Pemicu 1 Tri Hartini

12
Dampak Resiko Kegagalan Mutu oleh Tri Hartini / 41111010002 Proyek konstruksi merupakan suatu bidang yang dinamis dan mengandung risiko. Risiko dapat memberikan pengaruh terhadap produktivitas, kinerja, kualitas dan dan batasan biaya dari proyek. Risiko dapat dikatakan merupakan akibat yang mungkin terjadi secara tak terduga.Walaupun suatu kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin, namun tetap mengandung ketidakpastian bahwa nanti akan berjalan sepenuhnya sesuai rencana. Bila risiko terjadi akan berdampak pada pada terganggunya kinerja proyek secara keseluruhan sehingga dapat menimbulkan kerugian terhadap biaya, waktu dan kualitas pekerjaan. Risiko dapat menyebabkan pertambahan biaya dan keterlambatan jadwal penyelesaian proyek. Selain itu salah satu resiko kegagalan mutu dalam pekerjaan konstruksi. Kegagalan mutu di sebabkan karena menejemen resiko yang kurang baik. Dampak yang dapat timbul dari gagalnya pencapaian mutu adalah menurunkan kualitas dari segi pekerjaan yang dilakukan oleh pelaksana. Selain itu dapat berakibat juga dengan menambahnya cost / pengeluaran. Oleh karena besarnya dampak yang ditimbulkan perlu adanya manajemen resiko. Manajemen risiko sangat penting dilakukan bagi setiap proyek konstruksi untuk menghindari kerugian atas biaya, mutu dan jadwal penyelesaian proyek. Melakukan tindakan penanganan yang dilakukan terhadap risiko yang mungkin terjadi (respon risiko) dengan

description

SMMK

Transcript of Pemicu 1 Tri Hartini

Dampak Resiko Kegagalan Mutu oleh Tri Hartini / 41111010002

Proyek konstruksi merupakan suatu bidang yang dinamis dan mengandung risiko. Risiko dapat

memberikan pengaruh terhadap produktivitas, kinerja, kualitas dan dan batasan biaya dari

proyek.

Risiko dapat dikatakan merupakan akibat yang mungkin terjadi secara tak terduga.Walaupun

suatu kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin, namun tetap mengandung ketidakpastian

bahwa nanti akan berjalan sepenuhnya sesuai rencana.

Bila risiko terjadi akan berdampak pada pada terganggunya kinerja proyek secara keseluruhan

sehingga dapat menimbulkan kerugian terhadap biaya, waktu dan kualitas pekerjaan.

Risiko dapat menyebabkan pertambahan biaya dan keterlambatan jadwal penyelesaian proyek.

Selain itu salah satu resiko kegagalan mutu dalam pekerjaan konstruksi. Kegagalan mutu di

sebabkan karena menejemen resiko yang kurang baik. Dampak yang dapat timbul dari gagalnya

pencapaian mutu adalah menurunkan kualitas dari segi pekerjaan yang dilakukan oleh pelaksana.

Selain itu dapat berakibat juga dengan menambahnya cost / pengeluaran. Oleh karena besarnya

dampak yang ditimbulkan perlu adanya manajemen resiko.

Manajemen risiko sangat penting dilakukan bagi setiap proyek konstruksi untuk menghindari

kerugian atas biaya, mutu dan jadwal penyelesaian proyek. Melakukan tindakan penanganan

yang dilakukan terhadap risiko yang mungkin terjadi (respon risiko) dengan cara : menahan

risiko (risk retention), mengurangi risiko (risk reduction), mengalihkan risiko (risk transfer),

menghindari risiko (risk avoidance)

Menurut Flanagan & Norman (1993), risiko-risiko dalam proyek konstruksi adalah :

o Penyelesaian yang gagal sesuai desain yang telah ditentukan/penetapan waktu konstruksi

o Kegagalan untuk memperoleh gambar perencanaan, detail perencanaan/izin dengan

waktu yang tersedia.

o Kondisi tanah yang tak terduga

o Cuaca yang sangat buruk.

o Pemogokan tenaga kerja.

o Kenaikan harga yang tidak terduga untuk tenaga kerja dan bahan.

o Kecelakaan yang terjadi dilokasi yang menyebabkan luka.

o Kerusakan yang terjadi pada struktur akibat cara kerja yang jelek.

o Kejadian tidak terduga (banjir, gempa bumi, dan lain–lain)

o Klaim dari kontraktor akibat kehilangan dan biaya akibat keterlambatan produksi karena

detail desain oleh tim desain.

o Kegagalan dalam penyelesaian proyek dengan budget yang telah ditetapkan

Secara umum risiko dapat diklasifikasikan menurut berbagai sudut pandang yang tergantung dari

dari kebutuhan dalam penanganannya (Rahayu, 2001) :

1) Risiko murni dan risiko spekulatif (Pure risk and speculative risk)

Dimana risiko murni dianggap sebagai suatu ketidakpastian yang dikaitkan dengan

adanya suatu luaran (outcome) yaitu kerugian. Contoh risiko murni kecelakaan kerja di

proyek. Risiko spekulatif mengandung dua keluaran yaitu kerugian (loss) dan keuntungan

(gain). Risiko spekulatif dikenal sebagai risiko dinamis. Contoh risiko spekulatif pada

perusahaan asuransi jika risiko yang dijamin terjadi maka pihak asuransi akan mengalami

kerugian karena harus menanggung uang pertanggungan sebesar nilai kerugian yang

terjadi tetapi bila risiko yang dijamin tidak terjadi maka perusahaan akan meperoleh

keuntungan.

2) Risiko terhadap benda dan manusia, dimana risiko terhadap benda adalah risiko yang

menimpa benda seperti rumah terbakar sedangkan risiko terhadap manusia adalah risiko

yang menimpa manusia seperti risiko hari tua, kematian dsb.

3) Risiko fundamental dan risiko khusus (fundamental risk and particular risk)

Risiko fundamental adalah risiko yang kemungkinannya dapat timbul pada hampir

sebagian besar anggota masyarakat dan tidak dapat disalahkan pada seseorang atau

beberapa orang sebagai penyebabnya, contoh risiko fundamental: bencana alam,

peperangan. Risiko khusus adalah risiko yang bersumber dari peristiwaperistiwa yang

mandiri dimana sifat dari risiko ini adalah tidak selalu bersifat bencana, bisa dikendalikan

atau umumnya dapat diasuransikan.

Dalam pelaksanaan proyek konstruksi tidak terlepas dari kendala ataupun kegagalan

konstruksi. Kegagalan konstruksi dapat disebabkan oleh rendahnya kinerja ataupun

produktiftas para tenaga kerja dan juga perencanaan proyek yang kurang matang.

Walaupun kegagalan tersebut tidak dapat dilihat secara nyata, namun jika berlangsung dengan

intensitas yang besar dan terus-menerus maka kegagalan tersebut dapat terakumulasi dan

dampaknya akan terlihat pada akhir proyek, misalnya saja keterlambatan pengerjaan proyek

dari jadwal yang direncanakan dan penambahan anggaran biaya dari yang semula

direncanakan. Segala sesuatu di dalam suatu proyek yang tidak menambah nilai,

sebaliknya menambah biaya disebut dengan pemborosan (waste).

Ketidakproduktifan inilah yang pada akhirnya tidak dapat memberi nilai tambah pada produk

akhir atau lebih dikenal dengan istilah Non Value-Adding Activities, yang di dalam dunia

konstruksi disebut sebagai waste. Faktor lain yang menyebabkan adanya Non ValueAdding

Activities adalah ketidakefektifan oleh beberapa faktor yang terlibat dalam pelaksanaan proyek

(man, method, machine, material, environment), sehingga dapat memicu keterlambatan

dalam penyelesaian proyek. Tidak adanya perencanaan yang baik dan terstruktur juga

merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada terlambatnya proses konstruksi, yang

selanjutnya dapat berakibat pada berkurangnya kepercayaan masyarakat, dalam hal ini

adalah owner terhadap kinerja dari penyedia jasa konstruksi.

Latar Belakang

Mutu Konstruksi merupakan salah satu indikator kinerja penyelenggaraan pembangunan yang harus

dipertanggungjawabkan.

Sebab – sebab kerusakan :

Perlu upaya peningkatan mutu, cara kerja dan hasil kerja pembangunan Pra Sarana ke PU an sejalan dengan Kebutuhan /Harapan Masyarakat dan tuntutan Global

A. Kesalahan atau kelalaian Manusia

1. dalam Perencanaan : faktor gempa tak dihitung, perhitungan struktur tidak memadai

2. dalam Pelaksanaan : pengurangan mutu (dibawah spesifikasi)

3. bahan bermutu rendah

B. Bencana alam (natural disaster) murni Gempa telah diperhitungkan namun yang terjadi

melebihi intensitas yang diperkirakan atau bersifat unik (tiga dimensi)

Kondisi yang ada Dalam Tahap Pelaksanaan Konstruksi

• Sering pihak pemilik memerintahkan perubahan-perubahan terhadap gambar rencana

• Kurang setara hubungan kerja antara pengguna jasa dan penyedia jasa

• Kurangnya pemahaman spesifikasi teknis bagi pelaksana dan pengawas

• Ketersediaan peralatan laboratorium sebagai laboraturium rujukan di daerah sudah tidak

memadai

• Kurang memadainya ketersediaan alat-alat

• Kurang memadainya pemahaman operator konstruksi

• Jenis penyelesaian sengketa yang sering digunakan adalah negosiasi karena lebih mudah

dan tidak mengganggu jalannya pelaksanaan pekerjaan dan memuaskan semua pihak

• Kontraktor berusaha sebisa mungkin menghindari konflik dengan pihak pemilik karena

kekawatiran menyebabkan kehilangan pekerjaan

• Permasalahan lainnya adalah kondisi lapangan, kontrak, persyaratan kontrak dan

administrasi kontrak

Definisi Mutu Konstruksi

Mutu (SNI):

Derajat yang dicapai oleh karakteristik produk dalam memenuhi

persyaratan/kebutuhan/harapan pelanggan.

Di Lingkungan Kementerian PU:

Konstruksi infrastruktur dikatakan bermutu baik apabila memenuhi kebutuhan/harapan

masyarakat yang dijabarkan:

Sesuai persyaratan/spesifikasi/NSPM yang telah ditetapkan

Efektif dan efesien

Tepat Pemanfaatannya

Hadir pada saat dibutuhkan

Tujuan Penyelenggaraan SMM

1. Memberikan penjaminan pencapaian mutu

2. Selalu berorientasi memenuhi harapan pengguna konstruksi

3. Mengeliminir terjadinya pengulangan/perbaikan (efisiensi dari segi waktu dan

biaya)

4. Tertib dokumentasi (untuk menelusuri kembali) - As Built Drawings

5. Menciptakan suasana kerja yang kondusif (melibatkan semua personil, adanya

mekanisme kerja yang jelas).

Peran Pelaksana Konstruksi

Proses Manajemen Mutu

Tiga proses manajemen mutu, yaitu perencanaan mutu (Quality Planning), pengendalian mutu

(Quality Control) dan penjaminan mutu (Quality Assurance). Pengendalian dan penjaminan

mutu dilaksanakan pada tahap pelaksanaan, sedangkan perencanaan mutu dilaksanakan pada

tahap desain.

Quality Control

Mutu adalah pemisahan Produk dari produk jelek tanpa ada input balik ke proses produksi.

Quality Assurance

Mutu dibangun selama Proses produksi berjalan Aktivitas inspection diubah kedalam proses produksi,

prevention dan hal yang berorientasi proses.

Quality Management

Mutu di definisikan, direncana kan dan diawasi oleh perusahaan secara keseluruhan.Komitmen dari

management dan partisipasi semua karyawan serta selangkah demi selangkah dilakukan improvement.

SISTEM PENCAPAIAN MUTU

-PENGENDALIAN MUTU PRODUK (QUALITY CONTROL)

• Orientasi pada produk akhir & bersifat korektif (perbaikan)

JAMINAN MUTU (QUALITY ASSURANCE)

• Orientasi lebih pada proses atau tahapan pekerjaan dalam pemenuhan standar & prosedur Bersifat

preventif (pencegahan)

PENCAPAIAN MUTU BERDASARKAN SMM

Biaya yang Dikeluarkan untuk Peningkatan Mutu pada Proyek Konstruksi Bangunan

Jenis biaya mutu Definisi Contoh

Prevention cost Semua biaya yang dikeluarkan atau diinvestasikan untuk mencegah atau mengurangi kesalahan atau cacat, yaitu, untuk membiayai kegiatan yang bertujuan untuk menghilangkan penyebab kecacatan.

1. Biaya untuk survey lapangan2. Biaya untuk melakukan desain awal3. Biaya untuk melakukan desain akhir4. Biaya untuk melakukan kontrak dan

mencari kontraktor5. Biaya yang dikeluarkan untuk

merencanakan anggaran biaya 6. Biaya untuk melakukan pelatihan

kepada tenaga kerja7. Biaya untuk membuat surat-surat

perizinanAppraisal cost Biaya yang terjadi untuk

menentukan produk atua jasa sesuai dengan spesifikasinya.

1. Biaya untuk menguji material yang datang

2. Biaya untuk mencari pemasok yang berkualitas

3. Biaya untuk inspeksi dan pengujian di lapangan

4. Biaya untuk memeriksa gambar kerja5. Biaya pengawasan saat proses

pengerjaan di lapangan6. Biaya untuk merawat material yang

digunakanInternal cost Biaya yang terjadi apabila hasil

kerjanya gagal mencapai standar kualitas yang dirancang dan terdeteksi sebelum transfer ke pelanggan berlangsung

1. Biaya akibat kelebihan tenaga kerja2. Biaya akibat kelebihan bahan dan

material3. Biaya untuk mengulangi kesalahan

karena tidak sesuai rencana4. Biaya untuk memperbaiki kesalahan

pekerjaanEksternal cost Biaya yang terkait dengan 1. Biaya akibat keterlambatan pekerjaan

kecacatan yang ditemukan setelah produk dikirim ke pelanggan

yang tidak sesuai dengan kontrak.2. Biaya akibat perbaikan kesalahan

yang dilakukan.3. Biaya pengerjaan ulang akibat desain

tidak sesuai dengan keinginan konsumen

4. Biaya untuk perawatan bangunan