PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan...

19
PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NO.11 TAHUN 2008 SEBAGAIMANA DIRUBAH UNDANG-UNDANG NO. 19 TAHUN 2016 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (Studi PutusanNo : 40/PID.SUS/2015 PN.MTR) JURNAL ILMIAH Oleh : FITRIA APRIANI D1A014103 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2019

Transcript of PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan...

Page 1: PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan bahan hokum adalah dengan

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN MELALUI MEDIA

ELEKTRONIK DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NO.11 TAHUN 2008

SEBAGAIMANA DIRUBAH UNDANG-UNDANG NO. 19 TAHUN 2016

TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

(Studi PutusanNo : 40/PID.SUS/2015 PN.MTR)

JURNAL ILMIAH

Oleh :

FITRIA APRIANI

D1A014103

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2019

Page 2: PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan bahan hokum adalah dengan

HALAMAN PERSETUJUAN JURNAL ILMIAH

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN MELALUI

MEDIA ELEKTRONIK DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NO.11 TAHUN 2008

SEBAGAIMANA DIRUBAH UNDANG-UNDANG NO. 19 TAHUN 2016

TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

(Studi PutusanNo : 40/PID.SUS/2015 PN.MTR)

Oleh:

FITRIA APRIANI

D1A014103

Menyetujui,

Pembimbing I,

LUBIS, SH.,M.Hum

NIP. 19590828 198703 1 002

Page 3: PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan bahan hokum adalah dengan

i

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN

MELALUI MEDIA ELEKTRONIK DITINJAU DARI UNDANG UNDANG

NO.11 TAHUN 2008 SEBAGAIMANA DIRUBAH UNDANG UNDANG

NO. 19 TAHUN 2016 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI

ELEKTRONIK (Studi Putusan No : 40/PID.SUS/2015 PN.MTR)

Fitria Apriani

D1A014103

Fakultas Hukum Universitas Mataram

ABSTRAK Penelitian ini memiliki 2 tujuan yaitu untuk mengetahui Penerapan Pidana

Terhadap pelaku Tindak Pidana Kesusilaan Melalui Media Elektronik dan untuk

mengetahui pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku

Tindak Pidana Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum

normatif dengan pendekatan perundang-undangan, konseptual, dan studi kasus. Bahan

hukum yang digunakan bersumber dari kepustakaan. Jenis bahan hukum yang

digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan

bahan hokum adalah dengan studi dokumen. Analisis bahan hukum menggunakan

interpretasi atau penafsiran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, penerapan

pidana terhadap pelaku Tindak Pidana Kesusilaan Melalui Media Elektronik

Putusan Nomor 40/Pid.Sus/2015/Pn.Mtr putusan pidananya jauh lebih ringan yaitu 1

(satu) tahun dari ancaman pidana 6 (enam) tahun. Kedua, pertimbangan hakim dalam

menjatuhkan sanksi terhadap pelaku Tindak Pidana Kesusilaan melalui Media

Elektronik pertimbangan yuridis melanggar pasal 27 (1) dan pertimbangan non

yuridis yang memberatkan yaitu merusak nama baik, sementara yang meringankan

yaitu terdakwa belum pernah dihukum dan mengakui kesalahannya.

Kata kunci : Kesusilaan, Media Elektronik

INFRASTRUCTURE TO ACTORS OF HUMAN RIGHTS ACTIVITIES

THROUGH ELECTRONIC MEDIA REVIEWED FROM LAW INVITATION

NO. 11 YEAR 2008 AS CHANGED IN LAW INVITATION NO. 19 YEAR 2016

ABOUT ELECTRONIC INFORMATION AND TRANSACTIONS (Study of

Decision No: 40 / PID. US / 2015 PN.MTR)

ABSTRACT

This study has two objectives, namely to find out the form of criminal application

against perpetrators of moral crimes through electronic media and to find out

what the judge's consideration in imposing a criminal offense against perpetrators

of moral crimes tmethod used is normative legal research, a statutory approach,

conceptual, and cases legal materials used are primary, seccondary, and tertiary.

Legal material collection techniques by studying document. Analysis of legal materials

usin interpretation. The results of the study show that: first, the criminal

application of perpetrators of Criminal Acts through Electronic Media violates

Decision Number 40 / Pid.Sus / 2015 / Pn.Mtr Article 27 paragraph (1) juncto Article

45 paragraph (1)of Law Number 11 Year 2008 concerning Information and Electronic

Transactions. Secondly, the judge's consideration in imposing sanctions on the

perpetrators of moral crimes through electronic media of juridical considerations and

non-juridical considerations. Which are burdensome, namely damage to reputation,

while mitigating is that the dependant has never been convicted and acknowledged

mistake.

Keywords : Moral crimes, Electronic Media

Page 4: PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan bahan hokum adalah dengan

i

I. PENDAHULUAN

Teknologi komunikasi dan informasi melalui media elektronik dirasakan

berkembang secara luar biasa. Internet bisa dikatakan sebagai tonggak dari

penemuan terbesar perangkat teknologi komunikasi dan informasi yang

memberikan dampak terbesar bagi manusia. Situasi kekinian bisa dikatakan

masyarakat tidak bisa terlepas dari ketergantungan perangkat pada teknologi.

Istilah “hukum siber” diartikan sebagai padanan kata dari Cyber Law,

yang saat ini secara internasional digunakan untuk istilah hukum yang terkait

dengan pemanfaatan teknologi informasi. Istilah lainyang juga digunakan

adalah hukum Teknologi Informasi (Law of Information Technology) Hukum

Dunia Maya (Virtual World Law) dan Hukum Mayantara. Istilah-istilah

tersebut lahir mengingat kegiatan internet dan pemanfaatan teknologi informasi

berbasis virtual.1

Untuk mengantisipasi penyalahgunaan media elektronik, maka

pemerintah mengambil kebijakan dengan mendukung pengembangan teknologi

Informasi melalui infrastruktur hukum dan pengaturannya sehingga

pemanfaatan teknologi informasi dilakukan secara aman untuk mencegah

penyalahgunaanya dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan sosial budaya

masyarakat Indonesia. Melihat maraknya peristiwa penyalahgunaan terhadap

media elektronik salah satunya menyangkut kesusilaan ditengah masyarakat

yang disebabkan pesatnya kemajuan perangkat tekhnologi, salah satunya

internet yang dengan mudah diakses oleh siapapun dan kapanpun yang dapat

membahayakan kehidupan sosial. Maka pemerintah mengeluarkan Undang-

Undang No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

(ITE)sebagaimana dirubah Undang-undang Nomor 19 tahun 2016.

1Ahmad M. Ramli, 2004, cyber law dan Haki dalam sistem hukum indonesia, Bandung,

RefikaAditama, hlm.1

Page 5: PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan bahan hokum adalah dengan

ii

Dalam Undang-Undang No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik (ITE) sebagaimana dirubah Undang-undang Nomor 19

tahun 2016 mengatur bagaimana penggunaan media elektronik serta

pemanfaatan Tekhnologi Informasi yang dapat digunakan sebagai pembuktian

dan hal yang berkaitan dengan perbuatan hukum yang dilakukan melalui sistem

Elektronik.

Realitas sekarang banyak Tekhnologi Informasi yang digunakan untuk

kejahatan. Oleh karena itu, dalam Undang-undang ITE mengatur juga

perbuatan yang diancam dan dilarang oleh hukum pidana yaitu Salah satunya

kejahatan kesusilaan sebagaimana diatur dalam Pasal 27 (1) Undang-Undang

ITE No 11 Tahun 2008, BAB VII tentang kesusilaan, menyebutkan :

“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan / atau

mentransmisikan dan / atau membuat dapat diaksesnya Informasi

Elektronik dan / atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang

melanggar kesusilaan”2

Ancaman pidana dalam pasal 27 (1) ini diatur dalam pasal 45 (1) Undang-

Undang ITE, menyebutkan :

“Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan

dan/atau mentransmisikan dan / atau membuat dapat diaksesnya

Informasin Elektronik yang melanggar kesusilaan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 27 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6

(enam) tahun dan / atau denda paling banyak RP. 1.000.000.00,00 (satu

miliar rupiah).”

Berdasarkan uraian diatas penyusun tertarik untuk melakukan penelitian

yang ditulis dalam karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul : Pemidanaan

Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kesusilaan Melalui Media Elektronik Ditinjau

2Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi

Elektronik, (LNRI No. 58 tahun 2008 TLNRI No. 2823)

Page 6: PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan bahan hokum adalah dengan

iii

Dari Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik No. 11 Tahun 2008

Sebagaimana Dirubah Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 Tentang ITE (Studi

Putusan No : 40/pid.sus/2015 PN.MTR)” Berdasarkan uraian latar belakang di

atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana

penerapan pidana terhadap pelaku tindak pidana kesusilaan melalui media

Elektronik dalam putusan Nomor : 40/pid.sus/2015 PN MTR ? 2. Apa dasar

pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku

kesusilaan melalui media Elektronik dalam putusan Nomor : 40/pid.sus/2015

PN MTR ?

Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui penerapan pidana

terhadap pelaku tindak pidana kesusilaan melalui media elektronik dalam

putusan Nomor : 40/pid.sus/2015 PN MTR. Serta untuk mengetahui dan

menganalisis Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan

sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana kesusilaan melalui media

Elektronik dalam putusan Nomor : 40/pid.sus/2015 PN MTR.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif

dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach), konseptual

(conseptual approach) dan kasus (case approach). Jenis dan sumber bahan

hukum yaitu bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang diperoleh melalui

studi dokumen baik melalui studi kepustakaan maupun melalui media

elektornik (internet). ). Bahan-bahan hukum tersebut dianalisis dengan cara

menguraikan berbagai fakta hukum selanjutnya dilakukan interpretasi atau

penafsiran terkait dengan penerapan pidana dan pertimbangan hakim dalam

Page 7: PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan bahan hokum adalah dengan

iv

menentukan berat ringannya pidana terhadap Pelaku Tindak Pidana Kesusilaan

Melalui Media Elektronik Ditinjau Dari Undang-undang Informasi dan Transaksi

Elektronik No. 11 Tahun 2008 Sebagaimana Dirubah Undang-Undang No. 19 Tahun

2016 Tentang ITE (Studi Putusan No : 40/pid.sus/2015 PN.MTR)

Page 8: PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan bahan hokum adalah dengan

v

II. PEMBAHASAN

Penerapan Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kesusilaan Melalui

Media Elektronik Dalam Putusan Nomor 40/Pid.Sus/2015/PN. MTR

Kasus Posisi

Berikut kasus posisi Tindak Pidana dalam Putusan No.

40/Pid.Sus/205/PN.MTR.

Kejadian berawal ketika terdakwa pada hari sabtu tanggal 28 Desember

2013 jam 20.00 wita dirumah Dewi Maulina telah menjual Handphone dengan

merk Nokia X2-01 warna hitam dengan nomor IMEI 358277043548637

kepada pelaku seharga Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) dimana disaksikan

oleh Munadi dan Birrul Walidain. Selanjutnya terdakwa pulang kerumah

dengan membawa Handphone tersebut kemudian tanpa sepengatuan Dewi

Maulina membuka atau masuk/sign in tanpa ijin kedalam facebook milik Dewi

Maulina ([email protected] passwordnya Dewi000)

dimana dewi Maulina menyadari bahwa pada saat menjual handphone dengan

merk Nokia X2-01 warna hitam dengan nomor IMEI 358277043548637

kepada pelaku, Dewi Maulina lupa / tidak melakukan Log Out terhadap akun

facebook sehingga akun facebook tersebut dapat dibuka dari riwayat yang

masih ada di Handphone hitam dengan merk Nokia X2-01 warna hitam dengan

nomor IMEI 358277043548637 tersebut.

Pada tanggal 4 Januari 2014 dan tanggal 05 Januari 2014 pelaku tanpa

ijin membuat / memposting gambar / foto bugil / porno didalam dinding

facebook milik Dewi Maulina dengan cara pelaku menekan tombol menu yang

Page 9: PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan bahan hokum adalah dengan

vi

ada pad merk dengan merk handphone Nokia X2-01 warna hitam dengan

nomor IMEI 358277043548637 kemudian terdakwa memilih aplikasi internet

dan memilih menu browser yang didalamnya terdapat alat pencarian google

selanjutnya pelaku mencari artis Desy Ratnasari dan foto artis jepang yang

tidak berbusana kemudian pelakumengunggah kedalam akun facebook milik

Dewi Maulina dan komentari / disukai (like this) diantaranya oleh Rosihan

Eros, Adin loveanisa forever, dan beberapa teman Dewi maulina.

Pada tanggal 04 Januari 2014 sekiranya pukul 15.06 Wita pelaku

menuliskan posting “kurang seru ahhhhhhhhh” dan tidak ada komentar, pada

pukul 15.16 Wita pelaku mengunggah foto / gambar bugil (porno) dengan

diberikan komentar sebanyak 1 (satu) buah, kembali pada pukul 15.36 wita

menuliskan posting “tiada hari tanpa hayalan sexxx…..waooowww” dan

mengunggah foto / atau gambar bugil porno dengan diberikan komentar

sebanyak 16 (enam belas) buah. Terakhir pada tanggal yang sama pukul 15.58

foto / atau gambar bugil porno dengan diberikan komentar sebanyak satu buah.

Pada tanggal 05 Januari 2014 sekitar pukul 04.37 Wita menuliskan

posting “dinginx hari in membuat q teringat akn ms lalu, mas yg indh pnuh

kbhgiaan dnpnh akn khngtn blaian dr seorg lelki, nmn semuax sirna bgai d tlan

kabut… kpedihan kini q rs hampa dlm ksndriandn mmpukh kni q temui smua it

pd smua lelaki??????” dan tidak diberikan komentar. Pada pukul 04.43 wita

mengunggah 3 (tiga) buah foto / gambar bugil (porno) dan tidak diberikan

komentar, pada pukul 05.53 mengunggah 2 (dua) foto / gambar bugil (porno)

dan tidak diberikan komentar, pada pukul 16.29 wita menuliskan “ kini q sndr

Page 10: PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan bahan hokum adalah dengan

vii

lg, tampa ad kehangatn menemani….suxi sepi khampaan hdp ini” dengan

diberikan komentar sebanyak 2 (dua) buah, kemudian pada pukul 16.30 wita

mengganti foto profil yaitu foto wajah artis Desy Ratnasari berbusana kebaya

tanpa menggunakan BH dengan diberikan komentar sebanyak 3 (tiga) buah dan

terakhir pada tanggal yang sama pada pukul 16.52 wita membagikan sebuah

link bertuliskan “zaskia “gotik” bukian artis alim tapi boom seks – pertama dan

penting, dengan diberikan komentar sebanyak 2 (dua) buah.

Dakwaan jaksa Penuntut Umum

Dalam perkara ini, dakwaan yang didakwakan adalah dakwaan alternatif.

Terdakwa melanggar ketentuan yang ada dalam pasal 27 ayat (1) Jo Pasal 45

ayat (1). Selain pasal 27 ayat (1) jaksa juga mengalternatif dengan pasal 30

ayat (1) Jo pasal 46 ayat (1). Terdakwa didakwa oleh Penuntut Umum dengan

dakwaan yang berbentuk Alternatif sehingga majelis hakim langsung

mempertimbangkan dakwaan yang paling sesuai dengan fakta-fakta

dipersidangan, dimana majelis hakim sependapat dengan Penuntut Umum

dengan memilih dakwaan alternatif KESATU yaitu Pasal 27 (1) Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronk.

Analisis penyusun tentang Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Dalam perkara ini, dakwaan yang didakwakan adalah dakwaan alternatif.

Dimana terdapat beberapa dakwaan, pasal yang satu merupakan alternatif dan

bersifat mengecualikan dakwaan pada pasal lainnya. Meskipun terdiri dari

beberapa dakwaan namun hanya satu dakwaan saja yang dibuktikan, atau jika

Page 11: PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan bahan hokum adalah dengan

viii

salah satu telah terbukti maka dakwaan pada pasal lain tidak perlu dibuktikan

lagi.

Dalam perkara ini, terdakwa melanggar ketentuan yang ada dalam pasal 27

ayat (1) Jo Pasal 45 ayat (1). Selain pasal 27 ayat (1) jaksa juga mengalternatif

dengan pasal 30 ayat (1) Jo pasal 46 ayat (1).

Ketentuan dalam Pasal 27 ayat (1) yang dapat dijerat oleh pasal ini adalah

orang yang mendistribusikan, mentransmisikan, dan atau membuat dapat

diaksesnya dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar

kesusilaan namun dalam surat dakwaan tersebut tidak dijelaskan pengertian

dari mendistribusikan, mentransmisikan, dan membuat dapat diaksesnya

sehingga penyusun merujuk dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

Adapun tuntutan dari Jaksa Penuntut pada pokoknya Menyatakan

Sudirman Als Tuak Man secara sah dan meyakinkan terbukti bersalah

melakukan tindak pidana “dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan

dan/atau mentransmisikan dan/atau dapat diaksesnya Dokumen Elektronik

yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan sebagaimana Dakwaan

Kesatu Pasal 27 ayat (1) Jo Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. Menjatuhkan pidana

terhadap terdakwa SUDIRMAN Als TUAK MAN dengan pidana penjara

selama 1 (satu) tahun dan 5 bulan dikurangi selama terdakwa berada dalam

tahanan.

Page 12: PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan bahan hokum adalah dengan

ix

Analisis Penuyusun tentang Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

Dari tuntutan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum dimana Jaksa

Penuntut Umum menuntut dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun 5

(lima) bulan, disini penuntut umum tidak menuntut terdakwa sebagamaina

yang diatur dalam pasal 45 ayat (1) yaitu pidana penjara selama 6 (enam)

tahun dan denda sebesar Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Menurut

penyusun tuntutan yang diajukan oleh penuntut umum kurang wajar dan

tuntutannya seharusnya sesuai dengan pasal 45 ayat (1) yang berbunyi

“Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27

ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara

paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp

1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”. Pasal ini tidak menyebutkan

minimum dari pidana penjara yang akan dijatuhkan kepada pelaku tindak

pidana kesusilaan melalui media elektronik. Namun Tetap saja penyusun

tidak setuju dengan tuntutan tersebut karena perbuatan terdakwa tersebut

membuat korban merasa malu dan terhina dan akibat dari perbuatan terdakwa

tersebut nama baik korban juga menjadi tercemar, karena kesusilaan jika

dilihat dari sudut moral merupakan perbuatan yang dilarang yang dapat

merendahkan nilai kemanusiaan seseorang.

Putusan Majelis Hakim

Berdasarkan surat dakwaan dan tuntutan jaksa penuntut umum serta

menimbang fakta-fakta yang terungkap selama persidangan, dengan

mengingat dan memperhatikan Pasal 27 ayat (1) Jo Pasal 45 ayat (1) Undang-

Page 13: PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan bahan hokum adalah dengan

x

Undang Informasi dan Transaksi Elektronik dan ketentuan hukum lainnya

yang berkaitan dengan perkara ini dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981. Majelis Hakim Mengadili : Menyatakan terdakwa Sudirman Als Tuak

Man telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana ”dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan, mentransmisikan,

dan membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan” Menjatuhkan

pidana terhadap Terdakwa SUDIRMAN ALS TUAK MAN tersebut oleh

karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun; Menetapkan bahwa

masa penahanan yang telah dijalankan Terdakwa, dikurangkan seluruhnya

dari pidana yang dijatuhkan. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan.

Analisis Penyusun tentang Putusan Hakim

Dalam putusannya Hakim menjatuhi pidana penjara pada Terdakwa

Sudirman Als Tuak Man selama 1 (satu) tahun menurut penyusun tidak

wajar, karena mengingat kejahatan kesusilaan merupakan kejahatan yang

menyangkut norma kesusilaan dimana norma kesusilaan merupakan norma

yang harus tetap terjaga nilainya ditengah masyarakat. Putusan yang

dijatuhkan oleh Majelis Hakim sangat jauh dari ancaman pidana yang ada

dalam Pasal 45 ayat 1(satu) Undang-Undang ITE yaitu pidana penjara

maksimal 6 (enam) tahun dan denda maksimal Rp. 1.000.000.000,00 1 (satu

milyar rupiah) Lamanya pidana penjara yang dijatuhkan Majelis Hakim lebih

ringan dari tuntutan Jaksa dimana jaksa Penuntut Umum menuntut dengan

Page 14: PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan bahan hokum adalah dengan

xi

tuntutan 1 (satu) tahun 5 bulan dikurangi selama terdakwa berada dalam

tahanan.

Dalam Putusan ini Majelis Hakim menjatuhkan putusan lebih ringan

dari yang dituntut oleh jaksa penuntut umum, jaksa penuntut umum juga tidak

menuntut pidana seberat yang diatur pasal 45 ayat (1) yang berbunyi “Setiap

orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1),

ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6

(enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah)”.

Dalam pasal 45 ayat (1) yang diancam dengan pidana penjara paling

lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu

miliar rupiah), ancaman dalam pasal 45 ayat (1) merupakan kumulatif

alternatif artinya bahwa pidana maksimum 6 (enam) tahun dengan sistem

ancaman kumulatif alternatif denda 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Dengan demikian hakim dapat menghubungkan untuk suatu putusan tersebut

dengan penjara dan denda. Karena dalam pasal 45 ayat (1) tidak ada

maksimum pidana maka berlaku Pasal yaitu dengan mengambil alternatif

hanya menjatuhkan pidana penjara.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dan disertai fakta-fakta yang

terungkap di persidangan, serta tuntutan pidana penuntut umum dan ancaman

pidana dari delik yang bersangkutan dihubungkan dengan fungsi dan tujuan

pemidanaan, maka Majelis Hakim melakukan musyawarah dan berpendapat

Page 15: PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan bahan hokum adalah dengan

xii

bahwa pidana penjara selama 1 (satu) tahun yang diputuskan menurut Majelis

Hakim tersebut dipandang telah pantas dan sesuai dengan rasa keadilan.

Adapun alasan Majelis Hakim menjatuhkan pidana yang lebih ringan adalah

karena Keinginan korban yang menginginkan terdakwa dibebaskan dengan

adanya upaya damai tentu tidak dapat terjadi sebab terdakwa telah terbukti

bersalah dan pemidanaan tersebut merupakan pembalasan dari perbuatannya

yang dimaksudkan untuk memperbaiki sikap atau tingkah laku terdakwa dan

di pihak lain juga dimaksudkan untuk mencegah orang lain dari kemungkinan

melakukan perbuatan yang serupa.

Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana

Terhadap Pelaku Kesusilaan Melalui Media Elektronik Dalam Putusan

Nomor : 40/Pid.Sus/2015/PN.Mtr

Dalam putusan No.40/Pid.Sus/2015/PN MTR hal-hal yang

diperimbangkan hakim adalah sebagai berikut :

1. Pertimbangan Yuridis

Yang menjadi dasar pertimbangan yuridis oleh hakim adalah

terpenuhinya perbuatan yang didakwakan dalam pasal 27 ayat (1) jo pasal

45 ayat (1) menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana dirubah Undang-Undang

No. 11 Tahun 2008 yaitu terpenuhinya unsur Setiap Orang dengan sengaja

dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau

membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan dengan cara

Page 16: PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan bahan hokum adalah dengan

13

mengunggah foto asusila ke akun Jejaring Sosial facebook milik korban

Dewi Maulina tanpa sepengetahuan Dewi Maulina sehingga perbuatan

terdakwa tersebut termasuk dalam unsur membuat dapat diaksesnya suatu

dokumen elektronik yang bermuatan kesusilaan. Berdasarkan dakwaan

jaksa penuntut umum maka hakim menemukan fakta-fakta dipersidangan

yaitu :

a) Keterangan saksi

b) Keterangan Ahli

c) Barang bukti

2. Pertimbangan Non-Yuridis

Pertimbangan Non Yuridis merupakan salah satu pertimbangan yang

perlu diperhatikan oleh Hakim, pertimbangan non yuridis ini tidak diatur

dalam peraturan per Undang-undangan. Di dalam memutus sebuah perkara

dan layak tidaknya seseorang dijatuhi pidana, seorang hakim didasarkan

oleh keyakinan hakim dan tidak hanya berasarkan bukti-bukti yang ada.

Berikut pertimbangan Non-yuridis Hakim dalam Putusan Nomor

40/Pid.Sus/2015/PN.MTR : Hal-hal yang memberatkan yaitu membuat

korban menjadi malu dan terhina serta merugikan masyarakat. Sedangkan

hal yang meringankan meringankan adalah terdakwa mengakui

perbuatannya dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya.

xiii

Page 17: PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan bahan hokum adalah dengan

14

III. PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil kesimpulan yang pada

pokoknya yaitu : 1. Penerapan pidana pada pelaku Kesusilaan 2melalui

Media Elektronik dalam Putusan Nomor 40/Pid.Sus/2015/PN.MTR dikenakan

Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik. Hukuman yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim

jauh lebih ringan yaitu 1 (satu) tahun penjara yang semsetinya sesuai dengan

ancaman pidana yang ada dalam Pasal 45 (1) yaitu pidana penjara selama 6

(enam) tahun dan denda Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar Rupiah). 2. Dasar

pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak

pidana Kesusilaan melalui Media Elektronik dalam Putusan Nomor

40/Pid.Sus/2015/PN.MTR yakni: Pertimbangan yuridis, perbuatan yuridis

terbukti yaitu terpenuhinya perbuatan yang didakwakan. Perbuatan terdakwa

terbukti melanggar ketentuan Pasal27 ayat (1) jo pasal 45 ayat (1) Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik terdakwa Sudirman Als Tuak Man

dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan

dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Pertimbangan

non-yuridis, yaitu : Hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan.

xiv

Page 18: PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan bahan hokum adalah dengan

15 Saran

Adapun saran yang dapatdigunakan adalah sebagai berikut : 1.

Diharapkan Majelis Hakim terutama hakim yang berwenang menjatuhkan

pidana harus benar-benar memperhatikan dengan penuh kebijaksanaan

penerapan pidana yang harus diberikan kepada pelaku kesusilaan mengingat

perbuatan tersebut dari segi keadilan besar akibatnya karena merugikan

masyarakat dan seharusnya pidana yang dijatuhkan majelis hakim

berpatokan pada ancaman pidana pada dalam Pasal 45 (1) yaitu pidana

penjara selama 6 (enam) tahun dan denda Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar

Rupiah). 2. Majelis hakim seharusnya memperhatikan pertimbangan filosofis

dan sosiologis dengan memperhatikan akibat dari perbuatan terdakwa

mengingat yang memberatkan lebih besar akibatnya terhadap masyarakat

terutama generasi muda.

xv

Page 19: PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan bahan hokum adalah dengan

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ahmad M. Ramli, cyber law dan Haki dalam sistem hukum indonesia,

Bandung, RefikaAditama, 2004

Adam Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2010

, Ardi Ferdian, Tindak Pidana Informasi Dan Transaksi Elektronik

Penyerangan Terhadap Kepentingan Hukum, Pemanfaatan Tekhnologi

Informasi Dan Transaksi Elektronik, Bayumedia Publishing, Malang,

2011

Ahmad M. Ramli, cyber law dan Haki dalam sistem hukum indonesia,

Bandung, RefikaAditama, 2004

Al Wisnubroto, Strategi Penanggulangan Kejahatan Telematika, Atma Jaya

Yogyakarta, Yogyakarta, 2010

Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Tekhnologi Dan Informasi (Cybercrime),

PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012

Djoko Prakoso, Hukum Penitensier Di Indonesia, PT. Liberty, Yogyakarta

Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1988

HMA Naufal, Penerapan KUHAP dalam Praktik Hukum, UMM Press,

Malang, 2011

I Made Widnyana, Asas-Asas Hukum Pidana, PT Fikahati Aneska, Jakarta,

2010,

Leden Marpaung, Asas-Tori-Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta,

2005

Lilik Mulyadi. Kompilasi Hukum Pidana dalam Perspektif Teoritis dan

Praktek Peradilan. Mandar Maju, Bandung, 2007

Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan

Transaksi Elektronik, (LNRI No. 58 tahun 2008 TLNRI No. 2823)

Indonesia, Undang-Undang nomor 19 tahun 2016 tentang tekhnologi

informasi dan transaksi elektronik, tahun 2016