkan kehidupan beragama. Agama sendiri diharapkan mempunyai peran publik sebagai penguat etika sosial. Di sisi lain, Indonesia juga bukan Negara agama, tetapi Indonesia mempunyai kewajiban melindungi semua agama dan kepercayaan.

Kedua, nilai-nilai kemanusiaan menurut alam Pancasila merupakan nilai universal yang bersumber dari hukum Tuhan, hukum alam dan sifat-sifat sosial manusia menjadi nilai fundamental etika politik kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta dalam pergaulan dunia. Prinsif kebangsaan kita mengarah pada persaudaraan dunia melalui jalan eksternalisasi dan internalisasi. Secara eksternalisasi bangsa Indonesia menggunakan segenap daya dan secara bebas aktif ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

Page 91: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

83BAB 4 – Administrasi Pembangunan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, sedangkan secara internalisasi bangsa Indonesia mengakui dan memuliakan hak-hak dasar warga dan penduduk negeri, dengan landasan etik adil dan beradab. Malahan pengembangan dan pemuliaan nilai-nilai kemanusian di Indonesia mendahului Universal Declaration of Human Right, yang baru dideklarasikan pada 1948.

Ketiga, dalam internalisasi nilai persaudaraan kemanusiaan ini, Indonesia adalah Negara persatuan kebangsaan yang mengatasi paham golongan dan perseorangan. Persatuan dan kebhinekaan masyarakat Indonesia dikelola berdasarkan konsepsi kebangsaan yang mengekspresikan persatuan dalam keragaman dan keragaman dalam persatuan, yang dislogankan “Bhinneka Tugal Ika”. Bangsa ini mencari titik temu dari segala kebhinnekaan melalui Negara persatuan, bahasa persatuan, bendera, lambang Negara, lagu kebangsaan dan symbol-simbul lainnya. Di sisi lain, ada wawasan pluralisme yang menerima dan memberi ruang hidup aneka perbedaan seperti agama/keyakinan, budaya dan bahasa daerah.

Keempat, nilai Ketuhanan, nilai kemanusiaan serta cita-cita bangsa menurut alam pemikiran Pancasila dalam aktualisasinya harus menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam semangat permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Dalam visi demokrasi terlihat melalui Penguatan kedaulatan rakyat. Kebebasan politik berkeadilan dengan kesetaraan ekonomi, yang menghidupkan semangat persaudaraan dalam kerangka musyawarah mufakat. Dalam prinsif musyawarah mufakat, keputusan tidak didikte oleh golongan mayoritas (mayorokrasi) atau kekuatan minoritas elit politik dan penguasa (minorokrasi), melainkan dipimpin oleh hikmat/kebijaksanaan yang memuliakan daya-daya rasionalitas dan kearifan setiap warga tanpa pandang bulu. Oleh karena itu, gagasan demokrasi permusyawaratan ala Indonesia menekankan konsensus dan menyelaraskan demokrasi politik dan ekonomi.

Kelima, menurut alam pemikiran Pancasila, nilai ketuhanan,

Page 92: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

84 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

nilai kemanusiaan, nilai dan cita-cita kebangsaan serta demokrasi permusyawaratan dapat direalisasikan sejauh dapat mewujudkan keadilan sosial. Di sisi lain, keadilan sosial juga dapat diwujudkan melalui dukungan keempat nilai lainnya. Dalam visi keadilan sosial, Pancasila menghendaki dan mengajarkan tentang keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani, keseimbangan antara peran manusia sebagai mahkluk individu (yang terlembaga dalam pasar) dan peran manusia sebagai mahkluk sosial (yang terlemba dalam Negara), juga keseimbangan antara pemenuhan hak sipil dan politik dengan hak ekonomi, sosial dan budaya.

Oleh karena itu, tantangan pembangunan ideologi Pancasila di masa kini dan mendatang yang harus disikapi secara sungguh-sungguh oleh bangsa dan Negara Indonesia adalah: (1) Penerapan dan atau pengamalan Pancasila memerlukan

aktualisasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mengikuti perkembangan dan tuntutan global, dengan tetap mempertahankan ke-Indonesiaan atau keperibadian bangsa Indonesia;

(2) Ada beberapa langkah dalam penanaman nilai-nilai Pancasila dan proses pengamalannya. Langkahnya dimulai dari tahap pengenalan dan pemahaman (knowing the good atau learning to know) apa itu Pancasila dan nilai-nilai yang dikandung. Cara yang dapat ditempuh melalui pendidikan formal dan informal, sosialisasi, penulisan buku praktis untuk diserbarluaskan dan bisa juga melalui diskusi, publikasi melalui media massa dan media sosial. Untuk tahap ini lebih fokus pada makanan akal atau otak. Dilanjutkan dengan langkah kedua pada penumbuhan rasa cinta dan pengamalan nilai-nilai Pancasila sebagai gerakan bersama, sekaligus dapat mewarnai berbagai aspek kehidupan. Langkah pertama ini dianggap berhasil apabila warga Negara ( Indonesia) tumbuh rasa cinta terhadap nilai-nilai Pancasila (langkah kedua) atau loving the good, dengan fokus atau sasaran utama untuk memberi makanan

Page 93: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

85BAB 4 – Administrasi Pembangunan

pada hati atau perasaan, jiwa atau emosional seseorang dan akhirnya diikuti pengamalan nilai-nilai Pancasila (doing the good, learning to do, learning to live together dan learning to be) yang dilandasi rasa cinta dan bangga dengan Pancasila untuk diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dengan sasaran utama pada aspek perilaku;

(3) Langkah ketiga adalah gerakan cinta dan pengamalan Pancasila menjadi gerakan bersama yang masif serta ditanamkan sejak usia dini sampai mencapai usia generasi muda, sedangkan generasi tua, termasuk pemimpin formal dan informal, dosen, guru, penegak hukum, aparatur negara dan orang tua berperan membangun gerakan moralitas keteladanan;

(4) Pemantapan Pancasila sebagai visi kebangsaan dan sebagai sumber demokrasi Indonesia;

(5) Pancasila harus dapat memayungi reformasi di segala bidang kehidupan, sehingga perjalanan reformasi tidak kehilangan arah dan dapat mengelola konfl ik secara benar dan tepat;

(6) Pancasila harus menjadi acuan dan mendasari sistem kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan;

(7) Pancasila harus menjadi basis moralitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam berbagai aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan dan lain-lain.

Pembangunan aspek sosial kedua adalah pembangunan bidang politik. Banyak ukuran keberhasilan atau ketidak berhasilan pembangunan aspek ini. Mereka yang berpandangan keberhasilan pembangunan politik sama dengan kebebasan akan berpandangan bahwa kebebasan yang terjamin menjadi kata kunci keberhasilan pembangunan politik. Mereka bisa dengan bebas mengkritisi, menyatakan pendapat di muka umum tanpa rasa takut, perbedaan pendapat dan pandangan dijamin dan

Page 94: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

86 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

dilindungi, hak asasi manusia ( HAM) dilindungi dan dijamin serta adanya jaminan kehidupan yang demokratis. Bagi kebanyakan Negara sedang berkembang yang awalnya menerapkan kebijakan dengan pendekatan stabilitas politik, mereka pasti akan mereformasi kehidupan politik menjadi lebih bebas atau meniru kebebasan di Negara pendukung ideologi Liberal. Mereka ingin terbebas dari belenggu stabilitas dan atau berbagai pembatasan kebebasan yang terjadi selama ini. Ia juga membayangkan bahwa kebebasan dapat menjamin kehidupan mereka yang lebih bahagia, dihargai pendapat dan idenya atau mereka membayangkan bisa menyalurkan ide dan tuntutan kepada wakilnya yang duduk di lembaga perwakilan (legislatif), ikut menentukan siapa presiden dan wakilnya atau gubernur, walikota, bupati dan wakilnya.

Beberapa harapan dan praktik kebebasan tersebut telah mereka dapatkan. Persoalannya adalah mereka juga sering tidak menyadari bahwa membangun kehidupan yang bebas atau demokratis memerlukan persyaratan yang tidak mudah. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan dapat mendukung kehidupan yang demokratis adalah: (1) Tingkat pendidikan warga tinggi; (2) Tingkat ekonomi warga sudah tergolong sejahtera; (3) Memiliki kedewasaan yang terkait dengan menghargai

pendapat dan perbedaan, tidak memaksakan kehendak, dan dalam berjuang berlangsung secara damai atau tidak anarkis;

(4) Jika salah, ia atau mereka siap bertanggung jawab, termasuk siap mengundurkan diri, bukannya mencari “kambing hitam”;

(5) Sistem yang dibangun sudah mapan atau kuat, sehingga setiap ada pergantian rezim (penguasa atau pemimpin) tidak berpengaruh negatif pada aspek kehidupan masyarakat;

(6) Budayanya mendukung; (7) Infrastuktur telah siap dan mendukung seperti media massa

Page 95: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

87BAB 4 – Administrasi Pembangunan

eletronik maupun cetak, dalam wujud pemberitaan yang objektif dan berimbang sebagai proses pembelajaran semua anak bangsa.

Oleh karena persyaratan yang harus dipenuhi seperti yang telah diungkap belum mendukung, maka dalam realitas kehidupan politik bermunculan sikap dan pandangan yang bernada mengancam, seperti: jika aspirasi kami tidak dipenuhi maka kami pilih merdeka atau berpisah dengan pemerintah pusat, sedikit-sedikit terjadi demo atau pengerahan massa dalam memperjuangan aspirasi dan tuntutan, menggunakan kebebasan yang tidak beretika dan berlebihan, apabila terjadi perbedaan maka pilihan yang diutamakan adalah voting, sedikit-sedikit demi HAM dan beberapa anak bangsa yang menyebut dirinya sebagai pengamat berupaya mengkritisi semua hal dan mengesankan bahwa ia paling tahu, baik, bersih, hebat dan atau paling benar. Situasi demikian dianggap oleh sebagian anak bangsa sebagai situasi kebebasan yang “kebablasan”, tidak beretika atau tidak ada sopan santun, menimbulkan situasi tidak nyaman. Mereka berjuang untuk menegakkan HAM, tetapi tidak jarang dalam perjuangan tersebut melanggar HAM. Tidak sedikit pula yang secara sosial ekonomi sudah mapan atau cukup, ia merasa “gerah” dan timbul kekhawatiran dari segi keamanan jiwa, harta dan usahanya dalam menyikapi gerakan dan praktik kebebasan. Realitas lain yang tidak terbantahkan adalah ada jaminan akan kebebasan, tetapi kehidupan ekonomi menjadi persoalan warga. Mereka yang bermasalah secara ekonomi akan mudah terpancing isu-isu dan dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini bermakna bahwa kebebasan di Negara sedang berkembang tidak berkorelasi positif dengan kesejahteraan masyarakat. Realitas yang banyak terjadi adalah kebebasan hanya dinikmati dan menguntungkan pada kelompok-kelompok tertentu, sedangkan mayoritas anak bangsa tetap menghadapi

Page 96: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

88 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

masalah ekonomi yang serius. Di sisi lain harus disadari bahwa pembangunan politik tidak

bisa hanya difokuskan pada politik dalam negeri, melainkan juga memperhatikan dan memperhitungkan politik luar negeri atau politik global. Beberapa catatan yang terkait dengan masalah pokok politik dalam negeri antara lain: (1) Belum adanya seimbangan kekuasaan antara legislatif,

eksekutif dan yudikatif, sehingga saling control (system checks and balances) belum terbangun dengan kuat;

(2) Rekruitmen pejabat (politik) yang sarat dengan politik atau praktik transaksi (transaction cost) dan sebagai konsekuensi dapat menyuburkan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), sekaligus hal demikian akan makin menyulitkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance);

(3) Penurunan kepercayaan masyarakat kepada penyelenggara negara, penegak hukum dan partai politik, yang terlihat dari maraknya ketidakpuasan, konfl ik vertikal maupun horizontal; dan menguatnya gejala disintegrasi bangsa;

(4) Kuatnya tarik menarik kepentingan penguasa terhadap pegawai negeri sipil (PNS), Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), sehingga mengganggu kenetralan dan menimbulkan keberpihakan mereka, sekaligus merugikan kekuatan lain di luar penguasa;

(5) Sistem politik yang terbangun belum secara optimal dapat menjamin keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI) serta masih berpotensi menimbulkan acaman terhadap persatuan dan kesatuan Indonesia;

(6) Belum kuat dan terbangunnya jiwa kenegarawanan penyelenggara Negara;

(7) Pendidikan politik rakyat yang salah arah, sehingga

Page 97: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

89BAB 4 – Administrasi Pembangunan

pendidikan yang terjadi lebih banyak melahirkan money politic dan penonjolan kepentingan prakmatis serta dukungan “semu”;

(8) Proses Politik yang belum berkualitas yang tercermin dari penyelenggaraan pemilihan umum yang masih menghadapi banyak persoalan dan menimbulkan kerawanan, pelaksanaan fungsi partai politik yang belum optimal serta partisipasi politik rakyat yang kuat dimobilisasi;

(9) Budaya politik dalam wujud kesadaran dan pemahaman terhadap hak dan kewajiban politiknya baru lebih menonjolkan hak politiknya, komunikasi dan kapasitas kontrol politik yang masih lemah, banyak elit yang tidak siap dikritik.

Untuk masalah politik global yang perlu dicermati, diantisipasi dan diperhitungkan terkait dengan: (1) Bargaining power (politik) yang rendah di percaturan internasional, sehingga ada kesan belum sejajar dengan bangsa lain; (2) Kemampuan Indonesia dalam mengantisipasi berbagai ekses globalisasi politik yang lemah atau belum siap seperti mudah mendapat tekanan dan belum dapat memainkan peran strategis dalam menyelesaikan politik global dan atau terkesan seperti bangsa penakut; Beberapa persoalan kehidupan politik yang telah dijelaskan makin mempertegas akan pentingnya pembangunan di bidang politik. Pembangunan di bidang politik harus dapat menjawab masalah politik dalam dan luar negeri. Untuk itu, pembangunan di bidang politik dapat difokuskan pada: (1) Penguatan penyelenggara Negara yang dapat mewujudkan

checks and balances yang makin mantap di lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif;

(2) Pembangunan pola rekruitmen pejabat (politik) yang objektif, bersih dan transparan dari praktik transaksi (transaction cost); serta bebas dari KKN;

(3) Pembangunan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih

Page 98: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

90 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

(good and clean governance); (4) Pembangunan sistem politik yang demokratis; (5) Menjamin dan mempekuat netralitas PNS, TNI dan POLRI

terhadap penguasa, sehingga mereka makin profesional dengan tugas pokok dan fungsinya;

(6) Penguatan pendidikan politik rakyat; (7) Penguatan Partai Politik yang terkait dengan pelaksanaan

tugas pokok dan fungsinya; (8) Penguatan partisipasi politik rakyat yang rasional dan cerdas; (9) Pembangunan kualitas proses politik, terutama

penyelenggaraan pemilihan umum legislatif, presiden dan wakilnya serta pemilihan kepala daerah dan DPRD;

(10) Pembangunan budaya politik yang terkait dengan kesadaran dan pemahaman akan hak dan kewajiban politik, komunikasi dan kapasitas kontrol politik.

Untuk pembangunan politik yang terkait langsung dengan masalah politik global dapat difokuskan pada: (1) Penguatan bargaining power (politik) dalam percaturan

internasional; (2) Peningkatan kemampuan Indonesia dalam mengantisipasi

berbagai ekses globalisasi politik; (3) Penguatan kesiapan bangsa dan Negara terkait dengan

kehadiran AFTA, APEC, WTO dan MEA. Hal ini akan dapat diwujudkan apabila Indonesia berjuang secara gigih dan aktif dalam setiap mengambil kebijakan politik internasional. Di sisi lain, kepentingan nasional menjadi pertimbangan utama dan perlu mendapat persetujuan wakil rakyat dalam setiap kebijakan luar negeri, yang terkait dengan percaturan politik global;

Untuk itu, keberhasilan dalam pembangunan politik terlihat

Page 99: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

91BAB 4 – Administrasi Pembangunan

dari beberapa indikasi: (1) Dapat memperkokoh dan menjamin keutuhan dan kedaulatan

NKRI; (2) Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa; (3) Kepercayaan masyarakat kepada penyelenggara negara

(legislatif, eksekutif dan yudikatif), lembaga Negara yang lain, penegak hukum dan partai politik makin tinggi;

(4) Netralitas PNS, TNI dan POLRI pada penguasa makin terwujud;

(5) Makin membudayanya sikap kenegarawanan di lingkungan kelompok elit seperti menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi dan kelompok, siap dikritisinya dan jika bersalah siap bertanggung jawab, siap menang dan kalah dalam persaingan;

(6) Sistem dan proses politik makin demokratis dan transparan, sekaligus menjadi budaya politik bangsa;

(7) Kesadaran akan hak dan kewajiban bertambah baik seperti ikut berpartisipasi dalam politik dan memiliki etika politik yang santun dalam memperjuangkan kepentingan.

Pembangunan bidang berikutnya dalam aspek sosial adalah pembangunan di bidang ekonomi. Pembanunan bidang ini juga masih menghadapi banyak persoalan. Persoalan-persoalan di bidang ekonomi antara lain: (1) Utang luar negeri yang semakin bertambah besar; (2) Nilai tukar rupiah yang rendah di banyak valuta asing dan

tidak stabil; (3) Tingginya ketergantungan Indonesia akan barang impor; (4) Daya saing produk kita yang masih rendah; (5) Neraca perdagangan dan pembayaran yang kurang sehat; (6) Banyak kemiskinan;

Page 100: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

92 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

(7) Banyak pengangguran; (8) Kesempatan dan peluang kerja yang belum sebanding

dengan pencari kerja/angkatan kerja; (9) Investasi yang masih kurang; (10) Struktur ekonomi yang belum berimbang antara idustri, jasa

dan agraris; (11) Income per kapita yang rendah; (12) Infrastruktur yang mendukung arus manusia dan barang

yang kurang seperti kualitas jalan, pelabuhan dan bandara, yang sangat menghambat perkembangan perekonomian;

(13) Indonesia dibanjiri barang-barang impor, yang sebenarnya banyak tersedia di dalam negeri dan atau banyak potensi yang belum dioptimalkan;

(14) Pertumbuhan ekonomi yang belum mencapai target; (15) Jiwa wirausahawan yang masih kurang sekali; (16) Pemerataan (equity) pembangunan dan hasil-hasilnya belum

menggembirakan; (17) Potensi ekonomi kelautan yang belum dimanfaatkan secara

optimal; (18) Kesempatan berusaha yang masih kurang; (19) Ada kesenjangan yang tinggi antar berbagai daerah; (20) Tidak sedikit kegiatan ekonomi nasional yang belum pro

rakyat (rakyat baru lebih banyak sebagai penonton saja); (21) Gaya hidup kita yang boros, konsumtif dan lain-lain persoalan.

Masalah-masalah yang terkait dengan bidang ekonomi tersebut yang perlu dicarikan solusi melalui pembangunan ekonomi. Untuk itu, pembangunan di bidang ekonomi yang seharusnya mendapat prioritas antara lain: (1) Pembangunan agraris yang mencakup pertanian, perkebunan,

Page 101: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

93BAB 4 – Administrasi Pembangunan

kehutanan, peternakan, perikanan dan yang terkait dari hulu sampai hilir yang sebenarnya menjadi sumber kehidupan mayoritas warga;

(2) Pembangunan sektor industri seperti industri peralatan pertanian, tekstil, transportasi, pertambangan, energi, pengolahan produk dan industri lainnya;

(3) Pembangunan sektor jasa seperti pariwisata, perbankan, asuransi, pegadaian, pendidikan, kursus, rumah sakit, rumah bersalin, dokter, panggung dan taman hiburan, kesenian, perbengkelan dan jasa lainnya sesuai dengan kemampuan dan potensi yang tersedia;

(4) Membangun daya saing nasional dan kemandirian bangsa dalam rangka memenangkan persaingan global melalui peningkatan kualitas SDM dan produk;

(5) Pembangunan infrastruktur yang memadai seperti jalan, listrik, pasar, tol pelabuhan (meningkatkan kapasitas pelabuhan, dukungan sarana dan prasarna yang memadahi, pengelolaan pelabuhan yang dapat mendukung daya guna dan hasil guna), sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi;

(6) Pembangunan dan pemanfaatan sumber daya laut sebagai prioritas pembangunan ekonomi yang berkelanjutan berwawasan lingkungan;

(7) Dukungan kebijakan yang dapat menciptakan gairah investasi, persaingan sehat, dan dapat menekan ekonomi biaya tinggi.

Oleh karena itu, pembangunan ekonomi akan sukses apabila didukung oleh kebijakan yang dapat mendorong iklim investasi yang kondosif bagi investor dari dalam maupun luar negeri seperti adanya kepastian hukum, stabilitas politik dan pemerintahan serta adanya jaminan keamanan, sedangkan indikasi pembangunan ekonomi dikatakan sukses apabila; (1) Pembangunan ekonomi dapat memenuhi kebutuhan pokok

Page 102: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

94 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

rakyat (yang terdiri dari makanan, air, pakaian, tempat tinggal, rasa aman, kesehatan, pendidikan, partisipasi dalam pengambilan keputusan dan pekerjaan), pemenuhan kebutuhan akan energi, transportasi, sanitasi, telekomunikasi, infrastruktur secara berkelanjutan (sustainable development);

(2) Ada pertumbuhan ekonomi yang signifi kan dan dibarengi dengan pemerataan hasil-hasilnya (growth with distribution);

(3) Ada penurunan ketergantungan pada pinjaman luar negeri dan barang-barang impor;

(4) Ada optimalisasi pemanfaatan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam banyak aspek pembangunan ekonomi;

(5) Ada penurunan produk impor yang sebenarnya di dalam negeri tersedia secara melimpah atau memiliki potensi yang besar seperti daging sapi, bahan pangan terutama beras dan kedelai;

(6) Terbukanya lapangan kerja dan usaha untuk menjawab masalah pengangguran dan kemiskinan;

(7) Krus nilai tukar rupiah semakin menguat dan stabil; (8) Kesenjangan pembangunan antardaerah makin berkurang,

sehingga kondisi ini dapat menurunkan kecemburuan sosial dan keresahan.

Khusus daya saing nasional dan kemandirian bangsa perlu mendapat perhatian karena semua bangsa mau tidak mau dan siap tidak siap harus masuk dalam pasar global. Apalagi Oktober 2015 kita memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA). Sudah lebih dari satu dasawarsa bahwa dunia ini telah semakin mengglobal serta memaksa semua bangsa dan Negara untuk mengurangi dan bahkan harus menghilangkan segala batas administrasi dan politik negara serta hambatan perdagangan seperti hambatan tarif, quota, exchange control dan beragam proteksi yang akan menghalangi

Page 103: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

95BAB 4 – Administrasi Pembangunan

free and open trade yang akan diimplementasikan di pasar global, termasuk MEA. Untuk menjamin dunia yang demikian didirikan organisasi World Trade Organization (WTO) yang berperan sebagai pengontrol dan “wasit”. Semua bangsa di sini harus berlomba-lomba menciptakan daya saing, memiliki keunggulan, membangun komunikasi dan transportasi, menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka yang tidak mempersiapkan diri akan tertinggal dan tidak mampu bersaing, menjadi penonton dan objek saja. Untuk itu, Indonesia dalam hal ini harus siap dan terus berbenah untuk memasuki MEA dan persaingan global lainnya.

Pembangunan aspek sosial keempat adalah pembangunan di bidang sosial budaya. Masih banyak masalah sosial budaya yang perlu diselesaikan melalui pembangunan. Masalah-masalah sosial budaya dalam hal ini lebih didekati dari paradigma budaya, sehingga banyak berhubungan dengan masalah budaya dan mental yang antara lain: (1) Banyak sekali anak bangsa yang tidak merasa malu, yang

seharusnya malu seperti malu berbuat salah, malu tidak bertanggung jawab, malu korupsi, kolusi dan nepotisme, malu gagal, malu tidak disiplin, malu pulang awal dari tugas dan lain-lain;

(2) Banyak anak bangsa kita yang merasa kalah sebelum bertanding dan kurang percaya diri dalam banyak hal, malu dan tidak berani bertanya padahal diberi kesempatan, sehingga muncul istilah mental tempe, mental “tempoyak”, dan atau bermental “payah”;

(3) Banyaknya mental dan perilaku yang masuk golongan “munafi kun”, yang dalam praktik selalu menggunakan “topeng” atau menutupi wajah aslinya. Ia perperilaku seperti “malaikat”, padahal sering berbohong, mengatakan tidak korupsi padahal sangat korup, tidak menepati janji, dan tidak komitmen; sering melakukan perselingkuhan;

Page 104: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

96 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

(4) Kurang dewasa dalam bersikap, sehingga banyak diantara anak bangsa kita yang mudah termakan isu-isu, tidak berusaha mencari informasi yang benar terlebih dahulu, mudah emosi atau lebih mudah dan cenderung menggunakan otot daripada otak (akal) dalam menyelesaikan masalah;

(5) Kurang menghargai diri (menganiaya diri sendiri) dan tidak jarang menggadaikan diri untuk mendapatkan materi;

(6) Kurang menghargai produk dan kurang menghargai bangsanya sendiri, sehingga tidak percaya pada pendapat dan pemikiran bangsanya dan tidak cinta produk nasional; Dalam praktik banyak yang masih melihat siapa yang bicara, bukan isi dan bobot bicaranya;

(7) Makin langka menemukan kejujuran (orang jujur), sehingga sikap dan perilaku yang terbentuk dalam interaksi sosial lebih kearah yang dapat menghilangkan kepercayaan (trust);

(8) Semangat rela berkorban untuk kepentingan masyarakat (umum), bangsa dan Negara makin menghilang, sehingga kondisi ini makin menipiskan rasa kebersamaan, seperjuangan dan senasib sepenanggungan, kesetiakawanan sosial, keselarasan, keserasian dan keharmonisan, gotong-royong dan tolong-menolong;

(9) Sangat individualis dalam arti mementingkan diri sendiri, kurang kebersamaan, suka memaksakan kehendak atau banyak menggunakan kata “pokoknya”, dan masa bodoh dengan orang lain;

(10) Orang sering melihat yang di atas yang tidak bisa menjadi teladan maka banyak orang menjadi kurang menghargai kualitas dan tidak bertanggung jawab, yang dalam praktik terlihat dari penggunaan bahan-bahan beracun, penggunaan pemanis dan pengawet dalam produk makanan yang melebihi kewajaran dan ukuran kesehatan, mengoplos produk jelek dengan yang bagus seperti beras, ikan, daging dan lain-lain;

Page 105: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

97BAB 4 – Administrasi Pembangunan

(11) Kurang menghargai waktu dan suka mencari jalan pintas sebagaimana telah dipopulerkan oleh Koentjaraningrat (1974), sehingga banyak orang yang sampai sekarang suka kerja santai dan mengurus segala sesuatu melalui pintu belakang, sogok menyogok, KKN atau “kongkalingkong”;

(12) Menghalalkan segala cara, yang peting tujuan tercapai seperti cara baik tidak bisa, ya pakai cara jelek atau keras, tidak bisa diyakinkan dengan kata-kata dan pendekatan maka digunakan kata intimidasi, main “dukun”, main “plasah” sampai main darah (kekerasan fi sik), layaknya mempraktikkan hukum “rimba” dalam makna yang kuat menggilas yang bisa di makan. Jika perlu “memaki” maka orang akan memakai cara “memaki-maki”, jika harus disuab maka dia akan pakai cara menyuap menggunakan uang atau “perempuan”. Jadi dalam realitas banyak praktik perilaku manusia yang tidak sehat dan melanggar etika atau “tata krama”. Lebih parah lagi, perilaku menyimpang dibiarkan atau disikapi dengan permisif dan menjadi tontonan dalam kehidupan keseharian. Kita juga masih banyak menemukan realitas bahwa tidak berani mengkritisi atau berbeda pendapat dengan atasan, sekalipun atasan tersebut berbuat kesalahan. Hal ini banyak terjadi karena faktor psikologis atau segan, tidak nyaman dan tidak pada tempatnya. Apabila ada anak buah yang berani mengkritisi kesalahan sang “bos” atau atasan maka orang tersebut dapat dipastikan akan masuk “kotak”, tidak dilibatkan dalam proyek, tidak ditegur, dibuat tidak kerasan di tempat kerja dan perlakuan-perlakuan hukuman lainnya, sehingga hal ini menjadikan kebanyakan orang takut berbeda pendapat dengan “bos” atau mengekalkan budaya asal bapak/bos suka (ABS). Jangan cari penyakit jika berposisi sebagai anak buah atau berani-berani melawan bos karena cepat atau lambat akan tamat riwayatmu. Di sisi lain, apabila berani melawan kekuasaan atau orang yang

Page 106: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

98 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

berkuasa, sekalipun benar maka orang dimaksud: (1) Akan dicari-cari kesalahannya; (2) Dijebak supaya memiliki kasus melalui berbagai cara; (3) Dibuat hidupnya menjadi terancam melalui intimidasi atau didatangi “preman” dan (4) Keluarga seperti istri atau suami dan anak diintimidasi atau didatangi preman. Malahan ada keluarga yang disakiti dengan bantuan “para normal”.

Indikasi masalah sosial budaya yang telah diungkapkan bukan bermakna bahwa semua anak bangsa sudah menjadi begitu jelek atau “carut marut”. Banyak anak bangsa yang masih bekerja keras, jujur atau amanah, bertanggung jawab, berdisiplin, menjadi juara olimpiade, juara olah raga, banyak karya anak bangsa yang mendunia, menguasai ilmu dan teknologi, tulisan yang hebat, melahirkan kualitas produk nomor satu dan prestasi gemilang lainnya. Sungguh pun begitu, penyakit mental atau psikologis dan kepribadian memang banyak terjadi dan menjangkiti anak bangsa. Oleh karena itu, fokus pembangunan bidang sosial budaya antara lain: (1) Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan

pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya atau pembangunan sumber daya manusia untuk mewujudkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia, baik kualitas moral maupun kualitas fi sik;

(2) Pembangunan kesehatan masyarakat; (3) Pembangunan pendidikan penduduk; (4) Pemberdayaan perempuan dan anak; (5) Pembangunan di bidang budaya dalam upaya meningkatkan

dan memantapkan pemahaman terhadap keberagaman budaya, pentingnya toleransi, dan pentingnya penyelesaian masalah tanpa kekerasan, serta membanguan interaksi antarbudaya dalam rangka menghilangkan streotif (anggapan

Page 107: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

99BAB 4 – Administrasi Pembangunan

etnik/suku dan budaya sendiri lebih baik dibandingkan etnik/suku dan budaya orang lain);

(6) Pembangunan jati diri bangsa Indonesia, seperti penghargaan pada nilai budaya dan bahasa, nilai solidaritas sosial, kekeluargaan, dan rasa cinta tanah air yang terus mengalami kemerosotan;

(7) Pembangunan keteladanan para pemimpin dan budaya patuh pada hukum;

(8) Penguatan bidang agama dalam upaya menumbuhkan kesadaran melaksanakan ajaran agama dan pengembangan toleransi dalam masyarakat majemuk di negeri ini; serta

(9) Pembangunan karaktar bangsa dan rasa percaya diri yang dapat memperbaiki mental.

Sektor penting berikutnya yang perlu dibangun adalah pembangunan di bidang pertahanan dan keamaman. Aspek ini perlu mendapat perhatian karena masih banyak kerawanan yang memerlukan perhatian secara serius. Beberapa kerawanan dan sekaligus menjadi masalah pertahanan dan keamanan adalah: (1) Masih sering terjadi konfl ik antara oknum anggota TNI

dengan POLRI. Konfl ik dalam hal ini kadang-kadang bukan hanya melibatkan konfl ik antar pribadi, melainkan ada konfl ik yang membawa atau mengesankan melibatkan institusi;

(2) Ada kerawanan batas teritori dengan Negara tetangga baik di batas laut maupun batas daratan;

(3) Ada kasus-kasus pelanggaran kedaulatan wilayah udara oleh pesawat tempur negara lain;

(4) Banyak konfl ik yang terjadi di masyarakat; (5) Banyak kasus kriminal, sehingga kondisinya sudah

mengganggu rasa aman seperti begal, pencurian, pembunuhan,

Page 108: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

100 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

perampokaan, penjambretan, penodongan, perusakan dan tindak kriminal lainnya;

(6) Banyak kasus-kasus yang terindikasi kearah terorisme; (7) Banyaknya penyelundupan barang dan manusia serta ilegal-

ilegal lainnya seperti illegal logging, traffi cking, dan meaning; (8) Banyaknya kasus narkoba dan HIV/AID yang menimbulkan

kerawasan sosial.

Untuk itu, pembangunan di bidang pertahanan harus dapat: (1) Menjamin kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI) dan (2) Menjamin keutuhan NKRI, sedangkan pembangunan di bidang keamanan harus dapat mewujudkan rasa aman dalam berbagai aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, dan sosial budaya. Penegasan ini penting karena aspek pertahanan keamanan berkaitan secara langsung dengan aspek kehidupan lain seperti politik, ekonomi dan sosial budaya. Semua aspek ini memerlukan dukungan perhatanan keamaman dan sebaliknya. Sehubungan dengan begitu pentingnya aspek pertahanan keamaman bagi bangsa dan Negara maka ada hal-hal prinsip yang perlu mendapat perhatian yaitu: (1) Peningkatan kesejahteraan personel supaya mereka berkeja secara profesional; (2) Pemenuhan kebutuhan kelembagaan dan personel seperti kebutuhan akan kekuatan personel, anggaran dan Alusista sesuai dengan tingkat kemajuan bangsa dan Negara; (3) Kemitraan TNI dan POLRI bersama rakyat; dan (4) Dukungan sarana dan prasarana yang memadahi.

Page 109: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

101

BAB 5

Pembangunan

Administrasi

Pembangunan administrasi atau pembaharuan ( reformasi) administrasi di Negara Sedang Berkembang (NSB) perlu mendapat perhatian serius dari ahli administrasi Negara

(Publik) karena dalam realita, masih banyak ditemukan masalah-masalah administrasi yang terjadi. Dalam penjelasan pada Bab V ini, ada 2 (dua) hal penting yang akan dikaji yaitu: (1) Alasan atau argumentasi mengapa di NSB memerlukan pembangunan administrasi dan (2) Fokus atau prioritas pembangunan administrasi yang mana dan dalam hal apa yang harus dilakukan. Penjelasan secara rinci dari kedua hal penting ini diuraikan seperti penjelasan berikut.

A. Argumentasi Pentingnya Pembangunan

Administrasi

Beberapa contoh permasalah administrasi di NSB menurut beberapa ahli ini dapat menjadi argumentasi yang meyakinkan akan pentingnya pembangunan administrasi. Pendapat-pendapat para ahli yang dijadikan dasar atau alasan akan pentingnya pembangunan administrasi, dapat dijelaskan seperti urian berikut. Heady (1995) menegaskan bahwa untuk kepentingan

Page 110: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

102 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

pembangunan administrasi, ada baiknya mempelajari wajah administrasi yang bersifat umum (common) di NSB. Ia menunjukkan ada lima ciri administrasi di banyak negara berkembang yaitu: (1) Pola dasar administrasi publik atau administrasi negara

sedang berkembang bersifat jiplakan (imitative) atau meniru sistem administrasi Barat ( Negara Maju) daripada asli (indigenous);

(2) Birokrasi di negara berkembang kekurangan sumber daya manusia terampil untuk menyelenggarakan pembangunan;

(3) Birokrasi lebih berorientasi kepada hal-hal lain daripada mengarah kepada yang benar-benar menghasilkan (production directed);

(4) Adanya kesenjangan yang lebar antara apa yang dinyatakan atau yang hendak ditampilkan dengan kenyataan (discrepency between form and reality); dan

(5) Birokrasi di negara berkembang acap kali bersifat otonom, artinya lepas dari proses politik dan pengawasan masyarakat.

Pendapat Heady ini ditambah 2 (dua) karaktaristik oleh Wallis dalam Ginanjar (1997) yang menyatakan bahwa: (1) Di banyak negara berkembang memperlihatkan birokrasi

sangat lamban dan makin bertambah birokratik; dan (2) Unsur-unsur nonbirokratik sangat berpengaruh terhadap

birokrasi. Wallis mencontohkan bahwa hubungan keluarga dan hubungan-hubungan promordial lain, seperti suku dan agama, dan keterkaitan politik (political connections) mempengaruhi birokrasi, yang sangat bertentangan dengan asas birokrasi yang baik.

Pemikiran Heady dan Wallis seperti yang telah diungkapkan menegaskan bahwa masalah administrasi yang harus diperbaiki, direformasi atau disempurnakan seperti yang telah diungkapkan

Page 111: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

103BAB 5 – Pembangunan Administrasi

banyak terkait dengan masalah birokrasi. Hal ini juga bermakna bahwa sumber masalah administrasi di NSB lebih banyak berhubungan dengan birokrasi. Di sisi lain, ada juga sumber masalah yang berasal dari kekuatan di luar birokrasi. Pendapat Heady dan Wallis juga sejalan dengan pandangan Esman (1995) yang menyatakan bahwa upaya memperbaiki kinerja birokrasi di NSB harus mencakup daya tanggap (responsiveness) terhadap pengawasan politik, efi siensi dalam penggunaan sumber daya, dan efektivitas dalam pemberian pelayanan. Untuk itu, upaya perbaikan meliputi peningkatan keterampilan, penguasaan teknologi informasi dan manajemen fi nansial, pengaturan atau pengelompokkan kembali fungsi- fungsi, sistem insentif, memanusiakan manajemen dan mendorong partisipasi yang seluas-luasnya dalam pengambilan keputusan, serta cara rekruitmen yang harus lebih bersifat representatif.

Selanjutnya Tjokroamidjojo (1998) (salah satu di antara beberapa pakar administrasi pembangunan di Indonesia) yang melakukan pengamatan tentang perkembangan dan masalah administrasi di Indonesia menegaskan bahwa pembangunan administrasi publik atau reformasi birokrasi pemerintah diarahkan pada program-program sebagai berikut:1. Deregulasi dan debirokratisasi ekonomi serta dekonsetrasi

dan desentralisasi pemerintah.2. Meningkatkan efi siensi birokrasi (termasuk mengurangi

pungutan-pungutan tak resmi).3. Mutu orientasi pelayanan dan pemberdayaan birokrasi.4. Sistem karier dan efektivitas birokrasi.5. Kesejahteraan pegawai dan pelayanan administrasi

kepegawaian.

Sebagian pemikiran Tjokroamidjojo seperti yang telah diungkapkan akan cocok apabila diaplikasikan pada periode 90-an, khususnya yang berhubungan dengan dekonsentrasi dan

Page 112: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

104 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

desentralisasi pemerintah, sedangkan padangan yang lain masih cocok dan relevan di masa kini. Pandangan penting berikutnya apa yang dikemukan oleh Riggs (1996) yang menyatakan bahwa pembaharuan administrasi merupakan suatu pola yang menunjukkan peningkatan efektifi tas pemanfaatan sumber daya yang tersedia, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu, birokrasi menurut pandangan Riggs merupakan sebuah organisasi yang konkret terdiri dari peran-peran yang bersifat hierarkis dan saling berkaitan yang bertindak secara formal sebagai alat (agent) untuk suatu kesatuan (entity) atau sistem sosial yang lebih besar. Untuk itu, pembaharuan administrasi berkaitan erat dengan peningkatan tanggungjawab dalam proses pengambilan keputusan dan memobilisasi sumber daya dalam proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Jadi, Riggs dalam melihat pembaharuan administrasi di NSB mengkajinya dalam 2 (dua) sisi yaitu: (1) Perubahan struktural dan (2) Perubahan kinerja (performance). Secara struktural Riggs menggunakan diferensiasi struktural sebagai salah satu ukuran. Pandangan Riggs ini didasarkan pada kecenderungan peran-peran yang makin terspesialisasi (role spesealization) dan pembagian pekerjaan yang makin tajam dalam masyarakat modern. Untuk sisi kinerja, Riggs tidak hanya menekankan ukuran kinerja dari seseorang atau suatu unit kerja, melainkan juga menggunakan ukuran bagaimana peran dan pengaruh kinerja organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, Ia menekankan begitu pentingnya kerja sama dan teamwork dalam mencapai tujuan.

Sementara Wallis dalam Ginanjar (1997) mengartikan pembaharuan administratif dalam dimensi sebagai berikut:1. Perubahan harus merupakan perbaikan dari keadaan

sebelumnya2. Perbaikan diperoleh dengan upaya yang sengaja

(direncanakan) dan bukan terjadi secara kebetulan atau tanpa usaha dan

Page 113: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

105BAB 5 – Pembangunan Administrasi

3. Perbaikan yang terjadi bersifat jangka panjang dan terus-menerus, sehingga tidak kembali lagi pada keadaan semula.

Perhatian penting tentang pembangunan administrasi di NSB juga tetap harus mempertimbangan penggunaan pendekatan ekologi administrasi. Dalam pendekatan ini maka kajian dan analisis tingkat perkembangan administrasi di negara-negara berkembang (NSB) selalu mempertimbangkan banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor ekologi atau lingkungan yang besar pengaruhnya antara lain faktor politik, ekonomi, sosial budaya dan stabilitas keamaman. Faktor ini menentukan stabilitas atau kondisi negara dan bangsa, sistem politik yang dianut, keterkaitan administrasi dengan pemimpin politik atau elit dan kekuatan-kekuatan politik yang sedang berkuasa maupun yang berada di luar kekuasaan, partisipasi masyarakat dalam proses politik, derajat keterbukaan, kebebasan mengeluarkan pendapat dan berserikat, pengaruh elit ekonomi, termasuk para pengusaha (konglomerat), penegakan hukum dan jaminan akan keadilan, perkembangan budaya serta jaminan akan keamanan yang kondosif.

Berpijak pada gagasan pemikiran beberapa ahli di atas tentang bagaimana melakukan perbaikan atau pembaharuan administrasi NSB dapat dilakukan melalui atau berpijak pada 2 (dua) penyebab utama (akar) masalah administrasi yaitu: (1) Pemecahan masalah atau pembangunan administrasi

difokuskan pada masalah-masalah administrasi di NSB. Pemecahan masalah dalam fokus ini selalu menggunakan pendekatan organisasi dan

(2) Pemecahan masalah administrasi dengan fokus kajian pada faktor-faktor non-administrasi melalui pendekatan ekologi atau lingkungan administrasi. Untuk fokus kedua ini begitu penting karena faktor lingkungan sangat menentukan keberhasilan pembangungan atau perbaikan administrasi di NSB. Hal ini juga bermakna bahwa pemecahan masalah

Page 114: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

106 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

administrasi tidak hanya menggunakan pendekatan organisasi, melainkan juga harus menggunakan pendekatan ekologi administrasi.

Lebih konkret lagi, ada masalah yang langsung berhubungan dengan administrasi seperti birokrasi, kualitas sumber daya aparatur, efi siensi penggunaan sumber daya yang terdiri dari Men, Money, Machines, Methods dan Materials, pelayanan yang lamban, mahal dan diskriminatif, penyalahgunaan jabatan, masalah tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja (work methods, procedures and systems), tidak ada atau sulit melakukan koordinasi, pengambilan keputusan lamban, data kepegawaian tidak lengkap, sistem pertanggungjawaban tidak jelas, bukti-bukti pendukung administrasi tidak ada, masalah kesimpang-siuran hubungan kerja sama, sistem karier pegawai yang tidak jelas atau dalam situasi yang teraniaya, kuatnya ego sektoral, sulitnya menciptakan netralitas sumber daya aparatur, sulitnya membangun kerja sama dan teamwork dalam bekerja, tumbuhnya organisasi yang begitu banyak, tetapi tugas dan fungsinya averlapping (tumpang tindih) dengan organisasi yang sudah ada dan perubahan mindset pejabat birokrasi dari mental priyayi ke profesional, dari dilayani menjadi melayani yang begitu sulit serta masih banyak lagi masalah administrasi. Semua masalah yang dicontohkan di atas merupakan masalah administrasi, sedangkan masalah di luar administrasi, tetapi memiliki pengaruh besar dan makin memperparah masalah administrasi antara lain kuatnya campur tangan elit politik terhadap penentuan dan penetapan pejabat birokrasi dan pengabilan keputusan, kuat dan makin maraknya politik transaksional, sehingga kondisi ini makin mempersulit untuk membangun tata pemerintahan yang baik dan bersih ((good and clean governance) karena makin menjamurnya KKN, kuatnya pengaruh “cukong” dalam proses formulasi dan penetapan kebijakan serta munculnya “perselingkuhan” penguasa dengan

Page 115: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

107BAB 5 – Pembangunan Administrasi

pengusaha serta berkembangnya “budaya” permisif atau pembiaran terhadap perilaku menyimpang yang dilakukan oleh sumber daya aparatur dan masih banyak lagi masalah-masalah yang bisa diidentifi kasi.

Beberapa contoh yang telah diungkapkan menegaskan bahwa kebutuhan untuk membangun administrasi di NSB merupakan kebutuhan strategis dan tidak dapat ditunda-tunda lagi. Di sisi lain, tidak mungkin semua masalah administrasi diselesaikan secara bersamaan karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh NSB. Sungguh pun banyak hal yang harus dibangun di bidang administrasi, tetapi pelaksanaan fungsi pembangunan tetap wajib dijalankan. Di sinilah keunikan administrasi negara sedang berkembang, yang dikenal sebagai administrasi pembangunan. Mengapa unik? Uniknya terlihat bahwa ia tetap menjalankan fungsi- fungsi administrasi negara ( publik), walaupun dalam dirinya banyak menghadapi masalah) dan di sisi lain, ia tetap harus melaksanakan fungsi pembangunan. Hal ini bisa bermakna bahwa administrasi pembangunan tetap melaksanakan fungsi administrasi dan pembangunan, sekaligus secara terus-menerus melakukan perbaikan ke dalam dirinya ( pembangunan administrasi). Supaya kedua fungsi tersebut tetap dapat dilaksanakan maka ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan oleh pemimpin di NSB yaitu: (1) Pembangunan administrasi tetap dilaksanakan, dengan

menetapkan skala prioritas sebagai konsekuensi keterbatasan sumber daya dan kemampuan;

(2) Dalam pembangunan administrasi mempergunakan pendekatan organisasi karena sumber (akar) masalah administrasi pembangunan banyak berkaitan dengan birokrasi; serta

(3) Dalam pembangunan administrasi tidak hanya difokuskan pada perbaikan pada masalah-masalah administrasi semata, melainkan juga memperhitungkan faktor non-administrasi

Page 116: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

108 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

yang memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan administrasi melalui pendekatan ekologi atau lingkungan administrasi.

B. Prioritas Pembangunan Administrasi

Ada 3 (tiga) alasan mendasar mengapa setiap pembangunan apa pun memerlukan penentuan skala prioritas. Pertama, keterbatasan kemampuan manusia untuk melaksanakan pembangunan. Kedua, keterbatasan sumber daya, khususnya biaya (anggaran) yang tersedia yang diperlukan bagi pelaksanaan pembangunan. Ketika, keterbatasan waktu. Oleh karena itu, pembangunan administrasi di NSB itu sendiri juga memerlukan skala prioritas, sebagai konsekuensi banyak aspek yang harus dibangun. Berdasarkan pertimbangan: (1) Skala prioritas, (2) Pendekatan organisasi dan ekologi, (3) Sekaligus mempertimbangkan keunikan administrasi pembangunan (administrasi NSB) maka skala prioritas pembangunan administrasi dalam hal ini dapat difokuskan pada: (1) Pembangunan atau reformasi birokrasi; (2) Pembangunan sumber daya aparatur;(3) Budaya organisasi;(4) Pembangunan sinergitas dan partisipasi kekuatan bangsa; dan(5) Pemantapan dan penyempurnaan sistem dan prosedur

perizinan.

Penjelasan dari program prioritas pembangunan administrasi di NSB, dapat dijelaskan seperti uraian berikut. Prioritas pertama dan yang utama dalam pembangunan administrasi dapat difokuskan pada pembangunan atau reformasi birokrasi. Pembangunan atau reformasi birokrasi dapat diberikan makna suatu proses mengatur atau menyusun kembali, menata-ulang, mengubah, memperbaiki dan menyempurnakan apa yang sudah ada menuju kearah yang yang lebih berkualitas, baik,

Page 117: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

109BAB 5 – Pembangunan Administrasi

profesional, cepat, tanggap, bersih, efi sien, efektif, tepat ukuran dan fungsi, produktif dan berkinerja tinggi. Oleh karena itu, pembangunan birokrasi tidak hanya menekankan pada perbaikan atau perubahan struktur ( fi sik), melainkan juga perbaikan atau penyempurnaan nonfi sik (mindset atau budaya) seperti perubahan pola pikir, sikap dan tindak, budaya serta perubahan paradigma. Perbaikan stuktur ( fi sik) dan nonfi sik (budaya) ini menjadi target dalam pembangunan administrasi di NSB.

Dalam praktik birokrasi pemerintahan masih banyak ditemukan patologi birokrasi atau penyakit birokrasi atau penyimpangan birokrasi (disfunction of bureaucracy). Siagian (1995: 92-99) menyatakan bahwa patologi atau penyakit birokrasi terdiri dari: (1) Bertindak sewenang-wenang, (2) Pura-pura sibuk, (3) Paksaan, (4) Konspirasi, (5) Sikap takut, (6) Penurunan mutu, (7) Tidak sopan, (8) Diskriminasi, (9) Cara kerja yang legalistik, (10) Dramatisasi, (11) Sulit dijangkau, (12) Sikap tidak acuh, (13) Tidak disiplin, (14) Inersia, (15) Sikap kaku, (16) Tidak berperikemanusiaan, (17) Tidak Peka, (18) Sikap Tidak sopan, (19) Sikap lunak, (20) Tidak peduli mutu kerja, (21) Salah tindak, (22) Semangat yang salah tempat, (23) Negativisme, (24) Melalaikan tugas, (25) Rasa tanggung jawab yang rendah, (26) Lesu darah, (27) Paperasserie, (28) Melaksanakan kegatan yang tidak relevan, (29) Cara kerja yang berbelit-belit (red- tape), (30) Kerahasiaan, (31) Mengutamakan kepentingan sendiri, (32) Sabotisme, (33) Sycophancy, (34) Tampering, (35) Imperatif wilayah kekuasaan, (36) Tokenisme, (37) tidak profesional, (38) Sikap tidak wajar, (39) Melampui wewenang, (40) Vested interest, (41) Pertentangan kepentingan, dan (42) Pemborosan.

Pandangan Siagian yang telah diungkapkan memang sudah lama ditulis, tetapi beberapa penyakit birokrasi tersebut masih relevan dan belum dapat diobati hingga kini. Pendapat Siagian ini bisa dijadikan salah satu alasan untuk melakukan pembangunan birokrasi, sebagai salah satu masalah administrasi pembangunan.

Page 118: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

110 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

Argumentasi atau alasan penting berikutnya mengapa pembangunan administrasi di NSB menempatkan pembangunan atau reformasi birokrasi sebagai prioritas utama, karena: (1) Kemampuan birokrasi dalam menyelenggarakan

pembangunan masih kurang memadahi; (2) Netralitas birokrasi belum terbangun, sehingga birokrasi

dalam realita cenderung berorientasi kepada yang kuat (mengabdi kepada penguasa) atau mudah ditarik-tarik atau digoda oleh kelompok elit yang berkuasa;

(3) Makin kuatnya politik transaksi dalam birokrasi, sehingga kondisi ini makin menyulitkan upaya mewujudkan clean and good government;

(4) Unsur-unsur nonbirokratik sangat berpengaruh terhadap birokrasi, sehingga birokrasi sering kali menjadi tidak berdaya atau dijadikan alat;

(5) Birokrasi sangat lamban dan ada kecenderungan makin bertambah birokratik;

(6) Belum diterapkannya prinsif ramping dalam struktur, tetapi kaya dalam hal fungsi. Praktik yang terjadi malahan menerapkan struktur yang gemuk, tetapi fungsi yang minim, sehingga fenomena yang bermunculan tidak efi sien, sulit melakukan perubahan atau penyesuaian atau boros dalam penganggaran;

(7) Tumbuhnya organisasi baru dengan tugas dan fungsi yang overlapping dengan organisasi yang sudah ada serta masih banyak masalah lainnya. Hal demikian juga bermakna bahwa birokrasi pemerintah belum tepat fungsi dan ukuran (right sizing). Di sisi lain, struktur birokrasi gemuk atau gendut, sehingga kondisi ini akan memunculkan penyakit seperti lamban, menimbulkan rantai atau prosedur yang panjang dan makin menjamurnya KKN.

Page 119: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

111BAB 5 – Pembangunan Administrasi

Atas dasar permasalahan yang ada dalam birokrasi dan tahapan kemajuan reformasi yang telah dilakukan pemerintah maka tujuan reformasi birokrasi di Indonesia yang dirumuskan oleh kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Men PAN-RB) adalah menciptakan birokrasi yang profesional, dengan karaktaristik:a. Berintegritas tinggib. Berkinerja tinggic. Bebas dan bersih dari KKNd. Mampu melayani publike. Netralf. Sejahterag. Berdedikasih. Memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur

negara

Berpijak pada beberapa argumentasi permasalahan birokrasi yang telah dijelaskan maka pembangunan atau perbaikan birokrasi harus dapat mewujudkan: (1) Birokrasi yang memiliki struktur yang ramping, tetapi kaya

akan fungsi(2) Birokrasi yang bersih dan berkualitas; (3) Birokrasi yang transparan (terbuka), profesional dan

akuntabel; (4) Birokrasi yang dapat memberdayakan dan menumbuhkan

partipasipasi masyarakat (5) Birokrasi yang efi sien(6) Birokrasi yang berbudaya melayani(7) Birokrasi yang terdesentralisasi(8) Birokrasi yang memiliki kapasitas untuk melaksanakan tugas

dan fungsi umum dan pembangunan(9) Birokrasi yang responsif terhadap tuntutan dan kebutuhan

masyarakat

Page 120: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

112 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

Untuk dapat mewujudkan atau membangun birokrasi di NSB yang dapat melaksanakan fungsinya, termasuk fungsi pembangunan seperti yang telah diungkapkan maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar pembangunan atau reformasi birokrasi berhasil, yaitu:(1) Ada dukungan sumber daya aparatur yang berkualitas dan

berkomitmen. Birokrasi pemerintah adalah seluruh jajaran badan-badan eksekutif sipil yang dipimpin oleh pejabat pemerintah di bawah tingkat menteri. Ada dua istilah yang digunakan untuk menyebut pejabat pemerintah yaitu aparatur negara dan penyelenggara negara. Kabinet yang terdiri dari para menteri bukan birokrasi. Tugas pokok birokrasi adalah secara profesional menindaklanjuti keputusan politik yang telah diambil oleh pemerintah. Oleh karena itu, baik buruknya birokrasi pemerintah sangat ditentukan oleh kualitas dan komitmen aparatur negara dan penyelenggara negara. Mereka harus bekerja secara profesional, bekerja keras, jujur, bertanggung jawab, sekaligus berkomitmen untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih dan bebas KKN. Bukan sebaliknya menjadikan birokrasi pemerintah sebagai offi cialdom atau kerajaan pejabat. Dalam realita, kekuasaan pejabat birokrasi sangat menentukan, karena segala urusan yang berhubungan dengan jabatan itu, ia yang menentukan. Mereka ini diberikan kekuasaan yang besar, tunjangan besar, diberi hak-hak istimewa dan fasilitas yang memadahi. Mereka dengan mudah bisa tergoda untuk menyalahgunakan jabatan. Mengapa hal demikian bisa terjadi? Hal ini dapat terjadi karena realitas menunjukkan bahwa jabatan birokrasi dapat menjadikan begitu banyak orang yang sangat tergantung dengan birokrasi. Jika mereka (aparatur negara dan penyelenggara negara) tidak berkualitas dan berkomitmen maka birokrasi tidak dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi umum serta pembangunan atau

Page 121: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

113BAB 5 – Pembangunan Administrasi

hanya jadi sekedar sebagai offi cialdom, menyuburkan KKN, rakyat menjadi tidak berdaya serta kemajuan bangsa dan Negara akan sulit diwujudkan. Selain itu, sumber daya yang berkualitas dan berkomitmen memerlukan dukungan kebijakan yang dimulai dari pola rekruitmen yang objektif untuk mendapatkan dan menempatkan orang yang tepat pada jabatan yang tepat (put the right men in the right job) serta mendapat dukungan berbagai pihak dan kalangan dalam implementasi kebijakan atau ada sinergitas yang konstruktif antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat serta legislatif, eksekutif dan yudikatif.

(2) Netralitas birokrasi yang terus-menerus terjaga dan terpelihara, yang sekaligus menjadi komitmen bersama, sehingga birokrasi serta aparatur negara dan penyelenggara negara dapat berfungsi seperti yang diharapkan. Mereka tidak terpengaruh oleh siapapun penguasanya. Memang mereka menindaklanjuti keputusan politik dari penguasa, tetapi mereka bekerja secara profesional, tidak cenderung berorientasi kepada yang kuat (mengabdi kepada penguasa) atau mudah ditarik-tarik atau digoda oleh kelompok elit yang berkuasa; Mereka bekerja secara sungguh-sungguh untuk rakyat. Penegasan ini penting karena realita menunjukkan bahwa birokrasi kita (di Indonesia) masih menjadi alat kepentingan politik. Tradisi demikian sulit digoyahkan karena paradigma dan perilaku semacam itu terjadi sejak masa kolonial, masuk era Soekarno, dan mengakar hingga sekarang. Sejarah mencatat bahwa di masa pemerintahan Soeharto, birokrasi secara terbuka menjadi alat politik Golkar. Dalam pola rekruitmen kader di masa itu dilakukan melalui jalur ABG (ABRI, Birokrasi dan Golkar), sehingga aparatur negara dan penyelenggara negara berperan sebagai Abdi Kekuasaan daripada sebagai Abdi Negara dan Abdi Masyarakat.

Page 122: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

114 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

(3) Unsur-unsur non-birokrasi, terutama partai penguasa, elit kekuasaan dan pengusaha juga memiliki komitmen untuk mendukung birokrasi yang profesional, berkualitas dan melayani publik dalam melaksanakan Tupoksi, termasuk fungsi pembangunan serta mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bersih (clean and good governance). Kekuatan non birokrasi memiliki pengaruh yang besar terhadap upaya mewujudkan birokrasi yang bersih, professional, berkualitas dan yang melayani. Oleh karena itu, dukungan mereka sangat menentukan dan mau dibawa kemana birokrasi yang ada, mereka memiliki sumber daya untuk mempengaruhinya.

(4) Semua pihak berkontribusi dan turut serta dalam pengawasan terhadap proses jalannya reformasi birokrasi, dengan fokus utama menghilangkan hambatan-hambatan seperti faktor penghambat birokrasi yang tidak efi sien, birokrasi yang makin birokratis, mengurangi atau menghapus stuktur birokrasi yang overlapping, boros dan tidak jelas melalui penataan ulang, sekaligus menghilangkan mafi a birokrasi atau “calo” atau makelar jabatan dari elit politik atau birokrasi, dan pungutan liar (pungli). Lebih fokus lagi, semua harus berupaya mengobati penyakit birokrasi yang begitu marak dan meresahkan yang terkait dengan tidak efi sien, korup, tidak professional, kuatnya ikatan-ikatan primordial, berbelit-belit, tidak akuntabel, birokrasi dijadikan sebagai basis politik, orientasi jangka pendek dengan motif mencari proyek, resisten terhadap perubahan dan banyak praktik mafi a lainnya.

(5) Ada pemetaan masalah birokrasi, penentuan skala prioritas yang harus direformasi serta tahap kemajuan hasil reformasi. Semua lembaga mengimplementasikan langkah-langkah ini. Mereka yang berhasil diberi ganjaran (reword), sedangkan yang tidak berhasil diberikan sanksi. Misal dalam penataan struktur harus memegang prinsif tepat ukuran dan tepat fungsi (right size and right function).

Page 123: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

115BAB 5 – Pembangunan Administrasi

(6) Ada keteladanan elit birokrasi, pejabat Negara, legislatif, eksekutif dan yudikatif dalam melakukan reformasi diinternal masing-masing. Budaya kita masih bersifat paternalistis. Dalam praktik tingkah laku, orang kecil (rakyat) akan banyak mengikuti apa yang dilakukan oleh mereka yang dianggap menjadi panutan, tanpa mempersoalkan: Apakah yang dilakukan oleh panutan itu benar atau tidak. Untuk itu, kebanyakkan dari kita lebih mudah melakukan sesuatu setelah melihat dibandingkan mendengar. Jika elit suka berebut kekuasan atau kursi, dengan cara-cara yang tidak baik maka mereka yang bukan elit akan mengikutinya. Hal ini bermakna bahwa keteladanan elit memiliki pengaruh yang besar.

Setelah reformasi birokrasi maka prioritas pembangunan administrasi berikutnya adalah pembangunan sumber daya aparatur. Sebenarnya ada 2 (dua) sumber daya vital yang menentukan kemajuan suatu bangsa dan Negara yaitu sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA). Jika kedua sumber daya tersebut harus dipilih lagi dan yang mana yang lebih menentukan kemajuan bangsa dan Negara maka jawaban yang tepat adalah memilih SDM. Banyak Negara yang memiliki SDA yang melimpah tetapi bangsa dan negaranya tidak begitu maju. Sebaliknya, banyak pula Negara yang hanya memiliki SDA terbatas, tetapi memiliki SDM yang unggul, sehingga bangsa dan negaranya menjadi sangat maju dan sejahtera. Untuk itu, SDM yang berkualitas lebih menentukan keberhasilan suatu bangsa dalam membangun dirinya. Realitas ini juga menunjukkan bahwa sangat logis atau wajar apabila pembangunan SDM, khususnya sumber daya aparatur menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan administrasi di NSB.

Sebagian SDM tersebut adalah sumber daya aparatur yang mengisi birokrasi. SDM yang mengisi birokrasi dikenal sebagai

Page 124: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

116 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

aparatur negara dan atau penyelenggara negara. Salah satu tugas pokok mereka adalah menindaklanjuti keputusan politik yang telah diambil oleh pemerintah secara profesional. Di sisi lain, kekuasaan pejabat ini amat menentukan, karena segala urusan yang berhubungan dengan jabatan itu, dia yang menentukan. Jabatan-Jabatan itu disusun dalam tatanan hierarki dari atas ke bawah. Jabatan yang berada di hierarki atas mempunyai kekuasaan yang lebih besar, dibandingkan dibawahnya. Semua jabatan lengkap dengan fasilitas yang mencerminkan kekuasaannya. Rakyat kecil – besar atau hampir semua orang tergantung dan membutuhkan legitimasi mereka (birokrasi pemerintah). Rakyat memperoleh, membutuhan rejeki dan pelayanan yang berhubungan dengan pejabat, pegawai dan pelaku-pelaku birokrasi pemerintah. Demikian juga pemborong atau rekanan dari yang kecil sampai yang besar membutuhkan rejeki dari pejabat birokrasi. Tidak ketinggalan pula artis pemula-senior juga membutuhkan mereka. Semua orang membutuhan pelayanan KTP dan perizinan. Untuk mendapatkan hal ini, mereka membutuhkan dan menjumpai pejabat-pejabat, mau duduk sebagai wakil rakyat memerlukan mereka dan banyak lagi yang lainnya.

Persoalan yang terjadi pada diri si sumber daya aparatur pemerintah dan menjadi perbincangan di mana-mana terkait dengan beberapa kekurangan atau kelemahan secara individual maupun kolektif, yang jika diidentifi kasi dapat dirinci sebagai berikut:a. Profesionalisme dalam bekerja.b. Akuntabilitas (tanggung jawab). c. Perilaku yang korup atau lengkapnya melakukan korupsi,

kolusi, konspirasi dan nepotisme (K3N).d. Kerja keras dan budaya kerja.e. Disiplin.

Page 125: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

117BAB 5 – Pembangunan Administrasi

f. Pola pikir (mind-set) dan budaya kerja (culture-set) birokrat belum secara penuh mendukung terwujudnya birokrasi yang efi sien, efektif dan produktif.

g. Banyak SDM aparatur yang memiliki pendidikan tinggi dan memiliki kemampuan, tetapi belum diberdayakan secara optimal.

h. Banyak juga SDM aparatur yang kurang berintegritas, kualitas moral dan mentalnya masih mengecewakan, kurang kompeten, capable, dan kurang berkinerja tinggi.

i. Jumlah sumber daya aparatur yang besar dan menumpuk di perkotaan, sehingga gaji dan yang terkait dengan biaya aparatur menghabiskan anggaran yang besar, sedangkan untuk level daerah bisa menghabiskan anggaran di atas 50 persen APBD.

j. Diperkirakan hanya 20 persen dari total aparatur Negara yang berkinerja baik dan sangat baik serta berkualitas. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) menyebutkan bahwa jumlah PNS se Indonesia saat ini sebanyak 4.375.009 orang http://www.jpnn.com/read/2015/01/01/278804/40 dan 4.732.472 orang, menurut data BKN per Mei 2010.

k. Sistem informasi kepegawaian belum memadai, sehingga hal ini menimbulkan kesulitan dalam pengambilan keputusan

Berpijak pada beberapa persoalan yang berhubungan langsung dengan SDM aparatur seperti yang telah diungkapkan maka pembangunan sumber daya aparatur perlu difokuskan dan diprioritaskan pada:a. Pembangunan dan peningkatan kualitas moral. Moral

mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Jadi, derajat kepribadian seseorang amat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya. Dalam kehidupan sehari-hari, kualitas

Page 126: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

118 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

moral tercermin dari sikap dan tingkah laku manusia. Mereka yang bertingkah laku baik akan menjunjung kejujuran, sebaliknya jika tingkah laku jelek atau menyimpang akan melahirkan atau membenarkan adanya penyelewengan. Hal ini harus menjadi keinginan bersama dan elit harus siap menjadi panutan. Mereka yang menyimpang diberikan sanksi administrasi dan sosial.

b. Pembangunan budaya organisasi yang terkait dengan nilai-nilai seperti: integritas; kinerja tinggi, bebas dan bersih dari KKN, kerja dan kerja, mampu melayani publik, netral, berdedikasi serta memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur Negara. Nilai-nilai ini tidak sekedar diketahui, melainkan terimplementasi pada setiap sumber daya aparatur atau telah menjadi budaya organisasi (birokrasi).

c. Ada dukungan dari luar birokrasi untuk pengembangan profesionalime dan kapasitas aparatur Negara dalam melaksanakan Tupoksi .

d. Ada aturan main yang jelas tentang penetapan standar kompetensi jabatan, sehingga mereka bisa menerima mengapa ada yang dipromosikan, tetap bertahan pada jabatan atau diberikan demosi.

e. Ada penegakan etika dan disiplin aparatur negara. Unit yang menangani hal ini sudah ada, tetapi penguatan lembaga dan manajemen menjadi kunci keberhasilan penegakan etika dan disiplin. Persoalan yang terjadi selama ini dalam penegakan etika dan disiplin terbentur dengan rasa tidak nyaman penegak etika karena objeknya adalah rekan sejawat serta antara penegak dengan mereka yang ingin ditegakkan sama-sama terkait dengan masalah etika dan disiplin.

Prioritas berikutnya dalam pembangunan administrasi adalah pembangunan budaya organisasi. Sutrisno (2010: 2) menegaskan

Page 127: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

119BAB 5 – Pembangunan Administrasi

bahwa budaya organisasi sebagai perangkat sistem nilai-nilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs) atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasi. Untuk itu, dalam organisasi dikenal ada budaya kuat dan ada budaya lemah. Kedua jenis budaya ini hidup dan ada di setiap organisasi.

Robbin (1997) http://wawanharyawan.fi les.wordpress.com/2008/07/budaya- organisasidanimplementasinya.pdf menegaskan bahwa budaya organisasi kuat adalah budaya di mana nilai-nilai inti organisasi dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas oleh anggota organisasi. Faktor-Faktor yang menentukan kekuatan budaya organisasi adalah: (1) Kebersamaan dan (2) Intensitas. Ciri-ciri budaya organisasi kuat adalah: (1) Anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi, (2) Pedoman bertingkah laku bagi orang-orang di dalam perusahaan digariskan dengan jelas, dimengerti, dipatuhi dan dilaksanakan oleh orang-orang di dalam perusahaan, sehingga orang-orang yang bekerja menjadi sangat kohesif, (3) Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan, tetapi dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari secara konsisten oleh orang-orang yang bekerja dalam perusahaan, (4) Organisasi memberikan tempat khusus kepada pahlawan-pahlawan organisasi dan secara sistematis menciptakan bermacam-macam tingkat pahlawan, (5) Dijumpai banyak ritual, mulai dari ritual sederhana hingga yang mewah, (6) Memiliki jaringan kulturan yang menampung cerita-cerita kehebatan para karyawannya, sedangkan ciri-ciri budaya organisasi lemah menurut Deal dan Kennedy terdiri dari: (1) Mudah terbentuk kelompok-kelompok yang bertentangan satu sama lain, (2) Kesetiaan kepada kelompok melebihi kesetiaan kepada organisasi, (3) Anggota organisasi tidak segan-segan mengorbankan kepentingan organisasi untuk kepentingan kelompok atau kepentingan diri sendiri.

Page 128: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

120 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

Apabila pendapat yang telah diungkapkan dijadikan acuan maka dapat ditegaskan bahwa budaya organisasi yang tidak berhenti pada slogan semata, tetapi dihayati, dinyatakan dan diimplementasikan dalam tingkah laku sehari-hari secara konsisten oleh orang-orang yang bekerja dalam organisasi akan menjadi penentu atau sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi. Nilai atau norma aparatur Negara yang selama ini dijadikan acuan pada umumnya dituangkan dalam peraturan perundang-undangan. Beberapa peraturan di Indonesia yang dapat dijadikan acuan antara lain:a. Undang-Undang (UU) Nomor 28 Tahun 1999 Tentang

Penyelenggara yang bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolosi dan Nepotisme.

b. Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2001 Tentang perubahan UU Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

c. Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (ASN).

d. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS).

e. Peraturan Presiden (PP) Republik Indonesia (RI) Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang 2012-2025 dan Jangka Menengah 2012- 2014.

f. Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014.

Dalam berbagai peraturan tersebut dengan jelas diamanahkan bagaimana menjadi PNS yang ideal atau seharusnya antara lain: melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang bertanggung jawab, tidak melakukan tindakan tercela, bersih dari KKN, setia pada Pancasila, UUD 1945 dan Negara kesatuan republik

Page 129: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

121BAB 5 – Pembangunan Administrasi

Indonesia ( NKRI), berdisiplin, mentaati peraturan yang berlaku, tidak berpolitik praktis, menjaga rahasia Negara, melaksanakan kewajibannya sebaik mungkin, menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi dan golongan, professional, serta masih banyak contoh lainnya. Persoalannya adalah ada kesenjangan yang lebar antara yang diatur (harapan) dengan yang dilaksanakan oleh PNS (kenyataan). Sebagai konsekuensi, banyak PNS yang melakukan KKN, tidak disiplin dan ada yang melakukan tindakan tercela dan masih banyak kelemahan lainnya. Pertanyaannya: Mengapa hal demikian terjadi? Hal ini terjadi karena internalisasi budaya organisasi selama ini baru lebih banyak berhenti pada tataran slogan.

Oleh karena itu, budaya organisasi apa dan yang mana yang diperlukan oleh birokrasi pemerintah agar birokrasi dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi, termasuk fungsi pembangunan. Beberapa budaya organisasi yang harusnya diinternalisasi antara lain: (1) Integritas (integrity), (2) Disiplin (Diciplin), (3) Perbaikan terus-menerus (continual Improvement), (4) Bertindak segera (Prompt Action), (5) Tanggung jawab (Responsibility), (6) Inovasi (Inovation), (7) Komunikasi (Communication), (8) Profesional, (9) Bebas dari KKN, (10) Ramah, (11) Memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik birokrasi, (12) Jujur, (13) Tidak boros, (14) Efi sien, (15) Transparan, (16) Adil, (17) Setia atau loyal kepada bangsa dan negara, (18) Menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan, (19) Kerja keras, (20) Malu berbuat tercela, (21) Tidak diskriminatif, (22) Menghargai kualitas, (23) Menunjukkan keteladanan dan masih banyak lainnya. Pilihan budaya organisasi mana yang perlu diprioritaskan, sangat ditentukan oleh permasalahan yang terjadi pada unit kerja masing-masing. Untuk itu, kita bisa menggunakan budaya organisasi yang kuat sebagai prioritas dan yang lemah sebagai tambahan.

Page 130: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

122 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

Budaya organisasi apa dan yang mana yang diperlukan untuk membangun birokrasi? Salah satu contohnya adalah budaya efi sien. Mengapa hal ini dipilih? Banyak perilaku birokrasi yang boros yang terkait dengan penggunaan dan pemanfaatan fasilitas, Sarana dan prasarana kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS). Demikian juga ada masalah yang terkait dengan efektifi tas dan efi siensi alokasi sumber daya yang terdiri dari Men, Money, Machines, Methods dan Materials. Hal ini mengindikasikan bahwa budaya efi sien belum menjadi budaya organisasi, sehingga banyak perilaku yang boros. Di sisi lain, sering kali kita tidak menyadari bahwa masih banyak warga (rakyat) di Indonesia dan NSB yang miskin yang memerlukan perhatian serius, tetapi banyak di antara kita malahan bergaya hidup yang tidak efi sien (boros), yang dapat menciderai rasa keadilan rakyat.

Efi siensi dalam segala hal, khususnya manajemen dan organisasi makin relevan dan penting untuk menjadi budaya organisasi karena perkembangan dunia yang makin mengglobal. Globalisasi ditandai oleh kemajuan pesat di bidang teknologi komunikasi elektronik, komputer dan informasi, sekaligus pergantian milenium II ke III yang terjadi dewasa ini, serta era pasar bebas, yang menuntut kompetensi dan kualitas di segala bidang. Mereka yang tidak efi sien akan tertinggal dan tergilas oleh persaingan. Mereka yang efi sien akan dapat memanfaatkan peluang dan kesempatan, dapat menikmati keuntungan di bidang ekonomi, politik dan sosial budaya atau sesuai dengan aspek yang ditekuninya. Jadi, efi siensi wajib menjadi budaya manajemen pemerintah dan swasta di masa kini dan mendatang dalam rangka memenangkan persaingan global.

Pengelola manajemen dan organisasi Negara yang tidak memperhitungkan efi siensi akan berada dibelakang, selalu tertinggal, tidak mampu bersaing, tidak akan memiliki keunggulan komperatif dan malahan akan menghadapi ancaman kebangkrutan atau kematian organisasi. Kebutuhan akan efi siensi

Page 131: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

123BAB 5 – Pembangunan Administrasi

makin terasa terutama di negara-negara sedang berkembang. Realitas menunjukkan bahwa banyak organisasi di negara sedang berkembang dapat hidup karena fasilitas negara atau pejabat pemerintah atau publik bukan karena kerja keras, disiplin dan kemampuan bersaing. Indikasinya banyak organisasi yang terjebak oleh konsfi rasi, kolusi, korupsi dan nepotisme (K3N). Efi siensi manajemen dan organisasi dalam berbagai tingkatan menjadi penentu tercapainya tujuan organisasi ( Negara).

Organisasi ekonomi yang tidak efi sien akan mengami kesulitan dan tidak mampu bersaing. Organisasi Pemerintah (birokrasi) yang tidak efi sien akan menimbulkan persoalan sebagai berikut:a. Akan menciptakan berbagai kelambanan dan hambatan

dalam mewujudkan iklim usaha (investasi) yang kondosif dan menguntungkan.

b. Pelayanan yang kurang memuaskan.c. Menimbulkan berbagai keluhan, prustasi dan kerawanan

sosial.d. Akan terjadi pemborosan penggunaan sarana yang terdiri

dari Men, Money, Machines, Methods dan Materials.e. Sulit bersaing, tidak memiliki keunggulan komperatif, dan

selalu tertinggal dari bangsa lain.

Realitas yang telah diungkapkan menjadi pembelajaran bahwa efi siensi menjadi salah satu prioritas pembangunan administrasi sebagai bagian dari budaya organisasi. Oleh karena begitu pentingnya efi siensi maka efi siensi harus menjadi gerakan bersama dan menjadi budaya warga Negara dalam bekerja, kegiatan di luar kerja dan di rumah masing-masing.

Supaya budaya organisasi yang dijadikan komitmen birokrasi tidak berhenti pada tahapan slogan semata, tetapi dihayati, dinyatakan dan diimplementasikan dalam tingkah laku sehari-

Page 132: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

124 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

hari secara konsisten oleh semua anggota organisasi maka banyak cara yang harus dilakukan. Cara-cara yang harus dilakukan antara lain: (1) Jika ingin mencegah dan memberantas KKN maka semua

anggota harus tahu, memiliki kependulian, mau dan mampu melakukan (tercermin dalam tingkah laku sehari-hari);

(2) Membangun budaya organisasi merupakan pekerjanaan yang tidak mudah, sehingga upaya ini harus secara konsisten dilaksanakan dan semua pihak mau bekerja sama untuk mewujudkan;

(3) Internalisasi budaya organisasi memerlukan perubahan mindset dan ada dukungan komitmen yang kuat dari semua pihak dan kalangan (dari dalam dan luar birokrasi);

(4) Gerakan membangun budaya harus dilakukan secara sistematis, terarah, didukung oleh political will yang kuat, konsisten, dan konsekuen; dan

(5) Semua orang dalam birokrasi harus membuat pernyataan komitmen bersama tentang berbagai nilai yang akan diinternalkan dalam birokrasi. Misalnya tidak melakukan tindak pidana KKN, bekerja professional dan tidak diskriminatif serta siap diberikan sanksi apabila melakukan pelanggaran (sekedar contoh) melalui penandatanganan dokumen pakta integritas.

Lebih tegas lagi, internalisasi budaya organisasi memerlukan langkah-langkah yang dimulai dari tahap pengenalan dan pemahaman (knowing the good atau learning to know) tentang isi budaya organisasi. Cara yang dapat ditempuh melalui pendidikan informal, sosialisasi, penulisan buku praktis untuk diserbarluaskan dan bisa juga melalui diskusi, FGD, publikasi melalui media massa dan media sosial. Dilanjutkan dengan langkah kedua yaitu penumbuhan rasa cinta dan penandatangan

Page 133: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

125BAB 5 – Pembangunan Administrasi

dokumen fakta integritas. Akhirnya dihayati, diimplementasikan atau diamalkan melalui tingkah laku sehari-hari, sebagai gerakan bersama. Langkah ini dianggap berhasil apabila semua orang dalam birokrasi paham dan mengetahui dengan persis budaya organisasi, tumbuh rasa cinta dan bertanda tangan pada dokumen fakta integritas dan akhirnya diikuti penghayatan dan pengamalan (doing the good, learning to do, learning to live together dan learning to be) yang tercermin dari tingkah laku semua orang dalam birokrasi; menjadi gerakan bersama yang masif dan menjadi basis gerakan moral.

Prioritas pembangunan administrasi selanjutnya adalah pembangunan sinergitas dan partisipasi kekuatan bangsa. Fakta menarik untuk mengawali betapa pentingnya sinergitas kekuatan bangsa terlihat dari makin menguatnya ego dan ego dalam berbagai aktivitas. Kita mengenal munculnya dan begitu kuatnya ego sektoral atau unit kerja sebagai fenomena umum di negeri ini. Ada sisi positif dari ego ini yaitu mereka akan membela sektoralnya atau unit kerjanya, melindungi dan bila diperlukan akan ditutupi kelemahan, kekurangan dan kesalahan. Ego dalam hal ini akan menjadi persoalan besar apabila mereka akan mewujudkan birokrasi yang lebih berkualitas dan profesional. Mengapa bisa demikian? karena ego hanya akan menyulitkan menentukan titik mulai suatu kegiatan, langkah-langkah yang harus ditempuh dan penentuan tujuan, sehingga ego yang terjadi akan menyulitkan untuk mewujudkan pencapaian tujuan. Oleh karena itu, ego sektoral atau unit kerja menjadi persoalan yang perlu dicarikan solusi. Salah satu solusi untuk mengatasi ego dapat dilakukan melalui Penguatan sinergitas.

Pembangunan atau penguatan sinergitas menjadi keniscayaan karena sinergitas menjadi kebutuhan setiap bangsa untuk mewujudkan pencapain tujuan secara optimal. Tidak semua aparatur Negara telah berusaha untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bersih secara bersama sebagai suatu

Page 134: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

126 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

gerakan. Sudah banyak di antara mereka yang telah berusaha masing-masing, tetapi tidak disinergikan dan tentu saja ada di antara mereka yang masa “bodoh” karena sudah berada di zona nyaman dengan kondisi yang ada. Sebagai konsekuensi tidak bersinergi, hasil kurang optimal atau terkesan tidak ada kemajuan. Idealnya, semua harus bersinergis dalam mewujudkan tujuan. Semua harus bergerak menuju dan mewujutkan titik yang sama yaitu birokrasi yang lebih berkualitas, baik, profesional, cepat, tanggap, bersih, efi sien, efektif, tepat ukuran dan fungsi, produktif dan berkinerja tinggi atau apa saja yang akan diwujudkan.

Apabila titik yang akan dituju untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bersih maka semua orang harus bersenirgis ke sana untuk mewujudkannya. Titik yang akan dituju akan dapat diwujudkan apabila:a. Semua pihak mengetahui dan memahami dengan baik dan

benar titik mana yang akan dituju;b. Semua pihak mempunyai keinginan dan komitmen yang

sama ke satu titik;c. Semua pihak bersinergis menuju ke titik yang akan dituju,

termasuk sinergi dalam konsep (pemikiran) dan tindakan;d. Ada kepedulian, ada yang mengingatkan jika ada kesalahan

dan siap dikoreksi dan disanksi apabila melakukan kesalahan.

Sinergitas akan makin terbangun dan semakin memudahkan dalam menyelesaikan masalah-masalah besar bangsa dan Negara, apabila sinergitas dalam hal ini didukung oleh partisipasi masyarakat. Tjokrowinoto (1993:48) menegaskan bahwa partisipasi secara aktif dalam pembangunan di lingkungan masyarakat pedesaan sangat dibutuhkan bahkan sudah menjadi mitos dari pembangunan itu sendiri, sehingga hampir semua negara mengumumkan secara luas kebutuhan partisipasi dalam semua proses pembangunan. Partisipasi masyarakat merupakan

Page 135: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

127BAB 5 – Pembangunan Administrasi

hak dan kewajiban setiap warga negara untuk memberikan kontribusi kepada siapa saja dengan maksud dan tujuan yaitu untuk mencapai tujuan kelompok, sehingga mereka diberikan kesempatan dalam berpartisipasi mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan mengevaluasi pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan kreatifi tas yang ada dalam pola pikir dan mata hati mereka yang akan disampaikan dalam musyawarah desa (disebut juga “Rapat Desa”).

Oleh karena pentingnya partisipasi atau dukungan atau kontribusi atau keikutsertaan masyarakat maka partisipasi menjadi kunci segala sesuatu, termasuk sukses atau tidaknya pelaksanaan pembangunan. Apabila partisipasi ada di mana-mana dan dilakukan oleh banyak orang maka tidak ada pekerjaan yang tidak sukses. Hasil bisa lebih optimal, semua biaya menjadi lebih ringan, pekerjaan lebih lancar, sekaligus partisipasi dalam hal ini akan dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan memiliki terhadap hasil pekerjaan. Persoalan yang muncul dalam 15 tahun terakhir adalah ada penurunan yang signifi kan partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan. Mengapa fenomena ini terjadi dan faktor apa penyebabnya? Pertanyaan ini harus dapat dijawab oleh administrasi pembangunan karena salah satu tugas pokok dan fungsi administrasi pembangunan adalah membangun partisipasi masyarakat. Jawaban atas pertanyaan ini dijelaskan pada bab tersendiri.

Pembangunan berikutnya terkait dengan pemantapan dan penyempurnaan sistem dan prosedur dalam pelayanan publik. Mengapa sistem dan prosedur menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan administrasi? Pertanyaan demikian muncul karena ada beberapa alasan: (1) Masih menimbulkan banyak keluhan karena lama dan lambat; (2) Menjadi salah satu sumber atau titik korupsi atau penyalahgunaan jabatan atau wewenang; (3) Menjadi sumber atau titik penyebab mengapa investor membatalkan niatnya untuk berinvestasi karena sulitnya mengurus perizinan;

Page 136: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

128 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

dan (4) Menjadi sumber perusak citra bangsa. Persoalan ini tidak terlepas dari keberadaan birokrasi dan tingkah laku birokrat. Birokrasi dalam hal ini menjadi cermin dari proses dan sistem untuk menjamin mekanisme dan sistem kerja yang teratur dan pasti. Berpijak pada persoalan demikian maka Menteri PAN dan RB sudah lama menggariskan kepada birokrasi publik tentang berbagai rambu-rambu dalam pemberian pelayanan seperti kesederhanaan, kejelasan, kepastian, keamanan, keterbukaan, efi sien, ekonomis, dan keadilan yang sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.

Birokrasi bagi sebagian orang dimaknai sebagai prosedur yang berbelit-belit, menyulitkan, menjengkelkan dan mahal. Ada pula yang memandang birokrasi dimaknai sebagai upaya untuk mengatur dan mengendalikan perilaku masyarakat agar lebih tertib, memahami hak dan kewajiban serta berbagai pengaturan lainnya. Lebih tegas lagi, ada pandangan bahwa birokrasi menjadi alat yang efi sien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi, dan ada pula pandangan negatif bahwa birokrasi menjadi alat untuk memperoleh, mempertahankan dan melaksanakan kekuasaan melalui berbagai sistem dan prosedur yang kaku, berlebihan, penyimpangan dan menutup diri dari kritik. Oleh karena itu, salah satu yang harus diwujudkan dalam pelayanan publik terkait dengan rambu-rambu kesederhanaan. Kesederhanaan dalam pelayanan mempunyai maksud bahwa prosedur atau tata cara pemberian pelayanan kepada masyarakat ( publik) harus menjadi lebih mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan dilaksanakan, sehingga birokrasi tidak dipandang negatif.

Perlu ditegaskan pula bahwa pandangan negatif terhadap birokrasi seperti yang telah diungkapkan dapat menimbulkan pandangan tidak optimis. Mengapa? Kompleksnya permasalahan birokrasi perizinan telah dianggap sebagai masalah abadi dan tidak ada solusinya. Pengalaman beberapa sahabat penulis menuturkan bahwa ada 2 (dua) jalan dalam birokrasi yaitu jalan lurus, tapi lama

Page 137: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

129BAB 5 – Pembangunan Administrasi

dan jalan cepat (kilat atau ekspres), tetapi mahal. Ada pula yang memberikan istilah jalan depan (lama) dan jalan belakang, tetapi cepat. Kedua jalan ada harga yang harus dibayar. Dalam rangka memberikan solusi dari kerumitan sistem dan prosedur perizinan seperti yang telah diungkapkan maka pemerintah menetapkan kebijakan dalam wujud penyederhanaan Perizinan melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan terintegrasi (one-stop service); Kebijakan ini sangat baik, tetapi dalam implementasinya belum didukung komitmen yang optimal dari birokrat. Jadi, kebijakan yang baik belum berarti atau bermakna, sebelum mendapat dukungan yang optimal dari implementor. Implementor dalam hal ini harus siap memberikan pelayanan yang terbaik, murah, sederhana dan cepat.

Page 138: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

130 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

Page 139: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

131

BAB 6

Partisipasi

Masyarakat Dalam

Pembangunan

Partisipasi masyarakat dalam segala aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamaman sangat dibutuhkan oleh bangsa manapun dan di manapun.

Kebutuhan akan partisipasi masyarakat menjadi sedemikian penting karena semua orang dan bangsa memiliki kelemahan atau keterbatasan kemampuan. Keterbatasan atau kelemahanan semua orang atau bangsa hanya akan mendapat solusi atau jalan keluar, apabila orang atau bangsa tersebut dapat memperoleh, membangkitkan dan atau membangun partisipasi masyarakat. Hal demikian juga bermakna bahwa partisipasi masyarakat sangat penting dan menjadi kunci suksesnya pembangunan aspek apa pun.

Persoalaanya adalah ada fenomena menarik tentang partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang menujukkan atau mudah diamati bahwa tingkat partisipasi mereka dalam pembangunan dari waktu ke waktu mengalami pasang surut atau naik turun. Namun dalam 15 (lima belas) tahun terakhir atau awal 2000 sampai tahun 2014 menunjukkan tingkat pastisipasi dalam pembangunan, terutama proyek-proyek pembangunan pemerintah memiliki tren yang terus menurun. Mengapa tren partisipasi mengalami penurunan, apa penyebabnya

Page 140: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

132 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

dan bagaimana menumbuhkan atau membangun partisipasi masyarakat? Jawaban atas pertanyaan mendasar inilah menjadi salah satu tugas pokok dan fungsi administrasi pembangunan melalui pembangunan partisipasi masyarakat. Malahan ada yang berpendapat bahwa salah satu ruang lingkup administrasi pembangunan berbicara tentang pembangunan partisipasi masyarakat. Jawaban selengkapnya atas pertanyaan yang telah diungkapkan menjadi fokus utama dari Bab ini.

A. Pengertian Partisipasi

Banyak pendapat tentang konsep atau pengertian partisipasi. Soekanto (1983: 245) menegaskan bahwa partisipasi adalah pinjaman dari bahasa Belanda “participatie”, yang sebenarnya dari bahasa latin “participatio”. Perkataan “participatio” terdiri dari 2 (dua) suku kata yaitu “part” yang berarti bagian, dan “capere” yang berarti mengambil bagian. Selanjutnya, kata “participation” itu sendiri berasal dari kata kerja “participate” yang berarti ikut serta. Jadi, partisipasi mengandung pengertian aktif yakni adanya kegiatan atau aktivitas.

Pengertian partisipasi menurut asal usul kata sebagaimana dijelaskan oleh Soekanto dapat dipahami bahwa partisipasi merupakan suatu aktivitas untuk mengambil bagian atau peran dalam suatu kegiatan bersama. Pemahaman makna partisipasi berikutnya sebagaimana diungkapkan oleh Davis (1962: 427) yang menegaskan bahwa participation is difi ned as mental and emotional involvement of a person in group situation which encourages him to contribute to group goal and share responsibility in them (Partisipasi dapat didefi nisikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan).

Page 141: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

133BAB 6 – Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

Pandangan Davis seperti yang telah diungkapkan dapat dipahami bahwa keterlibatan jasmani, mental atau pikiran akan dapat mendorong dan menjadikan partisipan berlangsung dengan hasil yang optimal atau dapat memberikan sumbangan secara optimal dalam rangka mencapai tujuan, sekaligus akan memunculkan kepercayaan masyarakat yang tinggi, rasa ikut bertanggung jawab dan rasa memiliki. Selanjutnya Tjokrowinoto (1993:48) menegaskan bahwa partisipasi secara aktif dalam pembangunan di lingkungan masyarakat pedesaan sangat dibutuhkan bahkan sudah menjadi mitos dari pembangunan itu sendiri, sehingga hampir semua negara mengumumkan secara luas kebutuhan partisipasi dalam semua proses pembangunan. Partisipasi masyarakat merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara untuk memberikan kontribusi kepada kegiatan bersama dengan maksud dan tujuan untuk mencapai tujuan kelompok, sehingga mereka diberikan kesempatan dalam berpartisipasi mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, pengawasan dan mengevaluasi pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan kreatifi tas yang ada dalam pola pikir dan mata hati mereka, yang akan disampaikan dalam musyawarah desa (disebut juga “Rapat Desa”).

Berdasarkan beberapa pengertian partisipasi masyarakat seperti yang telah diungkapkan maka penulis berpendapat bahwa partisipasi masyarakat adalah keterlibatan dan kontribusi aktif secara fi sik dan mental dalam berbagai kegiatan bersama, sebagai realisasi akan hak dan kewajiban setiap warga Negara dalam rangka mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu, setiap berbicara partisipasi masyarakat tidak dapat dilepaskan dari:a. Ada keterlibatan dan kontribusi aktifb. Secara fi sik dan mentalc. Dalam kegiatan bersamad. Menunaikan hak dan kewajibane. Mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Page 142: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

134 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

Oleh karena pentingnya partisipasi atau dukungan atau kontribusi atau keikut-sertaan masyarakat maka partisipasi menjadi kunci segala sesuatu, termasuk sukses atau tidaknya pelaksanaan pembangunan. Apabila partisipasi ada di mana-mana dan dilakukan oleh banyak orang maka tidak ada pekerjaan yang tidak sukses. Di sisi lain, hasil bisa lebih optimal, semua biaya menjadi lebih ringan, pekerjaan akan menjadi lebih lancar, sekaligus partisipasi dalam hal ini akan dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan memiliki terhadap hasil pekerjaan. Persoalan yang muncul dalam 15 (lima belas) tahun terakhir adalah ada penurunan yang signifi kan tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan. Mengapa fenomena ini terjadi dan faktor apa penyebabnya? Pertanyaan ini harus dapat dijawab oleh administrasi pembangunan karena salah satu tugas pokok dan fungsi administrasi pembangunan adalah membangun partisipasi masyarakat.

Ada pula pandangan bahwa salah satu ruang lingkup Administrasi Pembangunan adalah pembangunan partisipasi masyarakat. Oleh karena itu dapat ditegaskan bahwa tercapainya pembanguan di suatu negara bukan hanya tanggung jawab administrator pembangunan, melainkan menjadi tugas dan tanggung jawab bersama semua elemen masyarakat (anak bangsa) dan pemerintah. Penegasan ini penting karena makna luas dari negara itu sendiri merupakan hubungan antara pemerintah dan masyarakatnya. Namun biasanya (seperti terjadi di Indonesia) ketidak-harmonisan antara pemerintah dan rakyat menjadikan proses pembangunan menjadi terhambat atau terganggu. Bisa saja hal ini dikarenakan masalah egosentrisme, etnis, dan masalah-masalah perbedaan kepentingan dari kedua belah pihak. Keterhambatan proses pembangunan juga dapat terjadi akibat keterbatasan pengadaan faktor pendukung fi sik seperti peralatan, perlengkapan, teknologi, dan sumber daya yang tidak memadai.

Page 143: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

135BAB 6 – Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

B. Penumbuhan Partisipasi

Conyers (1991: 154-155) menegaskan bahwa ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat menjadi sangat penting. Alasan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat untuk

memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat yang tanpa adanya ini maka program pembangunan dan proyek-proyek akan gagal.

2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut.

3. Adanya anggapan bahwa suatu hak demokrasi bila masyarakat yang dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri, yaitu masyarakat mempunyai hak dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di wilayah mereka.

Pandangan Conyers ini dapat diaplikasikan dalam pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang). Pendapat ini apabila dihubungkan dengan partisipasi masyarakat dalam Musrenbangdes dapat diperoleh pemahaman bahwa partisipasi masyarakat yang baik bukan hanya sekedar dilihat dari kehadirannya. Dalam kehadiran mereka tersebut dapat memberikan informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat melalui usulan-usulan yang diajukannya dan permasalahan masyarakat di lingkungannya. Di sisi lain, dengan adanya partisipasi masyarakat dalam persiapan dan perencanaan akan menumbuhkan rasa tanggung jawab, sekaligus mereka secara langsung maupun tidak langsung telah menggunakan hak-hak demokrasinya seperti hadir dalam pengambilan keputusan

Page 144: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

136 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

dan berbicara dalam Musrenbangdes. Persoalannya adalah partisipasi masyarakat dalam Musrenbang dari waktu ke waktu menunjukkan tren yang makin menurun.

Hasil penelitian Ngusmanto (2012:76) tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Limbung Tahun 2012 Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat menyimpulkan bahwa penurunan partisipasi masyarakat dalam penyusunan rencana pembangunan desa disebabkan oleh kurangnya keterlibatan jasmani, mental dan perasaan, kesediaan memberi sumbangan dalam rangka membantu tercapainya tujuan serta lemahnya rasa turut bertanggungjawab atas segala sebab akibat dari kegiatan Musrenbang, dengan indikasi sebagai berikut: (1) Kurangnya keterlibatan jasmani, mental dan perasaan terlihat

dari kehadiran peserta Musrenbang yang hanya mencapai 50 persen dan sebagian dari mereka juga tidak mengikuti pelaksanaan Musrenbang sampai selesai. Hal ini terjadi sebagai ungkapan kekecewaan dan rasa kesal masyarakat karena usulan-usulan yang diajukan melalui mekanisme Musrenbang kurang berhasil. Konsekuensi lebih lanjut, ada kemungkinan Musrenbang tahun 2013 tidak diselenggarakan lagi karena Musrenbang tidak manfaat. Peserta Musrenbang memang ada yang mendiskusikan program prioritas, tetapi lebih banyak dari mereka yang tidak bicara karena mereka sadar bahwa usulan akan gagal lagi seperti tahun-tahun sebelumnya. Nilai positif yang terkait dengan keterlibatan mental dan perasaan terlihat dari mereka yang lebih bisa memahami bahwa semua peserta menginginkan usulannya diprioritaskan. Mereka sadar bahwa hal demikian merupakan sesuatu yang tidak mungkin.

(2) Kurangnya keterlibatan stakeholders dalam memberikan sumbangan dalam Musrenbang yang terkait dengan sumbangan pemikiran, ide atau gagasan terlihat dari usulan

Page 145: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

137BAB 6 – Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

yang diajukan peserta tidak lain hanya merupakan copy paste dari usulan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini sebagai konsekuensi belum diakomodasinya usulan sebelumnya.

(3) Lemahnya rasa turut bertanggungjawab atas segala sebab akibat dari kegiatan Musrenbang. Tanggung jawab dalam hal ini baru lebih banyak terlihat dari dibentuknya delegasi, penyampaian hasil kompilasi dan upaya mereka untuk diberi kesempatan bicara dalam rangka menyampaikan usulan-usulan masyarakat yang diwakilinya dalam Musrenbang Kecamatan, sehingga mereka tidak dapat mengetahui dengan persis nasib usulan dimaksud dibiayai atau tidak. Jadi, perjuangan delegasi desa dianggap memiliki rasa tanggung jawab yang besar apabila mereka dapat meloloskan banyak usulan desa yang dibiayai melalui APBD. Berdasarkan tuntutan yang demikian maka delegasi desa melakukan pendekatan- pendekatan kepada pihak-pihak yang berperan besar dalam pengambilan keputusan seperti Bupati, anggota DPRD, kepala SKPD, terutama PU. Realitas ini merupakan konsekuensi usulan pembangunan yang diproses melalui mekanisme Musrenbang untuk mendapatkan pendanaan yang masih sangat mengecewakan.

Sanof (2009: 9) menegaskan bahwa tujuan utama dari peran serta masyarakat adalah:(1) Melibatkan masyarakat dalam mendesain proses pengambilan

keputusan dan sebagai hasilnya, meningkatkan kepercayaan mereka, sehingga mereka dapat menerima keputusan dan menggunakan dalam sistem yang telah ada ketika mereka menghadapi suatu masalah.

(2) Menyalurkan suara masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan guna meningkatkan (kualitas) dari perencanaan dan keputusannya.

Page 146: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

138 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

(3) Mengingatkan rasa kebersamaan (sense of community) dengan mengajak masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.

Hal penting berikutnya yang perlu mendapat jawaban adalah bagaimana menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan? Partisipasi atau lebih mantap lagi kontribusi seseorang atau sekelompok warga bangsa dalam pembangunan di berbagai aspek kehidupan, selama kurun waktu 15 (lima belas) tahun terakhir di negeri ini betul-betul mengalami penurunan yang luar biasa. Mengapa fenomena demikian muncul dan faktor apa yang menjadi akar permasalahan? Jawaban atas pertanyaan ini sesuai hasil penelitian dan diskusi penulis diperoleh beberapa catatan penting (faktor penyebab) yang perlu diperhatikan. Beberapa faktor yang menjadi penyebab dapat dijelaskan seperti uraian berikut. (1) Manajemen pembangunan mulai dari level nasional sampai

dengan level perdesaan menggunakan pedekatan proyek. Hal ini berarti bahwa pedekatan proyek menjadi akar masalah utama mengapa partisipasi masyarakat dalam 15 tahun terakhir mengalami penurunan yang luar biasa. Masyarakat tahu dengan persis bahwa setiap pembangunan telah diproyekkan, sehingga mereka menjadi tidak berpartisipasi. Mereka juga tahu bahwa proyek pembangunan kurang memberdayakan penduduk di lokasi proyek.

(2) Himbauan untuk menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dari para pemimpin formal dalam berbagai level memang dilakukan, tetapi frekuensi himbauan dan pemberian motivasi sangat kurang, sekaligus keteladanan para pemimpin tersebut untuk terlibat langsung di lapangan juga minim. Konsekuensinya, partisipasi terus mengalami penurunan. Mereka tidak lagi cukup dihimbau dan diberi motivasi, melainkan mereka sangat membutuhan keteladanan.

Page 147: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

139BAB 6 – Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

(3) Sosialisasi program dan proyek pembangunan juga tidak sampai kepada kebanyakan warga di dalam dan di sekitar proyek, tahu-tahu proyek dilaksanakan, sehingga warga makin bertambah “cuek” atau masa bodoh. Mereka merasa tidak dihargai atau tidak “diorangkan”. Mereka saja tidak menghargai kita, bagaimana kita mau menghargai mereka.

(4) Pembangunan memang diperuntukkan untuk rakyat dan akan menguntungkan rakyat, tetapi rakyat sendiri dari sejak awal dengan sengaja tidak diikutsertakan.

Davis (1962:429) menegaskan bahwa manfaat partisipasi masyarakat adalah “the great benefi t of participation is that it restores to man at work his birthright to be a creative member of a cooperating group. It restores some of that which has been lost because of efforts to get effi ciency by oversimplifying work and oversupervising the worker”. Selain manfaat partisipasi, Davis (1962: 428) juga menegaskan bahwa ada tiga hal yang harus diperhatikan secara khusus mengenai partisipasi. Ketiga hal tersebut adalah:(1) Unsur pertama adalah partisipasi, sesungguhnya merupakan

suatu keterlibatan mental dan perasaan, bukan hanya keterlibatan secara jasmaniah saja.

(2) Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan untuk membantu tercapainya tujuan dari kelompok tersebut.

(3) Unsur ketiga adalah rasa turut bertanggung jawab atas segala sebab akibat dari kegiatan tersebut.

Beberapa catatan yang telah diungkapkan dapat ditegaskan bahwa ada beberapa hal mendasar yang perlu disikapi dalam rangka menumbuhkan partisipasi masyarakat, yang dapat dirinci sebagai berikut.(1) Dibangunnya ruang atau wahana partisipasi masyarakat(2) Penerapan pendekatan pembangunan yang partisipatif

Page 148: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

140 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

(3) Ada keteladanan pemimpin formal maupun informal, sekaligus berfungsi sebagai motivator

(4) Partisipasi sebagai hak dan kewajiban yang dijadikan budaya bagi masyarakat

(5) Kegiatan yang memerlukan partisipasi masyarakat betul-betul merupakan kegiatan yang menjadi kebutuhan mereka

(6) Kolaborasi Sumber pendanaan dan(7) Pemberian penghargaan

C. Variabel Penting Dalam Partisipasi

Banyak faktor atau variabel yang dapat mempengaruhi partisipasi seseorang atau sekolompok atau suatu masyarakat dalam kegiatan atau aktivitas bersama. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam hal ini dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) hal yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Untuk faktor eksternal terdiri dari: (1) Aktor penggerak, (2) Wahana yang tersedia, (3) Sumber dana kegiatan, (4) Pemilik kegiatan dan (5) Manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh warga atau masyarakat, sedangkan faktor internal terdiri dari: (1) Tingkat ekonomi warga atau masyarakat, (2) Tingkat pendidikan warga atau masyarakat, (3) Tingkat pemahaman warga atau masyarakat terhadap kegiatan bersama, (4) Tingkat kepedulian warga, (5) Rasa ego, (6) Rasa memiliki warga (7) Jenis kelamin, dan (8) Tingkat Umur. Masing-masing faktor yang berpengaruh tersebut, dapat dijelaskan secara rinci seperti uraian berikut.

1. Faktor Eskternal

a. Aktor penggerak Setiap kegiatan bersama akan mencapai hasil yang

optimal apabila ada dukungan atau kontribusi warga atau anggota masyarakat. Tinggi dan rendah atau aktif dan tidak aktif partisipasi atau kontribusi warga

Page 149: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

141BAB 6 – Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

dipengaruhi oleh adanya aktor penggerak. Dalam realitas, memang ada partisipasi warga yang tumbuh karena kesadaran sendiri untuk berpartisipasi dalam kegiatan bersama. Sungguh pun begitu, partisipasi yang tumbuh karena kesadaran sendiri umumnya hanya dilakukan oleh sedikit warga atau jumlah mereka tidak banyak. Hal ini juga bermakna bahwa partisipasi yang tumbuh karena digerakkan oleh orang lain lebih mendominasi atau jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang tumbuh karena kesadaran. Untuk itu, kehadiran aktor penggerak partisipasi warga dalam kegiatan bersama sangat diperlukan. Persoalannya adalah aktor seperti apa yang mampu atau memiliki kemampuan untuk menggerakkan atau menggugah partisipasi masyarakat? Pertanyaan ini muncul karena dalam realitas tidak mudah menemukan aktor yang mampu sebagai penggerak partisipasi. Ada beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh sang aktor yaitu: (1) Ia memiliki keteladanan atau menjadi panutan warga, (2) Ia telah berbuat nyata atau melakukan pengorbanan untuk kepentingan masyarakat ( publik), (3) Bisa dipercaya atau amanah, (4) Memiliki tanggung jawab yang besar dalam kegiatan bersama, (5) Memiliki kepedulian dengan warga masyarakat, (6) Memiliki pengalaman yang luas, dan (7) Memiliki kemampuan menyelesaikan masalah yang terjadi di lingkungnnya. Beberapa kriteria sang aktor ini menjadi penentu kemampuannya dalam menggerakkan partisipasi masyarakat. Semakin lengkap kriteria yang dimiliki sang aktor, semakin berhasil dalam mempengaruhi partisipasi masyarakat.

b. Wahana yang tersedia Wahana dalam hal ini bermakna seberapa besar peluang

atau kesempatan yang tersedia bagi warga untuk

Page 150: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

142 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

berpartisipasi. Peluang ini sangat dipengaruhi oleh sistem demokrasi atau derajat keterbukaan yang berlaku. Semakin terbuka sistem yang dibangun, semakin besar peluang warga untuk berpartisipasi. Dalam realitas banyak ditemukan warga tidak ada peluang atau memiliki peluang yang terbatas untuk berpartisipasi, sehingga partisipasi warga tergolong rendah.

c. Sumber dana kegiatan Sumber dana kegiatan atau pembangunan bisa berasal

dari pemerintah dan swadaya masyarakat. Sumber dari pemerintah bisa berasal dari tabungan pemerintah, sumbangan pihak ke tiga atau pinjaman dari luar dan dalam negeri. Pada awal pembangunan di Indonesia melalui pembangunan lima tahun (Pelita) sampai dengan tahun 1990, dukungan atau partisipasi masyarakat tidak ada persoalan. Masyarakat berperan aktif dan positif dalam pembangunan atau masih mudah digerakkan atau dimobilisasi. Perubahan partisipasi yang signifi kan terjadi setelah pelaksanaan pembangunan melalui sistem proyek atau diproyekkan kepada pihak ketiga. Masyarakat dalam hal ini tidak diikut sertakan (mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan) atau masyarakat hanya menjadi penonton, sedangkan mereka yang bekerja ditentukan oleh pelaksana proyek. Konsekuensi lebih lanjut, kegiatan yang sumber dana dari pemerintah: (1) Makin sulit memperoleh dukungan dari warga atau warga menjadi apatis atau pasif, (2) Hasil kegiatan sering kali tidak sesuai dengan aspirasi warga, (3) Hasil kurang terpelihara dengan baik, (4) Cepat rusak, dan (5) Sulit menumbuhkan rasa memiliki. Situasi akan terbalik 180 derajat, apabila sumber dana berasal dari swadaya masyarakat. Partisipasi masyarakat akan menjadi aktif dan positif apabila sumber dana berasal

Page 151: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

143BAB 6 – Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

dari swadaya masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, rasa memiliki, rasa tanggung jawab, menikmati hasil, pengawasan dan evaluasi. Inti dari penjelasan yang telah diungkap menegaskan bahwa partisipasi masyarakat akan sulit ditumbuhkan jika sumber dana berasal dari pemerintah, sedangkan jika sumber dana berasal dari swadaya masyarakat maka partisipasi atau kontribusi masyarakat dalam pembangunan akan berlangsung maksimal.

d. Pemilik kegiatan Permasalahan pemilik kegiatan tidak berbeda dengan

sumber dana kegiatan dalam hal partisipasi masyarakat. Apabila pemilik kegiatan pemerintah dan diproyekkan atau dikotrakkan kepada pihak ketiga maka kegiatan tersebut akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan partisipasi masyarakat. Sebaliknya, apabila pemilik kegiatan masyarakat maka partisipasi masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, rasa memiliki, rasa tanggung jawab, menikmati hasil, pengawasan dan evaluasi akan mudah ditumbuhkan.

e. Manfaat langsung Manfaat langsung dari kegiatan merupakan sesuatu

yang dapat dirasakan dan dinikmati oleh warga seperti pembangunan jalan, jembatan, sekolah dan kesehatan. Pembangunan ini semua akan berpengaruh langsung terhadap kesejahteraan masyarakat secara materi maupun non materi. Warga masyarakat yang mendapat manfaat langsung akan mudah disentuh untuk berpartisipasi, sehingga hasil-hasil pembangunan akan lebih terpelihara karena masyarakat memiliki rasa tanggung jawab dan memiliki. Sebaliknya, apabila manfaat langsung tidak dirasakan oleh warga maka partisipasi masyarakat akan sulit digerakkan atau ditumbuhkan.

Page 152: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

144 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

2. Faktor Internal

a. Tingkat ekonomi Salah salah faktor yang dapat menghambat partisipasi

warga terkait dengan kondisi ekonomi. Makin sulit secara ekonomi, makin sulit dalam menggerakkan partisipasi warga, Penegasan ini logis karena warga yang secara ekonomi mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok, akan semakin terganggu hidupnya apabila waktu mereka dipergunakan untuk berpartisipasi dalam aktivitas bersama. Untuk itu, semakin tercukupi kebutuhan warga secara ekonomi, semakin mudah ia digerakkan dan sebaliknya. Hal ini dapat ditegaskan bahwa tingkat ekonomi berpengaruh pada aktif tidaknya partisipasi warga. Warga dalam hal ini akan merasa malu jika secara ekonomi tercukupi, tetapi yang bersangkutan tidak berpartisipasi dalam kegiatan bersama. Orang kaya memiliki status ekonomi yang tinggi dan akan menjadi malu jika ia tidak aktif berpartisipasi.

b. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan menjadi gambaran status sosial

seseorang. Semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi status sosial seseorang. Orang yang memiliki status sosial tinggi akan merasa malu apabila ia tidak aktif berpartisipasi dalam aktivitas bersama. Penegasan ini penting karena seseorang yang memiliki status sosial tinggi dalam masyarakat akan menjadi orang yang terpandang dan menjadi panutan warga. Semakin tinggi status sosial seseorang, semakin tinggi tingkat partisipasinya.

Page 153: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

145BAB 6 – Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

c. Tingkat pemahaman Pemahaman seseorang terhadap aktivitas bersama

terkait dengan manfaat program, tahu tentang peran dan tugas warga, tahu hak dan kewajiban, tujuan dan sumber dananya serta tanggung jawab warga. Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman yang baik terhadap aktivitas bersama seperti yang telah diungkapkan menjadi kunci awal untuk menumbuhkan partisipasi warga. Hal ini bermakna bahwa makin tahu dan paham terhadap aktivitas bersama, makin mudah seseorang digerakkan untuk berpartisipasi. Sebaliknya, semakin tidak tahu dan paham, semakin sulit mereka untuk berpartisipasi.

d. Tingkat kepedulian Faktor kunci penentu tingkat partisipasi warga

berikutnya terkait dengan kepedulian. Orang yang memiliki kepedulian terlihat dari perhatiannya, mau tahu, mau berbuat dan berkorban untuk orang lain atau aktivitas bersama dan kepentingan publik. Tidak ada kepedulian (cuek), tidak ada partisipasi. Mengapa partisipasi warga rendah? Jawabannya karena warga memiliki kepedulian yang rendah atau tidak memiliki kepedulian. Orang akan peduli apabila kegiatan bersama merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhannya.

e. Rasa ego Ego berkaitan dengan sikap dan tindakan seseorang.

Ego seseorang terlihat dari sikapnya yang keras kepala, mau benar dan menang sendiri, susah diatur dan tidak mau tahu dengan pendapat orang atau pihak lain. Makin tinggi ego seseorang, makin sulit untuk berpartisipasi dan makin besar jumlah mereka, makin sulit digerakkan

Page 154: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

146 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

untuk berpartisipasi. Jadi, ego menjadi penentu ada tidak atau aktif tidaknya warga yang bersangkutan berpartisipasi.

f. Rasa memiliki Rasa memiliki merupakan tingkatan yang tinggi dan

tidak mudah ditumbuhkan. Penegasan ini logis karena seseorang yang telah tumbuh rasa memiliki, secara otomatis akan dibarengi tumbuhnya rasa tanggung jawab, rasa cinta dan siap berkorban, termasuk akan berperan aktif dan positif. Untuk menumbuhkan rasa memiliki, tidak akan terlepas dari pemahaman mereka terhadap program, tingkat ekonomi dan sosial, serta kepedulian seseorang. Jadi, rasa memiliki mempunyai pengaruh terhadap tingkat partisipasi seseorang.

g. Jenis kelamin Dalam berbagai aktivitas bersama, kaum laki-laki

lebih banyak yang berpartisipasi dibandingkan kaum perempuan. Hal ini bermakna bahwa jenis kelamin menentukan partisipasi seseorang. Sungguh pun begitu, ada pula aktivitas bersama yang partisipasi perempuan lebih dominan dibandingkan kaum laki-laki seperti gerakan pos pelayanan terpadu (Posyandu), gerakan sayang ibu dan anak. Untuk itu, pengaruh jenis kelamin dalam partisipasi perlu memperhatikan jenis kegiatan bersama yang mau dikaji.

h. Tingkat Umur Tingkat umur bisa ditelusuri dari aspek usia anak-anak,

remaja, dewasa dan tua atau anak-anak, pemuda dan dewasa (tua). Pengaruh tingkat umur terhadap partisipasi dalam aktivitas bersama harus memperhatikan pula jenis kegiatan bersama. Jika kegiatan bersama banyak berhubungan dengan dunia anak, maka partisipasi yang

Page 155: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

147BAB 6 – Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

dominan tentu tingkat anak dan seterusnya. Sehubungan dengan faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi maka penulis berpandangan bahwa faktor jenis kelamin dan umur bisa diabaikan sebagai variabel faktor pengaruh. Penegasan ini penting karena partisipasi dalam hal ini berkaitan dengan konteks dan kebutuhan untuk hal-hal tertentu.

D. Pembangunan Yang Partisipatif

Dalam dunia ilmu pengetahuan, pembangunan yang partisipatif merupakan suatu model atau pola atau suatu pendekatan. Untuk itu, pembangunan yang partisipatif dapat diberikan pengertian atau defi nisi suatu proses keikutsertaan aktif pemangku kepentingan ( stakeholders) secara demokratis mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penggunaan sarana yang terdiri dari Men, Money, Machines, Methods dan Materials, pertanggungjawaban, pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan dalam upaya meningkat kualitas hidup dan kehidupan umat manusia.

Pendekatan ini mulai populer sejak di Indonesia menghadapi krisis multidemensi. Dalam banyak kegiatan bersama, anggota masyarakat atau kelompok diperkenalkan dan digunakan pendekatan partisipatif, sehingga kita mengenal dan menyusun perencanaan pembangunan partisipatif, pengelolaan sampah partisipatif dan pembangunan yang partisipatif. Ada beberapa kelebihan yang bisa diidentifi kasi penggunaan pendekatan partisipatif dalam kegiatan bersama yang melibatkan stakeholder. Kelebihan dalam hal ini dapat dirinci sebagai berikut:(1) Penerapan demokratisasi dalam proses pembangunan,

termasuk keterlibatan masyarakat tanpa membeda-bedakan dari segi ras, golongan, agama, status sosial, pendidikan dan status ekonomi.

Page 156: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

148 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

(2) Dapat menjaring aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang sesungguhnya

(3) Dapat memobilisasi sumber daya pemangku kepentingan, termasuk kemampuan masyarakat

(4) Kegiatan yang dilaksanakan berorientasi pada peningkatan kualitas hidup dan kehidupan manusia dan masyarakat secara fi sik dan mental.

(5) Dapat memberdayakan masyarakat dalam proses pembangunan

(6) Pengambilan keputusan dalam semua tahapan proses pembangunan yang partisipatif dilakukan bersama oleh pemangku kepentingan;

(7) Akan tercipta kebersamaan dan kesiapan menanggung semua risiko dari keputusan yang telah diambil bersama

(8) Akan terbangun saling percaya(9) Tumbuh tanggung jawab dan rasa memiliki yang tinggi(10) Tujuan yang ingin dicapai akan lebih mudah untuk diwujudkan

Hasil pengamatan lapangan yang berulang kali penulis lakukan menunjukkan bahwa siapun dari kita yang terlibat dalam suatu kegiatan akan merasakan dihargai. Sebaliknya, jika kita tidak dilibatkan akan merasa tidak dihargai dan bertanya-tanya, kenapa saya tidak dilibatkan dalam kegiatan bersama. Jika orang sudah merasa mendapat penghargaan, ia akan berusaha berperan lebih baik dan aktif lagi atau memberikan kontribusi lebih besar, akan muncul rasa tanggung jawab, tumbuh kepercayaan dan rasa memiliki. Hal ini semua sangat diperlukan dalam kegiatan bersama. Persoalan yang sering terjadi dalam proses pembangunan antara lain terkait dengan tidak mudahnya penetapan skala prioritas yang mendapat persetujuan bersama, masalah anggaran yang kurang serta memelihara hasil-hasil pembangunan yang telah menjadi milik publik. Persoalan demikian akan segera teratasi

Page 157: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

149BAB 6 – Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

apabila pendekatan partisipatif dapat dilaksanakan. Sebenarnya, pendekatan partisipatif tidak sulit untuk diimplementasikan karena secara turun-temurun, bangsa ini sudah terbiasa hidup bergotong royong, kesetiakawanan, kebersamaan dan tolong menolong. Walaupun kedua konsep tidak sama, tetapi kedua konsep ada titik kesamaan, sehingga pendekatan partisipatif secara langsung maupun tidak langsung akan mendapat dukungan budaya masyarakat di Indonesia.

Segala kelebihan pendekatan partisipasif seperti yang telah diungkapkan bukan berarti dalam praktik tidak ada kendala sama sekali. Beberapa kendala yang diamati oleh penulis terkait dengan demokratisasi. Idealnya semua pemangku kepentingan mendapat kesempatan yang sama dalam berbicara dan tidak dibeda-bedakan dari segi suku, jenis kelamin, pendidikan dan tingkat ekonomi. Persoalannya adalah orang terdidik dan kuat ekonomi lebih mendominasi, sedangkan lainnya hanya sebagai pendengar. Penulis juga masih sering menemukan bahwa bukan isi atau bobot bicaranya yang dinilai, melainkan masih lebih melihat siapa yang bicara. Di mana-mana apabila dalam satu forum ada si kaya dan si miskin maka si miskin tidak atau jarang mau bicara. Si miskin membutuhan wahana tersendiri, supaya mereka bisa bicara apa adanya dan apa saja yang mereka butuhkan.

Sehubungan dengan pembangunan yang partisipatif, dalam implementasinya memerlukan kehadiran fasilitator yang mengorganisir dari proses awal sampai mencapai hasil seperti yang diharapkan. Selain itu, pendekatan partisipatif semakin relevan karena desa-desa di Indonesia diberikan alokasi dana desa (ADD) semakin bertambah besar pasca diberlakukan UU Desa No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Pengelolaan ADD, khususnya yang berhubungan dengan dana pembangunan desa dapat mempergunakan pendekatan partisipatif. Salah satu contoh konkret adalah pembangunan infrastruktur jalan di pemukiman warga kota Pontianak Kalimantan Barat (Kalbar).

Page 158: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

150 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

Dengan kasat mata, orang dengan mudah melihat dan menilai bahwa ada kemajuan yang luar biasa dalam 5 (lima) tahun terakhir tentang pembangunan infra struktur jalan di pemukiman warga. Pembangunan dilaksanakan secara partisipatif dan hasilnya bisa mencapai di atas 100 – 200 persen. Bagaimana hal demikian dapat terjadi? Pemerintah kota membantu warga dengan menyediakan semen, sedangkan warga berkontribusi untuk pengadaan dan pembelian batu, pasir, tenaga, upah atau biaya dan konsumsi seadanya. Pembangunan dilaksanakan secara partisipatif dan bergotong royong serta swadaya dan swakelola, sehingga hasil yang selalu dicapai melebihi target. Hal ini dapat terlihat dengan nyata bahwa hampir semua jalan di pemukiman dikeraskan atau ada gerakan “betonisasi”, jadi jalan semakin lebar, mulus serta memudahkan aktivitas warga. Harga jual sebelum dan sesudah dicor atau dibeton juga jauh berbeda. Dengan pernyataan lain, harga tanah dan rumah setelah jalannya dibeton sangat mahal atau menjadi berlipat ganda. Bukan hanya itu, kepercayaan warga terhadap pemerintah kota sangat tinggi, sehingga sewaktu incumbent mencalonkan diri yang kedua kali untuk menjadi walikota, dapat memenangkan suara dengan peroleh suara yang sangat meyakinkan dan hanya berlangsung satu putaran. Realitas ini sebagai wujud pengakuan warga kota terhadap keberhasilan walikota Pontianak memimpin kota Pontianak.

Page 159: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

151

BAB 7

Penutup

Kita dapat mencatat bahwa administrasi pembangunan pada umumnya memiliki pola dasar yang bersifat jiplakan atau meniru dari sistem administrasi publik atau administrasi

negara Barat ( Negara maju), sehingga teori dan prinsif-prinsif umum yang berlaku memiliki kesamaan dengan administrasi Negara ( publik). Di sisi lain, administrasi Pembangunan harus menjalankan fungsi- fungsi administrasi negara ( publik) dan sekaligus menjalankan fungsi pembangunan. Pelaksanaan kedua fungsi mendasar tersebut menimbulkan dilema tersendiri bagi administrasi pembangunan, sekaligus menimbulkan keunikan. Mengapa pandangan demikian muncul?

Muncul dilema dan keunikan tersendiri dalam administrasi pembangunan karena ia memiliki fungsi yang luas dan mencakup berbagai aspek kehidupan, sehingga dalam implementasi fungsi menimbulkan beban dan memunculkan masalah dalam administrasi pembangunan. Kita menyadari bahwa walaupun dalam dirinya banyak menghadapi masalah administratif dan non administrasif, ia tetap harus melaksanakan fungsi pembangunan. Hal ini bisa bermakna bahwa administrasi pembangunan tetap melaksanakan fungsi- fungsi umum pemerintah dan fungsi pembangunan, sekaligus secara terus-menerus melakukan perbaikan ke dalam dirinya ( pembangunan administrasi).

Page 160: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

152 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

Oleh karena beban fungsi administrasi pembangunan begitu besar maka diperlukan pemikiran administrasi pembangunan ke depan, dalam rangka menjawab beban yang berat dimaksud dan bagaimana kedua fungsi tersebut dapat dilaksanakan secara optimal, sehingga kamajuan bangsa dan Negara dapat diwujudkan, sekaligus kesejahteraan rakyat terus meningkat secara signifi kan dari waktu ke waktu. Beban berat dapat teratasi dan pelaksanaan kedua fungsi administrasi pembangunan berhasil secara optimal, dengan catatan sebagai berikut: (1) SDM aparatur harus terus-menerus ditingkatkan kualitasnya

yang terkait dengan kualitas moral atau mental seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, mematuhi aturan main dan memegang kode etik, profesionalisme dalam bekerja, siap menerima kritikan dan menindak-lanjuti, memiliki komitmen, berintegritas dan siap kerja dan kerja. Sebagai imbalan, mereka diberikan penghasilan yang memadahi dan jika berbuat salah siap diberikan sanksi, termasuk pemecatan;

(2) Membangun budaya organisasi yang mendukung terciptakan tata pemerintahan yang baik dan bersih atau menciptakan SD aparatur yang bersih dan berwibawa. Budaya yang dibangun bukan hanya berhenti pada slogan, melainkan dipahami dengan baik oleh mereka, dijadikan komitmen bersama dan diimplementasikan dalam bekerja di manapun ia bertugas;

(3) Melakukan reformasi birokrasi terus-menerus sesuai pemetaaan masalah yang ada dan memantapkan hasil-hasil reformasi yang telah dicapai;

(4) Ada dukungan kebijakan supaya administrasi pembangunan dapat melaksanakan fungsi umum dan pembangunan secara optimal;

(5) Ada keteladanan unsur pimpinan dalam semua level di pusat dan daerah;

Page 161: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

153BAB 7 – Penutup

(6) Setiap aparatur Negara harus membuat komitmen dan menanda-tangani fakta integritas;

(7) Ada dukungan yang optimal dari kekuatan-kekuatan di luar birokrasi seperti partai politik, wakil rakyat, elit politik, tokoh-tokoh masyarakat, media massa, lembaga swadaya masyarakat dan pengusaha dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya aparatur, reformsi birokrasi dan pembangunan budaya organisasi.

Kunci keberhasilan pemikiran ke depan tentang administrasi pembangunan yang bisa melaksanakan fungsi umum pemerintah dan pembangunan secara optimal terletak pada sumber daya manusia, khususnya sumber daya aparatur. Konkretnya bagaimana mengatur sumber daya tersebut, untuk apa diatur, apa tujuan, siapa yang mengatur dan bagaimana mengaturnya. Di sini memerlukan komitmen, kolaborasi, bersinergis dan dukungan kekuatan di luar birokrasi. Semoga.

Page 162: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

154 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

Page 163: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

155

Daftar Pustaka

Abe, Alexander. 2001. Perencanaan Daerah Memperkuat Prakarsa Rakyat Dalam Otonomi Daerah. Yogyakarta, Lapera Pustaka Utama.

Abe, Alexander. 2002. Perencanaan Daerah Partisipatif. Solo, Penerbit Pondok Edukasi.

Admosudirdjo, Prajudi S; 1980. Dasar-Dasar Ilmu Administrasi, Jakarta, Seri Pustaka Ilmu Administrasi, Cetakan Ketujuh

Alfi an. 1980. Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia, Jakarta, PT. Gramedia

Ali, Faried., 2011. Teori Dan Konsep Administrasi Dari Pemikiran Paradigmatik Menuju Redefi ni, Jakarta, PT. RajaGrafi ndo Persada

AR. Mustopadirdjaja dan Tjokroamidjojo, Bintoro., 1988. Kebijaksanaan dan Administrasi Pembangunan, Teori dan Penerapannya, Jakarta: LP3ES.

Bintoro, Tjokroamidjojo. 1996., Pengantar Administrasi Pembangunan; Jakarta. LP3ES

Bratakusumah, D.S, dan Riyadi., 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Page 164: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

156 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

Budiman, Arief., 1995. Teori Pembangunan Dunia Keiga., Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama

Caiden, Geral E. 1991. Administrative Reform: Berlin: Comes of Age. Walter de Gruyter.

Caiden, Geral E. 1982. Public Administration. Second Edition. California: Palisades Publisher.

Carl J. Belione, 1980. Organization Theory and the New Public Administration, Boston, Allyn and Bacon, Inc.

Chalid, Pheni,. 2006. Teori dan Isu Pembangunan., Jakarta, Universitas Terbuka

Conyers, Diana. 1991. Perencanaan Sosial Di Dunia Ke Tiga: Suatu Pengantar (Susetiawan, Penerjemah). Yogyakarta: Gajah Mada Univesity Press.

Dadang, Solihin, 2008. Perencanaan Pelaku Pembangunan, (http://www.slideshare.net) diakses 18 Juni 2009.

Davis, Keith. 1962. Human Relation At Work. Tokyo: Kogakusha Company LTD.

Effendi, S., 1990. Perspektif Administrasi Pembangunan Kualitas Manusia dan Kualitas Masyarakat, Makalah, Yogyakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada

Esman, J, Milton., 1995. Management of Development: Pespectives and Strategies., Kumarian Press

Fayol, Henry. (1841-1925). 1949. General and Industrial management. Controle Paris., Dunod

Frederickson, H. George, 1984, Administrasi Negara Baru, Jakarta: LP3ES.

...................,................, 1997. The Spirit Of Public Administration. San Francisco. Jossey The Spirit Of Public Administration-Bass Publishers

Page 165: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

157Daftar Pustaka

Ginanjar. Kartasasmita. 1997. Administrasi Pembangunan Perkembangan Pemikiran Dan Praktiknya Di Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Handoko, Tani,. 2003. Manajemen, Edisi Ke enam, Yogyakarta, Fakultas Ekonomi UGM

Heady, Ferrel. 1995., Public Administration: A Comparative Perspective, New York: Marcel Dekker

Hettne, Bjorn., 2001. Teori Pembangunan Dan Tiga Dunia., Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama

Jones, Gareth R. 1995. Organizational Theory: Text and Cases, Addison Wesley

Keban, Yeremias T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik. Yogyakarta: Gaya Media.

Kunarjo, 2002, Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan, Jakarta: Universitas Indonesia, UI Press.

Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan., Jakarta, PT. Gramedia

Kotter, John P. Dan James L., Heskett. 1998. Dampak Budaya Perusahaan Terhadap Kinerja, Alih Bahasa Oleh Benyamin Molan, dari Corporate Culture and Performances, Jakarta, Pearson Education Asia Ptc. Ltd. Dan PT. Prenhallindo

Lepawsky, Albert; 1960. Administration; The Art and Science of Organization and management, New York, alfred A. Knoff.

Ndraha, Taliziduhu. 1987. Pembangunan Masyarakat: Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Jakarta: Bina Aksara

Ngusmanto. 2013. Perilaku Birokrasi Dalam Formulasi Kebijakan Umum Anggaran. Jakarta. Dapur Buku.

--------------. 2012., Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Limbung Tahun 2012 Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat, Pontianak, Lembaga Penelitian UNTAN.

Page 166: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

158 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

Osborne, David dan Gaebler, Ted., 1999. Mewirausahakan Birokrasi, Reinventing Government, Terjemahan, Jakarta, PT. Pustaka Binawan Pressindo.

Pimpinan MPR dan Tim Kerja MPR. 2012., Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara., Jakarta, Sekretaris Jenderal MPR RI

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010–2025

Riggs. W. Fred, 1985. Administrasi Negara- Negara Berkembang, Teori Masyarakat Prismatis, Terjemahan Oleh Tim Penerjemah Yasogama, Jakarta, CV. Rajawali dengan Yayasan Solidaritas Gajah Mada, Yogyakarta

----------------------, 1994. Administrasi Pembangunan Sistem Administrasi dan Birokrasi, Terjemahan oleh Luqman Hakim, Jakarta, PT. Raja Grafi ndo Persada

Robbins, Stepehen P. 2000., Managing Today, 2nd Ed, Prentice Hall Robbin (1997) http://wawanharyawan. fi les.wordpress.

com/2008/07/budaya- organisasi-dan-implementasinya.pdfSaid, M. Mas’ud. Birokrasi Di Negara Birokratis, Makna, Masalah Dan

Dekonstuksi Birokrasi Indonesia. 2007. Yogyakarta: UMM Press. Salim, Emil, 1990., Perspektif Pembangunan: Harapan dan

Kendala. Makalah pada Seminar Nasional Ilmu-Ilmu Sosial, Yogyakarta, HIPIIS, 16 Juli 1990.

Sanof, Hendry. 2000. Community Participation Methods In Design And Planning. Toronto: John Wiley & Sons Inc.

Sedarmayanti. 2009. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi dan Kepemimpinan Masa Depan (Mewujudkan Pelayanan Prima dan Kepemerintahan Yang Baik), Bandung: PT. Refi ka Aditama.

Page 167: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

159Daftar Pustaka

Siagian, Sondang P. 1994., Patologi Birokrasi, Analisis, Identifi kasi Dan Terapinya, Jakarta, Ghalia Indonesia

----------------------------. 2003. Administrasi Pembangunan. Jakarta: Bumi Angkasa.

Sutrisno, Edy. 2010. Budaya Organisasi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta

Soekanto, Soerjono. 1983. Kamus Sosiologi. Edisi Baru, Jakarta: Raja Grafi ndo Persada.

Stoner, James A.F., et al., 1995., Management, 6th Ed., Prentice Hall Inc, Englewood Cliffs

Terry, George R., Franklin, S.G. 1982, Principles of Management, Eight Edition, Homewood: Richard Irwin, Inc.,

Thoha, Miftah. 2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

-----------------. 2002. Perspektif Perilaku Birokrasi. Jakarta: PT. Raja Grafi ndo Persada

Thomas, Kuhn, 1989. Peran Paradigma dalam Revolusi Sains, Bandung: Remadja Karya,

Tjokrowinoto, Moelijarto. 1993. Pembangunan Dilema Dan Tantangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tjokroamidjoyo, Bintoro,1996., Perencanaan Pembangunan, Jakarta, Gunung Agung

Todaro, Michael P. 2000., Pembangunan Ekonomi Di Dunia Keiga, Alih Bahasa oleh Munandar, Haris., Jakarta, Erlangga, Edisi Ketujuh

Turner, Mark M. And David Hulme. 1997. Governance, Administration and Development: Making The State Work. USA, Kumarian Press Inc

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)

Page 168: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

160 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Weber, Max., 1973., Bureaucracy, Dalam Hans H. Gerth, From Max Weber: Essay In Sociology. London, Oxford University Press.

White, Leonard D. 1955. Introduction To The Studi Of Public Administration, New York, 4th ed, Macmillan

Page 169: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

161

Daftar Singkatan

A : AbiotikABG : ABRI, Birokrasi dan GolkarABS : Asal Bapak/Bos Suka/SenangAdmpem : Administrasi PembangunanAdmneg : Administrasi NegaraAS : Amerika SerikatAPBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahAPBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja NasionalB : BiotikBappeda : Badan Perencanaan Pembangunan DaerahBKN : Badan Kepegawaian NegaraC : CulturalCAG : Comparative Administratif Group DPR : Dewan Perwakilan RakyatDPRD : Dewan Perwakilan Rakyat DaerahFGD : Focus Group DiscustionFISIP : Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Golkar : Golongan Karya HAM : Hak Asasi ManusiaHP : Handphone ICOR : Incremental Output Ratio

Page 170: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

162 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

IPM : Indek Pembangunan ManusiaISO : International Standardization for OrganizationIPTEK : ilmu pengetahuan dan teknologi KALBAR : Kalimantan BaratKKN : Korupsi, Kolosi dan NepotismeKDRT : Kekerasan Dalam Rumah Tangga KUA : Kebijakan Umum Anggaran K3N : Korupsi, Kolusi, Konspirasi dan Nepotisme LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat MEA : Masyarakat Ekonomi AseanMusrenbang : Musyawarah Rencana Pembangunan NKRI : Negara Kesatuan Republik IndonesiaNSB : Negara-negara sedang berkembangNM : Negara MajuRKPD : Rencana Kerja Pemerintah DaerahRaperda : Rencana Peraturan Daerah RKP : Rencana Kerja PemerintahRKPD : Rencana Kerja Pemerintah DaerahRTRWD : Rencana Tata Ruang Wilayah dan Daerah RPJM : Rencana Pembangunan Jangka MenengahRPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahRPJP : Rencana Pembangunan Jangka PanjangRPJPD : Rencana Pembangunan Jangka Panjang DaerahSDA : Sumber Daya AlamSDM : Sumber Daya ManusiaSPPN : Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional PAN-RB : Pemberdayaan Aparatur Negara – Reformasi BirokrasiPBB : Perserikatan Bangsa-BangsaPOAC : Planning, Organizing, Actuating dan ControllingPP : Peraturan PemerintahPPKD : Pejabat Pengelola Keuangan DaerahPNS : Pegawai Negeri Sipil

Page 171: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

163Daftar Singkatan

Permendagri : Peraturan Menteri Dalam NegeriPemkot : Pemerintah KotaPolri : Polisi Republik IndonesiaRAPBD : Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahSKPD : Satuan Kerja Perangkat DaerahSPM : Standart Pelayanan MinimalSES : Socio-Economic Status TNI : Tentara Nasional IndonesiaTupoksi : Tugas Pokok dan FungsiUNTAN : Universitas TanjungpuraUNCHE : United Nation Conference On The Human Environment UUD : Undang-Undang DasarUU : Undang-UndangWWC : Warld Water CouncilWNI : Warga Negara IndonesiaWTO : World Trade Organization

Page 172: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

164 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

Page 173: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

165

Indeks

AAdministrasi ii, iii, vii, viii, 2,

3, 4, 5, 6, 7, 9, 13, 15, 16, 17, 19, 22, 33, 34, 36, 37, 41, 42, 43, 45, 50, 51, 52, 54, 57, 58, 101, 108, 134, 155, 156, 157, 158, 159, 161

Administrasi Negara 9, 33, 34, 37, 156, 158, 161

Administrasi Pembangunan ii, iii, vii, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 33, 34, 36, 37, 41, 50, 51, 52, 57, 58, 134, 155, 156, 157, 158, 159, 161

Admosudirdjo, Prajudi S 155Alfi an 78, 155ASEAN 70, 95

BBantuan 35, 36, 37, 38, 39, 40,

41, 98Bintoro, Tjokroamidjojo 155Birokrasi 22, 102, 110, 111, 112,

113, 117, 128, 157, 158, 159, 161, 162

Bratakusumah, D.S 155Budiman, Arief 156

CChalid, Pheni 156Cinta iv, 7, 73, 82, 84, 85, 96, 99,

124, 125, 146Cita-cita 83, 84Conyers, Diana 156

DDadang, Solihin 156Daerah 60, 66, 67, 68, 70, 155,

158, 161, 162, 163Davis, Keith 156Defi nisi 41, 60, 147Demokrasi 83, 84, 85, 135, 142Disiplin 2, 3, 5, 49, 51, 70, 95,

109, 118, 121, 123, 152Dokumen 16, 18, 62, 64, 65, 66,

69, 75, 124, 125

EEfi sien 63, 64, 121Ekonomi iv, 7, 15, 21, 24, 25,

26, 27, 28, 29, 30, 31, 32,

Page 174: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

166 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

34, 35, 37, 38, 39, 41, 46, 53, 54, 57, 58, 61, 69, 70, 77, 79, 80, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 91, 92, 93, 94, 100, 103, 105, 122, 123, 131, 140, 144, 146, 147, 149

Esman, J, Milton 156Etika 42, 49, 82, 91, 97, 118Evaluasi 4, 52, 59, 60, 61, 63,

65, 143

FFayol, Henry 156Fisik 27, 29, 39, 47, 62, 72, 97,

98, 109, 133, 134, 148Frederickson, H. George 156Fungsi 4, 5, 6, 12, 19, 21, 31, 43,

44, 48, 49, 50, 54, 57, 58, 59, 60, 61, 67, 71, 72, 73, 78, 80, 81, 89, 103, 107, 109, 110, 111, 112, 114, 120, 121, 126, 127, 132, 134, 151, 152, 153

GGagasan 22, 47, 84, 105, 136Generasi 27, 38, 85Gerakan 49, 84, 85, 87, 123, 125,

126, 146, 150

HHAM 86, 87, 161Handoko, Tani 157Heady, Ferrel 157Hettne, Bjorn 157

IIde 47, 86, 136Ideologi 36, 37, 57, 77, 78, 79,

84, 86Indonesia 20, 27, 34, 46, 66, 67,

70, 74, 75, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 88, 89, 90, 92, 95, 98, 99, 100, 103, 111, 113, 117, 120, 121, 122, 134, 142, 147, 149, 155, 157, 158, 159, 160, 162, 163

Informasi 15, 17, 48, 63, 77, 96, 103, 117, 122, 135

Infrastruktur 92Inspirasi 72, 82

JJabatan 44, 106, 112, 113, 114,

116, 118, 127Jawaban 12, 30, 34, 36, 45, 74,

75, 79, 127, 132, 138Jiwa 80, 92

KKebijakan 5, 14, 15, 42, 49, 50,

51, 55, 63, 67, 71, 86, 90, 91, 93, 94, 106, 113, 129, 152

Keputusan 5, 14, 15, 17, 27, 50, 62, 68, 83, 94, 103, 104, 106, 112, 113, 116, 117, 135, 137, 148

Kerja sama 10, 11, 16, 17, 18, 19, 24, 73, 104, 106

Koentjaraningrat 97, 157Komitment 3Korupsi 120, 162Kotter, John P 157Kunarjo 157

Page 175: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

167Indeks

LLembaga 67, 157, 162Lepawsky, Albert 157

MManajemen 138, 157Manusia 11, 16, 17, 22, 23, 69,

70, 75, 76, 77, 156, 161, 162

Material 17, 25, 26, 28, 48, 62, 76, 77, 79

MEA 69, 70, 90, 95, 162Mental 29, 62, 95, 96, 98, 99,

106, 132, 133, 136, 139, 148, 152

NNegara iii, iv, 3, 4, 6, 9, 14, 29,

33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 46, 49, 50, 52, 53, 54, 56, 62, 75, 79, 80, 82, 83, 84, 85, 86, 88, 89, 90, 91, 95, 96, 99, 100, 101, 102, 111, 113, 115, 117, 118, 120, 121, 122, 123, 125, 126, 133, 151, 152, 153, 156, 158, 161, 162, 163

Negara Maju 102, 162Negara sedang berkembang 3,

4, 29, 35, 37, 86, 88Ngusmanto ii, v, 14, 136, 157NKRI 80, 88, 91, 100, 121, 162

OObjek 4, 24, 75, 76, 95Organisasi iii, 2, 5, 7, 15, 16, 17,

18, 19, 20, 21, 22, 23, 42,

43, 44, 47, 48, 49, 50, 51, 58, 59, 63, 66, 71, 72, 73, 79, 95, 104, 105, 106, 107, 108, 110, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 128, 152, 153, 158

Osborne, David 158

PPancasila 79, 80, 81, 82, 83, 84,

85, 120Partisipasi iii, iv, 4, 6, 7, 8, 47,

51, 52, 53, 62, 65, 71, 72, 89, 90, 94, 103, 105, 108, 125, 126, 127, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 138, 139, 140, 141, 142, 143, 144, 145, 146, 147

Partisipasi masyarakat 4, 6, 8, 47, 51, 52, 62, 71, 72, 105, 126, 127, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 138, 139, 140, 141, 142, 143

Pegawai Negeri Sipil 88Pembangunan i, ii, iii, iv, 2, 4,

5, 6, 7, 8, 9, 17, 18, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 41, 42, 43, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 84, 85, 86, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 105, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 114, 115, 117, 118, 121, 123,

Page 176: PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

168 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan

125, 126, 127, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 139, 142, 143, 147, 148, 149, 150, 151, 152, 153

Pembangunan Administrasi viii, 101, 108

Pendekatan iii, iv, 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 37, 43, 44, 50, 55, 58, 66, 67, 68, 69, 70, 72, 86, 97, 105, 106, 107, 108, 137, 139, 147, 149

Pengawasan iv, 4, 7, 8, 16, 43, 48, 52, 63, 73, 74, 75, 76, 77, 102, 103, 114, 133, 142, 143, 147

Penyempurnaan 2, 4, 5, 45, 50, 51, 52, 53, 74, 108, 109, 127

Peraturan 64, 67, 80, 120, 121Perencanaan iv, 4, 7, 8, 16, 17,

43, 52, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 127, 133, 135, 137, 142, 143, 147

Publik iii, iv, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 14, 30, 33, 34, 42, 43, 44, 48, 49, 50, 51, 54, 58, 65, 67, 70, 72, 82, 102, 103, 107, 111, 114, 118, 123, 127, 128, 141, 145, 149, 151

RReformasi 4, 43, 47, 51, 85, 101,

103, 108, 110, 111, 112, 114, 115, 152

Robbin 119, 158

SSanof, Hendry 158Sistem 65, 66, 87, 88, 91, 103,

117, 158, 159, 162Soekanto, Soerjono 159Stakeholders iv, 7, 62, 64, 65,

67, 136, 147Subjek 76Sumbangan iv, 4, 7, 15, 57, 58,

132, 133, 136, 139, 142Sumber daya iv, 4, 5, 17, 29, 41,

48, 49, 59, 60, 61, 62, 64, 70, 71, 75, 76, 98, 106, 107, 108, 112, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 122, 153

Sumber daya manusia 17, 48, 60, 71, 75, 76, 98, 115, 153

Sutrisno 118, 159

TTanggung jawab iv, 5, 7, 21,

53, 56, 65, 71, 73, 109, 127, 134, 135, 137, 141, 143, 145, 146, 148, 152

Teori 21, 22, 23, 155, 156, 157, 158

Terry, George R 159Tjokrowinoto, Moelijarto 159Todaro, Michael P 159Tugas Pokok dan Fungsi 163

UUndang-undang 66, 159Utang 37, 39, 41

WWhite, Leonard D 160